arfinsyah.files.wordpress.com · web viewdengan luas wilayah sekitar 3.347,8 km2, kabupaten malang...

47
KAJIAN PENCAPAIAN MDGs (Millenium Development Goals) DI KABUPATEN MALANG Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Agribisnis Disusun oleh : EKA NOFIDAYANTI 0964020014 PURWATI RATNA 0964020015 ARFINSYAH HAFID ANWARI 0964020016 DODI TRI KURNIAWAN 0964020018 Dosen: Dr. Ir. IMAM SYARIF HIDAYAT, MM PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS 1

Upload: trinhcong

Post on 09-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KAJIAN PENCAPAIAN MDGs (Millenium Development Goals) DI KABUPATEN MALANG

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Agribisnis

Disusun oleh :

EKA NOFIDAYANTI 0964020014PURWATI RATNA 0964020015ARFINSYAH HAFID ANWARI 0964020016DODI TRI KURNIAWAN 0964020018

Dosen:

Dr. Ir. IMAM SYARIF HIDAYAT, MM

PROGRAM PASCASARJANAMAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA2010

1

I. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KABUPATEN MALANG

1.1. Kondisi Geografis

Secara geografis Kabupaten Malang terletak antara 112o17’,10,90” sampai

dengan 122o57’,00,00” Bujur Timur dan 7o44’,55,11” sampai dengan 8o26’,35,45”

Lintang Selatan. Dengan luas wilayah sekitar 3.347,8 Km2, Kabupaten Malang

menduduki urutan kedua terluas setelah Kabupaten Banyuwangi dari 38

kabupaten/kota di Wilayah Propinsi Jawa Timur. Dari seluruh total luas tersebut,

lebih dari 50 persen merupakan lahan pertanian yang berupa sawah, tegalan dan

perkebunan. Sedangkan pemanfaatan untuk pemukiman penduduk sekitar 13,68

persen. Kabupaten Malang dikelilingi oleh enam kabupaten dan Samudera

Indonesia.

1. Sebelah Utara-Timur, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan

Probolinggo.

2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Lumajang.

3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia.

4. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Blitar.

5. Sebelah Barat-Utara, berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan

Mojokerto.

Letak geografis ini menyebabkan Kabupaten Malang memiliki posisi yang cukup

strategis. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya jalur transportasi yang

melalui Kabupaten Malang dari waktu ke waktu.

Sedangkan jika dilihat dari topografinya, Kabupaten Malang terdiri dari

gununggunung dan perbukitan. Kondisi topografi yang demikian mengindikasikan

potensi hutan yang besar. Hutan yang merupakan sumber air yang cukup, yang

mengalir sepanjang tahun melalui sungai-sungainya mengairi lahan pertanian.

Beberapa gunung yang menyentuh wilayah Kabupaten Malang yang telah dikenal

dan telah diakui secara nasional yaitu Gunung Semeru (3.676 meter) gunung

tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Kelud (1.731 meter), Gunung Welirang (3.156

2

meter) dan Gunung Arjuno (3.339 meter), dan masih banyak lagi yang belum

dikenal secara nasional.

Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan menjadikan Kabupaten Malang

terkenal sebagai daerah sejuk dan banyak diminati sebagai tempat tinggal dan

tempat peristirahatan. Dengan ketinggian rata-rata pusat pemerintahan kecamatan

524 meter dari permukaan laut, suhu udara rata-rata Kabupaten Malang relatif

rendah. Pada tahun 2003 rata-rata suhu udara yang dicatat enam stasiun

klimatologi mencapai 23,52 0C, dengan suhu tertinggi mencapai 29,32 0C, dan

suhu terendah mencapai 19,50 oC.

Penetapan fungsi kawasan di Kabupaten Malang dipilah atas kawasan budidaya

tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim, kawasan lindung terbatas, kawasan

lindung lainnya, kawasan penyangga, kawasan perlindungan mata air, kawasan

perlindungan sungai, kawasan perlindungan waduk dan kawasan perlindungan

pantai serta kawasan rawan bencana.

Di Kabupaten Malang, daerah yang dikategorikan rawan bencana adalah rawan

letusan gunung berapi, rawan longsor dan rawan banjir. Kawasan rawan bencana

letusan gunung berapi Semeru adalah Kecamatan Poncokusumo khususnya daerah

Ngadas dan Gubugklakah. Daerah yang rawan terhadap longsor di Kabupaten

Malang meliputi wilayah perbukitan dan daerah aliran sungai, salah satu

kecamatan yang terkena longsor akibat hujan lebat adalah Kecamatan Tirtoyudo.

Daerah rawan banjir tersebar di beberapa kecamatan yakni

1. Kecamatan Singosari (banjir bandang/lumpur),

2. Kecamatan Dau, Kecamatan Bantur (5 tahun sekali),

3. Kecamatan Tirtoyudo (banjir bandang akibat penebangan hutan Desa

Pujiharjo, Purwodadi),

4. Kecamatan Kasembon (Desa Bayem),

5. Kecamatan Sumberpucung (Desa Trenyang),

6. Kecamatan Bantur (Desa Sumberbening), Kecamatan Donomulyo (Desa

Banjarejo), Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Desa Kedungbanteng),

7. Kecamatan Ampelgading (Desa Lebakharjo),

3

8. Kecamatan Jabung (Desa Gading Kembar), Kecamatan Lawang (Desa

Srigading) dan, Kecamatan Wajak (Desa Patok Picis).

