bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.umm.ac.id/38867/2/bab i.pdf · 2018. 10. 30. · 1 bab i...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Malang dengan luas 110.06 km2 merupakan kota terbesar kedua di
Provinsi Jawa Timur setelah Kota Surabaya.1 Sampai dengan tahun 2016
Kota Malang memiliki angka hasil proyeksi jumlah penduduk yang mencapai
856.410 jiwa.2 Kota Malang dikenal sebagai Kota Pendidikan karena
memiliki puluhan perguruan tinggi negeri dan swasta. Bahkan 8 (delapan)
universitas di Malang masuk dalam daftar 100 Besar Perguruan Tinggi
Indonesia Non-Politeknik Tahun 2017 versi Kementerian Riset dan
Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Kota Malang memiliki 50
perguruan tinggi yang meliputi 3 perguruan tinggi negeri dan 47 perguruan
tinggi swasta yang mencakup akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas.3 Selain itu, Kota Malang ditunjang oleh situasi kota yang tenang,
penduduknya ramah, harga makanan yang relatif murah dan fasilitas
pendidikan yang memadai sangat cocok untuk belajar/menempuh
pendidikan.4
1 BPS Kota Malang, 2017, Kota Malang Dalam Angka 2017, BPS Kota Malang, Kota
Malang, hlm. 3.
2 Ibid, hlm. 35.
3 Wahida Rahmania Arifah, 10 Oktober 2017, Kampus Swasta Bertebaran di Malang, Mana
yang Banyak Dilirik Mahasiswa?,
http://www.malangtimes.com/baca/21623/19700101/070000/kampus -swasta-bertebaran-di-
malang-mana-yang-banyak-dilirik-mahasiswa-/ di akses pada 20 Januarii 2018, pukul 15.00 WIB
4 Pemkot Malang, 2017, Sejarah Malang, http://malangkota.go.id/sekilas-malang/sejarah-
malang/
2
Dampaknya kemudian adalah banyak pendatang yang merupakan
mahasiswa berasal dari luar Kota Malang yang kemudian menyewa tempat
tinggal (kos) di Kota Malang. Setiap tahun, ratusan ribu mahasiswa
memasuki Malang. Tahun 2015 lalu, ada sekitar 21.500 mahasiswa menyerbu
dua kampus negeri ternama di Kota Malang. Tahun 2016, dari satu kampus
negeri saja ada 12 ribu mahasiswa baru. Dari akumulasi jumlah mahasiswa di
lima perguruan tinggi negeri di Kota Malang, jumlahnya mencapai 131
ribu. Jumlah tersebut berasal peminat dari perguruan tinggi negeri. Tentu bila
ditambah dengan 47 perguruan tinggi swasta di Malang, maka akumulasi
jumlah mahasiswa di Kota Malang lebih dari 131 ribu.5 Hingga awal Pebruari
2018, belum diperoleh data tentang jumlah mahasiswa di Kota Malang di
tahun 2017. Namun, pertumbuhan jumlah mahasiswa yang berasal dari luar
Kota Malang rata-rata per tahun mencapai 41.311 orang.6 Artinya jumlah
mahasiswa di perguruan tinggi negeri di Kota Malang diperkirakan lebih dari
172 ribu (131 ribu + 41 ribu), jumlah ini belum ditambah dengan perguruan
tinggi swasta yang jumlahnya lebih banyak lagi.
Seiring dengan banyaknya pendatang yang berasal dari luar Kota Malang
yang sebagian besar merupakan mahasiswa yang menempuh pendidikan di
Kota Malang, dinilai bahwa bisnis rumah kos merupakan usaha yang
memiliki potensi dan keuntungan yang sangat besar. Pajak rumah kos
5 Wahida Rahmania Arifah, Op.cit.
6 Rido Lingga, 20 Mei 2017, Hunian Apartemen Bagi Mahasiswa Hadir di Kota Malang,
http://rri.co.id/jakarta/post/berita/394870/metropolitan/hunian_apartemen_bagi_mahasiswa_hadir_
di_kota_malang.html
3
merupakan bagian dari kategori pajak hotel yang memiliki potensi yang
sangat menjanjikan dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Malang.
Seperti yang termuat dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Malang
Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah, yang kemudian direvisi dengan
Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Perda Kota
Malang No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah.
