bab i pendahuluan a. · 2020. 3. 2. · (siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks –...

206
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia memiliki emosi yang dihasilkan dari pikiran maupun perasaan. Hude (2006: 8) membagi ekspresi emosi menjadi ke dalam dua bagian, yaitu emosi positif dan negatif. Ekspresi emosi positif merupakan emosi yang menyenangkan dan diinginkan oleh setiap orang seperti cinta, bahagia dan euphoria, sedangkan emosi negatif dapat berupa marah, takut dan cemas. Seperti yang diungkapkan Hude, salah satu ekspresi emosi negatif yang ada dalam diri manusia adalah marah. Kemarahan sering timbul karena adanya kesalahpahaman atau kekecewaan seseorang atau golongan terhadap sesuatu. Seperti yang dikatakan Seelhofer (2013: 63), La colère est de l‟énergie , mal dirigée certes, mais elle force vitale. Kalimat tersebut mengartikan bahwa kemarahan berasal dari energi, yang diarahkan dengan buruk, namun itu sangat penting dalam hal ini penting dalam pengekspresian diri. Menurut Aristole (dalam Guadj, 2008: 35), La colère est le désir de rendre le mal qu‟on nous a fait; mais celle définition peut supporter quelque objection yang berarti bahwa Kemarahan adalah keinginan untuk membuat kejahatan yang dilakukan pada kita; namun definisinya bisa mengarah pada beberapa tujuan. Oswald (2008: 187) juga berpendapat bahwa kemarahan dapat ditemukan ketika batas telah dilanggar (batas yang dibayangkan atau batas

Upload: others

Post on 21-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya manusia memiliki emosi yang dihasilkan dari pikiran

maupun perasaan. Hude (2006: 8) membagi ekspresi emosi menjadi ke dalam dua

bagian, yaitu emosi positif dan negatif. Ekspresi emosi positif merupakan emosi

yang menyenangkan dan diinginkan oleh setiap orang seperti cinta, bahagia dan

euphoria, sedangkan emosi negatif dapat berupa marah, takut dan cemas. Seperti

yang diungkapkan Hude, salah satu ekspresi emosi negatif yang ada dalam diri

manusia adalah marah.

Kemarahan sering timbul karena adanya kesalahpahaman atau kekecewaan

seseorang atau golongan terhadap sesuatu. Seperti yang dikatakan Seelhofer

(2013: 63), La colère est de l‟énergie , mal dirigée certes, mais elle force vitale.

Kalimat tersebut mengartikan bahwa kemarahan berasal dari energi, yang

diarahkan dengan buruk, namun itu sangat penting dalam hal ini penting dalam

pengekspresian diri. Menurut Aristole (dalam Guadj, 2008: 35), La colère est le

désir de rendre le mal qu‟on nous a fait; mais celle définition peut supporter

quelque objection yang berarti bahwa Kemarahan adalah keinginan untuk

membuat kejahatan yang dilakukan pada kita; namun definisinya bisa mengarah

pada beberapa tujuan. Oswald (2008: 187) juga berpendapat bahwa kemarahan

dapat ditemukan ketika batas telah dilanggar (batas yang dibayangkan atau batas

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

2

lain), atau ketika nilai-nilai telah dikerdilkan, seperti ketika mempersepsikan

ketidakadilan. Kemarahan itu sendiri dapat diartikan sebagai reaksi yang membuat

mendorong seseorang untuk bertindak agresi. Spielberger (2013: 194)

menyatakan bahwa marah adalah An emotional state that varies in intensity from

mild irritation to intens fury and rage. Kalimat tersebut diartikan sebagai

pernyataan emosional yang intensitasnya beragam mulai dari kejengkelan,

kegeraman hingga amukan.

Spielberger (dalam Cahyani, 1990: 65) mengatakan bahwa kemarahan

terbagi menjadi dua komponen, yaitu pengalaman marah dan ekspresi marah.

Pengalaman marah terdiri dari keadaan marah dan sifat marah (state anger and

trait anger). Keadaan marah (state anger) didefinisikan sebagai suatu keadaan

emosi yang ditandai dengan perasaan-perasaan subjektif yang bervariasi dari rasa

kecewa yang ringan atau jengkel sampai dengan kemarahan yang intens atau

meledak-ledak. Sifat marah (trait anger) didefinisikan sebagai disposisi atau

bawaan untuk menerima suatu jarak yang luas dari situasi-situasi seperti rasa

kecewa atau frustrasi dan kecenderungan untuk merespon situasi-situasi tersebut

dengan lebih seringnya terjadi peningkatan keadaan marah. Ekspresi marah terdiri

dari dua macam, yaitu ekspresi marah yang ditujukan kepada orang lain atau

objek lingkungan (anger out), ekspresi kemarahan yang ditujukan ke dalam atau

perasaan marah yang ditekan atau disimpan (anger in).

Menelisik Abad ke-19 di Prancis, Jean Nicolas Arthur Rimbaud, seorang

penulis muda berbakat, identik dengan tema-tema kemarahan. Rimbaud sering

kali mengungkapkan kemarahan dalam pemberontakan. Kenyataan bahwa

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

3

pemberontakan adalah gen yang dibawa Rimbaud sejak lahir (Boros, 2009: 110).

Pemberontakan yang dilakukannya membutuhkan objek, sehingga dua hal yang

paling dekat dengannya sejak kanak-kanak langsung menjadi sasaran aksinya,

yaitu: nilai-nilai agama kristiani dan ibunya. Pemberontakan pada nilai-nilai

kristiani hanya dilakukan Rimbaud dengan cara kekanak-kanakkan, dengan

menulis ―Mort à Dieu!‖ (Death to God) di bangku gereja dan menghardik setiap

Pastur yang lewat, sedangkan pemberontakan pada sang Ibu ia realisasikan

melalui bentuk metafora. Sang ibu, Vitalie Cuif Rimbaud, adalah seorang

perempuan dengan bebannya sendiri, suaminya pergi ketika anak-anaknya masih

kecil dan harus menopang kehidupan keluarganya seorang diri. Namun bagi

Rimbaud, ia merupakan manifestasi dari ―Mouth of Shadows‖, mulut kegelapan,

dan yang keluar darinya hanyalah rangkaian aturan serta kasih sayang formalitas.

Selain itu, catatan - catatan Rimbaud dalam bentuk tulisan tangannya yang

terkumpul di Charleville membuktikan bahwa Rimbaud juga mengekspresikan

amarahnya dalam kata-kata. Rimbaud menjadi selebriti setelah memenangkan

hampir semua kompetisi akademik sastra di Paris dan puisinya diterbitkan jurnal

puisi nasional tepat ketika usianya 1 5 tahun. Rimbaud pun menjadi sastrawan

termuda di zamannya. Prestasi-prestasi ini menunjukkan kejeniusan Rimbaud

karena puisi-puisinya mengandung tingkat kedalaman wacana dan penggunaan

diksi layaknya penulis berpengalaman. Gaya penulisannya yang polifonik

membuat Rimbaud hadir menerobos konvensi sastra pada zamannya yang sangat

memperhatikan rima, ritme, dan struktur. Seperti yang dikatakan Paz (2002: 51)

bahwa Rimbaud adalah seorang remaja yang membentengi dirinya dengan hujatan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

4

yang menyilaukan, kendatipun semua orang berusaha merubahnya menjadi

semacam binatang yang kerasukan kata-kata.

Dengan begitu, Rimbaud membuktikan bahwa kemarahan memiliki wujud

yang positif, tidak selalu melalui agresi , melainkan dapat disalurkan melalui

karya sastra. Sejalan dengan yang dikatakan Sapardi (Apandi, 2017: 48) yang

memaparkan bahwa karya sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan

bahasa sebagai medium. Scholes (1992: 1) juga mengatakan bahwa sastra itu

sebuah kata, bukan sebuah benda. Sebagaimana Rimbaud yang selalu ekspresif

dalam karyanya, hal ini didukung oleh pernyataan Lyons (1979: 108) bahwa karya

sastra merupakan tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dan

ekspresi individual pengarangnya.

Diantara banyak karya sastranya yang menggambarkan kemarahan,

puisinya yang berjudul Le forgeron menjadi salah satu yang sangat menarik untuk

diteliti. Le Forgeron, puisi yang memaparkan tentang kemarahan kaum buruh

yang disimbolkan dengan si pandai besi terhadap kepemimpinan Louis XVI itu,

memiliki 17 bait yang dicirikan sebagai tahun keadaan puisi tersebut, yang terjadi

pada tahun 1789. Hal yang paling istimewa bagi penulis, kenyataannya Rimbaud

mampu menciptakan keadaan suasana yang detil dalam puisi itu, sedangkan ia

sendiri tidak merasakannya secara langsung karena ia sendiri belum terlahir pada

masa itu.

Selain menjadi media penyampaian kehidupan sosial, dalam dunia

pendidikan, karya sastra memiliki kedudukan yang sangat penting dalam

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

5

pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa asing. Dalam mempelajari bahasa

asing, tentu literasi karya sastra tidak terlepas untuk mengenal budaya bahkan

peradaban negara tersebut. Sebagai pembelajar bahasa asing, yaitu Bahasa Prancis

di Universitas Negeri Jakarta, penulis merasakan manfaat dari mengenal karya

sastra dan sastrawan Prancis yang terdapat dalam mata kuliah Littérature

Francaise.

Keterkaitan tersebut, mendasari penulis mengangkat puisi sebagai objek

penelitian, serta Revolusi Prancis yang terdapat dalam puisi ini diharapkan

mampu memberikan kontribusi penting bagi para pembaca dalam hal pengetahuan

maupun bagi para peneliti yang ingin menjadikan karya sastra sebagai kajian

penelitian.

B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian

Permasalahan penelitian ini dibatasi atau difokuskan pada analisis tematik

yang bertema kemarahan yang terdapat dalam puisi Le Forgeron karya Arthur

Rimbaud. Adapun sub fokus dalam penelitian ini adalah faktor-faktor terjadinya

kemarahan dan jenis ekspresi kemarahan.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka masalah

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Faktor- faktor apa saja yang memicu kemarahan ?

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

6

2. Bagaimana jenis-jenis ekspresi marah (anger out dan anger in) itu

diungkapkan ?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini diharapkan berguna bagi pembaca pada umumnya

mahasiswa prodi pendidikan dan sastra bahasa asing, Fakultas Bahasa dan Seni,

khususnya Universitas Negeri Jakarta, untuk mengetahui salah satu karya sastra

puisi Arthur Rimbaud yang bertema kemarahan yang dipaparkan melalui kajian

analisis isi puisi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan referensi bagi mahasiswa Prodi

pendidikan dan sastra bahasa asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri

Jakarta, terutama prodi pendidikan bahasa prancis yang tertarik pada pengkajian

puisi khususnya Le Forgeron karya Arthur Rimbaud. Yang paling utama adalah

mengkaji puisi Arthur Rimbaud yang bertema kemarahan maupun tema lainnya

dalam puisi-puisi dan karya sastra lainnya dalam mata kuliah littérature francaise.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

7

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan untuk

memunculkan makna dalam sajak. Teori pertama akan membahas mengenai

pengertian puisi unsur-unsur pembentuk puisi yang akan memunculkan makna.

Selanjutnya, teori tentang kemarahan yang menjadi dasar untuk mengungkap

makna dalam sajak.

A. Karya Sastra Puisi

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra dengan kata- kata indah sebagai

ciri khasnya. Sejalan dengan pengertian Sugono (2005: 3) mengenai puisi, yaitu

jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu

mempertajam kesadaran orang akan sesuatu pengalaman dan membangkitkan

tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus. Definisi puisi Sugono

menjelaskan bahwa puisi merupakan salah satu karya sastra yang memiliki ciri

khas pada bunyi , irama dan bentuk yang dimaksud kan untuk memberikan

penekanan terhadap pembaca agar pembaca dapat menangkap dan merasakan ide

penulis dengan dalam. Waluyo (1987: 25) juga mengemukakan bahwa, puisi

adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair

secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan

struktur batinnya. Dengan kata lain, puisi adalah media untuk menggambarkan ide

maupun perasaan dengan kata-kata pengandaian atau dengan hal-hal yang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

8

dimaksud dengan struktur fisik dan struktur batin. Sedangkan Luxembourg

(Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya

bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata lain, isisnya bukan

semata-mata sebuah cerita, tetapi lebih merupakan ungkapan perasaan.

Jadi, puisi adalah bentuk karya sastra yang bahasanya terikat oleh irama,

matra, rima dan biasanya merupakan ungkapan pikiran atau perasaan penyair serta

ditata secara cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan

pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna

khusus.

B. Unsur-Unsur Pembentuk Puisi

Puisi dibentuk dari tiga unsur. Tiga unsur tersebut yaitu, tataran bunyi atau

fonologis, tataran tata bahasa atau sintaksis, dan tataran makna atau semantik

(Rifaterre, 1977: 311). Dalam analisis tataran fonologis akan dianalisis unsur-

unsur bunyi. Analisis tataran fonologis dilakukan sebelum analisis sintaksis dan

semantik karena unsur-unsur bunyi merupakan unsur yang memberikan efek awal

pada puisi. Selanjutnya analisis sintaksis merupakan analisis yang akan membahas

tentang tata bahasa pada sajak. Dalam tahap ini pemahaman teori tata bahasa dan

konsep kemarahan harus dipadukan. Selanjutnya analisis tataran makna atau

semantik merupakan analisis yang memerlukan pemahaman dan keterbukaan

pemikiran tentang makna. Analisis pada tataran-tataran di atas diperlukan kerena

unsur-unsurnya saling memperkuat makna.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

9

B.1. Unsur Fonologi

Unsur bunyi atau fonologis adalah permainan bunyi untuk menciptakan

nilai estetis yang dapat menimbulkan gambaran-gambaran ide penyair. Sejalan

dengan pernyataan Pradopo (2009: 22), Bunyi di samping hiasan dalam puisi,

juga mempunyai tugas yang penting lagi, yaitu memperdalam ucapan,

menimbulkan rasa, dan menimbulkan bayangan angan yang jelas, menimbulkan

suasana khusus, dan sebagainya. Unsur-unsur bunyi yang akan dibahas hanya

meliputi metrik, synérèse-diérèse, fonem, l‟hiatus-élision, dan rima karena

berkaitan dengan kepentingan analisis. Unsur-unsur fonologi lainnya tidak

dibahas karena tidak memiliki kepentingan analisis. Berikut penjabaran setiap

unsur bunyi.

a. Metrik

Metrik merupakan pembagian kata di setiap larik dengan mengacu

pada perhitungan suku kata (syllabe). Metrik berguna untuk mengetahui

posisi antar suku kata yang akan dibunyikan atau diberhentikan sementara.

La métrique du vers français se fonde sur le compte des syllabes (Schmitt,

1982: 133 ). Dalam menentukan metrik, langkah pertama yang harus

dilakukan adalah menghitung suku kata tiap larik.

Contoh: Et prenant ce gros-là dans son regard farouche

Et/pre/nant/ce/gros/la | dans/son/re/gard/fa/rouche

(6 + 6)

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

10

Berdasarkan contoh, pola metrik yang digunakan bernama

hémistiches. Hémistiches merupakan pemisahan metrik menjadi dua

bagian yang memiliki jumlah suku kata yang sama, pada contoh dituliskan

pola (6+6). Pola metrik akan mendukung tema yang diusung dalam sajak

melalui dominansi hemistiches.

Berikut berbagai jenis larik yang disesuaikan dengan jumlah suku

kata menurut Djurdja Sinko (1978: 4-8) yang berfungsi sebagai acuan

penghitungan metrik.

1) Larik yang terdiri dari 2 suku kata disebut dissyllabe.

Contoh: Murs, ville

Et port,

Asile

De mort (« Djinns », V. Hugo)

2) Larik yang terdiri dari 3 suku kata disebut trissyllabe.

Contoh: ―Par Saint-Gilles,

Viens-nous en,

Mon agile‖

Alezan (V. Hugo)

3) Larik yang terdiri dari 4 suku kata disebut tétrasyllabe atau

quadrisyllabe.

Contoh : Je chante aussi

(Rimbaud)

4) Larik yang terdiri dari 5 suku kata disebut pentasyllabe.

Contoh: ―Je chante aussi, moi :

Multiples soeurs ! voix

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

11

Pas du tout publiques !‖

(Rimbaud)

5) Larik yang terdiri dari 6 suku kata disebut hexasyllabe.

Contoh: ―A vous troupe légère,

Qui d‘aile passagère

Par le monde volez‖

(Du Bellay, Jeux rustiques)

6) Larik yang terdiri dari 7 suku kata disebut heptasyllabe.

Contoh: ‗Sur des ruines virginales‘

(P. Eluard)

7) Larik yang terdiri dari 8 suku kata disebut octosyllabe; khususnya

terdapat pada larik-larik puisi Prancis pada abad ke-10.

Contoh: qu‘une autre voix enclace, furieuse

(Paul Verlaine, Per Amica Silentia)

8) Larik yang terdiri dari 9 suku kata disebut énéasyllabe.

Contoh: Tournez, tournez, // bons chevaux de bois, 4//5

Tournez cent tours, // tournez mille tours 4//5

(Verlaine, Romances Sans Paroles)

9) Larik yang terdiri dari 10 suku kata disebut décasyllabe.

Contoh: Ce toit tranquille, // où marchent des colombes 4//6

Entre les pins palpite, // entre les tombes 6//4

(Valéry, « Le Cimetière marin »)

10) Larik yang terdiri dari 11 suku kata disebut hendécasyllabe.

Contoh: Oh ! Ce toit tranquille, // où marchent des colombes 5//6

11) Larik yang terdiri dari 12 suku kata disebut dodécasyllabe atau

alexandrin.

Contoh: Mon coeur, lassé de tout, // même de l‘espérance,

N‘ira plus de ses voeux // importuner le sort;

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

12

Prêtez-moi seulement, // vallons de mon enfance,

Un asile d‘un jour // pour attendre la mort.

(Lamartine, Méditations poétiques, « Le Vallon »)

b. Synérèse dan Diérèse

Synérèse dan Diérèse merupakan salah satu aspek fonologi dimana

pembacaanya termasuk dalam penghitugan metrik. Il y a synérèse

lorsqu‟au contraire les deux voyelles sont comptées pour une même

syllable (Schmitt, 1982: 134). Synérèse adalah pengucapan diftong (dua

huruf vokal yang bertemu dalam satu kata) yang dilafalkan dalam satu

suku kata. Sebaliknya, diérèse adalah pengucapan diftong yang dilafalkan

dalam dua suku kata. Pengucapan synérèse dan diérèse harus mengacu

pada dominasi jumlah perhitungan suku kata dalam sajak. Sebagai contoh,

dalam satu sajak terdapat dominasi alexandrin (suku kata yang berjumlah

12), maka kata-kata yang memiliki diftong harus disesuaikan agar larik

yang terdapat kata tersebut memiliki suku kata berjumlah 12. Pemakaian

synérèse dan diérèse memberikan indikasi pada suatu makna atau terkait

dengan unsur fonologi lainnya.

Contoh:

4a Dans/les/gran/ges/en/tres | des/voi/tu/res/de/foin// (synérèse)

Qu‘un/hom/me/vi/enne/la | da/gue/sous/le/man/teau// (diérèse )

c. Fonem

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

13

Dalam sajak, fonem berfungsi untuk memberikan makna. Fonem

yang digunakan dalam penelitian unsur bunyi bukanlah fonem secara

keseluruhan yang muncul dari setiap kata, namun penentuannya dibagi

menjadi 2, yaitu asonansi (assonance) dan aliterasi (allitération). Menurut

Nayrolles (Lamirault, 1886: 301), asonansi yaitu on appelle assonance la

répétition d‟une ou plusieurs voyelles à l‟intérieur d‟un vers (disebut

asonansi pengulangan satu atau beberapa vokal didalam sebuah larik).

Contoh : l‟élixir de ta bouche où l‟amour se pavane. Aliterasi yaitu on

appelle allitération la répétition d‟une ou plusieurs consonnes à

l‟intérieur d‟un vers (disebut aliterasi pengulangan satu atau beberapa

konsonan dalam sebuah larik). Contoh : Pour qui sont ces serpents qui

sifflent sur vos têtes?

Setiap fonem memiliki arti tersendiri, contohnya fonem [l] yang

bermakna likuiditas. Jika suatu sajak memiliki dominasi fonem [l], maka

sajak tersebut menceritakan tentang perjalanan dan atau sesuatu yang

berhubungan dengan aliran (likuiditas). Dalam sajak Le Forgeron, fonem-

fonem yang sering muncul adalah [R], [s], [l], [t], [u], [ᾶ], [e], [ε], [o], [p],

[a], [m] dan [d] yang bermakna kekerasan, desisan, likuiditas, kebrutalan,

kekuatan, kejijikan, suara tajam dan kuat, kegelapan dan perjalanan

(Joubert 1988: 67). Berikut tabel fonem yang digunakan dalam analisis.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

14

Tabel 2.1

Fonem Menurut Joubert, 1988)

Fonem (tidak

disusun berdasar

kepentingan)

Sifat Akustik dan

Aplikasi Arkulatif

Nilai semantik yang

mungkin disebabkan

[i] [y] [e] [ø]

[a] [α] [ᾶ]

Volume resonator dan

bunyi tajam yang lemah

Apertur maksimal

―hal yang kecil‖

―hal yang besar‖

[i] [e] [ε]

[u] [o] [õ] [ↄ]

Bunyi tajam

Bunyi berat

―kejernihan‖

―kegelapan/kesamaran‖

[i] [e] [ε]

[a] [α] [ᾶ]

[u] [o] [õ] [ↄ]

Bunyi tajam

Mulut terbuka maksimal

Bunyi berat

―suara tajam‖

―suara kuat‖

―suara samar-samar‖

[i] [e] [ε]

[u] [o] [ↄ]

Bibir merentang, bunyi

tajam, vokal anterior

Pergerakan menuju

belakang bibir, bunyi

berat, vokal posterior

―bentuk yang kaku‖

―bentuk bulat‖

[i] Vokal anterior, bunyi

tajam

―sesuatu yang ringan‖

dan ―kecepatan‖

[ ] [ ] [ᾶ] [õ] Nasalitas ―kelambatan‖ dan

―kelembutan‖

Konsonan oklusif: -

Keras: [p] [t] [k] -

Lembut: [b] [d] [g]

- Labial: [p] [b]

Konsonan konstriktif

dan nasal - lembut: [v]

[z] [з] [R] [l] [m] [n]

- keras: [s] [∫] [z]

[l]

Ledakan

Gerakan ke arah belakang

bibir

Gesekan, lengkingan

Frekuensi yang lebih

tinggi

Bunyi lateral

―kekuatan‖, ―ketiba-

tibaan‖, ―brutalitas‖

(nilai ini lebih tepat

untuk konsonan keras)

― kejijikan‖

―hembusan‖, ―jangka

waktu‖, ―kelembutan‖,

―menggelincir‖,

―pergerakan‖

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

15

[m] [n]

[R]

Nasalitas

getaran

―desisan‖

―kecairan‖

―kelambatan‖ dan

―kelembutan

―kekerasan‖

Peyroutet (1994: 51) juga menjabarkan makna-makna dalam fonem

sebagai berikut.

Tabel 2.2

Vokal (les voyelles) Menurut Peyroutet, 1994

Tipe Efek

Tajam (Aigués) : i [i], u [y] Kuatnya suara, jeritan, kesan dan

ketajaman perasaan

Jelas (claire) : é [e], è [ε] , eu tertutup

[ø] ; in [ ]

Kelembutan, kehalusan, ketulusan,

kecepatan dan kegembiraan

Keras (éclatentes): a [a], o terbuka

[ɔ]; eu terbuka [œ], e diam [ә]; an [ ];

un [œ ]

Bunyi yang keras, kabur jika vokal

nasal, perasaan yang kuat,

menggambarkan perasaan yang

sentimental

Suram (sombres); ou [u]; o tertutup

[o]; on [õ]

Bunyi yang tertahan, gemuruh, atau

gelegar, kekakuan, keseriusan, dan

kesedihan

Tabel 2.3

Konsonan yang Terhambat (les consonnes momentanées) Menurut Peyroutet,

1994

Tipe Efek

Tertahan (sourdes): p [p]; t [t], c [k] Seperti menepuk udara dengan

pukulan keras, suara meledak

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

16

Berbunyi (sonores);b [b]; d [d]; g [g] Suara dan gerakan kaku, perasaan

seperti kemarahan, sindiran keras.

Tabel 2.4

Konsonan yang Lancar (les consonnes continues) Menurut Peyroutet, 1994

Tipe Efek

Sengau (Nasale); m [m]; n [n] Pelan, lembut mendekat vokal nasal.

Licin (Liquide): l [l] Licin dan cair

Bergetar (vibranie) Berderit, gemuruh, gelegar

Menderis (spirantes): f [f]; v [v]; s [s];

z [z]; ch [ƒ]; j [ʒ ], iyod [j]

Labio dental [f], [v] mengungkapkan

hembusan nafas yang lembut.

Spirantes dentals [s] dan [z]

mengungkapkan hembusan, tiupan,

sikap meremahkan, kejengkelan dan

sindiran.

Bunyi desis [s]dan [z]

mengungkapkan kejengkelan, sikap

meremehkan dan kemarahan.

L‟hiatus dan élision

L‟hiatus est la rencontre de deux voyelles appartenant à deux mots

différents dont le premier n‟est terminé par une consonne (Schmitt 1982 :

134). L‟hiatus merupakan satu kata yang diakhiri huruf vokal menghadapi

kata yang diawali huruf vokal atau fonem /h/. Contoh: Le bras sur un

marteau gigantesque, effrayant . Berdasarkan contoh, pengucapan que

dan e dilakukan menyambung. L‟élision merupakan artikel, negasi,

pronominal, konjungsi, dan adverbial berhadapan dengan kata yang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

17

diawali huruf vokal. Contoh: D'ivresse et de grandeur, le front large ,

riant augmente ses verdures. L‟élision pun juga diucapkan secara

sambung. L‟hiatus dan elision diperlukan dalam analisis untuk

memperkuat dan mendukung makna.

d. Rime (Rima)

La rime n‟est devenue constitutive du vers que plus tard: il y a

rime, dans deux vers ou plus, lorsque la dernière yoyelle accentuée et les

autres phonèmes qui eventuellement, terminent après elle ces vers sont

identiques (Schmitt 1982: 136). Rima merupakan persamaan bunyi yang

identik antara dua larik atau lebih. Rima memiliki banyak aspek,

diantaranya struktur, kualitas, dan alternansi. Menurut Schmitt dan Viala

(1982: 136), terdapat beberapa struktur rima, yaitu:

1) La rime plate (atau suivies), dalam bahasa Indonesia disebut

dengan rima rangkai. Dalam rima rangkai, rima yang terletak pada

akhir setiap larik, biasanya pada puisi jumlah baitnya tertentu,

yakni pada setiap larik pertama dan kedua. Rima itu merangkaikan

larik pertama dan kedua sehingga dikatakan berpola aa, bb, cc, dan

seterusnya.

2. La rime embrassée atau rima berpeluk, adalah rima yang

memiliki rumus abba. Rima akhir pada bait berlarik empat, yang

larik pertamanya berima dengan larik keempat dan larik kedua

berima dengan larik ketiga.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

18

3. La rime croisée atau rima bersilang, adalah rima dengan struktur

abab. Rima yang berdasarkan letak kata dalam larik, yang berima

itu adalah kata-kata yang terletak pada bagian akhir larik-larik yang

berlainan. (Sujiman, 1980:115-117)

Dalam menganalisis karakteristik kemarahan, aspek yang akan

dianalisis hanya kualitas dan alternansi rima. Kualitas rima (qualité de

rime) adalah klasifikasi rima berdasarkan kesamaan transkripsi fonetik

dari rima yang memiliki bunyi identik. Contoh: effrayant [e.fʁe.jᾶ] dan

riant [ʁi.jᾶ]. Berdasarkan contoh, terdapat dua transkripsi fonetik yang

sama yaitu [jᾶ], dengan demikian maka kualitas rima dari kata ardentes

dan pendantes yaitu suffisant (dua transkripsi fonetik identik). Kualitas

rima juga dapat berupa pauvre (satu transkripsi fonetik identik) dan riche

(tiga transkripsi fonetik identik).

Alternansi rima (alternance de rime) merupakan klasifikasi rima

berdasarkan huruf terakhir pada rima. Alternansi rima terbagi menjadi

rima maskulin (masculine) dan feminine (feminine). La rime masculine

est celle qui se produit lorsque la dernière syllable du vers porte la voyelle

accentuée (Schmitt 1982: 136). Rima maskulin adalah rima yang memiliki

akhiran huruf konsonan dan atau selain huruf ―e‖, sedangkan rima feminin

merupakan rima yang memiliki akhiran huruf ―e‖. Contoh: Bouche [buʃ]

Berdasarkan contoh, alternansi rima pada kata Bouche adalah rima

maskulin. Makna-makna yang terkandung dalam sajak dapat diungkap

melalui rima.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

19

B.2. Unsur Sintaksis

Unsur sintaksis merupakan unsur tata bahasa yang membahas tentang

hubungan antar kata. Seperti yang dikatakan oleh Bourget (1994: 33), la syntaxe

s‟intéresse donc aux règles qui president à l‟ordre des mots, aux relations qu‟ils

entretiennent entre aux, àleur fonctionnement. La syntaxe contribute

naturellement à l‟élaboration du sens de la phrase. Maksudnya adalah sintaksis

memberi perhatian pada aturan yang menguasai susunan kata, hubungan, dan

fungsinya. Tentu saja sintaksis mendukung dalam pembentukan makna kalimat.

Aspek-aspek sintaksis akan memperkuat makna-makna yang terkandung dalam

sajak. Berikut unsur-unsur sintaksis yang membentuk puisi Le Forgeron.

a) Subjek (Sujet), Objek (Objet), dan Kata Kerja/Verba (Verbe)

Subjek merupakan pelaku suatu pekerjaan yang biasanya

memengaruhi objek, sedangkan objek adalah sesuatu/seseorang yang

terpengaruh oleh pekerjaan yang dilakukan subjek.

Le verbe est l‟élément essential de la phrase. Il exprime un état ou une

action (Delatour 2004:89). Kata kerja/verba merupakan elemen penting dalam

sebuah kalimat. Verba menjelaskan kegiatan yang sedang dilakukan oleh

subjek. Verba terbagi menjadi verba transitif dan intransitif. Verbes

intransitifs, c‟est-à-dire qu‟ils ont un sens par eux-mêmes, sans être suivis

d‟un complement d‟objet (Delatour 2004: 91). Verba transitif adalah verba

yang memerlukan objek, sebaliknya verba intransitif merupakan verba yang

tidak memerlukan objek, contoh: courir (berlari).

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

20

b) Waktu/Kala (Le temps)

Kata menunjukkan waktu kejadian pada kalimat. Dalam bahasa

Perancis terdapat tiga kelompok untuk menunjukkan kata, yaitu: le passé

(lampau), le présent (sekarang), dan le futur (masa depan). Dalam sajak Le

Forgeron ditemukan ketiga bentuk waktu tersebut.

Le passé yang terdapat sajak ini yaitu le passé compose,

l‟imparfait, dan le plus que parfait. Menurut Pahlow (2015: 5) Le passé

composé exprime qu‟une action dans le passé est terminée. Il souligne

donc principalement le résultat ou la concéquance de l‟action. Le passé

composé mengekspresikan suatu aksi di masa lalu dan telah selesai. Ia

menekankan pada hasil atau akibat dari suatu aksi. Le passé composé

dibentuk oleh auxiliare dan participe passé, contoh bentuk passé composé

dari verba parler: J‟ai parlé, tu as parlé, elle a parlée. L‟imparfait

exprime et décrit des faits et actions dans le passé en soulignant le

déroulement et la répétition de ceux-ci. L‟imparfait menyatakan dan

menjelaskan kejadian- kejadian dan aksi- aksi di masa lalu dengan

menekankan penerusan dan pengulangan dari kejaidan serta aksi tersebut.

Le plus que parfait est employé dans un récit au passé (en principe à

l‟imparfait, au passé composé ou au passé simple), pour renvoyer à des

faits, situations et actions qui ont eu lieu avant le moment du passé que

l‟on raconte. Le plus que parfait digunakan dalam sebuah cerita di masa

lalu (dengan prinsip l‘imparfait, le passé composé atau le passé simple),

untuk mendahulukan kejadian, situasi dan aksi yang terjadi sebelumnya.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

21

Le présent est principalement utilisé pour parler du temps présent,

parfois du futur. Il est l‟un des temps les plus employés de la langue

français. Le présent terutama digunakan untuk mengatakan waktu saat ini,

terkadang masa depan. Ia merupakan salah satu bentuk waktu yang paling

digunakan dalam bahasa prancis, juga dapat digunakan untuk

menggambarkan situasi saat ini.

Le futur yang digunakan dalam sajak ini adalah futur simple. Le

futur simple est utilisé pour exprimer une intention de faire quelque chose

dans l‟avenir ou pour exprimer une supposition quant aux actions et

situations à venir. Kalimat tersebut memiliki arti bahwa futur simple

disgunakan untuk menjelaskan sebuah kesengajaan dalam melakukan

sesuatu di masa yang akan datang atau untuk menjelaskan sebuah

anggapan ketika beberapa aksi dan situasi akan dilakukan. Sajak ini juga

terdapat participe présent yang saat ini sudah tidak banyak digunakan

dalam bahasa prancis sehari-hari terutama dalam lisan.

Jadi, keterkaitan pemilihan verba dan kala dalam sajak terhadap

makna yang akan diungkap yaitu banyak verba pada sajak yang memiliki

persamaan makna sehingga makna utama dapat ditemukan dan kala yang

digunakan mendukung makna utama tersebut.

c) Modalitas (Modalité)

Le mode d‟un verbe permet à la personne qui parle d‟exprimer son

attitude à l‟égard de ce qu‟elle dit (Delatour 2004: 114). Modalitas

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

22

merupakan cara pembicara untuk menyampaikan maksud dari isi

pembicaraan. Terdapat lima jenis modalitas dalam bahasa Prancis menurut

Noel (1851: 36), yaitu: l‟indicatif, le subjonctif, le conditionnel,

l‟impératif, dan l‟infinitif. L‟indicatif untuk menyatakan fakta, peristiwa,

dan lain-lain. Maksudnya adalah L‟indicatif menunjukkan bahwa maksud

pembicara adalah pasti. Le subjonctif digunakan untuk mengekspresikan

perasaan, emosi, pendapat, keraguan, dan keadaan subjektif. Dengan kata

lain, Le subjonctif menunjukkan bahwa maksud pembicara menyampaikan

penilaian. Le conditionnel mengekpresikan kata kerja yang dikaitkan

dengan kondisi/ syarat. Maksudnya, Le conditionnel menunjukkan bahwa

maksud pembicara adalah menyampaikan sesuatu yang belum pasti

terjadi. L‟impératif menggambarkan kehendak, keinginan dan nasihat.

Impératif tidak mempunyai bentuk waktu. (Crocker, 2005: 97). L‟infinitif

ditunjukan secara samar-samar, tanpa menunjuk jumlah atau seseorang.

d) Kata Sifat/Ajektif (L‟adjectif) dan Kata Benda/ Nomina (Le Nom)

L‟adjectif exprime une qualité du nom (Delatour 2004: 24). Ajektif

menjelaskan kualitas dari nomina/kata benda. Ajektif juga digunakan

sebagai pelengkap nomina. Ajektif terbagi menjadi les adjectif numéraux

(menunjukkan jumlah) dan les adjectif qualificatifs. Un nom désigne un

être animé ou un inanimé (Delatour 2004: 18). Nomina dapat berupa un

animé (orang dan atau binatang) dan un inamé (pemikiran, kejadian,

perasaan).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

23

e) Adverbia (L‟adverbe),

Un adverbe est un mot ou un groupe de mots invariable qui

modifie le sens d‟un mot ou une phrase (Delatour 2004:164). Adverbia

yang merupakan kata dan gabungan kata yang berguna untuk memperjelas

verba. Adverbia terbagi menjadi adverbes de manière (cara), adverbe de

temps (waktu), dan adverbe de lieu (tempat).

f) Enjambemen (L‟enjambement)

L‟enjambement fait un rejet lorsqu‟une phrase ou une proposition

grammaticale commencée dans un vers se prolonge sur le vers suivant,

sans toutefois occupier la totalité de celui-ci (Schmitt 1982:137).

Enjambemen/pemotongan sajak terjadi apabila unsur sintaksis yang

pendek (objek kalimat) dipindahkan pada awal baris sajak selanjutnya

(rejet) atau unsur sintaksis yang pendek (subjek kalimat) berada pada akhir

baris sajak (contre rejet).

g) Tanda Baca ( [.];[,];[!];[?];...)

Tanda baca adalah suatu media yang merepresentasikan ujaran ke

dalam bentuk tulisan (Dessons, 1991:47). Tanda baca berfungsi dalam

membentuk intonasi yang baik ketika membaca, sehingga ketika sedang

membaca, pembaca dapat berbicara seperti dalam bahasa lisan. Setiap

tanda baca yang ada dalam puisi memiliki arti tersendiri. Misalnya tanda

baca [,], seperti fungsinya dalam suatu kalimat, tanda baca ini bisa berarti

―berhenti sejenak‖. Jika di dalam sebuah puisi terdapat, banyak tanda

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

24

baca [,], hal tersebut dapat berarti sesuatu yang sangat melelahkan, karena

penyair selalu harus berhenti sejenak.

B.3. Unsur Semantik

La sémantique est la science qui s‟occupe de l‟étude des sens des mots et

de leurs variations. (Bunge, 1978: 5). Semantik adalah ilmu yang meliputi studi

tentang makna kata dan variasinya. Analisis tataran semantik merupakan analisis

yang membahas tentang makna, termasuk makna denotatif dan konotatif. Menurut

Baylon dan Mignot (1995:36-37), dénotation est désignation, utilisation d‟un

signe pour evoquer un referent, yang berarti denotasi adalah penunjukkan,

penggunaan suatu tanda untuk menunjukkan suatu acuan. Denotasi adalah makna

sebenarnya dari suatu kata atau kelompok kata untuk menyatakan benda atau

peristiwa tanpa melihat konteksnya. Selanjutnya adalah konotasi, Baylon dan

Mignot juga mengatakan bahwa La connotation est tout ce qui est dans le sens qui

n‟est pas propriété objective du referent. Maksudnya, konotasi adalah semua

makna yang tidak sama persis dengan acuannya. Makna konotasi telah bergeser

dari makna sebenarnya, tetapi masih memiliki kaitan dengan makna sebenarnya

dan makna konotasi ini dapat ditemukan dalam berbagai bentuk majas. Jadi,

analisis semantik akan dilakukan dengan mencari komponen makna dan majas.

a) Komponen Makna

Champs lexicaux adalah kesatuan kata-kata yang berasal dari satu

kesatuan medan dari kenyataan (Baylon dan Mignot, 1995:115). Analisis

komponen makna dapat dilakukan dengan cara penyebutan,

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

25

pengklasifikasian, dan pendefinisisan. Manfaat dari analisis komponen

makna adalah untuk mengetahui pesan melalui kata.

b) Majas

Majas merupakan cara untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih

hidup/ekspresif daripada melalui cara biasa atau ungkapan kata uang

mengandung makna sebenarnya. Majas digolongkan menjadi enam

kelompok besar yaitu Les figures de l‟analogie ( comparaison, la

métaphore, l‟allégorie, la personnification), Les figures de la substitution (

la métonymie, la synecdoque, la périphrase, l‟antonomase), Les figures de

l‟opposition (l‟antithèse, l‟antiphrase, l‟oxymore, le chiasme), Les figures

de l‟amplification (l‟hiperbole, l‟anaphore, la gradation, la répétition,

l‟accumulation, la paronomase), Les figures de l‟atténuation (la litote,

l‟euphémiste) dan Les figures de la construction (le parallélisme, l‟ellipse,

l‟anacoluthe, l‟asyndète, la réthorique). Dalam sajak Le Forgeron

terdapat enam majas. Berikut penjabaran teori masing-masing majas:

1. Sinekdok/ Synecdoque

Sinekdok merupakan gaya bahasa yang menyebutkan satu

bagian untuk keseluruhan (Fromilhague 1995:60). Majas sinekdok

terbentuk dari subtitusi signifiant dan hilangnya signifié. Jadi,

majas ini membandingkan dua hal, namun penanda dianggap

mewakili hal yang dibandingkan (petanda). Contoh-contoh

sinekdok:

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

26

-Keseluruhan untuk sebagian : ― avoir une bonne cave‖ =

(du bon vin)

-Sebagian untuk keseluruhan : ―avoir un toit‖

-Jamak untuk tunggal : ―envoyer ses amitiés‖

2. Personifikasi/ Personification

Personifikasi merupakan gaya bahasa yang merepresentasi

suatu benda/keadaan yang seolah-olah memiliki karakter seperti

manusia.