Tabel 1. Penetapan Fungsi Kawasan di Kabupaten Malang Tahun 2000-2010

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang dalam RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

1.2. Kondisi Perekonomian Daerah

Kabupaten Malang merupakan satu kabupaten yang tergolong memiliki tingkat

aktivitas ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari besarnya jumlah Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Malang yang menduduki peringkat

6 dari 33 kabupaten/kota yang ada di propinsi Jawa Timur setelah Kota Surabaya,

Kota Kediri, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Pasuruan.

Cukup tingginya aktivitas ekonomi di Kabupaten Malang tidak terlepas dari

tingginya aktivitas masyarakat dalam masing-masing sektor ekonomi yang ada di

Kabupaten Malang. Sektor ekonomi yang memberikan kontribusi paling tinggi

selama kurun waktu lima tahun terakhir adalah sektor pertanian, kemudian disusul

oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan serta

sektor jasa.

Tabel 1.2 menggambarkan peran masing-masing sektor terhadap PDRB. Peran

sektor di atas dikelompokkan menjadi 3 sektor pokok, yaitu kelompok sektor

primer, sekunder dan tertier. Sektor primer mencakup sektor pertanian, sektor

pertambangan dan Galian. Peranan kelompok sektor primer lima tahun terakhir

memberikan kontribusi rerata sebesar 30,59%, yang didominasi sektor pertanian 4

dengan kontribusi rerata sebesar 29,76%. Potensi sektor primer tersebut

mendukung sektor basis ekonomi di Jawa Timur secara umum, hal ini dapat

dilihat sebagai berikut:

Tabel 1.2. Kontribusi Masing-Masing Sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2000-2004) (dalam persen)

Sumber : Kabupaten Malang Dalam Angka 2004 dalam RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Dari tabel 1.3 dapat dilihat posisi Kabupaten Malang cukup berperan dalam sektor

ekonomi primer di Jawa Timur, terutama di subsektor pertanian tanaman pangan,

perkebunan dan peternakan, sedangkan sub sektor perikanan dan pertambangan

Kabupaten Malang belum cukup diperhitungkan di Jawa Timur, walaupun

sebenarnya subsektor kelautan Kabupaten Malang cukup potensial dengan garis

pantai sepanjang 102,625 km, oleh karena itu diharapkan program dan kegiatan

kita mendukung Program Prioritas Propinsi Jawa Timur yang menyentuh wilayah

laut kita, yaitu Pengembangan Jalan Lintas Selatan (JLS) dan pengembangan

Pelabuhan Pendaratan Ikan Sendang Biru, sehingga kekayaan laut Kabupaten 5

Malang dapat berperan dalam meningkatkan PDRB, yang saat ini kontribusi

perikanan pada Tahun 2004 hanya 0,30% (tabel 1.7) .

Tabel. 1.3. Daerah Penyumbang Potensi Sektor Primer di Jawa Timur

Sumber: Majalah Perspektif Bappeprop Jatim, 2005 dalam RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Aktivitas sektor ekonomi primer khususnya pertanian yang mendominasi rerata

kontribusi PDRB lima tahun terakhir ini diharapkan akan lebih mantap dengan

adanya program revitalisasi pertanian, yang meliputi peningkatan pemberdayaan

subsektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan

kelautan serta kehutanan, sehingga mampu menggerakkan aktivitas sektor lain

yaitu sektor sekunder dan tersier.

Kelompok ekonomi sektor sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor

Listrik dan Air Bersih, dan sektor Bangunan memberikan kontribusi terendah

terhadap PDRB Kabupaten Malang, yaitu sebesar rerata 18,50%. Peran kelompok

sektor ini didominasi sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi

rerata sebesar 14,58% selama lima tahun terakhir. Sebagai gambaran untuk

Wilayah Regional Jawa Timur, kabupaten/kota yang dominan dengan sektor

industri adalah Kota Surabaya, Kab. Sidoarjo, Kab. Pasuruan, Kab. Gresik, Kab.

Mojokerto, Kota Kediri dan Kab. Tuban. Kabupaten Malang diharap mampu

mengikuti jejak Kabupaten Pasuruan sebagai wilayah terdekat yang sudah

memiliki kawasan industri. Dengan terbangunnya kawasan industri di Kabupaten

Malang diharap pertumbuhan aktivitas sektor sekunder semakin terpacu, hal ini

sangat memungkinkan dengan adanya program pengembangan infrastruktur yang

mendukung eksistensi kawasan industri, yaitu pembangunan Jalan Tol Malang –

6

Surabaya, Jalan Lintas Selatan, serta komersialisasi Bandara Abdul Rahman

Saleh.

Kelompok sektor tersier yang terdiri dari dari sektor Perdagangan, Hotel, dan

Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan

Bangunan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-Jasa, memberikan kontribusi

terbesar terhadap PDRB Kabupaten Malang yaitu sebesar rerata 50,76%. Peran

sektor ini didominasi sektor Perdagangan, Hotel & Restoran yang memberikan

kontribusi rerata sebesar 23,02%. Posisi Kabupaten Malang di Wilayah Jawa

Timur bisa dibanggakan sebagai wilayah dominan sektor tersiernya, urutan

selengkapnya adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Madiun, Kabupaten

Sidoarjo, Kabupaten Kediri, Kabupaten Pasuruan serta Kota Surabaya Secara

keseluruhan di Kabupaten Malang dari tahun 2000 sampai tahun 2004 peran

rerata sektor primer sebesar 30,46%, sektor sekunder 18,50% dan sektor tersier

50,79%.

