bab i pendahuluan a. latar belakang masalahdigilib.uinsby.ac.id/18727/11/bab 1.pdfdan dilaksanakan...

33
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk menumbuhkembangkan potensi- potensi jasmani dan rohani agar dapat berfungsi dan mampu untuk melaksanakan fungsi- fungsi hidup secara budaya. Kepribadian utama atau manusia Indonesia yang berkualitas adalah tujuan pendidikan yang ideal sifatnya, ini berarti memerlukan suatu proses yang panjang, yaitu seumur hidup dan dilaksanakan secara terpadu didalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. 1 Menurut Zakiah Darajat dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pendidikan Islam”, tujuan pendidikan Islam terdiri dari beberapa tujuan yang meliputi: tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan operasional. Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. 2 Apabila penyelenggaraan pendidikan Islam mampu mencapai tujuan umum ini, maka terwujudlah bentuk insan kamil dengan pola takwa. Tujuan akhir dari pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah SWT yang artinya: 1 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: Pustaka Belajar, 2003), 170 2 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 35

Upload: nguyencong

Post on 07-Jun-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1  

  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk menumbuhkembangkan

potensi- potensi jasmani dan rohani agar dapat berfungsi dan mampu untuk

melaksanakan fungsi- fungsi hidup secara budaya. Kepribadian utama atau

manusia Indonesia yang berkualitas adalah tujuan pendidikan yang ideal

sifatnya, ini berarti memerlukan suatu proses yang panjang, yaitu seumur hidup

dan dilaksanakan secara terpadu didalam lingkungan keluarga, sekolah dan

masyarakat.1

Menurut Zakiah Darajat dalam bukunya yang berjudul “Ilmu

Pendidikan Islam”, tujuan pendidikan Islam terdiri dari beberapa tujuan yang

meliputi: tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara dan tujuan operasional.

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan ini meliputi

aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan

dan pandangan.2 Apabila penyelenggaraan pendidikan Islam mampu mencapai

tujuan umum ini, maka terwujudlah bentuk insan kamil dengan pola takwa.

Tujuan akhir dari pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah SWT

yang artinya:

                                                            1 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: Pustaka Belajar, 2003), 170 2Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 35

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2  

  

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah

dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali

dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)” (Q.S. Ali Imran: 102).3

Dalam era globalisasi ini segala aspek kehidupan mengalami kemajuan.

Hal ini ditandai dengan terbukanya perdagangan bebas serta kerja sama

regional yang memerlukan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas.

Manusia yang berkualitas adalah manusia yang mampu bersaing dengan baik.

Kemampuan berkompetisi dapat terwujud jika manusia mengenyam

pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan

yang mampu mengembangkan sikap inovatif dan kreatif pada peserta didik.4

Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pada bab II tentang dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional

pasal 3 disebutkan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung

jawab”.5

Pembangunan nasional merupakan upaya berkesinambungan yang

meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk

                                                            3Depag RI, Al Qur’an dan terjemahnya (Semarang: Asy Syifa’, 1999) 4 Suwito Fauzan, Sejarah social Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media, 2005) , 41 5Undang- undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Fermana, 2006)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3  

  

melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional seperti apa yang termaktub

dalam pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial6. Jadi

pada hakekatnya, pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia

Indonesia seutuhnya. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berarti

pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sebagai agen

pembangunan. Pembangunan SDM berkualitas yang berbudi luhur hanya dapat

dicapai melalui pembangunan pendidikan, yang merupakan tugas dan tanggung

jawab pemerintah dan semua warga negara, sebagaimana diamanatkan dalam

UUD 45 dan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab

XV:

Pasal 54 ayat 1, menyatakan bahwa:

“Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta

perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi, pengusaha, dan organisasi

kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu

pelayanan pendidikan”.7

Sedangkan Ayat 2, menyatakan bahwa “Masyarakat dapat berperan serta

sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan”. Pasal 55 ayat 1,

berbunyi “Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis

masyarakat pada pendidikan formal dan non-formal sesuai dengan kekhasan

                                                            6 Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam pendidikan: Konsep, strategi dan aplikasi

(Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002) , 32 7Undang- undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Fermana, 2006) 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4  

  

agama, lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat”.8

Ketidaktepatan pola pendidikan tersebut telah menghasilkan antara lain:

Manusia Indonesia yang “split personality,” kolusi, korupsi, dan nepotisme

merajalela, terjadi dekadensi moral, disintegrasi, wawasan kebangsaan yang

sempit, dan kadang disertai tawuran bahkan pembunuhan antar anak bangsa.