3. Metafora/Métaphore

Metafora merupakan gaya bahasa yang membandingkan

dua hal yang kurang identik. Metafora terbagi menjadi métaphore

in prasentia dan métaphore in absentia. métaphore in prasentia

merupakan jenis metafora yang secara jelas membandingkan dua

hal (biasanya dengan bantuan verba être), sedangkan métaphore in

absentia merupakan metafora yang hanya menampilkan satu hal

yang dibandingkan (Fromilhague 1995: 72)

4. Hiperbola/Hipérbole

Hiperbola merupakan majas yang melebih-lebihkan sesuatu

dengan menggunakan kata yang lebih ekspresif. Majas ini berguna

untuk memperkuat nuansa sajak (Fromilhague 1995: 113)

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

27

5. Metonimi/Métonymie

Metonimi merupakan majas yang menggunakan simbol

untuk mengekspresikan keadaan (Fromilhague 1995: 64)

6. Perbandingan/ Comparaison

―Une comparasion réunit deux éléments comparés en

utilisant un mot comparatif‖ Nayrolle (dalam Lamirault, 1886: 44).

Perbandingan menggabungkan dua unsur yang dibandingkan

dengan menggunakan kata pembanding. Peyroutet (1994: 67)

mengatakan perbandingan dapat ditandai dengan kata pembanding

seperti: tel, comme, ressembler, paraître, sembable à.

C. Kemarahan

L‟Indignation est une Haine envers quelqu‟un qui a fait du mal à un autre

(Olivier, 1992: 209). Kalimat ini berarti kemarahan adalah sebuah kebencian

terhadap seseorang, dimana kebencian tersebut dapat memicu keinginan untuk

melakukan hal buruk terhadap orang lain. Bauer (2012: 95) mengatakan bahwa La

colère peut être comprise comme une émotion subite, de tendance agressive, qui

se manifeste par une vive animation expressive, gestuelle et verbale, parfois

incontrôlable. Maksud dari pernyataan Bauer ini adalah kemarahan bisa dipahami

sebagai emosi yang tiba-tiba, cenderung agresif, yang memanifestasikan dirinya

dengan animasi ekspresif yang hidup, gestural dan verbal, terkadang tidak

terkendali.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

28

La colère est un signal envers l‟autre, une façon de montrer son

agressivité, son désir de domination et, surtout la virilité au sens de force vitale.

(Drory, 2004: 33). Maksudnya kemarahan menurut Drory adalah sinyal terhadap

orang lain, suatu cara untuk menunjukan agresivitas, keinginan untuk

mendominasi dan terutama kejantanan dalam arti kekuatan vital. Berdasar

pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa kemarahan adalah emosi yang

muncul pada diri seseorang dan mendorong orang tersebut untuk bersikap agresi

atau menyerang dan dapat diwujudkan dalam bentuk gestural maupun verbal

untuk menunjukan kekuatan dirinya.

C.1. Ekspresi Marah

Menurut Spielberger et al. (Tavris, 2017: 114 ) perasaan marah bervariasi

berdasarkan cara pengekspresiannya. Individu mengekspresikan kemarahan

dengan dua cara, yaitu Anger Out dan Anger In. Anger out berfokus pada

bagaimana seseorang secara terbuka dapat mengekspresikan kemarahannya

pada orang lain atau terhadap lingkungannya.

The Anger Expression-Out scale describes the extent to which a person

expresses her emotional experience of anger in an outwardly negative and poorly

controlled manner. This may involve the expression of hostile or aggressive

actions (e.g., assaulting other people, destroying objects, and making rude

gestures), or the anger may be expressed verbally (e.g., insults, the use of foul

language, and shouting). (Spielberger, 2013: 10)

Dalam Skala Ekspresi Anger Out, Spielberger menggambarkan sejauh

mana seseorang mengekspresikan pengalaman emosionalnya tentang kemarahan

secara negatif dan perilaku yang buruk. Hal ini melibatkan ekspresi tindakan

bermusuhan atau agresif ( menyerang orang lain, menghancurkan benda-benda,

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

29

dan membuat isyarat kasar) atau kemarahan bisa diungkapkan secara verbal.

(penghinaan, penggunaan bahasa kotor, dan teriakan).

Anger in adalah tingkat dimana seseorang secara mental merenungkan

atau merasa marah tanpa mengekspresikannya secara langsung.

The AX-I scale measures the extent to which people hold things in

or suppress anger when they are angry or furious. In some situations, if

the experience of anger is unpleasant enough, the angry feelings are

suppressed and replaced with guilt and, ultimately, with feelings of anxiety

and depression as the person blames herself for the problems surrounding

the anger-provoking situation and “forgets” her anger. (Spielberger,

2013: 11)

Skala Anger In mengukur sejauh mana seseorang menggenggam sesuatu

atau menekan kemarahan ketika mereka marah. Dalam beberapa situasi, jika

pengalaman kemarahan itu tidak menyenagkan, perasaan marah ditekan dan

diganti dengan rasa bersalah dan akhirnya, dengan perasaan cemas dan depresi

saat orang tersebut menyalahkan dirinya sendiri atas masalah seputar situasi yang

memprovokasi kemarahan dan melupakan kemarahannya.

Pengertian tersebut membentuk acuan dalam kuesioner baku untuk setiap

penelitian tentang kemarahan. Begitupun penelitian ini yang mengambil aspek

kemarahan (Anger Out dan Anger In) dari poin – poin yang terdapat dalam

kuesioner tersebut. Berikut poin yang mendasari dan dibutuhkan dalam penelitian

ini.

Poin Aspek Anger Out:

Tabel 2.5

Kuisioner Baku – Aspek Kemarahan Anger Out

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

30

Nomor Poin Pernyataan

33. Saya cemberut atau merajuk

35. Saya kehilangan kesabaran

39. Saya berkata sarkastik

43. Saya melakukan hal semisal membanting pintu

51. Saya menyerang

53. Saya lebih marah dari apa yang saya tunjukan

55. Saya berkata kotor/ keji

Poin Aspek Anger In:

Tabel 2.6

Kuisioner Baku – Aspek Kemarahan Anger In

Nomor Poin Pernyataan

41. Saya merasa darah saya mendidih, namun tidak saya tunjukan

45. Saya cenderung menyimpan dendam

C.2. Faktor Penyebab Kemarahan

Terdapat beberapa penyebab seorang individu mengalami emosi marah,

Purwanto dan Mulyono (Dahlan dan Muhtarom, 2016 : 81) secara garis besar

membaginya ke dalam 2 faktor yakni faktor fisik dan psikis. Faktor fisik misalnya

karena kelelahan yang berlebihan dan kurang istirahat dimana dalam kondisi ini

individu mudah sekali tersinggung. Selain itu, terdapat pula zat-zat tertentu yang

dapat menyebabkan rasa marah seperti saat otak kekurangan zat asam maka orang

akan lebih mudah marah. Hormon reproduksi pun dapat mempengaruhi

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

31

kemarahan seseorang, pada sebagian wanita yang sedang menstruasi dapat

mengalami emosi marah.

Menurut Nuh, Hamzah, Hawwa berpendapat bahwa ada beberapa faktor

yang menyebabkan kemarahan yaitu : lingkungan, pertengkaran dan perdebatan,

senda gurau dengan cara yang batil, memusuhi orang lain dengan segala cara,

congkak atau sombong di muka bumi tanpa hak, lupa mengendalikan diri, orang

lain tidak melaksanakan kewajibannya kepada si pemarah, penjelasan orang lain

terhadap aibnya, mengingat permusuhan dan dendam lama.

(https://budilisnt.wordpress.com/author/budilisnt/page/2/)

As Sadr (2005: 27) menyebutkan faktor-faktor pendorong kemarahan

dapat berupa kerapuhan fisik, seperti penyakit yang menyebabkan sensitivitas

(kepekaan) luar biasa, dapat juga berupa cacat psikologis yang muncul akibat

ketegangan mental, egoisme berlebihan, atau perasaan terhina maupun rasa rendah

diri, serta dapat berupa persoalan etika (akhlak) seperti kebiasaan bertengkar dan

cepat gelisah.

D. Riwayat Arthur Rimbaud

Jean Nicolas Arthur Rimbaud lahir pada tanggal 20 Oktober 1854, di

Prancis, lebih tepatnya di Charleville, departemen Ardennes, sekitar 321 km arah

timur laut dari Paris. Ia merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari

Frédéric Rimbaud, seorang kapten infantri Prancis dan Vitalie Cuif. Kakak laki-

lakinya bernama Frederic, dan adik perempuannya juga diberi nama sama seperti

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

32

ibunya, Vitalie. Saat berusia 6 tahun, Isabelle, adik terakhirnya lahir. Disaat yang

bersamaan, ayahnya pergi meninggalkan keluarga dan tidak pernah kembali.

Tahun 1859 Athur masuk Charleville College, dan ia bertemu Ernest

Delahaye yang menjadi sahabat karibnya sepanjang hidupnya. Sejak kecil, ia

sudah menunjukan bakat menulisnya. Kejeniusannya dapat disadari oleh Pastur

Ariste Lhéritier, yang juga mempublikasikan puisi pertama Rimbaud ke tabloid

La Revue pour tous yang berjudul ―The Orphans New Year‘s Gifts‖ pada tahun

1870. Sejak itu, di usia nya yang belum genap 16 tahun, ia memenangkan banyak

hadiah dari syair dan dialog asli dalam bahasa latin. Kemampuan menulisnya

semakin terasah ketika ia bertemu dengan Georges Izambart, seorang guru yang

datang dari Paris dan menjadi penasihat sastra Rimbaud.

Izambart juga memperkenalkan Rimbaud dengan Paul Demeny saat

Izambart pindah ke Douai dengan tujuan mereka bisa bekerja sama saat menulis.

Vitalie yang tidak suka dengan kedekatan Rimbaud dengan Izambart, membawa

kembali Rimbaud ke Charleville. Pada tahun 1871, Rimbaud kembali kabur dari

rumah menuju Paris dan bergabung dengan Komun Paris. Pengalamannya itu

menghasilkan karya yaitu, Parisian Song of War, Jeanne-Marie‟s Hands dan

Paris Is Repeopled setelah ia kembali ke Charleville.

Segala peristiwa yang berlangsung disekitarnya, perubahan dan semuanya

membuat Rimbaud mengubah cara pandangnya terhadap tujuan membuat puisi.

Rimbaud menganggap bahwa penyair seharusnya menciptakan karya yang

mengena, kuat, yan g bisa menyindir setiap titik emosi pembaca, dan sebisa

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

33

mungkin mempengaruhi emosi dan menyerang ego mereka tanpa harus terbatasi

dengan aturan yang ada dalam dunia sastra. Hingga hari ini, Rimbaud dianggap

sebagai orang pertama yang mempelopori sajak bergaya bebas, dan pendahulu

surealist dalam dunia puisi.

Lalu Izambart mengenalkan Rimbaud pada Verlaine. Mereka bekerja sama

menulis untuk buku kumpulan syair Circle Zutique yang dimotori oleh penyair

Charles Cros. Entah bagaimana mulanya, mereka menjalin hubungan cinta dan

mereka tidak berusaha menutupinya. Skandal itu tersebar di kalangan penyair

Prancis, karena saat itu Verlaine sudah memiliki seorang istri.

Hubungan mereka yang semakin lama tidak membaik, membuat mereka

terpisah dan pada Juli 1873, mereka kembali bertemu di Paris. Verlaine yang

dalam kondisi gusar dan dibawah pengaruh miras, menembakkan pistol kearah

Rimbaud dan mengenai pergelangan tangan kirinya. Hal tersebut membawa

Verlaine ke penjara dan dijatuhi hukuman kurungan selama 2 tahun. Sejak itu

hubungan mereka benar-benar berakhir.

Arthur memutuskan untuk tinggal di Roche dan menyelesaikan Une

Saison en Enfer dan manuskrip tersebut dicetak pada tahun 1873. Setahun

kemudian, ia pergi ke London menulis Illuminations yang diedit oleh Germain

Nouveau. Awal Mei tahun 1875, ia memulai petualangan baru. Dari Stuttgart ia

menuju Milan, lalu Marseilles, lalu Paris lalu kembali ke Charleville di bulan

Oktober. Arthur melewati musim dingin 1875 di Charleville sambil belajar bahasa

Rusia dan Arab, sekaligus melatih permainan pianonya. Segala hal yang terjadi,

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

34

sejak ambisinya menjadi seorang penyair hingga putusnya hubungan dengan

Verlaine, dialami Arthur ketika usianya baru menginjak 20 tahun. Dan Arthur

memilih berhenti menjadi Arthur sang penyair. Pada Mei 1876, ia mendaftar

sebagai serdadu KNIL dimana ia melakukan disertir dan kembali ke Prancis

dengan kapal kediaman resmi walikota Salatiga, Jawa Tengah.

Rimbaud lalu menderita sinovitis lutut kanan dan kemudian kanker di lutut

kanannya. Ia dirujuk ke Rumah Sakit Marseille dan diamputasi pada 27 Mei.

Namun keadaannya semakin memburuk. Setelah melakukan pembedahan, ia

menderita sakit yang luar biasa. Rimbaud meninggal di Marseille pada 10

November 1891, pada usia 37 tahun dan dimakamkan di tempat kelahirannya,

Charleville.

E. Penelitian Yang Relevan

Untuk memperkaya referensi penelitian ini, telah dilakukan suatu tinjauan

pustaka terhadap beberapa penelitian sebelumnya, antara lain:

1. Unsur-Unsur Emosi Yang Mendasari Perilaku Tokoh Utama Dalam Novel

Week-end de Chasse à la mere Karya Geneviève Brisac yang disusun oleh

Kika Adriani Juniastika (2012), Jurusan Sastra Prancis, Universitas

Padjadjaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap penyebab

timbulnya unsur-unsur emosi di dalam diri tokoh utama serta dampak yang

dihasilkan dari unsur-unsur emosi tersebut terhadap hubungan tokoh

utama dengan sang anak. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan

analisis struktural karya sastra yaitu analisis alur, analisis tokoh dan

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

35

hubungan antar tokoh, analisis latar juga analisis sudut pandang yang

ditunjang oleh penerapan teori kebutuhan Abraham Maslow. Dari seluruh

rangkaian analisis di dalam skripsi ini, ditemukan bahwa unsur-unsur

emosional yang timbul di dalam diri tokoh utama merupakan sebuah

reaksi yang timbul dari kegagalan pernikahan yang kemudian berujung

pada hubungan yang tidak stabil dengan sang anak serta dirinya sendiri.

Hal tersebut, memicu tokoh utama untuk melarikan diri daripada

menghadapi kenyataan hidup yang sesungguhnya. Dari penelitian ini, kita

dapat menyimpulkan bahwa emosi merupakan faktor penggerak manusia

yang utama. Emosi bisa memberikan sisi positif dan negatif, tergantung

bagaimana kita memberikan reaksi terhadap suatu keadaan. Dengan

menggunakan analisis struktural karya sastra, ia menemukan unsur-unsur

emosi akibat dari kegagalan pernikahan yang berujung pada hubungan

yang tidak stabil dengan sang anak maupun dirinya sendiri.

2. Analisis Struktural-Semiotik Puisi Le Bateau Ivre Karya Arthur Rimbaud

yang disusun oleh Afifah Irsyadina (2017), Program Studi Pendidikan

Bahasa Prancis, Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan objek penelitian yang berupa : 1) aspek struktural

yang meliputi aspek bunyi, aspek metrik, aspek sintaksis dan aspek

semantik puisi ―Le Bateau Ivre‖ karya Arthur Rimbaud, 2) aspek semiotik

dalam puisi ―Le Bateau Ivre‖ karya Arthur Rimbaud. Subjek penelitian

ini adalah puisi ―Le Bateau Ivre‖ yang terdapat dalam kumpulan puisi

Poesies karya Arthur Rimbaud yang diterbitkan pada tahun 1871.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

36

Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif dengan metode

deskriptifkualitatif dengan teknik analisis konten. Pengadaan data

dilakukan dengan cara unitisasi, pengumpulan data, dan pencatatan data.

Validitas ditentukan berdasarkan validitas semantik dan expert-judgement.

Reliabilitas yang digunakan yaitu intrarater. Hasil penelitian ini

menunjukkan 1) pada aspek struktural, puisi ini didominasi oleh

perpaduan asonansi [a, i, o, ɔ] dengan aliterasi [t, k, l, ʀ, s, z, d] yang

menimbulkan perasaan sedih, gundah, gelisah dan merana. Aspek metrik

pada puisi ini memiliki tipe larik alexandrin. 2) pada aspek semiotik,

terdapat tanda-tanda semiotik yang berupa ikon, indeks dan simbol yang

menggambarkan tentang perjalanan kapal yang singgah dan kemudian

tenggelam di Amerika dimana awak kapal mati terbunuh oleh suku Indian.

Kapal tersebut kemudian bermuara di lautan, tempat ia harus berjuang

melawan gelombang laut, halilintar, monster laut, dan angin puting

beliung. Hingga akhirnya, ia menyerah pada keadaan dan memutuskan

untuk menenggelamkan dirinya ke dalam laut.

F. Kerangka Berfikir

Sajak Le Forgeron adalah salah satu puisi karya Athur Rimbaud yang

tergolong dalam les poésies yang menggambarkan kondisi masyarakat khususnya

kaum buruh pada tahun 1792 dibawah kepemimpinan Louis Seize. Arthur

menggambarkan dengan api sebuah kebanggaan kaum buruh yang berani

melakukan revolusi pada zaman itu. Ia juga menggambarkan kemarahan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

37

masyarakat dari berbagai sudut pandang, disini Arthur berperan sebagai orang

ketiga serba tahu sekaligus orang pertama.

Dalam penafsiran tersebut tentunya tidak didapat hanya dengan membaca

satu kali atau beberapa kali. Dengan pendekatan analisis puisi tematik ini, yang

mencakup analisis stuktural, penulis dapat mendapatkan makna utuh yang

mempermudah untuk mengambil data. Setelah itu, konsep kemarahan dapat

digabungkan dengan pembahasan bagian analisis semantik. Dalam analisis

semantik, sifokuskan kepada judul penelitian ini yang membahas tentang

kemarahan. Oleh karena itu sebelum menjabarkan isi kemarahan, sangatlah

penting mengambil kembali ulang kata-kata kemarahan yang beragam masing-

masing diklasifikasikan beradasarkan aspek kemarahan Anger Out dan Anger In

yang didapat dari Kuisioner baku yang dikemukakan oleh Spielberger sebagai

pencetus teori ekspresi kemarahan. Berikut kerangka aspek kemarahan beserta

Kata/Ungkapan yang ditemukan dalam sajak Le Forgeron.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

38

Bagan 1 – Kerangka Berfikir

Ekspresi Kemarahan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

LE FORGERON

Anger Out Anger In

Menyimpan Hal (menjadi dendam); je ne me plains

pas, J'admets, en donnant nos gros sous !,

Menunjukan Ketenangan; ne pleuraient pas, à genoux

Menggarang; Effrayant, Riant, regard farouche

Menyerang (sso); Traînait, l'empoignait au front assommer, prend au bras

Merusak (benda); arrache le velours, Cassons

Berkata Sarkastik;baraque splendide, chenapans, Nid, les malins , Les plats

Berkata Keji; palsembleu bâtards, Crapule, Merde à ces chiens-là

Bertindak Murka; Fous, Féroces, des bruits de houle,

Hurlant, Clameurs, grands cris,

Mengancam; Tuerais

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab metodologi penelitian ini, yang akan dibahas yaitu tujuan

penelitian, lingkup penelitian, waktu dan tempat penelitian, prosedur penelitian,

teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan kriteria analisis. Berikut akan

diulas satu per satu.

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang

memicu kemarahan dan mengetahui bagaimana jenis-jenis ekspresi marah (anger

out dan anger in) itu diungkapkan dalam puisi Le Forgeron

B. Lingkup Penelitian

Penelitian ini berpusat pada faktor yang memicu kemarahan dan analisis

ekspresi kemarahan. Adapun lingkup penelitian ini hanya terfokus pada bentuk

pengekspresian kemarahan menurut Spielberger yang meliputi ekspresi marah

(anger out dan anger in) yang terdapat dalam puisi ―Le Forgeron‖ karya Arthur

Rimbaud.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama satu semester yang dimulai pada bulan Juli

2017 sampai Desember 2017. Adapun penelitian ini tidak terkait dengan tempat.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

40

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis konten (content analysis)

dengan pendekatan kualitatif karena data-data dalam penelitian memerlukan

penjelasan secara deskriptif. Menurut Budd, Thorpe, dan Donahw (Zuchdi, 1993:

1) analisis konten atau analisis isi adalah suatu teknik yang sistematik untuk

menganalisis makna pesan dan cara mengungkapkan pesan. Adapun prosedur

penelitian dengan teknik analisis konten ini meliputi beberapa langkah sebagai

berikut.

1. Pengadaan Data

Data yang dicari dalam penelitian ini adalah data-data yang berkaitan

dengan pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah. Langkah-langkah dalam

pengadaan data dalam penelitian ini adalah penentuan unit analisis, pengumpulan

data dan pencatatan data tanpa melakukan penentuan sampel.

a. Penentuan Unit Analisis

Penentuan unit analisis merupakan kegiatan memisah-misahkan

data menjadi bagian-bagian yang selanjutnya dapat dianalisis (Zuchdi,

1993: 30). Cara ini digunakan untuk membatasi dan mengidentifikasi unit

data menjadi fokus penelitian. Dalam penelitian ini, unit yang menjadi

fokus adalah aspek bunyi, aspek fonologi, aspek sintaksis dan aspek

semantik dalam puisi ―Le Forgeron‖.

b. Pengumpulan Data

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

41

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

penginterpretasian puisi secara cermat kemudian digunakan teknik

pengumpulan data dengan analisis struktural.

c. Pencatatan Data

Pencatatan data dilakukan dengan memilah-milah data berdasarkan

hasil penentuan unit analisis yaitu, aspek metrik, aspek fonologi, aspek

sintaksis, aspek semantik. Aspek fonologi meliputi metrik, synérèse-

diérèse, fonem, l‟hiatus-élision, dan rima. Aspek sintaksis berupa

parafrase kalimat—kalimat dan makna dari kalimat tersebut. Aspek

semantik yaitu pemaknaan berdasarkan wacana. Dalam aspek semantik

ini, terdapat data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu kata-kata

kemarahan dan komponen makna kata atau kalimat tersebut.

2. Inferensi Data

Inferensi merupakan bagian utama dari analisis konten, yaitu memaknai

kata berdasarkan konteksnya, dalam hal ini teks-teks puisi sebagai data. Data yang

berupa data tersebut dimaknai berdasarkan unsur-unsur struktural.

Kegiatan pertama dimulai dari konteks dalam teks sebagai awal

pemahaman makna. Konteks data yang pertama adalah puisi ―Le Forgeron‖ karya

Arthur Rimbaud, sebagai data utama penelitian. Konteks data yang kedua adalah

konteks yang berada di luar data, yaitu biografi pengarang, sosial budaya,

deskripsi sintaksis bagi materi kebahasaan yang dianalisis, pemikiran dan

perasaan serta makna kebahasaan. Penarikan inferensi dalam penelitian ini

dilakukan dengan menganalisis data tanpa mengurangi makna simboliknya

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

42

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode teknik pustaka. Yang

dimaksud dengan teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis

untuk memperoleh data (Subroto 1992: 42). Dalam hal ini penulis mengumpulkan

sumber informasi melalui buku, dan surat kabar yang berhubungan dengan

penelitian. Adapun studi kepustakaan ini untuk memeperoleh teori-teori dan

informasi tentang Konsep Kemarahan, Faktor-faktor pemicu, dan Ekspresi

kemarahan.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu peneliti memasuk

dunia data yang diteliti, kemudian memahami dan mencoba mengklasifikasikan

objek yang diteliti yaitu aspek struktural meliputi fonologis, sintaksis, semantik

dalam tabel yang terdapat aspek kemarahan dalam puisi Le Forgeron karya

Arthur Rimbaud.

Data puisi tersebut bersifat kualitatif yaitu penjelasannya dijabarkan dalam

bentuk deskripsi yang kemudian dianalisis sehingga terbentuk pemahaman.

Langkah terakhir pengambilan kesimpulan pembahasan menyeluruh mengenai

aspek-aspek yang telah dianalisis.

Berikut tabel analisis yang digunakan dalam tataran fonologis dan

semantik (tataran sintaksis tidak memerlukan tabel):

1. Tataran fonologis

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

43

a. Metrik

Tabel 3.1

Penyediaan data metrik

Bait

Ke -

Jumlah Larik Jumlah Suku Kata (dalam Larik)

< 12 12 > 12

1

b. synérèse-diérèse

Tabel 3.2

Penyediaan data synérèse-diérèse

Larik Synérèse L Diérèse

8 1

c. Fonem

Tabel 3.3

Penyediaan data fonem

Bait Ke

-

Fonem

1

d. l‟hiatus-élision

Tabel 3.4

Penyediaan data l‟hiatus-l‟élision

Bait Ke - L‘hiatus L‘élision

1

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

44

e. Rima

Tabel 3.5

Penyediaan data rima

LARIK KATA

TERAKHIR

FONETIK KUALITAS

RIMA

ALTERNANSI

RIMA

1

2. Tataran Semantik

a. Aspek kemarahan

Tabel 3.6

Penyediaan data kata/ ungkapan Aspek kemarahan

No Aspek Kata/ ungkapan/ kalimat Bait

1. Menggarang 1

2. Menyerang (sso)

3. Merusak (benda)

4. Berkata

Sarkastik

5. Berkata Keji/

kotor

6. Bertindak Murka

7. Mengancam

b. Komponen Makna

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

45

Tabel 3.7

Penyediaan data komponen makna

No. Kata/

Ungkapan

Komponen

Makna

Makna

1. Effrayant Menakuti Terlihat

Mengerikan

Terlihat

menyeram

kan

Luar biasa Menggarang

c. Majas

Tabel 3.8

Penyediaan data majas

Majas Larik

Perbandingan

G. Kriteria Analisis

Diperlukan kriteria analisis penelitian untuk menjadikan penelitian ini

menjadi terarah dan spesifik. Pada penelitian Kemarahan Dalam Puisi Le

Forgeron Karya Arthur Rimbaud, kriteria yang digunakan adalah asprk-aspek

yang terdapat dalam kuisioner baku yang dikemukakan oleh Spielberger dan

sejarah hari 20 Juni 1792 atau yang dikenal sebagai La Journée du 20 juin 1792

sebagai sumber pasti yang melatarbelakangi puisi Le Forgeron untuk verifikasi

kebenaran makna dari puisi tersebut.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

46

BAB IV

ANALISIS PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil analisis puisi Le Forgeron. Analisis ini

akan diuraikan dalam bentuk deskriptif dengan memunculkan representasi

karakteristik kemarahan melalui analisis fonologis, sintaksis dan semantis.

A. Deskripsi Data

Bagian ini berisi analisis puisi secara keseluruhan berupa analisis fonologis

(dengan menggunakan uraian matrik, dominasi fonem yang muncul, simbol warna

yang menentukan diérèse atau synérèse serta L‘hiatus dan L‘élision) , analisis

semantis berupa kata-kata kemarahan dan terjemahan puisi tersebut. Hal ini perlu

dilakukan untuk mempermudah dalam interpretasi data. Sedangkan analisis

sintaksis akan dijelaskan dalam bagian interpretasi data. Berikut uraian per bait.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

47

Le Forgeron

Palais des Tuileries, vers le 20 juin [17]92

BAIT 1

Tabel 4.1

Deskripsi data bait 1

Le bras sur un marteau

gigantesque, effrayant

[R]

Le/bras/sur/un/mar/teau | gi/gan/tes/que/e/ffra/yant

6 + 7

Palu raksasa di tangan, menakuti

D'ivresse et de grandeur,

le front large , riant

[R] [d]

D‘i/vre/sse/et/de/gran/deur | le/front/lar/ge | ri/ant

7 + 4 + 2

dengan kemabukan dan kemegahan, dahi lebar,

menyeringai

Comme un clairon

d'airain, avec toute sa

bouche,

[R] [u]

Com/me/un/clai/ron/d‘ai/rain | a/vec/tou/te/sa/bou/che

7 + 7

Bagaikan kuningan terompet, dengan seluruh mulutnya

Et prenant ce gros-là

dans son regard

farouche,

[R] [ᾶ]

Et/pre/nant/ce/gros/la | dans/son/re/gard/fa/rou/che

6 + 6

Dan menggenggam palu besar itu dengan sorotan liar

Le Forgeron parlait à

Louis Seize, un jour

[R] [u]

Le/for/ge/ron/par/lait | a/lou/is sei/ze | un/jour

6 + 4 + 2

Si pandai besi berbicara kepada louis seize , suatu hari

Que le Peuple était là, se

tordant tout autour,

[e] [t]

Que/le/peu/ple/é/tait/la | se/tor/dant/tou/t au/tour

7 + 6

Dimana rakyat disana, menggeliat-liat

Et sur les lambris d'or

traînait sa veste sale.

Et/sur/les/lam/bris/d‘or | trai/nait/sa/ves/te/sa/le

6 + 7

Page 48: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

48

[s] [R]

Dan menyeret jubah kotornya dari dinding emas istana

yang megah

Or le bon roi, debout sur

son ventre, était pâle

[ↄ] [R] [õ]

Or/le/bon/roi | de/bout/sur | son/ven/tre | é/tait/pa/le

4+ 3 + 3 + 4

Raja yang baik, dengan perutnya yang tegak, berwajah

pucat

Pâle comme un vaincu

qu'on prend pour le

gibet,

[ᾶ] [p]

Pa/le/com/me/un/vain/cu | qu‘on/prend/pour/le/gi/bet

7 + 6

Sepucat pengecut yang mereka seret ke tiang

gantungan

Et, soumis comme un

chien, jamais ne

regimbait

[ε][ᾶ] [m]

Et | sou/mis/com/me/un/chien | ja/mais/ne/re/gim/bait

1+6 + 6

Dan, tunduk seperti seekor anjing, yang tidak pernah

berontak

Car ce maraud de forge

aux énormes épaules

[R] [o] [ↄ] [e]

Car/ce/ma/raud/de/for/ge | aux/e/nor/me/s e/paules

7 + 6

Karena penempa bajingan yang berbahu besar itu

Lui disait de vieux mots

et des choses si drôles,

[i] [o] [d]

Lui/di/sait/de/vieux/mots |et/des/cho/ses/si/dro/les

6 + 7

Mengatakan padanya perkataan lama dan sesuatu yang

sangat aneh

Que cela l'empoignait

au front, comme cela !

[l] [ә] [m] [ↄ]

Que/ce/la/l‘em/poi/gnait |au/front | com/me/ce/la

6 + 2 + 4

saat bahu mencengkram kepalanya, begitu saja

BAIT 2

Tabel 4.2

Deskripsi data bait 2

« Donc, Sire, tu sais Donc/si/re/tu/sais/bi/en | nous/chan/ti/ons/tra/la/la

Page 49: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

49

bien , nous chantions

tra la la

[s] [t] [ᾶ] [R]

7 + 7

Dengan begitu, tuan, kau tahu bagaimana kami

bernyanyi tra la la

Et nous piquions les

bœufs vers les sillons

des autres :

[õ] [e] [i]

Et/nous/pi/qui/ons/les/boeufs | vers/les/si/llons/de/s

au/tres

7 + 7

Dan kami mendorong sapi untuk membajak yang lain:

Le Chanoine au soleil

disait ses patenôtres

[ε] [ↄ] [l]

Le/cha/noi/ne/au/so/leil | di/sait/ses/pa/te/no/tres

7 + 7

Pendeta berkata kepada matahari tentang doa-doanya

Sur des chapelets clairs

grenés de pièces d'or

[R] [ε] [d] [e]

Sur/des/cha/pe/lets/clairs | gre/nes/de/pie/ces/d‘or

6 + 6

Dengan butir-butir rosario berkeping emas

Le Seigneur, à cheval,

passait, sonnant du cor

[s] [e] [a] [ε] [o] [ↄ]

Le/sei/gneur | a/che/val | pas/sait | son/nant/du/cor

3 + 3 + 2 + 4

yang Mulia, menunggang kuda, lewat, sambil meniup

terompet tanduk

Et l'un avec la hart,

l'autre avec la cravache

[l] [v] [a] [ε]

Et/l‘un/a/vec/la/hart | l‘au/tre/a/vec/la/cra/vache

6 + 7

Dan satu orang dengan tali jerat, yang lainnya dengan

tali cambuk

Nous fouaillaient -

Hébétés comme des

yeux de vache,

[e] [u]

Nous/fouai/llaient/he/be/tes|

com/me/des/yeux/de/vache

6 + 6

Mencambuk kami – linglung seperti mata sapi

Nos yeux ne pleuraient

pas ; nous allions, nous

allions,

[n] [õ] [i] [p] [z]

No/s yeux/ne/pleu/raient/pas | nou/s a/llions | nou/s

a/llions

6 + 3 + 3

Mata kami tidak menangis ; kami akan pergi, kami

akan pergi

Page 50: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

50

Et quand nous avions

mis le pays en sillons,

[ᾶ] [i] [õ] [z]

Et/quand/nou/s a/vions/mis |le/pays/en/si/llons

6 + 5

Dan ketika kami telah membajak pedesaan

Quand nous avions

laissé dans cette terre

noire

[ε] [ᾶ] [R]

Quand/nou/s a/vions/lai/ssé | dans/ce/tte/te/rre/noire

6 + 6

Ketika kami mati dalam tanah hitam ini

Un peu de notre chair...

nous avions un

pourboire

[ᾶ] [R] [ә] [p]

Un/peu/de/no/tre/chair | nou/s a/vions/un/pour/boire

6 + 6

Sedikit jasad kami... kami meminta bagian

BAIT 3

Tabel 4.3

Deskripsi data bait 3

Nous venions voir

flamber nos taudis dans

la nuit

[n] [i] [o] [l]

Nous/ve/nions/voir/flam/ber | nos/tan/dis/dans/la/nuit

6 + 6

Kami melihat api melahap gubuk kami di malam hari

Nos enfants y faisaient

un gâteau fort bien cuit.

[ᾶ] [o] [f] [i]

No/s en/fants/y/fai/saient |un/ga/teau/fort/bien/cuit

6 + 6

anak anak kami membuat kue gosong disana

BAIT 4

Tabel 4.4

Deskripsi data bait 4

« Oh ! je ne me plains Oh/je/ne/me/plains/pas | je/te/dis/mes/be/ti/ses

Page 51: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

51

pas. Je te dis mes

bêtises,

[ә] [t] [ε]

6 + 7

Oh, aku tidak mengeluh, kukatakan padamu

kebodohan-kebodohanku

C'est entre nous.

J'admets que tu me

contredises.

[ε] [t] [R] [ә]

C‘est/en/tre/nous | j‘ad/mets | que/tu/me/con/tre/di/ses

4 + 2 + 7

Ini antara kita. Kubiarkan kau bertentangan denganku.

Or, n'est-ce pas joyeux

de voir, au mois de juin

[a] [ә]

Or | n‘est/ce/pas/jo/yeux | de/voir | au/mois/de/juin

1 + 5 + 2 + 4

tapi, bukankah itu menyenangkan tuk disaksikan, di

bulan juni

Dans les granges entrer

des voitures de foin

[a] [e] [ᾶ] [d] [R] [t]

Dans/les/gran/ges/en/tres | des/voi/tu/res/de/foin

6 + 6

dalam perlumbungan masuklah gerobak-gerobak

jerami

Enormes ? De sentir

l'odeur de ce qui

pousse,

[ә] [R] [s] [d]

e/nor/mes/de/sen/tir | l‘o/deur/de/ce/qui/pousse

6 + 6

Yang besar? Untuk mencium bau yang menyengat,

Des vergers quand il

pleut un peu, de l'herbe

rousse ?

[R] [ε] [p] [ø]

Des/ver/gers/quan/d il/pleut | un/peu |

de/l‘her/be/rousse

6 + 2 + 4

dari kebun buah-buahan ketika gerimis, dari rumput

merah ?

BAIT 5

Tabel 4.5

Deskripsi data bait 5

De voir les champs de De/voir/les/champs/de/ble | le/s e/pis/pleins/de/grain

Page 52: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

52

blé, les épis pleins de

grain,

[l] [d] [e] [R] [ ] [p]

6 + 6

Untuk melihat ladang gandum, permukaan yang

dipenuhi bulir-bulir,

De penser que cela

prépare bien du pain ?...

[ ] [p] [ә] [e]

De/pen/ser/que/ce/la | pre/pa/re/bien/du/pain

6 + 6

Mengira bahwa gandum itu akan menghasilkan roti ?

...

Oui, l'on pourrait, plus

fort , au fourneau qui

s'allume,

[ↄ] [p] [u][y] [f] [l]

Oui/l‘on/pou/rrait |plus/fort |

au/four/neau/qui/s‘a/llume

4 +2 + 6

Ya, kita bisa, lebih dari itu, menuju perapian yang

menyala

Chanter joyeusement en

martelant l'enclume,

[ᾶ] [m] [t] [l]

Chan/ter/jo/yeu/se/ment | en/mar/te/lant/l‘en/clu/me

6 + 7

Menyanyikan kegembiraan dengan menempa paron

Si l'on était certain

qu'on pourrait prendre

un peu, [ᾶ] [p] [R] [ε]

[t]

Si/l‘on/e/tait/cer/tain |qu‘on/pou/rrait/pren/dre/un/peu

6 + 7

seandainya kita yakin mampu mengambil sedikit,

Étant homme, à la fin !,

de ce que donne Dieu !

[d] [ↄ] [ә] [ᾶ]

é/tant/hom/me | a/la/fin | de/ce/que/don/ne/Di/eu

4 +3 + 7

Sebagai manusia, pada akhirnya ! dari apa yang Tuhan

berikan

-Mais voilà, c'est

toujours la même vieille

histoire !

[ε] [m] [R] [a] [v]

Mais/voi/la | c‘est/tou/jours | la/me/me/vieille/his/toire

3 + 3 + 7

tapi inilah, ini selalu cerita lama yang sama

BAIT 6

Page 53: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

53

Tabel 4.6

Deskripsi data bait 6

« Oh je sais,

maintenant ! Moi, je ne

peux plus croire,

[p] [ә] [m]

Oh/je/sais | main/te/nant | moi | je/ne/peux/plus/croire

3 + 3 + 1 + 5

Oh aku paham, sekarang ! aku, aku tidak lagi percaya

Quand j'ai deux bonnes

mains, mon front et

mon marteau

[õ] [m] [R]

Quand/j‘ai/deux/bon/nes/mains |

mon/front/et/mon/mar/teau

6 + 6

Ketika aku memiliki kedua tangan yang kuat, dahiku,

dan paluku

Qu'un homme vienne

là, dague sous le

manteau, [m] [ᾶ] [a]

Qu‘un/hom/me/vi/enne/la | da/gue/sous/le/man/teau

6 + 6

Seorang laki-laki datang, dengan belati dibalik mantel,

Et me dise : « Maraud ,

ensemence ma terre ! »

[m] [R] [ᾶ] [a]

Et/me/di/se/ma/raud | en/se/men/ce/ma/te/rre

6 + 7

Dan mengatakan padaku : bajingan, semai tanahku !

