bab i pendahuluan a. latar belakang/analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1...

98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi”. Pembangunan ekonomi tidak hanya berorientasi terhadap masalah perkembangan pendapatan nasional riil akan tetapi juga meliputi modernisasi kegiatan ekonomi. Salah satu cara mewujudkan modernisasi ekonomi adalah pemberdayaan perekonomian dari sektor informal. Sektor informal berfungsi untuk mengurangi pengangguran karena terbatasnya daya serap lapangan pekerjaan di sektor formal. Perkembangan sektor informal diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam peningkatan taraf hidup dan pendapatan masyarakat. Sektor ini merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di Kota Surakarta sendiri kontribusi sektor perdagangan dari tahun 2007 maupun 2011 menempati urutan pertama dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB pada tahun 2010 sebesar 25,72% dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 26.25% dari total PDRB. Berikut ini sumbangan beberapa sektor terhadap PDRB di Surakarta tahun 2008-2011:

Upload: vohanh

Post on 07-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan ekonomi adalah

pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak

kegiatan ekonomi”. Pembangunan ekonomi tidak hanya berorientasi terhadap

masalah perkembangan pendapatan nasional riil akan tetapi juga meliputi

modernisasi kegiatan ekonomi. Salah satu cara mewujudkan modernisasi

ekonomi adalah pemberdayaan perekonomian dari sektor informal. Sektor

informal berfungsi untuk mengurangi pengangguran karena terbatasnya daya

serap lapangan pekerjaan di sektor formal. Perkembangan sektor informal

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang

mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam peningkatan taraf hidup

dan pendapatan masyarakat. Sektor ini merupakan salah satu penyumbang

terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di Kota Surakarta sendiri

kontribusi sektor perdagangan dari tahun 2007 maupun 2011 menempati urutan

pertama dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota

Surakarta. kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB pada tahun 2010

sebesar 25,72% dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 26.25%

dari total PDRB. Berikut ini sumbangan beberapa sektor terhadap PDRB di

Surakarta tahun 2008-2011:

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Di Kota Surakarta Tahun 2007– 2011 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha 2008 % 2009 % 2010 % 2011 %

Pertanian 4.726 0,06 5.007 0,06 5.532 0,06 5.927 0,05

Pertambangan dan Galian 2.945 0,04 2.994 0,03 2.942 0,03 3.010 0,03

Industri Pengolahan 1.838.499 23,27 1.592.356 17,93 2.081.494 20,94 2.233.248 20,32

Listrik, Gas dan Air Bersih 203.337 2,57 227.937 2,57 259.004 2,61 287.576 2,62

Bangunan 1.140.846 14,44 1.314.189 14,80 1.440.525 14,49 1.584.659 14,42

Perdagangan 1.984.698 25,12 2.223.561 25,04 2.556.483 25,72 2.885.293 26,25

Pengangkutan dan Komunikasi 884.951 11,20 986.323 11,11 1.106.229 11,13 1.206.106 10,97

Keuangan dan Jasa Perusahaan 863.921 10,93 976.355 10,99 1.123.362 11,30 1.282.678 11,67

Jasa-jasa 977.959 12,38 1.192.017 13,42 1.365.561 13,74 1.504.470 13,69

PDRB 7.901.886 100,00 8.880.692 100,00 9.941.136 100,00 10.992.971 100,00 Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 sektor

perdagangan menyumbangkan sebesar 26.25% dari seluruh Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Sektor yang menduduki urutan kedua

adalah sektor industri pengolahan yang menyumbangkan sebesar 20,32%. Urutan

ketiga ditempati sektor jasa yang menyumbangkan sebesar 13,69%. Sektor yang

menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terendah pada tahun

2011 adalah sektor pertambangan. Sektor pertambangan menyumbang sebesar

0,03% dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta.

Salah satu instrumen dari sektor perdagangan adalah pasar. Pada

awalnya pasar dinyatakan sebagai tempat di mana barang-barang

diperdagangkan. Menurut konteks yang lebih spesifik, pasar didefinisikan

sebagai adanya pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan

negosiasi jual beli atas barang maupun jasa tertentu (Sunarto dan Bambang

Setiyono. 2007). Secara umum terdapat dua jenis pasar antara lain pasar modern

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dan pasar tradisional. Pasar tradisional digunakan untuk menunjukkan tempat

bagi perdagangan pasar yang asli setempat yang sudah berlangsung sejak lama.

Suatu pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir misalnya, dapat dimasukkan

dalam jenis pasar tradisional karena perdagangannya menggunakan cara-cara

tradisional (Pamardi, 2002). Sedangkan pengertian tradisional menurut Pepres RI

Nomor 112 tahun 2007 adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh

Pemerintah. Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD), termasuk kerjasama swasta dengan tempat usaha

berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki maupun dikelola oleh pedagang

kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,

modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-

menawar. Pasar tradisional merupakan aset yang memiliki nilai dan potensi yang

tak terhingga bagi pemerintahan daerah dan masyarakat. Dengan adanya peran

pemerintah daerah serta pengelolaan yang baik terhadap pasar tradisional akan

mampu menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi pemerintah daerah

maupun masyarakat. Dengan peningkatan pendapatan yang diterima oleh

pemerintah daerah tentunya akan memberikan dampak positif terhadap sendi-

sendi kehidupan yang lain.

Pasar tradisional di Kota Surakarta berperan dalam mendorong

kelancaran distribusi barang kebutuhan masyarakat walaupun harus bersaing

dengan toko modern yang semakin berkembang. Perhatian Pemerintah Kota

Surakarta terhadap keberadaan pasar tradisional antara lain dengan menerbitkan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 5 Tahun 1983

tentang Pasar, dan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta

Nomor 3 Tahun 1993 yang berisi tentang Pasar serta pembangunan atau

rehabilitasi pasar tradisional secara berkesinambungan. Kontribusi Pendapatan

Asli Daerah (PAD) 2011 berasal dari pasar tradisional sebesar Rp 20,3 miliar

dari total PAD sebesar Rp. 132 miliar. Sumber setoran dari pasar tradisional

antara lain berasal dari retribusi para pedagang, penjualan kios, dan perpanjangan

surat hak penempatan.

Pasar Antik Windujenar atau yang dulu lebih dikenal dengan nama

pasar Triwindu adalah sebuah pasar tradisional yang memiliki ciri khas, yang

membuatnya berbeda dengan pasar-pasar lainnya di kota Surakarta. Ciri khas

tersebut adalah komoditi yang dijual di pasar tersebut bukanlah barang

kebutuhan sehari-hari akan tetapi menjual barang antik maupun barang

reproduksi antik. Selain barang antik, barang lain yang dapat ditemukan antara

lain besi tua, onderdil motor dan mobil serta peralatan pertukangan. Pasar Antik

Windujenar dalam perkembangannya menjadi identitas tersendiri atas dunia

pariwisata maupun perdagangan di kota Surakarta. Eksistensi Pasar Antik

Windujenar sejak berdiri hingga sekarang bukan sekedar sebagai ruang ekonomi,

tetapi juga menjadi ruang komunitas warga untuk bertukar pikiran dan

bersilaturahmi. Warga yang datang ke Pasar Antik Windujenar belum tentu

bermaksud untuk membeli barang tertentu. Banyak warga yang datang hanya

sekedar ingin berdiskusi tentang barang tertentu. Forum-Forum seperti inilah

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

yang membangun atmosfir yang sangat khas di Pasar Antik Windujenar. Berkaca

mata pada kondisi yang sudah berjalan maka pengembangan Pasar Antik

Windujenar diharapkan dapat disinergiskan dengan pengembangan koridor

pariwisata di Kota Surakarta.

Revitalisasi pasar merupakan salah satu cara yang diterapkan

pemerintah untuk memperbaiki perekonomian masyarakat terutama masyarakat

kecil dan menengah dan memperbaiki citra pasar tradisional di mata khalayak.

Menurut Danisworo (2002), Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan

kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital atau hidup,

akan tetapi kemudian mengalami kemunduruan/degradasi. Berdasarkan

Departemen Kimpraswil (2005), dapat didefinisikan bahwa revitalisasi adalah

upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang mati, yang pada masa silam

pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk

menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya

dimiliki oleh sebuah kota.

Pasar tradisional dahulu memberi sebuah kesan tempat perdagangan

antara penjual dan pembeli yang memiliki kesan kumuh dan tidak terawat, akan

tetapi dengan revitalisasi pasar diharapkan dapat memperbaiki citra tersebut.

Penataan dan revitalisasi lokasi-lokasi di beberapa titik di Kota Surakarta

termasuk pasar tradisional tidak saja mempercantik kota dan meningkatkan

potensi pasar tradisional, namun juga diharapkan dapat memicu peluang

pertumbuhan ekonomi. Dengan sistem penataan pasar tradisional yang baik

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

membuat Surakarta menjadi acuan penyelenggaraan program revitalisasi pasar

tradisional di Indonesia. Inovasi dan pengembangan bisnis di dalamnya menjadi

acuan dalam konsep revitalisasi pasar merakyat (www.sindonews.com:31 Januari

2012). Dalam program revitalisasi pasar tradisional yang dilaksanakan terdapat

sekitar 3.366 pedagang kios, 7.415 pedagang los dan 4.949 pedagang pelataran di

38 pasar tradisional. Dalam proses revitalisasi ini, seluruh biaya ditanggung oleh

APBD kota Surakarta dan tidak ada biaya yang dipungut dari pedagang. Berikut

ini asalah jumlah pasar tradisional di Surakarta:

Tabel 1.2 Jumlah Pasar Tradisional di Surakarta Tahun 2009

No Kecamatan Jumlah Presentase

1 Laweyan 8 19,00%

2 Serengan 2 5,00%

3 Pasar Kliwon 9 21,50%

4 Jebres 9 21,50%

5 Banjarsari 14 33,00%

Total 42 100,00%

Sumber: Dinas Pasar Pemerintah Kota Surakarta 2009

Pasar Antik Windujenar Surakarta merupakan salah satu pasar yang

mengalami revitalisasi. Tahun 2009 Pasar Antik Windujenar atau yang lebih

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dikenal dengan nama Pasar Triwindu direlokasi di depan sayap kanan Pura

Mangkunegaran dengan luas tanah 2.384 m2 dan diresmikan oleh Walikota

Surakarta pada tanggal 25 September 2009 dengan upacara prosesi boyongan

pedagang pasar. Adanya revitalisasi pasar dalam hal ini Pasar Antik Windujenar

membawa berbagai dampak baik bagi pedagang secara khusus maupun bagi

perekonomian kota Surakarta secara umum. Dengan adanya revitalisasi yang

dilakukan Pemkot Surakarta diharapkan konsumen semakin banyak, keuntungan

pedagang semakin meningkat, serta dapat ditarik kesimpulan apakah revitalisasi

tersebut membawa dampak positif terhadap keuntungan pedagang. Maka atas

dasar permasalahan di atas Peneliti mengambil judul penelitian “ANALISIS

PENGARUH PROGRAM REVITALISASI PASAR TERHADAP

KEUNTUNGAN PEDAGANG DI PASAR ANTIK WINDUJENAR

SURAKARTA”.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan

beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut;

1. Bagaimana pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur, jumlah

tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan pedagang

di Pasar Antik Windujenar Surakarta?

2. Bagaimana perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar

Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini mempunyai tujuan agar penelitian tersebut dapat

memberikan manfaat yang sesuai dengan yang dikehendaki, adapun tujuan

penelitian ini lebih lanjut adalah sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur,

jumlah tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan

pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta.

2. Untuk mengetahui perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik

Windujenar Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

D. MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat member manfaat antara lain :

1. Bagi Pedagang

Memberi motivasi untuk peningkatan usaha dan perbaikan manajemen

tata kelola usahanya dalam rangka peningkatan keuntungan yang

diperoleh dan perkembangan usaha.

2. Bagi Pemerintah Daerah Surakarta

Sebagai sumbangan pemikiran dari penulis terhadap upaya pemerintah

daerah kota Surakarta dalam rangka pengembangan dan peningkatan

kualitas pasar tradisional di Kota Surakarta pada umumnya dan Pasar

Antik Windujenar pada khususnya.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pasar

a. Pengertian Pasar

Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah

barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang

menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai

kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw,

2007:75). Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi

dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang)

melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat

tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas

tertentu yang mejadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual,

mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli

mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan

kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan untuk

selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku

ekonomi produksi atau pedagang.

Pasar dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat sebagai

berikut:

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

1) adanya penjual

2) adanya pembeli

3) tersedianya barang yang akan diperjualbelikan

4) terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual

(pedagang) dan pembeli (konsumen) memiliki peran dan fungsi penting

dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun fungsi pasar ada tiga

macam, yaitu (Sadono Sukirno, 2004:220):

1) Fungsi Distribusi

Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak

antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar

memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi

kepada konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen dapat

memasarkan barang hasil produksinya baik secara langsung maupun

tidak langsung kepada konsumen atau kepada pedagang perantara

lainnya. Melalui transaksi jual beli itu pula, konsumen dapat

memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi

kebutuhannya secara mudah dan cepat.

2) Fungsi Pembentukan Harga

Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu dilakukan

tawar-menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual

dan pembeli. Dalam proses tawar menawar itulah keinginan kedua belah

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pihak (antara pembeli dan penjual) digabungkan untuk menentukan

kesepakatan harga, atau disebut harga pasar.

