bab i pendahuluan a. · 2020. 3. 2. · (siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks –...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia memiliki emosi yang dihasilkan dari pikiran
maupun perasaan. Hude (2006: 8) membagi ekspresi emosi menjadi ke dalam dua
bagian, yaitu emosi positif dan negatif. Ekspresi emosi positif merupakan emosi
yang menyenangkan dan diinginkan oleh setiap orang seperti cinta, bahagia dan
euphoria, sedangkan emosi negatif dapat berupa marah, takut dan cemas. Seperti
yang diungkapkan Hude, salah satu ekspresi emosi negatif yang ada dalam diri
manusia adalah marah.
Kemarahan sering timbul karena adanya kesalahpahaman atau kekecewaan
seseorang atau golongan terhadap sesuatu. Seperti yang dikatakan Seelhofer
(2013: 63), La colère est de l‟énergie , mal dirigée certes, mais elle force vitale.
Kalimat tersebut mengartikan bahwa kemarahan berasal dari energi, yang
diarahkan dengan buruk, namun itu sangat penting dalam hal ini penting dalam
pengekspresian diri. Menurut Aristole (dalam Guadj, 2008: 35), La colère est le
désir de rendre le mal qu‟on nous a fait; mais celle définition peut supporter
quelque objection yang berarti bahwa Kemarahan adalah keinginan untuk
membuat kejahatan yang dilakukan pada kita; namun definisinya bisa mengarah
pada beberapa tujuan. Oswald (2008: 187) juga berpendapat bahwa kemarahan
dapat ditemukan ketika batas telah dilanggar (batas yang dibayangkan atau batas
2
lain), atau ketika nilai-nilai telah dikerdilkan, seperti ketika mempersepsikan
ketidakadilan. Kemarahan itu sendiri dapat diartikan sebagai reaksi yang membuat
mendorong seseorang untuk bertindak agresi. Spielberger (2013: 194)
menyatakan bahwa marah adalah An emotional state that varies in intensity from
mild irritation to intens fury and rage. Kalimat tersebut diartikan sebagai
pernyataan emosional yang intensitasnya beragam mulai dari kejengkelan,
kegeraman hingga amukan.
Spielberger (dalam Cahyani, 1990: 65) mengatakan bahwa kemarahan
terbagi menjadi dua komponen, yaitu pengalaman marah dan ekspresi marah.
Pengalaman marah terdiri dari keadaan marah dan sifat marah (state anger and
trait anger). Keadaan marah (state anger) didefinisikan sebagai suatu keadaan
emosi yang ditandai dengan perasaan-perasaan subjektif yang bervariasi dari rasa
kecewa yang ringan atau jengkel sampai dengan kemarahan yang intens atau
meledak-ledak. Sifat marah (trait anger) didefinisikan sebagai disposisi atau
bawaan untuk menerima suatu jarak yang luas dari situasi-situasi seperti rasa
kecewa atau frustrasi dan kecenderungan untuk merespon situasi-situasi tersebut
dengan lebih seringnya terjadi peningkatan keadaan marah. Ekspresi marah terdiri
dari dua macam, yaitu ekspresi marah yang ditujukan kepada orang lain atau
objek lingkungan (anger out), ekspresi kemarahan yang ditujukan ke dalam atau
perasaan marah yang ditekan atau disimpan (anger in).
Menelisik Abad ke-19 di Prancis, Jean Nicolas Arthur Rimbaud, seorang
penulis muda berbakat, identik dengan tema-tema kemarahan. Rimbaud sering
kali mengungkapkan kemarahan dalam pemberontakan. Kenyataan bahwa
3
pemberontakan adalah gen yang dibawa Rimbaud sejak lahir (Boros, 2009: 110).
Pemberontakan yang dilakukannya membutuhkan objek, sehingga dua hal yang
paling dekat dengannya sejak kanak-kanak langsung menjadi sasaran aksinya,
yaitu: nilai-nilai agama kristiani dan ibunya. Pemberontakan pada nilai-nilai
kristiani hanya dilakukan Rimbaud dengan cara kekanak-kanakkan, dengan
menulis ―Mort à Dieu!‖ (Death to God) di bangku gereja dan menghardik setiap
Pastur yang lewat, sedangkan pemberontakan pada sang Ibu ia realisasikan
melalui bentuk metafora. Sang ibu, Vitalie Cuif Rimbaud, adalah seorang
perempuan dengan bebannya sendiri, suaminya pergi ketika anak-anaknya masih
kecil dan harus menopang kehidupan keluarganya seorang diri. Namun bagi
Rimbaud, ia merupakan manifestasi dari ―Mouth of Shadows‖, mulut kegelapan,
dan yang keluar darinya hanyalah rangkaian aturan serta kasih sayang formalitas.
Selain itu, catatan - catatan Rimbaud dalam bentuk tulisan tangannya yang
terkumpul di Charleville membuktikan bahwa Rimbaud juga mengekspresikan
amarahnya dalam kata-kata. Rimbaud menjadi selebriti setelah memenangkan
hampir semua kompetisi akademik sastra di Paris dan puisinya diterbitkan jurnal
puisi nasional tepat ketika usianya 1 5 tahun. Rimbaud pun menjadi sastrawan
termuda di zamannya. Prestasi-prestasi ini menunjukkan kejeniusan Rimbaud
karena puisi-puisinya mengandung tingkat kedalaman wacana dan penggunaan
diksi layaknya penulis berpengalaman. Gaya penulisannya yang polifonik
membuat Rimbaud hadir menerobos konvensi sastra pada zamannya yang sangat
memperhatikan rima, ritme, dan struktur. Seperti yang dikatakan Paz (2002: 51)
bahwa Rimbaud adalah seorang remaja yang membentengi dirinya dengan hujatan
4
yang menyilaukan, kendatipun semua orang berusaha merubahnya menjadi
semacam binatang yang kerasukan kata-kata.
Dengan begitu, Rimbaud membuktikan bahwa kemarahan memiliki wujud
yang positif, tidak selalu melalui agresi , melainkan dapat disalurkan melalui
karya sastra. Sejalan dengan yang dikatakan Sapardi (Apandi, 2017: 48) yang
memaparkan bahwa karya sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan
bahasa sebagai medium. Scholes (1992: 1) juga mengatakan bahwa sastra itu
sebuah kata, bukan sebuah benda. Sebagaimana Rimbaud yang selalu ekspresif
dalam karyanya, hal ini didukung oleh pernyataan Lyons (1979: 108) bahwa karya
sastra merupakan tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dan
ekspresi individual pengarangnya.
Diantara banyak karya sastranya yang menggambarkan kemarahan,
puisinya yang berjudul Le forgeron menjadi salah satu yang sangat menarik untuk
diteliti. Le Forgeron, puisi yang memaparkan tentang kemarahan kaum buruh
yang disimbolkan dengan si pandai besi terhadap kepemimpinan Louis XVI itu,
memiliki 17 bait yang dicirikan sebagai tahun keadaan puisi tersebut, yang terjadi
pada tahun 1789. Hal yang paling istimewa bagi penulis, kenyataannya Rimbaud
mampu menciptakan keadaan suasana yang detil dalam puisi itu, sedangkan ia
sendiri tidak merasakannya secara langsung karena ia sendiri belum terlahir pada
masa itu.
Selain menjadi media penyampaian kehidupan sosial, dalam dunia
pendidikan, karya sastra memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
5
pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa asing. Dalam mempelajari bahasa
asing, tentu literasi karya sastra tidak terlepas untuk mengenal budaya bahkan
peradaban negara tersebut. Sebagai pembelajar bahasa asing, yaitu Bahasa Prancis
di Universitas Negeri Jakarta, penulis merasakan manfaat dari mengenal karya
sastra dan sastrawan Prancis yang terdapat dalam mata kuliah Littérature
Francaise.
Keterkaitan tersebut, mendasari penulis mengangkat puisi sebagai objek
penelitian, serta Revolusi Prancis yang terdapat dalam puisi ini diharapkan
mampu memberikan kontribusi penting bagi para pembaca dalam hal pengetahuan
maupun bagi para peneliti yang ingin menjadikan karya sastra sebagai kajian
penelitian.
B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian
Permasalahan penelitian ini dibatasi atau difokuskan pada analisis tematik
yang bertema kemarahan yang terdapat dalam puisi Le Forgeron karya Arthur
Rimbaud. Adapun sub fokus dalam penelitian ini adalah faktor-faktor terjadinya
kemarahan dan jenis ekspresi kemarahan.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Faktor- faktor apa saja yang memicu kemarahan ?
6
2. Bagaimana jenis-jenis ekspresi marah (anger out dan anger in) itu
diungkapkan ?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian ini diharapkan berguna bagi pembaca pada umumnya
mahasiswa prodi pendidikan dan sastra bahasa asing, Fakultas Bahasa dan Seni,
khususnya Universitas Negeri Jakarta, untuk mengetahui salah satu karya sastra
puisi Arthur Rimbaud yang bertema kemarahan yang dipaparkan melalui kajian
analisis isi puisi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan referensi bagi mahasiswa Prodi
pendidikan dan sastra bahasa asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Jakarta, terutama prodi pendidikan bahasa prancis yang tertarik pada pengkajian
puisi khususnya Le Forgeron karya Arthur Rimbaud. Yang paling utama adalah
mengkaji puisi Arthur Rimbaud yang bertema kemarahan maupun tema lainnya
dalam puisi-puisi dan karya sastra lainnya dalam mata kuliah littérature francaise.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan untuk
memunculkan makna dalam sajak. Teori pertama akan membahas mengenai
pengertian puisi unsur-unsur pembentuk puisi yang akan memunculkan makna.
Selanjutnya, teori tentang kemarahan yang menjadi dasar untuk mengungkap
makna dalam sajak.
A. Karya Sastra Puisi
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra dengan kata- kata indah sebagai
ciri khasnya. Sejalan dengan pengertian Sugono (2005: 3) mengenai puisi, yaitu
jenis sastra yang bentuknya dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu
mempertajam kesadaran orang akan sesuatu pengalaman dan membangkitkan
tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna khusus. Definisi puisi Sugono
menjelaskan bahwa puisi merupakan salah satu karya sastra yang memiliki ciri
khas pada bunyi , irama dan bentuk yang dimaksud kan untuk memberikan
penekanan terhadap pembaca agar pembaca dapat menangkap dan merasakan ide
penulis dengan dalam. Waluyo (1987: 25) juga mengemukakan bahwa, puisi
adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair
secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan
struktur batinnya. Dengan kata lain, puisi adalah media untuk menggambarkan ide
maupun perasaan dengan kata-kata pengandaian atau dengan hal-hal yang
8
dimaksud dengan struktur fisik dan struktur batin. Sedangkan Luxembourg
(Siswanto, 2008 :107) menyebutkan, puisi adalah teks – teks monolog yang isinya
bukan pertama-tama merupakan sebuah alur. Atau dengan kata lain, isisnya bukan
semata-mata sebuah cerita, tetapi lebih merupakan ungkapan perasaan.
Jadi, puisi adalah bentuk karya sastra yang bahasanya terikat oleh irama,
matra, rima dan biasanya merupakan ungkapan pikiran atau perasaan penyair serta
ditata secara cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan
pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama dan makna
khusus.
B. Unsur-Unsur Pembentuk Puisi
Puisi dibentuk dari tiga unsur. Tiga unsur tersebut yaitu, tataran bunyi atau
fonologis, tataran tata bahasa atau sintaksis, dan tataran makna atau semantik
(Rifaterre, 1977: 311). Dalam analisis tataran fonologis akan dianalisis unsur-
unsur bunyi. Analisis tataran fonologis dilakukan sebelum analisis sintaksis dan
semantik karena unsur-unsur bunyi merupakan unsur yang memberikan efek awal
pada puisi. Selanjutnya analisis sintaksis merupakan analisis yang akan membahas
tentang tata bahasa pada sajak. Dalam tahap ini pemahaman teori tata bahasa dan
konsep kemarahan harus dipadukan. Selanjutnya analisis tataran makna atau
semantik merupakan analisis yang memerlukan pemahaman dan keterbukaan
pemikiran tentang makna. Analisis pada tataran-tataran di atas diperlukan kerena
unsur-unsurnya saling memperkuat makna.
9
B.1. Unsur Fonologi
Unsur bunyi atau fonologis adalah permainan bunyi untuk menciptakan
nilai estetis yang dapat menimbulkan gambaran-gambaran ide penyair. Sejalan
dengan pernyataan Pradopo (2009: 22), Bunyi di samping hiasan dalam puisi,
juga mempunyai tugas yang penting lagi, yaitu memperdalam ucapan,
menimbulkan rasa, dan menimbulkan bayangan angan yang jelas, menimbulkan
suasana khusus, dan sebagainya. Unsur-unsur bunyi yang akan dibahas hanya
meliputi metrik, synérèse-diérèse, fonem, l‟hiatus-élision, dan rima karena
berkaitan dengan kepentingan analisis. Unsur-unsur fonologi lainnya tidak
dibahas karena tidak memiliki kepentingan analisis. Berikut penjabaran setiap
unsur bunyi.
a. Metrik
Metrik merupakan pembagian kata di setiap larik dengan mengacu
pada perhitungan suku kata (syllabe). Metrik berguna untuk mengetahui
posisi antar suku kata yang akan dibunyikan atau diberhentikan sementara.
La métrique du vers français se fonde sur le compte des syllabes (Schmitt,
1982: 133 ). Dalam menentukan metrik, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menghitung suku kata tiap larik.
Contoh: Et prenant ce gros-là dans son regard farouche
Et/pre/nant/ce/gros/la | dans/son/re/gard/fa/rouche
(6 + 6)
10
Berdasarkan contoh, pola metrik yang digunakan bernama
hémistiches. Hémistiches merupakan pemisahan metrik menjadi dua
bagian yang memiliki jumlah suku kata yang sama, pada contoh dituliskan
pola (6+6). Pola metrik akan mendukung tema yang diusung dalam sajak
melalui dominansi hemistiches.
Berikut berbagai jenis larik yang disesuaikan dengan jumlah suku
kata menurut Djurdja Sinko (1978: 4-8) yang berfungsi sebagai acuan
penghitungan metrik.
1) Larik yang terdiri dari 2 suku kata disebut dissyllabe.
Contoh: Murs, ville
Et port,
Asile
De mort (« Djinns », V. Hugo)
2) Larik yang terdiri dari 3 suku kata disebut trissyllabe.
Contoh: ―Par Saint-Gilles,
Viens-nous en,
Mon agile‖
Alezan (V. Hugo)
3) Larik yang terdiri dari 4 suku kata disebut tétrasyllabe atau
quadrisyllabe.
Contoh : Je chante aussi
(Rimbaud)
4) Larik yang terdiri dari 5 suku kata disebut pentasyllabe.
Contoh: ―Je chante aussi, moi :
Multiples soeurs ! voix
11
Pas du tout publiques !‖
(Rimbaud)
5) Larik yang terdiri dari 6 suku kata disebut hexasyllabe.
Contoh: ―A vous troupe légère,
Qui d‘aile passagère
Par le monde volez‖
(Du Bellay, Jeux rustiques)
6) Larik yang terdiri dari 7 suku kata disebut heptasyllabe.
Contoh: ‗Sur des ruines virginales‘
(P. Eluard)
7) Larik yang terdiri dari 8 suku kata disebut octosyllabe; khususnya
terdapat pada larik-larik puisi Prancis pada abad ke-10.
Contoh: qu‘une autre voix enclace, furieuse
(Paul Verlaine, Per Amica Silentia)
8) Larik yang terdiri dari 9 suku kata disebut énéasyllabe.
Contoh: Tournez, tournez, // bons chevaux de bois, 4//5
Tournez cent tours, // tournez mille tours 4//5
(Verlaine, Romances Sans Paroles)
9) Larik yang terdiri dari 10 suku kata disebut décasyllabe.
Contoh: Ce toit tranquille, // où marchent des colombes 4//6
Entre les pins palpite, // entre les tombes 6//4
(Valéry, « Le Cimetière marin »)
10) Larik yang terdiri dari 11 suku kata disebut hendécasyllabe.
Contoh: Oh ! Ce toit tranquille, // où marchent des colombes 5//6
11) Larik yang terdiri dari 12 suku kata disebut dodécasyllabe atau
alexandrin.
Contoh: Mon coeur, lassé de tout, // même de l‘espérance,
N‘ira plus de ses voeux // importuner le sort;
12
Prêtez-moi seulement, // vallons de mon enfance,
Un asile d‘un jour // pour attendre la mort.
(Lamartine, Méditations poétiques, « Le Vallon »)
b. Synérèse dan Diérèse
Synérèse dan Diérèse merupakan salah satu aspek fonologi dimana
pembacaanya termasuk dalam penghitugan metrik. Il y a synérèse
lorsqu‟au contraire les deux voyelles sont comptées pour une même
syllable (Schmitt, 1982: 134). Synérèse adalah pengucapan diftong (dua
huruf vokal yang bertemu dalam satu kata) yang dilafalkan dalam satu
suku kata. Sebaliknya, diérèse adalah pengucapan diftong yang dilafalkan
dalam dua suku kata. Pengucapan synérèse dan diérèse harus mengacu
pada dominasi jumlah perhitungan suku kata dalam sajak. Sebagai contoh,
dalam satu sajak terdapat dominasi alexandrin (suku kata yang berjumlah
12), maka kata-kata yang memiliki diftong harus disesuaikan agar larik
yang terdapat kata tersebut memiliki suku kata berjumlah 12. Pemakaian
synérèse dan diérèse memberikan indikasi pada suatu makna atau terkait
dengan unsur fonologi lainnya.
Contoh:
4a Dans/les/gran/ges/en/tres | des/voi/tu/res/de/foin// (synérèse)
Qu‘un/hom/me/vi/enne/la | da/gue/sous/le/man/teau// (diérèse )
c. Fonem
13
Dalam sajak, fonem berfungsi untuk memberikan makna. Fonem
yang digunakan dalam penelitian unsur bunyi bukanlah fonem secara
keseluruhan yang muncul dari setiap kata, namun penentuannya dibagi
menjadi 2, yaitu asonansi (assonance) dan aliterasi (allitération). Menurut
Nayrolles (Lamirault, 1886: 301), asonansi yaitu on appelle assonance la
répétition d‟une ou plusieurs voyelles à l‟intérieur d‟un vers (disebut
asonansi pengulangan satu atau beberapa vokal didalam sebuah larik).
Contoh : l‟élixir de ta bouche où l‟amour se pavane. Aliterasi yaitu on
appelle allitération la répétition d‟une ou plusieurs consonnes à
l‟intérieur d‟un vers (disebut aliterasi pengulangan satu atau beberapa
konsonan dalam sebuah larik). Contoh : Pour qui sont ces serpents qui
sifflent sur vos têtes?
Setiap fonem memiliki arti tersendiri, contohnya fonem [l] yang
bermakna likuiditas. Jika suatu sajak memiliki dominasi fonem [l], maka
sajak tersebut menceritakan tentang perjalanan dan atau sesuatu yang
berhubungan dengan aliran (likuiditas). Dalam sajak Le Forgeron, fonem-
fonem yang sering muncul adalah [R], [s], [l], [t], [u], [ᾶ], [e], [ε], [o], [p],
[a], [m] dan [d] yang bermakna kekerasan, desisan, likuiditas, kebrutalan,
kekuatan, kejijikan, suara tajam dan kuat, kegelapan dan perjalanan
(Joubert 1988: 67). Berikut tabel fonem yang digunakan dalam analisis.
14
Tabel 2.1
Fonem Menurut Joubert, 1988)
Fonem (tidak
disusun berdasar
kepentingan)
Sifat Akustik dan
Aplikasi Arkulatif
Nilai semantik yang
mungkin disebabkan
[i] [y] [e] [ø]
[a] [α] [ᾶ]
Volume resonator dan
bunyi tajam yang lemah
Apertur maksimal
―hal yang kecil‖
―hal yang besar‖
[i] [e] [ε]
[u] [o] [õ] [ↄ]
Bunyi tajam
Bunyi berat
―kejernihan‖
―kegelapan/kesamaran‖
[i] [e] [ε]
[a] [α] [ᾶ]
[u] [o] [õ] [ↄ]
Bunyi tajam
Mulut terbuka maksimal
Bunyi berat
―suara tajam‖
―suara kuat‖
―suara samar-samar‖
[i] [e] [ε]
[u] [o] [ↄ]
Bibir merentang, bunyi
tajam, vokal anterior
Pergerakan menuju
belakang bibir, bunyi
berat, vokal posterior
―bentuk yang kaku‖
―bentuk bulat‖
[i] Vokal anterior, bunyi
tajam
―sesuatu yang ringan‖
dan ―kecepatan‖
[ ] [ ] [ᾶ] [õ] Nasalitas ―kelambatan‖ dan
―kelembutan‖
Konsonan oklusif: -
Keras: [p] [t] [k] -
Lembut: [b] [d] [g]
- Labial: [p] [b]
Konsonan konstriktif
dan nasal - lembut: [v]
[z] [з] [R] [l] [m] [n]
- keras: [s] [∫] [z]
[l]
Ledakan
Gerakan ke arah belakang
bibir
Gesekan, lengkingan
Frekuensi yang lebih
tinggi
Bunyi lateral
―kekuatan‖, ―ketiba-
tibaan‖, ―brutalitas‖
(nilai ini lebih tepat
untuk konsonan keras)
― kejijikan‖
―hembusan‖, ―jangka
waktu‖, ―kelembutan‖,
―menggelincir‖,
―pergerakan‖
15
[m] [n]
[R]
Nasalitas
getaran
―desisan‖
―kecairan‖
―kelambatan‖ dan
―kelembutan
―kekerasan‖
Peyroutet (1994: 51) juga menjabarkan makna-makna dalam fonem
sebagai berikut.
Tabel 2.2
Vokal (les voyelles) Menurut Peyroutet, 1994
Tipe Efek
Tajam (Aigués) : i [i], u [y] Kuatnya suara, jeritan, kesan dan
ketajaman perasaan
Jelas (claire) : é [e], è [ε] , eu tertutup
[ø] ; in [ ]
Kelembutan, kehalusan, ketulusan,
kecepatan dan kegembiraan
Keras (éclatentes): a [a], o terbuka
[ɔ]; eu terbuka [œ], e diam [ә]; an [ ];
un [œ ]
Bunyi yang keras, kabur jika vokal
nasal, perasaan yang kuat,
menggambarkan perasaan yang
sentimental
Suram (sombres); ou [u]; o tertutup
[o]; on [õ]
Bunyi yang tertahan, gemuruh, atau
gelegar, kekakuan, keseriusan, dan
kesedihan
Tabel 2.3
Konsonan yang Terhambat (les consonnes momentanées) Menurut Peyroutet,
1994
Tipe Efek
Tertahan (sourdes): p [p]; t [t], c [k] Seperti menepuk udara dengan
pukulan keras, suara meledak
16
Berbunyi (sonores);b [b]; d [d]; g [g] Suara dan gerakan kaku, perasaan
seperti kemarahan, sindiran keras.
