bab ii tinjauan teoritis bab ii.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah...

25
6 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Makna Pembangunan Daerah Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari berbagai perilaku, baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial ekonomi dan aspek lingkungan lainnya sehingga peluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012) 1 . Hal ini dapat ditempuh dengan cara: Pertama, Secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah. Kedua, Merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah. Ketiga, Menyusun konsep straregi bagi pemecahan masalah (solusi). Keempat, Melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Di sisi lain, tujuan dilakukannya pembangunan daerah diantaranya ialah : (1) Mengurangi disparsi atau ketimpangan pembangunan antara daerah dan sub daerah serta antara warga masyarakat (pemerataan dan keadilan); (2) Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. (3) Menciptakan atau menambah lapangan kerja. (4) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah. (5) Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi berkelanjutan. 2 Beberapa masalah yang menghambat terwujudnya pembangunan di Negara berkembang diantaranya adalah: 1) Sistem pertanian yang masih tradisional Terbatasnya modal, pengetahuan, infrastruktur pertanian, dan aplikasi teknologi modern dalam kegiatan pertanian menyebabkan sector ini 1 “Makroekonomi”, Sadono Sukirno. http://www.tnp2k.go.id. Contoh Program Penanggulangan Kemiskinan Di Indonesia Pada Tingkat Nasional diunduh tanggal 24 Maret 2015 2 Ibid

Upload: others

Post on 30-Jan-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Makna Pembangunan Daerah

Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari berbagai

perilaku, baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya

pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan

keterkaitan aspek fisik, sosial ekonomi dan aspek lingkungan lainnya sehingga

peluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat

ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

dengan cara: Pertama, Secara terus menerus menganalisis kondisi dan

pelaksanaan pembangunan daerah. Kedua, Merumuskan tujuan dan kebijakan

pembangunan daerah. Ketiga, Menyusun konsep straregi bagi pemecahan masalah

(solusi). Keempat, Melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang

tersedia.

Di sisi lain, tujuan dilakukannya pembangunan daerah diantaranya ialah :

(1) Mengurangi disparsi atau ketimpangan pembangunan antara daerah dan sub

daerah serta antara warga masyarakat (pemerataan dan keadilan); (2)

Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. (3) Menciptakan

atau menambah lapangan kerja. (4) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat daerah. (5) Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya

alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi berkelanjutan.2

Beberapa masalah yang menghambat terwujudnya pembangunan di Negara

berkembang diantaranya adalah:

1) Sistem pertanian yang masih tradisional

Terbatasnya modal, pengetahuan, infrastruktur pertanian, dan aplikasi

teknologi modern dalam kegiatan pertanian menyebabkan sector ini

1 “Makroekonomi”, Sadono Sukirno. http://www.tnp2k.go.id. Contoh Program Penanggulangan

Kemiskinan Di Indonesia Pada Tingkat Nasional diunduh tanggal 24 Maret 2015 2 Ibid

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

7

menjadi sangat rendah produktivitasnya dan seterusnya mengakibatkan

tingkat pendapatan para petani tidah banyak bedanya tingkat subsisten.

2) Kurangnya Dana Modal dan Modal Fiskal

Kekurangan modal adalah salah satu ciri penting dari setiap negara

yang memulai pembangunan dan kekurangan ini bukan saja

mengurangi kepesatan pembangunan perekonomian yang dapat

dilaksanakan, tetapi juga menyebabkan kesukaran terhadap Negara

tersebut untuk keluar dari keadaan kemiskinan.

3) Peranan Tenaga Terampil dan Berpendidikan

Tersedianya modal saja belum cukup untuk memoderenkan suatu

perekonomian. Pelaksananya harus ada. Dengan kata lain dibutuhkan

berbagai golongan tenaga kerja yang terdidik.

4) Pesatnya Perkembangan Penduduk

Penduduk yang pesat di suatu Negara juga menjadi penghambat

terealisasinya pembangunan nasional. Sehingga yang harus dilakukan

adalah menghambat tingkat pertumbuhan penduduk yang pesat

tersebut. Salah satunya ialah dengan mencanangkan program keluarga

berencana.

Sedangkan beberapa kebijakan untuk mempercepat pembangunan diantaranya,

kebijakan diversifasi kegiatan ekonomi, pengembangan infrastruktur, peningkatan

tabungan dan investasi, peningkatan taraf pendidikan masyarakat, pengembangan

institusi yang mendorong pembangunan, perumusan dan melaksanakan

perencanaan ekonomi.

2.2. Program Penanggulangan Kemiskinan3

Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan

yang terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan berbasis

bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan

masyarakat serta program penanggulangan kemiskinan yang berbasis

3 Ibid

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

8

pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai elemen Pemerintah baik

pusat maupun daerah.

Untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan,

Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan

angka kemiskinan hingga 8 % sampai 10 % pada akhir tahun 2014.

Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan

percepatan penanggulangan kemiskinan, yaitu:

1. Menyempurnakan program perlindungan sosial.

2. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.

3. Pemberdayaan masyarakat dan;

4. Pembangunan yang inklusif.

Terkait dengan strategi tersebut di atas, Pemerintah telah menetapkan

instrumen penanggulanan kemiskinan yang dibagi berdasarkan tiga klaster,

masing-masing: Klaster I yaitu program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga;

Klaster II berkaitan dengan program penanggulangan kemiskinan berbasis

pemberdayaan masyarakat. Klaster III yaitu penanggulangan kemiskinan berbasis

pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil.

Program Penanggulangan Kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah

Republik Indonesia terbagi atas tiga kelompok klaster yang dikelola oleh berbagai

Kementerian dan Lembaga Pemerintah.

2.2.1. Klaster I 4

a. Penjelasan

Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan

perlindungan sosial bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar,

pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat

miskin. Fokus pemenuhan hak dasar ditujukan untuk memperbaiki kualitas

4 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Bantuan Sosial Terpadu Bebasis Keluarga.

http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/program-penanggulangan-kemiskinan/klaster-i-1/.

