bab i pendahuluan a. alasan pemilihan...

25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judul Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut meminta. 1 Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan Kesejahteraan Anak. Jadi masalah perlindungan hukum bagi anak mencakup lingkup yang sangat luas. Dalam perspektif kenegaraan, komitmen Negara untuk melindungi warga negaranya termasuk di dalamnya terhadap anak, dapat ditemukan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945). Hal tersebut tercermin dalam kalimat: 2 “….kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasarkan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu…” 1 Saraswati Rika, “Hukum Perlindungan Anak di Indonesia” , Citra Aditya Bakti, Bandung. 2003. Hal 5. 2 Waluyadi, “Hukum perlindungan anak”, Mandar maju, Bandung. 2009. Hal 1.

Upload: duongthu

Post on 21-Aug-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Alasan pemilihan judul

Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang

dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap

anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap

anak yang terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut

meminta.1 Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya

perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak

(fundamental rights and freedoms of children) serta berbagai kepentingan

yang berhubungan dengan Kesejahteraan Anak. Jadi masalah perlindungan

hukum bagi anak mencakup lingkup yang sangat luas.

Dalam perspektif kenegaraan, komitmen Negara untuk melindungi warga

negaranya termasuk di dalamnya terhadap anak, dapat ditemukan dalam

pembukaan Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945). Hal tersebut tercermin

dalam kalimat:2

“….kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdasarkan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu…”

1 Saraswati Rika, “Hukum Perlindungan Anak di Indonesia” , Citra Aditya Bakti, Bandung. 2003.

Hal 5.2 Waluyadi, “Hukum perlindungan anak”, Mandar maju, Bandung. 2009. Hal 1.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

2

Selanjutnya dijabarkan BAB XA tentang (HAM). Khusus untuk

perlindungan terhadap anak, Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 menyatakan:3

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta

berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Instrument hukum yang mengatur perlindungan hak-hak anak terdapat

dalam konvensi PBB tentang hak-hak anak (Convention on the rights of the

child) tahun 1989, telah diratifikasi oleh lebih 191 negara, termasuk Indonesia

sebagai anggota PBB melalui Keputusan Presiden No 36 Tahun 1990.

Dengan demikian, konvensi PBB tersebut telah menjadi hukum Indonesia dan

mengikat seluruh warga Negara Indonesia

Prinsip-prinsip tersebut juga terdapat di dalam ketentuan Undang -

Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang dibentuk oleh

pemerintah agar hak-hak anak dapat diimplementasikan di Indonesia.

Terhadap harkat dan martabat anak sebenarnya sudah terlihat sejak tahun

1979 ketika membuat undang-undang perlindungan anak dan sampai

sekarang, kesejahteraan dan pemenuhan hak-hak anak masih jauh dari yang

diharapkan.4

Pasal 1 angka 2 UU No. 23 Tahun 2002 menentukan bahwa:5

“ Perlindungan Anak adalah Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi , secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Perlindungan anak dapat juga diartikan sebagai segala

3 Ibid, hal 24 Saraswati Rika, op.cit. hal 155 Gultom Maidin, “Perlindungan hukum terhadap anak dalam sistem peradilan pidana anak di

indonesia”, Refika aditama, Bandung. 2008. hal 34

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

3

upaya yang ditujukan untuk mencegah, rehabilitasi dan memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah (child abused), eksploitasi, dan penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak secara wajar, baik fisik, mental dan sosialnya.”

Bertitik tolak pada konsep perlindungan yang utuh, menyeluruh dan

komprehensif maka Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak ini meletakan kewajiban pemerintah dalam memberikan

perlindungan kepada anak berdasarkan Pasal 3 Undang -Undang No 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak hak-hak anak yang meliputi:6

1) Non diskriminasi

2) Kepentingan yang terbaik bagi anak

3) Hak untuk hidup,kelangsungan hidup dan perkembangan dan

4) Penghargaan terhadap pendapat anak

Setiap anak membutuhkan perlindungan terutama anak pengungsi yang

merupakan pihak yang paling rentan terhadap trauma fisik dan psikis. Hal ini

dikarenakan anak masih mempunyai jiwa labil dan rentan. Kerusuhan

membuat anak-anak menjadi korban yang paling membutuhkan perhatian

khusus dari Pemerintah. Kebutuhan bagi anak pengungsi meliputi kebutuhan

gizi bagi anak –anak, Pelayanan kesehatan, tempat perlindungan yang aman

seperti alas dan selimut serta pendidikan bagi anak-anak pengungsi. Pada

kenyataannya pengungsi masih banyak yang mengeluhkan dari berbagai

pelayanan-pelayanan standar yang harus di penuhi oleh pemerintah. Sehingga

menimbulkan persoalan baru terutama bagi pengungsi anak-anak, tentu hal

ini akan sangat membahayakan kondisi anak-anak pengungsi. Namun di

6 Ibid.hal 18

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

4

dalam prakteknya seringkali terjadi pelanggaran terhadap hak-hak anak

pengungsi,yang mengakibatkan kesejahteraan anak-anak pengungsi berada di

dalam taraf yang sangat rendah.

Untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi sulit

tersebut ,Undang – undang No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak

mengamanatkan dalam beberapa Pasal, sebagai berikut:

Pertama, Pada Pasal 59, diamanatkan bahwa pemerintah dan lembaga Negara

lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan

perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat.

Kedua, pada Pasal 60 dinyatakan bahwa anak dalam situasi adalah anak yang

menjadi pengungsi dan anak korban kerusuhan.

Ketiga, pada Pasal 62 dinyatakan bahwa perlindungan khusus

dilaksanakan melalui Pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan,

sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan

keamanan, dan persamaan perlakuan; dan Pemenuhan kebutuhan khusus bagi

anak yang menyandang cacat dan anak yang mengalami gangguan

psikososial.

Konflik Poso yang mulai terjadi pada desember 1998, telah membawa

dampak besar terhadap pola hidup dan pranata sosial masyarakatnya di

daerah ini. Rumah-rumah yang terbakar, desa yang porak poranda, keluarga

yang terluka bahkan terbunuh, anak-anak yang terpisah dari orang tuanya,

anak yang kehilangan orang tua, menyebabkan perilaku anak menjadi

berubah, dari yang tadinya ceria-gembira sesuai dengan masa

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

5

pertumbuhannya menjadi anak yang dirundung ketakutan, syok, depresi,

stress bahkan menjadi agresif. Situasi konflik Poso tersebut telah

menyebabkan anak kedalam situasi “krisis’.

Penulis melakukan penelitian dilokasi pengungsian yaitu pengungsian

Malewa yang berada di kecamatan Tentena kabupaten Poso. Penulis tertarik

melakukan penelitian di Pengungsian Malewa dikarenakan dalam pemenuhan

kebutuhan anak –anak pengungsi terdiri dari anak putus sekolah, jaminan

kesehatan,dan anak yang kehilangan orang tua mereka serta pengabaian dan

penelantaran terhadap anak dibandingkan dengan pengungsian tanahmawau.

Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

kehilangan harta benda termasuk rumah tinggal mereka. Sejak kerusuhan

kedua tahun 2000, mereka dievakuasi oleh krisis center ke tentena yang

merupakan Pusat sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah ( GKST) . Untuk

memudahkan mobilisasi bantuan sosial, maka mereka diberikan lahan oleh

krisis center GKST untuk membangun rumah tinggal sementara menunggu

relokasi rumah tinggal oleh pemerintah kabupaten Poso. Sampai tahun 2012

ini relokasi oleh pemerintah kabupaten Poso belum ada.

Konflik kerusuhan Poso khususnya dipengungsian Malewa, anak-anak

menjadi korban yang paling membutuhkan perhatian khusus dari Pemerintah

setempat namun belum optimalnya pemenuhan hak - hak anak kerusuhan

konflik Poso. Hal ini disebabkan pemenuhan hak –hak anak konflik

kerusuhan tidak terlaksana oleh Dinas Sosial Kabupaten Poso. Sehingga

mengakibatkan kesejahteraan anak-anak pengungsi berada di dalam taraf

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

6

yang sangat rendah. Kewajiban dari setiap orang baik masyarakat maupun

pemerintah untuk berperan dalam proses pendidikan, pembinaan, pengarahan

serta perlindungan anak, agar nantinya terbentuk manusia handal untuk masa

depan bangsa. Namun demikian penulis sadari bahwa kondisi anak di Poso

masih banyak yang memprihatinkan.

Anak-anak pengungsian mempunyai hak dan kebutuhan hidup yang

harus dipenuhi yaitu hak dan kebutuhan akan makan, gizi, kesehatan,

bermain, kebutuhan emosional dan pendidikan serta memerlukan partisipasi

dari masyarakat maupun pemerintah yang mendukung bagi kelangsungan

hidup, tumbuh kembang dan perlindungannya

Dinas sosial kabupaten Poso memiliki Peran dalam menyelenggarakan

perlindungan, pelayanan, pemulihan dan anak korban kekerasan anak –anak

pasca konflik dalam mendapatkan jaminan atas hak –haknya sebagai anak

pasca konflik. Hal ini sebagai Tanggung jawab Dinas Sosial Kabupaten Poso

dalam penyelenggaraan sesuai dengan Perda No 6 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Perlindungan, Pelayanan, Dan Pemulihan Perempuan Dan

Anak Korban Kekerasan, dalam Pasal 9 ayat (2) memberikan perlindungan

khusus dalam bentuk :

1) Perlindungan dan perlindungan khusus dalam bentuk pendampingan dan

rasa aman

2) Pelayanan dalam bentuk pelayanan medis, psiko-sosial, medical – legal

pelayanan hukum dan pelayanan resosialisasi dan,

3) Pemulihan dalam bentuk pendidikan, kesehatan dan pemulihan ekonomi

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

7

Namun satu hal yang patut dipertanyakan adalah walaupun anak –anak

korban konflik dilindungi perangkat hukum yang jelas namun tetapi

kelemahannya tidak ada Surat Keputusan Bupati dalam penyelenggaraan

Perda No 6 Tahun 2008.