3) Fungsi Promosi

Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi,

karena di pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan promosi

dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memasang spanduk,

membagikan brosur penawaran, membagikan sampel atau contoh

produk kepada calon pembeli, dan sebaginya.

b. Klasifikasi Pasar

1) Pasar Modern

Pada pasar modern, penjual dan pembeli tidak

bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label

harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam

bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan)

atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain

bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian

besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan

lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan

(supermarket), dan minimarket. Pasar dapat dikategorikan dalam

beberapa hal. yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual,

lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud. Apabila dilihat

pendistribusiannya, pasar modern tidak langsung dalam arti

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

produsen dan konsumen tidak saling mengenal. Sedangkan yang

melayani sekedar sebagai penjaga yang tidak mempunyai akses

menentukan harga, sedangkan konsumen tidak membutuhkan

kontak langsung dengan penjual, sehingga tidak terjadi kontak

sosial antara pembeli dan penjual apalagi dengan produsen.

2) Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual

dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli

secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan

biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka

yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.

Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan

makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain,

pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula

yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini

masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat

kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai

pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain

adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer di Solo,

pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia

terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.

Di dalam pasar tradisional sebagian besar sebagai pasar eceran

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

(retail), di mana pembeli mencari barang sesuai kebutuhan sendiri.

Sedangkan pasar modern diidentikkan sebagai pasar grosir, pembeli

membeli barang dalam partai besar karena akan dijual lagi

(wikipedia, akses Juni 2012).

c. Faktor-faktor Yang Menentukan Struktur Pasar

1. Jumlah penjual atau produsen

Jumlah produsen akan menentukan jumlah penjual dalam

suatu industri atau pasar. Semakin banyak produsen yang

memproduksi barang yang sama maka akan semakin keras

persaingan dalam pasar. Hal ini akan mendorong produsen bekerja

secara efisien, atau kualitas produknya semakin unggul. Meskipun

produk yang dihasilkan sama tetapi orang dapat membedakan karena

merek, kualitas atau kemasan. Struktur pasar yang demikian ini tetap

dalam persaingan yang sering disebut persaingan monopolistik. Jika

dalam pasar hanya ada satu penjual merupakan pasar monopoli.

Disamping itu jika dalam pasar untuk barang tertentu terdapat cukup

banyak produsen disebut struktur pasar oligopoli.

2. Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan

Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan akan

menentukan pula struktur sifat atau jenis barang yang mempengaruhi

struktur pasar. Misalkan barang yang dihasilkan sama atau berbeda

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dan tidak dapat diganti dengan produk yang dihasilkan oleh

produsen lain.

2. Pengertian Pedagang

Pedagang merupakan orang yang berusaha di bidang produksi dan

berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen

tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan informal. Pedagang

adalah orang yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan hak atas

orang lain secara terus menerus sebagai sumber penghidupannya (Irawan

Basu Swastha, 1992: 289). Pedagang kecil pada awalnya diartikan sebagai

orang yang menjual barang-barang dan jasa langsung kepada konsumen akhir

bagi yang pemanfaatan yang sifatnnya perseorangan dan bukan untuk usaha.

Arti sempit pedagang kecil atau pengecer adalah sebuah lembaga untuk

melakukan suatu usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk

keperluan pribadi atau non-bisnis.

3. Teori Permintaan dan Penawaran

a. Permintaan

Permintaan dalam ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah

suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat

harga suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi

oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik

sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan

turun. Sebaliknya, jika harga barang turun, sedang pendapatan tidak

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

berubah maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau

bertambah. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu

barang dipengaruhi oleh harga barang tersebut.

Analisis hubungan antara jumlah permintaan dengan harga barang

tersebut diasumsikan bahwa faktor-faktor lain selain harga barang

dianggap tidak mengalami perubahan (ceteris paribus). Oleh karena itu

diasumsikan bahwa harga adalah tetap kemudian menganalisis bagaimana

permintaan suatu barang dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti selera

masyarakat, pendapatan (Sukirno, 2005). Hukum permintaan menyatakan

bila harga suatu barang naik sedangkan faktor-faktor lain dianggap ceteris

paribus maka jumlah barang yang diminta konsumen akan mengalami

penurunan. Hukum tersebut membentuk suatu kurva seperti pada gambar

2.1, dimana sumbu horizontal menunjukkan jumlah barang yang diminta

dan sumbu vertikal menunjukkan tingkat harga. Dari kurva tersebut

terlihat bahwa pada tingkat harga tinggi (P0), jumlah barang yang diminta

rendah (Q0), dan apabila pada tingkat harga yang lebih rendah (P1),

jumlah barang yang diminta akan meningkat (Q1). Kurva permintaan

berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan

bawah. Kurva demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan

jumlah yang diminta, yang memiliki sifat hubungan tang terbalik. Apabila

salah satu variabel naik (misal harga) maka variabel lainnya akan

mengalami penurunan (misal jumlah barang yang diminta).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

P

P0

P1

Permintaan (D)

Q0 Q1 Q Gambar 2.1 Kurva Permintaan

Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara variabel tidak

bebas dan semua variabel yang dapat mempengaruhi besarnya variabel

tidak bebas. Menurut Suparmoko (1990) fungsi permintaan dapat ditulis

sebagai berikut:

Qd = f ( Px, Py, I, T, A, N, …. )

Keterangan :

Qd = Jumlah barang yang diminta

Px = Harga barang A

Py = Harga barang lain

I = Tingkat pendapatan konsumen

T = Selera

A = Pengeluaran perusahaan untuk promosi

N = Jumlah penduduk

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Sadono

Sukirno (2005) selain harga barang itu sendiri, faktor-faktor lain yang

menentukan permintaan individu maupun pasar adalah :

1) Selera konsumen

Perubahan selera konsumen yang lebih menyukai barang

berarti akan lebih banyak barang yang diminta pada setiap tingkat

harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan akan

bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen akan

barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti kurva

permintaan bergeser ke kiri.

2) Jumlah penduduk

Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya

menyebabkan pertambahan permintaan. Akan tetapi dengan

pertambahan penduduk yang diikuti oleh perkembangan kesempatan

kerja maka pendapatan penduduk meningkat sehingga daya beli

masyarakat akan naik yang mengakibatkan naiknya permintaan. Bila

volume pembelian oleh masing-masing penduduk adalah sama, maka

kenaikan jumlah penduduk akan menyebabkan kenaikan permintaan,

sehingga kurvanya bergeser ke kanan. Penurunan jumlah penduduk

akan menyebabkan penurunan permintaan.

3) Pendapatan konsumen

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Pengaruh perubahan terhadap pendapatan mempunyai dua

kemungkinan. Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap

permintaan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan pendapatan

akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang tersebut

merupakan barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan

efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus

barang inferior, maka kenaikkan pendapatan justru menurunkan

permintaan.

4) Harga barang-barang lain yang bersangkutan

Barang-barang lain yang bersangkutan biasanya merupakan

barang subsitusi atau barang komplementer. Kenaikan harga barang

subsitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara relatif

meskipun harganya tetap, tidak berubah, sehingga harga barang

tersebut menjadi lebih murah secara relatif. Permintaan suatu barang

akan naik apabila harga barang penggantinya turun, maka permintaan

akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang tersebut

harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga barang

penggantinya. Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang

tertentu akan menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun,

dan sebaliknya.

5) Ekspektasi Tentang Masa Depan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan

pada masa yang akan datang dapat mempengauhi permintaan.

Ramalan para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah

tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli

lebih banyak barang pada saat sekarang yang bertujuan untuk

menghemat pengeluaran di masa akan datang. Sebaliknya, ramalan

bahwa lowongan kerja akan bertambah sulit diperoleh dan kegiatan

ekonomi akan mengalami resesi akan mendorong orang untuk lebih

berhemat dalam pengeluaran dan mengurangi permintaan.

Gerakan sepanjang kurva permintaan merupakan perubahan

sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta

menjadi makin tinggi atau makin menurun.

Gambar 2.2 Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan

Sedangkan pergeseran kurva permintaan jika kurva permintaan

kan bergerak kekanan atau kekiri apabila terdapat perubahan – perubahan

terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga,

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor

bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan

menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri.

P

P1 A2 A1 A3

Q

Q2 Q1 Q3

Gambar 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan

Titik A1 menggambarkan bahwa pada harga P1, jumlah yang

diminta adalah Q1. Apabila Q1 > Q2 berarti kenaikan pendapatan

menyebabkan harga P1 permintaan bertambah sebesar Q1Q2. Apabila

kurva bergerak ke sebelah kanan maka perpindahan itu menunjukan

pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya pergeseran kurva permintaan

ke sebelah kiri berarti permintaan berkurang. Akibatnya pada harga P1,

jumlah barang yang diminta adalah Q2 (Sukirno, 2005:84).

b. Penawaran

Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang

ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan seberapa

banyak produsen suatu barang mau dan mampu menawarkan per periode

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pada berbagai kemungkinan tingkat harga, hal lain diasumsikan konstan.

Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan biasanya

secara langsung berhubungan dengan harganya, hal lain diasumsikan

konstan. Jadi semakin rendah harganya, jumlah yang ditawarkan semakin

sedikit dan sebaliknya semakin tinggi harganya, semakin tinggi juga

jumlah yang ditawarkan.

Kurva penawaran menunjukkan hubungan antara harga suatu

barang dengan jumlah yang ditawarkan. Pada umumnya kurva penawaran

menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Bentuk kurva penawaran bersifat

demikian karena terdapat hubungan yang positif diantara harga dan

jumlah barang yang ditawarkan yaitu makin tinggi harga, makin banyak

jumlah yang ditawarkan (Sukirno, 2005 : 86-87).

P

P0 Penawaran (S)

P1

Q0 Q1 Q Gambar 2.4 Kurva Penawaran

Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai

akibat dari pergeseran kurva penawaran. Perubahan harga dapat

menimbulkan gerakan sepanjang kurva penawaran sedangkan perubahan

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

faktor-faktor lain di luar harga menimbulkan pergeseran kurva penawaran

tersebut.

Harga S2 S S3 P A2 A A3 P1 B S2 S S3 Q2 Q1 Q Q3 Jumlah Barang

Gambar 2.5 Grafik Gerakan Kurva Penawaran da n

Pergeseran Kurva Penawaran

Dimisalkan pada mulanya kurva penawaran adalah SS. Titik A

menggambarkan bahwa pada waktu harga adalah P, jumlah barang yang

ditawarkan adalah Q. Bila harga turun menjadi P1, hubungan di antara

harga dan jumlah yang ditawarkan pindah ke titik B. Berarti sekarang

jumlah yang ditawarkan hanya sebanyak Q1. Perubahan dalam jumlah

yang ditawarkan berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran.

Pergeseran dari SS menjadi S2S2 atau S3S3 menggambarkan perubahan

penawaran. Gambar di atas menunjukkan pergeseran kurva penawaran

dari SS menjadi S2S2, menyebabkan jumlah yang ditawarkan berkurang

dari Q menjadi Q2 walaupun harga tetap sebesar P, seperti ditunjukkan

oleh titik A2. Pergeseran SS menjadi S3S3 menggambarkan peningkatan

penawaran. Sebagai akibat dari pergeseran tersebut, seperti ditunjukkan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

oleh titik A3, pada harga P sekarang jumlah barang yang ditawarkan

menjadi Q3 (Sukirno, 2005 : 89-90).

4. Keuntungan

Setiap kegiatan usaha memiliki salah satu tujuan utama untuk

memperoleh keuntungan. Suatu usaha yang tidak menguntungkan, maka

usaha tersebut dapat berhenti beroperasi. Pemilik usaha menjalankan

kegiatan usahanya untuk mencari keuntungan yang maksimum, dan

keuntungan maksimum hanya akan didapat apabila pemilik usaha

membuat pilihan tepat terhadap jenis barang atau jasa yang akan

dijualnya. Berikut pengertian keuntungan menurut para ahli :

1) Menurut Lincolin Arsyad (1996:23) keuntungan adalah selisih antara

penerimaan dengan biaya sehingga keuntungan tergantung pada

besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau seseorang.

2) Apandi Nasehatun (1999:166) mengemukakan bahwa keuntungan

adalah selisih lebih dari pendapatan dikurangi biaya-biaya dalam

periode tertentu.

3) Sofyan Syafri (2004) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal

dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari

penghasilan atau penghasilan operasi.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa keuntungan adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang atau

perusahaan setelah dikurangi oleh biaya-biaya yang seharusnya

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dikeluarkan. Apabila selisih antara penerimaan dan biaya tersebut positif,

maka itulah yang disebut keuntungan. Apabila sebaliknya selisihnya

negatif itu disebut rugi.

5. Teori Keuntungan

Fungsi keuntungan didefinisikan sebagai total nilai keluaran (output) yang

dikurangi dengan total biaya dari faktor produksi tidak tetap (variables input)

Secara bentuk sistematis Fungsi keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut

(Arsyad, 1987:109):

- TC

Dimana :

– TR = Total revenue (jumlah seluruh pendapatan dari hasil penjualan

hasil outputnya)

TR = output x harga jual.

– TC = Total cost (jumlah biaya)

– Apabila TR-TC = positif (0< ) maka terdapat keuntungan, TR –TC =

Negatif maka terjadi kerugian, dan apabila TR-TC = 0 maka terjadi

Break Event Point (tidak terjadi keuntungan maupun kerugian)

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang

Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang antara lain :

1) Modal

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya

spesialisasi dalam perusahaan serta makin banyaknya perusahaan-

perusahaan yang menjadi besar, maka modal mempunyai arti yang lebih

menonjol lagi. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah

yang tidak akan pernah berakhir karena bahwa masalah modal itu

mengandung begitu banyak dan berbagai macam aspek. Hingga saat ini di

antara para ahli ekonomi juga belum terdapat kesamaan opini tentang apa

yang disebut modal (Sulistiyono, 2009). Sumber modal, yaitu terdiri dari :

a. Sumber Intern

Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang di

bentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Alasan perusahaan

menggunakan sumbar dana intern yaitu:

1) Dengan dana dari dalam perusahaan maka perusahaan tidak

mempunyai kewajiban untuk membayar bunga maupun dana yang di

pakai.

