bab i pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsby.ac.id/18727/11/bab 1.pdfdan dilaksanakan...
TRANSCRIPT
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk menumbuhkembangkan
potensi- potensi jasmani dan rohani agar dapat berfungsi dan mampu untuk
melaksanakan fungsi- fungsi hidup secara budaya. Kepribadian utama atau
manusia Indonesia yang berkualitas adalah tujuan pendidikan yang ideal
sifatnya, ini berarti memerlukan suatu proses yang panjang, yaitu seumur hidup
dan dilaksanakan secara terpadu didalam lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.1
Menurut Zakiah Darajat dalam bukunya yang berjudul “Ilmu
Pendidikan Islam”, tujuan pendidikan Islam terdiri dari beberapa tujuan yang
meliputi: tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan operasional.
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi
aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan
dan pandangan.2 Apabila penyelenggaraan pendidikan Islam mampu mencapai
tujuan umum ini, maka terwujudlah bentuk insan kamil dengan pola takwa.
Tujuan akhir dari pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah SWT
yang artinya:
1 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: Pustaka Belajar, 2003), 170 2Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 35
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah
dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali
dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)” (Q.S. Ali Imran: 102).3
Dalam era globalisasi ini segala aspek kehidupan mengalami kemajuan.
Hal ini ditandai dengan terbukanya perdagangan bebas serta kerja sama
regional yang memerlukan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas.
Manusia yang berkualitas adalah manusia yang mampu bersaing dengan baik.
Kemampuan berkompetisi dapat terwujud jika manusia mengenyam
pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan
yang mampu mengembangkan sikap inovatif dan kreatif pada peserta didik.4
Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pada bab II tentang dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional
pasal 3 disebutkan bahwa:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung
jawab”.5
Pembangunan nasional merupakan upaya berkesinambungan yang
meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk
3Depag RI, Al Qur’an dan terjemahnya (Semarang: Asy Syifa’, 1999) 4 Suwito Fauzan, Sejarah social Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media, 2005) , 41 5Undang- undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Fermana, 2006)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional seperti apa yang termaktub
dalam pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial6. Jadi
pada hakekatnya, pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berarti
pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sebagai agen
pembangunan. Pembangunan SDM berkualitas yang berbudi luhur hanya dapat
dicapai melalui pembangunan pendidikan, yang merupakan tugas dan tanggung
jawab pemerintah dan semua warga negara, sebagaimana diamanatkan dalam
UUD 45 dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
XV:
Pasal 54 ayat 1, menyatakan bahwa:
“Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi, pengusaha, dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
pelayanan pendidikan”.7
Sedangkan Ayat 2, menyatakan bahwa “Masyarakat dapat berperan serta
sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan”. Pasal 55 ayat 1,
berbunyi “Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis
masyarakat pada pendidikan formal dan non-formal sesuai dengan kekhasan
6 Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam pendidikan: Konsep, strategi dan aplikasi
(Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002) , 32 7Undang- undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Fermana, 2006)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat”.8
Ketidaktepatan pola pendidikan tersebut telah menghasilkan antara lain:
Manusia Indonesia yang “split personality,” kolusi, korupsi, dan nepotisme
merajalela, terjadi dekadensi moral, disintegrasi, wawasan kebangsaan yang
sempit, dan kadang disertai tawuran bahkan pembunuhan antar anak bangsa.
Kurangnya kemandirian, tingginya ketergantungan terhadap pihak lain
(industri atau pihak asing) telah menumbuhkan konsumerisme masyarakat
yang akhirnya meruntuhkan persendian ekonomi masyarakat. Penguasaan
IPTEK dari sebagian besar angkatan kerja kita di bawah standar, sehingga
negara dikenal sebagai penghasil devisa dari TKW (Tenaga Kerja Wanita)
dengan kualifikasi pembantu rumah tangga, sementara sebagian kecil warga
yang berhasil “lulus dari perguruan tinggi” kurang produktif, hanya sebagai
pencari kerja, bahkan menjadi penganggur intelektual.
Kesadaran Pemerintah dan para pakar serta praktisi pendidikan akan
kelemahan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia, diantisipasi
dengan keluarnya Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan
Nasional. Undang-undang Sisdiknas 2003 tersebut mereorientasi pendidikan
kearah pembentukan pribadi yang integral yang dirumuskan dalam kompetensi.
