bab i pendahuluan a. latar belakang masalahrepository.iainpekalongan.ac.id/470/6/8.bab i.pdf ·...

29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu mata pelajaran pokok yang harus diajarkan di sekolah/madrasah ialah Pendidikan Agama Islam (PAI). Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Agama RI bahwa PAI adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. 1 PAI sendiri dibagi menjadi 4 mata pelajaran dalam kurikulum Madrasah, yakni: Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Di mana masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling terkait dan melengkapi. Pada era globalisasi ini, PAI sangat dibutuhkan bagi peserta didik, agar dapat memahami secara benar ajaran Islam sebagai agama yang sempurna, kesempurnaan ajaran Islam yang dipelajari secara integral diharapkan dapat meningkatkan kualitas peserta didik dalam keseluruhan aspek kehidupanya. Oleh karena itu, agar ajaran Islam dapat dipelajari secara efektif dan efisien, perlu adanya usaha pengembangan dan peningkatan terhadap mutu pembelajaran PAI di sekolah/madrasah sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman yang selalu dinamis. 1 Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah, pasal 1 ayat 1.

Upload: vuonghuong

Post on 28-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu mata pelajaran pokok yang harus diajarkan di sekolah/madrasah ialah

Pendidikan Agama Islam (PAI). Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Agama RI bahwa

PAI adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap,

kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama

Islam, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua

jalur, jenjang dan jenis pendidikan.1 PAI sendiri dibagi menjadi 4 mata pelajaran

dalam kurikulum Madrasah, yakni: Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, dan

Sejarah Kebudayaan Islam. Di mana masing-masing mata pelajaran tersebut pada

dasarnya saling terkait dan melengkapi.

Pada era globalisasi ini, PAI sangat dibutuhkan bagi peserta didik, agar

dapat memahami secara benar ajaran Islam sebagai agama yang sempurna,

kesempurnaan ajaran Islam yang dipelajari secara integral diharapkan dapat

meningkatkan kualitas peserta didik dalam keseluruhan aspek kehidupanya. Oleh

karena itu, agar ajaran Islam dapat dipelajari secara efektif dan efisien, perlu

adanya usaha pengembangan dan peningkatan terhadap mutu pembelajaran PAI di

sekolah/madrasah sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman yang selalu

dinamis.

1 Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama

pada Sekolah, pasal 1 ayat 1.

2

Sekolah/madrasah sendiri merupakan lembaga pendidikan formal yang

mempunyai peranan penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang

bermutu. Melalui sekolah/madrasah, diharapkan peserta didik dapat menggali dan

mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, sudah

semestinya suatu instansi sekolah/madrasah selalu berusaha untuk meningkatkan

mutu pembelajaran setiap mata pelajaran, agar dapat menjadikan peserta didiknya

bermutu, termasuk diantaranya ialah peningkatan dalam mutu pembelajaran PAI.

Dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa mutu adalah

(ukuran) baik buruk suatu benda, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan

sebagainya), kualitas. Di mana kualitas yang dimaksud lebih mengarah pada

sesuatu yang baik.2 Selain itu, Mulyasa menjelaskan bahwa mutu adalah suatu

sistem manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan sesuatu hal tertentu secara

berkelanjutan terus menerus.3 Mutu dalam konteks pembelajaran dapat dipahami

dari input, proses dan output pembelajaran.4

Mutu input pembelajaran ialah segala hal yang berkaitan dengan masukan

untuk proses pembelajaran di sekolah/madrasah. Di antara indikator input

pembelajaran, ialah memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas;

tersedia sumber daya yang siap; tersedianya staf yang kompeten dan berdedikasi

tinggi; memiliki harapan prestasi yang tinggi, berfokus pada peserta didik, dan

2 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. III, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2002), hlm. 677. 3 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional; dalam konteks menyukseskan MBS dan

KBK, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 224.

4 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT.

Refika Aditama, 2009), hal. 84.

3

memiliki input manajemen.5 Berdasarkan indikator tersebut, dipahamai bahwa

pembelajaran yang bermutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif,

efektif dan psikomotorik), metode, sarana prasarana, dukungan administrasi, serta

penciptaan suasana belajar yang kondusif.

Mutu proses pembelajaran ialah segala hal yang berkaitan dengan proses

pengambilan keputusan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi dalam

pembelajaran.6 Dengan kata lain, mutu proses pembelajaran yang dimaksud

menekankan pada standar atau acuan dalam hal proses pembelajaran, seperti

teamwork yang solid, evaluasi yang berkelanjutan, serta seberapa efektif dan

efisien pembelajaran di kelas.7 Sedangkan mutu output pembelajaran merupakan

prestasi atau hasil dari proses pelaksanaan pembelajaran. Mutu output

pembelajaran ini mengacu pada prestasi yang dicapai, baik dalam bidang

akademik maupun non-akademik.

Begitu juga dengan mutu pembelajaran PAI, hanya saja ada sedikit

tambahan yaitu adanya keseimbangan antara input, proses dan output

pembelajaran yang pada akhirnya mampu mencetak manusia muslim yang

berkualitas. Dalam arti, peserta didik mampu mengembangkan pandangan hidup,

sikap hidup dan keterampilan hidup yang berperspektif Islam. Pemahaman

manusia berkualitas dalam khasanah pemikiran Islam sering disebut sebagai insan

kamil yang mempunyai sifat-sifat antara lain manusia yang selaras (jasmani dan

5 Suharno, Manajemen Pendidikan, (Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)

Press, 2008), hal. 50.