Meskipun aktivitas perekonomian di Kabupaten Malang cukup tinggi, namun

selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir mengalami juga pasang surut. Kondisi

pasang surut tersebut disebabkan oleh imbas dari kondisi makro ekonomi nasional

yang cenderung memburuk terutama pada saat terjadi krisis moneter. Berikut ini

kondisi perekonomian Kabupaten Malang selama sepuluh tahun terakhir (tahun

1994 sampai 2004) dan perbandingannya dengan kondisi perekonomian Propinsi

Jawa Timur dan Nasional.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur, dan Nasional Selama Sepuluh Tahun Terakhir (1994 – 2004)

Sumber : RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

7

Berdasarkan tabel 1.4. pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang selama sepuluh

tahun terakhir selalu berada di bawah pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur

dan Nasional. Namun pada saat krisis ekonomi Kabupaten Malang mengalami

penurunan pertumbuhan ekonomi paling rendah di antara tiga daerah tersebut.

Rendahnya dampak krisis ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Malang, karena sektor yang menjadi basis pertumbuhan ekonomi atau aktivitas

ekonomi Kabupaten Malang adalah sektor pertanian dan perdagangan. Kedua

sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki ketahanan terhadap pengaruh

krisis moneter yang terjadi pada perekonomian makro, karena sektor ini

merupakan sektor yang berbasis pada sumber daya lokal.

Berikut ini (Gambar 1.1.) adalah gambaran perbandingan pertumbuhan ekonomi

antara Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur, dan Nasional selama kurun

waktu sepuluh tahun terakhir, yang terbagai pada empat kondisi yaitu: kondisi

sebelum krisis, kondisi pada saat krisis, kondisi paska krisis, dan kondisi mulainya

pelaksanaan otonomi daerah.

Gambar 1.1. Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang (sumber : RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010)

8

Berdasarkan gambar 1.1. terlihat bahwa sebelum krisis pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Malang cenderung konstan, namun setelah memasuki krisis ekonomi

ertumbuhannya mengalami penurunan, bahkan sampai – 6,64%, tapi penurunan

tersebut merupakan penurunan terendah dibanding propinsi dan nasional. Setelah

krisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan trend yang positif

sampai pada saat sekarang, namun lebih lambat dibanding rerata Jawa Timur dan

Nasional, hal ini disebabkan karena kontribusi sektor ekonomi Kabupaten Malang

yang dominan adalah sektor primer yang umumnya menghasilkan nilai tambah

sedikit atau dengan kata lain harga jualnya sangat rendah, dibanding produk

sektor industri dan jasa yang merupakan sektor ekonomi dominan pada rerata

Jawa Timur dan Nasional. Oleh karena itu sebaiknya kontribusi ekonomi sektor

primer diarahkan bergeser pada sektor industri, dalam hal ini agroindustri dan

industri pertambangan. Begitupun sektor perdagangan Kabupaten Malang lebih

ditekankan untuk meningkatkan komoditas ekspor agar mampu meningkatkan

nilai tambah yang merupakan faktor utama penentu pertumbuhan ekonomi.

Adapun pertumbuhan aktivitas ekonomi Kabupaten Malang selengkapnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.5. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2001-2004) (dalam persen)

Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2004 dalam RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

9

Pertumbuhan ekonomi sektor sekunder menempati posisi pertama untuk laju

pertumbuhan rerata Tahun 2001 – 2004 yaitu sebesar 5,22%, diikuti sektor tersier

4,24% serta pertumbuhan terendah adalah sektor primer sebesar 3,72%.

Tabel 1.6 menunjukkan kontribusi dan laju pertumbuhan sektor ekonomi.

Kontribusi sektor ekonomi secara berurutan yang dominan adalah sektor pertanian

(29,76%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (23,03%), sektor induatri

pengolahan (14,58%) serta sektor jasa (14,41%), sedangkan laju pertumbuhan

sektor tertinggi sektor listrik dan air minum (6,61%), sektor pertambangan dan

penggalian (6,21%), sektor keuangan (5,91%), sektor perdagangan (5,39%) serta

sektor industri pengolahan (5,17%).

Untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi harus dilihat dua sisi keadaan

perekonomian agar pilihan sektor mana yang mampu memacu laju pertumbuhan

lebih tepat. Hal utama yang dilihat adalah kontribusi sektor. Sektor yang memiliki

kontribusi dominan akan mampu menggerakkan aktivitas perekonomian, selain

itu perlu juga melihat laju pertumbuhan sektor, namun bisa dikesampingkan

apabila kontribusi sektor tersebut terlalu rendah, karena dalam jangka waktu lima

tahun tidak mungkin ada pergerseran peran sektor secara berarti, sehingga untuk

jangka waktu lima tahun ke depan peran sektor yang terlalu kecil dengan laju

pertumbuhan tinggi tidak cukup berperan dalam mencapai target pertumbuhan

ekonomi secara keseluruhan, misalnya sektor pertambangan memiliki laju

pertumbuhan rerata 6,61% merupakan laju pertumbuhan tertinggi dibanding

sektor yang lain, namun kontribusi dalam PBRB hanya 0,70% maka akan sangat

sulit merubah atau meningkatkan PDRB secara keseluruhan, sebaliknya sektor

pertanian yang memiliki kontribusi 29,76% dan rerata pertumbuhannya di bawah

rata-rata pertumbuhan Kabupaten Malang akan tetap memiliki arti penting dalam

mempengaruhi aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

Target Pertumbuhan ekonomi 5 – 6 % pada lima tahun ke depan dapat dicapai

dengan kerja keras Pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan kontribusi

dan laju pertumbuhan sektor. Empat sektor utama yang berpengaruh di Kabupaten

10

Malang adalah sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor industri pengolahan

serta sektor jasa, yang memiliki dominasi dalam menyumbang besaran PDRB.

