pengaruh pemberian ampas tempe pada...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TEMPE PADA PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus)
(Sebagai Alternatif Pengembangan untuk Pengajaran Pada Materi Pertumbuhan
dan Perkembangan SMA Kelas XII Semester Ganjil)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh
Listiyani
NPM. 1311060180
Jurusan: Pendidikan Biologi
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 1438 H / 2017 M
PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TEMPE PADA PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus)
(Sebagai Alternatif Pengembangan untuk Pengajaran Pada Materi Pertumbuhan
dan Perkembangan SMA Kelas XII Semester Ganjil)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh
Listiyani
NPM. 1311060180
Jurusan: Pendidikan Biologi
Pembimbing I : Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd
Pembimbing II : Gres Maretta, M.Si
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 1438 H / 2017 M
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TEMPE PADA PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus)
Oleh
Listiyani
Lele sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan salah satu lele
unggulan. Lele ini memiliki pertumbuhan yang dua kali lebih cepat bila
dibandingkan benih lele dumbo lainnya pada tingkatan umur yang sama. Lele
sangkuriang merupakan salah satu ikan tawar yang sangat digemari oleh
masyarakat Indonesia. Menurut informasi, lele sangkuriang memiliki citarasa
yang lebih unggul, banyak dikonsumsi karena mudah diolah, banyak disukai,
memiliki kandungan protein yang tinggi, dan umur panen yang lebih singkat.
Penyediaan pakan yang merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan
budidaya lele sangkuriang dapat menghabiskan sekitar 60-70% dari total biaya
produksi yang dikeluarkan. Oleh karena itu, diperlukan solusi dengan
menggunakan alternatif bahan pakan tambahan menggunakan limbah industri
rumah tangga pembuatan tempe yaitu kulit biji kacang kedelai atau ampas tempe.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ampas tempe
pada pakan terhadap pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
Penelitian ini di laksanakan di Desa Sukabanjar RT 001 RW 005, Bukit
Rejo, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran. Metode penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan
dengan satu sebagai kontrol, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali
pengulangan. Penelitian menggunakan 120 ekor ikan lele sangkuriang berumur 7
minggu dengan berat awal 23 gram yang ditempatkan di 12 kolam plastik hitam.
Berat, panjang, suhu dan pH air diukur setiap 7 hari sekali selama 35 hari.
Hasil penelitian diuji menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANSIRA),
hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh perbedaan yang nyata pada
pemberian pakan yang ditambah dengan pemberian ampas tempe terhadap
pertumbuhan berat maupun panjang badan ikan lele sangkuriang. Pakan terbaik
terdapat pada perlakuan P3 dengan dosis 20% dengan bobot berat badan 40 gram,
panjang mutlak yaitu 6,66 cm dan memperoleh nilai konversi terendah diantara
perlakuan lainnya yaitu 274.
Kata Kunci: Ampas Tempe, Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
MOTTO
ي علوا لعلهم يرجعون ل لناس ليذيقهم بعض ٱ
لبحر بما كسبت ٱيدي ٱ
لب وٱ
لفساد ف ٱ
٤١ظهر ٱ
Artinya: “ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari
akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. Ar-
rum : 41).
P E R S E M B A H A N
Sebuah persembahan dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT dan bahagia,
penulisan skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku, ayahanda Tohari dan Ibunda Robinah tercinta yang
senantiasa selalu memberikan do’a nya disetiap langkahku serta yang telah
memberikan semangat, motivasi, menjadi teladan dalam menjalani hidup dan
meraih cita-cita.
2. Adik-adik yang sangat kusayangi, Adi Akbar yang juga satu almamater di
kampus UIN Raden Intan Lampung semoga selalu diberi kemudahan dan
sukses dengan kuliahnya, dan Anggun Sahlima yang sedang menempuh
jenjang sekolah di pondok, semoga diberi kemudahan untuk menjadi
penghapal Al-Qur’an dan juga meraih cita-cita. Semuanya telah memberikan
do’a dan dukungannya kepadaku sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung yang selalu kubanggakan
tempatku menimba ilmu pengetahuan dan memperbanyak teman untuk
menjalin silaturahmi.
RIWAYAT HIDUP
Listiyani, dilahirkan pada tanggal 09 Februari 1994, di Natar yang
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Tohari dan
Robinah
Pendidikan di mulai dari TK atau Raudhatul Athfal Al Fatah Muhajirun,
Kecamatan Natar dan tamat pada tahun 2001, melanjutkan di Sekolah Madrasah
Ibtidaiyyah (MI) Al Fatah Muhajirun, Kecamatan Natar dan tamat pada tahun
2007, kemudian melanjutkan ke Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTS) Al Fatah
Muhajirun, Kecamatan Natar dan tamat pada tahun 2010, selanjutnya melanjutkan
ke Sekolah Madrasah Aliyah (MA) Al Fatah Muhajirun, Kecamatan Natar dan
tamat pada tahun 2013. Pada tahun yang sama, melanjutkan ke jenjang perguruan
tinggi di IAIN yang sekarang sudah berubah siklus PT menjadi UIN Raden Intan
Lampung Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Biologi.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Alhamdulillah, puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya kepada hambanya yang bertaqwa dan
berkat Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, yang
syafaatnya selalu kita nantikan sampai akhir zaman.
Penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan serta
tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan, bimbingan serta saran dari berbagai
pihak. Tanpa bimbingan dan bantuan ketersediaannya fasilitas, skripsi ini tidak
akan tersususn sebagaimana mestinya. Untuk ini penulis bersyukur kepada Allah
SWT dan juga tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
semua pihak, kiranya tidak berlebihan dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada :
1. Dr. H. Chairul Anwar, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Raden
Intan Lampung.
2. Dr. Bambang Sri Anggoro, M.Pd selaku Ketua Jurusan Prodi Biologi
3. Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd., selaku dosen Pembimbing I, dan Gres
Maretta, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan
waktu serta pikiran dalam membimbing, memotivasi dan mengarahkan
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah, yang telah memberikan
ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas kepada penulis.
5. Pimpinan dan Karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Institut yang
telah memberikan informasi, data, referensi, dan lain-lain.
6. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan kasih
sayang dan motivasi.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas jasa dan kebaikan kepada semua
pihak yang telah membantu dan juga mendo’akan sampai terselesaikannya skripsi
ini.
Aamiin Yaa Robbal’alamiin.
Bandar Lampung, November 2017
Listiyani
NPM. 1311060180
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
ABSTRAK ...............................................................................................................ii
PERSETUJUAN ..................................................................................................... iii
PENGESAHAN ...................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 7
D. Perumusan Masalah.................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Tempe .......................................................................... 9
B. Tinjauan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) .................................... 12
1. Klasifikasi Lele Sangkuriang ............................................................... 12
2. Morfologi Lele Sangkuriang ................................................................ 12
3. Keunggulan Lele Sangkuriang ............................................................. 14
4. Lingkungan Ideal ................................................................................. 16
D. Pakan ........................................................................................................ 16
1. Pakan Buatan ........................................................................................ 16
2. Pakan Alami ......................................................................................... 18
E. Jumlah Pemberian Pakan .......................................................................... 20
F. Waktu dan Frekuensi Pemberian Pakan ................................................... 21
G. Cara Pemberian Pakan ............................................................................. 22
H. FCR (feed conversion ratio) ..................................................................... 23
I. Kerangka Berfikir ..................................................................................... 24
J. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 27
B. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................... 27
C. Populasi, Teknik Pengambilan Sampel dan Sampel ................................. 28
D. Cara Kerja ................................................................................................. 29
E. Parameter Pengamatan............................................................................... 32
F. Analisis Data .............................................................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan ....................................................................................... 35
1. Hasil Data Pengamatan Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang ...... 35
2. Laju Pertumbuhan Harian Ikan ............................................................... 46
3. Hasil Pengamatan Konversi Pakan (FCR) .............................................. 54
4. Hasil Pengamatan Panjang Mutlak ......................................................... 55
5. Hasil Pengamatan Kualitas Air Kolam ................................................... 56
B. Pembahasan ................................................................................................. 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 74
B. Saran ............................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Karakteristik Lele Sangkuriang dibandingkan dengan Lele Dumbo ................. 15
2.2 Karakter yang dihasilkan Lele Dumbo Sangkuriang dengan Lele Dumbo........ 16
3.1 Pedoman Pengelolaan Pakan.............................................................................. 30
4.1 Hasil Rata-rata Pertumbuhan Berat Badan Ikan Lele Sangkuriang ................... 36
4.2 Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan
Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-7 ............................ 38
4.3 Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-7 ............................................ 39
4.4 Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan
Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-14 .......................... 40
4.5 Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-14 .......................................... 40
4.6 Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan
Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-21 .......................... 42
4.7. Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-21 .......................................... 42
4.8 Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan
Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-28 .......................... 43
4.9 Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-28 .......................................... 44
4.10 Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan
Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-35 .......................... 45
4.11. Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-35 .......................................... 45
4.12. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-7 ......................... 46
4.13. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-14 ....................... 48
4.14. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-21 ....................... 49
4.15. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-28 ....................... 51
4.16. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang Hari Ke-35 ....................... 53
4.17. Nilai Konversi Pakan Ikan Lele Sangkuriang Selama Penelitian ................... 54
4.18. Hasil Pertumbuhan Panjang Mutlak................................................................ 55
4.19. Hasil Pengukuran Suhu Pada Masing-masing Perlakuan ............................... 56
4.20. Hasil Pengukuran pH Air Kolam Pada Masing-masing Perlakuan ................ 58
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Gambar
Halaman
Gb 2.1 Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) ........................................................ 13
Gb 4.1 Grafik Rata-rata Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang ................................ 37
Gb 4.2 Grafik Rata-rata Pertumbuhan Berat Hari Ke-7 ........................................... 47
Gb 4.3 Grafik Rata-rata Pertumbuhan Berat Hari Ke-14 ......................................... 48
Gb 4.4 Grafik Rata-rata Pertumbuhan Berat Hari Ke-21 ......................................... 50
Gb 4.5 Grafik Rata-rata Pertumbuhan Berat Hari Ke-28 ......................................... 52
Gb 4.6 Grafik Rata-rata Pertumbuhan Berat Hari Ke-35 ......................................... 53
Gb 4.7 Grafik Rata-rata Pengukuran Suhu Air Kolam Selama Penelitian .............. 57
Gb 4.8 Grafik Rata-rata pH Air Kolam Selama Penelitian ...................................... 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Lampiran
Halaman
Lampiran 1. Hasil Pengukuran Berat Badan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
gariepinus) Selama Penelitian (gram) ................................................................... 1
Lampiran 2. Perhitungan Untuk Uji Analisis Sidik Ragam (Ansira) dan Uji Lanjut
BNT Pada Data Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang pada Hari Ke-7 .................. 2
Lampiran 3. Perhitungan Untuk Uji Analisis Sidik Ragam (Ansira) dan Uji Lanjut
BNT Pada Data Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang pada Hari Ke-14 ................ 6
Lampiran 4. Perhitungan Untuk Uji Analisis Sidik Ragam (Ansira) dan Uji Lanjut
BNT Pada Data Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang pada Hari Ke-21 ............... 10
Lampiran 5. Perhitungan Untuk Uji Analisis Sidik Ragam (Ansira) dan Uji Lanjut
BNT Pada Data Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang pada Hari Ke-28 ............... 14
Lampiran 6. Perhitungan Untuk Uji Analisis Sidik Ragam (Ansira) dan Uji Lanjut
BNT Pada Data Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang pada Hari Ke-35 ............... 18
Lampiran 7. Perhitungan Rata-rata Laju Pertumbuhan Harian Ikan ........................ 22
Lampiran 8. Perhitungan Jumlah Pakan Berdasarkan Jumlah Pakan Yang
Diberikan Serta Efisiensi Pemberian Pakan ............................................................. 27
Lampiran 9. Hasil Rata-rata Pertumbuhan Panjang Mutlak Ikan Lele Sangkuriang
(Clarias gariepinus) .................................................................................................. 31
Lampiran 10. Tabel Nilai F (0,05) ........................................................................... 33
Lampiran 11. Hasil Pengukuran Suhu Air Kolam Pada Masing-masing Perlakuan
Selama Penelitian ..................................................................................................... 35
Lampiran 12. Hasil Pengukuran pH Air Kolam Pada Masing-masing Perlakuan
Selama Penelitian ..................................................................................................... 36
Lampiran 13. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 37
Lampiran 14. Silabus Pembelajaran ......................................................................... 40
Lampiran 15. RPP .................................................................................................... 41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) adalah salah satu ikan air tawar
yang banyak dikonsumsi dan dibudidayakan di Indonesia. Ikan lele sangkuriang
memiliki pertumbuhan yang relatif cepat dibandingkan dengan ikan lele dumbo
lainnya, selain itu ikan lele sangkuriang adalah salah satu ikan air tawar yang
banyak disukai karena mudah diolah untuk dikonsumsi serta pemeliharaannya
yang mudah. Bahkan, lele menjadi salah satu penyumbang budidaya perikanan
dengan tingkat pertumbuhan 17-18% per tahun.1
Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi
untuk dikembangkan melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi. Komoditas
budidaya ikan air tawar seperti lele sangkuriang memiliki permintaan cukup tinggi
yaitu mencapai ± 500.000 ekor/minggu di pasar domestik. 2
Berbicara soal budidaya, khususnya budidaya ikan lele sangkuriang,
dimana pada budidaya ikan ini membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi
yang baik. Karena kandungan nutrisi yang baik dalam pakan berpengaruh
terhadap kecepatan pertumbuhannya. Oleh karena itu, dalam budidaya ikan lele
1 Sri Rahayu, Budidaya Lele di lahan sempit, (Jakarta:Infra Pustaka, 2013), h. 18. 2 Lele Dramaga, Budidaya Lele Sangkuriang, http//www.leledramaga.com, 2010, Diakses
tanggal 24 Maret 2017.
sangkuriang ini tidak lepas dari pakan yang diberikan untuk mendukung
pertumbuhannya.
Kandungan nutrisi dalam pakan sangat penting berperan dalam
pertumbuhan ikan lele sangkuriang, karena ikan lele sangkuriang akan tumbuh
dengan baik apabila seluruh kebutuhan nutrisinya bisa terpenuhi secara maksimal.
Misalnya kandungan atau kebutuhan protein tersedia dalam pakan dalam
komposisi dan jumlah yang memadai. Protein unsur yang paling penting dalam
pakan. Di dalam protein terkandung sejumlah asam amino yang sangat diperlukan
untuk penyusunan tubuh dan pertumbuhan ikan. Secara garis besar, fungsi utama
protein dalam tubuh ikan adalah berperan dalam pertumbuhan maupun
pembentukkan jaringan tubuh, mengganti jaringan tubuh yang rusak, komponen
dan sebagai sumber energi bagi ikan.3 Oleh karena itu, kandungan nutrisi dalam
pakan sangat penting untuk menunjang pertumbuhan ikan lele sangkuriang.
Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang
menunjang pertumbuhan ikan budidaya. Pakan pada kegiatan budidaya umumnya
adalah pakan komersial yang menghabiskan sekitar 60-70% dari total biaya
produksi yang dikeluarkan. 4 Dalam budidaya ikan air tawar, biaya pakan
merupakan biaya produksi terbesar dalam usaha budidaya. Pemanfaatan bahan
tambahan pakan alternatif, merupakan salah satu cara untuk mengatasi tingginya
3 Mahyuddin Kholish, Paduan Lengkap Agribisnis Lele, (Jakarta: Penebar Swadaya,
2008), h. 91. 4 Hendri Ahmadi, et.al. Pemberian Probiotik dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus) pada Pendederan II, Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vol 3 No
4, 2012.
biaya produksi yang bersumber dari bahan pakan.5 Oleh karena itu, alternatif
bahan pakan tambahan yang menarik diamati adalah pemanfaatan limbah industri
rumah tangga pembuatan tempe yaitu kulit biji kacang kedelai atau ampas tempe.
Bahan pakan ini ketersediaannya cukup banyak dan tidak bersaing dengan
manusia.
Berkaitan dengan hal tersebut, dimana ampas tempe merupakan limbah
padat dari hasil produksi pembuatan tempe yang dapat mencemari lingkungan jika
proses pembuangan limbahnya dibuang begitu saja. Padahal tidak semua hasil
limbah tidak dapat dimanfaatkan, hasil limbah seperti limbah ampas tempe masih
dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak atau sebagai tambahan pakan
alternatif dalam budidaya ikan lele sangkuriang. Oleh karena itu, sebaiknya ampas
tempe yang berasal dari limbah hasil pembuatan tempe dapat dimanfaatkan dan
tidak dibuang begitu saja yang nantinya dapat membuat kerusakan lingkungan.
Karena penanganan yang baik berkaitan dengan pemanfaatan limbah yang tidak
dibuang begitu saja dapat mengurangi dampak negatif yang disebabkannya yang
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, sebagaimana di dalam salah satu
firman Allah SWT QS. Ar-rum ayat 41 yang berbunyi.
٤١ ٱن ف ظ ف د وا ٱظ ظ ن د ل ظ ل ف د وظ ظ ظ ظ ٱل ظ ظ اد ف ٱل ظ ر ظ ٱل ظ ل ف ف ظ ظ ظ ظ ل ظ ل ف ٱلن اف ٱف د ف يظ د ظ ل ظ
5 Wirawan et al. Peningkatan Kecernaan Limbah Tempe dengan Mikroba Selulotik dan
Respons Pemberiannya Pada Itik, Majalah Ilmiah Peternakan Vol 18 No 2, 2015.
