bab i pendahuluan a. latar belakang v.pdf · menurut sarwono (1994 : 12) bahwa “komposisi gizi...

54
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia (WHO,2014) menyatakan Salmonella adalah genus bakteri yang merupakan penyebab utama penyakit bawaan makanan diseluruh dunia. Sampai saat ini masih terbatasnya studi dilaboratorium, dan kurangnya penyelidikan Salmonellosis dinegara berkembang membuat resiko penyakit akibat infeksi Salmonella ini semakin besar. Salmonella adalah jenis bakteri yang bersifat gram negatif, berbentuk batang bergerak serta mempunyai tipe metabolisme yang bersifat fakultatif anaerob (Buckle, 1987 : 76). Bahan pangan yang biasa tercemar oleh bakteri Salmonella yaitu daging ternak, produk susu mentah, buah-buahan, sayur- sayuran, makanan siap saji dan telur. Bakteri Salmonella biasanya ditemukan pada bahan pangan yang mengandung protein cukup tinggi, dimana protein yang cukup tinggi ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu jenis bahan pangan yang mengandung protein tinggi adalah telur. Dalam keadaan tertentu atau dalam jumlah yang melebihi batas, mikroorganisme yang berada dalam telur tersebut dapat menyebabkan keracunan bagi yang mengkonsumsinya. Kemungkinan keracunan akan lebih tinggi pada konsumen yang mengkonsumsi telur mentah, misalnya sebagai campuran jamu, karena mikroorganisme yang berada dalam telur tidak mengalami proses pematangan (Setiawan,2008). Hasil Monitoring dan surveilans yang dilakukan oleh Yogaswara dan Setia (2005) mendapatkan hasil bahwa pada tahun 2003-2004 terdapat 9 kasus cemaran Salmonella pada telur di Indonesia. Keadaan ini tampaknya sesuai dengan temuan Nugroho (2006) yang melaporkan bahwa cemaran Salmonella di Sleman Yogyakarta mencapai 1,4% pada telur. Hasil penelitian juga dilaporkan oleh Rohaeni dan Suryana (2005) bahwa 2 sampel telur konsumsi di Pasar Albio Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan ditemukan adanya bakteri Salmonella.

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Kesehatan Dunia (WHO,2014) menyatakan Salmonella adalah

genus bakteri yang merupakan penyebab utama penyakit bawaan makanan

diseluruh dunia. Sampai saat ini masih terbatasnya studi dilaboratorium, dan

kurangnya penyelidikan Salmonellosis dinegara berkembang membuat resiko

penyakit akibat infeksi Salmonella ini semakin besar.

Salmonella adalah jenis bakteri yang bersifat gram negatif, berbentuk

batang bergerak serta mempunyai tipe metabolisme yang bersifat fakultatif

anaerob (Buckle, 1987 : 76). Bahan pangan yang biasa tercemar oleh bakteri

Salmonella yaitu daging ternak, produk susu mentah, buah-buahan, sayur-

sayuran, makanan siap saji dan telur.

Bakteri Salmonella biasanya ditemukan pada bahan pangan yang

mengandung protein cukup tinggi, dimana protein yang cukup tinggi ini

merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Salah satu

jenis bahan pangan yang mengandung protein tinggi adalah telur. Dalam

keadaan tertentu atau dalam jumlah yang melebihi batas, mikroorganisme

yang berada dalam telur tersebut dapat menyebabkan keracunan bagi yang

mengkonsumsinya. Kemungkinan keracunan akan lebih tinggi pada

konsumen yang mengkonsumsi telur mentah, misalnya sebagai campuran

jamu, karena mikroorganisme yang berada dalam telur tidak mengalami

proses pematangan (Setiawan,2008).

Hasil Monitoring dan surveilans yang dilakukan oleh Yogaswara dan

Setia (2005) mendapatkan hasil bahwa pada tahun 2003-2004 terdapat 9

kasus cemaran Salmonella pada telur di Indonesia. Keadaan ini tampaknya

sesuai dengan temuan Nugroho (2006) yang melaporkan bahwa cemaran

Salmonella di Sleman Yogyakarta mencapai 1,4% pada telur. Hasil penelitian

juga dilaporkan oleh Rohaeni dan Suryana (2005) bahwa 2 sampel telur

konsumsi di Pasar Albio Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan

ditemukan adanya bakteri Salmonella.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

2

Penyakit diare ini terjadi akibat mengkonsumsi bahan pangan yang

terkontaminasi Salmonella, dimana salah satu bahan pangan yang sering

terkontaminasi oleh Salmonella adalah telur, sehingga apabila seseorang

mengkonsumsi bahan pangan tersebut maka seseorang dapat mengalami diare

atau gastroenteritis.

Kasus penyakit diare akibat Salmonella di Sulawesi Tenggara tahun

2012 masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, walaupun secara umum

angka kesakitan dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan

kesehatan mengalami penurunan, namun demikian diare sering menimbulkan

Kejadian Luar Biasa (KLB) dan berujung pada kematian. Jumlah perkiraan

kasus diare akibat Salmonella di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2012

berjumlah 96.644 kasus dari total penduduk 2.310.083 jiwa. Total diare yang

ditangani Tahun 2012 sebesar 60.48%.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di Pasar Kota

Kendari yang terdiri dari Pasar Sentral Kota, Pasar Mandonga, Pasar Lawata,

Pasar Anduonohu, Pasar Panjang dan Pasar Baruga terdapat105 penjual telur,

dimana rata-rata dari penjual telur tersebut masih menjual telur yang

disimpan lebih dari 2 minggu untuk dijual. Lama penyimpanan telur di pasar

yaitu 1-2 minggu, apabila penyimpanannya lebih dari 2 minggu dan

penanganannya tidak dilakukan dengan baik maka, kemungkinan besar telur

dapat terkontaminasi oleh Salmonella dan dapat menyebabkan diare bagi

yang mengkonsumsinya.

Sehingga, dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Identifikasi Bakteri Salmonella Pada Telur Yang

Dijual Di Pasar Kota endari”.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat Bakteri Salmonella pada Telur Di Pasar Kota Kendari?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri Salmonella pada telur

di Pasar Kota Kendari.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

3

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kekeruhan yang terjadi pada mediaBrain Heart

Infusion Broth(BHIB).

b. Untuk mengetahui koloni pada mediaSalmonella Shigella Agar(SSA).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi institusi

Untuk menambah referensi bagi akademik dan sebagai acuan bagi

peneliti selanjutnya.

2. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama pendidikan.

3. Bagi masyarakat

Sebagai bahan informasi kepada masyarakat dalam mencegah dan

menanggulangi penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Telur

1. Pengertian Telur

Telur merupakan salah satu bahan makanan yang paling praktis

digunakan, karena tidak memerlukan pengolahan yang sulit dan mudah di

dapat. Dari sekian banyak telur yang kita kenal di antaranya adalah telur

ayam ras, telur ayam kampung, telur itik/bebek dan telur puyuh (Dian

Saraswati, 2012).

Telur mempunyai beberapa keunggulan, yakni selain mengandung

zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, telur juga memiliki rasa yang enak,

mudah dicerna, dan dapat diolah menjadi berbagai macam produk

makanan. Keunggulan telur ini akan bertahan lama apabila ditunjang oleh

kualitas telur itu sendiri. Menurut Sudaryani (2003 : 12) bahwa “Secara

keseluruhan kualitas telur tergantung pada kualitas telur bagian dalam (isi

telur) dan kualitas telur bagian luar (kulit telur)”. Telur tergolong bahan

yang mudah mengalami kerusakan.