Que l'on arrive encor,

quand ce serait la

guerre,

[R] [ε] [a] [ᾶ]

Que/l‘on/a/rri/ve/en/cor | quand/ce/se/rait/la/gue/rre

7 + 7

kemudian yang lain datang, ketika akan terjadi perang

Me prendre mon garçon

comme cela, chez moi !

[m] [R] [a] [s] [ә]

Me/pren/dre/mon/gar/con | com/me/ce/la | chez/moi

6 + 4 + 2

Mengambil anak lelakiku begitu saja, dirumahku !

- Moi, je serais un

homme, et toi, tu serais

roi,

[m] [t] [s] [ε]

Moi | je/se/rais/un/hom/me | et/toi | tu/se/rais/roi

1 + 6 + 2 + 4

Aku, aku seorang manusia, dan kau, kau seorang raja

Tu me dirais : Je veux

!.. - Tu vois bien, c'est

Tu/me/di/rais/je/veux | tu/vois/bien/c‘est/stu/pide

6 + 6

Page 54: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

54

stupide.

[t] [y] [i] [ә]

Kau akan berkata padaku : aku menginginkan ini!.. -

kau lihat baik-baik, itu bodoh.

Tu crois que j'aime à

voir ta baraque

splendide,

[t] [R] [a]

Tu/crois/que/j‘aime/a/voir | ta/ba/ra/que/splen/dide

6 + 6

Kau pikir aku menyukai barakmu yang megah,

Tes officiers dorés, tes

mille chenapans,

[t] [i] [ε] [R]

Te/s o/ffi/ciers/do/res | tes/mi/lle/che/na/pans

6 + 6

Perwira-perwiramu, seribu banditmu,

Tes palsembleu

bâtards tournant

comme des paons :

[t] [p] [a] [R]

Tes/pal/sem/bleu/ba/tards |

tour/nant/com/me/des/paons

6 + 6

Para bajingan sialanmu mengelilingi seperti burung

merak :

Ils ont rempli ton nid

de l'odeur de nos filles

[o] [d] [i] [n] [l]

Il/s ont/rem/pli/ton/nid | de/l‘o/deur/de/nos/fi/lles

6 + 7

Mereka telah mengisi sarangmu dengan aroma gadis-

gadis kami

Et de petits billets pour

nous mettre aux

Bastilles

[t] [i] [ε] [ә]

Et/de/pe/tits/bi/llets | pour/nous/me/ttre/aux/bas/ti/lles

6 + 8

Dan dengan jaminan kecil untuk membawa kami

menuju bastil

Et nous dir i ons : C'est

bien : les pauvres à

genoux !

[i] [e] [u] [R]

Et/nous/di/rions/c‘est/bien | les/pau/vres/a/ge/noux

6 + 6

Dan kami akan berkata : tidak apa-apa : orang-orang

miskin berlututlah !

BAIT 7

Page 55: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

55

Tabel 4.7

Deskripsi data bait 7

Nous dorer i ons ton

Louvre en donnant nos

gros sous !

[o] [ↄ] [n] [u] [l] [R]

Nous/do/re/rions/ton/lou/vre |

en/do/nnant/nos/gros/sous

7 + 6

Kami akan melapisi emas louvre mu dengan

memberikan duit kami !

Et tu te soûlera i s, tu

fera i s belle fête.

[t] [R] [f] [ε]

Et/tu/te/sou/le/rais | tu/fe/rais/be/lle/fe/te

6 + 7

Dan kau akan mabuk, kau akan membuat pesta indah

- Et ces Messieurs

riront, les reins sur

notre tête !

[R] [t] [s] [e]

Et/ces/me/ssieurs/ri/ront | les/reins/sur/no/tre/te/te

6 + 7

Dan tuan-tuan itu tertawa, pinggulnya di kepala kami!

« Non. Ces saletés-là

datent de nos papas !

[t] [s] [a] [p] [e]

Non/ces/sa/le/tes/la | da/tent/de/nos/pa/pas

6 + 6

Tidak, kotoran itu berasal dari masa ayah-ayah kami!

Oh ! Le Peuple n'est

plus une putain. Trois

pas

[p] [y] [l] [t]

Oh/le/peu/ple/n‘est/plus | une/pu/ta/in |trois/pas

6 + 4 + 2

Oh ! orang tak lagi jalang. Tiga langkah

Et, tous, nous avons

mis ta Bastille en

poussière

[t] [i] [s] [u]

Et/tous/nou/s a/vions/mis | ta/bas/ti/lle/en/pou/ssiere

6 + 7

Dan, kami semua telah menjadikan bastilmu sampai ke

debu-debunya

Cette bête suait du sang

à chaque pierre

[ε] [t] [s]

Ce/tte/be/te/su/ait | du/sang/a/cha/que/pi/erre

6 + 7

Ada keringat darah si binatang di setiap batu

Et c'était dégoûtant, la

Bastille debout

Et/c‘e/tait/de/gou/tant | la/bas/ti/lle/de/bout

6 + 6

Page 56: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

56

[d] [u] [e] [t] Betapa menjijikannya, bastil itu berdiri

Avec ses murs lépreux

qui nous rappelaient

tout

[u] [ε] [e] [p] [l]

a/vec/ses/murs/le/preux |qui/nous/ra/ppe/laient/tout

6 + 6

Dengan dinding - dinding penyakit kusta yang

mengingatkan akan kami semua

Et, toujours, nous

tenaient enfermés dans

leur ombre !

[u][ε] [e] [R] [ᾶ]

Et/tou/jours/nous/te/naient |

en/fer/mes/dans/leur/om/bre

6 + 7

Dan, selalu, mengunci kami dalam kegelapannya!

- Citoyen ! citoyen !

c'était le passé sombre

[s] [e]

Ci/to/yen/ci/to/yen | c‘e/tait/le/pa/ssé/som/bre

6 + 7

Rakyat ! rakyat ! inilah masalalu yang gelap

Qui croulait, qui râlait,

quand nous prîmes la

tour !

[R] [k] [ε] [i] [l]

Qui/crou/lait| qui/ra/lait | quand/nous/pri/mes/la/tour

3 +3 + 6

Yang runtuh, yang menggerutu, ketika kami

menguasai menara

Nous avions quelque

chose au cœur comme

l'amour.

[k] [u] [o]

Nou/s a/vions/quel/que/cho/se | au/coeur/com/me

/l‘a/mour

7 + 6

Kami memiliki sesuatu dalam hati, semacam cinta

Nous avions embrassé

nos fils sur nos

poitrines.

[n] [s] [R] [i]

Nou/s a/vions/em/bra/sse | nos/fils/sur/nos/poi/tri/nes

6 + 7

Kami memeluk anak anak kami dalam dekapan kami

Et, comme des

chevaux, en soufflant

des narines [e]

Et/com/me/des/che/vaux | en/sou/fflent/des/na/ri/nes

6 + 7

Dan, bagaikan kuda-kuda, yang mendengus dari

lubang hidung

Nous marchions, nous

chantions, et ça nous

Nous/mar/chions| nous/chan/tions |

et/ca/nous/ba/ttait/la

Page 57: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

57

battait là....

[ʃ] [u] [t] [n] [õ] [a]

3 + 3 + 6

Kami berjalan, kami bernyanyi, dan jantung kami

berdetak disana...

Nous allions au soleil,

front haut,-comme cela

-,

[ↄ] [o] [u] [l]

Nou/s a/llions/au/so/leil | front/haut/com/me/ce/la

6 + 6

Kita mengikuti matahari, didepan , seperti itu

BAIT 8

Tabel 4.8

Deskripsi data bait 8

Dans Paris accourant

devant nos vestes sales.

[ᾶ] [s] [a] [v]

Dans/pa/ris/a/ccou/rant | de/vant/nos/ves/tes/sa/les

6 + 7

Di paris datang berlarian dengan jaket kotor kami

Enfin ! Nous nous

sentions Hommes !

Nous étions pâles,

[ᾶ] [õ] [u] [t]

En/fin/nous/nous/sen/tions | hom/mes/nou/s

e/tions/pa/les

6 + 7

Akhirnya! kami merasa manusia ! kami pucat saat itu,

Sire, nous étions soûls

de terribles espoirs :

[s] [t] [R] [ε]

Si/re | nou/s e/tions/souls | de/te/rri/ble/s es/poirs

2 + 4 + 6

Tuan, kami adalah jiwa dengan harapan yang

menakutkan :

Et quand nous fûmes là,

devant les donjons

noirs,

[ᾶ] [õ] [d]

Et/quand/nous/fu/mes/la | de/vant/les/don/jons/noirs

6 + 6

Dan ketika kami disana, di depan benteng hitam

Agitant nos clairons et

nos feuilles de chêne,

a/gi/tant/nos/clai/rons |et/nos/fe/uilles/de/che/ne

6 + 7

Page 58: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

58

[o] [n] Menggoncangkan terompet dan daun oak kami

Les piques à la main ;

nous n'eûmes pas de

haine,

[n] [a] [p]

Les/pi/ques/a/la/main | nous/n‘eu/mes/pas/de/hai/ne

6 + 7

Tombak ditangan; kami tidak memiliki kebencian

- Nous nous sentions si

forts, nous voulions être

doux !

[n] [õ] [u] [t] [s]

Nous/nous/sen/tions/si/forts | nous/vou/lions/e/tre/doux

6 + 6

Kami merasa sangat begitu kuat, kami ingin menjadi

lembut !

BAIT 9

Tabel 4.9

Deskripsi data bait 9

« Et depuis ce jour-là,

nous sommes comme

fous !

[u] [m] [s] [ↄ]

Et/de/puis/ce/jour/la | nous/som/mes/com/me/fous

6 + 6

Dan sejak hari itu, kami seperti orang gila!

Le flot des ouvriers a

monté dans la rue,

[e] [R] [l]

Le/flot/de/s ou/vriers | a/mon/te/dans/la/rue

6 + 6

Para buruh membanjiri jalan

Et ces maudits s'en

vont, foule toujours

accrue

[u] [s] [e]

Et/ces/mau/dits/s‘en/vont | fou/le/tou/jours/a/ccrue

6 + 6

Dan kutukan-kutukan terlontar, kegilaan semakin

meningkat

Comme des revenants,

aux portes des richards.

[ↄ] [R]

Com/me/des/re/ve/nants | aux/por/tes/des/ri/chards

6 + 6

Seperti para hantu, di pintu-pintu rumah orang berduit

Page 59: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

59

Moi, je cours avec eux

assommer les

mouchards :

[m] [u] [s]

Moi | je/cours/a/vec/eux | a/sso/mmer/les/mou/chards

1 + 5 + 6

Aku, aku berlari dengan mereka, memukul para

pengawal :

Et je vais dans Paris le

marteau sur l'épaule, [p]

[o][R] [e] [ә]

Et/je/vais/dans/pa/ris | le/mar/teau/sur/l‘e/paule

6 + 6

Dan aku pergi ke paris dengan palu di bahu

BAIT 10

Tabel 4.10

Deskripsi data bait 10

Farouche, à chaque

coin balayant quelque

drôle, [a] [l] [k]

Fa/rou/che/a/cha/que/coin | ba/la/yant/quel/que/dro/le

7 + 7

Liar, di setiap sudut membinasakan hal-hal lucu,

Et, si tu me riais au nez,

je te tuerais !

[t] [ε] [R] [e] [ә]

Et | si/tu/me/ri/ais |au/nez | je/te/tue/rais

1 + 5 + 2 + 4

Dan, jika kau menghinaku, aku akan membunuhmu !

- Puis, tu dois y

compter, tu te feras des

frais

[t] [e] [ә] [f]

Puis | tu/dois/y/comp/ter | tu/te/fe/ras/des/frais

1 + 5 + 6

Lalu, kau harus menghitungnya, kau akan

mengeluarkan biaya

Avec tes avocats , qui

prennent nos requêtes

[ε] [R] [t]

a/vec/te/s a/vo/cats | qui/pre/nnent/nos/re/que/tes

6 + 7

Dengan pengacara-pengacaramu, yang mengambil

petisi kami

Pour se les renvoyer

comme sur des

Pour/se/les/ren/vo/yer | com/me/sur/des/ra/que/ttes

6 + 7

Page 60: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

60

raquettes

[e] [ε] [R] [s]

Hanya untuk membolak-balikannya bagaikan bola

pada raket

Et, tout bas, les malins

! Nous traitant de gros

sots !

[o] [e] [ε] [R]

Et/tout/bas/les/ma/lins | nous/trai/tant/de/gros/sots

6 + 6

Dan, dibawah sana, para manusia licik !

memperlakukan kami seperti orang bodoh

Pour mitonner des lois,

ranger des de petits pots

[p] [d] [t]

Pour/mi/to/nner/des/lois | ran/ger/des/de/pe/tits/pots

6 + 7

Untuk membuat hukum palsu , mengatur keuntungan

Pleins de menus décrets

, de méchantes

droguailles

[e] [d] [R]

Pleins/de/me/nus/de/crets |

de/me/chan/tes/dro/gu/ailles

6 + 7

Dipenuhi menu dekrit, obat jahat

S'amuser à couper

proprement quelques

tailles,

[p] [e] [ә]

S‘a/mu/ser/a/cou/per | pro/pre/ment/quel/que/tailles

6 + 6

Bergurau dengan memotong pajak dengan rapih

Puis se boucher le nez

quand nous passons

près d'eux,

[e] [ә] [p] [s]

Puis/se/bou/cher/le/nez |

quand/nous/pa/ssons/pres/d‘eux

6 + 6

Lalu menyumbat hidung ketika kami melewati mereka

- Ces chers avocassiers

qui nous trouvent

crasseux !

[s] [R] [e]

Ces/cher/s a/vo/ca/ssiers |qui/nous/trou/vent/cra/sseux

6 + 6

Pengacara-pengacara baik itu yang menganggap kita

kotor !

Pour débiter là-bas des

milliers de sornettes !

[d] [e] [R]

Pour/de/bi/ter/la/bas |des/mi/lliers/de/sor/ne/ttes

6 + 7

Untuk mengobral jutaan omongkosong dibawahsana

Et ne rien redouter Et/ne/rien/re/dou/ter |si/non/les/baio/ne/ttes

Page 61: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

61

sinon les baïonnettes,

[R] [t] [e]

6 + 6

Dan tak satupun yang ditakuti kecuali bayonet-bayonet

Nous en avons assez, de

tous ces cerveaux plats

! [s] [u] [e] [a]

Nou/s en/a/vons/a/ssez | de/tous/ces/cer/veaux/plats

6 + 6

Kami memilikinya cukup, semua otak yang rendah itu

!

Ils embêtent le peuple .

Ah ! ce sont là les plats

[l] [e] [p] [a]

Il/s em/be/tent/le/peu/ple | ah/ce/sont/la/les/plats

7 + 6

Mereka yang mengesalkan mayarakat. Ah ! itulah para

rendahan

Que tu nous sers,

bourgeois, quand nous

sommes féroces,

[u] [s] [R]

Que/tu/nous/sers | bour/geois |

quand/nous/som/mes/fe/ro/ces

4 + 2 + 7

Apa yang kau suguhkani kepada kami, borjuis, ketika

kami menjadi ganas

Quand nous cassons

déjà les sceptres et les

crosses !.. »

[s] [R] [e]

Quand/nous/ca/ssons/de/ja | les/scep/tres/et/les/cro/sses

6 + 7

Ketika kami mematahkan tongkat kerajaan dan tongkat

uskup

BAIT 11

Tabel 4.11

Deskripsi data bait 11

Puis il le prend au bras,

arrache le velours

[R] [l]

Puis/il/le/prend/au/bras | a/rra/che/le/ve/lours

6 + 6

Lalu ia memegang lengan Raja, merobek beludru

Des rideaux, et lui Des/ri/deaux | et/lui/mon/tre | en/bas/les/lar/ges/cours

Page 62: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

62

montre en bas les larges

cours

[R] [l]

3 + 4 + 6

Dari tirai-tirai, dan menunjukan ke bawah ke halaman

yang luas

Où fourmille, où

fourmille, où se lève la

foule,

[u] [f] [l]

Ou/four/mille | ou/four/mille | ou/se/le/ve/la/fou/le

3 + 3 + 7

Dimana kerumunan, dimana kerumunan, dimana orang

banyak bangkit

La foule épouvantable

avec des bruits de

houle,

[u] [f] [l]

La/fou/le/e/pou/van/ta/ble | a/vec/des/bruits/de/hou/le

8 + 7

Kerumunan mengerikan dengan kegaduhan yang

menggema

Hurlant comme une

chienne, hurlant comme

une mer,

[y] [m] [R] [ε]

Hur/lant/com/me/une/chi/enne |

hur/lant/com/me/une/mer

7 + 6

Melolong bagaikan seorang penggerutu, melolong

bagaikan lautan

Avec ses bâtons forts et

ses piques de fer,

[f] [R] [ε]

a/vec/ses/ba/tons/forts | et/ses/pi/ques/de/fer

6 + 6

Dengan tongkat kuat dan tombak besinya

Ses clameurs , ses

grands cris de halles et

de bouges,

[u] [s] [R] [a] [e]

Ses/cla/meurs | ses/grands/cris |

de/ha/lles/et/de/bou/ges

3 + 3 + 7

Terikan-teriakannya, jeritan kerasnya dari pasar induk

dan gubuk-gubuk yang kotor

BAIT 12

Tabel 4.12

Deskripsi data bait 12

Tas sombre de haillons Tas/som/bre/de/hai/llons | ta/che/de/bo/nnets/rou/ges

Page 63: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

63

taché de bonnets

rouges !

6 + 7

Setumpuk pakaiannya yang compang-camping

bernoda darah merah gelap

L'Homme, par la

fenêtre ouverte, montre

tout

[u] [t] [R]

L‘hom/me/par/la/fe/ne/tre |ou/ver/te | mon/tre/tout

7 + 3 + 3

Seorang laki-laki, melalui jendela terbuka,

menunjukan ke semua

Au R oi pâle , suant qui

chancelle debout,

[u] [R] [a]

Au/roi/pa/le | su/ant | qui/chan/ce/lle/de/bout

4 +2 + 6

Seorang raja yang pucat, berkeringat, berdiri

sempoyongan

Malade à regarder cela

! [a] [l]

Ma/la/de/a | re/gar/der/ce/la

4 + 5

kesakitan yang harus disaksikan!

« C'est la Crapule,

[a] [l] [y]

C‘est/la/cra/pu/le

5

Itulah bajingan

Sire. ça bave aux murs,

ça roule , ça pullule ...

[y] [u] [s] [R] [l]

Si/re/ca/ba/ve/aux/murs | ca/rou/le/ca/pu/llu/le

7 + 7

Tuan, yang meludah di dinding, berguling naik,

bertumpuk ...

- Puisqu'ils ne mangent

pas, Sire, ce sont les

gueux !

[s] [i]

Puis/qu‘ils/ne/man/gent/pas | si/re | ce/sont/les/gueux

6 + 2 + 4

Karena mereka tidak makan tuan, mereka pengemis !

BAIT 13

Page 64: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

64

Tabel 4.13

Deskripsi data bait 13

Je suis un forgeron : ma

femme est avec eux,

[f] [a]

Je/suis/un/for/ge/ron | ma/fem/me/est/a/vec/eux

6 + 7

Akulah si pandai besi : istriku bersama mereka

Folle ! Elle vient

chercher du pain aux

Tuileries !

[l] [ε] [R]

Fo/lle/elle/vient/cher/cher | du/pain/aux/tui/le/ries

6 + 6

Gila ! ia datang mencari roti ke tuileries !

- On ne veut pas de

nous dans les

boulangeries. [ә] [ᾶ]

On/ne/veut/pas/de/nous | dans/les/bou/lan/ge/ries

6 + 6

Kami tidak ingin di toko-toko roti

J'ai trois petits. Je suis

crapule. - Je connais

[ʒ] [R] [t] [ә] [y]

J‘ai/trois/pe/tits/je/suis | cra/pu/le/je/co/nnais

6 + 6

Aku punya 3 anak kecil. Aku bajingan . – aku tau

Des vieilles qui s'en

vont pleurant sous leurs

bonnets

[l] [v] [ε] [œ]

Des/vi/eilles/qui/s‘en/vont |

pleu/rant/sous/leurs/bo/nnets

6 + 6

Orang renta yang menangis dibawah topinya

Parce qu'on leur a pris

leur garçon ou leur fille

:

[œ] [l] [R]

Par/ce/qu‘on/leu/r a/pris | leur/gar/con/ou/leur/fille

6 + 6

Karena anak laki-laki dan anak perempuannya telah

diambil dari mereka

C'est la crapule. - Un

homme était à la

bastille,

[l] [a] [ε]

C‘est/la/cra/pu/le/un | hom/me/e/tait/a/la/bas/tille

6 + 8

Si bajingan. Seseorang dipenjara,

D'autres étaient forçats,

c'étaient des citoyens

[s][t] [e] [ε]

D‘au/tres/e/taient/for/cats | c‘e/taient/des/ci/to/yens

6 + 6

Narapidana lainya disana, mereka adalah rakyat

Page 65: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

65

Honnêtes. Libérés, ils

sont comme des chiens

: [e] [ε]

Ho/nne/tes/li/be/res | ils/sont/com/me/des/chiens

6 + 6

Yang jujur. Yang berkeliaran, mereka seperti anjing-

anjing :

On les insulte ! Alors,

ils ont là quelque chose

[õ][l] [s]

On/le/s in/sul/tes/a/lors | il/s ont/la/quel/que/cho/se

7 + 7

Mereka dihina ! jadi, mereka punya sesuatu disana

Qui leur fait mal, allez !

C'est terrible, et c'est

cause

[s][ε][e] [R] [t] [l]

Qui/leur/fait/mal | a/llez | c‘est/te/rri/ble |

et/c‘est/cau/se

4 + 2 + 4 + 4

Yang membuat mereka sakit , ayo ! ini menakutkan,

inilah sebab

Que se sentant brisés,

que, se sentant damnés,

[s] [e] [ә] [ᾶ]

Que/se/sen/tait/bri/ses |que/se/sen/tent/dam/nes

6 + 6

Yang membuat mereka merasa hancur, merasa

terkutuk

Ils viennent maintenant

hurler sous votre nez !

[e] [ε] [R] [t]

Ils/vi/ennent/main/te/nant | hur/ler/sous/vo/tre/nez

6 + 6

Mereka sekarang datang berteriak dibawah

hidungmu !

Crapule. - Là-dedans

sont des filles, infâmes

[f] [a] [l]

Cra/pu/le/la/de/dans | sont/des/filles/in/fa/mes

6 + 6

Bajingan. – didalam sana anak-anak perempuan ,

nista

Parce que, - vous saviez

que c'est faible, les

femmes,

[f] [v] [ε]

Par/ce/que/vous/sa/vi/ez | que/c‘est/fai/ble |

les/fem/mes

7 + 4 + 3

Karena, kau tau mereka lemah, wanita-wanita itu

Messeigneurs de la

cour, - que sa veut

Me/ssei/gneurs/de/la/cour | que/sa/veut/tou/jours/bien

6 + 6

Page 66: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

66

toujours bien,-

[s] [m] [R] [ә][œ]

Bagi para penguasa keadilan, bahwa mereka selalu

bersedia

Vous avez sali leur

âme, comme rien !

[v] [m] [l]

Vou/s a/vez/sa/li/leur | a/me | com/me/ri/en

6 + 2 + 4

Kau telah menodai jiwa mereka, seperti bukan apa-

apa !

Vos belles, aujourd'hui,

sont là. C'est la crapule.

[l] [v] [a]

Vos/be/lles | au/jour/d‘hui | sont/la/c‘est/la/cra/pu/le

3 + 3 + 7

Gadis-gadismu, hari ini, ada disini. Bajingan

BAIT 14

Tabel 4.14

Deskripsi data bait 14

« Oh ! tous les

Malheureux, tous ceux

dont le dos brûle

[l] [u] [R] [o] [ø]

Oh/tous/les/ma/lheu/reux |

tous/ceux/dont/le/dos/bru/le

6 + 7

Oh, semua kemalangan ini , semua yang

punggungnya terbakar

Sous le soleil féroce, et

qui vont, et qui vont,

[s] [v] [l] [ↄ]

Sous/le/so/leil/fe/ro/ce | et/qui/vont | et/qui/vont

7 + 3 + 3

Dibawah matahari yang ganas, dan yang pergi, yang

pergi

Et dans ce travail-là

sentent crever leur front

[R] [s] [e]

Et/dans/ce/tra/vail/la | sen/tent/cre/ver/leur/front

6 + 6

Dan dalam pekerjaan itu mereka merasa kepala

mereka meledak

Chapeau bas, mes

bourgeois ! Oh ! ceux-

là, sont les Hommes !

Cha/peau/bas | mes/bour/geois | oh/ceux/la |

sont/les/hom/mes

3 + 3 + 3 + 4

Page 67: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

67

[a] [h] [o] [m]

Tundukan topi, borjuis-borjuisku ! oh! yang disana

itu, para manusia !

Nous sommes Ouvriers,

Sire ! Ouvriers ! Nous

sommes

[n] [s] [u] [m] [R]

Nous/som/me/s ou/vriers/si/re |

ou/vriers/nous/som/mes

7 + 5

Kamilah para buruh, Tuan ! buruh ! ialah kami

Pour les grands temps

nouveaux où l'on

voudra savoir,

[u] [R] [v]

Pour/les/grands/temps/nou/veaux |

ou/l‘on/vou/dra/sa/voir

6 + 6

Untuk hari besar yang baru dimana kami segera ingin

mengetahui

Où l'Homme forgera du

matin jusqu'au soir,

[u] [R] [m]

Où/l‘hom/me/for/ge/ra | du/ma/tin/jus/qu‘au/soir

6 + 6

Dimana manusia akan menempa dari pagi hingga

malam

Où, lentement

vainqueur, il chassera la

chose

[l] [ʃ] [a][u]

Ou | len/te/ment/vain/queur | il/cha/sse/ra/la/cho/se

1 + 5 + 7

Dimana, pemenang secara perlahan, ia akan berburu

sesuatu

Poursuivant les grands

buts, cherchant les

grandes causes,

[R] [s]

Pour/sui/vant/les/grands/buts |

cher/chant/les/gran/des/cau/ses

6 + 7

Meraih tujuan besar, mencari sebab besar

Et montera sur Tout,

comme sur un cheval !

[u] [m] [t] [R]

Et/mon/te/ra/sur/tout | com/me/sur/un/che/val

6 + 6

Dan menaiki semua, seperti diatas kuda!

Oh ! nous sommes

contents, nous aurons

bien du mal,

[o][õ] [m] [ᾶ]

Oh/nous/som/mes/con/tents |

nou/au/rons/bien/du/mal

6 + 6

Oh ! kami senang, kami memiliki banyak keburukan

Page 68: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

68

Tout ce qu'on ne sait

pas, c'est peut-être

terrible :

[t] [s] [R] [ε]

Tout/ce/qu‘on/ne/sait/pas | c‘est/peut/e/tre/te/rri/ble

6 + 7

Semua yang tidak diketahui, mungkin mengerikan :

kami akan mengetahuinya !

Nous pendrons nos

marteaux, nous

passerons au crible

[n][R] [p] [õ] [o]

Nous/pen/drons/nos/mar/teaux |

nous/pa/sse/rons/au/cri/ble

6 + 7

Kami membawa palu kami, kami memperhatikan

dengan seksama

BAIT 15

Tabel 4.15

Deskripsi data bait 15

Tout ce que nous

savons : puis, Frères, en

avant !

[v] [ↄ] [f] [ε]

Tout/ce/que/nous/sa/vont | puis/fre/res/en/a/vant

6 + 6

Semua apa yang kami tahu : lalu, saudara-saudara,

maju !

Nous faisons

quelquefois ce grand

rêve émouvant

[f] [ε] [ᾶ]

Nous/fai/sons/quel/que/fois |

ce/grand/re/ve/e/mou/vant

6 + 7

Kami membuat beberapa kali mimpi besar yang

mengharukan

De vivre simplement,

ardemment, sans rien

dire

[R] [ә] [ᾶ] [s] [m]

De/vi/vre/sim/ple/ment | ar/de/mment | sans/rien/di/re

6 + 3 + 4

Dari hidup dengan sederhana, sungguh-sungguh,

tanpa mengatakan apa-apa

De mauvais, travaillant

sous l'auguste sourire

De/mau/vais | tra/va/illant | sous/l‘au/gus/te/sou/ri/re

3 + 3 + 7

Page 69: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

69

[s] [v] Dari buruk, bekerja dibawah senyum mulia

D'une femme qu'on

aime avec un noble

amour :

[m] [ε]

D‘une/fem/me/qu‘on/ai/me | a/vec/no/ble/a/mour

6 + 6

Dari seorang wanita yang mereka cintai dengan cinta

yang agung :

Et l'on travaillerait

fièrement tout le jour,

[R] [ε] [t] [u]

Et/l‘on/tra/va/ille/rait | fie/re/ment/tout/le/jour

6 + 6

Dan mereka bekerja dengan tulus setiap harinya

Ecoutant le devoir

comme un clairon qui

sonne :

[R] [ә]

e/cou/tant/le/de/voir | com/me/un/clai/ron/qui/so/nne

6 + 8

Dengan mendengarkan perintah ketika sebuah

terompet yang berbunyi

Et l'on se trouverait fort

heureux ; et personne

[R]

Et/l‘on/se/trou/ve/rait | fort/heu/reux/et/per/so/nne

6 + 7

Dan mereka mendapati kesenangan yang kuat ; dan

tak seorangpun

Oh ! personne, surtout,

ne vous ferait plier !...

[ε] [R] [u]

Oh/per/so/nne | sur/tout | ne/vous/fe/rait/pli/er

4 + 2 + 6

Oh! Tak seorangpun, terutama , tidak mengeluh pada

anda

On aurait un fusil au-

dessus du foyer....

[f][o] [y]

On/au/rait/un/fu/sil | au/de/ssus/du/fo/yer

6 + 6

Kami akan memiliki pistol di atas perapian

BAIT 16

Tabel 4.16

Deskripsi data bait 16

« Oh ! mais l'air est tout

plein d'une odeur de

Oh/mais/l‘air/est/tout/plein | d‘une/o/deur/de/ba/taille

6 | 6

Page 70: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

70

bataille

[R] [ε] [d]

Oh! Namun udara dipenuhi aroma bastil

Que te disais-je donc ?

Je suis de la canaille ! »

[ә] [d]

Que/te/di/sais/je/donc | je/suis/de/la/ca/naille

6 + 6

Apa yang harus kukatakan padamu ? aku adalah

sampah masyarakat!

Oh ! mais l'air est tout

plein d'une odeur de

bataille !

[R] [ε] [d]

Oh/mais/l‘air/est/tout/plein | d‘une/o/deur/de/ba/taille

6 + 6

Oh ! namun udara semua dipenuhi aroma bastil !

Tetap ada mata-mata polisi dan penimbun

Nous sommes libres,

nous ! Nous avons des

terreurs

[n] [R]

Nous/som/mes/li/bres | nous/ nou/s

a/vons/des/te/rreurs

5 + 1 + 6

Kami bebas, kami ! kami merasa ngeri

Où nous nous sentons

grands, oh ! si grands !

Tout à l'heure

[u] [s] [R]

Ou/nous/nous/sen/tons/grands |

oh/si/grands/tout/a/l‘heure

6 + 6

Dimana kami merasa hebat, oh ! betapa hebat !

sekarang ini

Je parlais de devoir

calme, d'une demeure...

[d] [ә] [R]

Je/par/lais/de/de/voir | cal/me/d‘une/de/meu/re

6 + 6

Aku bicara tentang tugas damai, tentang sebuah

tempat tinggal

Regarde donc le ciel !

C'est trop petit pour

nous,

[ε] [p] [R] [ә]

Re/gar/de/donc/le/ciel | c‘est/trop/pe/tit/pour/nous

6 + 6

Lihatlah langit ! terlalu kecil untuk kami

Nous crèverions de

chaud, nous serions à

genoux !

Nous/cre/ve/rions/de/chaud | nous/se/rions/a/ge/noux

6 + 6

Kami akan mati kepanasan, kami akan berlutut !

Page 71: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

71

[u] [õ] [R] [ә]

Regarde donc le ciel !

Je rentre dans la foule,

[l] [R] [ә] [ᾶ]

Re/gar/de/donc/le/ciel | je/ren/tre/dans/la/fou/le

6 + 7

Lihatlah langit ! kami kembali dalam kerumunan

Dans la grande canaille

effroyable, qui roule,

[R] [a] [l]

Dans/la/gran/de/ca/naille | e/ffro/ya/ble/qui/rou/le

6 + 7

Dalam sampah masyarakat yang mengerikan, yang

berguling

Sire, tes vieux canons

sur les sales pavés :

[s] [e] [l]

Si/re/tes/vieux/ca/nons | sur/les/sa/les/pa/ves

6 + 6

Tuan, pistol tua mu diatas trotoir yang kotor :

Oh ! quand nous serons

morts, nous les aurons

lavés

[o] [õ] [l] [R]

Oh/quand/nous/se/rons/morts | nous/le/s

au/rons/la/ves

6 + 6

Oh ! ketika kami mati, kami ingin dimandikan

mereka

Et si, devant nos cris,

devant notre vengeance,

[ᾶ] [v] [n]

Et/si/de/vant/nos/cris | de/vant/no/tre/ven/geance

6 + 6

Dan jika, di depan jeritan kami, di depan dendam

kami

Les pattes des vieux

rois mordorés, sur la

France [e] [R] [a]

Les/pa/ttes/des/vieux/rois | mor/do/res | sur/la/France

6 + 3 + 3

Tangan perunggu tua sang raja, di prancis

Poussent leurs

régiments en habits de

gala,

[a] [ᾶ]

Pou/ssent/leurs/re/gi/ments | en/ha/bits/de/ga/la

6 + 6

Memaksa tentara mereka berpakaian gala

Eh bien, n'est-ce pas,

vous tous? Merde à ces

Eh/bien/n‘est/ce/pas/vous/tous |

mer/de/a/ces/chiens/la

Page 72: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

72

chiens-là !

[ᾶ] [s] [ε]

7 + 6

Baik, iya kan, kalian semua ? kotoran anjing-anjing !

BAIT 17

Tabel 4.17

Deskripsi data bait 17

Il reprit son marteau sur

l'épaule. La foule

[o] [l] [R]

Il/re/prit/son/mar/teau | sur/l‘e/pau/le/la/fou/le

6 + 7

Dia kembali dengan palu dibahunya.

Seorang gila

Près de cet homme-là

se sentait l'âme saoule,

[s] [l] [m] [ε]

Pres/de/cet/hom/me/la | se/sen/tait/l‘a/me/sa/oule

6 + 7

gila yang merasa dekat dengan jiwa yang mabuk

Et, dans la grande cour,

dans les appartements,

[ᾶ] [R] [e]

Et | dans/la/gran/de/cour | dans/le/s a/ppar/te/ment

1 + 5 | 6

Dan, di halaman luas, dalam kamar

Où Paris haletait avec

des hurlements,

[l] [ε] [h]

Ou/pa/ris/ha/le/tait | a/vec/des/hur/le/ments

6 + 6

Dimana paris terengah-engah dengan lolongan

Un frisson secoua

l'immense populace.

[s] [a]

Un/fri/sson/se/cou/a | l‘im/men/ce/po/pu/la/ce

6 + 7

Getaran mengguncang populasi yang besar.

Alors, de sa main large

et superbe de crasse,

[s] [R]

a/lors | de/sa/main/lar/ge |et/su/per/be/de/cra/sse

2+ 5 + 7

Lalu, dengan tangannya yang besar dan luar biasa

kotor

Bien que le roi ventru

suat, le Forgeron, [R]

Bien/que/le/roi/ven/tru | su/at | le/for/ge/ron

6 + 2 + 4

Page 73: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

73

[ᾶ] Meskipun raja berperut buncit, si pandai besi

Terrible, lui jeta le

bonnet rouge au front

! [l] [R] [t] [ә]

Te/rri/ble | lui/je/ta | le/bo/nnet/rou/ge/au/front

3 + 3 + 7

mengerikan, menambatkan topi merah ke kepala

Raja !

B. Interpretasi Data

B. Interpretasi Data

1. ANALISIS TATARAN FONOLOGI

a. Metrik

Puisi ini terdiri dari 179 larik yang terbagi dalam 17 bait. Puisi ini juga

didominasi oleh 12 suku kata setiap lariknya atau disebut dodécasyllabe yang

lebih populer dengan sebutan alexandrin yang dijabarkan berdasarkan jenis

larik oleh Đurđa Šinko (2011: 4-8), dengan pembacaan synérèse dan diérèse

didalamnya. Berikut bentuk uraian perhitungan metrik tiap larik.

Bait 1

Le/bras/sur/un/mar/teau | gi/gan/tes/que/e/ffra/yant

6 + 7

D‘i/vre/sse/et/de/gran/deur | le/front/lar/ge | ri/ant

Keterangan :

[R] = Fonem sayang = synérèse sayang = L’hiatus eff = Anger Out

6 = Metrik sayang = Diérèse sayang = L’élision ne = Anger In

Page 74: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

74

7 + 4 + 2

Com/me/un/clai/ron/d‘ai/rain | a/vec/tou/te/sa/bou/che

7 + 7

Et/pre/nant/ce/gros/là | dans/son/re/gard/fa/rouche

6 + 6

Le/for/ge/ron/par/lait | à/lou/is sei/ze | un/jour

6 + 4 + 2

Que/le/peu/ple/é/tait/là | se/tor/dans/tou/t au/tour

7 + 6

Et/sur/les/lam/bris/d‘or | trai/nait/sa/ves/te/sa/le

6 + 7

Or/le/bon/roi | de/bout/sur | son/ven/tre | é/tait/pâ/le

4 + 3 + 3 + 4

Pâ/le/com/me/un/vain/cu | qu‘on/prend/pour/le/gi/bet

7 + 6

Et | sou/mis/com/me/un/chien | ja/mais/ne/re/gim/bait

1+6 + 6

Car/ce/ma/raud/de/for/ge | aux/e/nor/me/s é/paules

7 + 6

Lui/di/sait/de/vieux/mots |et/des/cho/ses/si/drô/les

6 + 7

Que/ce/la/l‘em/poi/gnait |au/front | com/me/ce/la

6 + 2 + 4

Page 75: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

75

Uraian metrik pada bait 2 sampai 14 terdapat pada bagian interpretasi.

Berikut ringkasan dominasi jumlah suku kata dalam setiap bait.