Artinya: “ telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari
akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. Ar
rum:41).6
Limbah tempe atau ampas tempe adalah kulit ari kedelai yang dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak. Ketersediaan ampas tempe cukup banyak dan
belum banyak dimanfaatkan. Ampas tempe akan cepat busuk dan baunya dapat
mencemari lingkungan, oleh karena itu harus segera dimanfaatkan atau dilakukan
pengawetan agar dapat dimanfaatkan diwaktu lain. Kandungan nutrisi ampas
tempe terdiri dari air 82,57%, protein 12,63%, lemak 9,71%, TDN 83,18% dan
abu 8,60 %.7
Penelitian penggunaan limbah ampas tempe sering digunakan sebagai
pakan ternak, sebagaimana dalam penelitian Rofiqoh (2008) melaporkan bahwa
penggunaan ampas tempe dalam ransum terhadap performan domba lokal jantan
tidak menurunkan konsumsi pakan, selain itu penelitian yang dilakukan Nindya
Agung (2007) melaporkan bahwasannya ampas tempe mempunyai kualitas
nutrien yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kecernaan pada domba lokal
jantan. Wirawan et al (2015) melaporkan bahwa penggunaan 15% kulit ari kacang
kedelai terfermentasi dalam ransum secara nyata meningkatkan konsumsi ransum,
berat badan akhir, penambahan berat badan dan efisiensi penggunaan ransum.
6 Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahannya, (Diponegoro:Bandung.,2010), H.
408. 7Adiwinarti, R et al. Performans Domba yang diberi Pakan Tambahan Limbah Tempe
pada Aras yang Berbeda Animal Production, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.
Semarang, 2001.
Penelitian ampas tempe juga dilakukan oleh Siti Sulastri (2008) yang melaporkan
bahwasannya ampas tempe dapat digunakan dalam ransum domba lokal jantan
sampai taraf 30% dari total ransum dilihat dari konsumsi dan kecernaan bahan
kering maupun bahan organik. Akan tetapi, belum ditemukan penelitian
penggunaan ampas tempe dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan lele
sangkuriang (Clarias gariepinus). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan
judul “PENGARUH PEMBERIAN AMPAS TEMPE PADA PAKAN
TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias
gariepinus)”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, adapun masalah yang dapat di
identifikasi yaitu:
1. Masih kurangnya informasi bagi pembudidaya ikan air tawar tentang
pakan tambahan yang mempunyai kandungan nutrisi cukup baik dapat
digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan lele sangkuriang
(Clarias gariepinus).
2. Pemberian ampas tempe pada pakan terhadap pertumbuhan ikan lele
sangkuriang (Clarias gariepinus).
3. Komposisi pakan tambahan alternatif ampas tempe yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari pembiasan dalam memahami pembahasan dalam proposal
ini, maka penulis membatasi permasalahan. Adapun batasan permasalahan dalam
hal ini diantaranya adalah:
1. Pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan terhadap pertumbuhan berat
ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
2. Pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan terhadap pertumbuhan
panjang ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
3. Pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan terhadap efisiensi pakan
ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka
rumusan proposal ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan terhadap
pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)?
2. Bagaimana pengaruh pemberian ampas tempe dengan komposisi berbeda
pada pakan terhadap pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias
gariepinus)?
3. Bagaimana pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan terhadap
efisiensi pakan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan terhadap
pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ampas tempe dengan komposisi
berbeda pada pakan terhadap pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias
gariepinus).
3. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan terhadap
efisiensi pakan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yang
berguna bagi peneliti maupun masyarakat yaitu:
1. Secara Teoritis:
Bagi peneliti, hasil penelitian yang telah dilakukan dapat menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan tentang pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan
terhadap pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
2. Secara Praktis:
a. Bagi peserta didik yaitu sebagai alternatif sumber belajar yang berkaitan
dengan pertumbuhan dan perkembangan.
b. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca
terutama pembudidaya ikan tentang alternatif bahan pakan tambahan dari
hasil limbah pembuatan tempe berupa ampas tempe yang masih memiliki
kandungan nutrisi cukup baik dapat digunakan sebagai alternatif pakan
tambahan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan, dan juga dapat
bermanfaat sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. Selain itu,
masyarakat memperoleh informasi bahwa limbah hasil buangan industri
pembuatan tempe ataupun rumah tangga masih dapat dimanfaatkan
sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan tentang Tempe
Tempe merupakan salah satu produk olahan dari kedelai yang difermentasi
dengan Rhizopus sp. Proses pembuatan tempe yaitu dengan cara merendam biji
kedelai, direbus, dan melepas kedelai dari kulit arinya kemudian dilakukan
peragian dan dibungkus (Dirjen Bina Produksi Peternakan dan Fakultas
Peternakan IPB, 1986). Pada proses pembuatan tempe dihasilkan banyak limbah
baik yang berupa cair maupun limbah padat. Menurut survey Direktorat Bina
Produksi Peternakan dan Fakultas Peternakan IPB (1986) yang disitasi oleh
Purbowati et al (2001) angka konversi (persentase bobot limbah dari bahan baku)
berkisar antara 10% - 20% (rata-rata 16.6%). Limbah tempe yang berupa kulit ari
kedelai atau biasa disebut ampas tempe dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Limbah tempe akan cepet busuk dan baunya akan mencemari lingkungan, oleh
karena itu harus segera dimanfaatkan. Melalui pengeringan, ampas tempe dapat
digunakan dalam waktu yang lebih lama sehingga penggunaannya sebagai pakan
ternak akan optimal.8
Proses produksi tempe, memerlukan banyak air yang digunakan untuk
perendaman, perebusan, pencucian serta pengupasan kulit kedelai. Limbah yang
8 Nurul Huda, Pengaruh Penggunaan Ampas Tempe dalam Ransum Terhadap Performan
Domba Lokal Jantan, (Skripsi fakultas pertanian universitas sebelas maret, Surakarta, 2008).
diperoleh dari proses-proses tersebut diatas dapat berupa limbah cair maupun
limbah padat. Sebagian besar limbah padat yang berasal dari kulit kedelai, kedelai
yang rusak dan mengambang pada proses pencucian serta lembaga yang lepas
pada waktu pelepasan kulit, sudah banyak yang dimanfaatkan untuk makanan
ternak. Limbah cair berupa air bekas rendaman kedelai dan air bekas rebusan
kedelai masih dibuang langsung di perairan disekitarnya.9
Pada umumnya pembuatan tempe merupakan industri rumah tangga yang
tidak menggunakan alat yang modern, dan proses pembuatannya secara
tradisional dan konvensional. Biji kacang kedelai yang merupakan bahan baku
pembuatan tempe, mula-mula direndam kemudian direbus dan dilepas kulit
arinya, untuk kemudian dilakukan peragian dan pembungkusan. Kulit ari kedelai
inilah yang merupakan limbah (ampas) tempe. Jumlah besarnya limbah tempe ini
berkisar 10 – 20 persen dari bahan baku tempe (kedelai).10
Jika kita urutkan dari proses pembuatan tempe, maka limbah dapat berasal
mulai dari air bekas pencucian dan perebusan pertama, rendaman pertama berupa
limbah cair. Kemudian pengupasan menghasilkan limbah padat, dilanjutkan
pencucian ke dua sampai penirisan yang juga menghasilkan limbah cair.11
9 Wiryani, Erry. Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe, Lab Ekologi dan
Biosistematik Jur. Biologi FMIPA UNDIP, Semarang. 10
Departemen pertanian. Inventarisasi Potensi dan Pemanfaatan Limbah Industri
Pertanian, (Laporan Survey Direktorat Bina Produksi Direktorat Jenderal Peternakan Departemen
Pertanian dan Fakultas Peternakan Intitut Pertanian Bogor, Bogor, 1985). 11
Tutuko Pindo, Faslih.. Alternatif Pengelolaan Limbah Rumah Produktif Kampung
Sanan Tempe Malang. Disampaikan pada seminar pascasarjana III ITS Surabaya. Juni 2003.
Limbah tempe atau ampas tempe adalah kulit ari kedelai yang dapat
dimanfaatkan untuk pakan ternak. Ketersediaan ampas tempe cukup banyak dan
belum banyak dimanfaatkan. Ampas tempe akan cepat busuk dan baunya dapat
mencemari lingkungan, oleh karena itu harus segera dimanfaatkan atau dilakukan
pengawetan agar dapat dimanfaatkan diwaktu lain. Kandungan nutrisi ampas
tempe terdiri dari air 82,57 persen, protein 12,63 persen, lemak 9,71 persen, TDN
83,18 persen dan abu 8,60 persen.12
Ampas tempe merupakan salah satu limbah industri pembuatan tempe
berupa kulit kedelai (kupasan kulit ari) yang dapat dijadikan sumber serat ternak.
Limbah industri pembuatan tempe juga berupa limbah cair rebusan yang dapat
dimanfaatkan untuk bahan makanan ikan. Kulit ari kedelai mempunyai kandungan
bahan kering 92,82 %, 4,24% protein, 5,45% lemak dan 8,60 persen abu,
sedangkan air rebusan mempunyai kandungan air 72,08%, 5,29% protein, 0,54%
lemak dan 3,38% abu.
Menurut Setyorini (2007) ampas tempe mempunyai kandungan bahan kering
90,71%, 14,53% protein kasar, 52,91 TDN, 54,16% SK dan masing-masing atas
dasar BK. Sedangkan menurut Direktorat Gizi cit Nurrichana et al (2002)
komposisi kimia kulit ari kedelai terdiri dari 37,74% SK, 34,9% protein, 0,23%
Ca, 0,58% Fosfor dan zat-zat lain 26,06%.13
12
Adiwinarti, R et al. Performans Domba yang diberi Pakan Tambahan Limbah Tempe
pada Aras yang Berbeda Animal Production. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang, 2001. 13 Sulastri siti. Pengaruh Penggunaan Ampas Tempe Dalam Ransum Terhadap
Kecernaan Nutrien Domba Lokal Jantan. (Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret,
Surakarta 2008).
B. Tinjauan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
1. Klasifikasi Lele Sangkuriang
Kingdom : Animalia
Phillum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Telestei
Ordo : Ostariophusi
Sub Ordo : Siluridae
Suku : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus14
2. Morfologi Lele Sangkuriang
Lele unggulan ini memiliki lensa mata yang dapat bergerak keluar masuk
sehingga dalam menghadapi objek bisa lebih fokus. Mata kecilnya dapat
mengenali warna dan bentuk lewat objek yang dilihatnya. Lele sangkuriang juga
memiliki hidung yang sangat peka di bagian anterior. Fungsinya untuk
mendeteksi bau. Kepalanya berbentuk pipih ke bawah dengan panjang mencapai
hampir sepertiga dari panjang tubuhnya, artinya lebih panjang dari kepala lele
dumbo. Kepala lele sangkuriang dilapisi oleh tulang pelat yang cukup keras. Di
14 Kres Warisno, Meraup Untung dari Beternak Lele Sangkuriang, (Yogyakarta: Lily
Publisher, 2009), H. 4.
dalamnya terdapat sebuah rongga di atas insang yang merupakan tempat alat
pernapasan tambahan berupa labirin. Fungsinya untuk menghirup oksigen dari
udara bebas saat menyembul atau melompat ke permukaan air.
https://agusrochdianto.files.wordpress.com/2013/11/
Gambar 2.1
Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
Lele sangkuriang juga memiliki gigi yang berupa tulang kasar dan letaknya
di mulut bagian depan. Pada bagian mulut, terdapat empat pasang sungut, yaitu
sepasang sungut hidung, sepasang sungut mandibula dalam, dan sepasang sungut
maxilar. Badannya berbentuk bulat pada bagian tengah dan kemudian memipih ke
samping di bagian belakang. Kulitnya tak bersisik, dilapisi lendir yang licin, dan
membuat tubuhnya yang berwarna hitam kehijauan di bagian punggung serta
putih kekuningan di bagian perut ini menjadi berkilau. Kulitnya cenderung polos
dengan bintik tubuh tidak sebanyak bintik pada lele dumbo biasa. Sirip punggung
sangkuriang memiliki panjang hampir mencapai panjang badannya. Lele
sangkuriang memiliki sirip dada yang berfungsi sebagai alat bantu gerak dan
senjata untuk mempertahankan diri. Pada sirip ini terdapat bagian yang keras yang
disebut patil. Fungsinya sebagai senjata untuk mempertahankan diri. Sirip dada ini
juga berfungsi untuk menopang tubuh saat bergerak di darat. Selain itu, sirip lele
sangkuriang memiliki ekor berbentuk kipas yang berfungsi untuk bergerak maju.15
Lele sangkuriang (Clarias gariepinus var Sangkuriang) adalah salah satu
varietas atau strain unggul yang dihasilkan oleh peneliti di tanah air. Lele ini
merupakan hasil perbaikan genetik lele yang dilakukan oleh Balai Besar
Pengembangan Budi Daya Air Tawar ( BBPBAT) Sukabumi dengan melakukan
silang-balik (backcross) terhadap induk lele dumbo yang ada di Indonesia.16
3. Keunggulan Lele Sangkuriang
Lele sangkuriang memiliki keunggulan dibandingkan lele dumbo.
Keunggulan lele sangkuriang dibandingkan dengan lele dumbo di antaranya
adalah fekunditas telur yang lebih banyak, yaitu mencapai 60.000 butir dengan
derajat penetasan telur >90%, sedangkan lele dumbo hanya 30.000 butir dengan
derajat penetasan >90%. Untuk karakter pertumbuhan, panjang rata-rata benih lele
sangkuriang umur 26 hari dapat mencapai 3-5 cm, sedangkan lele dumbo hanya 2-
3 cm. Keunggulan paling penting adalah nilai konversi pakan atau FCR (Feed
15 Sri Rahayu, Budidaya Lele di lahan sempit, (Jakarta:Infra Pustaka, 2013), H. 14-16.
16 M. Ghufran. H. Kordi K. Kiat sukses pembesaran lele unggul, (Yogyakarta: Lili
publisher 2012), H. 11.
Convertion Rate) lele sangkuriang yang berada pada kisaran 0,8-1, sedangkan
untuk lele dumbo nilai FCR- nya dari 1.17
Tabel 2.1.
Beberapa Karakter Lele Sangkuriang Dibandingkan Dengan Lele Dumbo
Deskripsi
Karakter Reproduksi
Lele Sangkuriang Lele Dumbo
Kematangan gonad pertama 8-9 bulan 4-5 bulan
Fekunditas (butir telur/kg induk
betina)
40.000-60.000 20.000-30.000
Diameter telur (mm) 1,1-1,4 1,1-1,4
Lamanya inkubasi telur pada
suhu 23-24°C
30-36 30-36
Lamanya kantong telur terserap
pada suhu 23-24°C (hari)
4-5 4-5
Derajat penetasan telur (%) >90 >80
Sifat larva Tidak kanibal Tidak kanibal
Kelangsungan hidup larva (%) 90-95 90-95
Pakan alami larva Moina sp,
Daphnia sp,
Tubifex sp
Moina sp,
Daphnia sp,
Tubifex sp
17 Ibid. H. 11
Tabel 2.2
Karakter Yang Dihasilkan Lele Dumbo Sangkuriang Dengan Lele Dumbo
Deskripsi
Karakter Pertumbuhan
Lele Sangkuriang Lele Dumbo
Pendederan benih I (umur 5-26
hari):
-Pertumbuhan harian (%) 29,26 20,38
-Panjang standar (cm) 3-5 2-3
-Kelangsungan hidup (%) >80 >80
Pendederan benih I (umur 26-40
hari):
-Pertumbuhan harian (%) 13,96 12,18
-Panjang standar (cm) 5-8 3-5
-Kelangsungan hidup (%) >90 >90
Sumber: DKP, 2003
4. Lingkungan Ideal
Lele termasuk ikan yang dapat hidup dalam lingkungan atau air dalam kondisi
apapun. Lele sangkuriang memiliki daya tahan yang relatif tinggi terhadap kondisi
yang kurang baik. Namun demikian, diperlukan suatu kondisi lingkungan yang
ideal agar lele sangkuriang dapat tumbuh dengan baik. Beberapa kriteria
lingkungan dan air yang ideal adalah sebagai berikut:
1. Lele sangkuriang dapat dibudidayakan pada ketinggian 0-800 dpl. Bahkan
ada kemungkinan untuk dibudidayakan dengan baik hingga pada ketinggian
di atas 1000 meter dpl.
2. Lele sangkuriang dapat hidup di dalam air bersuhu antara 20-35° C, dengan
suhu optimal untuk pertumbuhan antara 25-29° C.
3. Tingkat keasaman air (pH) dimana lele sangkuriang dapat hidup adalah
antara 6-9. pH air paling optimal untuk pertumbuhannya adalah 6,5-7,2.18
C. Pakan
Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang
menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan pada
kegiatan budidaya umumnya adalah pakan komersial yang menghabiskan sekitar
60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan.
Kebutuhan pakan berperan penting dalam budidaya ikan lele dumbo
sangkuriang. Lele dumbo memang rakus dalam hal soal pakan. Kandungan nutrisi
yang ada di dalam pakan berpengaruh pada kecepatan tumbuh kembangnya.
Pakan berprotein tinggi akan mempercepat perkembangan tubuhnya. Dosis
pemberian pakan dan kandungan protein di sesuaikan dengan ukuran dan jumlah
lele yang sedang dipelihara. Kandungan nutrisinya harus sesuai dengan tumbuh
kembang lele dan mendukung kesehatannya. Ada dua jenis pakan yaitu pakan
alami dan pakan buatan.19
1. Pakan Buatan
Pakan buatan yang diberikan kepada ikan lele dapat berupa tepung, remah, dan
pelet. Pakan buatan untuk ikan lele harus sesuai dengan kebutuhan nutrisinya.
Apabila pakan yang diberikan pada lele budidaya mempunyai kandungan nutrisi
18 Ibid, H 8 19 Yusnu Iman nur hakim, Langsung hasil ternak lele sangkuriang, ( Jakarta: Infra
pustaka, 2015), h. 49
yang cukup tinggi maka tidak saja akan menjamin hidup dan aktivitas ikan tetapi
juga mempercepat pertumbuhannya. Oleh karena itu, pakan yang diberikan pada
lele selama dipelihara, tidak hanya sekedar cukup dan tepat waktu tetapi juga
pakan tersebut harus memiliki kandungan nutrisi atau gizi yang cukup. Bila lele
budidaya mengkonsumsi pakan yang kandungan nutrisinya rendah maka
pertumbuhan terhambat, bahkan akan timbul gejala-grejala tertentu yang disebut
kekurangan gizi (malnutrition).20
2. Pakan Alami
Pakan alami merupakan pakan yang sudah tersedia di alam. Pakan alami berupa
mikroorganisme yang hidup di lingkungan perairan. Mikroorganisme tersebut
berasal dari jenis-jenis plankton, udang-udang renik dan cacing-cacing kecil.
