perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Sadono Sukirno (2004) “Pembangunan ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan dalam struktur dan corak
kegiatan ekonomi”. Pembangunan ekonomi tidak hanya berorientasi terhadap
masalah perkembangan pendapatan nasional riil akan tetapi juga meliputi
modernisasi kegiatan ekonomi. Salah satu cara mewujudkan modernisasi
ekonomi adalah pemberdayaan perekonomian dari sektor informal. Sektor
informal berfungsi untuk mengurangi pengangguran karena terbatasnya daya
serap lapangan pekerjaan di sektor formal. Perkembangan sektor informal
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Usaha berdagang merupakan bagian dari sektor informal yang
mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam peningkatan taraf hidup
dan pendapatan masyarakat. Sektor ini merupakan salah satu penyumbang
terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di Kota Surakarta sendiri
kontribusi sektor perdagangan dari tahun 2007 maupun 2011 menempati urutan
pertama dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Surakarta. kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB pada tahun 2010
sebesar 25,72% dan mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 26.25%
dari total PDRB. Berikut ini sumbangan beberapa sektor terhadap PDRB di
Surakarta tahun 2008-2011:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Di Kota Surakarta Tahun 2007– 2011 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2008 % 2009 % 2010 % 2011 %
Pertanian 4.726 0,06 5.007 0,06 5.532 0,06 5.927 0,05
Pertambangan dan Galian 2.945 0,04 2.994 0,03 2.942 0,03 3.010 0,03
Industri Pengolahan 1.838.499 23,27 1.592.356 17,93 2.081.494 20,94 2.233.248 20,32
Listrik, Gas dan Air Bersih 203.337 2,57 227.937 2,57 259.004 2,61 287.576 2,62
Bangunan 1.140.846 14,44 1.314.189 14,80 1.440.525 14,49 1.584.659 14,42
Perdagangan 1.984.698 25,12 2.223.561 25,04 2.556.483 25,72 2.885.293 26,25
Pengangkutan dan Komunikasi 884.951 11,20 986.323 11,11 1.106.229 11,13 1.206.106 10,97
Keuangan dan Jasa Perusahaan 863.921 10,93 976.355 10,99 1.123.362 11,30 1.282.678 11,67
Jasa-jasa 977.959 12,38 1.192.017 13,42 1.365.561 13,74 1.504.470 13,69
PDRB 7.901.886 100,00 8.880.692 100,00 9.941.136 100,00 10.992.971 100,00 Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2011 sektor
perdagangan menyumbangkan sebesar 26.25% dari seluruh Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Sektor yang menduduki urutan kedua
adalah sektor industri pengolahan yang menyumbangkan sebesar 20,32%. Urutan
ketiga ditempati sektor jasa yang menyumbangkan sebesar 13,69%. Sektor yang
menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terendah pada tahun
2011 adalah sektor pertambangan. Sektor pertambangan menyumbang sebesar
0,03% dari total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta.
Salah satu instrumen dari sektor perdagangan adalah pasar. Pada
awalnya pasar dinyatakan sebagai tempat di mana barang-barang
diperdagangkan. Menurut konteks yang lebih spesifik, pasar didefinisikan
sebagai adanya pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan
negosiasi jual beli atas barang maupun jasa tertentu (Sunarto dan Bambang
Setiyono. 2007). Secara umum terdapat dua jenis pasar antara lain pasar modern
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dan pasar tradisional. Pasar tradisional digunakan untuk menunjukkan tempat
bagi perdagangan pasar yang asli setempat yang sudah berlangsung sejak lama.
Suatu pasar yang baru dibangun 10 tahun terakhir misalnya, dapat dimasukkan
dalam jenis pasar tradisional karena perdagangannya menggunakan cara-cara
tradisional (Pamardi, 2002). Sedangkan pengertian tradisional menurut Pepres RI
Nomor 112 tahun 2007 adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah. Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD), termasuk kerjasama swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki maupun dikelola oleh pedagang
kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil,
modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-
menawar. Pasar tradisional merupakan aset yang memiliki nilai dan potensi yang
tak terhingga bagi pemerintahan daerah dan masyarakat. Dengan adanya peran
pemerintah daerah serta pengelolaan yang baik terhadap pasar tradisional akan
mampu menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi pemerintah daerah
maupun masyarakat. Dengan peningkatan pendapatan yang diterima oleh
pemerintah daerah tentunya akan memberikan dampak positif terhadap sendi-
sendi kehidupan yang lain.
Pasar tradisional di Kota Surakarta berperan dalam mendorong
kelancaran distribusi barang kebutuhan masyarakat walaupun harus bersaing
dengan toko modern yang semakin berkembang. Perhatian Pemerintah Kota
Surakarta terhadap keberadaan pasar tradisional antara lain dengan menerbitkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 5 Tahun 1983
tentang Pasar, dan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta
Nomor 3 Tahun 1993 yang berisi tentang Pasar serta pembangunan atau
rehabilitasi pasar tradisional secara berkesinambungan. Kontribusi Pendapatan
Asli Daerah (PAD) 2011 berasal dari pasar tradisional sebesar Rp 20,3 miliar
dari total PAD sebesar Rp. 132 miliar. Sumber setoran dari pasar tradisional
antara lain berasal dari retribusi para pedagang, penjualan kios, dan perpanjangan
surat hak penempatan.
Pasar Antik Windujenar atau yang dulu lebih dikenal dengan nama
pasar Triwindu adalah sebuah pasar tradisional yang memiliki ciri khas, yang
membuatnya berbeda dengan pasar-pasar lainnya di kota Surakarta. Ciri khas
tersebut adalah komoditi yang dijual di pasar tersebut bukanlah barang
kebutuhan sehari-hari akan tetapi menjual barang antik maupun barang
reproduksi antik. Selain barang antik, barang lain yang dapat ditemukan antara
lain besi tua, onderdil motor dan mobil serta peralatan pertukangan. Pasar Antik
Windujenar dalam perkembangannya menjadi identitas tersendiri atas dunia
pariwisata maupun perdagangan di kota Surakarta. Eksistensi Pasar Antik
Windujenar sejak berdiri hingga sekarang bukan sekedar sebagai ruang ekonomi,
tetapi juga menjadi ruang komunitas warga untuk bertukar pikiran dan
bersilaturahmi. Warga yang datang ke Pasar Antik Windujenar belum tentu
bermaksud untuk membeli barang tertentu. Banyak warga yang datang hanya
sekedar ingin berdiskusi tentang barang tertentu. Forum-Forum seperti inilah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yang membangun atmosfir yang sangat khas di Pasar Antik Windujenar. Berkaca
mata pada kondisi yang sudah berjalan maka pengembangan Pasar Antik
Windujenar diharapkan dapat disinergiskan dengan pengembangan koridor
pariwisata di Kota Surakarta.
Revitalisasi pasar merupakan salah satu cara yang diterapkan
pemerintah untuk memperbaiki perekonomian masyarakat terutama masyarakat
kecil dan menengah dan memperbaiki citra pasar tradisional di mata khalayak.
Menurut Danisworo (2002), Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital atau hidup,
akan tetapi kemudian mengalami kemunduruan/degradasi. Berdasarkan
Departemen Kimpraswil (2005), dapat didefinisikan bahwa revitalisasi adalah
upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang mati, yang pada masa silam
pernah hidup, atau mengendalikan, dan mengembangkan kawasan untuk
menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya
dimiliki oleh sebuah kota.
Pasar tradisional dahulu memberi sebuah kesan tempat perdagangan
antara penjual dan pembeli yang memiliki kesan kumuh dan tidak terawat, akan
tetapi dengan revitalisasi pasar diharapkan dapat memperbaiki citra tersebut.
Penataan dan revitalisasi lokasi-lokasi di beberapa titik di Kota Surakarta
termasuk pasar tradisional tidak saja mempercantik kota dan meningkatkan
potensi pasar tradisional, namun juga diharapkan dapat memicu peluang
pertumbuhan ekonomi. Dengan sistem penataan pasar tradisional yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
membuat Surakarta menjadi acuan penyelenggaraan program revitalisasi pasar
tradisional di Indonesia. Inovasi dan pengembangan bisnis di dalamnya menjadi
acuan dalam konsep revitalisasi pasar merakyat (www.sindonews.com:31 Januari
2012). Dalam program revitalisasi pasar tradisional yang dilaksanakan terdapat
sekitar 3.366 pedagang kios, 7.415 pedagang los dan 4.949 pedagang pelataran di
38 pasar tradisional. Dalam proses revitalisasi ini, seluruh biaya ditanggung oleh
APBD kota Surakarta dan tidak ada biaya yang dipungut dari pedagang. Berikut
ini asalah jumlah pasar tradisional di Surakarta:
Tabel 1.2 Jumlah Pasar Tradisional di Surakarta Tahun 2009
No Kecamatan Jumlah Presentase
1 Laweyan 8 19,00%
2 Serengan 2 5,00%
3 Pasar Kliwon 9 21,50%
4 Jebres 9 21,50%
5 Banjarsari 14 33,00%
Total 42 100,00%
Sumber: Dinas Pasar Pemerintah Kota Surakarta 2009
Pasar Antik Windujenar Surakarta merupakan salah satu pasar yang
mengalami revitalisasi. Tahun 2009 Pasar Antik Windujenar atau yang lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dikenal dengan nama Pasar Triwindu direlokasi di depan sayap kanan Pura
Mangkunegaran dengan luas tanah 2.384 m2 dan diresmikan oleh Walikota
Surakarta pada tanggal 25 September 2009 dengan upacara prosesi boyongan
pedagang pasar. Adanya revitalisasi pasar dalam hal ini Pasar Antik Windujenar
membawa berbagai dampak baik bagi pedagang secara khusus maupun bagi
perekonomian kota Surakarta secara umum. Dengan adanya revitalisasi yang
dilakukan Pemkot Surakarta diharapkan konsumen semakin banyak, keuntungan
pedagang semakin meningkat, serta dapat ditarik kesimpulan apakah revitalisasi
tersebut membawa dampak positif terhadap keuntungan pedagang. Maka atas
dasar permasalahan di atas Peneliti mengambil judul penelitian “ANALISIS
PENGARUH PROGRAM REVITALISASI PASAR TERHADAP
KEUNTUNGAN PEDAGANG DI PASAR ANTIK WINDUJENAR
SURAKARTA”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan
beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah yang
menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut;
1. Bagaimana pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur, jumlah
tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan pedagang
di Pasar Antik Windujenar Surakarta?
2. Bagaimana perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar
Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai tujuan agar penelitian tersebut dapat
memberikan manfaat yang sesuai dengan yang dikehendaki, adapun tujuan
penelitian ini lebih lanjut adalah sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui pengaruh modal usaha, pengalaman kerja, umur,
jumlah tenaga kerja, maupun tingkat pendidikan terhadap keuntungan
pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta.
2. Untuk mengetahui perbedaan keuntungan pedagang di Pasar Antik
Windujenar Surakarta sebelum dan sesudah revitalisasi pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat member manfaat antara lain :
1. Bagi Pedagang
Memberi motivasi untuk peningkatan usaha dan perbaikan manajemen
tata kelola usahanya dalam rangka peningkatan keuntungan yang
diperoleh dan perkembangan usaha.
2. Bagi Pemerintah Daerah Surakarta
Sebagai sumbangan pemikiran dari penulis terhadap upaya pemerintah
daerah kota Surakarta dalam rangka pengembangan dan peningkatan
kualitas pasar tradisional di Kota Surakarta pada umumnya dan Pasar
Antik Windujenar pada khususnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pasar
a. Pengertian Pasar
Pasar adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah
barang atau jasa tertentu. Para pembeli sebagai sebuah kelompok yang
menentukan permintaan terhadap produk dan para penjual sebagai
kelompok yang menentukan penawaran terhadap produk (Mankiw,
2007:75). Pasar dalam pengertian teori ekonomi adalah suatu situasi
dimana pembeli (konsumen) dan penjual (produsen dan pedagang)
melakukan transaksi setelah kedua pihak telah mengambil kata sepakat
tentang harga terhadap sejumlah (kuantitas) barang dengan kuantitas
tertentu yang mejadi objek transaksi. Kedua pihak, pembeli dan penjual,
mendapatkan manfaat dari adanya transaksi atau pasar. Pihak pembeli
mendapatkan barang yang diinginkan untuk memenuhi dan memuaskan
kebutuhannya sedangkan penjual mendapatkan imbalan pendapatan untuk
selanjutnya digunakan untuk membiayai aktivitasnya sebagai pelaku
ekonomi produksi atau pedagang.
Pasar dapat terbentuk dengan adanya syarat-syarat sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1) adanya penjual
2) adanya pembeli
3) tersedianya barang yang akan diperjualbelikan
4) terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli.
Pasar sebagai tempat transaksi jual beli antara penjual
(pedagang) dan pembeli (konsumen) memiliki peran dan fungsi penting
dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun fungsi pasar ada tiga
macam, yaitu (Sadono Sukirno, 2004:220):
1) Fungsi Distribusi
Dalam kegiatan distribusi, pasar berfungsi mendekatkan jarak
antara konsumen dengan produsen dalam melaksanakan transaksi. Pasar
memiliki fungsi distribusi menyalurkan barang-barang hasil produksi
kepada konsumen. Melalui transaksi jual beli, produsen dapat
memasarkan barang hasil produksinya baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada konsumen atau kepada pedagang perantara
lainnya. Melalui transaksi jual beli itu pula, konsumen dapat
memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhannya secara mudah dan cepat.
2) Fungsi Pembentukan Harga
Sebelum terjadi transaksi jual beli terlebih dahulu dilakukan
tawar-menawar, sehingga diperoleh kesepakatan harga antara penjual
dan pembeli. Dalam proses tawar menawar itulah keinginan kedua belah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pihak (antara pembeli dan penjual) digabungkan untuk menentukan
kesepakatan harga, atau disebut harga pasar.
