bab i pendahuluan a. latar...

30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan atau memori yang berbentuk sebuah gambar. Selembar foto dapat menghasilkan sebuah ungkapan suasana yang sesuai dengan keadaan pada saat pengambilan gambar tersebut. Foto itu selalu abadi daripada sebuah manusia yang setiap saat tidak ada atau meninggal, tetapi foto itu selalu ada sampai zaman kapan pun. Aneka foto dapat di aplikasikan untuk berbagai media seperti kartu ucapan, kenangan maupun sebagainya. Pengambilan foto yang menentukan sebuah hasil foto yang tersebut keliatan bermakna atau indah. Foto juga dapat diartikan melalui bahasa foto untuk mengetahui pesan tertentu. Dan bahasa foto biasanya digunakan fotografer dalam menyampaikan pesan tertentu dari foto yang diabadikanya. Seorang fotografer haruslah mengerti dan menguasai bahasa fotografi, dengan begitu para penikmat foto dapat dengan mudah mendekripsikan sebuah hasil karya seorang fotografer. Banyak hasil karya yang seorang fotografer yang seolah-olah berbicara kepada para pemirsanya mengenai objek yang ada dalam foto tersebut tanpa menggunakan kata-kata/teks dalam foto tersebut. Foto akan selalu meningkat seiringnya berkembang zaman, baik sebagai media seni maupun informasi. Sehingga fotografi mempunyai hakekat “Seni dalam melihat dan seni dalam menyajikan”. Seperti yang diungkap oleh

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

atau memori yang berbentuk sebuah gambar. Selembar foto dapat

menghasilkan sebuah ungkapan suasana yang sesuai dengan keadaan pada saat

pengambilan gambar tersebut. Foto itu selalu abadi daripada sebuah manusia

yang setiap saat tidak ada atau meninggal, tetapi foto itu selalu ada sampai

zaman kapan pun. Aneka foto dapat di aplikasikan untuk berbagai media

seperti kartu ucapan, kenangan maupun sebagainya. Pengambilan foto yang

menentukan sebuah hasil foto yang tersebut keliatan bermakna atau indah.

Foto juga dapat diartikan melalui bahasa foto untuk mengetahui pesan

tertentu. Dan bahasa foto biasanya digunakan fotografer dalam menyampaikan

pesan tertentu dari foto yang diabadikanya. Seorang fotografer haruslah

mengerti dan menguasai bahasa fotografi, dengan begitu para penikmat foto

dapat dengan mudah mendekripsikan sebuah hasil karya seorang fotografer.

Banyak hasil karya yang seorang fotografer yang seolah-olah berbicara kepada

para pemirsanya mengenai objek yang ada dalam foto tersebut tanpa

menggunakan kata-kata/teks dalam foto tersebut.

Foto akan selalu meningkat seiringnya berkembang zaman, baik

sebagai media seni maupun informasi. Sehingga fotografi mempunyai hakekat

“Seni dalam melihat dan seni dalam menyajikan”. Seperti yang diungkap oleh

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

2

Dr. Phill Atrid dalam bukunya komunikasi dalam teori praktek : telah menjadi

kenyataan bahwa dunia yang seperti disajikan oleh media massa, dinilai

sebagai kenyataan oleh komunikan, kepercayaan itu semakin meningkat

apabila sajian diberikan dalam bentuk yang dapat dilihat. Sehingga tujuan

utama dari sebuah pemotretan adalah adanya komunikasi (Winarno dan

Masrukh, 2002:14).

Foto sekarang bukan hanya berati benda mati yang hanya diam, tapi

foto akan bisa berbicara dengan cara mengingatkan kita dalam suasana pada

saat pengambilan foto. Semua kenangan dapat kita simpan di sebuah foto atau

media lain yang sudah berkembang, seperti hal nya foto jurnalistik. Foto

sebagai elemen karya jurnalistik sudah ada sejak lama dalam sebuah media

massa menyebutnya foto jurnalistik. Sebagai alat komunikasi foto jurnalistik

erat hubungannya dengan informasi yang diramu dengan kejadian, kepekaan,

kecekatan dan intelektualitas sehingga hasil akhirnya merupakan hasil karya

yang komunikatif.

Foto jurnalistik secara garis besar adalah gabungan antara foto dan

kata-kata. Kata-kata di sini merupakan data yang mendukung foto sedangkan

menurut Wilson Hicks, redaktur senior Majalah LIFE (1937-1950) foto

jurnalistik adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan.

Ada beberapa alasan foto menjadi elemen penting dalam kerja jurnalistik.

Salah satunya yaitu, foto menimbulkan sebuah efek imajinatif pada pembaca

dibawa hadir daloam sebuah perististiwa yang diberitakan dan pembaca

merasakan seakan-akan dia sendirilah yang sedang menyaksikan peristiwa

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

3

yang diberitakan. Tergasnya, efek imajinatif foto dalam sebuah karya

jurnalistik cetak tidak lain adalah membuat sebuah karya jurnalistik menjadi

lebih nyata di hadapan pembaca. Berkenaan dengan itu, foto menjadi bukti

yang semakin meyakinkan pembaca akan kebenaran sebuah peristiwa yang

diberitakan (Alwi, 2008).

Sekilas membahas tentang penghargaan fotografi, banyak sekali

penghargaan-penghargaan di dunia yang bergengsi, salah satunya Pulitzer

Awards. Penghargaan ini adalah penghargaan yang dianggap tertinggi dalam

bidang jurnalisme cetak di Amerika Serikat. Salah satu peraih penghargaan

dari The Pluitzer ini adalah seorang jurnalis dari Sudan yaitu Kevin Carter.