Tabel 2.4
Konsonan yang Lancar (les consonnes continues) Menurut Peyroutet, 1994
Tipe Efek
Sengau (Nasale); m [m]; n [n] Pelan, lembut mendekat vokal nasal.
Licin (Liquide): l [l] Licin dan cair
Bergetar (vibranie) Berderit, gemuruh, gelegar
Menderis (spirantes): f [f]; v [v]; s [s];
z [z]; ch [ƒ]; j [ʒ ], iyod [j]
Labio dental [f], [v] mengungkapkan
hembusan nafas yang lembut.
Spirantes dentals [s] dan [z]
mengungkapkan hembusan, tiupan,
sikap meremahkan, kejengkelan dan
sindiran.
Bunyi desis [s]dan [z]
mengungkapkan kejengkelan, sikap
meremehkan dan kemarahan.
L‟hiatus dan élision
L‟hiatus est la rencontre de deux voyelles appartenant à deux mots
différents dont le premier n‟est terminé par une consonne (Schmitt 1982 :
134). L‟hiatus merupakan satu kata yang diakhiri huruf vokal menghadapi
kata yang diawali huruf vokal atau fonem /h/. Contoh: Le bras sur un
marteau gigantesque, effrayant . Berdasarkan contoh, pengucapan que
dan e dilakukan menyambung. L‟élision merupakan artikel, negasi,
pronominal, konjungsi, dan adverbial berhadapan dengan kata yang
17
diawali huruf vokal. Contoh: D'ivresse et de grandeur, le front large ,
riant augmente ses verdures. L‟élision pun juga diucapkan secara
sambung. L‟hiatus dan elision diperlukan dalam analisis untuk
memperkuat dan mendukung makna.
d. Rime (Rima)
La rime n‟est devenue constitutive du vers que plus tard: il y a
rime, dans deux vers ou plus, lorsque la dernière yoyelle accentuée et les
autres phonèmes qui eventuellement, terminent après elle ces vers sont
identiques (Schmitt 1982: 136). Rima merupakan persamaan bunyi yang
identik antara dua larik atau lebih. Rima memiliki banyak aspek,
diantaranya struktur, kualitas, dan alternansi. Menurut Schmitt dan Viala
(1982: 136), terdapat beberapa struktur rima, yaitu:
1) La rime plate (atau suivies), dalam bahasa Indonesia disebut
dengan rima rangkai. Dalam rima rangkai, rima yang terletak pada
akhir setiap larik, biasanya pada puisi jumlah baitnya tertentu,
yakni pada setiap larik pertama dan kedua. Rima itu merangkaikan
larik pertama dan kedua sehingga dikatakan berpola aa, bb, cc, dan
seterusnya.
2. La rime embrassée atau rima berpeluk, adalah rima yang
memiliki rumus abba. Rima akhir pada bait berlarik empat, yang
larik pertamanya berima dengan larik keempat dan larik kedua
berima dengan larik ketiga.
18
3. La rime croisée atau rima bersilang, adalah rima dengan struktur
abab. Rima yang berdasarkan letak kata dalam larik, yang berima
itu adalah kata-kata yang terletak pada bagian akhir larik-larik yang
berlainan. (Sujiman, 1980:115-117)
Dalam menganalisis karakteristik kemarahan, aspek yang akan
dianalisis hanya kualitas dan alternansi rima. Kualitas rima (qualité de
rime) adalah klasifikasi rima berdasarkan kesamaan transkripsi fonetik
dari rima yang memiliki bunyi identik. Contoh: effrayant [e.fʁe.jᾶ] dan
riant [ʁi.jᾶ]. Berdasarkan contoh, terdapat dua transkripsi fonetik yang
sama yaitu [jᾶ], dengan demikian maka kualitas rima dari kata ardentes
dan pendantes yaitu suffisant (dua transkripsi fonetik identik). Kualitas
rima juga dapat berupa pauvre (satu transkripsi fonetik identik) dan riche
(tiga transkripsi fonetik identik).
Alternansi rima (alternance de rime) merupakan klasifikasi rima
berdasarkan huruf terakhir pada rima. Alternansi rima terbagi menjadi
rima maskulin (masculine) dan feminine (feminine). La rime masculine
est celle qui se produit lorsque la dernière syllable du vers porte la voyelle
accentuée (Schmitt 1982: 136). Rima maskulin adalah rima yang memiliki
akhiran huruf konsonan dan atau selain huruf ―e‖, sedangkan rima feminin
merupakan rima yang memiliki akhiran huruf ―e‖. Contoh: Bouche [buʃ]
Berdasarkan contoh, alternansi rima pada kata Bouche adalah rima
maskulin. Makna-makna yang terkandung dalam sajak dapat diungkap
melalui rima.
19
B.2. Unsur Sintaksis
Unsur sintaksis merupakan unsur tata bahasa yang membahas tentang
hubungan antar kata. Seperti yang dikatakan oleh Bourget (1994: 33), la syntaxe
s‟intéresse donc aux règles qui president à l‟ordre des mots, aux relations qu‟ils
entretiennent entre aux, àleur fonctionnement. La syntaxe contribute
naturellement à l‟élaboration du sens de la phrase. Maksudnya adalah sintaksis
memberi perhatian pada aturan yang menguasai susunan kata, hubungan, dan
fungsinya. Tentu saja sintaksis mendukung dalam pembentukan makna kalimat.
Aspek-aspek sintaksis akan memperkuat makna-makna yang terkandung dalam
sajak. Berikut unsur-unsur sintaksis yang membentuk puisi Le Forgeron.
a) Subjek (Sujet), Objek (Objet), dan Kata Kerja/Verba (Verbe)
Subjek merupakan pelaku suatu pekerjaan yang biasanya
memengaruhi objek, sedangkan objek adalah sesuatu/seseorang yang
terpengaruh oleh pekerjaan yang dilakukan subjek.
Le verbe est l‟élément essential de la phrase. Il exprime un état ou une
action (Delatour 2004:89). Kata kerja/verba merupakan elemen penting dalam
sebuah kalimat. Verba menjelaskan kegiatan yang sedang dilakukan oleh
subjek. Verba terbagi menjadi verba transitif dan intransitif. Verbes
intransitifs, c‟est-à-dire qu‟ils ont un sens par eux-mêmes, sans être suivis
d‟un complement d‟objet (Delatour 2004: 91). Verba transitif adalah verba
yang memerlukan objek, sebaliknya verba intransitif merupakan verba yang
tidak memerlukan objek, contoh: courir (berlari).
20
b) Waktu/Kala (Le temps)
Kata menunjukkan waktu kejadian pada kalimat. Dalam bahasa
Perancis terdapat tiga kelompok untuk menunjukkan kata, yaitu: le passé
(lampau), le présent (sekarang), dan le futur (masa depan). Dalam sajak Le
Forgeron ditemukan ketiga bentuk waktu tersebut.
Le passé yang terdapat sajak ini yaitu le passé compose,
l‟imparfait, dan le plus que parfait. Menurut Pahlow (2015: 5) Le passé
composé exprime qu‟une action dans le passé est terminée. Il souligne
donc principalement le résultat ou la concéquance de l‟action. Le passé
composé mengekspresikan suatu aksi di masa lalu dan telah selesai. Ia
menekankan pada hasil atau akibat dari suatu aksi. Le passé composé
dibentuk oleh auxiliare dan participe passé, contoh bentuk passé composé
dari verba parler: J‟ai parlé, tu as parlé, elle a parlée. L‟imparfait
exprime et décrit des faits et actions dans le passé en soulignant le
déroulement et la répétition de ceux-ci. L‟imparfait menyatakan dan
menjelaskan kejadian- kejadian dan aksi- aksi di masa lalu dengan
menekankan penerusan dan pengulangan dari kejaidan serta aksi tersebut.
Le plus que parfait est employé dans un récit au passé (en principe à
l‟imparfait, au passé composé ou au passé simple), pour renvoyer à des
faits, situations et actions qui ont eu lieu avant le moment du passé que
l‟on raconte. Le plus que parfait digunakan dalam sebuah cerita di masa
lalu (dengan prinsip l‘imparfait, le passé composé atau le passé simple),
untuk mendahulukan kejadian, situasi dan aksi yang terjadi sebelumnya.
21
Le présent est principalement utilisé pour parler du temps présent,
parfois du futur. Il est l‟un des temps les plus employés de la langue
français. Le présent terutama digunakan untuk mengatakan waktu saat ini,
terkadang masa depan. Ia merupakan salah satu bentuk waktu yang paling
digunakan dalam bahasa prancis, juga dapat digunakan untuk
menggambarkan situasi saat ini.
Le futur yang digunakan dalam sajak ini adalah futur simple. Le
futur simple est utilisé pour exprimer une intention de faire quelque chose
dans l‟avenir ou pour exprimer une supposition quant aux actions et
situations à venir. Kalimat tersebut memiliki arti bahwa futur simple
disgunakan untuk menjelaskan sebuah kesengajaan dalam melakukan
sesuatu di masa yang akan datang atau untuk menjelaskan sebuah
anggapan ketika beberapa aksi dan situasi akan dilakukan. Sajak ini juga
terdapat participe présent yang saat ini sudah tidak banyak digunakan
dalam bahasa prancis sehari-hari terutama dalam lisan.
Jadi, keterkaitan pemilihan verba dan kala dalam sajak terhadap
makna yang akan diungkap yaitu banyak verba pada sajak yang memiliki
persamaan makna sehingga makna utama dapat ditemukan dan kala yang
digunakan mendukung makna utama tersebut.
c) Modalitas (Modalité)
Le mode d‟un verbe permet à la personne qui parle d‟exprimer son
attitude à l‟égard de ce qu‟elle dit (Delatour 2004: 114). Modalitas
22
merupakan cara pembicara untuk menyampaikan maksud dari isi
pembicaraan. Terdapat lima jenis modalitas dalam bahasa Prancis menurut
Noel (1851: 36), yaitu: l‟indicatif, le subjonctif, le conditionnel,
l‟impératif, dan l‟infinitif. L‟indicatif untuk menyatakan fakta, peristiwa,
dan lain-lain. Maksudnya adalah L‟indicatif menunjukkan bahwa maksud
pembicara adalah pasti. Le subjonctif digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, emosi, pendapat, keraguan, dan keadaan subjektif. Dengan kata
lain, Le subjonctif menunjukkan bahwa maksud pembicara menyampaikan
penilaian. Le conditionnel mengekpresikan kata kerja yang dikaitkan
dengan kondisi/ syarat. Maksudnya, Le conditionnel menunjukkan bahwa
maksud pembicara adalah menyampaikan sesuatu yang belum pasti
terjadi. L‟impératif menggambarkan kehendak, keinginan dan nasihat.
Impératif tidak mempunyai bentuk waktu. (Crocker, 2005: 97). L‟infinitif
ditunjukan secara samar-samar, tanpa menunjuk jumlah atau seseorang.
d) Kata Sifat/Ajektif (L‟adjectif) dan Kata Benda/ Nomina (Le Nom)
L‟adjectif exprime une qualité du nom (Delatour 2004: 24). Ajektif
menjelaskan kualitas dari nomina/kata benda. Ajektif juga digunakan
sebagai pelengkap nomina. Ajektif terbagi menjadi les adjectif numéraux
(menunjukkan jumlah) dan les adjectif qualificatifs. Un nom désigne un
être animé ou un inanimé (Delatour 2004: 18). Nomina dapat berupa un
animé (orang dan atau binatang) dan un inamé (pemikiran, kejadian,
perasaan).
23
e) Adverbia (L‟adverbe),
Un adverbe est un mot ou un groupe de mots invariable qui
modifie le sens d‟un mot ou une phrase (Delatour 2004:164). Adverbia
yang merupakan kata dan gabungan kata yang berguna untuk memperjelas
verba. Adverbia terbagi menjadi adverbes de manière (cara), adverbe de
temps (waktu), dan adverbe de lieu (tempat).
f) Enjambemen (L‟enjambement)
L‟enjambement fait un rejet lorsqu‟une phrase ou une proposition
grammaticale commencée dans un vers se prolonge sur le vers suivant,
sans toutefois occupier la totalité de celui-ci (Schmitt 1982:137).
Enjambemen/pemotongan sajak terjadi apabila unsur sintaksis yang
pendek (objek kalimat) dipindahkan pada awal baris sajak selanjutnya
(rejet) atau unsur sintaksis yang pendek (subjek kalimat) berada pada akhir
baris sajak (contre rejet).
g) Tanda Baca ( [.];[,];[!];[?];...)
Tanda baca adalah suatu media yang merepresentasikan ujaran ke
dalam bentuk tulisan (Dessons, 1991:47). Tanda baca berfungsi dalam
membentuk intonasi yang baik ketika membaca, sehingga ketika sedang
membaca, pembaca dapat berbicara seperti dalam bahasa lisan. Setiap
tanda baca yang ada dalam puisi memiliki arti tersendiri. Misalnya tanda
baca [,], seperti fungsinya dalam suatu kalimat, tanda baca ini bisa berarti
―berhenti sejenak‖. Jika di dalam sebuah puisi terdapat, banyak tanda
24
baca [,], hal tersebut dapat berarti sesuatu yang sangat melelahkan, karena
penyair selalu harus berhenti sejenak.
B.3. Unsur Semantik
La sémantique est la science qui s‟occupe de l‟étude des sens des mots et
de leurs variations. (Bunge, 1978: 5). Semantik adalah ilmu yang meliputi studi
tentang makna kata dan variasinya. Analisis tataran semantik merupakan analisis
yang membahas tentang makna, termasuk makna denotatif dan konotatif. Menurut
Baylon dan Mignot (1995:36-37), dénotation est désignation, utilisation d‟un
signe pour evoquer un referent, yang berarti denotasi adalah penunjukkan,
penggunaan suatu tanda untuk menunjukkan suatu acuan. Denotasi adalah makna
sebenarnya dari suatu kata atau kelompok kata untuk menyatakan benda atau
peristiwa tanpa melihat konteksnya. Selanjutnya adalah konotasi, Baylon dan
Mignot juga mengatakan bahwa La connotation est tout ce qui est dans le sens qui
n‟est pas propriété objective du referent. Maksudnya, konotasi adalah semua
makna yang tidak sama persis dengan acuannya. Makna konotasi telah bergeser
dari makna sebenarnya, tetapi masih memiliki kaitan dengan makna sebenarnya
dan makna konotasi ini dapat ditemukan dalam berbagai bentuk majas. Jadi,
analisis semantik akan dilakukan dengan mencari komponen makna dan majas.
a) Komponen Makna
Champs lexicaux adalah kesatuan kata-kata yang berasal dari satu
kesatuan medan dari kenyataan (Baylon dan Mignot, 1995:115). Analisis
komponen makna dapat dilakukan dengan cara penyebutan,
25
pengklasifikasian, dan pendefinisisan. Manfaat dari analisis komponen
makna adalah untuk mengetahui pesan melalui kata.
b) Majas
Majas merupakan cara untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih
hidup/ekspresif daripada melalui cara biasa atau ungkapan kata uang
mengandung makna sebenarnya. Majas digolongkan menjadi enam
kelompok besar yaitu Les figures de l‟analogie ( comparaison, la
métaphore, l‟allégorie, la personnification), Les figures de la substitution (
la métonymie, la synecdoque, la périphrase, l‟antonomase), Les figures de
l‟opposition (l‟antithèse, l‟antiphrase, l‟oxymore, le chiasme), Les figures
de l‟amplification (l‟hiperbole, l‟anaphore, la gradation, la répétition,
l‟accumulation, la paronomase), Les figures de l‟atténuation (la litote,
l‟euphémiste) dan Les figures de la construction (le parallélisme, l‟ellipse,
l‟anacoluthe, l‟asyndète, la réthorique). Dalam sajak Le Forgeron
terdapat enam majas. Berikut penjabaran teori masing-masing majas:
1. Sinekdok/ Synecdoque
Sinekdok merupakan gaya bahasa yang menyebutkan satu
bagian untuk keseluruhan (Fromilhague 1995:60). Majas sinekdok
terbentuk dari subtitusi signifiant dan hilangnya signifié. Jadi,
majas ini membandingkan dua hal, namun penanda dianggap
mewakili hal yang dibandingkan (petanda). Contoh-contoh
sinekdok:
26
-Keseluruhan untuk sebagian : ― avoir une bonne cave‖ =
(du bon vin)
-Sebagian untuk keseluruhan : ―avoir un toit‖
-Jamak untuk tunggal : ―envoyer ses amitiés‖
2. Personifikasi/ Personification
Personifikasi merupakan gaya bahasa yang merepresentasi
suatu benda/keadaan yang seolah-olah memiliki karakter seperti
manusia.
3. Metafora/Métaphore
Metafora merupakan gaya bahasa yang membandingkan
dua hal yang kurang identik. Metafora terbagi menjadi métaphore
in prasentia dan métaphore in absentia. métaphore in prasentia
merupakan jenis metafora yang secara jelas membandingkan dua
hal (biasanya dengan bantuan verba être), sedangkan métaphore in
absentia merupakan metafora yang hanya menampilkan satu hal
yang dibandingkan (Fromilhague 1995: 72)
4. Hiperbola/Hipérbole
Hiperbola merupakan majas yang melebih-lebihkan sesuatu
dengan menggunakan kata yang lebih ekspresif. Majas ini berguna
untuk memperkuat nuansa sajak (Fromilhague 1995: 113)
27
5. Metonimi/Métonymie
Metonimi merupakan majas yang menggunakan simbol
untuk mengekspresikan keadaan (Fromilhague 1995: 64)
6. Perbandingan/ Comparaison
―Une comparasion réunit deux éléments comparés en
utilisant un mot comparatif‖ Nayrolle (dalam Lamirault, 1886: 44).
Perbandingan menggabungkan dua unsur yang dibandingkan
dengan menggunakan kata pembanding. Peyroutet (1994: 67)
mengatakan perbandingan dapat ditandai dengan kata pembanding
seperti: tel, comme, ressembler, paraître, sembable à.
C. Kemarahan
L‟Indignation est une Haine envers quelqu‟un qui a fait du mal à un autre
(Olivier, 1992: 209). Kalimat ini berarti kemarahan adalah sebuah kebencian
terhadap seseorang, dimana kebencian tersebut dapat memicu keinginan untuk
melakukan hal buruk terhadap orang lain. Bauer (2012: 95) mengatakan bahwa La
colère peut être comprise comme une émotion subite, de tendance agressive, qui
se manifeste par une vive animation expressive, gestuelle et verbale, parfois
incontrôlable. Maksud dari pernyataan Bauer ini adalah kemarahan bisa dipahami
sebagai emosi yang tiba-tiba, cenderung agresif, yang memanifestasikan dirinya
dengan animasi ekspresif yang hidup, gestural dan verbal, terkadang tidak
terkendali.
28
La colère est un signal envers l‟autre, une façon de montrer son
agressivité, son désir de domination et, surtout la virilité au sens de force vitale.
(Drory, 2004: 33). Maksudnya kemarahan menurut Drory adalah sinyal terhadap
orang lain, suatu cara untuk menunjukan agresivitas, keinginan untuk
mendominasi dan terutama kejantanan dalam arti kekuatan vital. Berdasar
pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa kemarahan adalah emosi yang
muncul pada diri seseorang dan mendorong orang tersebut untuk bersikap agresi
atau menyerang dan dapat diwujudkan dalam bentuk gestural maupun verbal
untuk menunjukan kekuatan dirinya.
C.1. Ekspresi Marah
Menurut Spielberger et al. (Tavris, 2017: 114 ) perasaan marah bervariasi
berdasarkan cara pengekspresiannya. Individu mengekspresikan kemarahan
dengan dua cara, yaitu Anger Out dan Anger In. Anger out berfokus pada
bagaimana seseorang secara terbuka dapat mengekspresikan kemarahannya
pada orang lain atau terhadap lingkungannya.
The Anger Expression-Out scale describes the extent to which a person
expresses her emotional experience of anger in an outwardly negative and poorly
controlled manner. This may involve the expression of hostile or aggressive
actions (e.g., assaulting other people, destroying objects, and making rude
gestures), or the anger may be expressed verbally (e.g., insults, the use of foul
language, and shouting). (Spielberger, 2013: 10)
Dalam Skala Ekspresi Anger Out, Spielberger menggambarkan sejauh
mana seseorang mengekspresikan pengalaman emosionalnya tentang kemarahan
secara negatif dan perilaku yang buruk. Hal ini melibatkan ekspresi tindakan
bermusuhan atau agresif ( menyerang orang lain, menghancurkan benda-benda,
29
dan membuat isyarat kasar) atau kemarahan bisa diungkapkan secara verbal.
(penghinaan, penggunaan bahasa kotor, dan teriakan).
Anger in adalah tingkat dimana seseorang secara mental merenungkan
atau merasa marah tanpa mengekspresikannya secara langsung.
The AX-I scale measures the extent to which people hold things in
or suppress anger when they are angry or furious. In some situations, if
the experience of anger is unpleasant enough, the angry feelings are
suppressed and replaced with guilt and, ultimately, with feelings of anxiety
and depression as the person blames herself for the problems surrounding
the anger-provoking situation and “forgets” her anger. (Spielberger,
2013: 11)
Skala Anger In mengukur sejauh mana seseorang menggenggam sesuatu
atau menekan kemarahan ketika mereka marah. Dalam beberapa situasi, jika
pengalaman kemarahan itu tidak menyenagkan, perasaan marah ditekan dan
diganti dengan rasa bersalah dan akhirnya, dengan perasaan cemas dan depresi
saat orang tersebut menyalahkan dirinya sendiri atas masalah seputar situasi yang
memprovokasi kemarahan dan melupakan kemarahannya.
Pengertian tersebut membentuk acuan dalam kuesioner baku untuk setiap
penelitian tentang kemarahan. Begitupun penelitian ini yang mengambil aspek
kemarahan (Anger Out dan Anger In) dari poin – poin yang terdapat dalam
kuesioner tersebut. Berikut poin yang mendasari dan dibutuhkan dalam penelitian
ini.