Pada Pasal 4 ayat (1) Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 Tentang
Perubahan atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah
diatur tentang objek pajak hotel di Kota Malang, yang berbunyi:
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang
sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan.7
Salah satu objek pajak hotel tersebut adalah rumah kos dengan jumlah
kamar lebih dari sepuluh kamar. Pajak rumah kos tersebut diatur dalam Pasal
4 ayat (3) huruf d Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan
atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah, yang
berbunyi:
Termasuk dalam objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
adalah:
a. motel;
b. losmen;
c. rumah penginapan;
d. rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh);
e. ruang apartemen yang berubah fungsi sebagai hotel maupun tempat
kost; dan/atau
7 Lihat Pasal 4 ayat (1) Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Perda
Kota Malang No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah.
4
f. kegiatan usaha lainnya yang sejenis.8
Perda tersebut menunjukkan bahwa pajak rumah kos hanya diberlakukan
pada rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh), dengan tarif
sebesar 5% (lima persen).9 Pengenaan pajak rumah kos berdasarkan Pasal 4
ayat (3) huruf d Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan
atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah dalam
pelaksanaannya dianggap masih kurang optimal. Hal ini terlihat dari masih
banyaknya kendala yang menghambat pelaksanaan Perda tersebut. Buktinya
adalah Pemerintah Kota Malang kemudian melakukan revisi atas Perda
tersebut dengan mengeluarkan Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015
Tentang Perubahan Atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010 Tentang
Pajak Daerah. Dalam penjelasan Perda No. 2 Tahun 2015 tersebut diketahui
bahwa maksud revisi atau perubahan atas Perda No. 16 Tahun 2010 tersebut
untuk mengakomodir masukan-masukan dari masyarakat yang juga
merupakan subjek pajak dan penyesuaian terhadap potensi pemasukan
melalui pajak daerah demi kepentingan masyarakat Kota Malang. Adapun
beberapa perubahan dalam Perda No. 2 Tahun 2015 tersebut yang berkaitan
dengan besaran tarif pajak adalah untuk menyesuaikan dengan ketentuan
8 Lihat Pasal 4 ayat (3) huruf d Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas
Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah.
9 Pasal 7 angka (2) Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Pajak
Daerah
5
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yakni Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.10
Selain itu, kurang optimalnya pelaksanaan Pasal 4 ayat (3) huruf d Perda
Kota Malang No. 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Perda Kota Malang
No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah terlihat dari banyaknya faktor yang
menyebabkan terhambatnya pelaksanaan Perda tersebut. Hasil penelitian
Anggreani,11 menunjukkan bahwa kendala Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda) Kota Malang dalam mengoptimalisasi penerimaan pendapatan
asli daerah dari sektor pajak kos setelah diberlakukannya Perda No. 16 Tahun
2010 tentang Pajak Daerah, yaitu: para pemilik kos keberatan untuk
membayar pajak, pada saat pembayaran pemilik kos tidak tertib, dan tidak
adanya sanksi yang mengikat secara pasti.
Hasil yang cukup berbeda ditunjukkan dalam hasil penelitian Selly
Novicadisa dkk,12 bahwa yang menjadi faktor penghambat pemungutan pajak
hotel kategori rumah kos oleh Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Kota
Malang adalah peraturan yang belum efektif dan tingkat kesadaran pemilik
kos yang rendah. Hasil tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Winda,13 yang
menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi implementasi pemungutan
10 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Daerah Kota Malang Nomor 16 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah, penjelasan umum.
11 Winda Dyah Anggreani, 2014, Optimalisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari
Sektor Pajak Kost (Studi Terkait Pemberlakuan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2010 di Dinas
Pendapatan Kota Malang, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. 12 Selly Novicadisa, Sjamsiar Sjamsuddin, dan Suryadi, 2016, Implementasi Kebijakan
Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos di Kota Malang, Jurnal Administrasi Publik, Vol.
6, No. 1, hlm. 69-76.
13 Winda Pratami, 2016, Implementasi Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 16 Tahun 2010
tentang Pajak Daerah (Studi pada Pemungutan Pajak Hotel Kategori Rumah Kos), Skripsi,
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
6
pajak hotel kategori rumah kos di Kota Malang adalah adanya beberapa
aspek yang belum terpenuhi, di antaranya sumber daya petugas masih kurang
sehingga kesulitan dalam melakukan pendataan, rendahnya kesadaran dari
pemilik rumah kos untuk membayar pajak serta belum ada standar
operasional prosedur secara khusus yang mengatur pemungutan pajak hotel
kategori rumah kos.