Kurangnya kemandirian, tingginya ketergantungan terhadap pihak lain

(industri atau pihak asing) telah menumbuhkan konsumerisme masyarakat

yang akhirnya meruntuhkan persendian ekonomi masyarakat. Penguasaan

IPTEK dari sebagian besar angkatan kerja kita di bawah standar, sehingga

negara dikenal sebagai penghasil devisa dari TKW (Tenaga Kerja Wanita)

dengan kualifikasi pembantu rumah tangga, sementara sebagian kecil warga

yang berhasil “lulus dari perguruan tinggi” kurang produktif, hanya sebagai

pencari kerja, bahkan menjadi penganggur intelektual.

Kesadaran Pemerintah dan para pakar serta praktisi pendidikan akan

kelemahan yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia, diantisipasi

dengan keluarnya Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan

Nasional. Undang-undang Sisdiknas 2003 tersebut mereorientasi pendidikan

kearah pembentukan pribadi yang integral yang dirumuskan dalam kompetensi.

Departemen Pendidikan Nasional juga telah mempromosikan pendidikan

kecakapan hidup (life skill education) yang meliputi kecakapan hidup yang

bersifat umum (generic life skill) dan kecakapan hidup yang bersifat spesifik

(specific life skill) yang terdiri dari kompetensi akademik (academic                                                             8 Undang- Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan pelaksanaannya (Jakarta:

Sinar Grafika, 1993), 20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5  

  

competence) dan atau kompetensi kejuruan (vocational competence). Disadari

bahwa seseorang tidak akan memiliki kompetensi akademik dan kompetensi

kejuruan tanpa memiliki kecakapan hidup generik.9 Dengan kata lain generic

competence yang merupakan prasyarat bagi penguasaan kompetensi akademik

atau kejuruan.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam

Nomor 2627 Tahun 2013 tentang Penetapan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama, maka pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Pertama dilaksanakan

dengan program pembelajaran yang berangkat dari satu tema/topik tertentu dan

kemudian dielaborasikan dari berbagai aspek mata pelajaran PAI yang biasa

diajarkan di Sekolah Menengah Pertama melalui pembelajaran tematik.

Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang

mengembangkan strategi aktif dan efisien dengan melibatkan siswa secara

langsung belajar mengalami (kontekstual) dalam suasana kelas yang

menyenangkan, dinamis, logis, dan demokratis.10 Oleh karena itu

Pendidikan Agama Islam benar-benar diminati dan benar-benar tertanam dalam

diri siswa. Maka cara belajar PAI juga harus menyenangkan, karena dalam

tematik kegiatan belajar mengajar dirancang khusus untuk memudahkan

siswa dalam memahami pelajaran. Pembelajaran tematik PAI merupakan

suatu pembelajaran yang menyatupadukan serangkaian pengalaman belajar,

                                                            9Zuhairini, ddk, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Solo: Ramadhani, 1993), 34. 10 Asep Herry Hermawan dan Novi Resmini, Modul Pembelajaran Tematik, (Kementerian

Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009), 2-3. 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6  

  

sehingga terjadi saling berhubungan antara satu dengan lain dan berpusat pada

sebuah pokok persoalan. Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat

dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata

pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada

peserta didik.

Pembelajaran tematik secara efektif akan membantu menciptakan

kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk melihat dan membangun

konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan demikian, pembelajaran akan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami masalah yang

kompleks yang ada di lingkungan sekitarnya dengan pandangan yang utuh.

Dengan pembelajaran tematik ini siswa diharapkan memiliki kemampuan

untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menilai dan menggunakan informasi

yang ada di sekitarnya secara bermakna. Dengan demikian, keterpaduan dalam

pembelajaran tematik ini dapat dilihat dari aspek proses, aspek kurikulum, dan

aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik diyakini sebagai pendekatan

yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

anak. Implementasi pembelajaran tematik khususnya di Sekolah Menengah

Pertama diharapkan memberikan proses dan hasil pembelajaran

semakin berkualitas.11

Pelaksanaan pembelajaran tematik di Sekolah Menegah Pertama pada

saat ini merupakan tema yang menarik untuk dicermati. Hal ini tidak lepas

dari gerakan peningkatan mutu pendidikan yang dicanangkan oleh

                                                            11 Ibid.h, 4.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7  

  