Poin Aspek Anger Out:
Tabel 2.5
Kuisioner Baku – Aspek Kemarahan Anger Out
30
Nomor Poin Pernyataan
33. Saya cemberut atau merajuk
35. Saya kehilangan kesabaran
39. Saya berkata sarkastik
43. Saya melakukan hal semisal membanting pintu
51. Saya menyerang
53. Saya lebih marah dari apa yang saya tunjukan
55. Saya berkata kotor/ keji
Poin Aspek Anger In:
Tabel 2.6
Kuisioner Baku – Aspek Kemarahan Anger In
Nomor Poin Pernyataan
41. Saya merasa darah saya mendidih, namun tidak saya tunjukan
45. Saya cenderung menyimpan dendam
C.2. Faktor Penyebab Kemarahan
Terdapat beberapa penyebab seorang individu mengalami emosi marah,
Purwanto dan Mulyono (Dahlan dan Muhtarom, 2016 : 81) secara garis besar
membaginya ke dalam 2 faktor yakni faktor fisik dan psikis. Faktor fisik misalnya
karena kelelahan yang berlebihan dan kurang istirahat dimana dalam kondisi ini
individu mudah sekali tersinggung. Selain itu, terdapat pula zat-zat tertentu yang
dapat menyebabkan rasa marah seperti saat otak kekurangan zat asam maka orang
akan lebih mudah marah. Hormon reproduksi pun dapat mempengaruhi
31
kemarahan seseorang, pada sebagian wanita yang sedang menstruasi dapat
mengalami emosi marah.
Menurut Nuh, Hamzah, Hawwa berpendapat bahwa ada beberapa faktor
yang menyebabkan kemarahan yaitu : lingkungan, pertengkaran dan perdebatan,
senda gurau dengan cara yang batil, memusuhi orang lain dengan segala cara,
congkak atau sombong di muka bumi tanpa hak, lupa mengendalikan diri, orang
lain tidak melaksanakan kewajibannya kepada si pemarah, penjelasan orang lain
terhadap aibnya, mengingat permusuhan dan dendam lama.
(https://budilisnt.wordpress.com/author/budilisnt/page/2/)
As Sadr (2005: 27) menyebutkan faktor-faktor pendorong kemarahan
dapat berupa kerapuhan fisik, seperti penyakit yang menyebabkan sensitivitas
(kepekaan) luar biasa, dapat juga berupa cacat psikologis yang muncul akibat
ketegangan mental, egoisme berlebihan, atau perasaan terhina maupun rasa rendah
diri, serta dapat berupa persoalan etika (akhlak) seperti kebiasaan bertengkar dan
cepat gelisah.
D. Riwayat Arthur Rimbaud
Jean Nicolas Arthur Rimbaud lahir pada tanggal 20 Oktober 1854, di
Prancis, lebih tepatnya di Charleville, departemen Ardennes, sekitar 321 km arah
timur laut dari Paris. Ia merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari
Frédéric Rimbaud, seorang kapten infantri Prancis dan Vitalie Cuif. Kakak laki-
lakinya bernama Frederic, dan adik perempuannya juga diberi nama sama seperti
32
ibunya, Vitalie. Saat berusia 6 tahun, Isabelle, adik terakhirnya lahir. Disaat yang
bersamaan, ayahnya pergi meninggalkan keluarga dan tidak pernah kembali.
Tahun 1859 Athur masuk Charleville College, dan ia bertemu Ernest
Delahaye yang menjadi sahabat karibnya sepanjang hidupnya. Sejak kecil, ia
sudah menunjukan bakat menulisnya. Kejeniusannya dapat disadari oleh Pastur
Ariste Lhéritier, yang juga mempublikasikan puisi pertama Rimbaud ke tabloid
La Revue pour tous yang berjudul ―The Orphans New Year‘s Gifts‖ pada tahun
1870. Sejak itu, di usia nya yang belum genap 16 tahun, ia memenangkan banyak
hadiah dari syair dan dialog asli dalam bahasa latin. Kemampuan menulisnya
semakin terasah ketika ia bertemu dengan Georges Izambart, seorang guru yang
datang dari Paris dan menjadi penasihat sastra Rimbaud.
Izambart juga memperkenalkan Rimbaud dengan Paul Demeny saat
Izambart pindah ke Douai dengan tujuan mereka bisa bekerja sama saat menulis.
Vitalie yang tidak suka dengan kedekatan Rimbaud dengan Izambart, membawa
kembali Rimbaud ke Charleville. Pada tahun 1871, Rimbaud kembali kabur dari
rumah menuju Paris dan bergabung dengan Komun Paris. Pengalamannya itu
menghasilkan karya yaitu, Parisian Song of War, Jeanne-Marie‟s Hands dan
Paris Is Repeopled setelah ia kembali ke Charleville.
Segala peristiwa yang berlangsung disekitarnya, perubahan dan semuanya
membuat Rimbaud mengubah cara pandangnya terhadap tujuan membuat puisi.
Rimbaud menganggap bahwa penyair seharusnya menciptakan karya yang
mengena, kuat, yan g bisa menyindir setiap titik emosi pembaca, dan sebisa
33
mungkin mempengaruhi emosi dan menyerang ego mereka tanpa harus terbatasi
dengan aturan yang ada dalam dunia sastra. Hingga hari ini, Rimbaud dianggap
sebagai orang pertama yang mempelopori sajak bergaya bebas, dan pendahulu
surealist dalam dunia puisi.
Lalu Izambart mengenalkan Rimbaud pada Verlaine. Mereka bekerja sama
menulis untuk buku kumpulan syair Circle Zutique yang dimotori oleh penyair
Charles Cros. Entah bagaimana mulanya, mereka menjalin hubungan cinta dan
mereka tidak berusaha menutupinya. Skandal itu tersebar di kalangan penyair
Prancis, karena saat itu Verlaine sudah memiliki seorang istri.
Hubungan mereka yang semakin lama tidak membaik, membuat mereka
terpisah dan pada Juli 1873, mereka kembali bertemu di Paris. Verlaine yang
dalam kondisi gusar dan dibawah pengaruh miras, menembakkan pistol kearah
Rimbaud dan mengenai pergelangan tangan kirinya. Hal tersebut membawa
Verlaine ke penjara dan dijatuhi hukuman kurungan selama 2 tahun. Sejak itu
hubungan mereka benar-benar berakhir.
Arthur memutuskan untuk tinggal di Roche dan menyelesaikan Une
Saison en Enfer dan manuskrip tersebut dicetak pada tahun 1873. Setahun
kemudian, ia pergi ke London menulis Illuminations yang diedit oleh Germain
Nouveau. Awal Mei tahun 1875, ia memulai petualangan baru. Dari Stuttgart ia
menuju Milan, lalu Marseilles, lalu Paris lalu kembali ke Charleville di bulan
Oktober. Arthur melewati musim dingin 1875 di Charleville sambil belajar bahasa
Rusia dan Arab, sekaligus melatih permainan pianonya. Segala hal yang terjadi,
34
sejak ambisinya menjadi seorang penyair hingga putusnya hubungan dengan
Verlaine, dialami Arthur ketika usianya baru menginjak 20 tahun. Dan Arthur
memilih berhenti menjadi Arthur sang penyair. Pada Mei 1876, ia mendaftar
sebagai serdadu KNIL dimana ia melakukan disertir dan kembali ke Prancis
dengan kapal kediaman resmi walikota Salatiga, Jawa Tengah.
Rimbaud lalu menderita sinovitis lutut kanan dan kemudian kanker di lutut
kanannya. Ia dirujuk ke Rumah Sakit Marseille dan diamputasi pada 27 Mei.
Namun keadaannya semakin memburuk. Setelah melakukan pembedahan, ia
menderita sakit yang luar biasa. Rimbaud meninggal di Marseille pada 10
November 1891, pada usia 37 tahun dan dimakamkan di tempat kelahirannya,
Charleville.
E. Penelitian Yang Relevan
Untuk memperkaya referensi penelitian ini, telah dilakukan suatu tinjauan
pustaka terhadap beberapa penelitian sebelumnya, antara lain:
1. Unsur-Unsur Emosi Yang Mendasari Perilaku Tokoh Utama Dalam Novel
Week-end de Chasse à la mere Karya Geneviève Brisac yang disusun oleh
Kika Adriani Juniastika (2012), Jurusan Sastra Prancis, Universitas
Padjadjaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap penyebab
timbulnya unsur-unsur emosi di dalam diri tokoh utama serta dampak yang
dihasilkan dari unsur-unsur emosi tersebut terhadap hubungan tokoh
utama dengan sang anak. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan
analisis struktural karya sastra yaitu analisis alur, analisis tokoh dan
35
hubungan antar tokoh, analisis latar juga analisis sudut pandang yang
ditunjang oleh penerapan teori kebutuhan Abraham Maslow. Dari seluruh
rangkaian analisis di dalam skripsi ini, ditemukan bahwa unsur-unsur
emosional yang timbul di dalam diri tokoh utama merupakan sebuah
reaksi yang timbul dari kegagalan pernikahan yang kemudian berujung
pada hubungan yang tidak stabil dengan sang anak serta dirinya sendiri.
Hal tersebut, memicu tokoh utama untuk melarikan diri daripada
menghadapi kenyataan hidup yang sesungguhnya. Dari penelitian ini, kita
dapat menyimpulkan bahwa emosi merupakan faktor penggerak manusia
yang utama. Emosi bisa memberikan sisi positif dan negatif, tergantung
bagaimana kita memberikan reaksi terhadap suatu keadaan. Dengan
menggunakan analisis struktural karya sastra, ia menemukan unsur-unsur
emosi akibat dari kegagalan pernikahan yang berujung pada hubungan
yang tidak stabil dengan sang anak maupun dirinya sendiri.
2. Analisis Struktural-Semiotik Puisi Le Bateau Ivre Karya Arthur Rimbaud
yang disusun oleh Afifah Irsyadina (2017), Program Studi Pendidikan
Bahasa Prancis, Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan objek penelitian yang berupa : 1) aspek struktural
yang meliputi aspek bunyi, aspek metrik, aspek sintaksis dan aspek
semantik puisi ―Le Bateau Ivre‖ karya Arthur Rimbaud, 2) aspek semiotik
dalam puisi ―Le Bateau Ivre‖ karya Arthur Rimbaud. Subjek penelitian
ini adalah puisi ―Le Bateau Ivre‖ yang terdapat dalam kumpulan puisi
Poesies karya Arthur Rimbaud yang diterbitkan pada tahun 1871.
36
Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif dengan metode
deskriptifkualitatif dengan teknik analisis konten. Pengadaan data
dilakukan dengan cara unitisasi, pengumpulan data, dan pencatatan data.
Validitas ditentukan berdasarkan validitas semantik dan expert-judgement.
Reliabilitas yang digunakan yaitu intrarater. Hasil penelitian ini
menunjukkan 1) pada aspek struktural, puisi ini didominasi oleh
perpaduan asonansi [a, i, o, ɔ] dengan aliterasi [t, k, l, ʀ, s, z, d] yang
menimbulkan perasaan sedih, gundah, gelisah dan merana. Aspek metrik
pada puisi ini memiliki tipe larik alexandrin. 2) pada aspek semiotik,
terdapat tanda-tanda semiotik yang berupa ikon, indeks dan simbol yang
menggambarkan tentang perjalanan kapal yang singgah dan kemudian
tenggelam di Amerika dimana awak kapal mati terbunuh oleh suku Indian.
Kapal tersebut kemudian bermuara di lautan, tempat ia harus berjuang
melawan gelombang laut, halilintar, monster laut, dan angin puting
beliung. Hingga akhirnya, ia menyerah pada keadaan dan memutuskan
untuk menenggelamkan dirinya ke dalam laut.
F. Kerangka Berfikir
Sajak Le Forgeron adalah salah satu puisi karya Athur Rimbaud yang
tergolong dalam les poésies yang menggambarkan kondisi masyarakat khususnya
kaum buruh pada tahun 1792 dibawah kepemimpinan Louis Seize. Arthur
menggambarkan dengan api sebuah kebanggaan kaum buruh yang berani
melakukan revolusi pada zaman itu. Ia juga menggambarkan kemarahan
37
masyarakat dari berbagai sudut pandang, disini Arthur berperan sebagai orang
ketiga serba tahu sekaligus orang pertama.
Dalam penafsiran tersebut tentunya tidak didapat hanya dengan membaca
satu kali atau beberapa kali. Dengan pendekatan analisis puisi tematik ini, yang
mencakup analisis stuktural, penulis dapat mendapatkan makna utuh yang
mempermudah untuk mengambil data. Setelah itu, konsep kemarahan dapat
digabungkan dengan pembahasan bagian analisis semantik. Dalam analisis
semantik, sifokuskan kepada judul penelitian ini yang membahas tentang
kemarahan. Oleh karena itu sebelum menjabarkan isi kemarahan, sangatlah
penting mengambil kembali ulang kata-kata kemarahan yang beragam masing-
masing diklasifikasikan beradasarkan aspek kemarahan Anger Out dan Anger In
yang didapat dari Kuisioner baku yang dikemukakan oleh Spielberger sebagai
pencetus teori ekspresi kemarahan. Berikut kerangka aspek kemarahan beserta
Kata/Ungkapan yang ditemukan dalam sajak Le Forgeron.
38
Bagan 1 – Kerangka Berfikir
Ekspresi Kemarahan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
LE FORGERON
Anger Out Anger In
Menyimpan Hal (menjadi dendam); je ne me plains
pas, J'admets, en donnant nos gros sous !,
Menunjukan Ketenangan; ne pleuraient pas, à genoux
Menggarang; Effrayant, Riant, regard farouche
Menyerang (sso); Traînait, l'empoignait au front assommer, prend au bras
Merusak (benda); arrache le velours, Cassons
Berkata Sarkastik;baraque splendide, chenapans, Nid, les malins , Les plats
Berkata Keji; palsembleu bâtards, Crapule, Merde à ces chiens-là
Bertindak Murka; Fous, Féroces, des bruits de houle,
Hurlant, Clameurs, grands cris,
Mengancam; Tuerais
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab metodologi penelitian ini, yang akan dibahas yaitu tujuan
penelitian, lingkup penelitian, waktu dan tempat penelitian, prosedur penelitian,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan kriteria analisis. Berikut akan
diulas satu per satu.
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang
memicu kemarahan dan mengetahui bagaimana jenis-jenis ekspresi marah (anger
out dan anger in) itu diungkapkan dalam puisi Le Forgeron
B. Lingkup Penelitian
Penelitian ini berpusat pada faktor yang memicu kemarahan dan analisis
ekspresi kemarahan. Adapun lingkup penelitian ini hanya terfokus pada bentuk
pengekspresian kemarahan menurut Spielberger yang meliputi ekspresi marah
(anger out dan anger in) yang terdapat dalam puisi ―Le Forgeron‖ karya Arthur
Rimbaud.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama satu semester yang dimulai pada bulan Juli
2017 sampai Desember 2017. Adapun penelitian ini tidak terkait dengan tempat.
40
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis konten (content analysis)
dengan pendekatan kualitatif karena data-data dalam penelitian memerlukan
penjelasan secara deskriptif. Menurut Budd, Thorpe, dan Donahw (Zuchdi, 1993:
1) analisis konten atau analisis isi adalah suatu teknik yang sistematik untuk
menganalisis makna pesan dan cara mengungkapkan pesan. Adapun prosedur
penelitian dengan teknik analisis konten ini meliputi beberapa langkah sebagai
berikut.
1. Pengadaan Data
Data yang dicari dalam penelitian ini adalah data-data yang berkaitan
dengan pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah. Langkah-langkah dalam
pengadaan data dalam penelitian ini adalah penentuan unit analisis, pengumpulan
data dan pencatatan data tanpa melakukan penentuan sampel.
a. Penentuan Unit Analisis
Penentuan unit analisis merupakan kegiatan memisah-misahkan
data menjadi bagian-bagian yang selanjutnya dapat dianalisis (Zuchdi,
1993: 30). Cara ini digunakan untuk membatasi dan mengidentifikasi unit
data menjadi fokus penelitian. Dalam penelitian ini, unit yang menjadi
fokus adalah aspek bunyi, aspek fonologi, aspek sintaksis dan aspek
semantik dalam puisi ―Le Forgeron‖.
b. Pengumpulan Data
41
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
penginterpretasian puisi secara cermat kemudian digunakan teknik
pengumpulan data dengan analisis struktural.
c. Pencatatan Data
Pencatatan data dilakukan dengan memilah-milah data berdasarkan
hasil penentuan unit analisis yaitu, aspek metrik, aspek fonologi, aspek
sintaksis, aspek semantik. Aspek fonologi meliputi metrik, synérèse-
diérèse, fonem, l‟hiatus-élision, dan rima. Aspek sintaksis berupa
parafrase kalimat—kalimat dan makna dari kalimat tersebut. Aspek
semantik yaitu pemaknaan berdasarkan wacana. Dalam aspek semantik
ini, terdapat data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu kata-kata
kemarahan dan komponen makna kata atau kalimat tersebut.
2. Inferensi Data
Inferensi merupakan bagian utama dari analisis konten, yaitu memaknai
kata berdasarkan konteksnya, dalam hal ini teks-teks puisi sebagai data. Data yang
berupa data tersebut dimaknai berdasarkan unsur-unsur struktural.
Kegiatan pertama dimulai dari konteks dalam teks sebagai awal
pemahaman makna. Konteks data yang pertama adalah puisi ―Le Forgeron‖ karya
Arthur Rimbaud, sebagai data utama penelitian. Konteks data yang kedua adalah
konteks yang berada di luar data, yaitu biografi pengarang, sosial budaya,
deskripsi sintaksis bagi materi kebahasaan yang dianalisis, pemikiran dan
perasaan serta makna kebahasaan. Penarikan inferensi dalam penelitian ini
dilakukan dengan menganalisis data tanpa mengurangi makna simboliknya
42
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode teknik pustaka. Yang
dimaksud dengan teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis
untuk memperoleh data (Subroto 1992: 42). Dalam hal ini penulis mengumpulkan
sumber informasi melalui buku, dan surat kabar yang berhubungan dengan
penelitian. Adapun studi kepustakaan ini untuk memeperoleh teori-teori dan
informasi tentang Konsep Kemarahan, Faktor-faktor pemicu, dan Ekspresi
kemarahan.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu peneliti memasuk
dunia data yang diteliti, kemudian memahami dan mencoba mengklasifikasikan
objek yang diteliti yaitu aspek struktural meliputi fonologis, sintaksis, semantik
dalam tabel yang terdapat aspek kemarahan dalam puisi Le Forgeron karya
Arthur Rimbaud.
Data puisi tersebut bersifat kualitatif yaitu penjelasannya dijabarkan dalam
bentuk deskripsi yang kemudian dianalisis sehingga terbentuk pemahaman.
Langkah terakhir pengambilan kesimpulan pembahasan menyeluruh mengenai
aspek-aspek yang telah dianalisis.
Berikut tabel analisis yang digunakan dalam tataran fonologis dan
semantik (tataran sintaksis tidak memerlukan tabel):
1. Tataran fonologis
43
a. Metrik
Tabel 3.1
Penyediaan data metrik
Bait
Ke -
Jumlah Larik Jumlah Suku Kata (dalam Larik)
< 12 12 > 12
1
b. synérèse-diérèse
Tabel 3.2
Penyediaan data synérèse-diérèse
Larik Synérèse L Diérèse
8 1
c. Fonem
Tabel 3.3
Penyediaan data fonem
Bait Ke
-
Fonem
1
d. l‟hiatus-élision
Tabel 3.4
Penyediaan data l‟hiatus-l‟élision
Bait Ke - L‘hiatus L‘élision
1
44
e. Rima
Tabel 3.5
Penyediaan data rima
LARIK KATA
TERAKHIR
FONETIK KUALITAS
RIMA
ALTERNANSI
RIMA
1
2. Tataran Semantik
a. Aspek kemarahan
Tabel 3.6
Penyediaan data kata/ ungkapan Aspek kemarahan
No Aspek Kata/ ungkapan/ kalimat Bait
1. Menggarang 1
2. Menyerang (sso)
3. Merusak (benda)
4. Berkata
Sarkastik
5. Berkata Keji/
kotor
6. Bertindak Murka
7. Mengancam
b. Komponen Makna
45
Tabel 3.7
Penyediaan data komponen makna
No. Kata/
Ungkapan
Komponen
Makna
Makna
1. Effrayant Menakuti Terlihat
Mengerikan
Terlihat
menyeram
kan
Luar biasa Menggarang
c. Majas
Tabel 3.8
Penyediaan data majas
Majas Larik
Perbandingan
G. Kriteria Analisis
Diperlukan kriteria analisis penelitian untuk menjadikan penelitian ini
menjadi terarah dan spesifik. Pada penelitian Kemarahan Dalam Puisi Le
Forgeron Karya Arthur Rimbaud, kriteria yang digunakan adalah asprk-aspek
yang terdapat dalam kuisioner baku yang dikemukakan oleh Spielberger dan
sejarah hari 20 Juni 1792 atau yang dikenal sebagai La Journée du 20 juin 1792
sebagai sumber pasti yang melatarbelakangi puisi Le Forgeron untuk verifikasi
kebenaran makna dari puisi tersebut.
46
BAB IV
ANALISIS PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil analisis puisi Le Forgeron. Analisis ini
akan diuraikan dalam bentuk deskriptif dengan memunculkan representasi
karakteristik kemarahan melalui analisis fonologis, sintaksis dan semantis.
A. Deskripsi Data
Bagian ini berisi analisis puisi secara keseluruhan berupa analisis fonologis
(dengan menggunakan uraian matrik, dominasi fonem yang muncul, simbol warna
yang menentukan diérèse atau synérèse serta L‘hiatus dan L‘élision) , analisis
semantis berupa kata-kata kemarahan dan terjemahan puisi tersebut. Hal ini perlu
dilakukan untuk mempermudah dalam interpretasi data. Sedangkan analisis
sintaksis akan dijelaskan dalam bagian interpretasi data. Berikut uraian per bait.
47
Le Forgeron
Palais des Tuileries, vers le 20 juin [17]92
BAIT 1
Tabel 4.1
Deskripsi data bait 1
Le bras sur un marteau
gigantesque, effrayant
[R]
Le/bras/sur/un/mar/teau | gi/gan/tes/que/e/ffra/yant
6 + 7
Palu raksasa di tangan, menakuti
D'ivresse et de grandeur,
le front large , riant
[R] [d]
D‘i/vre/sse/et/de/gran/deur | le/front/lar/ge | ri/ant
7 + 4 + 2
dengan kemabukan dan kemegahan, dahi lebar,
menyeringai
Comme un clairon
d'airain, avec toute sa
bouche,
[R] [u]
Com/me/un/clai/ron/d‘ai/rain | a/vec/tou/te/sa/bou/che
7 + 7
Bagaikan kuningan terompet, dengan seluruh mulutnya
Et prenant ce gros-là
dans son regard
farouche,
[R] [ᾶ]
Et/pre/nant/ce/gros/la | dans/son/re/gard/fa/rou/che
6 + 6
Dan menggenggam palu besar itu dengan sorotan liar
Le Forgeron parlait à
Louis Seize, un jour
[R] [u]
Le/for/ge/ron/par/lait | a/lou/is sei/ze | un/jour
6 + 4 + 2
Si pandai besi berbicara kepada louis seize , suatu hari
Que le Peuple était là, se
tordant tout autour,
[e] [t]
Que/le/peu/ple/é/tait/la | se/tor/dant/tou/t au/tour
7 + 6
Dimana rakyat disana, menggeliat-liat
Et sur les lambris d'or
traînait sa veste sale.