Hasil-hasil penelitian tersebut memang dapat saling melengkapi untuk
menunjukkan sejauhmana penerapan pajak rumah kos berdasarkan Pasal 4
ayat (3) huruf d Perda No. 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Perda Kota
Malang No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah. Namun penerapan pajak
rumah kos tersebut mengkaji Perda tersebut secara keseluruhan. Berbeda
dengan penelitian ini yang hanya mengkaji pelaksanaan pengenaan pajak
rumah kos hanya berdasarkan pada Pasal 4 ayat (3) huruf d Perda No. 2
Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010
tentang Pajak Daerah.
Selain itu, penelitian-penelitian sebelumnya belum mengkaji tentang
sejauhmana pemenuhan asas kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum
dari penerapan pajak rumah kos berdasarkan Pasal 4 ayat (3) huruf d Perda
No. 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun
2010 tentang Pajak Daerah. Menurut Gustav Radbruch bahwa tujuan hukum
adalah untuk mencapai keadilan, kepastian hukum dan memeberikan manfaat
bagi masyarakat, dan oleh karena itulah hukum harus dinamis dan sesuai
dengan perkembangan pada masa ini agar tercapailah tujuan hukum yang
7
dimaksud yaitu bermanfaat bagi masyarakat dalam rangka pencapaian
ketertiban dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.14
Terkait dengan asas kemanfaatan, pajak rumah kos sangat bermanfaat
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang. Sebanyak
786 wajib pajak kamar kos telah menyumbang PAD di Kota Malang sekitar
Rp 2 miliar pada tahun 2015.15 Di tahun-tahun berikutnya kontribusi tersebut
akan ditingkatkan sebab BP2D berencana untuk menaikkan target pajak kos-
kosan. Tahun 2018 target pajak kos-kosan naik Rp 500 juta dari tahun
sebelumnya.
Menurut M. Thorik, Sekretaris BP2D Kota Malang bahwa tahun 2018 ini
target pajak kos-kosan Rp 2,5 miliar. Tahun depan (2018) target pajak
tersebut sebesar Rp 3 miliar. Target pajak tersebut dipastikan tercapai.
Apalagi, bisnis kos-kosan saat ini bertumbuh di Kota Malang. Meskipun
jumlah wajib pajak untuk kos-kosan tahun 2018 mengalami penurunan, yaitu
dari 902 wajib pajak menjadi 877 wajib pajak. Penurunan tersebut
dikarenakan adanya tempat kos yang sudah beralih fungsi menjadi hunian
atau rumah biasa.16
Namun asas kemanfaaatan tersebut berbeda halnya dengan manfaat yang
diperoleh oleh wajib pajak yakni pemilik rumah kos lebih dari 10 kamar di
Kota Malang. Hasil penelitian Prastiwi dan Yuniningsih (2017) menunjukkan
14 Ahmad Zaenal Fanani, Teori Keadilan dalam Perspektif Filsafat Hukum dan Islam, Liberty,
Surabaya , 2006.
15 Surya Malang, 19 Februari 2016, Dispenda Data 400 Rumah Kos Calon Wajib Pajak, untuk
Apa? http://suryamalang.tribunnews.com/2016/02/19/dispenda-data-400-rumah-kos-calon-wajib-
pajak-untuk-apa
16 Malang Post, 7 Oktober 2017, Tahun Depan Target Pajak Kos-kosan Naik,
https://www.malang-post.com/berita/kota-malang/tahun-depan-target-pajak-kos-kosan-naik
8
bahwa pemilik rumah kos merasa setelah mereka membayar pajak tidak
merasakan manfaat yang diterima. Penerimaan manfaat setelah membayar
pajak kos belum terpenuhi. Artinya terdapat indikasi bahwa pajak rumah kos
tidak memberikan manfaat secara langsung bagi pemilik rumah kos.
Sebagaimana dikemukakan oleh Rochmat Soemitro bahwa pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. Dijelaskan bahwa “dapat dipaksakan” berarti bahwa
utang pajak tidak dibayar maka utang itu tidak dapat ditagih dengan
menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan;
terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan adanya jasa timbal balik
tertentu seperti halnya di dalam retribusi.17
Terkait dengan asas keadilan, pemberlakuan pajak kos-kosan oleh Badan
Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Kota Malang dinilai kurang adil. Pasalnya,
penarikan Pajak hanya dibebankan kepada pengelola yang menyewakan
minimal sepuluh kamar. Padahal berdasarkan temuan di lapangan, banyak
sekali tempat kos yang hanya kurang dari sepuluh kamar. Tetapi harga setiap
kamarnya jauh lebih tinggi daripada harga pada umumnya. Menurut Ade
Herawanto, Kepala BP2D Kota Malang bahwa jika pajak hanya diberlakukan
kepada pemilik kos-kosan yang punya sepuluh kamar, hal ini tidak adil.
