bab i pendahuluan - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek...

22
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Naskah-naskah di nusantara mengemban isi yang sangat kaya. Kekayaan itu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan sastra. Naskah itu dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat di dalam naskah itu merupakan suatu keutuhan dan mengungkapkan pesan. Pesan yang terbaca dalam teks secara fungsional berhubungan erat dengan filsafat hidup dan dengan bentuk kesenian yang lain. Naskah dilihat dari kandungan maknanya, wacana yang berupa teks klasik itu mengemban fungsi tertentu, yaitu membayangkan pikiran dan membentuk norma yang berlaku baik bagi orang sezaman maupun bagi generasi mendatang (Siti Baroroh Baried,1985:12-13). Pesan atau ajaran-ajaran yang disampaikan dan diwariskan dapat berupa ajaran moral, ajaran kepemimpinan, ajaran yang bersifat keagamaan, dan lain-lain. Ajaran kepemimpinan, misalnya, diajarkan dengan harapan bahwa jika orang Jawa menjadi pemimpin maka hendaknya menjadi pemimpin yang baik, adil, bijaksana, berwawasan, dan tidak mementingkan kepentingan pribadi. Nilai-nilai di dalam budaya Jawa, seorang pemimpin ideal paling tidak memiliki delapan kriteria. Nilai kepemimpinan tersebut, salah satunya tercantum dalam naskah kuno berjudul Serat Rama karya R.Ng. Yasadipura, yang kemudian disingkat menjadi SR. SR merupakan naskah Jawa klasik yang berupa tembang macapat yang disimpan di Perpustakaan Pura Pakualaman, dengan nomer koleksi

Upload: dangphuc

Post on 09-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Naskah-naskah di nusantara mengemban isi yang sangat kaya. Kekayaan

itu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan

misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan sastra. Naskah

itu dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat di dalam naskah itu

merupakan suatu keutuhan dan mengungkapkan pesan. Pesan yang terbaca dalam

teks secara fungsional berhubungan erat dengan filsafat hidup dan dengan bentuk

kesenian yang lain. Naskah dilihat dari kandungan maknanya, wacana yang

berupa teks klasik itu mengemban fungsi tertentu, yaitu membayangkan pikiran

dan membentuk norma yang berlaku baik bagi orang sezaman maupun bagi

generasi mendatang (Siti Baroroh Baried,1985:12-13).

Pesan atau ajaran-ajaran yang disampaikan dan diwariskan dapat berupa

ajaran moral, ajaran kepemimpinan, ajaran yang bersifat keagamaan, dan lain-lain.

Ajaran kepemimpinan, misalnya, diajarkan dengan harapan bahwa jika orang

Jawa menjadi pemimpin maka hendaknya menjadi pemimpin yang baik, adil,

bijaksana, berwawasan, dan tidak mementingkan kepentingan pribadi.

Nilai-nilai di dalam budaya Jawa, seorang pemimpin ideal paling tidak

memiliki delapan kriteria. Nilai kepemimpinan tersebut, salah satunya tercantum

dalam naskah kuno berjudul Serat Rama karya R.Ng. Yasadipura, yang kemudian

disingkat menjadi SR. SR merupakan naskah Jawa klasik yang berupa tembang

macapat yang disimpan di Perpustakaan Pura Pakualaman, dengan nomer koleksi

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

2

Pi.36 0008/PP/73 (Yayasan Obor Indonesia, 2005) merupakan teks dari Serat

sestradisuhul yang ditulis mulai dari halaman 418-479. SR ini juga telah ditulis

ulang dan ditransliterasikan ke dalam aksara latin, serta diterbitkan Perpustakaan

Pura Pakualaman Yogyakarta dalam bentuk buku karangan K.B.P.H. Prabu

Suryodilogo. Ajaran kepemimpinan dalam SR tersebut dinamakan Asthabrata.

Asthabrata terdiri dari dua kata yakni Astha yang artinya delapan dan Brata yang

mempunyai makna pegangan atau pedoman. Jadi Asthabrata merupakan ajaran

atau pedoman yang ditujukan untuk pemimpin dengan memperhatikan delapan

karakter/ sifat kepemimpinan.

