bab i pendahuluan a. latar belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf ·...

74
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa dan bertanah air selalu menghadirkan ceritanya tersendiri. Dari dinamika politik kebijakan, partai politik, masyarakat madani, hubungan luar negeri, media massa hingga sisi masyarakat yang selalu dikaitkan dengan tujuan berbangsa dan bernegara. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang diperjuangkan sejak awal tahun 2000 hingga disahkan menjadi Undang-Undang Desa oleh DPR RI pada 18 Desember 2013 menjadi salah satu instrumen penting dalam dinamika berbangsa dan bertanah air. Undang-undang Desa ini menjadi salah satu instrumen penting pembangunan bangsa. Berbeda dengan beleid masa-masa sebelumnya, UU Desa yang diundangkan menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, menegaskan komitmen politik dan konstitusional bahwa negara melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera (Sutoro Eko: 2014: xv) Kehadiran undang-undang ini menjadi jawaban dari perjalanan desa yang sangat memprihatinkan. Di periode tahun 1980 an, desa-desa di Indonesia mengalami mobilisasi sosial. Hal ini ditandai dengan begitu banyak program pembangunan yang membanjiri desa selama orde baru. Hal ini memang

Upload: others

Post on 12-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinamika kehidupan berbangsa dan bertanah air selalu menghadirkan

ceritanya tersendiri. Dari dinamika politik kebijakan, partai politik, masyarakat

madani, hubungan luar negeri, media massa hingga sisi masyarakat yang selalu

dikaitkan dengan tujuan berbangsa dan bernegara. Undang-undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa yang diperjuangkan sejak awal tahun 2000 hingga

disahkan menjadi Undang-Undang Desa oleh DPR RI pada 18 Desember 2013

menjadi salah satu instrumen penting dalam dinamika berbangsa dan bertanah air.

Undang-undang Desa ini menjadi salah satu instrumen penting pembangunan

bangsa. Berbeda dengan beleid masa-masa sebelumnya, UU Desa yang

diundangkan menjadi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, menegaskan

komitmen politik dan konstitusional bahwa negara melindungi dan

memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga

dapat menciptakan landasan yang kokoh dalam melaksanakan pemerintahan dan

pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera (Sutoro Eko:

2014: xv)

Kehadiran undang-undang ini menjadi jawaban dari perjalanan desa yang

sangat memprihatinkan. Di periode tahun 1980 an, desa-desa di Indonesia

mengalami mobilisasi sosial. Hal ini ditandai dengan begitu banyak program

pembangunan yang membanjiri desa selama orde baru. Hal ini memang

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

2  

menampilkan cerita sukses. Namun cerita sukses di periode mobilisasi tahun 1980

an tidak merata ke seluruh desa di Indonesia. Derajat hidup orang tidak bisa

diangkat secara memadai, kemiskinan selalu menjadi penyakit yang setiap tahun

dijadikan sebagai komoditas proyek. Masuknya para pemilik modal maupun

tengkulak melalui kebijakan resmi maupun melalui patronase semakin

memperkaya para elite desa maupun para tengkulak. Petani selalu menjerit karena

harga produk pertanian selalu rendah sementara harga pupuk selalu melambung

tinggi hingga berakibat pada pengangguran yang merajalela. Kaum perempuan

mengalami marginalisasi yang kemudian memaksa sebagian dari mereka menjadi

buruh murah di sektor manufaktur maupun menjadi pemasok TKI (yang sebagian

besar bernasib buruk) di negeri asing. Urbanisasi terus meningkat ikut

memberikan kontribusi terhadap meluasnya kaum miskin kota yang rentang

dengan pengangguran dan tentunya bermusuhan dengan aparat ketertiban. Proyek

swasembada beras juga gagal. Urbanisasi yang terus meningkat ikut memberikan

kontribusi terhadap meluasnya kaum miskin kota yang rentan dengan

penggusuran. Sungguh ironis, Indonesia sebagai negeri agraris tetapi harus

mengimpor beras dari negeri tetangga. Berbagai program bantuan pemerintah

yang mengalir ke desa tidak secara signifikan mampu mengangkat harkat hidup

orang desa, memerangi kemiskinan desa, mencegah urbanisasi, menyediahkan

lapangan pekerjaan dan lain-lain. Yang terjadi adalah ketergantungan,

konservatisme dan pragmatisme orang desa terhadap bantuan pemerintah. Dengan

demikian pembangunan desa yang dilancarkan bertahun-tahun sebenarnya

mendatangkan kegagalan.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

3  

Namun demikian, patutlah kita bertanya lebih jauh mengapa perlu

diundangkan melalui Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa?

Menurut Didiek, G. Suharto, ada anggapan bahwa pembangunan nasional justru

menciptakan kesenjangan antara desa dan kota. Pembangunan yang bias

perkotaan semakin memperbesar disparitas antara kota dan desa. Negara

berkembang, termasuk Indonesia lebih mengkonsentrasikan pembangunan

ekonomi pada sektor industri untuk mengejar pertumbuhan. Akibatnya sektor lain

seperti sektor pertanian yang berada di pedesaan dan menjadi mata pencaharian

utama masyarakat desa dikorbankan. Konsekuensinya, pembangunan hanya

terpusat di kota dan kepentingan masyakarakat desa dikesampingkan (Didik,

2015: 1). Hal ini menjadi bukti bahwa Desa menjadi opsi terakhir dalam

pembangunan bangsa. Sehingga, kisah tentang pembangunan desa dulunya hanya

berkisar pada pembuatan surat atau dengan kata lain bidang administrasi, media

penyalur bantuan pemerintah kepada masyarakat dan tentunya basis suara politik

bagi partai-partai politik yang bertarung di pemilihan umum baik pemilihan

Presiden, Gubernur dan Bupati. Negara kurang memberi perhatian penuh terhadap

pembangunan desa. Tak pelak, desa pun sering dijadikan sebagai ladang

eksploitasi berbagai sumber daya seperti sumber daya alam maupun sumber daya

manusia. Hal ini menyebabkan munculnya istilah pemburu rente dan broker desa.

Untuk istilah pemburu rente ini lebih sering ditemui pada desa yang memiliki

sumber daya alam berlimpah misalnya tambang dan kawasan kebun. Dari

berbagai kenyataan ini, Sutoro Eko (2014; 5), mengatakan “pengalaman ini juga

bermakna strategis, yakni menunjukan kepada Jakarta bahwa desa tidak boleh

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

4  

dipandang sebelah mata, bahwa desa tidak boleh terus-menerus menjadi obyek

penerima manfaat tetapi desa sebaiknya dikembangkan menjadi subyek penerima

manfaat”.

Akibat dari ketidakberpihakan negara dalam pembangunan desa

mengakibatkan begitu banyak desa yang belum maju. Data Kementerian Negara

Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) menyebutkan terdapat 38.232 (54,14

%) kategori desa maju yang terdiri dari 36.793 (52,03) kategori maju dan 1.493

(2,11 %) kategori sangat maju. Sementara itu, desa tertinggal berjumlah 32.379

(45,86%). Fakta tentang desa tertinggal menyebutkan bahwa desa belum dapat

dilalui mobil sebanyak 9.425 desa, desa yang belum ada sarana kesehatan

sejumlah 20.435 desa, desa yang belum ada pasar permanen sebanyak 29.421 desa

dan desa belum ada listrik sebanyak 6.240 desa (Edy, 2018 dalam Didik, 2015: 3).

Dari data ini kita dapat melihat kenyataan desa secara data masih belum mandiri

dari sarana prasarana. Bahkan kebutuhan dasar seperti pasar (ekonomi), kesehatan

maupun transportasi masih belum terpenuhi (Didik, 2015: 4).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan September 2017, jumlah

penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah

garis kemiskinan) di Indonesia mencapai 26,58 juta orang (10,12 persen),

berkurang sebesar 1,19 juta orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang

sebesar 27,77 juta orang (10,64 persen). Persentase penduduk miskin di daerah

perkotaan pada Maret 2017 sebesar 7,72 persen turun menjadi 7,26 persen pada

September 2017. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan

pada Maret 2017 sebesar 13,93 persen turun menjadi 13,47 persen pada

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

5  

September 2017. Selama periode Maret 2017–September 2017, jumlah penduduk

miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 401,28 ribu orang (dari 10,67 juta

orang pada Maret 2017 menjadi 10,27 juta orang pada September 2017),

sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 786,95 ribu orang (dari 17,10 juta

orang pada Maret 2017 menjadi 16,31 juta orang pada September 2017)

(https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/01/02/1413/persentase-penduduk-

miskin september-2017-mencapai-10-12-persen.html. Diaksen pada Rabu, 25

April 2018).

Dari kenyataan seperti ini dapat disimpulkan; pertama, masyarakat desa

belum diberdayakan. Hal ini berdampak pada membiasnya usaha mengentaskan

kemiskinan. Sumber daya alam yang melimpah di desa belum mampu

diberdayakan oleh masyakarat untuk meningkatkan tingkat pendapatan. Tentu

dalam situasi ini, peran pemerintah desa sangat diperlukan akan tetapi harapan ini

belum menjadi nyata. Kedua, pemerintah desa belum berdaulat. Hal ini

mengartikan posisi desa yang masih dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah

supra desa. Desa belum sepenuhnya diserahi kesempatan untuk mandiri

mengelola rumah tanggahnya sendiri. Ketiga, desa sendiri kekurangan kader

berkualitas dalam membangun desa. Bayangkan, begitu banyaknya program yang

masuk desa namun belum dioptimalkan dengan baik. Wajar jika begitu banyak

program pusat maupun daerah yang tidak tuntas di tingkat desa. Keempat,

pemerintah pusat belum serius memandang desa sebagai subyek penentu

pembangunan di desa. Hal ini ditandai dengan begitu banyak peraturan

perundang-undangan yang mengatur desa. Memang benar perlu aturan namun

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

6  

pemerintah pusat terlalu mengatur keberadaan desa. Parahnya lagi pemerintah

pusat membuat banyak peraturan bukan untuk menghormati dan mengangkat

harkat martabat orang desa tetapi digunakan untuk mengendalikan desa guna

mendukung kepentingan pemerintah baik konsolidasi kekuatan politik maupun

pembangunan ekonomi (Didik. 2015: 5).

Berangkat dari permasalahan demi permasalahan yang terjadi pada masa

orde lama dan baru lebih tepatnya sebelum diundangkannya Undang-undang

Desa, pemerintah mencoba berpihak pada desa. Salah satu semangat Undang-

undang ini ialah kemandirian desa. Kata mandiri tentunya berujung pada

kemampuan desa dalam mengatur rumah tangganya sendiri. Lebih dari pada itu,

benar apa yang disampaikan oleh Gunawan Sumodiningrat (2016: 1) bahwa

sangatlah penting untuk membangun Indonesia mulai dari desa. Konsep ini

mengartikan semangat pembangunan yang dimulai dari desa. Konsep ini sedari

awal mengawal semangat yang ada di Undang-undang Desa. Untuk mencapai

semangat ini terdapat empat kewenangan yang diusung oleh Undang-undang desa

sesuai dengan Pasal 18 yakni Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pelaksanaan

Pembangunan Desa, Pembinaan Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat. Empat

kewenangan ini menjadi modal berharga dalam mewujudkan kemandirian desa.

Empat kewenangan desa tersebut ialah kewenangan berdasar hak asal usul,

kewenangan lokal berskala desa, kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah,

pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota dan

kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah provinsi

atau pemerintah kabupaten/kota yang sesuai dengan ketentuan peraturan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

7  

perundang-undangan. Dari berbagai kewenangan ini, kewenangan kedua menjadi

kewenangan yang mengarah kepada kemandirian desa dalam pembangunan.

Kewenangan lokal berskala desa mengafirmasi adanya sebuah

kepercayaan dari pemerintah kepada pemerintah desa dalam memajukan desa.

Tentunya dengan tujuan utama yakni kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam usaha mengimplementasikan kewenangan berskala desa ini, Undang-

undang Desa mengaturnya pada bagian IX tentang Pembangunan Desa dan

Pembangunan Kawasan Perdesaan. Sehingga jelas pada pasal 78 ayar 1 berbunyi

“Pembangunan Desa bertujuan memajukan kesejahteraan masyarakat desa dan

kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan

kebutuhan dasar, pembangunan sarana prasarana desa, pengembangan potensi

utama lokal serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara

berkelanjutan. Semangat pasal 78 ini setidaknya bisa menginspirasi desa-desa

agar menggenjot pembangunan di daerahnya masing-masing. Mengenai

pembangunan desa ini, salah satu sektor pembangunan desa ialah pemanfaatan

potensi lokal. Potensi lokal dalam hal ini ialah segala kekayaan yang dimiliki oleh

desa yang bergerak maupun yang tidak bergerak.

