bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.uny.ac.id/8170/2/bab 1 - 08308144018.pdf · pertahanan...

6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem peredaran darah semua hewan vertebrata mempunyai pola umum yang sama, namun tiap – tiap kelompok mempunyai peredaran darah tertentu yang mempunyai anotomi organ peredaran darah. Darah pada ikan mempunyai dua komponen utama yaitu sel – sel darah dan plasma darah. Darah dalam tubuh memiliki fungsi sebagai pengangkut bagi berbagai macam senyawa dan zat-zat yang diperlukan tubuh, mengatur jaringan tubuh, alat pertahanan tubuh terhadam ancaman dari luar dan menjaga kestabilan suhu. Sel darah merah cenderung untuk mengalir dengan lancar dalam pembuluh darah, tetapi tidak demikian halnya dengan sel darah putih. Banyak sel darah putih yang menempel pada dinding pembuluh darah atau bahkan menembus dinding untuk masuk ke jaringan yang lain. Eritron adalah jumlah total sel eritrosit dan sel-sel prekusornya dan tersebar luas, tetapi secara fungsional merupakan satu organ. Fungsi utamanya adalah mensuplai organisme dengan oksigen yang diperlukan untuk metabolisme jaringan. Selain itu, eritron tersebut mengangkut CO2, suatu gas yang juga ditransport dalam bentuk larutan dalam plasma untuk dikeluarkan dari paru-paru. Eritron dapat dibagi dalam 2 fungsional yaitu yang pertama untuk ruang sirkulasi atau ruang darah dan yang kedua dapat digunakan untuk ruang medula atau pool eritropoeitik sumsum tulang dimana merupakan pembentukan elemen-elemen baru berlangsung. Perbedaan ketinggian suatu tempat mengakibatkan munculnya suatu perbedaan kondisi lingkungan setempat. Perbedaan yang sangat esensial misal berupa tekanan udara. Tekanan udaradi dataran rendah lebih tinggi di banding dengan pegunungan (dataran tinggi).

Upload: vuongnguyet

Post on 06-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem peredaran darah semua hewan vertebrata mempunyai pola umum yang sama,

namun tiap – tiap kelompok mempunyai peredaran darah tertentu yang mempunyai anotomi

organ peredaran darah. Darah pada ikan mempunyai dua komponen utama yaitu sel – sel

darah dan plasma darah. Darah dalam tubuh memiliki fungsi sebagai pengangkut bagi

berbagai macam senyawa dan zat-zat yang diperlukan tubuh, mengatur jaringan tubuh, alat

pertahanan tubuh terhadam ancaman dari luar dan menjaga kestabilan suhu. Sel darah

merah cenderung untuk mengalir dengan lancar dalam pembuluh darah, tetapi tidak

demikian halnya dengan sel darah putih. Banyak sel darah putih yang menempel pada

dinding pembuluh darah atau bahkan menembus dinding untuk masuk ke jaringan yang lain.

Eritron adalah jumlah total sel eritrosit dan sel-sel prekusornya dan tersebar luas,

tetapi secara fungsional merupakan satu organ. Fungsi utamanya adalah mensuplai

organisme dengan oksigen yang diperlukan untuk metabolisme jaringan. Selain itu, eritron

tersebut mengangkut CO2, suatu gas yang juga ditransport dalam bentuk larutan dalam

plasma untuk dikeluarkan dari paru-paru. Eritron dapat dibagi dalam 2 fungsional yaitu yang

pertama untuk ruang sirkulasi atau ruang darah dan yang kedua dapat digunakan untuk

ruang medula atau pool eritropoeitik sumsum tulang dimana merupakan pembentukan

elemen-elemen baru berlangsung.

Perbedaan ketinggian suatu tempat mengakibatkan munculnya suatu perbedaan

kondisi lingkungan setempat. Perbedaan yang sangat esensial misal berupa tekanan udara.

Tekanan udaradi dataran rendah lebih tinggi di banding dengan pegunungan (dataran tinggi).

Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah tekanan udaranya. Hal ini berhubungan

dengan faktor adanya gaya gravitasi bumi yang ditimbulkan. Gravitasi didataran rendah

menjadi lebih tinggi karena kedekatanya dengan pusat bumi, sedangkan semakin daerah itu

tinggi maka semakin pula menjahui pusat bumi. Jauhnya dengan pusat bumi berakibat gaya

gravitasinya semakin lemah. Lemahnya gravitasi ini memunculkan takanan udara menjadi

semakin lemah pula. Tekanan yang rendah ini berakibat kandungan oksigen pada

lingkungan setempat menjadi rendah. Kondisi tersebut ternyata juga berpengaruh terhadap

kandungan oksigen yang terlarut dalam perairan, dimana semakin rendah tekanan udara

karena semakin tingginya tempat maka semakin rendah pula oksigen yang terlarut dalam air.

Keadaan hipoksia (kekurangan suplai oksigen terhadap jaringan), pembentukan

eritrosit meningkat. Hal ini terjadi, misalnya pada orang yang hidup di dataran tinggi di

mana konsentrasi oksigen atmosfer rendah. Hal yang sama terjadi setelah pendarahan dan

pada orang dengan disfungsi paru-paru kronik. Jadi, hipoksia adalah rangsang fisiologis

dasar untuk eritropoeisis karena suplai oksigen dan kebutuhan mengatur pembentukan sel-

sel darah merah. Penurunana oksigen terlarut pada tempat yang semakin tinggi akan

berpengaruh bagi kehidupan hewan-hewan air. Kandungan oksigen terlarut yang semakin

rendah akan menimbulkan hipoksia bagi hewan-hewan air. Ketika darah mengalami

hipoksik hormon eritropoietin dilepaskan atau aktif dari ginjal. Hormon ini beredar melalui

darah ke sumsum merah tulang dimana eritropoietin merangsang polimerasi sel-sel batang

menjadi rubiblas (proses pembentukan eritrosit di sumsum tulang dinamakan eritropoiesis).