Mikroorganisme ini memilki tingkat adaptasi yang tinggi terhadap perairan
setempat. Pakan alami ini tidak mudah rusak oleh pengaruh lingkungan. Pakan
alami yang berlebih tidak begitu berpengaruh pada kualitas air kolam.
a. Fitoplankton dan jenis-jenisnya
Diatomae. Diatomae adalah ganggang bersel tunggal yang masuk dalam divisi
Thallophyta dan Bacillariophyta. Mikroorganisme ini berbentuk silinder dan
lonjong. Bentuk Diatomae silinder hidup di air laut, sedangkan Diatomae lonjong
hidup di air tawar. Nama lain Diatomae yaitu ganggang kersik. Sebagai pakan
alami untuk lele, kandungan nutrisinya terdiri dari protein, karbohidrat, lemak,
20 M. Ghufran. H. Kordi K. Kiat sukses pembesaran lele unggul, (Yogyakarta: Lili
publisher, 2012), H. 32.
vitamin, dan mineral. Nutrisi dan gizi yang ada pada Diatomae sangat baik
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan benih-benih lele.
Chlorella sp. Mikroorganisme ini ber sel tunggal. Termasuk ganggang hijau.
Bentuknya bulat telur dan memiliki klorofil. Warnanya hijau cerah. Panjang
Chlorella 3-8 mikron. Untuk bukaan larva-larva lele sangat cocok.
Spirulina sp. Ganggang berwarna hijau kebiruan. Berbentuk seperti benang tipis
dan menyerupai spiral. Berdiameter 1-3 mikron. Ada jenis Spirulina lain sangat
cocok untuk pakan alami larva-larva lele.21
b. Plankton hewani (zooplankton)
Brachionus memiliki panjang sekitar 60-80 mikron. Kandungan protein jenis
plankton ini tinggi, 57%. Larva-larva sangat membutuhkan pakan alami untuk
mempercepat tumbuh kembangnya.
Infusiora sp ber sel tunggal. Panjang tubuhnya 40-100 mikron. Pada saat
menggerombol akan terlihat seperti lapisan susu. Kandungan proteinnya 35%.
Benih-benih yang berukuran 1-1,5 cm masih bisa memakannya. Termasuk larva-
larva lele yang berumur kurang dari 7 hari.
Kutu air merupakan masuk kelompok udang renik. Dikenal dua jenis kutu air
yaitu monia dan daphina. Bentuk monia berdiameter 0,9-1,8 mm, warnanya
kemerahan dan dindingnya tebal. Bentuk daphnia lonjong pipih, berukuran 1-2
mm. Kandungan proteinnya 66%.
21 Yusnu Iman nur hakim, Op.Cit, H. 50
Cacing Tubifex atau cacing sutera. Cacing ini mudah terlihat mata. Panjang
tubuhnya 10-30 mm. Bentuk mirip rambut, berwarna merah kecoklatan dan
beruas-ruas. Kandungan proteinnya 57% dan lemak 13,3%. Benih-benih yang
sudah berumur dua minggu akan segera lahap memakan cacing-cacing tubifex
ini.22
D. Jumlah Pemberian Pakan
Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan. Apabila
pakan yang diberikan kurang dari yang dibutuhkan, kemungkinan yang terjadi
adalah pakan tersebut hanya digunakan untuk memepertahankan kondisi tubuh
saja. Sementara itu, jika berlebihan, ikan tidak dapat menghabiskannya sehingga
terjadi pembusukkan sisa pakan di dasar kolam. Pemberian pelet mengacu pada
berat tubuh ikan. Jumlah pemberian pakan untuk lele per hari, yaitu 3-6 % dari
bobot ikan yang dipelihara. Persentase pakan tersebut fleksibel. Artinya, jumlah
pakan bisa diatur menurut nafsu makan ikan saat itu. pemberian pakan jangan
dilakukan sekaligus dalam satu waktu. Awalnya, pakan ditebarkan separuh dosis.
Jika masih agresif , pakan dapat ditambahkan sampai lele malas menyambat
pakan.23
Contoh perhitungan kebutuhan pakan lele ada dua metode, yaitu
berdasarkan bobot total benih dan umur tebar. Untuk contoh berdasarkan bobot
total benih, misalnya, bobot total benih lele yang memiliki padat tebar 5.250 ekor
22 Ibid, H. 50-51. 23 Mahyuddin Kholish, Paduan Lengkap Agribisnis Lele, (Jakarta : Penebar Swadaya,
2008), H. 94
adalah 157,5 kg (30 g/ekor). Kebutuhan pakan per hari pada tahap awal 5% X
157,5 kg= 7,9 kg. Setelah 10 hari pemeliharaan, dilakukan sampling ikan. Jika
berat rata-rata ikan bertambah 15 gram/ekor, bobot total ikan menjadi 236 kg.
Kebutuhan pakan per hari menjadi 11,8 kg dengan asumsi persentase pakan 5%.
Menjelang panen, sekitar dua minggu, persentase pakan dikurangi menjadi 2-3%
dari bobot total. Metode lain yang bisa dipakai, yaitu menambah pakan secara
berkala sesuai umur tebar. Sebagai patokan awal adalah kepadatan tebar.
Contohnya, padat tebar 5.250 ekor diberi pakan awal sekitar 5-10 kg selama dua
minggu pertama, dua minggu berikutnya volume pakan dinaikkan atau diturunkan
sesuai nafsu makan ikan. 24
E. Waktu dan Frekuensi Pemberian Pakan
Waktu dan frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang masih kecil atau
masih benih lebih sering dibandingkan dengan ikan besar. Frekuensi pemberian
pakan untuk ikan yang masih kecil bisa 4-5 kali dalam sehari. Sementara itu,
frekuensi pemberian pakan ikan yang besar, yaitu 3 kali dalam sehari. Waktu
pemberian pakan ditetapkan dengan memperhatikan nafsu makan ikan. Waktu
pemberian pakan bisa pagi, siang, sore, atau malam hari. Lele adalah binatang
nokturnal sehingga mempunyai kecenderungan beraktivitas pada malam hari,
terutama dalam hal mencari makan. Oleh karena itu, pakan diberikan sebagian
24
Ibid, H. 94
besar pada sore atau malam hari karena nafsu makan lele pada waktu itu sedang
tinggi. Dengan demikian, jadwal waktu pemberian pakan pada pagi pukul 07.00,
siang pukul 12.00, sore pada pukul 17.00, dan malam hari pada pukul 22.00.25
F. Cara Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan ditaburkan secara merata di setiap sisi kolam agar
setiap ikan memiliki peluang mendapatkan jatah yang sama. Setiap pergantian
jenis atau ukuran pakan yang berbeda dilakukan secara bertahap. Caranya adalah
pakan lama dicampur dengan pakan pengganti. Tujuannya agar ikan dapat
beradaptasi terhadap pakan dengan jenis atau ukuran yang berbeda. Adaptasi
setiap pergantian ukuran pakan bisa berlangsung lebih lama jika tingkat
keragaman ukuran ikan di dalam wadah pemeliharaan besar.
Ukuran pakan ditetapkan dengan mempertimbangkan ukuran bukaan mulut
ikan. Semakin besar ukuran tubuh ikan dan bukaan mulut ikan, semakin besar
ukuran pakan. Untuk mengurangi kanibalisme akibat ukuran lele yang tidak
seragam, pakan yang memiliki ukuran dan kandungan protein berbeda di campur,
lalu diberikan bersamaan. Dengan cara tersebut, diharapkan pertumbuhan ikan
bisa seragam.26
25
Ibid, H. 94-95
26 Ibid, H. 95
G. FCR ( feed conversion ratio) atau konversi pakan
Feed conversion ratio atau konversi pakan adalah suatu ukuran yang
menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kg
daging lele. Konversi pakan (FCR) dapat digunakan untuk mengetahui kualitas
pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan ikan. Rumus untuk menghitung
konversi pakan (FCR) adalah sebagai berikut.
FCR = F
Wt-Wo
Keterangan:
F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (kg)
Wo = Berat total ikan saat awal penebaran (kg)
Wt = Berat total ikan saat panen (kg)
Perhitungan konversi pakan, misalnya, jumlah pakan yanng diberikan selama
pemeliharaan 360 kg, sedangkan berat ikan saat penebaran (berat awal) 40 kg, dan
berat ikan saat panen (berat akhir) 400 kg.
FCR= 360 kg = 1
400 kg – 40 kg
Artinya, setiap satu kg pakan yang diberikan pada ikan dapat membentuk
satu kg daging ikan. Kualitas pakan yang diberikan (analog dengan pertumbuhan
ikan baik). Namun, jika konversi pakannya tinggi, berarti kualitas pakannya
kurang baik atau jumlah pakan yang diberikan tidak efektif untuk pertumbuhan
berat badan ikan. Pakan lele yang baik seharusnya mempunyai nilai konversi
rendah, yaitu sama atau kurang dari satu. Artinya, untuk menghasilkan lele dumbo
sebanyak satu kg, diperlukan pakan sebanyak satu kg. Harga pakan dengan nilai
konversi rendah lebih mahal dibandingkan dengan pakan yang nilai konversinya
tinggi. Pakan yang bernilai konversi tinggi, mutu pakannya kurang baik. Pakan
merupakan sarana produksi yang nilainya dapat mencapai 60% dari biaya
produksi. Oleh karena itu, pakan yang digunakan harus diperhitungkan mutunya
(angka konversi serendah mungkin) dan jumlah pemakaiannya agar mencapai
efisiensi yang optimal bagi pertumbuhan lele.27
H. Kerangka Berfikir
Lele sangkuriang adalah salah satu ikan air tawar yang banyak
dibudidayakan di Indonesia, dimana dalam budidaya ikan air tawar ini tidak lepas
dari kandungan nutrisi pakan yang baik untuk menunjang pertumbuhan ikan lele
sangkuriang. Akan tetapi, seringkali pakan menjadi sebuah kendala dalam
budidaya lele sangkuriang karena menghabiskan sekitar 60-70% dari total biaya
produksi yang dikeluarkan. Oleh karena itu, diperlukan solusi dengan
menggunakan alternatif bahan pakan tambahan.
Pemanfaatan bahan tambahan pakan alternatif merupakan salah satu cara
untuk mengatasi tingginya biaya produksi yang bersumber dari bahan pakan.
Bahan pakan tambahan alternatif yang menarik diamati adalah pemanfaatan
limbah hasil produksi pembuatan tempe, berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya bahwasannya ampas tempe banyak digunakan sebagai
27 Ibid, H. 96
pakan ternak, misalnya penelitian yang dilakukan Nindya Agung (2007)
melaporkan bahwasannya ampas tempe mempunyai kualitas nutrien yang lebih
baik sehingga dapat meningkatkan kecernaan pada domba lokal jantan. Wirawan
et al (2015) melaporkan bahwa penggunaan 15% kulit ari kacang kedelai
terfermentasi dalam ransum secara nyata meningkatkan konsumsi ransum, berat
badan akhir, penambahan berat badan dan efisiensi penggunaan ransum. Oleh
karena itu, pada penelitian ini menggunakan alternatif pakan tambahan limbah
hasil pembuatan tempe yaitu ampas tempe. Karena bahan pakan tambahan ini
cukup banyak ditemukan dan tidak bersaing dengan manusia. Selain itu,
penelitian tentang pemanfaatan ampas tempe dalam pakan terhadap pertumbuhan
ikan lele sangkuriang belum ditemukan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dimana ampas tempe merupakan limbah
padat dari hasil produksi pembuatan tempe yang dapat mencemari lingkungan jika
proses pembuangan limbahnya dibuang begitu saja. Berkaitan dengan tujuan
pembelajaran biologi yaitu meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam
menjaga kelestarian lingkungan, guru sebaiknya tidak hanya memberikan materi
tetapi juga menumbuhkan kesadaran para siswa untuk ikut berperan aktif menjaga
kelestarian lingkungan, diharapkan peserta didik mampu berlatih dalam
menghadapi masalah, lebih efektif didalam berfikir setelah pembelajaran terkait
pelestarian lingkungan. Tidak hanya itu, penelitian ini kaitannya dengan
pembelajaran berhubungan dengan sub konsep pertumbuhan dan perkembangan.
Pengukuran pertumbuhan ikan lele sangkuriang berupa panjang
maupun berat pada penelitian ini dilakukan setiap 7 hari sekali selama 35 hari di
kolam plastik berwarna hitam. Dalam proses pembelajaran biologi yang dilakukan
oleh guru sebaiknya tidak lepas dari kegiatan praktikum. Berkaitan dengan
hakikat pembelajaran biologi yang berbasis pengalaman langsung. Menggunakan
materi pertumbuhan dan perkembangan pada hewan, diharapkan para siswa
memperoleh ilmu pengetahuan serta pengalaman keterampilan yang luas
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan pada hewan.
I. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan terhadap pertumbuhan ikan
lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di tempat pemeliharaan lele sangkuriang
(Clarias gariepinus) di dusun V Sukabanjar, Bukit Rejo, kecamatan Gedongtataan
kabupaten Pesawaran.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September- Oktober 2017.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, jaring
ikan, baskom atau mangkuk, pH meter, thermometer, alat tulis (penggaris, kertas,
pena, penghapus, pensil), kamera, plastik berwarna hitam berukuran panjang 1 m,
lebar 1 m dan tinggi 0,5 m, dibuat sebanyak 12 buah.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tempe
yang diperoleh dari pabrik pengolahan tempe, benih ikan lele sangkuriang
sebanyak 120 ekor, pakan buatan komersial berupa pellet.
C. Populasi, Teknik Pengambilan Sampel dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.28
Sedangkan menurut S.
Margono, populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.29
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ikan Lele Sangkuriang. Dalam
teknik pengambilan sampel dengan teknik mengambil 3 ekor secara acak pada
masing-masing kolam (RAL). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti.30
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah ikan Lele
Sangkuriang berumur 7 minggu, dengan panjang 12-15 cm dan berat 23 gram.
Sampel yang digunakan sebanyak 120 ekor.
Perlakuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
P0 : pelet tanpa penambahan ampas tempe
P1 : pelet + 10 % ampas tempe
P2 : pelet + 15 % ampas tempe
P3 : pelet + 20 % ampas tempe
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen yang menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan satu sebagai kontrol,
masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali pengulangan.
28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013), H. 173.
29 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidika, (Semarang: Rineka Cipta,1996), H. 118.
30 Suharismi, Op.cit. H. 174
D. Cara Kerja
Langkah awal yang dipersiapkan dalam penelitian ini adalah persiapan
kolam pemeliharaan, persiapan benih, persiapan pakan, pemberian pakan, dan
pemeliharaan ikan lele sangkuriang.
1. Persiapan Kolam Pemeliharaan
Kolam plastik hitam yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan lele
sangkuriang dengan dilengkapi bambu. Bambu berfungsi sebagai dinding untuk
menegakkan kolam.
2. Persiapan Benih
Persiapan benih ikan lele sangkuriang dalam penelitian ini adalah bibit ikan lele
sangkuriang sebanyak 120 ekor yang berumur 7 minggu dengan panjang 12-15
cm dan berat 23 gram yang sebelumnya diadaptasikan terlebih dahulu.
3. Persiapan Pakan Ikan
Persiapan pakan ikan lele sangkuriang yaitu pelet dan menyediakan ampas tempe
yang diperoleh dari pabrik pembuatan tempe sebanyak 4 kg. Proses pencampuran
pellet dengan ampas tempe yaitu menyiapkan alat dan bahan yang digunakan,
sebelumnya ampas tempe diawetkan dengan cara dikeringkan dibawah sinar
matahari. Kemudian ampas tempe diblender atau ditumbuk halus. Selanjutnya
mencampurkan ampas tempe yang telah halus dengan pellet sesuai komposisi
yang telah ditentukan. Kemudian menambahkan sedikit air hingga membentuk
suatu adonan, mencetak pelet dan dikeringkan dibawah sinar matahari.
Tabel 3.1 Pedoman Pengelolaan Pakan
Bobot Ikan (gr) Dosis Pemberian Pakan
(Bobot Tubuh per hari ) %
1-5
5-20
20-100
100-200
200-400
10-7
6-4
4,2-5
2,5-2
2-1,5
Jumlah pakan yang diberikan perhari berkisar antara 3-5 % berat total biomassa
ikan. Ikan dengan berat 50 gram/ekor jumlah pakan yang diberikan 5 % dari
biomassa ikan, sedangkan ikan dengan berat biomassa lebih dari 50 gram jumlah
pakan yang diberikan 3 % biomassa ikan.
Sedangkan kebutuhan pakan ikan dapat dihitung dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Menentukan berat ikan per ekor (A)
2. Menentukan jumlah populasi ikan dalam 1 terpal (B)
3. Menentukan dosis pemberian pakan per hari (C)
4. Menghitung dengan cara B x A x C.31
31
Ade Irmawati, Pengaruh Tepung Azolla microphylla Sebagai Pakan Tambahan
Terhadap Kandungan Protein dan Berat Badan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus),
Skripsi Program Pendidikan Biologi IKIP PGRI Semarang, Semarang, 2013, H. 26
Untuk menghitung pemberian pakan dalam masing-masing kolam dapat
dicari dengan perhitungan sebagai berikut dengan menggunakan rumus di
atas yaitu:
(B) (A) (C)
10 x 23 x 5/100 = 11,5 gram
Keterangan:
B x A x C
B = jumlah populasi dalam 1 terpal
A = berat ikan per ekor
C = dosis pemberian pakan
4. Persiapan Pemberian Pakan
Dalam penelitian ini pemberian pakan ikan lele sangkuriang pada masing-masing
kolam pemeliharaan dilakukan dengan frekuensi tiga kali yaitu pemberian pakan
pada pagi hari pukul 07.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB, dan sore pukul 17.00
WIB.