Potensi lokal desa (baca potensi desa) adalah segala sumber daya alam

maupun sumber daya manusia yang terdapat dan tersimpan di desa yang dapat

dimanfaatkan untuk kelangsungan dan perkembangan desa. Potensi desa dapat

dibagi atas dua yakni potensi fisik dan potensi non fisik. Contoh potensi fisik

sebagai berikut:

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

8  

‐ Tanah yang merupakan faktor penting bagi penghidupan warga desa

‐ Air untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari

‐ Cuaca dan iklim memegang peranan penting bagi warga desa

‐ Ternak berfungsi sebagai sumber tenaga hewan

‐ Manusia dalam arti sebagai tenaga manusia

Sedangkan contoh potensi non fisik adalah sebagai berikut:

‐ Aparatur atau pamong desa yang baik menjadi sumber kelancaran dan

ketertiban jalannya roda pemerintahan desa.

‐ Lembaga-lembaga sosial desa merupakan lembaga yang mampu

mendorong partisipasi warga desa untuk berperan aktif dalam berbagai

kegiatan pembangunan desa.

‐ Masyarakat desa yang hidup berdasarkan hidup gotong royong

merupakan suatu kekuatan berproduksi dan kekuatan pembangunan

desa (https://www.inirumahpintar.com/2016/10/pengertian-dan-

contoh-potensi-desa.html, diakses pada Selasa, 22 Mei 2018)

Pemanfaatan potensi lokal tentu sangat diharapkan menjadi garda terdepan

dalam pembangunan desa. Pemanfaatan potensi lokal pula mengisyaratakan desa

mengandalkan apa yang dimiliki di desa untuk kesejahteraan bersama. Ada

beberapa manfaat pengelolaan potensi lokal yang bisa didapatkan oleh pemerintah

desa. Pertama dari segi ekonomi bisa memberi manfaat kepada dua pihak. Pihak

pertama yakni pemerintah desa. Pemerintah desa akan memiliki sektor pemasukan

yang jelas bagi Pendapatan Asli Desa (PADes). Hal ini penting agar terciptanya

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

9  

kemandirian di bidang keuangan desa. Bayangkan jika dana desa dikurangi atau

malah dihentikan oleh pemerintah pusat maka PADes menjadi garda terdepan

dalam menghidupi kegiatan pembangunan desa. Pemanfaatan potensi lokal desa

mengisyaratkan adanya pemberdayaan masyarakat. Artinya ialah masyarakat

diberdayakan di daerahnya sendiri bersama potensi yang mereka miliki. Ketika

masyarakat dapat diberdayakan, masyarakat dimampukan untuk menciptakan

pekerjaan sendiri. Ini akan berakibat pada peningkatan pendapatan dari

masyarakat itu sendiri. Ketika dua pihak ini mendapat manfaat dari pemanfatan

potensi lokal maka yang terjadi adalah kesejahteraan desa tersebut tercapai (hasil

wawancara dengan Sene, Kepala Desa Nglanggeran, 18 Desember 2017).

Kedua dari segi sosial yakni semakin berkurangnya permasalahan-

permasalahan sosial di desa. Hal ini jelas ketika masyarakatnya digerakkan untuk

memafaatkan potensi desanya dalam berbagai bentuk lapangan pekerjaan maka

kesibukan masyarakat dapat dikendalikan. Sehingga kecemasan akan terjadinya

permasalahan sosial di desa dapat diatasi; masyarakat disibukkan dengan

pekerjaan di lapangan ketimbang membuat masalah. Pada akhirnya dari segi

keamanan desa dapat tercapai. Ketiga dapat menggerakan sektor pariwisata.

Pemanfaatan potensi lokal dapat menggerakan sektor pariwisata. Setiap potensi

disamping untuk menambah pendapatan masyarakat melalui terbukanya lapangan

pekerjaan, tentu dapat dimaksimalkan sebagai sektor swasta. Pemerintah desa

dapat memaksimalkan sektor swasta ini untuk berbagai manfaat misalnya promosi

desa, pendapatan desa maupun penyerapan tenaga kerja lokal. Keempat mencegah

keluarnya tenaga kerja produktif ke luar desa. Ketika potensi lokal dimanafaatkan

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

10  

dengan baik maka keberadaan angkatan kerja produktif desa dapat

dimaksimalkan. Peran pemuda ini tentunya dapat pula dimaksimalkan untuk

mengelola potensi desa.

Banyak desa di Indonesia yang telah memanfaatkan potensi lokalnya

sebagai garda terdepan pembangunan desa. Desa-desa ini menyadari, pemanfaatan

potensi lokal akan memberi manfaat yang sangat signifikan dalam usaha

menyejahterahkan masyarakatnya. Desa-desa di Yogyakarta misalnya begitu

gencar memanfaatkan potensi lokal. Sebut saja desa wisata Mangunan, desa

wisata Tembi, desa wisata Kasongan dan berbagai desa wisata lainnya. Desa

Nglanggeran sendiri merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Patuk

Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah desa

Nglanggeran ialah 762,8 ha dibagi menjadi lima wilayah pedukuhan, 5 RW dan

23 RT. Ada pun lima pedukuhan tersebut:

- Pedukuhan Karangsari

- Pedukuhan Doga

Pedukuhan Nglanggeran Kulon

- Pedukuhan Nglaneggeran Wetan

- Pedukuhan Gunung Butat

Potensi alam yang ada di desa Nglanggeran terdiri dari beberapa macam

seperti gunung api Purba, Kebun Buah Nglanggeran, Agro Wisata seluas 20 ha

dan air terjun Kendung Kandang. Selain itu juga, desa Nglanggeran juga memiliki

perkebunan kakao (coklat) dan durian. Menariknya dari perkebunan kakao ini

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

11  

dikelola dari hulu ke hilir artinya dari budidaya hingga ke pengelolaan dan

pemasaran (hasil wawancara dengan Senen, Kepala Desa Nglanggeran, 18

Desember 2017) melibatkan warga masyarakat.

Di balik cerita begitu banyaknya potensi yang dimiliki oleh desa

Nglanggeran; jauh sebelum hadirnya potensi demi potensi ini, desa Nglanggeran

sendiri merupakan sebuah desa yang tidak diperhitungkan. Desa Nglanggeran di

tahun 1980 an merupakan wilayah yang bisa dikatakan sebagai wilayah lahan

kritis atau gundul. Bisa dikatakan, dari tahun 1980 hingga tahun 2006 desa

Nglanggeran masuk dalam kategori desa tertinggal. Saat itu mata pencaharian

warga desa Nglanggeran adalah petani. Masyarakat memilih menjadi petani

memanfaatkan lahan pertanian yang ada di desa Nglanggeran. Selain petani, mata

pencaharian warga desa Nglanggeran ialah buruh bangunan, di bidang pertanian

baik pertanian tanaman pangan maupun perkebunan di hutan rakyat. Situasi ini

menjadi gambaran desa Nglanggeran di periode tahun 1980 an hingga tahun 2006

(Hasil wawancara dengan kepala desa Nglanggeran, 18 Desember 2017).

Desa Nglanggeran pun pada akhirnya mengalami titik balik perkembangan

ketika tahun 1999 karang taruna atau kaum muda desa Nglanggeran mulai

melakukan pergerakan. Pergerakan awal yang dilakukan oleh karang taruna ialah

melakukan penghijauan di gunung api Purba. Sejak saat itu, hutan di sekitar

gunung api Purba sudah mulai hijau. Selain penghijauan, saat itu karang taruna

menggagas untuk menanam pohon pula. Sejak tahun 1999 hingga tahun 2006,

perubahan secara fisik di gunung api Purba mulai nampak. Implikasinya jelas

sekali, banyak pelajar yang melakukan kunjungan ke gunung api Purba. Begitu

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

12  

pun dengan para akademisi maupun peneliti. Melihat geliat seperti ini, Karang

Taruna Nglanggeran pun menjadikan gunung api Purba sebagai obyek wisata

andalan bagi desa Nglanggeran. Perkembangan ini mulai berbuah positif ketika di

tahun 2007 kelompok Karang Taruna tadi berubah menjadi Kelompok Sadar

Wisata atau Pokdarwis desa Nglanggeran. Kelompok inilah yang kemudian

menjadi cikal bakal pengelolaan wisata gunung api Purba ke arah yang lebih

profesional.

Mimpi besar pembangunan desa Nglanggeran pun dikebut. Sejak saat itu

desa Nglanggeran mulai dilirik sebagai tujuan wisata. Pemicu utama ialah gunung

api Purba yang kemudian berkembang melahirkan beberapa obyek wisata lainnya.

Hingga saat ini desa Nglanggeran memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

yang mengurus dua unit usaha yakni usaha simpan pinjam dan usaha desa wisata.

Bayangkan saja, kehadiran BUMDes ini dapat menambah pemasukan kas desa

Nglanggeran. Salah satu kunci kemajuan perlahan yang terjadi di desa

Nglanggeran ialah pemberdayaan masyarakat. Setiap warga diberdayakan menjadi

tuan rumah di tanahnya sendiri. Desa Nglanggeran yang dulunya dikatakan

sebagai desa tertinggal perlahan-lahan berubah menjadi desa berkembang.

Tentunya hal ini menjadi sebuah pertanda kemajuan dari sebuah desa. Hal inilah

yang menjadi sebuah keyakinan bersama bahwa sebuah desa bisa maju atas dasar

gerakan pemberdayaan masyarakat. Desa Nglanggeran telah memberi bukti

bahwa mereka dapat bertransformasi dari desa tertinggal ke desa berkembang

bahkan menjadi desa maju. Pertanyaan pemantik yang bisa diperhatikan bersama

ialah mengapa desa Nglanggeran bisa menjadi desa maju? Pertanyaan ini akan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

13  

menuntun kita sekalian pada sebuah analisis komprehensif tentang kemajuan

sebuah desa.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk menggali lebih jauh tentang

pemberdayaan masyarakat berdasarkan potensi desa Nglanggeran. Atinya ialah

desa Nglanggeran sendiri secara mandiri mampu untuk memaksimalkan potensi

desa yang ada sejak tahun 1999. Desa Nglanggeran sendiri merupakan salah satu

desa wisata di kabupaten Gunung Kidul. Hingga saat ini desa Nglanggeran telah

memiliki beberapa obyek wisata yang memberi kontribusi kepada status desa

Nglanggeran sebagai desa wisata. Bagi peneliti, ada yang menarik di desa

Nglanggeran. Pertanyaan pemantik berikutnya ialah bagaimana desa Nglanggeran

mampu mengelola potensi desanya? Di saat banyak desa yang masih mengalami

kebingungan dalam mengelola potensi desanya, desa Nglanggeran hadir untuk

menjawab kebingungan ini. Hal inilah yang kemudian melarbelakangi peneliti

ingin meneliti lebih jauh pengelolaan potensi desa di desa Nglanggeran.

Penelitian tentang Pemberdayaan Masyarakat sudah pernah dilakukan

oleh peneliti-peneliti sebelumnya yaitu:

1. Mohamaad Sofiandi. S. Sos. (Ilmu Sosial Program Studi Interdiscipliniary

Islamic Studies konsentrasi Social Work Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

tahun 2015) dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis

Lingkungan di Desa Gilingharjo Pandak Kabupaten Bantul (Studi kasus

Lembaga Community Development Yayasan Suara Bakti).

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

14  

Ada pun metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif

kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek berdasarkan

fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana adanya.

- Penentuan Subyek Penelitian dan Obyek Penelitian

(a) Subyek penelitian

Ada pun subyek penelitian tesis ini adalah; ketua Yayasan Suara

Bhakti (Bapak Danu), direktur Community Development (bapak

Greek), staf community development (bapak Fathoni) dan penerima

manfaat dari program pemberdayaan ini yakni peternak sapi gaduhan

di dusun Krekah Pandak Bantul.

(b). Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Pemberdayaan

Masyarakat Berbasis Lingkungan di Desa Gilingharjo Pandak

Kabupaten Bantul yang berfokus pada proses pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh Community Development.

- Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah

metode wawancara, metode observasi dan dokumentasi.

- Keabsahan Data

Untuk memperoleh kebenaran penelitian maka data yang berhasil digali

kemudian dikumpulkan dan dicatat. Dalam kegiatan penelitian harus

dimantapkan kebenarannya. Dalam penelitian ini peneliti memeriksa data-

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

15  

data atau informasi yang diperoleh dari pengurus Lembaga Community

Development serta dari penerima manfaat program pemberdayaan yang

kemudian dicocokkan dengan yang terjadi di lapangan.

- Analisis Data

Untuk analisis data peneliti menggunakan analisis data kualitatif. Analisis

data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumentasi

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola dan memilih

mana yang digunakan oleh peneliti adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitiannya sebagai berikut:

a. Pemberdayaan masyarakat yang ada di dusun Nogosari Gilangharo Pandak

Bantul berfokus pada pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan.

Mereka menggunakan konsep dan sistem IFS (Inegated Farming

System/sistem pertanian yang terintegrasi). Lembaga yang memprakarsai

permberdayaan ini adalah lembaga Community Development Yayasan

Suara Bhakti. Dalam memberdayakan masyarakat di dusun Gilingharjo

mereka mendirikan CTC (Community Training Center). Tujuan dari

lembaga ini memberikan penyadaran terhadap masyarakat tentang limbah

yang bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat seperti

pupuk. Bersamaan dengan pembangunan kompleks CTC ini, maka

lembaga Community Development membentuk kelompok ternak

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

16  

Mekarsari. Kelompok ini bermula dengan adanya ibu-ibu setempat yang

memelihara sapi gaduhan (bagi hasil).

b. Ada banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh lembaga Community

Development dalam melakukan pemberdayaan masyarakat yang ada.

