teknik penyangga

Upload: helsy-ulfa-handalia

Post on 08-Jul-2018

302 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    1/14

    9. TEKNIK PENYANGGAAN TEROWONGAN

    9.1. DEFORMASI TEROWONGAN TANPA PENYANGGA

    Untuk memahami bagaimana tekanan penyangga bekerja dan respons massa batuan di

    sekitar penggalian terowongan dapat dijelaskan pada Gambar 9.1. di bawah ini.

    Gambar 9.1. Respons massa batuan di sekitar terowongan yang sedang digali.

    Misalkan titik pengukuran ditempatkan di ujung terowongan yang sedang digali dan

    penyangga belum dipasang. Perpindahan yang dapat diukur dimulai pada jarak 0,5D di

    depan face (D= diameter terowongan). Selanjutnya, di face perpindahan radial mencapai

    0,33 harga perpindahan maksimum (0,33 Umax). Perpindahan radial mencapai harga final

    kira-kira pada jaraj 1,5 D di belakang face, dimana fungsi face sebagai penyangga sudah

    tidak efektif lagi (Gambar 9.1).

    Bila massa batuan cukup kuat menahan runtuhan, maka yang terjadi adalah perpindahan

    elastis. Terjadinya perpindahan elastis yang menyusul perpindahan plastis tidak berarti

    serta merta terowongan akan runtuh. Massa batuan masih mempunyai kekuatan yang

    cukup, karena tebal zona plastis relatif kecil dibandingkan dengan radius terowongan.

    Yang akan terjadi hanyalah retakan-retakan baru dan sejumlah kecil batuan di dinding

    yang lepas dan jatuh (spalling).

    UawalU = 0,33 Umax Umax

    Arah penggalian

    FaceMassa

    batuan

    0,5 D 1,5 D

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    2/14

    9-2

    Runtuhan yang sebenarnya akan terjadi jika zona plastis yang tebal dan terjadi perpindahan

    ke arah dinding, massa batuan yang terlepas dan berjatuhan akan semakin bertambah dan

    terowongan tanpa penyangga akan runtuh.

    9.2. KURVA BEBAN – DEFORMASI

    Tujuan utama merancang penyangga pada lubang bukaan di bawa tanah adalah untuk 

    membantu massa batuan menyangga dirinya sendiri. Gambar 9.2. adalah contoh suatu

    terowongan yang digali dengan seluruh permukaan kerja (full face) dengan pemboran dan

    peledakan, menggunakan penangga besi baja (stell set support) yang dipasang sesudah

    pembersihan dan pengeluaran asap (mucking) dari terowongan. Tegangan in-situ

    horizontal dan vertikal dianggap sama = Po.

    - Pada tahap I, permukaan kerja terowongan belum mencapai potongan x  – x. Massa

    batuan yang berada pada bagian dimana terowongan akan dibuat dalam keadaan

    seimbang dengan massa batuan disekelilingnya. Tekanan yang diberikan oleh

    penyangga P1 pada profil yang akan digali sama dengan tegangan in-situ Po (titik A

    Gambar 9.2)

    - Pada tahap 2, permukaan kerja terowongan sudah melewati potongan x-x dan tekanan

    penyangga P1 , yang sebelumnya diberikan oleh batuan yang berada didalam

    terowongan turun menjadi 0. Bagaimanapun juga, terowongan tidak akan runtuh

    karena reformasi radial u dibatasi oleh ujung permukaan kerja terowongan dengan

    pengendalian yang cukup baik. Jika pengendalian u oleh permukaan kerja tidak ada,

    tekanan penyangga P1 yang diberikan oleh titik B dan C pada Gambar 9.2. yang

    dibutuhkan untuk membatasi u adalah sama. Tekanan penyangga P1 yang dibutuhkan

    untuk membatasi u pada atap (roof) adalah lebi besar dari yang dibutuhkan untuk membatasi u pada dinding (side wall) karena berat dari daerah yang tidak stabil (zone

    of loosened rock) diatas atap terowongan harus ditambahkan untuk penghitung tekanan

    penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi tegangan yang menyebabkan

    perpindahan (displacement) pada atap.

    - Pada tahap 3, terowongan sudah mulai selesai di “mucking” dan steel set sudah

    dipasang dekat dengan permukaan kerja. Pada tahap ini, penyangga belum terbebani

    seperti ditunjukkan oleh titik D pada Gambar 9.2, karena tidak ada deformasi yang

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    3/14

    9-3

    terjadi pada terowongan. Jika batuan mempunyai sifat deformasi yang tidak tergantung

    pada waktu, maka deformasi radial terowongan masih ditunjukkan oleh titik B dan C.