Perlindungan anak di Kabupaten Poso ini masih jauh memperlihatkan

hasil yang dari kesan baik. Tampak jelas dengan sangat di lokasi pengungsian

malewa banyak anak yang putus sekolah, pengabaian dan penelantaran

terhadap anak di pengungsian tersebut.

Dalam melaksanakan perlindungan khusus terhadap hak-hak anak

pengungsi malewa, Dinas Sosial Kabupaten Poso memiliki Peran untuk

memberikan perlindungan khusus terhadap anak – anak pengungsi korban

konflik yakni berupa bentuk pelayanan dan pemulihan dalam bentuk

pendidikan dan kesehatan. Peran ini dimaksudkan untuk memenuhi hak – hak

anak pengungsi agar perlindungan dan pemenuhan hak dasar anak dari

keterlantaran sehingga kelangsungan hidup anak dapat terwujud.

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan sebelumnya, penulis tertarik

untuk melihat Peran Dinas sosial kabupaten Poso dalam penanganan terhadap

anak –anak pasca konflik kerusuhan dengan mengambil judul :

KETIADAAN PERAN DINAS SOSIAL KABUPATEN POSO DALAM

PERLINDUNGAN HAK ANAK KORBAN KONFLIK POSO

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

8

Tabel 1.1

Perbandingan skripsi

Nama Rumusan masalah Tujuan penelitian Metode

Pendekatan

Novriyani todaga

312007037

Bagaimana peran pemerintah

dalam pemenuhan hak-hak anak

pasca konflik Poso

Apa kendala-kendala

pemerintah dalam pemenuhan hak-

hak anak pasca konflik

Untuk mengetahui

pemenuhan hak-hak pasca konflik

Untuk mengetahui kendala-

kendala dalam pemenuhan hak-

hak anak di Poso

Sosio legal

Aris Ardiyanto

312003088

Apa peran komisi perlindungan

anak indonesia (KPAI) terhadap

kasus kekerasan anak

Untuk mengetahui dan

memahami tentang pelaksanaan

atau peran KPAI terhadap kasus

kekerasan anak dan dapat

mengidentifikasi pola penanganan

dan faktor pendorong dan

hambatan dalam perlindungan

anak

Yuridis

sosiologis

Beatrix N

Temmar

312000142

Bagaimana bentuk penegakan

hukum dalam rangka perlindungan

anak khususnya yang terlibat

sebagai tentara bocah dalam kasus

konflik bersenjata di ambon?

Apakah yang menjadi dampak

dan keterlibatan anak sebagai

tentara bocah dalam konflik ambon

Menggambarkan bentuk-

bentuk keterlibatan anak

khususnya anak yang terlibat

sebagai tentara bocah yang dalam

situasi konflik ambon

Mengetahui dampak yang

ditimbulkan sebagai akibat dan

keterlibatan anak selalu tentara

bocah dalam konflik ambon

Yuridis

sosiologis

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

9

B. Latar belakang masalah

Salah satu kerusuhan yang pada akhirnya berubah menjadi sebuah

konflik berkepanjangan adalah peristiwa Poso 26 Desember 1998. Konflik di

Poso adalah salah satu konflik yang ada di Indonesia yang belum terpecahkan

sampai saat ini. Meskipun sudah beberapa resolusi ditawarkan, namun itu

belum bisa menjamin keamanan di Poso. berbagai macam konflik terus

bermunculan di Poso. Meskipun secara umum konflik-konflik yang terjadi di

Poso adalah berlatar belakang agama, namun kalau diteliti lebih lanjut, maka

kita akan menemukan berbagai kepentingan golongan yang mewarnai konflik

tersebut.

Poso adalah sebuah kabupaten yang terdapat di Sulawesi Tengah. Kalau

dilihat dari keberagaman penduduk, Poso tergolong daerah yang cukup

majemuk, selain terdapat suku asli yang mendiami Poso, suku-suku

pendatang pun banyak berdomisili di Poso, seperti dari Jawa, batak, bugis dan

sebagainya. Kalau dilihat dari konteks agama, Poso terbagi menjadi dua

kelompok agama besar, Islam dan Kristen. Sebelum pemekaran, Poso

didominasi oleh agama Islam, namun setelah mengalami pemekaran menjadi

Morowali dan Tojo Una Una, maka yang mendominasi adalah agama Kristen.

