kanalispolban.files.wordpress.com€¦ · web viewindonesia sendiri memiliki luas total terumbu...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Eksistensi Indonesia sebagai salah satu pusat terumbu karang diyakini terus
mengalami degradasi. Tentunya masalah itu, akan semakin meluas jika tidak segera
diambil langkah-langkah untuk melestarikannya. Sebagai salah satu negara kepulauan
terbesar di dunia, Indonesia juga dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati
laut dunia dengan kekayaan terumbu karangnya.
Namun sayangnya, saat ini kekayaan terumbu karang Indonesia justru terancam rusak
akibat berbagai hal, baik karena faktor alam seperti perubahan iklim maupun akibat ulah
manusia sendiri. Indonesia sendiri memiliki luas total terumbu karang sekitar 85.200
Km2 atau sekitar 18% luas total terumbu karang dunia dan 65% luas total di coral
triangle, yang meliputi Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini dan
Kepulauan Salomon.
Keberadaan terumbu karang pada 6 negara itu mendapat julukan coral triangle (segi tiga
karang dunia) karena jika ditarik garis batas yang melingkupi wilayah terumbu karang
pada negara-negara tersebut maka akan menyerupai segitiga dengan total luas sekitar
75.000 Km2.
Beberapa kepulauan di Indonesia selama ini diketahui memiliki jenis karang cukup tinggi
seperti Nusa Penida (Bali), Komodo (NTT), Bunaken (Sulut), Kepulauan Derawan
(Kaltim), Kepulauan Wakatobi (Sultra), dan Teluk Cendrawasih (Papua). Namun
sayangnya, lagi-lagi kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki bangsa Indonesia itu
tidak dapat terpelihara, baik akibat perubahan iklim maupun masalah lokal seperti
ketidaktahuan, bahkan keserakahan dalam mengeksploitasi kekayaan alam demi
mendapat keuntungan tanpa memikirkan kelestarian alam.
Maka dari itu, saat ini sebanyak 22% terumbu karang di wilayah Indonesia Bagian Timur
dan Papua Nugini mengalami rusak. Angka ini lebih kecil dibandingkan kerusakan di
wilayah Indonesia Bagian Barat sebesar 71%.
Pencemaran Terumbu Karang 1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan Terumbu Karang di Indonesia?
2. Apa Saja Faktor Penyebab Kerusakan ,Jenis Pencemar,dan Pengaruh Pencemaran
Lingkungan terhadap Keberadaan Terumbu Karang
3. Apa Akibat yang Akan ditimbulkan dari Pencemaran Terhadap Terumbu Karang?
4. Bagaimana Cara Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Terhadap Terumbu
Karang?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keadaan Terumbu Karang di Indonesia
2. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Kerusakan ,Jenis Pencemar,pengaruh Pencemaran
Lingkungan terhadap Keberadaan Terumbu Karang
3. Mengetahui Akibat yang di Timbulkan Akibat Pencemaran Terhadap Terumbu Karang
4.Mengetahui Cara Penanggulangan dan Pencegahan Pencemaran terhadap Terumbu Karang
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode/cara pengumpulan data atau
informasi melalui :
• Penelitian kepustakaan (Library Research); yaitu penelitian yang dilakukan melalui studi
literature, dokumen, dan sebagainya yang sesuai atau yang ada relevansinya (berkaitan) dengan
masalah yang dibahas.
• Browsing; yaitu mencari data dan informasi melalui media internet.
Pencemaran Terumbu Karang 2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian,Cara Reproduksi dan Cara Hidup Terumbu Karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis
tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis
filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua
Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara
asal-usul, Morfologi dan Fisiologi.
Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk
sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentu.Namun pada
kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang
disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat
menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesiestumbuhan laut,
hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.
Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang
menyertainya yang secara aktif membentuk sedimen kalsium karbonat akibat
aktivitas biologi(biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi,
terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut,
atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu
ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral.
Dalam peristilahan 'terumbu karang', "karang" yang dimaksud adalah koral,
sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama
terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan
karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat
berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang
terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur
yang sebagian besar dihasilkan koral Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi
menempel di dasar terumbu.
Pencemaran Terumbu Karang 3
Habitat
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena
cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang
dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut
tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan
memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu
lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah
menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal
mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di
perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.
Kondisi optimum
Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan
kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu
karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi.Hal ini
dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.
Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis.
Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat
menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu,
oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut
lainnya.Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien
karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).
Fotosintesis
Proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan
menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut:
Ca(HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2
Pencemaran Terumbu Karang 4
Fotosintesis oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan
deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada
karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan
zooxanthellae.
Di Indonesia dan Indo Pasifik terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber
daya pesisir dan laut, disamping hutan bakau atau hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu
karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang
dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang
terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan
Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia. Contohnya adalah ekosistem
terumbu karang di perairan Maluku dan Nusa Tenggara.
Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia dan merupakan negara
yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara
lainnya.
Bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan,
dan moluska terdapat pada regional Indo-Pasifik yang terbentang mulai dari Indonesia sampai ke
Polinesia dan Australia lalu ke bagian barat yaitu Samudera Pasifik sampai Afrika Timur.
2.2 Jenis-jenis Terumbu Karang
2.2.1 Berdasarkan kemampuan memproduksi kapur
Karang hermatipik
Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal
menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan di daerah tropis.
Karang hermatipik bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae, yaitu sejenis
algae uniseluler (Dinoflagellata unisuler), seperti Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di
jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan Fotosintesis. Dalam simbiosis,
zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan
dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik berupa
nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae Hasil samping dari
aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri
ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang.
Pencemaran Terumbu Karang 5
Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara
sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu
bersifat Fototropik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup
dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut. Disamping
itu untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang hangat berkisar antara 25-32 °C.
Karang ahermatipik
Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang
tersebar luas diseluruh dunia.
2.2.2 Berdasarkan bentuk dan tempat tumbuh
Terumbu (reef)
Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang
utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain, seperti alga berkapur, yang
mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang
menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah
punggungan laut yang terbentuk oleh batuan kapur (termasuk karang yang masuh hidup)di laut
dangkal.
Karang (koral)
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang
mampu mensekresi CaCO3. Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu
anggota Filum Coelenteratayang hanya mempunyai stadium polip. Dalam proses pembentukan
terumbu karang maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang paling penting atau
hewan karang pembangun terumbu. Karang adalah hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau
jutaan individu yang disebut polip. Contoh makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang terdiri
atas banyak ruas.
Karang terumbu
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik
(hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari karang
lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang merupakan
batu cadas atau batuan vulkanik.
Pencemaran Terumbu Karang 6
Terumbu karang
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur
(CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang
hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis
moluska, Krustasea, Echinodermata, Polikhaeta, Porifera, dan Tunikata serta biota-biota lain
yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenisPlankton dan jenis-jenis nekton.
2.2.3 Berdasarkan letak
Terumbu karang tepi
Terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reefs adalah jenis terumbu karang
paling sederhana dan paling banyak ditemui di pinggir pantai yang terletak di daerah tropis.
Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar.
Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah
luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang
ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau.
Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal.
Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
Terumbu karang penghalang
Secara umum, terumbu karang penghalang atau barrier reefs menyerupai terumbu karang tepi,
hanya saja jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai. Terumbu karang ini terletak sekitar 0.52
km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang
membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.
Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk
gugusan pulau karang yang terputus-putus.
Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan
Banggai (Sulawesi Tengah).
Terumbu karang cincin
Pencemaran Terumbu Karang 7
atolls
Terumbu karang cincin atau attols merupakan terumbu karang yang berbentuk cincin dan
berukuran sangat besar menyerupai pulau. Atol banyak ditemukan pada daerah tropis di Samudra
Atlantik. Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-
pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.
Terumbu karang datar
Terumbu karang datar atau gosong terumbu (patch reefs), kadang-kadang disebut juga
sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan
dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini
akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.
Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
2.2.4 Berdasarkan zonasi
Terumbu yang menghadap angin
Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa Inggris: Windward
reef) Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh
lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di lereng terumbu, kehidupan karang
melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang
lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu yang memiliki
kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.
Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu, di bagian atas teras terumbu terdapat
penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat
pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga. Akhirnya
zona windward diakhiri oleh rataan terumbu yang sangat dangkal.
Pencemaran Terumbu Karang 8
Terumbu yang membelakangi angin
Terumbu yang membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi yang membelakangi
arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit
daripadawindward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar.[1] Kedalaman
goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang
karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih
besar.
2.3 Manfaat Terumbu Karang Bagi Kehidupan
Terumbu karang bagi kehidupan manusia sangatlah berarti. Banyak potensi-potensi
yang dihasilkan oleh terumbu karang bagi kehidupan laut maupun manusia. Berikut merupakan
fungsi-fungsi dari terumbu karang.
• Pelindung ekosistem pantai
Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi,
struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi
pantai dan mencegah rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang lamun dan magrove.
• Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup di laut
Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak hewan
dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah, membesarkan anaknya,
dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng mempunyai potensial perikanan yang
sangat besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan,
terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500 juta
orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk didalamnya 30 juta
yang bergantung secara total pada terumbu karang sebagai penhidupan.
• Sumber obat-obatan
Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa menjadi obat
bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk
dipergunakan untuk mengobati berbagai manusia.
• Objek wisata
Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan alternatif
pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam, menyelam dan
Pencemaran Terumbu Karang 9
menikmati terumbu karang per tahun.
• Daerah Penelitian
Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan yang
lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat di
kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang
lebih intensif untuk mengetahui ‘misteri’ laut tersebut.
• Mempunyai nilai spiritual
Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat penting, Laut yang terjaga
karena terumbu karang yang baik tentunya mendukung kekayaan spiritual ini.