Tabel 4.18

Interpretasi data metrik

Bait

Ke -

Jumlah Larik Jumlah Suku Kata (dalam Larik)

< 12 12 > 12

1 13 - 2 11

2 11 1 6 4

3 2 - 2 -

4 6 - 4 2

5 7 - 3 4

6 14 - 9 5

7 17 - 7 10

8 7 - 3 4

9 6 - 6 -

10 17 - 8 9

11 7 - 2 5

12 7 2 2 3

13 18 - 12 6

14 13 - 6 7

15 10 - 5 5

16 16 - 13 3

Page 76: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

76

17 8 - 3 5

Jumlah 179 3 93 83

Rimbaud dengan aliran simbolismenya selalu memberikan tanda-tanda

atau ciri khas pada puisinya. [17]9 larik dan 17 bait menunjukan waktu yang

menjadi latar puisi ini yaitu sekitar tahun [17]89. Namun Rimbaud juga

menampilkan sisi pemberontakannya dalam puisi ini, tidak sedikit larik-larik yang

melebihi aturan batas maksimal suku kata dengan suku kata diatas 12. Namun

bukan tanpa arti, melainkan Rimbaud ingin menekankan bahwa ada

pemberontakan yang merupakan salah satu wujud kemarahan. Pemberontakan ini

merupakan salah satu tindakan yang berarti tidak patuh pada aturan atau keluar

dari batas, sehingga tindakan tersebut termasuk dalam aspek kemarahan Anger

Out yang dikemukakan oleh Spielberger, yaitu bertindak murka. Pemberontakan

ini mencerminkan kemarahan rakyat terhadap Louis Seize. Pemberontakan yang

menjadi tema utama dalam sajak ini terkenal dengan nama La journée de 20 juin

1792.

Ada beberapa kalimat dimana penghitungan metriknya dapat menjadi

tanda kemarahan tersebut. Misalnya, pada bait 1, larik ke- 5 , dalam penghitungan

metriknya, suku kata kalimat le forgeron parlait lebih banyak dari pada kalimat à

Louis Seize, yaitu 6 berbanding 4. Porsi le forgeron lebih besar dari pada Louis

Seize. Kalimat yang bermakna si pandai besi berbicara atau dalam konteks puisi

ini yang berarti rakyat kaum buruh mengekspresikan sesuatu, yaitu kemarahan

Page 77: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

77

memiliki dampak yang besar terhadap posisi raja yang meskipun berkuasa akan

tetap kalah dengan kemarahan rakyat apabila rakyat sudah bersatu dan bersuara.

Juga pada bait 11, larik ke- 4 yang berbunyi La foule épouvantable avec

des bruits de houle memiliki penghitungan metrik yang besar dan menyalahi

aturan tataran suku kata dengan batas maksimal 12 suku kata. Dalam kalimat

tersebut memiliki 15 suku kata dengan penggalan 8 suku kata pada kalimat la

foule épouvantable atau kerumunan yang mengerikan dan 7 suku kata pada

kalimat avec des bruits de houle atau dengan kegaduhan yang menggema.

Penyalahan aturan suku kata ini ditunjukan dengan pemberontakan Rimbaud yang

sangat kental dengan gabungan hal seperti kerumunan yang mengerikan mampu

menujukan bahwa kemarahan rakyat yang bersatu menjadi sesuatu hal yang

sangat besar dan menyebabkan kegaduhan yang luar biasa.

b. Synérèse dan Diérèse

Dalam perhitungan metrik juga terdapat synérèse dan diérèse, yaitu

perlakuan diftong terhadap dominasi suku kata. Seperti yang telah diketahui

dominasi suku kata dalam puisi ini adalah 12, maka penentuan synérèse dan

diérèse disesuaikan dengan 12 suku kata. Berikut tabel synérèse dan diérèse per

bait.

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 1 :

Tabel 4.19

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 1

Larik Synérèse L Diérèse

Page 78: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

78

8 Or/le/bon/roi|de/bout/sur|

son/ven/tre|e/tait/pa/le

1 Le/bras/sur/un/mar/teau

|gi/gan/tes/que/e/ffra/yant

12 Lui/di/sait/de/vieux/mots|

et/des/cho/ses/si/drô/les

2 D‘i/vre/sse/et/de/gran/deur |

le/front/lar/ge | ri/ant

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 2 :

Tabel 4.20

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 2

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 3 :

Tabel 4.21

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 3

Larik Synérèse L Diérèse

1 Nous/ve/nions/voir/flam/ber |

Larik Synérèse L Diérèse

3 Le/cha/noi/ne/au/so/leil |

di/sait/ses/pa/te/no/tre

1 Donc/si/re/tu/sais/bi/en |

nous/chan/ti/ons/tra/la/la

4 Sur/des/cha/pe/lets/clairs|

gre/nes/de/pie/ces/d‘or

2 Et/nous/pi/qui/ons/les/boeufs |

vers/les/si/llons/de/s au/tres

7 Nous/fouai/llaient/hé/bé/tés|

com/me/des/yeux/de/vache

8 No/s yeux/ne/pleu/raient/pas |

nou/s a/llions | nou/s a/llions

9 Et/quand/nou/s a/vions/mis

|le/pays/en/si/llons

10 Quand/nou/s a/vions/lai/sse |

dans/ce/tte/te/rre/noire

11 No/s en/fants/y/fai/saient |

un/ga/teau/fort/bien/cuit

Page 79: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

79

nos/tan/dis/dans/la/nuit

2 No/s en/fants/y/fai/saient |

un/ga/teau/fort/bien/cuit

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 4 :

Tabel 4.22

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 4

Larik Synérèse L Diérèse

1 Oh/je/ne/me/plains/pas |

je/te/dis/mes/be/ti/ses

3 Or | n‘est/ce/pas/jo/yeux |

de/voir | au/mois/de/juin

4 Dans/les/gran/ges/en/tres |

des/voi/tu/res/de/foin

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 5:

Tabel 4.23

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 5

Larik Synérèse L Diérèse

6 é/tant/hom/me | à/la/fin |

de/ce/que/don/ne/Dieu

7 Mais/voi/là | c‘est/tou/jours |

la/me/me/vieille/his/toire

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 6 :

Tabel 4.24

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 6

Larik Synérèse L Diérèse

1 Oh/je/sais | main/te/nant | moi |

je/ne/peux/plus/croire

3 Qu‘un/hom/me/vi/enne/la |

da/gue/sous/le/man/teau

Page 80: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

80

6 Me/pren/dre/mon/gar/con |

com/me/ce/la | chez/moi

7 Moi | je/se/rais/un/hom/me |

et/toi | tu/se/rais/roi

8 Tu/me/di/rais/je/veux |

tu/vois/bien/c‘est/stu/pide

9 Tu/crois/que/j‘aime/a/voir |

ta/ba/ra/que/splen/dide

10 Te/s o/ffi/ciers/do/res |

tes/mi/lle/che/na/pans

11 Tes/pal/sem/bleu/ba/tards |

tour/nant/com/me/des/paons

14 Et/nous/di/rions/c‘est/bien |

les/pau/vres/a/ge/noux

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 7 :

Tabel 4.25

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 7

Larik Synérèse L Diérèse

1 Nous/do/re/rions/ton/lou/vre |

en/do/nnant/nos/gros/sous

5 Oh/le/peu/ple/n‘est/plus |

une/pu/ta/in |trois/pas

3 Et/ces/me/ssieurs/ri/ront |

les/reins/sur/no/tre/te/te

7 Ce/tte/be/te/su/ait |

du/sang/a/cha/que/pi/erre

6 Et/tous/nou/s a/vions/mis |

ta/bas/ti/lle/en/pou/ssiere

10 Ci/to/yen/ci/to/yen |

c‘e/tait/le/pa/sse/som/bre

13 Nou/s a/vions/quel/que/cho/se |

au/coeur/com/me /l‘a/mour

14 Nou/s a/vions/em/bra/sse |

nos/fils/sur/nos/poi/tri/nes

16 Nous/mar/chions|

Page 81: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

81

nous/chan/tions |

et/ca/nous/ba/ttait/la

17 Nou/s a/llions/au/so/leil |

front/haut/com/me/ce/la

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 8 :

Tabel 4.26

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 8

Larik Synérèse L Diérèse

2 En/fin/nous/nous/sen/tions |

hom/mes/nou/s e/tions/pa/les

3 Si/re | nou/s e/tions/souls |

de/te/rri/ble/s es/poirs

4 Et/quand/nous/fu/mes/la |

de/vant/les/don/jons/noirs

7 Nous/nous/sen/tions/si/forts |

nous/vou/lions/e/tre/doux

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 9 :

Tabel 4.27

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 9

Larik Synérèse L Diérèse

1 Et/de/puis/ce/jour/la |

nous/som/mes/com/me/fous

2 Le/flot/de/s ou/vriers |

a/mon/te/dans/la/rue

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 10 :

Tabel 4.28

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 10

Page 82: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

82

Larik Synérèse L Diérèse

1 Fa/rou/che/a/cha/que/coin |

ba/la/yant/quel/que/dro/le

2 Et | si/tu/me/ri/ais |au/nez |

je/te/tue/rais

3 Puis | tu/dois/y/comp/ter |

tu/te/fe/ras/des/frais

5 Pour/se/les/ren/vo/yer |

com/me/sur/des/ra/que/ttes

7 Pour/mi/to/nner/des/lois |

ran/ger/des/de/pe/tits/pots

8 Pleins/de/me/nus/de/crets |

de/me/chan/tes/dro/gu/ailles

9 S‘a/mu/ser/a/cou/per |

pro/pre/ment/quel/que/tailles

10 Puis/se/bou/cher/le/nez |

quand/nous/pa/ssons/pres/d‘eux

11 Ces/cher/s a/vo/ca/ssiers

|qui/nous/trou/vent/cra/sseux

12 Pour/de/bi/ter/la/bas

|des/mi/lliers/de/sor/ne/ttes

13 Et/ne/rien/re/dou/ter

|si/non/les/baio/ne/ttes

16 Que/tu/nous/sers | bour/geois |

quand/nous/som/mes/fe/ro/ces

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 11 :

Tabel 4.29

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 11

Larik Synérèse L Diérèse

1 Puis/il/le/prend/au/bras |

a/rra/che/le/ve/lours

5 Hur/lant/com/me/une/chi/enne |

hur/lant/com/me/une/mer

2 Des/ri/deaux | et/lui/mon/tre |

en/bas/les/lar/ges/cours

Page 83: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

83

4 La/fou/le/e/pou/van/ta/ble |

a/vec/des/bruits/de/hou/le

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 12 :

Tabel 4.30

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 12

Larik Synérèse L Diérèse

3 Au/roi/pa/le | su/ant |

qui/chan/ce/lle/de/bout

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 13 :

Tabel 4.31

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 13

Larik Synérèse L Diérèse

1 Je/suis/un/for/ge/ron |

ma/fem/me/est/a/vec/eux

5 Des/vi/eilles/qui/s‘en/vont |

pleu/rant/sous/leurs/bo/nnets

2 Fo/lle/elle/vient/cher/cher |

du/pain/aux/tui/le/ries

8 D‘au/tres/e/taient/for/cats |

c‘e/taient/des/ci/to/yens

4 J‘ai/trois/pe/tits/je/suis |

cra/pu/le/je/co/nnais

13 Ils/vi/ennent/main/te/nant |

hur/ler/sous/vo/tre/nez

9 Ho/nne/tes/li/be/res |

ils/sont/com/me/des/chiens

15 Par/ce/que/vous/sa/vi/ez |

que/c‘est/fai/ble | les/fem/mes

16 Me/ssei/gneurs/de/la/cour |

que/sa/veut/tou/jours/bien

17 Vou/s a/vez/sa/li/leur | a/me |

com/me/ri/en

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 14 :

Tabel 4.32

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 14

Larik Synérèse L Diérèse

Page 84: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

84

4 Cha/peau/bas | mes/bour/geois |

oh/ceux/la | sont/les/hom/mes

5 Nous/som/me/s ou/vriers/si/re |

ou/vriers/nous/som/mes

7 Ou/l‘hom/me/for/ge/ra |

du/ma/tin/jus/qu‘au/soi

11 Oh/nous/som/mes/con/tents |

nou/au/rons/bien/du/mal

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 15 :

Tabel 4.33

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 15

Larik Synérèse L Diérèse

1 Tout/ce/que/nous/sa/vont |

puis/fre/res/en/a/vant

6 Et/l‘on/tra/va/ille/rait |

fie/re/ment/tout/le/jour

3 De/vi/vre/sim/ple/ment |

ar/de/mment | sans/rien/di/re

9 Oh/per/so/nne | sur/tout |

ne/vous/fe/rait/pli/er

7 e/cou/tant/le/de/voir |

com/me/un/clai/ron/qui/so/n

10 On/au/rait/un/fu/sil |

au/de/ssus/du/fo/yer

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 16 :

Tabel 4.34

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 16

Larik Synérèse L Diérèse

1 Oh/mais/l‘air/est/tout/plein |

d‘une/o/deur/de/ba/taille

2 Que/te/di/sais/je/donc |

je/suis/de/la/ca/naille

3 Oh/mais/l‘air/est/tout/plein |

d‘une/o/deur/de/ba/taille

Page 85: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

85

4 Que/te/di/sais/je/donc |

je/suis/de/la/ca/naille

8 Je/par/lais/de/de/voir |

cal/me/d‘une/de/meu/re

9 Re/gar/de/donc/le/ciel |

c‘est/trop/pe/tit/pour/nous

10 Nous/cre/ve/rions/de/chaud |

nous/se/rions/a/ge/noux

11 Re/gar/de/donc/le/ciel |

je/ren/tre/dans/la/fou/le

13 Si/re/tes/vieux/ca/nons |

sur/les/sa/les/pa/ves

16 Les/pa/ttes/des/vieux/rois |

mor/do/res | sur/la/France

18 Eh/bien/n‘est/ce/pas/vous/tous |

mer/de/a/ces/chiens/la

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 17 :

Tabel 4.35

Interpretasi data synérèse-diérèse bait 17

Larik Synérèse L Diérèse

8 Te/rri/ble | lui/je/ta |

le/bo/nnet/rou/ge/au/fron

2 Pres/de/cet/hom/me/la |

se/sen/tait/l‘a/me/sa/oule

5 Un/fri/sson/se/cou/a |

l‘im/men/ce/po/pu/la/ce

Dalam puisi ini, jumlah synérèse lebih banyak dibanding jumlah diérèse.

Dalam penulisannya, seperti yang dikatakan Schmitt (1982: 134), bahwa

pembacaan synérèse memiliki aturan dengan penggabungan, yaitu pengucapan

Page 86: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

86

dua huruf vokal dalam satu suku kata. Hal ini menggambarkan kaum buruh, kaum

petani dan rakyat lainnya yang bergabung dan bersatu dalam unjuk rasa dalam

menyuarakan kemarahan terhadap Louis Seize, juga menggambarkan gabungan

penderitaan yang selama ini dirasakan rakyat dengan segala keserakahan raja.

c. Fonem

Pada bagian interpretasi, terdapat fonem-fonem yang muncul dari setiap

larik. Berikut kesimpulan fonem yang muncul per bait.

Tabel 4.36

Interpretasi data fonem

Bait Ke

-

Fonem

1 [R] [s] [l] [t] [u] [ᾶ] [e] [ε] [o] [p] [m] [d] [õ] [i] [ↄ]

2 [R] [s] [t] [u] [ᾶ] [e] [ε] [o] [p] [a] [d] [õ] [i] [ә] [ↄ] [n] [v] [ʒ]

3 [ᾶ] [l] [o] [i] [n] [f] [ø] [ʒ]

4 [R] [s] [l] [t] [ᾶ] [e] [ε] [p] [d] [i]

5 [R] [l] [u] [e] [o] [p] [m] [d] [ә

6 [R] [l] [t] [u] [ᾶ] [ε] [o] [p] [a] [m] [d] [õ] [i] [ә] [n] [y]

7 [R] [s] [l] [t] [u] [ᾶ] [e] [ε] [o] [p] [a] [d] [õ] [i] [ↄ] [n] [f] [y] [ʃ] [k]

8 [R] [s] [t] [u] [ᾶ] [e] [o] [p] [a] [d] [õ] [n] [v]

9 [R] [s] [l] [u] [e] [o] [p] [m] [ә] [ↄ]

10 [R] [s] [l] [t] [u] [e] [ε] [p] [a] [d] [i] [ә] [f] [k]

11 [R] [s] [l] [u] [e] [ε] [a] [m] [f] [y]

12 [R] [s] [l] [t] [u] [a] [i] [y]

13 [R] [s] [l] [t] [ᾶ] [e] [ε] [a] [m] [õ] [ә] [v] [f] [y] [ʒ]

14 [R] [s] [l] [t] [u] [ᾶ] [e] [ε] [o] [p] [a] [m] [õ] [i] [ↄ] [n] [v] [ʃ] [ø]

15 [R] [s] [t] [u] [ᾶ] [ε] [o] [m] [ә] [ↄ] [v] [f] [y]

Page 87: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

87

16 [R] [s] [l] [u] [ᾶ] [e] [ε] [o] [p] [a] [d] [õ] [i] [ә] [n] [v]

17 [R] [s] [l] [t] [ᾶ] [e] [ε] [o] [a] [m] [ә]

Berdasar tabel di atas, terdapat beberapa fonem yang sering muncul yaitu

[R], [s], [l], [t], [u], [ᾶ], [e], [ε], [o], [p], [a], [m] dan [d]. Fonem [R] dalam tabel

Joubert (1988: 67) melambangkan kekerasan atau sesuatu yang keras dan kasar.

Kekerasan sering kali timbul akibat kemarahan seseorang terhadap orang lain,

maka dari itu hal ini termasuk dalam aspek kemarahan Anger Out, yaitu

menyerang (seseorang). Dalam puisi ini kekerasan ini menjadi salah satu bentuk

kemarahan rakyat dalam pemberontakan yang terjadi pada tanggal 20 Juni 1792

yang menjadi latar utama dalam puisi ini yang juga terkenal sebagai awal

Revolusi Paris. Fonem [s] berarti desisan, disini yang merupakan salah satu

ekspresi kemarahan atau keluhan seseorang. Hal tersebut juga didukung oleh

makna fonem menurut Peyroutet (1994: 51) yang mengatakan bawa fonem [s]

mengungkapkan kejengkelan dan kemarahan dengan sikap meremehkan juga

sikap sindiran yang juga digunakan untuk mengekspresikan kemarahan dalam

bentuk majas di dalam sajak ini. Kemarahan yang mengacu pada kemarahan

rakyat ini sejalan dengan pernyatan Michelet (1952: 924) yaitu Il ne faut pas

envisager le 20 juin comme une émeute, un simple accès de colère yang berarti

tidak perlu menganggap 20 Juni sebagai sebuah kerusuhan, tapi ia merupakan

sebuah akses sederhana dari kemarahan.

Fonem [l] berarti likuiditas atau sesuatu yang mengalir, sama seperti

kehidupan kaum buruh yang dipenuhi dengan kesulitan yang terus mengalir tanpa

henti. Menurut Joubert, Fonem [t], [p] dan [d] dapat berarti kekuatan, brutalitas

Page 88: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

88

dan kejijikan. Brutalitas disini dapat ditujukkan untuk peristiwa pemberontakan

20 Juni 1792. Seperti yang digambarkan oleh Ternaux (1863: 82), Un pareil appel

fait à la force brutale soulève naturellement à gauche des transports

d'enthousiasme, à droite des transports de colère, yang berarti Seruan itu (20

Juni) dilakukan dengan gaya brutal yang secara alami meningkatkan antusiasme

di sebelah kiri, dan menimbulkan amarah di pihak kanan. Sangat tepat juga dengan

rakyat yang dengan kuat dan sangat brutal dalam menunjukan kemarahannya. Hal

ini ditunjukkan oleh salah satu larik dalam puisi yaitu, Que tu nous sers,

bourgeois, quand nous sommes féroces yang berarti Apa yang kau suguhkan

kepada kami, borjuis, ketika kami menjadi ganas. Keganasan tersebut akibat

kejijikan yang sangat besar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan monarki

semisal dalam larik Et c'était dégoûtant, la Bastille debout, dimana Bastille

menjadi salah satu simbol monarki pada zaman itu. Didukung oleh makna

menurut Peyroutet, bahwa fonem tersebut mengandung makna sindiran keras, hal

ini ditunjukan dengan banyaknya sindiran keras atau kata sarkastik yang menjadi

salah satu aspek kemarahan Anger Out. Fonem [e] dan [ε] dapat berarti suara

tajam atau dapat juga kejernihan. Suara tajam dapat berarti suara yang dapat

terdengar jelas dan jernih. Suara tajam diperlukan untuk mengungkapkan kata-

kata amarah dalam nada yang tinggi ataupun rendah. Misalnya dalam

mengancam, yang terdapat dalam puisi ini sebagai salah satu aspek kemarahan

Anger Out.

Fonem [ᾶ] dan [a] berarti suara kuat dan hal yang besar. Hal ini

menunjukkan kemarahan rakyat yang sangat besar dan suara kuat yang

Page 89: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

89

ditunjukkan dengan teriakan-teriakan. Hal ini digambarkan jelas dalam larik

dalam puisi yaitu, Où Paris haletait avec des hurlements yang berarti Dimana

Paris terengah-engah oleh lolongan. Peyroutet juga memaknai fonem ini sebagai

perasaan yang sentimental. Sejalan yang dikatakan oleh Michelet (1952: 924), Le

peuple de Paris y fut l‟organe violant, mais le légitime de sentiment de la France

yang berarti masyarakat Paris disana sebagai organ yang memberontak, juga

perasaan yang sah dari masyarakat Prancis.

Fonem [u] dan [o] menunjukan arti kegelapan, hal ini sesuai dengan

kehidupan masa lalu rakyat yang gelap dan suram, yaitu penuh penderitaan.

Seperti yang tergambar dalam salah satu larik dalam puisi ini yaitu Citoyen !

citoyen ! c'était le passé sombre. Menurut Peyroutet, fonem tersebut memiliki

maka gemuruh juga kesedihan. Makna tersebut mendukung makna sebelumnya

yang dikemukakan oleh Joubert yang berarti masa lalu rakyat yang penuh dengan

kesedihan yang juga bergemuruh sehingga mereka menuntut perubahan. Dan

fonem [m] menurut Joubert, berarti pergerakan, yang jelas ditunjukan oleh rakyat

yang melakukan pergerakan menuju Tuileries untuk menyampaikan

kemarahannya terhadap raja Louis Seize.

d. L‟hiatus dan L‟élision

Tabel 4.37

Interpretasi data l‟hiatus-l‟élision

Bait Ke - L‘hiatus L‘élision

1 - gigangtesque effrayant

- comme un

- peuple était

- d’ivresse

- d’airain

- d’or

Page 90: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

90

- forge aux - qu’on

- l’empoignait

2 -Chanoine au - des autres

- l’un

- l’autre

4 -C’est

- j’admets

- n’est-ce pas

- l’odeur

- l’herbe

5 -prendre un

- vieille histoire

- s’allume

- joyeusement un

-l’enclume

6 -J‘aime à

- metrre aux

- j’ai

- j’aime

7 -louvre en

- bastille en

- chose au

- c’était

- leur ombre

- l’amour

8 -n’eûmes

9 -des ouvriers

- s’en vont

- l’épaule

10 -s’amuser

- d’eux

11 -montre en

- foule épouvantable avec

- comme une

12 -fenêtre ouverte

- malade à

- bave aux

Page 91: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

91

13 -femme est

- homme était

- leur a pris

- on les insulte

- leur âme

14 -jusqu’au

15 -rêve émouvant

- aime avec

- noble amour

-l’auguste

16 -canaille effroyable

- merde à

- L’air

- des accapareurs

- l’heure

- nous les aurons

17 -large et

- rouge au

- l’âme

- les appartements

Adanya pembacaan l‟hiatus dan l‟élision yaitu dibunyikan secara sambung

(menyambungkan antarkata) akan menimbulkan bunyi yang mengalir atau

likuiditas. Hal ini identik dengan pergerakan rakyat ke Tuileries, dalam

menunjukan kemarahannya.

e. Rima

Meskipun jenis puisi ini adalah prosa atau yang dikenal sebagai poésie en

prose, Rimbaud tetap menggunakan rima yang memperindah bunyi puisi ini.

Berikut gambaran struktur rima

Le bras sur un marteau gigantesque, effrayant

D'ivresse et de grandeur, le front large , riant

Page 92: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

92

Comme un clairon d'airain, avec toute sa bouche,

Et prenant ce gros-là dans son regard farouche,

Berdasar klasifikasi stuktur rima menurut Schmitt dan Viala (1982: 136),

sajak Le Forgeron diatas menunjukan bahwa puisi ini memiliki struktur La Rime

Plate atau Suivies, atau dalam bahasa Indonesia disebut rima rangkai, yaitu

terdapat kesamaan bunyi pasa larik satu dan larik dua yang membentuk pola aa bb

cc dd ee. Seperti namanya, rima tersebut membuat puisi ini menjadi sebuah

rangkaian. Rangkaian merupakan hal yang terjadi secara berantai atau saling

terkait. Hal ini menunjukkan adanya kemarahan rakyat yang dilakukan dalam

serangkaian peristiwa yang terjadi dalam sajak ini. Sajak ini menggambarkan

serangkaian peristiwa penting dalam sejarah revolusi yang terjadi pada tanggal 14

Juli 1789 sampai Desember 1792 terutama di dalamnya yang terdapat peristiwa

Revolusi Paris 20 Juni 1792 dan 10 Agustus 1792 yang menjadi latar utama. Hal

ini sejalan dengan pernyataan Mathiez (1922: 209), depuis la prise des tuileries et

l‟internement de Louis XVI au Temple jusqu‟à la réunion de la Convention ont

une importance capitale dans l‟histoire de la Révoulution yang berarti sejak

penyerangan Tuileries dan pengasingan Louis Seize di bait suci sampai pertemuan

konvensi merupakan kesatuan penting dalam sejarah revolusi.

Selanjutnya kemarahan tergambar dari analisis kualitas dan alternansi

rima. Berikut tabel kualitas dan alternansi rima.

Tabel 4.38

Interpretasi data rima

LARIK KATA FONETIK KUALITAS ALTERNANSI

Page 93: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

93

TERAKHIR RIMA RIMA

1 Effrayant [e.fʁe.jᾶ] Suffisant Masculin

2 Riant [ʁi.jᾶ] Suffisant Masculin

3 Bouche [buʃ] Suffisant Feminin

4 Farouche [fa.ʁuʃ] Suffisant Feminin

5 Jour [ʒuʁ] Suffisant Masculin

6 Autour [o.tuʁ] Suffisant Masculin

7 Sale [sal] Pauvre Feminin

8 Pale [pαl] Pauvre Feminin

9 Gibet [ʒi.bε] Suffisant Masculin

10 Regimbet [ʁә.ʒ .be] Suffisant Masculin

11 Epaules [e.pol] Suffisant Masculin

12 Droles [dʁol] Suffisant Masculin

13 Cela [sә.la] Suffisant Masculin

14 Tra la la [tʁa.la.la] Suffisant Masculin

15 Autres [otʁ] Riche Masculin

16 Notres [notʁ] Riche Masculin

17 Or [ↄʁ] Suffisant Masculin

18 Cor [kↄʁ] Suffisant Masculin

19 Cravache [kʁa.vaʃ] Riche Feminin

20 Vache [vaʃ] Riche Feminin

21 Allions [a.lj ] Suffisant Masculin

22 Sillons [si.j ] Suffisant Masculin

23 Noire [nwaʁ] Riche Feminin

24 Pourboire [puʁ.bwaʁ] Riche Feminin

25 Nuit [nɥi] Suffisant Masculin

26 Cuit [kɥi] Suffisant Masculin

27 Betises [be.tiz] Suffisant Masculin

28 Contredises [kõ.tʁә.diz] Suffisant Masculin

29 Juin [ʒɥ ] Pauvre Masculin

Page 94: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

94

30 Foin [fw ] Pauvre Masculin

31 Pousse [pus] Suffisant Feminin

32 Rousse [ʁus] Suffisant Feminin

33 Grain [gʁ ] Pauvre Masculin

34 Pain [p ] Pauvre Masculin

35 S‘allume [sa.lym] Riche Feminin

36 L‘enclume [lᾶ.klym] Riche Feminin

37 Peu [pø] Pauvre Masculin

38 Dieu [djø] Pauvre Masculin

39 Histoire [i.stwaʁ] Riche Feminin

40 Croire [kʁwaʁ] Riche Feminin

41 Marteau [maʁ.to] Suffisant Masculin

42 Manteau [mᾶ.to] Suffisant Masculin

43 Terre [tεʁ] Suffisant Femiin

44 Guerre [gεʁ] Suffisant Feminin

45 Moi [mwa] Suffisant Masculin

46 Roi [ʁwa] Suffisant Masculin

47 Stupide [sty.pid] Suffisant Feminin

48 Splendide [splᾶ.did] Suffisant Feminin

49 Chepanans [ʃә.pa.nᾶ] Pauvre Masculin

50 Paons [pᾶ] Pauvre Masculin

51 Filles [fij] Suffisant Masculin

52 Bastille [bas.tij] Suffisant Feminin

53 Genoux [ʒә.nu] Pauvre Masculin

54 Sous [su] Pauvre Masculin

55 Fete [fεt] Suffisant Feminin

56 Tete [tεt] Suffisant Feminin

57 Papas [pa.pa] Suffisant Masculin

58 Pas [pa] Suffisant Masculin

59 Poussiere [pu.sjεʁ] Riche Feminin

Page 95: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

95

60 Pierre [pjεʁ] Riche Feminin

61 Debout [dә.bu] Pauvre Masculin

62 Tout [tu] Pauvre Masculin

63 Ombre [õbʁ] Riche Feminin

64 Sombre [sõbʁ] Riche Feminin

65 Tour [tuʁ] Suffisant Masculin

66 Amour [a.muʁ] Suffisant Masculin

67 Poitrines [pwa.tʁin] Riche Masculin

68 Narines [na.ʁin] Riche Masculin

69 La [la] Suffisant Masculin

70 Cela [cә.la] Suffisant Masculin

71 Sales [sal] Suffisant Masculin

72 Pales [pal] Suffisant Masculin

73 Espoirs [εs.pwaʁ] Riche Masculin

74 Noirs [nwaʁ] Riche Masculin

75 Chene [ʃεn] Suffisant Feminin

76 Haine [εn] Suffisant Feminin

77 Doux [du] Pauvre Masculin

78 Fou [fu] Pauvre Masculin

79 Rue [ʁy] Suffisant Feminin

80 Accrue [a.kʁy] Suffisant Feminin

81 Richards [ʁi.ʃaʁ] Riche Masculin

82 Mouchards [mu.ʃaʁ] Riche Masculin

83 Epaule [e.pol] Suffisant Feminin

84 Drole [dʁol] Suffisant Feminin

85 Tuerais [tɥe.ʁε] Suffisant Masculin

86 Frais [fʁε] Suffisant Masculin

87 Requetes [ʁә.kεt] Riche Masculin

88 Raquettes [ʁa.kεt] Riche Masculin

89 Sots [so] Pauvre Masculin

Page 96: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

96

90 Pots [po] Pauvre Masculin

91 Droguailles [dʁo.gaj] Suffisant Masculin

92 Tailles [taj] Suffisant Masculin

93 Eux [ø] Pauvre Masculin

94 Crasseux [kʁa.sø] Pauvre Masculin

95 Sornettes [sↄʁ.nεt] Riche Masculin

96 Baionnettes [ba.jↄ.nεt] Riche Masculin

97 Plats [pla] Riche Masculin

98 Plats [pla] Riche Masculin

99 Feroces [fe.ʁↄs] Riche Masculin

100 Crosses [kʁↄs] Riche Masculin

101 Velours [vә.luʁ] Suffisant Masculin

102 Cours [kuʁ] Suffisant Masculin

103 Foule [ful] Suffisant Feminin

104 Houle [ul] Suffisant Feminin

105 Mer [mεʁ] Suffisant Masculin

106 Fer [fεʁ] Suffisant Masculin

107 Bouges [buʒ] Suffisant Masculin

108 Rouges [ʁuʒ] Suffisant Masculin

109 Tout [tu] Pauvre Masculin

110 Debout [dә.bu] Pauvre Masculin

112 Crapule [kʁa.pyl] Suffisant Feminin

113 Pullule [py.lyl] Suffisant Feminin

114 Gueux [gø] Pauvre Masculin

115 Eux [ø] Pauvre Masculin

116 Tuileries [tɥil.ʁi] Suffisant Masculin

117 Boulangeries [bu.lᾶʒ.ʁi] Suffisant Masculin

118 Connais [kↄ.nε] Riche Masculin

119 Bonnets [bↄ.nε] Riche Masculin

120 Fille [fij] Riche Feminin

Page 97: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

97

121 Bastille [bas.tij] Riche Feminin

122 Citoyens [si.twa.j ] Suffisant Masculin

123 Chiens [ʃj ] Suffisant Masculin

124 Chose [ʃoz] Suffisant Feminin

125 Causes [koz] Suffisant Masculin

126 Damnés [dα.ne] Suffisant Masculin

127 Nez [ne] Suffisant Masculin

128 Infames [ .fαm] Suffisant Masculin

129 Femmes [fam] Suffisant Masculin

130 Bien [bj ] Suffisant Masculin

131 Rien [ʁj ] Suffisant Masculin

132 Crapule [kʁa.pyl] Suffisant Feminin

133 Brule [bʁyl] Suffisant Feminin

134 Vont [võ] Pauvre Masculin

135 Front [fʁõ] Pauvre Masculin

136 Hommes [ↄm] Suffisant Masculin

137 Sommes [sↄm] Suffisant Masculin

138 Savoir [sa.vwaʁ] Riche Masculin

139 Soir [swaʁ] Riche Masculin

140 Chose [ʃoz] Suffisant Feminin

141 Causes [koz] Suffisant Feminin

142 Cheval [ʃә.val] Suffisant Masculin

143 Mal [mal] Suffisant Masculin

144 Terrible [tε.ʁibl] Riche Feminin

145 Crible [kʁibl] Riche Feminin

146 Avant [a.vᾶ] Suffisant Masculin

147 Emouvant [e.mu.vᾶ] Suffisant Masculin

148 Dire [diʁ] Suffisant Feminin

149 Sourire [su.ʁiʁ] Suffisant Feminin

150 Amour [a.muʁ] Suffisant Masculin

Page 98: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

98

151 Jour [ʒuʁ] Suffisant Masculin

152 Sonne [sↄn] Riche Feminin

153 Personne [pεʁ.sↄn] Riche Feminin

154 Plier [pli.je] Suffisant Masculin

155 Foyer [fwa.je] Suffisant Masculin

156 Bataille [ba.taj] Suffisant Feminin

157 Canaille [ka.naj] Suffisant Feminin

158 Accapareurs [a.ka.pa.ʁœʁ] Riche Masculin

159 Terreurs [tε.ʁœʁ] Riche Masculin

160 Heure [œʁ] Suffisant Feminin

161 Demeure [de.mœʁ] Suffisant Feminin

162 Nous [nu] Suffisant Masculin

163 Genoux [ʒә.nu] Suffisant Masculin

164 Foule [ful] Suffisant Feminin

165 Roule [ʁul] Suffisant Feminin

166 Pavés [pa.ve] Riche Masculin

167 Lavés [la.ve] Riche Masculin

168 Vengeance [vᾶ.ʒᾶs] Suffisant Feminin

169 France [fʁᾶs] Suffisant Feminin

170 Gala [ga.la] Suffisant Masculin

171 Chiens-la [ʃj .la] Suffisant Masculin

172 Foule [ful] Suffisant Feminin

173 Saoule [sul] Suffisant Masculin

174 Appartement [a.paʁ.tә.mᾶ] Riche Masculin

175 Hurlement [yʁ.lә.mᾶ] Riche Masculin

176 Populace [pↄ.py.las] Suffisant Feminin

177 Crasse [kʁas] Suffisant Feminin

178 Forgeron [fↄʁ.ʒә.ʁõ] Suffisant Masculin

179 Front [fʁ ] Suffisant Masculin

Page 99: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

99

Berdasarkan tabel diatas, Alternansi rima didominasi oleh Maskulin yang

memiliki makna kekuatan. Dalam sajak ini, kekuatan melambangkan pergerakan

rakyat. Tentu dalam pergerakan menuju Tuileries, diperlukan tenaga dan kekuatan

untuk sampai di tempat tujuan serta perlunya kekuatan secara fisik untuk bersatu

dalam meluapkan kemarahan kepada raja dan para bawahannya. Kualitas rima

didominasi oleh rima suffisant. Namun pada beberapa kata juga terdapat rima

riche dan rima pauvre. Jumlah rima riche terhitung lebih banyak dari rima pauvre.

Riche yang berarti kaya identik dengan ke hidupan raja dan kaum elit yang

megah dan penuh dengan kemewahan. Kaya juga berkaitan dengan kekuasaan,

sedangkan pauvre yang berarti miskin, identik dengan kehidupan rakyat yang

selalu dihimpit kemiskinan. Miskin juga berkaitan dengan ketidakberdayaan. Hal

ini dapat berarti kekayaan dan kekuasaan raja dan para kaum elit yang menindas

atau berdiri di atas kemiskinan rakyat atau kekuasaan kaum elit yang selalu ingin

mendominasi kaum revolusioner pada saat itu yang menjadi pemicu utama

kemarahan rakyat. Khususnya pada 20 Juni yang menjadi bukti kesewenangan

kaum elit terhadap rakyat yang memicu pemberontakan di hari itu.

Dengan demikian, kemarahan dan faktor-faktor pemicunya banyak

digambarkan melalui tataran fonologis berupa penghitungan metrik, pembacaan

synérèse - diérèse, fonem, l‟hiatus - l‟élision, dan rima. Berdasarkan bunyi yang

dihasilkan, karakteristik yang menonjol adalah, pemberontakan berupa pergerakan

dimana menjadi salah satu wujud kemarahan rakyat yang dipenuhi kekerasan.

Dalam sebuah pergerakan menuju Tuilleries, kekasaran yang diwujudkan dengan

Page 100: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

100

kata-kata dan tidakan amarah. Pernyataan tersebut akan diperkuat dengan

pembahasan tataran sintaksis dan semantis.

2. ANALISIS TATARAN SINTAKSIS

Untuk menguraikan tataran sintaksis, puisi ini akan dianalisis perbait.

Bait 1

Kalimat pertama

Le bras sur un marteau gigantesque, effrayant D'ivresse et de grandeur, le front

vaste, riant Comme

S V adv S

V

un clairon d'airain, avec toute sa bouche, Et prenant ce gros-là dans son regard

farouche, Le Forgeron

pel ket. conj V O adv

S

parlait à Louis Seize, un jour Que le Peuple était là, se tordant tout autour, Et sur

les lambris d'or

Vprèp O ket conj S V ket V conj

adv

traînant sa veste sale.

V O

Kalimat Kedua

Or le bon roi, debout sur son ventre, était pâle Pâle comme un vaincu qu'on prend

pour le gibet, Et,

S adv V adj adj prèp S V

adv/ket conj

soumis comme un chien, jamais ne regimbait Car ce maraud de forge aux

énormes épaules Lui disait

Page 101: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

101

V adv V Conj S

O V

de vieux mots et des choses si drôles, Que cela l'empoignait au front, comme

cela !

adv conj adv conj S V O adv

Bait Satu terdiri dari dua kalimat. Kalimat pertama merupakan kalimat

majemuk.

Bait ini menggunakan imparfait yang menandakan bahwa kejadian

tersebut terjadi di masa lampau. Pahlow mengatakan bahwa l‟imparfait digunakan

untuk aksi yang menekankan pengulangan yang dilakukan di masa lalu, namun

l‟imparfait juga dapat menggambarkan situasi di masa lalu. Seperti yang

dikatakan oleh Labeau et Larivée (2005: 37) bahwa il montre ce fait qui en train

de se dérouler dans la durée, en l‟excluant de l‟actualité présent, et sans en faire

voir la phrase initiale ni la phrase finale yang berarti l‟imparfait menunjukan apa

yang terjadi dalam jangka panjang, tidak termasuk kejadian saat ini, dan tanpa

menunjukan kalimat awwal atau kalimat akhir. Berdasarkan pernyataan tersebut,

penggunaan imparfait bertujuan untuk mendeskripsikan sesuatu atau keadaan agar

pembaca dapat merasakan hal atau membawa pembaca seakan-akan merasakan

atau berada pada situasi tersebut. Hal ini menunjukan bahwa pada awal bait,

penulis berusaha membawa pembaca untuk merasakan semangat dan perasaan

yang berkobar-kobar serta keganasan rakyat pada saat itu dengan kata-kata kerja

yang akan dijelaskan di tataran semantik.