Masyarakat banyak yang ingin membuat tabung biogas di rumahnya

masing-masing. Akan tetapi biaya pembuatan tabung biogas sangat mahal.

IFS (Integrated farming sistem) kemudian mengaplikasinnya di komplek

CTC, salah satunya ialah tersedianya kolam ikan yang berisi ikan yang

subur. Parahnya cuaca di sekitar CTC sangat panas sehingga

mengakibatkan beberapa sapi mati di komplek CTC. Dengan adanya

kejadian ini banyak peternak sapi memindahkan sapinya ke dalam rumah

masing-masing. Sebagian masyarakat tidak seratus persen sepenuhnya

percaya dengan penggunaan pupuk organik. Mereka mencampur pupuk

organik yang sudah mereka buat dengan pupuk pabrik yang mereka beli.

Sesudah adanya pergantian kepengurusan kelompok ternak Mekarsari,

sedikit terjadi kemunduran.

c. Dampak yang bisa dirasakan terhadap masyarakat sekitarnya dengan

adanya pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan di dusun Nogosari

itu antaranya adalah sebagai berikut:

‐ Peningkatan ekonomi:

Salah satunya adalah manfaat ekonomi dari produksi pupuk dan

tabung biogas. Apabila mereka setiap minggu membeli gas dengan

harga Rp.17.000, maka dengan adanya pengolahan limbah ini

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

17  

mereka bisa memasak di komplek CTC itu. Bahkan salah seorang

yang sudah membuat tabung biogas sudah tidak tergantung lagi

dengan gas.

‐ Pengetahuan

Keadaan yang terpenting selanjutnya mereka kaya akan pengetahuan

tentang sistem pertanian dan peternakan yang terpadu (seperti

merawat sapi, membuat pakan sapi dan lain-lain). Pengetahuan ini

dijadikan sebagai bekal oleh mereka pada masa mendatang.

‐ Terkenal

Banyak dari masyarakat luar Yogyakarta bahkan beberapa dari

mereka berasal dari luar negeri yang mengunjungi tempat ini.

Mereka ingin mengetahui proses intergrated farming system (sistem

pertanian yang terpadu) yang ada di sana. Mereka membuat satu

areal yang terdiri dari kandang sapi, kolam ikan, biogas dan satu

petak sawah.

‐ Pupuk

Walaupun mereka tidak seratus persen memakai pupuk kompos ini,

akan tetapi beberapa dari mereka menggunakan pupuk kompos

dicampuri dari pabrik. Hal ini sudah banyak dilakukan oleh petani di

masyarakat desa itu.

‐ Percontohan

Salah satu tujuan berdirinya CTC adalah sebagai percontohan

kompos biogas untuk masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

18  

Pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan di dusun Nogosari

ini membuat beberapa daerah di Yogyakarta dan sekitarnya

menginginkan untuk membuat pemberdayaan masyarakat berbasis

lingkungan juga. Apabila konsep IFS terlalu beresiko dan mahal

maka mereka bisa meniru dari pengelolaan kotoran menjadi biogas

yang bisa dipakai untuk kebutuhan memasak. Sudah beberapa

masyarakat yang membuat kotoran sapi menjadi biogas.

2. Sukmaniar (Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan

Kota Universitas Diponegoro Semarang) dengan judul tesis “Efektivitas

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Program Pengembangan

Kecamatan (PPK) Pasca Tsunami di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh

Besar” tahun 2007.

Metode penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pendekatan penelitian yang digunakan ialah penelitian

deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif biasanya lebih

menekankan pada cara berpikir positivistik yang bertitik tolak

dari fakta di lapangan yang tertarik dari realitas objektif

disamping asumsi teoritis lainnya (empiris). Untuk penelitian

ini digunakan tipe penelitian deskriptif dalam rangka mengkaji

Efektivitas Pemberdaya Masyarakat dalam Pengelolaan

Program Pengembangan Kecamatan (PKK) Pasca Tsunami.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

19  

b. Metode pelaksanaan penelitian

Sukmaniar sebagai peneliti menggunakan metode pelaksanaan

penelitian sebagai berikut;

‐ Kebutuhan Data

Data yang dibutuhkan agar dapat tercapai tujuan dan sasaran

penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data

sekunder diperoleh dari; Instansi Badan Pemberdayaan

Masyarakat (BPM) Kabupaten Aceh Besar sebagai sekretariat

TK-PPK kabupaten untuk mendapat dokumen-dokumen resmi

petunjuk pelaksanaan PPK, kantor kecamatan Lhoknga berupa

peta lokasi penelitian; data eksiting wilayah pasca tsunami,

laporan konsultan manajemen PPK Kabupaten (KM-Kab) Aceh

Besar dan Fasilitator Kecamatan (FK) PPK Kecamatan

Lhoknga. Data primer sendiri masyarakat pelaku PPK.

‐ Teknik pengumpulan data

Ada pun teknik pengumpulan data di penelitian ini dengan

metode angket (kuesioner), wawancara dan dokumentasi atau

observasi.

‐ Teknik sampling

Karena penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif

maka terdapat teknis sampling. Dalam penelitian ini, teknik

sampling yang digunakan ialah purposive sampling. Untuk

keperluan pengisian kuesioner tentang penilaian tingkat kondisi

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

20  

pemberdaya masyarakat sebelum dan setelah PPK pasca

tsunami di kecamatan Lhoknga maka yang menjadi responden

adalah masyarakat yang terlibat langsung dalam pengelolaan

PPK pasca tsunami di kelurahan Mon Ikeun, desa Lambaro

Seubun dan desa Meunasah Karieng. Ada pun jumlah anggota

populasi yang menjadi target penyebaran kuesioner dalam

penelitian ini berjumlah 54 orang. Selanjutnya untuk keperluan

menggali informasi lebih detail tentang upaya pemberdayaan

masyarakat dalam pengelolaan PPK pasca tsunami di

kecamatan Lhoknga dilakukan wawancara mendalam dengan

pelaku PPK di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa lokasi

penelitian. Untuk pelaku PPK di desa yang diwawancarai 2

orang per desa dan mereka orang yang sama dengan responden

yang mengisi kuesioner.

‐ Analisis Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat dalam

Pengelolaan PPK Pasca Tsunami.

Adapun analisis yang digunakan sebagai berikut; (1) analisis

pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PPK pasca

tsunami dipakai teknik analisis kualitatif secara deskriptif.

Untuk menganalisis pemberdayaan masyarakat dalam

pengelolaan PPK pasca tsunami dilakukan dengan cara

mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat dalam PPK pasca

tsunami berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

21  

mendalam dengan pelaku PPK di tingkat kabupaten Aceh

Besar, kecamatan Lhoknga dan tiga desa lokasi penelitian serta

dihubungkan dengan teori pemberdayaan. (2) Analisis tingkat

kondisi pemberdayaan masyarakat sebelum dan setelah

pelaksanaan PPK pasca tsunami di tiga desa lokasi penelitian

dalam Kecamatan Lhoknga. (3) Analisis efektivitas

pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PPK pasca

tsunami di kecamatan Lhoknga.

Hasil penelitian:

a. Penilaian efektivitas pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan

PPK pasca tsunami di Kecamatan Lhoknga dilakukan dengan

menghubungkan proses pemberdayaan masyarakat dalam PPK pasca

tsunami dengan perubahan kondisi pemberdayaan masyarakat di tiga

desa dalam kecamatan Lhoknga. Pada dasarnya mekanisme

pelaksanaan PPK pasca tsunami telah mengakomodasi terciptanya

peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan potensi diri dan

lingkungannya. Namun secara umum pemberdayaan masyarakat dalam

pengelolaan PPK pasca tsunami di kecamatan Lhoknga kurang efektif

dalam meningkatkan kondisi pemberdayaan masyarakat di daerah

tersebut.

b. Dari hasil analisis diperoleh bahwa untuk kelurahan Mon Ikeun dan

desa Lambaro Seubun, proses pemberdayaan masyarakat dalam PPK

pasca tsunami kurang efektif, sedangkan untuk Meunasah Karieng

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

22  

pemberdayaannya cukup efektif. Pemberdayaan masyarakat dalam

PPK pasca tsunami yang kurang efektif tersebut terutama disebabkan

oleh kapasitas masyarakat yang belum mampu mengambil peran yang

besar dalam pembangunan. Besar atau kecilnya peran masyarakat

dalam pembangunan ditentukan oleh kemauan dan kemampuan

masyarakat. Kemauan masyarakat merupakan perpaduan antara sikap

membangun (tahapan afektif) dengan pengetahuan (tahapan kognitif)

masyarakat, sedangkan kemampuan merupakan perpaduan antara

pengetahuan (tahapan kognitif) dengan keterampilan (tahapan

psikomotorik).

c. Pemberdayaan masyarakat dalam PPK pasca tsunami yang kurang

efektif tersebut terutama disebabkan oleh kapasitas masyarakat yang

belum mampu mengambil peran yang besar dalam pembangunan.

Besar atau kecilnya peran masyarakat dalam membangun ditentukan

oleh kemauan dan kemampuan masyarakat. Kemauan masyarakat

merupakan perpaduan antara sikap membangun (tahapan afektif)

dengan pengetahuan (tahapan kognitif) masyarakat, sedangkan

kemampuan merupakan perpaduan antara pengetahuan (tahapan

kognitif) dengan keterampilan (tahapan psikomotorik).

Jika kita mencermati dua penelitian sebelumnya tentu sangat berbeda

dengan penelitian ini. Penelitian ini memiliki kekhasan pada fokus penelitiannya

yakni tentang pemberdayaan masyarakat berdasarkan potensi desa. Artinya, di

desa begitu banyak potensi melimpah. Namun pertanyaan ialah apakah

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

23  

masyarakat dapat menggerakkan potensi desa yang ada menuju kepada kehidupan

yang lebih baik? Pertanyaan ini mengarah kepada salah satu strategi melalui

pemberdayaan masyarakat. Konsep inilah yang menjadi kekhasan di penelitian

ini. Desa Nglanggeran sebagai desa yang telah maju tentu memiliki kisah

tersendiri tentang pemberdayaan berdasarkan potensi desa. Hal inilah yang

kemudian ingin diteliti oleh peneliti. Sehingga hasil penelitian ini bisa

memberikan sumbangan pikir bagi pemerintah desa Nglanggeran maupun

pemerintah desa di seluruh Indonesia.

B. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitiannya sebagai berikut:

‐ Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan

peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

‐ Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan

keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

‐ Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan

sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk

menghantarkan pada kemandirian.

C. Rumusan Masalah

‐ Bagaimana tahapan pemberdayaan masyarakat berdasarkan potensi desa?

‐ Apa saja faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pemberdayaan

masyarakat berdasarkan potensi desa?

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

24  

D. Tujuan Penelitian

‐ Untuk mendeskripsikan tahapan pemberdayaan masyarakat berdasarkan

potensi desa

‐ Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat

pemberdayaan masyarakat berdasarkan potensi desa.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian kiranya dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain maupun kaum akademisi yang

ingin membahas tentang pemberdayaan masyarakat berdasarkan potensi

desa.

2. Secara Praktis

Sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah desa Nglanggeran dan

pemerintah daerah Gunung Kidul dalam memajukan desa Nglanggeran

lebih maju lagi ke depannya.

F. Kerangka Konseptual

Desa

Secara etimologis, kata “desa” berasal dari bahasa Sansekerta, deshi, yang

berarti tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran (Rustiadi, 2007: 33). Oleh karena

itu, kata “desa” sering dipahami sebagai tempat atau daerah (sebagai tanah

asalnya) tempat penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

25  

lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan

mengembangkan kehidupannya. Oleh karena itu ciri utama yang terletak pada

desa adalah fungsinya sebagai tempat tinggal, tanah asal (menetap) dari suatu

kelompok masyarakat yang relatif kecil. Dengan kata lain, suatu desa ditandai

oleh keterikatan warganya terhadap suatu wilayah tertentu. Keterikatan ini selain

untuk tempat tinggal, juga untuk menyangga kehidupan mereka (Rustiadi, 2007:

40). Dari perspektif geografis, desa atau village diartikan sebagai “a group of

house in a country area, smaller than a town”. Desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri

berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam pemerintahan

nasional dan berada di daerah kabupaten (Beni, 2015: 4).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013: 2), desa adalah suatu

kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa) atau desa merupakan

kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan. Desa juga menurut

H.A.W. Widjaja (2003: 3) dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa”

menyatakan bahwa; desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang bersifat istimewa.

Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman,

partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Selain itu

juga menurut Zakaria dalam Wahjudin Sumpeno dalam Candra Kusuma (2012: 6)

menyatakan bahwa desa adalah sekumpulan orang yang hidup bersama atau suatu

wilayah, yang memiliki suatu serangkaian peraturan-peraturan yang ditetapkan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

26  

sendiri, serta berada di wilayah pimpinan yang dipilih dan ditetapkan sendiri. Paul

H. Landis (Elly, 2011: 838) sedikit berbeda dalam mendefenisikan desa. Paul

sendiri merupakan sarjana sosisologi pedesaan dari Amerika Serikat. Paul

mengemukakan defenisi desa dengan cara membuat tiga pemilahan berdasarkan

pada tujuan analisis. Pertama, untuk tujuan analisis statistik, desa didefenisikan

sebagai lingkungan yang penduduknya kurang dari 2.500 orang. Kedua, untuk

tujuan analisa sosial-psikologi, desa didefenisikan sebagai suatu usaha lingkungan

yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba-informasi diantara

sesama warganya. Ketiga, untuk tujuan analisis ekonomi, desa didefenisikan

sebagai lingkungan yang penduduknya bergantung pada pertanian.

Selain itu, dalam produk hukum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa Pasal 1, desa adalah desa dan adat atau yang disebut dengan nama

lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Unsur–unsur Desa

Menurut Bintarto dalam Daldjoeni (2003: 55), ada tiga unsur yang membentuk

sistem yang bergerak secara berhubungan dan saling terkait, yaitu:

1. Daerah tanah yang produktif, lokasi, luas dan batas yang merupakan

lingkungan geografis,

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

27  

2. Penduduk, jumlah penduduk, pertambahan penduduk, persebaran

penduduk dan mata pencaharian penduduk,

3. Tata kehidupan, pola tata pergaulan dan ikatan pergaulan warga desa

termasuk seluk beluk kehidupan masyarakat desa

Ciri-ciri Desa

Menurut Dirjen Bangdes (Pembangunan Desa) dalam Daldjoeni (2003:

60), ciri – ciri wilayah desa antara lain; perbandingan lahan dengan manusia

cukup besar (lahan desa lebih luas dari jumlah penduduknya, kepadatan rendah).

Lapangan kerja yang dominan adalah agraris (pertanian), hubungan antar warga

amat akrab dan tradisi lama masih berlaku.

Karakteristik Desa

Sifat dan karakteristik desa secara umum dapat dilihat dari keadaan alam

dan lingkungan hidupnya. Suasana dan cuaca alamnya yang cerah, hamparan

sawah yang menghijau jika musim tandur dimulai dan menguning jika musim

panen dari kejauahan tampak gunung menjulang tinggi di langit biru (Beni, 2015:

18). Tipologi wilayah perdesaan, hampir sebagian besar masih perkampungan

atau dusun. Mata pencaharian masyarakatnya lebih dominan pada sektor

pertanian, perkebunan, peternakan dan sejenisnya. Karakteristik masyarakatnya

masih berkaitan dengan etika dan budaya setempat, seperti berperilaku sederhana,

mudah curiga, menjunjung tinggi kekeluargaan, lugas, tertutup dalam hal

keuangan, menghargai orang lain, jika diberi janjian selalu diingat, suka

bergotong royong, demokratis, religius dan lainnya. Karakteristik desa selalu

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

28  

dikontraskan dengan pemahaman masyarakat kota. Artinya desa merupakan

gambaran yang masyarakatnya masih bersahaja, sederhana dan apa adanya (alami

dan damai). Pengertian ini sebagai perbandingan dengan masyarakat kota yang

maju dan kompleks.

Dalam perspektif Evolusionis Kingsley Davis (Beny, 2015: 22), ia

menjelaskan karakteristik masyarakat kota tetapi tidak menjelaskan karakteristik

masyarakat desa. Ia menganggap bahwa kebalikan karakteristik masyarakat kota

menjadi kebalikan masyarakat desa. Ada delapan karakteristik masyarakat kota,

yaitu sebagai berikut;

1. Heterogenitas sosial yaitu heterogenitas masyarakat kota tinggi

2. Asosiasi sekunder yaitu masyarakat kota dalam kelompok sekunder karena

banyaknya penduduk sehingga yang mendominasi kehidupan masyarakat

kota adalah asosiasi sekunder.

3. Toleransi sosial. Masyarakat kota memiliki toleransi sosial yang tinggi

karena pengawasan sosialnya relatif longgar.

4. Pengawasan sekunder. Masyarakat kota dengan toleransi sosial yang

tinggi sehingga pengawasannya yang efektif adalah pengawasan sekunder.

5. Mobilitas sosial pada masyarakat kota relatif tinggi dan lebih

mementingkan prestasi (achievement).

6. Asosiasi sukarela yaitu masyarakat kota lebih memiliki kebebasan untuk

memutuskan berbagai hak secara perseorangan, sehingga cenderung pada

asosiasi sukarela yaitu aosiasi yang anggotanya bebas keluar dan masuk

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

29  

7. Inividualis masyarakat kota cenderung melepaskan diri dari kolektivitas

atau cenderung individualis.

8. Segresi spasial. Dalam masyarakat kota, berbagai kelompok sosial yang

berbeda cenderung memisahkan secara fisik.

Konsep desa yang telah dijelaskan belumlah cukup untuk memberikan

gambaran desa-desa di Indonesia. Hal ini disebabkan di Indonesia masih terdapat

desa yang mendekati desa era prakapitalistik (desa sebelum modernisasi). J.H

Boeke, sebagaimana dikutip oleh Eko Murdiyanto, (Beni, 2015: 23)

menggambarkan ciri pokok desa prakapitalistik, yaitu sebagai berikut:

1. Penundukan kegiatan ekonomi di bawah kegiatan sosial. Artinya kegiatan

sosial lebih penting daripada kegiatan ekonomi bahkan kegiatan ekonomi

dipandang sebagai “kejahatan”.

2. Keluarga merupakan unit swasembada secara ekonomis sehingga

masyarakat desa hakikatnya bukan merupakan unit ekonomi, tetapi

merupakan unit sosial dengan keluarga merupakan unit terkecil dan

terpenting. Dengan kata lain keterpaduan masyarakat desa bukanlah

keterpaduan ekonomi melainkan keterpaduan sosial.

3. Tradisi dapat dipertahankan karena swasembada ekonomi. Oleh karena itu,

masyarakat desa merupakan pengelompokan kecil yang menyebabkan

orang-orang desa saling mengenal dan akrab satu sama lain. Berdasarkan

hubungan personal inilah tradisi yang ada dapat dipertahankan.

4. Desa cenderung menatap ke belakang tidak ke depan, yang dapat

memperkuat kelestarian tradisi setempat.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

30  

5. Setiap orang merasa menjadi bagian dari keseluruhan menerima tradisi

dan moral kelompok sebagai pedomannya. Hal ini menyebabkan tingkat

kolektivitas yang sangat tinggi, individualisme otomatis tidak dapat

diterima.

Untuk kasus di Indonesia, wilayah yang disebut desa seharusnya dilihat

dalam tahapan yang tidak sama. Masyarakat yang mulai menetap juga memiliki

karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain antara Jawa dengan

luar Jawa, antara desa dekat kota dan desa yang jauh dari kota antara wilayah

dataran tinggi dan dataran rendah demikian pula antara pantai dan pedalaman. Di

Indonesia tampaknya belum ada kajian mendalam tentang hal ini. Desa

merupakan bentukan dan pengembangan konsep dari bangsa Indonesia meskipun

ada kemiripan dengan desa di Indonesia bernuansa Hindu. Kehidupan masyarakat

desa terikat pada nilai-nilai budaya asli yang sudah diwariskan secara turun

temurun dan melalui proses adaptasi yang sangat panjang dari interaksi intensif

dengan perubahan lingkungan biofisik masyarakat yang terbentuk melalui proses

adaptasi yang kondusif bagi kehidupan masyarakat sehingga nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya dapat dipahami sebagai dasar dalam pembangunan

pertanian dan pedesaan. Kondisi masyarakat perdesaan di Indonesia pada saat ini

sangat beragam mulai perilaku ladang berpindah, bertani, menetap, desa industri,

desa dengan mata pencaharian dominan sektor jasa hingga desa yang dengan

fasilitas modern (semi urban dan urban).

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

31  

Kewenangan Desa

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, menegaskan jenis-

jenis kewenangan desa. Dalam UU Desa, jenis-jenis kewenangan desa meliputi

kewenangan di bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa,

Pembinaan Kemasyarakatan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

berdasarkan Prakarsa Masyarakat, Hak Asal-usul, serta Adat Istiadat Desa (pasal

18 UU Desa).

Kemudian, jenis-jenis kewenangan desa (pasal 19 UU Desa) meliputi:

1. Kewenangan Asal-usul;

2. Kewenangan lokal berskala desa;

3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/kota; dan

4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan

ketentuan peratura n perundang-undangan.

Dua jenis kewenangan di atas, kewenangan asal-usul dan kewenangan

lokal berskala desa menjadi pengakuan negara terhadap keberadaan desa. Tujuan

dari kewenangan adalah untuk memunculkan inisiatif-inisiatif positif dari desa

sendiri untuk menjadi desa mandiri. Berikut penjelasan lebih lanjutnya: Menurut

Pasal 7 ayat (1) Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Kewenangan Desa:

Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal-usul, paling sedikit terdiri atas: a.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

32  

sistem organisasi masyarakat adat; b. pembinaan kelembagaan masyarakat; c.

pembinaan lembaga dan hukum adat; d. pengelolaan tanah kas desa; dan e.

pengembangan peran masyarakat desa. Pasal 8 ayat (1); Kewenangan Lokal

Berskala Desa, paling sedikit terdiri atas: a. pengelolaan tambatan perahu;

b. pengelolaan pasar desa; c. pengelolaan tempat pemandian umum;

d. pengelolaan jaringan irigasi; e. pengelolaan lingkungan permukiman

masyarakat desa; f. pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos

pelayanan terpadu; g. pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar; h.

pengelolaan perpustakaan desa dan taman bacaan; i. pengelolaan embung desa;

j. pengelolaan air minum berskala desa; dan k. pembuatan jalan desa antar

permukiman ke wilayah pertanian. Pasal 9 ayat (1); Kewenangan yang ditugaskan

dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota kepada desa, meliputi: a. penyelenggaraan pemerintahan desa;

b. pelaksanaan pembangunan desa; c. pembinaan kemasyarakatan desa; dan

d. pemberdayaan masyarakat desa.

Hak dan Kewajiban Desa

Desa juga memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pasal 67 ayat 1 dan 2 yakni, desa

berhak: a. mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal

usul, adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat desa; b. menetapkan dan

mengelola kelembagaan desa; c. mendapatkan sumber pendapatan. Desa

berkewajiban; a. melindungi dan menjaga persatuan, keatuan serta kerukunan

masyarakat desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

33  

Republik Indonesia (NKRI); b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

desa; c. Mengembangkan kehidupan demokrasi; d. mengembangkan

pemberdayaan masyarakat desa; dan e. memberikan dan meningkatkan pelayanan

kepada masyarakat desa

Pemberdayaan Masyarakat

Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang

berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka

pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses

untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan dan atau proses pemberian

daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang

kurang atau belum berdaya (Ambar, 2004-77). Pengertian “proses” menunjuk

pada serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan secara

kronologis sistematis yang mencerminkan pentahapan upaya mengubah

masyarakat yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan. Proses akan

merujuk pada suatu tindakan nyata yang dilakukan secara bertahap untuk

mengubah kondisi masyarakat yang lemah, baik knowledge, attitude, maupun

pratice menuju pada penguasaan pengetahuan, sikap perilaku sadar dan

kecakapan-keterampilan yang baik.

Makna memperoleh daya/kekuatan/kemampuan menunjuk pada sumber

inisiatif dalam rangka mendapatkan atau meningkatkan daya, kekuatan atau

kemampuan sehingga memiliki keberdayaan. Kata memperoleh mengindikasikan

bahwa yang menjadi sumber inisiatif untuk berdaya berasal dari masyarakat itu

sendiri. Dengan demikian masyarakat yang mencari, mengusahakan, melakukan,

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

34  

menciptakan situasi atau meminta kepada pihak lain untuk memberikan

daya/kekuatan/kemampuan. Iklim seperti ini hanya akan tercipta jika masyarakat

tersebut menyadari ketidakmampuan/ketidakberdayaan/tidak adanya kekuatan,

dan sekaligus disertai dengan kesadaran akan perlunya memperoleh

daya/kemampuan/kekuatan. Makna kata pemberian menujukkan bahwa sumber

inisiatif bukan dari masyarakat. Inisiatif untuk mengalihkan

daya/kemampuan/kekuatan adalah pihak-pihak lain yang memiliki kekuatan dan

kemampuan, misalnya pemerintah atau agen-agen pembangunan lain.

Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk

individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi

kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan

tersebut. Lebih lanjut perlu ditelusuri apa yang sesungguhnya dimaknai sebagai

suatu masyarakat yang mandiri. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu

kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk

memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi

mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan daya

kemampuan yang terdiri dari atau kemampuan kognitif, prikomotorik, afektif

dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal

masyarakat tersebut. Dengan demikian untuk menjadi mandiri perlu dukungan

kemampuan berupa sumber daya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif,

konatif, psikomotorik dan afektif dan sumber daya lainnya yang bersifat fisik-

material (Ambar, 2004-80).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

35  

Pemberdayaan masyarakat hendaklah mengarah pada pembentukan

kognitif masyarakat yang lebih baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan

kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau

masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi.