Departemen Pendidikan Nasional juga telah mempromosikan pendidikan
kecakapan hidup (life skill education) yang meliputi kecakapan hidup yang
bersifat umum (generic life skill) dan kecakapan hidup yang bersifat spesifik
(specific life skill) yang terdiri dari kompetensi akademik (academic 8 Undang- Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan pelaksanaannya (Jakarta:
Sinar Grafika, 1993), 20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
competence) dan atau kompetensi kejuruan (vocational competence). Disadari
bahwa seseorang tidak akan memiliki kompetensi akademik dan kompetensi
kejuruan tanpa memiliki kecakapan hidup generik.9 Dengan kata lain generic
competence yang merupakan prasyarat bagi penguasaan kompetensi akademik
atau kejuruan.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Nomor 2627 Tahun 2013 tentang Penetapan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama, maka pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Pertama dilaksanakan
dengan program pembelajaran yang berangkat dari satu tema/topik tertentu dan
kemudian dielaborasikan dari berbagai aspek mata pelajaran PAI yang biasa
diajarkan di Sekolah Menengah Pertama melalui pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengembangkan strategi aktif dan efisien dengan melibatkan siswa secara
langsung belajar mengalami (kontekstual) dalam suasana kelas yang
menyenangkan, dinamis, logis, dan demokratis.10 Oleh karena itu
Pendidikan Agama Islam benar-benar diminati dan benar-benar tertanam dalam
diri siswa. Maka cara belajar PAI juga harus menyenangkan, karena dalam
tematik kegiatan belajar mengajar dirancang khusus untuk memudahkan
siswa dalam memahami pelajaran. Pembelajaran tematik PAI merupakan
suatu pembelajaran yang menyatupadukan serangkaian pengalaman belajar,
9Zuhairini, ddk, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Solo: Ramadhani, 1993), 34. 10 Asep Herry Hermawan dan Novi Resmini, Modul Pembelajaran Tematik, (Kementerian
Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009), 2-3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
sehingga terjadi saling berhubungan antara satu dengan lain dan berpusat pada
sebuah pokok persoalan. Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat
dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata
pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada
peserta didik.
Pembelajaran tematik secara efektif akan membantu menciptakan
kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk melihat dan membangun
konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, pembelajaran akan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang
kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh.
Dengan pembelajaran tematik ini siswa diharapkan memiliki kemampuan
untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan informasi
yang ada di sekitarnya secara bermakna. Dengan demikian, keterpaduan dalam
pembelajaran tematik ini dapat dilihat dari aspek proses, aspek kurikulum, dan
aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik diyakini sebagai pendekatan
yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
anak. Implementasi pembelajaran tematik khususnya di Sekolah Menengah
Pertama diharapkan memberikan proses dan hasil pembelajaran
semakin berkualitas.11
Pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Menegah Pertama pada
saat ini merupakan tema yang menarik untuk dicermati. Hal ini tidak lepas
dari gerakan peningkatan mutu pendidikan yang dicanangkan oleh
11 Ibid.h, 4.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
Mendiknas dan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tugas guru sebagai
pelaksana pembelajaran adalah memilih, menyusun dan menyajikan materi
pelajaran secara baik dan terarah, serta harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan, kemampuan dan karakteristik peserta didik.12 Sebelum
menyampaikan materi pelajaran tersebut secara sempurna, para pendidik harus
mempelajarinya terlebih dahulu dengan sungguh-sungguh sehingga dapat
menguasainya secara sempurna. Tugas guru bukan hanya mengajarkan materi
pengetahuan, tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan nilai-nilai
yang baik kepada peserta didiknya.13
Terlepas dari hal itu, guru juga memiliki berbagai problematika atau
masalah. Ada beberapa macam problematika atau permasalahan yang
dihadapi oleh para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik
dalam hal membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Demikian pula
guru dapat dikatakan mendapat titik sentral dalam dunia pendidikan, baik
formal maupun pendidikan non formal.14 Maka dari itu, untuk mengatasi
problematika dibutuhkan seorang guru yang memiliki kompetensi-
kompetensi yang dituntut agar guru mampu untuk melaksanakan tugasnya
dengan sebaik-baiknya. Adapun salah satu ciri guru yang dinilai kompeten
secara profesional apabila guru tersebut mampu mengembangkan tanggung
12 Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran
Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2012), Cet. Ke-1, 8. 13 Munir Abdul, dkk, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Depag RI,