Untuk mencapai target pertumbuhan 5 – 6 % akan dikupas satu persatu langkah –

langkah strategis yang harus dilakukan.

Tabel 1.6. Rerata Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2001-2004) (dalam persen)

Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2004 dalam RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Sektor perdagangan secara optimis dapat diharapkan karena memiliki kontribusi

23,02% dengan laju pertumbuhan diatas 5% atau tepatnya 5,39% (tabel 2.6).

Pemerintah daerah hanya perlu menata regulasi perdagangan, baik pasar maupun

pedagang kaki lima agar konsumen tetap berminat. Perlu diwaspadai regulasi

yang mampu menghancurkan sektor perdagangan di wilayah misalnya berdirinya

supermarket atau hypermarket di wilayah-wilayah perdagangan utama Kabupaten

Malang, misalnya di kota-kota kecamatan, karena dikhawatirkan pasar tradisional

yang menjadi tumpuan pendapatan masyarakat saat ini akan hancur. Selain itu

perlu adanya pembangunan pasar produk pertanian di wilayah-wilayah perbatasan

yang selama ini merupakan penghasil produk tetapi belum memiliki pasar sendiri,

bahkan apabila memungkinkan dapat digunakan sebagai transaksi perdagangan

oleh masyarakat luar daerah, dengan demikian retribusi dan nilai tambah bisa

dinikmati oleh Kabupaten Malang. Sektor perdagangan juga sangat dipengaruhi

11

oleh nilai ekspor komoditi Kabupaten Malang yang meningkat setiap tahunnya,

yaitu sebesar $145.296.652,74 pada Tahun 2003, meningkat 4,93 % menjadi

$152.460.735.03 pada Tahun 2004 dan terakhir meningkat 16,25% menjadi

$177.240.943,94 pada Tahun 2005, sehingga rerata kenaikan ekspor yang lebih

dari 10% pertahun ini sangat penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Untuk mempertahankan nilai ekspor Kabupaten Malang diperlukan pembinaan

inovatif yang mampu mempertahankan komoditi kita dalam lingkup perdagangan

bebas.

Sektor penting berikutnya yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi

adalah sektor pertanian karena memiliki kontribusi yang dominan yaitu rerata

29,76% disamping itu sektor pertanian memiliki backward dan forward linkages,

sehingga aktivitas sektor pertanian mampu menumbuhan sektor yang lainnya,

misalnya aktivitas budidaya pertanian secara umum memerlukan pupuk,

benih/bibit, tenaga kerja, obatobatan, alat dan mesin pertanian dan sebagainya;

sedangkan pada saat/pasca panen memerlukan transportasi, tenaga kerja, alat dan

mesin pengolah, packaging serta pemasaran. Sehingga peningkatan aktivitas

pertanian mampu menarik input dari sektor industri benih, pupuk, obat-obatan,

alat dan mesin pertanian serta tenaga kerja; ouput sektor pertanian digunakan

sebagai input pada sektor industri pengolahan baik industri mikro, kecil,

menengah maupun industri besar (misalnya penggilingan padi, lumbung desa

modern, perusahaan makanan/minuman, pabrik gula, pabrik makanan ternak,

industri krupuk/kripik dan sebagainya); produk pertanian juga mampu

mengaktifkan perdagangan produk primer dan setengah jadi pada pedagang

pengepul komoditas, pasar atau pusat perdagangan, serta menghidupkan restoran,

warung dan pegusaha makanan perorangan. Dari uraian di atas sektor pertanian

mampu menggerakkan multiplier effect yang sangat berperan dalam menghasilkan

value added (nilai tambah) pada sektor primer, sekunder maupun tersier, sehingga

sangat berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Untuk melihat lebih

jauh kita lihat kontribusi dan laju pertumbuhan subsektor pertanian pada tabel 1.7

berikut:

12

Tabel 1.7. Sektor yang Berperan Dalam Menggerakkan Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Malang

Sumber : RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Dari tabel 1.7 Sektor pertanian pada lima tahun terakhir di dominasi oleh

subsektor tanaman pangan yang memiliki kontribusi 21,77%, sedangkan

subsektor perkebunan 5,17%, peternakan 2,63% serta subsektor kehutanan dan

perikanan masing-masing sekitar 0,2%, sedangkan rerata pertumbuhan tertinggi

subsektor perikanan 17,39% dan subsektor perkebunan 6,76%, pertumbuhan

paling rendah hanya 2,80% adalah subsektor tanaman pangan. Sektor pertanian

Kabupaten Malang sangat berperan dalam mendukung aktivitas sektor primer di

Jawa Timur terutama sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan

peternakan, sedangkan sektor perikanan dan kehutanan tidak cukup nampak di

wilayah propinsi demikian pula di Kabupaten Malang kontribusinya tidak cukup

berperan dalam menggerakkan sektor ekonomi. Selengkapnya dapat di lihat pada

Tabel 1.8

Melihat potensi sektor pertanian pada wilayah regional, maka subsektor pertanian

yang mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang adalah

pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan, karena memiliki

kemampuan ekspor di wilayah regional Jawa Timur. Hal ini dapat dipertahankan

atau ditingkatkan dengan melaksanakan sepenuhnya Agenda Revitalisasi Pertanan

13

yang meliputi Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Pemberdayaan

Pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan)

dengan kegiatan pengembangan agribisnis/agroindustri, dan penguatan

kelembagaan petani/nelayan, serta peningkatan produksi/produktivitas.