Selain itu masih banyak dijumpai penganut agama-agama yang berbasis

kesukuan, terutama di daerah-daerah pedalaman. Islam dalam hal ini masuk

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

10

ke Sulawesi, dan terkhusus Poso, terlebih dahulu. Baru kemudian disusul

Kristen masuk ke Poso.7

Keberagaman inilah yang menjadi salah satu pemantik seringnya terjadi

berbagai kerusuhan yang terjadi di Poso. Baik itu kerusuhan yang berlatar

belakang sosial-budaya, ataupun kerusuhan yang berlatarbelakang agama,

seperti yang diklaim saat kerusuhan Poso tahun 1998 dan kerusuhan tahun

2000. Agama seolah-olah menjadi kendaraan dan alasan tendesius untuk

kepentingan masing-masing.

Awal konflik Poso terjadi setelah pemilihan bupati pada Desember 1998.

Dengan menangnya pasangan Piet Inkiriwang dan Mutholib Rimi dari

identitas agama dan suku.8 Untuk seterusnya agama dijadikan penyebab pada

setiap konflik yang terjadi di Poso. Perseturuan kecil, semacam perkelahian

antar persona pun bisa menjadi pemicu kerusuhan yang ada di sana. Semisal,

ada dua pemuda terlibat perkelahian. Yang satu beragama islam dan yang

satunya lagi beragama Kristen. apabila salah satu pihak mengalami

kekalahan, maka ada perasaan tidak terima diantara keduanya. Setelah itu

salah satu, atau bahkan keduanya, melaporkan masalah tersebut ke kelompok

masing-masing, dan timbullah kerusuhan yang melibatkan banyak orang dan

bahkan kelompok.

Setelah peristiwa 1998 dan 1999, masyarakat kembali hidup secara

wajar. Namun seiring dengan runtuhnya Orde Baru, lengkap dengan

lemahnya peran ”aparat keamanan” yang sedang digugat disemua lini melalui 7 Karnavian tito, TOP SECRET membongkar konflik Poso, :gramedia pustaka utama. Jakarta

2008. Hal 238 Lihat bulletin Yayasan Taman Merdeka Palu, edisi 5 tahun II. 2006. Hal 35

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

11

berbagai isu, kerusuhan Poso kembali meletus, bahkan terjadi secara beruntun

dan bersifat lebih masif. Awal kerusuhan terjadi Desember Tahun 1998,

konflik kedua terjadi April Tahun 2000, tidak lama setelah kerusuhan tahap

dua terjadi lagi kerusuhan ketiga di bulan Mei-Juni 2000. konflik masih terus

berlanjut dengan terjadinya kerusuhan keempat pada Juli 2001; dan kelima

pada November 2001. Peristiwa-peristiwa tersebut memperlihatkan adanya

keterkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga kerusuhan-kerusuhan

dicermati dalam konteks jilid satu sampai lima.9

Terdapat beberapa pola kerusuhan yang dapat dilihat pada kerusuhan di

Poso:

1. Pertama, kerusuhan di Poso biasanya bermula terjadi di Poso kota dan

selanjurnya merembet ke daerah-daerah sekitar Poso. Wilayah Poso kota

keberadaan komposisi agama relative berimbang dan sama.

2. Kedua, kerusuhan yang terjadi di pusat kota diikuti dengan mobilitas

masa yang cukup besar, yang berasal dari luar Poso, bahkan berasal dari

luar kabupaten Poso. Ketika kerusuhan pertama dan kedua meletus,

massa memasuki kota Poso berdatangan dari kecamatan Ampana,

kecamatan Parigi, lage, Pamona, dan bahkan dari kabupaten Donggala.

3. Ketika kerusuhan ketiga pun meletus, mobilisasi massa bahkan semakin

membludak, dan jauh lebih besar dari massa yang datang pada kerusuhan

pertama dan kedua. kerusuhan selalu ditandai dengan pemakaian senjata

tajam, baik itu benda tumpul, pedang, parang, bahkan senjata api.

9 Lihat hasil penelitian Hamdan Basyar (Ed.), Konflik Poso: Pemetaan dan Pencarian Pola-pola

Alternatif Penyelesaiannya (Jakarta : P2P LIPI, 2003). Hal 20

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

12

Informasi yang didapat bahwa kebanyakan korban tewas karena sabetan

pedang/parang, benturan denga benda keras, dan lain sebagainya. Selain

itu bukti yang mengatakan bahwa pada kerusuhan april 2000

diinformasikan 6 korban tewas disebabkan oleh berondongan senjata api.

4. keempat adalah kesalahpahaman informasi dari keduabelah pihak. Pada

kerusuhan pertama, dimulai dengan perkelahian antara dua pemuda Islam

dan Kristen, yang kemudian di blow up menjadi konflik dua golongan

agama. Konflik kedua berakar dari perkelahian dua kelompok pemuda,

dan kemudian informasi mengatakan bahwa kerusuhan itu adalah

kerusuhan dengan latar belakang agama.

Konflik pada Desember 1998 dan April 2000 kecenderungannya hanya

tepat disebut ”tawuran”, sebab konflik hanya dipicu oleh bentrokan pemuda

antar kampong, intensitas dan wilayah konflik sangat terbatas di sebagian

kecil kecamatan kota10. Solidaritas kelompok memang ada, tapi belum

mengarah pada keinginan menihilkan kelompok lain. Bahkan, setelah tahu

bahwa penyebab bentrokan adalah minuman keras, kelompok yang

berbenturan justru sempat sepakat mengadakan operasi miras bersama.