Diunduh Maret 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

9

kehidupan masyarakat miskin untuk kehidupan lebih baik, seperti

pemenuhan hak atas pangan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan.

b. Karakteristik

Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan

kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial adalah bersifat

pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin yang

meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih.

Ciri lain dari kelompok program ini adalah mekanisme pelaksanaan

kegiatan yang bersifat langsung dan manfaatnya dapat dirasakan langsung

oleh masyarakat miskin.

c. Cakupan

Cakupan program pada kelompok program penanggulangan

kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial dititikberatkan pada

pemenuhan hak dasar utama. Hak dasar utama tersebut memprioritaskan

pada pemenuhan hak atas pangan, pendidikan, pelayanan kesehatan, serta

sanitasi dan air bersih.

d. Penerima Manfaat

Penerima manfaat pada kelompok program penanggulangan

kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial ditujukan pada

kelompok masyarakat sangat miskin. Hal ini disebabkan bukan hanya

karena kondisi masyarakat sangat miskin yang bersifat rentan, akan tetapi

juga karena mereka belum mampu mengupayakan dan memenuhi hak

dasar secara layak dan mandiri.

e. Jenis Program

Jenis program untuk klaster I ini yaitu, Jaminan Kesehatan Masyarakat

(JAMKESMAS), Program Keluarga Harapan (PKH), Beras Untuk

Keluarga Miskin (RASKIN), dan Bantuan Siswa Miskin (BSM).

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

10

2.2.2. Klaster II 5

a. Penjelasan

Upaya penanggulangan kemiskinan tidak cukup hanya dengan

memberikan bantuan secara langsung pada masyarakat miskin karena

penyebab kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh aspek-aspek yang

bersifat materialistik semata, akan tetapi juga karena kerentanan dan

minimnya akses untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat miskin.

Pendekatan pemberdayaan dimaksudkan agar masyarakat miskin dapat

keluar dari kemiskinan dengan menggunakan potensi dan sumberdaya

yang dimilikinya. Kelompok program penanggulangan kemiskinan

berbasis pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah tahap lanjut dalam

proses penanggulangan kemiskinan. Pada tahap ini, masyarakat miskin

mulai menyadari kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk keluar

dari kemiskinan. Pendekatan pemberdayaan sebagai instrumen dari

program ini dimaksudkan tidak hanya melakukan penyadaran terhadap

masyarakat miskin tentang potensi dan sumberdaya yang dimiliki, akan

tetapi juga mendorong masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam skala

yang lebih luas terutama dalam proses pembangunan di daerah.

b. Karakteristik

Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan

kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan partisipatif.

Pendekatan partisipatif tidak hanya tentang keikutsertaan

masyarakat dalam pelaksanaan program, tetapi juga keterlibatan

masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan program, meliputi

proses identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, serta

pemantauan pelaksanaan program, bahkan sampai tahapan proses

pelestarian dari program tersebut.

2. Penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat.

5 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Permberdayaan Masyarakat.

http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/program-penanggulangan-kemiskinan/klaster-ii-

1/. Diunduh Maret 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

11

Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis

pemberdayaan masyarakat menitikberatkan pada penguatan aspek

kelembagaan masyarakat guna meningkatkan partisipasi seluruh

elemen masyarakat, sehingga masyarakat mampu secara mandiri

untuk pengembangan pembangunan yang diinginkannya.

Penguatan kapasitas kelembagaan tidak hanya pada tahap

pengorganisasian masyarakat untuk mendapatkan hak dasarnya,

akan tetapi juga memperkuat fungsi kelembagaan sosial

masyarakat yang digunakan dalam penanggulangan kemiskinan.

3. Pelaksanaan berkelompok kegiatan oleh masyarakat secara

swakelola dan berkelompok.

Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis

pemberdayaan masyarakat harus menumbuhkan kepercayaan pada

masyarakat miskin untuk selalu membuka kesempatan masyarakat

dalam berswakelola dan berkelompok, dengan mengembangkan

potensi yang ada pada mereka sendiri guna mendorong potensi

mereka untuk berkembang secara mandiri.

4. Perencanaan pembangunan yang berkelanjutan.

Perencanaan program dilakukan secara terbuka dengan prinsip dari

masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat dan hasilnya

menjadi bagian dari perencanaan pembangunan di tingkat

Desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan nasional.

Proses ini membutuhkan koordinasi dalam melakukan kebijakan

dan pengendalian pelaksanaan program yang jelas antar pemangku

kepentingan dalam melaksanakan program penanggulangan

kemiskinan tersebut.

c. Cakupan

Cakupan program pada kelompok program penanggulangan

kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dapat diklasifikasikan

berdasarkan:

1) Wilayah

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

12

Kelompok berbasis dilakukan pada wilayah perDesaan, wilayah

perkotaan, serta wilayah yang dikategorikan sebagai wilayah

tertinggal.

2) Sektor

Kelompok program berbasis pemberdayaan masyarakat

menitikberatkan pada penguatan kapasitas masyarakat miskin

dengan mengembangkan berbagai skema program berdasarkan

sektor tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat di suatu wilayah.

d. Penerima Manfaat

Penerima Kelompok program berbasis pemberdayaan masyarakat

adalah kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin. Kelompok

masyarakat miskin tersebut adalah yang masih mempunyai kemampuan

untuk menggunakan potensi yang dimilikinya walaupun terdapat

keterbatasan.

e. Jenis Program

Jenis program pada klaster ini adalah Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang mencakup PNPM

Mandiri PeDesaan dan PNPM Mandiri Perkotaan.

2.2.3. Klaster III6

a. Penjelasan

Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha

mikro dan kecil adalah program yang bertujuan untuk memberikan akses

dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.