Mendiknas dan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tugas guru sebagai

pelaksana pembelajaran adalah memilih, menyusun dan menyajikan materi

pelajaran secara baik dan terarah, serta harus disesuaikan dengan tingkat

perkembangan, kemampuan dan karakteristik peserta didik.12 Sebelum

menyampaikan materi pelajaran tersebut secara sempurna, para pendidik harus

mempelajarinya terlebih dahulu dengan sungguh-sungguh sehingga dapat

menguasainya secara sempurna. Tugas guru bukan hanya mengajarkan materi

pengetahuan, tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan nilai-nilai

yang baik kepada peserta didiknya.13

Terlepas dari hal itu, guru juga memiliki berbagai problematika atau

masalah. Ada beberapa macam problematika atau permasalahan yang

dihadapi oleh para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, baik

dalam hal membuat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Demikian pula

guru dapat dikatakan mendapat titik sentral dalam dunia pendidikan, baik

formal maupun pendidikan non formal.14 Maka dari itu, untuk mengatasi

problematika dibutuhkan seorang guru yang memiliki kompetensi-

kompetensi yang dituntut agar guru mampu untuk melaksanakan tugasnya

dengan sebaik-baiknya. Adapun salah satu ciri guru yang dinilai kompeten

secara profesional apabila guru tersebut mampu mengembangkan tanggung

                                                            12 Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran

Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2012), Cet. Ke-1, 8. 13 Munir Abdul, dkk, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Depag RI,

2005), 3 14 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendidikan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2004), 19.  

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8  

  

jawabnya dengan sebaik-baiknya. Maksudnya, guru selaku pendidik

bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma- norma kepada

generasi muda sehingga terjadi proses konservasi nilai, bahkan melalui proses

pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Dalam konteks ini pendidik

berfungsi mencipta, memodifikasi, dan mengkonstruksi nilai-nilai baru. Agar

dapat menyampaikan pelajaran kepada siswa guru juga harus memiliki

keterampilan selaku pendidik. Jika dilihat dari penugasan seorang guru dapat

ditugasi sebagai guru kelas. Maka dari itu seorang guru khususnya

Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus menguasai secara mendalam dalam

materi yang akan disampaikan kepada pesera didik.15

Beberapa Sekolah Menengah Pertama di lingkungan Dinas Pendidikan

kota surabaya sudah menerapkan Pendidikan Agama Islam menggunakan

pendekatan Tematik, diantaranya adalah Sekolah Menengah Pertama Al- Islah

dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia Mandiri yang berada di

lingkungan Dinas Pendidikan Kota Sidoarjo. Penerapan Pembelajaran Tematik

yang di laksanakan di kedua lembaga tersebut adalah Penerapan Pembelajaran

Tematik dengan Model Sequenced (Pengurutan). Menurut Fogarty dalam

bukunya Howto Integrate the Curricula, ada10 macam model pembelajaran

terpadu, seperti: fragmented (penggalan), connected (keterhubungan), nested

(sarang), sequenced (pengurutan), shared (irisan), webbed (jarringlaba-laba),

threaded (bergalur), integrated (terpadu), immersed (terbenam), dan networked

                                                            15 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Bandung: Bumi

Aksara, 2002), 42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9  

  

(jaringan kerja).16 Dari ke 10 model Pembelajaran terpadu tersebut yang dipilih

oleh Lembaga Pendidikan Al- Islah Surabaya dan Lembaga Pendidikan Insan

Cendekia Mandiri Sidoarjo adalah model Sequenced (Pengurutan) karena

model ini dianggap sangat tepat untuk di terapkan di kedua lembaga tersebut.

Model Sequenced adalah model pembelajaran yang topik atau unit yang

disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu

dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan

diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara

paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang diajarkan, tiap kegiatan

akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.

Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topik, guru memiliki

keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi

oleh apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Kelemahan model ini adalah

perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan

materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang satu dengan konsep yang

lainnya. Berdasarkan hasil dari observasi awal pada Sekolah Menengah

Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia

Mandiri Sidoarjo, ditemukan bahwa masih terdapat permasalahan dalam

penerapan pembelajaran tematik PAI yang disebabkan kendala dari kesiapan

guru, perangkat pembelajaran, metodologi, sumber belajar dan lingkungan

belajar.

                                                            16 Rusman, Model‐Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011), 48

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10  

  

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Studi Komparasi Penerapan Pendidikan Agama

Islam menggunakan Pendekatan Tematik (Studi Kasus di SMP Al- Islah Surabaya dan

SMP Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo).

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka permasalahan

penelitian teridentifikasi sebagai berikut :

1. Kesiapan guru yang masih belum optimal dalam pelaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan tematik.

2. Kreativitas guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan

kurikulum menjadi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang masih rendah.

3. Kurangnya sarana dan prasarana penunjang dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan tematik.

4. Kebijakan Kepala Sekolah yang belum memihak terhadap

pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

Pendekatan Tematik.

5. Kondisi lingkungan sekolah yang kurang menunjang terhadap

pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

Pendekatan Tematik.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11  

  

6. Masih ada beberapa guru yang belum mampu menguasai teknologi

Information Communication and Technology (ICT) dalam proses

pembelajaran.

7. Kondisi peserta didik yang kurang menunjang dalam pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Tematik,

karena peserta didik berasal dari berbagai latar belakang status sosial

dan strata ekonomi yang berbeda.

8. Kondisi orang tua siswa yang kurang mendukung terhadap

pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

pendekatan Tematik.