2.Struktur Telur

Telur unggas umumnya memiliki bentuk hampir bulat sampai

lonjong. Perbedaan bentuk itu dapat terjadi karena adanya berbagai faktor

yang mempengaruhi antara lain sifat genetik (keturunan), umur hewan

sewaktu bertelur, sifat-sifat fisiologis waktu bertelur, dan sifat-sifat

fisiologis yang terdapat pada sang induk (Sarwono, 1994 : 5). Selain

bentuk, ukuran telur juga bermacam-macam ada yang telur isinya berat,

adapula yang ringan. Semua jenis telur unggas mempunyai stuktur yang

sama.

Struktur telur terdiri atas kulit telur, lapisan telur (kutikula),

membran kulit telur, putih telur (albumen), kuning telur (yolk), bakal anak

ayam (germ spot), dan kantong udara (Winarno, 2002 : 2). Umumnya

semua jenis telur unggas dan hewan lain yang dalam

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

5

perkembangbiakkannya dengan cara bertelur mempunyai struktur yang

sama.

a. Kulit Telur

Kulit telur merupakan bagian telur yang paling keras,

permukaannya halus dan juga mempunyai warna kulit yang berbeda-

beda (kulit telur ayam berwarna putih, kuning, sampai coklat, telur itik

berwarna kehijauan dan warna kulit telur burung puyuh ditandai

dengan adanya bercak-bercak dengan warna tertentu). Kulit telur

terdiri dari 4 bagian yaitu lapisan kutikula, lapisan kulit terang, lapisan

mamilaris, dan lapisan membran. Menurut Sarwono (1994 : 8) bahwa

“Lapisan kutikula merupakan lapisan paling luar yang menyelubungi

seluruh permukaan telur”. Kulit telur selain terdiri dari bagian yang

sangat kuat dan kaku, juga kulit telur berfungsi sebagai penghalang

atau penjaga isi telur dari serangan bakteri perusak dari luar. Kulit telur

yang sedikit saja mengalami kerusakan (retak/berlubang), akan

memudahkan mikroba masuk dan dapat membusukkan seluruh isi

telur. Padabagian kulit telur terdapat banyak pori-pori dengan besar

yang berbeda-beda. Menurut Winarno (2002 : 3) bahwa “Jumlah pori-

pori telur bervariasi antara 100-200 buah per cm”. Setiap cm kulit telur

ayam atau bebek terdapat 7500 buah pori dengan penyebaran yang

berbeda-beda. Menurut Mustadi (124 : 125) bahwa “Ukuran pori telur

ayam dan bebek memiliki lebar 9-38 mikron dan panjang 13-54

mikron”. Dengan banyaknya pori-pori dan ukuran bakteri lebih kecil

dari pori menyebabkan bakteri dapat masuk ke dalam bagian telur.

b. Putih Telur

Putih telur terdapat di antara kulit telur dan kuning telur. Bagian

putih telur ini sering disebut dengan albumin. Pada putih telur ini lebih

banyak mengandung protein. Menurut Sarwono (1994 : 10) bahwa

“Putih telur mengandung lima jenis 13 protein, yakni ovalbumin,

ovomakoid, ovomucin, ovokonalbumin, dan ovoglobulin. Ovolbumin

merupakan zat protein yang paling banyak terdapat pada bagian putih

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

6

telur, yaitu dapat mencapai sekitar 75%”. Bagian putih telur terdiri atas

tiga lapisan yang berbeda, yaitu lapisan tipis putih telur bagian dalam

(30%), lapisan tebal putih telur (50%), dan lapisan tipis telur luar

(20%). Pada telur segar, lapisan putih telur tebal bagian ujungnya akan

menempel pada kulit telur. Putih telur tebal dekat kuning telur

membentuk struktur seperti label yang disebut kalaza. Di bagian putih

telur juga terdapat protein antimikroba yang disebut lisozim. Fungsi

protein tersebut adalah membantu memperlambat proses kerusakan

telur.

c. Kuning Telur

Kuning telur merupakan bagian yang paling penting pada isi

telur. Kuning telur ini umumnya banyak disukai oleh masyarakat.

Karena mempunyai nilai gizi yang tinggi dan rasanya yang enak.

Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur

terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”.

Kuning telur berbatasan dengan putih telur dan dibungkus oleh suatu

lapisan yang disebut membran vitelin. Membran ini tersusun oleh

protein yang disebut keratin. Keratin umumnya kuning telur berbentuk

bulat, berwarna kuning atau orange terletak pada pusat telur dan

bersifat elastis. Warna kuning pada kuning telur disebabkan oleh

kandungan santrofil yang berasal dari makanan ayam. Pigmen lain

yang banyak terdapat di dalamnya adalah pigmen karatenoid. Kuning

telur pada telur segar berbentuk utuh dikelilingi oleh membran vitelin

yang kuat. Sebenarnya, kuning telur tersusun atas dua lapisan yaitu

lapisan 14 putih dari kuning telur dan lapisan kuning dari kuning telur.

Kedua lapisan tersebut memiliki pusat yang sama.

3. Nilai Gizi Telur

Telur merupakan salah satu bahan pangan yang paling lengkap

gizinya. Pada umumnya telur mengandung komponen utama yang terdiri

atas air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Aryasutami

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

7

(1994 : 7) menjelaskan bahwa “Telur merupakan sumber protein terbaik

karena mengandung semua unsur asam amino esensial yang dibutuhkan

oleh tubuh”. Asam amino sangat penting untuk tubuh manusia, karena tidak

dapat dibentuk sendiri oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi oleh makanan.

Menurut Hariyoto (1996 : 10) bahwa “Kandungan gizi sebutir telur seberat

100 gram terdiri dari protein 12,8 gram, karbohidrat 0,7 gram, lemak 11,5

gram, vitamin dan mineral.

4. Cara Penyimpanan Telur

Secara biologis kerusakan pada telur disebabkan oleh

mikroorganisme diantaranya adalah bakteri. Masuknya bakteri kedalam

telur kedalam telur setelah telur berada diluar tubuh induknya misalnya

berasal dari kotoran yang menempel pada kulit telur. Kotoran tersebut

diantaranya adalah tinja, tanah, atau suatu bahan yang banyak

mengandung bakteri perusak seperti Salmonella. Bakteri ini masuk ke

dalam telur melalui kulit telur yang retak atau menembus kulit setelah

lapisan tipis protein yang menutupi kulit telah rusak dan lubang-lubang

kecil yang terdapat pada permukaan telur yang disebut pori-pori (Pelczar

dan Chan, 2008).

Bakteri Salmonella dapat masuk dan mencemari telur melalui induk

yang terinfeksi, kontaminasi feses dan pembersihan kulit telur dari

kotoran, sistem pengemasan dan pengangkutan yang dapat mengakibatkan

kulit telur retak atau pecah, penyimpanan yang terlalu lama, dan

lingkungan sekitar yang tercemar (Frazier dan Westhoff, 1988; Jekti ,

1990; Purnama dan Yendri , 2007). Telur dapat bertahan selama 30 hari

tetapi harus dalam penyimpanan yang baik agar tidak tercemar oleh

bakteri patogen seperti Salmonella. Untuk mencegah kerusakan telur

diperlukan penyimpanan yang bertujuan untuk mencegah masuknya

patogen dari luar ke dalam isi telur dan menghambat patogen yang

mungkin ada di dalam isi telur untuk tumbuh dan memperbanyak diri.

Usaha mencegah kerusakan pada telur yang disebabkan oleh bakteri

dibutuhkan penanganan yang tepat agar nilai gizi tetap, tidak berubah rasa,

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

8

tidak berbau busuk. Salah satu cara mempertahankan mutu telur dalam

jangka waktu yang lama adalah dengan pendinginan (Pelczar dan Chan,

1988). Penurunan produksi telur pada suhu lingkungan tinggi dapat

mencapai 25% bila dibandingkan dengan yang dipelihara pada suhu

nyaman.