6 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Refika

Aditama, 2009), hlm. 84-85.

7 Suharno, Manajemen Pendidikan, hal. 46.

4

rohani, duniawi dan ukhrawi), manusia moralis (sebagai individu dan sosial),

manusia nazhar dan i’tibar (kritis, berijtihad, dinamis, bersikap ilmiah dan

berwawasan ke depan), serta menjadi manusia yang memakmurkan bumi.8

Pembelajaran di sekolah/madrasah merupakan salah satu aspek yang perlu

diperhatikan untuk mencapai mutu pembelajaran PAI yang diharapkan. Hal ini

dikarenakan keefektifan dan keefisienan pembelajaran merupakan titik awal

dalam menentukan keberhasilan pengajaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi

mutu pembelajaran PAI, diantaranya ialah: (1) pendidik, (2) peserta didik, dan (3)

kurikulum.9 Faktor lain yang juga ikut andil dalam mempengaruhi mutu

pembelajaran PAI ialah sarana prasarana pendidikan, pengelolaan manajemen,

dan lingkungan.10

Pemenuhan faktor-faktor tersebut berpengaruh besar terhadap keadaan mutu

pembelajaran PAI. Namun di antara faktor tersebut, terdapat faktor utama yang

paling dominan, yakni Pendidik atau Guru. Hal ini dapat dimaklumi karena guru

merupakan ujung tombak dari keberhasilan dalam pembelajaran, baik mulai dari

proses sampai dengan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, guru merupakan salah

satu komponen utama yang menentukan keberhasilan pembelajaran, dan

keberhasilan belajar peserta didik.

Guru merupakan faktor utama yang memegang peran penting dalam

pembelajaran, di pundaknya terpikul tanggung jawab utama seluruh usaha

8 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005), hal. 201.

9 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 77.

10 Misbahul Munir, Supervisi Pendidikan Suplemen I dan II (Yogyakarta: Jurusan

Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006), hal. 43.

5

pembelajaran.11

Namun, tidak semua orang dewasa dapat dikategorikan sebagai

guru. Seorang guru harus memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh

setiap calon guru sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang,

bahwa untuk dapat diangkat sebagai tenaga pengajar, ia harus memiliki kualifikasi

minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.12

Oleh karena itu, salah satu komponen utama yang menentukan keberhasilan

pembelajaran adalah guru. Termasuk di dalamnya ialah keberhasilan belajar

siswa. Namun, keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran ditentukan

oleh kompetensi yang dimiliki guru dan kemampuan yang dimiliki siswa. Guru

yang berkualitas adalah guru yang profesional dalam melaksanakan tugas

pembelajaran, yakni mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran, menilai

hasil pembelajaran, menguasai bahan ajar, memahami karakteristik peserta didik,

dan terampil dalam memilih metode pembelajaran.13

Dengan demikian, guru harus memiliki kualifikasi akademik dan

kompetensi sebagai agen pembelajaran. Sehingga suatu keniscayaan bagi guru

untuk meningkatkan kompetensinya. Kompetensi ini mutlak harus dikuasai oleh

guru karena menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru yang telah menguasai

kompetensi, akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dibanding

11

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

2005), hal. 23.

12 Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pasal 39 dan 42. 13

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2002), hal. 35.

6

dengan guru yang tidak memiliki kompetensi. Pada akhirnya, keberhasilan dalam

melaksanakan pembelajaran akan meningkatkan prestasi belajar peserta didik

yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran, termasuk mutu

pembelajaran PAI.14

Dengan kata lain, guru yang berkualitas harus mampu

menguasai kompetensi yang menjadi kriteria dari seorang guru yang ideal.

Adapun yang dimaksud dengan kompetensi sebagaimana tercantum dalam

kamus ilmiah populer adalah kecakapan, kewenangan, kekuasaan dan

kemampuan.15 Dalam Undang-undang juga dijelaskan bahwa kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,

dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.16

Sedangkan menurut Saiful Sagala, kompetensi adalah perpaduan dari penguasaan,

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan

berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya.17

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru ialah kompetensi

pedagogik, yang merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan siswa meliputi

pemahaman terhadap siswa, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi

hasil belajar, serta pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai

14

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2010), hal. 35.

15 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: PT Arkola,

1994), hal. 353. 16

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen,

pasal 1 ayat 10. 17

Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung,

Alfabeta, 2009), hal. 23.

7

potensi yang dimiliki.18

Pada intinya, kompetensi pedagogik menuntut guru untuk

menguasai hal-hal yang berkaitan tentang pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut, dipahami bahwa peran guru yang berkompeten,

memiliki peran penting dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di

sekolah/madrasah, termasuk dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI. Di

mana peran guru dalam pembelajaran dirasakan sangat besar pengaruhnya

terhadap perubahan tingkah laku siswa. Sehingga untuk dapat tercapai mutu

pembelajaran sesuai harapan, diperlukan guru yang menguasai kompetensi, salah

satunya ialah kompetensi pedagogik, sehingga pembelajaran dapat berjalan

dengan baik. Dengan demikian mutu pembelajaran dengan kompetensi pedagogik

guru memiliki kaitan yang sangat erat dan saling mempengaruhi dalam proses

pencapaian tujuan pendidikan. Apabila kompetensi guru tinggi, maka asumsinya

adalah secara otomatis mutu pembelajaran akan tinggi pula.

