jumat, 12 november 2010 | media indonesia | halaman … fileitu sangat ideal dan rele van untuk...

1
K ELUARGA sehat inves- tasi bangsa. Demikian tema peringatan ke-46 Hari Kesehatan Na- sional (HKN) tahun ini. Tema itu sangat ideal dan relevan untuk dikedepankan karena ke- luarga merupakan unit terkecil dari sebuah komunitas. ‘’Segala sesuatunya sangat ideal bila dimulai dari taraf yang paling sederhana, yaitu kumpulan individu dalam keluarga. Hasil melakukan perubahan dan pembinaan yang dimulai dari keluarga sebagai unit terkecil sangat bermakna dan berkelanjutan,’’ ujar Pembina Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi dr Zae- nal Abidin dalam diskusi jelang peringatan HKN di Jakarta, beberapa waktu lalu. Zaenal yang juga Ketua Ter- pilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia menambah- kan, menjadikan keluarga sehat sebagai investasi bangsa dapat diibaratkan bagai perusahaan yang berani menginvestasikan dana besar untuk merekrut dan membina karyawan agar menjadi sumber daya manusia andal demi masa depan dan kelangsungan perusahaan. Seperti karyawan yang jadi aset terpenting perusahaan, keluarga sehat adalah aset vital sebuah bangsa. Hal senada juga disampai- kan Ketua Ikatan Penulis Ke- luarga Berencana (IPKB) Pusat Bambang Sadono. Menurut Bambang, keluarga sehat dan produktif akan mengangkat harkat dan martabat bang- sa. Pertanyannya, bagaimana mengawali pembentukan ke- luarga sehat? Soal ini, Bambang berpenda- pat bahwa perencanaan adalah kuncinya. Agar bisa sehat, sebuah keluarga perlu me- menuhi sejumlah kebutuhan. Antara lain asupan gizi yang cukup, lingkungan yang sehat, pengobatan, dan perawatan ke- sehatan ketika jatuh sakit. Ke- semuanya memerlukan biaya yang kerap kali tidak sedikit. Untuk itu, perencanaan biaya kesehatan menjadi vital. Na- mun, faktanya perencanaan kemampuan untuk membiayai kesehatan anggota keluarga ini sering terlupakan. ‘’Yang selalu menjadi perha- tian adalah biaya makan, pakai- an, rumah, dan juga pendidikan anggota keluarga, sedangkan rencana biaya kesehatan ter- lupakan,” kata Bambang. Bambang menambahkan, idealnya setiap keluarga me- rencanakan jumlah anggota sesuai dengan kemampuan ekonomi. Bila kemampuan ter- batas, jumlah dan jadwal kela- hiran anak hendaknya diatur. Itu untuk mencegah kelebihan beban biaya kesehatan. ‘’Untuk itu, penyuluhan Ke- luarga Berencana harus le- bih digalakkan pemerintah, diiringi dengan penyediaan fasilitas dan lingkungan yang diperlukan keluarga untuk mencapai hidup sehat,’’ kata Bambang. Jaminan kesehatan Pada kesempatan terpisah, Guru Besar Fakultas Kesehat- an Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany menekankan pentingnya upaya promosi kesehatan kepada se- tiap keluarga serta perluasan program jaminan kesehatan masyarakat. Hasbullah menuturkan, bi- la pemerintah tidak mampu mempromosikan hidup se- hat, timbul dua kerugian uta- ma. Pertama kehilangan hari produktif kerja bagi yang sakit dan kedua biaya pengobatan yang lebih mahal. “Contohnya kasus demam berdarah (DB). Di DKI Jakarta tahun lalu terdapat 13 ribu pasien DB yang tidak masuk kerja minimal satu minggu. Be- lum lagi ada anggota keluarga yang tidak masuk kerja kare- na menemani di rumah sakit. Jadi, terdapat ratusan ribu hari produktif hilang dan miliaran dana juga habis untuk