Mulai Mei-Juni 2000 dilanjutkan dengan Juli 2001 dan November-

Desember 2001 konflik telah mengindikasikan ciri-ciri perang saudara.

Konflik sudah mengarah pada upaya menghilangkan eksistensi lawan, terlihat

dari realitas pembunuhan terhadap siapa pun, termasuk perempuan dan anak-

anak, yang dianggap sebagai bagian lawan. Telah terbangun solidaritas

10 Istilah ”tawuran” merupakan hasil diskusi penelitian tim penelitian Konflik Poso,

LIPI.,[Hamdan Basyar (Ed.), 2003] dan [Bayu Setiawan (Ed.), 2004].

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

13

kelompok secara tegas melalui ideologisasi konflik berdasar isu agama dan

etnisitas, sehingga konflik menjadi bersifat sangat intensif (kekerasan dan

korban ) dan ekstensif (wilayah dan pelaku ). Bahkan berbeda dengan dua

konflik sebelumnya yang umumnya menggunakan batu dan senjata tajam,

sejak konflik ketiga pada Mei 2000 mereka telah mempergunakan senjata api,

yang terus berlanjut hingga konflik keempat dan kelima, serta beberapa

kekerasan sporadis ”pascakonflik”.

Konflik Poso telah memakan korban serta meninggalkan trauma

psikologis yang sulit diukur tersebut, ternyata hanya disulut dari persoalan-

persoalan sepele berupa perkelahian antarpemuda. Solidaritas kelompok

memang muncul dalam kerusuhan itu, namun konteksnya masih murni

seputar dunia remaja, yakni: isu miras, isu tempat maksiat. Namun justru

persoalan sepele ini yang akhirnya dieksploitasi oleh para oknum yang terkait

melalui instrumen isu pendatang dan penduduk asli dengan dijejali oleh

sejumlah komoditi konflik berupa kesenjangan sosio-kultural, ekonomi, dan

jabatan-jabatan politik. Bahkan konflik diradikalisasi dengan bungkus

ideologis keagamaan, sehingga konflik Poso yang semula hanya berupa

tawuran berubah menjadi perang saudara antar komponen bangsa.

Konflik Poso tersebut telah membawa luka dan kesedihan mendalam di

hati anak-anak konflik Poso sebagai korban penyerangan. Hal ini

membuat anak-anak menanggung segala resiko atas peristiwa yang dialami

tanah kelahiran mereka. Sebagai anak Indonesia, mereka memiliki hak yang

menjadi kewajiban orang dewasa untuk melindungi dan menjaganya

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

14

sebagaimana tertulis dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak, Bab III Pasal 4 s/d 18.

Struktur sosial pengungsi di Malewa sangat heterogen .baik dari segi

etnis, ekonomi maupun pendidikan. Tetapi sebagian besar pengungsi adalah

suku pamona dan juga kehidupan ekonomi mereka adalah menengah

kebawah. Dari jumlah keseluruhan pengungsi di Malewa dan sekitarnya 40%

adalah anak-anak. Sesuai dengan judul penulis yang menfokuskan bagaimana

peran pemerintah terhadap anak-anak pasca konflik di Malewa. Penulis

menemukan sejumlah anak-anak pada kategori menengah ke bawah,

sedangkan kondisi anak-anak pada kategori menengah ke atas yang hidup

terpisah dari komunitas Malewa tidak mendapat perhatian khusus dalam

penelitian ini. Keberadaan anak-anak Malewa memang tidak menguntungkan

seperti teman-teman seusianya yang lain. Jumlah keseluruhan anak-anak

yang berada di pengungsian Malewa sebanyak 193 anak. Anak-anak tersebut

mengalami berbagai dampak dari konflik Poso yang terjadi. Di bawah ini

tabel dampak konflik yang dialami oleh sebagian anak yang berada di

pengungsian di Malewa.