Berdasarkan uraian diatas, penulis meneliti pengaruh kompetensi pedagogik

guru terhadap mutu pembelajaran PAI di lapangan. Penulis memilih MTs Negeri

Pemalang sebagai madrasah yang diteliti dengan pertimbangan bahwa seluruh

guru PAI di MTs Negeri Pemalang telah memiliki sertifikat sebagai seorang

pendidik yang kompeten. Selain itu, MTs Negeri Pemalang merupakan salah satu

lembaga pendidikan bercirikan Islam, dan sudah didirikan cukup lama, sehingga

telah diterima serta diakui oleh masyarakat Pemalang pada umumnya baik dari

segi kualitas maupun kuantitasnya. MTs Negeri Pemalang dalam kurikulumnya

memberikan porsi pendidikan Islam lebih banyak dibandingkan dengan

18

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 74 tahun 2008, tentang Guru, pasal 3

ayat 4-7.

8

sekolah/madrasah lainnya baik negeri maupun swasta, sehingga siswanya

memperoleh pengetahuan agama secara lebih mendalam.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, MTs Negeri Pemalang

mempunyai tanggung jawab untuk melahirkan dan menjadikan siswanya menjadi

generasi penerus yang mempunyai kepribadian muslim, sebagaimana tujuan

pendidikan Islam. Sehingga nilai-nilai luhur agama Islam yang diajarkan di MTs

Negeri Pemalang bukan hanya menjadi ilmu pengetahuan saja, tetapi juga

dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan diharapkan nantinya

para siswa disamping mempunyai kecerdasan intelektual dan pemahaman agama

yang baik, juga mempunyai akhlak yang terpuji.

Dengan demikian pembahasan dalam tesis ini, penulis merumuskan judul

“Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru terhadap Mutu Pembelajaran PAI di MTs

Negeri Pemalang”. Pemilihan judul tersebut diharapkan mampu memberikan

gambaran mengenai upaya dalam memaksimalkan kompetensi pedagogik guru

PAI dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran PAI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kompetensi Pedagogik Guru PAI di MTs Negeri Pemalang ?

2. Bagaimana Mutu Pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang ?

3. Bagaimana Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru PAI terhadap Mutu

Pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang ?

9

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan secara logis tentang apa yang

hendak dicapai, yaitu :

1. Menjelaskan kompetensi pedagogik guru PAI MTs Negeri Pemalang

2. Menjelaskan mutu pembelajaran PAI MTs Negeri Pemalang

3. Menjelaskan pengaruh kompetensi pedagogik guru PAI terhadap mutu

pembelajaran PAI MTs Negeri Pemalang

D. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan dan

wawasan tentang kompetensi pedagogik guru dan mutu pembelajaran PAI.

2. Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai:

1. Sumbangan pemikiran bagi kepala madrasah tentang kompetensi

pedagogik guru dan mutu pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang.

2. Masukan bagi guru dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru

dan mutu pembelajaran PAI MTs Negeri Pemalang.

E. Kajian Pustaka

Mulyasa berpendapat bahwa mutu adalah suatu sistem manajemen yang

berfokus pada tujuan untuk meningkatkan sesuatu secara berkelanjutan terus

menerus.19 Sedangkan pembelajaran dalam pemikiran Yamin merupakan proses

19

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional; dalam konteks menyukseskan MBS

dan KBK, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hlm. 224.

10

seseorang memperoleh kecakapan, keterampilan dan sikap.20

Adapun PAI adalah

salah satu mata pelajaran di sekolah/madrasah yang memberikan pengetahuan dan

membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan siswa dalam mengamalkan

ajaran agama Islam, yang dilaksanakan pada semua jalur, jenjang dan jenis

pendidikan.21

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa mutu pembelajaran PAI ialah

adanya keseimbangan antara input, proses dan output pembelajaran yang pada

akhirnya siswa (lulusannya) menjadi manusia muslim yang berkualitas. Dalam

arti, siswa mampu mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan

ketrampilan hidup yang berperspektif Islam. Pemahaman manusia berkualitas

disebut insan kamil, yang mempunyai beberapa sifat antara lain manusia selaras

(jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi), manusia moralis (individu dan sosial),

manusia nazhar dan i’tibar (kritis, berijtihad, dinamis, ilmiah dan berwawasan),

serta menjadi manusia yang memakmurkan bumi.22

Saiful Sagala menjelaskan bahwa kompetensi adalah perpaduan dari

penguasaan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam

kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya.23

Sedangkan pedagogik dalam pandangan Tilaar adalah ilmu mengenai proses

humanisasi, atau memanusiakan manusia. Pedagogik mengkaji mengenai proses

20

Martinus Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi (Jakarta: Gaung Persada

Press, 2004 ), hal. 97.

21 Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan

Agama pada Sekolah, pasal 1 ayat 1.

22 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005), hal. 201

23 Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung,

Alfabeta, 2009), hal. 23.