Et/sur/les/lam/bris/d‘or | trai/nait/sa/ves/te/sa/le
6 + 7
48
[s] [R]
Dan menyeret jubah kotornya dari dinding emas istana
yang megah
Or le bon roi, debout sur
son ventre, était pâle
[ↄ] [R] [õ]
Or/le/bon/roi | de/bout/sur | son/ven/tre | é/tait/pa/le
4+ 3 + 3 + 4
Raja yang baik, dengan perutnya yang tegak, berwajah
pucat
Pâle comme un vaincu
qu'on prend pour le
gibet,
[ᾶ] [p]
Pa/le/com/me/un/vain/cu | qu‘on/prend/pour/le/gi/bet
7 + 6
Sepucat pengecut yang mereka seret ke tiang
gantungan
Et, soumis comme un
chien, jamais ne
regimbait
[ε][ᾶ] [m]
Et | sou/mis/com/me/un/chien | ja/mais/ne/re/gim/bait
1+6 + 6
Dan, tunduk seperti seekor anjing, yang tidak pernah
berontak
Car ce maraud de forge
aux énormes épaules
[R] [o] [ↄ] [e]
Car/ce/ma/raud/de/for/ge | aux/e/nor/me/s e/paules
7 + 6
Karena penempa bajingan yang berbahu besar itu
Lui disait de vieux mots
et des choses si drôles,
[i] [o] [d]
Lui/di/sait/de/vieux/mots |et/des/cho/ses/si/dro/les
6 + 7
Mengatakan padanya perkataan lama dan sesuatu yang
sangat aneh
Que cela l'empoignait
au front, comme cela !
[l] [ә] [m] [ↄ]
Que/ce/la/l‘em/poi/gnait |au/front | com/me/ce/la
6 + 2 + 4
saat bahu mencengkram kepalanya, begitu saja
BAIT 2
Tabel 4.2
Deskripsi data bait 2
« Donc, Sire, tu sais Donc/si/re/tu/sais/bi/en | nous/chan/ti/ons/tra/la/la
49
bien , nous chantions
tra la la
[s] [t] [ᾶ] [R]
7 + 7
Dengan begitu, tuan, kau tahu bagaimana kami
bernyanyi tra la la
Et nous piquions les
bœufs vers les sillons
des autres :
[õ] [e] [i]
Et/nous/pi/qui/ons/les/boeufs | vers/les/si/llons/de/s
au/tres
7 + 7
Dan kami mendorong sapi untuk membajak yang lain:
Le Chanoine au soleil
disait ses patenôtres
[ε] [ↄ] [l]
Le/cha/noi/ne/au/so/leil | di/sait/ses/pa/te/no/tres
7 + 7
Pendeta berkata kepada matahari tentang doa-doanya
Sur des chapelets clairs
grenés de pièces d'or
[R] [ε] [d] [e]
Sur/des/cha/pe/lets/clairs | gre/nes/de/pie/ces/d‘or
6 + 6
Dengan butir-butir rosario berkeping emas
Le Seigneur, à cheval,
passait, sonnant du cor
[s] [e] [a] [ε] [o] [ↄ]
Le/sei/gneur | a/che/val | pas/sait | son/nant/du/cor
3 + 3 + 2 + 4
yang Mulia, menunggang kuda, lewat, sambil meniup
terompet tanduk
Et l'un avec la hart,
l'autre avec la cravache
[l] [v] [a] [ε]
Et/l‘un/a/vec/la/hart | l‘au/tre/a/vec/la/cra/vache
6 + 7
Dan satu orang dengan tali jerat, yang lainnya dengan
tali cambuk
Nous fouaillaient -
Hébétés comme des
yeux de vache,
[e] [u]
Nous/fouai/llaient/he/be/tes|
com/me/des/yeux/de/vache
6 + 6
Mencambuk kami – linglung seperti mata sapi
Nos yeux ne pleuraient
pas ; nous allions, nous
allions,
[n] [õ] [i] [p] [z]
No/s yeux/ne/pleu/raient/pas | nou/s a/llions | nou/s
a/llions
6 + 3 + 3
Mata kami tidak menangis ; kami akan pergi, kami
akan pergi
50
Et quand nous avions
mis le pays en sillons,
[ᾶ] [i] [õ] [z]
Et/quand/nou/s a/vions/mis |le/pays/en/si/llons
6 + 5
Dan ketika kami telah membajak pedesaan
Quand nous avions
laissé dans cette terre
noire
[ε] [ᾶ] [R]
Quand/nou/s a/vions/lai/ssé | dans/ce/tte/te/rre/noire
6 + 6
Ketika kami mati dalam tanah hitam ini
Un peu de notre chair...
nous avions un
pourboire
[ᾶ] [R] [ә] [p]
Un/peu/de/no/tre/chair | nou/s a/vions/un/pour/boire
6 + 6
Sedikit jasad kami... kami meminta bagian
BAIT 3
Tabel 4.3
Deskripsi data bait 3
Nous venions voir
flamber nos taudis dans
la nuit
[n] [i] [o] [l]
Nous/ve/nions/voir/flam/ber | nos/tan/dis/dans/la/nuit
6 + 6
Kami melihat api melahap gubuk kami di malam hari
Nos enfants y faisaient
un gâteau fort bien cuit.
[ᾶ] [o] [f] [i]
No/s en/fants/y/fai/saient |un/ga/teau/fort/bien/cuit
6 + 6
anak anak kami membuat kue gosong disana
BAIT 4
Tabel 4.4
Deskripsi data bait 4
« Oh ! je ne me plains Oh/je/ne/me/plains/pas | je/te/dis/mes/be/ti/ses
51
pas. Je te dis mes
bêtises,
[ә] [t] [ε]
6 + 7
Oh, aku tidak mengeluh, kukatakan padamu
kebodohan-kebodohanku
C'est entre nous.
J'admets que tu me
contredises.
[ε] [t] [R] [ә]
C‘est/en/tre/nous | j‘ad/mets | que/tu/me/con/tre/di/ses
4 + 2 + 7
Ini antara kita. Kubiarkan kau bertentangan denganku.
Or, n'est-ce pas joyeux
de voir, au mois de juin
[a] [ә]
Or | n‘est/ce/pas/jo/yeux | de/voir | au/mois/de/juin
1 + 5 + 2 + 4
tapi, bukankah itu menyenangkan tuk disaksikan, di
bulan juni
Dans les granges entrer
des voitures de foin
[a] [e] [ᾶ] [d] [R] [t]
Dans/les/gran/ges/en/tres | des/voi/tu/res/de/foin
6 + 6
dalam perlumbungan masuklah gerobak-gerobak
jerami
Enormes ? De sentir
l'odeur de ce qui
pousse,
[ә] [R] [s] [d]
e/nor/mes/de/sen/tir | l‘o/deur/de/ce/qui/pousse
6 + 6
Yang besar? Untuk mencium bau yang menyengat,
Des vergers quand il
pleut un peu, de l'herbe
rousse ?
[R] [ε] [p] [ø]
Des/ver/gers/quan/d il/pleut | un/peu |
de/l‘her/be/rousse
6 + 2 + 4
dari kebun buah-buahan ketika gerimis, dari rumput
merah ?
BAIT 5
Tabel 4.5
Deskripsi data bait 5
De voir les champs de De/voir/les/champs/de/ble | le/s e/pis/pleins/de/grain
52
blé, les épis pleins de
grain,
[l] [d] [e] [R] [ ] [p]
6 + 6
Untuk melihat ladang gandum, permukaan yang
dipenuhi bulir-bulir,
De penser que cela
prépare bien du pain ?...
[ ] [p] [ә] [e]
De/pen/ser/que/ce/la | pre/pa/re/bien/du/pain
6 + 6
Mengira bahwa gandum itu akan menghasilkan roti ?
...
Oui, l'on pourrait, plus
fort , au fourneau qui
s'allume,
[ↄ] [p] [u][y] [f] [l]
Oui/l‘on/pou/rrait |plus/fort |
au/four/neau/qui/s‘a/llume
4 +2 + 6
Ya, kita bisa, lebih dari itu, menuju perapian yang
menyala
Chanter joyeusement en
martelant l'enclume,
[ᾶ] [m] [t] [l]
Chan/ter/jo/yeu/se/ment | en/mar/te/lant/l‘en/clu/me
6 + 7
Menyanyikan kegembiraan dengan menempa paron
Si l'on était certain
qu'on pourrait prendre
un peu, [ᾶ] [p] [R] [ε]
[t]
Si/l‘on/e/tait/cer/tain |qu‘on/pou/rrait/pren/dre/un/peu
6 + 7
seandainya kita yakin mampu mengambil sedikit,
Étant homme, à la fin !,
de ce que donne Dieu !
[d] [ↄ] [ә] [ᾶ]
é/tant/hom/me | a/la/fin | de/ce/que/don/ne/Di/eu
4 +3 + 7
Sebagai manusia, pada akhirnya ! dari apa yang Tuhan
berikan
-Mais voilà, c'est
toujours la même vieille
histoire !
[ε] [m] [R] [a] [v]
Mais/voi/la | c‘est/tou/jours | la/me/me/vieille/his/toire
3 + 3 + 7
tapi inilah, ini selalu cerita lama yang sama
BAIT 6
53
Tabel 4.6
Deskripsi data bait 6
« Oh je sais,
maintenant ! Moi, je ne
peux plus croire,
[p] [ә] [m]
Oh/je/sais | main/te/nant | moi | je/ne/peux/plus/croire
3 + 3 + 1 + 5
Oh aku paham, sekarang ! aku, aku tidak lagi percaya
Quand j'ai deux bonnes
mains, mon front et
mon marteau
[õ] [m] [R]
Quand/j‘ai/deux/bon/nes/mains |
mon/front/et/mon/mar/teau
6 + 6
Ketika aku memiliki kedua tangan yang kuat, dahiku,
dan paluku
Qu'un homme vienne
là, dague sous le
manteau, [m] [ᾶ] [a]
Qu‘un/hom/me/vi/enne/la | da/gue/sous/le/man/teau
6 + 6
Seorang laki-laki datang, dengan belati dibalik mantel,
Et me dise : « Maraud ,
ensemence ma terre ! »
[m] [R] [ᾶ] [a]
Et/me/di/se/ma/raud | en/se/men/ce/ma/te/rre
6 + 7
Dan mengatakan padaku : bajingan, semai tanahku !
Que l'on arrive encor,
quand ce serait la
guerre,
[R] [ε] [a] [ᾶ]
Que/l‘on/a/rri/ve/en/cor | quand/ce/se/rait/la/gue/rre
7 + 7
kemudian yang lain datang, ketika akan terjadi perang
Me prendre mon garçon
comme cela, chez moi !
[m] [R] [a] [s] [ә]
Me/pren/dre/mon/gar/con | com/me/ce/la | chez/moi
6 + 4 + 2
Mengambil anak lelakiku begitu saja, dirumahku !
- Moi, je serais un
homme, et toi, tu serais
roi,
[m] [t] [s] [ε]
Moi | je/se/rais/un/hom/me | et/toi | tu/se/rais/roi
1 + 6 + 2 + 4
Aku, aku seorang manusia, dan kau, kau seorang raja
Tu me dirais : Je veux
!.. - Tu vois bien, c'est
Tu/me/di/rais/je/veux | tu/vois/bien/c‘est/stu/pide
6 + 6
54
stupide.
[t] [y] [i] [ә]
Kau akan berkata padaku : aku menginginkan ini!.. -
kau lihat baik-baik, itu bodoh.
Tu crois que j'aime à
voir ta baraque
splendide,
[t] [R] [a]
Tu/crois/que/j‘aime/a/voir | ta/ba/ra/que/splen/dide
6 + 6
Kau pikir aku menyukai barakmu yang megah,
Tes officiers dorés, tes
mille chenapans,
[t] [i] [ε] [R]
Te/s o/ffi/ciers/do/res | tes/mi/lle/che/na/pans
6 + 6
Perwira-perwiramu, seribu banditmu,
Tes palsembleu
bâtards tournant
comme des paons :
[t] [p] [a] [R]
Tes/pal/sem/bleu/ba/tards |
tour/nant/com/me/des/paons
6 + 6
Para bajingan sialanmu mengelilingi seperti burung
merak :
Ils ont rempli ton nid
de l'odeur de nos filles
[o] [d] [i] [n] [l]
Il/s ont/rem/pli/ton/nid | de/l‘o/deur/de/nos/fi/lles
6 + 7
Mereka telah mengisi sarangmu dengan aroma gadis-
gadis kami
Et de petits billets pour
nous mettre aux
Bastilles
[t] [i] [ε] [ә]
Et/de/pe/tits/bi/llets | pour/nous/me/ttre/aux/bas/ti/lles
6 + 8
Dan dengan jaminan kecil untuk membawa kami
menuju bastil
Et nous dir i ons : C'est
bien : les pauvres à
genoux !
[i] [e] [u] [R]
Et/nous/di/rions/c‘est/bien | les/pau/vres/a/ge/noux
6 + 6
Dan kami akan berkata : tidak apa-apa : orang-orang
miskin berlututlah !
BAIT 7
55
Tabel 4.7
Deskripsi data bait 7
Nous dorer i ons ton
Louvre en donnant nos
gros sous !
[o] [ↄ] [n] [u] [l] [R]
Nous/do/re/rions/ton/lou/vre |
en/do/nnant/nos/gros/sous
7 + 6
Kami akan melapisi emas louvre mu dengan
memberikan duit kami !
Et tu te soûlera i s, tu
fera i s belle fête.
[t] [R] [f] [ε]
Et/tu/te/sou/le/rais | tu/fe/rais/be/lle/fe/te
6 + 7
Dan kau akan mabuk, kau akan membuat pesta indah
- Et ces Messieurs
riront, les reins sur
notre tête !
[R] [t] [s] [e]
Et/ces/me/ssieurs/ri/ront | les/reins/sur/no/tre/te/te
6 + 7
Dan tuan-tuan itu tertawa, pinggulnya di kepala kami!
« Non. Ces saletés-là
datent de nos papas !
[t] [s] [a] [p] [e]
Non/ces/sa/le/tes/la | da/tent/de/nos/pa/pas
6 + 6
Tidak, kotoran itu berasal dari masa ayah-ayah kami!
Oh ! Le Peuple n'est
plus une putain. Trois
pas
[p] [y] [l] [t]
Oh/le/peu/ple/n‘est/plus | une/pu/ta/in |trois/pas
6 + 4 + 2
Oh ! orang tak lagi jalang. Tiga langkah
Et, tous, nous avons
mis ta Bastille en
poussière
[t] [i] [s] [u]
Et/tous/nou/s a/vions/mis | ta/bas/ti/lle/en/pou/ssiere
6 + 7
Dan, kami semua telah menjadikan bastilmu sampai ke
debu-debunya
Cette bête suait du sang
à chaque pierre
[ε] [t] [s]
Ce/tte/be/te/su/ait | du/sang/a/cha/que/pi/erre
6 + 7
Ada keringat darah si binatang di setiap batu
Et c'était dégoûtant, la
Bastille debout
Et/c‘e/tait/de/gou/tant | la/bas/ti/lle/de/bout
6 + 6
56
[d] [u] [e] [t] Betapa menjijikannya, bastil itu berdiri
Avec ses murs lépreux
qui nous rappelaient
tout
[u] [ε] [e] [p] [l]
a/vec/ses/murs/le/preux |qui/nous/ra/ppe/laient/tout
6 + 6
Dengan dinding - dinding penyakit kusta yang
mengingatkan akan kami semua
Et, toujours, nous
tenaient enfermés dans
leur ombre !
[u][ε] [e] [R] [ᾶ]
Et/tou/jours/nous/te/naient |
en/fer/mes/dans/leur/om/bre
6 + 7
Dan, selalu, mengunci kami dalam kegelapannya!
- Citoyen ! citoyen !
c'était le passé sombre
[s] [e]
Ci/to/yen/ci/to/yen | c‘e/tait/le/pa/ssé/som/bre
6 + 7
Rakyat ! rakyat ! inilah masalalu yang gelap
Qui croulait, qui râlait,
quand nous prîmes la
tour !
[R] [k] [ε] [i] [l]
Qui/crou/lait| qui/ra/lait | quand/nous/pri/mes/la/tour
3 +3 + 6
Yang runtuh, yang menggerutu, ketika kami
menguasai menara
Nous avions quelque
chose au cœur comme
l'amour.
[k] [u] [o]
Nou/s a/vions/quel/que/cho/se | au/coeur/com/me
/l‘a/mour
7 + 6
Kami memiliki sesuatu dalam hati, semacam cinta
Nous avions embrassé
nos fils sur nos
poitrines.
[n] [s] [R] [i]
Nou/s a/vions/em/bra/sse | nos/fils/sur/nos/poi/tri/nes
6 + 7
Kami memeluk anak anak kami dalam dekapan kami
Et, comme des
chevaux, en soufflant
des narines [e]
Et/com/me/des/che/vaux | en/sou/fflent/des/na/ri/nes
6 + 7
Dan, bagaikan kuda-kuda, yang mendengus dari
lubang hidung
Nous marchions, nous
chantions, et ça nous
Nous/mar/chions| nous/chan/tions |
et/ca/nous/ba/ttait/la
57
battait là....
[ʃ] [u] [t] [n] [õ] [a]
3 + 3 + 6
Kami berjalan, kami bernyanyi, dan jantung kami
berdetak disana...
Nous allions au soleil,
front haut,-comme cela
-,
[ↄ] [o] [u] [l]
Nou/s a/llions/au/so/leil | front/haut/com/me/ce/la
6 + 6
Kita mengikuti matahari, didepan , seperti itu
BAIT 8
Tabel 4.8
Deskripsi data bait 8
Dans Paris accourant
devant nos vestes sales.
[ᾶ] [s] [a] [v]
Dans/pa/ris/a/ccou/rant | de/vant/nos/ves/tes/sa/les
6 + 7
Di paris datang berlarian dengan jaket kotor kami
Enfin ! Nous nous
sentions Hommes !
Nous étions pâles,
[ᾶ] [õ] [u] [t]
En/fin/nous/nous/sen/tions | hom/mes/nou/s
e/tions/pa/les
6 + 7
Akhirnya! kami merasa manusia ! kami pucat saat itu,
Sire, nous étions soûls
de terribles espoirs :
[s] [t] [R] [ε]
Si/re | nou/s e/tions/souls | de/te/rri/ble/s es/poirs
2 + 4 + 6
Tuan, kami adalah jiwa dengan harapan yang
menakutkan :
Et quand nous fûmes là,
devant les donjons
noirs,
[ᾶ] [õ] [d]
Et/quand/nous/fu/mes/la | de/vant/les/don/jons/noirs
6 + 6
Dan ketika kami disana, di depan benteng hitam
Agitant nos clairons et
nos feuilles de chêne,
a/gi/tant/nos/clai/rons |et/nos/fe/uilles/de/che/ne
6 + 7
58
[o] [n] Menggoncangkan terompet dan daun oak kami
Les piques à la main ;
nous n'eûmes pas de
haine,
[n] [a] [p]
Les/pi/ques/a/la/main | nous/n‘eu/mes/pas/de/hai/ne
6 + 7
Tombak ditangan; kami tidak memiliki kebencian
- Nous nous sentions si
forts, nous voulions être
doux !
[n] [õ] [u] [t] [s]
Nous/nous/sen/tions/si/forts | nous/vou/lions/e/tre/doux
6 + 6
Kami merasa sangat begitu kuat, kami ingin menjadi
lembut !
BAIT 9
Tabel 4.9
Deskripsi data bait 9
« Et depuis ce jour-là,
nous sommes comme
fous !
[u] [m] [s] [ↄ]
Et/de/puis/ce/jour/la | nous/som/mes/com/me/fous
6 + 6
Dan sejak hari itu, kami seperti orang gila!
Le flot des ouvriers a
monté dans la rue,
[e] [R] [l]
Le/flot/de/s ou/vriers | a/mon/te/dans/la/rue
6 + 6
Para buruh membanjiri jalan
Et ces maudits s'en
vont, foule toujours
accrue
[u] [s] [e]
Et/ces/mau/dits/s‘en/vont | fou/le/tou/jours/a/ccrue
6 + 6
Dan kutukan-kutukan terlontar, kegilaan semakin
meningkat
Comme des revenants,
aux portes des richards.
[ↄ] [R]
Com/me/des/re/ve/nants | aux/por/tes/des/ri/chards
6 + 6
Seperti para hantu, di pintu-pintu rumah orang berduit
59
Moi, je cours avec eux
assommer les
mouchards :
[m] [u] [s]
Moi | je/cours/a/vec/eux | a/sso/mmer/les/mou/chards
1 + 5 + 6
Aku, aku berlari dengan mereka, memukul para
pengawal :
Et je vais dans Paris le
marteau sur l'épaule, [p]
[o][R] [e] [ә]
Et/je/vais/dans/pa/ris | le/mar/teau/sur/l‘e/paule
6 + 6
Dan aku pergi ke paris dengan palu di bahu
BAIT 10
Tabel 4.10
Deskripsi data bait 10
Farouche, à chaque
coin balayant quelque
drôle, [a] [l] [k]
Fa/rou/che/a/cha/que/coin | ba/la/yant/quel/que/dro/le
7 + 7
Liar, di setiap sudut membinasakan hal-hal lucu,
Et, si tu me riais au nez,
je te tuerais !
[t] [ε] [R] [e] [ә]
Et | si/tu/me/ri/ais |au/nez | je/te/tue/rais
1 + 5 + 2 + 4
Dan, jika kau menghinaku, aku akan membunuhmu !