5. Tahap Pemeliharaan
Pemeliharaan ikan lele sangkuriang dilakukan dengan cara pemberian pakan
berupa pellet dengan dicampur ampas tempe yang berbeda dosis. Ikan lele
sangkuriang yang berumur 7 minggu dengan bobot berat 23 gram dimasukkan
kedalam kolam yang berjumlah 12 buah, setiap kolam diisi dengan 10 ekor ikan
lele sangkuriang yang diadaptasi terlebih dahulu. Pemberian pakan diberikan
sebanyak tiga kali yaitu pagi pukul 07.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB, dan sore
pukul 17.00 WIB.
E. Parameter Pengamatan
a. Data Berat Badan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
Data berat badan ikan lele sangkuriang diukur setiap 7 hari sekali yang dinyatakan
dalam satuan gram dengan timbangan digital selama 35 hari. Untuk menghitung
laju pertumbuhan harian ikan yang digunakan rumus yang dikemukakan oleh
Hariati (1989), sebagai berikut:
SGR = Wt- Wo x 100%
t
Keterangan : SGR = Laju pertumbuhan Harian (%)
Wt = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot rata-rata ikan di awal pemeliharaan (g)
T = Lama waktu pemeliharaan (hari)32
32 Jaya Berian, dkk. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Kakap
Putih (Lates Calcarifer, Bloch) dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Maspari Journal. Vol 5
No 1. 2013.
b. Konversi Pakan
Data konversi pakan dihitung pada akhir penelitian dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
FCR = F
Wt-Wo
Keterangan:
F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (g)
Wo = Berat total ikan saat awal penebaran (g)
Wt = Berat total ikan saat panen (g)33
c. Pertumbuhan Panjang Mutlak (L)
Pertumbuhan panjang mutlak digunakan untuk menghitung pertambahan panjang
ikan selama pemeliharaan, dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
Lm = TL1- TLo
Keterangan:
TL1 : Panjang total pada akhir pemeliharaan (cm)
TLo : Panjang total pada awal pemeliharaan (cm)
Lm : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)34
33
Effendie, Biologi Perikanan, (Yayasan Pustaka Nusatama, 1997) dikutip Oleh Hendri
Ahmadi dkk, “Pemberian Probiotik Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang
(Clarias gariepinus) Pada Pendederan II”, Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vol 3, No 4, 2012. 34 Jaya Berian, dkk, Op. Cit, H, 60
d. Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan yang diukur yaitu suhu dan pH air.
a. Suhu
Pengukuran suhu menggunakan thermometer dengan cara memasukkan
ujung batang kurang lebih 5 cm kedalam kolam, kemudian membaca
perubahan suhu pada thermometer dan menunggu sampai angka pada
thermometer tidak berubah lagi. Kemudian mencatat suhu yang diperoleh
pada tabel pengamatan, prosedur tersebut dilakukan pada pukul 06.00
WIB selama percobaan.
b. Pengukuran pH
Pengukuran pH menggunakan pH meter dengan cara memasukkan ujung
pH meter kurang lebih 4 cm kedalam kolam, setelah itu menunggu 5 menit
dan melihat perubahan warna tersebut. Mencatat pH yang diperoleh pada
tabel pengamatan.
Pengukuran parameter kualitas air yaitu pH dan suhu sebagai data penunjang
dilakukan setiap 7 hari sekali.
F. Analisis Data
Untuk melihat pengaruh perlakuan seluruh data yang diperoleh dianalisis dengan
anlisis sidik ragam (ANSIRA). Selanjutnya untuk mengetahui perlakuan mana
yang berpengaruh paling baik dilanjutkan dengan uji BNT taraf signifikan 5 %.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap pertumbuhan ikan lele
sangkuriang selama 35 hari menunjukkan bahwa pemberian ampas tempe
berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan ikan lele sangkuriang.
1. Hasil Data Pengamatan Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pengukuran berat ikan lele
sangkuriang dari setiap perlakuan (P0) 0% tidak menggunakan ampas tempe, (P1)
pelet yang dicampur dengan ampas tempe 10 %, (P2) pelet yang dicampur dengan
ampas tempe 15%, (P3) pelet yang dicampur dengan ampas tempe 20%.
Pengukuran berat badan ikan lele sangkuriang ini dilakukan setiap 7 hari sekali
selama 35 hari, dan menunjukkan bahwasannya adanya peningkatan pada rata-rata
pertumbuhan ikan lele sangkuriang (tabel 4.1).
Tabel 4.1
Hasil Rata-rata Pertumbuhan Berat Badan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
gariepinus) pada ulangan 1,2,3 (gram)
No
Perlakuan
Ulangan
Hasil Pengukuran Berat Badan Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus) (gram)
Pengamatan Ke-
0 7 14 21 28 35
1 P0 (0%) 1 23 24 25 25 26 28
2 23 23 24 25 27 28
3 23 24 26 27 27 26
Rata-rata 23 23,66 25 25,66 26,66 27,33
2 P1 (10%) 1 23 25 28 28 30 32
2 23 26 28 30 33 33
3 23 25 27 30 32 35
Rata-rata 23 25,33 27,66 29,33 31,66 33,33
3 P2 (15%) 1 23 27 30 32 34 37
2 23 25 29 31 34 35
3 23 26 28 30 33 33
Rata-rata 23 26 29 31 33,66 35
4 P3 (20%) 1 23 26 31 35 39 42
2 23 26 30 37 41 37
3 23 25 30 33 40 40
Rata-rata 23 25,66 30,33 35 40 39,66
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pengukuran berat badan ikan
lele sangkuriang (Clarias gariepinus) pada setiap perlakuan P0 (0%), P1 (10%),
P2 (15%), dan P3 (20%) memperoleh rata-rata yang selengkapnya dapat dilihat
pada gambar 4.1.
0
10
20
30
40
50
60
0 7 14 21 28 35
Ber
at
Ba
da
n I
ka
n (
gra
m)
Hari Ke-
(Pengamatan)
P0 (0%)
P1 (10%)
P2 (15%)
P3 (20%)
Gambar 4.1
Grafik Rata-rata Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
Selama Penelitian
a. Pengujian Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut BNT pada hari ke 7
Berdasarkan hasil perhitungan uji analisis sidik ragam (ansira) melalui
data hasil pengamatan rata-rata pertumbuhan berat badan ikan lele sangkuriang
pada hari ke-7 menunjukkan bahwasannya F hitung (6,44) > F tabel (4,07)
sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwasannya pemberian ampas tempe
pada pakan memberi pengaruh terhadap berat badan ikan lele sangkuriang. Hasil
pemberian ampas tempe pada pakan berpengaruh nyata pada taraf 0,05% pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Analisis Sidik Ragam (Ansira) Pengaruh Pemberian Ampas Tempe
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Pada
Hari Ke-7
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F
Hitung
F
Tabel
5%
Pakan 3 ( ) 9,67 3,22 6,44* 4,07
Galat 8 ( ) 4 0,5 - -
Total 11 13,67 -
Keterangan* = nyata
Percobaan ini mempunyai derajat kejituan dan keandalan sebesar 2,7%
oleh karena itu dilakukan pengujian lanjutan dengan uji beda nyata terkecil.
Tabel 4.3
Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang Pada Hari Ke-7
Konsentrasi Rerata (gr) BNT 0,05 (1,31)
P0 (0%) 23,66 a a
P1 (10%) 25,33 ab b
P2 (15%) 26 abc b
P3 (20%) 25,66 abcd b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata
Berdasarkan hasil uji BNT di atas menunjukkan bahwasannya pada
konsentrasi P1 (10%), P2 (15%), P3 (20%) tidak berbeda nyata, akan tetapi P1
(10%) berbeda nyata dengan P0 (0%). Konsentrasi P2 (15%) tidak berbeda nyata
dengan P1 (10%) dan P3 (20%), akan tetapi berbeda nyata dengan P0 (0%).
Konsentrasi P3 (20%) tidak berbeda nyata dengan P1 (10%) dan P2 (15%), akan
tetapi berbeda nyata dengan P0 (0%), dan semua perlakuan berbeda dengan
kontrol.
b. Pengujian Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut BNT pada hari ke 14
Berdasarkan hasil perhitungan uji analisis sidik ragam (ansira) melalui
data hasil pengamatan rata-rata pertumbuhan berat badan ikan lele sangkuriang
pada hari ke-14 menunjukkan bahwasannya F hitung (23) > F tabel (4,07)
sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwasannya pemberian ampas tempe
pada pakan memberi pengaruh terhadap berat badan ikan lele sangkuriang. Hasil
pemberian ampas tempe pada pakan berpengaruh nyata pada taraf 0,05% pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4
Hasil Analisis Sidik Ragam (Ansira) Pengaruh Pemberian Ampas Tempe
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Pada
Hari Ke-14
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F
Hitung
F
Tabel
5%
Pakan 3( ) 46,6 15,53 23** 4,07
Galat 8 ( ) 5,4 0,675 - -
Total 11 52 -
Keterangan** = sangat nyata
Percobaan ini mempunyai derajat kejituan dan keandalan sebesar 2,9%
oleh karena itu dilakukan pengujian lanjutan dengan uji beda nyata terkecil.
Tabel 4.5
Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang Pada Hari Ke-14
Konsentrasi Rerata (gr) BNT 0,05 (1,54)
P0 (0%) 25 a a
P1 (10%) 27,66 ab b
P2 (15%) 29 abc bc
P3 (20%) 30,33 abcd c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata
Berdasarkan hasil uji BNT di atas menunjukkan bahwasannya pada
konsentrasi P1 (10%) dan P2 (15%) tidak berbeda nyata, akan tetapi P1 (10%)
berbeda nyata dengan P0 (0%) dan P3 (20%). Konsentrasi P2 (15%) tidak berbeda
nyata dengan P1 (10%) dan P3 (20%), akan tetapi P2 (15%) berbeda nyata dengan
konsentrasi P0 (0%). P3 (15%) tidak berbeda nyata dengan P2 (15%) dan berbeda
nyata dengan P1 dan P0, dan P0 (0%) berbeda nyata dengan semua perlakuan.
c. Pengujian Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut BNT pada hari ke 21
Berdasarkan hasil perhitungan uji analisis sidik ragam (ansira) melalui
data hasil pengamatan rata-rata pertumbuhan berat badan ikan lele sangkuriang
pada hari ke-21 menunjukkan bahwasannya F hitung (23,54) > F tabel (4,07)
sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwasannya pemberian ampas tempe
pada pakan memberi pengaruh terhadap berat badan ikan lele sangkuriang. Hasil
pemberian ampas tempe pada pakan berpengaruh nyata pada taraf 0,05% pada
tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Analisis Sidik Ragam (Ansira) Pengaruh Pemberian Ampas Tempe
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Pada
Hari Ke-21
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F
Hitung
F
Tabel
5%
Pakan 3( ) 134,91 44,97 23,54** 4,07
Galat 8 ( ) 15,34 1,91 - -
Total 11 150,25 -
Keterangan** = sangat nyata
Percobaan ini mempunyai derajat kejituan dan keandalan sebesar 1% oleh
karena itu dilakukan pengujian lanjutan dengan uji beda nyata terkecil (tabel 4.7).
Tabel 4.7
Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang Pada Hari Ke-21
Konsentrasi Rerata (gr) BNT 0,05 (2,58)
P0 (0%) 25,66 a a
P1 (10%) 29,33 ab b
P2 (15%) 31 abc b
P3 (20%) 35 abcd c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata
Berdasarkan hasil uji BNT di atas menunjukkan bahwasannya pada
konsentrasi P1 (10%) tidak berbeda nyata dengan P2 (15%) dan berbeda nyata
dengan P3 (20%) dan P0 (0%). Konsentrasi P2 (15%) tidak berbeda nyata dengan
P1 (10%) akan tetapi berbeda nyata dengan P3 (20%) dan P0 (0%). Konsentrasi
P3 (20%) berbeda nyata dengan P2 (15%), P1 (10%), dan P0 (0%) dan semua
perlakuan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol.
d. Pengujian Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut BNT pada hari ke 28
Berdasarkan hasil perhitungan uji analisis sidik ragam (ansira) melalui
data hasil pengamatan rata-rata pertumbuhan berat badan ikan lele sangkuriang
pada hari ke-28 menunjukkan bahwasannya F hitung (4,44) > F tabel (4,07)
sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwasannya pemberian ampas tempe
pada pakan memberi pengaruh terhadap berat badan ikan lele sangkuriang. Hasil
pemberian ampas tempe pada pakan berpengaruh nyata pada taraf 0,05% pada
tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Analisis Sidik Ragam (Ansira) Pengaruh Pemberian Ampas Tempe
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Pada
Hari Ke-28
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F
Hitung
F
Tabel
5%
Pakan 3( ) 13,32 4,44 4,44* 4,07
Galat 8 ( ) 0,01 0,001 - -
Total 11 13,33 -
Keterangan* = nyata
Percobaan ini mempunyai derajat kejituan dan keandalan sebesar 0,02% oleh
karena itu dilakukan pengujian lanjutan dengan uji beda nyata terkecil (tabel 4.9).
Tabel 4.9
Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang Pada Hari Ke-28
Konsentrasi Rerata (gr) BNT 0,05 (0,16)
P0 (0%) 26,66 a a
P1 (10%) 31,66 ab b
P2 (15%) 33,66 abc c
P3 (20%) 40 abcd d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata
Berdasarkan hasil uji BNT di atas menunjukkan bahwasannya pada
konsentrasi P0 (0%), P1 (10%), P2 (15%) dan P3 (20%) berbeda nyata antara
perlakuan satu dengan perlakuan lainnya.
e. Pengujian Analisis Sidik Ragam dan Uji Lanjut BNT pada hari ke 35
Berdasarkan hasil perhitungan uji analisis sidik ragam (ansira) melalui
data hasil pengamatan rata-rata pertumbuhan berat badan ikan lele sangkuriang
pada hari ke-35 menunjukkan bahwasannya F hitung (22,25) > F tabel (4,07)
sehingga H0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwasannya pemberian ampas tempe
pada pakan memberi pengaruh terhadap berat badan ikan lele sangkuriang. Hasil
pemberian ampas tempe pada pakan berpengaruh nyata pada taraf 0,05% pada
tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Analisis Sidik Ragam (Ansira) Pengaruh Pemberian Ampas Tempe
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Pada
Hari Ke-35
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F
Hitung
F
Tabel
5%
Pakan 3( ) 233,67 77,89 22,25** 4,07
Galat 8 ( ) 28 3,5 - -
Total 11 261,67 -
Keterangan** = sangat nyata
Percobaan ini mempunyai derajat kejituan dan keandalan sebesar 5% oleh karena
itu dilakukan pengujian lanjutan dengan uji beda nyata terkecil (tabel 4.11).
Tabel 4.11
Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang Pada Hari Ke-35
Konsentrasi Rerata (gr) BNT 0,05 (3,5)
P0 (0%) 27,33 a a
P1 (10%) 33,33 ab b
P2 (15%) 35 abc b
P3 (20%) 39,66 abcd c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata
Berdasarkan hasil uji BNT di atas menunjukkan bahwasannya pada
konsentrasi P1 (10%) tidak berbeda nyata dengan P2 (15%) akan tetapi berbeda
nyata dengan P3 (20%) dan P0 (0%). Konsentrasi P2 (15%) tidak berbeda nyata
dengan P1 (10%), akan tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P3 (20%) dan P0
(0%). Konsentrasi P3 (20%) berbeda nyata dengan P0 (0%), P1 (10%), P2 (15%),
dan semua perlakuan berbeda nyata dengan kontrol.
2. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang
Perhitungan laju pertumbuhan harian ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)
selama penelitian pada setiap perlakuan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
7. Hasil perhitungan laju pertumbuhan harian ikan terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.12
Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada
Hari Ke-7
Perlakuan Wo (gram) Wt (gram) t (hari) SGR (%)
P0 (0%) 23 23,66 7 9,4
P1 (10%) 23 25,33 7 33
P2 (15%) 23 26 7 42,8
P3 (20%) 23 25,66 7 38
Berdasarkan tabel laju pertumbuhan harian ikan diatas, menunjukkan
bahwasannya laju pertumbuhan harian tertinggi pada perlakuan P2, yaitu 42,8%
dan nilai laju pertumbuhan harian terendah pada perlakuan P0 yaitu 9,4%.
Grafik rata-rata laju pertumbuhan pada hari ke-7 dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
0
5
10
15
20
25
30
Bera
t B
ad
an
Ik
an
(g
ra
m)
P0 (0%) P1 (10%) P2 (15%) P3 (20%)
Perlakuan P0 (0%), P1
(10%), P2 (15%), P3 (20%)
Gambar 4.2
Grafik Rata-rata pertumbuhan Berat Ikan Lele
Sangkuriang Pada Hari Ke-7
Pada gambar 4.2 pembahasan mengenai hasil pengukuran berat ikan
setelah pemberian ampas tempe pada pakan pada hari ke-7 adalah berbeda pada
setiap perlakuan. Perlakuan dengan penambahan ampas tempe sangat berbeda
dengan kontrol yaitu perlakuan tanpa pemberian ampas tempe. Pengaruh
penambahan ampas tempe pada hari ke-7 memperoleh berat rata-rata yaitu pada
perlakuan P1 (10%) dengan rata-rata 25,33 gram, dan pada perlakuan P2 (15%)
dengan rata-rata 26 gram, selanjutnya pada perlakuan P3 (20%) dengan rata-rata
25,66 gram, dan pada perlakuan P0 (0%) dengan rata-rata 23,66 gram. Pengaruh
pemberian ampas tempe terhadap rata-rata pertumbuhan berat badan ikan lele
sangkuriang pada hari ke-7 yang paling tinggi terdapat pada perlakuan P2 (15%)
dengan rata-rata 26 gram dan pertumbuhan berat terendah pada perlakuan P0 (0%)
dengan rata-rata 23,66 gram.