2005), 3 14 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2004), 19.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
jawabnya dengan sebaik-baiknya. Maksudnya, guru selaku pendidik
bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma- norma kepada
generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai, bahkan melalui proses
pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Dalam konteks ini pendidik
berfungsi mencipta, memodifikasi, dan mengkonstruksi nilai-nilai baru. Agar
dapat menyampaikan pelajaran kepada siswa guru juga harus memiliki
keterampilan selaku pendidik. Jika dilihat dari penugasan seorang guru dapat
ditugasi sebagai guru kelas. Maka dari itu seorang guru khususnya
Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus menguasai secara mendalam dalam
materi yang akan disampaikan kepada pesera didik.15
Beberapa Sekolah Menengah Pertama di lingkungan Dinas Pendidikan
kota surabaya sudah menerapkan Pendidikan Agama Islam menggunakan
pendekatan Tematik, diantaranya adalah Sekolah Menengah Pertama Al- Islah
dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia Mandiri yang berada di
lingkungan Dinas Pendidikan Kota Sidoarjo. Penerapan Pembelajaran Tematik
yang di laksanakan di kedua lembaga tersebut adalah Penerapan Pembelajaran
Tematik dengan Model Sequenced (Pengurutan). Menurut Fogarty dalam
bukunya Howto Integrate the Curricula, ada10 macam model pembelajaran
terpadu, seperti: fragmented (penggalan), connected (keterhubungan), nested
(sarang), sequenced (pengurutan), shared (irisan), webbed (jarringlaba-laba),
threaded (bergalur), integrated (terpadu), immersed (terbenam), dan networked
15 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Bandung: Bumi
Aksara, 2002), 42.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
(jaringan kerja).16 Dari ke 10 model Pembelajaran terpadu tersebut yang dipilih
oleh Lembaga Pendidikan Al- Islah Surabaya dan Lembaga Pendidikan Insan
Cendekia Mandiri Sidoarjo adalah model Sequenced (Pengurutan) karena
model ini dianggap sangat tepat untuk di terapkan di kedua lembaga tersebut.
Model Sequenced adalah model pembelajaran yang topik atau unit yang
disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu
dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan
diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara
paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang diajarkan, tiap kegiatan
akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.
Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topik, guru memiliki
keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi
oleh apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Kelemahan model ini adalah
perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan
materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang satu dengan konsep yang
lainnya. Berdasarkan hasil dari observasi awal pada Sekolah Menengah
Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia
Mandiri Sidoarjo, ditemukan bahwa masih terdapat permasalahan dalam
penerapan pembelajaran tematik PAI yang disebabkan kendala dari kesiapan
guru, perangkat pembelajaran, metodologi, sumber belajar dan lingkungan
belajar.
16 Rusman, Model‐Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), 48
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Studi Komparasi Penerapan Pendidikan Agama
Islam menggunakan Pendekatan Tematik (Studi Kasus di SMP Al- Islah Surabaya dan
SMP Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo).
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka permasalahan
penelitian teridentifikasi sebagai berikut :
1. Kesiapan guru yang masih belum optimal dalam pelaksanaan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan tematik.
2. Kreativitas guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan
kurikulum menjadi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang masih rendah.
3. Kurangnya sarana dan prasarana penunjang dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan tematik.
4. Kebijakan Kepala Sekolah yang belum memihak terhadap
pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
Pendekatan Tematik.
5. Kondisi lingkungan sekolah yang kurang menunjang terhadap
pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
Pendekatan Tematik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
6. Masih ada beberapa guru yang belum mampu menguasai teknologi
Information Communication and Technology (ICT) dalam proses
pembelajaran.
7. Kondisi peserta didik yang kurang menunjang dalam pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Tematik,
karena peserta didik berasal dari berbagai latar belakang status sosial
dan strata ekonomi yang berbeda.
8. Kondisi orang tua siswa yang kurang mendukung terhadap
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
pendekatan Tematik.
9. Kebijakan Yayasan yang belum memihak terhadap pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Tematik.
10. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang kurang
matang.
11. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang kurang
maksimal.
12. Penilaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang masih kurang
sesuai dengan harapan.