Disamping itu diperlukan penanganan khusus regulasi penyaluran pupuk pada

musim tanam dan Penguatan Lumbung Desa Modern yang mampu menampung

hasil panen petani padi pada saat panen raya dan musim penghujan, karena dua

hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani terutama petani padi, yang

merupakan komoditi pangan dominan di Kabupaten Malang.

Tabel 1.8. Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten MalangTahun Atas Dasar Harga Konstan (2001-2004) (dalam persen)

Sumber : RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Sektor pendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang berikutnya

adalah sektor industri pengolahan dengan rerata kontribusi 14,58% dan memiliki

laju pertumbuhan rerata melebihi rerata Kabupaten Malang yaitu sebesar 5,17%

(Tabel 1.6). Hal ini memberikan angin segar bagi Pemerintah Kabupaten Malang

untuk memacu aktivitas sektor industri melalui pengembangan agroindustri

karena kontribusi sektor primer khususnya pertanian cukup tinggi yaitu rerata 14

30,46% (tabel 1.2), sehingga pengembangan agroindustri sangat tepat terutama

diarahkan pada pembinaan industri kecil menengah (IKM) dan Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM) yang cukup banyak menampung tenaga kerja di

Kabupaten Malang. Selain itu rencana pengembangan kawasan industri diharap

mampu diwujudkan untuk pengelolaan kekayaan tambang Kabupaten Malang

yang termasuk dalam Zona Tengah (pemetaan Regional Jawa Timur) yang

meliputi kelompok mineral agregat, kelompok alumino silikat dan mineral

lempung, disamping industri pengolahan hasil-hasil pertanian tanaman pangan,

perkebunan, peternakan, perikanan dan dan kelautan serta kehutanan. Hal ini perlu

direncanakan dengan serius, karena hambatan transportasi guna akses pengiriman

input maupun output industri yang selama ini merupakan kendala akan segera

diatasi dengan adanya Program Pembangunan Prioritas Jangka Menengah

Propinsi Jawa Timur yaitu Jalan Tol Malang–Surabaya, Jalan Lintas Selatan,

Komuter, Komersialisasi Bandara Abdul Rahman Saleh serta Pengembangan

Pelabuhan Pendaratan Ikan Pondok Dadap Kabupaten Malang.

Tabel. 1.9 Daerah Penyumbang Sektor Pertanian di Jawa Timur

Sumber: Majalah Perspektif Bappeprop Jatim, 2005 dalam RJPMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Sektor ke empat yang berperan dalam memacu pertumbuhan ekonomi adalah

sektor jasa dengan kontribusi rerata 14,41% namun pertumbuhannya cukup

lambat yaitu rerata 2,65%, untuk lebih jelasnya kontribusi subsektor jasa pada

Tabel 1.10 :

15

Tabel 1.10. Kontribusi Sub Sektor Jasa Kabupaten Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2000-2004) (dalam persen)

Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2004 dalam RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

1.3. Kondisi Sosial Budaya Daerah

1.3.1. Kependudukan

Menurut hasil registrasi Tahun 2004 terjadi pertumbuhan penduduk sebesar

0,87% sehingga mencapai 2.284.352 jiwa, dengan komposisi 1.130.113 laki-laki

dan 1.154.239 perempuan. Sampai dengan 30 Juni 2005 jumlah penduduk di

Kabupaten Malang sebesar 2.420.419 jiwa dengan komposisi 1.214.340 laki-laki

dan 1.206.079 perempuan. Kepadatan penduduk Kabupaten Malang antara tahun

2002 – 30 Juni 2005 berturut-turut adalah 639 jiwa/km2 ,644 jiwa/km2,650

jiwa/km2 dan 689 jiwa/km2.

1.3.2. Kesejahteraan Sosial

Indikator yang digunakan dalam menilai kesejahteraan sosial adalah Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). Komponen penyusun IPM mencakup tiga elemen

yakni harapan hidup (tahun) yang menghasilkan indeks harapan hidup, angka

melek huruf (%) dan rata-rata lama sekolah (tahun) yang menghasilkan indeks

pendidikan serta pengeluaran riil perkapita yang disesuaikan (000 Rp) yang

menghasilkan indeks daya beli. Perhitungan terhadap IPM Kabupaten Malang

pada tahun 2003 sebesar 66,00. Bila dibandingkan dengan IPM Propinsi Jawa

Timur, maka IPM Kabupaten Malang masih diatas rata-rata IPM Propinsi Jawa

Timur (63,66).

16

Tabel 1.11 Perbandingan IPM dan Komponen Penyusunnya pada Beberapa Kabupaten / Kota sekitar Tahun 2003

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Prop Jatim, 2003 dalam DRPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2011

Tabel 1.11 menggambarkan keadaan IPM di Kabupaten Malang dan wilayah

sekitarnya. Posisi Kabupaten Malang berada di atas rata-rata propinsi, tetapi

masih berada dibawah Kabupaten Kediri, Kota Malang dan Kabupaten Blitar,

sedangkan Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo memiliki nilai IPM yang lebih

rendah dari Kabupaten Malang.