Tabel 4.13
Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada
Hari Ke-14
Perlakuan Wo (gram) Wt (gram) t (hari) SGR (%)
P0 (0%) 23 25 7 28
P1 (10%) 23 27,66 7 66,5
P2 (15%) 23 29 7 85,7
P3 (20%) 23 30,33 7 104,7
Berdasarkan tabel laju pertumbuhan harian ikan diatas, menunjukkan
bahwasannya laju pertumbuhan harian tertinggi pada perlakuan P3, yaitu 104,7%
dan nilai laju pertumbuhan harian terendah pada perlakuan P0 yaitu 28%.
Grafik rata-rata laju pertumbuhan pada hari ke-14 dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
0
5
10
15
20
25
30
35
Bera
t B
ad
an
Ik
an
(g
ra
m)
P0 (0%) P1 (10%) P2 (15%) P3 (20%)
Perlakuan P0 (0%), P1
(10%), P2 (15%), P3
(20%)
Gambar 4.3
Grafik Rata-rata pertumbuhan Berat Ikan Lele
Sangkuriang Pada Hari Ke-14
Pada gambar 4.3 pembahasan mengenai hasil pengukuran berat ikan
setelah pemberian ampas tempe pada pakan pada hari ke-14 adalah berbeda pada
setiap perlakuan. Perlakuan dengan penambahan ampas tempe sangat berbeda
dengan kontrol yaitu perlakuan tanpa pemberian ampas tempe. Pengaruh
penambahan ampas tempe pada hari ke-14 memperoleh berat rata-rata yaitu pada
perlakuan P1 (10%) dengan rata-rata 27,66 gram, dan pada perlakuan P2 (15%)
dengan rata-rata 29 gram, selanjutnya pada perlakuan P3 (20%) dengan rata-rata
30,33 gram, sedangkan pada perlakuan P0 (0%) dengan rata-rata 25 gram.
Pengaruh pemberian ampas tempe terhadap rata-rata pertumbuhan berat badan
ikan lele sangkuriang pada hari ke-14 yang paling tinggi terdapat pada perlakuan
P3 (20%) dengan rata-rata 30,33 gram dan pertumbuhan berat terendah pada
perlakuan P0 (0%) dengan rata-rata 25 gram.
Tabel 4.14
Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada
Hari Ke-21
Perlakuan Wo (gram) Wt (gram) t (hari) SGR (%)
P0 (0%) 23 25,66 7 38
P1 (10%) 23 29,33 7 90,4
P2 (15%) 23 31 7 114
P3 (20%) 23 35 7 171
Berdasarkan tabel laju pertumbuhan harian ikan diatas, menunjukkan
bahwasannya laju pertumbuhan harian tertinggi pada perlakuan P3, yaitu 171%
dan nilai laju pertumbuhan harian terendah pada perlakuan P0 yaitu 38%.
Grafik rata-rata laju pertumbuhan pada hari ke-21 dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
0
5
10
15
20
25
30
35
Bera
t B
ad
an
Ik
an
(g
ra
m)
P0 (0%) P1 (10%) P2 (15%) P3 (20%)
Perlakuan P0 (0%), P1
(10%), P2 (15%), P3
(20%)
Gambar 4.4
Grafik Rata-rata pertumbuhan Berat Ikan Lele
Sangkuriang Pada Hari Ke-21
Pada gambar 4.4 pembahasan mengenai hasil pengukuran berat ikan
setelah pemberian ampas tempe pada pakan pada hari ke-21 adalah berbeda pada
setiap perlakuan. Perlakuan dengan penambahan ampas tempe sangat berbeda
dengan kontrol yaitu perlakuan tanpa pemberian ampas tempe. Pengaruh
penambahan ampas tempe pada hari ke-21 memperoleh berat rata-rata yaitu pada
perlakuan P1 (10%) dengan rata-rata 29,33 gram, dan pada perlakuan P2 (15%)
dengan rata-rata 31 gram, selanjutnya pada perlakuan P3 (20%) dengan rata-rata
35 gram, sedangkan pada perlakuan P0 (0%) dengan rata-rata 25,66 gram.
Pengaruh pemberian ampas tempe terhadap rata-rata pertumbuhan berat badan
ikan lele sangkuriang pada hari ke-21 yang paling tinggi terdapat pada perlakuan
P3 (20%) dengan rata-rata 35 gram dan pertumbuhan berat terendah pada
perlakuan P0 (0%) dengan rata-rata 25,66 gram.
Tabel 4.15
Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada
Hari Ke-28
Perlakuan Wo (gram) Wt (gram) t (hari) SGR (%)
P0 (0%) 23 26,66 7 52
P1 (10%) 23 31,66 7 123,7
P2 (15%) 23 33,66 7 152
P3 (20%) 23 40 7 242,8
Berdasarkan tabel laju pertumbuhan harian ikan diatas, menunjukkan
bahwasannya laju pertumbuhan harian tertinggi pada perlakuan P3, yaitu 242,8%
dan nilai laju pertumbuhan harian terendah pada perlakuan P0 yaitu 52%.
Grafik rata-rata laju pertumbuhan pada hari ke-28 dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Bera
t B
ad
an
Ik
an
(g
ra
m)
P0 (0%) P1 (10%) P2 (15%) P3 (20%)
Perlakuan P0 (0%), P1
(10%), P2 (15%), P3
(20%)
Gambar 4.5
Grafik Rata-rata pertumbuhan Berat Ikan Lele
Sangkuriang Pada Hari Ke-28
Pada gambar 4.5 pembahasan mengenai hasil pengukuran berat ikan
setelah pemberian ampas tempe pada pakan pada hari ke-28 adalah berbeda pada
setiap perlakuan. Perlakuan dengan penambahan ampas tempe sangat berbeda
dengan kontrol yaitu perlakuan tanpa pemberian ampas tempe. Pengaruh
penambahan ampas tempe pada hari ke-28 memperoleh berat rata-rata yaitu pada
perlakuan P1 (10%) dengan rata-rata 31,66 gram, dan pada perlakuan P2 (15%)
dengan rata-rata 33,66 gram, selanjutnya pada perlakuan P3 (20%) dengan rata-
rata 40 gram. Sedangkan pada perlakuan P0 (0%) dengan rata-rata 26,66 gram.
Pengaruh pemberian ampas tempe terhadap rata-rata pertumbuhan berat badan
ikan lele sangkuriang pada hari ke-28 yang paling tinggi terdapat pada perlakuan
P3 (20%) dengan rata-rata 40 gram dan pertumbuhan berat terendah pada
perlakuan P0 (0%) dengan rata-rata 26,66 gram.
Tabel 4.16
Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada
Hari Ke-35
Perlakuan Wo (gram) Wt (gram) t (hari) SGR (%)
P0 (0%) 23 27,33 7 61,8
P1 (10%) 23 33,33 7 147,5
P2 (15%) 23 35 7 171
P3 (20%) 23 39,66 7 238
Berdasarkan tabel laju pertumbuhan harian ikan diatas, menunjukkan
bahwasannya laju pertumbuhan harian tertinggi pada perlakuan P3, yaitu 238%
dan nilai laju pertumbuhan harian terendah pada perlakuan P0 yaitu 61,8%.
Grafik rata-rata laju pertumbuhan pada hari ke-35 dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Bera
t B
ad
an
Ik
an
(g
ra
m)
P0 (0%) P1 (10%) P2 (15%) P3 (20%)
Perlakuan P0 (0%), P1
(10%), P2 (15%), P3
(20%)
Gambar 4.6
Grafik Rata-rata pertumbuhan Berat Ikan Lele
Sangkuriang Pada Hari Ke-35
Pada gambar 4.6 pembahasan mengenai hasil pengukuran berat ikan
setelah pemberian ampas tempe pada pakan pada hari ke-35 adalah berbeda pada
setiap perlakuan. Perlakuan dengan penambahan ampas tempe sangat berbeda
dengan kontrol yaitu perlakuan tanpa pemberian ampas tempe. Pengaruh
penambahan ampas tempe pada hari ke-35 dengan perlakuan P1 (10%) dengan
rata-rata 33,33 gram, dan pada perlakuan P2 (15%) dengan rata-rata 35 gram,
selanjutnya pada perlakuan P3 (20%) dengan rata-rata 39,66 gram. Sedangkan
pada perlakuan P0 (0%) dengan rata-rata 27,33 gram. Pengaruh pemberian ampas
tempe terhadap rata-rata pertumbuhan berat badan ikan lele sangkuriang pada hari
ke-35 yang paling tinggi terdapat pada perlakuan P3 (20%) dengan rata-rata 39,66
gram dan pertumbuhan berat terendah pada perlakuan P0 (0%) dengan rata-rata
27,33 gram.
3. Hasil Pengamatan Konversi Pakan (FCR)
Perhitungan nilai konversi pakan (FCR) ikan lele sangkuriang (Clarias
gariepinus) selama penelitian pada setiap perlakuan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 8. Hasil perhitungan FCR terdapat pada tabel 4.18 berikut ini.
Tabel 4.17
Nilai Konversi Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) selama
penelitian
Perlakuan FCR
P0 (0%) 1054
P1 (10%) 442
P2 (15%) 380,6
P3 (20%) 274
Berdasarkan tabel nilai konversi pakan diatas, memperlihatkan
bahwasanya adanya perbedaan nilai FCR pada masing-masing perlakuan, dimana
nilai tertinggi FCR terlihat pada perlakuan P0 yaitu 1054 dan nilai FCR terendah
pada perlakuan P3 yaitu 274.
4. Hasil Pengamatan Panjang Mutlak
Perhitungan panjang mutlak ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)
selama penelitian pada setiap perlakuan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
9. Hasil perhitungan panjang mutlak ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)
terdapat pada tabel 4.19 dengan menggunakan rumus berikut ini.
Lm = TL1- TLo
Keterangan:
TL1 : Panjang total pada akhir pemeliharaan (cm)
TLo : Panjang total pada awal pemeliharaan (cm)
Lm : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Tabel 4.18
Hasil Pertumbuhan Panjang Mutlak
Perlakuan TL1 (cm) Tlo (cm) Lm (cm)
P0 (0%) 17,66 13 cm 4,66
P1 (10%) 18,66 13 cm 5,66
P2 (15%) 19 13 cm 6
P3 (20%) 19,66 13 cm 6,66
Berdasarkan tabel pertumbuhan panjang mutlak diatas, memperlihatkan
bahwasanya adanya perbedaan pada masing-masing perlakuan, dimana nilai
tertinggi pertumbuhan panjang mutlak terlihat pada perlakuan P3 yaitu 6,66 dan
nilai terendah pertumbuhan panjang pada perlakuan P0 yaitu 4,66.
5. Hasil Pengamatan Kualitas Air Kolam
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengukuran
kualitas air yaitu suhu dan pH. Pengamatan suhu dan pH dilaksanakan setiap 7
hari sekali selama 35 hari penelitian, dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.20
dibawah ini.
Tabel 4.19
Hasil Pengukuran Suhu pada Masing-masing Perlakuan
No
Perlakuan
Ulangan
Hasil Pengukuran Suhu Air Kolam Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pengamatan Ke-
7 14 21 28 35
1
P0 (0%)
1 25°C 25°C 25°C 26°C 25°C
2 25°C 26°C 26°C 25°C 26°C
3 24°C 26°C 26°C 26°C 25°C
Rata-rata 24,66°C 25,66°C 25,66°C 25,66°C 25,66°C
2
P1 (10%)
1 25°C 27°C 27°C 26°C 26°C
2 24°C 26°C 26°C 27°C 26°C
3 25°C 26°C 26°C 27°C 27°C
Rata-rata 24,66°C 26,33°C 26,33°C 26,66°C 26,33°C
3
P2 (15%)
1 25°C 27°C 26°C 26°C 26°C
2 26°C 26°C 26°C 27°C 28°C
3 26°C 26°C 25°C 26°C 27°C
Rata-rata 25,66°C 26,33°C 25,66°C 26,33°C 27°C
4
P3 (20%)
1 26°C 26°C 27°C 27°C 27°C
2 26°C 27°C 26°C 26°C 26°C
3 25°C 26°C 26°C 27°C 28°C
Rata-rata 25,66°C 26,33°C 26,33°C 26,66°C 27°C
Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata suhu air kolam pada masing-masing
perlakuan menunjukkan bahwa keadaan suhu air kolam relatif stabil berkisar
24,66°C sampai 27°C. Suhu ini juga merupakan kisaran suhu yang optimal untuk
pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus). Berikut ini adalah grafik
hasil pengukuran suhu air kolam selama penelitian pada masing-masing
perlakuan.
23
23,5
24
24,5
25
25,5
26
26,5
27
27,5
7 14 21 28 35
Su
hu
Hari Ke-
(Pengamatan)
P0 (0%)
P1 (10%)
P2 (15%)
P3 (20%)
Gambar 4.7
Grafik Rata-rata Pengukuran Suhu air Kolam Selama Penelitian
Pada grafik diatas menunjukkan bahwasannya rata-rata suhu air kolam dari awal
penelitian hingga akhir penelitian pada masing-masing perlakuan tidak berbeda
jauh dan masih dalam kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan lele
sangkuriang (Clarias gariepinus) yaitu berkisar 24,66°C sampai 27°C.
Tabel 4.20
Hasil Pengukuran pH Air Kolam Pada Masing-Masing Perlakuan
No
Perlakuan
Ulangan
Hasil Pengukuran pH Air Kolam Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus)
Pengamatan Ke-
7 14 21 28 35
1
P0 (0%)
1 7 8 8 7 8
2 6 7 7 7 8
3 6 6 7 6 7
Rata-rata 6,3 7 7,3 6,6 7,6
2
P1 (10%)
1 6 7 7 6 7
2 7 7 8 7 7
3 7 8 7 7 7
Rata-rata 6,6 7,3 7,3 6,6 7
3
P2 (15%)
1 6 7 7 6 7
2 6 6 7 7 8
3 7 7 8 7 7
Rata-rata 6,3 6,6 7,3 6,6 7,3
4
P3 (20%)
1 7 7 8 7 6
2 6 7 8 7 7
3 7 7 7 7 6
Rata-rata 6,6 7 7,6 7 6,3
Berdasarkan hasil pengukuran pH yang telah dilakukan selama penelitian
35 hari pada masing-masing kolam perlakuan menunjukkan bahwasannya
keadaan pH air kolam selama penelitian merupakan kisaran yang masih dalam
batas kelayakan untuk pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)
yaitu berkisar 6 hingga 7,6. Berikut ini adalah grafik hasil pengukuran pH air
kolam selama penelitian pada masing-masing perlakuan.
5
5,5
6
6,5
7
7,5
8
7 14 21 28 35
pH
Hari Ke-
(Pengamatan)
P0 (0%)
P1 (10%)
P2 (15%)
P3 (20%)
Gambar 4.8
Grafik Rata-rata Pengukuran pH air Kolam Selama Penelitian
Pada grafik diatas menunjukkan bahwasannya rata-rata pH air kolam dari
awal penelitian hingga akhir penelitian pada masing-masing perlakuan tidak
berbeda jauh dan masih dalam kisaran pH yang optimal untuk pertumbuhan ikan
lele sangkuriang (Clarias gariepinus) yaitu berkisar 6, dan 7.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan serta data hasil penelitian yang telah
diperoleh tentang pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan terhadap
pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) pada masing-masing
perlakuan adalah meningkat.
Pertumbuhan berat badan dipengaruhi oleh pakan yang diberikan selama
pemeliharaan, tidak hanya sekedar cukup dan tepat waktu tetapi juga pakan
tersebut harus memiliki kandungan nutrisi atau gizi yang cukup. Bila ikan
budidaya mengkonsumsi pakan yang kandungan nutrisinya rendah maka
terhambat, bahkan akan timbul gejala-gejala tertentu yang disebut kekurangan gizi
( malnutrition).35
Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan
ikan terhadap pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus)
berdasarkan hasil analisis sidik ragam (ANSIRA) setiap 7 hari sekali selama 35
hari pada masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, hal
ini berarti penambahan ampas tempe pada pakan ikan lele sangkuriang (Clarias
gariepinus) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat pada ikan lele
sangkuriang (Clarias gariepinus). Pakan yang diberikan kepada ikan lele
budidaya mempunyai peran penting. Namun, kadangkala pakan menjadi kendala
dalam pembudidayaan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) yaitu
35 M. Ghufran, Buku Pintar Pemeliharaan 14 Ikan Air Tawar Ekonomis, (Yogyakarta:
Lily Publisher, 2010), H. 221.
disebabkan karena tingginya biaya pakan.36
Pakan yang diberikan kepada ikan
budidaya harus dapat memacu pertumbuhan ikan. Ikan lele agar dapat tumbuh
optimal membutuhkan pakan yang mengandung protein sekitar 30%. Akan tetapi,
jika pakan tersebut digunakan sebagai makanan pokok, tanpa ditunjang makanan
alami maka kadar proteinnya perlu dinaikkan sampai 40%. 37
Mengingat harga
pakan merupakan biaya terbesar dalam budidaya ikan, terutama pakan yang
memiliki kandungan protein yang tinggi. Untuk itu, pakan tambahan yang
diberikan dalam penelitian ini adalah ampas tempe. Ampas tempe yang
merupakan limbah industri tempe memiliki kandungan protein yang cukup tinggi
untuk pertumbuhan ikan lele sangkuriang, mengingat bahwasannya lele akan
tumbuh dengan baik apabila semua kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi secara
maksimal. Akan tetapi, ampas tempe memiliki kelemahan sebagai bahan pakan
tambahan alternatif yaitu kandungan serat kasar dan kandungan air yang tinggi.
Kandungan serat kasar yang tinggi menyulitkan bahan pakan tersebut untuk
dicerna, dan kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan daya simpannya
menjadi lebih pendek. Oleh karena itu untuk mengurangi masalah tersebut,
diproses dengan cara dikeringkan dibawah sinar matahari dan ditumbuk halus
untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan pakan tambahan alternatif pada pakan
ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
36 Muktiani, Budidaya Lele Sangkuriang Dengan Kolam Terpal, (Yogyakarta:Pustaka
Baru Press, 2011), H.10. 37 Ahmad Mudjiman, Makanan Ikan, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2011), H.153.