Sedangkan ada yang di bawah sepuluh kamar tapi pendapatannya jauh
17 Sri Pudyatmoko, 2009, Pengantar Hukum Pajak, Andi, Yogyakarta, hlm. 2.
9
lebih besar. Kepala BP2D mengaku masih belum dapat menarik pajak
dengan mengacu pada omzet. Karena aturan resminya memang masih
belum ditetapkan. BP2D masih belum bisa menarik berdasarkan omzet
karena aturannya belum ada. Saat ini masih mengajukan perubahan
sebanyak 26 Peraturan Wali Kota (Perwal) Malang terkait pajak. Hal ini
n disesuaikan dengan perubahan penamaan lembaga dari nantinya aka
kosan hanya -ini penetapan tarif pajak kos Dispenda menjadi BP2D. Saat
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2015 yang
merupakan perubahan Perda Nomor 16 Tahun 2010.18
Terkait dengan asas kepastian, Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D)
Kota Malang telah menghimpun daftar rumah kos yang memiliki kamar di
bawah sepuluh unit. Hasilnya, sebanyak 400-an rumah kos terdata. Rumah-
rumah itu adalah yang memiliki omzet di atas atau sama dengan rata-rata
omzet rumah kos sudah dikenakan pajak, alias yang memiliki kamar di atas
sepuluh. Langkah ini diambil setelah Diretorat Jendral (Dirjen) Pajak
Pertimbangan Keuangan Kementrian Keuangan akan mengusulkan revisi
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retibusi
Daerah. Melalui pendataan lebih awal, Badan Pelayanan Pajak Daerah
(BP2D) Kota Malang berharap ketika revisi dijalankan, penerapan sistem
pengenaan pajak kos-kosan dapat langsung dimulai. Apabila pendataan tak
dimulai sejak dini, Kepala Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Ade
Herawanto khawatir implementasi di lapangan bakal molor jika rencana itu
18 Malang Today, 22 Februari 2017, Pajak Kos-kosan Tidak Adil,
https://malangtoday.net/malang-raya/kota-malang/pajak-kos-kosan-tidak-adil/
10
teramini. Sementara menurut Dwi Cahyo TY, Kabid Penagihan Badan
Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Kota Malang bahwa kalau pun misalnya
revisi gagal, pendataan ini juga tak akan mubadzir, bisa dipakai untuk
keperluan lain.19
Dari sekitar 400 rumah kos yang terdaftar, Dwi Cahyo TY menyebut
bahwa lebih dari separohnya terletak di daerah kampus, terutama di daerah
Kecamatan Lowokwaru. Selain itu, ada juga rumah kos serupa di daerah
sekitar pusat perbelanjaan. Tarif kamar kos yang didata itu rata-rata Rp 1 juta
per kamar per bulan. Usulan perubahan UU itu muncul setelah beberapa
Dispenda mengusulkan penerapan pajak berasas keadilan. Dwi Cahyo TY
menyebut bahwa tak sedikit rumah kos beromzet besar namun tak dikenakan
pajak hanya karena jumlah kamar kosnya di bawah ketentuan. Di sisi lain,
ada rumah kos yang omzetnya lebih kecil harus membayar pajak karena
jumlah kamarnya di atas sepuluh. Contohnya di Lowokwaru ada. Satu kamar
dijual Rp 1 juta. Tapi pemilik rumah itu hanya menyewakan delapan
kamar kos. Jadi dia bebas dari pajak. Dalam rencana yang diusulkan, besaran
pajak yang akan dikenakan pada rumah kos dengan jumlah kamar di bawah
sepuluh sebesar lima persen dari omzet. Besaran ini sama dengan ketentuan
bagi rumah kos yang sudah menjadi wajib pajak.20
Menurut M. Thorik, Sekretaris BP2D Kota Malang bahwa saat ini
pajak kos-kosan sebesar 5 persen dari nilai omzet. Namun demikian,
tidak semua tempat kos dikenai pajak. Sebaliknya, hanya tempat kos yang
19 Surya Malang, Op.cit.
20 Ibid.
11
memiliki minimal 10 kamar atau lebih yang dikenai pajak. Perda Pajak
mengacu pada undang-undang perpajakan yang di dalamnya telah
mengatur semuanya, termasuk siapa saja yang dikenakan pajak tempat
kos. Memang untuk saat ini tidak lagi efektif. Apalagi banyak tempat kos
dengan jumlah sedikit tapi omzet atau pendapatannya sangat besar.