11

individuasi yang mempunyai kepribadian. Proses individuasi adalah

pengembangan potensi yang ada pada setiap individu, agar dapat dimanfaatkan

bagi keluhuran martabatnya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.24

Sehingga kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus

dimiliki oleh guru dalam bidang pendidikan. Dijelaskan dalam undang-undang

bahwa kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap siswa,

pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, serta

pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.25

Ditemukan beberapa penelitian lain yang memiliki tema sama dengan

peneliti. Pertama, penelitian Wulandari yang berjudul Kontribusi Kompetensi

Pedagogik dan Profesional terhadap Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara empiris mengenai

kontribusi kompetensi pedagogik dan profesional terhadap proses dan hasil

pembelajaran Matematika. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan metode survey. Populasinya adalah semua guru matematika yang

mengajar pada SMP Negeri di Kota Palembang. Sampel yang digunakan sejumlah

76 guru. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah korelasi, analisis regresi

dan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik

memberikan kontribusi sebesar 27%, dan kompetensi profesional sebesar 23%

terhadap proses pembelajaran. Sedangkan proses pembelajaran memberikan

24

H. A. R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantara Pedagogik Transformatif

untuk Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2002), hal. 523. 25

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 74 tahun 2008, tentang Guru, pasal 3

ayat 4-7.

12

kontribusi sebesar 46,6% terhadap hasil pembelajaran matematika. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional

berkontribusi terhadap proses dan hasil pembelajaran matematika.26

Kedua, penelitian Arif yang berjudul Kompetensi Pedagogik Guru PAI di

SMK Negeri se-Kabupaten Wajo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

aktivitas guru PAI dalam hal pelaksanaan kompetensi pedagogik terkait

pemahaman guru PAI terhadap peserta didik, kemampuan guru PAI dalam proses

pembelajaran, mengembangkan potensi peserta didik, dan memanfaatkan

teknologi pembelajaran. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif

dengan pendekatan fenomenologis. Subjek penelitiannya adalah guru PAI di

SMKN di kabupaten Wajo yang berjumlah 8 orang. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kompetensi pedagogik guru PAI di SMKN yang ada di kabupaten wajo

sudah baik. Dari empat aspek yang diteliti, 3 aspek pedagogik terlaksana dengan

baik dan 1 aspek tidak terlaksana dengan baik.27

Ketiga, penelitian Mujibur Rohman yang berjudul Model Manajemen

Peningkatan Mutu Terpadu Pendidikan Islam (Studi Kasus di MTs Negeri Model

Brebes). Penelitian ini meneliti tentang model manajemen peningkatan mutu

terpadu pendidikan dan keunggulannya di MTs Negeri Model Brebes. Jenis

penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang tujuan utamanya

untuk menerangkan kondisi apa adanya. Namun secara metodologis penelitian ini

26

Sapto Rini Wulandari, “Kontribusi Kompetensi Pedagogik dan Profesional terhadap

Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika”, Tesis, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,

2010), hal. 141.

27 Muh. Amin Arif, “Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) se Kabupaten Wajo”, Tesis, (Semarang: IAIN Walisongo,

2012), hal. 10.

13

termasuk dalam lingkup penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang

dilakukan di kancah lapangan terjadinya gejala-gejala atau peristiwa. Metode

pengumpulan datanya dengan observasi, intervieu dan dokumentasi, sedangkan

analisanya dengan analisis deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa MTs Negeri Model Brebes menerapkan model manajemen peningkatan

mutu terpadu pendidikan dengan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act) dan cukup

memberikan kontribusi terhadap output sesuai dengan kriteria madrasah yang

bermutu. Keunggulan model manajemen peningkatan mutu terpadu pendidikan di

MTs Negeri Brebes antara lain; adanya quality control yang intensif, sumber daya

manusia yang kompeten, metode perbaikan berkelanjutan yang sistematis dengan

siklus PDCA, pendekatan data dan fakta dalam meningkatkan mutu terpadu

pendidikan, serta adanya budaya mutu guna mewujudkan visi misi madrasah.28

Keempat, penelitian Munir yang berjudul Strategi Guru PAI dalam

Meningkatkan Mutu Pembelajaran PAI di SMA Negeri 3 Malang. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis melalui

rancangan studi kasus. Metode pengumpulan data berupa metode wawancara,

dokumentasi dan observasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan guru

PAI terkait dengan mutu pembelajaran PAI di SMAN 3 Malang sudah

dilaksanakan secara optimal, hal ini dapat dilihat pada: 1) Strategi guru PAI dalam

meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMAN 3 Malang, diantaranya adalah:

(a) Perencanaan pembelajaran, (b) Pelaksanaan pembelajaran, (c) Evaluasi

28

Mujibur Rohman, “Model Manajemen Peningkatan Mutu Terpadu Pendidikan Islam

(Studi Kasus di MTs Negeri Model Brebes)”, Tesis, (Semarang: IAIN Walisongo, 2013), hal. 35.

14

pembelajaran, (d) Model strategi PAKEM, (e) Peningkatan profesionalisme guru.

2) Dampak dari strategi guru PAI dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI

dapat dilihat dari (a) Prestasi akademik dan non akademik, (b) Pembelajaran

menjadi efektif dan efisien. 3) Faktor pendukung dan penghambat dari strategi

guru PAI dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMAN 3 Malang.

Faktor pendukung itu antara lain (1) Faktor guru, (2) Lingkungan, (3) Sarana dan

prasarana, (4) Faktor Siswa. Sedangkan faktor penghambatnya adalah (1) Sarana

dan prasarana, (2) Faktor siswa.29

Kelima, penelitian Haryono dengan judul Pengaruh Kompetensi

Pedagogik dan Kinerja Guru terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah se-

kabupaten Lingga. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

kompetensi pedagogik dan kinerja guru terhadap mutu pembelajaran di sekolah

se-kabupaten Lingga. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi

pedagogik serta kinerja guru terhadap mutu pembelajaran di sekolah. Strategi

penelitian adalah survei dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang diambil

dalam penelitian tersebut ialah guru yang ada di kabupaten Lingga sebanyak 307

orang. Instrumen penelitian berupa angket dengan tipe skala Likert, sedangkan

teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis).

