modul-3 kestabilan lereng.pdf

39
Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), suatu massa tanah atau batuan pada umumnya mempunyai keseimbangan terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam, dan bila karena adanya pengangkatan, penurunan, penggalian, penimbunan, erosi atau aktifitas lainnya, akan mengalami perubahan keseimbangan sehingga massa tanah atau batuan tersebut secara alamiah berusaha mencapai suatu keadaan keseimbangan yang baru. Secara prinsip, pada suatu lereng pada dasarnya berlaku dua macam gaya, yaitu gaya penahan dan gaya penggerak. Konsep dari faktor keamanan yaitu perbandingan antara gaya penahan dan gaya penggerak yang diperhitungkan pada bidang gelincirnya. Jika gaya penahannya lebih besar dari gaya penggeraknya maka lereng tersebut dalam keadan stabil (mantap).Tetapi bila gaya penahannya lebih kecil dari gaya penggeraknya, maka akan menyebabkan terjadinya kelongsoran. Kemantapan suatu lereng dapat dinyatakan sebagai berikut : penggerak Gaya penahan Gaya Fk

Upload: ishen-simamora

Post on 29-Sep-2015

43 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), suatu massa tanah atau batuan

    pada umumnya mempunyai keseimbangan terhadap gaya-gaya yang timbul

    dari dalam, dan bila karena adanya pengangkatan, penurunan, penggalian,

    penimbunan, erosi atau aktifitas lainnya, akan mengalami perubahan

    keseimbangan sehingga massa tanah atau batuan tersebut secara alamiah

    berusaha mencapai suatu keadaan keseimbangan yang baru.

    Secara prinsip, pada suatu lereng pada dasarnya berlaku dua macam gaya,

    yaitu gaya penahan dan gaya penggerak.

    Konsep dari faktor keamanan yaitu perbandingan antara gaya penahan dan gaya penggerak yang diperhitungkan pada bidang gelincirnya. Jika gaya penahannya lebih besar dari gaya penggeraknya maka lereng tersebut dalam keadan stabil (mantap).Tetapi bila gaya penahannya lebih kecil dari gaya penggeraknya, maka akan menyebabkan terjadinya kelongsoran. Kemantapan suatu lereng dapat dinyatakan sebagai berikut :

    penggerakGaya

    penahanGayaFk

  • Adapun hubungan beberapa variasi nilai faktor keamanan terhadap kemungkinan longsoran lereng maupun pada

    perancangan lereng dapat dilihat pada tabel 3.1, 3.2 dan 3.3.

    Tabel 3.1. Nilai Faktor Kemanan untuk perencanaan lereng

    (menurut Sosrodarsono)

    Nilai Fk Keadaan lereng

    < 1,0

    1,0 1,2

    1,3 1,4

    1,5 1,7

    Tidak mantap

    Kemantapan diragukan

    Memuaskan untuk pemotongan dan penimbunan

    Mantap untuk bendungan

  • Nilai Fk Kemungkinan Longsor

    < 1,07

    1,07 < Fk < 1,25

    > 1,25

    Kelongsoran biasa terjadi

    Kelongsoran pernah terjadi

    Kelongsoran jarang terjadi

    Tabel 3.2 Hubungan nilai Fk dan kemungkinan kelongsoran lereng

    tanah (menurut Bowles, J.E) :

    Tabel 3.3. Kisaran faktor keamanan (Ward, 1976)

    Faktor Keamanan Kerentanan Gerakantanah

    Fs < 1,2

    1,2 < Fs < 1,7

    1,7 < Fs < 2,0

    Fs > 2,0

    Tinggi, gerakantanah sering terjadi

    Menengah, gerakantanah dapat terjadi

    Rendah, gerakantanah dapat terjadi

    Sangat Rendah, gerakantanah sangat jarang

    terjadi

  • Faktor-faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng antara lain :

    1. Morfologi

    2. Struktur Geologi

    3. Geometri lereng

    4. Airtanah

    5. Gaya-gaya luar

  • Debris flow at Tahoma

    Creek, July 26, 1988

    Gerakan tanah di Kp. Mogol, Ledoksari,

    Tawangmangu, korban tewas sebanyak 37

    orang tertimbun material longsoran

    Longsoran Ds. Kidang

    Pananjung, Kec. Cililin, Kab.