- Puis, tu dois y
compter, tu te feras des
frais
[t] [e] [ә] [f]
Puis | tu/dois/y/comp/ter | tu/te/fe/ras/des/frais
1 + 5 + 6
Lalu, kau harus menghitungnya, kau akan
mengeluarkan biaya
Avec tes avocats , qui
prennent nos requêtes
[ε] [R] [t]
a/vec/te/s a/vo/cats | qui/pre/nnent/nos/re/que/tes
6 + 7
Dengan pengacara-pengacaramu, yang mengambil
petisi kami
Pour se les renvoyer
comme sur des
Pour/se/les/ren/vo/yer | com/me/sur/des/ra/que/ttes
6 + 7
60
raquettes
[e] [ε] [R] [s]
Hanya untuk membolak-balikannya bagaikan bola
pada raket
Et, tout bas, les malins
! Nous traitant de gros
sots !
[o] [e] [ε] [R]
Et/tout/bas/les/ma/lins | nous/trai/tant/de/gros/sots
6 + 6
Dan, dibawah sana, para manusia licik !
memperlakukan kami seperti orang bodoh
Pour mitonner des lois,
ranger des de petits pots
[p] [d] [t]
Pour/mi/to/nner/des/lois | ran/ger/des/de/pe/tits/pots
6 + 7
Untuk membuat hukum palsu , mengatur keuntungan
Pleins de menus décrets
, de méchantes
droguailles
[e] [d] [R]
Pleins/de/me/nus/de/crets |
de/me/chan/tes/dro/gu/ailles
6 + 7
Dipenuhi menu dekrit, obat jahat
S'amuser à couper
proprement quelques
tailles,
[p] [e] [ә]
S‘a/mu/ser/a/cou/per | pro/pre/ment/quel/que/tailles
6 + 6
Bergurau dengan memotong pajak dengan rapih
Puis se boucher le nez
quand nous passons
près d'eux,
[e] [ә] [p] [s]
Puis/se/bou/cher/le/nez |
quand/nous/pa/ssons/pres/d‘eux
6 + 6
Lalu menyumbat hidung ketika kami melewati mereka
- Ces chers avocassiers
qui nous trouvent
crasseux !
[s] [R] [e]
Ces/cher/s a/vo/ca/ssiers |qui/nous/trou/vent/cra/sseux
6 + 6
Pengacara-pengacara baik itu yang menganggap kita
kotor !
Pour débiter là-bas des
milliers de sornettes !
[d] [e] [R]
Pour/de/bi/ter/la/bas |des/mi/lliers/de/sor/ne/ttes
6 + 7
Untuk mengobral jutaan omongkosong dibawahsana
Et ne rien redouter Et/ne/rien/re/dou/ter |si/non/les/baio/ne/ttes
61
sinon les baïonnettes,
[R] [t] [e]
6 + 6
Dan tak satupun yang ditakuti kecuali bayonet-bayonet
Nous en avons assez, de
tous ces cerveaux plats
! [s] [u] [e] [a]
Nou/s en/a/vons/a/ssez | de/tous/ces/cer/veaux/plats
6 + 6
Kami memilikinya cukup, semua otak yang rendah itu
!
Ils embêtent le peuple .
Ah ! ce sont là les plats
[l] [e] [p] [a]
Il/s em/be/tent/le/peu/ple | ah/ce/sont/la/les/plats
7 + 6
Mereka yang mengesalkan mayarakat. Ah ! itulah para
rendahan
Que tu nous sers,
bourgeois, quand nous
sommes féroces,
[u] [s] [R]
Que/tu/nous/sers | bour/geois |
quand/nous/som/mes/fe/ro/ces
4 + 2 + 7
Apa yang kau suguhkani kepada kami, borjuis, ketika
kami menjadi ganas
Quand nous cassons
déjà les sceptres et les
crosses !.. »
[s] [R] [e]
Quand/nous/ca/ssons/de/ja | les/scep/tres/et/les/cro/sses
6 + 7
Ketika kami mematahkan tongkat kerajaan dan tongkat
uskup
BAIT 11
Tabel 4.11
Deskripsi data bait 11
Puis il le prend au bras,
arrache le velours
[R] [l]
Puis/il/le/prend/au/bras | a/rra/che/le/ve/lours
6 + 6
Lalu ia memegang lengan Raja, merobek beludru
Des rideaux, et lui Des/ri/deaux | et/lui/mon/tre | en/bas/les/lar/ges/cours
62
montre en bas les larges
cours
[R] [l]
3 + 4 + 6
Dari tirai-tirai, dan menunjukan ke bawah ke halaman
yang luas
Où fourmille, où
fourmille, où se lève la
foule,
[u] [f] [l]
Ou/four/mille | ou/four/mille | ou/se/le/ve/la/fou/le
3 + 3 + 7
Dimana kerumunan, dimana kerumunan, dimana orang
banyak bangkit
La foule épouvantable
avec des bruits de
houle,
[u] [f] [l]
La/fou/le/e/pou/van/ta/ble | a/vec/des/bruits/de/hou/le
8 + 7
Kerumunan mengerikan dengan kegaduhan yang
menggema
Hurlant comme une
chienne, hurlant comme
une mer,
[y] [m] [R] [ε]
Hur/lant/com/me/une/chi/enne |
hur/lant/com/me/une/mer
7 + 6
Melolong bagaikan seorang penggerutu, melolong
bagaikan lautan
Avec ses bâtons forts et
ses piques de fer,
[f] [R] [ε]
a/vec/ses/ba/tons/forts | et/ses/pi/ques/de/fer
6 + 6
Dengan tongkat kuat dan tombak besinya
Ses clameurs , ses
grands cris de halles et
de bouges,
[u] [s] [R] [a] [e]
Ses/cla/meurs | ses/grands/cris |
de/ha/lles/et/de/bou/ges
3 + 3 + 7
Terikan-teriakannya, jeritan kerasnya dari pasar induk
dan gubuk-gubuk yang kotor
BAIT 12
Tabel 4.12
Deskripsi data bait 12
Tas sombre de haillons Tas/som/bre/de/hai/llons | ta/che/de/bo/nnets/rou/ges
63
taché de bonnets
rouges !
6 + 7
Setumpuk pakaiannya yang compang-camping
bernoda darah merah gelap
L'Homme, par la
fenêtre ouverte, montre
tout
[u] [t] [R]
L‘hom/me/par/la/fe/ne/tre |ou/ver/te | mon/tre/tout
7 + 3 + 3
Seorang laki-laki, melalui jendela terbuka,
menunjukan ke semua
Au R oi pâle , suant qui
chancelle debout,
[u] [R] [a]
Au/roi/pa/le | su/ant | qui/chan/ce/lle/de/bout
4 +2 + 6
Seorang raja yang pucat, berkeringat, berdiri
sempoyongan
Malade à regarder cela
! [a] [l]
Ma/la/de/a | re/gar/der/ce/la
4 + 5
kesakitan yang harus disaksikan!
« C'est la Crapule,
[a] [l] [y]
C‘est/la/cra/pu/le
5
Itulah bajingan
Sire. ça bave aux murs,
ça roule , ça pullule ...
[y] [u] [s] [R] [l]
Si/re/ca/ba/ve/aux/murs | ca/rou/le/ca/pu/llu/le
7 + 7
Tuan, yang meludah di dinding, berguling naik,
bertumpuk ...
- Puisqu'ils ne mangent
pas, Sire, ce sont les
gueux !
[s] [i]
Puis/qu‘ils/ne/man/gent/pas | si/re | ce/sont/les/gueux
6 + 2 + 4
Karena mereka tidak makan tuan, mereka pengemis !
BAIT 13
64
Tabel 4.13
Deskripsi data bait 13
Je suis un forgeron : ma
femme est avec eux,
[f] [a]
Je/suis/un/for/ge/ron | ma/fem/me/est/a/vec/eux
6 + 7
Akulah si pandai besi : istriku bersama mereka
Folle ! Elle vient
chercher du pain aux
Tuileries !
[l] [ε] [R]
Fo/lle/elle/vient/cher/cher | du/pain/aux/tui/le/ries
6 + 6
Gila ! ia datang mencari roti ke tuileries !
- On ne veut pas de
nous dans les
boulangeries. [ә] [ᾶ]
On/ne/veut/pas/de/nous | dans/les/bou/lan/ge/ries
6 + 6
Kami tidak ingin di toko-toko roti
J'ai trois petits. Je suis
crapule. - Je connais
[ʒ] [R] [t] [ә] [y]
J‘ai/trois/pe/tits/je/suis | cra/pu/le/je/co/nnais
6 + 6
Aku punya 3 anak kecil. Aku bajingan . – aku tau
Des vieilles qui s'en
vont pleurant sous leurs
bonnets
[l] [v] [ε] [œ]
Des/vi/eilles/qui/s‘en/vont |
pleu/rant/sous/leurs/bo/nnets
6 + 6
Orang renta yang menangis dibawah topinya
Parce qu'on leur a pris
leur garçon ou leur fille
:
[œ] [l] [R]
Par/ce/qu‘on/leu/r a/pris | leur/gar/con/ou/leur/fille
6 + 6
Karena anak laki-laki dan anak perempuannya telah
diambil dari mereka
C'est la crapule. - Un
homme était à la
bastille,
[l] [a] [ε]
C‘est/la/cra/pu/le/un | hom/me/e/tait/a/la/bas/tille
6 + 8
Si bajingan. Seseorang dipenjara,
D'autres étaient forçats,
c'étaient des citoyens
[s][t] [e] [ε]
D‘au/tres/e/taient/for/cats | c‘e/taient/des/ci/to/yens
6 + 6
Narapidana lainya disana, mereka adalah rakyat
65
Honnêtes. Libérés, ils
sont comme des chiens
: [e] [ε]
Ho/nne/tes/li/be/res | ils/sont/com/me/des/chiens
6 + 6
Yang jujur. Yang berkeliaran, mereka seperti anjing-
anjing :
On les insulte ! Alors,
ils ont là quelque chose
[õ][l] [s]
On/le/s in/sul/tes/a/lors | il/s ont/la/quel/que/cho/se
7 + 7
Mereka dihina ! jadi, mereka punya sesuatu disana
Qui leur fait mal, allez !
C'est terrible, et c'est
cause
[s][ε][e] [R] [t] [l]
Qui/leur/fait/mal | a/llez | c‘est/te/rri/ble |
et/c‘est/cau/se
4 + 2 + 4 + 4
Yang membuat mereka sakit , ayo ! ini menakutkan,
inilah sebab
Que se sentant brisés,
que, se sentant damnés,
[s] [e] [ә] [ᾶ]
Que/se/sen/tait/bri/ses |que/se/sen/tent/dam/nes
6 + 6
Yang membuat mereka merasa hancur, merasa
terkutuk
Ils viennent maintenant
hurler sous votre nez !
[e] [ε] [R] [t]
Ils/vi/ennent/main/te/nant | hur/ler/sous/vo/tre/nez
6 + 6
Mereka sekarang datang berteriak dibawah
hidungmu !
Crapule. - Là-dedans
sont des filles, infâmes
[f] [a] [l]
Cra/pu/le/la/de/dans | sont/des/filles/in/fa/mes
6 + 6
Bajingan. – didalam sana anak-anak perempuan ,
nista
Parce que, - vous saviez
que c'est faible, les
femmes,
[f] [v] [ε]
Par/ce/que/vous/sa/vi/ez | que/c‘est/fai/ble |
les/fem/mes
7 + 4 + 3
Karena, kau tau mereka lemah, wanita-wanita itu
Messeigneurs de la
cour, - que sa veut
Me/ssei/gneurs/de/la/cour | que/sa/veut/tou/jours/bien
6 + 6
66
toujours bien,-
[s] [m] [R] [ә][œ]
Bagi para penguasa keadilan, bahwa mereka selalu
bersedia
Vous avez sali leur
âme, comme rien !
[v] [m] [l]
Vou/s a/vez/sa/li/leur | a/me | com/me/ri/en
6 + 2 + 4
Kau telah menodai jiwa mereka, seperti bukan apa-
apa !
Vos belles, aujourd'hui,
sont là. C'est la crapule.
[l] [v] [a]
Vos/be/lles | au/jour/d‘hui | sont/la/c‘est/la/cra/pu/le
3 + 3 + 7
Gadis-gadismu, hari ini, ada disini. Bajingan
BAIT 14
Tabel 4.14
Deskripsi data bait 14
« Oh ! tous les
Malheureux, tous ceux
dont le dos brûle
[l] [u] [R] [o] [ø]
Oh/tous/les/ma/lheu/reux |
tous/ceux/dont/le/dos/bru/le
6 + 7
Oh, semua kemalangan ini , semua yang
punggungnya terbakar
Sous le soleil féroce, et
qui vont, et qui vont,
[s] [v] [l] [ↄ]
Sous/le/so/leil/fe/ro/ce | et/qui/vont | et/qui/vont
7 + 3 + 3
Dibawah matahari yang ganas, dan yang pergi, yang
pergi
Et dans ce travail-là
sentent crever leur front
[R] [s] [e]
Et/dans/ce/tra/vail/la | sen/tent/cre/ver/leur/front
6 + 6
Dan dalam pekerjaan itu mereka merasa kepala
mereka meledak
Chapeau bas, mes
bourgeois ! Oh ! ceux-
là, sont les Hommes !
Cha/peau/bas | mes/bour/geois | oh/ceux/la |
sont/les/hom/mes
3 + 3 + 3 + 4
67
[a] [h] [o] [m]
Tundukan topi, borjuis-borjuisku ! oh! yang disana
itu, para manusia !
Nous sommes Ouvriers,
Sire ! Ouvriers ! Nous
sommes
[n] [s] [u] [m] [R]
Nous/som/me/s ou/vriers/si/re |
ou/vriers/nous/som/mes
7 + 5
Kamilah para buruh, Tuan ! buruh ! ialah kami
Pour les grands temps
nouveaux où l'on
voudra savoir,
[u] [R] [v]
Pour/les/grands/temps/nou/veaux |
ou/l‘on/vou/dra/sa/voir
6 + 6
Untuk hari besar yang baru dimana kami segera ingin
mengetahui
Où l'Homme forgera du
matin jusqu'au soir,
[u] [R] [m]
Où/l‘hom/me/for/ge/ra | du/ma/tin/jus/qu‘au/soir
6 + 6
Dimana manusia akan menempa dari pagi hingga
malam
Où, lentement
vainqueur, il chassera la
chose
[l] [ʃ] [a][u]
Ou | len/te/ment/vain/queur | il/cha/sse/ra/la/cho/se
1 + 5 + 7
Dimana, pemenang secara perlahan, ia akan berburu
sesuatu
Poursuivant les grands
buts, cherchant les
grandes causes,
[R] [s]
Pour/sui/vant/les/grands/buts |
cher/chant/les/gran/des/cau/ses
6 + 7
Meraih tujuan besar, mencari sebab besar
Et montera sur Tout,
comme sur un cheval !
[u] [m] [t] [R]
Et/mon/te/ra/sur/tout | com/me/sur/un/che/val
6 + 6
Dan menaiki semua, seperti diatas kuda!
Oh ! nous sommes
contents, nous aurons
bien du mal,
[o][õ] [m] [ᾶ]
Oh/nous/som/mes/con/tents |
nou/au/rons/bien/du/mal
6 + 6
Oh ! kami senang, kami memiliki banyak keburukan
68
Tout ce qu'on ne sait
pas, c'est peut-être
terrible :
[t] [s] [R] [ε]
Tout/ce/qu‘on/ne/sait/pas | c‘est/peut/e/tre/te/rri/ble
6 + 7
Semua yang tidak diketahui, mungkin mengerikan :
kami akan mengetahuinya !
Nous pendrons nos
marteaux, nous
passerons au crible
[n][R] [p] [õ] [o]
Nous/pen/drons/nos/mar/teaux |
nous/pa/sse/rons/au/cri/ble
6 + 7
Kami membawa palu kami, kami memperhatikan
dengan seksama
BAIT 15
Tabel 4.15
Deskripsi data bait 15
Tout ce que nous
savons : puis, Frères, en
avant !
[v] [ↄ] [f] [ε]
Tout/ce/que/nous/sa/vont | puis/fre/res/en/a/vant
6 + 6
Semua apa yang kami tahu : lalu, saudara-saudara,
maju !
Nous faisons
quelquefois ce grand
rêve émouvant
[f] [ε] [ᾶ]
Nous/fai/sons/quel/que/fois |
ce/grand/re/ve/e/mou/vant
6 + 7
Kami membuat beberapa kali mimpi besar yang
mengharukan
De vivre simplement,
ardemment, sans rien
dire
[R] [ә] [ᾶ] [s] [m]
De/vi/vre/sim/ple/ment | ar/de/mment | sans/rien/di/re
6 + 3 + 4
Dari hidup dengan sederhana, sungguh-sungguh,
tanpa mengatakan apa-apa
De mauvais, travaillant
sous l'auguste sourire
De/mau/vais | tra/va/illant | sous/l‘au/gus/te/sou/ri/re
3 + 3 + 7
69
[s] [v] Dari buruk, bekerja dibawah senyum mulia
D'une femme qu'on
aime avec un noble
amour :
[m] [ε]
D‘une/fem/me/qu‘on/ai/me | a/vec/no/ble/a/mour
6 + 6
Dari seorang wanita yang mereka cintai dengan cinta
yang agung :
Et l'on travaillerait
fièrement tout le jour,
[R] [ε] [t] [u]
Et/l‘on/tra/va/ille/rait | fie/re/ment/tout/le/jour
6 + 6
Dan mereka bekerja dengan tulus setiap harinya
Ecoutant le devoir
comme un clairon qui
sonne :
[R] [ә]
e/cou/tant/le/de/voir | com/me/un/clai/ron/qui/so/nne
6 + 8
Dengan mendengarkan perintah ketika sebuah
terompet yang berbunyi
Et l'on se trouverait fort
heureux ; et personne
[R]
Et/l‘on/se/trou/ve/rait | fort/heu/reux/et/per/so/nne
6 + 7
Dan mereka mendapati kesenangan yang kuat ; dan
tak seorangpun
Oh ! personne, surtout,
ne vous ferait plier !...
[ε] [R] [u]
Oh/per/so/nne | sur/tout | ne/vous/fe/rait/pli/er
4 + 2 + 6
Oh! Tak seorangpun, terutama , tidak mengeluh pada
anda
On aurait un fusil au-
dessus du foyer....
[f][o] [y]
On/au/rait/un/fu/sil | au/de/ssus/du/fo/yer
6 + 6
Kami akan memiliki pistol di atas perapian
BAIT 16
Tabel 4.16
Deskripsi data bait 16
« Oh ! mais l'air est tout
plein d'une odeur de
Oh/mais/l‘air/est/tout/plein | d‘une/o/deur/de/ba/taille
6 | 6
70
bataille
[R] [ε] [d]
Oh! Namun udara dipenuhi aroma bastil
Que te disais-je donc ?
Je suis de la canaille ! »
[ә] [d]
Que/te/di/sais/je/donc | je/suis/de/la/ca/naille
6 + 6
Apa yang harus kukatakan padamu ? aku adalah
sampah masyarakat!
Oh ! mais l'air est tout
plein d'une odeur de
bataille !
[R] [ε] [d]
Oh/mais/l‘air/est/tout/plein | d‘une/o/deur/de/ba/taille
6 + 6
Oh ! namun udara semua dipenuhi aroma bastil !
Tetap ada mata-mata polisi dan penimbun
Nous sommes libres,
nous ! Nous avons des
terreurs
[n] [R]
Nous/som/mes/li/bres | nous/ nou/s
a/vons/des/te/rreurs
5 + 1 + 6
Kami bebas, kami ! kami merasa ngeri
Où nous nous sentons
grands, oh ! si grands !
Tout à l'heure
[u] [s] [R]
Ou/nous/nous/sen/tons/grands |
oh/si/grands/tout/a/l‘heure
6 + 6
Dimana kami merasa hebat, oh ! betapa hebat !
sekarang ini
Je parlais de devoir
calme, d'une demeure...
[d] [ә] [R]
Je/par/lais/de/de/voir | cal/me/d‘une/de/meu/re
6 + 6
Aku bicara tentang tugas damai, tentang sebuah
tempat tinggal
Regarde donc le ciel !
C'est trop petit pour
nous,
[ε] [p] [R] [ә]
Re/gar/de/donc/le/ciel | c‘est/trop/pe/tit/pour/nous
6 + 6
Lihatlah langit ! terlalu kecil untuk kami
Nous crèverions de
chaud, nous serions à
genoux !
Nous/cre/ve/rions/de/chaud | nous/se/rions/a/ge/noux
6 + 6
Kami akan mati kepanasan, kami akan berlutut !
71
[u] [õ] [R] [ә]
Regarde donc le ciel !
Je rentre dans la foule,
[l] [R] [ә] [ᾶ]
Re/gar/de/donc/le/ciel | je/ren/tre/dans/la/fou/le
6 + 7
Lihatlah langit ! kami kembali dalam kerumunan
Dans la grande canaille
effroyable, qui roule,
[R] [a] [l]
Dans/la/gran/de/ca/naille | e/ffro/ya/ble/qui/rou/le
6 + 7
Dalam sampah masyarakat yang mengerikan, yang
berguling
Sire, tes vieux canons
sur les sales pavés :
[s] [e] [l]
Si/re/tes/vieux/ca/nons | sur/les/sa/les/pa/ves
6 + 6
Tuan, pistol tua mu diatas trotoir yang kotor :
Oh ! quand nous serons
morts, nous les aurons
lavés
[o] [õ] [l] [R]
Oh/quand/nous/se/rons/morts | nous/le/s
au/rons/la/ves
6 + 6
Oh ! ketika kami mati, kami ingin dimandikan
mereka
Et si, devant nos cris,
devant notre vengeance,
[ᾶ] [v] [n]
Et/si/de/vant/nos/cris | de/vant/no/tre/ven/geance
6 + 6
Dan jika, di depan jeritan kami, di depan dendam
kami
Les pattes des vieux
rois mordorés, sur la
France [e] [R] [a]
Les/pa/ttes/des/vieux/rois | mor/do/res | sur/la/France
6 + 3 + 3
Tangan perunggu tua sang raja, di prancis
Poussent leurs
régiments en habits de
gala,
[a] [ᾶ]
Pou/ssent/leurs/re/gi/ments | en/ha/bits/de/ga/la
6 + 6
Memaksa tentara mereka berpakaian gala
Eh bien, n'est-ce pas,
vous tous? Merde à ces
Eh/bien/n‘est/ce/pas/vous/tous |
mer/de/a/ces/chiens/la
72
chiens-là !
[ᾶ] [s] [ε]
7 + 6
Baik, iya kan, kalian semua ? kotoran anjing-anjing !
BAIT 17
Tabel 4.17
Deskripsi data bait 17
Il reprit son marteau sur
l'épaule. La foule
[o] [l] [R]
Il/re/prit/son/mar/teau | sur/l‘e/pau/le/la/fou/le
6 + 7
Dia kembali dengan palu dibahunya.
