bab i pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1....

12
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun perkembangannnya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya, perbakan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah, maka pada tahun 2005, jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit syariah. Bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memeberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian uamt Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw. Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan. ( Adiwarman Karim, 2004, 18) Didirikannya bank syariah dilatarbelakangi oleh keinginan umat Islam untuk menghindari riba dalam kegiatan muamalahnya, memperoleh kesejahteraan lahir batin melalui kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah agamanya, sebagai alternatif lain dalam

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank

Muamalat Indonesia (BMI). Walaupun perkembangannnya agak terlambat bila dibandingkan

dengan negara-negara Muslim lainnya, perbakan syariah di Indonesia akan terus berkembang.

Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank Syariah, maka pada tahun 2005,

jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah

dan 17 unit syariah.

Bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan

uang, meminjamkan uang, dan memeberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah

perekonomian uamt Islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah

menjadi bagian tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. Praktik-praktik seperti menerima

titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta

melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah Saw. Dengan

demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposit, menyalurkan dana,

dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan. ( Adiwarman Karim,

2004, 18)

Didirikannya bank syariah dilatarbelakangi oleh keinginan umat Islam untuk

menghindari riba dalam kegiatan muamalahnya, memperoleh kesejahteraan lahir batin melalui

kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah agamanya, sebagai alternatif lain dalam

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

menikmati jasa-jasa perbankan yang dirasakannnya lebih sesuai, yaitu bank yang berusaha sebisa

mungkin untuk beroperasi berlandaskan kepada hukum-hukum Islam. Indonesia sebagai negara

yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan penduduk Indonesia yang beroperasi tanpa

riba. (Edi wibowo & Untung hendy, 2005, 10)

Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah Al-Ma’soem merupakan salah satu bank yang

menggunakan prinsip syari’ah. Bank Pembiayaan rakyat Syari’ah (BPRS) Al-Ma’soem memiliki

produk-produk simpanan (funding), pembiayaan (financing) dan layanan (service). Adapun

jenis-jenis dari simpanan yaitu Tabungan Ma’soem iB, Tabungan Siswa iB, Tabungan Ma’soem

Berasuransi, Tabungan Ma’soem Haji iB, Tabungan Ma’soem Qurban iB, Tabungan Masa

Depan iB, Deposito Ma’soem iBadalah tabungan Ma’soem iB, sedangakn jenis dari pembiayaan

yaitu Pembiayaan ma’soem Mudharabah, Pembiayaan Ma’soem Musyarakah, Pembiayaan

Ma’soem Murabahah, Pembiayaan Ma’soem Ijarah, Pembiayaan Ma’soem IMBT, Pembiayaan

Ma’soem Qardh, Pembiayaan Ma’soem gadai Emas. Untuk layanan BPR Syariah yaitu

Pembayaran/Penitipan Zis, Pembayaran Kartu Kredit (EDC), Isi Ulang Pulsa Pasca Bayar

(EDC), Transfer Uang (EDC), Pembayaran Telepon Rumah dan Listrik, Pembayayan Tagihan

Listrik dan payroll Gaji Ma’soem Group.

Setiap produk mempunyai karakter dan tujuan tersendiri. Dengan banyaknya produk

yang ditawarkan menjadi daya tarik dan menambah minat masyarakat untuk menyimpan

dananya di BPR Syari’ah. Hal ini dapat memberikan peluang memilih bagi setiap pelaku bisnis

untuk menggunakan produk-produk sesuai kebutuhan.

Salah satu produk pendanaan di BPR Syari’ah Al-Ma’soem adalah tabungan Ma’soem

dengan akad Wadi’ah yadh dhamanah. Dari prinsip wadi’ah yadh dhamanah ‘tangan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

penanggung” yang berarti bahwa pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala kerusakan

atau kehilangan pada barang atau aset titipan (Ascarya, 2011: 43). Tabungan wadi’ah bersifat

simpanan yang bisa diambil setiap saat (on call) atau berdasarkan kesepakatan, dan tidak ada

imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari

pihak bank (Atang Abd. Hakim, 2011: 211).

Begitupun dengan produk pendanaan di BPR Syari’ah pada tabungan Ma’soem iB

merupakan tabungan bersifat titipan yang dapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah yang

diperuntukan untuk masyarakat umum serta dikelola oleh Bank sesuai prinsip syari’ah dengan

akad wadi’ah.