Kondisi kognitif merupakan suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk yang

diarahkan pada perilaku yang senditif terhadap nilai-nilai pembangunan dan

pemberdyaaan. Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh

masyarakat yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan

dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan-

keterampilan yang dimilki masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat

dalam rangka melakukan aktivitas pembangunan.

Terjadinya keberdayaan pada empat aspek (kognitif, konatif, afektif dan

psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian

masyarakat yang dicita-citakan. Karena dengan demikian dalam masyarakat akan

terjadi kecukupan wawasan yang dilengkapi dengan kecakapan-keterampilan yang

memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan perilaku sadar akan

kebutuhannya tersebut. Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan

sebuah proses. Melalui proses belajar maka masyarakat secara bertahap akan

memperoleh kemampuan tersebut masyarakat harus menjalani proses belajar.

Dengan proses belajar tersebut akan diperoleh kemampuan/daya dari waktu ke

waktu. Dengan demikian akan terakumulasi kemamuan yang memadai, untuk

mengantarkan kemandirian mereka. Apa yang diharapkan dari pemberdayaan

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

36  

yang merupakan suatu visualisasi dari pembangunan sosial diharapkan dapat

mewujudkan komunitas yang baik, masyarakat yang ideal.

Prinsip Pemberdayaan Masyarakat

Prinsip pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkembangkan potensi

masyarakat, meningkatkan kontribusi masyarakat dalam pembangunan,

mengembangkan gotong-royong, bekerja bersama masyarakat, berbasis

masyarakat, kemitraan dan organisasi masyarakat lain serta desentralisasi.

Keberadaan prinsip pemberdayaan masyarakat dapat menumbuhkan peran aktif

masyarakat, sehingga serangkaian kegiatan pemberdayaan berjalan dengan baik.

Adapun prinsip pemberdayaan masyarakat, Sumaryadi (2005, 94-96)

mengemukakan 5 (lima) prinsip dasar dari konsep pemberdayaan masyarakat

sebagai berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat memerlukan break-event dalam setiap kegiatan

yang dikelolanya, meskipun orientasinya berbeda dari organisasi bisnis,

dimana dalam pemberdayaan masyarakat keuntungan yang diperoleh

didistribusikan kembali dalam bentuk program atau kegiatan

pembangunan lainnya.

2. Pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik

dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan.

3. Dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, kegiatan

pelatihan merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha

pembangunan fisik.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

37  

4. Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan

sumber daya, khususnya dalam hal pembiayaan baik yang berasal dari

pemerintah, swasta maupun sumber-sumber lainnya.

5. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai

penghubung antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dengan

kepentingan masyarakat yang bersifat mikro (Sumaryadi, 2005: 94-96)

Beberapa prinsip mengenai pemberdayaan masyarakat juga

dikemukakan oleh Suharto (2005: 68), sebagai berikut:

a. Membangun relasi pertolongan yang: (1) merefleksikan respon empati; (2)

menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri (self-

determination); (3) menghargai perbedaaan dan keunikan individu; (4)

menekankan kerjasama klien (client partnership)

b. Membangun komunikasi yang: (1) menghormati martabat dan harga diri

klien; (2) mempertimbangkan keragaman individu; (3) berfokus pada klien;

(4) menjaga kerahasiaan klien.

c. Terlibat dalam pemecahan masalah yang: (1) memperkuat partisipasi klien

dalam semua aspek proses pemecahan masalah; (2) menghargai hak-hak

klien; (3) merangkai tantangan sebagai kesempatan belajar; (4) melibatkan

klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi.

d. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui: (1) ketaatan

terhadap kode etik profesi; (2) keterlibatan dalam pengembangan

profesional; riset dan perumusan kebijakan; (3) penerjemahan kesulitan-

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

38  

kesulitan pribadi ke dalam isu-isu publik; (4) penghapusan segala bentuk

diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.

Pemberdayaan Masyarakat sebagai Sebuah Proses

Proses pemberdayaan cenderung dikaitkan sebagai unsur pendorong (driving’s

force) sosial-ekonomi, politik. Pemberdayaan adalah suatu upaya dan proses

bagaimana agar berfungsi sebagai power (driving’s force) dalam pencapaian

tujuan yaitu pengembangan diri (self-development). Secara konseptual

dikemukakan oleh Saraswati(Saraswati, 1997: 79-80), pemberdayaan harus

mencakup enam hal sebagai berikut:

a. Learning by doing, artinya, pemberdayaan adalah sebagai proses belajar dan

ada suatu tindakan-tindakan konkrit yang terus-menerus, yang dampaknya

dapat terlihat.

b. Problem solving, pemberdayaan harus memberikan arti terjadinya

pemecahan masalah yang dirasakan krusial dengan cara dan waktu yang

tepat.

c. Self-evaluation, pemberdayaan harus mampu mendorong seseorang atau

kelompok tersebut untuk melakukan evalusi secara mandiri.

d. Self-development and coordination, artinya mendorong agar mampu

melakukan pengembangan diri dan melakukan hubungan koordinasi dengan

pihak lain secara lebih luas.

e. Self-selection, suatu kumpulan yang tumbuh sebagai upaya pemilihan dan

penilaian secara mandiri dalam menetapkan langkah-langkah ke depan.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

39  

f. Self-decisim, dalam memilih tindakan yang tepat hendaknya memiliki

kepercayaan diri (self-confidence) dalam memutuskan sesuatu secara

mandiri (self-dicism).

Pandangan Kartasasmita (1996: 11-12), memberdayakan adalah upaya

untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi

sekarang tidak mampu melepaskan dari dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan adalah memampukan dan

memandirikan masyarakat. Dalam kerangka pemikiran itu, upaya memberdayakan

masyarakat haruslah dilakukan dengan:

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang.

b. Upaya itu harus diikuti dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki

oleh masyarakat.

c. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota

masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya.

d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.

Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat pun sejatinya akan berlangsung secara

bertahap. Menurut Ambar Teguh S (2004: 83), tahap-tahap yang harus dilalui

tersebut meliputi :

1. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan

peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

40  

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan

keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan

sehingga

terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk menghantarkan pada

kemandirian.

Tahap pertama atau tahap penyadaran dan pembentukan perilaku

merupakan tahap persiapan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tahap

ini pihak pemberdaya/ aktor/ pelaku pemberdaya berusaha menciptakan

prakondisi, supaya dapat memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan

yang efektif. Apa yang diintervensi dalam masyarakat sesungguhnya lebih pada

kemampuan afektifnya untuk mencapai kesadaran konatif yang diharapkan.

Sentuhan penyadaran akan lebih membuka keinginan dan kesadaran masyarakat

akan kondisinya saat itu dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran

mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan

yang lebih baik. Sentuhan akan rasa ini akan membawa kesadaran masyarakat

bertumbuh, kemudian merangsang semangat kebangkitan mereka untuk

meningkatkan kemampuan diri dan lingkungan. Dengan adanya semangat tersebut

diharapkan akan dapat menghantarkan masyarakat untuk sampai pada kesadaran

dan kemauan untuk belajar. Dengan demikian masyarakat semakin terbuka dan

merasa membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan untuk memperbaiki kondisi.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

41  

Pada tahap kedua yaitu proses transformasi pengetahuan dan kecakapan

keterampilan dapat berlangsung baik, penuh semangat dan berjalan efektif, jika

tahap pertama telah terkondisi. Masyarakat akan menjalani proses beajar tentang

pengetahuan dan kecakapan-ketrampilan yang memiliki relevansi dengan apa

yang menjadi tuntutan kebutuhan tersebut. Keadaan ini akan menstimulasi

terjadinya keterbukaan wawasan dan menguasai kecakapan keterampilan dasar

yang mereka butuhkan. Pada tahap ini masyarakat hanya dapat memberikan peran

partisipasi pada tingkat yang rendah, yaitu sekedar menjadi pengikut atau objek

pembangunan saja, belum mampu menjadi subjek dalam pembangunan.

Tahap ketiga adalah merupakan tahap pendayaan atau peningkatan

intelektualitas dan kecakapan-keterampilan yang diperlukan, supaya mereka dapat

membentuk kemampuan kemandirian. Kemandirian tersebut akan ditandai oleh

kemampuan masyarakat dalam membentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi dan

melakukan inovasi-inovasi di dalam lingkunganya. Apabila masyarakat telah

mencapai tahap ketiga ini maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan

pembangunan. Dalam konsep pembangunan masyarakat dalam kondisi seperti ini

seringkali didudukkan sebagai subyek pembangunan atau pemeran utama,

pemerintah tinggal menjadi fasilitatornya saja.

Potensi Desa

Potensi adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang

mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan. Jadi potensi desa adalah

daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang dimiliki oleh suatu desa yang

mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan dalam rangka

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

42  

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara garis besar potensi desa dapat

dibedakan menjadi dua; pertama adalah potensi fisik yang berupa tanah, air,

iklim, lingkungan geografis, binatang ternak dan sumber daya manusia.

Kedua adalah potensi non-fisik berupa masyarakat dengan corak dan

interaksinya, lembaga-lembaga sosial, lembaga pendidikan dan organisasi sosial

desa, serta aparatur dan pamong desa.

Tujuan Pengembangan Potensi Desa

Secara umum tujuan pengembangan potensi desa adalah untuk mendorong

terwujudnya kemandirian masyarakat Desa/Kelurahan melalui Pengembangan

Potensi Unggulan dan Penguatan Kelembagaan serta Pemberdayaan Masyarakat.

Sedangkan secara khusus tujuan pengembangan potensi desa adalah:

- meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan

pembangunan secara terbuka, demokratis dan bertanggung jawab;

- mengembangkan kemampuan usaha dan peluang berusaha demi

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan Rumah Tangga Miskin (RTM).

- membentuk dan mengoptimalkan fungsi dan peran Unit Pengelola

Keuangan dan Usaha (UPKu) sebagai Lembaga Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat.

- membentuk, memfasilitasi dan memberikan pembinaan Pokmas UEP

terutama pada aspek kelembagaan dan pengembangan usaha.

- mengembangkan potensi ekonomi unggulan Desa/Kelurahan yang

disesuaikan dengan karateristik tipologi Desa/Kelurahan.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

43  

- mendorong terwujudnya keterpaduan peran dan kemitraan antar Dinas/

Instansi Provinsi dan Kabupaten/Kota maupun stakeholders lainnya

sebagai pelaku dan fasilitator program

(https://static.banyumaskab.go.id/website/file/22112014094700141722922

0.pdf, diakses pada Selasa, 22 Mei 2018)

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Menurut Lexy

Moleong (2010:4) penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya

mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya. Penelitian

deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat

individu dan keadaan sosial dalam masyarakat untuk dijadikan sebagai obyek

penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Definisi metode

kualitatif seperti yang dikemukakan oleh Bodgan dan Taylor dalam Lexy

Moleong (2010:6) adalah metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa deskriptif kualitatif

merupakan prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan jalan

menggambarkan dan menuliskan peristiwa yang ada sekarang berdasarkan fakta-

fakta yang ada sekaran berupa kata-kata lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian

deskriptif kualitatif, yang mana penelitian ini digunakan untuk menggambarkan

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

44  

temuan yang diamati. Tujuan penelitian deskriptif kualitatif adalah membuat

pencatatan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat

populasi di daerah tertentu.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah pemberdayaan masyarakat berdasarkan potensi

desa di desa Nglanggeran Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Nglanggeran Kecamatan Patuk Kabupaten

Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian

Untuk menentukan subyek penelitiannya dipakai teknik purposive yang

dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih dan terlibat langsung

dalam obyek penelitian. Dengan demikian diusahakan agar informan tersebut

memiliki ciri-ciri yang esensial sehingga dapat dianggap cukup representatif

(Nasution, 2009:98).

Adapun yang menjadi sasaran peneliti untuk dijadikan responden dalam

wawancara adalah seabagai berikut: 1. Pemerintah Desa; 2. Organisasi Sosial

Kemasyarakatan; dan 3. Masyarakat. Berikut tabel data informan penelitian ini;

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

45  

Tabel 1.1

Identitas Informan

No Nama Jenis Kelamin Jabatan

1. Lilik Laki-laki Anggota Karang Taruna

2. Rudi Maryanto Laki-laki Ketua Kelompok Ikan

3. Triyanto Laki-laki Kaur Pembangunan

4. Sugiyono Laki-laki Petugas Lokek Embung

Nglanggeran

5. Soleh Laki-laki Petugas poket loket Nglanggeran

6. Hendrik Laki-laki Pendamping Kelompok Buah

7. Pardiyo Laki-laki Ketua Sie Sarana Prasarana

(Sarpras) Kelompok Ternak

8. Suharti Perempuan Sekretaris Desa

9. Surini Perempuan Ketua Kelompok Kuliner

Sumber: Data Primer

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang dibutuhkan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah data primer dan sekunder oleh karena itu untuk mengumpulkan dan

menghimpun data dimaksud digunakan beberapa teknik yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang mengharuskan

peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Dalam menggunakan teknik observasi yang

terpenting adalah mengandalkan pengamatan dan ingatan peneliti (Usman

dan Purnomo, 2009:129).