5. Cara Masuknya Bakteri Salmonella ke Dalam Telur

Menurut Prof. F. G. Winarno, Salmonella dapat masuk ke dalam telur

melalui dua cara, yaitu :

a. Secara langsung (vertikal), melalui kuning telur dan albumen (putih

telur) dari ovarium induk ayam yang terinfeksi Salmonella, dalam hal

ini biasanya terjadi apabila induk ayam terkena penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Salmonella dan menghasilkan telur yang

terinfeksi ringan dan menghasilkan anak ayam yang bertahan hidup

dan tumbuh menjadi besar dan terus menerus mengeksresikan

Salmonella yang kemudian menghasilkan telur yang mengandung

Salmonella.

b. Secara Horizontal, dimana Salmonella masuk melalui pori-pori kulit

(cangkang), hal ini biasanya karena kotoran yang menempel pada kulit

telur, namun tidak ada ciri yang menunjukkan bahwa suatu telur telah

terkontaminasi Salmonella, karena Salmonella tidak menimbulkan

kerusakan pada telur.

B. Tinjauan Umum Tentang Bakteri

1. Pengertian bakteri

Bakteri berasal dari bahasa yunani “Bacterion” yang berarti batang

atau tongkat. Bakteri merupakan suatu kelompok mikroorganisme

prokariotik bersel tunggal yaitu tubuhnya terdiri atas sel yang tidak

mempunyai pembungkus inti. Bakteri berkembangbiak dengan membelah

diri, dan karena begitu kecil maka hanya dapat dilihat dengan menggunakan

mikroskop (Dian Saraswati, 2012).

Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak

mempunyai selubung inti), uniseluler, tidak berklorofil, saprofit atau parasit,

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

9

dan melakukan pembelahan biner. Bakteri sebagai mahluk hidup tentu

memiliki informasi genetik berupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam

tempat khusus dan tidak ada membran inti (Harti, 2012).

2. Struktur bakteri

Struktur bakteri terdiri dari :

a. Inti/nukleus

Inti/nucleus merupakan badan inti tidak mempunyai dinding

inti/membran inti, di dalamnya terdapat benang DNA yang panjangnya

kira-kira 1 mm.

b. Sitoplasma

Sitoplasma tidak mempunyai mitokondria atau berkloroplas,

sehingga enzim-enzim untuk transport elektron bekerja di memran sel.

c. Membran sitoplasma

Membrane sitoplasma terdiri dari fosfolipid dan protein, berfungsi

sebagai transport bahan makanan, tempat transport elektron, biosintesis

DNA, dan komotaktik.

d. Dinding sel

Dinding sel terdiri dari peptidoglikan, berfungsi untuk menjaga

tekanan osmotik, pembelahan sel, biosintesis, determinan, antigen

permukaan bakteri. Pada bakteri Gram-negatif, salah satu lapisan

dinding sel mempunyai aktivitas endotoksin yang tidak spesifik, yaitu

lipopolisakarida yang bersifat toksik.

e. Kapsul

Kapsul disintesis dari polimer ekstra sel yang berkondensasi dan

menbentuk lapisan sel, sehingga bakteri lebih tahan terhadap efek

fagositosis. Flagel : bentuk seperti benang, yang terdiri dari protein

berukuran 12-30 nanometer. Flagel adalah alat pergerakan, protein flagel

disebut flagelin.

f. Pili/fimriae

Pili/fimriae berperan dalam adesi bakteri dengan sel tubuh hospes

dan konjugasi dua bakteri.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

10

g. Endospora

Beberapa genus dapat membuat endospora. Bakteri-bakteri ini

mengadakan diferensiasi membentuk spora bila keadaan lingkungannya

menjadi jelek, misalnya bila medium disekitar kekurangan nutrisi. Spora

bersifat sangat resisten terhadap panas, kekeringan dan zat kimiawi. Bila

kondisi lingkungan telah baik, spora dapat kembali melakukan germinasi

dan memproduksi sel vegetatif (Irianto, 2012).

3. Bentuk Bakteri

Bentuk- bentuk bakteri ada 3 yaitu :

a. Bulat (cocus)

b. Batang (basil)

c. Spirilia(spiral, lengkung atau koma)

Bakteri dapat membentuk kumpulan sel (susunan sel) yaitu:

a. Bulat

Monokokus (sel bakteri kokus tunggal), Diplokokus (dua sel

bakteri kokus berdempetan), stapilokokus (lebih dari empat sel bakteri

kokus berdempetan seperti buah anggur), Streptokokus (lebih dari empat

sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai), tetrakokus (empat sel

bakteri kokus berdempetan membentuk kubus.

b. Batang

Monobasil (sel bakteri basil tunggal), diplobasil (dua sel bakteri basil

berdempetan), streptobasil (sel bakteri basil berdempetan membentuk

rantai).

c. Spirilia

Spiral (bentuk sel bergelombang), spiroseta (bentuk sel seperti

sekrup), vibrio (bentuk sel seperti tanda baca koma).

Bakteri umumnya monomorphic, karena faktor lingkungan (harti,

2012).

Adapun beberapa bakteri berbentuk batang (basil) diantaranya:

Mycobacterium Tuberculosa,Bacillus, dan Salmonella.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

11

C. Tinjauan Umum Tentang Bakteri Salmonella

1. Pengertian Bakteri Salmonella

Salmonellaadalahbakteri berbentuk

batanglurus,gramnegatif,tidakberspora,bergerakdenganflagelperitrik,beruk

uran2-4µmx0.5-0,8µm. Salmonellatumbuh cepat dalam media yang

sederhana (Jawet’z, dkk, 2005). Hampirtidak

pernahmemfermentasilaktosadan sukrosa, membentuk asam

dankadanggasdariglukosadanmanosa,biasanya memporoduksi hidrogen

sulfide atau H2S,pada biakan agarkoloninya besarbergaristengah2-8

milimeter,bulatagakcembung,jernih,smooth,padamediaBAP

tidakmenyebabkanhemolisis,padamediaMacConcey koloni

Salmonellatidak memfermentasi laktosa (NLF),

konsistensinyasmooth(WHO,2003).

Salmonella tahan hidup dalam air yang di bekukan dalam waktu yang

lama, bakteri ini resisten terhadap bahan kimia tertentu (brilliant green,

sodium tetrathionat dan sodium deoxycholate) yang menghambat

pertumbuhan bakteri enterik lain (Geo.F Brooks. dkk.2010).

2. Morfologi Bakteri Salmonella

Salmonella memiliki panjang yang bervariasi. Sebagian besar isolate

bersifat motil dengan flagella peritriks. Salmonella mudah tumbuh pada

medium sederhana, tetapi hampir tidak pernah memfermentasi laktosa atau

sukrosa. Bakteri ini membentuk asam dan terkadang membentuk gas dari

glukosa dan manosa. Mereka umumnya menghasilkan H2S. organism ini

dapat bertahan hidup pada air yang beku untuk periode yang lama (Geo.F

Brooks. dkk.2010).

3. Penyebab Adanya Salmonella Pada Telur

Kerusakanpada telur dapatterjadisecara fisik,kimia danbiologis.

Kerusakan telur secara biologis, terjadi karena adanya bakteri pencemar

yang beradapadapermukaankulit telur.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

12

Kerusakanteluryangdisebabkanoleh bakteridapatdisebabkanoleh2

faktor utamayaitu faktorinternaldan faktoreksternal.Faktor internaladalah

faktoryang berasaldaridalam,yaitutelurtelahterinfeksipadawaktumasih

berada dalamtubuhinduknya misalnya indukmenderita Salmonellosis

sehinggatelurmengandung bakteriSalmonella.Faktoreksternaladalah

faktoryang berasaldariluarmeliputimasuknya bakteri kedalamteluryang

terjadisetelahtelurkeluardaritubuhinduknyamisalnyayang berasaldari kotoran

kandang, udara,peralatan dan tangan peternak. (Saraswati Dian, 2012)

D. Tinjauan Umum Tentang Media

1. Pengertian Media

Media adalah bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan

(nutrisi) baik bahan alami maupun bahab buatan, yang diperlukan

mikroorganisme untuk perkembangbiakan di Laboratorium secara invitro.

Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupamolekul-molekul

kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel.

2. Syarat Media

Syarat media yang baik yaitu harus mengandung nutrien yang

merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam

air, nutrien dalam media harus memenuhi kebutuhan dasar

mikroorganisme yang meliputi air, karbon, energy, mineral, dan factor

tumbuh, tidak mengandung zat-zat penghambat dan media harus steril.

3. Tujuan Menggunakan Media

Tujuan menggunakan media yaitu dengan media pertumbuhan dapat

dilakukan isolate mikroorganisme menjadi kultur murni, dapat digunakan

sebagai tempat untuk menyimpan stok mikroorganisme. Mikroorganisme

untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan organic dan anorganik

dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut Nutrien (zat gizi)

sedangkan proses penyerapannya disebut proses nutrisi. Peran utama

nutrien adalah :

a. Sumber energi,

b. Bahan pembangun sel, dan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

13

c. Sebagai aseptor electron dalam reaksi bioenergetik (reaksi

menghasilkan energi).

4.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

PertumbuhanMikroorganisme Pada Media

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

mikroorganisme pada media diantaranya :

a. Zat makanan

Pada umumnya media harus mengandung donor dan akseptor

hidrogen sekitar 2 g/L, sumber karbon sekitar 1 g/L, sumber nitrogen

sekitar 1 g/L, sumber mineral, sulfur, dan fosfor masing-masing

sekitar 50 mg/L, dan unsur renik (trace element) masing-masing

sekitar 50 mg/L dan berbagai vitamin masing-masing 0,1-1 mg/L.

b. Konsentrasi ion Hidrogen (pH)

Sebagian besar organisme memiliki kisaran pH optimal yang

cukup sempit, pH optimal harus ditentukan secara empiris untuk

masing-masing spesies. Sebagian besar organisme paling baik

tumbuh pada pH 6,0-8,0. Meskipun beberapa bentuk mempunyai pH

optimal 3,0 dan yang lain mempunyai pH optimal 10,5.

c. Temperatur

Spesies mikroba yang berbeda membutuhkan suhu optimal

yang amat beragam untuk pertumbuhannya, temperatur yang tinggi

dapat membunuh mikroorganisme dan dingin yang berlebihan dapat

membunuh sel mikroba yang biasa disebut syok dingin, bentuk

psikrofilik tumbuh baik pada temperatur rendah 15-C, bentuk

mesofilik tumbuh baik pada suhu 30-C, dan sebagian besar bentuk

termofilik tumbuh paling baik pada suhu 50-C. sebagian besar

organisme adalah mesifilik, yang tumbuh baik pada suhu C atau C.

d. Aerasi

Peran oksigen pada mikroorganisme adalah sebagai akseptor

hidrogan, berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen

mikroorganisme dapat dikelompokkan atas beberapa golongan :

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

14

a. Aerob obligat, bakteri yang mutlak membutuhkan oksigen untuk

pertumbuhannya.

b. Anaerob obligat, bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen.

c. Anaerob fakulfatif, bakteri yang hanya dapat tumbuh dengan atau

tanpa oksigen.

Mikroaerofilik, bakteri yang hanya dapat tumbuh dalam tekanan

oksigen yang rendah dengan kadar karbon dioksida 5-10%.

5. Bentuk-bentuk Media

Perbenihan yang digunakan dilaboratorium dapat dibagi atas

beberapa jenis berdasarkan :

1. Berdasarkan Bentuknya

a. Perbenihan padat (Solid Medium)

b. Perbenihan setengah padat (Semi Solid Medium)

c. Perbenihan cair (Liquid Medium)

2. Berdasarkan Susunan Media

a. Media alami

b. Media sintetis

c. Media semi sintetis

3. Berdasarkan Susunan Kimia

a. Media Anorganik

b. Media Organik

c. Media Sintetik

d. Media Non Sintetik

4. Berdasarkan Fungsinya

a. Perbenihan sederhana / Media umum (Basic medium)

b. Transport media

c. Enrichment media

d. Enrichment exlucive media

e. Selective media

f. Differential media

g. dia pemupuk

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

15

5. Berdasarkan Cara Pembuatan

a. Media buatan sendiri

b. Media jadi (Komersial)

6. Tahapan Pada Proses Pembuatan Media

Tahapan yang harus dilakukan dengan benar pada waktu proses

pembuatan media adalah :

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Menimbang dan melarutkan

c. Mengatur pH

d. Strerilisasi

e. Penuangan media

f. Penyiapan media

g. Meletakkan media

7. Kesalahan-kesalahan Dalam Pembuatan Media

Kesalahan-kesalahan pada waktu pembuatan media :

1. Terjadi kekeruhan / pengendapan disebabkan :

a. Kualitas aquadest yang tidak baik

b. Wadah yang tercemar

c. Penggunaan air kran sebagai pengganti aquadest

d. Terlalu panas pada proses pembuatan dan terlalu lama disimpan

pada suhu C

e. pH yang tidak sesuai

f. Cara melarutkan yang tidak sempurna

2. Warna media terlalu gelap (kadang-kadang gelap)

a. Pemanasan yang berlebihan

b. Cara melarutkan yang tidak sempurna

c. Perubahan pH disebabkan pemanasan yang berlebihan

3. Agar-agar terlalu lunak

a. Pencampuran yang tidak sempurna

b. Penyimpanan lama pada suhu C

c. Terlalu lama panas pada pH rendah

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

16

d. Kesalahan penimbangan

4. Pertumbuhan kuman yang jelek / tidak tumbuh

a. Pemanasan media terlalu lama

b. Cara melarutkan tidak sempurna

c. Adanya factor-faktor penghambat dalam air atau wadah

d. Warna media yang lebih gelap

e. Perubahan pH

8. Jenis Media Yang Digunakan Pada Penelitian

1. Brain Heart Infusion Broth (BHIB)

Brain Heart Infusion Broth (BHIB) adalah medium cair

untuk berbagai mikroorganisme baik yang aerob dan anaerob dari

bakteri, jamur, dan ragi. Medium ini mendukung pertumbuhan

mikroorganisme dengan komposisi pada medium ini, yaitu :

a. Brain-Heart Infusion 17,5 gram

b. Enzymatic digest of gelatin 10 gram

c. Dextrose 2 gram

d. Sodium Chloride 5 gram

e. Disodium phosphate 5 gram

Nitrogen, vitamin, dan sumber karbon disediakan oleh Brain-

Heart Infusion dan enzymatic digest dari gelatin di BHI Broth.

Dextrose sebagai sumber karbohidrat, dan natrium klorida yang

mempertahankan lingkungan osmotik serta disodium phosphate

sebagai agen penyangga di media ini.

2. Salmonella Shigella Agar (SSA)

Perbenihan ini mirip dengan MacConcey agar, hanya

penggunaannya lebih khusus lagi untuk basil gram negatif patogen

enteric, sehingga dipakai untuk isolasi dari spesimen tinja terutama

Salmonella dan Shigella yang keduanya memperlihatkan

pertumbuhan koloni yang tidak berwarna. Sebagai bahan

penghambat utama adalah garam empedu dan brilian green yang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

17

tidak hanya menghambat bakteri gram positif saja tetapi menekan

pertumbuhan basil pathogen non enterik lainnya.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

18

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran

Salmonella adalah genus bakteri yang merupakan penyebab utama

penyakit bawaan makanan diseluruh dunia. Bakteri Salmonella biasanya

ditemukan pada bahan pangan yang mengandung protein cukup tinggi, salah

satu bahan pangan yang memiliki protein tinggi adalah telur. Dalam keadaan

tertentu atau dalam jumlah yang melebihi batas, mikroorganisme yang

berada dalam telur tersebut dapat menyebabkan keracunan bagi yang

mengkonsumsinya. Cemaran Salmonella pada telur dapat terjadi apabila

penanganan telur tidak dilakukan dengan baik, maka kemungkinan

Salmonella dapat mencemari telur.