Selain itu penggunaan le participe présent, Seperti yang dikatakan oleh

Morris mengenai penggunaan partisipe présent yaitu untuk menggantikan

Page 102: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

102

proposisi kata kerja yang aktif. Dengan kata lain, kata kerja yang sedang

dilakukan tersebut seharusnya di dampingi oleh proposition relative , namun

penulisannya dibuat lebih sederhana dengan participe présent. Dalam hal

simplisitas kata kerja tersebut berkaitan dengan pengekspresian kemarahan secara

langsung yang sering kali tidak memperdulikan aturan di sekitarnya. Hal tersebut

juga menandakan bahwa rakyat melakukan tindakan-tindakan tersebut dengan

tidak sabar dan tergesa-gesa seperti kesan yang ditimbulkan oleh simplisitas, yaitu

‗cepat‘.

Bait ini memiliki rejet, dimana objek yang secara umum diletakkan di

akhir kalimat atau larik, namun dalam hal ini di letakkan di awal larik. Seperti

kalimat berikut.

Lui disait de vieux mots et des choses si drôles,

O V adv

Kata ‗lui‘ berfungsi menjadi objek. Hal ini terjadi karena dalam satu larik

sebelumnya, yang bertidak sebagai subjek, terlalu panjang sehingga objek harus

diletakkan di larik berikutnya. Subjek adalah hal yang terpenting dalam suatu

kalimat, dengan keberadaannya yang sangat panjang dalam kalimat menandakan

keluhan dan kemarahan rakyat yang mengekor semakin panjang sehingga

mendorong mereka untuk menyingkirkan Raja yang digambarkan sebagai objek

yang tergeser.

Bait 2

Page 103: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

103

Kalimat pertama

« Or, tu sais bien, Monsieur, nous chantions tra la la Et nous piquions les boeufs

vers les sillons des autres :

Conj S V S S V adv conj S V

O adv/ket

Le Chanoine au soleil filait des patenôtres Sur des chapelets clairs grenés de

pièces d'or

S O V adv adv

Le Seigneur, à cheval, passait, sonnant du cor Et l'un avec la hart, l'autre avec la

cravache Nous

S adv V V O S ket S adv O

fouaillaient - Hébétés comme des yeux de vache, Nos yeux ne pleuraient plus ;

nous allions, nous

V adj adv S V S

V S

allions, Et quand nous avions mis le pays en sillons, Quand nous avions laissé

dans cette terre noire

V conj adv S V O adv adv S V

adv

Un peu de notre chair... nous avions un pourboir

S S V O

Bait Dua hanya terdiri dari satu kalimat panjang dengan penyertaan

banyak tanda koma dan penggunaan konjungsi ‗dan‘. Tanda koma digunakan

untuk menghentikan kalimat sementara, dan biasanya digunakan untuk kalimat

yang panjang. Dengan tanda penghentian sementara yang banyak, menunjukkan

adanya kelelahan. Kelelahan yang ditunjukan oleh penulis ini dapat berupa

kelelahan rakyat yang berwujud kemarahan. Seperti yang digambarkan oleh

Page 104: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

104

Ternaux (1863: 117), La majeure partie de la foule, celle qui avait accompagné

rémeute par pure curiosité, désœuvrement ou même entraînement, se répandit

dans le jardin, heureuse de pouvoir se reposer de ses fatigues. Kalimat tersebuat

memiliki arti sebagian besar kerumunan, yang membekali mereka dengan rasa

ingin tahu yang tulus, ketidaktahuan, atau bahkan pelatihan, menyebar di

halaman, senang bisa mengistirahatkan kelelahannya. Pernyataan tersebut

menggambarkan bahwa kerumunan rakyat di halaman Istana Tuileries merasa

senang mengistirahatkan kelelahan mereka, namun kelelahan disini adalah

kemarahan yang diwujudkan dengan unjuk rasa. Konjungsi ‗dan‘ biasanya

digunakan sebagai tanda penambahan dalam menjabarkan hal-hal. Dengan

keberadannya yang cukup banyak, menandakan kemarahan rakyat yang semakin

bertambah yang perlu dijabarkan. Jadi, hubungan antara kalimat panjang, tanda

koma dan konjungsi ‗dan‘ dalam sajak ini adalah kemarahan sebagai tanda

kelelahan rakyat yang jabarkan, sebagai tanda bahwa kemarahan yang penting

untuk ditunjukkan, yang menjadi salah satu bahasan utama dalam sajak ini yaitu

kemarahan tipe Anger Out.

Tanda («) merupakan tanda yang memulai sebuah ungkapan atau

perkataan secara langsung. Hal ini bertujuan untuk mengungkapkan secara

langsung apa yang dirasakan atau dilakukan. Seperti halnya kemarahan rakyat

yang harus diutarakan atau diekspresikan secara langsung (Anger Out).

Pembubuhan tanda titik dua (:) biasa digunakan untuk penyebutan hal- hal yang

lebih detail dan rinci. Kemarahan rakyat dan faktor-faktornya pun digambarkan

secara detail dan rinci. Bait ini juga memunculkan tanda titik sebanyak tiga kali

Page 105: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

105

(...). Pada umumnya satu tanda titik cukup untuk mengakhiri suatu kalimat atau

cukup untuk memisahkan kalimat satu dan kalimat selanjutnya. Penggunaan yang

cukup banyak, menggambarkan penulis membutuhkan waktu yang lebih panjang

untuk melanjutkan ke kalimat berikutnya. Hal ini menimbulkan kesan kelelahan,

karena setelah kemarahan itu diekspresikan secara langsung tentu juga

menimbulkan kelelahan karena telah mengeluarkan energi yang banyak.

Bait ini memiliki beberapa pelengkap dan adverbia. Keduanya biasa

digunakan untuk mendampingi atau melengkapi kalimat intransitif. Kalimat

intransitif merupakan kalimat yang bisa berdiri tanpa sebuah objek atau kalimat

yang hanya terdiri dari subjek dan kata kerja. Kesederhanaan kalimat ini

menggambarkan kehidupan kaum buruh yang serba sederhana bahkan cenderung

kekurangan Bait ini juga masih menggunakan participe présent, sama seperti bait

sebelumnya yang menunjukan simplisitas kalimat. Bait dua juga memiliki satu

kalimat rejet, yaitu

Nous fouaillaient - Hébétés comme des yeux de vache,

O V adj adv

Nous bertindak sebagai objek yang diletakkan di awal kalimat. Pada umumnya,

subjeklah yang diletakkan di awal kalimat sebagai hal yang terpenting. Hal ini

menunjukan bahwa objek disini memiliki peran yang penting sehingga harus

diletakkan di awal. Sama halnya dengan pentingnya petisi bagi rakyat sebagai

objek yang dibawa dalam unjuk rasa 20 Juni 1792 ke hadapan Raja. Seperti yang

dikatakan oleh Saminadayar dan Perin (1963 : 35) Il ne s‟agit pas d‟une

Page 106: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

106

insurrection de la faim, mais d‟un movement explicitement politique dont la

petition, lue à l‟Assemble puis à Louis Seize. Pernyataan ini berarti bahwa 20 Juni

1792 bukan tentang sebuah pemberontakan dengan isu kelaparan, melainkan

sebuah pergerakan politik secara ekspisit dimana petisi yang ditujukan pada

Majelis lalu kepada Raja.

Bait 3

Kalimat Pertama

Nous venions voir flamber nos taudis dans la nuit Nos petits y faisaient un

gâteau fort bien cuit.

S V O adv S adv V

O

Bait Tiga terdiri dari satu kalimat yang tidak terlalu panjang. Ia hanya

terbagi menjadi 2 larik dalam penulisannya. Kalimat ini mengandung kata kerja

majemuk yaitu venions voir. Kata kerja majemuk merupakan kata kerja yang

berlipat ganda atau lebih dari satu yang dipadukan. Hal ini menunjukan

kemarahan yang diekspresikan berasal dari faktor- faktor yang menumpuk

menjadi satu kesatuan emosi yang besar. Kalimat tersebut juga menggunakan

imperatif untuk menekankan kata kerja atau keadaan yang sangat melibatkan

perasaan. Makna kemarahan dalam kata kerja faire tersebut akan dijelaskan dalam

tataran semantik. Bait ini menunjukan adanya adverbia yang diletakkan di antara

subjek dan kata kerja. Dalam aturan tata bahasa di Prancis, hal tersebut untuk

Page 107: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

107

menghindari pengulangan. Sama halnya seperti pemberontakan yang dilakukan

rakyat demi menghapuskan penderitaan dan aturan yang berulang-ulang, yaitu

sistem monarki yang kembali diterapkan oleh Majelis.

Bait 4

Kalimat Pertama

« Oh ! je ne me plains pas.

Adv S V

Kalimat Kedua

Je te dis mes bêtises, C'est entre nous.

S O V pel S V adv

Kalimat Ketiga

J'admets que tu me contredises.

S V conj S V

Kalimat Keempat

Or, n'est-ce pas joyeux de voir, au mois de juin Dans les granges entrer des

voitures de foin Enormes?

S adj V adv /ket adv/ket V pel

adj

De sentir l'odeur de ce qui pousse, Des vergers quand il pleut un peu, de l'herbe

rousse ?

V pel pel adv/ket pel

Page 108: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

108

Bait Empat diawali dengan interjeksi ‗oh‘. Menurut KBBI, Interjeksi

merupakan kata yang mengungkapkan seruan perasaan. Interjeksi ini menunjukan

ekspresi kelelahan rakyat dalam menghadapi penderitaannya yang didukung oleh

kalimat selanjutnya yang akan dibahas secara semantik. Bait ini berbeda dengan

bait-bait sebelumnya yang sering menggunakan imparfait. Bait ini menggunakan

présent yang menjelaskan waktu yang sedang terjadi seperti yang dikatakan oleh

Pahlow. Penulis menggunakan présent ingin benar-benar menghadirkan kondisi

yang nyata terjadi agar pembaca benar-benar berada pada masa itu dan

menyaksikan secara langsung kejadian yang berlangsung saat itu.

Selain itu, yang membedakan bait ini dengan bait-bait sebelumnya adalah

bait ini terdiri dari banyak kalimat-kalimat pendek yang didominasi oleh kalimat

intransitif. Hal ini berarti banyaknya tanda titik pada bait ini. Tanda titik yang

bertujuan untuk mengakhiri kalimat berkaitan dengan kemarahan rakyat yang

terkadang dipendam atau tidak diekspresikan (Anger In). Adanya kesan bahwa

rakyat tidak ingin memperpanjang masalah dan lebih memilih menyimpan

amarahnya dengan sesegera mungkin mengakhirinya atau berhenti untuk

membahasnya. Selain itu ada tanda tanya di kalimat terakhir yang menjadikan

kata sifat utama untuk kata-kata kerja berikutnya yang membangun kalimat

majemuk. Hal tersebut menggambarkan satu kemarahan besar yang terkandung

dalam sebuah petisi yang membuat rakyat ingin tahu jawaban petisi tersebut,

cukup untuk membuat rakyat mampu melakukan hal-hal banyak terhadap Raja,

dari menganggu ketenangan Raja di Tuileries, membuat kekacauan , sampai

memaksa Raja memakai topi merah di kepalanya sebagai tanda keberpihakan Raja

Page 109: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

109

terhadap negara dengan simbol pekikan „Vive La Nation‟. Seperti yang

digambarkan dalam larik yang terdapat dalam sajak ini yaitu Bien que le roi

ventru suat, le Forgeron, Terrible, lui jeta le bonnet rouge au front! yang berarti

Meskipun raja berperut buncit, si pandai besi mengerikan, melemparkan topi

merah ke kepala Raja !

Pemberontakan rakyat juga terwujud dari tanda semantik seperti

penggunaan kata kerja infinitif diantara subjek dan objek. Pada umumnya, kata

kerja mengalami proses konjugasi, atau penggunaan kata kerja infinitif harus

didahului kata kerja yang sudah dikonjugasi. Namun penyalahan aturan ini sangat

jelas sebagai tanda pemberontakan rakyat terhadap Majelis dan Raja yang selama

ini mengekangnya dengan sistem monarkinya.

Bait 5

Kalimat Pertama

De voir les champs de blé, des épis pleins de grain, De penser que cela prépare

bien du pain ?...

V pel pel V conj S V

O

Kalimat Kedua

Oui, l'on pourrait, plus fort, au fourneau qui s'allume, Chanter joyeusement en

martelant l'enclume,

S V adv adv V adv

adv

Page 110: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

110

Si l'on était certain qu‘on pourrait prendre un peu, Étant homme, à la fin !, de ce

que donne Dieu!

S V adj V adj V O adv O

V

S

Kalimat Ketiga

- Mais voilà, c'est toujours la même vieille histoire !

Conj SV adv O

Bait Lima diawali dengan kata kerja yang masih berhubungan dengan

kalimat di bait sebelumnya, Dengan kata lain, kalimat pertama di bait ini

merupakan bagian dari kalimat majemuk di bait sebelumnya. Adanya hubungan

yang berkaitan dengan bait sebelumnya menunjukan bahwa ada sesuatu yang

belum selesai yang harus diselesaikan di bait selanjutnya. Hal ini menggambarkan

kemarahan rakyat yang pada hari itu (20 Juni 1792) belum usai, dan dilanjutkan

dengan aksi berikutnya yaitu hari 10 Aôut 1792.

Bait ini juga memiliki beberapa kata kerja majemuk yang menandakan

kerja para buruh yang lebih keras dari pekerjaan biasanya, atau rakyat harus kerja

lebih extra untuk menghidupi keluarganya. Kata kerja majemuk ini diawali

dengan kata kerja yang dikonjugasi dengan menggunakan conditionel.

Conditionel digunakan untuk menunjukan hal - hal yang belum tentu terjadi. Hal

ini menunjukan adanya khayalan-khayalan atau harapan yang dibuat oleh rakyat,

yang menginginkan perubahan. Hal ini juga didukung oleh penggunaan rumus

tata bahasa si + imparfait + conditionel yang bersifat khayalan.

Page 111: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

111

Kalimat-kalimat dalam bait ini sangat tidak beraruran. Pada umumnya

suatu kalimat didahului dengan (subjek + kata kerja + objek) atau (subjek + kata

kerja + adverbia). Namun Rimbaud meletakkannya semaunya bahkan sangat tak

lazim seperti (objek + kata kerja aktif (seharusnya pasif) + subjek). Juga kata

majemuk yang seharusnya berdampingan, namun dalam bait ini dipisah dan

didahulukan oleh adverbia sehingga susunan yang seharusnya (subjek + kata kerja

1 dan 2 + adverbia) menjadi (subjek + kata kerja 1 + adverbia + kata kerja 2 +

adverbia ), ditambah dengan adverbia yang diletakkan tak beraturan, atau yang

seharusnya di awal, diletakkan di akhir dan sebaliknya. Hal ini menunjukan

kerumitan yang juga didukung oleh jumlah adverbia yang mendominasi dari kata

kerja menunjukan bahwa satu kata kerja masih perlu dibantu dengan adverbia.

Jika tidak diteliti secara sintaksis, kalimat ini akan sulit dipahami. Hal ini

menggambarkan penataan konstitusi dalam politik yang rumit dengan masalah-

masalah yang kompleks yang pada akhirnya menjadi kemarahan yang

diekspresikan dengan melawan dan menolak aturan-aturan yang tidak membawa

pada perubahan.

Bait ini juga memunculkan tanda seru yang cukup banyak. Tanda seru

yang biasanya dipakai untuk kalimat perintah, atau seruan yang biasanya

menimbulkan nada yang lebih tinggi. Dalam bait ini, tanda seru berfungsi sebagai

pendamping atau pelengkap kata atau kalimat seruan yang ingin menyampaikan

kepuasan. Seperti halnya dengan rakyat merasa puas dengan mengekspresikan

kemarahannya. Seperti kutipan di bait sebelumnya yaitu heureuse de pouvoir se

Page 112: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

112

reposer de ses fatigues yang dikatakan oleh Ternaux (1863: 117) dimana heureuse

menggambarkan kepuasaan dan kebanggaan rakyat.

Bait 6

Kalimat Pertama

« Oh je sais, maintenant ! Moi, je ne peux plus croire, Quand j'ai deux bonnes

mains, mon front et

Conj S V adv S V adv S V O

O conj

mon marteau Qu'un homme vienne là, dague sous le manteau, Et me dise :

Maraud, ensemence ma terre ! »

O conj S V adv adv conj O V

S V O

Que l'on arrive encor, quand ce serait la guerre, Me prendre mon garçon comme

cela, chez moi !

conj S V adv S V O V O

adv adv

Kalimat Kedua

- Moi, je serais un homme, et toi, tu serais roi, Tu me dirais : Je veux !.. - Tu vois

bien, c'est stupide.

S S V O conj S S V O S O V S V S

V SV adj

Kalimat Ketiga

Tu crois que j'aime voir ta baraque splendide, Tes officiers dorés, tes mille

chenapans, Tes palsembleu

S V conj S V pel S

bâtards tournant comme des paons : Ils ont rempli ton nid de l'odeur de nos filles

Et de petits billets

Page 113: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

113

V adv S V O adv conj

S

pour nous mettre aux Bastilles Et nous dirons : C'est bien : les pauvres à genoux !

conj O V adv conj O V S V adj S V

Bait Enam masih dimulai dengan interjeksi ‗oh‘. Pengulangan interjeksi

ini menambah kesan kelelahan penulis yang menunjukan kelelahan rakyat dalam

menghadapai segala penderitaannya dan dalam menunjukan kemarahannya. Sama

seperti bait sebelumnya, bait ini juga masih menggunakan conditionel, namun

juga diselingi bentuk présent. Menggabungkan antara khayalan dan kenyataan

adalah hal yang sangat aneh. Aneh sering kali memberi kesan tidak lazim.

Ketidaklaziman inilah yang menggambarkan kemurkaan rakyat dimana tindakan

tersebut menjadi salah satu aspek dalam kemarahan tipe Anger Out yang

diutarakan oleh Spielberger. Murka merupakan tindakan dimana seseorang

kehilangan kendali yang akhirnya mendorong seseorang untuk bertindak diluar

batas normal. Hal ini akan diperjelas dalam kajian semantik. Selain itu bait ini

juga memiliki kalimat-kalimat dengan bentuk subjonctif. Seperti yang diutarakan

oleh Noel, bentuk ini biasanya digunakan sebagai penilaian (bersifat subjektif)

terhadap sesuatu. Seperti halnya sajak ini yang menggunakan sudut pandang

rakyat, hal ini bertujuan untuk menggambarkan secara nyata kondisi, juga

perasaan rakyat atas apa yang dialaminya pada zaman itu. Hal itu bertujuan agar

pembaca dapat merasakan energi kemarahan yang ingin disampaikan oleh

Rimbaud.

Page 114: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

114

Sensasi kemarahan yang ingin disampaikan tersebut diperkuat dengan

pemunculan banyak tanda seru pada bait ini. Pada umumnya jika seseorang

mengekspresikan kemarahannya, tertama dalam berucap (memaki), seseorang

tersebut dengan sadar atau tanpa disadari akan menggunakan nada yang tinggi.

Nada tinggi apabila ditransformasikan ke dalam sebuah tulisan, maka biasanya ia

dibubuhi tanda seru. Kemarahan ini juga didukung oleh tanda titik dua (:) yang

digunakan untuk menyebutkan hal-hal detil sebagai faktor kemarahan tersebut.

Bait ini tidak memiliki kerumitan tertentu seperti bait-bait sebelumnya,

struktur kalimat-kalimatnya didominasi kalimat intransitif yang beraturan. Hal ini

menunjukan bahwa faktor-faktor pemicu kemarahan juga disebabkan karena hal-

hal yang kecil dan sederhana yang didiamkan atau dipendam.

Bait 7

Kalimat Pertama

Nous dorerons ton Louvre en donnant nos gros sous !

S V O adv

Kalimat Kedua

Et tu te soûleras, tu feras belle fête.

Conj S V S V O

Kalimat Ketiga

- Et ces Messieurs riront, les reins sur notre tête !

Page 115: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

115

Conj S V adv

Kalimat Keempat

« Non. Ces saletés-là datent de nos papas !

S V adv

Kalimat Kelima

Oh ! Le Peuple n'est plus une putain.

Adv S V O

Kalimat keenam

Oh ! Le Peuple n'est plus une putain. Trois pas Et, tous, nous avons mis ta Bastille

en poussière

Adv S V O adv conj S S V O

adv

Cette bête suait du sang à chaque pierre Et c'était dégoûtant, la Bastille debout

Avec ses murs lépreux

S V adv conj S V adj S V

adv/pel

qui nous racontaient tout Et, toujours, nous tenaient enfermés dans leur ombre !

conj O V pel conj adv O V adv

Kalimat Ketujuh

- Citoyen ! citoyen ! c'était le passé sombre Qui croulait, qui râlait, quand nous

prîmes la tour!

S S S V O V V adv S

V O

Kalimat Kedelapan

Page 116: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

116

Nous avions quelque chose au coeur comme l'amour.

S V O adv

Kalimat Kesembilan

Nous avions embrassé nos fils sur nos poitrines.

S V O adv

Kalimat Kesepuluh

Et, comme des chevaux, en soufflant des narines Nous marchions, nous

chantions, et ça nous battait là....

Conj S V Adv S V S V

conj S V adv

Nous marchions au soleil, front haut, - comme cela -,

S V adv adv adv

Bait Tujuh berbeda dengan bait-bait sebelumnya. Bait ini memiliki

kalimat-kalimat dalam bentuk waktu yang beragam, yaitu présent, passé composé,

plus que parfait, imparfait dan passé simple. Jika diurutkan berdasarkan waktu,

dari yang paling lampau, passé simple merupakan yang pertama. Bentuk waktu ini

biasanya hanya digunakan untuk menceritakan sebuah dongeng, dimana waktunya

sangat lama dan tidak dapat diprediksi dengan tepat. Lalu plus que parfait, passé

composé dan présent, sedangkan imparfait, penggunaannya bersamaan dengan

passé composé. Hal ini menunjukan bahwa adanya jangka waktu yang sangat

panjang yang dimulai dari masa yang sangat lampau hingga sekarang. Rimbaud

ingin menggambarkan bahwa kemarahan rakyat bukanlah kemarahan yang timbul

secara tiba-tiba atau instan, melainkan banyak hal-hal menyakitkan yang mungkin

Page 117: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

117

dibiarkan oleh rakyat, dipendam, hingga akhirnya menjadi sebuah kemarahan

yang tidak dapat disimpan lagi. Penggunaan passé simple, bukan berarti bahwa

penderitaan rakyat terjadi dari masa yang tidak diketahui, melainkan Rimbaud

ingin mengutarakan bahwa penderitaan yang dialami oleh rakyat terjadi cukup

lama seolah-olah waktu berjalan begitu lambat dan seakan rakyat tak dapat

mengingat kapan hal itu dimulai atau kapan kali terakhir rakyat merasa makmur

bahkan mungkin tidak merasakannya sama sekali. Pada sampai bentuk waktu

présent, juga menunjukan bahwa apa yang terjadi di masa sekarang, merupakan

akibat dari masa lampau.

Bait ini memiliki cukup banyak tanda seru (!), yaitu 9 tanda dimana 4

merupakan kata seruan dan 5 lainnya sebagai pelengkap kalimat yang bertujuan

untuk memberikan penekanan atau intonasi yang berbeda. Tanda ini memperkuat

kesan kemarahan dalam bait ini. Seperti pada bait-bait sebelumnya, bahwa tanda-

tanda seru tersebut memberikan tekanan atau intonasi yang sama seperti halnya

seseorang ketika marah. Hal tersebut juga didukung dengan banyaknya konjungsi

‗dan‘ yang berarti adanya penambahan. Keberadaanya memberikan kesan bahwa

kemarahan yang ada, menjadi bertambah dan semakin bertambah. Hubungan

tanda seru dan konjungsi ‗dan‘ adalah, besarnya kemarahan rakyat.

Bait tujuh ini juga terdiri atas banyak kalimat sederhana dan tidak terlalu

panjang. Yang dimaksud sederhana ialah struktur kalimat yang tidak begitu rumit.

Jumlah kalimat-kalimatnya seimbang antara kalimat transitif dan kalimat

intransitif. Meskipun adverbia masih mendominasi keberadaan objek. Hal ini

Page 118: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

118

menggambarkan simplisitas bait ini, seperti halnya kemarahan yang biasanya

dikaitkan dengan sebab tidak mampu berfikir panjang dan tergesa-gesa.

Bait 8

Kalimat Pertama

Dans Paris! accourant devant nos vestes sales.

Adv V adv

Kalimat Kedua

Enfin ! Nous nous sentions Hommes ! Nous étions pâles, Sire, nous étions soûls

de terribles espoirs :

Conj S V O S V adj S V

O

Et quand nous fûmes là, devant les donjons noirs, Agitant nos clairons et nos

feuilles de chêne, Les

Conj adv S V adv adv V O conj O

piques à la main ; nous n'eûmes pas de haine, - Nous nous sentions si forts, nous

voulions être doux !

S adv S V O S V adv S

V adj

Bait Delapan terdiri dari 2 kalimat, masing-masing merupakan kalimat

yang sederhana dan pendek dan kalimat lainnya merupakan kalimat yang panjang.

Keduanya menunjukan perbedaan yang sangat jauh atau kontras. Perbedaan ini

sering dikaitkan dengan ketimpangan. Hal ini menggambarkan kehidupan sosial

antara rakyat dan Raja Louis XVI. Adanya ketimpangan sosial yang terjadi yang

Page 119: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

119

menjadi faktor penting dari amukan rakyat, dimana rakyat hidup dengan

kemiskinan dan serba kekurangan, sementara Raja hidup di istana yang megah

dan bergelimang harta.

Kalimat pertama atau kalimat yang pendek dapat menggambarkan kaum

rakyat atau kaum kecil dalam ketimpangan sosial tersebut. Hal ini juga didukung

oleh struktur kalimat yang ada pada kalimat ini. Kalimat ini hanya terdiri dari

sebuah kata kerja dan dua adverbia. Pada umumnya, kata kerja tidak dapat berdiri

tanpa subjek. Namun, kalimat ini tidak terdapat subjek. Bila dilihat dari kata

kalimat sebelumnya, kata kerja tersebut merajuk pada ‗nous‘ yang dimaksudkan

sebagai rakyat. Sebagai kalimat baru dalam bait baru, seharusnya subjek tersebut

digunakan kembali. Ketiadaan subjek dalam kalimat memiliki kesan tidak terlihat,

padahal subjek memiliki kedudukan yang penting. Jadi sesuatu yang penting ini

yang justru diabaikan. Seperti halnya petisi rakyat yang diabaikan oleh Raja,

padahal petisi inilah yang menjadi masalah utama dalam kemarahan rakyat pada

hari itu, 20 Juni 1792. Hal ini tergambar dalam salah satu larik di sajak ini yaitu

Avec tes avocats , qui prennent nos requêtes

Pour se les renvoyer comme sur des raquettes yang berarti Dengan pengacara-

pengacaramu, yang mengambil petisi kami Hanya untuk membolak-balikannya

bagaikan bola pada raket.

Bait 9

Kalimat Pertama

Page 120: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

120

« Et depuis ce jour-là, nous sommes comme fous !

Adv S V adj

Kalimat Kedua

Le flot des ouvriers a monté dans la rue, Et ces maudits s'en vont, foule toujours

accrue Comme

S V Adv conjS V S adv

V

des revenants, aux portes des richards.

S adv

Kalimat Ketiga

Moi, je cours avec eux assommer les mouchards : Et je vais dans Paris, noir,

marteau sur l'épaule,

S S V adv V O conj S V

adv

Bait Sembilan terdiri dari 3 kalimat yang didominasi oleh kalimat

intransitif, yaitu kalimat yang mampu berdiri tanpa sebuah objek dimana struktur

kalimat ini hanya terdiri dari subjek + kata kerja. Namun sering kali kalimat

tersebut didampingi oleh adverbia sebagai pelengkap atau penjelas. Kalimat kedua

dalam bait ini memiliki perbedaan dari aturan umum tersebut. Pada kalimat

majemuk setara dimana kalimat yang bertindak sebagai penyetara pada umumnya

memiliki kata kerja yang setara dengan kata kerja di kalimat sebelumnya, namun

kalimat tersebut tidak ada atau tidak nampak. Kata kerja tersebut lesap oleh

adverbia. Kata kerja merupakan unsur penting dalam membentuk kalimat, ia

menunjukan aksi atau perbuatan yang dilakukan oleh subjek. Ketiadaan kata

Page 121: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

121

kerja, menggambarkan pekerjaan yang diabaikan. Sama halnya dengan usaha

rakyat pada tanggal 14 Juli 1789 yang dikenal sebagai la prise de la bastille,

dimana rakyat berusaha menjatuhkan sistem monarki pasa saat itu, namun usaha

tersebut sia-sia karena Majelis tetap memutuskan untuk tetap memberlakukan

konstitusi monarki dengan Louis Seize sebagai raja. Revolusi yang diharapkan

selesai namun revolusi itu baru dimulai dengan peristiwa 20 Juni 1792. Seperti

yang dikatakan Michelet (Saminadayar dan Perrin, 1963: 40) Le 20 juin et 10

Aôut naissent dans le sang Champ-de-Mars: “à entendre les félicites et les

félicitants (à l‟assemble), la Révolution était terminée. La Révolution

commençait!”. Hal tersebut menjadi faktor kmarahan rakyat.

Bait ini juga memiliki kata kerja majemuk yang terpisah oleh adverbia.

Rimbaud sering menggunakan formula tersebut dalam sajak ini untuk menambah

kesan kerumitan sekaligus kejutan. Biasanya, setelah melihat adverbia setelah

kata kerja, pembaca berhenti berasumsi atau sudah menganggap kalimat itu

selesai, namun dengan adanya kata kerja berikutnya membuat asumsi pembaca

menjadi terbuka dan menghubungkan dengan kata kerja sebelumnya. Kejutan

tersebut sama halnya seperti kemarahan rakyat yang tiba-tiba dan mungkin tidak

pernah terduga oleh Raja bahwa rakyat bisa mengancam hak vetonya. Didukung

oleh konjugasi ‗dan‘ yang berfungsi untuk penambahan, menunjukan bahwa

kemarahan rakyat juga bertambah dan semakin bertambah sampai

mengantarkannya pada pemaksaan pernyetujuan petisi yang diajukan rakyat.

Kalimat kedua di bait kesembilan ini juga memiliki sesuatu yang berbeda.

Pada awal kalimat, bentuk waktu yang digunakan ialah passé composé yang

Page 122: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

122

menjelaskan bahwa tindakan tersebut dilakukan di masa lampau, namun setelah

dijeda konjungsi ‗dan‘ kata kerja berikutnya menggunakan bentuk waktu présent

bahkan sampai pada kalimat ketiga yang menerangkan bahwa tindakan tersebut

sedang terjadi. Pada umumnya kesatuan kalimat menggunakan bentuk waktu yang

sama. Kemungkinan berbeda jika ada kata atau konjungsi khusus yang merubah

keadaan, atau kemungkinan bahwa 2 hal tersebut memang terjadi dalam waktu

yang berbeda. Konjugasi ‗dan‘ dalam kalimat ini berfungsi menambahkan hal

atau tindakan, juga kedua tindakan tersebut tidak mungkin dilakukan dalam waktu

yang berbeda, karena kedua kata kerja tersebut sangat berkaitan erat. Hal ini

memberi kesan bahwa Rimbaud merasakan kemarahan Rakyat yang sangat lama

dan semakin bertambah sekan terjadi dari rentang waktu masa lampau hingga

sekarang. Bertambahnya kemarahan tersebut didukung oleh kalimat yang tiba-tiba

menggunakan bentuk waktu présent jika dibahas secara semantik.

Bait 10

Kalimat Pertama

Farouche, à chaque coin balayant quelque drôle, Et, si tu me riais au nez, je te

tuerais !

Adj adv V O conj S O V S O

V

Kalimat Kedua

- Puis, tu peux y compter, tu te feras des frais Avec tes avocats, qui prennent nos

requêtes Pour

Page 123: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

123

Conj S V S V adv V

O conj

se les renvoyer comme sur des raquettes Et, tout bas, les malins ! se disent : «

Qu'ils sont sots ! »

V adv conj S V

conj S V adj

Kalimat Ketiga

Pour mitonner des lois, coller de petits pots Pleins de jolis décrets roses et de

droguailles S'amuser à

Conj V O V O Adv

V

couper proprement quelques tailles, Puis se boucher le nez quand nous marchons

près d'eux, - Nos

adv O conj V adv S

V adv

doux représentants qui nous trouvent crasseux ! Pour débiter là-bas des milliers de

sornettes !

S conj O V pel/adj conj V adv O

Kalimat Keempat

Et ne rien redouter sinon les baïonnettes....

V O

Kalimat Kelima

Nous en avons assez, là, de ces cerveaux plats Et de ces ventres-dieux. Ah ! ce

sont là les plats Que tu

S O V adv adv conj adv

S V adv O conj S

nous sers, bourgeois, quand nous sommes féroces, Quand nous brisons déjà les

sceptres et les crosses !.. »

O V conj S V adj adv S

V O

Page 124: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

124

Bait Sepuluh, didominasi oleh larik-larik yang diawali dengan konjungsi

seperti ‗dan‘, ‗yang‘ (qui/que), ‗ketika‘, ‗dengan‘, ‗untuk‘ serta ‗kemudian‘.

Konjungsi berfungsi sebagai penghubung antarkalimat, sehingga kalimat-kalimat

tersebut tidak terlalu menjenuhkan untuk dibaca dan tetap memiliki relasi dan

saling berkesinambungan. Dengan adanya konjungsi yang banyak maka hal

tersebut menandakan bahwa kalimat tersebut sangat panjang namun belum ingin

dihentikan. Seperti adanya kesan lelah dimana selalu butuh jeda untuk

melanjutkan sesuatu. Hal itu menggambarkan perjuangan rakyat yang panjang

terutama dalam unjuk rasa yang mengambil energi begitu banyak namun, rasa

marah yang membuat mereka bertahan sampai pada penyerangan Raja Louis XVI.

Hal tersebut didukung oleh tanda seru (!) yang cukup banyak dalam bait

ini, yaitu berjumlah 8. Tanda seru yang memberi kesan penekanan dalam nada,

seakan terdengar lebih keras dan tinggi, menggambarkan semangat yang tak

padam dari rakyat dan penggunaan tanda seru yang biasanya untuk melengkapi

kata-kata ancaman dan makian memberikan kesan bahwa rakyat sudah murka.

Serta masih dengan penggunaan participe présent menambah suasana kemarahan

dari rakyat. Kemurkaan rakyat juga dapat dilihat dari jumlah kata kerja pada

kalimat majemuk. Pada umumnya, kalimat majemuk memiliki 2 sampai 3 kata

kerja, namun pada kalimat-kalimat dalam bait ini, khususnya kalimat 3, Rimbaud

mengeluarkan banyak kata kerja yang memberi kesan berlebihan atau tidak

terkendali. Munculnya kata-kata kerja dalam bentuk indicatif, membuktikan

bahwa Rimbaud menggambarkan hal-hal yang nyata terjadi.

Page 125: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

125

Bait 11

Kalimat Pertama

Il le prend par le bras, arrache le velours Des rideaux, et lui montre en bas les

larges cours Où

S O V adv V O conj V O

fourmille, où fourmille, où se lève la foule, La foule épouvantable avec des bruits

de houle, Hurlant

S S V S S

V

comme une chienne, hurlant comme une mer, Avec ses bâtons forts et d[s]es

piques de fer, Ses

adv V adv adv

tambours, ses grands cris de halles et de bouges,

S adv

Seperti pada bait-bait sebelumnya, bait sebelas juga menampakkan

kemurkaan Rimbaud dengan pemberontakan dengan aturan dalam struktur

penulisan kalimat yang memberi kesan semaunya atau tergesa-gesa dan rumit.

Pertama Rimbaud masih konsisten dengan penggunaan participe présent. Kedua,

ada struktur kalimat (subjek + kata kerja aktif) dibalik menjadi (kata kerja aktif +

subjek) yang menimbulkan kejanggalan ketika dibaca. Namun itulah salah satu

gaya pemberontakan Rimbaud. Banyaknya adverbia pada bait ini terutama dalam

setiap kata kerja yang memiliki lebih dari satu adverbia membuat kesan bahwa

kata kerja itu rumit. Didukung dengan adanya rejet, yaitu

Des rideaux, et lui montre en bas les larges cours

Page 126: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

126

O conj V O

Pada umumnya objek berasa di akhir kalimat atau larik, namun des

rideaux yang merupakan bagian dari objek pada larik sebelumnya justru

diletakkan di awal larik. Hal ini biasanya disebabkan kalimat yang terlalu

panjang, namun Rimbaud punya alasan lain, yaitu untuk menyamakan rima di

akhir larik. Yang membuat rumit pemenggalan objek ini bukanlah makna yang

terputus namun adanya banyak interpretasi ketika objek ini dipenggal. Hal ini juga

menambah kesan kerumitan kdalam konstitusi politik yang mendorong rakyat

melakukan pemberontakan.

Bait 12

Kalimat Pertama

Tas sombre de haillons saignant de bonnets rouges

adv/ket

: L'Homme, par la fenêtre ouverte, montre tout Au roi pâle et suant qui chancelle

debout, Malade à

S adv V O adv

V

regarder cela !

pel

Kalimat Kedua

« C'est la Crapule, Sire. ça bave aux murs, ça monte, ça pullule : - Puisqu'ils ne

mangent pas, Sire, ce

Page 127: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

127

S V O S V adv S V S V

conj S V S

sont des gueux !

V O

Bait Dua Belas tidak jauh berbeda dengan bait sebelas, Rimbaud ingin

memperkuat kesan kemurkaan dengan struktur kalimat yang dibuat tidak

beraturan. Misalnya dengan meletakkan adverbia di antara subjek dan kata kerja.

Tidak hanya itu, bahkan sedikit lebih ekstrim yaitu mengacaukan letak preposisi

yang seharusnya berdampingan dengan objek atau sebelum objek karena

berfungsi untuk merajuk kata kerja kepada objek, namun rimbaud

menyandingkannya dengan adverbia yang akan membuat pembaca akan keliru

untuk menentukan objek atau adverbia. Seperti halnya rakyat yang sangat marah

dan tidak terkendali, berhasil mengacaukan tatanan konstitusi monarki serta

aturan-aturannya. Hal ini juga didukung oleh penempatan adverbia yang melebihi

ketentuan umum pada kata kerja, menunjukan pula keinginan rakyat akan

perubahan-perubahan dari kerja kerasnya. Penggunaan bentuk waktu „présent‟

menambah kesan bahwa perubahan-perubahan itu akan dimulai dari sekarang dan

bersifat pasti.

Bait 13

Kalimat Pertama

Je suis un forgeron : ma femme est avec eux, Folle ! Elle croit trouver du pain aux

Tuileries

Page 128: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

128

S V O S V adv int S V O

adv

Kalimat Kedua

- On ne veut pas de nous dans les boulangeries.

S V adv

Kalimat Ketiga

J'ai trois petits

S V O

Kalimat Keempat

Je suis crapule

S V adj

Kalimat Kelima

- Je connais Des vieilles qui s'en vont pleurant sous leurs bonnets Parce qu'on leur

a pris leur garçon

S V S V adv conj S V

O

ou leur fille : C'est la crapule

S V O

Kalimat Keenam

- Un homme était à la bastille, Un autre était forçat : et tous deux, citoyens

Honnêtes.