• Sumber mata pencarian
Banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada terumbu karang. Tentu saja mnjadikan
terumbu karang sebagai sumber mata pencarian harus di ikuti dengan rasa tanggung jawab
sehingga tidak terjadi eksploitasi yang terlalu berlebihan. Selain itu terumbu karang juga dapat
menjadi objek wisata yang tentunya dapat menambah pundi-pundi rupiah dari wisatawan.
2.4 Peraturan Pemerintah Mengenai Terumbu Karang
Pengrusakan terumbu karang tersebut khususnya yang disebabkan oleh aktivitas manusia,
merupakan tindakan inkonstitusional alias melanggar hukum. Dalam UU 1945 pasal 33 ayat 3
dinayatakan, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pasal 33 ayat 3 ini merupakan landasarn yuridis dan sekaligus merupakan arah bagi
pengaturan terhadap hal yang berkaitan dengan sumberdaya terumbu karang. Selain itu salah
satu tujuan dari Strategi Konservasi Dunia 1980 adalah menetapkan terumbu karang sebagai
sistem ekologi dan penyangga kehidupan yang penting untuk kelangsungan hidup manusia dan
pembangunan berkelanjutan. Karena itu, terumbu karang di sebagai salah satu sumberdaya alam
yang ada di Indonesia, pengelolaannya harus di dasarkan pada peraturan – peraturan, di
antaranya :
1. UU RI No. 4/1982, tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan
lingkungan hidup
2. UU RI No. 9/1985. Tentang perikanan
Pencemaran Terumbu Karang 10
3. UU RI No. 5/1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem
4. UU RI No. 9/1990 Tentang Kepariwisataan
5. Peraturan pemerintah No. 29/1986 tentang analisa dampak lingkungan
6. Keputusan menteri kehutanan No. 687/Kpts.II/1989 tanggal 15 Nopember
1989 tentang pengusaha hutan wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya
dan Taman Hutan Laut
7. Surat edaran Menteri PPLH No. 408/MNPPLH/4/1979, tentang larangan
pengambilan batu karang yang dapat merusak lingkungan ekosistem laut,
situjukan kepada Gubenur Kapala Daerah, Tingkat I di seluruh Indonesia.
8. Surat Edaran Direktur Jenderal Perikanan No. IK.220/D4.T44/91, tentang
penangkapan ikan dengan bahan/alat terlarang – ditujukan kepada Kepala
Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I di seluruh Indonesia
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Keadaan Terumbu Karang di Indonesia
Pencemaran Terumbu Karang 11
Terumbu karang merupakan sekumpulan hewan karang yang saling bersimbiosis dengan
sejenis tumbuhan alga. Kumpulan karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip,
polip ini kemudian berkembang hingga jutaan dan terbentuklah struktur dasar dari terumbu
karang. Di perairan indonesia yang notabene merupakan perairan tropis, karang dapat tumbuh
subur karena suhu perairannya berkisar antara 21 – 29 derajat celcius, sementara bila di perairan
yang suhunya lebih rendah pertumbuhan karang akan lebih lambat. Selain di perairan tropis,
karang pun dapat tumbuh subur di perairan subtropis contohnya di jepang selatan dan florida
amerika.
Sebagai negara maritim, indonesia memiliki kekayaan biota laut yang sangat beragam.
salah satu kekayaan biota laut yang terdapat di indonesia adalah terumbu karang. Bahkan
indonesia merupakan negara yang memiliki terumbu karang terkaya di dunia.
Sekitar 85.200 km2 atau 18% dari seluruh terumbu karang di dunia yang jumlahnya
284.300 km2 berada di hamparan dalam samudra di indonesia. Negara kita ini memiliki 93 ribu
km2 wilayah perairan yang di dalamnya terdapat 4000 jenis hewan laut (ikan dan udang-
udangan), 600 jenis batu karang,dan 2500 jenis moluska.
Kita sebagai warga negara indonesia patut berbangga karena indonesia juga termasuk
wilayah Coral triangel atau segitiga karang dunia yang menjadi pusat ekosistem keragaman laut
di dunia. Raja ampat, papua barat merupakan kawasan penyumbang terumbu karang terbesar di
indonesia dan sekaligus menjadi kepulawan dengan jenis terumbu karang terbanyak di dunia,
yang memiliki hampir 500 lebih jenis karang dan 100 spesies ikan laut. Selain itu masih ada
wilayah yang memiliki jenis terumbu karang yang banyak antara lain, Kepulawan derawan,
kalimantan timur; Kep.wakatobi, Sultra; nusa penida,bali; yang masing-masing memiliki
kekayaan terumbu karang yang tidak kalah bagus.
Sayangnya, keberadaan terumbu karang di dunia khususnya di indonesia mulai teancam.