    - Pada tahap 4, permukaan kerja terowongan maju kira-kira 1,5 x diameter dari

    potongan x- x dan pengendalian deformasi didekat permukaan kerja sudah berkurang

    sekali. Oleh karena itu regangan radial selanjutnya dari dinding dan atap dinyatakan

    oleh kurva C E G dan B B H pada Gambar 9.2. Deformasi radial atau konvergen dari

    terowongan menyebabkan penyangga terbebani. Tekanan penyangga P1 yang tersedia

    dari steel set bertambah dengan deformasi radial terowongan seperti digambarkan oleh

    garis D E F.

    - Pada tahap 5, permukaan kerja terowongan maju jauh dari potongan x  – x sehingga

    tidak ada lagi pengendalian untuk massa batuan pada potongan x  – x. jika tidak ada

    penyangga  –  penyangga yang dipasang maka deformasi radial pada terowongan

    bertambah seperti digambarkan oleh kurva E G dan F H pada Gambar 9.2. Untuk 

    dinding, tekanan yang dibutuhkan untuk membatasi deformasi turun menjadi 0 pada

    titik D dan dalam hal ini dinding akan stabil jika tidak ada lagi gaya yang dapat

    menyebabkan regangan.Di pihak lain, penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi deformasi pada atap turun

    sampai minimum dan akan mulai lagi bergerak naik. Ini karena perpindahan kebawah

    atap dari daerah batuan lepas ini diatap terowongan menyebabkan tambahan batuan

    yang menajdi tidak stabil dan berat dari tambahan batuan yang tidak stabil, ini

    ditambahkan untuk tekanan penyangga yang dibutuhkan. Pada contoh diatas, atap akan

    runtuh jika tidak ada penyangga yang dipasang dalam terowongan.

    Pada Gambar 9.2. bagian bawah, kurva reaksi penyangga untuk steel set berpotongan

    dengan kurva beban deformasi untuk dinding dan atap terowongan pada titik E dan F. Pada

    titik-titik ini, tekanan penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi deformasi pada

    dinding dan atap adalah tepat seimbang dengan tekanan penyangga yang tersedia dari steel

    set dan terowongan dan sistem penyangga adalah dalam keseimbangan stabil.

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    4/14

    9-4

    Gambar 9.2.Kurva Beban Deformasi Massa Batuan dan

    Sistem Penyangga (Menurut Daeman)

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    5/14

    9-5

    9.3. ANALISIS INTERAKSI PENYANGGA - BATUAN

    Analisis interaksi antara penyangga  –  batuan dengan menggunakan kurva beban  – deformasi merupakan problem yang harus dibahas secara teroritis dengan baik, karena

    banyak faktor yang dimasukkan kedalamnya untuk dapat memecahkan masalah.

    9.3.1. ASUMSI DASAR ANALISIS

    Untuk menyederhanakan perhitungan agar dapat dipecahkan secara matematis, maka

    dilakukan beberapa asumsi sebagai berikut ;

    1) Geometri terowongan ; dalam menganalisis penampang terowongan diasumsikan

    berbentuk lingkaran dengan jari-jari ri (Gambar 9.3). Panjang terowongan sedemikian

    rupa sehingga masalah dapat dipecahkan dalam dua dimensi atau dengan kondisi plane

    strain.

    2) Tegangan In-situ ; Tegangan in-situ horisontal dan vertikal diasumsikan sama, yang

    besarnya sama dengan Po.

    3) Tekanan Penyangga ; Penyangga yang dipasang diasumsikan menimbulkan tekanan

    radial yang uniform sebesar Pi di dinding terowongan.

    4) Sifat massa batuan ; massa batuan diasumsikan mempunyai perilaku elastis linier dandikaraterisasikan oleh Modulus Young (E) dan niisbah Poisson (v). Karakteristik 

    failure material ini ditentukan persamaan 9.1

    2 / 12331 .. cc   S m   σσσσσ   ........................................................................ (9.1)

    5) Sifat massa batuan hancuran ; massa batuan hancuran disekeliling terowongan

    diasumsikan mempunyai perilaku plastik sempurna dan memenuhi kriteria failure

    sebagai berikut (Gambar 9.2)

    2 / 12331 .. cr cr    S m   σσσσσ   ..................................................................... (9.2)

    Sebagai catatan, untuk kepentingan penyederhanaan, diasumsikan bahwa pengurangan

    kekuatan secara tiba-tiba dari persamaan (9.1) ke persamaan (9.2).