Untuk mengidentifikasi Salmonella pada telur digunakan media

penyubur (Brain Heart Infusin Broth) yang diinkubasi selama 1 x 24 jam

pada suhu370𝐶, apabila pada sampel menunjukkan ada terbentuknya

kekeruhan maka menandakan media tersebut ditumbuhi bakteri. Namun

apabila tidak ada terbentuknya kekeruhan pada sampel maka media tersebut

tidak ditumbuhi bakteri. Kemudian dilanjutkan pada media selektif

(Salmonella Shigella Agar), media ini digunakan untuk menumbuhkan

bakteri Salmonella yang diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 370𝐶,

pada media tersebut akan tumbuh koloni bakteri. Dari proses identifikasi ini

dapat disimpulkan bahwa bila sampel tersebut terdapat bakteri Salmonella,

maka sampel telur tersebut dinyatakan telah terkontaminasi bakteri

Salmonella.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

19

B. Bagan Kerangka Pikir

C. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah identifikasi bakteri Salmonella pada

telur yang dijual di pasar kota kendari.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional

a. Telur Ayam Ras merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi

dan relatiif murah dibandingkan sumber protein yang lain, sehingga

mudah dijangkau masyarakat.

b. Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak

mempunyai selubung inti), uniseluler, tidak berklorofil, saprofit atau

parasit, dan melakukan pembelahan biner.

c. Salmonellaadalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora,

bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4µm x 0.5-0,8µm.

2. Kriteria Objektif

a. BHIB : Positif, jika terjadi kekeruhan.

b. SSA : Positif, jika ada koloni bakteri.

Telur

Identifikasi

Hasil

Salmonella Bukan

Salmonella

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

20

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Deskriptif, yaitu

untuk Mengidentifikasi Bakteri Salmonella Pada Telur Yang Dijual di

Pasar Kota Kendari.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15-17Agustus 2016

2. Tempat Penelitian

Tempat pengambilan sampel penelitian ini yaitu pada penjual

telur di Pasar Kota Kendari. Untuk pemeriksaan sampel di

Laboratorium Yayasan Bina Husada Akademi Analis Kesehatan

Kendari.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti

yang ciri-cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated) (Nasir, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah penjual telur yang berada di

Pasar Kota Kendari. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

peneliti pada tiap-tiap Pasar seperti Pasar Mandonga dan Pasar Panjang

diperoleh penjual telur sebanyak 172 penjual telur.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah wakil dari populasi yang ciri-cirinya

diungkapkan dan akan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi

(Nasir, 2011). Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling

dimana penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (sugiono,

2011).

a. Kriteria sampel

1. Kriteria inklusi : tidak berbau dan kulit telur dalam keadaan

bersih.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

21

2. Kriteria eksklusi : kulit telur yang sudah retak/pecah.

b. Besar Sampel

Jika populasi > 100 maka diambil sampel 15-30% dan jika

besarnya populasi < 100 maka di ambil sampel 25-50%

(Notoatmodjo, 2002).

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 34 sampel

ditentukan dengan cara sebagai berikut:

172 ×20

100= 34

D. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu telur yang

telah terpilih menjadi sampel penelitian yang kemudian dijadikan sebagai

bahan pengujian dibawa keruang laboratorium untuk dilakukan

identifikasi agar dapat diketahui apakah sampel tersebut terkontaminasi

Bakteri Salmonella atau tidak.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

lembar ceklis.

F. Prosedur Kerja

Cara kerja pada identifikasi bakteri Salmonella pada penelitian ini,

yaitu:

Pra Analitik

1. Persiapan Alat Dan Bahan Penelitian

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Autoclave

b. Batang pengaduk

c. Cawan petri

d. Gelas ukur

e. Gelas kimia

f. Incubator

g. Labu Erlenmeyer

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

22

h. Lampu spritus

i. Mikroskop

j. Objek glass

k. Ose bulat dan ose lurus

l. Oven

m. Pipet volume

n. Rak tabung

o. Sendok tanduk

p. Tabung reaksi

q. Timbangan analitik

r. Waterbath

2. Bahan penelitian pemeriksaan laboratorium

a. Aquadest

b. Alkohol 96%

c. Carbol fuchsion

d. Gantien violet

e. Lugol

f. Media Salmonella Shigella Agar (SSA)

g. Media Brain Heart Infusion Broth Agar (BHIB)

h. Nacl 0,96%

i. Oil Emersi

j. Sampel (telur)

2. Sterilisasi Alat Penelitian

Di sterilkan dalam oven untuk alat-alat yang terbuat dari kaca

atau logam yang tidak memiliki tingkat skala atau keakuratan tinggi

dengan suhu 180°C selama 24 jam. Dan disterilkan alat-alat yang

terbuat dari kaca yang memiliki tingkat skala dan keakuratan atau

plastik dalam autoclave dengan suhu 121°C selama 15 menit.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

23

3. Pembuatan Media Brain Heart Infusion Broth (BHIB)

a. Ditimbang media BHIB sebanyak 11,322 gram

b. Dimasukkan kedalam erlenmeyer 306 mL dan dilarutkan dengan

aquadest sebanyak 60 mL, buat sesuai kebutuhan dan ukur pH

dengan indikator pH 7,4 ±0,2.

c. Kemudian dipanaskan sampai larut dengan baik, setelah itu,

disterilisasi dengan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit.

4. Pembuatan Media Salmonella Shigella Agar (SSA)

a. Ditimbang media SSA 10,2 gram

b. Dimasukkan kedalam erlenmeyer 170 mL dan dilarutkan dengan

aquadest sebanyak 120 mL, buat sesuai kebutuhan dan ukur pH

dengan indicator pH 7,4 ±0,2.

c. Kemudian dipanaskan sampai larut dengan baik, setelah itu,

disterilisasi dengan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit.

5. Pengambilan Sampel

a. Di Siapkan wadah yang steril.

b. Dipilih sampel yang sesuai dengan criteria sampel.

c. Di Masukkan sampel kedalam wadah tersebut.

d. Di Beri label, kemudian dibawa ke laboratorium.

e. Dilakukan pemeriksaan.

Analitik

1. Prosedur Kerja Penanaman Bakteri Pada Media BHIB

a. Siapkan alat dan bahan

b. Sampel telur ayam kampung di homogenkan dan di isolasi

pada media BHIB dengan perbandingan 9:1 dimana 9 ml untuk

media BHIB dan 1 ml untuk sampel telur.

c. Diinkubasi media BHIB tersebut selama 1x24 jam pada suhu

370C di incubator.

d. Observasi Hasil.Jila terjadi kekeruhan pada media BHIB,

dilanjutkan pada media selektif yaitu media SSA.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

24

e. Jika tidak terjadi kekeruhan pada media BHIB, tidak di

lanjutkan.

2. Prosedur Kerja Penanaman Bakteri Pada Media SSA

a. Siapkan alat dan bahan

b. Bakteri yang terdapat di media BHIB, Diambil dengan

menggunakan ose yang sudah di fiksasi.

c. Diinukolasikan pada media SSA dengan cara digoreskan.

d. Diinkubasi media SSA tersebut selama 1x24 jam pada suhu

370C di incubator.

e. Observasi Hasil.

f. Jika ada pertumbuhan koloni bakteri Salmonelladapat

dilanjutkan pada pewarnaan gram.

g. Jika tidak ada pertumbuhan koloni bakteri Salmonellatidak

dilanjutkan pada pewarnaan gram.