Sri Ratna Saktimulya dan Sudibyo berpendapat (dalam Suryodilogo, 2012)

bahwa Asthabrata mensyaratkan bahwa seorang raja ideal harus memiliki delapan

karakter utama yang berasal dari delapan dewa lokapala (penjaga alam semesta),

yaitu bijak bestari (Indra), adil dan tegas dalam menegakkan hukum (Yama),

cermat dalam urusan keuangan (Surya), memiliki pesona dan kepribadian yang

memikat (Candra), berkepribadian kuat dan tidak mudah terhasut (Bayu), asketis

dan petapa (Wisnu), memiliki keberanian dan kemahiran bersiasat (Baruna),

bersahaja dan mampu mengayomi (Brama). Karakter dari salah satu Dewa

Lokapala tersebut tertuang dalam salah satu pupuh Asmaradana yang berbunyi:

Asmara brangtaning galih// Wateke Bethara Endra//Memulang

karemenane//Mring wadya supayanira//Pinrih sampun sumelang//Arti ya

traping pamuruk//Ing reh dumadya tetela.

Terjemahan:

Kegemaran Bathara Indra adalah membimbing prajuritnya dengan harapan

agar mereka tidak khawatir dan salah tafsir dalam mengartikan serta

menerapkan ajaran karena mereka telah berhasil memahaminya.

Berdasarkan keterangan di atas, delapan dewa lokapala digambarkan

dalam delapan pupuh tembang SR , diantaranya: Asmaradana, Megatruh, Sinom,

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

3

Mijil, 2 pupuh Dhandhanggula, Durma, dan Pangkur. Penulis beranggapan

bahwa tiap-tiap pupuh tembang mewakili masing-masing dewa lokapala. Namun

dalam kedudukan SR sebagai karya sastra, maka proses pemaknaannya tidak dapat

tergantung dari pendapat pribadi peneliti namun juga oleh para pembaca pada

umumnya sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai bentuk resepsi seorang

pembaca terhadap suatu karya sastra yang dalam penelitian kali ini adalah resepsi

tentang SR. Selain itu, ajaran kepemimpinan di dalamnya tentu dapat dijadikan

pedoman dan contoh positif bagi para pemimpin bangsa khususnya dan

masyarakat pembaca pada umumnya.

Pengkajian SR dalam penelitian ini dikaji dari perspektif sastra dengan

menggunakan pendekatan estetika resepsi yang melibatkan mahasiswa sastra

daerah angkatan 2011 dan 2012 sebagai objek penelitian. SR yang digunakan

sebagai objek resepsi ialah SR yang telah ditransliterasikan dan dibukukan oleh

K.B.P.H. Prabu Suryodilogo yang berjudul “Ajaran Kepemimpinan Asthabrata

kadipaten pakualaman”. Sedangkan, pengambilan sasaran dalam penelitian ini

didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: (1) SR merupakan karya sastra

tertulis yang berasal dari manuskrip Jawa Klasik. Peneliti memilih SR yang telah

ditransliterasikan dan dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia untuk

memudahkan penelitian. Hal ini karena, penelitian naskah sebelum

ditransliterasikan tidak dapat diteliti berdasarkan ruang lingkup penelitian bidang

sastra. (2) Ketertarikan penulis untuk mengkaji Karya Sastra Klasik yang ditulis

dalam bentuk tembang Jawa, karena karya sastra lama, khususnya serat banyak

mengandung pesan-pesan moral yang ditujukan kepada para pembaca. (3) SR

merupakan naskah dengan nilai kepemimpinan, melalui Mahasiswa Sastra Daerah

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

4

angkatan 2011 dan 2012 sebagai objek penelitian dapat diharapkan mampu

menangkap nilai kepemimpinan yang ada dalam SR dan merefleksikan ajaran-

ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (4) SR berisi ajaran kepemimpinan

Asthabrata yang telah dijelaskan dalam buku “Ajaran Kepemimpinan Asthabrata

Kadipaten Pakualaman”. Penulis tertarik menanyakan tanggapan dari pembaca

mengenai ajaran kepemimpinan tersebut. Tanggapan pembaca disebut juga

sebagai resepsi pembaca terhadap suatu karya sastra.

Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini

diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Choirur Roziqin FSSR UNS (2007)

berjudul Serat Suluk Gatholoco Sebuah Sinergi Kultural antara Islam

dan Jawa (Suatu Kajian Resepsi Sastra).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Rogatianus Yogo Pudiwastono FSSR

UNS (2013) berjudul Resepsi Guru Bahasa Jawa SMA di Kabupaten

Klaten terhadap Serat Ondhe Patih (kajian Estetika Resepsi).