2) Setiap saat tersedia jika diperlukan.

3) Dana yang tersedia sebagian besar telah memenuhi kebutuhan dana

perusahaan.

4) Biaya pemakaian relatif murah.

b. Sumber Ekstern

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari

luar perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumber dana ekstern

adalah:

1) Jumlah dana yang digunakan tidak terbatas.

2) Dapat dicari dari berbagai sumber.

3) Dapat bersifat fleksibel.

Sumber dari modal ekstern adalah (Sulistiyono, 2009):

1) Supplier

Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan dalam bentuk

penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang dari

1 tahun), maupun jangka menengah (lebih dari 1 tahun dan kurang dari

10 tahun). Penjualan kredit atau barang dengan jangka waktu

pembayaran kurang dari satu tahun terjadi pada penjualan barang

dagang dan bahan mentah oleh supplier kepada langganan. Supplier

atau manufaktur (pabrik) sering pula menjual mesin atau peralatan lain

hasil produksinya kepada suatu perusahaan yang menggunakan mesin

atau peralatan tersebut dalam jangka waktu pembayaran 5 sampai 10

tahun.

2) Bank

Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

(financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana, serta

sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3) Pasar Modal

Pasar modal adalah suatu pasar abstrak yang mempertemukan dua

kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling

mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di suatu pihak dan emiten

yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain

pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak)

bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau

jangka panjang. Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan

atau lembaga yang menanamkan dananya dalam efek, sedangkan

emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk ditawarkan

kepada masyarakat. Fungsi dari pasar modal adalah mengalokasikan

secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus

tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan.

Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan modal pasif. Modal

aktif ialah modal yang tertera di sebelah debit dari neraca, yang

menggambarkan bentuk-bentuk dimana semua dana yang didapat

perusahaaan ditanamkan, sedangkan pengertian dari modal pasif

adalah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang

menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Besar

kecilnya modal yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap

keuntungan usaha yang diraih pengusaha. Semakin besar modal yang

digunakan berarti dapat memproduksi barang dengan jumlah semakin

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

banyak, sehingga akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh

pengusaha.

Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibedakan menjadi modal

sendiri dan modal asing. Modal sendiri merupakan modal yang berasal

dari pemilik perusahaan (pengusaha), sedangkan modal asing adalah

modal yang didapat dari hasil pinjaman atau kredit dari lembaga

keuangan yang ada. Kekuatan modal yang tertumpu pada kekuatan

sendiri akan lebih baik daripada modal berasal dari luar, karena modal

dari luar tentu memiliki konsekuensi biaya bunga dan ketergantungan

dari pihak luar.

2) Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha adalah lamanya seseorang menggeluti usaha

yang dijalankan. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang

menjalankan usahanya maka akan berpengalaman seseorang menggeluti

usaha yang dijalankannya. Lamanya usaha yang dijalankan menjadi tolok

ukur untuk mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Pengalaman

usaha berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan. Dalam penelitian

tentang mobilitas penghasilan imigran di Surabaya menunjukkan adanya

pengaruh usia pendatang dan jangka waktu bertempat tinggal di kota (Chris

Manning dan Effendi, 1985: 397). Hal ini dimaksudkan bahwa makin lama

seseorang menekuni pekerjaannya, maka makin banyak pula pengalaman

dalam usahanya tersebut. Hal ini tentu saja akan meningkatkan

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

keberhasilan usahanya, karena selain mereka mempunyai pengalaman

dalam pengelolaannya mereka juga mengetahui celah-celah mana yang

sekiranya dapat membuat barang dagangannya laku sehingga akan

memperbesar omset penjualan yang akhirnya akan meningkatkan laba.

Dengan pengalaman kerja yang lama, seseorang akan lebih terampil dalam

melakukan pekerjaannya, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan

memberikan hasil yang baik.

3) Umur

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, umur didefinisikan

sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Umur

merupakan salah satu variabel yang cukup berpengaruh terhadap besarnya

keuntungan pedagang karena umur berkaitan dengan tingkat produktivitas

seseorang dalam menjalankan segala aktivitasnya, terutama bekerja. Umur

produktif ialah usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan

menghasilkan sesuatu. Indonesia memiliki batasan usia produktif yaitu

antara 15 tahun-50 tahun (BPS,2010). Pada masa produktif tersebut

seseorang diharapkan dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap

dirinya maupun lingkungannya.

4) Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja merupakan salah satu variabel yang cukup

berpengaruh terhadap besarnya keuntungan para pedagang. Semakin

banyak jumlah tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki maka

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

diharapkan para pelangganpun akan terlayani dengan baik karena adanya

efisiensi waktu sehingga kualitas dari pelayanan tersebut akan lebih baik.

5) Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu syarat utama yang harus

ditempuh oleh seseorang untuk memasuki pasar kerja. Tingkat pendidikan

seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterima dalam bekerja.

Pendidikan memberi pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan kerja,

akan tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam

memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekitar demi kelancaran

pekerjaan. Pendidikan berguna untuk proses kehidupan sekarang dan untuk

masa yang akan datang, sedang pendidikan meliputi: pendidikan formal

dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang mempunyai

bentuk/organisasi tertentu yang terdapat di sekolah dan universitas. Dalam

pendidikan formal terdapat perjenjangan dalam tingkat persekolahan yang

meliputi : (1) SD, (2) SLTP, (3) SMU, (4) Perguruan tinggi. Pendidikan

dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam

mengembangkan sumber daya manusia.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan akan membentuk

keleluasaan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan mempengaruhi

perilaku dan pengembangan keputusannya. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang akan dapat mencerminkan keahlian yang dimilikinya.

Keahlian ini akan memudahkan seseorang untuk menganalisa informasi

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

yang diterima sekaligus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi

serta mampu membantu dalam pengambilan keputusan. Hubungan

pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat

penghasilan yang diperoleh. Pendidikan yang lebih tinggi akan

mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan akan

memungkinkan perolehan penghasilan yang lebih tinggi pula

(Simanjuntak, 1987: 66).

7. Pengertian Benda Antik

Istilah barang antik dari bahasa Latin: antiques “tua” ialah benda

menarik yang telah berusia tua, seperti mebel, senjata, barang seni, maupun

perabotan rumah tangga. Antik adalah sebuah objek yang dimiliki oleh sebuah

era masa lalu bernilai seni, kerajinan, kelangkaan dan usia. Barang antik yang

berharga yaitu bagi terlihat dari benda langka, seni, usia dan keunikan.

Kebanyakan kolektor yang telah cukup berpengalaman dalam bidang ini,

tidak asing dengan dasar-dasar penentuan nilai sebuah barang. Benda antik

dapat langsung dibedakan berdasar objek benda antik asli maupun benda antik

reproduksi. Langkah dalam menentukan nilai barang-barang antik dengan

hati-hati yaitu memeriksa kondisi barang. Barang antik yang dijual dalam

kondisi baik akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada barang-barang

antik yang telah retak atau rusak.

Selain itu, nilai barang antik yang terkelupas atau retak kurang

berharga, kecuali barang yang bersejarah atau unik. Meskipun dikatakan

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

bahwa nilai-nilai lama diatur sesuai dengan usia benda dan seni, para kolektor

mencari barang antik yang berada dalam kondisi yang bisa diterima. Namun,

ada beberapa kolektor yang membeli barang dengan cacat kecil, asalkan

nilainya signifikan. Untuk alasan ini, bahwa tidak semua barang antik

sekurang-kurangnya 50 tahun memiliki nilai yang sama. Nilai barang antik

didasarkan pada gagasan pemasaran serta permintaan untuk barang yang baik

sesuai dengan nilai barangnya.

8. Revitalisasi

a. Pengertian Revitalisasi

Menurut Danisworo (2002) dalam (http://digilib.its.ac.id), definisi

revitalisasi ialah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau

bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian

mengalami kemunduran/degradasi. Berdasarkan Departemen Kimpraswil

(2005), revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan

yang mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan

mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang

dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota

(http://digilib.its.ac.id). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya

berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus

dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan

budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya

keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya

partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya

masyarakat di lingkungan tersebut akan tetapi masyarakat dalam arti luas.

b. Tahap Revitalisasi

Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi

melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu. Tahap

revitalisasi antara lain:

1) Intervensi fisik. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik

revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan

peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem

penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan.

Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi

visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan

pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan

(environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga

intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks

lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran

jangka panjang.

2) Rehabilitasi ekonomi. Revitalisasi yang diawali dengan proses

peremajaan yang didukung oleh proses rehabilitasi kegiatan

ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek,

diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

formal (local economic development), sehingga mampu

memberikan nilai tambah bagi kawasan kota. Dalam konteks

revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa

mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial.

3) Revitalisasi sosial/institusional. Keberhasilan revitalisasi sebuah

kawasan dapat terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang

menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat suatu tempat

menjadi indah dan layak. Kegiatan tersebut harus berdampak

positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial

masyarakat/warga. Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis,

bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk

menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making)

dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu

pengembangan institusi yang baik.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adanya Revitalisasi

Menurut Danisworo (2002) faktor yang mempengaruhi adanya

revitalisasi adalah sebagai berikut:

1) Bangkrutnya sebagian besar dari sektor-sektor penyumbang PDRB,

terutama sektor yang terkait dengan kegiatan ekonomi. Resesi

ekonomi yang mempengaruhi kegiatan perdagangan dan jasa, antara

lain mempengaruhi kegiatan perdagangan, naiknya pengangguran

menurunnya kualitas infrastruktur, dan naiknya defisit anggaran kota.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

2) Menurunnya populasi pada kawasan, berubahnya struktur demografi

masyarakat dan menurunnya kondisi fisik bangunan. Penyebab

penurunan vitalitas kawasan disebabkan oleh ketidakmampuan

kawasan tersebut bersaing dengan kawasan lain secara ekonomi, tidak

adanya atau hilangnya kekhasan yang memberikan daya tarik, kondisi

sosial budaya yang tidak menunjang kawasan dan tidak sesuainya

kegiatan yang ada di kawasan dan fungsinya. Fenomena menurunnya

vitalitas dan kualitas kawasan disebabkan menurunnya fasilitas fisik

(physical amenities), tidak adanya atau melemahnya komunitas dan

organisasi yang mewadahi masyarakat lokal, hilangnya kepemimpinan

lokal, dan modal sosial di masyarakat serta tidak adanya peran dari

pemerintah. Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum.

Faktor-faktor penyebab penurunnya vitalitas kawasan di antaranya

adalah ekonomi kawasan tidak stabil, pertumbuhan ekonomi yang

menurun, produktivitas ekonomi menurun, menurunnya pelayanan

sarana dan prasarana, serta hilangnya tradisi lokal.

9. Pengertian Sosial Demografi

Kependudukan atau demografi adalah ilmu yangmempelajari dinamika

kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi

penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat

kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat

merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

didasarkan pada kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama,

atau etnisitas tertentu (http://robir08.student.ipb.ac.id/2010/06/). Sedangkan

menurut Calvin Goldscheider (1985) sosial demografi adalah suatu studi

ilmiah yang sistematis mengenai peristiwa kependudukan baik dalam bentuk

perorangan maupun kelompok yang ditekankan pada hubungan antar

fenomena kependudukan dan variabel sosial. Sumber-sumber data

kependudukan/demografi yang pokok ialah sensus, sistem registrasi kejadian-

kejadian vital, registrasi penduduk dan survei-survei terbatas atau survei

sampel. Sumber lain sebagai tambahan yang sering berguna adalah catatan-

catatan dan dokumen-dokumen instansi pemerintah. Diantara sumber-sumber

ini, sensus merupakan sumber data yang paling utama di berbagai negara,

terlebih di negara berkembang.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu yang terdiri

atas skripsi dan jurnal dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Tahun Hasil Keterangan 1

Dewi Sahara, Dahya, dan Amirrudin Syam

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keuntungan Usahatani Kakao di Sulawesi Tenggara

2004

Variabel luas areal dan harga pupuk mempengaruhi keuntungan secara psitif signifikan sedangkan harga pestisida tidak mempengaruhi keuntungan usaha tani kakao.

Jurnal, Menggunakan uji t dan determinasi R2

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

2 3

Simon Matakena

Reni Pratiwi S.W

Analisis Tingkat Pendapatan Pedagang Sayur-sayuran Daun di Pasar Sore Siriwini Distrik Nabire Kabupaten Nabire Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan

2009

2011

Variabel yang positif dan signifikan mempengaruhi pendapatan adalah variabel umur dan jumlah tanggungan sedangkanvariabel pendidikan serta lama berdagang tidak mempengaruhi pendapatan. Variabel modal, pengalaman usaha, tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh pedagang sedangkan variabel jam berdagang dan dummy produk yang dijual tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keuntungan pedagang.