3) Fungsi Promosi
Pasar merupakan sarana paling tepat untuk ajang promosi,
karena di pasar banyak dikunjungi para pembeli. Pelaksanaan promosi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memasang spanduk,
membagikan brosur penawaran, membagikan sampel atau contoh
produk kepada calon pembeli, dan sebaginya.
b. Klasifikasi Pasar
1) Pasar Modern
Pada pasar modern, penjual dan pembeli tidak
bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label
harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam
bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan)
atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain
bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian
besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan
lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan
(supermarket), dan minimarket. Pasar dapat dikategorikan dalam
beberapa hal. yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual,
lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud. Apabila dilihat
pendistribusiannya, pasar modern tidak langsung dalam arti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
produsen dan konsumen tidak saling mengenal. Sedangkan yang
melayani sekedar sebagai penjaga yang tidak mempunyai akses
menentukan harga, sedangkan konsumen tidak membutuhkan
kontak langsung dengan penjual, sehingga tidak terjadi kontak
sosial antara pembeli dan penjual apalagi dengan produsen.
2) Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual
dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli
secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka
yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan
makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain,
pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula
yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini
masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat
kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai
pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain
adalah pasar Beringharjo di Yogyakarta, pasar Klewer di Solo,
pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh Indonesia
terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.
Di dalam pasar tradisional sebagian besar sebagai pasar eceran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(retail), di mana pembeli mencari barang sesuai kebutuhan sendiri.
Sedangkan pasar modern diidentikkan sebagai pasar grosir, pembeli
membeli barang dalam partai besar karena akan dijual lagi
(wikipedia, akses Juni 2012).
c. Faktor-faktor Yang Menentukan Struktur Pasar
1. Jumlah penjual atau produsen
Jumlah produsen akan menentukan jumlah penjual dalam
suatu industri atau pasar. Semakin banyak produsen yang
memproduksi barang yang sama maka akan semakin keras
persaingan dalam pasar. Hal ini akan mendorong produsen bekerja
secara efisien, atau kualitas produknya semakin unggul. Meskipun
produk yang dihasilkan sama tetapi orang dapat membedakan karena
merek, kualitas atau kemasan. Struktur pasar yang demikian ini tetap
dalam persaingan yang sering disebut persaingan monopolistik. Jika
dalam pasar hanya ada satu penjual merupakan pasar monopoli.
Disamping itu jika dalam pasar untuk barang tertentu terdapat cukup
banyak produsen disebut struktur pasar oligopoli.
2. Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan
Jenis atau sifat barang yang dihasilkan perusahaan akan
menentukan pula struktur sifat atau jenis barang yang mempengaruhi
struktur pasar. Misalkan barang yang dihasilkan sama atau berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dan tidak dapat diganti dengan produk yang dihasilkan oleh
produsen lain.
2. Pengertian Pedagang
Pedagang merupakan orang yang berusaha di bidang produksi dan
berjualan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen
tertentu di dalam masyarakat dalam suasana lingkungan informal. Pedagang
adalah orang yang menjalankan kegiatan dalam usaha memindahkan hak atas
orang lain secara terus menerus sebagai sumber penghidupannya (Irawan
Basu Swastha, 1992: 289). Pedagang kecil pada awalnya diartikan sebagai
orang yang menjual barang-barang dan jasa langsung kepada konsumen akhir
bagi yang pemanfaatan yang sifatnnya perseorangan dan bukan untuk usaha.
Arti sempit pedagang kecil atau pengecer adalah sebuah lembaga untuk
melakukan suatu usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk
keperluan pribadi atau non-bisnis.
3. Teori Permintaan dan Penawaran
a. Permintaan
Permintaan dalam ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah
suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat
harga suatu periode tertentu. Permintaan suatu barang sangat dipengaruhi
oleh pendapatan dan harga barang tersebut. Apabila harga barang naik
sedang pendapatan tidak berubah maka permintaan barang tersebut akan
turun. Sebaliknya, jika harga barang turun, sedang pendapatan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
berubah maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau
bertambah. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu
barang dipengaruhi oleh harga barang tersebut.
Analisis hubungan antara jumlah permintaan dengan harga barang
tersebut diasumsikan bahwa faktor-faktor lain selain harga barang
dianggap tidak mengalami perubahan (ceteris paribus). Oleh karena itu
diasumsikan bahwa harga adalah tetap kemudian menganalisis bagaimana
permintaan suatu barang dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti selera
masyarakat, pendapatan (Sukirno, 2005). Hukum permintaan menyatakan
bila harga suatu barang naik sedangkan faktor-faktor lain dianggap ceteris
paribus maka jumlah barang yang diminta konsumen akan mengalami
penurunan. Hukum tersebut membentuk suatu kurva seperti pada gambar
2.1, dimana sumbu horizontal menunjukkan jumlah barang yang diminta
dan sumbu vertikal menunjukkan tingkat harga. Dari kurva tersebut
terlihat bahwa pada tingkat harga tinggi (P0), jumlah barang yang diminta
rendah (Q0), dan apabila pada tingkat harga yang lebih rendah (P1),
jumlah barang yang diminta akan meningkat (Q1). Kurva permintaan
berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan
bawah. Kurva demikian disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan
jumlah yang diminta, yang memiliki sifat hubungan tang terbalik. Apabila
salah satu variabel naik (misal harga) maka variabel lainnya akan
mengalami penurunan (misal jumlah barang yang diminta).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
P
P0
P1
Permintaan (D)
Q0 Q1 Q Gambar 2.1 Kurva Permintaan
Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara variabel tidak
bebas dan semua variabel yang dapat mempengaruhi besarnya variabel
tidak bebas. Menurut Suparmoko (1990) fungsi permintaan dapat ditulis
sebagai berikut:
Qd = f ( Px, Py, I, T, A, N, …. )
Keterangan :
Qd = Jumlah barang yang diminta
Px = Harga barang A
Py = Harga barang lain
I = Tingkat pendapatan konsumen
T = Selera
A = Pengeluaran perusahaan untuk promosi
N = Jumlah penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Menurut Sadono
Sukirno (2005) selain harga barang itu sendiri, faktor-faktor lain yang
menentukan permintaan individu maupun pasar adalah :
1) Selera konsumen
Perubahan selera konsumen yang lebih menyukai barang
berarti akan lebih banyak barang yang diminta pada setiap tingkat
harga. Jadi permintaan akan naik atau kurva permintaan akan
bergeser ke kanan. Sebaliknya berkurangnya selera konsumen akan
barang tersebut menyebabkan permintaan turun yang berarti kurva
permintaan bergeser ke kiri.
2) Jumlah penduduk
Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya
menyebabkan pertambahan permintaan. Akan tetapi dengan
pertambahan penduduk yang diikuti oleh perkembangan kesempatan
kerja maka pendapatan penduduk meningkat sehingga daya beli
masyarakat akan naik yang mengakibatkan naiknya permintaan. Bila
volume pembelian oleh masing-masing penduduk adalah sama, maka
kenaikan jumlah penduduk akan menyebabkan kenaikan permintaan,
sehingga kurvanya bergeser ke kanan. Penurunan jumlah penduduk
akan menyebabkan penurunan permintaan.
3) Pendapatan konsumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pengaruh perubahan terhadap pendapatan mempunyai dua
kemungkinan. Pada umumnya pengaruh pendapatan terhadap
permintaan adalah positif dalam arti bahwa kenaikan pendapatan
akan menaikkan permintaan. Hal ini terjadi apabila barang tersebut
merupakan barang superior atau normal. Ini seperti efek selera dan
efek banyaknya pembeli yang mempunyai efek positif. Pada kasus
barang inferior, maka kenaikkan pendapatan justru menurunkan
permintaan.
4) Harga barang-barang lain yang bersangkutan
Barang-barang lain yang bersangkutan biasanya merupakan
barang subsitusi atau barang komplementer. Kenaikan harga barang
subsitusi berarti penurunan harga barang tersebut secara relatif
meskipun harganya tetap, tidak berubah, sehingga harga barang
tersebut menjadi lebih murah secara relatif. Permintaan suatu barang
akan naik apabila harga barang penggantinya turun, maka permintaan
akan barang tersebut juga turun. Hal ini karena barang tersebut
harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga barang
penggantinya. Kenaikan harga barang pelengkap suatu barang
tertentu akan menyebabkan permintaan akan barang tersebut turun,
dan sebaliknya.
5) Ekspektasi Tentang Masa Depan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan
pada masa yang akan datang dapat mempengauhi permintaan.
Ramalan para konsumen bahwa harga-harga akan menjadi bertambah
tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli
lebih banyak barang pada saat sekarang yang bertujuan untuk
menghemat pengeluaran di masa akan datang. Sebaliknya, ramalan
bahwa lowongan kerja akan bertambah sulit diperoleh dan kegiatan
ekonomi akan mengalami resesi akan mendorong orang untuk lebih
berhemat dalam pengeluaran dan mengurangi permintaan.
Gerakan sepanjang kurva permintaan merupakan perubahan
sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta
menjadi makin tinggi atau makin menurun.
Gambar 2.2 Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan
Sedangkan pergeseran kurva permintaan jika kurva permintaan
kan bergerak kekanan atau kekiri apabila terdapat perubahan – perubahan
terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor
bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan
menyebabkan kurva permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri.
P
P1 A2 A1 A3
Q
Q2 Q1 Q3
Gambar 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan
Titik A1 menggambarkan bahwa pada harga P1, jumlah yang
diminta adalah Q1. Apabila Q1 > Q2 berarti kenaikan pendapatan
menyebabkan harga P1 permintaan bertambah sebesar Q1Q2. Apabila
kurva bergerak ke sebelah kanan maka perpindahan itu menunjukan
pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya pergeseran kurva permintaan
ke sebelah kiri berarti permintaan berkurang. Akibatnya pada harga P1,
jumlah barang yang diminta adalah Q2 (Sukirno, 2005:84).
b. Penawaran
Penawaran adalah hubungan antara harga dan jumlah barang yang
ditawarkan. Secara lebih spesifik, penawaran menunjukkan seberapa
banyak produsen suatu barang mau dan mampu menawarkan per periode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pada berbagai kemungkinan tingkat harga, hal lain diasumsikan konstan.
Hukum penawaran menyatakan bahwa jumlah yang ditawarkan biasanya
secara langsung berhubungan dengan harganya, hal lain diasumsikan
konstan. Jadi semakin rendah harganya, jumlah yang ditawarkan semakin
sedikit dan sebaliknya semakin tinggi harganya, semakin tinggi juga
jumlah yang ditawarkan.
Kurva penawaran menunjukkan hubungan antara harga suatu
barang dengan jumlah yang ditawarkan. Pada umumnya kurva penawaran
menaik dari kiri bawah ke kanan atas. Bentuk kurva penawaran bersifat
demikian karena terdapat hubungan yang positif diantara harga dan
jumlah barang yang ditawarkan yaitu makin tinggi harga, makin banyak
jumlah yang ditawarkan (Sukirno, 2005 : 86-87).
P
P0 Penawaran (S)
P1
Q0 Q1 Q Gambar 2.4 Kurva Penawaran
Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat berlaku sebagai
akibat dari pergeseran kurva penawaran. Perubahan harga dapat
menimbulkan gerakan sepanjang kurva penawaran sedangkan perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
faktor-faktor lain di luar harga menimbulkan pergeseran kurva penawaran
tersebut.
Harga S2 S S3 P A2 A A3 P1 B S2 S S3 Q2 Q1 Q Q3 Jumlah Barang
Gambar 2.5 Grafik Gerakan Kurva Penawaran da n
Pergeseran Kurva Penawaran
Dimisalkan pada mulanya kurva penawaran adalah SS. Titik A
menggambarkan bahwa pada waktu harga adalah P, jumlah barang yang
ditawarkan adalah Q. Bila harga turun menjadi P1, hubungan di antara
harga dan jumlah yang ditawarkan pindah ke titik B. Berarti sekarang
jumlah yang ditawarkan hanya sebanyak Q1. Perubahan dalam jumlah
yang ditawarkan berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran.
Pergeseran dari SS menjadi S2S2 atau S3S3 menggambarkan perubahan
penawaran. Gambar di atas menunjukkan pergeseran kurva penawaran
dari SS menjadi S2S2, menyebabkan jumlah yang ditawarkan berkurang
dari Q menjadi Q2 walaupun harga tetap sebesar P, seperti ditunjukkan
oleh titik A2. Pergeseran SS menjadi S3S3 menggambarkan peningkatan
penawaran. Sebagai akibat dari pergeseran tersebut, seperti ditunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
oleh titik A3, pada harga P sekarang jumlah barang yang ditawarkan
menjadi Q3 (Sukirno, 2005 : 89-90).
4. Keuntungan
Setiap kegiatan usaha memiliki salah satu tujuan utama untuk
memperoleh keuntungan. Suatu usaha yang tidak menguntungkan, maka
usaha tersebut dapat berhenti beroperasi. Pemilik usaha menjalankan
kegiatan usahanya untuk mencari keuntungan yang maksimum, dan
keuntungan maksimum hanya akan didapat apabila pemilik usaha
membuat pilihan tepat terhadap jenis barang atau jasa yang akan
dijualnya. Berikut pengertian keuntungan menurut para ahli :
1) Menurut Lincolin Arsyad (1996:23) keuntungan adalah selisih antara
penerimaan dengan biaya sehingga keuntungan tergantung pada
besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau seseorang.
2) Apandi Nasehatun (1999:166) mengemukakan bahwa keuntungan
adalah selisih lebih dari pendapatan dikurangi biaya-biaya dalam
periode tertentu.