Berdasarkan beberapa referensi di atas, penulis menyimpulkan bahwa ada

keuntungan yang diperoleh dengan melibatkan pembaca dalam menilai sebuah

karya sastra. Adanya komunikasi yang intens dengan pembaca dan mengetahui

tanggapan atau komentar yang diberikan, maka terbukalah cakrawala berpikir

sehingga penelitian bisa bersifat objektif terhadap suatu karya sastra, salah

satunya SR. Mahasiswa sebagai pembaca dianggap sebagai pembaca yang ideal

selaku wakil dari masyarakat, karena mahasiswa khususnya mahasiswa Sastra

Daerah memiliki fokus dalam mempelajari kesusastraan Jawa dibandingkan

anggota masyarakat yang lain dimana hal-hal berkaitan dengan kesusastraan Jawa

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

5

hampir dilupakan oleh generasi muda Jawa sendiri. Berdasarkan hal tersebut,

penulis berharap dapat mengetahui apakah tanggapan mahasiswa sastra daerah

terhadap suatu karya sastra Jawa Klasik mengenai isi yang terkandung di

dalamnya dengan estetika resepsi sebagai pendekatan lebih bersifat positif atau

negatif. Hal ini perlu dibuktikan dengan penelitian semacam estetika resepsi.

Estetika resepsi lebih menitikberatkan pada tanggapan seorang pembaca

untuk menilai kelebihan dan kekurangan yang ada dalam karya sastra tersebut.

Tanggapan pembaca terhadap sebuah teks tidak ditentukan oleh struktur dan

analisis teks, tetapi situasi pembaca juga ikut menentukan analisis struktur dan

proses pemberian makna pada karya tersebut (Foulkes dalam A. Teeuw,

1988:150).

Penelitian ini melibatkan pembaca dalam menginterpretasikan SR.

Keterlibatan pembaca akan memperluas pandangan terhadap SR karena tidak

hanya mendasarkan pada pendapat pribadi penulis, namun juga pendapat

masyarakat pendukung kebudayaan Jawa.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoretis maupun praktis sebagai berikut :

a. Manfaat Teoretis

1. Mampu memperkaya penelitian di bidang sastra terutama sastra Jawa.

2. Sebagai sarana memanfaatkan ilmu sastra, bahwa teori sastra dapat

digunakan dalam penelitian bidang ilmu lain yang linier.

b. Manfaat praktis

1. Menginformasikan mengenai keberadaan naskah SR yang berisi ajaran

kepemimpinan Asthabrata.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

6

2. Mendeskripsikan dan menginformasikan konsep sifat ideal seorang

pemimpin bagi Kadipaten Pakualaman Yogyakarta.

3. Menginterpretasikan ajaran kepemimpinan Asthabrata berdasarkan

tanggapan dari mahasiswa Jurusan Sastra Daerah FIB UNS.

4. Memperluas wawasan mengenai kesusastraan Jawa terutama kepada

mahasiswa Sastra Daerah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengambil judul penelitian

Ajaran Kepemimpinan Asthabrata dalam Serat Rama Karya R.Ng.

Yasadipura (Kajian Estetika Resepsi Berdasarkan Horizon Harapan Robert

Jauss).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana resepsi Pembaca terhadap SR berdasar intensitas

penghayatannya?

2. Bagaimana norma dan kriteria penilaian Pembaca terhadap SR?

3. Bagaimana minat dan selera baca Pembaca terhadap Karya Sastra

Jawa?

4. Bagaimana resepsi Pembaca terhadap ajaran kepemimpinan dalam SR ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan resepsi Pembaca terhadap SR berdasar intensitas

penghayatannya.

2. Menjelaskan norma dan kriteria penilaian Pembaca terhadap SR.

3. Mengungkapkan minat dan selera baca Pembaca terhadap Karya

Sastra Jawa.

4. Mendeskripsikan resepsi Pembaca terhadap ajaran kepemimpinan

dalam SR.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

8

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian terarah dan

mempermudah penulis dalam menentukan langkah penelitian. Dalam sebuah

penelitian, pembatasan masalah sangat penting dilakukan karena akan

mempengaruhi ketepatan sasaran, sehingga hal-hal yang tidak relevan dapat

dihindarkan. Penelitian ini penulis lebih fokus pada resepsi Mahasiswa Sastra

Daerah angkatan 2011 dan angkatan 2012 FIB UNS terhadap SR. Selanjutnya,

dari data resepsi yang telah terkumpul melalui wawancara akan dilakukan analisis

mengenai intensitas penghayatan Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan

2012 FIB UNS yang sebagai sampel responden, norma dan kriteria penilaian

Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan 2012 FIB UNS terhadap SR, minat

dan selera baca Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan angkatan 2012 FIB

UNS terhadap KS Jawa, dan resepsi Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan

2012 FIB UNS terhadap ajaran kepemimpinan yang ada dalam SR.

E. Landasan Teori

A. Teori Estetika Resepsi

Resepsi berasal dari bahasa Latin yaitu recipere yang diartikan sebagai

penerimaan atau penyambutan pembaca. Resepsi dalam arti luas diartikan sebagai

pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap karya, sehingga dapat

memberikan respon terhadapnya. Respon yang dimaksudkan tidak dilakukan

antara karya dengan seorang pembaca, melainkan pembaca sebagai proses sejarah,

pembaca dalam periode tertentu.

