bab i pendahuluan - · pdf filetugas mata kuliah ekonomi kesejahteraan ... kawasan penyangga...

14
ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Puncak merupakan bagian dari Kawasan Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) dalam wilayah administratif Kabupaten Bogor. Kawasan Puncak secara nasional merupakan bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN) Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi- Puncak-Cianjur (Jabodetabekpunjur). Kawasan ini juga dikategorikan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten yaitu wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup daerah pada aspek ekonomi dan lingkungan. Dalam RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025, rencana pengelolaan kawasan strategis Puncak diarahkan untuk terselenggaranya keseimbangan ekologi sebagai kawasan resapan air dan pengendali banjir. Kawasan Puncak memiliki beragam fungsi strategis, antara lain sebagai kawasan lindung dan tata air, sumber plasma nutfah, kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan non pertanian. Dikarenakan posisi geografis yang signifikan dari kawasan ini, kawasan Puncak juga dianggap sebagai kawasan hinter land yang menjaga kehidupan penduduk urban di sekitarnya seperti Depok, Bogor dan Ibukota negara DKI Jakarta. Eksistensi kawasan ini sangat diperhitungkan karena dampak permasalahan di dalamnya mempengaruhi kawasan- kawasan penting lainnya. Selain itu kawasan ini memiliki keindahan alam dan udara yang sejuk karena didominasi oleh pegunungan dengan hamparan perkebunan teh yang terletak pada ketinggian 1000 meter dari permukaan laut sehingga menjadi andalan wisata Jawa Barat dan trade mark bagi Bangsa Indonesia di forum pariwisata internasional. Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional, Kawasan ini menjadi salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Beberapa keunggulan di atas, menjadikan kawasan ini memiliki daya tarik yang cukup tinggi sehingga banyak pihak yang memanfaatkannya tidak hanya sebagai alternatif tempat pariwisata untuk menikmati keindahan alam di akhir pekan, tetapi berubah menjadi keinginan untuk menguasai lahan dan tempat investasi, mulai dari investasi skala kecil hingga skala besar, sehingga jumlah penduduk di kawasan ini meningkat pesat dan membawa konsekuensi pada penggunaan lahan yang meningkat pula. Menurut sensus

Upload: lamtuong

Post on 01-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 1 -

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan Puncak merupakan bagian dari Kawasan Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur)

dalam wilayah administratif Kabupaten Bogor. Kawasan Puncak secara nasional merupakan

bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN) Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-

Puncak-Cianjur (Jabodetabekpunjur). Kawasan ini juga dikategorikan sebagai Kawasan

Strategis Kabupaten yaitu wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena

mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup daerah pada aspek ekonomi dan

lingkungan. Dalam RTRW Kabupaten Bogor tahun 2005-2025, rencana pengelolaan

kawasan strategis Puncak diarahkan untuk terselenggaranya keseimbangan ekologi

sebagai kawasan resapan air dan pengendali banjir.

Kawasan Puncak memiliki beragam fungsi strategis, antara lain sebagai kawasan

lindung dan tata air, sumber plasma nutfah, kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan

non pertanian. Dikarenakan posisi geografis yang signifikan dari kawasan ini, kawasan

Puncak juga dianggap sebagai kawasan hinter land yang menjaga kehidupan penduduk urban

di sekitarnya seperti Depok, Bogor dan Ibukota negara DKI Jakarta. Eksistensi kawasan ini

sangat diperhitungkan karena dampak permasalahan di dalamnya mempengaruhi kawasan-

kawasan penting lainnya.

Selain itu kawasan ini memiliki keindahan alam dan udara yang sejuk karena

didominasi oleh pegunungan dengan hamparan perkebunan teh yang terletak pada ketinggian

1000 meter dari permukaan laut sehingga menjadi andalan wisata Jawa Barat dan trade mark

bagi Bangsa Indonesia di forum pariwisata internasional. Dalam Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata Nasional, Kawasan ini menjadi salah satu Kawasan Strategis

Pariwisata Nasional (KSPN).

Beberapa keunggulan di atas, menjadikan kawasan ini memiliki daya tarik yang

cukup tinggi sehingga banyak pihak yang memanfaatkannya tidak hanya sebagai alternatif

tempat pariwisata untuk menikmati keindahan alam di akhir pekan, tetapi berubah menjadi

keinginan untuk menguasai lahan dan tempat investasi, mulai dari investasi skala kecil

hingga skala besar, sehingga jumlah penduduk di kawasan ini meningkat pesat dan

membawa konsekuensi pada penggunaan lahan yang meningkat pula. Menurut sensus

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 2 -

penduduk pada tahun 1980 dan 2000 terjadi peningkatan jumlah penduduk dari 5,7 menjadi

11,7 juta jiwa (Alihar, 2002).