peng- obatan,” kata Hasbullah. Pemerintah harus mengubah perilaku setiap keluarga agar selalu menghindari penyakit serta berperilaku hidup sehat. Tentu saja, promosi kesehatan itu harus sesuai dengan tingkat kemampuan penyerapan setiap keluarga dan ketersediaan akses informasi. Dengan demikian, promosi itu dapat menjangkau keluarga-keluarga pada seluruh lapisan masyarakat. Bagi yang sakit, pemerintah harus meyakinkan mereka agar segera berobat. Caranya dengan menjamin biaya peng- obatan. Ketakutan terhadap mahalnya biaya berobat se- ring menahan keluarga untuk segera mengobati anggota mereka yang sakit. Alhasil, sakit yang diderita bertambah parah. ‘’Adanya jaminan kesehatan gratis mendorong keluarga untuk tidak menunda-nunda berobat,’’ imbuh Hasbullah. Keluarga yang sehat akan memproduksi sumber daya manusia (SDM) yang berkuali- tas baik sik maupun mental. SDM yang demikian menjadi modal penting untuk kemaju- an sebuah bangsa. Karena itu, upaya menyehatkan keluar- ga adalah investasi penting yang perlu diupayakan negara. (S-3) amalias@ mediaindonesia.com JUMAT, 12 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 14 HARI KESEHATAN NASIONAL Amalia Susanti Sehatnya Keluarga Terencana Keluarga sehat tidak terbentuk tiba-tiba. Dibutuhkan perencanaan matang untuk mendapatkannya. BERPERAN PENTING: Keluarga sebagai unit terkecil dari sebuah komunitas berperan penting dalam mewujudkan bangsa yang sehat. MI/ RAMDANI KELUARGA adalah lingkung- an sosial yang pertama bagi anak-anak, tempat mereka pertama kali mendapatkan informasi dan bimbingan akan berbagai hal, termasuk soal kesehatan. Keberhasilan upaya membentuk generasi sehat turut ditentukan pola asuh orang tua. “Kalau di dalam lingkung- an keluarga hidup sehat tidak diperkenalkan pada anak, pola hidup keliru akan melekat pada anak,’’ ujar Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi, baru-baru ini di Jakarta. Menurut Seto, sejak awal orang tua harus menerapkan dan mengenalkan pola hidup sehat kepada anak-anak, seperti makan bergizi dan teratur, isti- rahat cukup, olahraga, menjaga kebersihan badan, dan adanya kesempatan untuk bermain. Selain itu, orang tua harus menumbuhkan suasana gem- bira, menghindari tekanan atau tindak kekerasan pada anak- anak. Hal itu penting untuk kesehatan jiwa anak. Hal senada juga disampai- kan Ketua Yayasan Masyarakat Sadar Gizi, dr Tirta Prawita Sari. Menurutnya, dalam ma- yoritas keluarga ibu menjadi sosok yang paling dekat de- ngan anak-anak. Posisi yang demikian menjadikan ibu se- bagai sosok paling pas untuk mengenalkan pola hidup sehat kepada anak-anak. ‘’Ibulah yang merupakan pi- lar utama dalam mewujudkan keluarga sehat,’’ ujar Tirta da- lam sebuah diskusi jelang Hari Kesehatan Nasional 2010 di Jakarta, beberapa waktu lalu. Tirta menjelaskan, pola asuh yang baik akan berpenga- ruh terhadap status kesehat- an bayi, balita, dan anaknya. Ibu hendaknya mengajar dan membimbing anaknya tentang kebersihan, pola makan sehat- aman-seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, dan rekreasi. Namun, semua itu tidak akan terwujud bila suami (ayah) atau anggota keluarga yang menjadi penentu kebijakan dalam ru- mah tangga tidak menyadari pentingnya peran ibu dalam pengasuhan anak. Artinya, betapa pun besarnya komit- men ibu dalam pola asuh, jika tidak mendapat dukungan dari anggota keluarga lain, akan berakhir sia-sia. ‘’Dalam batasan tertentu, se- orang ibu seharusnya memiliki kewenangan positif yang cu- kup luas dalam memberikan kasih sayang, yang kemudian berujung pada keberhasilan proses pengasuhan anak.’’ Sementara itu, pemerintah seharusnya menjamin keterse- diaan sarana dan prasarana yang diperlukan seorang ibu untuk mengoptimalkan diri dalam membesarkan anak. Contohnya, menjamin kebe- basan ibu untuk memberikan air susu ibu (ASI). Penjaminan kebebasan ini sa- ngat penting karena di pundak ibulah generasi ahli waris masa depan dan penentu kelang- sungan hidup bangsa akan dititipkan. (*/S-3) Pola Asuh Jadi Penentu KEBIASAAN baik, walau seder- hana, akan membawa dampak positif yang besar. Pun demikian dalam urusan kesehatan keluar- ga. Kebiasaan-kebiasaan sehat akan menjauhkan keluarga dari penyakit. Berikut beberapa perilaku sederhana yang menye- hatkan bila diterapkan secara konsisten: Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. Mandi teratur dan mencuci ta- ngan sebelum makan, sesudah bepergian, dan setelah dari kamar mandi/toilet. Memperbanyak menu sayur dan buah dalam keluarga. Menghindari menu makanan siap saji, tinggi gula dan tinggi garam. Menyediakan porsi istirahat cu- kup bagi anak-anak. Olahraga rutin. Cek kesehatan (medical check- up) secara teratur. Menjalin komunikasi efektif antaranggota keluarga. Jangan sampai kesibukan kedua orang tua yang bekerja membuat anak lepas kontrol dan terjerumus pada perilaku yang merugikan kesehatan serta masa depan- nya. (*/S-3) Awali dari Kebiasaan Sederhana Larut malam, enaknya Indomie D i dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Itulah kira-kira slo- gan yang ada di benak Wali Kota Tangerang Wahidin Halim. Dengan begitu, dalam menjalankan kepemimpinan- nya, ia mendekatkan pelayanan kesehatan tersebut kepada masyarakat, salah satunya dengan cara meningkatkan status puskesmas biasa menjadi puskesmas rawat inap. “Saat ini kami sudah punya dua puskesmas rawat inap, yaitu di Kecamatan Cibodas dan Gembor. Ke depannya, 30 puskesmas yang lain juga diprogramkan menjadi puskesmas yang sama,” kata Wahidin Halim. Selain itu, lanjut dia, Pemerintah Kota Tangerang telah memprogramkan pembangunan 1.000 pos- yandu yang tersebar di 104 kelurahan di 13 kecamatan di Kota Tangerang. Dari rencana tersebut, kata dia, 100 posyan- du sudah dibangun dan dapat dioperasikan. Sementara itu, sisanya akan didirikan secara bertahap. “Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan ini, kami juga telah memberikan kartu multiguna kepada 496 ribu jiwa yang tidak mampu, agar gratis mendapat pelayan- an kesehatan,” kata Wahidin. Karena itu, sejak 8 Oktober 2010, Pemkot Tangerang terpilih sebagai peserta lomba Bhakti Husada oleh Kementerian Kesehatan karena dinilai sebagai daerah yang terbaik da- lam pengelolaan kesehatan di wilayahnya. “Sebenarnya hasil lomba Bhakti Husada tersebut diumumkan pada Hari Kesehatan Sedunia yang jatuh pada 12 November 2010 ini. Hanya saja, karena pihak Kementrian Kesehatan sedang sibuk menangani bencana alam, rencana itu diundur hingga waktu yang belum ditentukan,” kata Wahidin Halim yang optimistis Kota Tangerang akan meraih peng- hargaan Bhakti Husada itu. (SM/S-25) Kota Tangerang Tingkatkan Layanan Kesehatan DOK PEMKOT TANGERANG