3. Pewarnaan Gram

a. Disiapkan alat dan bahan

b. Diteteskan 1 tetes Nacl 0,96% di atas objek glass kemudian

diratakan dengan ose.

c. Dikeringkan dengan cara fiksasi di atas nyala api kecil

d. Dilakukan pewarnaan gram

e. Digenangi dengan larutan gentian violet selama 1 menit

f. Dicuci dengan air mengalir

g. Digenangi dengan larutan lugol selama 1 menit

h. Dicuci dengan air mengalir

i. Digenangi dengan larutan alkohol 96% selama 30 detik

j. Dicuci dengan air mengalir

k. Digenangi dengan larutan carbol fuchsion selama 1-3 menit

l. Dicuci dengan air mengalir, lalu keringkan

m. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dengan

menggunakan oil emersi

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

25

Pasca Analitik

1. Interprestasi Hasil

A. Interprestasi Hasil pada media BHIB

1) Positif (+) :adanya kekeruhan pada tabung.

2) Negatif (-) : tidak terjadi kekeruhan pada tabung.

B. Interprestasi hasil pada media SSA

1) Positif (+) Ada pertumbuhan koloni berwarna merah dengan

titik hitam ditengah.

2) Negatif (-) Tidak ada pertumbuhan koloni berwarna merah

dengan titik hitam ditengah.

4. Dokumentasi

5. Pencatatan dan pelaporan hasil

G. Jenis Data

1. DataPrimer

Data primer yaitu sampel telur yang diperoleh dari Pasar Kota

Kendari dan data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian di

Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.

2. Data sekunder

Data dikumpulkan dari hasil penelitian terdahulu dan dari buku-

buku yang dipublikasikan kemudian dijadikan landasan teoritis dalam

penulisan karya tulis ilmiah ini.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul.

2. Coding, yaitu kegiatan mengklasifikasikan data menurut spesifikasi

masing-masing untuk memudahkan dalam pengolahan data maka

setiap kategori sampel diberi kode.

3. Scoring, yaitu setelah melakukan pengkodean, maka dilanjutkan

dengan tahap pemberian skor pada masing-masing sampel yang

digunakan dalam bentuk angka.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

26

4. Tabulating, yaitu untuk meringkas data yang diperlukan dalam bentuk

tabel yang telah dipersiapkan. Data yang diperoleh kemudian

dikelompokkan dan diproses dengan menggunakan tabel menurut

kategorinya masing-masing.

I. Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah kemudian dianalisa dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

𝑋 =𝐹

𝑛× 𝐾

Keterangan :

F = frekuensi variabel yang diamati

n = jumlah sampel penelitian

K = kostanta (100%)

X = persentase hasil

(Budiarto, 2002)

J. Penyajian Data

Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian

dijelaskan dalam bentuk narasi.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

27

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pasar Panjang Kota Kendari

1. Sejarah Berdirinya Pasar Panjang

Pasar Panjang Bonggoeya Sebenarnya pasar ini adalah relokasi

dari Pasar Baru Wua-Wua yang terbakar. Meski kios-kios pedagang rata-

rata tidak permanen, tetapi lokasinya yang memanjang di dua ruas jalan

yang saling menyilang di sebuah perempatan membuat pasar ini menjadi

unik. Pasar Panjang Bonggoeya menempatkan lapak-lapak pedagang di

kiri dan kanan jalan sepanjang kurang lebih 2 kilometer.

Pasar panjang ini dibangun oleh Pemerintah Kota Kendari pada

tahun 2011 dan sampai sekarang masih digunakan. Jumlah pelaku dunia

usaha kecil dan menengah (UKM) yang melakukan aktivitas jual beli,

sekitar 1.200 pedagang. Kebanyakan mereka berjualan beras, ikan segar,

ayam potong, tahu, tempe, sayur mayur, pakaian, sepatu, sendal, tas,

buah-buahan dan barang pecah belah.

2. Letak Geografis

Secara geografis, pasar panjang ini berada di Kelurahan

Bonggoeya, Kecamatan Wuawua Kota Kendari. Letaknya memanjang di

jalan Sorumba dan jalan yang menghubungkan jalan by pass dan jalan

Ahmad Yani.

Dari sebelah timur menuju barat atau tepatnya di jalan Sorumba,

panjang pasar mencapai 1.110 Km. Sedangkan dari utara ke selatan atau

jalan Ahmad Yani menuju jalan By Pass, panjangnya 1.100 meter. Bila

ditotal, maka panjangnya 2.210 meter.

B. Gambaran Umum Pasar Mandonga Kota Kendari

Pasar mandonga adalah pasar tradisional yang berada dijantung kota.

Pasar ini terletak dijalan Lasandara, Kelurahan Korumba, Kecamatan

Mandonga, Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Letak

pasar mandonga pada sebelah utara pasar merupakan jalan poros Lasandara,

pada bagian timur pasar terdapat sungai Lahundape, dibagian barat pasar

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

28

merupakan Mall Mandonga, sedangkan pada bagian selatan pasar merupakan

pasar Korem.

Bangunan pasar mandonga terdiri dari tiga lantai, dimana terdapat kios

serta lodz didalamnya. Pada lantai 1 gedung digunakan sebagai tempat

penjualan sayur-sayuran, buah-buahan, dan juga ikan, untuk lantai 2

digunakan sebagai tempat penjualan sembako, obat-obatan, asesoris, jajan-

jajanan, dan juga ikan, sedangkan dilantai 3 digunakan sebagai tempat

penjualan pakaian, sepatu dan juga sendal.

C. Hasil Penelitian

Sampel pemeriksaanpada penelitian diperoleh dari enam Pasar di Kota

Kendari terdiri dari Pasar Mandonga dan Pasar Panjang. Sampel dalam

penelitian ini diambil dari penjual telur di Pasar Kota Kendari sebanyak 21

sampel telur ayam ras dengan teknik pengambilan sampel secara Purposive

Sampling. Pemberian identitas pada sampel yang akan diteliti dilakukan

dengan pemberian kode.

Adapun kode sampel yang diberikan pada masing-masing lokasi

pengambilan sampel, yaitu :

A : Telur Ayam Ras yang dijual di Pasar Mandonga

B : Telur Ayam Ras yang dijual di Pasar Panjang

Tabel sampel penelitian berdasarkan lokasi dan kode sampel dapat

dilihat pada table berikut ini :

Tabel 5.1 Lokasi dan jumlah pengambilan sampel telur ayam ras

No. Lokasi

Kode

Sampel

Jumlah Sampel yang

Diambil (f)

Persentase

(%)

1. Pasar Mandonga A 17 50

2. Pasar Panjang B 17 50

Jumlah 34 100%

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

29

Berdasarkantabel 5.1 lokasipengambilansampeltelurayam ras di

pasarmandongasebanyak 17 denganpersentase 50% danpasarpanjangsebanyak

17 denganpersentase 50%.

Sampel yang telahdiambilkemudiandibawakelaboratorium,

selanjutnyadilakukanpenanamansampel telur ayam ras pada media Brain

Heart Infusion Broth (BHIB).