Resepsi sastra merupakan aliran sastra yang meneliti teks sastra dengan

mempertimbangkan pembaca selaku pemberi sambutan atau tanggapan. Dalam

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

9

memberikan sambutan dan tanggapan tentunya dipengaruhi oleh faktor ruang,

waktu, dan golongan sosial.

Umar Junus (1985:1) mengatakan, resepsi sastra dimaksudkan bagaimana

pembaca memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya, sehingga

dapat memberikan reaksi atau tanggapan terhadapnya. Kesadaran akan pentingnya

pembaca yang memberikan interpretasi tentang suatu karya, mungkin juga

disadari oleh peneliti yang lebih banyak bekerja dengan teks, dengan karya (Umar

Junus, 1985:27). Penulis melibatkan pembaca dalam memahami makna dari suatu

teks. Masing-masing tanggapan penerima itu berlainan yang dimungkinkan oleh

perbedaan cakrawala harapan pembacanya. Cakrawala harapan ialah harapan-

harapan pembaca terhadap karya sastra (Sugihastuti dalam Hanifullah Sukri,

1992: 16).

Menurut Pradopo (2007: 218) yang dimaksud resepsi adalah ilmu

keindahan yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan pembaca terhadap karya

sastra. (Teeuw dalam Pradopo 2007: 207) menegaskan bahwa resepsi termasuk

dalam orientasi pragmatik. Karya sastra sangat erat hubungannya dengan

pembaca, karena karya sastra ditujukan kepada kepentingan pembaca sebagai

penikmat karya sastra. Pembaca juga yang menentukan makna dan nilai dari karya

sastra, sehingga karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang

memberikan nilai.

Resepsi sastra secara singkat dapat disebut sebagai aliran yang meneliti

teks sastra dengan bertitik tolak pada pembaca yang memberi reaksi atau

tanggapan terhadap teks itu (Siti Chamamah, dkk, 2001 : 108). Resepsi sastra

secara singkatnya dapat disebut juga tanggapan pembaca terhadap suatu karya

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

10

sastra. Pengertian terhadap “tanggapan pembaca” mengandung konsep : (1)

konsep tentang tidak menanggapi karya sastra dan (2) konsep tentang pembaca.

Konsep “tanggapan” memperlihatkan adanya aktivitas pembaca dalam menerima

karya sastra. Apabila tanggapan pembaca berbeda, wujud karya sebagai objek

estetik pun berbeda pula. Pembaca memberikan tanggapan atau sambutan

terhadap karya sastra.

Menurut seorang tokoh Estetika Resepsi, Jauss menilai suatu karya sastra

terletak pada bertemu atau tidaknya karya dengan horizon pengharapan

masyarakat pada saat karya ditulis. Horizon harapan ada tiga, yaitu : (1) Horison

Jaman, yakni kapan karya ditulis. (2) Horison Naskah, yakni semua karya

hendaknya menyerupai satu naskah standar. (3) Horison Kepengarangan, yakni

horizon yang didasarkan pada satu aspek tersebut dijadikan standar (Umar Junus,

1985 : 33).

Teori estetika resepsi dalam penelitian ini menggunakan teori dari Hans

Robert Jauss yang lebih menekankan pada horizon harapan. Robert Jauss (dalam

Umar Junus, 1985:33) mengemukakan konsep kunci resepsi sastra adalah horizon

harapan yang tersusun atas tiga kriteria yakni : (1) Norma generik, norma yang

ada dalam teks kemudian dibaca oleh pembaca, (2) Pengalaman dan pengetahuan

pembaca terhadap teks yang dibaca sebelumnya, (3) Kontras antara fiksi dan

kenyataan, yaitu kemampuan pembaca untuk menerima teks baru di dalam

cakrawala harapan yang sempit dan cakrawala pengetahuan hidupnya yang lebih

luas.