Jurnal, Menggunakan uji t dan uji f Skripsi, Menggunakan uji t, uji f, uji asumsi klasik

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Keuntungan merupakan tujuan dari seseorang menjalankan usaha. Teori

keuntungan menurut Cobb Douglas menyatakan bahwa keuntungan diperoleh dari

total pendapatan dikurangi dengan total pengeluaran/jumlah biaya yang

dikeluarkan. Mengacu pada teori tersebut dan pengembangan dari penelitian

terdahulu (Reni Pratiwi, Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha

pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan:2011) maka variabel yang

diperkirakan berpengaruh terhadap keuntungan pedagang di Pasar Antik

Windujenar Surakarta antara lain modal, pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga

kerja, dan tingkat pendidikan. Modal yang dimiliki oleh pedagang memberikan

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

keleluasaan bagi pedagang untuk menentukan keputusan bisnis, usaha apa yang

akan dijalankan oleh pedagang. Pengetahuan yang diperoleh dari proses

pendidikan formal dan pengalaman usaha dapat membantu pedagang untuk

menentukan strategi bisnis mengambil keputusan terkait dengan bisnis yang

dijalani. Tingkat pendidikan diukur dengan tahun tempuh/tahun sukses pedagang.

Pedagang dengan usia produktif lebih siap dalam menjalani ritme berdagang

dalam kesehariannya. Stamina dan ketahanan mental menjadikan pedagang lebih

siap dalam menjalankan usahanya. Tenaga kerja berfungsi untuk efisiensi

pedagang dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan sehingga

keuntungan akan lebih maksimal. Secara sederhana, kerangka pemikiran dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.6 Diagram Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keuntungan Pedagang Di Pasar Antik Windujenar Surakarta

D. Hipotesis Pemikiran

MODAL

PENGALAMAN BERDAGANG

UMUR

TENAGA KERJA

KEUNTUNGAN

TINGKAT PENDIDIKAN

SEBELUM REVITALISASI

SESUDAH REVITALISASI

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Berdasarkan teori, kerangka pemikiran teoritis dan penelitian terdahulu

maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. 1) Variabel modal diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan

2) Variabel pengalaman usaha diduga berpengaruh positif signifikan terhadap

keuntungan

3) Variabel umur diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan

4) Variabel jumlah tenaga kerja diduga berpengaruh positif signifikan

terhadap keuntungan

5) Variabel tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif signifikan terhadap

keuntungan

b. Adanya perbedaan keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik

Windujenar Surakarta sebelum dan sesudah program revitalisasi.

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah kota Surakarta dengan

ruang lingkup penelitian adalah Pasar Antik Windujenar. Subyek analisis

penelitian adalah pedagang yang berada di kawasan Pasar Antik Windujenar,

Kalurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kotamadya Surakarta dengan batas-

batas antara lain sebagai berikut:

Utara : Istana Mangkunegaran

Timur : Jalan Teuku Umar

Selatan : Jalan Slamet Riyadi

Barat : Jalan Diponegoro

Variabel adalah nilai dari suatu obyek yang memiliki variasi tertentu

(Sugiyono,2004:32). Variabel penelitian terdiri atas dua macam yaitu variabel

dependen dan variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependen adalah keuntungan pedagang (LnY). Variabel independen yang

dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

ü Modal (LnX1)

ü Pengalaman Berdagang (X2)

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

ü Umur pedagang (X3)

ü Jumlah tenaga kerja (X4)

ü Tingkat pendidikan (X5)

1. Operasional Variabel

Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2010:58) adalah :“Segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya”. Operasional Variabel untuk penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Keuntungan

Keuntungan adalah jumlah uang yang diterima oleh pedagang dari

aktivitas jual beli yang dilakukan, sebagian besar berasal dari penjualan

produk kepada pelanggan dalam satu periode tertentu. Keuntungan

diukur dalam satuan rupiah.

2. Modal

Modal (bahasa inggris: equity) adalah investasi yang dilakukan pemilik

usaha (http://id.wikipedia.org). Modal digunakan pedagang untuk

menjalankan operasional usahanya, baik berupa modal sendiri maupun

modal dari pihak lain (modal pinjaman). Modal usaha diukur dalam

satuan rupiah.

3. Pengalaman Usaha

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Pengalaman usaha adalah jangka waktu lamanya seseorang menekuni

usaha yang dijalankan atau waktu yang telah dihabiskan oleh pedagang

semenjak usaha itu berdiri dan sampai sekarang. Pengalaman usaha

diukur dalam tahun.

4. Umur Pedagang

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan

masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya

adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah

lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock,

2004). Umur merupakan salah satu unsur demografi yang sangat

penting karena dapat digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang

dalam suatu hal. Umur diukur dalam satuan tahun.

5. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja yaitu orang yang bekerja di kios tempat berdagang,

baik sebagai pemilik usaha itu sendiri dan ditambah pegawai yang

membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah

atas tenaga yang digunakannya. Tenaga kerja diukur dalam jumlah

orang.

6. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan pendidikan akhir yang ditamatkan para

pedagang secara formal melalui bangku sekolah. Pengelompokan

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

dummy tingkat pendidikan dalam penelitian adalah pedagang dengan

pendidikan SD, SMP, SMA, Diploma, Strata.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan obyek yang mempunyai

karakteristik tertentu (Djarwanto,2000:107). Populasi dari penelitian ini

adalah Pasar Antik Windujenar Surakarta. Elemen dari populasi penelitian

ini adalah semua pedagang yang terdapat di Pasar Windujenar Surakarta.

Jumlah populasi di Pasar Antik Windujenar Surakarta adalah 116

pedagang yang tersebar di area pasar.

b. Sampel

Menurut Djarwanto (2000:108) yaitu: “Sampel adalah sebagian dari

populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa

mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah

populasinya)”. Penentuan ukuran sampel penelitian dari populasi tersebut

dapat digunakan rumus Slovin, yaitu:

n= )(1 2eN

N

+

= )05,0(1161

1162+

= )0025,0(1161116

+

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

= 29,01116+

= 29,1116

= 89,922 = 90

Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Tingkat kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir (nilai

kritis).

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian terhadap fakta berupa opini atau

pendapat orang (responden). Jenis data yang digunakan adalah data subyek.

Data subyek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman

atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek

penelitian (responden).

2. Sumber Data

a) Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri

langsung dari obyek di lapangan yang dipandu dengan daftar pertanyaan

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

(kuesioner) yang dibuat sesuai dengan kebutuhan penelitian

(Arsyad,2004). Variabel dalam kuesioner meliputi nama, jenis kelamin,

umur, daerah asal, status, pendidikan, lama berdagang, jumlah tenaga

kerja, modal usaha, keuntungan rata-rata dari hasil berdagang per bulan

sebelum (tahun 2006-2007) dan sesudah revitalisasi pasar (tahun 2010-

2011), dan kendala yang dihadapi pedagang.

b) Data sekunder

Data sekuder ialah data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh pihak

lain (Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono, 2001). Data sekunder

diperoleh dari lembaga terkait antara lain kantor paguyuban pedagang

pasar Windujenar Surakarta (jumlah populasi pedagang, luas area pasar,

dan potret Pasar Antik Windujenar sebelum revitalisasi), Biro Pusat

Statistik (PDRB Surakarta, data jumlah penduduk menurut umur, jenis

kelamin, dan pendidikan, luas wilayah dan tingkat kepadatan penduduk

tiap Kecamatan), Dinas Pasar Pemerintah Kota Surakarta (data jumlah

pasar tradisional tahun 2009) serta situs internet yang mendukung antara

lain www.travel.detik.com (potret Pasar Antik Windujenar setelah

revitalisasi) dan www.surakarta.go.id (peta kota Surakarta).

C. Metode Pengumpulan Data

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

1. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian

sehingga dapat mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk

proses penyelesaian penelitian ini.

2. Kuesioner, merupakan cara pengumpulan yang dilakukan dengan cara

mengajukan pertanyaan atau pernyaataan tertulis kepada reponden untuk

dijawab. Tujuan pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh

informasi yang relevan dengan penelitian dengan kesahihan yang cukup

tinggi.

D. Metode Analisis Data

Pada tahap inilah data diolah sedemikian rupa sehingga berhasil

disimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-

persoalan yang diajukan dalam penelitian. Tahap-tahap dalam analisis ini

yaitu:

1. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2005:21) “Analisis deskriptif adalah analisis yang

digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis hasil penelitian tapi

tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”. Analisis

deskriptif dalam penelitian ini menjelaskan secara terperinci mengenai

keadaan dan karakteristik sosial demografi pedagang. Karakteristik

sosial demografi yang digunakan dalam penelitian tentang pedagang

pasar Windujenar berdasar pada hasil kuosioner yang disusun dalam

tabel distribusi frekuensi yang antara lain meliputi:

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

1. Umur pedagang

Merupakan salah satu unsur demografi terkait dengan produktivitas

seseorang dalam kaitannya dengan motivasi kerja. Seseorang dengan

usia produktif cenderung memiliki etos kerja yang lebih tinggi

dibanding usia tidak produktif.

2. Jenis kelamin

Merupakan salah satu indikator tentang jenis kelamin yang

mendominasi kegiatan usaha berdagang di Pasar Antik Windujenar.

3. Tingkat pendidikan pedagang

Tingkat pendidikan dapat memeberi gambaran tentang seberapa

besar kemajuan tingkat pendidikan formal yang ditempuh

pedagang..

4. Tingkat keuntungan pedagang

Rata-rata keuntungan yang diterima pedagang atas kegiatan

perdagangan yang dilakukan selama periode tertentu, biasanya

berdasar kisaran per bulan.

5. Modal usaha

Ialah modal yang dikeluarkan pembeli dalam memulai usaha dagang

antara lain untuk pembelian barang dagangan dan properti

pendukungnya.

2. Analisis Model Regresi

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya

keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar, maka digunakan model

regresi berganda (multiple regression). Hal ini dikarenakan penggunaan

variabel yang lebih dari satu (multivariables) dan dapat dirumuskan model

fungsi sebagai berikut (Djarwanto PS, 2000) :

1X1 2X2 3X3 4X4 5X5 ..............................................................(1)

Dari rumusan fungsi di atas dan pengembangan dari penelitian Dewi

Sahara, Dahya, dan Amirrudin Syam (2004) persamaan fungsi dapat

dikembangkan menjadi sebagai berikut:

1X1i 2X2i 3X3i 4X4i 5i ..................................(2)

Keterangan : LnY = Keuntungan

Ln = Modal

= Pengalaman Usaha

= Umur

= Jumlah Tenaga Kerja

X5 = Tingkat Pendidikan

e =Standar eror

i = Responden1-90

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tahap pengujian persamaan regresi di atas antara lain dengan uji

statistik yang meliputi uji t-statistik, uji f, dan Uji R2, uji asumsi klasik

meliputi multikolinearitas, autokorelasi,dan heterokedastisitas serta uji

beda dua rata-rata.

1. Uji Statistik

Uji statistik merupakan sebuah prosedur dimana masukan

(input) adalah sampel dan hasilnya adalah hipotesis. Perhitungan

statistik dikatakan signifikan secara statistik apabila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).Uji

statistik antara lain:

a. Uji t

Uji t bertujuan untuk mengidentifikasi apakah apakah koefisien

regresi dari variabel independen berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Ketentuan uji t-statistik mengacu

pada sumber buku Djarwanto (2000:196) dengan kriteria

pengujian:

a) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya

koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan.

b) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak Ha diterima artinya

koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel

dependen secara signifikan.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

b. Uji F

Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi secara bersama-sama.

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel

independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi

variabel dependennya. Ketentuan uji F mengacu pada sumber

buku Djarwanto (2000:268) dengan hipotesis sebagai berikut :

1 2 3 = 0 (berarti secara bersama-sama variabel

independen tidak mempengaruhi variabel dependen)

Ha 1 2 3 -sama variabel

independen mempengaruhi variabel dependen)

Dari hipotesis di atas diperoleh kesimpulan Ho diterima bila F

hitung dan Ho ditolak bila F hitung > F tabel

2. Uji Asumsi Klasik

a) Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat terjadi jika model tersebut mempunyai

standar eror yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir

dengan ketepatan tinggi (Gujarati,1995:159). Cara untuk

mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, salah satunya dengan

metode Klein, yaitu dengan membandingkan R 2 (koefisien

determinansi) regresi awal dengan r 2 parsial (koefisien korelasi

antara variabel independen). Apabila r 2 <R 2 , maka tidak terdapat

masalah multikolinearitas.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

b) Heterokedastisitas

Heterokedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi

regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir

Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil

maupun besar (Gujarati,1995:183). Uji Heteroskedastisitas

bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Mengacu pada buku Ekonometrika Dasar (Gujarati,

1995:187) salah satu cara untuk mendeteksi masalah

heterokedastisitas adalah dengan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan

dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut

residualnya.

c) Autokorelasi

Menurut Maurice G. Kendall dan William Buckland (1971)

“Pengertian autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu”. Uji autokorelasi

bertujuan menguji apakah di dalam model regresi terdapat korelasi

antara kesalahan penganggu pada periode t terhadap periode

sebelumnya. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah

dengan uji Durbin-Watson, akan tetapi apabila terdapat bias yang

terpasang tetap terhadap korelasi model tersebut maka terdapat

tindakan perbaikan antara lain dengan nonparametrik Run Test

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

(Gujarati,1995:225). Pengujian Run Test dilakukan dengan dengan

cara mengukur populasi acak yang didasarkan atas data hasil

pengamatan melalui data sampel dengan ketentuan kriteria

pengujian apabila probalitasnya (nilai sig) > 0.05 maka H0 diterima,

tidak terjadi autokorelasi dan apabila ika probalitasnya (nilai sig) <

0.05 maka H0 ditolak, terjadi autokorelasi.