Sedikit cerita bagaimana Kevin Carter bisa mendapat penghargaan ini dari

hasil karya foto jurnalistiknya (Stefan. 2010).

Dalam suatu perjalanan ke Sudan tepatnya di desa bernama Ayod, saat

Kevin bekerja sebagai jurnalis lapangan. Carter melihat seorang anak kecil

kurus kering sedang berjuang keras menuju dapur umum. Di tengah jalan si

gadis kecil itu beristirahat dan tidak lama kemudian seekor burung bangkai

mendarat di belakangnya dan seakan menunggu kematian si gadis kecil itu.

Carter menunggu selama 20 menit untuk menunggu burung bangkai itu

merentangkan sayapnya. Tapi selama Kevin menungu, ternyata burung itu

tidak juga merentangkan sayapnya dan pergi. Akhirnya Carter memutuskan

untuk memotret peristiwa mengerikan itu, lalu mengusir si burung bangkai.

Namun tindakannya itu tetap mengundang kritik karena tidak segera

menolong sang gadis kecil, malah lebih dulu menunggu sekian lama untuk

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

4

menghasilkan fotonya itu. Setelah mengabadikan peristiwa itu dalam

kameranya, foto itu kemudian dijual ke The New York Times salah satu media

cetak di kota New York Amerika Serikat. Foto Kevin Carter diterbitkan pada

tanggal 26 Maret 1993. Pada ssat malam itu juga ratusan orang menelpon

koran tersebut, menanyakan apakah anak kecil yang ada di foto bertahan

hidup. Hari berikutnya, koran itu menambahkan catatan bahwa si gadis kecil

bertahan hidup dan mampu menghindari burung bangkai namun bagaimana

nasibnya kemudian tidak ada yang tahu. Menanggapi hal itu, ada penulis lain

yang mengatakan bahwa jika burung bangkai mengamati calon korbannya

hingga lemah, maka Carter mengamati dengan cara yang sama dari balik lensa

kameranya (Stefan. 2010).

Terlepas dari salah satu foto fenomena yang diabadikan oleh Kevin

Carter yang kontroversi, foto tersebut memuat informasi tentang peristiwa

yang mungkin tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Sebagai karya

jurnalistik, ini merupakan berita penting untuk masyarakat, sebaliknya dari

sisi kemanusiaan, itu kenyataan yang sangat memperhatinkan. Seperti prinsip

peliput berita pada umumnya bahwa Bad News is The Best News. Tapi di sisi

lain Kevin mempunyai jiwa kemanusiaan yang sangat tinggi, dilihat dari

ceritanya yang kontroversi itu Kevin telah bunuh diri karena dia merasa

bersalah atas tindakannya yang tidak sempat menyelamatkan bocah itu dari

kematian dan lebih mendahulukan mengabadikannya dalam foto.

Dari sekian banyak karya foto jurnalistik karya Kevin Carter, sebagian

besar foto bertemakan tentang kemanusiaan. Dari karyanya yang bertema

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

5

kemanusiaan banyak masyarakat yang mengagumi karya-karyanya terutama

masyarakat yang menyukai dunia fotografi. Peneliti merupakan salah satu

penggemar karya foto kemanusiaannya.

Dalam dunia foto ada beberapa jenis yaitu foto manusia dan foto

kemanusiaan. Arti foto manusia secara singkat adalah foto yang obyeknya

manusia. Sedangkan foto kemanusiaan dari obyeknya bisa dikatakan sama

dengan foto manusia karena sama-sama berobyekan manusia, disisi lain foto

kemanusiaan tidak hanya dilihat dari obyeknya saja tapi foto kemanusiaan itu

untuk menyampaikan pesan-pesan yang diinginkan sang fotografer. Sebagai

fotografer harus tahu alasan apa yang membuat dia memotret. Di sinilah

dibutuhkan kepekaan melihat sebuah obyek, selain keberuntungan

mendapatkan moment yang bagus. Memotret juga harus menggunakan otak

dan hati. Sebuah obyek atau suasana yang biasa-biasa saja atau monoton, di

tangan seorang fotografer yang memiliki kepekaan dalam melihat obyek di

sekitarnya, hasil fotonya bisa menyampaikan pesan lebih bahkan bisa muncul

suasana lain di dalamnya yang mungkin orang kebanyakan tidak

merasakannya. Oleh karenanya, bagi seorang fotografer yang penting adalah

foto yang dihasilkan bisa bicara dan menginspirasi. Dan akan ada efek yang

luar biasa dari hasil foto apabila fotografer memiliki jiwa kemanusiaan yang

sangat tinggi. Jadi foto kemanusiaan tidak hanya dilihat dari nilai fotonya saja

tapi juga dilihat dari fotografernya.

Pemaparan di atas menjadi alasan peneliti untuk menganalisis tragedi

kemanusiaan dalam foto jurnalisik. Untuk itu, peneliti memilih judul

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

6

“Representasi Tragedi Kemanusiaan dalam Foto Jurnalistik” dengan

menggunakan analisis semiotik pada karya Kevin Carter.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan fenomena di atas maka dapat ditarik rumusan masalah

yaitu bagaimana representasi tragedi kemanusiaan dalam foto jurnalistik karya

Kevin carter.