Seorang gila
Près de cet homme-là
se sentait l'âme saoule,
[s] [l] [m] [ε]
Pres/de/cet/hom/me/la | se/sen/tait/l‘a/me/sa/oule
6 + 7
gila yang merasa dekat dengan jiwa yang mabuk
Et, dans la grande cour,
dans les appartements,
[ᾶ] [R] [e]
Et | dans/la/gran/de/cour | dans/le/s a/ppar/te/ment
1 + 5 | 6
Dan, di halaman luas, dalam kamar
Où Paris haletait avec
des hurlements,
[l] [ε] [h]
Ou/pa/ris/ha/le/tait | a/vec/des/hur/le/ments
6 + 6
Dimana paris terengah-engah dengan lolongan
Un frisson secoua
l'immense populace.
[s] [a]
Un/fri/sson/se/cou/a | l‘im/men/ce/po/pu/la/ce
6 + 7
Getaran mengguncang populasi yang besar.
Alors, de sa main large
et superbe de crasse,
[s] [R]
a/lors | de/sa/main/lar/ge |et/su/per/be/de/cra/sse
2+ 5 + 7
Lalu, dengan tangannya yang besar dan luar biasa
kotor
Bien que le roi ventru
suat, le Forgeron, [R]
Bien/que/le/roi/ven/tru | su/at | le/for/ge/ron
6 + 2 + 4
73
[ᾶ] Meskipun raja berperut buncit, si pandai besi
Terrible, lui jeta le
bonnet rouge au front
! [l] [R] [t] [ә]
Te/rri/ble | lui/je/ta | le/bo/nnet/rou/ge/au/front
3 + 3 + 7
mengerikan, menambatkan topi merah ke kepala
Raja !
B. Interpretasi Data
B. Interpretasi Data
1. ANALISIS TATARAN FONOLOGI
a. Metrik
Puisi ini terdiri dari 179 larik yang terbagi dalam 17 bait. Puisi ini juga
didominasi oleh 12 suku kata setiap lariknya atau disebut dodécasyllabe yang
lebih populer dengan sebutan alexandrin yang dijabarkan berdasarkan jenis
larik oleh Đurđa Šinko (2011: 4-8), dengan pembacaan synérèse dan diérèse
didalamnya. Berikut bentuk uraian perhitungan metrik tiap larik.
Bait 1
Le/bras/sur/un/mar/teau | gi/gan/tes/que/e/ffra/yant
6 + 7
D‘i/vre/sse/et/de/gran/deur | le/front/lar/ge | ri/ant
Keterangan :
[R] = Fonem sayang = synérèse sayang = L’hiatus eff = Anger Out
6 = Metrik sayang = Diérèse sayang = L’élision ne = Anger In
74
7 + 4 + 2
Com/me/un/clai/ron/d‘ai/rain | a/vec/tou/te/sa/bou/che
7 + 7
Et/pre/nant/ce/gros/là | dans/son/re/gard/fa/rouche
6 + 6
Le/for/ge/ron/par/lait | à/lou/is sei/ze | un/jour
6 + 4 + 2
Que/le/peu/ple/é/tait/là | se/tor/dans/tou/t au/tour
7 + 6
Et/sur/les/lam/bris/d‘or | trai/nait/sa/ves/te/sa/le
6 + 7
Or/le/bon/roi | de/bout/sur | son/ven/tre | é/tait/pâ/le
4 + 3 + 3 + 4
Pâ/le/com/me/un/vain/cu | qu‘on/prend/pour/le/gi/bet
7 + 6
Et | sou/mis/com/me/un/chien | ja/mais/ne/re/gim/bait
1+6 + 6
Car/ce/ma/raud/de/for/ge | aux/e/nor/me/s é/paules
7 + 6
Lui/di/sait/de/vieux/mots |et/des/cho/ses/si/drô/les
6 + 7
Que/ce/la/l‘em/poi/gnait |au/front | com/me/ce/la
6 + 2 + 4
75
Uraian metrik pada bait 2 sampai 14 terdapat pada bagian interpretasi.
Berikut ringkasan dominasi jumlah suku kata dalam setiap bait.
Tabel 4.18
Interpretasi data metrik
Bait
Ke -
Jumlah Larik Jumlah Suku Kata (dalam Larik)
< 12 12 > 12
1 13 - 2 11
2 11 1 6 4
3 2 - 2 -
4 6 - 4 2
5 7 - 3 4
6 14 - 9 5
7 17 - 7 10
8 7 - 3 4
9 6 - 6 -
10 17 - 8 9
11 7 - 2 5
12 7 2 2 3
13 18 - 12 6
14 13 - 6 7
15 10 - 5 5
16 16 - 13 3
76
17 8 - 3 5
Jumlah 179 3 93 83
Rimbaud dengan aliran simbolismenya selalu memberikan tanda-tanda
atau ciri khas pada puisinya. [17]9 larik dan 17 bait menunjukan waktu yang
menjadi latar puisi ini yaitu sekitar tahun [17]89. Namun Rimbaud juga
menampilkan sisi pemberontakannya dalam puisi ini, tidak sedikit larik-larik yang
melebihi aturan batas maksimal suku kata dengan suku kata diatas 12. Namun
bukan tanpa arti, melainkan Rimbaud ingin menekankan bahwa ada
pemberontakan yang merupakan salah satu wujud kemarahan. Pemberontakan ini
merupakan salah satu tindakan yang berarti tidak patuh pada aturan atau keluar
dari batas, sehingga tindakan tersebut termasuk dalam aspek kemarahan Anger
Out yang dikemukakan oleh Spielberger, yaitu bertindak murka. Pemberontakan
ini mencerminkan kemarahan rakyat terhadap Louis Seize. Pemberontakan yang
menjadi tema utama dalam sajak ini terkenal dengan nama La journée de 20 juin
1792.
Ada beberapa kalimat dimana penghitungan metriknya dapat menjadi
tanda kemarahan tersebut. Misalnya, pada bait 1, larik ke- 5 , dalam penghitungan
metriknya, suku kata kalimat le forgeron parlait lebih banyak dari pada kalimat à
Louis Seize, yaitu 6 berbanding 4. Porsi le forgeron lebih besar dari pada Louis
Seize. Kalimat yang bermakna si pandai besi berbicara atau dalam konteks puisi
ini yang berarti rakyat kaum buruh mengekspresikan sesuatu, yaitu kemarahan
77
memiliki dampak yang besar terhadap posisi raja yang meskipun berkuasa akan
tetap kalah dengan kemarahan rakyat apabila rakyat sudah bersatu dan bersuara.
Juga pada bait 11, larik ke- 4 yang berbunyi La foule épouvantable avec
des bruits de houle memiliki penghitungan metrik yang besar dan menyalahi
aturan tataran suku kata dengan batas maksimal 12 suku kata. Dalam kalimat
tersebut memiliki 15 suku kata dengan penggalan 8 suku kata pada kalimat la
foule épouvantable atau kerumunan yang mengerikan dan 7 suku kata pada
kalimat avec des bruits de houle atau dengan kegaduhan yang menggema.
Penyalahan aturan suku kata ini ditunjukan dengan pemberontakan Rimbaud yang
sangat kental dengan gabungan hal seperti kerumunan yang mengerikan mampu
menujukan bahwa kemarahan rakyat yang bersatu menjadi sesuatu hal yang
sangat besar dan menyebabkan kegaduhan yang luar biasa.
b. Synérèse dan Diérèse
Dalam perhitungan metrik juga terdapat synérèse dan diérèse, yaitu
perlakuan diftong terhadap dominasi suku kata. Seperti yang telah diketahui
dominasi suku kata dalam puisi ini adalah 12, maka penentuan synérèse dan
diérèse disesuaikan dengan 12 suku kata. Berikut tabel synérèse dan diérèse per
bait.
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 1 :
Tabel 4.19
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 1
Larik Synérèse L Diérèse
78
8 Or/le/bon/roi|de/bout/sur|
son/ven/tre|e/tait/pa/le
1 Le/bras/sur/un/mar/teau
|gi/gan/tes/que/e/ffra/yant
12 Lui/di/sait/de/vieux/mots|
et/des/cho/ses/si/drô/les
2 D‘i/vre/sse/et/de/gran/deur |
le/front/lar/ge | ri/ant
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 2 :
Tabel 4.20
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 2
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 3 :
Tabel 4.21
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 3
Larik Synérèse L Diérèse
1 Nous/ve/nions/voir/flam/ber |
Larik Synérèse L Diérèse
3 Le/cha/noi/ne/au/so/leil |
di/sait/ses/pa/te/no/tre
1 Donc/si/re/tu/sais/bi/en |
nous/chan/ti/ons/tra/la/la
4 Sur/des/cha/pe/lets/clairs|
gre/nes/de/pie/ces/d‘or
2 Et/nous/pi/qui/ons/les/boeufs |
vers/les/si/llons/de/s au/tres
7 Nous/fouai/llaient/hé/bé/tés|
com/me/des/yeux/de/vache
8 No/s yeux/ne/pleu/raient/pas |
nou/s a/llions | nou/s a/llions
9 Et/quand/nou/s a/vions/mis
|le/pays/en/si/llons
10 Quand/nou/s a/vions/lai/sse |
dans/ce/tte/te/rre/noire
11 No/s en/fants/y/fai/saient |
un/ga/teau/fort/bien/cuit
79
nos/tan/dis/dans/la/nuit
2 No/s en/fants/y/fai/saient |
un/ga/teau/fort/bien/cuit
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 4 :
Tabel 4.22
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 4
Larik Synérèse L Diérèse
1 Oh/je/ne/me/plains/pas |
je/te/dis/mes/be/ti/ses
3 Or | n‘est/ce/pas/jo/yeux |
de/voir | au/mois/de/juin
4 Dans/les/gran/ges/en/tres |
des/voi/tu/res/de/foin
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 5:
Tabel 4.23
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 5
Larik Synérèse L Diérèse
6 é/tant/hom/me | à/la/fin |
de/ce/que/don/ne/Dieu
7 Mais/voi/là | c‘est/tou/jours |
la/me/me/vieille/his/toire
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 6 :
Tabel 4.24
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 6
Larik Synérèse L Diérèse
1 Oh/je/sais | main/te/nant | moi |
je/ne/peux/plus/croire
3 Qu‘un/hom/me/vi/enne/la |
da/gue/sous/le/man/teau
80
6 Me/pren/dre/mon/gar/con |
com/me/ce/la | chez/moi
7 Moi | je/se/rais/un/hom/me |
et/toi | tu/se/rais/roi
8 Tu/me/di/rais/je/veux |
tu/vois/bien/c‘est/stu/pide
9 Tu/crois/que/j‘aime/a/voir |
ta/ba/ra/que/splen/dide
10 Te/s o/ffi/ciers/do/res |
tes/mi/lle/che/na/pans
11 Tes/pal/sem/bleu/ba/tards |
tour/nant/com/me/des/paons
14 Et/nous/di/rions/c‘est/bien |
les/pau/vres/a/ge/noux
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 7 :
Tabel 4.25
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 7
Larik Synérèse L Diérèse
1 Nous/do/re/rions/ton/lou/vre |
en/do/nnant/nos/gros/sous
5 Oh/le/peu/ple/n‘est/plus |
une/pu/ta/in |trois/pas
3 Et/ces/me/ssieurs/ri/ront |
les/reins/sur/no/tre/te/te
7 Ce/tte/be/te/su/ait |
du/sang/a/cha/que/pi/erre
6 Et/tous/nou/s a/vions/mis |
ta/bas/ti/lle/en/pou/ssiere
10 Ci/to/yen/ci/to/yen |
c‘e/tait/le/pa/sse/som/bre
13 Nou/s a/vions/quel/que/cho/se |
au/coeur/com/me /l‘a/mour
14 Nou/s a/vions/em/bra/sse |
nos/fils/sur/nos/poi/tri/nes
16 Nous/mar/chions|
81
nous/chan/tions |
et/ca/nous/ba/ttait/la
17 Nou/s a/llions/au/so/leil |
front/haut/com/me/ce/la
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 8 :
Tabel 4.26
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 8
Larik Synérèse L Diérèse
2 En/fin/nous/nous/sen/tions |
hom/mes/nou/s e/tions/pa/les
3 Si/re | nou/s e/tions/souls |
de/te/rri/ble/s es/poirs
4 Et/quand/nous/fu/mes/la |
de/vant/les/don/jons/noirs
7 Nous/nous/sen/tions/si/forts |
nous/vou/lions/e/tre/doux
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 9 :
Tabel 4.27
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 9
Larik Synérèse L Diérèse
1 Et/de/puis/ce/jour/la |
nous/som/mes/com/me/fous
2 Le/flot/de/s ou/vriers |
a/mon/te/dans/la/rue
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 10 :
Tabel 4.28
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 10
82
Larik Synérèse L Diérèse
1 Fa/rou/che/a/cha/que/coin |
ba/la/yant/quel/que/dro/le
2 Et | si/tu/me/ri/ais |au/nez |
je/te/tue/rais
3 Puis | tu/dois/y/comp/ter |
tu/te/fe/ras/des/frais
5 Pour/se/les/ren/vo/yer |
com/me/sur/des/ra/que/ttes
7 Pour/mi/to/nner/des/lois |
ran/ger/des/de/pe/tits/pots
8 Pleins/de/me/nus/de/crets |
de/me/chan/tes/dro/gu/ailles
9 S‘a/mu/ser/a/cou/per |
pro/pre/ment/quel/que/tailles
10 Puis/se/bou/cher/le/nez |
quand/nous/pa/ssons/pres/d‘eux
11 Ces/cher/s a/vo/ca/ssiers
|qui/nous/trou/vent/cra/sseux
12 Pour/de/bi/ter/la/bas
|des/mi/lliers/de/sor/ne/ttes
13 Et/ne/rien/re/dou/ter
|si/non/les/baio/ne/ttes
16 Que/tu/nous/sers | bour/geois |
quand/nous/som/mes/fe/ro/ces
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 11 :
Tabel 4.29
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 11
Larik Synérèse L Diérèse
1 Puis/il/le/prend/au/bras |
a/rra/che/le/ve/lours
5 Hur/lant/com/me/une/chi/enne |
hur/lant/com/me/une/mer
2 Des/ri/deaux | et/lui/mon/tre |
en/bas/les/lar/ges/cours
83
4 La/fou/le/e/pou/van/ta/ble |
a/vec/des/bruits/de/hou/le
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 12 :
Tabel 4.30
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 12
Larik Synérèse L Diérèse
3 Au/roi/pa/le | su/ant |
qui/chan/ce/lle/de/bout
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 13 :
Tabel 4.31
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 13
Larik Synérèse L Diérèse
1 Je/suis/un/for/ge/ron |
ma/fem/me/est/a/vec/eux
5 Des/vi/eilles/qui/s‘en/vont |
pleu/rant/sous/leurs/bo/nnets
2 Fo/lle/elle/vient/cher/cher |
du/pain/aux/tui/le/ries
8 D‘au/tres/e/taient/for/cats |
c‘e/taient/des/ci/to/yens
4 J‘ai/trois/pe/tits/je/suis |
cra/pu/le/je/co/nnais
13 Ils/vi/ennent/main/te/nant |
hur/ler/sous/vo/tre/nez
9 Ho/nne/tes/li/be/res |
ils/sont/com/me/des/chiens
15 Par/ce/que/vous/sa/vi/ez |
que/c‘est/fai/ble | les/fem/mes
16 Me/ssei/gneurs/de/la/cour |
que/sa/veut/tou/jours/bien
17 Vou/s a/vez/sa/li/leur | a/me |
com/me/ri/en
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 14 :
Tabel 4.32
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 14
Larik Synérèse L Diérèse
84
4 Cha/peau/bas | mes/bour/geois |
oh/ceux/la | sont/les/hom/mes
5 Nous/som/me/s ou/vriers/si/re |
ou/vriers/nous/som/mes
7 Ou/l‘hom/me/for/ge/ra |
du/ma/tin/jus/qu‘au/soi
11 Oh/nous/som/mes/con/tents |
nou/au/rons/bien/du/mal
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 15 :
Tabel 4.33
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 15
Larik Synérèse L Diérèse
1 Tout/ce/que/nous/sa/vont |
puis/fre/res/en/a/vant
6 Et/l‘on/tra/va/ille/rait |
fie/re/ment/tout/le/jour
3 De/vi/vre/sim/ple/ment |
ar/de/mment | sans/rien/di/re
9 Oh/per/so/nne | sur/tout |
ne/vous/fe/rait/pli/er
7 e/cou/tant/le/de/voir |
com/me/un/clai/ron/qui/so/n
10 On/au/rait/un/fu/sil |
au/de/ssus/du/fo/yer
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 16 :
Tabel 4.34
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 16
Larik Synérèse L Diérèse
1 Oh/mais/l‘air/est/tout/plein |
d‘une/o/deur/de/ba/taille
2 Que/te/di/sais/je/donc |
je/suis/de/la/ca/naille
3 Oh/mais/l‘air/est/tout/plein |
d‘une/o/deur/de/ba/taille
85
4 Que/te/di/sais/je/donc |
je/suis/de/la/ca/naille
8 Je/par/lais/de/de/voir |
cal/me/d‘une/de/meu/re
9 Re/gar/de/donc/le/ciel |
c‘est/trop/pe/tit/pour/nous
10 Nous/cre/ve/rions/de/chaud |
nous/se/rions/a/ge/noux
11 Re/gar/de/donc/le/ciel |
je/ren/tre/dans/la/fou/le
13 Si/re/tes/vieux/ca/nons |
sur/les/sa/les/pa/ves
16 Les/pa/ttes/des/vieux/rois |
mor/do/res | sur/la/France
18 Eh/bien/n‘est/ce/pas/vous/tous |
mer/de/a/ces/chiens/la
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 17 :
Tabel 4.35
Interpretasi data synérèse-diérèse bait 17
Larik Synérèse L Diérèse
8 Te/rri/ble | lui/je/ta |
le/bo/nnet/rou/ge/au/fron
2 Pres/de/cet/hom/me/la |
se/sen/tait/l‘a/me/sa/oule
5 Un/fri/sson/se/cou/a |
l‘im/men/ce/po/pu/la/ce
Dalam puisi ini, jumlah synérèse lebih banyak dibanding jumlah diérèse.
Dalam penulisannya, seperti yang dikatakan Schmitt (1982: 134), bahwa
pembacaan synérèse memiliki aturan dengan penggabungan, yaitu pengucapan
86
dua huruf vokal dalam satu suku kata. Hal ini menggambarkan kaum buruh, kaum
petani dan rakyat lainnya yang bergabung dan bersatu dalam unjuk rasa dalam
menyuarakan kemarahan terhadap Louis Seize, juga menggambarkan gabungan
penderitaan yang selama ini dirasakan rakyat dengan segala keserakahan raja.
c. Fonem
Pada bagian interpretasi, terdapat fonem-fonem yang muncul dari setiap
larik. Berikut kesimpulan fonem yang muncul per bait.
Tabel 4.36
Interpretasi data fonem
Bait Ke
-
Fonem
1 [R] [s] [l] [t] [u] [ᾶ] [e] [ε] [o] [p] [m] [d] [õ] [i] [ↄ]
2 [R] [s] [t] [u] [ᾶ] [e] [ε] [o] [p] [a] [d] [õ] [i] [ә] [ↄ] [n] [v] [ʒ]
3 [ᾶ] [l] [o] [i] [n] [f] [ø] [ʒ]
4 [R] [s] [l] [t] [ᾶ] [e] [ε] [p] [d] [i]
5 [R] [l] [u] [e] [o] [p] [m] [d] [ә
6 [R] [l] [t] [u] [ᾶ] [ε] [o] [p] [a] [m] [d] [õ] [i] [ә] [n] [y]
7 [R] [s] [l] [t] [u] [ᾶ] [e] [ε] [o] [p] [a] [d] [õ] [i] [ↄ] [n] [f] [y] [ʃ] [k]
8 [R] [s] [t] [u] [ᾶ] [e] [o] [p] [a] [d] [õ] [n] [v]
9 [R] [s] [l] [u] [e] [o] [p] [m] [ә] [ↄ]
10 [R] [s] [l] [t] [u] [e] [ε] [p] [a] [d] [i] [ә] [f] [k]
11 [R] [s] [l] [u] [e] [ε] [a] [m] [f] [y]
12 [R] [s] [l] [t] [u] [a] [i] [y]
13 [R] [s] [l] [t] [ᾶ] [e] [ε] [a] [m] [õ] [ә] [v] [f] [y] [ʒ]
14 [R] [s] [l] [t] [u] [ᾶ] [e] [ε] [o] [p] [a] [m] [õ] [i] [ↄ] [n] [v] [ʃ] [ø]
15 [R] [s] [t] [u] [ᾶ] [ε] [o] [m] [ә] [ↄ] [v] [f] [y]
87
16 [R] [s] [l] [u] [ᾶ] [e] [ε] [o] [p] [a] [d] [õ] [i] [ә] [n] [v]
17 [R] [s] [l] [t] [ᾶ] [e] [ε] [o] [a] [m] [ә]
Berdasar tabel di atas, terdapat beberapa fonem yang sering muncul yaitu
[R], [s], [l], [t], [u], [ᾶ], [e], [ε], [o], [p], [a], [m] dan [d]. Fonem [R] dalam tabel
Joubert (1988: 67) melambangkan kekerasan atau sesuatu yang keras dan kasar.
Kekerasan sering kali timbul akibat kemarahan seseorang terhadap orang lain,
maka dari itu hal ini termasuk dalam aspek kemarahan Anger Out, yaitu
menyerang (seseorang). Dalam puisi ini kekerasan ini menjadi salah satu bentuk
kemarahan rakyat dalam pemberontakan yang terjadi pada tanggal 20 Juni 1792
yang menjadi latar utama dalam puisi ini yang juga terkenal sebagai awal
Revolusi Paris. Fonem [s] berarti desisan, disini yang merupakan salah satu
ekspresi kemarahan atau keluhan seseorang. Hal tersebut juga didukung oleh
makna fonem menurut Peyroutet (1994: 51) yang mengatakan bawa fonem [s]
mengungkapkan kejengkelan dan kemarahan dengan sikap meremehkan juga
sikap sindiran yang juga digunakan untuk mengekspresikan kemarahan dalam
bentuk majas di dalam sajak ini. Kemarahan yang mengacu pada kemarahan
rakyat ini sejalan dengan pernyatan Michelet (1952: 924) yaitu Il ne faut pas
envisager le 20 juin comme une émeute, un simple accès de colère yang berarti
tidak perlu menganggap 20 Juni sebagai sebuah kerusuhan, tapi ia merupakan
sebuah akses sederhana dari kemarahan.