Menurut M. Thorik bahwa hal ini juga yang ingin direvisi. Sehingga
pajak tempat kos harusnya tidak hanya mengacu pada jumlah kamar,
melainkan juga omzet perbulan.21 Dari keterangan tersebut di atas, maka
dapat terlihat bahwa belum terlihat adanya kepastian hukum terkait tarif dan
pelaksanaan pajak rumah kos di Kota Malang dikarenakan adanya usulan
rencana untuk merevisi tentang hal-hal tersebut.
Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk mengkaji tentang
pelaksanaan pengenaan pajak rumah kos dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d Perda
Kota Malang No. 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Perda Kota Malang
No. 16 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah. Selain itu, akan dikaji pula
sejauhmana pemenuhan asas kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum atas
pelaksanaan Perda tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka
peneliti terdorong untuk melakukan penelitian terkait permasalahan tersebut
melalui pendekatan yuridis sosiologis dengan judul: Penerapan Pajak
Rumah Kos Berdasarkan Pasal 4 Ayat (3) Huruf d Perda Kota Malang
No. 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Perda Kota Malang No. 16
Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah Ditinjau dari Azas Kemanfaatan,
21 Malang Post, Op.cit.
12
Keadilan dan Kepastian Hukum (Studi di Wilayah Hukum Kota
Malang).
B. Rumusan masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, permasalahan yang diteliti dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pajak rumah kos dalam pasal 4 ayat (3) huruf d
Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Perda Kota
Malang No. 16 Tahun 2010?
2. Bagaimana penerapan pajak rumah kos tersebut ditinjau dari asas
kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mengkaji penerapan pajak rumah kos berdasarkan
pasal 4 ayat (3) huruf d Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji pemenuhan asas kemanfaatan, keadilan
dan kepastian hukum atas pelaksanaan pengenaan pajak rumah kos
tersebut.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dilakukannya penelitian hukum ini antara lain:
13
1. Secara teoritis
a. Memberikan sumbangsih pemikiran dalam studi tentang faktor
penerapan Pasal 4 ayat (3) huruf d Perda Kota Malang No. 2 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010
Tentang Pajak Daerah kategori rumah kos pada pemilik rumah kos di
sekitar Kota Malang.
b. Sebagai referensi dalam pengembangan ilmu hukum khususnya
mengenai aspek yuridis dan sosiologis atas faktor penyebab
terhambatnya pelaksanaan Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 pada
pemilik rumah kos dan dapat menjadi acuan untuk penelitian
berikutnya.
2. Secara Praktis
a. Dapat memberikan kontribusi positif dalam rangka pelaksanaan Perda
Kota Malang No. 2 Tahun 2015 guna mencapai target anggaran
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Malang.
b. Penulis dapat mengaplikasikan ilmu hukum yang diperoleh di bangku
kuliah di lapangan, khususnya tentang pelaksanaan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi penulis untuk mengembangkan teori
14
berkaitan dengan permasalahan yang diangkat, serta sebagai syarat
akademis untuk mendapat gelar sarjana (S1) di bidang Ilmu Hukum.
2. Bagi Pemilik Kos
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pemilik rumah kos yang
memiliki kamar lebih dari 10 (sepuluh) sebagai objek pajak rumah kos di
Kota Malang mendapat masukan dan informasi tentang penerapan Pasal 4
ayat (3) huruf d Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah
berdasarkan asas kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum atas
pelaksanaan pasal tersebut.
3. Bagi Instansi Terkait
Dengan adanya penelitian ini mahasiswa dapat memberikan
masukan berupa sumbangan pemikiran yang rasional dan profesional bagi
Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Kota Malang terkait penerapan
Pasal 4 ayat (3) huruf d Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010 Tentang Pajak
Daerah berdasarkan asas kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum atas
pelaksanaan pasal tersebut.