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

46  

Observasi dengan mengadakan pengamatan secara langsung

mengenai beberapa bentuk kegiatan serta pelaksanaan program-program di

lokasi penelitian. Hal ini sangatlah penting karena dalam pengumpulan

data metode pengamatan ini diharapkan dapat mengungkapkan motif-

motif perilaku, kebiasaan, serta hubungan antar individu. Pengamatan ini

dilakukan peneliti dengan menggunakan indera mata tanpa menggunakan

pertolongan alat standar lainnya. Sehingga pada akhirnya peneliti dapat

memperoleh data observasi ini yang berupa data faktual, cermat dan

terperinci sesuai dengan keadaan serta konteks kegiatan-kegiatan terjadi.

Proses pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan

langsung terhadap kondisi yang berkaitan dengan pemberdayaan

masyarakat berdasarkan potensi desa di desa Nglanggeran Kecamatan

Patuk Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Wawancara

Metode wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data

dengan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung

dengan bermaksud tertentu percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang menjawab pertanyaan itu (Lexy

Moleong, 2010:186).

Metode yang digunakan yaitu metode wawancara langsung.

Wawancara langsung digunakan dengan cara peneliti mewawancarai

informan secara langsung untuk memperoleh data atau informasi yang

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

47  

sesuai dengan kegiatan yang dihadapi. Dalam hal ini informasi atau

keterangan-keterangan yang diperoleh dengan cara bertatap muka dan

bertanya jawab dengan informan. Dalam penelitian ini peneliti

mengadakan wawancara secara terbuka, hal ini maksudkan agar data yang

diperoleh dapat bersifat obyektif.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data didasarkan pada

dokumen-dokumen atau catatan-catatan terakhir yang ada pada daerah

penelitian. Data-data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi

cenderung merupakan data sekunder (Usman dan Purnomo, 2009:129).

Hal ini dimaksudkan untuk dapat memperoleh data secara

terperinci dengan jalan melihat, mencatat dan mengabadikan dengan

gambar yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sehingga dengan

data-data tersebut peneliti dapat memanfaatkannya sebagai bahan untuk

menguji, menafsirkan bahkan untuk bisa meramalkannya. Dokumentasi

yaitu dengan menelusuri dokumentasi yang yang berkaitan dengan

pemberdayaan masyarakat berdasarkan potensi desa di desa Nglanggeran

Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

6. Teknik Analisis Data

Menurut Paton, analisa data ialah proses mengatur urutan data,

mengorganisir ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar yang membedakan

dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis,

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

48  

menjelaskan uraian-uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi

uraian (Lexy Moleong, 2010:248). Metode analisis yang digunakan adalah

metode deskriptif yaitu hasil penelitian data dan informasi kemudian disajikan

dalam bentuk deskriptif atau gambaran umum dari hasil wawancara, observasi

dan dokumentasi.

Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan

mengikuti konsep yang diberikan oleh Milles dan Huberman, yang

mengemukakan bahwa analisa data kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus

menerus terjadi pada tiap tahapan penelitian sampai tuntas dan data yang

dihasilkan mencapai tingkat jenuh. Adapun aktivitas yang ada dalam analisis data

yaitu:

a. Data collection: pengumpulan data dari lapangan baik data primer

maupun sekunder, data yang diperoleh dicatat secara teliti dan rinci.

b. Data reduction: data hasil reduksi (penyaringan atau pengurangan yaitu

memilih hal-hal yang penting serta mencari tema dan polanya). Fungsi

dari data reduction ini adalah untuk merangkum atau memilih data yang

telah diperoleh dari lapangan, sehingga ditemukan sebuah gambaran

yang lebih jelas dapat mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

c. Data display: penyajian data dalam bentuk uraian singkat, tabel,

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Data display

berfungsi untuk mempermudah dan memahami apa yang telah terjadi

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

49  

sehingga kita dapat merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah dipahami tersebut.

d. Conclusion : pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

dalam penelitian kualitatif bisa digunakan untuk menjawab masalah

yang dirumuskan sejak awal maupun tidak, namum juga sebagai sebuah

temuan baru yang belum pernah ada (Sugiyono, 2013:252).

Setelah data dikumpulkan (data collection) kemudian dilakukan reduksi

data karena data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, kompleks

dan rumit. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Setelah data direduksi, maka langkah

selanjutnya adalah mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka

data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin

mudah dipahami. Langkah terakhir setelah penyajian data adalah penarikan

kesimpulan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

 

 

 

 

 

 

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

50  

BAB II

DESKRIPSI DESA NGLANGGERAN

1. Sejarah Desa Nglanggeran

Menelisik sejarah dari berbagai sumber, keberadan Desa Nglanggeran bermula

pada masa keturunan Ronggowarsito. Sekitar abad ke 17, Indonesia masih dijajah

oleh bangsa Belanda (website Desa Nglanggeran (http://nglanggeran-

patuk.desa.id/first/statistik/agama - diunduh 23 Juni 2018). Di setiap daerah

banyak terjadi perang untuk membebaskan diri dari tekanan penjajah Belanda.

Politik Belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan sampai masuk di

Kerajaan Mataram. Berbagai upaya dilakukan sehingga terjadi suatu diplomasi

yang tertuang dalam perjanjian Giyanti. Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua

yaitu Kasunan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada waktu

itu anak dari Ronggowarsito yang bernama Manguntirto sudah cukup besar dan

melakukan perlawanan dengan Belanda. Saudara Manguntirto yang bernama

Sojoyo menjadi Bupati Gantiwarna Klaten. Strategi yang dilakukan Manguntirto

dalam melawan Belanda yaitu menggunakan topeng/cadar sehingga tidak dikenali

oleh Belanda dan tiap kali membunuh beberapa tentara Belanda dia lari ke

calah/goa bebatuan yang besar yang jauh dari lokasi pembunuhan. Persembunyian

Manguntirto tidak pernah ditemukan oleh Belanda.

Sampai pada kondisi tertentu Manguntirto merasa sudah cukup dalam

bersembunyi dan tempat persembunyian ini dibuka menjadi suatu tempat yang

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

51  

dapat dijadikan perkampungan yang diberi nama “Palenggeran”. Karena lokasi

yang dijadikan perkampungan banyak orang yang datang dan menetap. Semakin

banyaknya yang menetap, keberadaan ini diketahui oleh pihak Keraton

Ngayogjokarto sehingga Manguntirto diangkat menjadi seorang Bekel.

Berjalannya waktu, Manguntirto tertarik pada seorang gadis dan dijadikan seorang

istri. Dari pernikahan dikarunia 1 anak laki-laki yang bernama Sutodipo dan dua

anak perempuan (nama belum diketahui). Tidak tahu mengapa istri Manguntirto

menetap di daerah Nglegi bersama dua orang anak perempuannya. Manguntirto

bersama anak laki-laki berada di Planggeran. Saat dewasa, Sutodipo menjadi

kepala desa Planggeran yang sangat disegani. Pada masa pemerintahannya nama

desa Planggeran diubah menjadi desa Nglanggeran. Berdasarkan informasi dari

berbagai sumber, kepemimpinan desa Nglanggeran sudah beberapa kali

mengalami pergantian kepemimpinan yakni sebagai berikut:

1. Sutodipo

2. Ranurejo

3. Harjo Sentono

4. Harjo Suwito

5. Hartono ( tahun 19xx - 2004 )

6. Senen (tahun 2004 - 2014 )

7. Surimin, SPd (Penjabat Kepala Desa tahun 2014 - 2015)

8. Senen (tahun 2015 - sekarang)

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

52  

Keadaan Geografis

a. Batas Wilayah

Desa Nglanggeran berada di wilayah Kecamatan Patuk, Kabupaten

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut batas wilayah secara

administratif desa Nglanggeran.

Tabel II.1

Batas Wilayah

Batas Desa/kelurahan Kecamatan Sebelah Utara Desa Ngoro-Oro Patuk Sebelah Selatan Desa Putat Patuk Sebelah Timur Desa Nglegi Patuk Sebelah Barat Desa Salam Patuk

Sumber Data: Daftar Isian dan Potensi Desa Nglanggeran 2016

Berdasarkan tabel II.1 menunjukan batas wilayah secara administratif desa

Nglanggeran. Sebelah utara berbatasan dengan desa Ngoro-Oro, sebelah selatan

berbatasan dengan desa Putat, sebelah timur berbatasan dengan desa Nglegi dan

sebalah barat berbatasan dengan desa Salam. Desa Ngoro-oro, desa Putat, desa

Nglegi dan desa Salam ini merupakan empat desa yang masuk dalam wilayah

administrasi Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

53  

Gambar 2.1

Peta Desa Nglanggeran

Sumber Foto: Dokumen Pribadi

b. Luas Wilayah

Luas wilayah di desa Nglanggeran dapat ditinjau dari penggunaan wilayahnya

yakni sebagai berikut:

Tabel II.2

Luas Wilayah

No Jenis Lahan Luas (Ha) 1. Tanah sawah 85,68 2. Tanah kering 271,04 3. Tanah basah - 4. Tanah perkebunan 110,11 5. Tanah Fasilitas umum 28,02 6. Tanah hutan 268,25 Total luas 763,10

Sumber Data: Daftar Isian dan Potensi Desa Nglanggeran 2016

Berdasarkan tabel II.2 menunjukan bahwa luas wilayah desa Nglanggeran

berdasarkan penggunaan tanah (tanah) ialah 763,10 ha. Dari data ini juga dapat

menunjukan penggunaan lahan paling banyak pada tanah kering yakni 271,04 ha.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

54  

Sedangkan penggunaan lahan paling sedikit pada tanah fasilitas umum yakni

28,02 ha. Bagi peneliti, data ini menunjukan sebuah kepastian bahwa desa

Nglanggeran butuh sebuah sentuhan pembangunan yang tidak biasa. Sebagai

sebuah potensi maka layak dan pantas untuk diberdayakan untuk kepentingan

bersama.

c. Keadaan Iklim

Desa Nglanggeran terletak di ketinggian 200-700 Mdl dari permukaan

laut. Desa Nglanggeran sendiri berada di kaki gunung Api Purba dengan luas

kawasan pegunungan mencapai 48 hektar. Suhu rata-rata harian di desa

Nglanggeran ialah 30 derajat celcius. Sedangkan jumlah bulan hujannya yaitu 7

bulan dengan curah hujan di desa Nglanggeran 100,00 Mm/thn.

d. Jenis dan Kesuburan Tanah

Jenis dan kesuburan tanah di desa Nglanggeran ialah sebagai berikut:

Tabel II. 3

Jenis dan Kesuburan Tanah

No Jenis dan kesuburan tanah Keterangan 1. Warna tanah (sebagian besar) merah 2. Tingkat kemiringan tanah 30 derajat 3. Lahan kritis (ha) 2,75

Sumber Data: Daftar Isian dan Potensi Desa Nglanggeran 2016

Berdasarkan tabel II.3 dapat dijelaskan bahwa warna tanah sebagian besar

merah di desa Nglanggeran, tingkat kemiringan tanah sebesar 30 derajat dan luas

tanah kritis seluas 2,75 ha.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

55  

2. Orbitasi

Orbitrasi desa Nglanggeran dapat dijelaskan melalui tabel berikut:

Tabel II. 4

Orbitasi

No Jarak Km 1. Jarak ke ibu kota kecamatan (km) 4,00

a. Jarak ke ibu kota kecamatan (km) kecamatan dengan kendaraan bermotor (jam)

0,25

b. Lama jarak tempuh ke ibukota kecamatan dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor (jam)

1,00

c. Jumlah kendaraan umum ke ibukota kecamatan (unit)

0

2. Jarak ke ibukota kabupaten/kota (km)

22,00

a. Lama jarak tempuh ke ibukota kabupaten dengan kendaraan bermotor (jam)

0,75

b. Lama jarak tempuh ke ibukota kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor (jam)

4,50

c. Jumlah kendaraan umum ke ibukota kabupaten (unit)

0

3. Jarak ke ibukota provinsi (km) 25,00 a. Lama jarak tempuh ke ibukota

provinsi dengan kendaraan bermotor (jam)

1,00

b. Lama jarak tempuh ke ibukota kecamatan dengan kendaraan bermotor (jam)

5,00-

c. Jumlah kendaraan umum ke ibukota kecamatan (unit)

0-

Sumber Data: Daftar Isian dan Potensi Desa Nglanggeran 2016

Dalam proses pemberdayaan, lama waktu tempuh dan jarak tempuh dari

pusat pemberdayaan; baca desa Nglanggeran, ke ibokota kecamatan dan ibukota

kabupaten maupun ibukota sangat berpengaruh. Semakin dekat jarak dari pusat

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

56  

pemberdayaan ke ibukota kecamatan, kabupaten maupun provinsi tentu semakin

baik. Begitu pun lama jarak tempuhnya. Semakin cepat maka semakin baik. Tabel

II.4 menjelaskan jarak tempuh kendaraan dari desa Nglanggeran ke kecamatan,

kabupaten hingga ke Provinsi. Jarak antara desa Nglanggeran dengan ibukota

kecamatan ialah 4,00 km. Jarak tempuh dari desa Nglanggeran ke arah kecamatan

paling cepat menggunakan mode transportasi roda dua dengan jarak tempuh 0,25

km. Lebih lanjut 1,00 jam merupakan jarak tempuh yang bisa ditempuh jika

berjalan kaki ke kecamatan Patuk. Terkait mode transportasi umum dari desa

Nglanggeran ke kecamatan tidak ada. Lebih lanjut, jarak antara desa Nglanggeran

menuju ibukota kabupaten ialah 22,00 km.