Hasil penelitian ditemukan: (1) Kompetensi pedagogik dengan kinerja

guru secara simultan mempengaruhi sepertiga mutu pembelajaran. (2)

Kompetensi pedagogik secara langsung mempengaruhi seperempat mutu

29

Miftakhul Munir, “Strategi Guru PAI dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Pendidikan agama islam di SMA Negeri 3 Malang”, Tesis, (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,

2012), hal. 13.

15

pembelajaran. (3) Kompetensi pedagogik melalui kinerja guru mempengaruhi

seperseratus mutu pembelajaran. (4) Kompetensi pedagogik total mempengaruhi

kurang lebih seperempat mutu pembelajaran. (5) Kinerja guru secara langsung

mempengaruhi seperduapuluhlima mutu pembelajaran. (6) Faktor lain di luar

kompetensi pedagogik dan kinerja guru, seperti pembiayaan, kepemimpinan

kepala sekolah, manajemen sekolah, budaya dan iklim organisasi sekolah,

loyalitas, penghargaan, peralatan dan teknologi, etika kerja, dan lain-lain,

mempengaruhi duapertiga mutu pembelajaran.30

Berikut adalah ulasan atau kajian pustaka yang disajikan dalam bentuk

tabel, meliputi persamaan dan perbedaan penelitian-penelitian di atas dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Tabel 1.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Peneliti

No. Judul Penelitian Persamaan dengan

Peneliti

Perbedaan dengan

Peneliti

1 Kontribusi Kompetensi

Pedagogik dan

Profesional terhadap

Proses dan Hasil

Pembelajaran

Matematika, oleh

Wulandari

Peranan dari beberapa

bidang kompetensi

guru terhadap mutu

pembelajaran

Terdapat 2 bidang

kompetensi yang

dikaji, dan adanya

perbedaan dalam hal

mutu pembelajaran

yang dikaji, yakni

antara matematika

dengan PAI.

2 Kompetensi Pedagogik

Guru PAI di SMKN se

Kabupaten Wajo, oleh

Arif.

Adanya kesamaan

dalam hal yang dikaji,

yakni mengenai

kompetensi pedagogik

guru.

Merupakan penelitian

deskriptif tentang

kompetensi pedagogik

guru, sedangkan

penelitian peneliti

merupakan penelitian

kausalitas.

30

Deddy Haryono, “Pengaruh Kompetensi Pedagogik dan Kinerja Guru terhadap Mutu

Pembelajaran di Sekolah”, Thesis, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2012), hal. 63.

16

3 Model Manajemen

Peningkatan Mutu

Terpadu Pendidikan

Islam, oleh Rohman.

Adanya kesamaan

dalam hal yang dikaji,

yakni mengenai Mutu

Pembelajaran.

Merupakan penelitian

yang mengkaji tentang

penerapan suatu

model mutu

pembelajaran di

sekolah/madrasah.

4 Strategi Guru PAI

dalam Meningkatkan

Mutu Pembelajaran PAI

di SMA N 3 Malang,

oleh Miftakhul.

Adanya kesamaan

dalam hal yang diteliti

yakni mengenai

peningkatan mutu

pembelajaran PAI.

Fokus yang digunakan

dalam peningkatan

mutu ialah mengenai

strategi guru PAI,

sedangkan peneliti

fokus pada pengaruh

kompetensi pedagogik

terhadap mutu

pembelajaran PAI.

5 Pengaruh Kompetensi

Pedagogik dan Kinerja

Guru terhadap Mutu

Pembelajaran di

Sekolah, oleh Deddy.

Terletak dalam hal apa

yang diteliti, yakni

terkait kompetensi

pedagogik guru dan

mutu pembelajaran.

Merupakan penelitian

kuantitatif yang

mengungkap peranan

kompetensi guru

terhadap peningkatan

mutu pembelajaran

secara keseluruhan,

bukan bidang studi.

Berdasarkan telaah di atas, dipahami bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh

Kompetensi Guru terhadap Mutu Pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang”

belum dibahas pada penelitian sebelumnya, oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut guna menjawab rumusan masalah dan penelitian ini bukan

merupakan jiplakan atau plagiat dari penelitian-penelitian sebelumnya.

F. Kerangka Teoritik

Mutu merupakan baik buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau derajat

(kepandaian, kecerdasan).31

Istilah mutu mengandung makna derajat (tingkat)

31

Partanto dan Dahlan, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), hal. 505.

17

keunggulan suatu produk baik beruapa barang maupun jasa, baik yang dapat

dipegang (tangible) maupun yang tidak dapat dipegang (intangible). Dalam

konteks pembelajaran, mutu mengacu pada masukan (input), proses dan hasil

(output) pembelajaran. Proses pembelajaran yang bermutu terlibat berbagai input,

seperti bahan ajar (kognitif, efektif dan psikomotorik), metode, sarana prasarana,

dukungan administrasi, serta penciptaan suasana belajar yang kondusif.