3. Uji Beda Dua Rata-rata (Mean)

Uji beda rata-rata dikenal dengan nama uji-t (t-test). Konsep dari

uji beda rata-rata adalah membandingkan nilai rata-rata beserta selang

kepercayaan tertentu (confidence interval) dari dua kejadian. Prinsip

pengujian dua rata-rata adalah melihat perbedaan dua kelompok data.

Untuk mengetahui perbedaan rata-rata tingkat keuntungan

antara sebelum dan sesudah adanya program revitalisasi digunakan uji

hipotesis beda dua rata-rata untuk observasi berpasangan. Langkah-

langkah pengujian uji beda dua rata-rata (Djarwanto, 2000:211) adalah

sebagai berikut:

a. Formulasi H0 dan H1

H0 1 2 artinya tidak ada perbedaan antara rata-rata tingkat

keuntungan yang diterima oleh pedagang antara sebelum dan

sesudah revitalisasi.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

H1 1 2 artinya terdapat perbedaan antara rata-rata tingkat

keuntungan yang diterima oleh pedagang antara sebelum dan

sesudah revitalisasi.

Ho ditolak Ho ditolak

H0 diterima

-t tabel t tabel Gambar 3.1 Uji Statistik t

b. H0 diterima apabila : - ttabel hitung tabel, tidak terdapat perbedaan

sebelum dan sesudah proses

H0 ditolak apabila : thitung > ttabel atau thitung < - ttabel , terdapat

perbedaan sebelum dan sesudah proses

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kota Surakarta

1. Aspek Geografis

Surakarta merupakan kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah

dengan jumlah penduduk 501.650 jiwa (2011) dan kepadatan penduduk

13.636/km2. Surakarta juga dikenal dengan sebutan Solo atau Sala.

Surakarta memiliki luas lahan 44 km2 atau sekitar 0,14 % luas Jawa

Tengah. Sebagian lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar

61,68%, dan 20% lahan digunakan untuk kegiatan perekonomian.

a. Kondisi Geografis

Kota Surakarta terletak di antara 110 45 ̀ 15" - 110 45`

35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan serta berada di

dataran rendah dengan ketinggian 105 m dpl dan 95 m dpl di pusat

kota. Batas Wilayah Surakarta antara lain sebagai berikut:

Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo

Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan yang masing-masing

dipimpin oleh seorang Camat dan 51 kelurahan yang masing-masing

dipimpin oleh seorang Lurah, 595 Rukun Warga (RW) dan 2.669

Rukun Tetangga (RT). Jumlah Kepala Keluarga (KK) tercatat sebesar

134.811 KK, maka rata-rata jumlah KK tiap RT sebesar 50 KK/RT.

Kelima kecamatan di Surakarta antara lain Kecamatan Pasar

Kliwon (9 kelurahan), Kecamatan Jebres (11 kelurahan), Kecamatan

Banjarsari (13 kelurahan), Kecamatan Laweyan (11 kelurahan),

Kecamatan Serengan (7 kelurahan). Kecamatan Banjarsari merupakan

kecamatan terluas di kota Surakarta dengan luas 14,81 Ha. Tingkat

kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Serengan yang

mencapai angka 19.903 penduduk. Sedangkan tingkat kepadatan

penduduk terendah terletak di Kecamatan Jebres sebanyak 11.582

penduduk (BPS Surakarta,2011).

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Gambar 4.1 Peta Kota Surakarta Sumber: surakarta.go.id

b. Keadaan Iklim dan Topografi

Musim hujan di Surakarta dimulai bulan Oktober hingga

Maret, dan musim kemarau bulan April hingga September. Rata-rata

curah hujan di Surakarta adalah 2.200 mm, dengan curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari.

Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu

rata-rata 30 derajat Celsius dan suhu udara tertinggi adalah 32,5

derajat Celsius, sedangkan terendah adalah 21,0 derajat Celsius. Rata-

rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara

75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajat

(wikipedia.id.org).

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

2. Aspek Demografis

Salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah

penduduk dengan sumber daya manusia yang potensial dan produktif

untuk mewujudkan pembangunan nasional. Penduduk yang besar di

suatu wilayah merupakan unsur penting pembangunan. Penduduk jika

dibina dan dikembangkan dengan baik dan terpadu akan menjadi

potensi dan sumber daya manusia yang tangguh dalam mendukung

pembangunan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Surakarta Menurut Jenis Kelamin Di Kota Surakarta Tahun 2011

Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah

Total Rasio Jenis

Kelamin

2003 242.591 254.643 497.234 95.27 2004 249.278 261.433 510.711 95.35 2005 250.868 283.672 534.540 88.44 2006 254.259 258.639 512.898 98.31 2007 246.132 269.240 515.372 91.42 2008 247.245 275.690 522.935 89,68 2009 249.287 278.915 528.202 89,38 2010 243.296 256.041 499.337 95,02 2011 245.283 256.367 501.650 95,68

Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011

Pada tabel di atas diketahui bahwa pada tahun 2011 penduduk

kota Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk dari 501.650 jiwa

dibandingkan tahun 2010 sebesar 499.337 jiwa. Komposisi penduduk laki-

laki tahun 2011 sebanyak 245.283 penduduk dan perempuan sebanyak

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

256.367 penduduk. Penyebab dari pertumbuhan penduduk salah satunya

adalah tingkat kepadatan penduduk yang semakin meningkat,

pertumbuhan ekonomi, dan urbanisasi.

Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta Tahun 2011

Ke camatan Luas

Wilayah Jumlah Penduduk Rasio

Jenis Kelamin

Tingkat Ke padatan

Laki-laki Perempuan Jumlah

Laweyan 8,64 54.834 56.933 111.767 96,31 12.936

Serengan 3,19 31.239 32.252 63.491 96,86 19.903 Pasar Kliwon 4,82 43.799 45.365 89.164 96,55 18.499

Jebres 12,58 72.286 73.417 145.703 98,46 11.582

Banjarsari 14,81 88.287 89.698 177.985 98,43 12.018 Jumlah 44,04 290.445 297.665 588.110 97,57 13.354

Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur Kota Surakarta Tahun 2011

Kelompok Usia

Jenis Kelamin Jumlah Laki-

laki Perempuan

0 – 4 18.123 17.144 35.267 5 – 9 19.004 18.113 37.117

10 – 14 18.959 18.150 37.109 15 – 19 22.378 24.663 47.041 20 – 24 24.782 26.157 50.939 25 – 29 21.369 21.180 42.549 30 – 34 20.534 20.565 41.099 35 – 39 18.711 19.489 38.200 40 – 44 17.795 19.141 36.936 45 – 49 16.328 18.582 34.910 50 – 54 15.033 16.106 31.139 55 – 59 12.143 12.280 24.423 60 – 64 7.535 7.966 15.501

65+ 12.589 16.831 29.420 Jumlah 245.283 256.367 501.650

Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

3. Kondisi Perekonomian Kota Surakarta

a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah jumlah

penduduk berdasar tingkat pendidikan yang telah ditempuh yang

meliputi pendidikan formal. Berdasarkan data dari Badan Pusat

Statistik (BPS) Surakarta, komposisi penduduk dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tinggi Kota Surakarta Tahun 2011

Pendidikan Tinggi Laki-Laki Perempuan Jumlah Total

Tidak Punya Ijasah SD 44.349 57.234 101.583 SD/MI/Paket A 38.632 38.395 77.027 SMP Umum/Kejuruan/Paket B 41.669 42.832 84.501 SMU/MA/ Kejuruan/Paket C 76.106 71.481 147.587 DI / DII 3.029 2.165 5.194 D III / Sarmud 7.718 10.390 18.108 D IV / S1 14.133 15.584 29.717 S2 / S3 1.524 1.142 2.666 J U M L A H 227.160 239.223 466.383

Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011

Berdasar tabel di atas jumlah penduduk yang mencapai tingkat

pendidikan terbanyak dicapai pada tingkat pendidikan SMU/MA/

Kejuruan/Paket C sebesar 147.587 penduduk. Tingkat pendidikan

terbanyak yang ditempuh penduduk selanjutnya berada pada tingkatan

penduduk yang tidak memiliki ijasah SD sebesar 101.583 penduduk,

sedangkan untuk strata pendidikan tertinggi yaitu tingkat S2/S3

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

mencapai posisi terkecil sebesar 2.666 dari total keseluruhan jumlah

sebanyak 466.383 penduduk.

b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pancaharian

Komposisi penduduk menurut mata pancaharian merupakan jumlah

penduduk yang bekerja menurut pekerjaan yang dijalaninya. Berdasar

data Biro Pusat Statistik (BPS) Surakarta tahun 2011, lapangan

pekerjaan yang ditekuni penduduk Surakarta didominasi oleh sektor

perdagangan. Pada tabel di bawah ini memeperlihatkan persentase

penduduk menurut mata pancahariannya.

Tabel 4.5 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Di Kota Surakarta Tahun 2011 (Jiwa)

Lapangan Usaha Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

Pertanian 1.400 1.208 2.608

Pertambangan dan Penggalian 0 0 0

Industri 22.599 19.466 42.065 Listrik, Gas dan Air 700 0 700 Bangunan 8.956 261 9.217 Perdagangan 53.755 52.671 106.426 Angkutan dan Komunikasi 12.565 4.250 16.815

Keuangan dan Jasa Perusahaan 5.943 3.214 9.157

Jasa-jasa 33.313 26.467 59.780 Jumlah 139.231 107.537 246.768

Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2011

total penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja sebanyak

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

246.768 jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki yang bekerja

sebanyak 139.231 jiwa, sedangkan penduduk perempuan yang bekerja

sebanyak 107.537 jiwa. Pada tahun 2011, penduduk Kota Surakarta

paing banyak bekerja di sektor perdagangan. Hal ini sangat beralasan

karena letak Kota Surakarta yang diapit oleh daerah-daerah produsen

berbagai Sumber Daya Alam (SDA), seperti Kabupaten Karanganyar,

Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo.

Daerah-daerah tersebut banyak memasok produk yang dihasilkannya

untuk kemudian diperdagangkan di Kota Surakarta. Sektor yang

paling kecil menyerap tenaga kerja adalah sektor pertambangan dan

penggalian serta sektor listrik, gas dan air.

c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha

Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh

besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang

dan jasa. Keadaan perekonomian suatu daerah dapat dilihat melalui

angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), karena hingga saat

ini PDRB masih digunakan sebagai ukuran kesejahteraan ekonomi

atau tingkat perkembangan ekonomi suatu daerah. Dengan melihat

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diketahui besarnya

kontribusi masing-masing sektor yang ada. Kontribusi suatu sektor

adalah suatu peranan yang diberikan oleh masing-masing sektor

terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari masing-

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

masing sektor dapat digunakan untuk mengetahui indikator perubahan

struktur ekonomi. Perhitungan PDRB Kota Surakarta Tahun 2011

Berdasar harga berlaku dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Di Kota Surakarta Tahun 2007– 2011 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011

Pertanian 4.259 4.726 5.007 5.532 5.927

Pertambangan dan Galian 2.525 2.945 2.994 2.942 3.010

Industri Pengolahan 1.681.790 1.838.499 1.592.356 2.081.494 2.233.248

Listrik, Gas dan Air Bersih 186.120 203.337 227.937 259.004 287.576

Bangunan 924.664 1.140.846 1.314.189 1.440.525 1.584.659

Perdagangan 1.711.786 1.984.698 2.223.561 2.556.483 2.885.293 Pengangkutan dan Komunikasi 802.106 884.951 986.323 1.106.229 1.206.106 Keuangan dan Jasa Perusahaan 763.887 863.921 976.355 1.123.362 1.282.678

Jasa-jasa 831.953 977.959 1.192.017 1.365.561 1.504.470

PDRB 6.909.094 7.901.886 8.880.692 9.941.136 10.992.971 Sumber: BPS, Surakarta Dala m Angka 2011

Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2011

PDRB Kota Surakarta didominasi oleh sektor perdagangan yang

kemudian dilanjutkan dengan sektor industri pengolahan yang

menempati posisi kedua, serta sektor pertambangan dan galian

memberikan kontribusi terkecil dalam PDRB Kota Surakarta.

4. Pasar Antik Windujenar Surakarta

Obyek dalam penulisan ini adalah Pasar Windujenar dengan

tujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor modal, pengalaman

berdagang, umur, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan

mempengaruhi besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang. Pasar

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Windujenar didirikan pada tahun 1939. Pada mulanya, Pasar Windujenar

bernama Pasar Ya’ik, kemudian pada waktu ulang tahun jumenengan

Mangkunegara VII yang ke 24 tahun, maka Pasar Ya’ik berubah nama

menjadi Pasar Triwindu ( Tri = Tiga, Windu = delapan, jadi Triwindu

berarti 24 tahun) dan selanjutnya berubah nama kembali menjadi

Windujenar sampai sekarang.

Pasar Windujenar terletak di Jalan Diponegoro dan berlokasi di

depan Pura Mangkunegaran Surakarta. Tanah lokasi pasar tesebut milik

Mangkunegaran yang dulunya berfungsi sebagai kandang kuda. Setelah

difungsikan sebagai pasar tradisional, berdasarkan undang-undang maka

kepemilikan tanah beralih dari Mangkunegaran yang kemudian dikelola

oleh Pemerintah Kota, sehingga para pedagang pasar sejak berdiri sampai

dengan saat ini memiliki kewajiban membayar retribusi, Surat Hak

Penempatan (SHP), dan balik nama kepada Pemerintah Kota Surakarta.

Jenis barang dagangan di Pasar Windujenar pada awal berdiri

sampai dengan tahun 1966 masih bercampur antara onderdil kendaraan,

alat-alat pertukangan, alat-alat rumah tangga, barang antik, serta makanan.