Pertumbuhan penanaman sampel telur ayam ras pada media Brain

Heart Infusion Broth (BHIB), dapatdilihatpadatableberikut :

Tabel. 5.2. PertumbuhanBakteri di Media Brain Heart Infusion Broth

(BHIB)

No. KodeSampel Media Brain Heart Infusion Broth (BHIB)

1. A.1 (+) Keruh, aerobfakultatif

2. A.2 (+) Keruh, aerobfakultatif

3. A.3 (+) Keruh, aerobfakultatif

4. A.4 (+) Keruh, aerobfakultatif

5. A.5 (+) Keruh, aerobfakultatif

6. A.6 (+) Keruh, aerobfakultatif

7. A.7 (+) Keruh, aerobfakultatif

8. A.8 (+) Keruh, aerobfakultatif

9. A.9 (+) Keruh, aerobfakultatif

10. A.10 (+) Keruh, aerobfakultatif

11. A.11 (+) Keruh, aerobfakultatif

12. A.12 (+) Keruh, aerobfakultatif

13. A.13 (+) Keruh, aerobfakultatif

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

30

14. A.14 (+) Keruh, aerobfakultatif

15. A.15 (+) Keruh, aerobfakultatif

16. A.16 (+) Keruh, aerobfakultatif

17. A.17 (+) Keruh, aerobfakultatif

18. B.1 (+) Keruh, aerobfakultatif

19. B.2 (+) Keruh, aerobfakultatif

20. B.3 (+) Keruh, aerobfakultatif

21. B.4 (+) Keruh, aerobfakultatif

22. B.5 (+) Keruh, aerobfakultatif

23. B.6 (+) Keruh, aerobfakultatif

24. B.7 (+) Keruh, aerobfakultatif

25. B.8 (+) Keruh, aerobfakultatif

26. B.9 (+) Keruh, aerobfakultatif

27. B.10 (+) Keruh, aerobfakultatif

28. B.11 (+) Keruh, aerobfakultatif

29. B.12 (+) Keruh, aerobfakultatif

30. B.13 (+) Keruh, aerobfakultatif

31. B.14 (+) Keruh, aerobfakultatif

32. B.15 (+) Keruh, aerobfakultatif

33. B.16 (+) Keruh, aerobfakultatif

34. B.17 (+) Keruh, aerobfakultatif

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

31

Berdasarkantable5.2.PertumbuhanbakteriPada media Brain Heart

Infusion Broth (BHIB), semuasampelmengalamikekeruhan.

Tabel. 5.3. DistribusifrekuensiPertumbuhanBakteri di Media Brain

Heart Infusion Broth (BHIB)

No. Pertumbuhan Bakteri di

Media BHIB N %

1. Keruh 34 100

2. Jernih 0 0

Jumlah 34 100

Berdasarkantabel 5.3Persentasepertumbuhanbakteripada media Brain

Heart Infusion Broth (BHIB), 100% terjadikekeruhandari 34 sampel.

Dari hasilinokulasiataupenanamansampelpada media Brain Heart

Infusion Broth (BHIB), semuasampelpositif (+) keruh. Selanjutnya di

inokulasipada media Salmonella Shigella Agar (SSA)

untukmengisolasibakteriSalmonella.

Adapun pertumbuhan koloni bakteri Salmonella dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.4.Pertumbuhan Bakteri Salmonella di Media Salmonella

Shigella Agar (SSA)

No. Kode Sampel Media Salmonella Shigella Agar (SSA)

1. A.1 Tidak ada pertumbuhan

2. A.2 Tidak ada pertumbuhan

3. A.3 Tidak ada pertumbuhan

4. A.4 Tidak ada pertumbuhan

5. A.5 Tidak ada pertumbuhan

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

32

6. A.6 Tidak ada pertumbuhan

7. A.7 Tidak ada pertumbuhan

8. A.8 Tidak ada pertumbuhan

9. A.9 Tidak ada pertumbuhan

10. A.10 Tidak ada pertumbuhan

11. A.11 Tidak ada pertumbuhan

12. A.12 Tidak ada pertumbuhan

13. A.13 Tidak ada pertumbuhan

14. A.14 Tidak ada pertumbuhan

15. A.15 Tidak ada pertumbuhan

16. A.16 Tidak ada pertumbuhan

17. A.17 Tidak ada pertumbuhan

18. B.1 Tidak ada pertumbuhan

19. B.2 Tidak ada pertumbuhan

20. B.3 Tidak ada pertumbuhan

21. B.4 Tidak ada pertumbuhan

22. B.5 Tidak ada pertumbuhan

23. B.6 Tidak ada pertumbuhan

24. B.7 Tidak ada pertumbuhan

25. B.8 Tidak ada pertumbuhan

26. B.9 Tidak ada pertumbuhan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

33

27. B.10 Tidak ada pertumbuhan

28. B.11 Tidak ada pertumbuhan

29. B.12 Tidak ada pertumbuhan

30. B.13 Tidak ada pertumbuhan

31. B.14 Tidak ada pertumbuhan

32. B.15 Tidak ada pertumbuhan

33. B.16 Tidak ada pertumbuhan

34. B.17 Tidak ada pertumbuhan

Berdasarkantabel 5.4PertumbuhanbakteriPada media Salmonella

Shigella Agar (SSA), semuasampeltidakadapertumbuhan.

Tabel 5.5.DistribusifrekuensipertumbuhanbakteriSalmonella di media

SalmonellaShigella Agar (SSA)

No. Koloni Bakteri n %

1. Ada pertumbuhan 0 0

2. Tidak ada pertumbuhan 100 100

Jumlah 34 100

Berdasarkantabel 5.5.PersentasepertumbuhankoloniSalmonellapada

media Salmonella Shigella Agar (SSA), 100% tidakadapertumbuhankolonidari

34 sampel.

Dari tabel

5.5hasilpemeriksaanpertumbuhanbakteriSalmonellapadasampel di media

Salmonella Shigella Agar (SSA)

diperolehhasilsemuasampeltidakadapertumbuhankoloniSalmonella.

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

34

D. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan cara deskriptif yaitu untuk

mengidentifikasi bakteri salmonella pada telur di Pasar Kota Kendari dengan

teknik pengambilan sampel secara purposive sampling, dimana penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Penelitian ini

dilakukan di Laboratorium Akademi Analis Kesehatan Kota Kendari, dimana

dalam penelitian ini yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah telur yang

tidak berbau dan kulit telur dalam keadaan bersih. Berdasarkan hasil

penelitian terhadap identifikasi bakteri Salmonella pada telur di Pasar Kota

Kendari dengan jumlah sampel 34 yang diperoleh dari Pasar Mandonga dan

Pasar Panjang masing-masing sebanyak 17 sampel telur.

Untuk mengidentifikasi bakteri Salmonella pada telur maka perlu

dilakukan inokulasi bakteri pada media Brain Heart Infusion Broth (BHIB)

yaitu dengan mengamati kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan

bakteri pada sampel. Bakteri-bakteri yang dapat pada media BHIB yaitu

Enterobacter, Escherichia coli, Klebsiela, Proteus, Salmonella, Seratia,

Yersinia, Vibrio dan Shigella. Pada penelitian ini, dari 34 sampel semua

sampel mengalami kekeruhan. Kemudian, dari sampel (+) keruh pada media

BHIB selanjutnya dilakukan inokulasi bakteri pada media Salmonella Shigella

Agar (SSA) untuk mengetahui adanya pertumbuhan koloni Salmonella yang

berwarna merah dengan inti hitam di tengah. Media Salmonella Shigella Agar

(SSA) merupakan media yang digunakan yang lebih khususnya pada

identifikasi bakteri Salmonella dan Shigella, sehingga bakteri lain tidak dapat

berkembangbiak pada media tersebut. Pada penelitian ini, diperoleh hasil

negatif dari 34 sampel yakni tidak ada pertumbuhan koloni Salmonella pada

media SSA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel telur ayam ras pada

penelitian ini dinyatakan tidak terkontaminasi oleh bakteri Salmonella, namun

tidak menutup kemungkinan bakteri lain dapat mengkontaminasi telur ayam

ras karena pada media BHIB terjadi kekeruhan yang artinya ada pertumbuhan

bakteri didalamnya.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

35

Pada telur, bakteri Salmonella dapat masuk dan mengkontaminasi

telur melalui induk yang terinfeksi, kontaminasi feses dan pembersihan kulit

telur dari kotoran, sistem pengemasan dan pengangkutan yang dapat

mengakibatkan kulit telur retak atau pecah, penyimpanan yang terlalu lama,

dan lingkungan sekitar yang tercemar. Namun, apabila penanganan telur

dilakukan dengan baik seperti menghindari hal-hal yang dapat mencemari

telur dan dilakukan penyimpanan telur dengan baik maka bakteri salmonella

tidak dapat mencemari telur. Adapun cara penyimpanan telur yang baik yaitu:

jangan berdekatan dengan benda atau barang yang berbau tajam, waktu

penyimpanan telur tidak boleh lebih dari1-2 minggu, dan disimpan pada

suhu10-150C (Jawetz, 2008).