C. Dampak konflik terhadap anak –anak di pengungsian Malewa

Keberadaan anak – anak yang hidup dalam situasi konflik maupun pasca

konflik kerusuhan poso. Keberadaan mereka memang tidak menguntungkan

seperti teman – teman seusianya yang lain. Mereka mengalami masalah –

masalah dan kesengsaraan – kesengsaraan seperti; Usia 6-18 Tahun

kehilangan Orang Tua, Usia 6-15 Tahun menjadi anak Yatim piatu, Usia 0-18

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

15

Tahun kehilangan Tempat tinggal, Usia 0-18 Tahun Putus sekolah dan Usia

6-18 Tahun cacat. 11

Anak-anak korban konflik mengalami masalah-masalah dan

kesengsaraan yang mau tidak mau harus mereka hadapi setiap hari. Fenomena

yang terjadi selama mengadakan penelitian khususnya di bidang pendidikan

bagi anak –anak pengungsi dapat dikatakan sangat memprihatinkan. Banyak

sekali anak-anak yang putus sekolah akibat konflik Poso. Pendidikan anak

tampaknya terabaikannya hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan

dikarenakan tidak adanya jaminan dalam memperoleh pendidikan. Sudah

seharunya anak-anak di tempat pengungsian bisa terus mendapatkan hak

pendidikan mereka, kenyataanya selama di pengungsian banyak anak putus

sekolah. Karena sarana dan prasarana tidak memadai serta orang tua pun

tidak mampu dalam menyekolahkan anaknya. Padahal sebenarnya pendidikan

bagi anak pengungsi tidak dipungut biaya dan menjadi tanggung jawab

pemerintah.

Upaya –upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Poso oleh

Dinas Sosial dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan,

sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan dan berkreasi sudah sering

dilakukan, akan tetapi, upaya-upaya tersebut sampai saat ini belum

memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan.

Arif Gosita berpendapat bahwa Perlindungan Anak adalah suatu usaha

melindungi anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya.12

11 Hasil Wawancara dengan Ketua RT 01 RW.02 Desa Peterodungi (Pengungsian Malewa),

Tanggal 21 Juli 2011

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

16

Menurut Undang - Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak Hak dan Kewajiban Anak:13

1) Pada prinsipnya setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,

berkembang, dan partisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi (Pasal 4)

2) Di bidang kesehatan, anak-anak mendapatkan hak pelayanan kesehatan

dan jaminan sosial (Pasal 8)

3) Di bidang pendidikan, anak-anak mempunyai hak dan memperoleh

pendidikan dan pengajaran dalam rangka mengembangkan pribadinya dan

tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya, termasuk anak

cacat dan anak dengan keunggulan (Pasal 9 ayat (1) dan (2)

4) Setiap anak selama pengasuhan orang tua,wali atau pihak lain manapun

yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan

dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi (ekonomi dan seksual),

penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidak adilan dan

perlakuan salah lainnya (Pasal 13) dan,

5) Anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan

kegiatan politik, sengketa bersenjata, kerusuhan sosial, serta peristiwa

yang mengandung unsur kekerasan dan perang (Pasal 15)

Situasi dan kondisi anak Indonesia saat ini, mencerminkan adanya

penyalah gunaan anak (abuse), eksploitatif, diskriminatif dan mengalami 12 Gultom Maidin,op.cit., hal 3813 Saraswati Rika, op.cit., hal 30

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

17

berbagai tindakan kekerasan yang membahayakan perkembangan jasmani,

rohani, dan sosial anak. Keadaan ini, tentunya sangat memprihatinkan bagi

bangsa dan negara Indonesia, karena anak dari aspek agama merupakan

amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga harkat dan

martabatnya sebagai mahkluk ciptaan–Nya. Dari aspek kehidupan berbangsa

dan bernegara, anak adalah generasi penerus perjuangan bangsa dan penentu

masa depan bangsa dan negara Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya-upaya

yang akan memberikan perlindungan khusus kepada anak-anak Indonesia

yang berada dalam keadaan sulit tersebut ke dalam suatu Program Nasional

Bagi Anak Indonesia sebagai tindak lanjut Sidang Umum PBB Untuk Anak

yang melahirkan deklarasi “ A World Fit For Children “. 14

Dalam Undang-Undang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002 Pasal 60

ditentukan, anak dalam situasi darurat yang terdiri atas anak yang menjadi

pengungsi, anak korban kerusuhan, anak korban bencana alam dan anak

dalam situasi konflik bersenjata.

Undang-undang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002 memberikan

Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi pengungsi sesuai Pasal 61 (b)

perlakuan khusus juga dilakukan terhadap anak –anak dalam situasi darurat

seperti anak yang menjadi pengungsi, anak korban kerusuhan dan anak dalam

situasi konflik bersenjata, Sedangkan menurut Pasal 62 (a), anak-anak korban

kerusuhan dilaksanakan melalui : a) pemenuhan kebutuhan dasar (pangan ,

14 Kebijakan pengembangan kota layak , kementrian pemberdayaan perempuan republic

Indonesia .2006. hal 24

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

18

sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berkreasi, jaminan

keamanan, dan jaminan persamaan perlakuan.

Akan tetapi anak – anak pengungsi membutuhkan perhatian khusus dari

pemerintah setempat dalam pelaksanaanya sesuai dengan Undang-undang

No 23 Tahun 2002 Pasal 62 (a) pelaksanaan pemenuhan kebutuhan anak

yang meliputi kebutuhan gizi, pelayanan kesehatan, tempat perlindungan

yang aman seperti alas dan selimut di pengungsian Malewa. Tetapi

pelaksanaanya tidak terlaksanakan.