Sedangkan mutu dalam konteks hasil pembelajaran mengacu pada prestasi yang

dicapai, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.32

Begitu juga mutu pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam, hanya saja

ada sedikit tambahan yaitu bagaimana madrasah bisa menyeimbangkan antara

input, proses dan output pembelajaran yang pada akhirnya mampu mencetak

manusia muslim yang berkualitas. Dalam arti, peserta didik mampu

mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup yang

berperspektif Islam. Pemahaman manusia berkualitas dalam khasanah pemikiran

Islam disebut insan kamil yang mempunyai sifat-sifat antara lain manusia yang

selaras (jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi), manusia moralis (sebagai

individu dan sosial), manusia nazhar dan i’tibar (kritis, berijtihad, dinamis, ilmiah

dan berwawasan), serta menjadi manusia yang memakmurkan bumi.33

Dalam kaitanya dengan peningkatan mutu pembelajaran PAI, tidak akan

terlepas dari adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, yakni: (1) pendidik,

32

Suharno, Manajemen Pendidikan, (Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)

Press, 2008), hal. 45-54.

33 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2005), hal. 201.

18

(2) peserta didik, dan (3) kurikulum.34

Pemenuhan faktor-faktor tersebut sangat

mempengaruhi bagaimana keadaan mutu pembelajaran di madrasah. Diantara

faktor tersebut, terdapat faktor utama yang paling dominan, yakni Pendidik atau

Guru. Hal ini dapat dimaklumi karena guru merupakan ujung tombak dari

keberhasilan sebuah pendidikan, baik mulai dari proses sampai dengan hasil

pendidikan. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu komponen utama yang

menentukan keberhasilan pembelajaran, dan keberhasilan belajar peserta didik.

Namun, perlu diketahui bahwa keberhasilan guru dalam melaksanakan

pembelajaran ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki guru dan kemampuan

yang dimiliki peserta didik. Guru yang memiliki kompetensi sebagai pendidik

akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dibanding dengan guru

yang tidak memiliki kompetensi. Keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran

akan meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang selanjutnya akan

meningkatkan kualitas pendidikan.35

Dengan demikian, usaha meningkatkan kualitas pembelajaran harus dimulai

dari peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas adalah guru yang

profesional dalam melaksanakan tugas pembelajaran, yang mampu merancang

dan melaksanakan pembelajaran, serta menilai hasil pembelajaran. Untuk itu

seorang guru yang berkualitas harus mampu menguasai kompetensi yang menjadi

kriteria dari seorang guru yang ideal. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki

guru yaitu kompetensi pedagogik.

34

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 77.

35 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2010), hal. 35.

19

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh

guru dalam bidang pendidikan, meliputi pemahaman terhadap siswa,

pengembangan kurikulum/silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar, serta

pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.36

Kompetensi ini mutlak harus dimiliki guru sebagai pendidik yang profesional

dalam melaksanakan tugasnya.

Dari sini lah dapat disimpulkan bahwa peran guru yang berkompeten, atau

guru yang menguasai kompetensi pedagogik, memiliki peran yang penting dalam

rangka meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, termasuk dalam

meningkatkan mutu pembelajaran setiap bidang studi yang ada di

sekolah/madrasah, salah satunya ialah pada bidang studi Pendidikan Agama

Islam. Dengan kata lain, hubungan yang erat antara peran guru dengan mutu

pembelajaran PAI ini pada akhirnya akan menghasilkan pembelajaran yang

maksimal, dan dapat merealisasikan tujuan pendidikan nasional.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teori di atas, hipotesis penelitian yang dirumuskan

dalam tesis ini ialah Kompetensi Pedagogik Guru PAI memberi pengaruh

terhadap Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di MTs Negeri

Pemalang.

36

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 74 tahun 2008, tentang Guru, pasal 3

ayat 4-7.

20

H. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, yakni

penelitian yang menggunakan data berupa angka, yang kemudian diolah

menggunakan statistik. Antar variabel pada penelitian ini memiliki

hubungan yang bersifat sebab akibat. Oleh karena itu, penelitian ini

termasuk dalam kategori penelitian kausalitas.37

Adapun desain penelitian

dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1.1

Desain Penelitian

Keterangan:

X = Kompetensi Pedagogik Guru

Y = Mutu Pembelajaran PAI

= Mempengaruhi

2. Definisi Operasional Variabel

Pada desain penelitian di atas telah dijelaskan bahwa antar variabel

pada penelitian ini memiliki hubungan yang bersifat kausalitas. Adapun

variabel yang dimaksud di sini adalah:

a. Kompetensi Pedagogik sebagai variabel independen (X), dan

Variabel independen yakni kompetensi pedagogik yang

merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang guru dalam

bidang pendidikan guna menjalankan tugas dan profesinya. Variabel

ini diperoleh dari skor berdasarkan angket yang telah disusun sesuai

37

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009,

hal. 59.

21

peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16 tahun 2007. Adapun

indikator dari masing-masing aspek ialah sebagaimana terlampir.

b. Mutu Pembelajaran PAI sebagai variabel dependen (Y).

Variabel dependen yakni mutu pembelajaran PAI yang

merupakan suatu keadaan atau kualitas pembelajaran PAI. Variabel

ini diperoleh dari angket tentang mutu pembelajaran PAI yang disusun

berdasarkan konsep mutu dari Suharno meliputi mutu input, proses

dan output. Adapun indikator dari masing-masing aspek ialah

sebagaimana terlampir.