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memaknai representasi tragedi

kemanusiaan dalam foto jurnalistik karya Kevin Carter

D. Manfaat penelitian

D.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini dapat memberikan tambahan kajian Ilmu komunikasi

khususnya dibidang fotografi dan untuk memberi pemahaman kepada

mahasiswa tentang pentingnya foto sebagai media informasi dan lebih bisa

mengembangkan analisis komunikasi visual khususnya foto dengan

menggunakan analisis semiotik model Charles Sanders Pierce.

D.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memeberikan signifikansi bagi foto jurnalis

dalam mengintepretasikan foto tragedi kemanusiaan dapat memberikan bukti

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

7

bahwa melalui sebuah foto kita dapat menyampaikan informasi kepada

masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka

E.1 Representasi

Di dalam buku Studying Culture : A practical Introduction (Giles dan

Middelton, 1999 : 56-57), terdapat tiga definisi dari „to represent‟ yaitu : To

stand in for, hal ini dapat dicontohkan dalam kasus bendera suatu Negara,

yang jika dikibarkan dalam suatu event olahraga, maka bendera tersebut

menandakan keberadaan Negara yang bersangkutan dalam event tersebut. To

speak or act on behalf of, contoh kasusnya adalah Paus menjadi orang yang

berbicara dan bertindak atas nama umat Katolik. To re-present, dalam arti ini

misalnya tulisan sejara atau biografi yang dapat menghadirkan kembali

kejadian-kejadian dimasa lalu.

Dalam prakteknya, ketiga makna dari representasi ini dapat saling

tumpang tindih. Oleh karena itu, untuk mendapat pemahaman lebih lanjut

mengenai aoa makna dari representasi dan bagaiman caranya beroperasi dalam

masyarakat budaya.

Representasi kebudayaan dan pemahaman pelatihan-pelatihan

penandaan. Representasi menghubungkan arti dan bahasa pada representasi

budaya yang merupakan bagian penting dalam proses penciptaan arti dan

pertukarannya dalam kelompok kebudayaan (Giles dan Middelton, 1999 : 56-

57).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

8

Melalui representasi, suatu makna diproduksi dan dipertukarkan antar

anggota masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa, representasi seara singkat

adalah salah satu cara untuk memproduksi makna. Representasi bekerja

melalui system representasi. Sistem reprsentasi ini terdiri dari dua komponen

penting, yaitu konsep dalam pikiran dan bahasa. Kedua komponen ini saling

berelasi. Konsep dari sesuatu hal yang kita miliki dalam pikiran kita membuat

kita mengetahui makna dari hal tersebut. Namun, makna tidak akan dapat

dikomunikasikan tanpa bahasa. Sebagai contoh kita mengetahui gelas dan

mengetahui maknanya.

Oleh karena itu yang terpenting dalam sistem representasi ini pun

adalah bahwa kelompok yang dapat berproduksi dan bertukar makna dengan

baik adalah kelompok tertentu yang memiliki suatu latar belakang

pengetahuan yang sama sehingga dapat menciptakan pemahaman yang hampir

sama. Berpikir dan merasa menurut Hall juga merupakan sistem representasi.

Sebagai sistem representasi berarti berpikir dan merasa juga berfungsi untuk

memaknai sesuatu. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan hal tersebut,

diperlukan latar belakang pemahaman yang sama terhadap konsep, gambar

dan ide (Giles dan Middelton, 1999 : 56-57).

Pemaknaan terhadap sesuatu dapat sangat berbeda dalam budaya atau

kelompok masyarakat yang berlainan karena pada masing-masing budaya atau

kelompok masyarakat tersebut ada cara-cara tersendiri dalam memaknai

sesuatu. Kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang pemahaman

yang tidak sama terhdap kode-kode budaya tertentu tidak akan dapat

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

9

memahami makna yang diproduksi oleh kelompok masyarakat lain adalah

suatu kontruksi.

Manusia menkontruksi makna dengan sangat tega sehingga suatu

makna terlihat seolah-olah alamiah dan tidak dapat diubah. Makna dikontruksi

melalui sistem representasi melalui kode. Kode inilah yang membuat

masyarakat yang berbeda dalam suatu kelompok budaya yang sama mengerti

dan menggunakan nama yang sama, yang telah melewati proses konvensi

secara social. Misalnya, ketika kita memikirkan rumah, maka kita

menggunakan kata rumah untuk mengkomunikasikan apa yang ingin kita

ungkapkan kepadaorang lain. Hal ini karena kata rumah merupakan kode yang

telah disepakati dalam masyarakat kita untuk memaknai suatu konsep

mengenai rumah yang ada dipikiran kita dalah tempat berlindung. Kode

dengan demikian, membangun korelasi antara sistem konseptual yang ada

dalam pikiran kita dengan sistem bahas yang kita gunakan (Giles dan

Middelton, 1999 : 58).

Jadi dapat disimpulkan bahwa representasi adalah suatu proses yang

untuk memproduksi makna dari konsep yang ada dipikiran kita melalui

bahasa. Proses produksi makna tersebut dimungkinkan dengan hadirnya

sistem representasi. Namun, proses pemaknaan tersebut tergangtung pada latar

belakang pengetahuan dan pemahaman suatu kelompok sosial terhadap suatu

tanda. Suatu kelompok harus memiliki pengalaman yang sama untuk dapat

memaknai sesuatu dengan cara yang hampir sama (Giles dan Middelton, 1999

: 58).