S V adv S V pel S O

Page 129: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

129

Kalimat Ketujuh

Libérés, ils sont comme des chiens : On les insulte !

Adj S V adv S O V

Kalimat Kedelapan

Alors, ils ont là quelque chose Qui leur fait mal, allez !

Conj S V adv O conj O V

Kalimat Kesembilan

C'est terrible, et c'est cause Que se sentant brisés, que, se sentant damnés, Ils sont

là, maintenant,

S V adj conj S V O conj V adv conj V

adv S V adv adv

hurlant sous votre nez !

V adv

Kalimat Kesepuluh

Crapule.

S

Kalimat Kesebelas

- Là-dedans sont des filles, infâmes S[P]arceque, - vous saviez que c'est faible,

les femmes, -

Adv V S adj conj S V conj S V

adj S

Messeigneurs de la cour, - que ça veut toujours bien, - Vous avez sali leur âme,

comme rien !

S conj S V adv S V O adv

Page 130: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

130

Kalimat Keduabelas

Vos belles, aujourd'hui, sont là.

S adv V adv

Kalimat Ketigabelas

C'est la crapule.

S V O

Bait Tiga Belas memiliki jumlah kalimat terbanyak dari semua bait, yaitu

13 kalimat, sesuai dengan urutan baitnya. Bait ini didominasi oleh kalimat

majemuk yang menggunakan konjungsi que yang berarti ‗yang‘ juga merujuk

pada objek atau memperjelas objek. Que juga dapat berarti ‗bahwa‘ yang biasanya

berfungsi untuk memperjelas kata kerja, serta dapat digunakan untuk

membandingkan sesuatu atau berarti ‗daripada‘. Secara umum, dapat disimpulkan

bahwa konjungsi ini berfungsi untuk memperjelas. Bukan memperjelas dengan

memberikan arti lain namun mengarahkan atau menghubungkan objek atau kata

kerja pada kalimat penjelas. Hal tersebut juga mengandung makna bahwa

konjungsi tersebut dapat mengantarkan sesuatu yang kurang jelas pada sesuatu

yang lebih jelas atau pasti. Seperti halnya pemberontakan rakyat yang

mengantarkan rakyat pada titik kejelasan dari perubahan-perubahan yang mereka

harapkan, untuk masa depan yang lebih pasti. Harapan akan perubahan tersebut

didukung dengan konjungsi lain yaitu ‗karena‘ dimana fungsi konjungsi ini untuk

memberikan atau mengantarkan pada kalimat penjelasan atau konfirmasi yang

Page 131: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

131

bersifat pasti. Seperti halnya rakyat yang butuh hal-hal pasti untuk menjawab

pertanyaan tentang berakhirnya konstitusi monarki.

Seperti bait-bait sebelumnya, bait ini menggunakan bentuk waktu yang

didominasi présent namun juga ada beberapa yang menggunakan passé composé.

Kedua bentuk waktu yang memperjelas bahwa faktor- faktor pemicu kemarahan

dimulai dari masa lampau yang mengakibatkan kemarahan dan perubahan di masa

sekarang. Banyaknya faktor tersebut dapat juga dijelaskan dengan sintaksis, yaitu

dengan banyaknya tanda titik dua (:) yang biasanya berfungsi untuk menyebutkan

hal yang lebih detil dan berjumlah lebih dari satu. Didukung juga dengan

keberadaan kata kerja majemuk yang menggambarkan penderitaan rakyat yang

harus bekerja lebih keras untuk kehidupannya.

Bait ini memiliki contre-rejet, dimana subjek berada diakrir kalimat atau

larik, yaitu

Parceque, - vous saviez que c'est faible, les femmes

Conj S V conj S V adj S

Pada umumnya subjek diletakkan di awal kalimat sebagai pondasi kalimat, namun

subjek tersebut justru diletakkan setelah kata kerja dan kata sifat sudah jelas.

Sesuatu yang penting justru diletakkan di belakang, memberi kesan bahwa sesuatu

itu diabaikan atau tidak begitu dianggap. Keberadaan subjek disini mendapat

kesan sangat direndahkan dan dianggap tidak penting. Hal ini didukung oleh arti

wanita-wanita yang dimaksud dengan pembahasan secara semantik.

Page 132: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

132

Bait 14

Kalimat Pertama

« Oh ! tous les Malheureux, tous ceux dont le dos brûle Sous le soleil féroce, et

qui vont, et qui vont,

Adv S S adv conj V

conj V

Qui dans ce travail-là sentent crever leur front Chapeau bas, mes bourgeois ! Oh !

ceux-là, sont les

Conj adv V O V S S

V

Hommes ! Nous sommes Ouvriers, Sire ! Ouvriers ! Nous sommes Pour les

grands temps nouveaux où

O S V O S V

O conj

l'on voudra savoir, Où l'Homme forgera du matin jusqu'au soir, Où, lentement

vainqueur, Il Chassera

S V S V adv S

S V

la chose, Poursuivant les grands buts, cherchant les grandes causes,

O V O V O

Et montera surtout[sur Tout],

V O

comme sur un cheval !

adv

Kalimat Kedua

Oh ! nous sommes contents, nous aurons bien du mal! -

S V adj S V O

Tout ce qu'on ne sait pas, c'est peut-être terrible : Nous pendrons nos marteaux ;

Nous passons

Page 133: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

133

O S V adj S V O S

V

Au crible

adv

Bait Empat Belas, diawali dengan interjeksi ‗oh‘ dan terdapat

pengulangan interjeksi tersebut sebanyak 2 kali dalam bait ini. Tidak seperti pada

bait sebelumnya dimana interjeksi ini memberi kesan lelah, namun kali ini

memberi kesan kesenangan dan kebanggaan. Hal tersebut dapat dilihat dari

kalimat berikutnya jika dibahas secara semantik. Pengulangan tersebut sama

halnya seperti seseorang yang yang mengalami kesenangan, tentu seseorang

tersebut akan berseru berulang kali. Seperti halnya rakyat yang senang karena

dapat mengekspresikan kemarahannya yang berujung pada penyetujuan petisi

rakyat.

Bait ini sedikit berbeda dengan bait lainnya karena memiliki kalimat

dalam bentuk futur simple. Bentuk waktu ini digunakan untuk menyatakan bahwa

sesuatu akan terjadi di masa yang akan datang, dengan jangka waktu yang sangat

panjang dan kemungkinan terjadinya masih diragukan. Futur simple biasa

digunakan untuk menggambarkan atau menyatakan angan-angan. Sama halnya

dengan harapan-harapan rakyat tentang perubahan-perubahan yang akan

membawa kebahagiaan untuk rakyat. Penjelasan secara rinci akan dijabarkan

secara semantik.

Bait ini juga memiliki contre-rejet yaitu

Oh ! tous les Malheureux, tous ceux dont le dos brûle

Page 134: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

134

S S

Pada kalimat ini, alasan subjek berasa di akhir larik karena subjek tersebut cukup

panjang. Kalimat ini pun hanya terdiri dari subjek. Hal ini menggambarkan bahwa

subjek tersebut menjadi sesuatu yang yang penting sehingga harus dijabarkan

lebih panjang sampai menempati satu larik penuh. Sama halnya dengan rakyat

yang berperan penting dalam aksi pemberontakan sebagai wujud kemarahan.

Bait 15

Kalimat Pertama

Tout ce que nous savons : puis, Frères, en avant ! Nous faisons quelquefois ce

grand rêve émouvant

O S V adv

O

De vivre simplement, ardemment, sans rien dire De mauvais, travaillant sous

l'auguste sourire D'une

Adv V adv

V adv

femme qu'on aime avec un noble amour : Et l'on travaillerait fièrement tout le

jour, Et l'on se sentirait

O conj S V adv conj S V adv conj

S V

très he Ecoutant le devoir comme un clairon qui sonne : Et l'on se sentirait très

heureux ; et personne

adv V adv conj S V adj

conj S

Oh ! personne, surtout, ne vous ferait plier ! On aurait un fusil au-dessus du

foyer....

S adv O V S V O adv

Page 135: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

135

Bait Lima Belas hanya terdiri dari satu kalimat majemuk yang panjang.

Kalimat majemuk ini memiliki banyak kata kerja dengan jumlah yang melebihi

batas normal. Hal ini memberi kesan tidak terkendali seperti kemarahan rakyat

yang sudah tidak bisa dikendalikan atau murka. Tanda titik dua (:) yang cukup

banyak menandakan banyak sesuatu yang detil yang perlu dijelaskan. Hal ini

mendukung faktor-faktor kemarahan yang memicu kemurkaan tersebut.

Bait ini juga memiliki tanda koma (,) yang cukup banyak. Hal ini

menandakan kelelahan penulis dalam menjabarkan sesuatu. Seperti halnya

kelelahan rakyat yang menghadapi ketidakjelasan dari revolusi. Kelelahan ini

didukung oleh penggunaan titik yang sangat banyak pada akhir kalimat. Tanda

titik berfungsi untuk menandakan berhentinya sebuah kalimat. Hal tersebut

menggambarkan bahwa penulis ingin berhenti dalam waktu yang sedikit lebih

lama untuk melanjutkan ke bait selanjutnya.

Dalam bait ini, terdapat contre-rejet, yaitu

Et l'on se sentirait très heureux ; et personne

conj S V adj conj S

Keberadaan subjek di akhir larik memberi kesan gantung atau terputus, dan perlu

penjelasan. Hal tersebut menggambarkan pemberontakan rakyat ini yang butuh

penjelasan yaitu perubahan yang pasti yaitu dengan pengajuan petisi langsung

kepada Raja Louis XVI yang mengantarkannya pada penghapusan hak veto,

bukan hanya sebatas protes-protes akan ketidakinginan tentang sebuah konstitusi.

Bait 16

Page 136: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

136

Kalimat Pertama

« Oh ! mais l'air est tout plein d'une odeur de bataille Que te disais-je donc ? Je

suis de la canaille ! Il

conj S V adv conj O V S S

V adv S

reste des mouchards et des accapareurs.

V adv

Kalimat Kedua

Nous sommes libres, nous ! nous avons des terreurs Où nous

S V adj S S V O conj S

nous sentons grands, oh ! si grands ! Tout à l'heure Je parlais de devoir calme,

d'une demeure....

V adj adj adv S V O O

Kalimat Ketiga

Regarde donc le ciel ! - C'est trop petit pour nous, Nous crèverions de chaud, nous

serions à genoux !

V O S V adj S V adv S

V

Regarde donc le ciel ! - Je rentre dans la foule Dans la grande canaille effroyable,

qui roule, Sire, tes

V O S V adv adv V

vieux canons sur les sales pavés : - Oh ! quand nous serons morts, nous les aurons

lavés - Et si, devant

S adv adv S V S pel V

conj

nos cris, devant notre? vengeance, Les pattes des vieux rois mordorés, vers[sur]

la France Poussaient

Page 137: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

137

adv adv S adv

V

leurs régiments en habits de gala Eh bien, n'est-ce pas, Vous tous Merde à ces

chiens-là ! »

O adv adj V S

Bait Enam Belas disusun oleh kalimat-kalimat dengan struktur yang

sederhana atau tidak memiliki kerumitan yang cukup berarti. Bait ini

menggunakan bentuk waktu yang lengkap dalam menggambarkan 3 waktu

terpenting, yaitu ‗imparfait‘ sebagai indikasi adanya masa lampau, ‗présent‘

sebagai masa sekarang, dan ‗futur simple‘ sebagai masa yang akan datang. Hal

tersebut menggambarkan proses kemarahan. Pada umumnya, kemarahan yang

diawali dengan hal-hal yang menjengkelkan yang menumpuk dimasa lampau, lalu

dipicu sampai kemarahan itu diekspresikan di masa sekarang, sampai pada

akhirnya kemarahan itu dikendalikan dan memiliki harapan-harapan yang lebih

baik. Seperti yang digambarkan pula Rimbaud pada sajak ini dimana rakyat telah

merasakan penderitaan yang begitu panjang dan berharap akan perubahan di masa

yang akan datang membuat mereka memilih untuk mengekspresikan

kemarahannya.

Sajak ini tidak terlepas dari preposisi, khususnya dalam bait ini yang

memilikinya cukup banyak, seperti ‗di dalam‘, ‗di atas‘ dan ‗di depan‘. Preposisi

merupakan salah satu bagian dari adverbia yang menyatakan tempat atau

keberadaan sesuatu atau seseorang, maka ia berfungsi untuk mendampingi kata

kerja yang membutuhkan keterangan tersebut. Preposisi juga dikenal dengan

segala sesuatu yang berlawanan, seperti depan >< belakang, atas >< bawah,

Page 138: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

138

dalam>< luar dan kanan >< kiri. Perbedaan yang kontras tersebut

menggambarkan sesuatu yang timpang. Ketimpangan merpakan hal yang identik

dengan kehidupan rakyat dengan Raja, yang menjadi salah satu pemicu dalam

pemberontakan rakyat.

Kemarahan yang diekspresikan, dapat dilihat dari tataran sintaksis berupa

tanda seru. Bait ini memiliki tanda tersebut yang paling banyak diantara baik

lainnya, yaitu 10 tanda. Hal itu menunjukan bahwa semakin Rimbaud

menjabarkan penderitaan rakyat, semakin marah pula ia pada Raja Louis XVI,

sama seperti rakyat, semakin banyak penderitaannya, semakin besar pula

kemarahannya.

Bait 17

Kalimat Pertama

- Il reprit son marteau sur l'épaule. La foule Près de cet homme-là se sentait l'âme

soûle, Et, dans la

S V O adv S prép S V

O conj

grande cour, dans les appartements, Où Paris haletait avec des hurlements, Un

frisson secoua

adv S V adv S

V

l'immense populace Alors, de sa main large et superbe de crasse

O conj adv

Kalimat Kedua

Page 139: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

139

Bien que le roi ventru suât, le

Conj S V

Forgeron, Terrible, lui jeta le bonnet rouge au front !

S adj V O adv

Bait Tujuh Belas terdiri dari 2 kalimat yang didominasi dengan bentuk

waktu ‗passé simple‘. Bentuk waktu yang digunakan untuk menjelaskan suatu

kejadian yang terjadi di masa yang sangat lampau. Masa yang biasanya tidak

dapat ditentukan dengan pasti jangka waktunya apabila dihitung mundur dari

zaman sekarang. Rimbaud memberikan kesan bahwa kejadian ini sudah sangat

lama namun pernah terjadi, bahwa ada sejarah penting yang menjadikan negara

Prancis seperti sekarang ini.

Bait ini pun memiliki karakteristik kemarahan dengan struktur kalimat

yang tidak beraturan, yaitu dengan preposisi yang diletakkan di antara 2 subjek

yang sebenarnya subjek tersebut merupakan satu kesatuan. Karena keberadaanya

dipisah oleh preposisi kalimat tersebut terkesan memiliki 2 subjek. Juga preposisi

tersebut seharusnya berada dibelakang kata kerja lalu dilanjutkan dengan objek,

namun Rimbaud mengacaukannya seakan objek tersebut bertindak sebagai

adverbia. Kekacauan ini sebagai bentuk pemberontakan Rimbaud dalam hal

penulisan. Hal ini menggambarkan pemberontakan rakyat yang pernah terjadi di

masa lampau yang didukung oleh penjelasan sebelumnya.

Dalam bait ini terdapat contre-rejet, yaitu

Il reprit son marteau sur l'épaule. La foule

S V O adv S

Page 140: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

140

Subjek yang pada umumnya diletakkan di depan, dalam kalimat ini justru

diletakkan di akhir larik. Subjek yang memiliki peran penting dalam membangun

presepsi dalam sebuah kalimat atau larik, justru diletakkan di akhir sehingga

menimbulkan kesan belum terselesaikan, atau masih ada kata kerja sebagai

tindakan yang dilakukan oleh subjek tersebut. Hal ini menggambarkan kemarahan

rakyat yang butuh penyelesaian. Tidak hanya penyetujuan petisi yang ditujukan

pada Raja Louis XVI, melainkan perubahan-perubahan yang nyata di

kepemimpinan berikutnya.

Namun dengan menutup sajak ini dengan tanda seru (!) yang memberi

kesan marah, menandakan bahwa rakyat bangga akan kemarahannya karena

mereka berhasil menutup atau mengakhiri kebingungannya melalui kemarahan

yang diekspresikan yang disebutkan oleh Spielberger sebagai salah satu jenis

ekspresi kemarahan, yaitu Anger Out.

4.3 ANALISIS TATARAN SEMANTIK

Pada bagian ini, akan dijelaskan aspek-aspek yang menunjukan ekspresi

kemarahan yaitu, ekspresi kemarahan yang ditunjukan (anger out), ekspresi

kemarahan yang tidak ditunjukan (anger in), serta faktor-faktor kemarahan yang

terdapat dalam puisi Le Forgeron. Jika dalam tataran fonologi dan sintaksis telah

menjelaskan karakteristik dan faktor kemarahan secara umum, maka tataran

semantis ini akan diperdalam dengan mengungkap makna pada setiap aspek dan

dilanjutkan dengan pembahasan majas-majas untuk memperkuat nuansa

kemarahan. Berikut penjelasan aspek dari setiap ekspresi kemarahan.

Page 141: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

141

4.3.1 Ekspresi Marah Yang Ditunjukan (Anger Out)

Dalam sajak ini, ditemukan banyak kata/ ungkapan atau kalimat

yang menggambarkan situasi kemarahan terutama kemarahan yang

ditunjukan langsung. Ekspresi ini sangat umum dan beragam. Berikut

tabel kata dan makna aspek - aspek kemarahan.

Tabel 4.39

Interpretasi data kata/ ungkapan Anger Out

No Aspek Kata/ ungkapan/ kalimat Bait

1. Menggarang Le bras sur un marteau gigantesque, effrayant 1

2. D'ivresse et de grandeur, le front large , riant 1

3. Et prenant ce gros-là dans son regard farouche 1

4. Menyerang

(seseorang)

Et sur les lambris d'or traînait sa veste sale. 1

5. Que cela l'empoignait au front, comme cela ! 1

6. Moi, je cours avec eux assommer les mouchards 7

7. Puis il le prend au bras, arrache le velours 9

8. Merusak (benda) Quand nous cassons déjà les sceptres et les crosses !.. 8

9. Puis il le prend au bras, arrache le velours 9

10. Berkata

sarkastik

Tu crois que j'aime à voir ta baraque splendide, 5

11. Tes officiers dorés, tes mille chenapans, 5

12. Ils ont rempli ton nid de l'odeur de nos filles 5

13. Et, tout bas, les malins ! Nous traitant de gros sots ! 7

14. Ils embêtent le peuple . Ah ! ce sont là les plats 8

Page 142: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

142

15. Berkata

Keji/Kotor

Tes palsembleu bâtards tournant comme des paons 5

16. Crapule. - Là-dedans sont des filles, infâmes 10

17. Eh bien, n'est-ce pas, vous tous? Merde à ces chiens-là! 13

18. Murka « Et depuis ce jour-là, nous sommes comme fous ! 7

19. Que tu nous sers, bourgeois, quand nous sommes

féroces,

8

20. La foule épouvantable avec des bruits de houle, 9

21. Hurlant comme une chienne, hurlant comme une mer, 9

22. Ses clameurs , ses grands cris de halles et de bouges, 9

23 Ses clameurs , ses grands cris de halles et de bouges, 9

24. Mengancam Et, si tu me riais au nez, je te tuerais ! 7

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 7 Aspek yang menjadi

karakteristik kemarahan Anger Out. Aspek tersebut terdapat dalam 24 kata

dan ungkapan. Berikut tabel komponen makna yang mengarahkan setiap

kata atau ungkapan kepada aspek-aspek tersebut.

Tabel 4.40

Komponen makna Anger Out

No. Kata/

Ungkapan

Komponen

Makna

Makna

1. Effrayant Menakuti Terlihat

Mengerikan

Terlihat

menyeram

kan

Luar biasa Menggarang

2. Riant Menertawak Mengejek Menyering Sengit

Page 143: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

143

an ai

3. regard

farouche

Sorotan

Liar

Tidak

ramah

galak Sengit

4. Traînait Menyeret Menarik

seseorang

Membawa

seseorang

Memaksa

Seseorang

Menyerang

(seseorang)

5. l'empoignait

au front

Menggengg

am

Memegang Mencengk

ram

6. Assommer Memukul

sampai

pingsan,

mati

Melukai

Seseorang

7. prend au

bras

mengambil Menarik

seseorang

Membawa

seseorang

Menyeret

seseorang

8. arrache le

velours

mencabut Merenggut Merobek Menarik memb

etot

Merusak

(benda)

9. Cassons Mematahka

n

Memecahka

n

Menggepr

ak

Menyerka

h

10. baraque

splendide

Bangsal Los Bedeng Gubuk Pondo

k

sarkastik

11. Chenapans Berandal Bandit

12. Nid Sarang Kotor Kumuh Tempat

berkumpul

13. les malins Banyak akal Licik Lihai Penipu Jahat

14. Les plats Pikiran

rendah

Pikiran

datar

Bodoh Licik Jahat

15. palsembleu

bâtards

Bajingan Sialan Rendahan Berandal Pesur

uh

Berkata

Keji/Kotor

(memaki) 16. Crapule Bajingan Bangsat Bandit Keji

17. Merde à ces

chiens-là

Kotoran Sialan brengsek

Page 144: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

144

18. Fous Orang gila Tidak waras Melebihi

batas

normal

Tidak

terkendali

Tidak

jernih

Bertindak

murka

19. Féroces Ganas Bengis kejam Buas Tidak

terken

dali

20. des bruits

de houle

kegaduhan Tidak

karuan

Teriakan Tidak

terkendali

21. Hurlant Lolongan Keributan Teriakan

22. Clameurs Teriakan Jeritan Protes Ribut

23. grands cris Teriakan Jeritan Protes Ribut

24. Tuerais Akan

membunuh

Akan

menghabisk

an

Akan

melenyapk

an

Akan

memusnah

kan

Mengancam

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 7 aspek yang menunjukan

ekspresi kemarahan tipe Anger Out. Aspek pertama adalah menggarang.

Menggarang merupakan ekspresi yang ditunjukan melalui mimik wajah

maupun gestur tubuh. Dalam sajak ini, aspek ini dapat ditunjukan melalui

kata effrayant yang dapat berarti terlihat mengerikan. Jika dari keutuhan

kalimatnya yang menyebutkan ‗Palu raksasa di tangan, menakuti‘,

efffrayant berarti menakuti. Subjek yang berperan untuk kata menakuti ini

adalah marteau gigantesque atau palu raksasa yang disandarkan di lengan.

Dalam hal ini, si pandai besi, dimana palu menjadi simbol yang dikaitkan

dengan pekerjaannya, menunjukan hal yang mengerikan dan menimbulkan

kesan menakuti kepada siapapun yang melihatnya.

Page 145: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

145

Seperti yang dikatan Hammoudi (2014: 90) Le forgeron est dépeint

muni d‟un marteau gigantesque : symbole de son métier, de sa force brute

yang artinya si pandai besi digambarkan dengan sebuah palu raksasa:

simbol dari pekerjaannya, dari kekuatannya yang kasar. Kekuatan kasar

yang dimaksud Hammoudi ini adalah kekuatan palu yang dikerahkan di

atas api. Hal ini menunjukan rakyat yang kuat dan kasar mampu melawan

Raja yang berkuasa. Dengan kata lain, rakyat yang mengerikan mampu

menakuti Raja. Menakuti dengan kemarahannya yang mungkin akan

memicu hal buruk. Sejalan dengan yang dikatakan Ternaux (1864: 117)

toute la foule disséminée dans le jardin des Tuileries s‟empressa de se

rallier, qui pouvait se changer à tous moments en une effroyable tragédie,

commença. Semua kerumunan yang bertebaran di taman Tuileries

mempercepat demonstrasi, yang bisa berubah sewaktu-waktu menjadi

tragedi yang mengerikan, dimulai.

Ungkapan riant, juga menjadi salah satu ekspresi kemarahan yang

ditunjukan melalui mimik wajah. Dalam kalimat D'ivresse et de grandeur,

le front large , riant, tentunya kata riant disini bukanlah tertawa karena

sesuatu hal yang lucu, melainkan menunjukan sebuah tawa yang mengejek

atau lebih dikenal dengan menyeringai. Dahi lebar di kalimat sebelumnya

menjadi subjek untuk kata ini. Dahi itu tentu dahi si pandai besi yang ingin

menunjukan hal yang seakan mengejek karena bentuknya yang lebar, dan

tak ada yang ditakuti. Le front dalam larik ini juga menjadi simbol tempat

sebuah pemikiran, emosi, juga kecenderungan munculnya pemikiran akhir

Page 146: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

146

dari perbudakan rakyat. Maka, dahi yang menjadi subjek itu merupakan

sumber dari ide-ide pemberontakan rakyat yang sedang tertawa dengan

apa yang dilakukan oleh rakyat itu sendiri, yaitu pemberontakan. Hal ini

juga didukung oleh Ternaux (1864: 117) bahwa La majeure partie de la

foule, celle qui avait accompagné l‟émeute par pure curiosité,

désœuvrement ou même entraînement, se répandit dans le jardin, heureuse

de pouvoir se reposer de ses fatigues yang berarti sebagian besar

kerumunan, adalah mereka yang membuat kerusuhan karena

keingintahuan murni, ketidakberdayaan, atau bahkan pelatihan, menyebar

di halaman (Tuileries), senang bisa mengistirahatkan kelelahannya.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa mereka merasa senang hati

melakukan unjuk rasa.

Regarde Farouche yang berarti sorotan liar tentu sangat

menunjukan kemarahan yang diekspresikan melalui mata. Sorotan liar

yang dapat juga berarti tatapan ganas menggambarkan bahwa ada sesuatu

yang berapi-api. Biasanya, juga dapat menandakan sebuah sinyal bahwa

akan ada sebuah serangan. Yang menjadi subjek atau yang memiliki

sorotan liar ini adalah si pandai besi yang dijelaskan dalam kalimat

utuhnya yaitu, Et prenant ce gros-là dans son regard farouche yang berati

‗Dan menggenggam palu besar itu dengan sorotan liar‘ yang menjelaskan

bahwa yang menggenggam palu itulah yang memiliki tatapan ganas, dan

palu yang dimaksud adalah palu milik si pandai besi dimana palu yang

Page 147: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

147

menjadi alat utama dalam pekerjaanya. Situasi kemarahan ini digambarkan

oleh Ternaux

Le peuple, qu'on a toujours voulu égorger et enchaîner, las de

parer les coups, à son tour est près d'en porter; las de déjouer les

conspirations, il a jeté un regard terrible sur les conspirateurs,,. Le lion

généreux, mais aujourd'hui trop courroucé va sortir de son repos pour

s‟élancer contre la meute de ses ennemis. Ternaux (1864: 81)

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa rakyat, yang selalu putus

asa untuk disembelih dan terjerat, lelah menangkis pukulan, pada giliran

memakainya (kesempatan): lelah menggagalkan konspirasi, ia

melayangkan sorotan mengerikan kepada para konspirator, tapi hari ini ia

kemarahannya yang besar akan keluar dari tempat perhentiannya untuk

melompati para musuh-musuhnya. Penjelasan tersebut menunjukkan

bahwa rakyat sudah sangat marah, dan hal itu ditandai dengan tatapan liar

dan mengerikan yang menjadi isyarat.

Jadi, effrayant, riant dan regard farouche merupakan kata-kata

yang dapat mewakili kemarahan dalan aspek menggarang, yaitu

kemarahan yang ditunjukan melalui mimik wajah atau bahasa tubuh.

Menggarang juga merupakan reaksi awal dari kemarahan yang bertujuan

untuk membuat orang lain takut atau merasa lemah, juga untuk memberi

tahu kepada orang lain bahwa seseorang tersebut sedang marah. Sejalan

dengan yang dikatakan Hammoudi (2014: 91) bahwa le marteau

gigantesque, effrayant, mais surtout ce front vaste et ce rire quasi

démoniaque amènent le lecteur à se sentir inquiet face à cet être dont le

regard farouche a déjà réussi à imprisonner, à enfermer, l‟intégralité

Page 148: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

148

corporelle et peut-être spirituelle de Louis XVI. Pernyataan tersebut

memiliki arti bahwa palu raksasa, menakuti, terutama dahi lebar itu dan

tawa tersebut hampir menyerupai iblis yang membawa pembaca

merasakan cemas menghadapi keberadaannya dimana tatapan liarnya

berhasil memenjarakan, mengunci, keseluluran tubuh dan bahkan jiwa

Louis XVI.

Aspek kedua adalah menyerang. Menyerang dalam hal ini yaitu,

melalukan penyerangan terhadap seseorang untuk menunjukan

kemarahannya. Menyerang merupakan aksi nyata yang dilakukan

seseorang terhadap orang lain yang dapat merugikan orang tersebut. Kata

pertama yang menunjukan aksi tersebut adalah Traînait yang berarti

‗menyeret‘. Dalam kalimat Et sur les lambris d'or traînait sa veste sale,

yang berarti ‗dan menyeret jubah kotornya dari dinding emas istana yang

megah‘ menandakan adanya unsur pemaksaan yang dilakukan oleh rakyat

yang di katakan dalam kalimat sebelumya yaitu Que le Peuple était là, se

tordant tout autour dan dalam hal ini yang diseret paksa oleh rakyat adalah

Raja Louis XVI yang dijelaskan pada kalimat kelima dalam bait pertama,

yaitu Le Forgeron parlait à Louis Seize, un jour. Ketiga kalimat itu

menjelaskan bahwa le forgeron yang digunakan sebagai simbol rakyat

melakukan pemaksaan dengan menyeret Raja Louis XVI untuk keluar dari

kediamannya yang mewah, yaitu istana.

Pemaksaan menandakan adanya aksi penyerangan langsung yang

dilakukan tanpa adanya persetujuan sang raja sebagai bentuk ekspresi

Page 149: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

149

kemarahan. Hal ini didukung oleh pernyataan Hammoudi (2014: 90) cette

aura surhumaine, et presque quelque part inhumaine, est accentuée parce

peuple qui ne se tient pas à ses côtés, mais „tout autour‟, donnant à ce

forgeron, portant représentant de la foule, un aspect unique et solitaire,

nécessaire à ce duel qu‟il lance au roi yang berarti Aura manusia luar

biasa ini, hampir menjadi bagian yang tidak manusiawi, ditekankan oleh

rakyat yang tidak berpihak pada mereka, tapi ‗di sekitarnya‘ ditujukan

pada pandai besi tersebut, meskipun mewakili kerumunan, sebuah aspek

unik dan soliter, diperlukan untuk duel yang ia tujukkan kepada raja.

Dengan kata lain, rakyat yang digambarkan menjadi satu kesatuan (soliter)

ingin melakukan duel dengan raja. Duel merupakan tindakan saling

menyerang. Makna ini untuk larik sebelum larik Traînait , hal tersebut

menunjukkan bahwa situasi menyerang sudah digambarkan sebelum

tindakan tersebut ditunjukan dengan pemaksaan dalam kata Traînait.

Selanjutnya, dalam ungkapan l'empoignait au front yang berarti

‗mencengkram kepala‘ menunjukan aksi yang disengaja untuk melukai

seseorang. Dalam kalimat Que cela l'empoignait au front, comme cela,

yang didahulukan dengan kalimat ce maraud de forge aux énormes

épaules yang berarti ‗itu penempa bajingan yang berbahu besar itu‘

menunjukan bahwa si pandai besi itu atau salah satu rakyat melakukan

pengcengkraman dengan lengannya kepada Raja Louis VXI. Aksi tersebut

jelas menunjukan sikap penyerangan secara langsung sebagai wujud

ekspresi kemarahan rakyat.

Page 150: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

150

Kata assommer memiliki arti memukul sampai pingsan atau

bahkan mati. Aksi tersebut jelas menunjukan sebuah tindakan berbahaya

yang dilakukan seseorang yang menyebabkan orang lain tidak sadarkan

diri atau bahkan meninggal. Aksi penyerangan langsung ini juga dilakukan

oleh rakyat terhadap polisi yang bertindak sebagai mata-mata seperti yang

dijelaskan pada kalimat Moi, je cours avec eux assommer les mouchards

yang berarti ‗Aku, aku berlari dengan mereka, memukul mata-mata polisi‘.

Hal ini menunjukan bahwa rakyat mampu melakukan penyerangan

terhadap polisi sekalipun yang pada saat itu polisi-polisi tersebut berlaku

sebagai kaki tangan Sang Raja yang turun untuk mengawasi rakyat yang

pada saat itu melakukan protes dalam bentuk unjuk rasa. Rakyat yang

tidak perduli dengan apa yang dilakukannya bahkan jika itu harus melukai

atau membunuh sekalipun karena kemarahannya.

Berikutnya, ungkapan prend au bras berarti memegang atau

menggenggam lengan. Dalam hal ini, menggenggam lengan dapat

diartikan dengan menerkam lengan dengan kasar untuk dibawa atau

diseret menuju kerumunan rakyat. Hal tersebut dapat dijelaskan jika

melihat kalimat-kalimat berikutnya yaitu Puis il le prend au bras, arrache

le velours, Des rideaux, et lui montre en bas les larges cours, Où

fourmille, où fourmille, où se lève la foule yang berarti ‗Lalu ia memegang

lengan Raja, merobek beludru, Dari tirai-tirai, dan menunjukannya jalan

ke bawah ke halaman yang luas, Dimana kerumunan, dimana kerumunan,

dimana orang banyak bangkit‘. Seperti pada penjabaran sebelumnya,

Page 151: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

151

penggiringan Raja ini menimbulkan kesan pemaksaan yang dilakukan oleh

rakyat. Oleh sebeb itu aksi ini termasuk dalam aksi peyerangan langsung

terhadap seseorang.

Aspek ketiga adalah merusak benda. Merusak benda dapat

diartikan sebagai mengubah bentuk atau fungsi dari sesuatu (benda) yang

menyebabkan benda tersebut tidak berfungsi sebagai mestinya. Selain

penyerangan terhadap orang lain, seseorang juga dapat mengekspresikan

kemarahannya dengan merusak benda disekitarnya sebagai

pelampiasannya. Kata pertama yang merupakan wujud dari aspek ini

adalah Cassons yang berasal dari kata casser, berarti mematahkan atau

memecahkan. Namun dalam kalimat Quand nous cassons déjà les sceptres

et les crosses, yang berarti ‗Ketika kami mematahkan tongkat kerajaan dan

tongkat uskup‘, menjelaskan bahwa rakyat melakukan tindakan perusakan

benda yang sangat dianggap penting dan sakral, yaitu tongkat kerajaan dan

tongkat uskup yang menandakan lambang kekuasaan seseorang. Dengan

mematahkan benda tersebut, berarti rakyat ingin menunjukan bahwa

mereka memiliki kesanggupan untuk mematahkan atau menurunkan

kekuasaan Raja juga kekuasaan para pendeta. Hal ini dipicu karena

kemarahan rakyat yang didukung oleh kalimat sebelumnya yaitu quand

nous sommes féroces, yang berarti ‗ketika kami ganas‘. Kata ganas

menunjukan bahwa keadaan marah yang sedang dirasakan oleh rakyat.

Dalam ungkapan arrache le velours, kata arrache berarti

mencabut. Mencabut dapat diartikan mengambil benda dari suatu tempat

Page 152: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

152

dengan memerlukan tenaga. Kalimat selanjutnya, yaitu Des rideaux atau

‗dari tirai-tirai‘ menunjukan bahwa benda yang dicabut atau ditarik adalah

tirai-tirai yang terbuat dari bahan beludru, dimana beludru merupakan

bahan yang mewah dan mahal pada zaman itu. Hal itu berarti rakyat ingin

menujukan bahwa meraka merusak salah satu bentuk kemewahan yang

dinikmati oleh Sang Raja. Dan menarik tirai dengan paksa yang berbahan

beludru merupakan aksi yang sangat memerlukan tenaga, namun hal ini

dapat dilakukan oleh rakyat yang sedang dikuasai oleh kemarahan.

Aspek keempat dalam ekspresi kemarahan ini yaitu berkata

sarkastik sarkastik merupakan kata sindiran yang jahat/ kasar dan sengaja

ditujukan langsung untuk orang lain. Kata pertama yang menunjukan kata

sarkastik yaitu baraque splendide yang berarti barak yang megah. Barak

menunjukan tempat, yang terkadang dijadikan tempat tinggal, namun

dikenal dengan tidak layak. Karena hanya berupa tenda yang hanya dapat

melindungi dari keadaan pana atau hujan. Kata tersebut dipasangkan

dengan kata megah yang memiliki arti bersebrangan dengan barak. Megah

dapat diartikan mewah dan luas. Dengan perpaduan kata tersebut,

Rimbaud ingin menunjukan bahwa barak adalah tempat tinggal Raja yaitu

istana. Hal ini merupakan kata sindiran yang ingin dijelaskan bahwa

sebuah istana yang sebenarnya buruk dan jelek seperti sebuah barak.

Ungkapan chenapans berarti ‗ para bandit‘. Bandit merupakan

orang-orang yang dikenal kasar, tidak berakal dan berbudi, juga jahat.

Dalam hal ini, Rimbaud menggambarkan para bawahan/ pesuruhnya

Page 153: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

153

dengan menggunakan kata bandit, meskipun biasanya, yang terlihat adalah

para penjaga istana yang menggunakan seragam rapih, lengkap dengan

senjata-senjatanya. Hal tersebut menunjukan bahwa dibalik penampilan

para bawahannya yang bersahaja, mereka tidak lebih dari para bandit yang

berkelakuan kasar, dan hanya tunduk pada perintah Raja, sekalipun

perintah tersebut untuk menindas para rakyat miskin.

Lalu, kata Nid yang berarti sarang juga digunakan oleh Rimbaud

untuk menunjukan istana Sang Raja. Sarang dikenal sebagai tempat

tinggal para hewan atau binatang. Sarang juga berarti tempat berkumpul

atau tempat persembunyian bagi segala sesuatu yang kurang baik, dalam

arti sarang selalu memiliki nilai negatif jika itu berkaitan dengan

kehidupan manusia, seperti sarang penjahat, sarang narkoba, dan lain-lain.

Maka, Rimbaud memakai kata sarang untuk menjelaskan bahwa orang-

orang yang tinggal di dalamnya tak berbeda seperti para binatang, atau

manusia yang bertingkah laku seperti binatang. Hal ini didukung dengan

makna utuh dari kalimatnya, yaitu Ils ont rempli ton nid de l'odeur de nos

filles yang berarti ‗Mereka telah mengisi sarangmu dengan aroma gadis-

gadis kami‘. Kalimat ini menjelaskan bahwa ada para gadis yang tinggal

dalam istana Raja, tentunya para gadis itu adalah anak- anak perempuan

para rakyat yang ditawan atau dijadikan pelayan istana.

Kata les malins juga menjadi salah satu kata yang menunjukan

sarkastik. Les malins berarti ‗banyak akal‘. Banyak akal dapat bernilai

positif dan negatif. Positif, apabila seseorang memiliki banyak akal atau

Page 154: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

154

banyak cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Namun, dapat bernilai

negatif, apabila akal-akal tersebut digunakan untuk melakukan suatu

kecurangan. Les malins dalam kalimat ini tentu bernilai negatif yang

memiliki arti ‗para orang licik‘. Hal ini dapat dilihat dari keutuhan

kalimatnya, yaitu Et, tout bas, les malins ! Nous traitant de gros sots !

yang berarti ‘Dan, dibawah sana, para manusia licik ! memperlakukan

kami seperti orang bodoh‘. Kalimat tersebut menunjukan bahwa para

penguasa itu telah memperlakukan rakyat seperti orang bodoh atau dengan

sengaja para penguasa itu membodohi para rakyat demi kepentingannya

sendiri.