Lama jarak tempuh ke ibukota kabupaten dengan kendaraan bermotor

yakni 0,75 jam. Lebih lanjut, lama jarak tempuh ke ibukota kabupaten dengan

berjalan kaki atau kendaraan non bermotor yakni 4,50 jam. Namun sayang, belum

ada kendaraan atau mode transportasi umum dari desa Nglanggeran menuju pusat

kabupaten. Menuju ibukota provinsi tentu dengan jarak yang berbeda. Jarak antara

desa Nglanggeran dengan ibukota Provinsi ialah 25, 00 km. Lama jarak tempuh

ke ibukota provinsi dari desa Nglanggeran dengan kendaraan bermotor (jam) ialah

1,00 jam.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

57  

3. Jumlah Penduduk

Ada pun jumlah penduduk di desa Nglanggeran ialah sebagai berikut:

Tabel II.5

Jumlah Penduduk

No Kelompok Jumlah Persentase (%) 1. Perempuan 1.300 orang 50.10 2. Laki-laki 1.295 orang 49,90 Jumlah 2.595 orang 100

Sumber Data: http://nglanggeran-patuk.desa.id/first/artikel/35 (diakses pada 30 Juli 2018).

Data kependudukan di desa Nglanggeran menempatkan jumlah penduduk

di desa Nglanggeran sebanyak 2.595 orang. Jumlah perempuan di desa

Nglanggeran ialah 1.300 orang dan laki-laki sebanyak 1.295 orang. Ini berarti

lebih banyak perempuan daripada laki-laki di desa Nglanggeran. Jumlah

penduduk antara laki-laki dan perempuan di desa Nglanggeran seimbang. Hal ini

tentu berpengaruh positif dalam proses pemberdayaan masyarakat berdasarkan

potensi desa. Artinya, peluang untuk partisipasi kedua belah pihak tentu terbuka.

Peluang untuk menjangkau seluruh potensi desa Nglanggeran pun terbuka lebar.

Kehadiran jumlah perempuan dan laki-laki yang seimbang mengisyaratkan poin

demi poin ini. Bagi peneliti, keseimbangan jumlah penduduk ini akan

berpengaruh positif dalam proses pembangunan desa secara khusus pemberdayaan

masyarakat berdasarkan potensi desa. pengaruh positif itu mengarah kepada

partisipasi aktif dari laki-laki dan perempuan. Hal ini tentunya sangat bermanfaat

bagi pembangunan di desa Nglanggeran. Partisipasi aktif menjadi awalan yang

sangat positif bagi perkembangan desa selanjutnya.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

58  

a. Distribusi Penduduk berdasarkan Kelompok Umur

Ada pun jenis kelamin di desa Nglanggeran ialah sebagai berikut:

Tabel II.6

Distribusi Penduduk berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok Jumlah Persentase (%) 1. Dibawah 1 Tahun 25 orang 0,96 2. 2 s/d 4 Tahun 91 orang 3,50 3. 5 s/d 9 Tahun 162 orang 6,24 4. 10 s/d 14 Tahun 179 orang 6,89 5. 15 s/d 19 Tahun 185 orang 7,13 6. 20 s/d 24 Tahun 181 orang 6,97 7. 25 s/d 29 Tahun 202 orang 7,78 8. 30 s/d 34 Tahun 147 orang 5,66 9. 35 s/d 39 Tahun 193 orang 7,43 10. 40 s/d 44 Tahun 208 orang 8,01 11. 45 s/d 49 Tahun 209 orang 8,05 12. 50 s/d 54 Tahun 201 orang 7,74 13. 55 s/d 59 Tahun 154 orang 5,93 14. 60 s/d 64 Tahun 125 orang 4,81 15. 65 s/d 69 Tahun 109 orang 4,20 16. 70 s/d 74 Tahun 59 orang 2,27 17. Diatas 75 Tahun 165 orang 6,35 Jumlah 2.595 orang 100

Sumber Data: http://nglanggeran-patuk.desa.id/first/artikel/35 (diakses pada 30 Juli 2018).

Data mengenai jumlah Distribusi Penduduk berdasarkan Kelompok Umur

menjadi sangat penting agar bisa menjadi pijakan pembuatan kebijakan bagi

pemerintah desa. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur didominasi oleh

kelompok umur 50 s/d 54 dengan jumlah 201 orang, 25 s/d 29 tahun dengan

jumlah 202 orang, 40 s/d 44 orang dengan jumlah 208 orang dan 45 s/d 49 orang

dengan jumlah 209 orang. Dari data ini dapat ditarik kesimpulan bahwa usia

produktif menjadi usia yang paling banyak jumlahnya di desa Nglanggeran.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

59  

Peneliti berpikir, dengan begitu banyak potensi desa yang ada di desa

Nglanggeran, kehadiran kelompok umur berusia produktif merupakan angin

segar. Berbagai potensi tersebut dapat dilirik oleh kelompok umur produktif ini.

b. Distribusi Penduduk berdasarkan Pendidikan

Ada pun kependudukan berdasarkan pendidikan di desa Nglanggeran ialah

sebagai berikut:

Tabel II.7

Distribusi Penduduk berdasarkan Pendidikan

No. Kelompok Jumlah Persentase (%) 1. Tamat SD/Sederajat 708 orang 27,28 2. SLTP/ Sederajat 592 orang 22,81 3. Tidak/ Belum Sekolah 517 orang 19,92 4. SLTA/ Sederajat 503 orang 19,38 5. Belum Tamat SD/ Sederajat 207 orang 7,97 6. Diploma IV/ Strata 42 orang 1,61 7. Akademi/ Diploma III/ S.

Muda 15 orang 0,57

8. Diploma I / II 11 orang 0,42 Jumlah 2.595 orang 100

Sumber Data: http://nglanggeran-patuk.desa.id/first/artikel/35 (diakses pada 30 Juli 2018).

Berdasarkan data dari tabel II.7 menjelaskan jumlah Distribusi

berdasarkan Tingkat Pendidikan yakni tamat SD/sederajat 708 orang, SLTP/

sederajat 592 orang, tidak/ belum sekolah 517 orang, SLTA/ sederajat 503 orang,

belum tamat SD/ sederajat 207 orang, Diploma IV/ Strata 42 orang, Akademi/

Diploma III/ S. Muda Akademi/ Diploma III/ S. Muda, Diploma I / II 11 orang,

Strata II 0 orang dan Strata III 0 orang. Dari tabel kependudukan berdasarkan

pendidikan ini, peneliti berpikir bahwa desa Nglanggeran merupakan salah satu

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

60  

desa yang wajib untuk diberdayakan. Artinya, dari tingkat pendidikan kita dapat

menjabarkan secara sederahana bahwa masih banyak warga Nglanggeran yang

belum menempuh pendidikan tinggi. Bayangkan, dari jumlah warga Nglanggeran

sebanyak 2.595 orang, hanya 42 orang yang menamatkan pendidikan hingga

jenjang sarjana. Pendidikan diploma pun masih sedikit yakni 15 orang. Belum lagi

jika ditakar dari jenjang magister yang belum sama sekali ada di desa

Nglanggeran. Bahkan yang terbanyak ialah dengan tingkat pendidikan hanya

menamatkan pendidikan dasar sebanyak 708 orang diikuti dengan hanya

menamatkan pendidikan pada jenjang SMP sebanyak 592 orang. Parahnya lagi

yang belum sekolah sebanyak 617 orang. Data ini mengartikan, tema penelitian

ini berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat masih sangat relevan untuk

dijadikan sebagai poros utama pembangunan desa. .

c. Distribusi Penduduk berdasarkan Pendidikan yang Ditempuh

Ada pun jenis kelamin di desa Nglanggeran ialah sebagai berikut:

Tabel II.8

Distribusi Penduduk berdasarkan Pendidikan yang Ditempuh

No Kelompok Jumlah Persentase (%) 1. Tidak Pernah Sekolah 703 orang 27,12 2. Sedang SD / Sederajat 589 orang 22,69 3. Belum Masuk TK / Kelompok

Bermain 515 orang 19,84

4. Tidak Tamat SD / Sederajat 502 orang 19,34 5. Sedang TK / Kelompok Bermain 207 orang 7,97 6. Sedang D-1 / Sederajat 42 orang 1,61 7. Sedang SLTA / Sederajat 15 orang 0,57 8. Sedang SLTP / Sederajat 11 orang 0,42 9. Tidak Sedang Sekolah 2 orang 0,0710. Sedang S-3 /Sederajat 0 orang 0 Jumlah 2.595 orang 100

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

61  

Sumber Data: http://nglanggeran-patuk.desa.id/first/artikel/35 (diakses pada 30 Juli 2018).

Berdasarkan data dari tabel II.8 menjelaskan Distribusi berdasarkan

Pendidikan yang sedang Ditempuh yakni tidak pernah sekolah 703 orang, sedang

SD / Sederajat 589 orang, belum masuk TK / kelompok bermain 515 orang, tidak

tamat SD / sederajat 502 orang, sedang TK / kelompok bermain 207 orang,

sedang D-1 / sederajat 42 orang, sedang SLTA / sederajat 15, orang sedang SLTP

/ sederajat 11 orang, tidak sedang sekolah 2 orang dan sedang S-3 /sederajat 0

orang.

4. Distribusi Penduduk berdasarkan Agama

Agama di desa Nglanggeran ialah sebagai berikut:

Tabel II.9

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Kelompok Jumlah Persentase (%) 1. Islam 2.542 orang 97,95 2. Kristen 8 orang 0,32 3. Katolik 45 orang 1,73 Jumlah 2.595 orang 100

Sumber: (http://nglanggeran patuk.desa.id/first/statistik/agama (diakses pada 23 Juni 2018).

Dari tabel II.9 menjelaskan keberagaman kepercayaan di desa

Nglanggeran, agama Islam menjadi agama yang paling banyak dianut oleh warga

desa yakni 2.542 orang diikuti oleh Katolik 45 orang dan Kristen 8 orang. Tiga

agama ini menjadi tiga agama yang dianut oleh masyarakat desa Nglanggeran.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

62  

5. Distribusi Penduduk berdasarkan Pekerjaan

Ada pun jenis kelamin di desa Nglanggeran ialah sebagai berikut:

Tabel II.10

Distribusi Penduduk berdasarkan Pekerjaan

No Kelompok Jumlah Persentase (%) 1. Petani / Perkebunan 828 orang 31,90 2. Belum / Tidak Bekerja 465 orang 17,91 3. Pelajar / Mahasiswa 346 orang 14, 02 4. Mengurus Rumah Tangga 267 orang 10,28 5. Karyawan Swasta 230 orang 8,86 6. Buruh Harian Lepas 188 orang 7,24 7. Wiraswasta 183 orang 7,05 8. Pegawai Negeri Sipil

(PNS) 30 orang 1,15

9. Perangkat Desa 13 orang 0,50 10. Sopir 10 orang 0,38 Jumlah 2.595 orang 100

Sumber Data: http://nglanggeran-patuk.desa.id/first/artikel/35 (diakses pada 30 Juli 2018).

Berdasarkan data dari tabel II.10 menjelaskan jenis pekerjaan masyarakat

desa Nglanggeran yakni petani/perkebunan 828 orang, belum/tidak bekerja 465

orang, pelajar / mahasiswa 346 orang, mengurus rumah tangga 267 orang,

karyawan swasta 230 orang, buruh harian lepas 188 orang, wiraswasta 183 orang,

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 30 orang, perangkat desa 13 orang dan sopir 10

orang. Berdasarkan sajian data ini, peneliti menarik hubungan yang sangat erat

antara kehadiran pemberdayaan masyarakat pada kelompok masyarakat di tabel

ini. Pemberdayaan masyarakat mengisyaratkan adanya pemberian kekuatan atau

daya kepada masyarakat untuk dapat berdaya. Sajian tabel ini menjelaskan

sebanyak 465 orang belum memiliki pekerjaan. Tentunya jumlah ini menjadi

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

63  

salah satu pintu masuk bagi tema penelitian ini yakni pemberdayaan masyarakat.

Artinya terdapat 465 orang yang bisa diberdayakan. Beberapa item pekerjaan ini

membuka peluang untuk diberdayakan. Petani/perkebunan sebanyak 828 orang

diikuti mengurus rumah tangga 267, karyawan swasta 230 orang dan buruh harian

lepas 188 orang. Bagi peneliti, pada item pekerjaan ini fokus pemberdayaan

terjadi. Item pekerjaan ini menjadi potensi desa Nglanggeran yang diberdayakan.