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

10

E.2 Pengertian Foto

Fotografi berasal dari bahasa Yunani yang terbentuk dari kata Photos

yang berarti mencatat atau melukis dan Graphos yaitu cahaya. Sehingga

fotografi berarti penggambaran dengan cahaya atau sinar. Fotografi ini telah

lama dikenal sebelum digunakan kamera dan film fotografik yang peka

terhadap cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode

untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam

pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya.

Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera (Winarno dan

Masrukh, 2002: 14).

Setiap foto didasarkan atas dua fakta ilmiah sederhana : pertama

cahaya yang lewat melalui lensa membentuk sebuah bayangan. Kedua, cahaya

akan menggelapkan zat tertentu. Pada fotografi sinar cahaya yang dipantulkan

dari subyek yang di potret melalui suatu lensa munuju kotak rapat-cahaya

(kamera). Sehingga sinar cahaya ini mengenai dan mempengaruhi benda peka

cahaya yang ada pada film, yang ada pada bagian dalam kamera. Dengan cara

ini bayangan direkam pada film, yang peka cahaya. Kemudian bayangan itu

menjadi kelihatan dean dapat diproses dengan bahan kimia tertentu. bayangan

negative, yang dihasilkan kemudian di cetak di kertas yang peka cahaya dan

tampak sebagai bayangan positif atau sebuah foto. Foto identik dengan

aktifitas atau kegiatan yang berkaitan dengan momen-momen yang bisa

menjadikan sebuah foto itu lebih berarti. Dengan foto, suatu kegiatan atau

aktifitas yang dianggap khusus akan lebih berarti jika terdapat sisa-sisa

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

11

kenangan atau sedikit memori yang dapat mengingatkan kita akan pada suatu

kejadian atau hal menarik yang pernah kita alami sebelumnya (Winarno dan

Masrukh, 2002: 14).

E.3 Foto Sebagai Media Penyampaian Pesan

Pada dasarnya selembar foto adalah media ungkapan berkomunikasi

seorang fotografer kepada pengamat foto tersebut. Sebuah foto adalah

ungkapan bahasa gambar/visual seseorang. Foto tidak hanya indah, namun

juga harus implisit ada pesan di dalamnya. Ada sesuatu yang ingin

disampaikan. Penikmat juga diharapkan menangkap pesan tersebut, dan

merenungi makna yang terkandung. Jika kita mengarahkan kamera ke suatu

obyek tertentu, dalam benak pemotret akan muncul keinginan memperlihatkan

hasil fotonya kepada “seseorang”. Seseorang di sini bisa dirinya sendiri

sebagai penikmat, maupun publik secara luas. Keingian bercerita terkadang

menjadi kebutuhan seseorang. Sehingga pada saat itulah foto menjadi alat

untuk berkomunikasi, sebagai media untuk bercerita. Untuk dapat

mengungkapkan secara baik melalui foto, maka tata bahasa yang digunakan

harus tepat dan sesuai dengan konteksnya. Tata bahasa dalam bahasa visual

fotografi meliputi penerapan teknik, komposisi dan tata cahaya, serta estetika.

Aplikasi yang tepat menyebabkan seorang pengamat akan memahami dan

mengerti (Zahar, 2003: 24).

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

12

E.4 Jenis Jenis Foto

Materi jenis-jenis foto ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa

jenis foto sebagai referensi lebih jauh lagi dalam memperdalam pengetahuan

dunia fotografi. Jenis-jenis foto disini hanya sebagai pengelompokan secara

garis besar, yang membantu mempermudah kita dalam memahami sebuah

karya fotografi, dan ini bukan sebagai penggolongan yang paten untuk

menghasilkan karya foto (Nugroho, 2006: 56). Dari beberapa jenis foto

peneliti hanya mencantumkan salah satu jenis jenis foto yang relevan saja

dalam penelitian ini.

E.4.1 Foto Manusia

Foto manusia adalah semua foto yang obyek utamanya manusia,

baik anak-anak sampai orang tua, muda maupun tua. Unsur utama dalam

foto ini adalah manusia, yang dapat menawarkan nilai dan daya tarik untuk

divisualisasikan. Foto ini dibagi lagi menjadi beberapa kategori yaitu :

a. Portrait

Portrait adalah foto yang menampilkan ekspresi dan karakter

manusia dalam kesehariannya. Karakter manusia yang berbeda-beda akan

menawarkan image tersendiri dalam membuat foto portrait. Tantangan

dalam membuat foto portrait adalah dapat menangkap ekspresi obyek

(mimic, tatapan, kerut wajah) yang mampu memberikan kesan emosional

dan menciptakan karakter seseorang.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

13

b. Human Interest

Human Interest dalam karya fotografi adalah menggambarkan

kehidupan manusia atau interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari

serta ekspresi emosional yang memperlihatkan manusia dengan masalah

kehidupannya, yang mana kesemuanya itu membawa rasa ketertarikan dan

rasa simpati bagi para orang yang menikmati foto tersebut.

c. Stage Photography

Stage Photography adalah semua foto yang menampilkan

aktivitas/gaya hidup manusia yang merupakan bagian dari budaya dan

dunia entertainment untuk dieksploitasi dan menjadi bahan yang menarik

untuk divisualisasikan.

E.5 Nilai Kemanusiaan dalam Foto

Apabila mengiterpretsikan tentang nilai kemanusiaan dalam foto,

disini tidak hanya mendefinisikan tentang foto manusia seperti apa, tapi yang

lebih ditekankan adalah bagaimana fotografer mengabadikan sebuah foto.