Di indonesia saja persentase perusakan terumbu karang tiap tahunnya menunjukan kenaikan
yang signifikan, dalam kurun waktu 4 tahun (2004-2008) 34% terumbu karang di indonesia
berkondisi sangat buruk, dan ironisnya hanya 3 % terumbu karang yang dalam keadaan sangat
baik.Data yang muncul mengisyaratkan apabila tidak diambil langkah-langkah progresif, dapat
dipastikan laju degradasi terumbu karang di negara kita akan semakin menghawatirkan, bila
tidak ingin dikatakan mengarah punah. Artinya, harus ada upaya nasional untuk mengentikan
laju kerusakannya. Jika tidak, degradasi terumbu karang dikuatirkan akan semakin luas dan besar
Pencemaran Terumbu Karang 12
yang konsekuensinya juga akan berdampak secara ekologis maupun ekonomis bagi Indonesia
sendiritentunya.
Karenanya seluruh elemen harus menyadari bahwa menjaga kelestarian sumber daya
kelautan berarti merupakan suatu upaya penting dalam menjamin produktivitas sumber daya
perikanan. Sekali lagi harus disadari, manfaat terumbu karang bagi manusia amat menakjubkan.
Selain merupakan aset wisata bahari, juga berfungsi benteng alami pantai dari gempuran ombak,
bahkan sumber makanan dan obat-obatan. Tak heran, jika ratusan juta orang hidupnya sangat
bergantung pada terumbu karang di coral triangle.
Di Indonesia saja, nilai ekonomis terumbu karang tak bergeser dari angka US$1,6
miliar per tahun. Memang, angka ini masih rendah ketimbang nilai ekonomis terumbu karang di
dunia sebesar US$29,8 miliar dari makanan, perikanan, keanekaragaman, dan wisata bahari.
Namun, angka ekonomis terumbu karang di Indonesia lebih besar dibandingkan di Hawai yang
sebesar US$361 juta bagi nonekstratif dan sebanyak US$3 juta bagi perikanan pesisir.
Jadi, bisa dibayangkan berapa kerugian material yang timbul akibat rusaknya
terumbu karang yang merupakan tempat vital bagi ekosistem perikanan, begitu juga kerugian
non material berupa rusaknya ekosistem laut yang tentunya amat berdampak bagi kehidupan
kita.
3.2 Faktor Penyebab Kerusakan ,Jenis Pencemar,dan Pengaruh Pencemaran Terhadap
Terumbu Karang
Lingkungan terhadap Keberadaan Terumbu Karang
Kerusakan terumbu karang bisa terjadi karena faktor alam dan faktor manusia. Berikut penyebab
kerusakan karang meliputi :
• Faktor alam
Misalnya hempasan ombak yang mematahkan karang atau ikan dan hewan laut lainya yang
menjadikan karang sebagai mangsanya. Akan tetapi, regenerasi dan pertumbuhan karang
menggantikan kerusakan ini.
• Pengendapan sedimen
Pengendapan yang berasal dari sedimen tanah yang tererosi karena penebangan hutan, sehingga
tanah tersebut terbawa ke laut dan menutupi karang dari sinar matahari
• Aliran air yang tercemar
Pencemaran Terumbu Karang 13
Aliran air yang sudah dicemari oleh limbah sisa pembuangan dapat lambat laun akan membuat
karang mati. Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah
pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan minyak.
• Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara. Tingginya kadar
CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global. yang dapat mengakibatkan naik nya
suhu air laut sehingga karang menjadi memutih (bleaching) seiring dengan perginya
zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu
karang terhambat dan akan mati.
• Uji coba militer
Latihan militer yang dilakukan sering tidak memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya.
Pengujian bahan peledak dan radiasi nuklir memiliki potensi meningkatkan kerusakan terumbu
karang serta menyebabkan mutasi pada terumbu karang.
• Eksploitasi yang berlebihan
Kebanyakan nelayan tidak mengerti pentingnya karan bagi kehidupan, sehingga eksploitasi
besar-besaran sering dilakukan, penambangan terumbu karang tentu perlu di awasi ka
rena dampaknya yang bisa menghancurkan bahkan menghilangkan spesies terumbu karang.
• Asal melempar jangkar
Para nelayan bahkan perahu sewaan terkadang menambatkan jangkar di sembarang tempat.
Jangkar yang di jatuhkan sembarangan dapat merusak terumbu karang
Pengaruh Pencemaran Lingkungan terhadap Terumbu Karang
Indonesia telah berkembang ke arah tercapainya tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi,
sehingga sektor industri dapat menjadi lebih efektif sebagai sarana utama untuk mendorong
pembangunan ekonomi, meningkatkan kemampuan teknologi dan mengoptimumkan
pemanfaatan sumberdaya ekonomi. Di samping itu, hal tersebut juga ditujukan pada peningkatan
persaingan industri dan kemampuan untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi, yang
mampu menembus pasar internasional, menggalakkan pertumbuhan industri kecil dan
menengah, termasuk industri pedesaan; dan memperluas pembagian industri daerah, terutama di
Indonesia Timur, sehingga pusat pertumbuhan ekonomi dapat dikembangkan di seluruh daerah
Pencemaran Terumbu Karang 14
sesuai potensinya.