    Bandung, 2004

    Tanah longsor di dusun Pagah, Tirtomoyo,

    Wonogiri, menimpa 2 rumah warga,

    7 org meninggal dunia

  • 3.1 Mekanisme Dasar Terjadinya Longsoran

    Sifat-sifat material yang relevan dengan masalah kemantapan lereng

    adalah sudut geser dalam (), kohesi (c) dan berat jenis () batuan.

    Pengertian sudut geser dalam dan kohesi akan dijelaskan pada gambar di bawah.

    Gambaran secara grafik ini menjelaskan secara sederhana tetang suatu spasi batuan yang

    mengandung bidang diskontinu dan kemudian padanya bekerja tegangan geser dan

    tegangan normal sehingga akan menyebabkan batuan tersebut retak pada bidang

    diskontinu dan mengalami geseran. Tegangan geser yang dibutuhkan sehingga batuan

    tersebut retak dan bergeser, akan bertambah sesuai pertambahan tegangan normal.

    n

    C

    Gambar 1 Hubungan antara tegangan

    geser dan tegangan normal

  • 3.1.1 Longsoran Akibat Beban Gravitasi

    Kita lihat suatu massa seberat W yang berada dalam keadaan setimbang di

    atas suatu bidang yang membentuk sudut terhadap bid. Horizontal.

    W

    W cos

    W sin

    R

    Gaya berat yang mempunyai arah vertikal dapat diuraikan pada arah sejajar

    dan tegak lurus bidang miring.

    Tegangan normal dapat diberikan sebagai : 1)

    dimana A = luas dasar benda

    Jadi :

    Atau R = cA + w.cos .tan 2)

    dimana : R = gaya geser yang menahan benda tergelincir ke bawah.

  • Benda dalam kondisi batas kesetimbangan apabila gaya yang

    menyebabkan benda tergelincir tepat sama dengan gaya yang menahan

    benda atau :

    w.sin = cA + W cos .tan . 3)

    Bila c = 0, kondisi batas kesetimbangan dapat dinyatakan dengan :

    = .. 4)

    3.1.2 Pengaruh Tekanan Air pada Tegangan Geser

    Pengaruh tekanan air pada tegangan geser akan lebih mudah dimengerti

    dengan menggunakan analog seperti diterangkan di bawah ini.

    W

    W cos 2

    W sin

    R

    Sebuah bejana diisi air dan diletakkan di

    atas bidang miring seperti gambar.

    Susunan gaya yang bekerja disini sama

    dengan yang bekerja pada sebuah

    benda di atas bidang miring. Untuk

    penyederhanaan, c antar dasar bejana

    dan bidang miring diasumsikan nol.

  • Menurut pers. 4, bejana dan isinya akan mulai tergelincir pada saat = .

    Dasar bejana kini dilubangi sehingga air dapat masuk ke celah antar dasar

    bejana dan bidang miring memberikan tekanan air sebesar u atau gaya

    angkat sebesar : U = u.A

    dimana : A = luas dasar bejana

    Gaya normal W.cos 2 sekarang dikurangi oleh gaya angkat U, dan

    besarnya gaya yang menahan gelinciran adalah :

    R = (W.cos 2 U).tan .. 5)

    R

    W sin 2

    W cos 2

    2

    W

    u

    u

    h

    hw 2

    2

    Gambar 2 Tekanan air pada celah antara

    bejana dan bid. miring

  • Substitusi pers. 6) ke pers. 5) maka diperoleh :

    R = W cos 2 (1 - w/ t ) tan .. 7)

    dan kondisi batas kesetimbangan yang terdefinisi pada pers. 3) menjadi :

    Tan 2 = (1 - w/ t ) tan 8)

    Seandainya berat per unit volume dari bejana yang berisi air adalah t, dan berat

    per unit volume air adalah w,

    maka : W = t.h.A

    U = w . Hw . A

    Besarnya hw = h . Cos 2 dan

    U = w/ t . W.cos 2 6)

  • Longsoran busur : kekar menerus sepanjang sebagian lereng menyebabkan longsoran geser permukaan, massa batuan sangat terkekarkan atau tanah.

    Longsoran bidang : kemiringan bidang kekar rata-rata hampir atau searah dengan kemiringan lereng.

    Longsoran baji : garis perpotongan dua bidang kekar mempunyai kemiringan ke arah kemiringan lereng.

    Longsoran guling : massa batuan terdiri dari kekar-kekar kolum agak tegak dan bila terjadi pada massa batuan kuat, rekahan tarik akan melendut terus dan miring ke arah kemiringan lereng.