13. Masih ada beberapa hal-hal yang menghambat Pelaksanaan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Tematik.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini
memfokuskan pada permasalahan yang berkenaan dengan Penerapan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka untuk memberikan
kajian secara mendalam dan fokus diperlukan adanya batasan masalah. Oleh
karena itu dalam penelitian ini masalah dibatasi sebagai berikut:
1. Perbandingan Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama Al-
Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia Mandiri
Sidoarjo.
2. Perbandingan Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama Al-
Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia Mandiri
Sidoarjo.
3. Perbandingan Penilaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama Al-
Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia Mandiri
Sidoarjo.
4. Hal-hal yang mendukung dan menghambat Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah
Menengah Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama
Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
C. Rumusan masalah
Dalam penelitian ini, untuk menemukan jawaban yang komprehensif
terhadap penggalian data, perlu dipaparkan beberapa pertanyaan sebagai upaya
menyederhanakan dan memfokuskan terhadap persoalan yang akan di teliti
sebagai berikut ini :
1. Bagaimana Perbandingan Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama
Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia
Mandiri Sidoarjo?
2. Bagaimana Perbandingan Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama
Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia
Mandiri Sidoarjo?
3. Bagaimana Perbandingan Penilaian Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama
Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia
Mandiri Sidoarjo?
4. Apa yang mendukung dan menghambat Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah
Menengah Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama
Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan paparan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini
bertujuan antara lain :
1. Untuk mengetahui Perbandingan Perencanaan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah
Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan
Cendekia Mandiri Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui Perbandingan Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah
Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan
Cendekia Mandiri Sidoarjo.
3. Untuk mengetahui Perbandingan Penilaian Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah
Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan
Cendekia Mandiri Sidoarjo.
4. Untuk mengetahui hal-hal yang mendukung dan menghambat Pelaksanaan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik
di Sekolah Menengah Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah
Pertama Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan tentang Studi
Komparasi Penerapan Pendidikan Agama Islam menggunakan Pendekatan
Tematik (Studi Kasus di SMP Al- Islah Surabaya dan SMP Insan Cendekia
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
Mandiri Sidoarjo) terbagi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Uraian ringkas tentang kedua manfaat penelitian ini adalah:
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu Pendidikan
Agama Islam di sekolah.
b. Manfaat praktis
1). Dinas Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas
Pendidikan Kota Surabaya dan Dinas Pendidikan Kota Sidoarjo untuk
menyusun strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
menggunakan Pendekatan tematik dalam upaya meningkatkan prestasi
siswa khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Pertama menuju
tercapainya sekolah berstandar nasional.
2). Pengawas Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pengawas
Sekolah pada Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan Dinas Pendidikan
Kota Sidoarjo untuk menyusun strategi Pembelajaran pendidikan
Agama Islam menggunakan Pendekatan tematik dalam upaya
meningkatkan prestasi siwa khususnya tingkat Sekolah Menengah
Pertama menuju tercapainya sekolah berstandar nasional.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
3). Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Kepala
Sekolah dalam menyusun strategi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam menggunakan Pendekatan Tematik dalam upaya meningkatkan
prestasi siswa khususnya tingkat Sekolah Menengah Pertama.
4). Guru Pendidikan Agama Islam
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Guru
Pendidikan Agama Islam dalam menyusun strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam menggunakan Pendekatan Tematik dalam
upaya meningkatkan prestasi siswa khususnya tingkat Sekolah
Menengah Pertama.
F. Kerangka Teoritik
Adanya penegasan judul dalam penelitian ini sangatlah penting untuk
dicantumkan, demi menghindari perbedaan pengertian dan ketidak jelasan
dalam pemahaman makna yang mungkin terjadi, disamping itu agar tidak
terjadi kesalah pahaman dalam memahami dan menginterpretasikan maksud
sesuai dengan harapan penulis.
A. Pengertian Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang
dalam bahasa Yunani disebut instructus atau ”instruere” yang berarti
menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah
menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
pembelajaran. Kata pembelajaran juga mengandung arti proses membuat
orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan.17 Pada
hakikatnya pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik.
Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas
mengajar dan belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang
guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi
harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar.18
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas mengenai pembelajaran,
maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian
proses kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus yang didalamnya
terdapat usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan
perubahan dari segi pengetahuan, keterampilan, sikap, serta tingkahlaku
peserta didik kearah kedewasaan pada diri anak didik setelah berakhirnya
pembelajaran.19
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang melibatkan
beberapa pelajaran (bahkan lintas rumpun mata pelajaran) yang diikat
dalam tema-tema tertentu. Pembelajaran ini melibatkan beberapa
kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator dari suatu mata pelajaran, atau
17 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), 265. 18 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM, (Banjarmasin: Pustaka
Banua, 2013), Cet.Ke-1, 14. 19Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remajarosdakarya, 1998), 46.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
bahkan beberapa mata pelajaran.20 Lebih lanjut, perlu dipahami bahwa
pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menekankan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Siswa aktif terlibat dalam proses
pembelajaran dan pemberdayaan dalam memecahkan masalah, sehingga hal
ini menumbuhkan kreativitas sesuai dengan potensi dan kecenderungan
mereka yang berbeda satu dengan lainnya. Sekaligus, dengan diterapkannya
pembelajaran tematik, siswa diharapkan dapat belajar dan bermain dengan
kreativitas yang tinggi. Sebab, dalam pembelajaran tematik, belajar tidak
semata-mata mendorong siswa untuk mengetahui (learning to know), tetapi
belajar juga untuk melakukan (learning to do), untuk menjadi (learning
tobe), dan untuk hidup bersama (learning to live together).21\
Pembelajaran tematik Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa
mata pelajaran (Alquran Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, dan SKI) sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.22
B. Karakteristik Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama Islam
Adapun karakteristik pembelajaran tematik Pendidikan Agama Islam
adalah sebagaiberikut:(a) Berpusat pada siswa, (b) Memberikan pengalaman
langsung pada siswa, (c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (d)
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (e) Bersifat fleksibel, (f) 20 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik (Jogjakarta: Diva Pres, 2013), 121 21 Mamat S. B. dkk, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Dirjen
Kelembagaan Agama Islam, Depag RI, 2007), 4-5. 22 Departemen Agama RI, Pedoman Penyusunan Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (g)
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.23 Jadi
dalam menerapkan model pembelajaran tematik terpadu ini, kita harus
melakukan dengan cara yang bersahabat, menyenangkan, dan bermakna
bagi siswa. Sedangkan dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan
keterampilan, anak tidak harus di‐drill, tetapi ia belajar melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami.
Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu, dan
pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.
C. Macam- macam Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama Islam.
Menurut Fogarty dalam bukunya Howto Integrate the Curricula,
ada10 macam model pembelajaran terpadu, seperti: fragmented (penggalan),
connected (keterhubungan), nested (sarang), sequenced (pengurutan),
shared (irisan), webbed (jarring laba-laba), threaded (bergalur),
integrated (terpadu), immersed (terbenam), dan networked (jaringan
kerja).24Model-model tersebut dapat diuraikan secara ringkas sebagai
berikut:
1) Fragmented (Penggalan)
Model Fragmented adalah model pembelajaran konvensional yang
terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa
23Nurdin Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Quantum
Teaching, 2005), 48. 24 Rusman, Model‐Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), 48
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran
dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang
berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran
memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk
mempersatukannya.25 Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan
pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.
Kelemahan model ini adalah siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-
konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu
dengan yang lainnya. Keunggulan model ini adalah guru dapat
menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan
mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam
setiap pengajaran.
2) Connected (Keterhubungan)
Model Connected adalah model pembelajaran terpadu yang secara
sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep
yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan
keterampilan yag lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas
yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada
satu semester berikutnya dalam satu bidang studi.26 Keunggulan model
ini adalah siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas
25 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), 265. 26 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM, (Banjarmasin: Pustaka
Banua, 2013), Cet.Ke-1, 24.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk
melakukan pendalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi
gagasan secara bertahap. Kelemahan model ini adalah guru bidang studi
mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait
karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena
terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi
terabaikan.
3) Nested (Sarang)
Model Nested adalah model pembelajaran terpadu yang target
utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan
berfikir dan keterampilan mengorganisasi.27 Artinya memadukan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses,
sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan
beberapa aspek pada satu mata pelajaran saja. Tetapi materi pelajaran
masih ditempatkan pada prioritas utama yang kemudian dilengkapi
dengan aspek keterampilan lain. Model ini dapat digunakan bila guru
mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga
aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan.
Dengan menggabungkan atau merangkaikan
kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan
lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas
27Kunandar, Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. ( Jakarta:
Rajawali Pers, 2007), 53
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
yang telah terstruktur.28 Keunggulan model ini adalah kemampuan
siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga
aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata
pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk
kehidupan siswa mendatang.29 Kelemahan model ini adalah dalam hal
perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka
penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat
mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran
adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser pada
keterampilan.