Hasil perhitungan rata-rata berat ikan ulangan 1, 2, 3 pada masing-masing
perlakuan berdasarkan uji lanjutan BNT (Beda Nyata Terkecil) pada hari ke-7
menunjukkan bahwasannya pada konsentrasi P1 (10%), P2 (15%), P3 (20%) tidak
berbeda nyata, akan tetapi P1 (10%) berbeda nyata dengan P0 (0%). Konsentrasi
P2 (15%) tidak berbeda nyata dengan P1 (10%) dan P3 (20%), akan tetapi
berbeda nyata dengan P0 (0%). Konsentrasi P3 (20%) tidak berbeda nyata dengan
P1 (10%) dan P2 (15%), akan tetapi berbeda nyata dengan P0 (0%), dan semua
perlakuan berbeda dengan kontrol.
Pada hari ke-14 menunjukkan bahwasannya pada konsentrasi P1 (10%)
dan P2 (15%) tidak berbeda nyata, akan tetapi P1 (10%) berbeda nyata dengan P0
(0%) dan P3 (20%). Konsentrasi P2 (15%) tidak berbeda nyata dengan P1 (10%)
dan P3 (20%), akan tetapi P2 (15%) berbeda nyata dengan konsentrasi P0 (0%).
P3 (15%) tidak berbeda nyata dengan P2 (15%) dan berbeda nyata dengan P1 dan
P0, dan P0 (0%) berbeda nyata dengan semua perlakuan.
Pada hari ke-21 menunjukkan bahwasannya pada konsentrasi P1 (10%)
tidak berbeda nyata dengan P2 (15%) dan berbeda nyata dengan P3 (20%) dan P0
(0%). Konsentrasi P2 (15%) tidak berbeda nyata dengan P1 (10%) akan tetapi
berbeda nyata dengan P3 (20%) dan P0 (0%). Konsentrasi P3 (20%) berbeda
nyata dengan P2 (15%), P1 (10%), dan P0 (0%) dan semua perlakuan berbeda
nyata dengan perlakuan kontrol.
Pada hari ke-28 menunjukkan bahwasannya pada konsentrasi P0 (0%), P1
(10%), P2 (15%) dan P3 (20%) berbeda nyata antara perlakuan satu dengan
perlakuan lainnya.
Pada hari ke-35 menunjukkan bahwasannya pada konsentrasi P1 (10%)
tidak berbeda nyata dengan P2 (15%) akan tetapi berbeda nyata dengan P3 (20%)
dan P0 (0%). Konsentrasi P2 (15%) tidak berbeda nyata dengan P1 (10%), akan
tetapi berbeda nyata dengan perlakuan P3 (20%) dan P0 (0%). Konsentrasi P3
(20%) berbeda nyata dengan P0 (0%), P1 (10%), P2 (15%), dan semua perlakuan
berbeda nyata dengan kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata hasil berat ikan
selama 35 hari pada perlakuan P0 sebesar 27,33 gram, pada perlakuan P1 sebesar
33,33 gram, pada perlakuan P2 sebesar 35 gram, dan pada perlakuan P3 sebesar
39,66 gram. Berkaitan dengan pertumbuhan harian ikan yang berfungsi untuk
menghitung persentase pertumbuhan berat ikan per hari. Berdasarkan hasil
penelitian laju pertumbuhan harian ikan pada hari ke-7 menunjukkan
bahwasannya laju pertumbuhan harian tertinggi pada perlakuan P2, yaitu 42,8%
dan nilai laju pertumbuhan harian terendah pada perlakuan P0 yaitu 9,4%. Pada
hari ke-14 laju pertumbuhan harian tertinggi pada perlakuan P3, yaitu 104,7% dan
nilai laju pertumbuhan harian terendah pada perlakuan P0 yaitu 28%. Pada hari
ke-21 laju pertumbuhan harian tertinggi pada perlakuan P3, yaitu 171% dan nilai
laju pertumbuhan harian terendah pada perlakuan P0 yaitu 38%. Pada hari ke-28
laju pertumbuhan harian tertinggi pada perlakuan P3, yaitu 242,8% dan nilai laju
pertumbuhan harian terendah pada perlakuan P0 yaitu 52%. Pada hari ke-35 laju
pertumbuhan harian tertinggi pada perlakuan P3, yaitu 238% dan nilai laju
pertumbuhan harian terendah pada perlakuan P0 yaitu 61,8%, dengan demikian
dapat dikatakan bahwasannya pakan pada perlakuan P3 adalah pakan yang paling
baik karena nilai laju pertumbuhannya paling tinggi diantara pakan yang lain.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan berat
tertinggi pada perlakuan P3 (ampas tempe 20%) dan pertumbuhan berat terendah
pada perlakuan P0 (ampas tempe 0% + pellet 100%). Rendahnya pertumbuhan
berat pada perlakuan P0 yaitu pakan tanpa penambahan ampas tempe diduga
karena dipengaruhi oleh faktor kandungan nutrisi dalam pakan, yang mana
kandungan nutrisi dalam pakan berpengaruh pada pertumbuhan ikan lele
sangkuriang, yang berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui
bahwasannya perlakuan P3 memperoleh pertumbuhan berat tertinggi diantara
perlakuan yang lain mengingat kandungan nutrisi ampas tempe cukup baik
digunakan dalam proses pertumbuhan ikan lele sangkuriang. Kandungan nutrisi
ampas tempe terdiri dari air 82,57 persen, protein 12,63 persen, lemak 9,71
persen, TDN 83,18 persen dan abu 8,60 persen.38
Menurut Setyorini (2007) ampas tempe mempunyai kandungan bahan
kering 90,71%, 14,53% protein kasar, 52,91 TDN, 54,16% SK dan masing-
masing atas dasar BK. Sedangkan menurut Direktorat Gizi cit Nurrichana et al
38
Adiwinarti, R et al. Performans Domba yang diberi Pakan Tambahan Limbah Tempe
pada Aras yang Berbeda Animal Production. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang, 2001.
(2002) komposisi kimia kulit ari kedelai terdiri dari 37,74% SK, 34,9% protein,
0,23% Ca, 0,58% Fosfor dan zat-zat lain 26,06%.39
Kandungan nutrisi dalam pakan sangat penting berperan dalam
pertumbuhan ikan lele sangkuriang, dimana ikan lele sangkuriang akan tumbuh
dengan baik apabila semua kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi secara maksimal.
Misalnya kandungan atau kebutuhan protein tersedia dalam pakan dalam
komposisi dan jumlah yang memadai. Protein unsur yang paling penting dalam
pakan. Di dalam protein terkandung sejumlah asam amino yang sangat diperlukan
untuk penyusunan tubuh dan pertumbuhan ikan. Secara garis besar, fungsi utama
protein dalam tubuh ikan adalah: sebagai sumber energi bagi ikan, berperan dalam
pertumbuhan maupun pembentukkan jaringan tubuh, mengganti jaringan tubuh
yang rusak, komponen utama dalam pembentukkan enzim dan hormon.40
Pada
perlakuan P3 dengan penambahan ampas tempe 20%, berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan diketahui bahwasannya pada perlakuan tersebut adalah
perlakuan yang memperoleh berat paling tinggi diantara perlakuan yang lain,
mengingat masih cukup baiknya kandungan protein yang ada dalam ampas tempe
tersebut yang dapat berperan dalam pertumbuhan ikan lele sangkuriang.
Dengan pengolahan pakan yang tepat, ikan lele sangkuriang dapat tumbuh
lebih cepat dan konversi pakan (FCR) bisa lebih rendah. Hasil pengamatan nilai
39 Sulastri siti. Pengaruh Penggunaan Ampas Tempe Dalam Ransum Terhadap
Kecernaan Nutrien Domba Lokal Jantan. (Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret,
Surakarta 2008). 40 Mahyuddin Kholish, Paduan Lengkap Agribisnis Lele, (Jakarta: Penebar Swadaya,
2008), H. 91.
konversi pakan (FCR) ikan lele sangkuriang selama penelitian pada setiap
perlakuan menunjukkan bahwasannya nilai konversi pakan dari perlakuan P3
sebesar 274 merupakan nilai terendah diantara perlakuan yang lain, hal ini
menunjukkan bahwa P3 merupakan perlakuan terbaik daripada perlakuan lainnya.
Sesuai dengan pernyataan Effendi, bahwa semakin rendah nilai konversi pakan
semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan.
Artinya, semakin efisien pakan tersebut diubah menjadi daging.41
Penggunaan pakan oleh ikan menunjukkan nilai persentase pakan yang
dapat dimanfaatkan oleh tubuh ikan. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
efisiensi pakan adalah jenis sumber nutrisi dan jumlah dari masing-masing
komponen sumber nutrisi dalam pakan tersebut. Jumlah dan kualitas pakan yang
diberikan kepada ikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. 42
Hasil perhitungan efisiensi pemberian pakan masing-masing perlakuan
menunjukkan bahwasannya ampas tempe dalam pakan memiliki efisiensi pakan
yang cukup baik bagi ikan lele sangkuriang. Efisiensi pakan adalah nilai
perbandingan antara pertambahan berat dengan pakan yang dikonsumsi yang
41 Effendie, Metode Biologi Perikanan, (Bogor, Yayasan Dewi Sri, 1979), dikutip oleh
Medinawati dkk, “Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap dan Kelangsungan Hidup Benih
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)”, Media Libang Sulteng, 2011, Vol IV No 2, (Desember,
2011), h. 86. 42 Arief Muhammad,dkk. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan
Komersial Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. Vol 6 No 1.
dinyatakan dalam persen.43
Efisiensi Penggunaan pakan menunjukkan nilai pakan
yang dapat merubah menjadi pertambahan pada berat ikan. Efisiensi pakan dapat
dilihat dari beberapa faktor dimana salah satunya adalah rasio konversi pakan.
Menurut Hariati (1989) bahwa tingkat efisiensi penggunaan pakan yang terbaik
akan dicapai pada nilai perhitungan konversi pakan terendah. Pada perlakuan P3
merupakan perlakuan dengan nilai konversi pakan terendah, merupakan kondisi
kualitas pakan lebih baik daripada perlakuan yang lain. Kondisi kualitas pakan
yang baik mengakibatkan energi yang diperoleh pada ikan lele sangkuriang lebih
banyak untuk pertumbuhan, sehingga ikan dengan pemberian pakan yang sedikit
laju pertumbuhan meningkat.44
Berdasarkan penjelasan diatas bahwasannya tingkat efisiensi penggunaan
pakan yang terbaik akan dicapai pada nilai perhitungan konversi pakan terendah.
Hasil rata-rata perhitungan nilai konversi pakan pada masing-masing perlakuan
berbeda, dimana perhitungan nilai konversi pakan terendah terdapat pada
perlakuan P3 (pellet+ ampas tempe 20%) yaitu 274, hal tersebut menunjukkan
bahwasannya pada perlakuan P3 sesuai dengan kebutuhan nilai sehingga
pencernaan dan penyerapan pakan yang dicampur dengan ampas tempe efektif
diserap untuk meningkatkan berat ikan dan persentase pakan yang diubah menjadi
daging meningkat. Sedangkan perlakuan P0 (tanpa penambahan ampas tempe)
43 Hariyadi,dkk. 2005. Evaluasi Efisiensi Pakan dan Efisiensi Protein Pada Ikan Karper
Rumput (Ctenopharyngodon Idella Val) Yang diberi Pakan dengan Kadar Karbohidrat dan
Energi Yang Berbeda. Fakultas Biologi Unseod. Purwokerto. 44 Arief Muhammad,dkk. 2014, Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan
Komersial Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang, Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, Vol 6 No 1.
adalah perlakuan dengan perhitungan nilai konversi pakan tertinggi, hal ini
menunjukkan bahwasannya P0 tidak sesuai dengan kebutuhan nilai atau sumber
nutrisi dalam pakan tersebut, karena kualitas pakan yang diberikan berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan.
Pembahasan mengenai pertumbuhan panjang mutlak yang diperoleh dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwasannya perhitungan
rata-rata pertumbuhan panjang mutlak adalah P0 4,66 cm, P1 5,66 cm, P2 6 cm
dan P3 6,66 cm. Pertumbuhan panjang yang paling tinggi adalah pada perlakuan
P3 (pellet+ ampas tempe 20%), kemungkinan karena pakan ini mengandung
protein yang paling tinggi dibandingkan pakan lain. Ikan yang mengkonsumsi
pakan yang kandungan protein nya tinggi maka akan cepat tumbuh baik itu berat
maupun panjang.45
Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya pakan pada perlakuan P3
(pellet+ ampas tempe 20%) menghasilkan laju pertumbuhan yang tertinggi. Hal
ini karena pakan ini mempunyai keseimbangan energi dan protein yang memenuhi
kebutuhan ikan, sehingga lemak dan karbohidrat yang dikonsumsi dapat
dimanfaatkan dalam sintesis tubuh ikan.46
Kebutuhan protein yang optimal
dipengaruhi oleh penggunaan protein untuk energi, komposisi asam amino,
kecernaan pakan, serta imbangan energi protein. Apabila kandungan protein
45 Sudjiharo. 1999. Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer, Bloch) di Keramba
Jaring Apung, Departemen Jenderal Perikanan Balai Budidaya Laut Lampung 65 h. 46
Jaya Berian, dkk. 2013. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih
Kakap Putih (Lates Calcarifer, Bloch) dengan Pemberian Pakan yang Berbeda, Maspari Journal.
Vol 5 No 1.
terlalu tinggi, hanya sebagian yang akan diserap dan digunakan untuk membentuk
ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, sementara sisanya akan diubah
menjadi energi.47
Semua molekul organik dalam makanan dapat dimanfaatkan dalam
respirasi selular untuk membuat ATP. Selain glukosa, protein dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar, namun harus dicerna terlebih dahulu menjadi asam amino
penyusunnya. Kemudian asam amino tersebut digunakan oleh organisme tersebut
untuk membangun protein baru. Jika asam amino dalam tubuh berlebihan maka
diubah oleh enzim menjadi intermediat pada glikolisis atau siklus asam sitrat.
Namun sebelum asam amino memasuki glikolisis atau siklus asam sitrat, gugus
asam aminonya harus dibuang melalui proses yang disebut deaminase yang
kemudian zat buangan bernitrogen ini disekresikan dari hewan dalam bentuk
amonia, urea atau produk-produk sisa lainnya. Begitu juga lemak, setelah lemak
dicerna menjadi gliserol dan asam lemak, gliserol diubah menjadi gliseraldehida-
3-fosfat (suatu intermediat pada glikolisis). Urutan metabolik yang disebut
oksidasi beta menguraikan asam lemak menjadi fragmen berkarbon dua yang
memasuki siklus asam sitrat sebagai asetil KoA. NADH dan FADH2 juga
dihasilkan selama oksidasi beta. Molekul-molekul tersebut dapat memasuki rantai
47 Buwono, Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan, (Yogyakarta:
Kanisius, 2000), dikutip oleh Kiki Haetami, “Konsumsi dan Efesiensi Pakan dari Ikan Jambal
Siam yang Diberi Pakan dengan Tingkat Energi Protein Berbeda”, Jurnal Akuatika, Vol III, No 2
(September 2012), H.155.
transfor elektron sehingga lebih banyak lagi ATP yang dihasilkan.48
Jadi jika
asupan karbohidrat kurang dalam pakan, maka ikan akan menggunakan protein
sebagai sumber energi untuk keperluan metabolisme bagi tubuhnya. Sehingga hal
ini akan membatasi fungsi protein yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan
ikan.
Menurut Usman dkk, bahwa kecernaan protein dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain sumber protein, ukuran partikel, perlakuan sebelum dan setelah
pembuatan pakan, jenis dan ukuran ikan, jumlah konsumsi pakan, suhu, dan
komponen nonprotein dalam pakan.49
Menurut Lovell, penyusunan ransum ikan perlu diperhartikan
keseimbangan antara protein dan energi. Pakan yang kandungan energinya rendah
dapat menyebabkan ikan menggunakan sebagian protein sebagai sumber energi
untuk metabolisme, sehingga bagian protein berkurang. Sebaliknya jika energi
pakan terlalu tinggi dapat membatasi jumlah pakan yang dimakan. Keadaan ini
dapat membatasi jumlah protein pakan yang dimakan ikan, akibatnya pakan relatif
rendah.50
Sesuai dengan pendapat Cowey dan Sargent yang menyimpulkan, bahwa
kandungan energi makanan yang rendah menyebabkan sebagian besar protein
makanan akan digunakan sebagai sumber energi untuk keperluan metabolisme.
48
Campbell.Et.al, Biologi Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2010). H.194-195. 49
Usman dkk, “Pengaruh Kadar Protein dan Lemak Pakan Terhadap dan Komposisi
Badan Ikan Kerapu Macan (Ephnihelus fuscogullotus), 2010, dikutip oleh Muhammad Marzuqi
dan Dewi Nasbha Anjusary, “Kecernaan Nutrien Pakan dengan Kadar Protein dan Lemak
Berbeda pada Juvenil Ikan Kerapu Pasir (Epinephelus coralicola), Jurnal Ilmi dan Teknologi
Kelautan Tropis, Vol 5, No 2, Desember 2013, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang, H. 311- 323. 50 Lovell, Nutrition and Fedding Of Fish, (New York: Van Nostrand Reinhold, 1988),
dikutip oleh Taufik Budi Pramono, Dyahruri Sanjayasari dan Hary Tjahja Soedibya, “Optimasi
Pakan dengan Level Protein dan Energi Protein untuk Calon Induk Ikan Senggaringan”, Jurnal
Protein, Vol 15, No. 2, (2007), H.156.