    DASAR MODEL KELONGSORAN LERENG AKIBAT KEHADIRAN KEKAR

  • Informasi struktur geologi dan

    evaluasi jenis longsoran yang

    mungkin terjadi dari suatu rencana

    open pit mine.

  • Jenis-jenis longsoran :

    1. Lonsoran Busur (Circular Failure).

    2. Longsoran Bidang (Plane Failure).

    3. Longsoran baji (Wedge Failure).

    4. Longsoran guling (Toppling Failure).

    Rotasi

    Arah gerakan tanah

    yang berupa rotasi

    Bidang gelincir yang

    berbentuk lengkung

    - Lonsoran Busur (Circular Failure).

  • Translasi

    Kombinasi

  • Dalam menganalisis kemantapan lereng, biasanya diambil asumsi

    bahwa :

    1. Tanah merupakan material yang homogen dan kontinu, meskipun

    kenyataannya tidak demikian.

    2. Perhitungan dilakukan dalam dua dimensi dan lebar longsoran

    dipertimbangkan sesuai dengan luas penampangnya.

    3. Analisis selalu dilakukan dalam kondisi tegangan-tegangan efektif.

    1. Metoda grafis (Hoek & Bray)

    Cara ini terutama tergantung kepada :

    1. Jenis tanah homogen dan kontinu.

    2. Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur

    lingkaran.

    3. Tinggi permukaan air tanah pada lereng.

    Hoek & Bray membuat 5 (lima) buah diagram untuk tiap-tiap kondisi air

    tanah tertentu mulai dari sangat kering sampai jenuh.

  • Analisis dengan metoda ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

    1. Menentukan kondisi muka air tanah pada lereng, kemudian memilih chart yang paling sesuai dengan kondisi lereng tersebut.

    2. Menghitung angka :

    kemudian cocokkan angka tersebut pada diagram yang dipilih.

    3. Ikuti jari-jari mulai dari angka yang diperoleh pada langkah 2 sampai memotong kurva yang menunjukkan kemiringan.

    4. Cari angka-angka :

    yang sesuai pada absis dan ordinat.

    5. Pilih angka yang paling tepat dari kedua angka yang diperoleh dari langkah 4.

    H.tan.

    C

    FH

    cdan

    ..F

    tan

  • Chart yang memperlihatkan kondisi airtanah pada lereng

  • 1. Suatu lereng mempunyai parameter sebagai berikut :

    - Tinggi lereng : 18 m

    - Kohesi (c) : 47880.3 N/m2

    - Sudut geser dalam (f) : 30o

    - Berat volume kering (g) : 25134.7 N/m3

    - Tinggi muka air tanah 2 kali tinggi lereng di belakang kaki lereng.

    Tentukan kemiringan lereng (a) agar lereng tersebut berada dalam

    kondisi stabil jika !

    Contoh :

    Jawab :

    c/HF = 0.081

    Tan /F = 0.4438

    c/.H.tan 0.1834

    Jadi kemiringan lereng : a = 40o

  • Seandainya kemiringan lerreng 40o, tentukan nilai F !

    c/.H.tan 0.1834

    Tan /F = F = 1.31

    c/HF = F = 1.34

    0.44

    0.079

    Sehingga :

    Jawab :

  • b. Metoda Swedia

    W sin

    H

    O (Titik pusat lingkaran)

    r

    r

    En+1

    Xn+1

    W

    W W cos

    l

    En

    Xn

    b

    Gaya akibat massa elemen (W) dapat dibagi dalam 2 komponen, yaitu : 1. Gaya yang bekerja menyinggung dasar elemen (W sin ). 2. Gaya yang bekerja tegak lurus dasar elemen (W cos ).

    Gaya penggerak = W sin , dan

    Momen terhadap titik O = W sin .r

    Gaya penahan : tekanan geser sepanjang dasar

    elemen yg terdiri dari komponen gesekan (W cos

    .tan ) dan komponen kohesi (c, l).

    Sedangkan momen terhadap = (W cos .tan + c.l).r

  • Analisis menggunakan tegangan-

    tegangan efektif :

    Momen longsor dan penulisan untuk

    seluruh elemen adalah jumlah dari

    momen-momen tiap elemen.