Komisariat Tinggi PBB untuk pengungsi yaitu UNHCR merupakan

lembaga internasional yang diberi mandat untuk memberikan perlindungan

internasional terhadap pengungsi dan memberikan solusi permanen terhadap

para pengungsi. Terkait dengan pemberian perlindungan terhadap pengungsi

anak Poso, UNHCR telah melakukan berbagai program baik di bidang

pendidikan, kesehatan hingga psikologis. Hal ini bertujuan supaya anak

dalam pengungsian atau pengungsi anak tetap terjamin kesejahteraan serta

hak-haknya sebagai anak.

Namun Berbagai pelanggaran terhadap hak-hak anak masih sering terjadi

yang tercermin pada masih adanya anak-anak yang membutuhkan

pertolongan dalam pemenuhan hak dan kewajiban anak. Hal ini dikarenakan

implementasi dari pada suatu peraturan belum sepenuhnya dijalankan atau

andaipun ada peraturan belum juga dilaksanakan pada tataran

implementasinya oleh Dinas kesejahteraan Anak.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

19

Kewajiban dan Tanggung jawab Negara dan Pemerintah dalam usaha

Perlindungan Anak diatur dalam Pasal 22 Undang-undang Perlindungan

Anak No 23 Tahun 2002 menentukan Negara dan Pemerintah dinas

kesejahteraan anak berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan

dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak

untuk terpenuhi hak dan kewajiban anak pengungsian poso khususnya

pengungsian Malewa, semakin jelas bahwa pemerintah Indonesia memiliki

cukup kepedulian terhadap masalah perlindungan anak.15 Namun satu hal

yang dipertanyakan adalah walaupun telah memiliki perangkat hukum yang

cukup jelas perlindungan anak di negeri ini masih memperlihatkan hasil

yang jauh dari kesan baik. Tampak jelas dengan tidak terpenuhinya hak dan

kewajiban anak –anak pengungsi di pengungsian malewa.

Salah satu realitas yang banyak dijumpai ketika penulis melakukan

penelitian di tempat pengungsian Malewa. Khususnya di bidang pendidikan

bagi anak-anak pengungsi dapat dikatakan sangat memprihatinkan. Banyak

anak-anak yang putus sekolah akibat konflik Poso. Hal ini disebabkan karena

ketiadaan dana untuk biaya pendidikan. Disamping itu, Upaya-upaya yang

dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat konflik di Poso sering

dilakukan, akan tetapi upaya-upaya tersebut sampai saat ini belum

memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan.

Pada tanggal 23 july 2011, penulis melakukan wawancara kepada orang

tua anak pasca konflik, mengatakan bahwa semenjak konflik Poso, harta

15 Gultom Maidin, op.cit., hal 38

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

20

benda hilang semuanya, untuk membiayai anak-anak sekolah saya sudah

tidak sanggup, begitu juga janji-janji pemerintah untuk sekolah gratis bagi

anak-anak pasca konflik hingga saat ini tidak nampak.16

Pada tanggal 27 july 2011,penulis melakukan wawancara kepada Kepala

Dinas Sosial kabupaten Poso, dalam situasi konflik, anak-anak tereksploitasi

untuk bekerja. Eksploitasi anak-anak pengungsi konflik Poso, bahkan

dilakukan oleh Dinas sosial dalam program mereka yang mempekerjakan

anak-anak di bidang usaha pencucian mobil dan motor. Program ini diadakan

dengan alasan daripada mereka mati kelaparan lebih baik dipekerjakan.

Alasan ini mengambarkan ketidakpeduliaan, ketidakpahaman posisi anak-

anak tersebut17

Atas peristiwa yang terjadi, Anak-anak korban pasca konflik terancam

kehidupan kondusif mereka, karena:

1. Terganggunya akses terhadap pendidikan, karena mereka tidak bisa

melanjutkan atau mengikuti kegiatan belajar di sekolah.

2. Terganggunya akses ekonomi keluarga yang berimbas pada minimnya

pemenuhan kebutuhan dasar anak.

3. Terganggunya kehidupan sosial, karena terputusnya interaksi dan

komunikasi mereka dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

4. Kehilangan masa ceria bermain anak.

5. Beberapa anak korban konflik mengalami trauma akibat konflik

yang berkepanjangan.

16 Wawancara tanggal 23 july 2011,orang tua anak korban pasca konflik, NN17 Wawancara tanggal 27 july 2011, Kepala Dinas sosial, Drs. Arnold bouw

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

21

6. Munculnya keberanian anak-anak sebagai korban untuk melakukan

perlawanan sebagai pembelaan diri atas intimidasi dan ancaman pada

dirinya. Hal ini pada nantinya akan menambah panjang rantai kekerasan.

7. Kehilangan kepekaannya terhadap kekerasan, sehingga mereka terbiasa

dengan kekerasan.