Upload: phamkiet

Post on 20-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JUMAT, 12 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN … fileitu sangat ideal dan rele van untuk dikedepankan karena ke- ... ideal bila dimulai dari taraf yang paling sederhana, yaitu

KELUARGA sehat inves-tasi bangsa. Demikian tema peringatan ke-46 Hari Kesehatan Na-

sional (HKN) tahun ini. Tema itu sangat ideal dan rele van untuk dikedepankan karena ke-luarga merupakan unit terkecil dari sebuah komunitas.

‘’Segala sesuatunya sangat ideal bila dimulai dari taraf yang paling sederhana, yaitu kumpulan individu dalam ke luarga. Hasil melakukan perubahan dan pembinaan yang dimulai dari keluarga sebagai unit terkecil sangat bermakna dan berkelanjutan,’’ ujar Pembina Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi dr Zae-nal Abidin dalam diskusi jelang peringatan HKN di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Zaenal yang juga Ketua Ter-pilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia menambah-kan, menjadikan keluarga sehat sebagai investasi bangsa dapat diibaratkan bagai perusahaan yang berani menginvestasikan dana besar untuk merekrut dan membina karyawan agar menjadi sumber daya manusia andal demi masa depan dan kelangsungan perusahaan. Seperti karyawan yang jadi aset terpenting perusahaan, keluarga sehat adalah aset vital

sebuah bangsa. Hal senada juga disampai-

kan Ketua Ikatan Penulis Ke-luarga Berencana (IPKB) Pusat Bambang Sadono. Menurut Bambang, keluarga sehat dan produktif akan mengangkat harkat dan martabat bang-sa. Pertanyannya, bagaimana meng awali pembentukan ke-luarga sehat?

Soal ini, Bambang berpenda-pat bahwa perencanaan adalah kuncinya. Agar bisa sehat, se buah keluarga perlu me-menuhi sejumlah kebutuhan. Antara lain asupan gizi yang cukup, lingkungan yang sehat, pengobatan, dan perawatan ke-sehatan ketika jatuh sakit. Ke-se muanya memerlukan biaya yang kerap kali tidak sedikit.

Untuk itu, perencanaan biaya kesehatan menjadi vital. Na-mun, faktanya perencanaan kemampuan untuk membiayai kesehatan anggota keluarga ini sering terlupakan.

‘’Yang selalu menjadi perha-tian adalah biaya makan, pakai-an, rumah, dan juga pendidikan anggota keluarga, sedangkan rencana biaya kesehatan ter-lupa kan,” kata Bambang.

Bambang menambahkan, idealnya setiap keluarga me-rencanakan jumlah anggota sesuai dengan kemampuan ekonomi. Bila kemampuan ter-batas, jumlah dan jadwal kela-hiran anak hendaknya diatur.

Itu untuk mencegah kelebihan beban biaya kesehatan.

‘’Untuk itu, penyuluhan Ke-luarga Berencana harus le-bih digalakkan pemerintah, diiringi dengan penyediaan fasilitas dan lingkungan yang diperlukan keluarga untuk mencapai hidup sehat,’’ kata Bambang.

Jaminan kesehatan

Pada kesempatan terpisah, Guru Besar Fakultas Kesehat-an Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany menekankan pentingnya upaya promosi kesehatan kepada se-tiap keluarga serta perluasan program jaminan kesehatan masyarakat.

Hasbullah menuturkan, bi-la pemerintah tidak mampu mem promosikan hidup se-hat, timbul dua kerugian uta-ma. Pertama kehilangan hari produktif kerja bagi yang sakit dan kedua biaya pengobatan yang lebih mahal.

“Contohnya kasus demam berdarah (DB). Di DKI Jakarta tahun lalu terdapat 13 ribu pasien DB yang tidak masuk kerja minimal satu minggu. Be-lum lagi ada anggota keluarga yang tidak masuk kerja kare-na menemani di rumah sakit. Jadi, terdapat ratusan ribu hari produktif hilang dan miliaran dana juga habis untuk peng-obatan,” kata Hasbullah.