9. Kebijakan Yayasan yang belum memihak terhadap pelaksanaan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Tematik.

10. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang kurang

matang.

11. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang kurang

maksimal.

12. Penilaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang masih kurang

sesuai dengan harapan.

13. Masih ada beberapa hal-hal yang menghambat Pelaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Tematik.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini

memfokuskan pada permasalahan yang berkenaan dengan Penerapan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12  

  

2. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka untuk memberikan

kajian secara mendalam dan fokus diperlukan adanya batasan masalah. Oleh

karena itu dalam penelitian ini masalah dibatasi sebagai berikut:

1. Perbandingan Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama Al-

Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia Mandiri

Sidoarjo.

2. Perbandingan Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama Al-

Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia Mandiri

Sidoarjo.

3. Perbandingan Penilaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama Al-

Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia Mandiri

Sidoarjo.

4. Hal-hal yang mendukung dan menghambat Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah

Menengah Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama

Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13  

  

C. Rumusan masalah

Dalam penelitian ini, untuk menemukan jawaban yang komprehensif

terhadap penggalian data, perlu dipaparkan beberapa pertanyaan sebagai upaya

menyederhanakan dan memfokuskan terhadap persoalan yang akan di teliti

sebagai berikut ini :

1. Bagaimana Perbandingan Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama

Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia

Mandiri Sidoarjo?

2. Bagaimana Perbandingan Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama

Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia

Mandiri Sidoarjo?

3. Bagaimana Perbandingan Penilaian Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah Pertama

Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan Cendekia

Mandiri Sidoarjo?

4. Apa yang mendukung dan menghambat Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah

Menengah Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama

Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14  

  

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan paparan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini

bertujuan antara lain :

1. Untuk mengetahui Perbandingan Perencanaan Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah

Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan

Cendekia Mandiri Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui Perbandingan Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah

Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan

Cendekia Mandiri Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui Perbandingan Penilaian Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik di Sekolah Menengah

Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah Pertama Insan

Cendekia Mandiri Sidoarjo.

4. Untuk mengetahui hal-hal yang mendukung dan menghambat Pelaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan pendekatan Tematik

di Sekolah Menengah Pertama Al- Islah Surabaya dan Sekolah Menengah

Pertama Insan Cendekia Mandiri Sidoarjo.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan tentang Studi

Komparasi Penerapan Pendidikan Agama Islam menggunakan Pendekatan

Tematik (Studi Kasus di SMP Al- Islah Surabaya dan SMP Insan Cendekia

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15  

  

Mandiri Sidoarjo) terbagi dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Uraian ringkas tentang kedua manfaat penelitian ini adalah:

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu Pendidikan

Agama Islam di sekolah.

b. Manfaat praktis

1). Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas

Pendidikan Kota Surabaya dan Dinas Pendidikan Kota Sidoarjo untuk

menyusun strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

menggunakan Pendekatan tematik dalam upaya meningkatkan prestasi

siswa khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Pertama menuju

tercapainya sekolah berstandar nasional.

2). Pengawas Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pengawas

Sekolah pada Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan Dinas Pendidikan

Kota Sidoarjo untuk menyusun strategi Pembelajaran pendidikan

Agama Islam menggunakan Pendekatan tematik dalam upaya

meningkatkan prestasi siwa khususnya tingkat Sekolah Menengah

Pertama menuju tercapainya sekolah berstandar nasional.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16  

  

3). Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Kepala

Sekolah dalam menyusun strategi Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam menggunakan Pendekatan Tematik dalam upaya meningkatkan

prestasi siswa khususnya tingkat Sekolah Menengah Pertama.

4). Guru Pendidikan Agama Islam

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Guru

Pendidikan Agama Islam dalam menyusun strategi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam menggunakan Pendekatan Tematik dalam

upaya meningkatkan prestasi siswa khususnya tingkat Sekolah

Menengah Pertama.

F. Kerangka Teoritik

Adanya penegasan judul dalam penelitian ini sangatlah penting untuk

dicantumkan, demi menghindari perbedaan pengertian dan ketidak jelasan

dalam pemahaman makna yang mungkin terjadi, disamping itu agar tidak

terjadi kesalah pahaman dalam memahami dan menginterpretasikan maksud

sesuai dengan harapan penulis.

A. Pengertian Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang

dalam bahasa Yunani disebut instructus atau ”instruere” yang berarti

menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah

menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17  

  

pembelajaran. Kata pembelajaran juga mengandung arti proses membuat

orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan.17 Pada

hakikatnya pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan kearah yang lebih baik.

Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas

mengajar dan belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang

guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi

harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar.18

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas mengenai pembelajaran,

maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian

proses kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus yang didalamnya

terdapat usaha-usaha yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan

perubahan dari segi pengetahuan, keterampilan, sikap, serta tingkahlaku

peserta didik kearah kedewasaan pada diri anak didik setelah berakhirnya

pembelajaran.19

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang melibatkan

beberapa pelajaran (bahkan lintas rumpun mata pelajaran) yang diikat

dalam tema-tema tertentu. Pembelajaran ini melibatkan beberapa

kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator dari suatu mata pelajaran, atau

                                                            17 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2008), 265. 18 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM, (Banjarmasin: Pustaka

Banua, 2013), Cet.Ke-1, 14. 19Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remajarosdakarya, 1998), 46.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18  

  

bahkan beberapa mata pelajaran.20 Lebih lanjut, perlu dipahami bahwa

pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menekankan

keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Siswa aktif terlibat dalam proses

pembelajaran dan pemberdayaan dalam memecahkan masalah, sehingga hal

ini menumbuhkan kreativitas sesuai dengan potensi dan kecenderungan

mereka yang berbeda satu dengan lainnya. Sekaligus, dengan diterapkannya

pembelajaran tematik, siswa diharapkan dapat belajar dan bermain dengan

kreativitas yang tinggi. Sebab, dalam pembelajaran tematik, belajar tidak

semata-mata mendorong siswa untuk mengetahui (learning to know), tetapi

belajar juga untuk melakukan (learning to do), untuk menjadi (learning

tobe), dan untuk hidup bersama (learning to live together).21\

Pembelajaran tematik Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah

pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa

mata pelajaran (Alquran Hadits, Akidah Akhlak, Fiqih, dan SKI) sehingga

dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.22

B. Karakteristik Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama Islam

Adapun karakteristik pembelajaran tematik Pendidikan Agama Islam

adalah sebagaiberikut:(a) Berpusat pada siswa, (b) Memberikan pengalaman

langsung pada siswa, (c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (d)

Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (e) Bersifat fleksibel, (f)                                                             20 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik (Jogjakarta: Diva Pres, 2013), 121 21 Mamat S. B. dkk, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik, (Jakarta: Dirjen

Kelembagaan Agama Islam, Depag RI, 2007), 4-5. 22 Departemen Agama RI, Pedoman Penyusunan Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama

Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19  

  

Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, (g)

Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.23 Jadi

dalam menerapkan model pembelajaran tematik terpadu ini, kita harus

melakukan dengan cara yang bersahabat, menyenangkan, dan bermakna

bagi siswa. Sedangkan dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan

keterampilan, anak tidak harus di‐drill, tetapi ia belajar melalui pengalaman

langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami.

Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu, dan

pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.

C. Macam- macam Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama Islam.

Menurut Fogarty dalam bukunya Howto Integrate the Curricula,

ada10 macam model pembelajaran terpadu, seperti: fragmented (penggalan),

connected (keterhubungan), nested (sarang), sequenced (pengurutan),

shared (irisan), webbed (jarring laba-laba), threaded (bergalur),

integrated (terpadu), immersed (terbenam), dan networked (jaringan

kerja).24Model-model tersebut dapat diuraikan secara ringkas sebagai

berikut:

1) Fragmented (Penggalan)

Model Fragmented adalah model pembelajaran konvensional yang

terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa

                                                            23Nurdin Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Quantum

Teaching, 2005), 48. 24 Rusman, Model‐Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011), 48

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20  

  

menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran

dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang

berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran

memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk

mempersatukannya.25 Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan

pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.

Kelemahan model ini adalah siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-

konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu

dengan yang lainnya. Keunggulan model ini adalah guru dapat

menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan

mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam

setiap pengajaran.

2) Connected (Keterhubungan)

Model Connected adalah model pembelajaran terpadu yang secara

sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep

yang lain, satu topik dengan topik yang lain, satu keterampilan dengan

keterampilan yag lain, tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas

yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada

satu semester berikutnya dalam satu bidang studi.26 Keunggulan model

ini adalah siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas

                                                            25 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2008), 265. 26 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM, (Banjarmasin: Pustaka

Banua, 2013), Cet.Ke-1, 24.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21  

  

dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk

melakukan pendalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi

gagasan secara bertahap. Kelemahan model ini adalah guru bidang studi

mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait

karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena

terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi

terabaikan.

3) Nested (Sarang)

Model Nested adalah model pembelajaran terpadu yang target

utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan

berfikir dan keterampilan mengorganisasi.27 Artinya memadukan aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses,

sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan

beberapa aspek pada satu mata pelajaran saja. Tetapi materi pelajaran

masih ditempatkan pada prioritas utama yang kemudian dilengkapi

dengan aspek keterampilan lain. Model ini dapat digunakan bila guru

mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga

aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan.