Jadi pakan harus mempunyai rasio tertentu yang dapat menyediakan energi
nonprotein dalam jumlah yang cukup sehingga protein pakan sebagian besar
digunakan untuk proses pertumbuhan.51
Selain kandungan nutrisi pakan lengkap, dalam artian seluruh zat gizi telah
dikandung oleh pakan, komposisi pakan juga harus berimbang. Pakan yang tidak
seimbang atau salah satu komponennya berlebihan dapat juga menimbulkan
masalah. Oleh karena itu, sebelum membuat pakan, nutrisi yang dibutuhkan ikan
budidaya perlu diketahui dahulu.52
Pembahasan mengenai kualitas air yang dalam penelitian ini juga
merupakan parameter penunjang yang diamati dan juga merupakan gambaran dari
kesuburan suatu perairan. Walaupun beberapa jenis ikan dapat hidup dalam
kondisi air yang minimum. Salah satu ikan yang dapat hidup dan tumbuh pada
kualitas air yang minimum adalah ikan lele sangkuriang. Lele termasuk ikan yang
dapat hidup dalam lingkungan atau air dalam kondisi apapun. Lele sangkuriang
memiliki daya tahan yang relatif tinggi terhadap kondisi yang kurang baik.
Namun demikian, diperlukan suatu kondisi lingkungan yang ideal agar lele
sangkuriang dapat tumbuh dengan baik. Lele sangkuriang dapat hidup di dalam
air bersuhu antara 20-35°C, dengan suhu optimal untuk pertumbuhan antara 25-
29°C. Tingkat keasaman air (pH) dimana lele sangkuriang dapat hidup adalah
51 M. Ghufran, Buku Pintar Pemeliharaan 14 Ikan Air Tawar Ekonomis, (Yogyakarta:
Lily Publisher, 2010), H. 224. 52 Ibid, H. 222.
antara 6-9, pH air paling optimal untuk pertumbuhannya adalah 6,5- 7,2.53
Hasil
pengamatan kualitas air selama penelitian diperoleh rata-rata suhu dan pH air
secara berturut-turut berkisar 25,2-26,6°C dan 6,7-6,9. Hal ini menunjukkan
bahwa kondisi tersebut masih dalam batas kelayakan untuk pertumbuhan ikan lele
sangkuriang (Clarias gariepinus).
Dengan demikian berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan
mengenai pemberian ampas tempe pada pakan untuk meningkatkan pertumbuhan
berat maupun panjang ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dapat
direkomendasikan sebagai alternatif pakan tambahan yang dapat diaplikasikan
oleh masyarakat maupun petani budidaya ikan lele sangkuriang (Clarias
gariepinus) dengan beberapa kelebihan yaitu membantu para pabrik tempe dalam
pengendalian limbah padat hasil industri pembuatan tempe yang dikenal dengan
ampas tempe. Hasil penelitian juga membantu para petani untuk menekan biaya
kebutuhan pakan berupa pellet karena mengingat harga pakan semakin mahal di
pasaran, dan penggunaan ampas tempe dapat direkomendasikan sebagai pakan
alternatif tambahan pakan mengingat kandungan protein yang cukup untuk
pertumbuhan ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus).
53 Warisno, dan Kres Dahana, Meraup Untuk dari Beternak Lele Sangkuriang, 2009,
(Yogyakarta: Lily Publisher), H. 8.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh serta analisis data yang telah
dilakukan tentang pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan untuk
meningkatkan berat badan ikan lele sangkuriang menunjukkan:
1. Pengaruh pemberian ampas tempe pada pakan ikan lele sangkuriang
berpengaruh terhadap pertumbuhan berat badan ikan lele sangkuriang.
2. Perlakuan P3 (20%) merupakan perlakuan dengan persentasi pemberian
ampas tempe yang paling tinggi yaitu 20% menghasilkan berat badan
mencapai rerata 40 gram.
3. Kualitas air selama penelitian masih dalam kisaran yang layak untuk
pertumbuhan ikan lele sangkuriang yaitu rata-rata suhu dan pH air secara
berturut-turut berkisar 25,2-26,6°C dan 6,7-6,9.
B. Saran
1. Penggunaan ampas tempe dapat dijadikan pakan tambahan alternatif pada
pakan untuk mengurangi biaya produksi dan mengingat kandungan protein
yang cukup pada ampas tempe untuk pertumbuhan ikan lele sangkuriang
(Clarias gariepinus).
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel ikan yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwinarti, R et al. Performans Domba yang diberi Pakan Tambahan Limbah
Tempe pada Aras yang Berbeda Animal Production, Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro, Semarang, 2001.
Ade Irmawati, Pengaruh Tepung Azolla microphylla Sebagai Pakan Tambahan
Terhadap Kandungan Protein dan Berat Badan Ikan Lele Sangkuriang
(Clarias gariepinus), Skripsi Program Pendidikan Biologi IKIP PGRI
Semarang, Semarang, 2013.
Ahmad Mudjiman, Makanan Ikan, Jakarta: Penebar Swadaya, 2011.
Arief Muhammad,dkk, Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan
Komersial Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele
Sangkuriang, Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, Vol 6 No 1, 2014.
Buwono, Kebutuhan Asam Amino Esensial dalam Ransum Ikan, (Yogyakarta:
Kanisius, 2000), dikutip oleh Kiki Haetami, Konsumsi dan Efesiensi
Pakan dari Ikan Jambal Siam yang Diberi Pakan dengan Tingkat Energi
Protein Berbeda, Jurnal Akuatika, Vol III, No 2, 2012.
Campbell.Et.al, Biologi Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 2010.
Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro,
2010.
Departemen pertanian. Inventarisasi Potensi dan Pemanfaatan Limbah Industri
Pertanian, (Laporan Survey Direktorat Bina Produksi Direktorat Jenderal
Peternakan Departemen Pertanian dan Fakultas Peternakan Intitut
Pertanian Bogor, Bogor, 1985).
Effendie, Biologi Perikanan, (Yayasan Pustaka Nusatama, 1997) dikutip Oleh
Hendri Ahmadi dkk,Pemberian Probiotik Dalam Pakan Terhadap
Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada Pendederan II,
Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vol 3, No 4, 2012.
Effendie, Metode Biologi Perikanan, (Bogor, Yayasan Dewi Sri, 1979), dikutip
oleh Medinawati dkk, “Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap dan
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)”,
Media Libang Sulteng. Vol IV No 2. 2011.
Elpawati, et.al, Aplikasi Effevtive Microorganism10 untuk Pertumbuhan Lele, Al-
Kauniyah Jurnal Biologi, Volume 8 Nomor 1, 2015.
Fauziah Rizki, Pemanfaatan Probiotik Cair pada Akuakultur sebagai Usaha
Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus), Skripsi Program S-1 Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga, 2016.
Hariyadi,dkk. Evaluasi Efisiensi Pakan dan Efisiensi Protein Pada Ikan Karper
Rumput (Ctenopharyngodon Idella Val) Yang diberi Pakan dengan Kadar
Karbohidrat dan Energi Yang Berbeda, Fakultas Biologi Unseod,
Purwokerto, 2005.
Hendri Ahmadi, et.al, Pemberian Probiotik dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan
Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) pada Pendederan II. Jurnal
Perikanan dan Kelautan, Vol 3 No 4, 2012.
Jaya Berian, dkk. Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih
Kakap Putih (Lates Calcarifer, Bloch) dengan Pemberian Pakan yang
Berbeda, Maspari Journal, Vol 5 No 1, 2013.
Kres Warisno, Meraup Untung dari Beternak Lele Sangkuriang, Yogyakarta: Lily
Publisher, 2009.
Lele Dramaga, Budidaya Lele Sangkuriang, http//www.leledramaga. com, 2010,
diakses tanggal 24 Maret 2017.
Lovell, Nutrition and Fedding Of Fish, (New York: Van Nostrand Reinhold,
1988), dikutip oleh Taufik Budi Pramono, Dyahruri Sanjayasari dan Hary
Tjahja Soedibya, Optimasi Pakan dengan Level Protein dan Energi
Protein untuk Calon Induk Ikan Senggaringan, Jurnal Protein, Vol 15, No
2, 2007.
Mahyuddin Kholish, Paduan Lengkap Agribisnis Lele, Jakarta: Penebar Swadaya,
2008.
M. Ghufran. H. Kordi K, Kiat sukses pembesaran lele unggul, Yogyakarta: Lily
publisher, 2012.
M. Ghufran, Buku Pintar Pemeliharaan 14 Ikan Air Tawar Ekonomis,
Yogyakarta: Lily Publisher, 2010.
Muktiani, Budidaya Lele Sangkuriang Dengan Kolam Terpal, Yogyakarta:
Pustaka Baru Press, 2011.
Nurul Huda, Pengaruh Penggunaan Ampas Tempe dalam Ransum Terhadap
Performan Domba Lokal Jantan, Skripsi fakultas pertanian universitas
sebelas maret, Surakarta, 2008.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidika, Semarang: Rineka Cipta, 1996.
Sri Rahayu, Budidaya Lele di lahan sempit, Jakarta: Infra Pustaka, 2013.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta, 2013.
Sudjiharo, Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates Calcarifer, Bloch) di Keramba
Jaring Apung, Departemen Jenderal Perikanan Balai Budidaya Laut
Lampung 65 h, 1999.
Sulastri siti, Pengaruh Penggunaan Ampas Tempe Dalam Ransum Terhadap
Kecernaan Nutrien Domba Lokal Jantan, Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2008.
Tutuko Pindo, Faslih, Alternatif Pengelolaan Limbah Rumah Produktif Kampung
Sanan Tempe Malang, Disampaikan pada seminar pascasarjana III ITS
Surabaya, Juni 2003.
Usman dkk, “Pengaruh Kadar Protein dan Lemak Pakan Terhadap dan
Komposisi Badan Ikan Kerapu Macan (Ephnihelus fuscogullotus), 2010,
dikutip oleh Muhammad Marzuqi dan Dewi Nasbha Anjusary,
“Kecernaan Nutrien Pakan dengan Kadar Protein dan Lemak Berbeda
pada Juvenil Ikan Kerapu Pasir (Epinephelus coralicola), Jurnal Ilmi dan
Teknologi Kelautan Tropis, Vol 5, No 2, Desember 2013, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang, h.311- 323.
Warisno, dan Kres Dahana, Meraup Untuk dari Beternak Lele Sangkuriang,
Yogyakarta: Lily Publisher, 2009.
Wirawan et al. Peningkatan Kecernaan Limbah Tempe dengan Mikroba Selulotik
dan Respons Pemberiannya Pada Itik, Majalah Ilmiah Peternakan Vol 18
No 2, 2015.
Wiryani, Erry, Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe, Lab Ekologi dan
Biosistematik Jurusan Biologi FMIPA UNDIP, Semarang.
Yusnu Iman nur hakim, Langsung hasil ternak lele sangkuriang, Jakarta : Infra
pustaka, 2015.
Lampiran 1
Hasil Pengukuran Berat Badan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
Selama Penelitian (gram)
No
Perlakuan
Ulangan
Hasil Pengukuran Berat Badan Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus) (gram)
Pengamatan Ke-
0 7 14 21 28 35
1 P0 (0%) 1 23 24 25 25 26 28
2 23 23 24 25 27 28
3 23 24 26 27 27 26
Rata-rata 23 23,66 25 25,66 26,66 27,33
2 P1 (10%) 1 23 25 28 28 30 32
2 23 26 28 30 33 33
3 23 25 27 30 32 35
Rata-rata 23 25,33 27,66 29,33 31,66 33,33
3 P2 (15%) 1 23 27 30 32 34 37
2 23 25 29 31 34 35
3 23 26 28 30 33 33
Rata-rata 23 26 29 31 33,66 35
4 P3 (20%) 1 23 26 31 35 39 42
2 23 26 30 37 41 37
3 23 25 30 33 40 40
Rata-rata 23 25,66 30,33 35 40 39,66
Lampiran 2
Perhitungan Untuk Uji Analisis Sidik Ragam (Ansira) dan Uji Lanjut BNT
Pada Data Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang pada Hari Ke-7
a. Data Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan
Berat Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada Hari Ke-7
Konsentrasi %
(t)
Ulangan (r)
Jumlah
Rerata 1 2 3
0% 24 23 24 71 23,66
10% 25 26 25 76 25,33
15% 27 25 26 78 26
20% 26 26 25 77 25,66
Jumlah 302 (Tij) 25,16 (Yij)
Jumlah Kuadrat:
1. Faktor Koreksi (FK) =
r x t
= = = 7600,33
2. JK Total = [ + +
- FK
= 7614 – 7600,33
= 13,67
3. JK pakan = [ ] – FK
= 22830 - 7600,33
3
= 7610 – 7600,33 = 9,67
4. JK galat = JK total- JK pakan
= 13,67 – 9,67
= 4
b. Hasil Analisis Sidik Ragam (Ansira) Pengaruh Pemberian Ampas Tempe
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Pada
Hari Ke-7
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F Hitung
F Tabel
Pakan 3( ) 9,67 3,22 6,44* 4,07
Galat 8 ( ) 4 0,5 - -
Total 11 13,67 -
Keterangan* = nyata
JK perlakuan KTp
KTp = F hitung =
V1 KTg
= 3,22
0,5
9,67 = 6,44
=
3
= 3,22
JK galat
KTg =
V2
4
=
8
= 0,5
x 100%
x 100%
= x 100%
= 0,027 x 100% = 2,7%
c. Uji Lanjut BNT
Nilai KTG = 0,5 V = 8 r = 3 t (8) = 2,306
S` d
= 0,57
BNT 0,05 = 2,306 X 0,57
= 1,31
Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang Pada Hari Ke-7
Konsentrasi Rerata (gr) BNT 0,05 (1,31)
P0 (0%) 23,66 a a
P1 (10%) 25,33 ab b
P2 (15%) 26 abc b
P3 (20%) 25,66 abcd b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata
Lampiran 3
Perhitungan Untuk Uji Analisis Sidik Ragam (Ansira) dan Uji Lanjut BNT
Pada Data Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang pada Hari Ke-14
a. Data Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada Hari
Ke-14
Konsentrasi %
(t)
Ulangan (r)
Jumlah
Rerata 1 2 3
0% 25 24 26 75 25
10% 28 28 27 83 27,66
15% 30 29 28 87 29
20% 31 30 30 91 30,33
Jumlah 336 (Tij) 27,99 (Yij)
Jumlah Kuadrat:
1. Faktor Koreksi (FK) =
r x t
= = 9408
2. JK Total = [ +
]– FK
= 9460 – 9408 = 52
3. JK pakan = [ + ] – FK
3
= 28364 - 9408
3
= 9454,6 – 9408 = 46,6
4. JK galat = JK total- JK pakan
= 52 – 46,6
= 5,4
b. Hasil Analisis Sidik Ragam (Ansira) Pengaruh Pemberian Ampas Tempe
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Pada
Hari Ke-14
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F Hitung
F Tabel
Pakan 3( ) 46,6 15,53 23** 4,07
Galat 8 ( ) 5,4 0,675 - -
Total 11 52 -
Keterangan** = sangat nyata
JK perlakuan KTp
KTp = F hitung =
V1 KTg
= 15,53
0,675
46,6 = 23
=
3
= 15,53
JK galat
KTg =
V2
5,4
=
8
= 0,675
x 100%
x 100%
= x 100%
= 0,029 x 100% = 2,9%
c. Uji Lanjut BNT
Nilai KTG = 0,675 V = 8 r = 3 t (8) = 2,306
S` d
= 0,67
BNT 0,05 = 2,306 X 0,67
= 1,54
Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang Pada Hari Ke-14
Konsentrasi Rerata (gr) BNT 0,05 (1,54)
P0 (0%) 25 a a
P1 (10%) 27,66 ab b
P2 (15%) 29 abc bc
P3 (20%) 30,33 abcd c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata
Lampiran 4
Perhitungan Untuk Uji Analisis Sidik Ragam (Ansira) dan Uji Lanjut BNT
Pada Data Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang pada Hari Ke-21
a. Data Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada Hari
Ke-21
Konsentrasi %
(t)
Ulangan (r)
Jumlah
Rerata 1 2 3
0% 25 25 27 77 25,66
10% 28 30 30 88 29,33
15% 32 31 30 93 31
20% 35 37 33 105 35
Jumlah 363 (Tij) 120,99 (Yij)
Jumlah Kuadrat:
1. Faktor Koreksi (FK) =
r x t
= 10980,75
2. JK Total = [ + +
]– FK
= 11131 – 10980,75 = 150,25
3. JK pakan = [ + ] – FK
3
= 33347 - 10980,75
3
= 11115,667 – 10980,75 = 134,91
4. JK galat = JK total- JK pakan
= 150,25– 134,91
= 15,34
b. Hasil Analisis Sidik Ragam (Ansira) Pengaruh Pemberian Ampas Tempe
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Pada
Hari Ke-21
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F Hitung
F Tabel