Pemerintah harus mengubah perilaku setiap keluarga agar selalu menghindari penyakit serta berperilaku hidup sehat. Tentu saja, promosi kesehatan itu harus sesuai dengan tingkat kemampuan penyerapan setiap keluarga dan ketersediaan akses informasi. Dengan demikian, promosi itu dapat menjangkau keluarga-keluarga pada seluruh lapisan masyarakat.

Bagi yang sakit, pemerintah harus meyakinkan mereka agar segera berobat. Caranya dengan menjamin biaya peng-obatan. Ketakutan terhadap mahalnya biaya berobat se-ring menahan keluarga untuk segera meng obati anggota mereka yang sakit. Alhasil, sakit yang diderita bertambah parah.

‘’Adanya jaminan kesehatan gratis mendorong keluarga untuk tidak menunda-nunda berobat,’’ imbuh Hasbullah.

Keluarga yang sehat akan memproduksi sumber daya manusia (SDM) yang berkuali-tas baik fi sik maupun mental. SDM yang demikian menjadi modal penting untuk kemaju-an sebuah bangsa. Karena itu, upaya menyehatkan keluar-ga adalah investasi penting yang perlu diupayakan negara. (S-3)

[email protected]

JUMAT, 12 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | HALAMAN 14HARI KESEHATAN NASIONAL

Amalia Susanti

Sehatnya Keluarga Terencana

Keluarga sehat tidak terbentuk tiba-tiba. Dibutuhkan perencanaan matang untuk

mendapatkannya.

BERPERAN PENTING: Keluarga sebagai unit terkecil dari sebuah komunitas berperan penting dalam mewujudkan bangsa yang sehat.

MI/ RAMDANI

KELUARGA adalah lingkung-an sosial yang pertama bagi anak-anak, tempat mereka pertama kali mendapatkan informasi dan bimbingan akan berbagai hal, termasuk soal kesehatan. Keberhasilan upaya membentuk generasi sehat turut ditentukan pola asuh orang tua.

“Kalau di dalam lingkung-an keluarga hidup sehat tidak diperkenalkan pada anak, pola hidup keliru akan melekat pada anak,’’ ujar Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi, baru-baru ini di Jakarta.

Menurut Seto, sejak awal orang tua harus menerapkan dan mengenalkan pola hidup sehat kepada anak-anak, seperti makan bergizi dan teratur, isti-rahat cukup, olahraga, menjaga kebersihan badan, dan adanya kesempatan untuk bermain.

Selain itu, orang tua harus me numbuhkan suasana gem-bira, menghindari tekanan atau tindak kekerasan pada anak-anak. Hal itu penting untuk kesehatan jiwa anak.

Hal senada juga disampai-kan Ketua Yayasan Masyarakat Sadar Gizi, dr Tirta Prawita Sari. Menurutnya, dalam ma-yoritas keluarga ibu menjadi sosok yang paling dekat de-ngan anak-anak. Posisi yang demikian menjadikan ibu se-bagai sosok paling pas untuk mengenalkan pola hidup sehat kepada anak-anak.

‘’Ibulah yang merupakan pi-lar utama dalam mewujudkan keluarga sehat,’’ ujar Tirta da-

lam sebuah diskusi jelang Hari Kesehatan Nasional 2010 di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tirta menjelaskan, pola asuh yang baik akan berpenga-ruh terhadap status kesehat-an bayi, balita, dan anaknya. Ibu hendaknya mengajar dan membimbing anaknya tentang kebersihan, pola makan sehat-aman-seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, dan rekreasi.

Namun, semua itu tidak akan terwujud bila suami (ayah) atau anggota keluarga yang menjadi penentu kebijakan dalam ru-mah tangga tidak menyadari pentingnya peran ibu dalam pengasuhan anak. Artinya, betapa pun besarnya komit-men ibu dalam pola asuh, jika tidak mendapat dukungan dari anggota keluarga lain, akan berakhir sia-sia.