Dengan menggabungkan atau merangkaikan

kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan

lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas

                                                            27Kunandar, Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. ( Jakarta:

Rajawali Pers, 2007), 53

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22  

  

yang telah terstruktur.28 Keunggulan model ini adalah kemampuan

siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga

aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata

pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk

kehidupan siswa mendatang.29 Kelemahan model ini adalah dalam hal

perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka

penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat

mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran

adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser pada

keterampilan.

4) Sequenced (Pengurutan)

Model Sequenced adalah model pembelajaran yang topik atau unit

yang disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya

satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang

berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat

diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topik-topik yang

diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap

subyek saling mendukung. Keunggulan model ini adalah dalam

penyusunan urutan topik, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan

sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah

tercantum dalam kurikulum. Kelemahan model ini adalah perlu adanya

                                                            28Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 33. 29Ujang Sukandi, dkk, Belajar Aktif dan Terpadu (Surabaya: Duta Graha Pustaka, 2003), 50.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23  

  

kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi,

sehingga ada kesesuaian antara konsep yang satu dengan konsep yang

lainnya.

5) Shared (Irisan)

Model shared adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan

gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling

melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan

satu fokus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara

konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu

dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema.30 Model ini berbeda

dengan model sarang, dimana tema memayungi dua mata pelajaran,

aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh.

Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya memayungi satu

pelajaran saja. Keunggulan model ini adalah dalam hal mentransfer

konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya.

Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari

dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.31 Kelemahan model ini

adalah untuk menyusun rencana model pembelajaran ini diperlukan

kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu

ekstra untuk mendiskusikannya.

                                                            30Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktik (Jakarta: Prestasi, 2007), 38. 31Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 49

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24  

  

6) Webbed (Jaring Laba-laba)

Model webbed adalah model pembelajaran terpadu yang

menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya

dimulai dengan menentukan tema tertentu. Setelah tema disepakati,

maka dikembangkan menjadi sub tema dengan memperlihatkan

keterkaitan dengan bidang studi lain. Setelah itu dikembangkan berbagai

aktivitas pembelajaran yang mendukung.32 Keunggulan model ini adalah

faktor motivasi berkembang karena adanya pemilihan tema yang

didasarkan pada minat siswa. Kelemahan model ini adalah

kecenderungan untuk mengambil tema sangat dangkal sehingga kurang

bermanfaat bagi siswa. Selain itu seringkali guru terfokus pada kegiatan

sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan. Perlu ada

keseimbangan antara kegiatan dan pengembangan materi pelajaran.33

7) Threaded (Bergalur)

Model Threaded adalah model pembelajaran yang memfokuskan

pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan

inti subyek materi. Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir

(problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari bagian materi yang

merupakan bagian dari problem solving. Keterampilan yang digunakan

dalam model ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa

                                                            32 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan

Anak Usia Awal SD/MI (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), 148-154 33 Rusman, Model- Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), 58

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25  

  

sehingga tidak tumpang tindih. Keunggulan model ini adalah konsep

berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku

metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana

seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju

perkembangan era globalisasi. Kelemahan model ini adalah hubungan isi

antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan secara eksplisit sehingga

siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran

satu dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan

strategi yang digunakan siswa agar dapat mengembangkan dirinya.

8) Integrated (Keterpaduan)

Konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya dikaitkan dalam

satu tema untuk memayungi beberapa mata pelajaran, dalam satu paket

pembelajaran bertema. Keunggulan model ini adalah siswa merasa

senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbal balik antar

berbagai disiplin ilmu, memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika

dapat diterapkan dengan baik maka dapat dijadikan model pembelajaran

yang ideal di lingkungan sekolah “integrated day”.34 Kelemahan model

ini adalah sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu

dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang

terkait. Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk

                                                            34 Rusman, Model- Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), 42

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26  

  

didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.35

9) Immersed (Terbenam)

Model immersed adalah model pembelajaran yang melibatkan

beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa

yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia,

Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran

tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa

SD, SMP, maupun SMA dalam bentuk proyek di akhir semester.36

Keunggulan model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata

pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan

belajar dari siswa lainnya. Kelemahan model ini adalah siswa yang tidak

senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini,

sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu

untuk mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh

siswa yang tersusun secara baik dan terencana sebelumnya.37

10) Networked (Jaringan Kerja)

Model networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama

antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau

lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang

diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari                                                             35 Mohammad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional (Bandung: Imperial Bhakti

Utama, 2009), 46 36 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran ; prinsip, Teknik, Prosedur (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012), 51 37 A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas (Bandung: Mizan, 1999), 38

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27  

  

berbagai sumber.38 Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran

radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli

olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa

termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.

Keunggulan model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan

pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit

sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama

proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Kelemahan model ini

adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman

materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat

hambatan dalam mencari sumber.39

D. Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu.