Aspek penting dalam penguatan adalah memberikan akses seluas-luasnya

kepada masyarakat miskin untuk dapat berusaha dan meningkatkan

kualitas hidupnya.

b. Karakteristik

6 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Ekonomi Mikro dan

Kecil. http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/program-penanggulangan-

kemiskinan/klaster-iii-1/. Diunduh Maret 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

13

Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan

kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah:

1. Memberikan bantuan modal atau pembiayaan dalam skala mikro.

Kelompok program ini merupakan pengembangan dari kelompok

program berbasis pemberdayaan masyarakat yang lebih mandiri,

dalam pengertian bahwa pemerintah memberikan kemudahan

kepada pengusaha mikro dan kecil untuk mendapatkan kemudahan

tambahan modal melalui lembaga keuangan/ perbankan yang

dijamin oleh Pemerintah.

2. Memperkuat kemandirian berusaha dan akses pada pasar.

Memberikan akses yang luas dalam berusaha serta melakukan

penetrasi dan perluasan pasar, baik untuk tingkat domestik maupun

internasional, terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh usaha

mikro dan kecil. Akses yang dimaksud dalam ciri ini tidak hanya

ketersediaan dukungan dan saluran untuk berusaha, akan tetapi

juga kemudahan dalam berusaha.

3. Meningkatkan keterampilan dan manajemen usaha.

Memberikan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan

keterampilan dan manajemen berusaha kepada pelaku-pelaku usaha

kecil dan mikro.

c. Cakupan

Cakupan program kelompok program berbasis pemberdayaan

usaha mikro dan kecil dapat dibagi atas 3 (tiga), yaitu: (1) pembiayaan

atau bantuan permodalan; (2) pembukaan akses pada permodalan

maupun pemasaran produk; dan (3) pendampingan dan peningkatan

keterampilan dan manajemen usaha.

d. Penerima manfaat

Penerima manfaat dari kelompok program berbasis

pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah kelompok masyarakat

hampir miskin yang kegiatan usahanya pada skala mikro dan kecil.

Penerima manfaat pada kelompok program ini juga dapat ditujukan

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

14

pada masyarakat miskin yang belum mempunyai usaha atau terlibat

dalam kegiatan ekonomi.

e. Jenis Program

Jenis program penanggulangan kemiskinan pada klaster ini adalah

berupa Kartu Perlindungan Sosial (KPS). Kartu Perlindungan Sosial

(KPS) adalah kartu yang diterbitkan oleh Pemerintah sebagai penanda

Rumah Tangga Miskin. KPS memuat informasi Nama Kepala Rumah

Tangga, Nama Pasangan Kepala Rumah Tangga, Nama Anggota

Rumah Tangga Lain, Alamat Rumah Tangga, Nomor Kartu Keluarga,

dilengkapi dengan kode batang (barcode) beserta nomor identitas KPS

yang unik. Bagian depan bertuliskan Kartu Perlindungan Sosial

dengan logo Garuda, dan masa berlaku kartu.

Sebagai penanda Rumah Tangga Miskin, Kartu Perlindungan Sosial

ini berguna untuk mendapatkan manfaat dari Program Subsidi Beras

untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah atau dikenal dengan

Program RASKIN. Selain itu KPS dapat juga digunakan untuk

mendapatkan manfaat program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan

Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)

.Pemerintah mengeluarkan Kartu Perlindungan Sosial ini kepada 15,5

juta Rumah Tangga Miskin dan rentan yang merupakan 25% Rumah

Tangga dengan status sosial ekonomi terendah di Indonesia. Kartu

Perlindungan Sosial dikirimkan langsung ke alamat Rumah Tangga

Sasaran (RTS) oleh PT Pos Indonesia.

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

15

Upaya pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan dalam skala Nasional

merupakan suatu usaha yang sangan baik memenuhi hak-hak dasar masyarakat

untuk mecapai kesejahteraan yang lebih baik. Dengan demikian pemerintah pusat

mengupayakan berbagai bentuk program dengan fungsi dan tujuannya masing-

masing dalam paska penanggulangan kemiskinan sehingga program

penanggulangan kemiskinan dapat dijalankan sesuai fungsi dan tujuan yang telah

di tetapkan. Dengan telah di rencanakan dan telah dilaksanakan program-program

penanggulangan yang diupayakan oleh pemerintah untuk masyarakat sebagai

bagian dari faktor pelayanan publik terhadap masyarakat yang dilakukan secara

bertahap.

2.3. Pengawasan dan Evaluasi Pemerintah Dalam Proses

Pelaksanaan Pembangunan.

2.3.1. Pengawasan

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang bersifat sebagai

pengendalian secara terus-menerus, dilakukan atasan langsung terhadap

bawahannya, agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara

efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. (Suharto, 2010:47)

Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973, dalam Suharto 2010:45)

membagi sistem pengawasan ke dalam:

a. Pengawasan organisasional, yaitu sistem pengawasan umum yang

menilai kinerja keseluruhan dari suatu kegiatan di dalam

organisasi. Standar pengukuran yang lazim digunakan bagi

pengawasan jenis ini adalah pengukuran efektivitas (measurement

of effectiveness) dari kegiatan tersebut. Dari hasil pengukuran

effektivitas tersebut, umpan balik yang dihasilkan dapat digunakan

untuk mengevaluasi tujuan dan sasaran, merumuskan perencanaan

tahap berikutnya, serta memperbaiki petunjuk pelaksanaan kegiatan

(standard operating procedures).

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

16

b. Pengawasan operasional yaitu sistem pengawasan yang digunakan

untuk mengukur kinerja harian suatu kegiatan dan memberikan

langkah-langkah koreksi langsung.

Pelaksanaan pengawasan belum berlangsung optimal karena yang

Pertama, banyak dan tersebarnya objek pemeriksaan; Kedua, keterbatasan

aparat yang memiliki kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang

handal di bidang pengawasan; Ketiga, belum berjalannya secara baik

pengawasan melekat dari setiap tingkat pimpinan kepada bawahan.

Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973, dalam Suharto:46) juga

menguraikan fungsi pengawasan dengan mengidentifikasikan empat unsur

pokok pengawasan. Unsur-unsur tersebut meliputi, penentuan standar

kinerja, perumusan instrumen pengawasan yang dapat dipergunakan dalam

mengukur kinerja suatu kegiatan, pembandingan hasil aktual dengan kinerja

yang diharapkan, pengambilan langkah-langkah pembenahan atau koreksi.

Dalam konsep pengawasan ada unsur yang mengawasi dan diawasi.

Di sini, selain criteria pelaksanaan pembangunan yang ditetapkan dalam

rancangannya (project design), terlihat pula segi penegakan norma-norma

etika. Misalnya, sasaran tidak tercapai apakah karena keadaan yang berubah

dari semula, karena kelalaian pelaksanaan atau ada unsur kesengajaan untuk

keuntungan pelakunya. Pengawasan dengan demikian mengandung makna

penegakan hukum dan disiplin.

Suatu pengawasan yang efektif membutuhkan tidak saja norma-norma

etika tetapi juga sistem informasi yang memadai. Kebutuhan informasi

menjadi sangat penting artinya untuk menilai situasi dan kondisi yang

melingkupi suatu isu dan mengevaluasi alternatif langkah-langkah

selanjutnya. Fungsi pengawasan yaitu, meningkatkan

kebertanggungjawaban (accountability) dan keterbukaan (transparancy)

sector publik, dan menekankan langkah-langkah pembenahan atau koreksi

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

17

(corrective actions) jika dalam suatu kegiatan terjadi kesalahan atau

perbedaan dari tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.7

Sedangkan ruang lingkup pengawasan pemerintah terdiri atas,

kebijakan daerah, kelembagaan, pegawai daerah, dan pengawasan keuangan

daerah (kebijakan anggaran).

2.3.2. Evaluasi

Merupakan salah satu rangkaiaan kegiatan dalam meningkatkan kualitas,

kinerja, atau produktifitas suatu lemabaga dalam melaksanakan sebuah program.

Fokus evaluasi adalah individu atau kelompok yaitu sejauh manakan prestasi

kinerja yang telah dicapai dalam sebuah usaha maupun kegiatan dalam

pelaksanaan yang telah berlangsung. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi

tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai. Selanjutnya informasi

tersebut akan digunakan untuk perbaikan suatu program.8

Evaluasi menurut Griffen dan Nix (1991, dalam Suharto 2010:46) adalah

Judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran. Menurut definisi ini

selalu didahului dengan pengukuran dan penilaian. Menurut Tyler (1950, dalam

Suharto 2010:46), adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan yang

telah dicapai. Masih banyak lagi definisi tentang evaluasi, namun semuanya selalu

memuat masalah informasi dan kebijakan, yaitu informasi tentang pelaksanaan

dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan

kebijakan berikutnya. Hasil dari evaluasi tersebut diharapkan dapat mendorong

kinerja suatu individu atau kelompok dalam proses pelaksanaan pada tingkat yang

lebih baik dari sebelumnya.

7 http://admneg08029.blogspot.com/2011/02/fungsi-pengawasan-dalam-administrasi.html.

Diunduh Maret 2015

8(http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-evaluasi-menurut-para

ahli.html#sthash.pLBYakFN.dpuf). Diunduh Maret 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

18

Adapun tujuan evaluasi yaitu sebagai berikut : (1) sebagai proses

monitoring terhadap suatu program; (2) sebagai proses partisipasi terhadap

suatu program; (3) merupakan suatu proses penilaan terhadap pelaksanaan

suatu program; (4) merupakan suatu tahap pengoreksian dalam pelaksaan

agar terciptanya perbaikan dalam proses pelaksanaan program dalam

keberlanjutannya. Sedangkan manfaat evaluasi antara lain : (1) Untuk

mengetahui sejauh manakan keberhasilan yang dicapai dalam melaksanakan

suatu program; (2) Untuk menggali informasi apa yang diperoleh berkaitan

dengan proses pelaksanaan suatu program.

2.4. Relasi Pemerintah Dengan Masyarakat Dalam Pembangunan

2.4.1. Peran Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan.

Kegiatan pembangunan nasional dengan segala ukuran keberhasilan

dan dampak positif dan negatifnya, tidak terlepas dari kerja keras dan

pengabdian dari aparat pemerintah Desa. Aparat pemerintah yang ada di

Desa dan juga sebagai pemimpin serta penyelengara pembangunan

harus memiliki tanggung jawab atas perubahan-perubahan yang akan

terjadi, baik perubahan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat maupun

perubahan sosial masyarakat. Seiring dengan perkembangan dewasa ini,

maka masyarakat semakin kritis dengan adanya era globalisasi dimana

ilmu pengetahuan serta teknologi dan seni yang kian pesat

perkembangannya sehingga mendorong aparat pemerintah yang dinamis

dalam setiap bidang kerja dilakukan agar mudah untuk dilakukan.