‘’Dalam batasan tertentu, se-orang ibu seharusnya memiliki kewenangan positif yang cu-kup luas dalam memberikan kasih sayang, yang kemudian berujung pada keberhasilan proses pengasuhan anak.’’

Sementara itu, pemerintah seharusnya menjamin keterse-diaan sarana dan prasarana yang diperlukan seorang ibu untuk mengoptimalkan diri dalam membesarkan anak. Contohnya, menjamin kebe-basan ibu untuk memberikan air susu ibu (ASI).

Penjaminan kebebasan ini sa-ngat penting karena di pundak ibulah generasi ahli waris masa depan dan penentu kelang-sungan hidup bangsa akan dititipkan. (*/S-3)

Pola Asuh Jadi Penentu

KEBIASAAN baik, walau seder-hana, akan membawa dampak positif yang besar. Pun demikian dalam urusan kesehatan keluar-ga. Kebiasaan-kebiasaan sehat akan menjauhkan keluarga dari penyakit. Berikut beberapa perilaku sederhana yang menye-hatkan bila diterapkan secara konsisten:

Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.

Mandi teratur dan mencuci ta-ngan sebelum makan, sesudah bepergian, dan setelah dari kamar mandi/toilet.

Memperbanyak menu sayur dan buah dalam keluarga.

Menghindari menu makanan siap saji, tinggi gula dan tinggi garam.

Menyediakan porsi istirahat cu-kup bagi anak-anak.

Olahraga rutin.

Cek kesehatan (medical check-up) secara teratur.

Menjalin komunikasi efektif antaranggota keluarga. Jangan sampai kesibukan kedua orang tua yang bekerja membuat anak lepas kontrol dan terjerumus pada perilaku yang merugikan kesehatan serta masa depan-nya. (*/S-3)

Awali dari Kebiasaan Sederhana

Larut malam, enaknya Indomie

Di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Itulah kira-kira slo-gan yang ada di benak Wali Kota Tangerang Wahidin Halim. De ngan

begitu, dalam menjalankan kepemimpin an-nya, ia mendekatkan pelayanan kesehatan tersebut kepada masyarakat, salah satunya dengan cara meningkatkan status puskesmas biasa menjadi puskesmas rawat inap.

“Saat ini kami sudah punya dua puskesmas rawat inap, yaitu di Kecamatan Cibodas dan Gembor. Ke depannya, 30 puskesmas yang lain juga diprogramkan menjadi puskesmas yang sama,” kata Wahidin Halim. Selain itu, lanjut dia, Pemerintah Kota Tangerang telah memprogramkan pembangunan 1.000 pos-yandu yang tersebar di 104 kelurahan di 13 kecamatan di Kota Tangerang.

Dari rencana tersebut, kata dia, 100 posyan-du sudah dibangun dan dapat dioperasikan. Sementara itu, sisanya akan didirikan secara bertahap. “Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan ini, kami juga telah memberikan kartu multiguna kepada 496 ribu jiwa yang tidak mampu, agar gratis mendapat pelayan-an kesehatan,” kata Wahidin.

Karena itu, sejak 8 Oktober 2010, Pemkot Tangerang terpilih sebagai peserta lomba Bhakti Husada oleh Kementerian Kesehatan

karena dinilai sebagai daerah yang terbaik da-lam pengelolaan kesehatan di wilayahnya.

“Sebenarnya hasil lomba Bhakti Husada tersebut diumumkan pada Hari Kesehatan Sedunia yang jatuh pada 12 November 2010 ini. Hanya saja, karena pihak Kementrian Kesehatan sedang sibuk menangani bencana alam, rencana itu diundur hingga waktu yang belum ditentukan,” kata Wahidin Halim yang optimistis Kota Tangerang akan meraih peng-hargaan Bhakti Husada itu. (SM/S-25)

Kota Tangerang Tingkatkan Layanan Kesehatan

DOK PEMKOT TANGERANG