Karena dari hasil karya fotografer bisa dilihat bagaimana nilai kemanusiaan

dalam foto dari fotografer tersebut. Bagi fotografer, sebuah karya foto adalah

sarana untuk menyampaikan pesan-pesan yang diinginkannya. Sebagai

fotografer harus tahu alasan apa yang membuat dia memotret. Di sinilah

dibutuhkan kepekaan melihat sebuah obyek, selain keberuntungan

mendapatkan moment yang bagus (Abdi, 2004: 8). Tidak sekedar menenteng

kamera canggih hingga seseorang dikatakan sukses menjadi seorang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

14

fotografer. Seorang fotografer yang sukses itu refleksi dari karya-karyanya

yang bisa dinikmati orang banyak karena pesan yang dibawanya lewat sebuah

foto. Disinilah dibutuhkan usaha dan kerja keras agar foto yang dihasilkan

mampu bercerita dan mempengaruhi orang lain. Jika fotografer tahu alasan

memotret maka ia juga akan tahu sudut pemotretan yang akan diambil. Untuk

itu, fotografer harus memperhatikan lingkungan sekitarnya dan terkadang

perlu memotret dengan mencuri-curi.

Memotret juga harus menggunakan otak dan hati. Sebuah obyek atau

suasana yang biasa-biasa saja atau monoton, di tangan seorang fotografer

yang memiliki jiwa seni, hasil fotonya bisa menyampaikan pesan lebih,

bahkan bisa muncul suasana lain di dalamnya yang mungkin orang

kebanyakan tidak merasakannya. Oleh karenanya, bagi seniman fotografi

yang penting adalah foto itu bisa bicara dan menginspirasi (Abdi, 2004: 8).

Dia tidak melihat dari jenis atau merek kamera yang digunakan karena foto

tidak hanya mengandalkan teknik. Sebaliknya, kalau foto yang dihasilkan

hanya sekedar merekam obyek dan suasana ala kadarnya atau hasil fotonya

sama terus, berarti fotografer tersebut adalah perajin foto atau tukang foto,

bukan seniman foto.

Berbagai kreasi ide bisa direalisasikan dengan tidak gagap teknik dan

komposisi sebagai tata bahasa dalam berkomunikasi melalui foto. Kamera

secanggih apapun tidak bisa mencari obyek sendiri. Jadi peran manusia di

belakangnya lebih penting. Tidak perlu takut untuk memotret selama kita

jujur dan di dalamnya ada pengalaman pribadi. Walaupun nantinya ketika

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

15

ditanyakan pada orang lain pasti akan ada saja masalah di teknik pengambilan

gambar. Namun yang lebih penting hasil foto bisa mengispirasi orang lain,

baik itu berupa keindahan atau rasa tertentu seperti jengkel, gelisah, senang,

sedih.

E.6 Pengertian Foto Jurnalistik

Foto jurnalistik adalah foto yang dihasilkan melalui proses fotografi

dengan maksud untuk menyebarkan informasi, cerita tentang sesuatu peristiwa

dengan menggunakan media massa. Mernurut Oscar Matullah, foto jurnalistik

merupakan gabungan antara foto dan kata-kata. Kata-kata di sini merupakan

data yang mendukung foto tsedangkan menurut Wilson Hicks, foto jurnalistik

adalah media komunikasi verbal dan visual yang hadir bersamaan (Alwi,

2008: 5).

E.6.1 Karakteristik Foto Jurnalistik

Menurut Frank P.Hoy dalam buku “Photo Journalism The Visual

Approach” (Kobre, 2000: 24) ada delapan karakteristik dalam jurnalistik

yaitu:

1. Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto. Komunikasi berupa

pesan visual dari pandangan fotografer terhadap suatu subjek, tetapi

pesan yang disampaikan bukan merupakan expresi pribadi.

2. Medium foto jurnalistik berupa media cetak wires services, surat kabar

majalah,. Dalam perkembangannya sekarang ini medium foto

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

16

jurnalistik meluas ke internet, telrevisi dan medium lain di luar

medium cetak.

3. Foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.

4. Foto jurnalistik adalah perpaduan anatara foto dan teks foto.

5. Foto jurnalistik berhubungan dengan manusia. Pewarta foto harus

mempunyai ketertarikan terhadap manusia dan permasalahannya.

6. Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak, pesan yang

disampaikan harus tepat dan dimengerti diberbagai kalangan.

7. Foto jurnalistik merupakan hasil kerja editor foto. Foto editor yang

baik mempresentasikan foto jurnalistik yang dihasilkan pewarta foto

menjadi lebih efektif dengan mengedit, mengkroping sebelum

dipublikasikan.

8. Tujuan foto jurnalistik adalah menyampaikan informasi kepada public,

sesuai amandemen kebebasan berbicara kebebasan pers.

E.6.2 Jenis Jenis foto Jurnalistik

Berdasarkan bobot berita dan waktu penyiarannya, foto jurnalistik

dibedakan menjadi foto berita dan features (Alwi, 2008: 7).

1. Foto berita

Foto berita mengandung isi berita yang harus segera disiarkan dan

menonjolkan adanya unsur 5W+1H dan jika ditunda penyiarannya maka

berita tersebut menjadi basi.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

17

Foto berita ada sembilan macam yaitu spot news, general news,

portrait, people in the news photo, daily life photo, sport photo,science

and technology photo, art and culture photo, social and environment.