Apalagi sejak tahun 1960, dengan terbukanya jalur intensif Jakarta-Bandung,

perkembangan EKONOMI di kawasan ini sulit dikendalikan. Dominasi pemanfaatan ruang

dan penggunaan lahan telah menyebabkan perubahan perkembangan fisik dan ekonomi yang

pesat dan terkadang destruktif terhadap ekologi. Kondisi ini mengakibatkan perubahan

fungsi lahan yang tidak sesuai dengan fungsi peruntukannya. Sebagai contoh, kawasan hutan,

daerah pertanian, dan daerah resapan air telah berubah menjadi kawasan perumahan bahkan

untuk industry dan pariwisata. Kegiatan ini mengindikasikan persoalan ekonomi lebih

mendominasi aktivitas di kawasan puncak.

Akibat dari perubahan fungsi ini bermunculan persoalan-persoalan lingkungan yang

memiliki dampak ekologis seperti banjir, erosi dan lain-lain, yang tidak saja terjadi di

kawasan Puncak Kabupaten Bogor tapi juga pada kawasan-kawasan di sekitarnya. Persoalan

ekologis pada kawasan hilir secara ekonomi merugikan atau menurunkan tingkat

kesejahteraan masyarakat bagian hilir.

Sumber: Rustiadi, et. al., 2014.

Selanjutnya jika kita lihat berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan di kawasan

puncak, untuk wilayah Megamendung, Cisarua dan wilayah Ciawi bagian selatan

diklasifikasikan pada kelas VII artinya ialah lahan pada klasifikasi ini tidak sesuai untuk

budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan dalam keadaan alami. Lahan kelas

VIII bermanfaat sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar alam. Pembatas atau

ancaman kerusakan pada lahan kelas VIII dapat berupa: (1) terletak pada lereng yang sangat

Gambar 1.1

Gambar 1.2

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 3 -

curam (>65 persen), atau (2) berbatu atau kerikil (lebih dari 90 persen volume tanah terdiri

dari batu atau kerikil atau lebih dari 90 persen permukaan lahan tertutup batuan), dan (3)

kapasitas menahan air sangat rendah. Contoh lahan kelas VIII adalah puncak gunung, tanah

mati, batu terungkap, dan pantai pasir.

Sumber: Rustiadi, et. al., 2014.

Gambar 1.3. Kemampuan Lahan Wilayah Sub-DAS Ciliwung

Selanjutnya pada wilayah Ciawi bagian utara diklasifikasikan pada kelas IV artinya

ialah wilayah ini merupakan lahan dengan ciri tanah terletak pada wilayah yang miring

sekitar 12 – 30 persen, dengan system pengairan yang buruk. Hambatan dan ancaman

kerusakan pada tanah-tanah di dalam lahan kelas IV lebih besar dari pada tanah-tanah di

dalam kelas III, dan pilihan tanaman juga lebih terbatas. Jika digunakan untuk tanaman

semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan konservasi yang lebih

sulit diterapkan dan dipelihara, seperti teras bangku, saluran bervegatasi dan dam

penghambat, disamping tindakan yang dilakukan untuk memelihara kesuburan dan kondisi

fisik tanah. Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman

pertanian dan pada umumnya, tanaman rumput, hutan produksi, padang penggembalaan,

hutan lindung dan cagar alam. Jika kita bandingkan dengan Gambar 2 di atas, dari peta

existing penggunaan lahan Sub DAS Ciliwung Tahun 2012 lahan pada klasifikasi ini telah

dimanfaatkan sedemikian rupa untuk kawasan pemukiman/villa, padahal hambatan atau

ancaman kerusakan tanah-tanah di dalam kelas IV ini sangat beresiko tinggi bila

dimanfaatkan sebagai pemukiman. Ancaman kerusakan tanah pada wilayah klasifikasi ini

salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: (1) lereng yang miring atau berbukit ( lebih

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 4 -

dari 15% – 30%), (2) kepekaan erosi yang sangat tinggi, (3) pengaruh bekas erosi yang agak

berat yang telah terjadi, (4) tanahnya dangkal, (5) kapasitas menahan air yang rendah, (6)

selama 2 sampai 5 bulan dalam setahun dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam, (7)

kelebihan air bebas dan ancaman penjenuhan atau penggenangan terus terjadi setelah

didrainase (drainase buruk), (8) terdapat banyak kerikil atau batuan di permukaan tanah, (9)

salinitas atau kandungan Natrium yang tinggi (pengaruhnya hebat), dan/atau (10) keadaan

iklim yang kurang menguntungkan (Gambar 1.3). Sehingga selain keberadaan

pemukiman/villa-villa ini telah melanggar Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten Bogor

juga dikarenakan pembangunan pemukiman/villa tersebut sangat beresiko atas bencana

longsor.