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

36

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian idenfikasi bakteri salmonella pada telur

yang dijual dipasar Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tanggara tidak terdapat

bakteri salmonella pada sampel telur ayam ras, yang dapat simpulkan sebagai

berikut:

1. Ada pertumbuhan bakteri pada semua 34 sampel telur di media Brain

Heart Infusion Broth (BHIB).

2. Tidak ada pertumbuhan koloni bakteri Salmonella di media Salmonella

Shigella Agar (SSA) pada sampel telur ayam ras .

B. Saran

Berdasarkan hasil Identifikasi Bakteri Salmonella Pada Telur Yang

Dijual Di Pasar Kota Kendari, peneliti menyarankan :

1. Bagi institusi sarana dan prasarana dalam proses penelitian, alat dan bahan

seyogyanya diperlengkap

2. Bagi peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian bakteriselain

Salmonellapada telur, sehingga dapat ditemukannya bakteri lain yang dapat

membahayakan konsumen.

3. Bagi masyarakat harus lebih selektif dalam memilih telur yang akan

dikonsumsi agar terhindar dari berbagai penyakit.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

37

DAFTAR PUSTAKA

Annisa. 2010. Biomed dan Maksum. 2009. Mikrobiologi Kesehatan. Jakarta :

Swadaya.

Brooks.dkk.2010. Mikrobiologi Kedokteran jawetz, melnick, dan adelberg.Jakarta

: kedokteran EGC.

Hasyimi M.2010 “Mikrobiologi”. Jakarta : TIM

Jaawetz, Melnick, &Adelberg’s. 2008. MikrobiologiKedokteran. Jakarta : EGC

Jawetz.2008.“Medical Microbiology. 23th”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Narumi,dkk.2009.Deteksi Pencemaran Bakteri Salmonella Sp Pada Udang Putih

(PenaeusMerguiensis) Segar DiPasar TradisionalKota madya Surabaya.

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Nasir, Abdul., dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta : NuhaMedika.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Poeloengan, M. dkk. 2014. Bahaya Salmonella Terhadap Kesehatan. Bogor :

Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Balai Penelitian Veteriner

Saraswati Dian. 2012. Uji Bakteri Salmonella Sp Pada Telur Bebek, Telur Puyuh

dan Telur Ayam Kampung. Gorontalo :Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Dan

Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo

Tim Mikrobiologi. 2007. Petunjuk Pembuatan Media Dan Reagensia. Makassar :

Akademi Analis Kesehatan

Yuswanda Nindya Permata. 2015. Identifikasi Bakteri Salmonella Sp Pada

Makanan Jajanan Di Masjid Fathullah Ciputat Tahun 2015. Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah

Widhi Nugroho, Aryandhito, dkk.2013. “Mikrobiologi Kedokteran”. Jakarta :

EGC

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

38

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

39

TABULASI DATA

IDENTIFIKASI BAKTERI SALMONELLA PADA TELUR DI PASAR

KOTA KENDARI TAHUN 2016

No

Kode

Sampel Hasil Inokulasi media BHIB Hasil Inokulasi dan Isolasi media SSA Hasil Identifikasi

1. A.1 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

2. A.2 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

3. A.3 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

4. A.4 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

5. A.5 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

6. A.6 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

7. A.7 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

8. A.8 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

9. A.9 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

10. A.10 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

11. A.11 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

12. A.12 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

13. A.13 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

14. A.14 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

40

15. A.15 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

16. A.16 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

17. A.17 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

18. B.1 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

19. B.2 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

20. B.3 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

21. B.4 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

22. B.5 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

23. B.6 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

24. B.7 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

25. B.8 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

26. B.9 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

27. B.10 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

28. B.11 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

29. B.12 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

30. B.13 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

31. B.14 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

41

32. B.15 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

33. B.16 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

34. B.17 ada kekeruhan Tidak ada pertumbuhan koloni Negatif(-)

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

42

MASTER TABEL

IDENTIFIKASI BAKTERI SALMONELLA PADA TELUR DI PASAR

KOTA KENDARI TAHUN 2016

No

Kode

Sampel

Pertumbuhan bakteri pada media

BHIB

Pertumbuhan bakteri pada

media SSA

Hasil Identifikasi

Keruh Jernih Ada Koloni

Tidak ada

koloni

1. A.1 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

2. A.2 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

3. A.3 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

4. A.4 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

5. A.5 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

6. A.6 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

7. A.7 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

8. A.8 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

9. A.9 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

10. A.10 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

11. A.11 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

12. A.12 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

13. A.13 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

14. A.14 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

15. A.15 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

16. A.16 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

17. A.17 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

43

18. B.1 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

19. B.2 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

20. B.3 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

21. B.4 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

22. B.5 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

23. B.6 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

24. B.7 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

25. B.8 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

26. B.9 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

27. B.10 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

28. B.11 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

29. B.12 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

30. B.13 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

31. B.14 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

32. B.15 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

33. B.16 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

34. B.17 √ - - √ Negatif (-)Salmonella sp

Jumlah 34 0

0 34

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

44

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

45

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

46

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

47

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

48

Lampiran 7 :Proses Penelitian identifikasi bakteri Salmonella pada telur

ayam ras yang dijual di Pasar Kota Kendari Provinsi Sulawesi

Tenggara

A. Pra Analitik

1. Menyiapkan alat dan bahan

a. Alat Penelitian

Autoclave Batang Pengaduk, Pipet,

Sendok Tanduk

Gelas Ukur Gelas Kimia

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

49

Lampu Spritus Ose Pipet ukur

Rak Tabung Reaksi dan

Tabung Reaksi Karet Penghisap Cawan Porselin

Cawan Petri Inkubator

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

50

b. Bahan Penelitian

Sampel Telur

Media SSA

Serbuk media BHIB

Serbuk media SSA Media BHIB

Aquades

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

51

2. Membuat Media Salmonella Shigella Agar (SSA)

Menimbang media Melarutkan media

Menuang Media

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

52

B. Analitik

1. Inokulasi pada media Brain Heart Infusion Broth (BHIB)

2. Inokulasi sampel dan isolasi bakteri Salmonella pada media Salmonella

Shigella Agar (SSA)

C. Pasca Analitik

1. Interprestasi Hasil pertumbuhan bakteri pada media BHIB

Inokulasi sampel Inkubasi

Melakukan penggoresan Inkubasi

Sampel :

A.1 : Positif (+) Keruh

A.2 : Positif (+) Keruh

A.3 : Positif (+) Keruh

A.4 : Positif (+) Keruh

B.1 : Positif (+) Keruh

B.2 : Positif (+) Keruh

B.3 : Positif (+) Keruh

C.1 : Positif (+)Keruh

C.2 : Positif (+)Keruh

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

53

A.1 : Ada pertumbuhan koloni

A.2 : Ada pertumbuhan koloni

A.3 : Ada pertumbuhan koloni

B.1 : Ada pertumbuhan koloni

B.3 : Ada pertumbuhan koloni

C.1 : Ada pertumbuhan koloni

C.2 : Ada pertumbuhan koloni

A.4 : Tidak ada

pertumbuhan

B.2 : Tidak ada

pertumbuhan

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang v.pdf · Menurut Sarwono (1994 : 12) bahwa “Komposisi gizi kuning telur terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin”

54