3) Sofyan Syafri (2004) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal
dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari
penghasilan atau penghasilan operasi.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa keuntungan adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang atau
perusahaan setelah dikurangi oleh biaya-biaya yang seharusnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dikeluarkan. Apabila selisih antara penerimaan dan biaya tersebut positif,
maka itulah yang disebut keuntungan. Apabila sebaliknya selisihnya
negatif itu disebut rugi.
5. Teori Keuntungan
Fungsi keuntungan didefinisikan sebagai total nilai keluaran (output) yang
dikurangi dengan total biaya dari faktor produksi tidak tetap (variables input)
Secara bentuk sistematis Fungsi keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut
(Arsyad, 1987:109):
- TC
Dimana :
–
– TR = Total revenue (jumlah seluruh pendapatan dari hasil penjualan
hasil outputnya)
TR = output x harga jual.
– TC = Total cost (jumlah biaya)
– Apabila TR-TC = positif (0< ) maka terdapat keuntungan, TR –TC =
Negatif maka terjadi kerugian, dan apabila TR-TC = 0 maka terjadi
Break Event Point (tidak terjadi keuntungan maupun kerugian)
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang
Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang antara lain :
1) Modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya
spesialisasi dalam perusahaan serta makin banyaknya perusahaan-
perusahaan yang menjadi besar, maka modal mempunyai arti yang lebih
menonjol lagi. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah
yang tidak akan pernah berakhir karena bahwa masalah modal itu
mengandung begitu banyak dan berbagai macam aspek. Hingga saat ini di
antara para ahli ekonomi juga belum terdapat kesamaan opini tentang apa
yang disebut modal (Sulistiyono, 2009). Sumber modal, yaitu terdiri dari :
a. Sumber Intern
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang di
bentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Alasan perusahaan
menggunakan sumbar dana intern yaitu:
1) Dengan dana dari dalam perusahaan maka perusahaan tidak
mempunyai kewajiban untuk membayar bunga maupun dana yang di
pakai.
2) Setiap saat tersedia jika diperlukan.
3) Dana yang tersedia sebagian besar telah memenuhi kebutuhan dana
perusahaan.
4) Biaya pemakaian relatif murah.
b. Sumber Ekstern
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari
luar perusahaan. Alasan perusahaan menggunakan sumber dana ekstern
adalah:
1) Jumlah dana yang digunakan tidak terbatas.
2) Dapat dicari dari berbagai sumber.
3) Dapat bersifat fleksibel.
Sumber dari modal ekstern adalah (Sulistiyono, 2009):
1) Supplier
Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan dalam bentuk
penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang dari
1 tahun), maupun jangka menengah (lebih dari 1 tahun dan kurang dari
10 tahun). Penjualan kredit atau barang dengan jangka waktu
pembayaran kurang dari satu tahun terjadi pada penjualan barang
dagang dan bahan mentah oleh supplier kepada langganan. Supplier
atau manufaktur (pabrik) sering pula menjual mesin atau peralatan lain
hasil produksinya kepada suatu perusahaan yang menggunakan mesin
atau peralatan tersebut dalam jangka waktu pembayaran 5 sampai 10
tahun.
2) Bank
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan
(financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana, serta
sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3) Pasar Modal
Pasar modal adalah suatu pasar abstrak yang mempertemukan dua
kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling
mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di suatu pihak dan emiten
yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain
pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak)
bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau
jangka panjang. Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan
atau lembaga yang menanamkan dananya dalam efek, sedangkan
emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk ditawarkan
kepada masyarakat. Fungsi dari pasar modal adalah mengalokasikan
secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus
tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan.
Modal dapat dibagi menjadi modal aktif dan modal pasif. Modal
aktif ialah modal yang tertera di sebelah debit dari neraca, yang
menggambarkan bentuk-bentuk dimana semua dana yang didapat
perusahaaan ditanamkan, sedangkan pengertian dari modal pasif
adalah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang
menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Besar
kecilnya modal yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap
keuntungan usaha yang diraih pengusaha. Semakin besar modal yang
digunakan berarti dapat memproduksi barang dengan jumlah semakin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
banyak, sehingga akan meningkatkan pendapatan yang diperoleh
pengusaha.
Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibedakan menjadi modal
sendiri dan modal asing. Modal sendiri merupakan modal yang berasal
dari pemilik perusahaan (pengusaha), sedangkan modal asing adalah
modal yang didapat dari hasil pinjaman atau kredit dari lembaga
keuangan yang ada. Kekuatan modal yang tertumpu pada kekuatan
sendiri akan lebih baik daripada modal berasal dari luar, karena modal
dari luar tentu memiliki konsekuensi biaya bunga dan ketergantungan
dari pihak luar.
2) Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha adalah lamanya seseorang menggeluti usaha
yang dijalankan. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang
menjalankan usahanya maka akan berpengalaman seseorang menggeluti
usaha yang dijalankannya. Lamanya usaha yang dijalankan menjadi tolok
ukur untuk mempertahankan dan meningkatkan produksinya. Pengalaman
usaha berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan. Dalam penelitian
tentang mobilitas penghasilan imigran di Surabaya menunjukkan adanya
pengaruh usia pendatang dan jangka waktu bertempat tinggal di kota (Chris
Manning dan Effendi, 1985: 397). Hal ini dimaksudkan bahwa makin lama
seseorang menekuni pekerjaannya, maka makin banyak pula pengalaman
dalam usahanya tersebut. Hal ini tentu saja akan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
keberhasilan usahanya, karena selain mereka mempunyai pengalaman
dalam pengelolaannya mereka juga mengetahui celah-celah mana yang
sekiranya dapat membuat barang dagangannya laku sehingga akan
memperbesar omset penjualan yang akhirnya akan meningkatkan laba.
Dengan pengalaman kerja yang lama, seseorang akan lebih terampil dalam
melakukan pekerjaannya, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan
memberikan hasil yang baik.
3) Umur
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, umur didefinisikan
sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Umur
merupakan salah satu variabel yang cukup berpengaruh terhadap besarnya
keuntungan pedagang karena umur berkaitan dengan tingkat produktivitas
seseorang dalam menjalankan segala aktivitasnya, terutama bekerja. Umur
produktif ialah usia ketika seseorang masih mampu bekerja dan
menghasilkan sesuatu. Indonesia memiliki batasan usia produktif yaitu
antara 15 tahun-50 tahun (BPS,2010). Pada masa produktif tersebut
seseorang diharapkan dapat memberikan kontribusi maksimal terhadap
dirinya maupun lingkungannya.
4) Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja merupakan salah satu variabel yang cukup
berpengaruh terhadap besarnya keuntungan para pedagang. Semakin
banyak jumlah tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
diharapkan para pelangganpun akan terlayani dengan baik karena adanya
efisiensi waktu sehingga kualitas dari pelayanan tersebut akan lebih baik.
5) Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu syarat utama yang harus
ditempuh oleh seseorang untuk memasuki pasar kerja. Tingkat pendidikan
seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterima dalam bekerja.
Pendidikan memberi pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan kerja,
akan tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam
memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekitar demi kelancaran
pekerjaan. Pendidikan berguna untuk proses kehidupan sekarang dan untuk
masa yang akan datang, sedang pendidikan meliputi: pendidikan formal
dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang mempunyai
bentuk/organisasi tertentu yang terdapat di sekolah dan universitas. Dalam
pendidikan formal terdapat perjenjangan dalam tingkat persekolahan yang
meliputi : (1) SD, (2) SLTP, (3) SMU, (4) Perguruan tinggi. Pendidikan
dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
mengembangkan sumber daya manusia.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan akan membentuk
keleluasaan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan mempengaruhi
perilaku dan pengembangan keputusannya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan dapat mencerminkan keahlian yang dimilikinya.
Keahlian ini akan memudahkan seseorang untuk menganalisa informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
yang diterima sekaligus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi
serta mampu membantu dalam pengambilan keputusan. Hubungan
pendidikan dengan produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat
penghasilan yang diperoleh. Pendidikan yang lebih tinggi akan
mengakibatkan produktivitas kerja yang lebih tinggi dan akan
memungkinkan perolehan penghasilan yang lebih tinggi pula
(Simanjuntak, 1987: 66).
7. Pengertian Benda Antik
Istilah barang antik dari bahasa Latin: antiques “tua” ialah benda
menarik yang telah berusia tua, seperti mebel, senjata, barang seni, maupun
perabotan rumah tangga. Antik adalah sebuah objek yang dimiliki oleh sebuah
era masa lalu bernilai seni, kerajinan, kelangkaan dan usia. Barang antik yang
berharga yaitu bagi terlihat dari benda langka, seni, usia dan keunikan.
Kebanyakan kolektor yang telah cukup berpengalaman dalam bidang ini,
tidak asing dengan dasar-dasar penentuan nilai sebuah barang. Benda antik
dapat langsung dibedakan berdasar objek benda antik asli maupun benda antik
reproduksi. Langkah dalam menentukan nilai barang-barang antik dengan
hati-hati yaitu memeriksa kondisi barang. Barang antik yang dijual dalam
kondisi baik akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada barang-barang
antik yang telah retak atau rusak.
Selain itu, nilai barang antik yang terkelupas atau retak kurang
berharga, kecuali barang yang bersejarah atau unik. Meskipun dikatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
bahwa nilai-nilai lama diatur sesuai dengan usia benda dan seni, para kolektor
mencari barang antik yang berada dalam kondisi yang bisa diterima. Namun,
ada beberapa kolektor yang membeli barang dengan cacat kecil, asalkan
nilainya signifikan. Untuk alasan ini, bahwa tidak semua barang antik
sekurang-kurangnya 50 tahun memiliki nilai yang sama. Nilai barang antik
didasarkan pada gagasan pemasaran serta permintaan untuk barang yang baik
sesuai dengan nilai barangnya.
8. Revitalisasi
a. Pengertian Revitalisasi
Menurut Danisworo (2002) dalam (http://digilib.its.ac.id), definisi
revitalisasi ialah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau
bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian
mengalami kemunduran/degradasi. Berdasarkan Departemen Kimpraswil
(2005), revitalisasi adalah upaya untuk menghidupkan kembali kawasan
yang mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan, dan
mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang
dimiliki atau pernah dimiliki atau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota
(http://digilib.its.ac.id). Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya
berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus
dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan
budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya
keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya
partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya
masyarakat di lingkungan tersebut akan tetapi masyarakat dalam arti luas.
b. Tahap Revitalisasi
Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi
melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu. Tahap
revitalisasi antara lain:
1) Intervensi fisik. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik
revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan
peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem
penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan.
Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi
visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan
pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan
(environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga
intervensi fisik pun sudah semestinya memperhatikan konteks
lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran
jangka panjang.
2) Rehabilitasi ekonomi. Revitalisasi yang diawali dengan proses
peremajaan yang didukung oleh proses rehabilitasi kegiatan
ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek,
diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
formal (local economic development), sehingga mampu
memberikan nilai tambah bagi kawasan kota. Dalam konteks
revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa
mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial.
3) Revitalisasi sosial/institusional. Keberhasilan revitalisasi sebuah
kawasan dapat terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang
menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat suatu tempat
menjadi indah dan layak. Kegiatan tersebut harus berdampak
positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial
masyarakat/warga. Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis,
bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk
menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making)
dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu
pengembangan institusi yang baik.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adanya Revitalisasi
Menurut Danisworo (2002) faktor yang mempengaruhi adanya
revitalisasi adalah sebagai berikut:
1) Bangkrutnya sebagian besar dari sektor-sektor penyumbang PDRB,
terutama sektor yang terkait dengan kegiatan ekonomi. Resesi
ekonomi yang mempengaruhi kegiatan perdagangan dan jasa, antara
lain mempengaruhi kegiatan perdagangan, naiknya pengangguran
menurunnya kualitas infrastruktur, dan naiknya defisit anggaran kota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2) Menurunnya populasi pada kawasan, berubahnya struktur demografi
masyarakat dan menurunnya kondisi fisik bangunan. Penyebab
penurunan vitalitas kawasan disebabkan oleh ketidakmampuan
kawasan tersebut bersaing dengan kawasan lain secara ekonomi, tidak
adanya atau hilangnya kekhasan yang memberikan daya tarik, kondisi
sosial budaya yang tidak menunjang kawasan dan tidak sesuainya
kegiatan yang ada di kawasan dan fungsinya. Fenomena menurunnya
vitalitas dan kualitas kawasan disebabkan menurunnya fasilitas fisik
(physical amenities), tidak adanya atau melemahnya komunitas dan
organisasi yang mewadahi masyarakat lokal, hilangnya kepemimpinan
lokal, dan modal sosial di masyarakat serta tidak adanya peran dari
pemerintah. Sedangkan menurut Departemen Pekerjaan Umum.
Faktor-faktor penyebab penurunnya vitalitas kawasan di antaranya
adalah ekonomi kawasan tidak stabil, pertumbuhan ekonomi yang
menurun, produktivitas ekonomi menurun, menurunnya pelayanan
sarana dan prasarana, serta hilangnya tradisi lokal.
9. Pengertian Sosial Demografi
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yangmempelajari dinamika
kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat
kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat
merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
didasarkan pada kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama,
atau etnisitas tertentu (http://robir08.student.ipb.ac.id/2010/06/). Sedangkan
menurut Calvin Goldscheider (1985) sosial demografi adalah suatu studi
ilmiah yang sistematis mengenai peristiwa kependudukan baik dalam bentuk
perorangan maupun kelompok yang ditekankan pada hubungan antar
fenomena kependudukan dan variabel sosial. Sumber-sumber data
kependudukan/demografi yang pokok ialah sensus, sistem registrasi kejadian-
kejadian vital, registrasi penduduk dan survei-survei terbatas atau survei
sampel. Sumber lain sebagai tambahan yang sering berguna adalah catatan-
catatan dan dokumen-dokumen instansi pemerintah. Diantara sumber-sumber
ini, sensus merupakan sumber data yang paling utama di berbagai negara,
terlebih di negara berkembang.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu yang terdiri
atas skripsi dan jurnal dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Tahun Hasil Keterangan 1
Dewi Sahara, Dahya, dan Amirrudin Syam
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keuntungan Usahatani Kakao di Sulawesi Tenggara
2004
Variabel luas areal dan harga pupuk mempengaruhi keuntungan secara psitif signifikan sedangkan harga pestisida tidak mempengaruhi keuntungan usaha tani kakao.