Pemerintah Desa perlu melibatkan masyarakat Desa dalam kegitan-

kegiatan program yang bertujuan untuk membangun Desa, peran-

pemerintah berkaitan dengan pembangunan selalu melibatkan masyrakat,

keterlibatan masyarakat mulai dari perencanaan program, pelaksanaan

maupun sampai pada pengawasannya. Seperti yang di tuturkan oleh

Kepala Desa Mamuya yang berinisial LJ beliau mengatakan dalam

pelaksanaan kegiatan atau program di Desa masyarakat sering

dilibatkan, mulai dari awal perencanaan program, tidak hanya dalam

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

19

pelaksanaan sampai pada pengawasan dan evaluasi. Selanjutnya menurut

SB, Sekretaris Desa Mamuya beliau mengatakan “dalam perencanaan

program, selalu dilibatkan baik dalam MUSREMBANG (musyawarah

perencanaan pembangunan) yang rutin dilakukan setiap tahun atau pun

dalam pertemuan-pertemuan atau rapat yang sering dilakukan oleh

pemerintahn Desa untuk membicarakan setiapa pembangunan yang akan

dilaksanakan di Desa”.9

Melihat hasil penelitian dan pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pemerintah Desa sudah berperan penting dalam mengajak

masyarakat untuk berpartisipasi dalam musrembang. Hal ini disebabkan

karena melihat tingkat partisipasi masyarakat untuk hadir dan turut

menyampai ide-ide dan gagasan mereka dalam kegiatan Musyawarah

Rencana Pembangunan di Desa. Jika dilihat dari partisipasi masyakat dalam

kegiatan musrembang maka dapat dikatakan peran pemerintah tergolong

tinggi dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pembangunan.

Menurut Bapak NJ, masyarakat Desa Mamuya beliau mengatakan

: “masyarakat sudah cukup banyak yang berpartisipasi dalam acara

musrembang, tapi masalahnya justru berada di kalangan pemerintah Desa

yang kurang koordinasi.”10 Melihat pendapat dari salah seorang masyarakat

maka dapat di simpulkan bahwa tidak semua pemerintah Desa yang

berperan dalam mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam

perencanaan pembangunan,hal ini sebabkan karena hanya sebagian dari

mereka saja yang mempublikasikan kepada masyarakat untuk hadir dalam

acara musrembang dan sebagiannya lagi tidak ikut mempublikasikan kepada

masyarakat. Dengan demikian, untuk memperoleh partisipasi secara

aktif dari masyarakat tentunya tidak terlepas dari peranan pemerintah

yang ada di Desa Mamuya agar pembangunan yang dilaksanakan di

Desa berjalan secara baik

9 http://www.galeripustaka.com/2013/03/masyarakat-sebagai-pelaku-ekonomi.html diunduh

tanggal 26 Maret 2015 10 Ibid

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

20

2.4.2. Peran Masyarakat Dalam Proses Pembangunan Melalui Program

Pemerintah

Wacana partisipasi sudah mengemuka sejak lama, namun sampai

detik ini istilah partisipasi masih menjadi paradoks. Kebijakan seolah-olah

hanya menjadi urusan para pemegang kekuasaan. Partisipasi merupakan

bagian dari esensi demokrasi belum mampu memberikan kedaulatan pada

rakyat. Partisipasi masyarakat hanyalah seperti retorika yang didengungkan

untuk menarik simpati rakyat namun faktanya akses menuju kesana tidaklah

mudah.

Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dan sulit akses masyarakat

untuk berpartisipasi dalam pembangunan merupakan kondisi yang ironis,

mengingat partisipasi masyarakat merupakan unsur penting dalam

pembangunan yang menunjang keberhasilan dari suatu program. Partisipasi

masyarakat merupakan aspek yang paling penting dalam pembangunan

masyarakat. Partisipasi merupakan salah satu dari tiga unsur pembangunan

berorientasi masyarakat selain unsur keadilan dan unsur pemberdayaan.

Urgensi tingkat kepentingan partisipasi masyarakat setidaknya dapat

ditinjau dari empat hal yakni :

1. Partisipasi merupakan suatu hak, yang harus diperhatikan dan

dihormati

2. Partisipasi merupakan suatu aksi kelompok

3. Partisipasi merupakan suatu bagian penting dari proses administrasi

pembangunan Desa

4. Partisipasi merupakan suatu indikator pembangunan masyarakat.

Partisipasi masyarakat merupakan faktor penentu serta sekaligus

sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Seberapa kerasnya

pemerintah membangun, jika tidak melibatkan tidak menumbuhkan

partisipasi masyarakat serta tidak didukung oleh masyarakat maka tingkat

keberhasilan pembangunan akan berbeda dengan kondisi jika masyarakat

berpartisipasi.

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

21

Peningkatan optimalisasi dan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan pada era globalisasi seperti saat ini semakin memiliki nilai

strategis untuk dibicarakan. Hal ini cukup penting, mengingat dari rangkaian

pembicaraan yang terjadi, diharapkan akan memunculkan pemikiran-

pemikiran, ide-ide serta gagasan-gagasan yang inovatif, kreatif serta

berwawasan ke depan bagi kemajuan hubungan yang lebih erat antara

pemerintah dan masyarakat. Dari pembicaraan itu juga, bisa saja ditemukan

kesimpulan-kesimpulan yang baik bagi pengembangan serta peningkatan

partisipasi masyarakat. (Supriana, 2000: 11)

Sebagaimana kita ketahui saat ini, partisipasi masyarakat telah berada

dalam posisi yang semakin penting. Ini terjadi sebagai konsekuensi logis

dari terbukanya kebebasan berekspresi masyarakat akibat proses reformasi

yang terjadi tahun 1998 di Indonesia. Dampaknya, masyarakat menjadi

lebih kritis dan terbuka mengakaji serta mengkritisi kebijakan-kebijakan

yang akan dan sedang dilakukan pemerintah. Dari kondisi tersebut,

bermunculanlah lembaga-lembaga yang tumbuh di tengah masyarakat yang

bukan saja sebagai wujud kepedulian terhadap nasib mereka sendiri.

Ternyata lembaga-lembaga atau organisasi itu ada pula yang tumbuh

menjadi alat-alat atau sarana-sarana bagi mediasi kepentingan masyarakat,

termasuk pula kepada pemerintah. Terkait dengan hal itulah, adalah hal

yang wajar saat ini jikalau pemerintah sendiri melihat hal ini dengan baik.

Berbagai rencana pembangunan yang dimiliki pemerintah semestinya sudah

mulai mengajak partisipasi masyarakat. Karena tanpa didukung peran serta

masyarakat, pembangunan yang dilaksanakan akan menjadi kurang efektif.