Sebagai bentuk pelaksanaan Dinas sosial menyelenggarakan Perda

Nomor 6 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan perlindungan, pelayanan, dan

pemulihan khusus bagi anak korban kekerasan. Azas pengaturan

perlindungan terhadap anak korban konflik adalah:

- Penghormatan terhadap hak –hak anak

- Kesetaran dan keadilan gender

- Non diskriminasi

- Kepentingan yang terbaik bagi anak dan,

- Penghormatan terhadap hak – hak anak

Penyelenggaraan perlindungan terhadap anak dari tindak kekerasan bertujuan:

- Mencegah segala bentuk kekerasan

- Melindungi korban kekerasan

- Memberikan pelayanan pemulihan kepada korban kekerasan dan,

- Menyelenggarakan pemulihan secara menyeluruh kepada korban.

Pemerintah Daerah Kabupaten Poso telah melakukan beberapa upaya

perlindungan hak anak di Poso khususnya. Seperti program mereka yang

mempekerjakan anak –anak di bidang usaha pencucian mobil dan motor

program tersebut diadakan dengan alasan daripada mereka mati kelaparan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

22

lebih baik dipekerjakan. Alasan pemerintah setempat seperti ini

menggambarkan ketidakpedulian terhadap hak –hak anak.

Tidaklah dapat dipungkiri bahwa upaya –upaya tersebut belum dapat

dikatakan maksimal meskipun telah tercatat bahwa kabupaten Poso masuk

sebagai nominator sebagai kota layak anak yaitu kota yang di dalamnya

memberikan perlindungan terhadap anak dan hak-haknya dalam proses

pembangunan berkelanjutan, dengan menciptakan lingkungan yang kondusif

agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal

dan sesuai harkat dan martabat.

Perlindungan anak korban konflik poso diserahkan oleh Dinas

Pemberdayaan Perempuan dan anak kepada Dinas Sosial Kabupaten Poso,

karena dinas Pemberdayaan perempuan dan anak di kabupaten Poso hanya

fokus terhadap pemberdayaan Perempuan. Maka oleh itu Dinas Sosial

Kabupaten Poso mengambil kebijakan dalam urusan perlindungan khusus

bagi anak korban konflik dalam memberi perlindungan bagi anak-anak

korban pasca konflik poso yang tidak mampu dan anak –anak panti asuhan

yang berada di Kabupaten poso.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

23

D. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang hendak

dikemukakan adalah:

1. Bagaimana Peran Dinas Sosial dalam pemenuhan hak-hak anak pasca

konflik di pengungsian Malewa ?

2. Apa kendala –kendala dinas sosial dalam pemenuhan hak-hak anak pasca

konflik di pengungsian Malewa ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui pemenuhan hak-hak anak pasca konflik di pengungsian

Malewa oleh Dinas sosial.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala Dinas sosial dalam pemenuhan hak-

hak anak pasca konflik di pengungsian Malewa.

F. Metode penulisan

1. Metode penelitian dan jenis penelitian

Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sosio

legal, yaitu studi hukum yang dipelajari sebagai variable akibat yang

timbul sebagai hasil akhir dari berbagai kekuatan dalam proses sosial.

Langkah-langkah dan desain teknis penelitian hukum mengikuti pola ilmu

sosial dan berakhir dengan penarikan kesimpulan18

18 Soekanto Soerjono ,Pengantar penelitian hukum , Universitas Indonesia press, Jakarta. 1984.

hal 13

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

24

2. Sumber data

Sumber informan diperoleh dari informan kunci yaitu individu yang dapat

memberikan gambaran umum yang terjadi dan member penjelasan secara

tepat dan benar tentang sebab-sebab munculnya gejala sosial yang terjadi

3. Data primer

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan, dengan

cara wawancara (interview) mendalam dilakukan terhadap kunci

informan agar data yang diperoleh dapat menjawab permasalahan

dalam penelitian, sangat dipahami bahwa dalam penerapannya,

wawancara mendalam memerlukan sesuatu keahlian dan ketrampilan

tertentu dari pihak pewawancara19. Maka informan kunci yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Anak –anak korban konflik Poso yang mengungsi di pengungsian

Malewa

Keluarga korban

Dinas kesejahteraan sosial kab. Poso

LSM ( Church World Service )

b. Data sekunder

Data sekunder adalah bahan-bahan kepustakaan yang terkait

dengan objek penelitian seperti:

Peraturan perundang-undangan

19 Ibid, hal 231

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judulrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/2666/2/T1_312007037_BAB I… · Pengungsi Malewa sebagian besar berasal dari kota Poso yang

25

Laporan-laporan yang dikeluarkan oleh : surat kabar, Koran,

internet, serta karya-karya tulis yang berhubungan dengan maslaah

yang diteliti

G. Unit amatan dan Unit Analisa

1. Unit Amatan

Anak Korban Pasca konflik

Dinas Sosial Kab. Poso

LSM ( Church World Service )

Undang -Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Peraturan Daerah No 6 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Perlindungan, Pelayanan, Dan Pemulihan Perempuan Dan Anak

Korban Kekerasan.

2. Unit Analisa

Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisa adalah peran dan kendala –

kendala dinas sosial kabupaten Poso dalam pemenuhan hak –hak anak

korban konflik di pengungsian malewa