Jurnal, Menggunakan uji t dan determinasi R2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2 3
Simon Matakena
Reni Pratiwi S.W
Analisis Tingkat Pendapatan Pedagang Sayur-sayuran Daun di Pasar Sore Siriwini Distrik Nabire Kabupaten Nabire Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan
2009
2011
Variabel yang positif dan signifikan mempengaruhi pendapatan adalah variabel umur dan jumlah tanggungan sedangkanvariabel pendidikan serta lama berdagang tidak mempengaruhi pendapatan. Variabel modal, pengalaman usaha, tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh pedagang sedangkan variabel jam berdagang dan dummy produk yang dijual tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keuntungan pedagang.
Jurnal, Menggunakan uji t dan uji f Skripsi, Menggunakan uji t, uji f, uji asumsi klasik
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Keuntungan merupakan tujuan dari seseorang menjalankan usaha. Teori
keuntungan menurut Cobb Douglas menyatakan bahwa keuntungan diperoleh dari
total pendapatan dikurangi dengan total pengeluaran/jumlah biaya yang
dikeluarkan. Mengacu pada teori tersebut dan pengembangan dari penelitian
terdahulu (Reni Pratiwi, Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha
pedagang di Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan:2011) maka variabel yang
diperkirakan berpengaruh terhadap keuntungan pedagang di Pasar Antik
Windujenar Surakarta antara lain modal, pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga
kerja, dan tingkat pendidikan. Modal yang dimiliki oleh pedagang memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
keleluasaan bagi pedagang untuk menentukan keputusan bisnis, usaha apa yang
akan dijalankan oleh pedagang. Pengetahuan yang diperoleh dari proses
pendidikan formal dan pengalaman usaha dapat membantu pedagang untuk
menentukan strategi bisnis mengambil keputusan terkait dengan bisnis yang
dijalani. Tingkat pendidikan diukur dengan tahun tempuh/tahun sukses pedagang.
Pedagang dengan usia produktif lebih siap dalam menjalani ritme berdagang
dalam kesehariannya. Stamina dan ketahanan mental menjadikan pedagang lebih
siap dalam menjalankan usahanya. Tenaga kerja berfungsi untuk efisiensi
pedagang dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap pelanggan sehingga
keuntungan akan lebih maksimal. Secara sederhana, kerangka pemikiran dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.6 Diagram Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keuntungan Pedagang Di Pasar Antik Windujenar Surakarta
D. Hipotesis Pemikiran
MODAL
PENGALAMAN BERDAGANG
UMUR
TENAGA KERJA
KEUNTUNGAN
TINGKAT PENDIDIKAN
SEBELUM REVITALISASI
SESUDAH REVITALISASI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Berdasarkan teori, kerangka pemikiran teoritis dan penelitian terdahulu
maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
a. 1) Variabel modal diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan
2) Variabel pengalaman usaha diduga berpengaruh positif signifikan terhadap
keuntungan
3) Variabel umur diduga berpengaruh positif signifikan terhadap keuntungan
4) Variabel jumlah tenaga kerja diduga berpengaruh positif signifikan
terhadap keuntungan
5) Variabel tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif signifikan terhadap
keuntungan
b. Adanya perbedaan keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik
Windujenar Surakarta sebelum dan sesudah program revitalisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah kota Surakarta dengan
ruang lingkup penelitian adalah Pasar Antik Windujenar. Subyek analisis
penelitian adalah pedagang yang berada di kawasan Pasar Antik Windujenar,
Kalurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kotamadya Surakarta dengan batas-
batas antara lain sebagai berikut:
Utara : Istana Mangkunegaran
Timur : Jalan Teuku Umar
Selatan : Jalan Slamet Riyadi
Barat : Jalan Diponegoro
Variabel adalah nilai dari suatu obyek yang memiliki variasi tertentu
(Sugiyono,2004:32). Variabel penelitian terdiri atas dua macam yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah keuntungan pedagang (LnY). Variabel independen yang
dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
ü Modal (LnX1)
ü Pengalaman Berdagang (X2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
ü Umur pedagang (X3)
ü Jumlah tenaga kerja (X4)
ü Tingkat pendidikan (X5)
1. Operasional Variabel
Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2010:58) adalah :“Segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya”. Operasional Variabel untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Keuntungan
Keuntungan adalah jumlah uang yang diterima oleh pedagang dari
aktivitas jual beli yang dilakukan, sebagian besar berasal dari penjualan
produk kepada pelanggan dalam satu periode tertentu. Keuntungan
diukur dalam satuan rupiah.
2. Modal
Modal (bahasa inggris: equity) adalah investasi yang dilakukan pemilik
usaha (http://id.wikipedia.org). Modal digunakan pedagang untuk
menjalankan operasional usahanya, baik berupa modal sendiri maupun
modal dari pihak lain (modal pinjaman). Modal usaha diukur dalam
satuan rupiah.
3. Pengalaman Usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pengalaman usaha adalah jangka waktu lamanya seseorang menekuni
usaha yang dijalankan atau waktu yang telah dihabiskan oleh pedagang
semenjak usaha itu berdiri dan sampai sekarang. Pengalaman usaha
diukur dalam tahun.
4. Umur Pedagang
Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan
masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya
adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah
lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock,
2004). Umur merupakan salah satu unsur demografi yang sangat
penting karena dapat digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang
dalam suatu hal. Umur diukur dalam satuan tahun.
5. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yaitu orang yang bekerja di kios tempat berdagang,
baik sebagai pemilik usaha itu sendiri dan ditambah pegawai yang
membantu pedagang dalam menjalankan usahanya dan menerima upah
atas tenaga yang digunakannya. Tenaga kerja diukur dalam jumlah
orang.
6. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan pendidikan akhir yang ditamatkan para
pedagang secara formal melalui bangku sekolah. Pengelompokan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dummy tingkat pendidikan dalam penelitian adalah pedagang dengan
pendidikan SD, SMP, SMA, Diploma, Strata.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan obyek yang mempunyai
karakteristik tertentu (Djarwanto,2000:107). Populasi dari penelitian ini
adalah Pasar Antik Windujenar Surakarta. Elemen dari populasi penelitian
ini adalah semua pedagang yang terdapat di Pasar Windujenar Surakarta.
Jumlah populasi di Pasar Antik Windujenar Surakarta adalah 116
pedagang yang tersebar di area pasar.
b. Sampel
Menurut Djarwanto (2000:108) yaitu: “Sampel adalah sebagian dari
populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa
mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah
populasinya)”. Penentuan ukuran sampel penelitian dari populasi tersebut
dapat digunakan rumus Slovin, yaitu:
n= )(1 2eN
N
+
= )05,0(1161
1162+
= )0025,0(1161116
+
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
= 29,01116+
= 29,1116
= 89,922 = 90
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Tingkat kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir (nilai
kritis).
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Penelitian ini merupakan penelitian terhadap fakta berupa opini atau
pendapat orang (responden). Jenis data yang digunakan adalah data subyek.
Data subyek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman
atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek
penelitian (responden).
2. Sumber Data
a) Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri
langsung dari obyek di lapangan yang dipandu dengan daftar pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
(kuesioner) yang dibuat sesuai dengan kebutuhan penelitian
(Arsyad,2004). Variabel dalam kuesioner meliputi nama, jenis kelamin,
umur, daerah asal, status, pendidikan, lama berdagang, jumlah tenaga
kerja, modal usaha, keuntungan rata-rata dari hasil berdagang per bulan
sebelum (tahun 2006-2007) dan sesudah revitalisasi pasar (tahun 2010-
2011), dan kendala yang dihadapi pedagang.
b) Data sekunder
Data sekuder ialah data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh pihak
lain (Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono, 2001). Data sekunder
diperoleh dari lembaga terkait antara lain kantor paguyuban pedagang
pasar Windujenar Surakarta (jumlah populasi pedagang, luas area pasar,
dan potret Pasar Antik Windujenar sebelum revitalisasi), Biro Pusat
Statistik (PDRB Surakarta, data jumlah penduduk menurut umur, jenis
kelamin, dan pendidikan, luas wilayah dan tingkat kepadatan penduduk
tiap Kecamatan), Dinas Pasar Pemerintah Kota Surakarta (data jumlah
pasar tradisional tahun 2009) serta situs internet yang mendukung antara
lain www.travel.detik.com (potret Pasar Antik Windujenar setelah
revitalisasi) dan www.surakarta.go.id (peta kota Surakarta).
C. Metode Pengumpulan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
1. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian
sehingga dapat mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk
proses penyelesaian penelitian ini.
2. Kuesioner, merupakan cara pengumpulan yang dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan atau pernyaataan tertulis kepada reponden untuk
dijawab. Tujuan pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh
informasi yang relevan dengan penelitian dengan kesahihan yang cukup
tinggi.
D. Metode Analisis Data
Pada tahap inilah data diolah sedemikian rupa sehingga berhasil
disimpulkan kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-
persoalan yang diajukan dalam penelitian. Tahap-tahap dalam analisis ini
yaitu:
1. Analisis Deskriptif
Menurut Sugiyono (2005:21) “Analisis deskriptif adalah analisis yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis hasil penelitian tapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”. Analisis
deskriptif dalam penelitian ini menjelaskan secara terperinci mengenai
keadaan dan karakteristik sosial demografi pedagang. Karakteristik
sosial demografi yang digunakan dalam penelitian tentang pedagang
pasar Windujenar berdasar pada hasil kuosioner yang disusun dalam
tabel distribusi frekuensi yang antara lain meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
1. Umur pedagang
Merupakan salah satu unsur demografi terkait dengan produktivitas
seseorang dalam kaitannya dengan motivasi kerja. Seseorang dengan
usia produktif cenderung memiliki etos kerja yang lebih tinggi
dibanding usia tidak produktif.
2. Jenis kelamin
Merupakan salah satu indikator tentang jenis kelamin yang
mendominasi kegiatan usaha berdagang di Pasar Antik Windujenar.
3. Tingkat pendidikan pedagang
Tingkat pendidikan dapat memeberi gambaran tentang seberapa
besar kemajuan tingkat pendidikan formal yang ditempuh
pedagang..
4. Tingkat keuntungan pedagang
Rata-rata keuntungan yang diterima pedagang atas kegiatan
perdagangan yang dilakukan selama periode tertentu, biasanya
berdasar kisaran per bulan.
5. Modal usaha
Ialah modal yang dikeluarkan pembeli dalam memulai usaha dagang
antara lain untuk pembelian barang dagangan dan properti
pendukungnya.
2. Analisis Model Regresi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar, maka digunakan model
regresi berganda (multiple regression). Hal ini dikarenakan penggunaan
variabel yang lebih dari satu (multivariables) dan dapat dirumuskan model
fungsi sebagai berikut (Djarwanto PS, 2000) :
1X1 2X2 3X3 4X4 5X5 ..............................................................(1)
Dari rumusan fungsi di atas dan pengembangan dari penelitian Dewi
Sahara, Dahya, dan Amirrudin Syam (2004) persamaan fungsi dapat
dikembangkan menjadi sebagai berikut:
1X1i 2X2i 3X3i 4X4i 5i ..................................(2)
Keterangan : LnY = Keuntungan
Ln = Modal
= Pengalaman Usaha
= Umur
= Jumlah Tenaga Kerja
X5 = Tingkat Pendidikan
e =Standar eror
i = Responden1-90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tahap pengujian persamaan regresi di atas antara lain dengan uji
statistik yang meliputi uji t-statistik, uji f, dan Uji R2, uji asumsi klasik
meliputi multikolinearitas, autokorelasi,dan heterokedastisitas serta uji
beda dua rata-rata.
1. Uji Statistik
Uji statistik merupakan sebuah prosedur dimana masukan
(input) adalah sampel dan hasilnya adalah hipotesis. Perhitungan
statistik dikatakan signifikan secara statistik apabila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).Uji
statistik antara lain:
a. Uji t
Uji t bertujuan untuk mengidentifikasi apakah apakah koefisien
regresi dari variabel independen berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen. Ketentuan uji t-statistik mengacu
pada sumber buku Djarwanto (2000:196) dengan kriteria
pengujian:
a) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya
koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan.
b) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak Ha diterima artinya
koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b. Uji F
Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi secara bersama-sama.