    6) Regangan volumetrik ; pada daerah elastis, regangan volumetrik dikendalikan oleh

    konstanta Modulus Young dan nisbah Poisson. Pada saat failure batuan akan

    mengembang dan volume akan bertambah dan regangan dihitung dengan

    menggunakan teori plastisitas.

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    6/14

    9-6

    7)   Perilaku “time-dependent” ; diasumsikan bahwa massa batuan dan hancuran tidak 

    memperlihatkan perilaku time-dependent.

    8) Perluasan daerah plastis ; diasumsikan bahwa daerah plastis bertambah besar sampai

    mencapai jari-jari re yang tergantung pada tegangan in-situ Po, tekanan penyangga Pi

    dan karkteristik material baik elastis maupun massa batuan hancuran.

    9) Simetris radial ; masalah dianalisis secara rinci dalam simetris disekitar terowongan.

    Jika berat batuan didalam daerah hancuran diperhitungkan didalam analisis,

    penyederhanaan simetris akan hilang. Jika berat batuan hancuran sangat penting

    didalam rancangan penyangga, kelonggaran untuk berat ini ditambahkan sesudah dasar

    analisis selesai.

    Gambar 9.3. Asumsi geometri terowongan.

    Piri

    re

    Plastic zone

    P0

    P0

    Elastic rock mass

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    7/14

    9-7

    Gambar 9.4. Asumsi kriteria failure massa batuan elastis dan massa batuan hancuran

    9.3.2. TAHAPAN ANALISIS

    Input data yang dibutuhkan :

    σc = kuat tekan uniaksial dari batuan contoh batuan intact.

    M,s = konstanta material untuk massa batuan (Tabel 9.1).

    E, v = Modulus elastisitas dan nisbah poisson massa batuan

    mr, sr = konstanta material untuk massa batuan hancuran (Tabel 9.1)

    γr = berat persatuan volume dari massa batuan hancuran

    Po = besarnya tegangan in-situ

    ri = jari-jari terowonagan

    Urut-urutan Perhitungan

    1.8

     / .42

    12 / 1

    2m

    sPmm

     M co  

     

      

        σ

    2. 2 / 1 / 4   s M Pmm

    m D

    coc  

    σσ

    3.

    2 / 1

    22

    cr 

    co

    m

    m

     M P N 

    σ

    σ

    Broken rock mass

    Elastic rock mass

    σ3

    σ1

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    8/14

    9-8

    Input Pi :

    4. untuk Pi > Po – Mσc, deformasi di sekeliling terowongan adalah elastik.

    io

    io

    i PP E r 

    )1(   νµ

    5. untuk Pi < Po – Mσc, runtuhan plastis terjadi di sekeliling terowongan.

    c

    io

    i  M  E r 

    σ νµ )1(  

    6.

    2 / 1

    2.2

     

     

     

     

      r r 

    cr 

    i

    m

    m

    Pn

    i

    e er 

    r    σ

    7. untuk re /ri < √3 = R 2 D ln r e /ri

    8. untuk re /ri > √3 = R = 1,1D

    9.

     

      

     

     

      

      

      

     

     Rr 

    r e

    i

    e

    i

    e

    e

    e

    av

    111

    2

    2

    2

    µ

    10.

    2

    2  

      

      

      

     

    i

    eav

    e

    e

    r e

    r  A

      µ

    11.

    2 / 1

    1

    11  

     

      

     

     A

    e

    av

    io

    12. untuk atap terowongan, plotio

    i

    µterhadap

     

    o

    ier i

    P

    r r P   γ 

    13. untuk dinding terowongan, plotio

    i

    µterhadap

    o

    i

    P

    P

    14. untuk lantai terowongan, plotio

    i

    µterhadap

     

    o

    ier i

    P

    r r P   γ 

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    9/14

    9-9

    Gambar 9.5. Kebutuhan penyangga untuk batuan di sekeliling terowongan.

    9.4. PENENTUAN TINGGI DAN MUATAN BEBAN

    Suatu alternatif pada pendekatan teoritik untuk penyanggaan batuan adalah memanfaatkan

    pengalaman sebelumnya, sebagai suatu dasar untuk memperkirakan penyanggaan yang

    diperlukan untuk penggalian bawah tanah. Pendekatan ini terus berkembang tanpa arah

    yang jelas sebelum munculnya penggunaan klasifikasi batuan.