Hematokrit merupakan perbandingan sel darah merah dengan cairan darah dalam

ikan. Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan

untuk menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukkan

terjadinya anemia. Perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran lingkungan akan

menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat respon stress pada ikan.Nilai

hematokrit tidak selalu tetap hasilnya dan pada ikan nilainya antara 5 – 60 %. Selanjutnya

dikatakan bahwa nilai hematokrit dapat juga digunakan untuk mendeteksi terjadinya animea

dan ikan terkena penyakit apabila ikan kehilangan nafsu makan karena sebab yang tidak

jelas dan ditunjukkan dengan rendahnya nilai hematokrit.

Kandungan oksigen terlarut (DO) merupakan saturasi oksigen atau oksigen terlarut

(DO) adalah ukuran relatif dari jumlah oksigen yang terlarut atau dibawa dalam media

tertentu. Hal ini dapat diukur dengan probe oksigen terlarut seperti sensor

oksigen atau optode dalam media cair, biasanya air. Tekanan udara adalah gaya per satuan

luas yang diberikan ke permukaan dengan berat udara di atas bahwa permukaan

dalam atmosfer Bumi (atau dari planet lain).Tekanan yang tepat pada ketinggian tertentu

tergantung dari kondisi cuaca, namun beberapa perkiraan dan formula dapat memberikan

gambaran umum tentang bagaimana tekanan berkurang dengan ketinggian.

Proseskehidupan organisme, diperlukan makanan dan oksigen untuk melakukan

metabolisme di seluruh tubuhnya.Berbagai proses metabolisme menghasilkan sisa (sampah)

yang harus dikeluarkan tubuh. Peredaran materi, baik berupa bahan-bahan yang diperlukan

tubuh seperti oksigen maupun hasil metabolisme dan sisa-sisanya dilakukan oleh sistem

peredaran darah. Oleh sebab itu,sel darah suatu organisme perairan dapat dijadikan idikator

bahwa lingkungan tempat organisme tersebut tercemar atau tidak.Selain itu,kita lihat dari

presentase hematokrit yang terkandung dalam darah.

Dari uraian maka muncul pemikiran untuk melakukan penelitian mengenai hubungan

antara ketinggian tempat pemeliharaan terhadapnilai hematokrit sel darah merah pada ikan

Nila (Oreochromis niloticus). Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang belum

pernah dilakukan oleh orang lain. Kebanyakan penelitian tentang hubungan antara

ketinggian tempat dengan jumlah nilai hematokrit yang dilakukan pada hewan yang hidup di

darat, sedangkan pada hewan yang hidup di air belum pernah dilakukan. Dimana belum

diketahui apakah pengaruh yang ditimbulkan sama atau tidak antara hewan yang hidup di

darat dengan hewan yang hidup di air. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai nilai hematokrit ikan nila yang dipelihara diberbagai ketinggian tempat.

B. Identifikassi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di depan maka permasalahan pada

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk

menentukan keadaan kesehatan ikan.

2. Kebanyakan penelitian tentang hubungan antara ketinggian tempat dengan jumlah nilai

hematokrit yang dilakukan pada hewan yang hidup di darat.

3. Ketinggian tempat tersebut dapat menciptakan konsisi lingkungan yang berbeda pada

masing-masing tempat pemeliharaan.

4. Perlu dilakukan rancangan lebih lanjut pada penelitian mengenai Nilai Hematokrit Ikan

Nila (Oreochromis niloticus).

C. Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada hubungan antara ketinggian tempat pemeliharaan

dengan nilai hematokrit pada ikan Nila (Oreochromis niloticus).Permasalahan dibatasi

padanilai hematokrit ikan nila (Oreochromis niloticus ) pada ketinggian tempat yang

berbeda.

D. Rumusan Masalah

Bagaimana hubunganketinggian tempat pemeliharaan dengannilai hematokrit pada

ikan Nila (Oreochromis niloticus) ?

E. Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan ketinggian tempat pemeliharaan dengannilai hematokrit pada

ikan Nila (Oreochromis niloticus)

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran tentang

hubungan antara ketinggian tempat pemeliharaan terhadap nilai hematokrit pada ikan

Nila (Oreochromis niloticus).

2. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat luas

mengenai hubungan antara ketinggian tempat pemeliharaan terhadap nilai hematokrit

pada ikan Nila (Oreochromis niloticus).

G. Definisi Operasional

1. Nilai Hematokrit adalah presentase sel darah merah di dalam cairan darah. Dalam

penelitian ini nilai Hematokrit dihitung dengan rumus Hematokrit

= merah

Keterangan :

H1 : Volume sel darah

H2 : Volume cairan darah

2. Ikan Nila adalah Ikan dengan nama spesies Oreochromis niloticus.

3. Ketinggian Tempatatau elevasi ditentukan berdasarkan elevasi lahan daratan dari

permukaan air laut, dimana permukaan air laut dianggap mempunyai elevasi 0 meter.