Pembangunan pertambangan ditujukan ke arah peningkatan produksi dan diversifikasi produk
pertambangan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan sumberdaya energi primer,
peningkatan ekspor, dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat lainnya. Produksi tahunan minyak
bumi (minyak mentah dan kondensat) adalah sekitar 600 juta barel, dengan ekspor sekitar 300
juta. Ekspor minyak murni adalah sekitar 80 juta barel per tahun. Produksi tahunan gas alam
adalah sekitar 3.000 milyar kaki kubik dengan konsumsi lokal sebesar sekitar 2.800 milyar kaki
kubik. Produksi Gas Alam Cair (LNG) adalah sekitar 1,4 milyar MMBTL, sebagian besar
diekspor. Produksi LPG adalah sekitar 2,9 juta ton dan sekitar 2,6 juta diekspor.
Sayangnya kemajuan industri dan teknologi tidak hanya memberikan dampak
positif, tetapi juga mampu menimbulkan efek negatif khususnya pada lingkungan. Efek negatif
yang kerap kali menurunkan kuantitas dan kualitas lingkungan adalah pencemaran dimana hal
tersebut berpengaruh pula pada eksistensi ekosistem terumbu karang. Pencemaran laut karena
minyak bumi tumpah ke laut dapat terjadi karena pemindahan minyak bumi dari kapal ke kapal,
dari kapal ke pelabuhan atau sebaliknya, dari penyulingan minyak, dan dari pencucian kapal
tanker.
Minyak yang tertumpah di laut akan mengalami absorbsi, pertukaran ion, penguapan dan
pengendapan. Selain itu, tumpahan minyak akan tersebar di permukaan air laut. Ikawati (2001)
mengemukakan bahwa sebagian tumpahan minyak di permukaan akan terseret ke pantai saat ada
arus angin sedangkan yang melekat pada sedimen akan tenggelam ke dasar laut dan mengenai
karang. Tumpahan tersebut dapat merusak atau menyebabkan kematian karang. Sebenarnya
tumpahan minyak ini tidak dapat melekat begitu saja pada karang, tetapi tergantung efektifitas
reaksi pembersihan karang (jenis karang) dan jenis pencemar.
Sebagai contoh, pada sebuah percobaan di laboratorium, Thompson dan Bright
(1977) membandingkan kemampuan tiga spesies karang (Diploria strigosa, Montastrea annularis,
M.cavernosa) dengan memindahkan empat tipe sedimen dari permukaan mereka. Empat tipe
sedimen yang digunakan pada perlakuan tersebut adalah lumpur pengeboran, barite, bentonite,
dan CaCO3. Percobaan dilakukan dengan menambahkan 25 ml adukan sedimen pada permukaan
karang. Meskipun hasil mengindikasikan adanya tingkatan variasi pada pembersihan karang,
tetapi semua karang yang diujikan dapat membersihkan barite, bentonite dan CaCO3 secara
efektif dan tidak satupun spesies dapat membersihkan lumpur pengeboran secara keseluruhan.
Pencemaran Terumbu Karang 15
Bahan pencemar lain yang dikenal berpengaruh terhadap kehidupan terumbu karang adalah
tailing. Limbah tailing berasal dari batu-batuan dalam tanah yang telah dihancurkan hingga
menyerupai bubur kental. Proses itu dikenal dengan sebutan proses penggerusan. Batuan yang
mengandung mineral seperti emas, perak, tembaga dan lainnya, diangkut dari lokasi galian
menuju tempat pengolahan yang disebut processing plant. Di tempat itu proses penggerusan
dilakukan. Setelah bebatuan hancur menyerupai bubur biasanya dimasukkan bahan kimia
tertentu seperti sianida atau merkuri, agar mineral yang dicari mudah terpisah. Mineral yang
berhasil diperoleh biasanya berkisar antara 2% sampai 5% dari total batuan yang dihancurkan.
Sisanya sekitar 95% sampai 98% menjadi tailing, dan dibuang ke tempat pembuangan.
Logam-logam yang berada dalam tailing sebagian adalah logam berat yang masuk dalam
kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sembiring (2010) mengemukakan bahwa
tailing menyebar ke daerah yang lebih dangkal dan produktif secara biologis sehingga
mendatangkan lebih banyak masalah dari yang diperkirakan yaitu mengusir spesies ikan yang
berpindah-pindah, menyebabkan kerusakan permanen di dasar laut, memusnahkan spesies asli,
menghilangkan organisme langka dan mengurangi keanekaragaman organisme termasuk
terumbu karang.
Limbah merupakan polutan utama yang berasal dari anak sungai. Limbah pencemar
tersebut dapat mengandung pestisida, herbisida, klhorin, logam berat dan limbah organik
lainnya. Materi-materi tersebut dapat menyebabkan tingginya nilai BOD (Biological Oxygen
Demand) dan meracuni ekosistem pesisir termasuk terumbu karang (Nganro, 2009). Melalui
penelitiannya, Yudha (2007) mengemukakan bahwa kandungan fosfat, sulfida, dan logam berat
seperti Pb, Hg, Cu dan Cd di perairan laut Bandar Lampung, yang dekat dengan pabrik-pabrik
dan industri rumah tangga, terdapat dalam jumlah yang melebihi baku mutu yang ditetapkan
untuk kehidupan biota laut. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa kegiatan manusia
merupakan penyebab terbesar kerusakan terumbu karang.