Apabila kita cermati keadaan yang terjadi di sekitar lingkungan kita,

masyarakat kecil atau masyarakat kelas bawah ternyata bukanlah

masyarakat yang secara keseluruhan hanya mampu menggantungkan

kehidupannya pada pihak lain, dalam hal ini terutama pada pemerintah.

Mereka juga bukan seluruhnya dapat dikatakan akan menjadi beban

pembangunan bangsa. Kenapa bisa dikatakan seperti itu, bukan lain karena

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

22

diantara mereka juga pada dasarnya tumbuh semangat untuk mandiri dan

lepas dari ketergantungan pada pihak lain.

2.5. Perubahan Perilaku Masyarakat yang Disebabkan oleh

Pembangunan

Pemahaman mengenai akar penyebab dari persoalan kemiskinan

menyadarkan berbagai pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam

penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah perubahan

perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat yang senantiasa berlandaskan pada

nilai-nilai universal kemanusiaan (moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (good

governance) dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan (sustainable

development). Perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat ini

merupakan pondasi yang kokoh bagi terbangunnya lembaga masyarakat yang

mandiri, melalui pemberdayaan para pelaku-pelakunya, agar mampu bertindak

sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia luhur yang mampu

menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakatnya sehari-hari.

Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun

lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum

miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta

kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan

yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal agar lebih berorientasi ke

masyarakat miskin (pro poor) dan mewujudkan tata kepemerintahan yang baik

(good governance), baik ditinjau dari aspek ekonomi, lingkungan - termasuk

perumahan dan permukiman, maupun sosial.

Selain rumah tangga keluarga, masyarakat juga merupakan salah satu dari

pelaku ekonomi. Masyarakat merupakan kumpulan dari rumah tangga.

Masyarakat sebagai pelaku ekonomi sama seperti rumah tangga, yakni berperan

sebagai podusen, distributor dan konsumen.

Pertama, masyarakat sebagai produsen mencakup berbagai bentuk kegiatan

masyarakat yang dapat menghasilkan pendapatan, misalnya dapat berupa kegiatan

usaha, berdagang, bercocok tanam, beternak, dan sebagainya. Sistem ekonomi

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

23

Indonesia memiliki acuan yang jelas, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Maka

dari itu sistem ekonomi bukanlah pasar bebas maupun perencanaan sentral,

melainkan sistem ekonomi Indonesia mendasarkan pada ekonomi kerakyatan.

Dalam sistem ekonomi kerakyatan masyarakat memegang peranan aktif dalam

kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah menciptakan iklim yang sehat bagi

pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha. Pedagang adalah contoh

masyarakat sebagai produsen. Sistem ekonomi kerakyatan dapat didefinisikan

sebagai pengaturan kehidupan ekonomi yang memungkinkan seluruh potensi

masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi.

Kesejahteraan rakyat yang meningkat, merata, dan berkeadilan merupakan tujuan

utama demokrasi ekonomi kerakyatan.

Kedua, masyarakat sebagai konsumen memerlukan barang dan jasa bagi

kelangsungan hidup masyarakat. Masyarakat adalah pengguna (konsumen)

"public goods" atau produk-produk umum, seperti jalan raya, jembatan, rumah

sakit, sekolah, dan lain-lain. Penggunaan public goods yang pada umumnya

disediakan oleh pemerintah pusat maupun daerah, bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan atau

pengangguran merupakan bentuk kehidupan yang hanya melakukan kegiatan

konsumsi saja, sehingga sering menimbulkan masalah di masyarakat. Berbagai

tindak kejahatan dilakukan semata-mata karena untuk memenuhi kegiatan

konsumsi. Di mana orang memiliki banyak kebutuhan, tetapi tidak memiliki

pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan bagi pemenuhan kebutuhan

tersebut.

Ketiga, Masyarakat sebagai distributor diwujudkan dalam bentuk terjadinya

penyaluran proses penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Lalu

lintas perdagangan dan transportasi yang membawa barang-barang pemenuhan

kebutuhan dalam kehidupan masyarakat merupakan bentuk kegiatan distribusi

yang berlangsung di masyarakat. Kelancaran arus distribusi yang berlangsung di

masyarakat dapat kita amati dari lancar tidaknya proses transportasi barang

kebutuhan dari satu kota ke kota yang lain. Salah satu faktor yang memicu

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

24

terjadinya kelangkaan barang antara lain disebabkan ketidaklancaran proses

distribusi. Hal ini sering terjadi di daerah-daerah yang sulit transportasinya.

Program pembangunan merupakan program pemerintah dalam menunjang

kinerja pemerintahan untuk mencapai tujuan yang lebih baik terhadap masyarakat

sehingga dapat terciptanya masyarakat yang sejahtera. Pemerintah merupakan

oknum yang mengeluarkan kebijakan untuk yang berkaitan dengan apa yang

harus di selesaikan untuk mencapai kesejahteraan dalam masyarakat. Dalam

pembuatan kebijakan oleh pemerintah dapat melalui tiga tahap perting ; 1)

perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) evaluasi, 4) manfaat. Untuk pencapaian tahap

pertama pemerintah terlebih dahulu menentukan program pembangunan apa yang

harus dijalankan sesuai dengan kebutuhan dan potensi apa yang ada dalam

masyarakat. Untuk mencapai tahap kedua yaitu proses pelaksanaan dimana proses

ini merupakan tahap yang paling membutuhkan waktu lama dari keempat tahap di

atas karena merupakan tahap pelaksanaan pembangunan. Pada tahap ketiga

merupakan tahap evaluasi dimana tahap ini akan meninjau kembali apa yang telah

dilaksanakan yang berkaitan dengan pembangunan, apa masih yang harus

dilengkapi atau tidak. Tahap keempat merupakan tahap akhir, dimana tahap ini

merupakan manfaat dari sebuah pembangunan yang telah direncanakan dan

dilaksanakan oleh pemerintah.