Teori Jauss yang disebut dengan horizon harapan memiliki implikasi yang

signifikan dalam rangka memperkuat peranan karya sastra terhadap studi kultural

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

11

(Nyoman Kutha Ratna, 2005 :214). Relevansi horizon harapan dan peranan

sejarah dalam teori resepsi, Jauss menunjukkan beberapa ciri sebagai berikut:

a. Sejarah sastra dibangun atas dasar pengalaman kesastraan

sebelumnya, koherensi sastra diperoleh melalui mediasi horizon

harapan.

b. Pengalaman kesastraan harus bebas dari praduga yang skeptik, seperti

kecurigaaan terhadap kemampuan karya sastra dalam menghasilkan

makna.

c. Jarak antara horizon harapan dengan karya sastra merupakan tolok

ukur kualitas estetis.

d. Horison harapan selalu akan membangkitkan pertanyaan, bagaimana

manusia kontemporer dapat memahami karya masa lampau, sekaligus

menolak dictum filologi bahwa makna karya sastra ditentukan satu

kali untuk selamanya.

e. Estetika resepsi jelas harus menggabungkan antara penjelasan karya

sebagai resepsi aktif dan penjelasan karya individual sebagaimana

diintensitaskan oleh penulisnya sebagai resepsi pasif.

f. Perbedaan pemahaman antara sinkronis dan diakronis dalam

linguistik, aspek estetisnya adalah kualitas pada saat memahami

sebuah karya sastra sekaligus dengan cara membandingkannya dengan

karya-karya yeng telah dibacanya.

g. Karya sastra tidak semata-mata dipahami sebagai cermin atau proses

sejarah umum, melainkan bagaimana ciri-ciri fiksional dan faktual

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

12

tersebut dijembatani sehingga aspek-aspek penerimaan dan

kesejarahan dapat menampilkan makna baru.

Rekonstruksi horison harapan memungkinkan untuk menentukan jenis

pengaruh pada pembaca seperti menerima, menolak, kaget dan sebagainya. Tugas

estetika resepsi dalam kaitannya dengan interprestasi ialah untuk menyelidiki

konkretisasi pembaca terhadap teks sastra. Estetika resepsi melihat nilai sastra

sebagai suatu konsep yang senantiasa berubah bergantung pada sistem norma

pembaca (Segers dalam Suminto A. Sayuti,2000 : 45-46).

Garis besar penelitian resepsi sastra menurut Umar Junus (1985:51), antara

lain:

1. Pendekatan yang bertolak dari suatu karya yang dilihat dalam hubungan

bagaimana ia bereaksi dengan pembacanya.

2. Sebuah karya menjadi konkrit melalui suatu penerimaan pembacanya,

sehingga meninggalkan kesan pada pembaca. Namun pembaca tidak

hanya membaca tetapi juga berimajinasi atau berperan secara aktif

dalam pemaknaan suatu karya sastra.

3. Imajinasi pada pembaca dimungkinkan oleh keakrabannya dengan

tradisi (sastra) tersebut, dan kesanggupannya memahami keadaan pada

masanya; juga mungkin mengenai masa sebelumnya.

4. Melalui kesan, pembaca dapat berkomentar dan menyatakan

penerimaannya terhadap suatu karya.

Arman van Assche (dalam Umar Junus, 1985:52) berpendapat ada dua tipe

pembaca, yaitu pembaca biasa dan pembaca ideal. Pembaca biasa ialah pembaca

dalam arti sebenarnya yang membaca suatu karya sebagai karya sastra, bukan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

13

sebagai penelitian. Pembaca ideal ialah pembaca yang dibentuk atau diciptakan

oleh peneliti dari pembaca-pembaca biasa berdasarkan variasi tanggapan mereka

yang tak terkontrol, berdasarkan kesalahan dan keganjilan tanggapan mereka,

berdasarkan kompetensi sastra mereka yang putus-putus, atau berdasarkan

berbagai variable lain yang mengganggu. Pembaca yang diciptakan ini mungkin

ada dalam teks atau di luar teks, dan dapat digunakan peneliti untuk meneliti

peranan pembaca dalam suatu lukisan yang rasional.

Pembaca yang terdiri dari beragam latar belakang menyebabkan adanya

perbedaan dalam meresepsi suatu karya sastra. Demikian pula karya-karya sastra

yang berbeda akan menimbulkan reaksi yang berbeda dari pembaca yang berbeda

tersebut. Perbedaan tanggapan pembaca disebabkan oleh kesan keindahan yang

muncul dalam karya sastra. Siti Chamamah Soeratno, et.al. (2001:138)

menyebutkan bahwa pembaca memberikan tanggapan atau sambutan terhadap

karya sastra adalah berkat adanya sentuhan estetis dari karya sastra itu.