4) Sequenced (Pengurutan)
Model Sequenced adalah model pembelajaran yang topik atau unit
yang disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya
satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang
berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat
diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang
diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap
subyek saling mendukung. Keunggulan model ini adalah dalam
penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan
sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah
tercantum dalam kurikulum. Kelemahan model ini adalah perlu adanya
28Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 33. 29Ujang Sukandi, dkk, Belajar Aktif dan Terpadu (Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2003), 50.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi,
sehingga ada kesesuaian antara konsep yang satu dengan konsep yang
lainnya.
5) Shared (Irisan)
Model shared adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan
gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling
melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan
satu fokus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara
konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema.30 Model ini berbeda
dengan model sarang, dimana tema memayungi dua mata pelajaran,
aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh.
Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya memayungi satu
pelajaran saja. Keunggulan model ini adalah dalam hal mentransfer
konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya.
Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari
dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.31 Kelemahan model ini
adalah untuk menyusun rencana model pembelajaran ini diperlukan
kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu
ekstra untuk mendiskusikannya.
30Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Prestasi, 2007), 38. 31Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 49
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
6) Webbed (Jaring Laba-laba)
Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang
menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya
dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati,
maka dikembangkan menjadi sub tema dengan memperlihatkan
keterkaitan dengan bidang studi lain. Setelah itu dikembangkan berbagai
aktivitas pembelajaran yang mendukung.32 Keunggulan model ini adalah
faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang
didasarkan pada minat siswa. Kelemahan model ini adalah
kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang
bermanfaat bagi siswa. Selain itu seringkali guru terfokus pada kegiatan
sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan. Perlu ada
keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.33
7) Threaded (Bergalur)
Model Threaded adalah model pembelajaran yang memfokuskan
pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan
inti subyek materi. Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir
(problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari bagian materi yang
merupakan bagian dari problem solving. Keterampilan yang digunakan
dalam model ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa
32 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan
Anak Usia Awal SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 148-154 33 Rusman, Model- Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010), 58
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
sehingga tidak tumpang tindih. Keunggulan model ini adalah konsep
berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku
metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana
seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju
perkembangan era globalisasi. Kelemahan model ini adalah hubungan isi
antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan secara eksplisit sehingga
siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran
satu dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan
strategi yang digunakan siswa agar dapat mengembangkan dirinya.
8) Integrated (Keterpaduan)
Konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam
satu tema untuk memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu paket
pembelajaran bertema. Keunggulan model ini adalah siswa merasa
senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar
berbagai disiplin ilmu, memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika
dapat diterapkan dengan baik maka dapat dijadikan model pembelajaran
yang ideal di lingkungan sekolah “integrated day”.34 Kelemahan model
ini adalah sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu
dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang
terkait. Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk
34 Rusman, Model- Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010), 42
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.35
9) Immersed (Terbenam)
Model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa
yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia,
Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran
tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa
SD, SMP, maupun SMA dalam bentuk proyek di akhir semester.36
Keunggulan model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata
pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan
belajar dari siswa lainnya. Kelemahan model ini adalah siswa yang tidak
senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini,
sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu
untuk mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh
siswa yang tersusun secara baik dan terencana sebelumnya.37
10) Networked (Jaringan Kerja)
Model networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama
antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau
lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang
diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari 35 Mohammad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional (Bandung: Imperial Bhakti
Utama, 2009), 46 36 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran ; prinsip, Teknik, Prosedur (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012), 51 37 A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas (Bandung: Mizan, 1999), 38
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
berbagai sumber.38 Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran
radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli
olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa
termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Keunggulan model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan
pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit
sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama
proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Kelemahan model ini
adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman
materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat
hambatan dalam mencari sumber.39
D. Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu.
Menurut Sukayati Pembelajaran Tematik Terpadu dikembangkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dengan tujuan
siswa dapat:40
1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih
bermakna.