    Pada bagian ini diberikan prinsip-prinsip dari klasifikasi massa batuan. Sebagian dari

    klasifikasi ini adalah suatu pekerjaan deskripsi murni dan klasifikasi ini patut dihargai

    dengan mendefenisikan beberapa parameter yahng tampak mampu mendefenisikan secara

    benar massa batuan. Kemudian akan digunakan untuk pemilihan jenis penyangga yang

    akan digunakan untuk lubang bukaan atau terowongan.

    Untuk pemilihan jenis penyanggaan yang akan digunakan, ada hal yang sangat mendasar

    dan perlu untuk diperhitungkan ialah perhitungan tinggi beban yang akan disangga.

    K. Terzaghi (1946) menyatakan bahwa sejumlah batuan atau tanah tinggi beban (Hp)

    menyerupai suatu topi di atas terowongan (lihat Gambar 9.6).

    μi

    Po

    γi (re – ri)

    Picr

    roof 

    side wall

    floor

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    10/14

    9-10

    Gambar 9.6. Daerah yang tidak stabil menurut Terzaghi

    Dari Gambar 9.6 kemudian dibuat pengklasifikasian muatan batuan terhadap kondisi

    batuan dan tinggi muatan batuan (Tabel 9.1 dan Tabel 9.2). Kemudian untuk rekomendasi

    kebutuhan penyanggaan seperti penyangga baja, baut batuan dan beton diberikan oleh

    Deere dkk (Tabel 9.3.). Perubahan konsep rekomendasi penyanggaan yang berdasarkankualitas massa batuan dan RQD ini terus berkembang hingga muncul klasifikasi massa

    batuan oleh para ahli seperti RMR yang telah dibahas pada modul sebelumnya (modul 6).

    Tinggi beban (ht) dan tekanan batuan terhadap penyangga (P) ditentukan berdasarkan

    rumus yang diusulkan oleh Unal (1983) dengan memakai nilai RMR dari klasifikasi

    Geomekanika sebagai berikut.

    Ht =100

    100   RMRB ……………………………………………………………………(9.4)

    Keterangan :

    Ht = tinggi beban batuan (m)

    RMR = Rock Mass Rating (bobot nilai batuan)

    B = lebar lubang bukaan atau lebar terowongan

    Dari persamaan diatas terlihat bahwa tinggi beban (ht) merupakan fungsi dari lebar bukaan

    dan bobot nilai batuan. Tekanan batuan yang diterima penyangga tergantung pada tinggi

    beban dan bobot isi batuannya.

    a b

    c d

    Bi

    B

    Hp

    Ht

    H

    W

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    11/14

    9-11

    Tabel 9.1. Klasifikasi muatan batuan (Terzaghi, 1946)

    KONDIS BATUAN TINGGI MUATANBATUAN, Hp (m)CATATAN

    1. Keras dan kompak 0Lapisan ringan saja, walaupun ada

    hanya terjadi spalling ringan.

    2. Perlapisan keras atau skistosa 0 – 0,50 BLapisan ringan terutama untuk 

    perlindungan dari jatuhan blok.

    3.Masif, diskontinuitas yangsedang jumlahnya.

    0 – 0,25 B Perubahan tak menentu dari beban.

    4.

    Terbagi-bagi dalam blok dalam

     jumlah yang sedang denganrekahan yang cukup banyak 

    0,25 B – 0,35 (B + Ht) Tidak ada tekanan lateral

    5.Sangat terbagi dalam blok-blok dengan rekahan yang banyak 

    dan berkembang

    0,35 B – 1,10 (B + Ht) Sedikit atau tidak ada tekanan lateral

    6.Terpecah keseluruhan tetapi

    masih bersatu secara kimia1,10 (B + Ht)

    Tekanan lateral yang amat besar.

    Akibat dari hilangnya kekuatan yangdisebabkan oleh infiltrasi.

    7.

    Batuan yang berperan dalam

    pemampatan pada kondisi

    kedalaman yang sedang

    (1,10 – 2,10) (B + Ht)Tekanan lateral yang besar,

    penyangga besi baja sirkuler (rib)

    direkomendasikan.