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel
independen yang ada secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependennya. Ketentuan uji F mengacu pada sumber
buku Djarwanto (2000:268) dengan hipotesis sebagai berikut :
1 2 3 = 0 (berarti secara bersama-sama variabel
independen tidak mempengaruhi variabel dependen)
Ha 1 2 3 -sama variabel
independen mempengaruhi variabel dependen)
Dari hipotesis di atas diperoleh kesimpulan Ho diterima bila F
hitung dan Ho ditolak bila F hitung > F tabel
2. Uji Asumsi Klasik
a) Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat terjadi jika model tersebut mempunyai
standar eror yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir
dengan ketepatan tinggi (Gujarati,1995:159). Cara untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, salah satunya dengan
metode Klein, yaitu dengan membandingkan R 2 (koefisien
determinansi) regresi awal dengan r 2 parsial (koefisien korelasi
antara variabel independen). Apabila r 2 <R 2 , maka tidak terdapat
masalah multikolinearitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b) Heterokedastisitas
Heterokedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi
regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir
Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil
maupun besar (Gujarati,1995:183). Uji Heteroskedastisitas
bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Mengacu pada buku Ekonometrika Dasar (Gujarati,
1995:187) salah satu cara untuk mendeteksi masalah
heterokedastisitas adalah dengan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan
dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut
residualnya.
c) Autokorelasi
Menurut Maurice G. Kendall dan William Buckland (1971)
“Pengertian autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu”. Uji autokorelasi
bertujuan menguji apakah di dalam model regresi terdapat korelasi
antara kesalahan penganggu pada periode t terhadap periode
sebelumnya. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah
dengan uji Durbin-Watson, akan tetapi apabila terdapat bias yang
terpasang tetap terhadap korelasi model tersebut maka terdapat
tindakan perbaikan antara lain dengan nonparametrik Run Test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
(Gujarati,1995:225). Pengujian Run Test dilakukan dengan dengan
cara mengukur populasi acak yang didasarkan atas data hasil
pengamatan melalui data sampel dengan ketentuan kriteria
pengujian apabila probalitasnya (nilai sig) > 0.05 maka H0 diterima,
tidak terjadi autokorelasi dan apabila ika probalitasnya (nilai sig) <
0.05 maka H0 ditolak, terjadi autokorelasi.
3. Uji Beda Dua Rata-rata (Mean)
Uji beda rata-rata dikenal dengan nama uji-t (t-test). Konsep dari
uji beda rata-rata adalah membandingkan nilai rata-rata beserta selang
kepercayaan tertentu (confidence interval) dari dua kejadian. Prinsip
pengujian dua rata-rata adalah melihat perbedaan dua kelompok data.
Untuk mengetahui perbedaan rata-rata tingkat keuntungan
antara sebelum dan sesudah adanya program revitalisasi digunakan uji
hipotesis beda dua rata-rata untuk observasi berpasangan. Langkah-
langkah pengujian uji beda dua rata-rata (Djarwanto, 2000:211) adalah
sebagai berikut:
a. Formulasi H0 dan H1
H0 1 2 artinya tidak ada perbedaan antara rata-rata tingkat
keuntungan yang diterima oleh pedagang antara sebelum dan
sesudah revitalisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
H1 1 2 artinya terdapat perbedaan antara rata-rata tingkat
keuntungan yang diterima oleh pedagang antara sebelum dan
sesudah revitalisasi.
Ho ditolak Ho ditolak
H0 diterima
-t tabel t tabel Gambar 3.1 Uji Statistik t
b. H0 diterima apabila : - ttabel hitung tabel, tidak terdapat perbedaan
sebelum dan sesudah proses
H0 ditolak apabila : thitung > ttabel atau thitung < - ttabel , terdapat
perbedaan sebelum dan sesudah proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Surakarta
1. Aspek Geografis
Surakarta merupakan kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah
dengan jumlah penduduk 501.650 jiwa (2011) dan kepadatan penduduk
13.636/km2. Surakarta juga dikenal dengan sebutan Solo atau Sala.
Surakarta memiliki luas lahan 44 km2 atau sekitar 0,14 % luas Jawa
Tengah. Sebagian lahan dipakai sebagai tempat pemukiman sebesar
61,68%, dan 20% lahan digunakan untuk kegiatan perekonomian.
a. Kondisi Geografis
Kota Surakarta terletak di antara 110 45 ̀ 15" - 110 45`
35" Bujur Timur dan 70` 36" - 70` 56" Lintang Selatan serta berada di
dataran rendah dengan ketinggian 105 m dpl dan 95 m dpl di pusat
kota. Batas Wilayah Surakarta antara lain sebagai berikut:
Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo
Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Surakarta dibagi menjadi 5 kecamatan yang masing-masing
dipimpin oleh seorang Camat dan 51 kelurahan yang masing-masing
dipimpin oleh seorang Lurah, 595 Rukun Warga (RW) dan 2.669
Rukun Tetangga (RT). Jumlah Kepala Keluarga (KK) tercatat sebesar
134.811 KK, maka rata-rata jumlah KK tiap RT sebesar 50 KK/RT.
Kelima kecamatan di Surakarta antara lain Kecamatan Pasar
Kliwon (9 kelurahan), Kecamatan Jebres (11 kelurahan), Kecamatan
Banjarsari (13 kelurahan), Kecamatan Laweyan (11 kelurahan),
Kecamatan Serengan (7 kelurahan). Kecamatan Banjarsari merupakan
kecamatan terluas di kota Surakarta dengan luas 14,81 Ha. Tingkat
kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Serengan yang
mencapai angka 19.903 penduduk. Sedangkan tingkat kepadatan
penduduk terendah terletak di Kecamatan Jebres sebanyak 11.582
penduduk (BPS Surakarta,2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 4.1 Peta Kota Surakarta Sumber: surakarta.go.id
b. Keadaan Iklim dan Topografi
Musim hujan di Surakarta dimulai bulan Oktober hingga
Maret, dan musim kemarau bulan April hingga September. Rata-rata
curah hujan di Surakarta adalah 2.200 mm, dengan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari.
Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu
rata-rata 30 derajat Celsius dan suhu udara tertinggi adalah 32,5
derajat Celsius, sedangkan terendah adalah 21,0 derajat Celsius. Rata-
rata tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara
75%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah angin 240 derajat
(wikipedia.id.org).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2. Aspek Demografis
Salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah
penduduk dengan sumber daya manusia yang potensial dan produktif
untuk mewujudkan pembangunan nasional. Penduduk yang besar di
suatu wilayah merupakan unsur penting pembangunan. Penduduk jika
dibina dan dikembangkan dengan baik dan terpadu akan menjadi
potensi dan sumber daya manusia yang tangguh dalam mendukung
pembangunan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Surakarta Menurut Jenis Kelamin Di Kota Surakarta Tahun 2011
Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah
Total Rasio Jenis
Kelamin
2003 242.591 254.643 497.234 95.27 2004 249.278 261.433 510.711 95.35 2005 250.868 283.672 534.540 88.44 2006 254.259 258.639 512.898 98.31 2007 246.132 269.240 515.372 91.42 2008 247.245 275.690 522.935 89,68 2009 249.287 278.915 528.202 89,38 2010 243.296 256.041 499.337 95,02 2011 245.283 256.367 501.650 95,68
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
Pada tabel di atas diketahui bahwa pada tahun 2011 penduduk
kota Surakarta mengalami pertumbuhan penduduk dari 501.650 jiwa
dibandingkan tahun 2010 sebesar 499.337 jiwa. Komposisi penduduk laki-
laki tahun 2011 sebanyak 245.283 penduduk dan perempuan sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
256.367 penduduk. Penyebab dari pertumbuhan penduduk salah satunya
adalah tingkat kepadatan penduduk yang semakin meningkat,
pertumbuhan ekonomi, dan urbanisasi.
Tabel 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat Kepadatan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta Tahun 2011
Ke camatan Luas
Wilayah Jumlah Penduduk Rasio
Jenis Kelamin
Tingkat Ke padatan
Laki-laki Perempuan Jumlah
Laweyan 8,64 54.834 56.933 111.767 96,31 12.936
Serengan 3,19 31.239 32.252 63.491 96,86 19.903 Pasar Kliwon 4,82 43.799 45.365 89.164 96,55 18.499
Jebres 12,58 72.286 73.417 145.703 98,46 11.582
Banjarsari 14,81 88.287 89.698 177.985 98,43 12.018 Jumlah 44,04 290.445 297.665 588.110 97,57 13.354
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur Kota Surakarta Tahun 2011
Kelompok Usia
Jenis Kelamin Jumlah Laki-
laki Perempuan
0 – 4 18.123 17.144 35.267 5 – 9 19.004 18.113 37.117
10 – 14 18.959 18.150 37.109 15 – 19 22.378 24.663 47.041 20 – 24 24.782 26.157 50.939 25 – 29 21.369 21.180 42.549 30 – 34 20.534 20.565 41.099 35 – 39 18.711 19.489 38.200 40 – 44 17.795 19.141 36.936 45 – 49 16.328 18.582 34.910 50 – 54 15.033 16.106 31.139 55 – 59 12.143 12.280 24.423 60 – 64 7.535 7.966 15.501
65+ 12.589 16.831 29.420 Jumlah 245.283 256.367 501.650
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
3. Kondisi Perekonomian Kota Surakarta
a. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan adalah jumlah
penduduk berdasar tingkat pendidikan yang telah ditempuh yang
meliputi pendidikan formal. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Surakarta, komposisi penduduk dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tinggi Kota Surakarta Tahun 2011
Pendidikan Tinggi Laki-Laki Perempuan Jumlah Total
Tidak Punya Ijasah SD 44.349 57.234 101.583 SD/MI/Paket A 38.632 38.395 77.027 SMP Umum/Kejuruan/Paket B 41.669 42.832 84.501 SMU/MA/ Kejuruan/Paket C 76.106 71.481 147.587 DI / DII 3.029 2.165 5.194 D III / Sarmud 7.718 10.390 18.108 D IV / S1 14.133 15.584 29.717 S2 / S3 1.524 1.142 2.666 J U M L A H 227.160 239.223 466.383
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
Berdasar tabel di atas jumlah penduduk yang mencapai tingkat
pendidikan terbanyak dicapai pada tingkat pendidikan SMU/MA/
Kejuruan/Paket C sebesar 147.587 penduduk. Tingkat pendidikan
terbanyak yang ditempuh penduduk selanjutnya berada pada tingkatan
penduduk yang tidak memiliki ijasah SD sebesar 101.583 penduduk,
sedangkan untuk strata pendidikan tertinggi yaitu tingkat S2/S3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
mencapai posisi terkecil sebesar 2.666 dari total keseluruhan jumlah
sebanyak 466.383 penduduk.
b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pancaharian
Komposisi penduduk menurut mata pancaharian merupakan jumlah
penduduk yang bekerja menurut pekerjaan yang dijalaninya. Berdasar
data Biro Pusat Statistik (BPS) Surakarta tahun 2011, lapangan
pekerjaan yang ditekuni penduduk Surakarta didominasi oleh sektor
perdagangan. Pada tabel di bawah ini memeperlihatkan persentase
penduduk menurut mata pancahariannya.
Tabel 4.5 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Di Kota Surakarta Tahun 2011 (Jiwa)
Lapangan Usaha Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
Pertanian 1.400 1.208 2.608
Pertambangan dan Penggalian 0 0 0
Industri 22.599 19.466 42.065 Listrik, Gas dan Air 700 0 700 Bangunan 8.956 261 9.217 Perdagangan 53.755 52.671 106.426 Angkutan dan Komunikasi 12.565 4.250 16.815
Keuangan dan Jasa Perusahaan 5.943 3.214 9.157
Jasa-jasa 33.313 26.467 59.780 Jumlah 139.231 107.537 246.768
Sumber: BPS, Surakarta Dalam Angka 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2011
total penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
246.768 jiwa. Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki yang bekerja
sebanyak 139.231 jiwa, sedangkan penduduk perempuan yang bekerja
sebanyak 107.537 jiwa. Pada tahun 2011, penduduk Kota Surakarta
paing banyak bekerja di sektor perdagangan. Hal ini sangat beralasan
karena letak Kota Surakarta yang diapit oleh daerah-daerah produsen
berbagai Sumber Daya Alam (SDA), seperti Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo.
Daerah-daerah tersebut banyak memasok produk yang dihasilkannya
untuk kemudian diperdagangkan di Kota Surakarta. Sektor yang
paling kecil menyerap tenaga kerja adalah sektor pertambangan dan
penggalian serta sektor listrik, gas dan air.
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha
Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh
besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang
dan jasa. Keadaan perekonomian suatu daerah dapat dilihat melalui
angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), karena hingga saat
ini PDRB masih digunakan sebagai ukuran kesejahteraan ekonomi
atau tingkat perkembangan ekonomi suatu daerah. Dengan melihat
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat diketahui besarnya
kontribusi masing-masing sektor yang ada. Kontribusi suatu sektor
adalah suatu peranan yang diberikan oleh masing-masing sektor
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
masing sektor dapat digunakan untuk mengetahui indikator perubahan
struktur ekonomi. Perhitungan PDRB Kota Surakarta Tahun 2011
Berdasar harga berlaku dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Di Kota Surakarta Tahun 2007– 2011 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 4.259 4.726 5.007 5.532 5.927
Pertambangan dan Galian 2.525 2.945 2.994 2.942 3.010
Industri Pengolahan 1.681.790 1.838.499 1.592.356 2.081.494 2.233.248
Listrik, Gas dan Air Bersih 186.120 203.337 227.937 259.004 287.576
Bangunan 924.664 1.140.846 1.314.189 1.440.525 1.584.659
Perdagangan 1.711.786 1.984.698 2.223.561 2.556.483 2.885.293 Pengangkutan dan Komunikasi 802.106 884.951 986.323 1.106.229 1.206.106 Keuangan dan Jasa Perusahaan 763.887 863.921 976.355 1.123.362 1.282.678
Jasa-jasa 831.953 977.959 1.192.017 1.365.561 1.504.470
PDRB 6.909.094 7.901.886 8.880.692 9.941.136 10.992.971 Sumber: BPS, Surakarta Dala m Angka 2011
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2011
PDRB Kota Surakarta didominasi oleh sektor perdagangan yang
kemudian dilanjutkan dengan sektor industri pengolahan yang
menempati posisi kedua, serta sektor pertambangan dan galian
memberikan kontribusi terkecil dalam PDRB Kota Surakarta.