2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan
38 Dwi Ayuningsih, Psikologi Perkembangan Anak (Yogyakarta: Pustaka Larasati, Tanpa Tahun),
33 39 Zainudin Arif dan W.P. Napitupulu, Pedoman Baru Menyusun Bahan Ajar (Jakarta:
Grasindo, 1997), 47 40 Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu,
Disampaikan dalam diklat Instruktur/ Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6-
19 Agustus 2004 di PPPG Matematika, 2004.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
memanfaatkan informasi
3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai‐nilai
luhur yang diperlukan dalam kehidupan.
4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama,
toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.
5. Meningkatkan gairah dalam belajar
Tematik terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa secara individual ataupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna dan autentik. Secara kualitatif terdapat perbedaan antara model
pembelajaran tematik terpadu bila dibandingkan dengan model
pembelajaran lainnya, yaitu dalam hal sifatnya yang akan memandu siswa
agar dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of
thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan
ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan
dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.41
Menurut Departemen Agama berdasarkan buku Panduan
Penyusunan Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama Islam yang
diterbitkan tahun 2009 adalah: 42
1. Agar siswa mudah memutuskan perhatian pada satu tema tertentu, karena
41Andri Hakim, Hypnosis in Teaching; Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar (Jakarta:
Trans media Pustaka, 2010), 55 42Tim Penyusun Direktorat Pendidikan Agama Islam, Panduan Penyusunan Pembelajaran
Tematik Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (Jakarta: Depag RI, 2009), 3
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
2. Agar siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antara aspek dalam tema sama.
3. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam.
4. Agar kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik, karena
mengaitkan berbagai aspek atau topik dengan pengalaman pribadi dalam
situasi nyata, yang diikat dalam tema tertentu.
5. Agar guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang
disajikan secara sistematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan
dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk
pendalaman.
G. Penelitian Terdahulu
Sebagai langkah awal agar tidak disebut sebagai plagiator, maka perlu
memaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu. Ada beberapa hasil penelitian
yang memiliki relevansi dengan apa yang akan dibahas dalam tulisan
ini,secara sederhana akan diidentifikasi sebagai berikut :
1. Penelitian Alfiyah43 dengan judul Tesis “Implementasi Kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya
dalam menciptakan Output yang santun, unggul dan kompetitif”, Penelitian
ini menjelaskan tentang pendidikan merupakan kontribusi yang sangat besar
43 Alfiyah, “Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas
Khadijah Surabaya dalam menciptakan Output yang santun,unggul dan kompetitif” (Tesis-UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2010)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
terhadap kemajuan suatu bangsa, muatan pendidikan perlu direnovasi
sesuai dengan kemajuan zaman globalisasi, banyak cara untuk
meningkatkan kualitas mutu pendidikan, diantaranya kegiatan di sekolah,
penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pelaksanaan atau penerapan
kurikulum Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan oleh guru dan siswa
melalui kegiatan sekolah, penelitian ini menggunakan metode kualitatif
yang memperoleh sumber dari informasi yang sesuai pada bidangnya.
2. Penelitian Miftahul Huda44 dengan judul Disertasi “Model Interaksi
Pendidikan Anak dalam Al- Qur’an”, penelitian ini adalah Library
Research, menggunakan metode tafsir dengan pendekatan maudu’i (tematis
permasalahan) dan tahlili ( analitik) sehingga menghasilkan: 1). Pendidikan
anak dalam al- Qur’an bertujuan untuk pemberdayaan spiritual anak didik
melalui pendidikan akidah dan syari’ah, serta pemberdayaan moralitas
personal dan sosial melalui pendidikan akhlak. 2). Pendidikan anak
memiliki karakter dasar bijak, sabar, demokratis, memahami kejiwaan anak
dan intuitif. 3). Model interaksi terdiri dari tiga model yaitu : assosiatif,
disassosiatif dan disassosiatif-assosiatif (gabungan antara keduanya). Model
assosiatif paling efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan karena terjadi
sinergi antara pendidik dan anak didik.