Pada tahun 1970 barang dagangan di Pasar Windujenar mulai didominasi

oleh barang-barang lama/kuno yang berkualitas baik serta barang

reproduksi antara lain mebel dari Serenan dan Jepara, patung Perunggu

dari Trowulan, keramik dari Jawa Barat, dan lain sebagainya. Walaupun

dinamakan Pasar Antik Windujenar, tidak semua barang yang

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

diperdagangkan di pasar tersebut merupakan barang antik maupun

reproduksi akan tetapi terdapat pula onderdil dan alat-alat pertukangan.

Pengunjung Pasar Windujenar terdiri dari bermacam-macam

kelompok masyarakat baik itu sebagai produsen, pemborong, maupun

konsumen. Selain wisatawan lokal terdapat pula wisatawan asing yang

mendominasi transaksi jual beli antara lain berasal dari Jepang, Belanda,

Amerika, dan lainnya.

5. Revitalisasi Pasar Antik Windujenar Surakarta

Pada pemerintahan Walikota Joko Widodo, Pasar Windujenar

merupakan salah satu pasar tradisional yang diikutsertakan dalam program

revitalisasi dengan tujuan supaya bangunan dan elemen di dalamnya

tertata dengan rapi, dapat menambah minat daya beli wisatawan, serta

menjadikan pasar bukan hanya sebagai tempat untuk transaksi jual-beli

akan tetapi juga dapat dijadikan sebagai salah satu tujuan pariwisata di

Surakarta sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kondisi

pasar sebelum revitalisasi secara fisik sangat memprihatinkan karena

kumuh, tidak beraturan, barang yang diperjualbelikan bercampur menjadi

satu bagian. Maka dari itu maksud dan tujuan program revitalisasi pasar

diantaranya menggiatkan transaksi jual beli, mensejahterakan masyarakat

pada umumnya dan pedagang pada khususnya, merealisasikan konsep dan

tujuan ekonomi kerakyatan dengan memperindah tata kota, menjadikan

pasar tradisional sebagai salah satu tujuan wisata, menciptakan pasar yang

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

aman, nyaman bagi pedagang maupun pengunjung, pengelompokan

pedagang sesuai dengan jenis barang dagangan, serta melengkapi pasar

dengan fasilitas sarana prasarana yang memadai.

Proses revitalisasi dilaksanakan secara bertahap. Sebelum tahap

secara konstruksional, Pemkot Surakarta mengadakan beberapa kali

sosialisasi dengan total 54 pertemuan antara Pemkot Surakarta dengan

anggota Paguyuban Pasar Windujenar. Pada mulanya para pedagang

menolak untuk diadakan revitalisasi karena takut akan kehilangan

pelanggan. Untuk menyiasati keadaan tersebut maka Pemkot mengajukan

beberapa tindakan preventif antara lain dengan sosialisasi pemindahan

pedagang melalui media cetak dan televisi lokal, memasang spanduk-

spanduk di titik penting pusat kota Surakarta, bekerjasama dengan Dinas

Perhubungan dengan menambah trayek angkutan umum yang akan

melintas di lokasi pasar. Paguyuban Pedagang Pasar Windujenar

menyetujui pelaksanaan revitalisasi tapi dengan syarat kios yang nantinya

ditempat pedagang diberikan secara gratis karena sebelum adanya

revitalisasi tiap pedagang yang memiliki kios di Pasar Windujenar sudah

memiliki SHP (Surat Hak Penempatan) sebagai wujud dari kepemilikan

kios. Pada perkembangannya, kios yang ditempati pedagang digratiskan

akan tetapi pedagang memiliki kewajiban untuk membayar retribusi

kepada Pemkot Surakarta sebagai bentuk pengembalian modal

pembangunan dan proses revitalisasi.

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Pembangunan Pasar Windujenar dilaksanakan 2 (dua) tahap :

Tahap I dilaksanakan pada tahun 2008 yaitu pembangunan pasar blok

selatan dan blok utara, terdiri dari 2 (dua) lantai, dengan luas bangunan

lantai 1 (satu) seluas 1.826m2 dan Lantai 2 (dua) seluas 1.454 m2 dan

tahap II dilaksanakan pada tahun 2009 yaitu pembangunan pasar pada

blok timur terdiri dari 2 (dua) lantai dengan luas bangunan dan lantai 1

(satu) seluas 272 m2 lantai 2 (dua) seluas 272 m2 (surakarta.go.id). Tahun

2009 Pasar Triwindu direlokasi di depan sayap kanan Pura

Mangkunegaran dengan luas tanah 2.384 m2 dan diresmikan oleh

Walikota Surakarta pada tanggal 25 September 2009 dengan upacara

prosesi boyongan pedagang Pasar Windujenar.

B. Karakteristik Pedagang

1. Umur Pedagang

Umur merupakan salah satu unsur demografi yang sangat

penting karena dapat digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang

dalam suatu hal. Seseorang yang berumur produktif lebih cenderung

memiliki motivasi lebih tinggi dalam bekerja. Seseorang yang telah

berumur produktif tapi belum berkeluarga memiliki motivasi yang tinggi

untuk bekerja sebagai persiapan untuk berkeluarga. Bagi seseorang yang

sudah berumur produktif dan sudah berkeluarga memiliki motivasi tinggi

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

dalam bekeja dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai

kesejahteraan keluarga.

Tabel 4.7 Pedagang yang Bekerja Pada Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Menurut Umur (dalam Orang)

No Umur (Tahun)

Frekuensi Presentase (%)

1 < 30 0 0,00 2 30 -- < 36 12 13,33 3 36 -- < 42 15 16,67 4 42 -- < 48 16 17,78 5 48 -- < 54 17 18,89 6 54 -- < 60 11 12,22 7 19 21,11

Jumlah 90 100,00 Sumber: Data primer, diolah, 2012

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di daerah penelitian usia

pedagang paling tua adalah 71 tahun dan yang paling muda adalah 28

tahun. Dari tabel di atas dapat pula diketahui bahwa usia pedagang

didominasi antara tahun yaitu sebesar 21,11% atau sebanyak 19

pedagang. Sedangkan untuk proposi di bawahnya yaitu sebesar 18,89%

atau sebanyak 17 pedagang adalah pedagang dengan usia antara 48 -- <

54 tahun. Berdasarkan keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa

pedagang di daerah penlitian didominasi oleh pedagang dengan usia antara

tahun. Hal tersebut dikarenakan pedagang di daerah penelitian

melakukan usaha berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan

dapat disimpulkan bahwa 100% pedagang di daerah penelitian sudah

memenuhi batas minimum usia kerja yaitu lebih dari atau sama dengan 20

tahun.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

2. Jenis Kelamin dan Status Perkawinan Pedagang

Jenis kelamin dan status perkawinan dapat menjadi salah satu

indikator apakah pekerjaan yang mereka tekuni sekarang merupakan jenis

usaha pokok ataupun sampingan. Berikut tabel yang menggambarkan

sejumlah responden di daerah penelitian berdasar jenis kelamin dan status

perkawinan:

Tabel 4.8 Pedagang yang Bekerja Pada Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan (dalam Orang)

Sumber: Data primer, diolah, 2012

Berdasar tabel 4.8 dapat diketahui bahwa proporsi pedagang

berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Pedagang

laki-laki berjumlah 65 orang sedangkan pedagang berjenis kelamin

wanita berjumlah 25 orang dengan persentase pedagang yang sudah

menikah mencapai 81%, pedagang dengan status janda 13%, dan sisanya

pedagang dengan status belum menikah 1% serta status duda 4%.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden di daerah penelitian melakukan aktivitas berdagang sebagai

No

Status Jenis Kelamin Jumlah Perkawinan Laki-Laki Perempuan

Frek % Frek % Frek % 1 Belum Kawin 1 2 - 0 1 1 2 Sudah Kawin 60 92 13 52 73 81 3 Duda 4 6 - 0 4 4 4 janda - 0 12 48 12 13

Jumlah 65 100 25 100 90 100

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

bentuk dari usaha pokok untuk menopang kehidupan perekonomian

keluarganya dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.

3. Tingkat Pendidikan Pedagang

Tingkat pendidikan dapat menggambarkan seberapa besar

tingkat kemajuan penduduk suatu daerah. Pendidikan merupakan salah

satu jalan di mana seseorang memiliki pengetahuan sehingga dapat lebih

produktif dan inovatif serta menjadi indikator kualitas sumber daya

manusia. Berikut tabel yang mengambarkan tingkat pendidikan pedagang

di daerah penelitian:

Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian (dalam Orang)

Sumber: Data primer, diolah, 2012 Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebanyak

45 pedagang dari 90 pedagang sudah memenuhi program wajib belajar 9

tahun. Tingkat pencapaian pendidikan formal tertinggi berada pada tingkat

pendidikan SMA dengan persentase sebesar 35,56% atau sebanyak 32

pedagang dari total keseluruhan 90 pedagang. Pendidikan formal tingkat

SMP menduduki peringkat kedua setelah SMA dengan persentase 32,22%

No Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase % 1 TIDAK SEKOLAH 2 2,22 2 SD 12 13,33 3 SMP 29 32,22 4 SMA 32 35,56 5 DIPLOMA 10 11,11 6 STRATA 5 5,56

Jumlah 90 100,00

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

atau sebanyak 29 pedagang. Pedagang yang tidak mengenyam pendidikan

formal memiliki persentase sebesar 2,22% atau 2 pedagang. Tingkat

pendidikan SD yaitu 12 pedagang dengan persentase 13,33%, Tingkat

pendidikan Diploma yaitu 10 pedagang dengan persentase 11,11%,

sedangkan pedagang dengan tingkat pendidikan akhir setara Strata (baik

Strata 1 maupun Strata 2) berjumlah 5 pedagang dari total 90 pedagang

dengan persentase 5,56%.

4. Modal Usaha

Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal usaha

berupa modal lancar dalam pendirian usaha awal. Berikut tabel mengenai

tingkatan modal usaha pedagang.

Tabel 4.10 Tingkat Permodalan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian

No Besar Modal (Rp) Frekuensi Persentase ( %) 1 1.000.000 -- < 6.500.000 37 41,11 2 6.500.000 -- < 13.000.000 30 33,33 3 13.000.000 --< 19.500.000 11 12,22 4 19.500.000 -- < 26.000.000 7 7,78 5 26.000.000 -- < 32.500.000 3 3,33 6 32.500.000 -- < 39.000.000 1 1,11 7 1 1,11

Jumlah 90 100,00 Sumber: Data primer, diolah, 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden di

daerah penelitian didominasi oleh pedagang dengan tingkat modal antara

1.000.000 -- < 6.500.000 yaitu sebesar 41,11% atau sebanyak 37

pedagang. Disusul dengan tingkat modal antara 6.500.000 -- < 13.000.000

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

yaitu sebesar 33,33% atau sebanyak 30 pedagang. Tingkat modal antara

13.000.000 -- < 19.500.000 yaitu sebesar 12,22% atau sebanyak 11

pedagang. Tingkat modal antara 19.500.000 -- < 26.000.000 yaitu sebesar

7,78% atau sebanyak 7 pedagang. Tingkat modal antara 26.000.000 -- <

32.500.000 yaitu sebesar 3,33% atau sebanyak 3 pedagang. Tingkat modal

antara 32.500.000 -- < 39.000.000 yaitu sebesar 1,11% atau sebanyak 1

pedagang. Pada umumnya modal yang dipergunakan oleh pedagang dalam

menjalankan usahanya sangat bervariasi. Modal yang digunakan mulai

dari yang terkecil sebesar 1.000.000 sampai dengan yang paling besar.,

yaitu sebesar 50.000.000.

5. Tingkat Keuntungan Pedagang

Tabel 4.11 Tingkat Keuntungan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Sebelum Revitalisasi dalam Rupiah (Tiap Bulan)

Sumber: Data primer, diolah, 2012

No Besar Keuntungan (Rp) Frekuensi Persentase ( %) 1 500.000 < 1.000.000 21 23,33 2 1.000.000 -- < 1.500.000 19 21,11 3 1.500.000 --< 2.000.000 21 23,33 4 2.000.000 -- < 2.500.000 10 11,11 5 2.500.000 -- < 3.000.000 7 7,78 6 3.000.000 -- < 3.500.000 9 10,00

7 3.500.000 --< 4.000.000 2 2,22

8 4.000.000 --< 4.500.000 0 0,00

9 4.500.000 --< 5.000.000 0 0,00

10 1 1,11

Jumlah 90 100,00

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Merujuk pada tabel di atas, keuntungan pedagang sebelum

adanya revitalisasi terbesar berada pada kisaran Rp.1.500.000 -- <

2.000.000/bulan yaitu sebesar 23,33% dengan jumlah responden sebanyak

21 pedagang. Dan keuntungan pedagang pada kisaran keuntungan Rp.

500.000 --< 1.000.000 yaitu sebesar 23,33% dengan jumlah responden

sebanyak 21 pedagang. Kemudian keuntungan pedagang berada pada

kisaran keuntungan Rp. 1.000.000 -- < 1.500.000 yaitu sebesar 21,11%

dengan jumlah responden sebanyak 19 pedagang. Sedangkan pada kisaran

keuntungan Rp.

1,11% dari total keseluruhan keuntungan atau sebanyak 1 pedagang.