Sumber: Andono, 2014.

Gambar 1.4. Sebaran Lokasi Pendirian Ressort di Gunung Gede Pangrango

Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi masalah ini adalah memperketat aturan

main (perundang-undangan) di Kawasan Puncak. Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 54 tahun 2008 tentang penataan ruang kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,

Bekasi, Puncak, Cianjur merupakan ketentuan yang memuat gambaran pengaruh kesadaran

lingkungan pada pembangunan di kawasan ini. Sebelumnya telah diterbitkan PP nomor

13/1963, Keppres 48/1983, Keppres nomor 79/1985, PP nomor 47/1997, dan Keppres

114/1999 yang kemudian peraturan ini dijadikan sebagai landasan operasional penataan di

Kawasan Puncak, namun semuanya dianggap tidak relevan dengan dinamika pembangunan

di lapangan, karena peraturan yang ada tidak menggambarkan kondisi rill di lapangan.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 5 -

Di samping hal-hal di atas, pengelolaan di Kawasan Puncak semakin kompleks

dikarenakan sifat kepemilikan lahan yang dikuasai secara turun temurun yaitu sebagai tanah

adat, yang memiliki kelemahan dalam kontrol penggunaannya. Dewasa ini, kepemilikan

lahan secara adat dikarenakan alasan ekonomi dialihkan kepada pihak-pihak yang memiliki

kekuasaan dan keuangan. Mutasi kepemilikan ini menyebabkan pemerintah sulit

menghentikan pihak yang menguasai lahan tersebut dalam merubah lahan milik mereka

menjadi perumahan (pemukiman) dan industri dikarenakan peruntukannya lebih

menguntungkan secara ekonomi (Barlowe, 1986).

Interdependensi dalam penggunaan sumberdaya alam berupa lahan tidak hanya

menjadi masalah individu. Lahan-lahan milik negara pun memiliki konsekuensi terjadinya

perubahan fungsi lahan karena berbagai kepentingan sektor-sektor pembangunan lainnya

dalam kepemilikan (ownership) lahan yang telah ada. Fenomena ekonomi yang terjadi

menjadi semakin besar dan sangat massif tanpa solusi.

Berdasarkan ekuilibrium dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat Puncak sebagai

kawasan hulu (OA) dengan masyarakat Jakarta dan sekitarnya di bagian Hilir (OB), terjadi

pada titik dimana keduanya optimal dengan tidak ada lagi yang dirugikan ketika pihak lain

diuntungkan.

1.2 Perumusan Masalah

Kawasan pariwisata Puncak yang memiliki luas 18.352,89 Ha terdiri dari tiga

kecamatan yaitu Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Ciawi, yang

semula peruntukannya adalah sebagai kawasan non budidaya, diperuntukkan bagi pengaturan

air, pencegahan erosi dan banjir, serta memelihara keawetan dan kesuburan tanah. Akan

tetapi, pada saat ini cenderung menjadi kawasan dengan fungsi pengembangan perkotaan,

dengan meningkatnya berbagai macam pembangunan.

Sumber: Rustiadi, et. al., 2014.

Gambar 1.5. Tingkat Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Puncak

2010

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 6 -

Pesatnya pembangunan di kawasan ini menyebabkan berkurangnya kawasan hutan

lindung dan meningkatnya luas kawasan lahan kritis. Perkembangannya, kawasan-kawasan

ini mengalami perubahan fungsi lahan yang mengarah pada perusakan lingkungan yang

berdampak secara ekologis seperti banjir, erosi dan lain-lain, yang tidak saja terjadi di

kawasan Puncak Kabupaten Bogor tapi juga pada kawasan-kawasan di sekitarnya.

Sumber: Rustiadi, et. al., 2014

Gambar 1.6. Evaluasi Fisik Lahan, Landuse (2012) dan Rencana Pola Ruang

dalam RTRW

DAS Ciliwung adalah pertahanan terakhir kota penyangga, karena dari enam DAS

yang ada di Kabupaten Bogor, DAS Ciliwung yang memiliki tutupan hutan seluas 3.565 ha.