Wilkinson (1993) menduga bahwa sekitar 10 % dari terumbu karang dunia telah
hancur dan saat ini kondisi terumbu karang dunia dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) katagori :
1. Kritis (critical). Sekitar 30 % dari terumbu karang berada pada tingkat kritis dan akan hilang
dalam waktu 10 -20 tahun kemudian jika tekanan antropogenik tidak berkurang atau dihilangkan
2. Terancam (threatened). Sekitar 30% te rumbu karang dikategorikan terancam dan akan tampak
pada 20-40 tahun, jika populasi dan tekanan yang ditimbulkannya terus bertambah
Pencemaran Terumbu Karang 16
3. Stabil (stable). Hanya sekitar 30 % dari terumbu karang dunia berada dalam kondisi stabil dan
diharapkan akan bertahan dalam waktu yang sangat lama.
Menurut Nybakken (1988), untuk dapat memulihkan habitat terumbu karang dibutuhkan waktu
yang cukup lama, yaitu antara 50 hingga 100 tahun, tergantung dari kualitas perairan, tingkat
tekanan terhadap lingkungan, letak terumbu karang yang akan menjadi sumber penghasil
individu karang baru, dan lain-lain. Kerusakan habitat terumbu karang dapat menyebabkan
inhibisi pertumbuhan jaringan dan rangka batu kapur karang, metabolisme tubuh menurun,
respon perilaku termodifikasi, produksi mukus berlebih, kemampuan reproduksi melemah, serta
hilangnya Zooxanthellae.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa keberadaan herbivora dan vertebrata laut
mempengaruhi kesehatan terumbu karang. Vertebrata laut sangat penting dalam hal
pendegradasian biomassa suatu spesies (Aronson, 2007). Akan tetapi, meningkatnya polutan
organik merupakan tanda bahwa lokasi tersebut kaya akan unsur hara (nutrien) dan kelimpahan
nutrien yang tidak terkendali akan menyebabkan peristiwa eutrofikasi yaitu ledakan populasi dari
suatu jenis fitoplankton sehingga vertebrata pendegradasi tersebut tidak dapat menjalankan
fungsinya karena kelimpahan fitoplankton yang begitu tinggi (Ikawati, 2001). Hal ini juga
menyebabkan adanya kompetisi antara karang dengan fitoplankton tersebut untuk mendapatkan
cahaya matahari sebagai bahan fotosintesis.
Seperti kita ketahui bahwa karang hidup bersimbiosis dengan zooxanthellae yang merupakan
spesies algae uniseluler. Selama fotosisntesis berlangsung, zooxanthellae memfiksasi sejumlah
besar karbon yang dilewatkan pada polip inangnya. Karbon ini sebagian besar berbentuk gliserol
termasuk glukosa dan alanin. Produk kimia ini digunakan oleh polip karang untuk menjalankan
fungsi metaboliknya atau sebagai pembangun blok-blok dalam rangkaian protein, lemak dan
karbohidrat. Apabila terjadi ledakan satu jenis fitoplankton maka kesempatan zooxanthellae
untuk berfotosintesis semakin kecil sehingga tidak ada materi organik (nutrisi) yang dapat
digunakan spesies karang untuk menjalankan hidupnya yang pada akhirnya menyebabkan
menurunnya kesehatan terumbu karang hingga kematian karang.
Sebagai suatu ekosistem, terumbu karang memiliki komponen-komponen sebagaimana
ekosistem lain yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen-komponen tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain. Keterkaitan antar komponen-komponen tersebut sangat erat
sehingga perubahan salah satu komponen dapat berakibat pada berubahnya kondisi ekosistem.
Pencemaran Terumbu Karang 17
Berkaca pada pencemaran yang telah dijelaskan sebelumnya maka kematian terumbu karang
dapat diasumsikan hilangnya salah satu komponen biotik di suatu ekosistem. Berkurang atau
punahnya salah satu spesies tersebut dapat berakibat terjadinya alur tropik dalam jaring makanan
yang tidak konsisten sehingga memicu terjadinya kelabilan ekosistem. Adanya rantai makanan
yang terputus (missing link) dapat memicu munculnya spesies-spesies asing (exotic species) atau
bioinvasi.