Sesuai fatwa DSN No. 02/IV/2000 tentang tabungan point ke tiga ketentuan Umum

Tabungan berdasarkan Wadi’ah:

1. Bersifat simpanan;

2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan;

3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya) yang

bersifat sukarela dari pihak bank.

Serta Peraturan Bank Indonesia No. 07/46/PBI/2005 pasal 3, yaitu:

(a) Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana

titipan;

(b) Dana titipan disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal;

(c) Dana titipan dapat diambil setiap saat;

(d) Tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah;

(e) Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 07/46/PBI/2005 pasal 3 point (d), tidak

diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah, produk Tabungan

Ma’soem dengan akad wadi’ah dalam prakteknya menjanjikan bonus kepada nasabahnya Oleh

karena itu penulis mencoba untuk meneliti masalah ini dengan tulisan ilmiah guna mengetahui

lebih lanjut tentang bagaimana aplikasi tabungan Ma’soem iB, maka penulis membatasi masalah

tersebut dengan judul:

“APLIKASI PEMBERIAN BONUS PADA TABUNGAN MA’SOEM iB DENGAN AKAD

WADI’AH YAD DHAMANAH DI BPR SYARI’AH PNM AL-MA’SOEM RANCAEKEK

BANDUNG”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana aplikasi tabungan wadi’ah yad dhamanah pada tabungan ma’soem iB di BPR

Syariah PNM Al-Ma’soem Rancaekek Bandung?

2. Bagaimana aplikasi pemberian bonus tabungan ma’soem iB dengan akad wadi’ah yad

dhamanah di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem Rancaekek Bandung?

3. Tinjauan Fatwa DSN MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000 dan Peraturan Bank Indonesia No.

07/46/PBI/2005 terhadap aplikasi bonus pada tabungan ma’soemiB dengan akad wadi’ah

yad dhamanah di BPR Syari’ah PNM Al- Ma’soem Rancaekek Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam

rumusan masalah antara lain:

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

1. Untuk mengetahui aplikasi tabungan wadi’ah yad dhamanah pada tabungan ma’soem iB di

BPR Syariah PNM Al-Ma’some Rancaekek Bandung.

2. Untuk mengetahui aplikasi pemberian bonus tabungan ma’soem iB dengan akad wadi’ah

yad dhamanah di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem Rancaekek Bandung.

3. Untuk mengetahui tinjauan Fatwa DSN MUI No.02/DSN-MUI/IV/2000 07/46/PBI/2005

terhadap aplikasi bonus pada tabungan ma’soem iB dengan akad wadi’ah yad dhamanah di

BPR Syari’ah PNM Al- Ma’soem Rancaekek Bandung.

D. Kegunaaan Penelitian

Adapun nilai guna yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Dari hasil penelitian dan penulisan ini akan sangat bermanfaat untuk memperoleh

pemahaman tentang disiplin ilmu yang dipelajarinya, serta bagaimana penerapan teori-teori

dalam praktek perusahaan khususnya di Bank- bank Syariah, sebagai tambahan informasi

dan referensi tentang hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian.

b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya meningkatkan

kegiatan muamalah, semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti bagi

perkembangan Bank Syariah khususnya yang terkait dengan kegiatan muamalahnya.

c. Dari hasil penelitian ini juga semoga bermanfaat bagi penulis khususnya, umumnya bagi

semua.

E. Kerangka Pemikiran

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat

tertentu, yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya

yang dipersamakan dengan itu. (UU RI Perbankan Syari’ah, 2008:21).

Salah satu produk pendanaan di BPR Syariah PNM Al-Ma’soem adalah tabungan

Ma’soem deengan akad wadi’ah yadh dhamanah.

Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a yaitu meninggalkan sesuatu. Sesuatu yang

seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut wadi’ah, karena ia meninggalkannya

pada orang yang sanggup menjaga. Secara harfiah al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan

murni dari satu pihak ke pihak yang lain. Baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga

dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya. (Syafi’i Antonio, 2001:85)

Menurut undang-undang Perbankan Syari’ah No. 21 Tahun 2008 pasal 19 ayat (1) huruf

a yang dimaksud dengan akad wadi’ah adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang

mempunyai barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga

keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang atau uang (Undang-Undang RI No. 21 Tahun

2008 Tentang Perbankan Syari’ah, 2008:187)

Ulama fiqh sependapat bahwa al-wadi’ah adalah sebagai salah satu akad dalam rangka

saling membantu antara sesama manusia. (Nasrun Haroen 2007:245). Sedangkan firman Allah:

يأمسكم أن لأماواتتإدوا ئلى أهلها وئذا حكمتم بيه الىاس ئن الل

كان سميعا بصيسا. ا يعظكم به ئن الل وعم أن تحكمىا بالعدل ئن الل

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,

dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan

dengan adil. Sesungguhnya Allah memeberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. (QS.