Ungkapan Les plats memiliki arti dalam konteks ini, yaitu ‗para

rendahan‘. Kata rendahan dikenal dengan arti orang yang bertingkah laku

seperti tidak memiliki adab atau moral. Kata ini ditujukan untuk para

kaum borjuis, seperti yang dijelaskan pada kalimat setelahnya yaitu, Que

tu nous sers, bourgeois, quand nous sommes féroces yang berarti Apa

yang kau suguhkan kepada kami, borjuis, ketika kami menjadi ganas.

Kaum borjuis dikenal sebagai kaum intelektual pada zaman itu, karena

kaum itu adalah kaum yang mampu mengenyam pendidikan tinggi.

Namun Rimbaud menyebutnya dengan makna yang sebaliknya yaitu kaum

rendahan sebagai bentuk kemarahan yang ditunjukan dengan sangat

sarkastik.

Aspek kelima yaitu kata makian yang keji/ kotor. Kata pertama

yang menunjukan aspek ini adalah palsembleu bâtards yang berarti ‗para

Page 155: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

155

bajingan sialan‘. Bajingan berasal dari tupai. Tupai dikenal sebagai

binatang yang suka mencuri, maka kata tupai si anggap sejenis dengan

bajing, lalu terbentuklah kata bajingan yang juga memiliki makna

pencopet atau penjahat. Kata tersebut dipasangkan dengan kata batard

yang memiliki arti blasteran atau setengah-setengah. Kata ini memiliki

komponen makna tidak asli atau palsu. Maka dalam ungkapan ini,

palsembleu batard dapat dikatakan para bajingan palsu atau para bajingan

sialan. Kata makian ini ditujukan untuk orang-orang yang tinggal di

dalam istana sebagai pelindung Sang Raja, seperti yang dijelaskan dalam

kalimatnya secara utuh, yaitu Tes palsembleu bâtards tournant comme des

paons, yang berarti Para bajingan sialanmu mengelilingi seperti burung

merak. Hal ini menjelaskan bahwa orang-orang tersebut adalah penjahat

yang berada disekitar Sang Raja, terlihat bersahaja namun palsu alias

jahat.

Begitupun dengan kata crapule yang memiliki arti sama dengan

palsembleu, yaitu bajingan. Sesuatu atau seseorang yang kotor, busuk dan

keji. Kata makian ini ditujukan untuk Raja Louis XVI atas kekejiannya.

Salah satunya dijelaskan dalam kalimat utuhnya, yaitu Là-dedans sont des

filles, infâmes, Parce que, vous saviez que c'est faible, les femmes,

Messeigneurs de la cour, - que sa veut toujours bien,-

Vous avez sali leur âme, comme rien yang berarti ‗Di dalam sana anak-

anak perempuan , nista Karena, and a tau mereka lemah, wanita-wanita

itu, Bagi para penguasa keadilan, bahwa mereka selalu bersedia, Anda

Page 156: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

156

telah menodai jiwa mereka, seperti bukan apa-apa‘. Kalimat ini

menjelaskan bahwa di dalam Istana para wanita yang dijadikan pelayan

seksual Raja dan ada makna ketidakberdayaan para wanita tersebut di

hadapan para petinggi keadilanpun, karena mereka dianggap bersedia

untuk melayani Raja dengan senang hati. Maka dari itu rakyat

menyebutnya bajingan karena mereka marah dengan apa yang terjadi.

Selanjutnya, ungkapan Merde à ces chiens-là merupakan dua kata

makian yang terdiri dari merde yang berarti ‗kotoran‘ dan chiens yang

berarti ‗para anjing‘. Kotoran merupakan sesuatu yang sangat menjijikan

atau sesuatu yang dianggap seperti sampah yang harus disingkirkan. Kata

anjing merupakan kata makian untuk orang-orang yang beringkah laku

seperti binatang, atau tidak memiliki akal dan nurani seperti manusia pada

umumnya. Jika dilihat dari kalimat utuhnya yaitu leurs régiments en habits

de gala, Eh bien, n'est-ce pas, vous tous? Merde à ces chiens-là ! yang

berarti ‗tentara mereka berpakaian gala, Baik, ya kan, anda semua ? Tailah

para anjing disana !‘, kata makian ini ditujukan untuk para tentara yang

melindungi istana dari serbuan rakyat pada saat itu. Rakyat merasa muak

melihat penampilan para tentara itu. Karena pakaian yang bersahaja itu

hanya menandakan mereka tidak lebih dari bawahan raja yang selalu patuh

terhadap perintah raja dan hal itu dianggap bodoh dan menjijikan.

Kebodohan yang dianggap seperti kotoran hewan juga dijelaskan dalam

larik-larik sebelumnya yaitu Et si, devant nos cris, devant notre

vengeance, Les pattes des vieux rois mordorés, sur la France

Page 157: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

157

Poussent leurs régiments en habits de gala, yang artinya Dan jika, di

depan jeritan kami, di depan dendam kami Tangan perunggu tua sang raja,

di prancis Memaksa tentara mereka berpakaian gala. Hal tersebut

menunjukkan bahwa mereka merupakan kaki tangan raja. Dalam

pemberontakan 20 Juni pun mereka melakukan penjagaan terhadap raja

yang membuat rakyat semakin muak dengan kesombongan raja saat itu.

Situasi tersebut digambarkan oleh Ternaux,

Rien n‟eût été plus facile cependant que d'empêcher la foule

d'entrer au Carrousel, et de là dans le Château. Le commandant général

avait en ce moment des forces considérables : dix bataillons dans le

jardin, deux autres sur la terrasse du bord de l'eau, quatre à la place

Louis XVI, cinq sur la place du Carrousel, et enfin, à l‟intérieur des

Tuileries, un bataillon, les deux gardes, montante et descendante, et cent

gendarmes à cheval. Ternaux (1864: 128)

Dijelaskan bahwa tidak ada yang lebih mudah daripada mencegah

kerumunan memasuki korsel dan kemudian ke kastil. Panglima saat ini

memiliki kekuatan yang cukup besar : sepuluh batalion di halaman kebun,

dua lainnya di teras tepi air, empat di tempat Louis XVI, lima di alun-alun

korsel, dan terakhir di dalam Tuileries, seorang batalion, dua penjaga, naik

dan turun dan seratus gendarm berkuda.

Aspek berikutnya adalah aspek keenam, yaitu bertindak murka.

Murka merupakan sesuatu ekspresi yang ditunjukan dengan sangat

berlebihan atau sesuatu yang diluar batas normal atau tidak terkendali.

Kata pertama yang menunjukan tindakan murka adalah Fous yang berarti

gila. Melihat dari kalimat utuhnya, yaitu Et depuis ce jour-là, nous

sommes comme fous ! yang berarti ‗Dan sejak hari itu, kami seperti orang

Page 158: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

158

gila!‘ menjelaskan bahwa rakyat menggambarkan diri mereka seperti

orang gila, dimana orang gila dikenal segai orang yang tidak normal, kerap

kali melakukan hal-hal yang diluar kebiasaan manusia pada umumnya.

Tindakan-tindakan tersebut digambarkan oleh kalimat-kalimat selanjutnya

yaitu Le flot des ouvriers a monté dans la rue, Et ces maudits s'en vont,

foule toujours accrue yang memiliki arti ‗Para buruh membanjiri jalan,

Dan para terkutuk ini terus berjalan, orang gila semakin meningkat‘.

Kalimat tersebut menunjukan bahwa jumlah para buruh di jalan sangat

banyak , dengan kata membanjiri, menunjukan bahwa seakan-akan jumlah

para buruh itu tidak terhitung. Juga setiap harinya jumlah itu semakin

meningkat. Hal tersebut menunjukan sesuatu yang tidak terkendali.

Mereka ingin menunjukan kemarahan mereka yang juga sudah tidak bisa

dikendalikan.

Situasi yang tak terkendali ini digambarkan oleh Ternaux,

Cependant la foule grossissait à chaque instant dans le Château

et autour du Château. Paris ne s'était pas beaucoup ému le matin, durant

le défilé du cortège; il était resté généralement tranquille. Mais

l'envahissement des Tuileries avait été bientôt connu de proche en

proche, tout le monde voulait voir, tout le monde accourait. Le

Carrousel, les cours, le jardin, les rues adjacentes regorgeaient d'une

population immense. Ternaux (1864: 147)

Pernyataan itu berarti bahwa meskipun rakyat bertambah setiap

saat dalam istana dan sekitarnya, Paris tidak banyak bergerak di pagi hari,

selama prosesi parade: pada umumnya tetap tenang. Tapi invasi Tuileries

segera diketahui oleh sekitarnya, semua orang ingin melihat, semua orang

berlari. Korsel, lapangan, jalan-jalan yang berdekatan penuh dengan

Page 159: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

159

populasi yang besar. Hal tersebut didukung oleh Hammoudi (2014: 92) Si

la plèbe est devenue folle, c‟est parce qu‟elle a été poussé à le devenir

yang berarti jika rakyat menjadi gila, itu karena ia didorong untuk menjadi

satu.

Kata Féroces berarti liar atau ganas. Liar dikenal sebagai sesuatu

diluar batas normal. Begitupun dengan ganas yang identik dengan sesuatu

yang mengerikan, semacam sebuah amukan, menyebabkan kekacauan, dan

sebagainya. Dalam kalimat Que tu nous sers, bourgeois, quand nous

sommes féroces yang berarti ‗Apa yang kau suguhkani kepada kami,

borjuis, ketika kami menjadi ganas‘ , menunjukan bahwa rakyat berubah

menjadi ganas dan tidak satu orangpun dapat mengendalikannya, terutama

para boujuis tersebut. Keganasan yang menjadi ekspresi kemarahan ini

mampu memicu kekacauan atau tindakan tindakan penyerangan seperti

dalam kalimat selanjutnya yaitu Quand nous cassons déjà les sceptres et

les crosses yang telah dijabarkan dalam aspek penyerangan diatas.

Ungkapan des bruits de houle berarti ‗kegaduhan yang

menggema‘. Kegaduhan mencerminkan suatu kebisingan, suara yang

mengganggu, kekacauan dan sebagainya. Ditambah dengan kata

menggema, yang memiliki arti sangat besar, menggelegar, dan dapat

didengar dari jarak yang sangat jauh. Padanan kata kegaduhan dan

menggema membuat sesuatu menjadi sangat berlebihan, tak terkendali,

dan sangat besar. Dalam hal ini, kegaduhan yang dimaksud adalah suara-

suara yang berasal dari rakyat yang protes turun ke jalan. Dengan jumlah

Page 160: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

160

rakyat yang sangat banyak membuat suara mereka terdengar gaduh yang

menggema. Hal ini tergambar dari kalimat utuhnya dan kalimat

sebelumnya, yaitu Où fourmille, où fourmille, où se lève la foule. La foule

épouvantable avec des bruits de houle, yang berarti ‗Dimana kerumunan,

dimana kerumunan, dimana orang banyak bangkit. Kerumunan

mengerikan dengan kegaduhan yang menggema‘, Kalimat tersebut

menunjukan suatu kemarahan yang tidak dapat ditahan oleh rakyat

sehingga mereka bangkit, seakan-akan telah mati atau diam dengan waktu

yang sangat lama, dan mereka protes membuat kegaduhan yang besar agar

didengar oleh Sang Raja. Ternaux (1864: 135) menjelaskan situasinya

secara rinci yang membuktikan kegaduhan tersebut, Madame Élisabeth,

qui n'a point quitté son frère, écoute en frémissant les bruits terribles par

lesquels s'annonce l'invasion populaire, et, tout en larmes, adjure les

gardes nationaux de défendre le roi. En ce moment on frappe à une autre

porte que celle derrière laquelle hurle la populace. Madam Élisabeth,

yang tidak sedikitpun meninggalkan saudaranya (Raja), mendengar

dengan gemetar desas-desus mengerikan dimana invasi populasi yang

mengumumkan keberadaan mereka, dan dengan menangis meminta Garda

Nasional untuk membela Raja. Disaat yang sama, mereka mengetuk pintu

lain di belakang dimana populasi menjerit.

Sama halnya dengan ungkapan Hurlant yang berarti melolong.

Kata melolong atau lolongan memiliki makna teriakan dengan suara yang

sangat besar. Istilah melolong juga lekat dengan binatang yang

Page 161: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

161

memberikan tanda jika ada sesuatu atau keadaan yang bermasalah.

Misalnya seperti seekor anjing yang melolong karena melihat musuh.

Dalam kalimat Hurlant comme une chienne, hurlant comme une mer, yang

berarti ‗Melolong bagaikan seorang penggerutu, melolong bagaikan

lautan‘ menjelaskan bahwa rakyat pada saat itu menggerutu atau mengeluh

dan marah akan sesuatu dan diekspresikan dengan suara yang meluas atau

situasi yang penuh dengan lolongan seperti yang disimbolkan oleh kata

lautan. Seperti pada penjelasan di paragraf sebelumnya, bahwa rakyat

melolong ingin masuk ke istana menemui Raja.

Cependant la populace s‟entassait aux abords de la porte

Royale, frappait, hurlait: « Nous entrerons quand même ! » Et Mouchet ,

l‟officier municipal que l‟on retrouve toujours juste à la porte par où la

foule va entrer, disait très-gravement aux soldats et gardes nationaux : «

Après tout, le droit de pétition est sacré. » Ternaux (1864: 131)

Ternaux menjelaskan bahwa rakyat itu sedang menumpuk di depan

gerbang istana, menyerang, berteriak: ―kami akan masuk !‖ perwira kota

yang selalu ada di pintu tempat kerumuna akan masuk, mengatakan

dengan serius kepada tentara dan garda nasional: ―lagipula, hak pertisi itu

suci.‖

Ungkapan Clameurs yang berarti teriakan, menjadi salah satu

aspek tindakan murka. Teriakan, merupakan suara yang bernada keras atau

tinggi, yang biasanya terlontar untuk membuat orang lain mendengar

dengan jelas. Teriakan juga sering dikaitkan dengan luapan emosi

seseorang karena memiliki amarah yang besar dan tak bisa diredam,

sehingga mengeluarkan suara yang melebihi normal atau ketika sedang

Page 162: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

162

berbicara. Hal ini menunjukan bahwa rakyat sedang dalam keadaan marah

dan mengekspresikannya dengan teriakan yang ingin terdengar oleh Raja

Louis XVI pada saat itu. Teriakan rakyat saat itu merupakan

kemarahannya yang membawa petisi dimana salah satu petisi itu berisi hak

istimewa raja. Sejalan yang dijelaskan Ternaux (1864: 137) Mais sa voix

se perd au milieu des hurlements. De toutes parts éclatent les cris de : “A

bas monsieur Veto! au diable le Veto!” proférés avec d'injurieuses

menaces par des individus armés de fusils et de pistolets. Tapi suaranya

(suara raja) hilang ditengah keriuhan. Di semua sisi meledakan teriakan:

―tunduklah tuan veto! Ke nerakalah bersama hak veto!‖.

Begitupun dengan ungkapan grands cris yang berarti ‗jeritan

keras‘. Jeritan sering terlontar karena adanya tekanan, rasa sakit, rasa

takut, marah atau kesal yang tak tertahankan. Jeritan juga dikenal sebagai

suara yang melengking, tinggi, juga kadang histeris. Hal tersebut

menunjukan suatu keadaan yang mendesak dan tak mampu dikendalikan

sehingga terlontar sangat ekspresif. Dalam kalimat Ses clameurs , ses

grands cris de halles et de bouges yang artinya ‗Terikan-teriakannya,

jeritan kerasnya dari pasar induk dan gubuk-gubuk yang kotor,

menjelaskan bahwa rakyat kecil yang berasal atau biasa tinggal dan hidup

di gubuk dan kehidupannya yang kotor seperti yang digambarkan oleh

lingkungan pasar induk yang dikenal kumuh, mereka memiliki tekanan

hidup yang besar sehingga menjerit keras menandakan bahwa mereka

sudah tidak tahan dengan keadaan yang selama ini menghimpitnya.

Page 163: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

163

Aspek terakhir dalam ekspresi kemarahan yang ditunjukan adalah

ancaman. Mengancam adala sebuah tindakan yang bertujuan untuk

menakuti, dan melemahkan musuh juga dilakukan sebagi tanda bahwa

yang mengancam adalah orang yang hebat dan berani dan nekat untuk

melakukan hal-hal yang berbahaya. Tindakan mengancam biasanya

dilakukan oleh seseorang ketika orang tersebut merasa sangat marah dan

sangat kuat dalam waktu yang bersamaan. Kata yang menunjukan

tindakan mengancam adalah Tuerais yang berarti ‗akan membunuh‘. Kata

akan menjelaskan bahwa tindakan membunuh belum dilakukan dan segera

dilakukan. Membunuh merupakan suatu tindakan yang paling berbahaya.

Seseorang yang melakukan tindakan tersebut biasanya dalam keadaan

yang sangat marah sampai tidak ada sedikitpun toleransi sehingga

menginginkan orang lain mati. Ancaman membunuh ini merupakan

ekspresi kemarahan yang paling berbahaya dan menunjukan tingkat

kemarahan yang klimaks.

Dalam larik utuhnya Et, si tu me riais au nez, je te tuerais ! , rakyat

mengancam raja bahwa mereka akan membunuhnya apabila raja

menghina mereka. Menghina dalam konteks merendahkan dan

mengabaikan apa yang dilakukan rakyat saat itu. Hal ini didukung oleh

larik-larik selanjutnya yaitu Avec tes avocats, qui prennent nos requêtes

Pour se les renvoyer comme sur des raquettes yang artinya Dengan

pengacara-pengacaramu, yang mengambil petisi kami Hanya untuk

membolak-balikannya bagaikan bola pada raket. Digambarkan bahwa

Page 164: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

164

rakyat menunggu jawaban petisi yang mereka bawa dan mereka

mengancam raja apabila ia mempermainkan rakyat. Situasi tersebut juga

menandakan bahwa ada ketidaksabaran dari rakyat, juga rakyat menjadi

semakin marah karena mereka belum mendapat tanggapan. Keadaan ini

dapat didukung oleh penggambarah Ternaux (1864: 133) A l'instant même

où les masses vont commencer le siège de la porte Royale, contre laquelle

les canons des faubourgs sont braqués, on entend un cri qui part de

l‟intérieur de la cour : « Ne tirez pas, on ouvre ! » yang berarti Pada saat

massa akan mulai pengepungan gerbang istana, senjata canon ditunjukkan

dengan mereka, mereka mendengar teriakan dari dalam halaman: ―jangan

tembak, kita buka!‖.

4.3.2 Ekspresi Marah Yang Tidak Ditunjukan (Anger In)

Selain ekspresi marah yang ditunjukan, sajak ini juga

memunculkan beberapa ekspresi marah yang tidak ditunjukan. Ekspresi-

ekspresi ini mendukung suasana kemarahan dan memicu faktor-faktor

kemarahan. Berikut penjabaran aspek eskpresi Anger In.

Tabel 4.41

Interpretasi data kata/ ungkapan Anger In

No. Aspek Kata/ Ungkapan/ Kalimat Bait

1. Menyimpan Hal « Oh ! je ne me plains pas. Je te dis mes bêtises, 3

Page 165: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

165

2. (Yang

Menjengkelkan)

C'est entre nous. J'admets que tu me contredises. 3

3. Nous dorerions ton Louvre en donnant nos gros

sous !

5

4. Menunjukan

ketenangan

Nos yeux ne pleuraient pas ; nous allions, nous

allions,

2

5. Et nous dirions : C'est bien : les pauvres à genoux ! 5

Berdasarkan tabel tersebut, terdapat aspek-aspek dari kemarahan

Anger In, karena kemarahan ini tidak di ekspresikan, maka kemarahan itu

dapat dilihat dari sikap dan situasi. Oleh sebab itu aspek di atas berkaitan

dengan perasaan yang tidak dapat dijabarkan dengan kata yang spesifik.

Berikut tabel komponen makna untuk mengarahkan kata pada setiap

aspeknya yang terdapat dalam lima kata/ungkapan.

Tabel 4.42

Komponen makna Anger In

No. Kata/

Ungkapan

Komponen

Makna

Makna

1. je ne me

plains pas

Tidak

mengeluh

Tidak

mengadu

Menahan diri Sabar Menyimpan hal

(yang

menjengkelkan) 2. J'admets Menerima Membiarka

n

Menahan diri Sabar

3. en

donnant

nos gros

sous !

Memberikan Merelakan

hak

mencurahkan

tenaga

Terpaksa

Page 166: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

166

4. ne

pleuraient

pas

Tidak

meratapi

Tidak

merengek

Tidak

mengeluh

Menahan

diri

Kuat Menunjukan

ketenangan

5. à genoux Berlutut Tunduk Merendahkan

diri

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 2 aspek kemarahan yang tidak

diekspresikan secara langsung (Anger In) dalam sajak Le Forgeron. Aspek

pertama yaitu Menyimpan Hal (Yang Menjengkelkan). Maksudnya adalah

sesuatu hal yang membuat marah atau kondisi yang tidak mengenakkan

disimpan dalam hati. Untuk mengetahui apakah seseorang itu memendam

hal atau tidak, dapat dilihat dari kondisi-kondisi atau keadaan yang telah

dijelaskan.

Ungkapan pertama yang menunjukan kemarahan (anger in) dalam

aspek ini adalah je ne me plains pas yang berarti ‗Aku tidak mengeluh‘.

Kata mengeluh berarti menyatakan kesusahan, kepedihan, penderitaan,

kemarahan dan sebagainya. Hal itu menunjukan di dalam kata mengeluh

ada sesuatu yang dirasakan seperti emosi- emosi tersebut. Jika melihat

kata sebelumnya, yaitu Nous venions voir flamber nos taudis dans la nuit,

Nos enfants y faisaient un gâteau fort bien cuit yang berarti ‗Kami melihat

api melahap gubuk kami di malam hari, Anak- anak kami membuat kue

gosong disana‘. Kedua kalimat tersebut menjelaskan bahwa rumah mereka

telah dibakar saat malam hari dimana mereka sedang terlelap, dan itu

mengakibatkan anak- anak mereka tidak terselamatkan dari kebakaran dan

Page 167: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

167

mati mengenaskan disana. Melihat keadaan tersebut, sebagai manusia,

tentu akan merasa marah sekaligus sedih menyaksikan anaknya terbakar

hidup-hidup. Dengan alasan ini, si pandai besi mengatakan ‗aku tidak

mengeluh‘ yang artinya mereka tidak mengakui bahwa mereka marah.

Jelas terlihat bahwa rakyat menyimpan kemarahan itu dalam dirinya.

Selanjutnya, ungkapan J'admets yang artinya ‗aku membiarkan‘.

Kata membiarkan mengandung makna menahan diri atau bersabar. Juga

menunjukan bahwa di dalam membiarkan, ada faktor pemicu yang

membuat marah atau jengkel. Didukung oleh kalimat utuhnya yaitu

J'admets que tu me contredises yang artinya ‗Kubiarkan kau bertentangan

denganku‘. Juga kalimat sebelumnya, Je te dis mes bêtises yang artinya

‗kukatakan padamu kebodohan-kebodohanku‘. Kedua kalimat ini

menjelaskan bahwa rakyat memilih untuk tetap seakan menjadi bodoh

dengan membiarkan Raja yang selalu bertentangan. Bertentangan disini

memiliki arti kesenjangan, jika rakyat selalu merasakan kemiskinan,

sedangkan Raja merasakan kemewahan. Kesenjangan ini menjadi salah

satu faktor kemarahan rakyat, namun, rakyat masih memilih menahan hal

tersebut dengan membiarkannya. Situasi seperti ini memang lazim terjadi,

sejalan dengan yang dikatakan oleh Spielberger,

Such people suppress their anger as much as most people in

response to anger-provoking situations. This person suppresses anger in

some situations and not in others, and she may be aware of the types of

situations where the expression of anger is appropriate or will have

fewer negative consequences. (Spielberger, 2013: 11)

Page 168: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

168

Pernyataan tersebut berarti orang-orang seperti itu menekan

kemarahan mereka sama seperti orang-orang yang menanggapi situasi

yang memprovokasi kemarahan. Orang ini menekan kemarahan dalam

beberapa situasi dan tidak pada orang lain, dan mungkin dia menyadari

jenis situasi dimana ekspresi kemarahan itu sesuai atau akan memiliki

konsekuensi negatif yang lebih sedikit.

En donnant nos gros sous merupakan ungkapan yang berarti

‗dengan memberikan uang kami‘. Memberikan berarti menyerahkan,

mencurahkan juga merelakan. Rakyat yang sudah miskin, harus merelakan

uangnya. Dengan makna utuh dari kalimatnya yaitu Nous dorerions ton

Louvre en donnant nos gros sous yang berarti ‗ Kami akan melapisi emas

louvre mu dengan memberikan duit kami‘ menjelaskan bahwa emas- emas

yang melapisi bangunan Louvre sang Raja didapat dari hasil pemerasan

rakyat dengan pajak-pajaknya yang besar. Hal ini menunjukan

ketidakadilan dan kesemana-menaan Raja terhadap Rakyat yang

memperkaya diri dengan hidup mewah tanpa memikirkan rakyat miskin.

Dan rakyat menyimpan kemarahannya tersebut dengan menggunakan kata

memberikan atau merelakan yang mengandung unsur pemaksaan.

Aspek kedua ialah Menunjukan ketenangan. Aspek ini berarti

seseorang mampu menahan pengekspresian kemarahannya. Aspek ini

berasal dari poin yang menyatakan bahwa seseorang merasa darahnya

mendidih, namun tidak ditunjukan oleh orang itu. Hal tersebut

menunjukan bahwa aspek ini menggambarkan dimana seseorang mampu

Page 169: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

169

menahan diri dari bentuk perkataan atau perbuatan yang buruk yan

disebabkan oleh kemarahannya. Dalam aspek ini, terdapat dua ungkapan

yang menggambarkan kondisi tersebut, yaitu ne pleuraient pas yang

berarti ‗tidak mengangis‘ atau ‗tidak meratapi‘. Menangis merupakan

salah satu aksi seseorang ketika marah, ketika seseorang tidak mampu

melontarkan perkataan namun rasa kesal sangat meradang. Dengan tidak

menangis, itu menunjukan bahwa seseorang mampu menahan rasa amarah

yang ada dalam dirinya. Keadaan marah disini, dapat dilihat dari kalimat-

kalimat sebelumnya yaitu Le Seigneur, à cheval, passait, sonnant du cor ,

Et l'un avec la hart, l'autre avec la cravache, Nous fouaillaient - Hébétés

comme des yeux de vache yang berarti ‗yang Mulia, menunggang kuda,

lewat, sambil meniup terompet tanduk, Dan satu orang dengan tali jerat,

yang lainnya dengan tali cambuk, Mencari kami – linglung seperti mata

sapi. Ketiga kalimat ini menjelaskan adanya sistem kerja paksa dimana

pemilik tanah memaksa rakyat untuk bekerja dengan membawa tali jerat

dan tali cambuk untuk menghukum bagi mereka yang tidak bekerja. Dan

dengan kondisi ini, rakyat tatp memilih bersabar dengan tidak menangis

disaat keadaanya tentu kesal.

Ungkapan kedua dalam Aspek kedua ini menunjukan

ketenangannya dengan mengalah. Mengalah berarti mengganggap diri

sendiri kalah atau membiarkan orang lain merasa menang, meskipun

keadaaan sebenarnya menunjukan sebaliknya. Ungkapan pertama yang

menggambarkan aspek ini adalah à genoux yang berarti ‗berlutut‘.

Page 170: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

170

Berlutut merupakan tindakan merendahkan diri, sebagai wujud kepatuhan

dan penghormatan terhadap sesuatu yang dihadapkan (Tuhan atau

manusia). Namun dalam kalimat Et nous dirions : C'est bien : les pauvres

à genoux ! yang berarti ‗Dan kami akan berkata : tidak apa-apa : orang-

orang miskin berlututlah !‘ menjelaskan bahwa rakyat bersedia berlutut

bukan sebagai kepatuhan atau penghormatan, melainkan mengalah. Hal ini

terlihat dari kalimat sebelumnya yaitu Ils ont rempli ton nid de l'odeur de

nos filles, Et de petits billets pour nous mettre aux Bastilles yang artinya

Mereka telah mengisi sarangmu dengan aroma gadis-gadis kami, Dan

dengan jaminan kecil untuk membawa kami menuju bastil‘. Kedua kalimat

ini menjelaskan faktor yang membuat rakyat marah namun memilih

mengalah, bahwasannya anak-anak perempuan mereka yang ditawan

untuk dijadikan pelayan di istana Raja, bukan hanya untuk melayani Raja

namun untuk para bawahan Raja. Dan kondisi ini membuat rakyat geram

namun terpaksa harus mengalah karena rakyat mengkhawatirkan

kelangsungan hidup anak-anak perempuan mereka jika mereka tidak

menuruti apa yang dikehendaki Raja.

4.3.3 Majas

Majas merupakan salah satu komposisi terpenting dalam sebuah

sajak. Meskipun sajak ini bernuansa kemarahan dimana ekspresi-

ekspresinya identik dengan kata yang spesifik, sajak ini banyak

Page 171: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

171

menggunakan majas-majas seperti personifikasi, hiperbola, perrbandingan,

metonimi, metafora, sinekdot dan sinisme. Berikut tabel dan penjelasan

setiap majas.

1. Hiperbola

Majas pertama yang terdapat dalam sajak ini adalah hiperbola. Majas

hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan. Majas ini tersebar

dalam 9 larik. Berikut tabel klasifikasi majas hiperbola dalam sajak.

Tabel 4.43

Majas hiperbola

Majas Larik

Hiperbola Non. Ces saletés-là datent de nos papas !

Et, tous, nous avons mis ta Bastille en poussière

Sire, nous étions soûls de terribles espoirs

Les piques à la main ; nous n'eûmes pas de haine,

Nous nous sentions si forts, nous voulions être doux !

Le flot des ouvriers a monté dans la rue,

Et ces maudits s'en vont, foule toujours accrue

Comme des revenants, aux portes des richards.

Et je vais dans Paris le marteau sur l'épaule,

Farouche, à chaque coin balayant quelque drôle,

Page 172: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

172

Ungkapan ces saletés sangat berlebihan. Kata yang berarti kotoran

ini atau sesuatu yang menjijikan atau tidak enak dimaksudkan untuk

menggambarkan kesenjangan. Ces saletés de nos papas berarti kotoran

atau hal yang tidak enak itu dimulai dari ayah - ayah kami, maksudnya

adalah kesenjangan tersebut dimulai sudah sejak lama. Inilah salah satu

alasan yang mendorong rakyat untuk mengekspresikan kemarahannya.

Kemudian kalimat mis ta bastille en poussière yang berarti ‗menjadikan

bastilmu menjadi debu‘ terdengan sangat berlebihan. Bastil merupakan

bangunan yang tinggi dan besar, sedangkan debu merupakan partikel

terkecil yang bahkan belum menjadi sebuah batu. Kalimat tersebut

dimaksudkan agar rakyat bersikeras untuk menghancurkan bastil. Hal ini

menunjukan kemarahan rakyat yang sangat ekspresif dengan membuat

kerusakan dengan sengaja. Lalu ungkapan soûls de terrible espoirs yang

berarti ‗jiwa dengan harapan yang mengerikan‘ dimaksudkan bahwa

adanya desakan rakyat yang mendambakan bahwa revolusi ini akan

membawa perubahan-perubahan.

Kalimat Les piques à la main ; nous n'eûmes pas de haine dan

nous voulions être doux sangat berlebihan untuk menggambarkan sosok si

pandai besi yang identik dengan kasar dan menyeramkan. Kedua kalimat

tersebut menekankan keinginan rakyat yang berharap banyak perubahan

tanpa adanya kekerasan. Hal ini tergambar dalam situasi yang dijelaskan

oleh Ternaux (1864: 136 ) Des piques, des bâtons, des baïonnettes

menacent les poitrines des braves grenadiers qui se sont précipités devant

Page 173: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

173

le souverain. « Sire, s'écrie l‟un d'eux, n'ayez pas peur! Yang berarti

tombak-tombak, tongkat-tongkat, bayonet-bayonet mengancam dada para

pemberani yang bergegas menghadap penguasa. ―Tuan, salah satu dari

mereka berteriak, jangan takut!‖. Kemudian kalimat Le flot des ouvriers a

monté dans la rue, Et ces maudits s'en vont, foule toujours accrue, dan

Comme des revenants, aux portes des richards yang berarti ‗gelombang

para buruh di jalan, dan para sampah masyarakat berjalan, rakyat yang

semakin bertambah banyak, bagaikan hantu di depan rumah orang berduit‘

dimaksudkan untuk menggambarkan aksi-aksi protes dan para rakyat yang

tampak seperti tidak beraturan sebagai wujud dari kemarahannya.

Selanjutnya Kalimat Et je vais dans Paris le marteau sur l'épaule

dan Farouche, à chaque coin balayant quelque drôle yang berarti ‗Dan

aku pergi ke paris dengan palu di bahu, Liar, di setiap sudut

membinasakan hal-hal lucu‘ menggambarkan kemarahan rakyat yang

ingin meniadakan ketidakadilan dan hak-hak istimewa.

2. Personifikasi

Majas berikutnya adalah personifikasi. Majas ini merupakan gaya

bahasa dimana benda mati yang bertindak seperti makhluk hidup

(manusia/ hewan). Majas ini tersebar dalam 4 larik. Berikut tabel majas

personifikasi.

Tabel 4.44

Majas personifikasi

Page 174: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

174

Majas Larik

Personifikasi Cette bête suait du sang à chaque pierre

Avec ses murs lépreux qui nous rappelaient tout

Et, toujours, nous tenaient enfermés dans leur ombre !

Qui croulait, qui râlait

Kalimat Cette bête suait du sang à chaque pierre yang artinya

‗setiap batu berkeringan darah binatang‘. Berkeringat merupakan hal yang

hanya dihasilkan oleh manusia atau hewan, dan batu disini seolah-olah

seperti manusia yang mampu menghasilkan keringat. Maksud dari kalimat

tersebut adalah bastil tersebut tampak seperti seekor binatang yang terluka

atau sekarat, yang akan hancur sedikit demi sedikit seperti binatang yang

akan mati perlahan. Kemudian ungkapan ses murs lépreux yang artinya

‗dinding-dinding yang menderita kusta‘. Kusta merupakan penyakit yang

hanya diderita oleh manusia. Penggunaan penyakit kusta berkaitan dengan

kehidupan para rakyat miskin yang tidak jauh dengan penyakit kulit akibat

lingkungan yang kotor, sangat berlawanan dengan kehidupan Sang Raja

yang tinggal di istana dengan kebersihannya. Kesenjangan inilah yang

juga menjadi salah satu faktor kemarahan rakyat miskin.

Lalu, kalimat , nous tenaient enfermés dans leur ombre yang berati

‗mengunci kami dalam kegelapannya‘. Yang bertindak mengunci dalam

kalimat ini adalah bastil. Kata mengunci atau mengurung merupakan aksi

yang dilakukan oleh manusia. Maksud dari kalimat ini adalah bastil yang

Page 175: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

175

merupakan sebuah penjara, sebuah tempat yang gelap dimana manusia

tidak bisa keluar dari sana. Hal tersebut berkaitan dengan salah satu misi

rakyat dalam pembebasan tawanan yang dipenjara dalam bastil tersebut

dan menghancurkannya sebagai bukti kemenangan rakyat. Selanjutnya

kata qui râlait yang artinya ‗yang menggerutu‘. Subjek yang menggerutu

adalah masa lalu yang dijelaskan di kalimat sebelumnya. Masa lalu

bertindak seperti manusia yang menggerutu karena ia akan segera runtuh

(qui croulait). Keruntuhan masa lalu yang gelap tersebut tentu disebabkan

karena kemarahan rakyat yang menginginkan perubahan.

3. Perbandingan

Majas ketiga adalah komparasi atau perbandingan. Seperti namanya,

gaya bahasa ini menyamakan suatu keadaan dengan benda/ keadaan lain.

Majas ini tersebar dalam 5 larik. Berikut tabel klasifikasi majas

perbandingan.

Tabel 4.45

Majas perbandingan

Majas Larik

Perbandingan Et, comme des chevaux, en soufflant des narines

Nous allions au soleil, front haut,-comme cela -,

Dans Paris accourant devant nos vestes sales.

Enfin ! Nous nous sentions Hommes ! Nous étions pâles,

Agitant nos clairons et nos feuilles de chêne,

Page 176: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

176

Kalimat comme des chevaux, en soufflant des narines yang berarti

‗bagaikan kuda-kuda, yang mendengus dari lubang hidung‘ merupakan

kalimat yang menggambarkan atau menyamakan dengan kemarahan

rakyat karena kejengkelan yang ditandai kuat dengan nafas dari hidung

seekor kuda. Kemudian kalimat Nous allions au soleil, front haut, -comme

cela -, yang artinya ‗kami berjalan mengikuti matahari, kepala menghadap

ke atas, seperti itu‘ merupakan kalimat yang sama artinya dengan matahari

juga menginginkan pemberontakan rakyat yang berjalan dengan

mendongakkan wajah yang berarti bangga dengan apa yang dilakukan.

Pemberontakan tersebut mencerminkan bentuk kemarahan rakyat, dan

rakyat patut bangga mampu melakukannya.

Selanjutnya, kalimat Dans Paris accourant devant nos vestes sales

artinya ‗Di paris, berlarian dengan jubah kotor kami‘. Yang berlarian

dalam kalimat ini adalah rakyat. Kata berlari diibaratkan dengan

perjuangan atau usaha keras. Maka, kalimat ini bermaksud bahwa usaha

rakyat yang membuat mereka berkeringat yang akhirnya membuat mereka

kotor. Lalu, kalimat Nous étions pâles, dan Agitant nos clairons et nos

feuilles de chêne yang artinya ‗kami pucat saat itu, Melambaikan terompet

kami dan daun oak kami‘. Pucat yang dianggap sebagai keadaan tegang

dan daun oak yang diibaratkan langbang nasional dan terompet yang

melambangkan bentuk suara atau protes rakyat. Maka kedua kalimat

tersebut menggambarkan ketegangan nasional bagaimanapun

kemarahannya.

Page 177: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

177

4. Metafora

Majas selanjutnya yang terdapat dalam sajak ini adalah metafora.

Majas ini merupakan gaya bahasa dimana ada kata atau kelompok kata

yang bermakna kiasan, atau bukan maknsa sebenarnya. Majas ini tersebar

dalam 2 larik. Berikut tabel klasifikasi majas metafora.

Tabel 4.46

Majas metafora

Majas Larik

Metafora Citoyen ! citoyen ! c'était le passé sombre

Nous marchions, nous chantions, et ça nous battait là

Kata le passé sombre yang berarti ‗masa lalu yang gelap‘

merupakan ungkapan kiasan yang bermakna masa lalu yang tragis.

Kalimat Citoyen ! citoyen ! c'était le passé sombre yang berarti ‗Rakyat!

Rakyat! Rakyat! Inilah masalalu yang gelap‘ menjelaskan kenyataan

bahwa rakyat berharap mengubah hal-hal dan meninggalkan masa lalu

yang tragis. Masa lalu yang tragis ini yang memicu kemarahan rakyat

sehingga menuntut perubahan-perubahan. Begitupun dengan kalimat nous

marchions, nous chantions, et ça nous battait là yang berarti ‗Kami

berjalan, kami bernyanyi, dan itu membuat jantung kami berdegup disana‘

memiliki arti sebenarnya yaitu kerusuhan yang ditimbulkan oleh rakyat

yang memiliki kemarahan atau amukan yang menginginkan perubahan.