4. Pasar Antik Windujenar Surakarta
Obyek dalam penulisan ini adalah Pasar Windujenar dengan
tujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor modal, pengalaman
berdagang, umur, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan
mempengaruhi besarnya keuntungan yang diperoleh pedagang. Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Windujenar didirikan pada tahun 1939. Pada mulanya, Pasar Windujenar
bernama Pasar Ya’ik, kemudian pada waktu ulang tahun jumenengan
Mangkunegara VII yang ke 24 tahun, maka Pasar Ya’ik berubah nama
menjadi Pasar Triwindu ( Tri = Tiga, Windu = delapan, jadi Triwindu
berarti 24 tahun) dan selanjutnya berubah nama kembali menjadi
Windujenar sampai sekarang.
Pasar Windujenar terletak di Jalan Diponegoro dan berlokasi di
depan Pura Mangkunegaran Surakarta. Tanah lokasi pasar tesebut milik
Mangkunegaran yang dulunya berfungsi sebagai kandang kuda. Setelah
difungsikan sebagai pasar tradisional, berdasarkan undang-undang maka
kepemilikan tanah beralih dari Mangkunegaran yang kemudian dikelola
oleh Pemerintah Kota, sehingga para pedagang pasar sejak berdiri sampai
dengan saat ini memiliki kewajiban membayar retribusi, Surat Hak
Penempatan (SHP), dan balik nama kepada Pemerintah Kota Surakarta.
Jenis barang dagangan di Pasar Windujenar pada awal berdiri
sampai dengan tahun 1966 masih bercampur antara onderdil kendaraan,
alat-alat pertukangan, alat-alat rumah tangga, barang antik, serta makanan.
Pada tahun 1970 barang dagangan di Pasar Windujenar mulai didominasi
oleh barang-barang lama/kuno yang berkualitas baik serta barang
reproduksi antara lain mebel dari Serenan dan Jepara, patung Perunggu
dari Trowulan, keramik dari Jawa Barat, dan lain sebagainya. Walaupun
dinamakan Pasar Antik Windujenar, tidak semua barang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
diperdagangkan di pasar tersebut merupakan barang antik maupun
reproduksi akan tetapi terdapat pula onderdil dan alat-alat pertukangan.
Pengunjung Pasar Windujenar terdiri dari bermacam-macam
kelompok masyarakat baik itu sebagai produsen, pemborong, maupun
konsumen. Selain wisatawan lokal terdapat pula wisatawan asing yang
mendominasi transaksi jual beli antara lain berasal dari Jepang, Belanda,
Amerika, dan lainnya.
5. Revitalisasi Pasar Antik Windujenar Surakarta
Pada pemerintahan Walikota Joko Widodo, Pasar Windujenar
merupakan salah satu pasar tradisional yang diikutsertakan dalam program
revitalisasi dengan tujuan supaya bangunan dan elemen di dalamnya
tertata dengan rapi, dapat menambah minat daya beli wisatawan, serta
menjadikan pasar bukan hanya sebagai tempat untuk transaksi jual-beli
akan tetapi juga dapat dijadikan sebagai salah satu tujuan pariwisata di
Surakarta sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kondisi
pasar sebelum revitalisasi secara fisik sangat memprihatinkan karena
kumuh, tidak beraturan, barang yang diperjualbelikan bercampur menjadi
satu bagian. Maka dari itu maksud dan tujuan program revitalisasi pasar
diantaranya menggiatkan transaksi jual beli, mensejahterakan masyarakat
pada umumnya dan pedagang pada khususnya, merealisasikan konsep dan
tujuan ekonomi kerakyatan dengan memperindah tata kota, menjadikan
pasar tradisional sebagai salah satu tujuan wisata, menciptakan pasar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
aman, nyaman bagi pedagang maupun pengunjung, pengelompokan
pedagang sesuai dengan jenis barang dagangan, serta melengkapi pasar
dengan fasilitas sarana prasarana yang memadai.
Proses revitalisasi dilaksanakan secara bertahap. Sebelum tahap
secara konstruksional, Pemkot Surakarta mengadakan beberapa kali
sosialisasi dengan total 54 pertemuan antara Pemkot Surakarta dengan
anggota Paguyuban Pasar Windujenar. Pada mulanya para pedagang
menolak untuk diadakan revitalisasi karena takut akan kehilangan
pelanggan. Untuk menyiasati keadaan tersebut maka Pemkot mengajukan
beberapa tindakan preventif antara lain dengan sosialisasi pemindahan
pedagang melalui media cetak dan televisi lokal, memasang spanduk-
spanduk di titik penting pusat kota Surakarta, bekerjasama dengan Dinas
Perhubungan dengan menambah trayek angkutan umum yang akan
melintas di lokasi pasar. Paguyuban Pedagang Pasar Windujenar
menyetujui pelaksanaan revitalisasi tapi dengan syarat kios yang nantinya
ditempat pedagang diberikan secara gratis karena sebelum adanya
revitalisasi tiap pedagang yang memiliki kios di Pasar Windujenar sudah
memiliki SHP (Surat Hak Penempatan) sebagai wujud dari kepemilikan
kios. Pada perkembangannya, kios yang ditempati pedagang digratiskan
akan tetapi pedagang memiliki kewajiban untuk membayar retribusi
kepada Pemkot Surakarta sebagai bentuk pengembalian modal
pembangunan dan proses revitalisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pembangunan Pasar Windujenar dilaksanakan 2 (dua) tahap :
Tahap I dilaksanakan pada tahun 2008 yaitu pembangunan pasar blok
selatan dan blok utara, terdiri dari 2 (dua) lantai, dengan luas bangunan
lantai 1 (satu) seluas 1.826m2 dan Lantai 2 (dua) seluas 1.454 m2 dan
tahap II dilaksanakan pada tahun 2009 yaitu pembangunan pasar pada
blok timur terdiri dari 2 (dua) lantai dengan luas bangunan dan lantai 1
(satu) seluas 272 m2 lantai 2 (dua) seluas 272 m2 (surakarta.go.id). Tahun
2009 Pasar Triwindu direlokasi di depan sayap kanan Pura
Mangkunegaran dengan luas tanah 2.384 m2 dan diresmikan oleh
Walikota Surakarta pada tanggal 25 September 2009 dengan upacara
prosesi boyongan pedagang Pasar Windujenar.
B. Karakteristik Pedagang
1. Umur Pedagang
Umur merupakan salah satu unsur demografi yang sangat
penting karena dapat digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang
dalam suatu hal. Seseorang yang berumur produktif lebih cenderung
memiliki motivasi lebih tinggi dalam bekerja. Seseorang yang telah
berumur produktif tapi belum berkeluarga memiliki motivasi yang tinggi
untuk bekerja sebagai persiapan untuk berkeluarga. Bagi seseorang yang
sudah berumur produktif dan sudah berkeluarga memiliki motivasi tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dalam bekeja dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai
kesejahteraan keluarga.
Tabel 4.7 Pedagang yang Bekerja Pada Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Menurut Umur (dalam Orang)
No Umur (Tahun)
Frekuensi Presentase (%)
1 < 30 0 0,00 2 30 -- < 36 12 13,33 3 36 -- < 42 15 16,67 4 42 -- < 48 16 17,78 5 48 -- < 54 17 18,89 6 54 -- < 60 11 12,22 7 19 21,11
Jumlah 90 100,00 Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di daerah penelitian usia
pedagang paling tua adalah 71 tahun dan yang paling muda adalah 28
tahun. Dari tabel di atas dapat pula diketahui bahwa usia pedagang
didominasi antara tahun yaitu sebesar 21,11% atau sebanyak 19
pedagang. Sedangkan untuk proposi di bawahnya yaitu sebesar 18,89%
atau sebanyak 17 pedagang adalah pedagang dengan usia antara 48 -- <
54 tahun. Berdasarkan keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pedagang di daerah penlitian didominasi oleh pedagang dengan usia antara
tahun. Hal tersebut dikarenakan pedagang di daerah penelitian
melakukan usaha berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
dapat disimpulkan bahwa 100% pedagang di daerah penelitian sudah
memenuhi batas minimum usia kerja yaitu lebih dari atau sama dengan 20
tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2. Jenis Kelamin dan Status Perkawinan Pedagang
Jenis kelamin dan status perkawinan dapat menjadi salah satu
indikator apakah pekerjaan yang mereka tekuni sekarang merupakan jenis
usaha pokok ataupun sampingan. Berikut tabel yang menggambarkan
sejumlah responden di daerah penelitian berdasar jenis kelamin dan status
perkawinan:
Tabel 4.8 Pedagang yang Bekerja Pada Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan (dalam Orang)
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Berdasar tabel 4.8 dapat diketahui bahwa proporsi pedagang
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Pedagang
laki-laki berjumlah 65 orang sedangkan pedagang berjenis kelamin
wanita berjumlah 25 orang dengan persentase pedagang yang sudah
menikah mencapai 81%, pedagang dengan status janda 13%, dan sisanya
pedagang dengan status belum menikah 1% serta status duda 4%.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden di daerah penelitian melakukan aktivitas berdagang sebagai
No
Status Jenis Kelamin Jumlah Perkawinan Laki-Laki Perempuan
Frek % Frek % Frek % 1 Belum Kawin 1 2 - 0 1 1 2 Sudah Kawin 60 92 13 52 73 81 3 Duda 4 6 - 0 4 4 4 janda - 0 12 48 12 13
Jumlah 65 100 25 100 90 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
bentuk dari usaha pokok untuk menopang kehidupan perekonomian
keluarganya dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.
3. Tingkat Pendidikan Pedagang
Tingkat pendidikan dapat menggambarkan seberapa besar
tingkat kemajuan penduduk suatu daerah. Pendidikan merupakan salah
satu jalan di mana seseorang memiliki pengetahuan sehingga dapat lebih
produktif dan inovatif serta menjadi indikator kualitas sumber daya
manusia. Berikut tabel yang mengambarkan tingkat pendidikan pedagang
di daerah penelitian:
Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian (dalam Orang)
Sumber: Data primer, diolah, 2012 Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebanyak
45 pedagang dari 90 pedagang sudah memenuhi program wajib belajar 9
tahun. Tingkat pencapaian pendidikan formal tertinggi berada pada tingkat
pendidikan SMA dengan persentase sebesar 35,56% atau sebanyak 32
pedagang dari total keseluruhan 90 pedagang. Pendidikan formal tingkat
SMP menduduki peringkat kedua setelah SMA dengan persentase 32,22%
No Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase % 1 TIDAK SEKOLAH 2 2,22 2 SD 12 13,33 3 SMP 29 32,22 4 SMA 32 35,56 5 DIPLOMA 10 11,11 6 STRATA 5 5,56
Jumlah 90 100,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
atau sebanyak 29 pedagang. Pedagang yang tidak mengenyam pendidikan
formal memiliki persentase sebesar 2,22% atau 2 pedagang. Tingkat
pendidikan SD yaitu 12 pedagang dengan persentase 13,33%, Tingkat
pendidikan Diploma yaitu 10 pedagang dengan persentase 11,11%,
sedangkan pedagang dengan tingkat pendidikan akhir setara Strata (baik
Strata 1 maupun Strata 2) berjumlah 5 pedagang dari total 90 pedagang
dengan persentase 5,56%.
4. Modal Usaha
Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal usaha
berupa modal lancar dalam pendirian usaha awal. Berikut tabel mengenai
tingkatan modal usaha pedagang.
Tabel 4.10 Tingkat Permodalan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian
No Besar Modal (Rp) Frekuensi Persentase ( %) 1 1.000.000 -- < 6.500.000 37 41,11 2 6.500.000 -- < 13.000.000 30 33,33 3 13.000.000 --< 19.500.000 11 12,22 4 19.500.000 -- < 26.000.000 7 7,78 5 26.000.000 -- < 32.500.000 3 3,33 6 32.500.000 -- < 39.000.000 1 1,11 7 1 1,11
Jumlah 90 100,00 Sumber: Data primer, diolah, 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden di
daerah penelitian didominasi oleh pedagang dengan tingkat modal antara
1.000.000 -- < 6.500.000 yaitu sebesar 41,11% atau sebanyak 37
pedagang. Disusul dengan tingkat modal antara 6.500.000 -- < 13.000.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
yaitu sebesar 33,33% atau sebanyak 30 pedagang. Tingkat modal antara
13.000.000 -- < 19.500.000 yaitu sebesar 12,22% atau sebanyak 11
pedagang. Tingkat modal antara 19.500.000 -- < 26.000.000 yaitu sebesar
7,78% atau sebanyak 7 pedagang. Tingkat modal antara 26.000.000 -- <
32.500.000 yaitu sebesar 3,33% atau sebanyak 3 pedagang. Tingkat modal
antara 32.500.000 -- < 39.000.000 yaitu sebesar 1,11% atau sebanyak 1
pedagang. Pada umumnya modal yang dipergunakan oleh pedagang dalam
menjalankan usahanya sangat bervariasi. Modal yang digunakan mulai
dari yang terkecil sebesar 1.000.000 sampai dengan yang paling besar.,
yaitu sebesar 50.000.000.
5. Tingkat Keuntungan Pedagang
Tabel 4.11 Tingkat Keuntungan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Sebelum Revitalisasi dalam Rupiah (Tiap Bulan)
Sumber: Data primer, diolah, 2012
No Besar Keuntungan (Rp) Frekuensi Persentase ( %) 1 500.000 < 1.000.000 21 23,33 2 1.000.000 -- < 1.500.000 19 21,11 3 1.500.000 --< 2.000.000 21 23,33 4 2.000.000 -- < 2.500.000 10 11,11 5 2.500.000 -- < 3.000.000 7 7,78 6 3.000.000 -- < 3.500.000 9 10,00
7 3.500.000 --< 4.000.000 2 2,22
8 4.000.000 --< 4.500.000 0 0,00
9 4.500.000 --< 5.000.000 0 0,00
10 1 1,11
Jumlah 90 100,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Merujuk pada tabel di atas, keuntungan pedagang sebelum
adanya revitalisasi terbesar berada pada kisaran Rp.1.500.000 -- <
2.000.000/bulan yaitu sebesar 23,33% dengan jumlah responden sebanyak
21 pedagang. Dan keuntungan pedagang pada kisaran keuntungan Rp.