Dari sembilan macam foto berita yang ada hanya tiga yang paling relevan

dalam penelitian ini yaitu:

a. Spot News

Spot news adalah foto yang merekam peristiwa yang tidak

direncanakan sebelumnya dan difoto ditempat terjadinya peristiwa

tersebut, sehingga membutuhkan jeda waktu beberapa saat untuk tiba

dalam lokasi kejadian. Hanya fotografer yang beruntung dan jeli yang

bisa mendapatkan foto spot dari awal kejadian. Misalnya seperti

peristiwa kecelakaan, kebakaran, atau bom peledak, bencana alam.

b. People in the News Photo

Foto tentang orang atau masyarakat dalam suatu berita. Yang

ditampilkan adalah pribadi atau sosok orang yang menjadi berita itu

sendiri. Bisa kelucuannya, nasib, dan sebagainya. Contoh, foto Juned

korban kecelakaan peristiwa tabrakan kereta api di Bintaro, dan

sebagainya.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

18

c. Daily Life Photo

Adalah foto tentang kehidupan sehari-hari manusia dipandang dari

segi kemanusiawiannya (human interest). Misalnya, foto tentang

pedagang gitar.

2. Foto Features

Foto-foto yang bersifat timeless, informasi yang diberikan tidak

harus actual, dalam artian tidak akan basi meskipun dilihat beberapa

bulan setelah foto itu dibuat. Foto kategori ini bukan didikte oleh

peristiwanya sendiri namun ada tujuan untuk memberi kesan lebih

mendalam tentang sesuatu peristiwa. Biasanya terdiri dari foto-foto yang

mengandung universal emotions (Alwi, 2008: 7).

E.7 Bahasa Foto

Bahasa fotografi adalah tata bahasa yang digunakan fotografi untuk

menyampaikan pesan tertentu. Bahasa fotografi ini bisa dijumpai dalam

komunikasi non verbal sebab salah satu aspek dalam komunikasi non verbal

adalah komunikasi visual yang didalamnya termasuk komunikasi gambar.

Sangat diperlukan peranan bahasa fotografi sehingga orang lain dapat

mengerti karya foto yang dihasilkan. Beberapa hasil foto dari fotografer

ternama seolah bisa berbicara kepada penikmatnya tanpa menggunakan kata-

kata. (Darmawan, 2000: 93). Ada beberapa macam bahasa foto yaitu:

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

19

1. Bahasa Penampilan

Dalam bahasa penampilan ini terbagi menjadi lima bahasa antara lain:

1.1. Bahasa Ekspresi Muka

Hal ini menggambarkan mimik seorang apakah dalam keadaan sedih,

senang, heran, dan berfikir keras.

1.2. Bahasa Isyarat

Menggambarkan isyarat-isyarat dari tubuh, misalnya mengangkat bahu

merupakan tanda tidak tahu, menggelengkan kepala tanda tidak setuju,

mengangkat dua jari yang menunjukan kemenangan, atau menunjukan kedua

telunjuk yang berarti menunjuk arah.

1.3. Bahasa Penciuman

Misalnya orang yang menutup hidung ketika lewat ditumpukan

sampah, maka menunjukan tempat orang tersebut ada bau yang tidak sedap.

1.4. Bahasa Pendengaran

Misalnya digambarkan orang yang menutup telinga dengan latar

belakang asap mengepul dengan kertas yang berceceran, maka dapat kita

rasakan suara yang keras akibat ada ledakan yang diakibatkan pembakaran

petasan.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

20

2. Bahasa Komposisi

Bahasa komposisi meliputi semua aspek atau unsur visual sebuah foto

(Darmawan, 2000: 93). Bahasa komposisi ini terbagi menjadi:

2.1. Bahasa Warna

Warna juga mencerminkan sesuatu. Misalkan warna putih kesucian,

kejelasan, kegembiraan, dan lain-lain. Merah mencerminkan keberanian,

vitalitas, seksualitas, dan kehangatan. Hitam mencerminkan duka cita,

misterius, dan menakutkan.

2.2. Bahasa Tekstur

Tekstur dapat menunjukkan kelembutan, kekerasan, licin, mengkilat,

dan lain-lain. Sering juga tekstur dibuat bertentangan untuk menumpukan

kontras sehingga foto menjadi menarik.

2.3. Bahasa Garis

Garis juga dapat menggambarkan sesuatu. Sebagai contoh, sebuah

benang atau kawat yang kusut menggambarkan pikiran yang kusut. Begitu

pula gambar garis tebal yang mendatar menunjukan kestabilan, dan garis yang

miring menunjukan ketidakstabilan.

2.4. Bahasa Sinar atau Cahaya

Dalam foto, aspek penyinaran atau pencahayaan adalah hal yang

sangat penting. Kita dapat mengutarakan sesuatu dengan pengaturan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

21

pencahayaan. Misalnya ingin mengutarakan kesedihan dan ketidakpastian

masa depan. Dapat membuat foto low key (foto yang dominan hitam

dibandingkan putih) atau jika menginginkan foto yang penuh dengan

kegembiraan dan masa depan yang cerah, maka bias membuat foto high key

(foto yang didominasi nada putih daripada hitam). Foto anak-anak biasanya

banyak digambarkan dengan foto-foto high key.

2.5. Bahasa Bentuk

Misalkan bentuk segi empat dan segi tiga menunjukan kestabilan,

piramida terbaik menunjukan sesuatu yang labil. Bentuk bisa menggambarkan

gemuk, kurus, dan sebagainya. Lingkaran atau bulatan menunjukan kesatuan.