Kondisi DAS Ciliwung berdasarkan hasil penelitian dari P4W menyebutkan bahwa kini

terjadi penurunan daya dukung sungai di kawasan Puncak, hal ini dikarenakan adanya

penyimpangan bangunan terbangun di dalam tata ruang yang bukan peruntukannya.

Jika tutupan lahan yang ada di Kawasan Puncak semakin berkurang maka sudah bisa

diperhitungkan dampaknya bagi Jakarta. Banjir dan longsor selama beberapa tahun

terakhir akan terus terjadi dari siklus lima tahunan kini bergeser menjadi siklus dua tahunan.

Meskipun aturan hukum telah tersedia, permasalahan-permasalahan di kawasan

Puncak belum dapat terselesaikan. Permasalahan-permasalahan EKONOMI

KESEJAHTERAAN dalam upaya mempertahankan fungsi Kawasan Bogor, Puncak dan

Cianjur dengan fungsi kegiatan ekonomi wilayah, antara lain:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 7 -

1. Upaya Mempertahankan kawasan hutan sebagai system produksi secara ekonomi kurang

menghasilkan income bagi masyarakat petani dan pemilik lahan.

2. Rendahnya produktivitas ekonomi kawasan menyebabkan mayarakat dan pemilik lahan

beralih menjadikaan kawasan gopuncjur, menjadi kawasan ekonomi bernilai tinggi yakni

pariwisata

3. Terdapat keseimbangan antara kegiatan pariwisata dengan kegiatan konservasi pada titik

dimana kegiatan ekonomi lebih banyak menghasilkan income sedangkan pada kegiatan

konservasi menjadi marginal

4. Secara perlahan alih fungsi lahan dari sector konservasi ke sector ekonomi terutama jasa

pariwisata menyebabkan pergeseran fungsi kawasan dan akhirnya berakibat pada

semakin banyaknya kebencaaan terutama banjir di kawasan hilir.

5. Kondisi demikian meneyebabkan secara ekonomi terdapat kerugian masyarakat di bagian

hilir akibat pergeseran aktivitas masyarakat di bagian hulu

Dalam kasus Kawasan Puncak di sini terjadi Dilematis Pengembangan Ekonomi

Wilayah dilihat dari sisi Ekonomi Kesejahteraan, yang terjadi pada sisi kegiatan kawasan

konservasi dan kegiatan ekonomi. Dilematis yang terjadi di kawasan tersebut bukan akibat

kemiskinan warga setempat sehingga lapar akan lahan, melainkan akibat keserakahan

kelompok masyarakat elite dan konflik tata kelola kelembagaan. Konflik tata kelola, yang

berarti ada pada pemerintah, terutama terjadi pada kawasan yang dikelola dan kewenangan

utamanya ada pada pemerintah pusat, yakni pada kawasan hutan dan kawasan perkebunan

teh.

Kawasan Puncak telah menjadi etalase kemewahan kelompok elite kota, dengan vila-

vila atau perumahan mewahnya, yang mempertontonkan pelanggaran yang secara jelas, di

atas penderitaan dan musibah yang menimpa masyarakat luas. Inkonsistensi ini harus segera

diakhiri, pembongkaran villa-villa baru-baru ini belum cukup untuk menyelesaikan berbagai

pelanggaran yang terjadi dalam konteks keekonomian wilayah. Dua kutub dilemma sangat

menyulitkan pengambilan kebijakan oleh pemerintah antara harus mengembalikan fungsi

lahan tersebut sebagai lahan konservasi dan kedua tetap mempertahankan aktivitas ekonomi

untuk keberlanjutan kesejahteraan kawasan tersebut namun disisi lain mengurangi

kesejahteraan masyarakat di kawasan hulu yang menderita kerugian akibat banjir sebagai

hasil dari berkembangnnya kegiatan ekonomi di kawasan puncak.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 8 -

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini ditulis dengan tujuan mengkaji dan menganalisis persoalan ekonomi

wilayah antara Kawasan Puncak yang merepsentasikan kawasan hulu serta Kawasan Jakarta

dan sekitarnya sebagai kawasan hilir. Ketidak seimbangan kesejahteraan yang tercipta akibat

adanya 2 (dua) policy yakni mengembangkan kegiatan ekonomi atau konservasi di kawasan

puncak.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 9 -

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ekonomi Kawasan Puncak sebagai Fenomena Ekonomi Kesejahteraan

Gareth Hardin dalam artikelnya di Science (1968) menyebutkan peristiwa degradasi

sumberdaya alam akibat eksploitasi berlebihan. Ketika sumberdaya alam yang terbatas

jumlahnya, dimanfaatkan oleh semua orang, maka setiap individu memiliki rasionalitas

dalam memanfaatkan sumberdaya secara intensif sehingga kelimpahan sumberdaya akan

terus menurun dan pada akhirnya semua akan mengalami kerugian.