500.000 --< 1.000.000 yaitu sebesar 23,33% dengan jumlah responden
sebanyak 21 pedagang. Kemudian keuntungan pedagang berada pada
kisaran keuntungan Rp. 1.000.000 -- < 1.500.000 yaitu sebesar 21,11%
dengan jumlah responden sebanyak 19 pedagang. Sedangkan pada kisaran
keuntungan Rp.
1,11% dari total keseluruhan keuntungan atau sebanyak 1 pedagang.
Tabel 4.12 Tingkat Keuntungan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Setelah Revitalisasi dalam Rupiah (Tiap Bulan)
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Merujuk pada tabel di atas, keuntungan pedagang setelah
revitalisasi terbesar berada pada kisaran Rp. 1.500.000 -- <
No Besar Keuntungan (Rp) Frekuensi Persentase ( %) 1 500.000 < 1.000.000 16 17,78 2 1.000.000 -- < 1.500.000 16 17,78 3 1.500.000 --< 2.000.000 17 18,89 4 2.000.000 -- < 2.500.000 12 13,33 5 2.500.000 -- < 3.000.000 16 17,78 6 3.000.000 -- < 3.500.000 5 5,56 7 3.500.000 --< 4.000.000 0 0,00 8 4.000.000 --< 4.500.000 5 5,56 9 4.500.000 --< 5.000.000 0 0,00
10 3 3,33 Jumlah 90 100,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2.000.000/bulan yaitu sebesar 18,89% dengan jumlah responden masing-
masing sebanyak 17 pedagang. Keuntungan pedagang terbesar selanjutnya
berada pada kisaran keuntungan Rp. 2.500.000 -- < 3.000.000, Rp.500.000
< 1.000.000 dan Rp.1.000.000 -- < 1.500.000 yaitu sebesar 17,78%
dengan jumlah responden sebanyak 16 pedagang. Kemudian keuntungan
pedagang berada pada kisaran keuntungan Rp. 2.000.000 -- < 2.500.000
yaitu sebesar 13,33% dengan jumlah responden masing-masing sebanyak
12 pedagang. Sedangkan pada kisaran keuntungan Rp.
memiliki persentase terkecil yaitu sebesar 3,33% dari total keseluruhan
keuntungan atau sebanyak 3 pedagang.
6. Jenis Barang yang Diperdagangkan
Tabel 4.13 Jenis Barang yang Diperdagangkan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Jenis barang yang diperdagangkan oleh responden di daerah
penelitian didominasi oleh antik sebanyak 48 pedagang dengan persentase
sebesar 53,33% atau separuh dari total keseluruhan responden. Jenis
barang berupa onderdil kendaraan memiliki persentase sebesar 27,78%
atau sebanyak 25 pedagang, jenis barang berupa alat pertukangan berada
No. Jenis Barang Jumlah Persentase (%) 1 Antik 48 53,33 2 Onderdil Kendaraan 25 27,78 3 Alat Petukangan 15 16,67 4 Makanan 2 2,22
Jumlah 90 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
di posisi selanjutnya dengan persentase sebesar 16,67% atau sebanyak 15
pedagang. Kios yang menjual makanan berada pada tingkatan terkecil
sebesar 2,22% atau sebanyak 2 pedagang.
7. Lokasi Kios Pedagang
Tabel 4.14 Lokasi Kios Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Setelah Revitalisasi
No. Lokasi Kios Jumlah Persentase (%) 1 Lantai Atas 32 35,56 2 Lantai Bawah 58 64,44
Jumlah 90 100 Sumber: Data primer, diolah, 2012
Sebelum adanya revitalisasi, kios pedagang tersebar secara acak
di sejumlah bagian di daerah penelitian. Setelah adanya revitalisasi lokasi
kios yang pada awal mulanya tersebar ditata dan ditempatkan pada bagian
lantai dasar/bawah dan bagian atas.
Lokasi kios yang berada di lantai atas berjumlah 32 kios atau
memiliki persentase sebesar 35,56% dengan aneka barang yang
diperdagangkan. Lokasi kios yang berada di lantai bawah berjumlah 58
kios atau memiliki persentase sebesar 64,44% dari total keseluruhan kios
yang berada di daerah penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 4.15 Hubungan Lokasi Kios Pedagang dengan Tingkat Keuntungan yang diperoleh Responden Setelah Revitalisasi di Daerah Penelitian
No. Fluktuasi Lokasi Kios Jumlah
Keuntungan Atas Bawah Total 1 Naik 6 30 36 2 Turun 22 13 35 3 Stabil 4 15 19
Jumlah 29 61 90 Sumber: Data primer, diolah, 2012
Peletakan kios mempengaruhi tingkat keuntungan pedagang.
Pada tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa kios yang berada di lantai
bawah cenderung mengalami peningkatan keuntungan dibandingkan
dengan kios lantai atas yang memiliki kecenderungan penurunan
keuntungan. Peningkatan keuntungan terbesar diperoleh dari pedagang
dengan kios yang berada di lantai bawah dengan jumlah 30 kios dari 36
sedangkan sisanya mengalami penurunan keuntungan. Penurunan
keuntungan terbanyak berada pada kios-kios dengan lokasi yang berada di
atas dengan jumlah 22 kios dari 35 kios yang berada di lantai atas maupun
dari total keseluruhan responden yang berjumlah 90 pedagang. Sedangkan
pedagang dengan tingkat keuntungan yang stabil berjumlah 19 responden
dari total keseluruhan jumlah responden. Pedagang dengan lokasi kios di
lantai atas dengan tingkat keuntungan stabil berjumlah 4 kios/pedagang
dan pedagang dengan lokasi kios di lantai bawah dengan tingkat
keuntungan stabil berjumlah 19 kios/pedagang. Dari tabel tersebut dapat
dilihat bahwa tidak semua pedagang mengalami peningkatan keuntungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
setelah adanya revitalisasi. Penurunan keuntungan didominasi oleh
kios/pedagang yang berlokasi di lantai atas bangunan pasar.
8. Hambatan Usaha Setelah Revitalisasi
Hambatan usaha yang dialami oleh pedagang di Pasar Antik
Windujenar secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
macam, yaitu: (i) lokasi tidak strategis (ii) kurangnya promosi Pemkot
Surakarta (iii) kurangnya permodalan (iv) tingkat persaingan. Berikut
adalah rincian karakteristik pedagang menurut hambatan yang dialami :
a. Lokasi Kios tidak strategis
Lokasi kios memegang peranan penting dalam proses perdagangan
di Pasar Antik Windujenar karena dengan dipindahkannya lokasi
kios yang berbeda dengan mempengaruhi intensitas pelanggan yang
akan melaksanakan transaksi jual beli.
Tabel 4.16 Karakteristik Pedagang Menurut Tata Letak Kios
Hambatan Jumlah Persentase
Ada 54 60
Tidak Ada 36 40
Total 90 100
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang memiliki hambatan
berupa peletakan kios yang tidak strategis sebanyak 54 orang atau 60%
dari total responden. Sedangkan sisanya 36 orang atau sekitar 40%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
menyatakan tidak memiliki masalah dengan penempatan lokasi kios
setelah revitalisasi.
b. Kurangnya promosi dari pemerintah Kota Surakarta
Promosi merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan Pasar
Antik Windujenar ke masyarakat umum. Dengan banyaknya informasi
dan penyelenggaraan kegiatan sehubungan dengan eksistensi Pasar
Antik Windujenar diharapkan dapat mendongkrak penjualan dan
transaksi jual beli menjadi lebih meningkat.
Tabel 4.17 Karakteristik Pedagang Menurut Kurangnya Promosi oleh Pemkot
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang berpendapat bahwa
Pemkot Surakarta kurang memberi promosi sebanyak 25 orang atau
27,78% dari total responden. Sedangkan sisanya 65 orang atau sekitar
72,22% berpendapat bahwa Pemkot Surakarta telah menjalankan
fungsinya dengan memberikan apresiasi terhadap adanya Pasar Antik
Windujenar dengan adanya program promosi.
c. Kurang Permodalan
Modal merupakan salah satu faktor untuk melakukan usaha.
Sebab dengan adanya modal yang besar pedagang atau pengusaha akan
Hambatan Jumlah Persentase Ada 25 27,78 Tidak Ada 65 72,22
Total 90 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dapat menjalankan usahanya, sehingga keuntungan yang diperoleh akan
semakin besar
Tabel 4.18 Karakteristik Pedagang Menurut Terbatasnya Modal
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang mempunyai
hambatan berupa terbatasnya modal sebanyak 39 orang atau
43,33% dari total responden. Sedangkan sisanya 51 orang atau
sekitar 56,67% mengaku tidak mempunyai hambatan
d. Tingkat Persaingan
Para pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta dapat
dikatakan mengalami persaingan yang tinggi. Hal ini dikarenakan
barang yang dijual oleh pedagang-pedagang di Pasar Antik
Windujenar Surakarta memiliki karakteristik yang sama. Selain itu
terdapat pula persaingan yang berasal dari pedagang di luar pasar
yang memiliki karakteristik barang dagangan yang serupa seperti
beberapa pedagang onderdil dan klithikan di Pasar Notoharjo.
Semakin tinggi tingkat persaingannya maka kemungkinan
memperoleh laba juga semakin kecil.
Hambatan Jumlah Persentase
Ada 39 43,33
Tidak Ada 51 56,67
Total 90 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 4.19 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Persaingan yang Tinggi
Hambatan Jumlah Persentase
Ada 43 47,78
Tidak Ada 47 52,22
Total 90 100
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang mempunyai
hambatan berupa tingkat persaingan yang tinggi sebanyak 43 orang atau
47,78% dari total responden. Sedangkan sisanya 47 orang atau sekitar
52,22% menyatakan tidak memiliki hambatan dalam hal tingkat
persaingan.
C. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang di Daerah
Penelitian
Mengacu persamaan 2 pada halaman 51 maka diperoleh persamaan
hasil analisis regresi yang berpengaruh terhadap variabel modal (X1),
pengalaman usaha (X2), umur (X3), jumlah tenaga kerja (X4), dan tingkat
pendidikan(X5) terhadap keuntungan pedagang sebagai berikut:
LnY = 10,626 + 0,250LnX1 + 0,040X2 – 0,025X3 + 0,233X4 – 0, 007X5
t = (12,910) (5,034) (8,104) (-6,565) (5,067) (-0,660)
F = 53,108
R2 = 0,760
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
1. Uji Statistik
a. Uji t
Salah satu uji statistika adalah uji t, yaitu untuk menguji apakah tiap-tiap
variable independen secara individual berpengaruh/signifikan terhadap variabel
dependen. Dalam pengujian ini menggunakan tingkat signifikan (
1) Pengujian Hipotesis Variabel Modal (X1)
(a) Hipotesis statistik
H0 : 1 = 0 Modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keuntungan
H1 : 1 Modal berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan
(b)
(c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = 5,034
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-2,00 2,00 5,034 Gambar 4.2 Uji t untuk variabel modal
(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 5,034 > 2,00
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (5,034) lebih besar dari t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
tabel (2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel
modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan
yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar.
2) Pengujian Hipotesis Variabel Pengalaman Usaha (X2)
(a) Hipotesis statistik
H0 : 1 = 0 Pengalaman usaha tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap keuntungan
H1 : 1 Pengalaman usaha berpengaruh secara signifikan terhadap
keuntungan.
(b) Mene ,05
(c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = 8,104
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-2.00 2.00 8,104
Gambar 4.3 Uji t untuk variabel Pengalaman Usaha
(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 8,104 > 2,00
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (8,104) lebih besar dari t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
tabel (2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel
Pengalaman Usaha mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar.
3) Pengujian Hipotesis Variabel Umur (X3)
(a) Hipotesis statistik
H0 : 1 = 0 Umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keuntungan
H1 : 1 Umur berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan
(b)
(c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = -6,565
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-6,565 -2,00 2,00
Gambar 4.4 Uji t untuk variabel Umur
(d) Kesimpulan: t hitung < t tabel atau -6,565 > -2,00
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (-6,565) lebih besar dari t
tabel (-2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
variabel umur pedagang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar.
4) Pengujian Hipotesis Variabel Tenaga Kerja (X4)
(a) Hipotesis statistik
H0 : 1 = 0 Tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keuntungan
H1 : 1 0 Tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap
keuntungan
(b)
(c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = 5,067
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-2,00 2,00 5,067
Gambar 4.5 Uji t untuk variabel tenaga kerja
(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau 5,067 > 2.00
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0.05 didapatkan nilai t hitung (5,067) lebih besar dari t
tabel (2,00), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keuntungan
yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar.