Tabel 4.12 Tingkat Keuntungan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Setelah Revitalisasi dalam Rupiah (Tiap Bulan)

Sumber: Data primer, diolah, 2012

Merujuk pada tabel di atas, keuntungan pedagang setelah

revitalisasi terbesar berada pada kisaran Rp. 1.500.000 -- <

No Besar Keuntungan (Rp) Frekuensi Persentase ( %) 1 500.000 < 1.000.000 16 17,78 2 1.000.000 -- < 1.500.000 16 17,78 3 1.500.000 --< 2.000.000 17 18,89 4 2.000.000 -- < 2.500.000 12 13,33 5 2.500.000 -- < 3.000.000 16 17,78 6 3.000.000 -- < 3.500.000 5 5,56 7 3.500.000 --< 4.000.000 0 0,00 8 4.000.000 --< 4.500.000 5 5,56 9 4.500.000 --< 5.000.000 0 0,00

10 3 3,33 Jumlah 90 100,00

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

2.000.000/bulan yaitu sebesar 18,89% dengan jumlah responden masing-

masing sebanyak 17 pedagang. Keuntungan pedagang terbesar selanjutnya

berada pada kisaran keuntungan Rp. 2.500.000 -- < 3.000.000, Rp.500.000

< 1.000.000 dan Rp.1.000.000 -- < 1.500.000 yaitu sebesar 17,78%

dengan jumlah responden sebanyak 16 pedagang. Kemudian keuntungan

pedagang berada pada kisaran keuntungan Rp. 2.000.000 -- < 2.500.000

yaitu sebesar 13,33% dengan jumlah responden masing-masing sebanyak

12 pedagang. Sedangkan pada kisaran keuntungan Rp.

memiliki persentase terkecil yaitu sebesar 3,33% dari total keseluruhan

keuntungan atau sebanyak 3 pedagang.

6. Jenis Barang yang Diperdagangkan

Tabel 4.13 Jenis Barang yang Diperdagangkan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian

Sumber: Data primer, diolah, 2012

Jenis barang yang diperdagangkan oleh responden di daerah

penelitian didominasi oleh antik sebanyak 48 pedagang dengan persentase

sebesar 53,33% atau separuh dari total keseluruhan responden. Jenis

barang berupa onderdil kendaraan memiliki persentase sebesar 27,78%

atau sebanyak 25 pedagang, jenis barang berupa alat pertukangan berada

No. Jenis Barang Jumlah Persentase (%) 1 Antik 48 53,33 2 Onderdil Kendaraan 25 27,78 3 Alat Petukangan 15 16,67 4 Makanan 2 2,22

Jumlah 90 100

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

di posisi selanjutnya dengan persentase sebesar 16,67% atau sebanyak 15

pedagang. Kios yang menjual makanan berada pada tingkatan terkecil

sebesar 2,22% atau sebanyak 2 pedagang.

7. Lokasi Kios Pedagang

Tabel 4.14 Lokasi Kios Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Setelah Revitalisasi

No. Lokasi Kios Jumlah Persentase (%) 1 Lantai Atas 32 35,56 2 Lantai Bawah 58 64,44

Jumlah 90 100 Sumber: Data primer, diolah, 2012

Sebelum adanya revitalisasi, kios pedagang tersebar secara acak

di sejumlah bagian di daerah penelitian. Setelah adanya revitalisasi lokasi

kios yang pada awal mulanya tersebar ditata dan ditempatkan pada bagian

lantai dasar/bawah dan bagian atas.

Lokasi kios yang berada di lantai atas berjumlah 32 kios atau

memiliki persentase sebesar 35,56% dengan aneka barang yang

diperdagangkan. Lokasi kios yang berada di lantai bawah berjumlah 58

kios atau memiliki persentase sebesar 64,44% dari total keseluruhan kios

yang berada di daerah penelitian.

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Tabel 4.15 Hubungan Lokasi Kios Pedagang dengan Tingkat Keuntungan yang diperoleh Responden Setelah Revitalisasi di Daerah Penelitian

No. Fluktuasi Lokasi Kios Jumlah

Keuntungan Atas Bawah Total 1 Naik 6 30 36 2 Turun 22 13 35 3 Stabil 4 15 19

Jumlah 29 61 90 Sumber: Data primer, diolah, 2012

Peletakan kios mempengaruhi tingkat keuntungan pedagang.

Pada tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa kios yang berada di lantai

bawah cenderung mengalami peningkatan keuntungan dibandingkan

dengan kios lantai atas yang memiliki kecenderungan penurunan

keuntungan. Peningkatan keuntungan terbesar diperoleh dari pedagang

dengan kios yang berada di lantai bawah dengan jumlah 30 kios dari 36

sedangkan sisanya mengalami penurunan keuntungan. Penurunan

keuntungan terbanyak berada pada kios-kios dengan lokasi yang berada di

atas dengan jumlah 22 kios dari 35 kios yang berada di lantai atas maupun

dari total keseluruhan responden yang berjumlah 90 pedagang. Sedangkan

pedagang dengan tingkat keuntungan yang stabil berjumlah 19 responden

dari total keseluruhan jumlah responden. Pedagang dengan lokasi kios di

lantai atas dengan tingkat keuntungan stabil berjumlah 4 kios/pedagang

dan pedagang dengan lokasi kios di lantai bawah dengan tingkat

keuntungan stabil berjumlah 19 kios/pedagang. Dari tabel tersebut dapat

dilihat bahwa tidak semua pedagang mengalami peningkatan keuntungan

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

setelah adanya revitalisasi. Penurunan keuntungan didominasi oleh

kios/pedagang yang berlokasi di lantai atas bangunan pasar.

8. Hambatan Usaha Setelah Revitalisasi

Hambatan usaha yang dialami oleh pedagang di Pasar Antik

Windujenar secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)

macam, yaitu: (i) lokasi tidak strategis (ii) kurangnya promosi Pemkot

Surakarta (iii) kurangnya permodalan (iv) tingkat persaingan. Berikut

adalah rincian karakteristik pedagang menurut hambatan yang dialami :

a. Lokasi Kios tidak strategis

Lokasi kios memegang peranan penting dalam proses perdagangan

di Pasar Antik Windujenar karena dengan dipindahkannya lokasi

kios yang berbeda dengan mempengaruhi intensitas pelanggan yang

akan melaksanakan transaksi jual beli.

Tabel 4.16 Karakteristik Pedagang Menurut Tata Letak Kios

Hambatan Jumlah Persentase

Ada 54 60

Tidak Ada 36 40

Total 90 100

Sumber: Data primer, diolah, 2012

Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang memiliki hambatan

berupa peletakan kios yang tidak strategis sebanyak 54 orang atau 60%

dari total responden. Sedangkan sisanya 36 orang atau sekitar 40%

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

menyatakan tidak memiliki masalah dengan penempatan lokasi kios

setelah revitalisasi.

b. Kurangnya promosi dari pemerintah Kota Surakarta

Promosi merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan Pasar

Antik Windujenar ke masyarakat umum. Dengan banyaknya informasi

dan penyelenggaraan kegiatan sehubungan dengan eksistensi Pasar

Antik Windujenar diharapkan dapat mendongkrak penjualan dan

transaksi jual beli menjadi lebih meningkat.

Tabel 4.17 Karakteristik Pedagang Menurut Kurangnya Promosi oleh Pemkot

Sumber: Data primer, diolah, 2012

Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang berpendapat bahwa

Pemkot Surakarta kurang memberi promosi sebanyak 25 orang atau

27,78% dari total responden. Sedangkan sisanya 65 orang atau sekitar

72,22% berpendapat bahwa Pemkot Surakarta telah menjalankan

fungsinya dengan memberikan apresiasi terhadap adanya Pasar Antik

Windujenar dengan adanya program promosi.

c. Kurang Permodalan

Modal merupakan salah satu faktor untuk melakukan usaha.

Sebab dengan adanya modal yang besar pedagang atau pengusaha akan

Hambatan Jumlah Persentase Ada 25 27,78 Tidak Ada 65 72,22

Total 90 100

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

dapat menjalankan usahanya, sehingga keuntungan yang diperoleh akan

semakin besar

Tabel 4.18 Karakteristik Pedagang Menurut Terbatasnya Modal

Sumber: Data primer, diolah, 2012

Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang mempunyai

hambatan berupa terbatasnya modal sebanyak 39 orang atau

43,33% dari total responden. Sedangkan sisanya 51 orang atau

sekitar 56,67% mengaku tidak mempunyai hambatan

d. Tingkat Persaingan

Para pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta dapat

dikatakan mengalami persaingan yang tinggi. Hal ini dikarenakan

barang yang dijual oleh pedagang-pedagang di Pasar Antik

Windujenar Surakarta memiliki karakteristik yang sama. Selain itu

terdapat pula persaingan yang berasal dari pedagang di luar pasar

yang memiliki karakteristik barang dagangan yang serupa seperti

beberapa pedagang onderdil dan klithikan di Pasar Notoharjo.

Semakin tinggi tingkat persaingannya maka kemungkinan

memperoleh laba juga semakin kecil.

Hambatan Jumlah Persentase

Ada 39 43,33

Tidak Ada 51 56,67

Total 90 100

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Tabel 4.19 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Persaingan yang Tinggi

Hambatan Jumlah Persentase

Ada 43 47,78

Tidak Ada 47 52,22

Total 90 100

Sumber: Data primer, diolah, 2012

Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang mempunyai

hambatan berupa tingkat persaingan yang tinggi sebanyak 43 orang atau

47,78% dari total responden. Sedangkan sisanya 47 orang atau sekitar

52,22% menyatakan tidak memiliki hambatan dalam hal tingkat

persaingan.

C. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang di Daerah

Penelitian

Mengacu persamaan 2 pada halaman 51 maka diperoleh persamaan

hasil analisis regresi yang berpengaruh terhadap variabel modal (X1),

pengalaman usaha (X2), umur (X3), jumlah tenaga kerja (X4), dan tingkat

pendidikan(X5) terhadap keuntungan pedagang sebagai berikut:

LnY = 10,626 + 0,250LnX1 + 0,040X2 – 0,025X3 + 0,233X4 – 0, 007X5

t = (12,910) (5,034) (8,104) (-6,565) (5,067) (-0,660)

F = 53,108

R2 = 0,760

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

1. Uji Statistik

a. Uji t

Salah satu uji statistika adalah uji t, yaitu untuk menguji apakah tiap-tiap

variable independen secara individual berpengaruh/signifikan terhadap variabel

dependen. Dalam pengujian ini menggunakan tingkat signifikan (

1) Pengujian Hipotesis Variabel Modal (X1)

(a) Hipotesis statistik

H0 : 1 = 0 Modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

keuntungan

H1 : 1 Modal berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan

(b)

(c) Perhitungan uji t

Nilai t hitung = 5,034

Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00

Ho ditolak Ho ditolak

Ho diterima

-2,00 2,00 5,034 Gambar 4.2 Uji t untuk variabel modal

(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 5,034 > 2,00

Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf

signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (5,034) lebih besar dari t

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

tabel (2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel

modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan

yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar.

2) Pengujian Hipotesis Variabel Pengalaman Usaha (X2)

(a) Hipotesis statistik

H0 : 1 = 0 Pengalaman usaha tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap keuntungan

H1 : 1 Pengalaman usaha berpengaruh secara signifikan terhadap

keuntungan.

(b) Mene ,05

(c) Perhitungan uji t

Nilai t hitung = 8,104

Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00

Ho ditolak Ho ditolak

Ho diterima

-2.00 2.00 8,104

Gambar 4.3 Uji t untuk variabel Pengalaman Usaha

(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 8,104 > 2,00

Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf

signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (8,104) lebih besar dari t

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

tabel (2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel

Pengalaman Usaha mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar.

3) Pengujian Hipotesis Variabel Umur (X3)

(a) Hipotesis statistik

H0 : 1 = 0 Umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

keuntungan

H1 : 1 Umur berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan

(b)

(c) Perhitungan uji t

Nilai t hitung = -6,565

Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00

Ho ditolak Ho ditolak

Ho diterima

-6,565 -2,00 2,00

Gambar 4.4 Uji t untuk variabel Umur

(d) Kesimpulan: t hitung < t tabel atau -6,565 > -2,00

Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf

signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (-6,565) lebih besar dari t

tabel (-2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

variabel umur pedagang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar.

4) Pengujian Hipotesis Variabel Tenaga Kerja (X4)

(a) Hipotesis statistik

H0 : 1 = 0 Tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

keuntungan

H1 : 1 0 Tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap

keuntungan

(b)

(c) Perhitungan uji t

Nilai t hitung = 5,067

Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00

Ho ditolak Ho ditolak

Ho diterima

-2,00 2,00 5,067

Gambar 4.5 Uji t untuk variabel tenaga kerja

(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 5,067 > 2.00

Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf

signifikansi 0.05 didapatkan nilai t hitung (5,067) lebih besar dari t

tabel (2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan

yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar.

5) Pengujian Hipotesis Variabel Tingkat Pendidikan (X5)

(a) Hipotesis statistik

H0 : 1 = 0 Tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap keuntungan

H1 : 1 Tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap

keuntungan

(b) Mene .05

(c) Perhitungan uji t

Nilai t hitung = -0.660

Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00

Ho ditolak Ho ditolak

Ho diterima

-2,00 -0.660 2,00

Gambar 4.5 Uji t untuk variabel tingkat pendidikan

(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau -0.660 < 2,00

Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf

signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (-0.660) lebih kecil dari t

tabel (2,00), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulannya variabel

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar

b. Uji F

Uji F adalah uji untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya. Adapun

langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :

1). Hipotesis

H0 : 1 2 3 4 =0

(tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel modal,

pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan

dengan besarnya keuntungan usaha)

Ha : 1 2 3 4 0

(terdapat hubungan yang signifikan antara variable modal, pengalaman

usaha, umur, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan dengan

besarnya keuntungan usaha)

2). Menentukan 05

3). Perhitungan uji F

Nilai F hitung = 53.108

F tabel = F0,05 ; (90 – 5) ; (5 – 1) = 2,45 (Tabel Distribusi F)

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Ho ditolak Ho diterima

2,45 53,108

Ga mbar 4.6 Uji F

Jadi F hitung (53.108) lebih besar daripada F tabel (2,45), maka H0

ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan semua variabel independen

secara bersama–sama signifikan pada tingkat 5%. Hal tersebut

mengidetifikasikan bahwa modal, pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga

kerja, dan tingkat pendidikan secara bersama-sama berpengaruh terhadap

keuntungan pedagang Pasar Antik Windujenar.

c. Koefisien Determinasi ( R2 )

R² merupakan koefisien determinasi yang digunakan untuk

mengetahui seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh

variasi variabel independen.