44 Miftahul Huda, “Model interaksi pendidikan anak dalam Al- Qur’an” (Disertasi-UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2007)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
3. Asmaun Sahlan45 dengan judul disertasi “Pengembangan Pendidikan Agama
Islam dalam mewujudkan Budaya Religius sekolah (Studi multi kasus di
SMAN 1, SMAN 3 dan SMA Salahuddin Malang)”, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengembangan PAI tidak cukup hanya dengan
mengembangkan pembelajaran di kelas dalam bentuk peningkatan kualitas
dan penambahan jam pembelajaran, tetapi bagaimana mengembangkan PAI
melalui budaya sekolah. Hal ini merupakan langkah strategis yang dapat
dilakukan sekolah dengan jalan meningkatkan peran kepemimpinan sekolah
dan kesadaran warga dan komunitas sekolah untuk pewujudan budaya
religious di sekolah. Proses pewujudan budaya religious dilakukan dengan
dua strategi, yaitu: (a) instructive sequential strategy dan (b) constructive
sequentialstrategy. Pada strategi pertama, upaya pewujudan budaya
religious menekankan pada aspek struktural yang bersifat instruktif,
sementara strategi kedua, upaya pewujudan budaya religious sekolah lebih
menekankan pada pentingnya membangun kesadaran diri (self awareness),
sehingga diharapkan akan tercipta sikap, perilaku dan kebiasaan religius
yang pada akhirnya akan membentuk budaya religius sekolah.
4. Penelitian Mihmidaty Ya’cub,46 Mahasiswi Pascasarjana konsentrasi
Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun
45Asmaun Sahlan, “ Pengembangan Pendidikan Agama Islam dalam mewujudkan Budaya
Religius Sekolah (Studi multi kasus di SMAN 1, SMAN 3 dan SMA Salahuddin Malang)”
(Disertasi-UIN Sunan Ampel Surabaya, 2009). 46Mihmidaty Ya’cub, “Efektivitas Penerapan Contextual Teaching and Learning dalam
mempersiapkan santri menguasai Ilmu Agama dan Umum di Pondok Pesantren Hidayatullah
Surabaya, (Tesis- UIN Sunan Ampel Surabaya, 2003).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
2003 yang berjudul Efektivitas Penerapan contextual Teaching and
Learning dalam m,empersiapkan santri menguasai Ilmu Agama dan Umum
di Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Penelitian ini menitik
beratkan pada penerapan model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning dalam pembelajaran ilmu- ilmu agama dengan penerapan tujuh
komponen Contextual Teaching and Learning, yaitu Konstruktivisme,
menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment).
5. Luluk Azizah47 dengan judul Tesis “Implementasi sistem dan strategi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Sidoarjo”,
penelitian ini menghasilkan beberapa komponen system pembelajaran yang
meliputi guru, siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, evaluasi dan fasilitas-
fasilitas lainnya yang semuanya saling berinteraksi satu sama lain untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Adapun metode yang
digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama islam meliputi ceramah,
diskusi, tanya jawab, penugasan. Pendekatan yang digunakan adalah
emosional, rasional, fungsional, pengalaman dan penugasan.
Dari beberapa hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, tidak ada
kesamaan dengan apa yang akan diteliti dalam tulisan ini, penelitian ini
memfokuskan diri pada penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan pendekatan tematik. Maka penelitian ini diharapkan mampu 47 Luluk Azizah, “Implementasi system dan strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMK Negeri 1 Sidoarjo” (Tesis- UIN Sunan Ampel Surabaya, 2005).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
menjelaskan dan memaparkan konsep dan implementasinya dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan tematik.
H. Sistematika Pembahasan
Penulisan tesis ini disusun dalam lima bab dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab satu berisi pendahuluan memuat latar belakang masalah, identifikasi
dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka teoritik, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.
Bab dua Landasan Teori tentang Pembelajaran tematik Pendidikan
Agama Islam, berisi pengertian Pembelajaran Tematik, Karakteristik
Pembelajaran Tematik PAI, Macam- macam Pembelajaran Tematik PAI,
Perencanaan Pembelajaran Tematik, Tujuan Pembelajaran Tematik PAI,
Manfaat Pembelajaran Tematik PAI, Implementasi Pembelajaran Tematik
PAI, Problematika Guru Kelas dalam Implementasi Pembelajaran Tematik
PAI, dan Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya problematika dalam
Implementasi Pembelajaran Tematik PAI.
Bab tiga metode penelitian berisi tentang Jenis penelitian, teknik
pengumpulan data, sumber data, teknik analisa data dan validitas data.
Bab empat diskripsi umum lokasi penelitian dan analisis hasil penelitian
memuat tentang Sejarah dan Perkembangannya, Visi dan Misi, Kurikulum,
Tenaga Pendidik dan Kependidikan, Peserta didik, Sarana dan Prasarana.
Bab lima berisikan simpulan dan saran.