Tabel 1.12 Indeks Komponen Penyusun IPM di Kabupaten Malang Tahun 1996 – 2003

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kab. Malang dalam RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Tabel 1.12. menunjukkan perkembangan dari tahun 1996 ke tahun 2003 Indeks

Pembangunan Manusia di Kabupaten Malang. Perkembangan positif hanya pada

indeks pendidikan, sedangkan untuk indeks harapan hidup dan indeks daya beli

berfluktuasi. Pada Tahun 2002 indeks harapan hidup mencapai angka tertinggi

yaitu 72,6, sedangkan indeks daya beli terendah pada saat krisis moneter Tahun

1999, setelah itu meningkat sampai Tahun 2003. Namun kemungkinan daya beli

masyarakat saat ini menurun akibat peningkatan harga energi di negara kita.

Adapun keadaan penduduk miskin di Kabupaten Malang antara tahun 2002

17

sampai dengan 30 Juni 2005 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada

tahun 2002, penduduk miskin di Kabupaten Malang sebesar 18,97% dan

mengalami penurunan pada tahun 2003 menjadi 13,99%. Pada tahun 2004

berkurang menjadi 13,86%. Jumlah ini tidak mengalami perubahan sampai

dengan 30 Juni 2005. Namun pada akhir Tahun 2005 sejak ada Program Bantuan

Langsung Tunai I (BLT I) jumlah penduduk miskin menjadi 25,61% dari jumlah

penduduk. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.13.

Tabel 1.13 Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Malang Tahun 2002 – 2005

(Sumber : Kantor Statistik Propinsi dan Kabupaten Malang)

Peningkatan angka kemiskinan ini kemungkinan besar disebabkan oleh

kebijakan Pemerintah Pusat menurunkan subsidi Bahan Bakar Minyak, dan

melalui survey terindikasi bahwa kebanyakan kepala keluarga miskin adalah

perempuan (janda).

Nilai IPM pada lima tahun mendatang diharapkan meningkat, namun

melihat situasi dan kondisi saat ini akan sangat sulit, tetapi paling tidak posisi

Kabupaten Malang masih di atas rata – rata. Selengkapnya pada Tabel 1.14.

18

Tabel 1.14 Nilai IPM Kab/Kota Wilayah Jawa Timur 2003

Sumber: Majalah Perspektif Bappeprop Jatim, 2005 dalam RPJM Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Perlu penanganan khusus untuk mempertahankan atau meningkatkan ranking

posisi Indeks Pembangunan Masyarakat di Jawa Timur akibat pengurangan

subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), merebaknya penyakit menular seperti Avian

Influenza (flu burung), Chikungunya, demam berdarah serta maraknya gizi buruk

pada balita. Pemkab Malang menggarap semua persoalan ini melalui Program

Pemberdayaan Masyarakat yang harus digarap secara sinergi oleh seluruh Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD), serta gerakan pencegahan penyakit menular

secara terpadu.

Bidang Pendidikan bertekad untuk meningkatkan mutu anak didik melalui

program andalan pada lima tahun mendatang yaitu Program Sekolah Unggulan

yang sasarannya adalah adanya sekolah dasar unggulan pada setiap kecamatan,

sekolah menengah pertama pada delapan kecamatan, sekolah menengah atas pada

tiga kecamatan serta sekolah menengah kejuruan pada tiga kecamatan disertai

peningkatan budaya menulis dan gemar membaca. Di sisi lain dalam rangka

pemerataan pendidikan pada wilayah terpencil Pemerintah Daerah mengusahakan

19

adanya insentif khusus bagi pendidik dibarengi peningkatan gizi muridnya

melalui makanan tambahan.

1.4. Kondisi Prasarana dan Sarana Daerah Kabupaten Malang

Kondisi sarana prasarana selengkapnya adalah sebagai berikut:

a. Panjang Jalan Kondisi Baik

Panjang jalan kondisi baik terbagi atas kategori jalan kabupaten, jalan kecamatan

dan jalan non status (termasuk jalan desa). Berdasarkan tabel 2.14, menunjukkan

bahwa secara umum pada setiap tahunnya terjadi peningkatan jalan kabupaten,

kecamatan dan non status (termasuk jalan desa) kondisi baik, hal ini terlihat dari

proporsi kenaikan panjang jalan kondisi baik dari tahun 2002 – 2004.

Sampai dengan akhir tahun 2004 tercatat bahwa panjang di Kabupaten Malang

adalah 1.730Km. Aktivitas Tahun 2005 yang diisi dengan program kemitraan

pembangunan fisik pasti menghasilkan kondisi sarana prasarana yang lebih baik,

hanya saja belum tersedia data secara keseluruhan.

b. Panjang Jalan Kondisi Rusak

Indikator ini menggambarkan persentase jalan kabupaten kondisi rusak

dibandingkan dengan jumlah panjang jalan kabupaten yang ada (existing) yang

dimiliki Pemerintah Kabupaten Malang. Selama periode tahun 2002 – 2004,

kondisi panjang jalan kondisi rusak mengalami penurunan yang signifikan. Secara

rata-rata, antara tahun 2002 – 2004, terjadi penurunan sebesar 43,05% panjang

jalan kondisi rusak. Namun secara keseluruhan, panjang jalan kondisi rusak di

Kabupaten Malang masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan total panjang

jalan.

c. Panjang Jembatan

Indikator ini terbagi atas dua kategori yakni panjang jembatan yang mantap dan

panjang jembatan kondisi rusak. Jembatan yang mantap mengindikasikan

persentase panjang jembatan yang mantap dibandingkan dengan jumlah panjang

jembatan yang ada (existing) yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Malang. Dari

tabel 1.15, menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan panjang jembatan mantap

dari tahun 2002 – 2004 sebesar 72,96%.