3. Populasi dan Sampel

Nana Sudjana memaknai populasi sebagai elemen atau suatu unit

tempat diperolehnya informasi, yang mana elemen tersebut dapat berupa

individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, organisasi dan lain

sebagainya. Selanjutnya, Nana menyebut sesuatu yang merupakan bagian

dari populasi terjangkau yang memiliki sifat sama dengan populasi disebut

dengan sampel.38

Sedangkan menurut Sugiyono, sampel dimaknai sebagai

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.39

Pada penelitian ini, sampel penelitiannya ialah seluruh guru

Pendidikan Agama Islam (PAI) yang bertugas di MTs Negeri Pemalang

sejumlah 14 orang, yakni: AK, US, EF, AT, SN, HW, MH, SB, LH, SZ,

NE, SH, HF, dan MS.

38

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 2001), hal. 84-85. 39

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 1997), hal. 57.

22

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka untuk memperoleh data yang tepat dan akurat,

penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa angket yang

ditujukan kepada guru PAI MTs Negeri Pemalang. Angket yang digunakan

terdiri dari dua macam, yakni sebagai berikut:

a. Angket Kompetensi Pedagogik. Angket ini ditujukan kepada seluruh

guru PAI yang bertugas di MTs Negeri Pemalang, untuk mengetahui

keadaan kompetensi pedagogiknya.

b. Angket Mutu Pembelajaran PAI, yang ditujukan kepada guru PAI

guna mengetahui keadaan mutu pembelajaran PAI di MTs Negeri

Pemalang.

c. Dokumentasi, yang digunakan untuk mengumpulkan dokumen-

dokumen penting terkait kompetensi guru PAI dan mutu pembelajaran

PAI di MTs Negeri Pemalang.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data yang

kemudian akan diolah sehingga diperoleh kesimpulan guna menjawab

rumusan masalah di atas. Instrumen penelitian yang dimaksud fokus untuk

mengumpulkan data tentang kompetensi pedagogik guru PAI dan mutu

pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang. Berikut adalah penjelasan dari

masing-masing instrumen yang dimaksud.

23

a. Angket Kompetensi Pedagogik Guru PAI (X)

Angket ini digunakan untuk mengetahui keadaan kompetensi

pedagogik guru PAI MTs Negeri Pemalang yang dijadikan sebagai

subjek penelitian. Angket ini disusun berdasarkan 10 aspek sesuai

yang tercantum pada peraturan menteri pendidikan nasional nomor 16

tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Guru. Berikut adalah masing-masing aspek yang tercantum pada

peraturan menteri pendidikan nasional tersebut.

Tabel 1.2

Aspek-aspek Kompetensi Pedagogik Guru

No. Aspek Nomor Butir Jumlah

1. Menguasai karakteristik peserta

didik dari aspek fisik, moral,

spiritual, sosial, kultural,

emosional, dan intelektual.

1, 2, 3, 4. 4

2. Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran

yang mendidik. 5, 6, 7, 8. 4

3. Mengembangkan kurikulum yang

terkait dengan mata pelajaran

yang diampu. 9, 10, 11, 12, 13, 14. 6

4. Menyelenggarakan pembelajaran

yang mendidik. 15, 16, 17, 18, 19, 20,

21. 7

5. Memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran. 22, 23, 24. 3

6. Memfasilitasi pengembangan

potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimiliki.

25, 26, 27, 28. 4

7. Berkomunikasi secara efektif,

empatik, dan santun dengan

peserta didik. 29, 30, 31, 32, 33, 34. 6

24

8. Menyelenggarakan penilaian dan

evaluasi proses dan hasil belajar. 35, 36, 37, 38, 39, 40,

41. 7

9. Memanfaatkan hasil penilaian

dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran. 42, 43, 44, 45. 4

10. Melakukan tindakan reflektif

untuk peningkatan kualitas

pembelajaran. 46, 47, 48, 49, 50. 5

Angket disusun dengan menggunakan bentuk skala Likert, yang

di dalamnya terdapat 4 (empat) notasi pilihan jawaban dimana

masing-masing pilihan jawaban diberikan skor yang berbeda, yaitu

sebagai berikut:

1) Tidak Pernah (D), diberikan skor 1;

2) Pernah (C), diberikan skor 2;

3) Sering (B), diberikan skor 3; dan

4) Selalu (A), diberikan skor 4.

b. Angket Mutu Pembelajarn PAI (Y)

Angket ini ditujukan untuk mendeskripsikan mutu pembelajaran

PAI di MTs Negeri Pemalang. Angket ini disusun berdasarkan teori

mutu dari Suharno yang menjelaskan bahwa konsep mutu terdiri dari

3 aspek yakni mutu input, proses dan output. Berikut adalah masing-

masing gambaran dari 3 aspek tersebut.

Tabel 1.3

Aspek Mutu Pembelajaran PAI

No. Aspek Nomor Butir Jumlah

1. Mutu Input Pembelajaran

a. Memiliki tujuan, dan sasaran

mutu pembelajaran yang jelas dan 1, 2, 3, 4. 4

25

terarah.

b. Sumber daya (Guru PAI) yang

siap, kompeten dan berdedikasi

tinggi.

5, 6, 7, 8. 4

c. Memiliki harapan prestasi yang

tinggi. 9, 10, 11. 3

d. Berfokus pada peserta didik. 12, 13, 14, 15. 4

2. Mutu Proses Pembelajaran

a. Efektivitas proses belajar

mengajar yang tinggi. 16, 17, 18. 3

b. Pengelolaan kelas yang efektif

dan efisien. 19, 20, 21. 3

c. Memiliki budaya mutu. 22, 23, 24, 25. 4

d. Adanya teamwork yang kompak,

cerdas, dan dinamis antara guru

dan siswa dalam pembelajaran.