5) Pengujian Hipotesis Variabel Tingkat Pendidikan (X5)
(a) Hipotesis statistik
H0 : 1 = 0 Tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap keuntungan
H1 : 1 Tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap
keuntungan
(b) Mene .05
(c) Perhitungan uji t
Nilai t hitung = -0.660
Nilai t tabel = t 0,05/2 ; df : 89 = 2,00
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-2,00 -0.660 2,00
Gambar 4.5 Uji t untuk variabel tingkat pendidikan
(d) Kesimpulan: t hitung > t tabel atau -0.660 < 2,00
Dengan menggunakan kriteria pengujian dua sisi dan pada taraf
signifikansi 0,05 didapatkan nilai t hitung (-0.660) lebih kecil dari t
tabel (2,00), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulannya variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar
b. Uji F
Uji F adalah uji untuk mengetahui apakah variabel independen yang ada
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya. Adapun
langkah – langkah pengujiannya adalah sebagai berikut :
1). Hipotesis
H0 : 1 2 3 4 =0
(tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel modal,
pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan
dengan besarnya keuntungan usaha)
Ha : 1 2 3 4 0
(terdapat hubungan yang signifikan antara variable modal, pengalaman
usaha, umur, jumlah tenaga kerja, dan tingkat pendidikan dengan
besarnya keuntungan usaha)
2). Menentukan 05
3). Perhitungan uji F
Nilai F hitung = 53.108
F tabel = F0,05 ; (90 – 5) ; (5 – 1) = 2,45 (Tabel Distribusi F)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Ho ditolak Ho diterima
2,45 53,108
Ga mbar 4.6 Uji F
Jadi F hitung (53.108) lebih besar daripada F tabel (2,45), maka H0
ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan semua variabel independen
secara bersama–sama signifikan pada tingkat 5%. Hal tersebut
mengidetifikasikan bahwa modal, pengalaman usaha, umur, jumlah tenaga
kerja, dan tingkat pendidikan secara bersama-sama berpengaruh terhadap
keuntungan pedagang Pasar Antik Windujenar.
c. Koefisien Determinasi ( R2 )
R² merupakan koefisien determinasi yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen.
Besarnya nilai statistik koefisien determinasi yang telah disesuaikan
(Adjusted R Squared) yang diperoleh dari regresi linier adalah sebesar 0,760.
Ini artinya bahwa sekitar 76% variasi variabel dependen (keuntungan) dapat
dijelaskan oleh variasi independen yang dimasukan dalam model yaitu Modal,
Pengalaman Berdagang, Umur, Tenaga Kerja, dan Pendidikan. Sisanya
sebanyak 24% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak dimasukan
dalam model.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat korelasi atau
hubungan antar variabel independen. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolineritas salah satunya dengan metode Klein, yaitu dengan
membandingkan R2 (koefisien determinasi) regresi awal dengan r2 parsial
(koefisien korelasi antar variabel independen).
Kriteria pengujian:
1). Jika nilai r2 > R2 maka ada masalah multikolinearitas
2). Jika nilai r2 < R2 maka tidak ada masalah multikolinearitas
Jika dalam model tersebut terdapat multikolinearitas maka model
tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat
ditaksir dengan ketepatan tinggi.
Tabel 4.20 Uji Multikolinearitas
Sumber: Output SPSS 17.00, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa semua regresi antar variabel independen
menghasilkan nilai r2 < R2, sehingga dapat disimpulkan model terbebas dari
masalah multikoloniearitas.
Model r2 R2 Kesimpulan R2
X1 0,314 0,760 Bebas Multikolinearitas R2
X2 0,469 0,760 Bebas Multikolinearitas R2
X3 0,293 0,760 Bebas Multikolinearitas R2
X4 0,732 0,760 Bebas Multikolinearitas R2
dm 0,608 0,760 Bebas Multikolinearitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
b. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas terjadi jika muncul dalam fungsi regresi yang
mempunyai varian yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik
dalam sampel kecil maupun besar (tetapi masih tetap bias dan konsisten).
Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan Uji
Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel
independen dengan nilai absolut residualnya (Gujarati,1995:187). Jika nilai
signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05
maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Tabel 4.21 Uji Heteroskedastisitas Glejser Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.589 .470 -1.254 .213
LnModal .045 .028 .227 1.604 .113 .560 1.785
Pglmn .000 .003 -.027 -.210 .834 .685 1.459
Umur .002 .002 .121 .839 .404 .542 1.844
TKerja .021 .026 .092 .800 .426 .856 1.168
Pendidikan .000 .006 -.013 -.108 .914 .780 1.283
a. Dependent Variable: abs_res
Dari tabel di atas terlihat bahwa keseluruhan nilai P {sig} > 0.05 jadi
dapat disimpulkan maka dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari
masalah heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan dengan menggunakan non-
parametrik Run Test. Uji ini merupakan bagian dari statistik non-
parametrik yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
terdapat korelasi yang tinggi. Pengambilan keputusan dilakukan dengan
melihat nilai Asymp. Sig (2-tailed) uji Run Test. Apabila nilai Asymp. Sig
(2-tailed) lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan
tidak terdapat autokorelasi (Ghozali,2006:103). Tujuan uji tersebut untuk
melihat apakah residual terjadi secara random (acak) atau tidak.
Tabel 4.22 Tabel Autokorelasi Run Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea .00399
Cases < Test Value 45
Cases >= Test Value 45
Total Cases 90
Number of Runs 55
Z 1.908
Asymp. Sig. (2-tailed) .056
a. Median
Sumber: Output SPSS 17.0,2012
Dari hasil perhitungan didapat nilai Run Test dengan nilai Z sebesar 1,484
diperoleh nilai probabilitas asymp sig sebesar 0,138. Dapat disimpulkan
bahwa dengan adanya probabilitas asymp sig > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
3. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi
a. Pengaruh Modal Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik Windujenar
Surakarta
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari
variabel modal (X1) sebesar 5,034 dengan nilai Ttabel = t0,50/2: 90-1 = 2,00.
Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
modal mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh
pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Nilai koefisien regresi dari
variabel modal sebesar 0,250, berarti peningkatan jumlah modal sebesar Rp
1% menyebabkan kenaikan keuntungan sebesar 0,25% dengan asumsi
variabel independen yang lain tetap. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan hubungan antara variabel
modal dengan variabel keuntungan.
b. Pengaruh Pengalaman Berdagang Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar
Antik Windujenar Surakarta
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari
variabel pengalaman berdagang (X2) sebesar 8,104 dengan nilai Ttabel = t0,50/2:
90-1 = 2,00. Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa
variabel pengalaman berdagang mempunyai pengaruh terhadap besarnya
keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta.
Nilai koefisien regresi dari variabel pengalaman berdagang sebesar 0,040,
berarti jika pengalaman usaha pedagang bertambah 1 tahun maka akan
berakibat pada keuntungan yang diperoleh mengalami kenaikan 0,040%
dengan asumsi variabel independen yang lain tetap. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan
hubungan antara variabel pengalaman usaha dengan variabel keuntungan.
c. Pengaruh Umur Pedagang Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik
Windujenar Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari
variabel umur pedagang (X3) sebesar 0,025 dengan nilai Ttabel = t0,50/2: 90-1
=2,00. Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa
variabel umur mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan yang
diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Nilai koefisien
regresi dari variabel umur sebesar –6,565, berarti jika umur pedagang
bertambah 1 tahun lamanya maka akan berakibat pada keuntungan yang
diperoleh mengalami penurunan sebesar –6,565% dengan asumsi variabel
independen yang lain tetap. Semakin tua usia pedagang maka keuntungan
yang diperoleh pedagang semakin menurun karena adanya penurunan tingkat
produktivitas. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat kesesuaian
hipotesis yang menyatakan hubungan antara variabel pengalaman usaha
dengan variabel keuntungan.
d. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik
Windujenar Surakarta
Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui t statistik dari
variabel jumlah tenaga kerja (X4) sebesar 5,067 dengan nilai Ttabel = t0,50/2: 90-1
=2,00. Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa
variabel jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh terhadap besarnya
keuntungan yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta.
Nilai koefisien regresi dari variabel jumlah tenaga kerja sebesar 0,233, berarti
jika jumlah tenaga kerja bertambah 1 orang/pekerja maka akan berakibat pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
keuntungan yang diperoleh mengalami kenaikan sebesar 0,233% dengan
asumsi variabel independen yang lain tetap. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan hubungan antara
variabel jumlah tenaga kerja dengan variabel keuntungan.
e. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Keuntungan Pedagang Pasar Antik
Windujenar Surakarta
Berdasarkan hasil analisis regresi linear diketahui t statistik dari variabel
tingkat pendidikan (X5) sebesar -0.660 dengan nilai Ttabel = t0,50/2: 90-1 =2,00.
Berdasarkan uji t pada taraf signifikansi 5% membuktikan bahwa variabel
tingkat pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan
yang diperoleh pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa tidak terdapat kesesuaian hipotesis yang menyatakan
hubungan antara variabel pengalaman usaha dengan variabel keuntungan.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
pendidikan formal yang tinggi tidak memberikan jaminan terhadap
peningkatan keuntungan pedagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
D. Perbedaan Tingkat Keuntungan Pedagang di daerah penelitian antara
Sebelum dan Sesudah Revitalisasi
Dalam menganalisis adanya perbedaan tingkat keuntungan
pedagang di daerah penelitian sebelum dan sesudah revitalisasi dengan
metode pengolahan data menggunakan SPSS maka diperoleh hasil (output)
sebagai berikut:
Tabel 4.23 Perbandingan rata-rata Keuntungan Sebelum dan Sesudah Revitalisasi di Pasar Antik Windujenar Surakarta
No. Keuntungan Rata-rata/Mean (Rp.) 1 Sebelum Revitalisasi 1.698.333,33 2 Setelah Revitalisasi 2.007.222,22 Selisih 308.888,89
korelasi 0,738 t-test -2.528
Sumber: Output SPSS 17.00, 2012
Berdasar tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata keuntungan
pedagang sebelum adanya revitalisasi sebesar Rp. 1.698.333,33 dan
keuntungan setelah revitalisasi sebesar Rp. 2.007.222,22 yang berarti terjadi
kenaikan keuntungan sebesar Rp. 308.888,89 atau sebesar 18,187%.
Dalam hasil uji dalam paired samples Correlation menunjukkan
bahwa korelasi antara dua variabel adalah sebesar 0,738 dengan sig sebesar
0.000. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara dua rata-rata tingkat
keuntungan sebelum dan sesudah revitalisasi adalah kuat dan signifikan.
Berdasarkan Paired Samples Test diperoleh nilah t hitung sebesar -2,528
dengan sig 0.013. Karena sig < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan rata-rata keuntungan
sebelum dan sesudah revitalisasi Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
adanya revitalisasi mempengaruhi jumlah keuntungan di Pasar Antik
Windujenar Surakarta.
Meningkatnya rata-rata keuntungan pedagang di daerah penelitian
tidak hanya berhubungan dengan tingkat pengunjung yang melakukan
transaksi jual beli akan tetapi juga berhubungan dengan tingkat permodalan,
umur pedagang, pengalaman usaha, dan jumlah karyawan yang dimiliki.
Pengalaman usaha memiliki pengaruh penting dalam peningkatan keuntungan
karena semakin banyaknya pengalaman yang dimiliki, maka pedagang dapat
menentukan barang yang memiliki kualitas baik dan laku di pasaran. Dengan
pengalaman usaha pula pedagang memperoleh pelanggan yang loyal karena
tingkat kepercayaan yang tinggi pelanggan terhadap pedagang tersebut. Selain
itu, umur juga memiliki pengaruh terhadap tingkat keuntungan yang
diperoleh. Pedagang pada masa usia produktif cendenrung mendapatkan
keuntungan maksimal sedangkan pedagang di usia yang sudah tidak produktif
cenderung mengalami penurunan keuntungan.
Tingkat keuntungan pedagang juga berhubungan dengan jumlah
karyawan yang dimiliki. Diasumsikan bahwa semakin besar keuntungan yang
diterima pedagang maka semakin besar pula kemampuan pedagang tersebut
membayar karyawan yang membantu usahanya. Begitu juga sebaliknya,
diasumsikan bahwa semakin banyak karyawan yang dimiliki diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
pelayanan yang diberikan kepada pembeli akan semakin baik. Dengan begitu
jumlah pengunjung yang membeli barang di kios-kios tersebut akan
bertambah sehingga dapat meningkatkan keuntungan.
Sedangkan tingkat pendidikan yang dienyam pedagang tidak
mempengaruhi keuntungan yang diterima pedagang. Untuk menambah
ketertarikan pengunjung, para pedagang membuat dekorasi kiosnya semenarik
dan seatraktif mungkin. Selain penjualan secara langsung, pedagang juga
mulai mengembangkan usahanya dengan cara membuka kios online (online
shop) sehingga pembeli yang berminat membeli barang daganga tidak harus
datang langsung ke Pasar Antik Windujenar Surakarta. Dengan beragam cara
itulah diharapkan keuntungan akan semakin meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil analisis data yang diperoleh dari pedagang di Pasar Antik
Windujenar Surakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Modal (X1), pengalaman berdagang (X2), umur pedagang (X3), dan tenaga
kerja (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pedagang
secara parsial. Apabila modal, pengalaman berdagang, umur, dan tenaga kerja
bertambah maka keuntungan pedagang akan mengalami peningkatan, Tingkat
pendidikan (X5) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
besarnya keuntungan pedagang secara parsial. Semakin tinggi pendidikan
yang ditempuh seseorang tidak mempengaruhi keuntungan yang diperoleh
pedagang.
2. Keuntungan pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta mengalami
perubahan sebelum dan sesudah revitalisasi pasar
B. Saran-saran
1. Pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta diharapkan meningkatkan
modal usaha dengan tujuan peningkatan keuntungan dengan fasilitas kredit
yang ditawarkan lembaga keuangan perbankan baik melalui bank maupun
koperasi dan pegadaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
2. Pemaksimalan fungsi dari paguyuban pedagang Pasar Windujenar sebagai
forum untuk berdiskusi antara pedagang golongan tua dengan golongan muda
antara lain dengan bertukar pengalaman berdagang baik dalam hal pemilihan
barang, penentuan harga, dan karakteristik pelanggan.
3. Pengetahuan kewirausahaan dapat ditingkatkan agar generasi muda tertarik
dengan kegiatan berdagang sebagai mata pancahariannya sehingga kegiatan
berdagang tidak hanya didominasi oleh generasi tua. Semakin tua umur
pedagang maka kemampuan berdagangnya semakin menurun.
4. Jumlah tenaga kerja ditambahkan guna efisiensi pelayanan terhadap
pelanggan sehingga kepuasan pelanggan dapat terpenuhi.