20

Tabel 1.15. Sarana Prasarana Pekerjaan Umum 2002 – 2004

Sumber : RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Persentase jumlah penduduk yang terlayani kebutuhan air bersih

Kabupaten Malang dari tahun 2002–2004 menunjukkan kecenderungan

meningkat. Berdasarkan persentase tersebut, maka rata-rata penduduk yang

terlayani air bersih antara tahun 2002–2004 adalah 1.276.352 jiwa. Jika

dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Malang, maka jumlah

penduduk yang terlayani air bersih masih relatif terbatas.

Pada lahan kritis antara tahun 2002 – 2004 mengalami penurunan dengan

ratarata penurunan 5,95%. Indikator kesadaran masyarakat dalam kegiatan

penghijauan swadaya mendeskripsikan luasan kegiatan penghijauan pada lahan-

lahan di luar kawasan hutan yang dilakukan secara swadaya. Swadaya dalam hal

ini adalah kegiatan penghijauan yang dilaksanakan di lahan milik masyarakat.

Perkembangan kegiatan penghijauan swadaya dari yahun 2002 – 2004 bersifat

fluktuatif, secara rata-rata luas kegiatan penghijauan swadaya adalah 765 ha per

tahun. Hal ini dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 1.16.

21

Tabel 1.16. Perkembangan Indikator Kinerja Lingkungan Hidup 2002 – 2004

Sumber : RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Adapun daerah yang rawan longsor adalah Kecamatan Tirtoyudo dan beberapa

daerah rawan banjir adalah Kecamatan Singosari (banjir bandang/lumpur),

Kecamatan Dau, Kecamatan Bantur (5 tahun sekali), Kecamatan Tirtoyudo (banjir

bandang akibat penebangan hutan Desa Pujiharjo, Purwodadi), Kecamatan

Kasembon (Desa Bayem), Kecamatan Sumberpucung (Desa Trenyang),

Kecamatan Bantur (Desa Sumberbening), Kecamatan Donomulyo (Desa

Banjarejo), Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Desa Kedungbanteng),

Kecamatan Ampelgading (Desa Lebakharjo), Kecamatan Jabung (Desa Gading

Kembar), Kecamatan Lawang (Desa Srigading) dan Kecamatan Wajak (Desa

Patok Picis). Permasalahan longsor dan banjir adalah permasalahan lingkungan

hidup yang perlu mendapat prioritas dalam program lima tahun ke depan.

1.5. Kondisi KewilayahanSecara rinci pembagian wilayah administratif Pemerintahan Kabupaten Malang

adalah sebagai berikut:

· Kecamatan : 33· Kelurahan : 12

22

· Desa : 377· Desa Persiapan : 1· Rukun Warga (RW) : 3.194· Rukun Tetangga (RT) : 14.450

Kabupaten Malang terbagi menjadi 8 Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)

dengan karakteristik yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari potensi masing-

masing wilayah sebagai berikut:

1.5.1. Potensi Ekonomi pada SWP

Sektor ekonomi primer terdiri dari sektor pertanian dan sektor penggalian.

Beberapa SSWP memiliki potensi unggulan sektor primer seperti yang ada pada

Tabel 1.17.

Tabel 1.17. Potensi Ekonomi Sektor Primer pada SWP Kabupaten Malang

Sumber : Bapekab Malang dalam RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Pada tabel 1.17. dapat dengan jelas dilihat bahwa hanya SWP III yaitu

Kecamatan Lawang yang tidak memiliki potensi di sektor primer yaitu sector

pertanian dan penggalian atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan Lawang bukan

daerah agraris maupun penghasil galian. Sedangkan SWP II atau lingkar Kota

Malang yang lokasinya berbatasan dengan Kota Malang cukup potensi dengan

hasil pertanian tanaman pangan. SWP I yaitu Kecamatan Pujon, gantang dan

Kasembon sangat potensial sebagai penghasil produk primer terutama subsektor

23

perikanan, kehutanan, peternakan yang melebihi SWP lainnya di Kabupaten

Malang atau dapat dikatakan sebagai pemasok 3 (tiga) jenis produk subsektor

tersebut. Selain itu juga merupakan penghasil tanaman perkebunan yang cukup

potensial. Daerah penghasil galian/tambang di Kabupaten Malang didominasi oleh

3 (tiga) SWP yaitu SWP IV (Jabung dan sekitarnya), VI (Donomulyo),VII

(Bantur dan sekitarnya) serta SWP VIII (Turen dan sekitarnya).

1.5.2. Pendapatan Perkapita

Pendapatan per kapita menggambarkan pendapatan rata–rata penduduk

dalam satu tahun pada suatu wilayah tertentu, adapun pendapatan perkapita pada 8

SWP dan rerata Kabupaten Malang dapat dilihat pada Tabel 1.18.