Fonem [l] berarti likuiditas atau sesuatu yang mengalir, sama seperti
kehidupan kaum buruh yang dipenuhi dengan kesulitan yang terus mengalir tanpa
henti. Menurut Joubert, Fonem [t], [p] dan [d] dapat berarti kekuatan, brutalitas
88
dan kejijikan. Brutalitas disini dapat ditujukkan untuk peristiwa pemberontakan
20 Juni 1792. Seperti yang digambarkan oleh Ternaux (1863: 82), Un pareil appel
fait à la force brutale soulève naturellement à gauche des transports
d'enthousiasme, à droite des transports de colère, yang berarti Seruan itu (20
Juni) dilakukan dengan gaya brutal yang secara alami meningkatkan antusiasme
di sebelah kiri, dan menimbulkan amarah di pihak kanan. Sangat tepat juga dengan
rakyat yang dengan kuat dan sangat brutal dalam menunjukan kemarahannya. Hal
ini ditunjukkan oleh salah satu larik dalam puisi yaitu, Que tu nous sers,
bourgeois, quand nous sommes féroces yang berarti Apa yang kau suguhkan
kepada kami, borjuis, ketika kami menjadi ganas. Keganasan tersebut akibat
kejijikan yang sangat besar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan monarki
semisal dalam larik Et c'était dégoûtant, la Bastille debout, dimana Bastille
menjadi salah satu simbol monarki pada zaman itu. Didukung oleh makna
menurut Peyroutet, bahwa fonem tersebut mengandung makna sindiran keras, hal
ini ditunjukan dengan banyaknya sindiran keras atau kata sarkastik yang menjadi
salah satu aspek kemarahan Anger Out. Fonem [e] dan [ε] dapat berarti suara
tajam atau dapat juga kejernihan. Suara tajam dapat berarti suara yang dapat
terdengar jelas dan jernih. Suara tajam diperlukan untuk mengungkapkan kata-
kata amarah dalam nada yang tinggi ataupun rendah. Misalnya dalam
mengancam, yang terdapat dalam puisi ini sebagai salah satu aspek kemarahan
Anger Out.
Fonem [ᾶ] dan [a] berarti suara kuat dan hal yang besar. Hal ini
menunjukkan kemarahan rakyat yang sangat besar dan suara kuat yang
89
ditunjukkan dengan teriakan-teriakan. Hal ini digambarkan jelas dalam larik
dalam puisi yaitu, Où Paris haletait avec des hurlements yang berarti Dimana
Paris terengah-engah oleh lolongan. Peyroutet juga memaknai fonem ini sebagai
perasaan yang sentimental. Sejalan yang dikatakan oleh Michelet (1952: 924), Le
peuple de Paris y fut l‟organe violant, mais le légitime de sentiment de la France
yang berarti masyarakat Paris disana sebagai organ yang memberontak, juga
perasaan yang sah dari masyarakat Prancis.
Fonem [u] dan [o] menunjukan arti kegelapan, hal ini sesuai dengan
kehidupan masa lalu rakyat yang gelap dan suram, yaitu penuh penderitaan.
Seperti yang tergambar dalam salah satu larik dalam puisi ini yaitu Citoyen !
citoyen ! c'était le passé sombre. Menurut Peyroutet, fonem tersebut memiliki
maka gemuruh juga kesedihan. Makna tersebut mendukung makna sebelumnya
yang dikemukakan oleh Joubert yang berarti masa lalu rakyat yang penuh dengan
kesedihan yang juga bergemuruh sehingga mereka menuntut perubahan. Dan
fonem [m] menurut Joubert, berarti pergerakan, yang jelas ditunjukan oleh rakyat
yang melakukan pergerakan menuju Tuileries untuk menyampaikan
kemarahannya terhadap raja Louis Seize.
d. L‟hiatus dan L‟élision
Tabel 4.37
Interpretasi data l‟hiatus-l‟élision
Bait Ke - L‘hiatus L‘élision
1 - gigangtesque effrayant
- comme un
- peuple était
- d’ivresse
- d’airain
- d’or
90
- forge aux - qu’on
- l’empoignait
2 -Chanoine au - des autres
- l’un
- l’autre
4 -C’est
- j’admets
- n’est-ce pas
- l’odeur
- l’herbe
5 -prendre un
- vieille histoire
- s’allume
- joyeusement un
-l’enclume
6 -J‘aime à
- metrre aux
- j’ai
- j’aime
7 -louvre en
- bastille en
- chose au
- c’était
- leur ombre
- l’amour
8 -n’eûmes
9 -des ouvriers
- s’en vont
- l’épaule
10 -s’amuser
- d’eux
11 -montre en
- foule épouvantable avec
- comme une
12 -fenêtre ouverte
- malade à
- bave aux
91
13 -femme est
- homme était
- leur a pris
- on les insulte
- leur âme
14 -jusqu’au
15 -rêve émouvant
- aime avec
- noble amour
-l’auguste
16 -canaille effroyable
- merde à
- L’air
- des accapareurs
- l’heure
- nous les aurons
17 -large et
- rouge au
- l’âme
- les appartements
Adanya pembacaan l‟hiatus dan l‟élision yaitu dibunyikan secara sambung
(menyambungkan antarkata) akan menimbulkan bunyi yang mengalir atau
likuiditas. Hal ini identik dengan pergerakan rakyat ke Tuileries, dalam
menunjukan kemarahannya.
e. Rima
Meskipun jenis puisi ini adalah prosa atau yang dikenal sebagai poésie en
prose, Rimbaud tetap menggunakan rima yang memperindah bunyi puisi ini.
Berikut gambaran struktur rima
Le bras sur un marteau gigantesque, effrayant
D'ivresse et de grandeur, le front large , riant
92
Comme un clairon d'airain, avec toute sa bouche,
Et prenant ce gros-là dans son regard farouche,
Berdasar klasifikasi stuktur rima menurut Schmitt dan Viala (1982: 136),
sajak Le Forgeron diatas menunjukan bahwa puisi ini memiliki struktur La Rime
Plate atau Suivies, atau dalam bahasa Indonesia disebut rima rangkai, yaitu
terdapat kesamaan bunyi pasa larik satu dan larik dua yang membentuk pola aa bb
cc dd ee. Seperti namanya, rima tersebut membuat puisi ini menjadi sebuah
rangkaian. Rangkaian merupakan hal yang terjadi secara berantai atau saling
terkait. Hal ini menunjukkan adanya kemarahan rakyat yang dilakukan dalam
serangkaian peristiwa yang terjadi dalam sajak ini. Sajak ini menggambarkan
serangkaian peristiwa penting dalam sejarah revolusi yang terjadi pada tanggal 14
Juli 1789 sampai Desember 1792 terutama di dalamnya yang terdapat peristiwa
Revolusi Paris 20 Juni 1792 dan 10 Agustus 1792 yang menjadi latar utama. Hal
ini sejalan dengan pernyataan Mathiez (1922: 209), depuis la prise des tuileries et
l‟internement de Louis XVI au Temple jusqu‟à la réunion de la Convention ont
une importance capitale dans l‟histoire de la Révoulution yang berarti sejak
penyerangan Tuileries dan pengasingan Louis Seize di bait suci sampai pertemuan
konvensi merupakan kesatuan penting dalam sejarah revolusi.
Selanjutnya kemarahan tergambar dari analisis kualitas dan alternansi
rima. Berikut tabel kualitas dan alternansi rima.
Tabel 4.38
Interpretasi data rima
LARIK KATA FONETIK KUALITAS ALTERNANSI
93
TERAKHIR RIMA RIMA
1 Effrayant [e.fʁe.jᾶ] Suffisant Masculin
2 Riant [ʁi.jᾶ] Suffisant Masculin
3 Bouche [buʃ] Suffisant Feminin
4 Farouche [fa.ʁuʃ] Suffisant Feminin
5 Jour [ʒuʁ] Suffisant Masculin
6 Autour [o.tuʁ] Suffisant Masculin
7 Sale [sal] Pauvre Feminin
8 Pale [pαl] Pauvre Feminin
9 Gibet [ʒi.bε] Suffisant Masculin
10 Regimbet [ʁә.ʒ .be] Suffisant Masculin
11 Epaules [e.pol] Suffisant Masculin
12 Droles [dʁol] Suffisant Masculin
13 Cela [sә.la] Suffisant Masculin
14 Tra la la [tʁa.la.la] Suffisant Masculin
15 Autres [otʁ] Riche Masculin
16 Notres [notʁ] Riche Masculin
17 Or [ↄʁ] Suffisant Masculin
18 Cor [kↄʁ] Suffisant Masculin
19 Cravache [kʁa.vaʃ] Riche Feminin
20 Vache [vaʃ] Riche Feminin
21 Allions [a.lj ] Suffisant Masculin
22 Sillons [si.j ] Suffisant Masculin
23 Noire [nwaʁ] Riche Feminin
24 Pourboire [puʁ.bwaʁ] Riche Feminin
25 Nuit [nɥi] Suffisant Masculin
26 Cuit [kɥi] Suffisant Masculin
27 Betises [be.tiz] Suffisant Masculin
28 Contredises [kõ.tʁә.diz] Suffisant Masculin
29 Juin [ʒɥ ] Pauvre Masculin
94
30 Foin [fw ] Pauvre Masculin
31 Pousse [pus] Suffisant Feminin
32 Rousse [ʁus] Suffisant Feminin
33 Grain [gʁ ] Pauvre Masculin
34 Pain [p ] Pauvre Masculin
35 S‘allume [sa.lym] Riche Feminin
36 L‘enclume [lᾶ.klym] Riche Feminin
37 Peu [pø] Pauvre Masculin
38 Dieu [djø] Pauvre Masculin
39 Histoire [i.stwaʁ] Riche Feminin
40 Croire [kʁwaʁ] Riche Feminin
41 Marteau [maʁ.to] Suffisant Masculin
42 Manteau [mᾶ.to] Suffisant Masculin
43 Terre [tεʁ] Suffisant Femiin
44 Guerre [gεʁ] Suffisant Feminin
45 Moi [mwa] Suffisant Masculin
46 Roi [ʁwa] Suffisant Masculin
47 Stupide [sty.pid] Suffisant Feminin
48 Splendide [splᾶ.did] Suffisant Feminin
49 Chepanans [ʃә.pa.nᾶ] Pauvre Masculin
50 Paons [pᾶ] Pauvre Masculin
51 Filles [fij] Suffisant Masculin
52 Bastille [bas.tij] Suffisant Feminin
53 Genoux [ʒә.nu] Pauvre Masculin
54 Sous [su] Pauvre Masculin
55 Fete [fεt] Suffisant Feminin
56 Tete [tεt] Suffisant Feminin
57 Papas [pa.pa] Suffisant Masculin
58 Pas [pa] Suffisant Masculin
59 Poussiere [pu.sjεʁ] Riche Feminin
95
60 Pierre [pjεʁ] Riche Feminin
61 Debout [dә.bu] Pauvre Masculin
62 Tout [tu] Pauvre Masculin
63 Ombre [õbʁ] Riche Feminin
64 Sombre [sõbʁ] Riche Feminin
65 Tour [tuʁ] Suffisant Masculin
66 Amour [a.muʁ] Suffisant Masculin
67 Poitrines [pwa.tʁin] Riche Masculin
68 Narines [na.ʁin] Riche Masculin
69 La [la] Suffisant Masculin
70 Cela [cә.la] Suffisant Masculin
71 Sales [sal] Suffisant Masculin
72 Pales [pal] Suffisant Masculin
73 Espoirs [εs.pwaʁ] Riche Masculin
74 Noirs [nwaʁ] Riche Masculin
75 Chene [ʃεn] Suffisant Feminin
76 Haine [εn] Suffisant Feminin
77 Doux [du] Pauvre Masculin
78 Fou [fu] Pauvre Masculin
79 Rue [ʁy] Suffisant Feminin
80 Accrue [a.kʁy] Suffisant Feminin
81 Richards [ʁi.ʃaʁ] Riche Masculin
82 Mouchards [mu.ʃaʁ] Riche Masculin
83 Epaule [e.pol] Suffisant Feminin
84 Drole [dʁol] Suffisant Feminin
85 Tuerais [tɥe.ʁε] Suffisant Masculin
86 Frais [fʁε] Suffisant Masculin
87 Requetes [ʁә.kεt] Riche Masculin
88 Raquettes [ʁa.kεt] Riche Masculin
89 Sots [so] Pauvre Masculin
96
90 Pots [po] Pauvre Masculin
91 Droguailles [dʁo.gaj] Suffisant Masculin
92 Tailles [taj] Suffisant Masculin
93 Eux [ø] Pauvre Masculin
94 Crasseux [kʁa.sø] Pauvre Masculin
95 Sornettes [sↄʁ.nεt] Riche Masculin
96 Baionnettes [ba.jↄ.nεt] Riche Masculin
97 Plats [pla] Riche Masculin
98 Plats [pla] Riche Masculin
99 Feroces [fe.ʁↄs] Riche Masculin
100 Crosses [kʁↄs] Riche Masculin
101 Velours [vә.luʁ] Suffisant Masculin
102 Cours [kuʁ] Suffisant Masculin
103 Foule [ful] Suffisant Feminin
104 Houle [ul] Suffisant Feminin
105 Mer [mεʁ] Suffisant Masculin
106 Fer [fεʁ] Suffisant Masculin
107 Bouges [buʒ] Suffisant Masculin
108 Rouges [ʁuʒ] Suffisant Masculin
109 Tout [tu] Pauvre Masculin
110 Debout [dә.bu] Pauvre Masculin
112 Crapule [kʁa.pyl] Suffisant Feminin
113 Pullule [py.lyl] Suffisant Feminin
114 Gueux [gø] Pauvre Masculin
115 Eux [ø] Pauvre Masculin
116 Tuileries [tɥil.ʁi] Suffisant Masculin
117 Boulangeries [bu.lᾶʒ.ʁi] Suffisant Masculin
118 Connais [kↄ.nε] Riche Masculin
119 Bonnets [bↄ.nε] Riche Masculin
120 Fille [fij] Riche Feminin
97
121 Bastille [bas.tij] Riche Feminin
122 Citoyens [si.twa.j ] Suffisant Masculin
123 Chiens [ʃj ] Suffisant Masculin
124 Chose [ʃoz] Suffisant Feminin
125 Causes [koz] Suffisant Masculin
126 Damnés [dα.ne] Suffisant Masculin
127 Nez [ne] Suffisant Masculin
128 Infames [ .fαm] Suffisant Masculin
129 Femmes [fam] Suffisant Masculin
130 Bien [bj ] Suffisant Masculin
131 Rien [ʁj ] Suffisant Masculin
132 Crapule [kʁa.pyl] Suffisant Feminin
133 Brule [bʁyl] Suffisant Feminin
134 Vont [võ] Pauvre Masculin
135 Front [fʁõ] Pauvre Masculin
136 Hommes [ↄm] Suffisant Masculin
137 Sommes [sↄm] Suffisant Masculin
138 Savoir [sa.vwaʁ] Riche Masculin
139 Soir [swaʁ] Riche Masculin
140 Chose [ʃoz] Suffisant Feminin
141 Causes [koz] Suffisant Feminin
142 Cheval [ʃә.val] Suffisant Masculin
143 Mal [mal] Suffisant Masculin
144 Terrible [tε.ʁibl] Riche Feminin
145 Crible [kʁibl] Riche Feminin
146 Avant [a.vᾶ] Suffisant Masculin
147 Emouvant [e.mu.vᾶ] Suffisant Masculin
148 Dire [diʁ] Suffisant Feminin
149 Sourire [su.ʁiʁ] Suffisant Feminin
150 Amour [a.muʁ] Suffisant Masculin
98
151 Jour [ʒuʁ] Suffisant Masculin
152 Sonne [sↄn] Riche Feminin
153 Personne [pεʁ.sↄn] Riche Feminin
154 Plier [pli.je] Suffisant Masculin
155 Foyer [fwa.je] Suffisant Masculin
156 Bataille [ba.taj] Suffisant Feminin
157 Canaille [ka.naj] Suffisant Feminin
158 Accapareurs [a.ka.pa.ʁœʁ] Riche Masculin
159 Terreurs [tε.ʁœʁ] Riche Masculin
160 Heure [œʁ] Suffisant Feminin
161 Demeure [de.mœʁ] Suffisant Feminin
162 Nous [nu] Suffisant Masculin
163 Genoux [ʒә.nu] Suffisant Masculin
164 Foule [ful] Suffisant Feminin
165 Roule [ʁul] Suffisant Feminin
166 Pavés [pa.ve] Riche Masculin
167 Lavés [la.ve] Riche Masculin
168 Vengeance [vᾶ.ʒᾶs] Suffisant Feminin
169 France [fʁᾶs] Suffisant Feminin
170 Gala [ga.la] Suffisant Masculin
171 Chiens-la [ʃj .la] Suffisant Masculin
172 Foule [ful] Suffisant Feminin
173 Saoule [sul] Suffisant Masculin
174 Appartement [a.paʁ.tә.mᾶ] Riche Masculin
175 Hurlement [yʁ.lә.mᾶ] Riche Masculin
176 Populace [pↄ.py.las] Suffisant Feminin
177 Crasse [kʁas] Suffisant Feminin
178 Forgeron [fↄʁ.ʒә.ʁõ] Suffisant Masculin
179 Front [fʁ ] Suffisant Masculin
99
Berdasarkan tabel diatas, Alternansi rima didominasi oleh Maskulin yang
memiliki makna kekuatan. Dalam sajak ini, kekuatan melambangkan pergerakan
rakyat. Tentu dalam pergerakan menuju Tuileries, diperlukan tenaga dan kekuatan
untuk sampai di tempat tujuan serta perlunya kekuatan secara fisik untuk bersatu
dalam meluapkan kemarahan kepada raja dan para bawahannya. Kualitas rima
didominasi oleh rima suffisant. Namun pada beberapa kata juga terdapat rima
riche dan rima pauvre. Jumlah rima riche terhitung lebih banyak dari rima pauvre.
Riche yang berarti kaya identik dengan ke hidupan raja dan kaum elit yang
megah dan penuh dengan kemewahan. Kaya juga berkaitan dengan kekuasaan,
sedangkan pauvre yang berarti miskin, identik dengan kehidupan rakyat yang
selalu dihimpit kemiskinan. Miskin juga berkaitan dengan ketidakberdayaan. Hal
ini dapat berarti kekayaan dan kekuasaan raja dan para kaum elit yang menindas
atau berdiri di atas kemiskinan rakyat atau kekuasaan kaum elit yang selalu ingin
mendominasi kaum revolusioner pada saat itu yang menjadi pemicu utama
kemarahan rakyat. Khususnya pada 20 Juni yang menjadi bukti kesewenangan
kaum elit terhadap rakyat yang memicu pemberontakan di hari itu.
Dengan demikian, kemarahan dan faktor-faktor pemicunya banyak
digambarkan melalui tataran fonologis berupa penghitungan metrik, pembacaan
synérèse - diérèse, fonem, l‟hiatus - l‟élision, dan rima. Berdasarkan bunyi yang
dihasilkan, karakteristik yang menonjol adalah, pemberontakan berupa pergerakan
dimana menjadi salah satu wujud kemarahan rakyat yang dipenuhi kekerasan.
Dalam sebuah pergerakan menuju Tuilleries, kekasaran yang diwujudkan dengan
100
kata-kata dan tidakan amarah. Pernyataan tersebut akan diperkuat dengan
pembahasan tataran sintaksis dan semantis.
2. ANALISIS TATARAN SINTAKSIS
Untuk menguraikan tataran sintaksis, puisi ini akan dianalisis perbait.
Bait 1
Kalimat pertama
Le bras sur un marteau gigantesque, effrayant D'ivresse et de grandeur, le front
vaste, riant Comme
S V adv S
V
un clairon d'airain, avec toute sa bouche, Et prenant ce gros-là dans son regard
farouche, Le Forgeron
pel ket. conj V O adv
S
parlait à Louis Seize, un jour Que le Peuple était là, se tordant tout autour, Et sur
les lambris d'or
Vprèp O ket conj S V ket V conj
adv
traînant sa veste sale.
V O
Kalimat Kedua
Or le bon roi, debout sur son ventre, était pâle Pâle comme un vaincu qu'on prend
pour le gibet, Et,
S adv V adj adj prèp S V
adv/ket conj
soumis comme un chien, jamais ne regimbait Car ce maraud de forge aux
énormes épaules Lui disait
101
V adv V Conj S
O V
de vieux mots et des choses si drôles, Que cela l'empoignait au front, comme
cela !
adv conj adv conj S V O adv
Bait Satu terdiri dari dua kalimat. Kalimat pertama merupakan kalimat
majemuk.
Bait ini menggunakan imparfait yang menandakan bahwa kejadian
tersebut terjadi di masa lampau. Pahlow mengatakan bahwa l‟imparfait digunakan
untuk aksi yang menekankan pengulangan yang dilakukan di masa lalu, namun
l‟imparfait juga dapat menggambarkan situasi di masa lalu. Seperti yang
dikatakan oleh Labeau et Larivée (2005: 37) bahwa il montre ce fait qui en train
de se dérouler dans la durée, en l‟excluant de l‟actualité présent, et sans en faire
voir la phrase initiale ni la phrase finale yang berarti l‟imparfait menunjukan apa
yang terjadi dalam jangka panjang, tidak termasuk kejadian saat ini, dan tanpa
menunjukan kalimat awwal atau kalimat akhir. Berdasarkan pernyataan tersebut,
penggunaan imparfait bertujuan untuk mendeskripsikan sesuatu atau keadaan agar
pembaca dapat merasakan hal atau membawa pembaca seakan-akan merasakan
atau berada pada situasi tersebut. Hal ini menunjukan bahwa pada awal bait,
penulis berusaha membawa pembaca untuk merasakan semangat dan perasaan
yang berkobar-kobar serta keganasan rakyat pada saat itu dengan kata-kata kerja
yang akan dijelaskan di tataran semantik.
Selain itu penggunaan le participe présent, Seperti yang dikatakan oleh
Morris mengenai penggunaan partisipe présent yaitu untuk menggantikan
102
proposisi kata kerja yang aktif. Dengan kata lain, kata kerja yang sedang
dilakukan tersebut seharusnya di dampingi oleh proposition relative , namun
penulisannya dibuat lebih sederhana dengan participe présent. Dalam hal
simplisitas kata kerja tersebut berkaitan dengan pengekspresian kemarahan secara
langsung yang sering kali tidak memperdulikan aturan di sekitarnya. Hal tersebut
juga menandakan bahwa rakyat melakukan tindakan-tindakan tersebut dengan
tidak sabar dan tergesa-gesa seperti kesan yang ditimbulkan oleh simplisitas, yaitu
‗cepat‘.