An-Nisa: 58)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

... فان أمه بعضكم بعضا فليإد الري اؤتمه أماوته وليتق الل

زبه…

...jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercaya itu

menunaikan amanatnya (hutangnya), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya...(QS.

Al-Baqarah: 283).

Berdasarkan definisi Undang-undang, para ahli dan keterangan dari Al-Qur’an serta Al-

Hadits, maka dapat diambil kesimpulan bahwa wadi’ah adalah akad yang dilakukan seseorang

yang memeberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya atau barangnya dengan

secara terang-terangan atau dengan isyarat yang semakna dengan itu sehingga kondisi barang

atau harta terjaga dan aman dari bentuk apapun.

Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadi’ah,

yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak

pemiliknya (Adiwarman Karim, 2008: 297)

Pada aplikasi ini di perbankan syari’ah, akad wadi’ah yang digunakan adalah akad

wadi’ah yadh dhamanah, karena bank tidak mungkin meng-idle-kan asset tersebut tetapi

memepergunakannya dalam aktivitas perekonomian tertentu. Sebagai konsekuensi dari akad

wadi’ah yadh dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan dari titipan tersebut menjadi milik

bank (demikian juga ia adalah penanggung seluruh kemungkinan kerugian). Sebagai imbalan

nasabah/si penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

Sungguhpun demikian bank sebagai penerima titipan, sekaligus juga pihak yang telah

memanfaatkan dana tersebut, tidak dilarang untuk memberikan semacam insentif berupa bonus

dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal

atau presentase secara advance, tetapi betul-betul merupakan kebijaksanaan dari manajemen

bank. (Syafi’i Antonio, 2001: 87)

Adiwarman Karim (2008: 298) menyatakan bahwa, implikasi hukum wadi’ah sama

dengan qardh, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan keuntungan harta

tersebut. Namun demikian bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta titipan

selama tidak disyaratkan di muka. Dengan kata lain, pemberian bonus merupakan kebijakan

Bank Syari’ah semata yang bersifat sukarela.

Sebagai salah satu akad yang bertujuan untuk tolong-menolong antara manusia maka

wadi’ah dibolehkan. Adapun fatwa yang mengatur tabungan wadi’ah yaitu fatwa DSN-MUI NO.

02/DSN/MUI/IV/2000, yang ketentuannya sebagai berikut:

1. Bersifat simpanan;

2. Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan;

3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian (‘’athaya) yang

bersifat sukarela dari pihak bank.

Serta Peraturan Bank Indonesia No. 07/46/PBI/2005 pasal 3, yaitu:

(f) Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai pemilik dana

titipan;

(g) Dana titipan disetor penuh kepada bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal;

(h) Dana titipan dapat diambil setiap saat;

(i) Tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah;

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

(j) Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah.

Mengenai produk penghimpunan dana di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’some, BPR

Syari’ah PNM Al-Ma’some dalam produk tabungan ma’soem iB dengan akad wadi’ah yad

dhmanah menjanjikan pemberian imbalan/bonus kepada nasabah, dimana seperti yang tertera

pada brosur jika saldo Rp. 10.000.000,00 bonus perbulan dipastikan kisaran Rp. 50.100,00.

F. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini lazim juga disebut prosedur penelitian, dan ada pula yang

menggunakan istilah metodologi penelitian. Langkah-langkah penelitian ini, secara garis besar

mencakup: penentuan metode penelitian, penentuan jenis data yang akan dikumpulkan

penentuan sumber data yang akan digali, cara pengumpulan data yang akan digunakan, dan cara

pengolahan dan analisis data yang akan ditempuh. Langkah-langkah ini tergantung pada masalah

dan tujuan peneitian yang akan ditentukan sebelumnya (Cik Hasan Bisri, 2008:53).

Untuk mempermudah penelitian dalam pemproleh data-data penelitian tersebut, langkah

yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yakni suatu metode

dengan cara menggambarkan dan menjelaskan mengenai pelaksanaan tabungan Ma’soem iB

di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem.