Pakan 3( ) 134,91 44,97 23,54** 4,07
Galat 8 ( ) 15,34 1,91 - -
Total 11 150,25 -
Keterangan** = sangat nyata
JK perlakuan KTp
KTp = F hitung =
V1 KTg
= 44,97
1,91
134,91 = 23,54
=
3
= 44,97
JK galat
KTg =
V2
15,34
=
8
= 1,91
x 100%
x 100%
= x 100%
= 0,01 x 100% = 1%
c. Uji Lanjut BNT
Nilai KTG = 1,91 V = 8 r = 3 t (8) = 2,306
S` d
= 1,12
BNT 0,05 = 2,306 X 1,12
= 2,58
Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang Pada Hari Ke-21
Konsentrasi Rerata (gr) BNT 0,05 (2,58)
P0 (0%) 25,66 a a
P1 (10%) 29,33 ab b
P2 (15%) 31 abc b
P3 (20%) 35 abcd c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata
Lampiran 5
Perhitungan Untuk Uji Analisis Sidik Ragam (Ansira) dan Uji Lanjut BNT
Pada Data Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang pada Hari Ke-28
a. Data Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada Hari
Ke-28
Konsentrasi %
(t)
Ulangan (r)
Jumlah
Rerata 1 2 3
0% 26 27 27 80 26,66
10% 30 33 32 95 31,66
15% 34 34 33 101 33,66
20% 39 41 40 120 40
Jumlah 396 (Tij) 131,98 (Yij)
Jumlah Kuadrat:
1. Faktor Koreksi (FK) =
r x t
= 13,06
2. JK Total = [ + +
]– FK
= 13.350 – 13,06 = 13,33
3. JK pakan = [ + ] – FK
3
= 40.026 - 13,06
3
= 13.342 – 13,06 = 13,32
4. JK galat = JK total- JK pakan
= 13,33 – 13,32
= 0,01
b. Hasil Analisis Sidik Ragam (Ansira) Pengaruh Pemberian Ampas Tempe
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Pada
Hari Ke-28
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F Hitung
F Tabel
Pakan 3( ) 13,32 4,44 4,44* 4,07
Galat 8 ( ) 0,01 0,001 - -
Total 11 13,33 -
Keterangan* = nyata
JK perlakuan KTp
KTp = F hitung =
V1 KTg
= 4,44
0,001
13,32 = 4,44
=
3
= 4,44
JK galat
KTg =
V2
0,01
=
8
= 0,001
x 100%
x 100%
= x 100%
= 0,0002 x 100% = 0,02%
c. Uji Lanjut BNT
Nilai KTG = 0,001 V = 8 r = 3 t (8) = 2,306
S` d
= 0,07
BNT 0,05 = 2,306 X 0,07
= 0,16
Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang Pada Hari Ke-28
Konsentrasi Rerata (gr) BNT 0,05 (0,16)
P0 (0%) 26,66 a a
P1 (10%) 31,66 ab b
P2 (15%) 33,66 abc c
P3 (20%) 40 abcd d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata
Lampiran 6
Perhitungan Untuk Uji Analisis Sidik Ragam (Ansira) dan Uji Lanjut BNT
Pada Data Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang pada Hari Ke-35
a. Data Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pada Hari
Ke-35
Konsentrasi %
(t)
Ulangan (r)
Jumlah
Rerata 1 2 3
0% 28 28 26 82 27,33
10% 32 33 35 100 33,33
15% 37 35 33 105 35
20% 42 37 40 119 4039,66
Jumlah 406 (Tij) 33,83 (Yij)
Jumlah Kuadrat:
1. Faktor Koreksi (FK) =
r x t
= 13736,33
2. JK Total = [ + +
]– FK
= 13.998 – 13736,33= 261,67
3. JK pakan = [ + ] – FK
3
= 41910 - 13736,33
3
= 13.970 – 13736,33 = 233,67
4. JK galat = JK total- JK pakan
= 261,67– 233,67
= 28
b. Hasil Analisis Sidik Ragam (Ansira) Pengaruh Pemberian Ampas Tempe
Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Berat Ikan Lele Sangkuriang Pada
Hari Ke-35
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F Hitung
F Tabel
Pakan 3( ) 233,67 77,89 22,25** 4,07
Galat 8 ( ) 28 3,5 - -
Total 11 261,67 -
Keterangan** = sangat nyata
JK perlakuan KTp
KTp = F hitung =
V1 KTg
= 77,89
3,5
233,67 = 22,25
=
3
= 77,89
JK galat
KTg =
V2
28
=
8
= 3,5
x 100%
x 100%
= x 100%
= 0,05 x 100% = 5%
c. Uji Lanjut BNT
Nilai KTG = 3,5 V = 8 r = 3 t (8) = 2,306
S` d
= 1,52
BNT 0,05 = 2,306 X 1,52
= 3,50
Hasil Uji BNT Pengaruh Pemberian Ampas Tempe Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Berat Lele Sangkuriang Pada Hari Ke-35
Konsentrasi Rerata (gr) BNT 0,05 (3,5)
P0 (0%) 27,33 a a
P1 (10%) 33,33 ab b
P2 (15%) 35 abc b
P3 (20%) 39,66 abcd c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak
berbeda nyata
Lampiran 7
Perhitungan Rata-rata Laju Pertumbuhan Harian Ikan
Perhitungan laju pertumbuhan harian digunakan rumus yang digunakan rumus
yang dikemukakan oleh Hariati (1989), sebagai berikut:
SGR = Wt- Wo x 100%
t
Keterangan : SGR = Laju pertumbuhan Harian (%)
Wt = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot rata-rata ikan di awal pemeliharaan (g)
T = Lama waktu pemeliharaan (hari)
a. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
gariepinus) Pada Hari Ke-7
Perlakuan Wo (gram) Wt (gram) t (hari) SGR (%)
P0 (0%) 23 23,66 7 9,4
P1 (10%) 23 25,33 7 33
P2 (15%) 23 26 7 42,8
P3 (20%) 23 25,66 7 38
b. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
gariepinus) Pada Hari Ke-14
Perlakuan Wo (gram) Wt (gram) t (hari) SGR (%)
P0 (0%) 23 25 7 28
P1 (10%) 23 27,66 7 66,5
P2 (15%) 23 29 7 85,7
P3 (20%) 23 30,33 7 104,7
c. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
gariepinus) Pada Hari Ke-21
Perlakuan Wo (gram) Wt (gram) t (hari) SGR (%)
P0 (0%) 23 25,66 7 38
P1 (10%) 23 29,33 7 90,4
P2 (15%) 23 31 7 114
P3 (20%) 23 35 7 171
d. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
gariepinus) Pada Hari Ke-28
Perlakuan Wo (gram) Wt (gram) t (hari) SGR (%)
P0 (0%) 23 26,66 7 52
P1 (10%) 23 31,66 7 123,7
P2 (15%) 23 33,66 7 152
P3 (20%) 23 40 7 242,8
e. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Lele Sangkuriang (Clarias
gariepinus) Pada Hari Ke-35
Perlakuan Wo (gram) Wt (gram) t (hari) SGR (%)
P0 (0%) 23 27,33 7 61,8
P1 (10%) 23 33,33 7 147,5
P2 (15%) 23 35 7 171
P3 (20%) 23 39,66 7 238
Perhitungan Laju Pertumbuhan Harian Ikan
A. Pada Penelitian Hari Ke-7 B. Pada Penelitian Hari Ke-14
1. Perlakuan P0 1. Perlakuan P0
SGR = Wt- Wo x 100% SGR = Wt- Wo x 100%
t t
= 25-23 x 100%
= 23,66-23 x 100% 7
7
= 0,66 x 100% x 100%
7 7
= 0,094 x 100% = 9,4% = 0,28 x 100% = 28%
2. Perlakuan P1 2. Perlakuan P1
SGR = Wt- Wo x 100% SGR = Wt- Wo x 100%
t t
= 25,33-23 x 100% = 27,66-23 x 100%
7 7
= 2,33 x 100% 4,66 x 100%
7 7
= 0,33 x 100% = 33% = 0,665 x 100% = 66,5%
3. Perlakuan P2 3. Perlakuan P2
SGR = Wt- Wo x 100% SGR = Wt- Wo x 100%
t t
= 26-23 x 100% = 29-23 x 100%
7 7
= 3 x 100% = 6 x 100%
7 7
= 0,428 x 100% = 42,8% = 0,857 x 100% = 85,7%
4. Perlakuan P3 4. Perlakuan P3
SGR = Wt- Wo x 100% SGR = Wt- Wo x 100%
t t
= 25,66-23 x 100% = 30,33-23 x 100%
7 7
= 2,66 x 100% = 7,33 x 100%
7 7
= 0,38 x 100% = 38% = 1,047 x 100% = 104,7%
C. Pada Penelitian Hari Ke-21 D. Pada Penelitian Hari Ke-28
1. Perlakuan P0 1. Perlakuan P0
SGR = Wt- Wo x 100% SGR = Wt- Wo x 100%
t t
= 25,66-23 x 100% = 26,66-23 x 100%
7 7
= 2,66 x 100% = 3,66 x 100%
7 7
= 0,38 x 100% = 38% = 0,52 x 100% = 52%
2. Perlakuan P1 2. Perlakuan P1
SGR = Wt- Wo x 100% SGR = Wt- Wo x 100%
t t
= 29,33-23 x 100% = 31,66-23 x 100%
7 7
= 6,33 x 100% = 8,66 x 100%
7 7
= 0,904 x 100% = 90,4% = 1,237 x 100% = 123,7%
3. Perlakuan P2 3. Perlakuan P2
SGR = Wt- Wo x 100% SGR = Wt- Wo x 100%
t t
= 31-23 x 100% = 33,66-23 x 100%
7 7
= 8 x 100% = 10,66 x 100%
7 7
= 1,14 x 100% = 114% = 1,52 x 100% = 152%
4. Perlakuan P3 4. Perlakuan P3
SGR = Wt- Wo x 100% SGR = Wt- Wo x 100%
t t
= 35-23 x 100% = 40-23 x 100%
7 7
= 12 x 100% = 17 x 100%
7 7
= 1,71 x 100% = 171% = 2,428 x 100% = 242,8%
E. Pada Penelitian Hari Ke-35
1. Perlakuan P0 2. Perlakuan P1
SGR = Wt- Wo x 100% SGR = Wt- Wo x 100%
t t
= 27,33-23 x 100% = 33,33-23 x 100%
7 7
= 4,33 x 100% = 10,33 x 100%
7 7
= 0,618 x 100% = 61,8% = 1,475 x 100% = 147,5%
3. Perlakuan P2 4. Perlakuan P3
SGR = Wt- Wo x 100% SGR = Wt- Wo x 100%
t t
= 35-23 x 100% = 39,66-23 x 100%
7 7
= 12 x 100% = 16,66 x 100%
7 7
= 1,71 x 100% = 171% = 2,38 x 100% = 238%
Lampiran 8
Perhitungan Jumlah Pakan Berdasarkan Jumlah Pakan Yang Diberikan
Serta Efisiensi Pemberian Pakan
1. Perhitungan Jumlah Pakan Yang Diberikan
a. Dosis Pemberian Pakan dari Hari 0-7 adalah 5%
Jumlah pakan ikan dalam sehari : Ʃ pakan = A x B x C x 3
= 23 x 10 x 5% x 3
= 34,5 gram
Untuk 3 Ulangan = 3 x 34,5 gr
= 103,5 gr
Selama 7 Hari = 7 x 103,5 gr
= 724,5 gr
b. Dosis Pemberian Pakan dari Hari 7-14 adalah 5%
Jumlah pakan ikan dalam sehari : Ʃ pakan = A x B x C x 3
= 27 x 10 x 5% x 3
= 40,5 gram
Untuk 3 Ulangan = 3 x 40,5 gr
= 121,5 gr
Selama 7 Hari = 7 x 121,5 gr
= 850,5 gr
c. Dosis Pemberian Pakan dari Hari 14-21 adalah 5%
Jumlah pakan ikan dalam sehari : Ʃ pakan = A x B x C x 3
= 30 x 10 x 5% x 3
= 45 gram
Untuk 3 Ulangan = 3 x 45 gr
= 135 gr
Selama 7 Hari = 7 x 135 gr
= 945 gr
d. Dosis Pemberian Pakan dari Hari 21-28 adalah 5%
Jumlah pakan ikan dalam sehari : Ʃ pakan = A x B x C x 3
= 32 x 10 x 5% x 3
= 48 gram
Untuk 3 Ulangan = 3 x 48 gr
= 144 gr
Selama 7 Hari = 7 x 144 gr
= 1008 gr
e. Dosis Pemberian Pakan dari Hari 28-35adalah 5%
Jumlah pakan ikan dalam sehari : Ʃ pakan = A x B x C x 3
= 33 x 10 x 5% x 3
= 49,5 gram
Untuk 3 Ulangan = 3 x 49,5 gr
= 148,5 gr
Selama 7 Hari = 7 x 148,5 gr = 1039,5 gr
2. Konversi Pakan
Menghitung efisiensi pemberian pakan dengan rumus:
Ep =
Keterangan: Ep = Efisiensi pemberian pakan
Wt = Berat total ikan saat panen (g)
W0 = Berat total ikan saat awal penebaran (g)
F = Jumlah Pakan yang diberikan Selama Pemeliharaan (g)
a. FCR pada Perlakuan P0
FCR
= 1054
b. FCR pada Perlakuan P1
FCR
= 442
c. FCR pada Perlakuan P2
FCR
= 380,6
d. FCR pada Perlakuan P3
FCR
= 274
Lampiran 9
Hasil Rata-rata Pertumbuhan
Panjang Mutlak Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
No
Perlakuan
Ulangan
Hasil Pengukuran Panjang Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus) (gram) -
Pengamatan Ke-
0 7 14 21 28 35
1
P0 (0%)
1 13 15 16 17 17 18
2 13 14 16 17 17 18
3 13 15 17 16 17 17
Rata-rata 13 14,66 16,33 16,66 17 17,66
2
P1 (10%)
1 13 17 18 19 19 18
2 13 16 18 18 18 19
3 13 17 17 17 18 19
Rata-rata 13 16,66 17,66 18 18,33 18,66
3
P2 (15%)
1 13 16 17 17 18 20
2 13 16 18 18 19 18
3 13 17 18 17 18 19
Rata-rata 13 16,33 17,66 17,33 18,33 19
4
P3 (20%)
1 13 16 18 19 19 20
2 13 16 17 18 18 19
3 13 16 17 17 18 20
Rata-rata 13 16 17,33 18 18,33 19,66
Perhitungan Panjang Mutlak Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)
Pertumbuhan panjang mutlak digunakan untuk menghitung pertambahan panjang
ikan selama pemeliharaan, dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
Lm = TL1- TLo
Keterangan:
TL1 : Panjang total pada akhir pemeliharaan (cm)
TLo : Panjang total pada awal pemeliharaan (cm)
Lm : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Perlakuan TL1 (cm) Tlo (cm) Lm (cm)
P0 (0%) 17,66 13 cm 4,66
P1 (10%) 18,66 13 cm 5,66
P2 (15%) 19 13 cm 6
P3 (20%) 19,66 13 cm 6,66
Lampiran 10
Tabel Nilai F (0,05)
V2
V1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 161.4 199.5 215.7 224.6 230.2 234.0 236.8 238.9 240.5
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77
6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10
7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39
9 5.12 4.26 3.86 6.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02
11 4.84 3.98 3.59 3.26 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90
12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80
13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65
15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59
16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46
19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42
20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39
21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30
25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28
26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27
27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22
30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.21
40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.12
60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04
120 3.92 3.07 2.68 2.42 2.29 2.17 2.09 2.02 1.96
∞ 384 3.00 2.60 2.37 2.21 2.10 2.01 1.94 1.88
Sumber : Kemas Ali Hanafiah. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Rajawali Pers. 2012. Ftabel = 4,07
Daftar Nilai Baku t-student Pada Taraf Uji 10, 5 dan 1% Untuk Uji BNT
v= Derajat Bebas
Galat
Taraf Kritis
0,100 0,050 0,010
1 6,134 12,706 63,657
2 2,290 4,303 9,925
3 2,353 3,182 5,841
4 2,132 2,776 4,604
5 2,015 2,571 4,032
6 1,943 2,447 3,707
7 1,895 2,365 3,499
8 1,860 2,306 3,355
9 1,833 2,262 3,250
10 1,812 2,228 3,169
11 1,796 2,201 3,106
12 1,782 2,179 3,055
13 1,771 2,160 3,012
14 1,761 2,145 2,977
15 1,753 2,131 2,947
16 1,746 2,120 2,921
17 1,740 2,110 2,898
18 1,734 2,010 2,878
19 1,729 2,093 2,861
20 1,725 2,086 2,845
21 1,721 2,080 2,831
22 1,717 2,074 2,819
23 1,714 2,069 2,807
24 1,711 2,064 2,797
25 1,708 2,060 2,787
- 1,6448 1,9600 2,5758
Sumber : Kemas Ali Hanafiah. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Rajawali Pers. 2012.
BNT 0,05(8)= 2,306
Lampiran 11
Hasil Pengukuran Suhu Air Kolam pada Masing-masing Perlakuan Selama
Penelitian
No
Perlakuan
Ulangan
Hasil Pengukuran Suhu Air Kolam Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus) Pengamatan Ke-
7 14 21 28 35
1
P0 (0%)
1 25°C 25°C 25°C 26°C 25°C
2 25°C 26°C 26°C 25°C 26°C
3 24°C 26°C 26°C 26°C 25°C
Rata-rata 24,66°C 25,66°C 25,66°C 25,66°C 25,66°C
2
P1 (10%)
1 25°C 27°C 27°C 26°C 26°C
2 24°C 26°C 26°C 27°C 26°C
3 25°C 26°C 26°C 27°C 27°C
Rata-rata 24,66°C 26,33°C 26,33°C 26,66°C 26,33°C
3
P2 (15%)
1 25°C 27°C 26°C 26°C 26°C
2 26°C 26°C 26°C 27°C 28°C
3 26°C 26°C 25°C 26°C 27°C
Rata-rata 25,66°C 26,33°C 25,66°C 26,33°C 27°C
4
P3 (20%)
1 26°C 26°C 27°C 27°C 27°C
2 26°C 27°C 26°C 26°C 26°C
3 25°C 26°C 26°C 27°C 28°C
Rata-rata 25,66°C 26,33°C 26,33°C 26,66°C 27°C
Lampiran 12
Hasil Pengukuran pH Air Kolam Pada Masing-Masing Perlakuan Selama
Penelitian
No
Perlakuan
Ulangan
Hasil Pengukuran pH Air Kolam Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus)
Pengamatan Ke-
7 14 21 28 35
1
P0 (0%)
1 7 8 8 7 8
2 6 7 7 7 8
3 6 6 7 6 7
Rata-rata 6,3 7 7,3 6,6 7,6
2
P1 (10%)
1 6 7 7 6 7
2 7 7 8 7 7
3 7 8 7 7 7
Rata-rata 6,6 7,3 7,3 6,6 7
3
P2 (15%)
1 6 7 7 6 7
2 6 6 7 7 8
3 7 7 8 7 7
Rata-rata 6,3 6,6 7,3 6,6 7,3
4
P3 (20%)
1 7 7 8 7 6
2 6 7 8 7 7
3 7 7 7 7 6
Rata-rata 6,6 7 7,6 7 6,3
Gambar Bahan dan Alat Penelitian
Pellet Ikan
Ampas Tempe Basah
Ampas Tempe Kering
Ampas Tempe Yang Sudah
Dihaluskan
pH universal
Thermometer
Proses Pengukuran pH Air
Proses Pengukuran Suhu Air
Proses Penimbangan Ikan
Proses Penimbangan Ikan
Jaring Ikan
Timbangan Digital
Alat Tulis
Proses Pengukuran Panjang Ikan