F. Metode Penelitian
Dalam penulisan hukum ini menggunakan metode penelitian yang sesuai
untuk memperoleh data-data atau bahan-bahan sehingga akan mempermudah
15
analisa dan pengambilan sebuah kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
1. Metode Pendekatan
Penulis menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis. Pada
penelitian hukum yang sosiologis, hukum dkonsepkan sebagai pranata
sosial yang secara riil dikaitkan dengan variabel-variabel sosial yang
lain.22 Kegunaan penelitian hukum sosiologis adalah untuk mengetahui
bagaimana hukum itu dilaksanakan termasuk proses penegakan hukum
(law enforcement).23 Variabel sosial yang diteliti adalah pelaksanaan
pengenaan pajak rumah kos ditinjau dari asas kemanfaatan, keadilan dan
kepastian hukum.
2. Lokasi Penelitian
Dalam penulisan hukum ini penulis memilih lokasi penelitian untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam membantu penulisan hukum ini,
yaitu: di Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Kota Malang dan pemilik
rumah kos yang menjadi objek pajak di Kota Malang. Pemilihan lokasi ini
dikarenakan pihak Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Kota Malang
dianggap memahami tentang pelaksanaan pengenaan pajak rumah kos, dan
pemilik rumah kos dipilih karena sebagai wajib pajak khususnya pajak
rumah kos yang memiliki lebih dari 10 kamar.
22 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, RajaGrafindo
Persada, Jakarta, hlm. 133.
23 Ibid, hlm. 134.
16
3. Sumber Data
Dalam penulisan hukum ini penulis memerlukan 2 (dua) jenis data
yang meliputi:
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi
penelitian yang berfungsi sebagai data utama, yaitu hasil
wawancara peneliti pihak Badan Pelayanan Pajak Daerah (BP2D)
Kota Malang dan pemilik rumah kos di Kota Malang.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan
dan dokumentasi. Data dokumentasi berupa salinan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penulisan hukum ini penulis mempergunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Data primer akan dikumpulkan dengan:
1) Wawancara (interview)
Wawancara (interview) adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan jalan mengadakan wawancara dengan pihak yang
diteliti. Informan yang akan diwawancarai adalah pihak Badan
Pelayanan Pajak Daerah (BP2D) Kota Malang yakni Niluh Ekap selaku
Kepala Sub Bidang Pendataan dari bidang pendaftaran, pendataan, dan
penetapan dan 10 pemilik rumah kos sebagai wajib pajak.
17
2) Studi Dokumen
Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara
menggandakan, menyalin, atau menfotokopi sejumlah dokumen atau
arsip tertulis yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Dokumen tersebut seperti Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015
Tentang Perubahan Atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010
Tentang Pajak Daerah, dokumen subjek dan objek pajak rumah kos di
Kota Malang, dan sebagainya.
b. Data sekunder akan dikumpulkan dengan teknik studi kepustakaan yaitu:
mempelajari sumber data sekunder yang diperoleh dari pustaka yang
berupa buku-buku literatur dan dokumentasi yang sumbernya berupa
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.24 Data sekunder di
antaranya adalah jurnal-jurnal penelitian sebelumnya tentang pajak rumah
kos dan buku-buku literatur tentang hukum pajak.
5. Analisa Data
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisa dengan
cara pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari data primer dan
sekunder secara jelas, sehingga nantinya dapat ditarik suatu kesimpulan dari
berbagai masalah yang ada.25 Berdasarkan data tersebut penulis dapat
mendeskripsikan pelaksanaan pengenaan pajak rumah kos dalam Pasal 4 ayat
24 Sudikno Mertokusumo, 2009, Penemuan Hukum Sebagai Sebuah Pengantar, Penerbit Andi,
Yogyakarta, hlm. 37
25 Ibid, hlm. 65
18
(3) huruf d Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010 ditinjau dari asas kemanfaatan,
keadilan dan kepastian hukum.
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini disusun sedermikian rupa
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dijelaskan tinjauan umum tentang pajak,
peraturan daerah tentang pajak rumah kos, dan asas kemanfaatan,
keadilan, dan kepastian hukum.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasannya
mengenai pelaksanaan pengenaan pajak rumah kos dalam pasal 4
ayat (3) huruf d Perda Kota Malang No. 2 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Perda Kota Malang No. 16 Tahun 2010, dan
pemenuhan asas kemanfaatan, keadilan dan kepastian hukum atas
pelaksanaan pengenaan pajak rumah kos tersebut.
19
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari
permasalahan yang diteliti sesuai dengan tujuan penulisan disertai
saran dari penulis.