    8.Batuan yang berperan dalampemampatan pada kondisi

    kedalaman yang besar

    (2,10 – 4,50 ) (B + Ht)

    9.Batuan yang mengembang

    (swelling rock)

    Sampai 90 m tidak 

    tergantung dari (B + Ht)

    Penyangga besi baja sirkuler (rib)diperlukan. Dalam keadaan ektrim

    gunakan perhitungan tekanan

    keruntuhan penyanggaan (yielding

    support)

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    12/14

    9-12

    Tabel 9.2. Klasifikasi tinggi muatan batuan (Hp) pada kedalaman lebih dari 1,5 (B + Ht)

    KONDIS BATUAN RQD TINGGI MUATANBATUAN, Hp (ft)CATATAN

    1. Keras dan kompak 95 - 100 0

    Lapisan ringan saja,

    walaupun ada hanya terjadi

    spalling ringan.

    2.Perlapisan keras atau

    skistosa90 – 99 0 – 0,50 B

    Lapisan ringan terutama

    untuk perlindungan dari

     jatuhan blok.

    3.

    Masif, diskontinuitas

    yang sedang jumlahnya.

    85 – 95 0 – 0,25 BPerubahan tak menentu daribeban.

    4.

    Terbagi-bagi dalam

    blok dalam jumlah

    yang sedang dengan

    rekahan yang cukup

    banyak 

    75 – 85 0,25 B – 0,20 (B + Ht)

    Kondisi 4,5 dan 6 di kurangi

    50 % dari nilai Terzaghi,

    karena muka air mempunyai

    akibat kecil terhadap Hp

    (Brekke, 1968 dan Terzaghi,1946)

    5.

    Sangat terbagi dalam

    blok-blok dengan

    rekahan yang banyak dan berkembang

    30 – 75 (0,20  – 0,60) (B + Ht)

    6.

    Terpecah

    keseluruhan tetapi

    masih bersatu secara

    kimia

    3 - 30 (0,60 - 1,10) (B + Ht)

    6.a Pasir dan kerikil 0 – 3 (1,10 - 2,40) (B + Ht)

    7.

    Batuan yang berperan

    dalam pemampatan

    pada kondisikedalaman yang

    sedang

    Tidak dapat

    diaplikasikan(1,10 – 2,10) (B + Ht)

    Tekanan lateral yang besar,

    penyangga besi baja sirkularset direkomendasikan.

    8.

    Batuan yang berperan

    dalam pemampatan

    pada kondisi

    kedalaman yang

    besar

    Tidak dapat

    diaplikasikan(2,10 – 4,50 ) (B + Ht)

    9.

    Batuan yang

    mengembang

    (swelling rock)

    Tidak dapat

    diaplikasikan

    Lebih besar dari 250

    tidak tergantung dari

    (B + Ht)

    Penyangga besi baja sirkularset diperlukan. Dalam

    keadaan ektrim gunakan

    perhitungan tekanankeruntuhan penyanggaan

    (yielding support)

    Catatan : Nilai B dan Ht dalam satuan feet (ft).

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    13/14

    9-13

    Tabel 9.3. Rekomendasi penyanggaan terowongan (dengan diameter = 20  –  40 ft) padabatuan oleh Deere dkk (1967).

    Kualitas

    Batuan

    Metoda

    penerowongan

    Tinggi

    Muatan

    Batuan, hp(ft)

    Sistem penyangga

    Bajac

    Baut Batuand

    Beton

    Sangat baik a

    RQD > 90

    Tunnel bor

    machine

    (TBM)

    0.0 – 0.2BcTidak dibutuhkan,

    kalaupun dibutuhkan

    hanya set ringan

    Tidak dibutuhkanTidak dibutuhkan,

    hanya pada aplikasi

    lokal

    Pemboran dan

    Peledakan0.0 – 0.3 B

    Tidak dibutuhkan,

    kalaupun dibutuhkanhanya set ringan

    Tidak dibutuhkan

    Tidak dibutuhkan,

    hanya pada aplikasilokal 2 – 3 in.

    Baik 

    a

    RQD = 75 -

    90

    Tunnel bor

    machine(TBM) 0.0 – 0.4 B

    Kadang kala

    dibutuhkan set ringandengan pola 5 – 6 ft

    Kadang kala

    dibutuhkan denganpola 5 – 6 ft

    Tidak dibutuhkan,

    hanya pada aplikasilokal 2 – 3 in.