Tabel 1.18. Pendapatan Per Kapita ( Rupiah ) Th. 2000 - 2004

Keterangan SWP : I. Kasembon, Ngantang dan Pujon, II. Lingkar Kota Malang, III: Lawang, IV: Jabung, Tumpang, Poncokusumo, Wajak, V: Kepanjen dan sekitarnya, VI: Donomulyo, VII: Bantur, Gedangan, Pagelaran, Gondanglegi, VIII: Turen, Dampit, Tirtoyudo, Ampelgading, Sumbermanjingwetan.

Sumber : RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

Apabila dilihat dari pendapatan perkapita mulai Tahun 2000 – 2004 maka wilayah

yang memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi dari rerata Kabupaten Malang

adalah SWP II (Lingkar Kota Malang), SWP III (Kecamatan Lawang) dan SWP

V (Kepanjen dan sekitarnya), sedangkan Satuan Wilayah yang berkembang pesat

adalah SWP I (Kasembon dan sekitarnya) yang ditunjukkan dengan peningkatan

pendapatan perkapita sejak Tahun 2003 yang melebihi rerata Kabupaten Malang.

REFERENSI

24

Rencana Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

25

II. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN

2.1. Visi

Visi Pemerintahan Kabupaten Malang untuk lima tahun ke depan (Tahun 2006 –

2010) adalah: “Terwujudnya Masyarakat Yang Agamis, Demokratis dan

sejahtera” Yang sejalan dengan semangat dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan

bermasyarakat yang merupakan warisan leluhur pendahulu yang dikenal dengan

sesanti: : “Satata Gama Karta Raharja” yang mempunyai makna Masyarakat Adil

Dan Makmur Material Dan Spiritual Diatas Dasar Kesucian Yang Langgeng.

Adapun uraian visi pembangunan Kabupaten Malang dapat dilihat pada Gambar

2. 1.

Gambar 2.1. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten MalangSumber : RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

26

2.2. Misi

Sebagai penjabaran atas Visi tersebut, dirumuskan misi selama masa jabatan

2006-2010 sebagai berikut :

1. Mewujudkan peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama

dan sosial budaya;

2. Mewujudkan ketentraman dan ketertiban, supremasi hukum dan HAM;

3. Mewujudkan peningkatan pelayanan publik;

4. Mewujudkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan

percepatan pembangunan infrastruktur

5. Mewujudkan pengentasan kemiskinan, pengurangan kesenjangan,

perbaikan iklim ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan;

6. Mewujudkan peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan dan

kesehatan;

7. Mewujudkan optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian

fungsi lingkungan hidup;

REFERENSI

Rencana Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

27

III. STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MALANG

3.1. Isu Strategis

Dari analisis lingkungan internal maupun eksternal maka dirumuskan sepuluh isu

strategi yang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan pembangunan lima

tahun ke depan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Sepuluh Isu Strategis Pembangunan Kabupaten MalangSumber : RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

28

3.2. Strategi Pembangunan di Kabupaten Malang

Dari isu strategis (Gambar 3.1.) kemudian dirumuskan 7 (tujuh) strategi

pembangunan yang dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Tujuh Strategi Pembangunan Kabupaten MalangSumber : RPJMD Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

REFERENSI

Rencana Jangka Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Malang Tahun 2006-2010

29

Tujuh Strategi Pembangunan Kabupaten Malang

1. Peningkatan Kesalehan Sosial 2. Peningkatan Kualitas Kehidupan Politik

dan Penegakan Hukum3. Peningkatan Pelayanan Publik4. Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan

Infrastruktur5. Pengentasan kemiskinan, Penganguran,

dan Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan6. Peningkatan Kualitas Pelayanan

Pendidikan dan Kesehatan

IV. UPAYA PENCAPAIAN TARGET MDGs DI KABUPATEN MALANG

Millenium Development Goals (MDGs) berisi delapan tujuan yang terdiri atas

target-target yang harus dicapai oleh suatu daerah. Delapan tujuan tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

2. Mencapai Pendidikan untuk Semua

3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

4. Mengurangi Kematian Anak

5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

6. Memerangi HIV/AIDS dan Penyakit Menular Lainnya

7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

8. Mengembangkan Kemitraan Global

Berdasarkan kebijakan yang dibuat oleh Kabupaten Malang, ternyata tujuan

pertama dalam MDGs yakni “menanggulangi kemiskinan dan kelaparan” tidak

menjadi prioritas dalam tujuh kebijakan strategi pembangunan Kabupaten Malang

(Gambar 3.2.). Kabupaten Malang memilih mengutamakan kebijakan strategis

dalam hal “peningkatan kesalehan sosial dan peningkatan kualitas kehidupan

politik dan penegakan hukum”.

Pada Tabel 1.11. dapat dilihat bahwa walaupun rerata nilai IPM relatif tinggi bila

dibandingkan kabupaten lainnya di Jawa Timur namun Indeks Daya Beli

masyarakat di Kabupaten Malang masih relatif rendah. Hal ini dapat menjadikan

indikator awal bahwa daya beli yang dipengaruhi oleh pendapatan berarti berarti

ada permasalahan dalam akses memperoleh pendapatan (ketersediaan lapangan

pekerjaan). Selain itu, daya beli yang rendah juga berdekatan dengan kemiskinan

dan kelaparan. Seharusnya, Kabupaten Malang memprioritaskan kebijakan utama

pada bagian perekonomian yang memiliki efek pada penyerapan tenaga kerja.

30

31