Bentuk kerja sama pemerintah dengan masyarakat dalam Pemberdayaan

Keluarga Miskin.

1) Bantuan modal usaha bagi keluarga miskin.

2) Bantuan prasarana dan sarana pendukung pengembangan usaha

keluarga miskin.

3) Bantuan pendampingan kepada keluarga dan kelompok masyarakat

miskin untuk mengembangkan kemampuan usaha dan kebiasaan

hidup produktif.

4) Peningkatan keterampilan keluarga dan masyarakat miskin dalam

mengelola usaha ekonomi produktif. Pengembangan kerja sama

dengan kalangan dunia usaha dan LSM dalam rangka pemberdayaan

keluarga miskin.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

25

5) Identifikasi potensi dan sumber daya keluarga dan masyarakat miskin

di Desa/kelurahan.

6) Pola pengembangan partisipasi dan keswadayaan keluarga dan

masyarakat miskin di Desa tertinggal.

2.6. Kebijakan Pemerintah Dalam Usaha Mencapai

Kesejahteraan Masyarakat Dalam Pembangunan

2.6.1. Perencanaan Dalam Pembentukan Kebijakan

Menurut Blitzer (1980:1)11, perencanaan pembangunan adalah suatu

proses kompleks yang melibatkan interaksi berbagai organisasi dan individu

dalam upaya merumuskan dan melaksanakan kebijakan ekonomi dan sosial.

Ada empat eleman utama yang terlibat dalam proses perencanaan yaitu

politisi, perencanaan, statistisi dan peneliti. Namun kendati secara empiris

terjadi tumpang-tindih atas tindakan dan tanggung jawab keempat

komponen itu. Namun untuk proses perencanaan pembangunan, perlu di

ketahui terlebih dahulu tugas pokok dari setiap elemen dan hubungannya

satu sama lain.

Bagan 2.1. Arus informasi dalam perencanaan

11Blitzer, Perencanaan dan Analisis kebijakan Pembangunan, oleh Prapto Yuwono, SE., ME

UKSW 2000.

Politisi

Perencanaan

Peneliti Statistisi

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

26

Politisi adalah orang-orang yang terlibat secara intens dalam lembaga

perwakilan rakyat ditingkat pusat adalah MPR dan DPR ditingkat Nasional

dan DPRD ditingkat regional.

Perencana adalah orang yang terlibat dalam proses perencanaan

pembangunan seperti Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).

Peneliti adalah orang-orang yang terlibat secara intensif dalam

berbagai kegiatan penelitian. Mereka pada umumnya adalah akademisi dari

perguruan tinggi yang memiliki kebebasan akademik yang tinggi.

2.6.2. Kerangka Kerja Perencanaan

Blitser (1980 : 2)12 mengemukakan bahwa perencanaan menyatakan

usaha mengkoordinasikan pengambilan keputusan dalam jangka panjang

dalam upaya untuk memberikan arak dan mengekselerasi pembangunan.

Proses perencanaan itu meliputi (Dusseldorp, 1983 : 6)13,

a) Formulasi tujuan. Kegiatan ini adalah memilih tujuan

pembangunan yang hendak dicapai. Tahap ini pada dasarnya

dilakukan oleh politisi dengan memperhatikan aspirasi rakyat.

b) Investasi, penelitian dan survei. Tujuan dari tahapan ini adalah

membangun model estimasi yang diperlukan untuk perencanaan,

menghimpun data yang di perlukan, untuk kemudian mengestimasi

model.

c) Menyusun rencana. Atas dasar etimasi dari model etimasi,

kemudian ditentukan target, baik target makro maupun target

sektoral, kemudian menentukan berbagai strategi kebijakan baik

kebijakan jangka pendek maupun kebijakan jangka menengah.

d) Diseminasi rencana. Setelah rencana pembangunan tersusun tahap

berikutnya adalah mensosialisasikan rencana pembangunan itu ke

masyarakat, baik melalui lembaga-lembaga sosial maupun instansi.

12Ibid, Hal. 4 13 Ibid, Hal. 5.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

27

Tujuannya agar masyarakat melihat dan menilai manfaat dari

perencanaan tersebut.

e) Implementasi rencana. Setelah rencana pembangunan

dideseminasikan dan diterima masyarakat, rencana pembangunan

tersebut kemudian dapat dilaksanakan.

f) Memantau dan mengefaluasi pelaksanaan rencana. Proses ini akan

sangat menjadi esensial untuk perencanaan berikutnya.

Keberhasilan dan kegagalan adalah dua sisi yang amat sangat

berharga bagi perencana karena pengalaman adalah guru yang

terbaik. Keberhasilan dan kegaglan belum tentu karena baik dan

buruknya perencana, tetapi karena faktor-faktor yang mendukung

dan menghambat pelaksanaan.

2.7. Efektivitas Dalam Pembangunan dan Pemberdayaan

Masyarakat

Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang

dikehendaki kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu

dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila

menimbulakan akibat atau mempunyai maksud bagaimana yang dikehendakinya

(Gibson 1994:48). Selanjutnya efektivitas harus dinilai atas tujuan yang bias

dilaksanakan dan bukan atas tujuan yang maksimum. Jadi efektivitas menurut

ukuran seberapa jauh program berhasil mencapai tujuan yang layak dipakai.

Selain itu efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan dengan

memanfaatkan sarana dan prasarana yang tepat untuk mencapai tujuan. Sehingga

efektivitas pada dasarnya mengacu pada keberhasilan atau pencapaian tujuan.

Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yang mengarah

kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang

berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Dalam konsep efektivitas unsur

yang penting adalah pencapaian tujuan sesuai dengan apa yang telah disepakati

secara maksimal, tujuan merupakan harapan yang dicita-citakan atau suatu

kondisi tertentu yang ingin dicapai oleh serangkaian proses.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

28

Efektivitas mengandung pengertian yang beragam, tergantung dari konteks

yang digunakan. Menurut Gibson (1994:50) efektivitas adalah suatu tingkatan

yang santara keluaran secara empiris dalam suatu system dengan keluaran yang

diharapkan. Efektivitas berkaitan dengan pekerjaan untuk mencapai hasil yang

lebih baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Barnard (dalam Gibson

1997:56) mendefinisikan efektivitas sebagai pencapaian sasaran dari upaya

bersama dimana derajat pencapaian menunjukan derajat efektivitas. Efektivitas

juga dapat didefinisikan sebagai kecakapan untuk menyesuaikan diri terhadap

lingkungan yang berubah (Tyson dan Tony, 1992:230). Dari beberapa pengertian

tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan usaha untuk mencapai

hasil yang lebih baik dengan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pembangunan yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah pembangunan Desa

kepada aras yang lebih baik.

Kerangka pemberdayaan harus dilihat dengan tolok ukur efektivitas.

Pemberdayaan adalah upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber,

kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan

mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan

mempengaruhi kehidupan komunitas mereka (Ife, 2008:130). Sedang menurut

Prijono dan Pranarka (1996: 56-57) proses pemberdayaan mengandung dua

kecenderungan. Kecenderungan pertama, pemberdayaan menekankan kepada

proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaaan, kekuatan atau

kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.

Kecenderungan kedua, proses pemberdayaan mengandung muatan pemikiran

mengenai individu untuk mengontrol lingkungannya.

Uraian di atas, pemberdaayaan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk

memberi daya kepada masyarakat sehingga dapat berkembang sesuai dengan

potensi yang dimilikinya sehingga dapat menentukan nasibnya sendiri. Pemberian

daya dapat berupa kewenangan, akses, dan juga berupa bantuan suntikan dana

kepada masyarakat yang belum berdaya dengan tujuan untuk memberikan

kesempatan agar dapat mengembangkan diri. Pemberdayaan merupakan langkah

pertama dalam pengembangan masyarakat. Penilaian pemberdayaan msyarakat

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

29

didasarkan pada elemen pemberdayaan yang dikemukakan oleh Bartle (2008),

terdiri dari 16 elemen pemberdayaan, yaitu mendahulukan kepentingan umum,

kesamaan nilai, layanan masyarakat, komunikasi, percaya diri, keterkaitan (politis

dan administrasi), informasi, rintangan, kepemimpinan, jaringan kerja, organisasi,

kekuatan politik, keahlian, kepercayaan, keselarasan dan kekayaan.

2.8. Kerangka Pikir Penelitian

Bagan 2.2. Kerangka Pikir Penelitian

Keterangan Bagan

Kemiskinan merupakan hal yang tidak jauh dari kehidupan manusia.

Karena kemiskinan menyangkut kondisi hidup dalam masyarakat yang

menyebabkan tidak terciptanya kehidupan yang sejahtera dalam masyarakat.

Maka dari itu sekian banyak konsep dan ide tentang penanggulan kemiskinan baik

secara nasional maupun ditingkat lokal. Pemerintah Indonesia beberapa tahun

terakhir menjadikan kemiskinan adalah fokus utama dalam setiap pelaksanaan

program kerja selain pendidikan dan kesehatan maupun persoalan-persoalan lain

yang berkaitan.

Kemiskinan dalam penjelasan awal adalah persoalan yang tidak hanya

disebabkan oleh salah satu faktor dominan, namun adalah kumpulan persoalan

Kemiskinan Nasional

Pelaksanaan Program Desa Anggur

Merah Oleh Pemerintah Prov NTT

Perencanaan Pembangunan Nasional

Perencanaan Pembangunan Daerah Kemiskinan Di NTT

Efektivitas pelaksanaan

Program Mandiri Anggur

Merah - Pengawasan dan evaluasi

- Relasi antara pemerintah dan

masyarakat

- Peningkatan kondisi ekonomi

masyarakat

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh

30

yang kompleks, oleh karenanya maka penelitian ini akan fokus untuk meneliti

usaha maupun upaya pemerintah Provinsi NTT dalam memberantas kemiskinan

melalui program penguatan ekonomi rumah tangga yang lebih di kenal dengan

Program Mandiri Anggur Merah.

Program Mandiri Anggur Merah yang sedianya sudah berlangsung ±4 tahun

maka dapat dikatakan sudah memiliki hasil baik itu positif maupun negatif.

Berhasil atau tidaknya program Mandiri Anggur Merah tidak saja diperankan oleh

pemerintah, namun itu juga hanya terjadi kalau semua pihak yang terlibat di

dalamnya berperan aktif (buku saku Program Mandiri Anggur Merah).

Program Mandiri Anggur Merah dapat dikatakan berhasil atau tidak, jika;

a. Terjadinya pengawasan dan evaluasi yang secara kontiniu terhadap

pelaksanaan hingga tingkat teknis program tersebut atau mungkin tidak

terjadi pengawasan dan evaluasi.

b. Adanya relasi yang kuat dari program tersebut, dalam hal ini pemerintah

(subjek), dengan masyarakat (objek), dan mungkin sebaliknya.

c. Adanya peningkatan kondisi ekonomi masyarakat yang dapat diukur dari

perubahan perilaku dan taraf hidup masyarakat selama bahkan setelah

progaram tersebut tidak lagi berlangsung.

2.9. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Adanya pengawasan dan evaluasi terhadap Program Mandiri Anggur

Merah.

b. Adanya hubungan yang kuat antara pemerintah dan masyarakat dalam

pelaksanaan Program Mandiri Anggur Merah.

c. Adanya Perubahan perilaku dan taraf hidup penerima dan pemanfaat

Program Mandiri Anggur Merah.