    Jadi :

    rW

    rlcWF

    .sin

    ..tancos

    sin

    .tan.cos

    W

    lcWF

    Analisis yang didasarkan pada tegangan-tegangan

    total.

    sin

    '.'tan)..cos(

    W

    lcluWF

    dimana :

    (W cos - u.l) tan = komponen geser efektif

    C.l = kompohen kohesi efektif U = tekanan air pori

    C = kohesi efektif W = berat beban total segmen

    b = lebar segmen

    = sudut geser dalam efektif L = panjang ab

  • Elemen h (m) b (m) l (m) W (kN) W sin W cos u.l W cos u.l

    1

    2

    3

    4

    5

    S =

    Tabel perhitungan metode Swedia

  • Contoh :

    Suatu lereng mempunyai tinggi (H) = 9 m, = 25o, c = 0 dengan densitas tanah dalam keadaan jenuh = 1,92 kg/m3 dan tekanan air pori (u), diasumsikan : 0,2 h, sedang h = tinggi elemen yang ditinjau. Hitung Faktor keamanan lereng tersebut !

    H = 9 m

    O

    Penyelesaian :

  • H

    O (Titik pusat lingkaran)

    r

    r

    En+1

    Xn+1

    W

    W W cos

    W sin

    l

    En

    Xn

    b

    C. METODA BISHOP

    Asumsi : bidang longsor berbentuk busur lingkaran

    Pertama yang harus diperhatikan

    adalah :

    - Geometri lereng.

    - Titik pusat busur lingkaran

    bidang luncur.

    - Letak rekahan.

  • Parameter yang mutlak dimiliki untuk tiap-tiap elemen adalah :

    kemiringan dasar elemen ()

    tegangan vertikal, merupakan perkalian antara tinggi (h) dan berat isi

    tanah/batuan ()

    tekanan air yang dihasilkan dari perkalian antara tinggi mat dari dasar

    elemen (hw)

    berat volume air (w)

    Kuat geser tanah/batuan ()

    Metoda Bishop merumuskan bahwa faktor keamanan :

    F

    BWbcW

    F

    .tantan1

    sec.'tan)1('..

    sin

    1

    dimana :

    bW

    UB1

    .

  • Elemen h (m) b (m) W (kN) W sin c.b (W-B).tan

    sec

    Gaya Penahan

    (R) 1+ tan .tan

    F

    1

    2

    3

    4

    5

    S = S =

    Tabel perhitungan metode Bishop

  • Contoh :

    Sebuah lereng setinggi 20 m dan kemiringan 2H:1V mengalami kelongsoran seperti terlihat pada gambar. Titik pusat kelongsoran pada koordinat (35,1;55) dan jari-jari kelongsoran 38,1 m.

    Hitung FK lereng tersebut !

  • b h W sin W sin c.b

    (kN/m)

    W(1-B)tan

    sec

    Elemen ( m ) ( m ) ( o ) kN/m2 ( o ) 1 + tan .tan R

    F = 1.5

    1 5 2 -19.2 160 -0.329 -52.593 100 56.384 1.156 165.206

    2 5 6 -11.4 480 -0.198 -94.828 100 172.791 1.073 285.322

    3 5 9 -3.8 720 -0.066 -47.693 100 260.095 1.019 364.933

    4 5 11.5 3.8 920 0.066 60.941 100 332.849 0.986 428.297

    5 5 13.5 11.4 1080 0.198 213.363 100 391.053 0.973 480.327

    6 5 14.5 19.2 1160 0.329 381.299 100 420.154 0.976 510.248

    7 5 15.5 27.4 1240 0.460 570.381 100 449.256 1.001 549.490

    8 5 14.5 36.2 1160 0.590 684.803 100 420.154 1.052 542.120

    9 5 12 46.2 960 0.721 692.618 100 347.400 1.153 500.505

    10 5 5 59.6 400 0.862 344.899 100 143.689 1.397 300.797

    S 2753.190 S = 4127.243

    Fk = 1.50

  • L

    d

    H

    mat

    Rekahan tarik

    h hw

    x

    a

    h

    Longsoran melalui kaki

    lereng

    RUMUSAN :

    Qz

    Fy

    xf

    F

    )/1(

    .0

    dimana :

    x = (c + (.h - w.hw ).tan )(1 + tan2 a).x

    y = tan a . tan

    z = h. x sin a

    Q = w.z2

    F0 = 1 + K (d/L 1,4 (d/L)2)

    untuk :

    C = 0 K = 0,31

    C > 0 dan >0 K = 0,50

  • Tugas

    Hitung nilai Faktor Keamanan dari lereng berikut dengan menggunakan metoda Janbu.