    Pemboran danPeledakan

    (0.3 – 0.6) B dibutuhkan set ringandengan pola 5 – 6 ft

    dibutuhkan denganpola 5 – 6 ft

    4 in atau lebih padaatap dan dinding

    Sedang

    RQD = 50 – 75

    Tunnel bor

    machine

    (TBM)

    (0.4 – 1.0) B Set ringan – sedang5 – 6 ft

    dibutuhkan dengan

    pola 4 – 6 ft2 – 4 in pada atap

    Pemboran danPeledakan

    (0.6 – 1.3) B Set ringan – sedang4 – 5 ft

    dibutuhkan denganpola 3 – 5 ft

    4 in atau lebih padaatap dan dinding

    Buruk b

    RQD = 25 -50

    Tunnel bor

    machine

    (TBM)

    (1.0 – 1.6) B Sirkular Set sedang3 – 4 ft

    dibutuhkan dengan

    pola 3 – 5 ft

    4 – 6 in pada atap dandinding dan

    dikombinasikan dgn

    baut batuan.

    Pemboran dan

    Peledakan

    (1.3 – 2.0) B Set sedang – kuat2 – 4 ft.

    dibutuhkan dengan

    pola 2 – 4 ft

    6 in atau lebih padaatap dan dinding dan

    dikombinasikan dgn

    baut batuan.

    Sangat

    buruk 

    RQD < 25(Diluar

    pengaruhkondisi

    pemanpatan

    danpengembangan

    batuan)

    Tunnel bormachine

    (TBM)

    (1.6 – 2.2) BSirkular set sedang – 

    kuat 2 ftdibutuhkan dengan

    pola 2 – 4 ft

    6 in atau lebih pada

    semua bagian dandikombinasikan dgn

    set kuat.

    Pemboran danPeledakan

    (2.0 – 2.8) B Sirkular set kuat 2 ft dibutuhkan denganpola 3 ft

    6 in atau lebih pada

    semua bagian dandikombinasikan dgn

    set sedang.

    Sangatburuk 

    (dengan kondisi

    pemampatan

    danpengembangan

    batuan)

    Tunnel bor

    machine

    (TBM)

    Diatas 250 ftSirkular set sangat

    kuat2 ft

    dibutuhkan dengan

    pola 2 – 3 ft

    6 in atau lebih padasemua bagian dan

    dikombinasikan dgn

    set kuat.

    Pemboran dan

    PeledakanDiatas 250 ft

    Sirkular set sangatkuat

    2 ft

    dibutuhkan dengan

    pola 2 – 3 ft

    6 in atau lebih pada

    semua bagian dan

    dikombinasikan dgnset kuat.

  • 8/19/2019 Teknik Penyangga

    14/14

    9-14

    akualitas batuan baik  – sangat baik, kebutuhan penyangga secara umum tidak ada, kecuali tergantung dari, set kekar, diameter

    terowongan dan orientasi bidang lemah terhadap arah umum terowongan.

    blagging tidak dibutuhan pada batuan kualitas sangat kuat, 25%   batuan kualitas baik  – sangat buruk   100%

    c B = lebar terowongan

    dmesh tidak dibutuhkan pada batuan kualitas sangat baik, kadang kala dibutuhkan pada batuan kualitas baik  – sangat buruk hingga

    100%

    9.5. JENIS-JENIS PENYANGGAAN

    Secara mekanik dalam pembuatan terowongan dan pembukaan tambang bawah tanah,

     jenis-jenis penyangga dapat dikelompokkan kedalam dua bagian :

    1. Penyangga Alamiah (Natural Support)

     Natural Support  dapat digolongkan kedalam penyangga sementara dikarenakan dalam

    penyanggaan, penyangga yang dipakai berupa ore, low grade ore, atau barren rock  yang

    ditinggalkan dalam bentuk pillar.

    Sistem penyangga sementara yang direncanakan dapat menahan seluruh massa batuan

    sampai penyangga permanen dipasang, atau pillar-pillar (ore) yang digunakan sebagai

    penyangga itu sendiri akan ditambang dan tidak perlu dipasang penyangga permanen.

    2. Penyangga Buatan ( Artificial Support)

     Artificial Support  merupakan penyangga buatan dimana material untuk penyangga dibuat

    sesuai dengan bentuk, susunan dan cara pemasangan tergantung dari kebutuhan.

    Beberapa jenis artificial support yang sering dijumpai didalam suatu sistem penyanggaan,

    yaitu :

    1. Penyangga kayu

    2. Baut batuan (rock bolt )

    3. Penyangga beton

    4. Penyangga baja

    5. Penyangga khusus