Menurut Sukayati Pembelajaran Tematik Terpadu dikembangkan

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dengan tujuan

siswa dapat:40

1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih

bermakna.

2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan

                                                            38 Dwi Ayuningsih, Psikologi Perkembangan Anak (Yogyakarta: Pustaka Larasati, Tanpa Tahun),

33 39 Zainudin Arif dan W.P. Napitupulu, Pedoman Baru Menyusun Bahan Ajar (Jakarta:

Grasindo, 1997), 47 40 Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu,

Disampaikan dalam diklat Instruktur/ Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6-

19 Agustus 2004 di PPPG Matematika, 2004.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28  

  

memanfaatkan informasi

3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai‐nilai

luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama,

toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.

5. Meningkatkan gairah dalam belajar

Tematik terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa secara individual ataupun kelompok aktif mencari,

menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik,

bermakna dan autentik. Secara kualitatif terdapat perbedaan antara model

pembelajaran tematik terpadu bila dibandingkan dengan model

pembelajaran lainnya, yaitu dalam hal sifatnya yang akan memandu siswa

agar dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of

thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan

ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan

dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.41

Menurut Departemen Agama berdasarkan buku Panduan

Penyusunan Pembelajaran Tematik Pendidikan Agama Islam yang

diterbitkan tahun 2009 adalah: 42

1. Agar siswa mudah memutuskan perhatian pada satu tema tertentu, karena

                                                            41Andri Hakim, Hypnosis in Teaching; Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar (Jakarta:

Trans media Pustaka, 2010), 55 42Tim Penyusun Direktorat Pendidikan Agama Islam, Panduan Penyusunan Pembelajaran

Tematik Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar (Jakarta: Depag RI, 2009), 3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29  

  

materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

2. Agar siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan

berbagai kompetensi dasar antara aspek dalam tema sama.

3. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam.

4. Agar kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik, karena

mengaitkan berbagai aspek atau topik dengan pengalaman pribadi dalam

situasi nyata, yang diikat dalam tema tertentu.

5. Agar guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang

disajikan secara sistematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan

dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk

pendalaman.

G. Penelitian Terdahulu

Sebagai langkah awal agar tidak disebut sebagai plagiator, maka perlu

memaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu. Ada beberapa hasil penelitian

yang memiliki relevansi dengan apa yang akan dibahas dalam tulisan

ini,secara sederhana akan diidentifikasi sebagai berikut :

1. Penelitian Alfiyah43 dengan judul Tesis “Implementasi Kurikulum

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Khadijah Surabaya

dalam menciptakan Output yang santun, unggul dan kompetitif”, Penelitian

ini menjelaskan tentang pendidikan merupakan kontribusi yang sangat besar

                                                            43  Alfiyah, “Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas

Khadijah Surabaya dalam menciptakan Output yang santun,unggul dan kompetitif” (Tesis-UIN

Sunan Ampel Surabaya, 2010) 

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30  

  

terhadap kemajuan suatu bangsa, muatan pendidikan perlu direnovasi

sesuai dengan kemajuan zaman globalisasi, banyak cara untuk

meningkatkan kualitas mutu pendidikan, diantaranya kegiatan di sekolah,

penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pelaksanaan atau penerapan

kurikulum Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan oleh guru dan siswa

melalui kegiatan sekolah, penelitian ini menggunakan metode kualitatif

yang memperoleh sumber dari informasi yang sesuai pada bidangnya.

2. Penelitian Miftahul Huda44 dengan judul Disertasi “Model Interaksi

Pendidikan Anak dalam Al- Qur’an”, penelitian ini adalah Library

Research, menggunakan metode tafsir dengan pendekatan maudu’i (tematis

permasalahan) dan tahlili ( analitik) sehingga menghasilkan: 1). Pendidikan

anak dalam al- Qur’an bertujuan untuk pemberdayaan spiritual anak didik

melalui pendidikan akidah dan syari’ah, serta pemberdayaan moralitas

personal dan sosial melalui pendidikan akhlak. 2). Pendidikan anak

memiliki karakter dasar bijak, sabar, demokratis, memahami kejiwaan anak

dan intuitif. 3). Model interaksi terdiri dari tiga model yaitu : assosiatif,

disassosiatif dan disassosiatif-assosiatif (gabungan antara keduanya). Model

assosiatif paling efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan karena terjadi

sinergi antara pendidik dan anak didik.