Page 178: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

178

5. Sinisme

Tabel 4.47

Majas sinisme

Majas Larik

Sinisme Je te dis mes bêtises

Je suis crapule

Ungkapan Je te dis mes bêtises, menjadi salah satu contoh majas

sinisme dalam sajak ini. Rimbaud secara langsung menggunakan kata

je yang mewakilkan rakyat dan mes bêtises yang berarti kebodohan-

kebodohan rakyat. Larik ini menggambarkan bahwa rakyat seakan

mengakui kebodohan-kebodohannya. Hal ini disebabkan oleh latar

belakang pendidikan rakyat yang rendah. Seseorang yang yang tidak

menempuh pendidikan, terlihat wajar jika dikatakan bodoh, sebaliknya

seseorang yang menempuh pendidikan tinggi, wajar jika dikatakan

pintar. Oleh karena itu, yang sebenarnya ingin disampaikan oleh

Rimbaud dalam ungkapan sindiran yang berarti rakyat yang bodoh

merupakan kewajaran namun menjadi hal yang memalukan jika

seorang Raja yang menempuh pendidikan merupakan orang yang

bodoh.

Ungkapan Je suis crapule yang berarti ‗akulah bajingan‘ juga

merupakan salah satu ungkapan yang termasuk dalam majas sinisme.

Seperti makna majas ini yang sudah dijelaskan sebelumnya, rakyat

memposisikan dirinya sebagai bajingan atau sampah masyarakat

Page 179: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

179

karena mereka merasa benar-benar bajingan, tapi karena mereka yang

justru merasa kuat dan liar. Hal ini didukung oleh kondisi yang

dijelaskan pada kalimat-kalimat sebelumnya, yaitu Je suis un

forgeron : ma femme est avec eux, Folle ! Elle vient chercher du pain

aux Tuileries ! - On ne veut pas de nous dans les boulangeries yang

artinya ‗Akulah si pandai besi : istriku bersama mereka, Gila ! ia

datang mencari roti ke tuileries ! -Kami tidak ingin di toko-toko roti‘

Kondisi ini menujukkan bahwa si pandai besi merasa bangga dan kuat

dengan mengakui dirinya sebagai si pandai besi, juga memiliki wanita-

wanita yang tangguh. Mencari roti ke Tuileries merupakan simbol dari

kejadian champ de mars pada tanggal 5 dan 6 Octobre 1791 dimana

para wanita melakukan unjuk rasa membawa isu kelaparan karena

pada saat itu roti menjadi langka. Jadi, kedatangannya ke Paris untuk

meluapkan kemarahannya dengan ikut unjuk rasa, ungkapan yang

merendahkan diri tersebut justru ingin menunjukan bahwa merekalah

pemenangnya.

6. Synecdoque

Tabel 4.48

Majas sinekdok

Majas Larik

Synecdoque Le Forgeron parlait à Louis Seize, un jour

Elle vient chercher du pain aux Tuileries !

Page 180: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

180

Kata Le Forgeron memiliki arti si pandai besi. Kata tunggal yang

berarti satu orang. Namun dalam larik tersebut, kata si pandai besi

berarti jamak. Pandai besi merupakan sebuah pekerjaan yang termasuk

dalam golongan kaum buruh, yang pada zaman itu sebagian besar

rakyat miskin merupakan kaum buruh. Jadi pandai besi mewakili kaum

buruh atau rakyat. Majas sinekdok yang dimaksud adalah sebagian

untuk keseluruhan. Sehingga maksud dari larik tersebut adalah rakyat

melakukan protes terhadap Louis Seize.

7. Menonimie

Tabel 4.49

Majas metonimi

Majas Larik

Metonimie Sur des chapelets clairs grenés de pièces d'or

Seperti yang dijelaskan oleh Fromilhague, bahwa majas ini

menggunakan simbol untuk menjelaskan keadaan. Rimbaud dengan aliran

simbolisnya tentu memberikan pesan- pesan dengan simbolnya. Namun

dalam sajak ini hanya satu simbol yang menjelaskan keadaan. des

chapelets clairs grenés de pièces d'or yang berarti rosario berkeping emas,

tidak hanya menggambarkan sebuah benda saja. Rosario merupakan alat

atau perangkat keagamaan bagi umat kristen untuk berdoa. Dalam agama

islam alat ini mirip dengan tasbih, namun yang membedakannya adalah

simbol salib diantara butir-butir batu pada rosario. Dengan rosario yang

berkeping emas, Rimbaud ingin menunjukan bahwa adanya kemewahan

Page 181: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

181

pada zaman itu, dan perangkat ibadah tersebut menyimbolkan kaum

agamawan. Hal ini menunjukan bahwa kaum agamawan pada saat itu

hidup dengan kemewahan dan keistimewaan. Adanya aturan-aturan

keagamaan juga hak-hak istimewa menjadi salah satu penyebab

ketidakadilan yang diterima oleh rakyat.

Page 182: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

182

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengkaji puisi Le Forgeron secara struktural, diperoleh

karakterikstik kemarahan yang digambarkan oleh Rimbaud. Puisi ini

dilatarbelakangi oleh revolusi prancis, lebih tepatnya pada tahun 1792 yang

dikenal dengan pemberontakan 20 Juni 1792 atau la journée du 20 juin 1792.

Oleh sebab itu, kemarahan yang muncul berkaitan dengan kemarahan antara kaum

buruh yang diwakili oleh le forgeron yang menjadi simbol kaum proletar pada

zaman Ancien Régime dan raja Louis Seize. Puisi ini juga menggunakan sudut

pandang rakyat dan meniadakan sudut pandang raja. Hal ini berkaitan dengan

kondisi politik saat itu, yang pada akhirnya memicu pemberontakan ini.

Berdasarkan analisis tataran fonologis, karakteristik kemarahan yang

muncul yaitu pemberontakan yang digambarkan dengan penyalahan aturan

penghitungan metrik yang cukup mendominasi, lebih dari 50%, populasi massa

yang besar dengan pembacaan synérèse yang lebih banyak dari diérèse.

Kekerasan, brutalitas, teriakan, keluhan, serta kekuatan menjadi karakteristik yang

muncul dari makna fonem [R], [s], [l], [t], [u], [ᾶ], [e], [ε], [o], [p], [a], [m] dan

[d]. Jumlah l‟hiatus yang lebih banyak daripada l‟élision menunjukkan makna

likuiditas atau sesuatu yang mengalir, dapat digambarkan dengan pergerakan

rakyat menuju Tuileries serta aternansi rima yang juga memunculkan karakteristik

kemarahan berupa kekuatan dengan dominasi maskulin dan kekuasaan sebagai

salah satu faktor kemarahan yang diwakili oleh kualitas rima, yaitu Suffisant dan

Page 183: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

183

Riche. Kemarahan yang digambarkan oleh pembacaan fonologi tersebut di

akibatkan oleh ketidakpuasan rakyat oleh konstitusi yang tetap mempertahankan

sistem monarki sehingga mendorong rakyat untuk melakukan kekerasan yang

mendominasi hasil analisis ini. Kekerasan ini juga menjadi salah satu ekspresi

kemarahan yang menyertai aspek-aspek Anger Out yang dilakukan dengan aksi

seperti menggarang, menyerang, merusak dan bertindak murka.

Kemudian, dalam tataran sintaksis, puisi ini banyak memunculkan kalimat

majemuk dengan susunan kalimat yang rumit. Juga tidak jarang Rimbaud

menyalahi aturan tata bahasa atau grammaire dengan penggunaan waktu yang

tidak sesuai dan modalité kata kerja yang tidak tepat. Tanda seru sering kali

muncul sebagai karakteristik kemarahan dengan memberi efek nada tinggi dalam

pembacaan kalimat. Hasil analisis sintaksis ini menunjukan bahwa adanya

pemberontakan Rimbaud yang diungkapkan dengan verbal. Hal tersebut

memperkuat adanya ekspresi Anger Out yang dilakukan dengan kata-kata seperti

yang tergambar dalam aspek berkata sarkastik, berkata keji atau kotor dan

mengancam. Kerumitan yang sering kali muncul juga mendukung ekspresi Anger

In, dimana rakyat terkadang tidak dapat mengekspresikan kemarahannya dan

keinginannya dikarenakan sistem yang rumit dalam konstitusi. Hal ini yang

akhirnya membuat rakyat elakukan pemberontakan.

Analisis tataran semantik, memfokuskan kemarahan dalam dua ekspresi.

Pertama, ekspresi Anger Out. Dalam puisi Le Forgeron ini terdapat 7 aspek yang

menggambarkan ekspresi tersebut, yaitu menggarang dengan 3 kata, menyerang

seseorang dengan 4 kata, merusak benda dengan 2 kata, berkata sarkastik dengan

Page 184: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

184

5 kata, 3 kata untuk berkata keji/ kotor, 6 kata untuk bertindak murka, serta 1 kata

untuk mengancam. Hal tersebut menunjukan bahwa Anger Out dilakukan dengan

2 cara yaitu melalui tindakan fisik maupun non fisik atau verbal. Seperti yang

dilakukan rakyat pada pemberontakan tersebut bahwa rakyat melakukan

kekerasan fisik dan kekerasan verbal yang ditujukkan kepada raja maupun para

pengawalnya. Kekerasan tersebut terjadi karena para pengawal raja yang berusaha

melindungi raja.

Kedua, ekspresi Anger In yang mencakup 2 aspek di dalam puisi ini.

Aspek tersebut adalah menyimpan hal dengan 3 kata dan 2 kata untuk

menunjukan ketenangan. Faktor yang menyebabkan rakyat menahan amarahnya

adalah ketidakberdayaan rakyat melawan para penguasa akibat sistem monarki.

Dalam tataran semantik ini, terdapat majas yang mendukung suasana kemarahan.

Majas-majas tersebut adalah hiperbola, personifikasi, perbandingan, sinekdok,

sinisme, metonimie dan metafora.

Jadi, hubungan antara hasil analisis fonologis, sintaksis dan semantik

dalam kaitannya dengan tema kemarahan yaitu karakteristik kemarahan yang

ditandai dengan kekerasan, dan pemberontakan sebagaimana dua hal ini menjadi

ciri dari peristiwa 20 Juni 1792 sekaligus kepribadian Rimbaud.

B. Implikasi

. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang tidak terlepas dari

pembelajaran budaya prancis, yaitu menjadi media yang dipelajari dalam salah

satu mata kuliah bahasa prancis. Oleh sebab itu, penelitian ini memberikan warna

Page 185: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

185

baru dan nuansa keunikan yang menumbuhkan minat mahasiswa dalam

mengetahui pesan dari sebuah puisi. Sebagaimana telah diketahui, bahwa pesan

puisi didominasi dengan kesedihan dan kebahagiaan. Dengan mengangkat tema

kemarahan, akan membuat pembaca tertarik dengan bahasa yang digunakan untuk

menggambarkan emosi amarah dalam puisi khususnya pengunaan ekspresi-

ekspresi kemarahan yang dibagi menjadi dua, yaitu Anger Out dan Anger In.

Ditambah dengan pendekatan struktural, akan memberikan pemahaman secara

meluas dan mendalam sebuah pesan yang terkandung dalam puisi.

Pemilihan puisi Le Forgeron juga sangat bermanfaat bagi mahasiswa

bahasa prancis, karena didalamnya mengulas tentang revolusi prancis yang

menjadi salah satu pengetahuan penting dalam mengenal budaya prancis. Terlebih

kejadian-kejadian yang dijabarkan ini merupakan proses revolusi setelah la prise

de la bastille, yang berkaitan erat dengan sistem politik pada saat itu. Sehingga

pembaca mengetahui lebih jauh tentang revolusi prancis secara rinci, khususnya

salah satu proses penghapusan sistem monarki yang sesungguhnya.

Dengan demikian, pembaca dapat termotivasi untuk menjadikan puisi

sebagai salah satu media pembelajaran budaya bahasa prancis. Selain dapat

memberikan pengetahuan tentang isi pesan yang terkandung dalam puisi,

pembaca akan mengenal kosakata baru dan karakteristik penulisan puisi,

khususnya yang dimiliki Rimbaud.

Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan dalam

penelitian sastra, yang mengangkat tema lain dengan menggunakan penyajian

Page 186: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

186

struktural. Ataupun tema kemarahan ini dapat juga dikembangkan dan ditemukan

dalam karya Rimbaud yang lain bahkan penulis lainnya.

C. Saran

Penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Hal itu disebabkan karena

keterbatasan waktu penelitian, pemahaman peneliti yang kurang mendalam dan

sumber informasi yang kurang lengkap. Maka dari itu, peneliti menyarankan di

penelitian berikutnya, tema kemarahan ini dapat dikembangkan dengan aspek-

aspek lain ( 7 aspek Anger Out dan 2 aspek dalam Anger In) yang mungkin

terdapat dalam puisi lain, untuk memperkaya pembahasan dan pengetahuan

tentang ekspresi kemarahan yang diteliti.

Selain itu peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan refensi lain

dalam kajian teori untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan, juga meneliti

karya Rimbaud lainnya untuk memperkuat karakteristik penulisan yang telah

dijabarkan dalam penelitian ini.

Page 187: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

187

DAFTAR PUSTAKA

Apandi, Idris. 2017. Guru Profesional Bukan Guru Abal-Abal. Yogyakarta:

DEEPUBLISH

as Sadr, Sayyid Mahdi. 2005. Mengobati Penyakit Hati, Meningkatkan Kualitas

Diri. Jaakarta: Pustaka Zahra

Bauer, Lydia. 2012. Colere – force destructive et potentiel creatif: l‟emotivite

dans la litterature et le langage. Frank & Timme GmbH

Baylon, Christian dan Xavier Mignot. 1995. Sémantique du Langage. Paris:

Nathan

Boros, D. 2012. Creative Rebellon for The Twenty-Fisrt Century. New York:

Spinger

Bourget, Schott. 1994. Approches de la linguistique. Nathan Université

Bunge, Mario. 1978. La sémantique dans les sciences: colloque de l‟Académia

internationale de philosophie des sciences. Editions Beauchesne

Cahyani, Penny dkk. 1999. JURNAL PSIKOLOGI, No. 2, 65 – 77

Crocker. 2005. Schaums‟s Outlines FRENCH GRAMMAR Edisi 4. Surakarta:

Erlangga

Dahlan, M dan Muhtarrom. 2016. Menjadi Guru Yang Bening Hati: Strategi

Mengelola Hati di Abad Modern. Yogyakarta: Deepublish

Delatour, Y. 2004. La Nouvelle Grammaire du Français. Paris: Hachette

Dessons, Gerard. 1991. Introduction à L‟analyse du Poème. Paris: Bordas

Drory, Diane. 2004. Cris et Châtiments: Du bon usage de l‟aressivité. De Boeck

Supérieur

Page 188: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

188

Djurdja Sinko-Depierris, Jean-Louis Depierris. 1978. Choix et adaptation. Paris:

Еditions Saint-Germains-des-Prés

Fillion, Janine dan Lahille. 1970. La colère chez Aristote dalam Revue des Etudes

Anciennes. pp46-79

Fromilhague, Catherine. 2014. Les Figures de Style. Paris: Armand Colin

Guedj, Jean Paul. 2008. 50 fiches de communication: concepts et pratiques,

techniques de management. Editions Bréal

Hammoudi, Rafika. 2014. La Religion de Rimbaud. Université de Rennes

Hude, M.Darwis. 2006. Emosi: Penjelalajahan Religio Psikologis. Surakarta:

Erlangga

Joubert, Jean-Louis. 1988. La Poésie. Paris: Armand Colin

Labeau, Emmanuelle et Pierre Larrivée. 2005. Nouveaux développements de

l‟imparfait. Rodopi

Lamirault, H dan Cie. 1886. La Grande encyclopédie, inventaire raisonné des

sciences, des lettres et des arts: par une société de savants et de gens de lettres,

Volume 4. Cornell University

Lyons, John. 1979. Semantics 2 vols. Cambridge: Cambridge Uneversity Press

Michelet, Jules. 1952. Histoire de la Révolution Française. Paris: Gallimard

Noel, François. 1851. New system of french grammar. Harper & Brothers

Olivier, Catoni. 1992. Rouge Large Deviation Estimated for Simulated Annealing:

Aplication to Exponential Schedules, The Annals of Probability. Vol 20.

Oswald, Yvonne. 2008. Every Word Has Power: Switch on your language and

turn on your life. Simon and Schuster

Pahlow, Heike. 2015. Grammaire Français: simple, claire et compacte.

Lingo4you

Page 189: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

189

Paz, Octavia. 2002. Puisi dan Esai Terpilih.Yogyakarta: Bentang

Rifaterre, Michael. 1978. Semiotics of Theory. Bloomington and London: Indiana

University Press

Saminadayar, Corrine et Perrin. Le peuple souverain: le 20 juin 1792

Schmitt, MP. 1982. Savoir-Lire. Paris: Les Éditions Didier

Schmitt dan Viala. 1982. Savoir Lire. Paris: Didier

Scholes, Robert. 1992. In Search of James Joyce. University of Illinois Press

Seelhofer, Liane. 2013. Le diament retrouvé. Xlibris Corporation

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo

Spielberger, Charles D. 2013. State-Trait Anger Expression Inventory-2. Version

1.30

Spielberger, Charles D. 2013. Stress and Emotion: Anxiety, Anger and Curiosity.

Tylor&Francis

Subroto, Edi. 1992. Pengantor Metoda Peneltitan Linguistik Strukiural.

Surakarta: Sebe1as Maret University Press

Sugono, Dendy dan Abdul Rozak Zaidan. (2005). Dari Amerika ke Catatan

Langit. Jakarta: Rosda.

Sujiman, Panudi. 1980. Kamus Istilah Sastra. Pusat Bahasa

Tavris, Carol. 2017. Anger: The Missunderstood Emotion. Simon and Schuster

Ternaux, Mortimer. 1863. Le 20 JUIN 1792. Paris: Michel Levy Frères

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta:Erlangga

Zuchdi, Darmiyati. 1993. Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta:

Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Page 190: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

190

Sitografi:

www.budilisnt.wordpress.com

Page 191: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

191

LAMPIRAN 1

TEKS PUISI LE FORGERON

Le forgeron de Rimbaud Palais des Tuileries,

vers le 20 juin 1792

Le bras sur un marteau gigantesque, effrayant

D'ivresse et de grandeur, le front large , riant

Comme un clairon d'airain, avec toute sa bouche,

Et prenant ce gros-là dans son regard farouche,

Le Forgeron parlait à Louis Seize, un jour

Que le Peuple était là, se tordant tout autour,

Et sur les lambris d'or traînait sa veste sale.

Or le bon roi, debout sur son ventre, était pâle

Pâle comme un vaincu qu'on prend pour le gibet,

Et, soumis comme un chien, jamais ne regimbait

Car ce maraud de forge aux énormes épaules

Lui disait de vieux mots et des choses si drôles,

Que cela l'empoignait au front, comme cela !

« Donc, Sire, tu sais bien , nous chantions tra la la

Et nous piquions les bœufs vers les sillons des autres :

Le Chanoine au soleil disait ses patenôtres

Sur des chapelets clairs grenés de pièces d'or

Le Seigneur, à cheval, passait, sonnant du cor

Et l'un avec la hart, l'autre avec la cravache

Nous fouaillaient - Hébétés comme des yeux de vache,

Nos yeux ne pleuraient pas ; nous allions, nous allions,

Et quand nous avions mis le pays en sillons,

Quand nous avions laissé dans cette terre noire

Un peu de notre chair... nous avions un pourboire

Nous venions voir flamber nos taudis dans la nuit

Nos enfants y faisaient un gâteau fort bien cuit.

« Oh ! je ne me plains pas. Je te dis mes bêtises,

C'est entre nous. J'admets que tu me contredises.

Or, n'est-ce pas joyeux de voir, au mois de juin

Dans les granges entrer des voitures de foin

Enormes ? De sentir l'odeur de ce qui pousse,

Des vergers quand il pleut un peu, de l'herbe rousse ?

De voir les champs de blé, les épis pleins de grain,

Page 192: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

192

De penser que cela prépare bien du pain ?...

Oui, l'on pourrait, plus fort , au fourneau qui s'allume,

Chanter joyeusement en martelant l'enclume,

Si l'on était certain qu'on pourrait prendre un peu,

Étant homme, à la fin !, de ce que donne Dieu !

- Mais voilà, c'est toujours la même vieille histoire !

« Oh je sais, maintenant ! Moi, je ne peux plus croire,

Quand j'ai deux bonnes mains, mon front et mon marteau

Qu'un homme vienne là, dague sous le manteau,

Et me dise : « Maraud , ensemence ma terre ! »

Que l'on arrive encor, quand ce serait la guerre,

Me prendre mon garçon comme cela, chez moi !

- Moi, je serais un homme, et toi, tu serais roi,

Tu me dirais : Je veux !.. - Tu vois bien, c'est stupide.

Tu crois que j'aime à voir ta baraque splendide,

Tes officiers dorés, tes mille chenapans,

Tes palsembleu bâtards tournant comme des paons :

Ils ont rempli ton nid de l'odeur de nos filles

Et de petits billets pour nous mettre aux Bastilles

Et nous dirions : C'est bien : les pauvres à genoux !

Nous dorerions ton Louvre en donnant nos gros sous !

Et tu te soûlerais, tu ferais belle fête.

- Et ces Messieurs riront, les reins sur notre tête !

« Non. Ces saletés-là datent de nos papas !

Oh ! Le Peuple n'est plus une putain. Trois pas

Et, tous, nous avons mis ta Bastille en poussière

Cette bête suait du sang à chaque pierre

Et c'était dégoûtant, la Bastille debout

Avec ses murs lépreux qui nous rappelaient tout

Et, toujours, nous tenaient enfermés dans leur ombre !

- Citoyen ! citoyen ! c'était le passé sombre

Qui croulait, qui râlait, quand nous prîmes la tour !

Nous avions quelque chose au cœur comme l'amour.

Nous avions embrassé nos fils sur nos poitrines.

Et, comme des chevaux, en soufflant des narines

Nous marchions, nous chantions, et ça nous battait là....

Nous allions au soleil, front haut,-comme cela -,

Dans Paris accourant devant nos vestes sales.

Enfin ! Nous nous sentions Hommes ! Nous étions pâles,

Sire, nous étions soûls de terribles espoirs :

Et quand nous fûmes là, devant les donjons noirs,

Agitant nos clairons et nos feuilles de chêne,

Page 193: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

193

Les piques à la main ; nous n'eûmes pas de haine,

- Nous nous sentions si forts, nous voulions être doux !

« Et depuis ce jour-là, nous sommes comme fous !

Le flot des ouvriers a monté dans la rue,

Et ces maudits s'en vont, foule toujours accrue

Comme des revenants, aux portes des richards.

Moi, je cours avec eux assommer les mouchards :

Et je vais dans Paris le marteau sur l'épaule,

Farouche, à chaque coin balayant quelque drôle,

Et, si tu me riais au nez, je te tuerais !

- Puis, tu dois y compter, tu te feras des frais

Avec tes avocats , qui prennent nos requêtes

Pour se les renvoyer comme sur des raquettes

Et, tout bas, les malins ! Nous traitant de gros sots !

Pour mitonner des lois, ranger des de petits pots

Pleins de menus décrets , de méchantes droguailles

S'amuser à couper proprement quelques tailles,

Puis se boucher le nez quand nous passons près d'eux,

- Ces chers avocassiers qui nous trouvent crasseux !

Pour débiter là-bas des milliers de sornettes !

Et ne rien redouter sinon les baïonnettes,

Nous en avons assez, de tous ces cerveaux plats !

Ils embêtent le peuple . Ah ! ce sont là les plats

Que tu nous sers, bourgeois, quand nous sommes féroces,

Quand nous cassons déjà les sceptres et les crosses !.. »

Puis il le prend au bras, arrache le velours

Des rideaux, et lui montre en bas les larges cours

Où fourmille, où fourmille, où se lève la foule,

La foule épouvantable avec des bruits de houle,

Hurlant comme une chienne, hurlant comme une mer,

Avec ses bâtons forts et ses piques de fer,

Ses clameurs , ses grands cris de halles et de bouges,

Tas sombre de haillons taché de bonnets rouges !

L'Homme, par la fenêtre ouverte, montre tout

Au R oi pâle , suant qui chancelle debout,

Malade à regarder cela !

« C'est la Crapule,

Sire. ça bave aux murs, ça roule , ça pullule ...

- Puisqu'ils ne mangent pas, Sire, ce sont les gueux !

Je suis un forgeron : ma femme est avec eux,

Page 194: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

194

Folle ! Elle vient chercher du pain aux Tuileries !

- On ne veut pas de nous dans les boulangeries.

J'ai trois petits. Je suis crapule. - Je connais

Des vieilles qui s'en vont pleurant sous leurs bonnets

Parce qu'on leur a pris leur garçon ou leur fille :

C'est la crapule. - Un homme était à la bastille,

D'autres étaient forçats, c'étaient des citoyens

Honnêtes. Libérés, ils sont comme des chiens :

On les insulte ! Alors, ils ont là quelque chose

Qui leur fait mal, allez ! C'est terrible, et c'est cause

Que se sentant brisés, que, se sentant damnés,

Ils viennent maintenant hurler sous votre nez !

Crapule. - Là-dedans sont des filles, infâmes

Parce que, - vous saviez que c'est faible, les femmes,

Messeigneurs de la cour, - que sa veut toujours bien,-

Vous avez sali leur âme, comme rien !

Vos belles, aujourd'hui, sont là. C'est la crapule.

« Oh ! tous les Malheureux, tous ceux dont le dos brûle

Sous le soleil féroce, et qui vont, et qui vont,

Et dans ce travail-là sentent crever leur front

Chapeau bas, mes bourgeois ! Oh ! ceux-là, sont les Hommes !

Nous sommes Ouvriers, Sire ! Ouvriers ! Nous sommes

Pour les grands temps nouveaux où l'on voudra savoir,

Où l'Homme forgera du matin jusqu'au soir,

Où, lentement vainqueur, il chassera la chose

Poursuivant les grands buts, cherchant les grandes causes,

Et montera sur Tout, comme sur un cheval !

Oh ! nous sommes contents, nous aurons bien du mal,

Tout ce qu'on ne sait pas, c'est peut-être terrible :

Nous pendrons nos marteaux, nous passerons au crible

Tout ce que nous savons : puis, Frères, en avant !

Nous faisons quelquefois ce grand rêve émouvant

De vivre simplement, ardemment, sans rien dire

De mauvais, travaillant sous l'auguste sourire

D'une femme qu'on aime avec un noble amour :

Et l'on travaillerait fièrement tout le jour,

Ecoutant le devoir comme un clairon qui sonne :

Et l'on se trouverait fort heureux ; et personne

Oh ! personne, surtout, ne vous ferait plier !...

On aurait un fusil au-dessus du foyer....

....................................................

Page 195: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

195

« Oh ! mais l'air est tout plein d'une odeur de bataille

Que te disais-je donc ? Je suis de la canaille ! »

Il reste des mouchards et des accapareurs.

Nous sommes libres, nous ! Nous avons des terreurs

Où nous nous sentons grands, oh ! si grands ! Tout à l'heure

Je parlais de devoir calme, d'une demeure...

Regarde donc le ciel ! C'est trop petit pour nous,

Nous crèverions de chaud, nous serions à genoux !

Regarde donc le ciel ! Je rentre dans la foule,

Dans la grande canaille effroyable, qui roule,

Sire, tes vieux canons sur les sales pavés :

Oh ! quand nous serons morts, nous les aurons lavés

Et si, devant nos cris, devant notre vengeance,

Les pattes des vieux rois mordorés, sur la France

Poussent leurs régiments en habits de gala,

Eh bien, n'est-ce pas, vous tous? Merde à ces chiens-là !

Il reprit son marteau sur l'épaule. La foule

Près de cet homme-là se sentait l'âme saoule,

Et, dans la grande cour, dans les appartements,

Où Paris haletait avec des hurlements,

Un frisson secoua l'immense populace.

Alors, de sa main large et superbe de crasse,

Bien que le roi ventru suat, le Forgeron,

Terrible, lui jeta le bonnet rouge au front !

Page 196: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

196

LAMPIRAN 2

TERJEMAHAN PUISI LE FORGERON

Si Pandai Besi

Palais des Tuileries,

sekitar 20 Juni 1792

Palu raksasa di tangan, menakuti

dengan kemabukan dan kemegahan, dahi lebar, menyeringai

Bagaikan terompet perunggu, dengan seluruh mulutnya

Dan menggenggam palu besar itu dengan sorotan liar

Si pandai besi berbicara kepada Louis Seize , suatu hari

Dimana rakyat disana, menggeliat-geliat

Dan menyeret jubah kotornya dari dinding emas istana yang megah

Raja yang baik, dengan perutnya yang tegak, berwajah pucat

Sepucat pengecut yang mereka seret ke tiang gantungan

Dan, tunduk seperti seekor anjing, yang tidak pernah berontak

Untuk itu penempa bajingan yang berbahu besar itu

Mengatakan padanya perkataan lama dan sesuatu yang sangat aneh

saat bahu mencengkram kepalanya, begitu saja !

Dengan begitu, tuan, anda tau bagaimana kami bernyanyi tra la la

Dan kami mendorong sapi untuk membajak yang lain:

Pendeta berkata kepada matahari ttg doa-doanya

Dengan butir-butir rosario berkeping emas

yang Mulia, menunggang kuda, lewat, sambil meniup terompet tanduk

Dan satu orang dengan tali jerat, yang lainnya dengan tali cambuk

Mencari kami – linglung seperti mata sapi

Mata kami tidak menangis ; kami akan pergi, kami akan pergi

Dan ketika kami telah membajak pedesaan

Ketika kami mati dalam tanah hitam ini

Page 197: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

197

Sedikit jasad kami... kami meminta bagian

Kami melihat api melahap gubuk kami di malam hari

anak anak kami membuat kue gosong disana

Oh, aku tidak mengeluh, kukatakan padamu kebodohan-kebodohanku

Ini antara kita. Kubiarkan kau bertentangan denganku.

tapi, bukankah itu menyenangkan tuk disaksikan, di bulan juni

dalam perlumbungan masuklah gerobak-gerobak jerami yg besar ?

Untuk mencium bau yang menyengat ,

dari kebun buah-buahan ketika gerimis, dari rumput merah ?

Untuk melihat ladang gandum, permukaan yang dipenuhi bulir-bulir,

mengira bahwa gandum itu akan menghasilkan roti ? ...

Ya, kita bisa, lebih dari itu, menuju perapian yang menyala

Menyanyikan kegembiraan dengan menempa paron

seandainya kita yakin mampu mengambil sedikit,

sebagai manusia, pada akhirnya ! apa yang Tuhan berikan

tapi inilah, ini selalu cerita lama yang sama

Oh aku paham, sekarang ! aku, aku tidak lagi percaya

Ketika aku memiliki kedua tangan yang kuat, dahiku, dan paluku

Seorang laki-laki datang, dengan belati dibalik mantel

Dan mengatakan padaku : bajingan, semai tanahku !

kemudian yang lain datang, ketika akan terjadi perang

Mengambil anak lelakiku begitu saja, dirumahku !

- Aku, aku seorang manusia, dan kau, kau seorang raja

Kau akan berkata padaku : aku menginginkan ini!.. -kau lihat baik-baik, itu

bodoh.

Kau pikir aku menyukai barakmu yang megah

Page 198: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

198

Perwira-perwiramu, seribu banditmu

Para bajingan sialanmu mengelilingi seperti burung merak :

Mereka telah mengisi sarangmu dengan aroma gadis-gadis kami

Dan dengan jaminan kecil untuk membawa kami menuju bastil

Dan kami akan berkata : tidak apa-apa : orang-orang miskin berlututlah !

Kami akan melapisi emas louvre mu dengan memberikan duit kami !

Dan kau akan mabuk, kau akan membuat pesta indah

Dan tuan tuan itu tertawa, pinggulnya di kepala kami !

Tidak, kotoran itu berasal dari masa ayah-ayah kami! 5

Oh ! orang tak lagi jalang. Tiga langkah

Dan, kami semua telah menjadikan bastilmu sampai ke debu-debunya

Ada keringat darah si binatang di setiap batu

Betapa menjijikannya, bastil itu berdiri

Dengan dinding - dinding penyakit kusta yang mengingatkan akan kami semua

Dan, selalu, mengunci kami dalam kegelapannya!

Rakyat ! rakyat ! inilah masalalu yang gelap

Yang runtuh, yang menggerutu, ketika kami menguasai menara

Kami memiliki sesuatu dalam hati, semacam cinta

Kami memeluk anak anak kami dalam dekapan kami

Dan, bagaikan kuda-kuda, yang mendengus dari lubang hidung

Kami berjalan, kami bernyanyi, dan jantung kami berdetak disana...

Kita mengikuti matahari, didepan , seperti itu

Di paris datang berlarian dengan jaket kotor kami

Akhirnya! kami merasa manusia ! kami pucat saat itu,

Tuan, kami adalah jiwa dengan harapan yang menakutkan :

Dan ketika kami disana, di depan benteng hitam

Menggoncangkan terompet dan daun oak kami

Page 199: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

199

Tombak ditangan; kami tidak memiliki kebencian

Kami merasa sangat begitu kuat, kami ingin menjadi lembut !

Dan sejak hari itu, kami seperti orang gila!

Para buruh membanjiri jalan

Dan kutukan-kutukan terlontar, kegilaan semakin meningkat

Seperti para hantu, di pintu-pintu rumah orang berduit

Aku, aku berlari dengan mereka, memukul mata-mata polisi :

Dan aku pergi ke paris dengan palu di bahu

Liar, di setiap sudut membinasakan hal-hal lucu

Dan, jika kau menghinaku, aku akan membunuhmu !

Lalu, kau harus menghitungnya, kau akan mengeluarkan biaya

Dengan pengacara-pengacaramu, yang mengambil petisi kami

Hanya untuk membolak-balikannya bagaikan bola pada raket

Dan, dibawah sana, para manusia licik ! memperlakukan kami seperti orang

bodoh

Untuk membuat hukum palsu , mengatur keuntungan

Dipenuhi menu dekrit, obat jahat

Bergurau dengan memotong pajak dengan rapih

Lalu menyumbat hidung ketika kami melewati mereka

Pengacara-pengacara baik itu yang menganggap kita kotor !

Untuk mengobral jutaan omongkosong dibawahsana

Dan tak satupun yang ditakuti kecuali bayonet-bayonet

Kami memilikinya cukup, semua otak yang rendah itu !

Mereka yang mengesalkan mayarakat. Ah ! itulah para rendahan

Apa yang kau suguhkani kepada kami, borjuis, ketika kami menjadi ganas

Ketika kami mematahkan tongkat kerajaan dan tongkat uskup

Lalu ia memegang lengan Raja, merobek beludru

Page 200: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

200

Dari tirai-tirai, dan menunjukan ke bawah ke halaman yang luas

Dimana kerumunan, dimana kerumunan, dimana orang banyak bangkit

Kerumunan mengerikan dengan kegaduhan yang menggema

Melolong bagaikan seorang penggerutu, melolong bagaikan lautan

Dengan tongkat kuat dan tombak besinya

Terikan-teriakannya, jeritan kerasnya dari pasar induk dan gubuk-gubuk yang

kotor

Setumpuk pakaiannya yang compang-camping bernoda darah merah gelap

Seorang laki-laki, melalui jendela terbuka, menunjukan ke semua

Seorang raja yang pucat, berkeringat, berdiri sempoyongan

kesakitan yang harus disaksikan!

<<Itulah bajingan

Tuan, yang meludah di dinding, berguling naik, bertumpuk ...

Karena mereka tidak makan tuan, mereka pengemis !

Akulah si pandai besi : istriku bersama mereka

Gila ! ia datang mencari roti ke tuileries !

Kami tidak ingin di toko-toko roti

Aku punya 3 anak kecil. Aku bajingan . – aku tau

Orang renta yang menangis dibawah topinya

Karena anak laki-laki dan anak perempuannya telah diambil dari mereka

Si bajingan. Seseorang dipenjara,

Narapidana lainya disana, mereka adalah rakyat

Yang jujur. Yang berkeliaran, mereka seperti anjing-anjing :

Mereka dihina ! jadi, mereka punya sesuatu disana

Yang membuat mereka sakit , ayo ! ini menakutkan, inilah sebab

Yang membuat mereka merasa hancur, merasa terkutuk

Mereka sekarang datang berteriak dibawah hidungmu !

Bajingan. – didalam sana anak-anak perempuan , nista

Page 201: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

201

Karena, kau tau mereka lemah, wanita-wanita itu

Bagi para penguasa keadilan, bahwa mereka selalu bersedia

Kau telah menodai jiwa mereka, seperti bukan apa-apa !

Gadis-gadismu, hari ini, ada disini. Bajingan

Oh, semua kemalangan ini , semua yang punggungnya terbakar

Dibawah matahari yang ganas, dan yang pergi, yang pergi

Dan dalam pekerjaan itu mereka merasa kepala mereka meledak

Tundukan topi, borjuis-borjuisku ! oh! yang disana itu, para manusia !

Kamilah para buruh, Tuan ! buruh ! ialah kami

Untuk hari besar yang baru dimana kami segera ingin mengetahui

Dimana manusia akan menempa dari pagi hingga malam

Dimana, pemenang secara perlahan, ia akan berburu sesuatu

Meraih tujuan besar, mencari sebab besar

Dan menaiki semua, seperti diatas kuda!

Oh ! kami senang, kami memiliki banyak keburukan

Semua yang tidak diketahui, mungkin mengerikan : kami akan mengetahuinya !

Kami membawa palu kami, kami memperhatikan dengan seksama

Semua apa yang kami tahu : lalu, saudara-saudara, maju !

Kami membuat beberapa kali mimpi besar yang mengharukan

Dari hidup dengan sederhana, sungguh-sungguh, tanpa mengatakan apa-apa

Dari buruk, bekerja dibawah senyum mulia

Dari seorang wanita yang mereka cintai dengan cinta yang agung :

Dan mereka bekerja dengan tulus setiap harinya

Dengan mendengarkan perintah ketika sebuah terompet yang berbunyi

Dan mereka mendapati kesenangan yang kuat ; dan tak seorangpun

Oh! Tak seorangpun, terutama , tidak mengeluh pada anda !

Kami akan memiliki pistol di atas perapian

Page 202: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

202

Oh! Namun udara dipenuhi aroma bastil

Apa yang harus kukatakan padamu ? aku adalah sampah masyarakat!

Oh ! namun udara semua dipenuhi aroma bastil !

Apa yang harus kukatakan padamu ? aku adalah sampah masyarakat !

Tetap ada mata-mata polisi dan penimbun

Kami bebas, kami ! kami merasa ngeri

Dimana kami merasa hebat, oh ! betapa hebat ! sekarang ini

Aku bicara tentang tugas damai, tentang sebuah tempat tinggal

Lihatlah langit ! terlalu kecil untuk kami

Kami akan mati kepanasan, kami akan berlutut !

Lihatlah langit ! kami kembali dalam kerumunan

Dalam sampah masyarakat yang mengerikan, yang berguling

Tuan, pistol tua mu diatas trotoir yang kotor :

Oh ! ketika kami mati, kami ingin dimandikan mereka

Dan jika, di depan jeritan kami, di depan dendam kami

Tangan perunggu tua sang raja, di prancis

Memaksa tentara mereka berpakaian gala

Baik, iya kan, kalian semua ? kotoran anjing-anjing !

Dia kembali dengan palu dibahunya. Seorang gila

yang merasa dekat dengan jiwa yang mabuk

Dan, di halaman luas, dalam kamar

Dimana paris terengah-engah dengan lolongan

Getaran mengguncang populasi yang besar.

Lalu, dengan tangannya yang besar dan luar biasa kotor

Meskipun raja berperut buncit, si pandai besi

mengerikan, melemparkan topi merah ke kepalanya !

Page 203: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

203

LAMPIRAN 3

KUISIONER BAKU – ANGER OLEH SPIELBERGER

Page 204: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

204

Page 205: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

205

Page 206: BAB I PENDAHULUAN A. · 2020. 3. 2. · (Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata

206