Menurut Endraswara (2008:126) proses kerja penelitian resepsi sastra

secara sinkronis atau penelitian secara eksperimental, minimal menempuh dua

langkah sebagai berikut:

1. Setiap pembaca perorangan maupun kelompok yang telah ditentukan,

disajikansebuah karya sastra. Pembaca tersebut lalu diberi pertanyaan baik

lisan maupun tertulis. Jawaban yang diperoleh dari pembaca tersebut

kemudian dianalisis menurut bentuk pertanyaan yang diberikan. Data hasil

penelitian yang menggunakan metode angket dapat di publikasikan,

sedangkan data hasil penelitian menggunakan metode wawancara dapat

dianalisis secara kualitatif.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

14

2. Setelah memberikan pertanyaan kepada pembaca, kemudian pembaca

tersebut diminta untuk menginterpretasikan karya sastra yang dibacanya.

Hasil interpretasi pembaca ini dianalisis menggunakan metode kualitatif.

Penelitian resepsi menurut Rachmat Djoko Pradopo (2007:210-211), dapat

dilakukan secara sinkronis maupun diakronis. Penelitian sinkronis merupakan

penelitian terhadap sebuah karya sastra dalam satu periode, sehingga

menggunakan resepsi pembaca yang berada dalam periode yang sama atau

sezaman. Pembaca sezaman yang dinilai memiliki kompetensi sastra yang

mumpuni menurut peneliti adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah angkatan

2011 dan 2012 FIB UNS. Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah angkatan 2011 dan

2012 FIB UNS dianggap sebagai pembaca ideal berdasarkan kompetensi sastra

yang dimiliki pembaca.

F. Sumber Data dan Data

a. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua

yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yakni

Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah angkatan 2011 dan 2012 yang disebut informan

sebagai subjek penelitian dan SR sebagai objek resepsi karya R.Ng. Yasadipura

yang telah ditulis ulang dan ditransliterasikan ke dalam aksara latin yang

diterbitkan Perpustakaan Pura Pakualaman Yogyakarta tahun 2012 oleh K.B.P.H.

Prabu Suryodilogo. Sumber data sekunder yakni, buku-buku yang relevan dengan

topik penelitian, dokumen pribadi, dan dokumen resmi yang berkaitan dengan

penelitian.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

15

b. Data

Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis yakni data primer dan

data sekunder. Data primer yaitu data berupa kata-kata dan tindakan. Kata dan

tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data

utama (Lexy J. Moleong, 2001:112). Data utama yang digunakan dalam penelitian

ini adalah hasil wawancara terhadap informan yang merupakan Mahasiswa Prodi

Sastra Daerah angkatan 2011 dan 2012 FIB dan teks SR yang sudah dialih

aksarakan oleh R.NG.Yasadipura. Pencatatan sumber data utama melalui

wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari

kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya (id., 2001:112). Sedangkan, data

sekunder adalah data yang digunakan sebagai data penunjang atau pendukung

pelaksanaan penelitian, yaitu adalah data yang relevan dengan topik penelitian

seperti keterangan-keterangan yang diambil dari referensi maupun buku-buku

resepsi dan penelitian sejenis yang relevan dengan permasalahan yang akan

diungkapkan dalam penelitian ini.

c. Populasi dan Sampel

Populasi adalah objek penelitian yang ada pada umumnya merupakan

keseluruhan individu dari segi-segi bahasa tertentu (Edi Subroto, 1992 :32).

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah angkatan

2011 dan 2012 FIB. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek

penelitian secara langsung yang mewakili populasi atau mewakili populasi secara

keseluruhan (Edi Subroto, 1992 : 2). Penelitian ini menggunakan teknik Purposive

Sampling. Purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan-

pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data atau informasi

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

16

secara maksimal (Beni Ahmad Saebani, 2008 : 120). Pertimbangan yang

dimaksud ialah sebagai berikut :

a. Berstatus sebagai Mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan 2012

FIB yang dibuktikan dengan kartu mahasiswa (Karmas) saat

wawancara dimulai. Namun, sekarang ada beberapa mahasiswa yang

sudah berstatus sebagai alumni Sastra Daerah.

b. Memilih mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2011 dan 2012

(berdasarkan bidang masing-masing) sebagai pembanding hasil

resepsi terhadap SR.

c. Mahasiswa jurusan Sastra Daerah angkatan 2011 dan 2012 yang telah

ditentukan sesuai poin satu dan dua bersedia membaca karya sastra

yang telah ditentukan.