Besarnya nilai statistik koefisien determinasi yang telah disesuaikan

(Adjusted R Squared) yang diperoleh dari regresi linier adalah sebesar 0,760.

Ini artinya bahwa sekitar 76% variasi variabel dependen (keuntungan) dapat

dijelaskan oleh variasi independen yang dimasukan dalam model yaitu Modal,

Pengalaman Berdagang, Umur, Tenaga Kerja, dan Pendidikan. Sisanya

sebanyak 24% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak dimasukan

dalam model.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat korelasi atau

hubungan antar variabel independen. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya

multikolineritas salah satunya dengan metode Klein, yaitu dengan

membandingkan R2 (koefisien determinasi) regresi awal dengan r2 parsial

(koefisien korelasi antar variabel independen).

Kriteria pengujian:

1). Jika nilai r2 > R2 maka ada masalah multikolinearitas

2). Jika nilai r2 < R2 maka tidak ada masalah multikolinearitas

Jika dalam model tersebut terdapat multikolinearitas maka model

tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat

ditaksir dengan ketepatan tinggi.

Tabel 4.20 Uji Multikolinearitas

Sumber: Output SPSS 17.00, 2012

Dari tabel di atas terlihat bahwa semua regresi antar variabel independen

menghasilkan nilai r2 < R2, sehingga dapat disimpulkan model terbebas dari

masalah multikoloniearitas.

Model r2 R2 Kesimpulan R2

X1 0,314 0,760 Bebas Multikolinearitas R2

X2 0,469 0,760 Bebas Multikolinearitas R2

X3 0,293 0,760 Bebas Multikolinearitas R2

X4 0,732 0,760 Bebas Multikolinearitas R2

dm 0,608 0,760 Bebas Multikolinearitas

Page 89: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

b. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas terjadi jika muncul dalam fungsi regresi yang

mempunyai varian yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik

dalam sampel kecil maupun besar (tetapi masih tetap bias dan konsisten).

Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan Uji

Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel

independen dengan nilai absolut residualnya (Gujarati,1995:187). Jika nilai

signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05

maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Tabel 4.21 Uji Heteroskedastisitas Glejser Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.589 .470 -1.254 .213

LnModal .045 .028 .227 1.604 .113 .560 1.785

Pglmn .000 .003 -.027 -.210 .834 .685 1.459

Umur .002 .002 .121 .839 .404 .542 1.844

TKerja .021 .026 .092 .800 .426 .856 1.168

Pendidikan .000 .006 -.013 -.108 .914 .780 1.283

a. Dependent Variable: abs_res

Dari tabel di atas terlihat bahwa keseluruhan nilai P {sig} > 0.05 jadi

dapat disimpulkan maka dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari

masalah heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan dengan menggunakan non-

parametrik Run Test. Uji ini merupakan bagian dari statistik non-

parametrik yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual

Page 90: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

terdapat korelasi yang tinggi. Pengambilan keputusan dilakukan dengan

melihat nilai Asymp. Sig (2-tailed) uji Run Test. Apabila nilai Asymp. Sig

(2-tailed) lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan

tidak terdapat autokorelasi (Ghozali,2006:103). Tujuan uji tersebut untuk

melihat apakah residual terjadi secara random (acak) atau tidak.

Tabel 4.22 Tabel Autokorelasi Run Test

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea .00399

Cases < Test Value 45

Cases >= Test Value 45

Total Cases 90

Number of Runs 55

Z 1.908

Asymp. Sig. (2-tailed) .056

a. Median

Sumber: Output SPSS 17.0,2012

Dari hasil perhitungan didapat nilai Run Test dengan nilai Z sebesar 1,484

diperoleh nilai probabilitas asymp sig sebesar 0,138. Dapat disimpulkan

bahwa dengan adanya probabilitas asymp sig > 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

3. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi

a. Pengaruh Modal Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik Windujenar

Surakarta

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari

variabel modal (X1) sebesar 5,034 dengan nilai Ttabel = t0,50/2: 90-1 = 2,00.

Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa variabel

Page 91: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

modal mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh

pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Nilai koefisien regresi dari

variabel modal sebesar 0,250, berarti peningkatan jumlah modal sebesar Rp

1% menyebabkan kenaikan keuntungan sebesar 0,25% dengan asumsi

variabel independen yang lain tetap. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan hubungan antara variabel

modal dengan variabel keuntungan.

b. Pengaruh Pengalaman Berdagang Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar

Antik Windujenar Surakarta

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari

variabel pengalaman berdagang (X2) sebesar 8,104 dengan nilai Ttabel = t0,50/2:

90-1 = 2,00. Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa

variabel pengalaman berdagang mempunyai pengaruh terhadap besarnya

keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta.

Nilai koefisien regresi dari variabel pengalaman berdagang sebesar 0,040,

berarti jika pengalaman usaha pedagang bertambah 1 tahun maka akan

berakibat pada keuntungan yang diperoleh mengalami kenaikan 0,040%

dengan asumsi variabel independen yang lain tetap. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan

hubungan antara variabel pengalaman usaha dengan variabel keuntungan.

c. Pengaruh Umur Pedagang Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik

Windujenar Surakarta

Page 92: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari

variabel umur pedagang (X3) sebesar 0,025 dengan nilai Ttabel = t0,50/2: 90-1

=2,00. Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa

variabel umur mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang

diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Nilai koefisien

regresi dari variabel umur sebesar –6,565, berarti jika umur pedagang

bertambah 1 tahun lamanya maka akan berakibat pada keuntungan yang

diperoleh mengalami penurunan sebesar –6,565% dengan asumsi variabel

independen yang lain tetap. Semakin tua usia pedagang maka keuntungan

yang diperoleh pedagang semakin menurun karena adanya penurunan tingkat

produktivitas. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat kesesuaian

hipotesis yang menyatakan hubungan antara variabel pengalaman usaha

dengan variabel keuntungan.

d. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik

Windujenar Surakarta

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari

variabel jumlah tenaga kerja (X4) sebesar 5,067 dengan nilai Ttabel = t0,50/2: 90-1

=2,00. Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa

variabel jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh terhadap besarnya

keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta.

Nilai koefisien regresi dari variabel jumlah tenaga kerja sebesar 0,233, berarti

jika jumlah tenaga kerja bertambah 1 orang/pekerja maka akan berakibat pada

Page 93: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

keuntungan yang diperoleh mengalami kenaikan sebesar 0,233% dengan

asumsi variabel independen yang lain tetap. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan hubungan antara

variabel jumlah tenaga kerja dengan variabel keuntungan.

e. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik

Windujenar Surakarta

Berdasarkan hasil analisis regresi linear diketahui t statistik dari variabel

tingkat pendidikan (X5) sebesar -0.660 dengan nilai Ttabel = t0,50/2: 90-1 =2,00.

Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa variabel

tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan

yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan

hubungan antara variabel pengalaman usaha dengan variabel keuntungan.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat

pendidikan formal yang tinggi tidak memberikan jaminan terhadap

peningkatan keuntungan pedagang.

Page 94: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

D. Perbedaan Tingkat Keuntungan Pedagang di daerah penelitian antara

Sebelum dan Sesudah Revitalisasi

Dalam menganalisis adanya perbedaan tingkat keuntungan

pedagang di daerah penelitian sebelum dan sesudah revitalisasi dengan

metode pengolahan data menggunakan SPSS maka diperoleh hasil (output)

sebagai berikut:

Tabel 4.23 Perbandingan rata-rata Keuntungan Sebelum dan Sesudah Revitalisasi di Pasar Antik Windujenar Surakarta

No. Keuntungan Rata-rata/Mean (Rp.) 1 Sebelum Revitalisasi 1.698.333,33 2 Setelah Revitalisasi 2.007.222,22 Selisih 308.888,89

korelasi 0,738 t-test -2.528

Sumber: Output SPSS 17.00, 2012

Berdasar tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata keuntungan

pedagang sebelum adanya revitalisasi sebesar Rp. 1.698.333,33 dan

keuntungan setelah revitalisasi sebesar Rp. 2.007.222,22 yang berarti terjadi

kenaikan keuntungan sebesar Rp. 308.888,89 atau sebesar 18,187%.

Dalam hasil uji dalam paired samples Correlation menunjukkan

bahwa korelasi antara dua variabel adalah sebesar 0,738 dengan sig sebesar

0.000. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara dua rata-rata tingkat

keuntungan sebelum dan sesudah revitalisasi adalah kuat dan signifikan.

Berdasarkan Paired Samples Test diperoleh nilah t hitung sebesar -2,528

dengan sig 0.013. Karena sig < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho

Page 95: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan rata-rata keuntungan

sebelum dan sesudah revitalisasi Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa

adanya revitalisasi mempengaruhi jumlah keuntungan di Pasar Antik

Windujenar Surakarta.

Meningkatnya rata-rata keuntungan pedagang di daerah penelitian

tidak hanya berhubungan dengan tingkat pengunjung yang melakukan

transaksi jual beli akan tetapi juga berhubungan dengan tingkat permodalan,

umur pedagang, pengalaman usaha, dan jumlah karyawan yang dimiliki.

Pengalaman usaha memiliki pengaruh penting dalam peningkatan keuntungan

karena semakin banyaknya pengalaman yang dimiliki, maka pedagang dapat

menentukan barang yang memiliki kualitas baik dan laku di pasaran. Dengan

pengalaman usaha pula pedagang memperoleh pelanggan yang loyal karena

tingkat kepercayaan yang tinggi pelanggan terhadap pedagang tersebut. Selain

itu, umur juga memiliki pengaruh terhadap tingkat keuntungan yang

diperoleh. Pedagang pada masa usia produktif cendenrung mendapatkan

keuntungan maksimal sedangkan pedagang di usia yang sudah tidak produktif

cenderung mengalami penurunan keuntungan.

Tingkat keuntungan pedagang juga berhubungan dengan jumlah

karyawan yang dimiliki. Diasumsikan bahwa semakin besar keuntungan yang

diterima pedagang maka semakin besar pula kemampuan pedagang tersebut

membayar karyawan yang membantu usahanya. Begitu juga sebaliknya,

diasumsikan bahwa semakin banyak karyawan yang dimiliki diharapkan

Page 96: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

pelayanan yang diberikan kepada pembeli akan semakin baik. Dengan begitu

jumlah pengunjung yang membeli barang di kios-kios tersebut akan

bertambah sehingga dapat meningkatkan keuntungan.

Sedangkan tingkat pendidikan yang dienyam pedagang tidak

mempengaruhi keuntungan yang diterima pedagang. Untuk menambah

ketertarikan pengunjung, para pedagang membuat dekorasi kiosnya semenarik

dan seatraktif mungkin. Selain penjualan secara langsung, pedagang juga

mulai mengembangkan usahanya dengan cara membuka kios online (online

shop) sehingga pembeli yang berminat membeli barang daganga tidak harus

datang langsung ke Pasar Antik Windujenar Surakarta. Dengan beragam cara

itulah diharapkan keuntungan akan semakin meningkat.

Page 97: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil analisis data yang diperoleh dari pedagang di Pasar Antik

Windujenar Surakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Modal (X1), pengalaman berdagang (X2), umur pedagang (X3), dan tenaga

kerja (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pedagang

secara parsial. Apabila modal, pengalaman berdagang, umur, dan tenaga kerja

bertambah maka keuntungan pedagang akan mengalami peningkatan, Tingkat

pendidikan (X5) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

besarnya keuntungan pedagang secara parsial. Semakin tinggi pendidikan

yang ditempuh seseorang tidak mempengaruhi keuntungan yang diperoleh

pedagang.

2. Keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta mengalami

perubahan sebelum dan sesudah revitalisasi pasar

B. Saran-saran

1. Pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta diharapkan meningkatkan

modal usaha dengan tujuan peningkatan keuntungan dengan fasilitas kredit

yang ditawarkan lembaga keuangan perbankan baik melalui bank maupun

koperasi dan pegadaian.

Page 98: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG/Analisis... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit1 to user BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

2. Pemaksimalan fungsi dari paguyuban pedagang Pasar Windujenar sebagai

forum untuk berdiskusi antara pedagang golongan tua dengan golongan muda

antara lain dengan bertukar pengalaman berdagang baik dalam hal pemilihan

barang, penentuan harga, dan karakteristik pelanggan.

3. Pengetahuan kewirausahaan dapat ditingkatkan agar generasi muda tertarik

dengan kegiatan berdagang sebagai mata pancahariannya sehingga kegiatan

berdagang tidak hanya didominasi oleh generasi tua. Semakin tua umur

pedagang maka kemampuan berdagangnya semakin menurun.

4. Jumlah tenaga kerja ditambahkan guna efisiensi pelayanan terhadap

pelanggan sehingga kepuasan pelanggan dapat terpenuhi.