Dalam pandangan Hardin (1968) manusia sebagai pengguna sumberdaya memiliki

sifat egois yang mengutamakan kepentingan ekonomi pribadinya tanpa memperhatikan

kepentingan orang lain. Masing-masing individu yang egois tersebut memiliki kemampuan

untuk mengeksploitasi sumberdaya alam, sehingga secara total laju eksploitasi melampaui

kemampuan sumberdaya alam untuk pulih kembali. Asumsi Hardin dalam tragedy of the

commons, komunitas masyarakat yang hidup dari pemanfaatan sumberdaya alam tidak

memiliki pranata sosial atau institusi yang efektif untuk menegakkan aturan dalam

melindungi sumberdaya alam.

2.2 Tinjauan Teori

Ekonomi kesejahteraan mempelajari barbagai kondisi di mana cara penyelesaian dari

model ekuilibium umum dapat dikatakan optimal. Hal ini memerlukan, antara lain, alokasi

optimal factor produksi di antara komoditi dan alokasi optimal komoditi (yaitu distribusi

pendapatan) diantar konsumen. Alokasi factor produksi dikatakan optimal Pareto jika proses

produksi tidak dapat diatur lagi sedemikian rupa guna menaikkan output dari satu atau lebih

komoditi tanpa harus mengurangi output komoditi lain. Dengan demikian, dalam

perekonomian dua komoditi, kurva kontak produksi adalah tempat kedudukan alokasi factor

produksi yang optimal Pareto dalam proses produksi kedua komoditi. Demikian pula alokasi

komoditi dapat dikatakan optimal Pareto jika system distribusi tidak dapat diatur lagi

sedemikian dalam perekonomian dua individu, kurva kontrak konsumsi adalah tempat

kedudukan distribusi komoditi yang mencapai optimal Pareto antara dua individu.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 10 -

Gambar 2.1

Kondisi Pareto Optimal Antara Dua Barang Bagi Dua Individu

Kriteria Pareto

Kriteria Pareto menilai keinginan relative dari berbagai penggunaan sumberdaya.

Kriteria ini merumuskan bahwa keuntungan masyarakat dan kesejahteraan sosial akan

meningkat dengan adanya realokasi sumber daya sehingga semua individu memperoleh

keuntungan atau tidak ada individu lainya yang berkurang kepuasannya. Kriteria Pareto

merupakan dasar bagi suatu pengevaluasian efisiensi penggunaan sumber daya. Suatu alokasi

sumber daya dikatakan efisien secara Pareto jika dalam upaya untuk menaikkan kepuasan

bagi paling tidak satu orang anggota masyarakat akan memerlukan penurunan tingkat

kepuasan paling tidak untuk satu orang anggota masyarakat lainnya.

Suatu perekonomian persaingan sempurna dapt menghasilkan alokasi sumber daya

yang bersifat Pareto-efisien. Ada 3 syarat untuk mencapai alokasi tersebut yaitu:

1. Efisien produksi: MRTS antar dua input harus sama untuk semua produsen yang

menggunakan kedua input tersebut.

2. Efisiensi konsumsi: MRS antara setiap dua barang harus sama untuk semua konsumen yang

menggunakan kedua brang tersebut.

3. MRT=MRS: MRT dalam produksi antar setiap dua barang harus sama dengan MRS dalam

konsumsi diantara konsumen barang tersebut.

Ketiga syarat ini perlu untul efisiensi Pareto. Hal ini dapat dilihat dengan pengujian alokasi

yang tidak memenuhi ketiga syarat ini.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 11 -

2.3 Model Ekonomi Kesejahteraan Kawasan Hulu dan Hilir

Fenomena Ekonomi dan Konservasi Kawasan Puncak, dimana pada saat terdapat

masyarakat puncak membatasi penggunaan sumberdaya untuk kegiatan ekonomi yang berarti

memperluas kegiatan konservasi berakibat menurunnya kesejahteraan mereka. Sedangkan

Bagi masyarakat hilir seperti Jakarta dan sekitarnya ketika konservasi diperluas di kawasan

puncak mereka akan mengalami peningkatan ekonomi atau kesejahteraan dan di Kawasan

Puncak terjadi sebaliknya. Secara digramatis dapat dimodelkan sebagai berikut.