                                                            44 Miftahul Huda, “Model interaksi pendidikan anak dalam Al- Qur’an” (Disertasi-UIN Sunan

Ampel Surabaya, 2007)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31  

  

3. Asmaun Sahlan45 dengan judul disertasi “Pengembangan Pendidikan Agama

Islam dalam mewujudkan Budaya Religius sekolah (Studi multi kasus di

SMAN 1, SMAN 3 dan SMA Salahuddin Malang)”, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pengembangan PAI tidak cukup hanya dengan

mengembangkan pembelajaran di kelas dalam bentuk peningkatan kualitas

dan penambahan jam pembelajaran, tetapi bagaimana mengembangkan PAI

melalui budaya sekolah. Hal ini merupakan langkah strategis yang dapat

dilakukan sekolah dengan jalan meningkatkan peran kepemimpinan sekolah

dan kesadaran warga dan komunitas sekolah untuk pewujudan budaya

religious di sekolah. Proses pewujudan budaya religious dilakukan dengan

dua strategi, yaitu: (a) instructive sequential strategy dan (b) constructive

sequentialstrategy. Pada strategi pertama, upaya pewujudan budaya

religious menekankan pada aspek struktural yang bersifat instruktif,

sementara strategi kedua, upaya pewujudan budaya religious sekolah lebih

menekankan pada pentingnya membangun kesadaran diri (self awareness),

sehingga diharapkan akan tercipta sikap, perilaku dan kebiasaan religius

yang pada akhirnya akan membentuk budaya religius sekolah.

4. Penelitian Mihmidaty Ya’cub,46 Mahasiswi Pascasarjana konsentrasi

Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun

                                                            45Asmaun Sahlan, “ Pengembangan Pendidikan Agama Islam dalam mewujudkan Budaya

Religius Sekolah (Studi multi kasus di SMAN 1, SMAN 3 dan SMA Salahuddin Malang)”

(Disertasi-UIN Sunan Ampel Surabaya, 2009). 46Mihmidaty Ya’cub, “Efektivitas Penerapan Contextual Teaching and Learning dalam

mempersiapkan santri menguasai Ilmu Agama dan Umum di Pondok Pesantren Hidayatullah

Surabaya, (Tesis- UIN Sunan Ampel Surabaya, 2003).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32  

  

2003 yang berjudul Efektivitas Penerapan contextual Teaching and

Learning dalam m,empersiapkan santri menguasai Ilmu Agama dan Umum

di Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya. Penelitian ini menitik

beratkan pada penerapan model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning dalam pembelajaran ilmu- ilmu agama dengan penerapan tujuh

komponen Contextual Teaching and Learning, yaitu Konstruktivisme,

menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian yang

sebenarnya (authentic assessment).

5. Luluk Azizah47 dengan judul Tesis “Implementasi sistem dan strategi

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Sidoarjo”,

penelitian ini menghasilkan beberapa komponen system pembelajaran yang

meliputi guru, siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, evaluasi dan fasilitas-

fasilitas lainnya yang semuanya saling berinteraksi satu sama lain untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Adapun metode yang

digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama islam meliputi ceramah,

diskusi, tanya jawab, penugasan. Pendekatan yang digunakan adalah

emosional, rasional, fungsional, pengalaman dan penugasan.

Dari beberapa hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, tidak ada

kesamaan dengan apa yang akan diteliti dalam tulisan ini, penelitian ini

memfokuskan diri pada penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan pendekatan tematik. Maka penelitian ini diharapkan mampu                                                             47 Luluk Azizah, “Implementasi system dan strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMK Negeri 1 Sidoarjo” (Tesis- UIN Sunan Ampel Surabaya, 2005).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33  

  

menjelaskan dan memaparkan konsep dan implementasinya dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan tematik.

H. Sistematika Pembahasan

Penulisan tesis ini disusun dalam lima bab dengan sistematika sebagai

berikut:

Bab satu berisi pendahuluan memuat latar belakang masalah, identifikasi

dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kerangka teoritik, penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.

Bab dua Landasan Teori tentang Pembelajaran tematik Pendidikan

Agama Islam, berisi pengertian Pembelajaran Tematik, Karakteristik

Pembelajaran Tematik PAI, Macam- macam Pembelajaran Tematik PAI,

Perencanaan Pembelajaran Tematik, Tujuan Pembelajaran Tematik PAI,

Manfaat Pembelajaran Tematik PAI, Implementasi Pembelajaran Tematik

PAI, Problematika Guru Kelas dalam Implementasi Pembelajaran Tematik

PAI, dan Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya problematika dalam

Implementasi Pembelajaran Tematik PAI.

Bab tiga metode penelitian berisi tentang Jenis penelitian, teknik

pengumpulan data, sumber data, teknik analisa data dan validitas data.

Bab empat diskripsi umum lokasi penelitian dan analisis hasil penelitian

memuat tentang Sejarah dan Perkembangannya, Visi dan Misi, Kurikulum,

Tenaga Pendidik dan Kependidikan, Peserta didik, Sarana dan Prasarana.

Bab lima berisikan simpulan dan saran.