d. Pertimbangan selanjutnya yakni berdasarkan klasifikasi golongan

umur dan jenis kelamin. Golongan umur dibagi menjadi dua yaitu

golongan muda yang berusia 19-21 tahun dan golongan tua yang

berusia 22-24 tahun. Dari golongan umur tersebut dapat ditentukan

jenis kelamin yakni laki-laki 7 orang yang terdiri dari 4 orang dari

golongan muda dan 3 dari golongan tua dan wanita 8 orang yang

terdiri dari 4 golongan muda dan 4 golongan tua. Jadi secara

keseluruhan sampel yang diambil berjumlah 15 orang.

e. Mahasiswa Sastra Daerah yang memahami bahasa Jawa kawi dan

memahami ajaran Asthabratha.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

17

G. Metode dan Teknik

Metode dan teknik penelitian sangat penting dalam sebuah penelitian. Hal

tersebut dikarenakan metode yang digunakan sebagai prosedur atau cara yang

digunakan dalam meneliti sebuah objek kajian. Pengertian yang lebih luas,

metode dianggap sebagai cara-cara, strategi, untuk memahami realitas, langkah-

langkah sistematis untuk memecahkan rangkaian sebab akibat berikutnya

(Nyoman Kutha Ratna, 2011: 34). Metode ini selanjutnya membahas mengenai

bentuk penelitian, sumber data dan data, populasi dan sempel, teknik

pengumpulan data, dan teknik analisis data

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

sastra. Penelitian sastra adalah suatu usaha untuk mengungkapkan fakta literer

berdasarkan realita literer (realita empiris yang ada dimasyarakat) untuk

dikembangkan dan diuji kebenarannya dengan cara menganalisis data-data literer

yang telah dikumpulkan (Sangidu, 2004: 12). Penelitian sastra bermanfaat untuk

memahami aspek kemanusiaan dan kebudayaan yang tertuang ke dalam karya

sastra.

Pada umumnya penelitian sastra mempergunakan teknik penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena atau peristiwa tentang apa yang dialami

oleh banyak objek penelitian misalnya perilaku, resepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah (Lexy J. Moleong, 2007:6). Penelitian yang sifatnya

Page 18: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

18

deskriptif kualitatif ini diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat

mengenai Ajaran Kepemimpinan Asthabrata dalam Serat Rama Karya R.Ng.

Yasadipura

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan

wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewe) yang mengajukan

pertanyaan, dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu (Lexy J. Moleong, 2007; 186). Teknik wawancara adalah teknik

yang di pakai untuk membantu mengumpulkan data maupun memperoleh

informasi melalui kegiatan interaksi sosial sastra peneliti dengan yang di teliti.

Di dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur atau

sering disebut sebagai teknik “wawancara mendalam” (in-depth interviewing)

karena peneliti merasa tidak tahu apa yang belum diketahuinya. Dengan demikian

wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended, dan mengarah

pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal

terstruktur, guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal

yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara

lebih jauh dan mendalaam (H.B Sutopo, 2002)

b. Content Analysis

Teknik content analisys merupakan metodelogi penelitian yang

memanfaatkan prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku

atau dokumen (Lexy J. Moleong, 2001 : 163).

Page 19: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

19

Melalui content analysis data yang diperoleh secara cermat untuk dapat

diambil kesimpulan mengenai data yang digunakan dalam penelitian ini, serta hal

penting yang menjadi pokok persoalan penelitian, dengan demikian analisis

tersebut mengacu pada beberapa dokumen atau yang relevan dengan penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar

(Patton, 1990: 268 dalam Moleong, 2007: 280). Teknik analisi data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif.Teknik interaktif adalah

penelitian yang bergerak diantara tiga kompenen yang meliputi reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan.Wujud data merupakan satu kesatuan

siklus yang menempatkan penelitian tetap bergerak diantara ketiga siklus tersebut.

SKEMA ANALISIS MODEL INTERAKTIF

( H.B. Sutopo, 2002: 96)

Metode interaktif untuk mengungkapkan isi SR digunakan dalam rangka

menjabarkan permasalahan dengan analisis yang mendalam. Penafsiran dilakukan

karena data penelitian ini berupa tembang yang mengandung simbol-simbol

bahasa, yang tidak semua orang dapat memahaminya.