2. Lokasi Penelitian

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

Penelitian ini akan dilakukan di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem Jln. Rancaekek No. 1

bandung, pertimbangan atas pemilihan lokasi tersebut didasarkan karena BPR Syari’ah

PNM Al-Ma’soem merupakan pelopor bank konvensional yang membuka Unit Usaha

Syari’ah yang mengeluarkan produk pendanaan dengan menggunakan akad wadi’ah yadh

dhamanah, dan BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem ini juga sudah memiliki banyak nasabah

yang tersebar di kota bandung diantaranya Kantor Kas Cipacing Jatinangor, Kantor Cabang

Majalaya, Kantor Cabang Jatiwangi, Kantor Cabang Kopo, kantor Cabang Arcamanik dan

Kantor kas Ciwidey.

3. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian merupakan jawaban atas pertanyaan

penelitian yang diajukan terhadap masalah yang dirumuskan dan pada tujuan penelitian yang

telah ditetapkan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang

dihubungkan dengan masalah yang dibahas, sebagai data pokok yang akan dikumpulkan

dalam masalah penelitian ini adalah mengenai aplikasi pemberian bonus pada tabungan

ma’soem iB dengan akad wadi’ah yad dhamanah di BPR Syari’ah PNM Al-Ma’soem.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber data primer, yaitu data yang didapat dari sumbernya secara langsung kepada

pihak yang bersangkutan, dalam hal ini data yang dijadikan data primer adalah data yang

langsung dikumpulkan oleh penulis dari sumber-sumbernya yaitu dari pihak-pihak bank

BPRS PNM Al-Ma’soem Rancaekek Bandung. Baik itu data yang berbentuk file dan

selebaran ataupun yang diperoleh secara lisan dan tulisan yang diperoleh dari wawancara.

Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur artinya wawancara yang

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

pewancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan. Dengan metode ini penelitian bertujuan mencari jawaban terhadap hipotesis

kerja. Dengan itu pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapi dan ketat.

b. Sumber data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari berbagai referensi seperti

buku-buku dan informasi atau data-data dari bank seperti brosur-brosur dan modul-

modul.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah dengan dua

cara:

a. Studi Literatur/ Riset perpustakaan (Library Research), yaitu suatu cara untuk

memperoleh atau mencari teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang ada. Dalam

hal ini buku-buku Hukum Islam (fiqih) yang berkaitan dengan mua’malah, buku

perbankan Syari’ah, Undang-undang Perbankan Syariah, Fatwa DSN-MUI, serta buku-

buku lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Riset Lapangan (Field Research), yaitu cara untuk mengumpulkan data yang diperlukan,

khususnya data lapangan. Dalam teknik pengumpulan data ini, maka penulis mencari

data lapangan dengan cara:

1) Wawancara

Adapun metode yang paling tepat untuk memperoleh data adalah dengan deep

interview/ wawancara sebagai metode tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih

saling berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat dengan matanya sendiri yang lain

juga dapat mendengarkan suar a dengan telinganya sendiri. Ini merupakan pengumpulan

informasi yang langsung mengenai beberapa jenis data. Dalam pelaksanaannya penulis

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahdigilib.uinsgd.ac.id/18323/4/4_bab1.pdf · 2019. 1. 25. · titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan

mengadakan wawancara dengan ibu Dewi yulianti selaku SDM Di BPR Syariah PNM

AL-Ma’soem dari tanggal 26 April 2013 s/d 3Mei 2013 yang bertempat di Jl. Rancaekek

No.1 Bandung.

2) Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi biasanya diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki bank secara

langsung maupun tdak langsung dilokasi penelitian yaitu dikantor BPR Syariah PNM

AL-Ma’soem Rancaekek Bandung.

6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu secara kualitatif, dengan maksud

yang didapat dari lapangan akan dilakukan secara seleksi data yang telah dikumpulkan

kemudian diklasifikasikan berdasarkan kategori tertentu. Maka penulis melakukan analisis

data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data dari berbagai sumber data, baik sumber data primer maupun

sumber data sekunder kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara

mengklasifikasikan data tersebut sebagai kriteria pokok bahasan dengan mengacu

kepada rumusan masalah.

b. Menganalisis melalui pendekatan teori dan prinsip-prinsip Wadi’ah yadh dhamanah

yang tercantum dalam kerangka pemikiran dengan memperhatikan rumusan masalah

dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian.

c. Menafsirkan dan menarik kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.