3. Bahasa Gerak

Bahasa gerak ini digunakan untuk menyatakan gerak di dalam sebuah

foto (Darmawan, 2000: 94). teknik yang digunakan agar objek kelihatan

bergerak adalah sebagai berikut:

3.1. Panning

Teknik memotret yang dilakukan untuk mendapatkan efek gerak

dengan cara mengikuti objek. Teknik panning ini memperlihatkan sebab

akibat, membangun ketegangan, memberikan perbandingan kepada pemerhati

foto.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

22

3.2. Zooming

Teknik pemotretan yang dilakukan dengan cara memutar lensa

bersamaan dngan shutter dial (tombol pelepas rana). Teknik zooming terdiri

dari zoom in dan zoom out. Zoom in menampilkan objek dari dekat, intim,

detail, jelas, dan besar. Sedangkan zoom out membawa efek menjauhi objek

atau melihat objek secara luas atau keseluruhan.

4. Bahasa Konteks

Dengan menempatkan focus of interest dengan latar belakang yang

berbeda, maka suasana yang ada dalam foto tersebut akan berubah pula.

Misalnya seorang pejabat dengan latar belakang buku akan berbeda dengan

dilatar belakangi benda-benda antik (berdasarkan ruang), begitu pula foto di

bawah sinar bulan dengan foto siang hari (berdasarkan waktu).

5. Bahasa Objek

Apabila kita melihat candi Borobudur, maka hal itu akan

menggambarkan Indonesia, beda jika kita melihat Taj Mahal, itu

menggambarkan India atau Monument Nasional (Monas) yang

menggambarkan kota Jakarta.

6. Bahasa Tanda

Tanda-tanda sesuatu mewakili yang hendak dikatakan, misalnya tanda

larangan tidak boleh masuk, tanda larangan berhenti, tanda tidak boleh parker,

dan sebagainya.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

23

E.8 Analisis Semiotik

Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda

(Sobur 2009:15). Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya

berusaha mencari jalan di dunia ini di tengah-tengah manusia dan bersama-

sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah semiologi pada dasarnya hendak

mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakni hal-hal (things).

Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat di campuradukan dengan

mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek

tidak hanya membawa informasi dalam hal mana objek-objek itu hendak

berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna

(meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda

Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas

berurusan dengan simbol, bahasa wacana dan bentuk-bentuk non verbal, teori-

teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan

bagaimana tanda disusun. Secara umum studi tentang tanda merujuk pada

semiotik (Sobur 2009:16).

Istilah semiotik muncul pada abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatik

Amerika, Charles Sanders Peirce. Dilihat dari cabang penyelidikannya

Pragmatik adalah suatu cabang penyelidikan semiotika yang mempelajari

“hubungan tanda-tanda dengan interpreter-interpreter atau para

pemakaiannya” pemakaian tanda-tanda. Charles Sanders Peirce, merujuk

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

24

kepada “doktrin formal tentang tanda-tanda”. Yang menjadi dasar dari

semiotik adalah konsep tentang tanda: tidak hanya bahasa dan sistem

komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri terkait

dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak

begitu manusia bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Jadi pada

dasarnya semiotik menurut Pierce adalah suatu hubungan di antara tanda,

objek dan, makna (Sobur 2009:13).

Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for

something in some respect or capacity” (sesuatu yang mewakili ide seseorang

untuk suatu hal tertentu dalam anggapan atau kapasitas). Sesuatu yang lain itu

dinamakan sebagai interpretan (interpretant) dari tanda yang pertama pada

gilirannya mengacu kepada objek (object). Konsekuensinya, tanda (sign atau

representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni representamen,

object dan interpretant (Budiman, 2011:16).

Atas dasar hubungan ini Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda

adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap panca indera

manusia dan. Tanda dibagi menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign

adalah kualitas yang ada pada tanda. Sinsign adalah eksistensi actual benda

atau peristiwa yang ada pada tanda. Legisign adalah norma yang dikandung

oleh tanda.

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon) index

(indeks), dan symbol (symbol). Objek adalah konteks social yang menjadi

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

25

referensi dari tanda. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan

petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, Ikon

adalah tanda yang hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat

kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah

antara tanda dan petanda yang bersifat kasual atau hubungan sebab akibat atau

tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Tanda dapat pula mengacu ke

denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional

yang bisa disebut juga simbol. Simbol adalah tanda yang menunjukkan

hubungan alamiah antara penanda dan petandanya (Sobur, 2009:41).

Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicent sign, atau

dicisign dan argument. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep

pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu

makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek

yang dirujuk sebuah tanda. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang

menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicent sign, atau dicisign adalah tanda

sesuai kenyataan atau tanda yang memberi informasi tentang sesuatu.

Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.

Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul

dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi (Sobur,

2009:42).

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

26

E.8.1 Proses Semiosis

Proses semiosis merupakan suatu proses yang memadukan entitas

yang disebut sebagai representamen dengan entitas lain yang disebut

sebagai objek. Menurut Pierce Respresentamen merupakan sesuatu yang

menggantikan sesuatu bagi seseorang, yang artinya di dalam benak orang

itu tercipta suatu tanda lain yang ekuivalen, atau mungkin suatu tanda

yang lebih berkembang. Tanda yang tercipta itu disebut sebagai

interpretan dari tanda yang pertama. Tanda menggantikan sesuatu, yaitu

objeknya tidak dalam hal, melainkan dalam rujukannya pada sejumput

gagasan, yang kadang disebut sebagai latar dari represetamen. Dengan

demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik

langsung dengan interpretan dan objeknya (Budiman, 2011:73).