Potensi pertanian, perkebunan, potensi industri rumah tangga, potensi swasta

maupun potensi buruh harian lepas. Pemberdayaan masyarakat berdasarkan

potensi desa ini bisa menjawab harapan akan pembangunan desa yang lebih baik.

7. Distirbusi Penduduk Miskin

Kemiskinan bisa diukur dari kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Jika

hal ini yang dijadikan basis defenisi maka kemiskinan merupakan

ketidakmampuan masyarakat secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

hidupnya. Keadaan penduduk miskin di desa merupakan sebuah fenomena

pedesaan. Desa selalu diidentikan dengan penduduk miskin. Untuk mengetahui

keadaan penduduk miskin, bisa ditelusuri melalui daftar penerima bantuan yang

disalurkan dari pemerintah baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah pusat.

Berikut data tersebut.

Tabel II.11

Penerima Bantuan Tahun 2016

No Bantuan Tahun Jumlah KK 1. Program Keluarga Harapan

(PKH) 2016 187 orang

2. Non PKH 2016 107 orang 3. Iuran Jaminan Kesehatan

Nasional 2016 56 orang

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

64  

4. Peserta Pengganti Bantuan Iuran Program Jaminan Kesehatan

Nasional

2016 89 orang

5. Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Semesta

2016 63 orang

6. Program Jaminan Kesehatan Bagi Penduduk Berkebutuhan

Khusus (JAMKESUS)

2016 38 orang

Sumber: Dokumen Tentang Data Penduduk Miskin Desa Nglanggeran Nglanggeran tahun 2016

PKH merupakan Program Keluarga Harapan. PKH ini sendiri ialah

program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah

Tangga Sangat Miskin (RTSM) dimana program ini, dalam jangka pendek

bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat

memutus mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya

dapat keluar dari perangkap kemiskinan. Dana bantuan PKH berupa dana tunai

yang diberikan kepada masyarakat miskin. Sedangkan non PKH berupa barang.

Pada tahun 2018 sendiri bantuan non PKH berupa beras dan telur yang

menggantikan kehadiran minyak goreng dan gula di tahun 2017. Sedangkan

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi

kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang

telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Desa Nglanggeran

menerima paket bantuan PKH, non PKH dan Jamkesda ini. Pada tahun 2016

penerima PKH sebanyak 187 orang dan non PKH 107 orang.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

65  

8. Kelembagaan

Kelembagaan desa Nglanggeran terdiri dari beberapa lembaga berikut;

- Lembaga Pemerintahan. Ada pun lembaga pemerintah desa Nglanggeran ialah

sebagai berikut:

Gambar 2.2

Struktur Organisasi dan Tata Pemerintahan

Sumber Foto: Dokumen Pribadi

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

66  

Gambar 2.3

Daftar Nama Perangkat Desa Nglanggeran

 Sumber Foto: Dokumen Pribadi 

Dari foto 2.3 menjelaskan pengisian jabatan pemerintahan desa di desa

Nglanggeran telah berjalan dengan baik. Hal dibuktikan dengan beberapa jabatan

yang telah terisi seperti Kepala Seksi Kesejahteraan, Kepala Seksi Pelayanan,

Kepala Urusan Keuangan, Kepala Urusan Perencanaan, Kepala Urusan Umum,

staf desa dan pedukuhan demi pedukuhan. Di desa Nglanggeran sendiri hanya

Kepala Seksi Data dan Informasi saja yang belum terisi. Tentunya kondisi

pemerintahan di desa Nglanggeran sangat berpengaruh terhadap pelayanan

maupun terakomodasinya berbagai kebutuhan masyarakat. Artinya, kebutuhan

masyarakat di desa Nglanggeran dapat diakomodasi dengan kelengkapan

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

67  

perangkat pemerintahan di kantor desa.

- Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Berikut foto struktur dan daftar anggota BPD desa Nglanggeran ialah sebagai

berikut:

Gambar 2.4

Struktur Organisasi BPD

Sumber Foto: Dokumen Pribadi

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

68  

Gambar 2.5

Daftar Anggota BPD

Sumber Foto: Dokumen Pribadi

BPD memegang peranan yang sangat penting bagi pembangunan desa.

BPD di desa Nglanggeran secara kelembagaan telah terisi semua posisinya. Hal

ini tentu sangat penting dalam tugas dan fungsi BPD dalam mengimbangi tugas

dari perangkat desa. Tentunya BPD ini merupakan badan yang berjalan bersama

kepala desa dan seluruh perangkat pemerintahan desa. BPD dapat melakukan

pengawasan terhadap kinerja kerja kepala desa. Selain melakukan usulan, BPD

dapat memberikan sumbangan pikiran kepada kepala desa maupun para

perangkatnya untuk kemajuan desa setempat. Dalam konteks desa Nglanggeran,

kemajuan BPD pun tak pernah lepas dari peran BPD. Artinya lembaga ini dapat

menjadi corong usulan atau keinginan maupun harapan masyarakat kepada kepala

desa mapun para pengkatnya.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

69  

‐ Lembaga Kemasyarakatan

Adapun lembaga kemasyarakatan desa Nglanggeran sebagai berikut:

Tabel II.12 Lembaga Kemasyarakatan

Nama Lembaga

Dasar hukum pembentukan

Jumlah Lembaga

Jumlah Pengurus

Ruang Lingkup Kegiatan

Jumlah Jenis Kegiatan

LMKM/LKMK

LPMD/LPMK atau sebutan lain

54/KPTS/2013 1 12 Pembangunan

1

PKK 53/KPTS/2013 1 22 Pokja I-IV, UPPKS, Arisan

6

Rukun Warga

51/KPTS/2013 5 13 Simpan pinjam, kerja bakti, ronda, arisan

4

Rukun Tetangga

50/KPTS/2013 23 69 Simpan pinjam, kerja bakti, ronda, arisan

4

Karang Taruna

55/KPTS/2013 1 23 Arisan, kerohanian, olahraga, pengelolaan wisata, sosial

5

Kelompok tani/nelayan

SK Bupati No 142/KPTS/2008

1 12 Perkebunan, pertanian, peternakan, kehutana

6

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

70  

n, simpan pinjam, arisan

Lembaga adat

1 12 Rasulan/bersih desa

1

Badan Usaha Milik Desa

14/KPTS/2011 1 12 Pengelolaan wisata, simpan pinjam

2

Sumber Data: Daftar Isian dan Potensi Desa Nglanggeran 2016

Menurut peneliti, desa Nglanggeran merupakan salah satu desa yang layak

untuk dijadikan rujukan dalam sharing atau berbagai ilmu tentang pembangunan

desa. Bagi peneliti, kunci kesuksesan pembangunan desa terletak pada kekuatan

kelompok kategorial yang ada di desa. desa Nglanggeran sudah membuktikannya

dengan berbagai kelompok kategorial ini dalam rupa Rukun Tetangga (RT),

Rukun Warga (RW), kelompok tani/nelayan, kelompok gotong royonh, badan

usaha milik desa maupun lembaga adat lainnya.

Bagi penulis sendiri, hal ini merupakan kabar baik bagi proses

pemberdayaan. Masyarakat di desa Nglanggeran tentunya dapat diberdayakan

melalui kehadiran lemabag-lembaga ini. Artinya, potensi desa pun secara

otomatis akan diberdayakan pula di dalam proses keorganisasian lembaga desa

ini. Sehingga bagi penulis sendiri, pemberdayaan masyarakat di desa

Nglanggeran sudah mengakomodir seluruh potensi desa yang ada. Hal ini tentu

menjadi titik awal dalam proses pengembangan desa selanjutnya.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

71  

‐ Lembaga Ekonomi

1. Lembaga Ekonomi dan Unit Usaha Desa Nglanggeran

Tabel II.13

Lembaga Ekonomi dan Unit Usaha

Jenis lembaga ekonomi Jumlah/unit Jumlah Kegiatan

Jumlah Pengurus dan Anggota

1. Koperasi simpan pinjam

11 2 1.423

2. BUMDes 1 2 17 Sumber Data: Daftar Isian dan Potensi Desa Nglanggeran 2016

Dari tabel II.15 dapat dijelaskan bahwa lembaga ekonomi dan unit usaha

desa di desa Nglanggeran hanya koperasi simpan pinjam dan BUMDes. Dari dua

lembaga ini penulis dapat melihat hubungan yang sangat erat dari sebuah

pemberdayaan masyarakat berdasarkan potensi desa dengan kehadiran lembaga

ekonomi dan unit usaha desa ini. Tentu korelasi ini perlu dikaitkan pula dengan

kehadiran lembaga-lembaga kemasyarakat sebelumnya. Artinya, denyut nadi

seluruh kelompok masyarakat tadi memerlukan biaya operasional. Hal ini

dijawab oleh kehadiran dua lembaga ekonomi dan unit usaha desa di desa

Nglanggeran. Desa Nglanggeran sendiri memiliki 11 unit koperasi simpan

pinjam. Tentu hal ini membuktikan betapa besarnya pinjaman masyarakat desa

Nglanggeran di koperasi ini. Tentu bagi peneliti hal ini sangat positif jika dilihat

dari kaca mata pemberdayaan masyarakat. Artinya, denyut nadi pemberdayaan

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

72  

masyarakat berdasarkan potensi desa hidup di desa Nglanggeran. Ada aktivitas

kegiatan yang dilakukan yang tentu berpengaruh pada pembangunan desa

Nglanggeran sendiri

2. Jasa Lembaga Keuangan

Desa Nglanggeran juga memiliki lembaga keuangan non bank. Jumlah

lembaga ini 7 unit. Senada dengan penjelasan di lembaga ekonomi dan unit usaha

desa, kehadiran lembaga keuangan non bank tentu memberi efek positif bagi

masyarakat. Masyarakat lebih muda mendapatkan uang. Selain untuk biaya hidup

bagi keluarga tentunya bagi peneliti, kehadiran lembaga keuangan memudahkan

masyarakat Nglanggeran untuk memulai usaha kelompok. Sehingga kemudahan

untuk mendapat uang ini berpengaruh positif dalam proses pemberdayaan

masyarakat desa Nglanggeran.

3. Industri Kecil dan Menengah

Tabel II.14

Industri Kecil dan Menengah

Jenis Industri Jumlah/Unit Jumlah Kegiatan

Jumlah Pengurus dan Anggota

1. Industri makanan

1 1 25

2. Industri kerajinan

2 2 8

Sumber Data: Daftar Isian dan Potensi Desa Nglanggeran 2016

Dari tabel II.17 dapat dilihat perkembangan positif dari perubahan desa

Nglanggeran di tahun 2010 hingga saat ini. Industri makanan di desa

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

73  

Nglanggeran berjumlah 1 unit. Selebihnya industri kecil dan menengah terbanyak

di desa Nglanggeran ialah rumah makan dan restoran dengan jumlah 25 unit.

Bagi peneliti hal ini tentu menjadi pengaruh positif dari pembangunan desa

Nglanggeran. Bagi peneliti, kehadiran rumah makan dan restoran harus dilihat

secara komprehensif. Artinya bahan pokok makanan di restoran tentu berasal dari

daerah sekitar dalam hal ini desa Nglanggeran sendiri. Sehingga seluruh potensi

perkebunan maupun peternakan sebagai basis bahan pokok restoran dan rumah

makan diberdayakan. Jumlah rumah makan dan restoran yang banyak akan

berkorelasi langsung dengan kebutuhan akan bahan makanan pokoknya. Hal ini

bagi peneliti memberi sebuah angin segar dalam pemberdayaan masyarakat

berdasarkan potensi desa. satu unit usaha akan mempengaruhi kegiatan ekonomi

lainnya. Lebih lanjut bagi peneliti, jumlah rumah makan dan restoran 25 unit ini

memiliki implikasi positif dalam pemberdayaan masyarakat.

8.Visi dan Misi

Sebagai organisasi pemerintahan lainnya, adanya visi dan misi merupakan

salah satu prasyarat. Desa Nglanggeran memiliki visi dan misi sebagai berikut;

Visi:

Mewujudkan Desa Nglanggeran sebagai Tujuan Wisata Pendidikan yang

Berwibawa, Dinamis, Inofatif, Berbudaya menuju Masyarakat yang Mandiri

dan Sejahtera

Misi:

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepo.apmd.ac.id/614/1/repo petrus k advendatus lahur.pdf · 2019. 2. 13. · 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinamika kehidupan berbangsa

74  

1. Meningkatkan Pelayanan kepada Masyarakat dan Etos Kerja

Pemerintahan Desa

2. Membangun Desa Nglanggeran sesuai Kulture dan Budaya Desa

Nglanggeran

3. Membangun Sarana Prasarana Desa yang Lebih Baik dan Sehat

4. Mendorong Masyarakat untuk Berkreasi dan Berinovasi Serta Mandri

Gambar 2.6

Visi dan Misi Desa Nglanggeran

Sumber Foto: Dokumen Pribadi.