Kegiatan Ekonomi Tk. Kesejahteraan Masy.Jakarta dsk

Tk. Kesejahteraan Masy. Puncak Konservasi

Gambar 2.2

Kondisi Pareto Optimal Antara Dua Barang Bagi Dua Individu

1. Kurva di atas menunjukkan bahwa semakin besar kegiatan ekonomi, maka

kesejahteraan masyarakat puncak menjadi semakin besar. Namun sebaliknya

kesejahteraan masyarakat Jakarta dan sekitar nya menjadi semakin menurun. Hal

yang sebaliknya terjadi dengan kegiatan konservasi. Terjadi hubungan tidak simetris

antara kesejahteraan masyarakat puncak dan masyarakat Jakarta dan sekitarnya.

2. Kurva Kontrak dapat terjadi optimal karena adanya intervensi pemerintah berupa

kebijakan yang mampu mengalokasikan sumberdaya ekonomi dan sumber daya

konservasi/lingkungan yang berada dalam perspektif kesejahteraan antara masyarakat

kawasan hulu dan kawasan hilir

3. Kawasan hulu dalam perspektif sumber daya alam merupakan common pool goods,

sehingga pareto optimal tidak terjadi melalui makanisme pasar

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 12 -

2.3 Model Hipotetik Pareto Ekonomi Kawasan Hulu dan Hilir

Ada Hubungan yang RECIPROCAL saling melemahkan antara kegiatan ekonomi dan

konservasi masyarakat kawasan Hulu dengan masyarakat Kawasan Hilir.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 13 -

2.4 Alternatif Kebijakan

Menyusun Kebijakan Pembangunan Ekonomi Berbasis pada Keberimbangan antara Kawasan

Hulu dan Hilir dalam hal:

Perlu ada mekanisme konpensasi dari masyarakat hilir yang mensubsidi masyarakat di

kawasan hulu

Perlu ada mekanisme konpensasi antara kegiatan ekonomi dengan kegiatan konservasi

Perlu ada pengaturan keberimbangan ekonomi hulu dan hilir di tingkatan wilayah yang

lebih tinggi, sampai ke tingkat nasional

Pemahaman Pareto Optimal mesti dilihat sebagai PROSES yang dituju dalam Jangka

menengah hingga panjang dan bukan solusi jangka pendek, atau terjadi secara simultan

dengan kebijakan yang diambil saat ini

KAWASAN HILIR

1. Kegiatan Ekonomi

2. Kegiatan Konservasi

KAWASAN HULU

1. Kegiatan Ekonomi

2. Kegiatan Konservasi

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - · PDF fileTugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan ... kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan ... Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim

ANALISIS PARETO EKONOMI KAWASAN HULU DAN HILIR

Tugas Mata Kuliah Ekonomi Kesejahteraan - 14 -

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Terjadi hubungan yang saling menegasikan antara kegiatan ekonomi dan konservasi,

baik di kawasan hulu maupun kawasan hilir

2. Terjadi fenomena ekonomi kesejahteraan antara aktivitas masyarakat di kawasan hulu

dan hilir

3. Semakin besar kegiatan ekonomi masyarakat di kawasan hulu, maka semakin besar

penurunan kesejahteraan masyarakat hilir akibat eksternalitas kegiatan ekonomi di

kawasan hulu

4. Semakin besar kegiatan konservasi di kawasan hulu, maka semakin rendah

kesejahteraan masyarakat di kawasan hulu dan semakin besar keseahteraan

masyarakat di kawasan hilir, karena tidak adanya eksternalitas kegiatan ekonomi

3.2 Saran

1. Ekulibrium kegiatan ekonomi dan kegiatan konservasi antara masyarakat kawasan

hulu dan kawasan hilir, dapat dibentuk dari pengukuran ambang batas kesejahteraan

masyarakat kawasan hulu dan kerugian pada masyarakat hilir sama-sama berada pada

posisi dimana tidak ada lagi keseimbangan yang akan merugikan kelompok lain

ketika ada penambahan kesejahteraan masyarakat lainnya.

2. Ekuilibrium kawasan hulu dan hilir terjadi dalam perspektif ekonomi dan konservasi

yang berimbang