Peristawa algae bloom’s (eutrofikasi) juga dapat menyebabkan kematian pada spesies ikan. Pada
1979-1982 di Skotlandia, kematian ikan salmon meningkat karena adanya ledakan spesies
Olisthodiscus sp. dan Chattonella sp. Selain itu, tahun 1978 di Inggris terjadi peningkatan
kematian biota laut akibat melimpahnya Gyrodinium aureolum. Jenis ikan karang yang ada di
Indonesia diperkirakan sebanyak 592 spesies. Sejumlah 736 spesies ikan karang dari 254 genera
di temukan di perairan Pulau Komoodo. Sementara itu di Kepulauan Raja Ampat terdapat
kenaekaragaman spesies ikan karang tertinggi di dunia, sedikitnya terdapat 970 spesies. Akan
tetapi, jumlah spesies ikan karang mulai menurun seiring dengan menurunnya angka
produktivitas ekosistem terumbu karang. Suatu penelitian mengenai eutrofikasi di pantai terluar
Long Island pada tahun 1986 menyebutkan bahwa setiap liter air mengandung 1.000.000.000 sel
alga jenis Aurecoccus anophogefferens selama musim panas sehingga terjadi penurunan
penetrasi cahaya ke dasar laut.
Secara kumulatif, ancaman-ancaman dari eskploitasi berlebihan, perubahan tata guna lahan,
pencemaran, dan pembangunan pesisir, bersama dengan efek perubahan iklim global, memberi
gambaran ketidakpastian masa depan ekosistem terumbu karang. Walaupun sudah diketahui
secara luas bahwa terumbu karang sudah sangat terancam, informasi yang berkenaan dengan
ancaman-ancaman tertentu di area yang spesifik sangatlah terbatas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas serta dana yang memadai
untuk melakukan pengelolaan efektif pada ekosistem terumbu karang. Karena banyak tekanan
pada terumbu karang yang berakar dari masalah sosial dan ekonomi, pengelolaan juga harus
melihat aspek lain selain aspek biologi dimana upaya yang perlu ditekankan adalah pengentasan
kemiskinan, mata pencaharian alternatif, perbaikan pemerintahan, dan peningkatan kepedulian
masyarakat akan nilai terumbu karang serta ancaman yang dihadapinya.
3.3 Akibat Yang Ditimbulkan
Pencemaran Terumbu Karang 18
Berkurang atau punahnya salah satu spesies tersebut dapat berakibat terjadinya alur
tropik dalam jaring makanan yang tidak konsisten sehingga memicu terjadinya kelabilan
ekosistem. Adanya rantai makanan yang terputus (missing link) dapat memicu munculnya
spesies-spesies asing (exotic species) atau bioinvasi (Sunarto, 2006).
Peristawa algae bloom’s (eutrofikasi) juga dapat menyebabkan kematian pada spesies ikan. Pada
1979-1982 di Skotlandia, kematian ikan salmon meningkat karena adanya ledakan
spesiesOlisthodiscus sp. dan Chattonella sp. Selain itu, tahun 1978 di Inggris terjadi peningkatan
kematian biota laut akibat melimpahnya Gyrodinium aureolum (Sindermann, 2006). Jenis ikan
karang yang ada di Indonesia diperkirakan sebanyak 592 spesies. Sejumlah 736 spesies ikan
karang dari 254 genera di temukan di perairan Pulau Komoodo. Sementara itu di Kepulauan
Raja Ampat terdapat kenaekaragaman spesies ikan karang tertinggi di dunia, sedikitnya
terdapat 970 spesies (Sunarto, 2006). Akan tetapi, jumlah spesies ikan karang mulai menurun
seiring dengan menurunnya angka produktivitas ekosistem terumbu karang. Suatu penelitian
mengenai eutrofikasi di pantai terluar Long Island pada tahun 1986 menyebutkan bahwa setiap
liter air mengandung 1.000.000.000 sel alga jenisAurecoccus anophogefferens selama musim
panas sehingga terjadi penurunan penetrasi cahaya ke dasar laut (Sindermann, 2006).
3.4 Cara Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Terhadap Terumbu Karang
Kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh aktivitas manusia harus sedapat
mungkin di cegah, karena akan sangat berdampak pada terganggunya ekosistem lainnya dan
menurunnya produksi ikan yang merupakan sumber protein hewani bagi kemaslahatan umat
manusia. Untuk maksud tersebut masyarakat maupun stakeholders perlu diajak untuk duduk
bersama dengan menyatukan visi dan misi sehingga wilayah pesisir dan lautan dapat dikelola
Pencemaran Terumbu Karang 19
secara terpadu dan berkelanjutan.
Visi pengelolaan terumbu karang yaitu terumbu karang merupakan sumber pertumbuhan
ekonomi yang harus dikelola dengan bijaksana, terpadu dan berkelanjutan dengan memelihara
daya dukung dan kualitas lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat dan stakeholders
(pengguna) guna memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat dan pengguna secara
berkelanjutan (sustainable).
Dalam upaya untuk mewujudkan visi tersebut maka ada empat tujuan pokok (1) tujuan sosial,
yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat dan stakeholders mengenai pentingnya pengelolaan
terumbu karang secara terpadu dan berkelanjutan (2) tujuan konservasi ekologi yaitu melindungi
dan memelihara ekosistem terumbu karang untuk menjamin pemanfaatan secara optimal dan
berkelanjutan, (3) tujuan ekonomi yaitu meningkatkan pemanfaatan ekosistem terumbu karang
secara efisien dan berkelanjutan untuk memperbaiki kesejateraan masyarakat dan stakeholders
serrta pembangunan ekonomi, (4) tujuan kelembagaan yaitu menciptakan sistem dan mekanisme
kelembagaan yang profesional, efektif dan efisien dalam merencanakan dan mengelola terumbu
karang secara terpadu dan optimal.