Pengumpulan Data Sajian Data

Reduksi Data Penarikan

Simpulan/Verifikasi

Page 20: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

20

Ada tiga hal penting dalam analisis data yaitu reduksi data, sajian data, dan

verifikasi data.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses penyerderhanaan dengan membatasi

permasalahan penelitian. Dengan membatasi permasalahan penelitian dan juga

membatasi pernyataan-pernyataan pokok yang perlu dijawab dalam penelitian

(H.B Sutopo, 2002: 94).

Tahapan ini dimulai dengan membaca serta mengelompokan data

berdasarkan hasil wawancara yang meliputi intensitas penghayatan, norma dan

criteria penelitian, selera dan minat baca serta resepsi. Dalam tahap ini, semua

data yang terkumpul diidentifikasikan dan diklasifikasikan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sajian dari data-data yang terkumpul. Data-data

yang terdiri dari catatan lapangan serta komentar peneliti, dokumen, biografi,

artikel, hasil wawancara akan diurutkan dan dikelompokan (Lexy J Moleong,

2010: 103). Dalam sajian data, selain dalam bentuk narasi kalmia, juga dapat

meliputi berbagai jenis matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan, dan

juga table sebagai pendukung narasinya.

Tahapan ini dimulai dengan membaca dan mengelompokan data

berdasarkan hasil wawancara, kemudian disajikan menurut intensitas

penghayatan, norma dan kriteria penelitian, selera dan minat baca serta resepsi

dari pembaca terhadap SR. Di dalam mengerjakan tahap ini, semua data yang

sudah terkumpul diidentifikasikan, dideskripsikan dan diklasifikasikan.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

21

Data yang sudah dikelompokan berdasarkan klasifikasinya, selanjutnya

data disajikan berdasarkan karakteristik data dan setelah data-data yang sudah

terkumpul lalu disajikan, kemudian dibuat deskripsi masing-masing sesuai sesuai

data untuk mempermudah tahap interprestasi.

3. Verifikasi/kesimpulan

Tahap selanjutnya setelah melakukan proses reduksi data dan sajian data

dari data-data yang telah terkumpul, maka sebisa mungkin dilakukan penarikan

kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Verifikasi/kesimpulan adalah

mengecek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan

selanjutnya membuat kesimpulan sementara. Pemeriksaan kembali merupakan hal

yang penting agar meminimalisirkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi (

H.B. Sutopo, 2002: 96).

Proses analisis data, pertama dilakukan membaca kembali hasil

wawancara dengan hasil sajian data,kemudian dianalisis sesuai dengan

permasalahan yang akan diteliti. Dalam analisis akan diarahkan untuk menjawab

pertanyaan atas masalah-masalah yang ingin diungkapkan. Masalah-masalah yang

dimaksud dalam hal ini ialah (1) resepsi Mahasiswa Sastra Daerah Fakultas Ilmu

Budaya terhadap SR berdasar intensitas penghayatannya, (2) norma dan kriteria

penilaian Mahasiswa Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya terhadap SR, (3) minat

dan selera baca Mahasiswa Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya terhadap Karya

Sastra Jawa, (4) resepsi Mahasiswa Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya terhadap

ajaran kepemimpinan dalam SR. Setelah melakukan analisis data ini, kemudian

diambil kesimpulan sebagai hasil dari penelitian.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN - abstrak.ta.uns.ac.id fileitu dapat ditunjukan oleh keanekaragaman aspek kehidupan yang dikemukakan misalnya masalah sosial, ekonomi, agama, kebudayaan bahasa dan

22

H. Sistematika Penulisan

Sistematik penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk memberikan

gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Sistematika dalam

penelitian yang berjudul “Ajaran Kepemimpinan Asthabrata dalam Serat Rama

Karya R.Ng. Yasadipura (Kajian Estetika Resepsi Berdasarkan Horizon Harapan

Robert Jauss)” sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, batasan masalah. Landasan teori meliputi

landasan teori tentang Estetika resepsi dan kerangka pikir. Metode

penelitian meliputi bentuk penelitian, sumber data dan data,

populasi dan sempel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis,

sistematika penulisan.

BAB II : PEMBAHASAN

Pembahasan berisi tentang sajian data dan pembahasan dari hasil

penelitian berdasarkan hasil wawancara dengan informan. Dari

hasil tanggapan masing-masing informan, kemudian penulis bahas

masalahnya dari sudut intensitas penghayatan, norma dan kriteria

penilaian Mahasiswa Sastra Daerah FIB serta minat dan selera

baca Mahasiswa Sastra Daerah FIB.

BAB III : PENUTUP

Penutup berisi kesimpulan dan saran, pada bagian akhir

dicantumkan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.