26, 27. 2

e. Memiliki kewenangan/

kemandirian dalam pembelajaran. 28, 29. 2

f. Partisipasi warga madrasah yang

tinggi dalam pembelajaran. 30, 31. 2

g. Memiliki keterbukaan

(transparansi manajemen). 32, 33. 2

h. Memiliki kemauan untuk

berubah. 34, 35. 2

i. Melakukan evaluasi dan

perbaikan. 36, 37. 2

j. Responsif dan antisipatif terhadap

pembelajaran. 38, 39, 40. 3

k. Memiliki akuntabilitas dan

sustainabilitas. 41, 42. 2

3. Mutu Output Pembelajaran

a. Prestasi belajar PAI pada ranah

kognitif 43, 44, 45, 46. 4

b. Prestasi belajar PAI pada ranah

afektif 47, 48. 2

c. Prestasi belajar PAI pada ranah

psikomotorik 49, 50. 2

26

Angket disusun dengan menggunakan bentuk skala Likert, yang

di dalamnya terdapat 4 (empat) notasi pilihan jawaban dimana

masing-masing pilihan jawaban diberikan skor yang berbeda, yaitu

sebagai berikut:

1) Terlaksana dengan Maksimal (A), diberikan skor 4.

2) Terlaksana (B), diberikan skor 3;

3) Belum Terlaksana (C), diberikan skor 2; dan

4) Tidak Terlaksana (D), diberikan skor 1;

6. Validitas dan Reliabilitas

Angket yang telah disusun, diuji agar dapat diketahui apakah angket

tersebut valid dan reliabel atau tidak. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila

alat tersebut mengukur apa yang harus diukur, sehingga mampu mencapai

tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat dan cermat.40

Sedangkan

dikatakan reliabel apabila alat tersebut memberikan hasil ukuran yang

konsisten, stabil, dan dapat dipercaya.

Validasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah construct validity

(validasi konstruk), yakni validasi yang mengacu pada suatu teori tertentu

dalam penyusunan instrumen penelitian. Dengan kata lain, angket disusun

berdasarkan aspek-aspeknya. Selanjutnya, angket yang telah dikonstruksi

berdasarkan aspek-aspek tersebut, dikonsultasikan kepada dosen

40

Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, Cet. IV (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2004), hlm. 7.

27

pembimbing sebagai professional judgement. Konsultasi ini dimaksudkan

agar item yang disusun, sesuai dengan aspek-aspeknya.

Angket yang sudah direvisi, kemudian diuji di lapangan. Pengujian

tersebut dilakukan menggunakan korelasi product moment dari Karl

Pearson. Item yang memiliki angka korelasi terhadap skor item total lebih

besar dari 0,30 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 dinyatakan

valid. Sedangkan untuk mengetahui reliabilitas skala kebermaknaan hidup

digunakan teknik koefisiensi Alpha Cronbach. Apabila indeks nilai alpha

lebih besar dari standar minimal (>0,7), maka item pernyataan tersebut

reliabel. Kedua uji di atas dilakukan dengan menggunakan bantuan program

SPSS 17.0.

7. Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya yang penulis tempuh setelah pengumpulan data

adalah metode analisis data. Dalam rangka menganalisis data yang telah

dikumpulkan, penulis menggunakan metode analisis regresi linear

sederhana.41

Penggunaan analisis regresi linear sederhana karena pada

penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis asosiatif/hubungan, dan

melakukan prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel dependen apabila

nilai variabel independen dimanipulasi.

41

Sugiyono, Metode Penelitian, hal. 215.

28

I. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disusun menjadi 3 bagian, yang masing-masing

bagian disusun secara sistematis, yakni sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian ini memuat halaman judul, halaman pernyataan keaslian, nota

dinas, abstrak, pedoman transliterasi, halaman kata pengantar, daftar isi,

daftar tabel, daftar gambar dan lampiran.

2. Bagian isi terdiri dari :

BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,

kerangka teoritik, hipotesis penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan. Dalam bab ini, secara garis besar

merupakan keseluruhan isi pembahasan, yang memberikan

gambaran umum tesis.

BAB II : Kompetensi Pedagogik Guru dan Mutu Pembelajaran PAI

Bab ini berisi penjelasan tentang konsep kompetensi guru dan

mutu pembelajaran PAI. Pembahasan kompetensi pedagogik

guru meliputi pengertian, fungsi, indikator, dan urgensi

kompetensi pedagogik guru dalam pembelajaran. Sedangkan

pembahasan mengenai mutu pembelajaran PAI, meliputi

pengertian, faktor yang mempengaruhi, standar mutu, dan

indikator pembelajaran yang bermutu.

29

Bab III : Kompetensi Pedagogik Guru dan Mutu Pembelajaran PAI di

MTs Negeri Pemalang

Bab ini menjelaskan tentang hasil temuan di lapangan. Temuan

tersebut meliputi gambaran umum MTs Negeri Pemalang,

kompetensi pedagogik guru PAI, dan keadaan mutu

pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang.

Bab IV : Analisis Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru terhadap Mutu

Pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang

Bab ini membahas tentang analisis peneliti tentang kompetensi

guru PAI, mutu pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang,

dan analisis tentang pengaruh kompetensi pedagogik guru

terhadap mutu pembelajaran PAI di MTs Negeri Pemalang.

Bab V : Penutup

Merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan, dan

saran.

3. Bagian Akhir : Bagian ini berisi tentang daftar pustaka, daftar riwayat hidup

dan lampiran-lampiran.