E.8.2 Struktur Triadik Charles Sanders Pierce

Representamen adalah sesuatu yang bersifat indrawi atau material

yang befungsi sebagai tanda. Kehadirannya membangkitkan interpretant,

yakni suatu tanda lain yang ekuivalen dengannya, di dalam benak

seseorang (interpreter). Dengan kata lain, baik representamen maupun

interpretant pada hakikatnya tidak lain dan tidak bukan adalah tanda, yakni

sesuatu yang menggantikan sesuatu yang lain. Hanya saja, representamen

muncul mendahului interpretant, semantara adanya interpretant

dibangkitkan oleh representamen. Objek yang diacu oleh tanda, adalah

“realitas” atau apa saja yang (dianggap) ada. Artinya, objek tersebut tidak

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

27

mesti konkret, tidak harus berupa hal yang kasat mata (observable) atau

eksis sebagai realitas empiris, tetapi bisa pula entitas lain yang abstrak,

bahkan imajiner dan fiktif. Relasi diantara representamen, objek, dan

interpretant ini membentuk sebuah struktur triadik (Budiman, 2011:74).

Struktur Triadik

Gambar 1 Struktur Triadik Charles Sanders Pierce

Sumber: Kris Budiman. 2011. Semiotika Visual. Yogyakarta: Jalasutra Anggota

IKAPI, hlm. 18

Sebuah tanda atau (respresentamen) menurut Pierce adalah

sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam

beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu dinamakan

(interpretant) dari tanda yang pertama pada gilirannya mengacu pada

objek (object). Proses tiga tingkat di antara representamen, objek dan

interpretan yang dikenal sebagai proses semiosis ini niscaya menjadi

objek kajian yang sesungguhnya dari seiap studi semiotika. Jika

interpretant, seperti dikatakan sebelumnya, tiada lain adalah tanda yang

pada gilirannya dapat berposisi sebagai representamen maka pada

Sign atau representamen

(simbol)

Object

(acuan)

Interpretant

(referensi atau pemikiran)

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

28

dasarnya objek pun demikian. Objek dapat bergeser posisinya menjadi

tanda, menduduki sebagai representamen, di dalam struktur triadik ini

(Budiman, 2011:17).

F. Metode Penelitian

F.1 Pendekatan dan Paradigma

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan

paradigm kritis. Pada ilmu komunikasi khususnya pada kajian media.

Pendekatan kritis pada umumnya selalu melihat dalam konteks yang luas,

tidak hanya pada sebuah level saja namun juga mengeksplorasi level lain

yang ikut berperan dalam sebuah peristiwa. Dalam kajian komunikasi para

ahli kritik umumnya tertarik dengan bagaimana pesan memperkuat

penekanan dalam masyarakat. Meskipun para ahli teori kritik tertarik pada

tindakan sosial, mereka juga fokus pada wacana dan teks-teks yang

mempromosikan ideologi-ideologi tertentu, membentuk dan mempertahankan

kekuatan, meruntuhkan minat-minat kelompok atau kelas tertentu (Littlejohn

& Foss, 2012:69).

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik, pada dasarnya,

analisis semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji

tanda. Semiotika, atau dalam istilah semiologi pada dasarnya hendak

mempelajari bagaimana kemanusiaan memakni hal-hal, memaknai berarti

bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi dalam hal mana objek-

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

29

objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur

dari tanda.

F.2 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memudahkan penelitian ini dan menghindari kesulitan penulis

dalam pengumpulan data, maka penulis menggunakan batasan pada foto

kemanusiaan dalam karya foto jurnalistik Kevin Carter. Dalam beberapa

karya yang di Kevin Carter ada empat foto yang akan diteliti yaitu “Sticken

Child Crowling Towards a food Camp”, Begitu Laparnya Sehingga Setiap

Orang Membawa Sesuatu Diendus Oleh Bocah Sudan”, “Kelaparan Lalu

Makan Kotoran Sapi”, “Membasuh Kepala Dengan Air Seni Sapi”.

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah adalah kumpulan foto

kemanusiaan dalam karya foto jurnalistik Kevin Carter, yang salah satunya

sudah memenangkan penghargaan tertinggi dibidang jurnalisme cetak

Amerika yaitu The Pulitzer dan telah menjadi foto yang kontroversi.

F.3 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan struktur triadik Charles

Sanders Pierce. Konsep semiotik Pierce, digunakan untuk menggambarkan

tragedi kemanusiaan dan menonjolkan aspek tertentu terhadap beberapa foto

yang dianalisis.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27087/2/jiptummpp-gdl-muahammadr-33458-2-ba… · A. Latar Belakang Foto merupakan sebuah media yang bisa menyimpan sebuah kenangan

30

Peneliti menganalisis setiap foto tragedi kemanusiaan dalam foto

jurnalistik karya Kevin Carter yang salah satunya menjadi foto terbaik di

dunia dan juga menjadi foto jurnalistik yang kontroversi.

Peneliti menerapkan pada struktur triadik oleh Charles Sanders Pierce

dalam menganalisis represenentasi tragedi kemanusiaan dalam karya foto

jurnalistik Kevin Carter.