Pemulihan kerusakan terumbu karang merupakan upaya yang paling sulit untuk
dilakukan, serta memakan biaya tinggi dan waktu yang cukup lama. Upaya pemulihan yang bisa
dilakukan adalah zonasi dan rehabilitasi terumbu karang.
1. Zonasi
Pengelolaan zonasi pesisir bertujuan untuk memperbaiki ekosistem pesisir
yang sudah rusak. Pada prinsipnya wilayah pesisir dipetakan untuk kemudian
direncanakan strategi pemulihan dan prioritas pemulihan yang diharapkan.
Pembagian zonasi pesisir dapat berupa zona penangkapan ikan, zona
konservasi maupun lainnya sesuai dengan kebutuhan/pemanfaatan wilayah
tersebut, disertai dengan zona penyangga karena sulit untuk membatasi zona-
zona yang telah ditetapkan di laut. Ekosistem terumbu karang dapat
dipulihkan dengan memasukkannya ke dalam zona konservasi yang tidak
dapat diganggu oleh aktivitas masyarakat sehingga dapat tumbuh dan pulih
secara alami.
2. Rehabilitasi
Pencemaran Terumbu Karang 20
Pemulihan kerusakan terumbu karang dapat dilakukan dengan melakukan
rehabilitasi aktif, seperti meningkatkan populasi karang, mengurangi algae
yang hidup bebas, serta meningkatkan ikan-ikan karang.
a. Meningkatkan populasi karang
Peningkatan populasi karang dapat dilakukan dengan meningkatkan
rekruitmen, yaitu membiarkan benih karang yang hidup menempel pada
permukaan benda yang bersih dan halus dengan pori-pori kecil atau liang
untuk berlindung; menambah migrasi melalui transplantasi, serta
mengurangi mortalitas dengan mencegahnya dari kerusakan fisik,
penyakit, hama dan kompetisi.
b. Mengurangi alga hidup yang bebas
Pengurangan populasi alga dapat dilakukan dengan cara membersihkan
karang dari alga dan meningkatkan hewan pemangsa alga.
c. Meningkatkan ikan-ikan karang
Populasi ikan karang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan rekruitmen,
yaitu dengan meningkatkan ikan herbivora dan merehabilitasi padang
lamun sebagai pelindung bagi ikan-ikan kecil; meningkatkan migrasi atau
menambah stok ikan, serta menurunkan mortalitas jenis ikan favorit
BAB III PENUTUP
3.2 Kesimpulan
keberadaan terumbu karang di dunia khususnya di indonesia mulai terancam. Di
indonesia persentase perusakan terumbu karang tiap tahunnya menunjukan kenaikan
yang signifikan, dalam kurun waktu 4 tahun (2004-2008) 34% terumbu karang di
Pencemaran Terumbu Karang 21
indonesia berkondisi sangat buruk, dan ironisnya hanya 3 % terumbu karang yang dalam
keadaan sangat baik.
Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan teumbu karang
1) Faktor alam
2) Pengendapan sedimen
3) Aliran air yang tercemar
4) Pemanasan suhu bumi
5) Uji coba militer
6) Eksploitasi yang berlebihan
7) Asal melempar jangkar
Ancaman utama terhadap terumbu karang adalah pembangunan daerah pesisir, polusi
laut, sedimentasi dan pencemaran dari darat, overfishing (penangkapan sumberdaya
berlebih), destruktif fishing (penangkapan ikan dengan cara merusak), dan pemutihan
karang ( coral bleaching ) akibat pemanasan global.
Cara pencegahan untuk mengurangi pencemaran terhadap terumbu karang dapat
dilakuakn dengan dua hal yaitu dengan Zonasi dan Rehabilitasi.
3.3 Saran
Sebagai mahasiswa diharapkan kita dapat peduli terhadap lingkungan diantaranya yaitu
dengan melestarikan terumbu karang dan tidak merusaknya hanya untuk kepentingan
semata sehingga fungsi terumbu karang di Indonesia tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Pencemaran Terumbu Karang 22
Anonim. 2008. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Terumbu Karang
(Coral Reef).http://www.ubb.ac.id (1 Oktober 2013 pukul 14.25 WIB)
Dahuri, Rokhim, 1999, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang, Lokakarya
Pengelolaan dan IPTEK Terumbu Karang Indonesia, Jakarta.
Suharsono. 1996.Jenis-Jenis Karang Yang Umum Dijumpai di Perairan Indonesia. Jakarta: LIPI
Anon im . 2012. http://nikitakelautan2010.wordpress.com/2012/04/01/ekosistem-terumbu-
karang/ . Htm, ( 4 oktober 2013 pukul 09.24 WIB)
Pencemaran Terumbu Karang 23