Bait ini memiliki rejet, dimana objek yang secara umum diletakkan di
akhir kalimat atau larik, namun dalam hal ini di letakkan di awal larik. Seperti
kalimat berikut.
Lui disait de vieux mots et des choses si drôles,
O V adv
Kata ‗lui‘ berfungsi menjadi objek. Hal ini terjadi karena dalam satu larik
sebelumnya, yang bertidak sebagai subjek, terlalu panjang sehingga objek harus
diletakkan di larik berikutnya. Subjek adalah hal yang terpenting dalam suatu
kalimat, dengan keberadaannya yang sangat panjang dalam kalimat menandakan
keluhan dan kemarahan rakyat yang mengekor semakin panjang sehingga
mendorong mereka untuk menyingkirkan Raja yang digambarkan sebagai objek
yang tergeser.
Bait 2
103
Kalimat pertama
« Or, tu sais bien, Monsieur, nous chantions tra la la Et nous piquions les boeufs
vers les sillons des autres :
Conj S V S S V adv conj S V
O adv/ket
Le Chanoine au soleil filait des patenôtres Sur des chapelets clairs grenés de
pièces d'or
S O V adv adv
Le Seigneur, à cheval, passait, sonnant du cor Et l'un avec la hart, l'autre avec la
cravache Nous
S adv V V O S ket S adv O
fouaillaient - Hébétés comme des yeux de vache, Nos yeux ne pleuraient plus ;
nous allions, nous
V adj adv S V S
V S
allions, Et quand nous avions mis le pays en sillons, Quand nous avions laissé
dans cette terre noire
V conj adv S V O adv adv S V
adv
Un peu de notre chair... nous avions un pourboir
S S V O
Bait Dua hanya terdiri dari satu kalimat panjang dengan penyertaan
banyak tanda koma dan penggunaan konjungsi ‗dan‘. Tanda koma digunakan
untuk menghentikan kalimat sementara, dan biasanya digunakan untuk kalimat
yang panjang. Dengan tanda penghentian sementara yang banyak, menunjukkan
adanya kelelahan. Kelelahan yang ditunjukan oleh penulis ini dapat berupa
kelelahan rakyat yang berwujud kemarahan. Seperti yang digambarkan oleh
104
Ternaux (1863: 117), La majeure partie de la foule, celle qui avait accompagné
rémeute par pure curiosité, désœuvrement ou même entraînement, se répandit
dans le jardin, heureuse de pouvoir se reposer de ses fatigues. Kalimat tersebuat
memiliki arti sebagian besar kerumunan, yang membekali mereka dengan rasa
ingin tahu yang tulus, ketidaktahuan, atau bahkan pelatihan, menyebar di
halaman, senang bisa mengistirahatkan kelelahannya. Pernyataan tersebut
menggambarkan bahwa kerumunan rakyat di halaman Istana Tuileries merasa
senang mengistirahatkan kelelahan mereka, namun kelelahan disini adalah
kemarahan yang diwujudkan dengan unjuk rasa. Konjungsi ‗dan‘ biasanya
digunakan sebagai tanda penambahan dalam menjabarkan hal-hal. Dengan
keberadannya yang cukup banyak, menandakan kemarahan rakyat yang semakin
bertambah yang perlu dijabarkan. Jadi, hubungan antara kalimat panjang, tanda
koma dan konjungsi ‗dan‘ dalam sajak ini adalah kemarahan sebagai tanda
kelelahan rakyat yang jabarkan, sebagai tanda bahwa kemarahan yang penting
untuk ditunjukkan, yang menjadi salah satu bahasan utama dalam sajak ini yaitu
kemarahan tipe Anger Out.
Tanda («) merupakan tanda yang memulai sebuah ungkapan atau
perkataan secara langsung. Hal ini bertujuan untuk mengungkapkan secara
langsung apa yang dirasakan atau dilakukan. Seperti halnya kemarahan rakyat
yang harus diutarakan atau diekspresikan secara langsung (Anger Out).
Pembubuhan tanda titik dua (:) biasa digunakan untuk penyebutan hal- hal yang
lebih detail dan rinci. Kemarahan rakyat dan faktor-faktornya pun digambarkan
secara detail dan rinci. Bait ini juga memunculkan tanda titik sebanyak tiga kali
105
(...). Pada umumnya satu tanda titik cukup untuk mengakhiri suatu kalimat atau
cukup untuk memisahkan kalimat satu dan kalimat selanjutnya. Penggunaan yang
cukup banyak, menggambarkan penulis membutuhkan waktu yang lebih panjang
untuk melanjutkan ke kalimat berikutnya. Hal ini menimbulkan kesan kelelahan,
karena setelah kemarahan itu diekspresikan secara langsung tentu juga
menimbulkan kelelahan karena telah mengeluarkan energi yang banyak.
Bait ini memiliki beberapa pelengkap dan adverbia. Keduanya biasa
digunakan untuk mendampingi atau melengkapi kalimat intransitif. Kalimat
intransitif merupakan kalimat yang bisa berdiri tanpa sebuah objek atau kalimat
yang hanya terdiri dari subjek dan kata kerja. Kesederhanaan kalimat ini
menggambarkan kehidupan kaum buruh yang serba sederhana bahkan cenderung
kekurangan Bait ini juga masih menggunakan participe présent, sama seperti bait
sebelumnya yang menunjukan simplisitas kalimat. Bait dua juga memiliki satu
kalimat rejet, yaitu
Nous fouaillaient - Hébétés comme des yeux de vache,
O V adj adv
Nous bertindak sebagai objek yang diletakkan di awal kalimat. Pada umumnya,
subjeklah yang diletakkan di awal kalimat sebagai hal yang terpenting. Hal ini
menunjukan bahwa objek disini memiliki peran yang penting sehingga harus
diletakkan di awal. Sama halnya dengan pentingnya petisi bagi rakyat sebagai
objek yang dibawa dalam unjuk rasa 20 Juni 1792 ke hadapan Raja. Seperti yang
dikatakan oleh Saminadayar dan Perin (1963 : 35) Il ne s‟agit pas d‟une
106
insurrection de la faim, mais d‟un movement explicitement politique dont la
petition, lue à l‟Assemble puis à Louis Seize. Pernyataan ini berarti bahwa 20 Juni
1792 bukan tentang sebuah pemberontakan dengan isu kelaparan, melainkan
sebuah pergerakan politik secara ekspisit dimana petisi yang ditujukan pada
Majelis lalu kepada Raja.
Bait 3
Kalimat Pertama
Nous venions voir flamber nos taudis dans la nuit Nos petits y faisaient un
gâteau fort bien cuit.
S V O adv S adv V
O
Bait Tiga terdiri dari satu kalimat yang tidak terlalu panjang. Ia hanya
terbagi menjadi 2 larik dalam penulisannya. Kalimat ini mengandung kata kerja
majemuk yaitu venions voir. Kata kerja majemuk merupakan kata kerja yang
berlipat ganda atau lebih dari satu yang dipadukan. Hal ini menunjukan
kemarahan yang diekspresikan berasal dari faktor- faktor yang menumpuk
menjadi satu kesatuan emosi yang besar. Kalimat tersebut juga menggunakan
imperatif untuk menekankan kata kerja atau keadaan yang sangat melibatkan
perasaan. Makna kemarahan dalam kata kerja faire tersebut akan dijelaskan dalam
tataran semantik. Bait ini menunjukan adanya adverbia yang diletakkan di antara
subjek dan kata kerja. Dalam aturan tata bahasa di Prancis, hal tersebut untuk
107
menghindari pengulangan. Sama halnya seperti pemberontakan yang dilakukan
rakyat demi menghapuskan penderitaan dan aturan yang berulang-ulang, yaitu
sistem monarki yang kembali diterapkan oleh Majelis.
Bait 4
Kalimat Pertama
« Oh ! je ne me plains pas.
Adv S V
Kalimat Kedua
Je te dis mes bêtises, C'est entre nous.
S O V pel S V adv
Kalimat Ketiga
J'admets que tu me contredises.
S V conj S V
Kalimat Keempat
Or, n'est-ce pas joyeux de voir, au mois de juin Dans les granges entrer des
voitures de foin Enormes?
S adj V adv /ket adv/ket V pel
adj
De sentir l'odeur de ce qui pousse, Des vergers quand il pleut un peu, de l'herbe
rousse ?
V pel pel adv/ket pel
108
Bait Empat diawali dengan interjeksi ‗oh‘. Menurut KBBI, Interjeksi
merupakan kata yang mengungkapkan seruan perasaan. Interjeksi ini menunjukan
ekspresi kelelahan rakyat dalam menghadapi penderitaannya yang didukung oleh
kalimat selanjutnya yang akan dibahas secara semantik. Bait ini berbeda dengan
bait-bait sebelumnya yang sering menggunakan imparfait. Bait ini menggunakan
présent yang menjelaskan waktu yang sedang terjadi seperti yang dikatakan oleh
Pahlow. Penulis menggunakan présent ingin benar-benar menghadirkan kondisi
yang nyata terjadi agar pembaca benar-benar berada pada masa itu dan
menyaksikan secara langsung kejadian yang berlangsung saat itu.
Selain itu, yang membedakan bait ini dengan bait-bait sebelumnya adalah
bait ini terdiri dari banyak kalimat-kalimat pendek yang didominasi oleh kalimat
intransitif. Hal ini berarti banyaknya tanda titik pada bait ini. Tanda titik yang
bertujuan untuk mengakhiri kalimat berkaitan dengan kemarahan rakyat yang
terkadang dipendam atau tidak diekspresikan (Anger In). Adanya kesan bahwa
rakyat tidak ingin memperpanjang masalah dan lebih memilih menyimpan
amarahnya dengan sesegera mungkin mengakhirinya atau berhenti untuk
membahasnya. Selain itu ada tanda tanya di kalimat terakhir yang menjadikan
kata sifat utama untuk kata-kata kerja berikutnya yang membangun kalimat
majemuk. Hal tersebut menggambarkan satu kemarahan besar yang terkandung
dalam sebuah petisi yang membuat rakyat ingin tahu jawaban petisi tersebut,
cukup untuk membuat rakyat mampu melakukan hal-hal banyak terhadap Raja,
dari menganggu ketenangan Raja di Tuileries, membuat kekacauan , sampai
memaksa Raja memakai topi merah di kepalanya sebagai tanda keberpihakan Raja
109
terhadap negara dengan simbol pekikan „Vive La Nation‟. Seperti yang
digambarkan dalam larik yang terdapat dalam sajak ini yaitu Bien que le roi
ventru suat, le Forgeron, Terrible, lui jeta le bonnet rouge au front! yang berarti
Meskipun raja berperut buncit, si pandai besi mengerikan, melemparkan topi
merah ke kepala Raja !
Pemberontakan rakyat juga terwujud dari tanda semantik seperti
penggunaan kata kerja infinitif diantara subjek dan objek. Pada umumnya, kata
kerja mengalami proses konjugasi, atau penggunaan kata kerja infinitif harus
didahului kata kerja yang sudah dikonjugasi. Namun penyalahan aturan ini sangat
jelas sebagai tanda pemberontakan rakyat terhadap Majelis dan Raja yang selama
ini mengekangnya dengan sistem monarkinya.
Bait 5
Kalimat Pertama
De voir les champs de blé, des épis pleins de grain, De penser que cela prépare
bien du pain ?...
V pel pel V conj S V
O
Kalimat Kedua
Oui, l'on pourrait, plus fort, au fourneau qui s'allume, Chanter joyeusement en
martelant l'enclume,
S V adv adv V adv
adv
110
Si l'on était certain qu‘on pourrait prendre un peu, Étant homme, à la fin !, de ce
que donne Dieu!
S V adj V adj V O adv O
V
S
Kalimat Ketiga
- Mais voilà, c'est toujours la même vieille histoire !
Conj SV adv O
Bait Lima diawali dengan kata kerja yang masih berhubungan dengan
kalimat di bait sebelumnya, Dengan kata lain, kalimat pertama di bait ini
merupakan bagian dari kalimat majemuk di bait sebelumnya. Adanya hubungan
yang berkaitan dengan bait sebelumnya menunjukan bahwa ada sesuatu yang
belum selesai yang harus diselesaikan di bait selanjutnya. Hal ini menggambarkan
kemarahan rakyat yang pada hari itu (20 Juni 1792) belum usai, dan dilanjutkan
dengan aksi berikutnya yaitu hari 10 Aôut 1792.
Bait ini juga memiliki beberapa kata kerja majemuk yang menandakan
kerja para buruh yang lebih keras dari pekerjaan biasanya, atau rakyat harus kerja
lebih extra untuk menghidupi keluarganya. Kata kerja majemuk ini diawali
dengan kata kerja yang dikonjugasi dengan menggunakan conditionel.
Conditionel digunakan untuk menunjukan hal - hal yang belum tentu terjadi. Hal
ini menunjukan adanya khayalan-khayalan atau harapan yang dibuat oleh rakyat,
yang menginginkan perubahan. Hal ini juga didukung oleh penggunaan rumus
tata bahasa si + imparfait + conditionel yang bersifat khayalan.
111
Kalimat-kalimat dalam bait ini sangat tidak beraruran. Pada umumnya
suatu kalimat didahului dengan (subjek + kata kerja + objek) atau (subjek + kata
kerja + adverbia). Namun Rimbaud meletakkannya semaunya bahkan sangat tak
lazim seperti (objek + kata kerja aktif (seharusnya pasif) + subjek). Juga kata
majemuk yang seharusnya berdampingan, namun dalam bait ini dipisah dan
didahulukan oleh adverbia sehingga susunan yang seharusnya (subjek + kata kerja
1 dan 2 + adverbia) menjadi (subjek + kata kerja 1 + adverbia + kata kerja 2 +
adverbia ), ditambah dengan adverbia yang diletakkan tak beraturan, atau yang
seharusnya di awal, diletakkan di akhir dan sebaliknya. Hal ini menunjukan
kerumitan yang juga didukung oleh jumlah adverbia yang mendominasi dari kata
kerja menunjukan bahwa satu kata kerja masih perlu dibantu dengan adverbia.
Jika tidak diteliti secara sintaksis, kalimat ini akan sulit dipahami. Hal ini
menggambarkan penataan konstitusi dalam politik yang rumit dengan masalah-
masalah yang kompleks yang pada akhirnya menjadi kemarahan yang
diekspresikan dengan melawan dan menolak aturan-aturan yang tidak membawa
pada perubahan.
Bait ini juga memunculkan tanda seru yang cukup banyak. Tanda seru
yang biasanya dipakai untuk kalimat perintah, atau seruan yang biasanya
menimbulkan nada yang lebih tinggi. Dalam bait ini, tanda seru berfungsi sebagai
pendamping atau pelengkap kata atau kalimat seruan yang ingin menyampaikan
kepuasan. Seperti halnya dengan rakyat merasa puas dengan mengekspresikan
kemarahannya. Seperti kutipan di bait sebelumnya yaitu heureuse de pouvoir se
112
reposer de ses fatigues yang dikatakan oleh Ternaux (1863: 117) dimana heureuse
menggambarkan kepuasaan dan kebanggaan rakyat.
Bait 6
Kalimat Pertama
« Oh je sais, maintenant ! Moi, je ne peux plus croire, Quand j'ai deux bonnes
mains, mon front et
Conj S V adv S V adv S V O
O conj
mon marteau Qu'un homme vienne là, dague sous le manteau, Et me dise :
Maraud, ensemence ma terre ! »
O conj S V adv adv conj O V
S V O
Que l'on arrive encor, quand ce serait la guerre, Me prendre mon garçon comme
cela, chez moi !
conj S V adv S V O V O
adv adv
Kalimat Kedua
- Moi, je serais un homme, et toi, tu serais roi, Tu me dirais : Je veux !.. - Tu vois
bien, c'est stupide.
S S V O conj S S V O S O V S V S
V SV adj
Kalimat Ketiga
Tu crois que j'aime voir ta baraque splendide, Tes officiers dorés, tes mille
chenapans, Tes palsembleu
S V conj S V pel S
bâtards tournant comme des paons : Ils ont rempli ton nid de l'odeur de nos filles
Et de petits billets
113
V adv S V O adv conj
S
pour nous mettre aux Bastilles Et nous dirons : C'est bien : les pauvres à genoux !
conj O V adv conj O V S V adj S V
Bait Enam masih dimulai dengan interjeksi ‗oh‘. Pengulangan interjeksi
ini menambah kesan kelelahan penulis yang menunjukan kelelahan rakyat dalam
menghadapai segala penderitaannya dan dalam menunjukan kemarahannya. Sama
seperti bait sebelumnya, bait ini juga masih menggunakan conditionel, namun
juga diselingi bentuk présent. Menggabungkan antara khayalan dan kenyataan
adalah hal yang sangat aneh. Aneh sering kali memberi kesan tidak lazim.
Ketidaklaziman inilah yang menggambarkan kemurkaan rakyat dimana tindakan
tersebut menjadi salah satu aspek dalam kemarahan tipe Anger Out yang
diutarakan oleh Spielberger. Murka merupakan tindakan dimana seseorang
kehilangan kendali yang akhirnya mendorong seseorang untuk bertindak diluar
batas normal. Hal ini akan diperjelas dalam kajian semantik. Selain itu bait ini
juga memiliki kalimat-kalimat dengan bentuk subjonctif. Seperti yang diutarakan
oleh Noel, bentuk ini biasanya digunakan sebagai penilaian (bersifat subjektif)
terhadap sesuatu. Seperti halnya sajak ini yang menggunakan sudut pandang
rakyat, hal ini bertujuan untuk menggambarkan secara nyata kondisi, juga
perasaan rakyat atas apa yang dialaminya pada zaman itu. Hal itu bertujuan agar
pembaca dapat merasakan energi kemarahan yang ingin disampaikan oleh
Rimbaud.
114
Sensasi kemarahan yang ingin disampaikan tersebut diperkuat dengan
pemunculan banyak tanda seru pada bait ini. Pada umumnya jika seseorang
mengekspresikan kemarahannya, tertama dalam berucap (memaki), seseorang
tersebut dengan sadar atau tanpa disadari akan menggunakan nada yang tinggi.
Nada tinggi apabila ditransformasikan ke dalam sebuah tulisan, maka biasanya ia
dibubuhi tanda seru. Kemarahan ini juga didukung oleh tanda titik dua (:) yang
digunakan untuk menyebutkan hal-hal detil sebagai faktor kemarahan tersebut.
Bait ini tidak memiliki kerumitan tertentu seperti bait-bait sebelumnya,
struktur kalimat-kalimatnya didominasi kalimat intransitif yang beraturan. Hal ini
menunjukan bahwa faktor-faktor pemicu kemarahan juga disebabkan karena hal-
hal yang kecil dan sederhana yang didiamkan atau dipendam.
Bait 7
Kalimat Pertama
Nous dorerons ton Louvre en donnant nos gros sous !
S V O adv
Kalimat Kedua
Et tu te soûleras, tu feras belle fête.
Conj S V S V O
Kalimat Ketiga
- Et ces Messieurs riront, les reins sur notre tête !
115
Conj S V adv
Kalimat Keempat
« Non. Ces saletés-là datent de nos papas !
S V adv
Kalimat Kelima
Oh ! Le Peuple n'est plus une putain.
Adv S V O
Kalimat keenam
Oh ! Le Peuple n'est plus une putain. Trois pas Et, tous, nous avons mis ta Bastille
en poussière
Adv S V O adv conj S S V O
adv
Cette bête suait du sang à chaque pierre Et c'était dégoûtant, la Bastille debout
Avec ses murs lépreux
S V adv conj S V adj S V
adv/pel
qui nous racontaient tout Et, toujours, nous tenaient enfermés dans leur ombre !
conj O V pel conj adv O V adv
Kalimat Ketujuh
- Citoyen ! citoyen ! c'était le passé sombre Qui croulait, qui râlait, quand nous
prîmes la tour!
S S S V O V V adv S
V O
Kalimat Kedelapan
116
Nous avions quelque chose au coeur comme l'amour.
S V O adv
Kalimat Kesembilan
Nous avions embrassé nos fils sur nos poitrines.
S V O adv
Kalimat Kesepuluh
Et, comme des chevaux, en soufflant des narines Nous marchions, nous
chantions, et ça nous battait là....
Conj S V Adv S V S V
conj S V adv
Nous marchions au soleil, front haut, - comme cela -,
S V adv adv adv
Bait Tujuh berbeda dengan bait-bait sebelumnya. Bait ini memiliki
kalimat-kalimat dalam bentuk waktu yang beragam, yaitu présent, passé composé,
plus que parfait, imparfait dan passé simple. Jika diurutkan berdasarkan waktu,
dari yang paling lampau, passé simple merupakan yang pertama. Bentuk waktu ini
biasanya hanya digunakan untuk menceritakan sebuah dongeng, dimana waktunya
sangat lama dan tidak dapat diprediksi dengan tepat. Lalu plus que parfait, passé
composé dan présent, sedangkan imparfait, penggunaannya bersamaan dengan
passé composé. Hal ini menunjukan bahwa adanya jangka waktu yang sangat
panjang yang dimulai dari masa yang sangat lampau hingga sekarang. Rimbaud
ingin menggambarkan bahwa kemarahan rakyat bukanlah kemarahan yang timbul
secara tiba-tiba atau instan, melainkan banyak hal-hal menyakitkan yang mungkin
117
dibiarkan oleh rakyat, dipendam, hingga akhirnya menjadi sebuah kemarahan
yang tidak dapat disimpan lagi. Penggunaan passé simple, bukan berarti bahwa
penderitaan rakyat terjadi dari masa yang tidak diketahui, melainkan Rimbaud
ingin mengutarakan bahwa penderitaan yang dialami oleh rakyat terjadi cukup
lama seolah-olah waktu berjalan begitu lambat dan seakan rakyat tak dapat
mengingat kapan hal itu dimulai atau kapan kali terakhir rakyat merasa makmur
bahkan mungkin tidak merasakannya sama sekali. Pada sampai bentuk waktu
présent, juga menunjukan bahwa apa yang terjadi di masa sekarang, merupakan
akibat dari masa lampau.
Bait ini memiliki cukup banyak tanda seru (!), yaitu 9 tanda dimana 4
merupakan kata seruan dan 5 lainnya sebagai pelengkap kalimat yang bertujuan
untuk memberikan penekanan atau intonasi yang berbeda. Tanda ini memperkuat
kesan kemarahan dalam bait ini. Seperti pada bait-bait sebelumnya, bahwa tanda-
tanda seru tersebut memberikan tekanan atau intonasi yang sama seperti halnya
seseorang ketika marah. Hal tersebut juga didukung dengan banyaknya konjungsi
‗dan‘ yang berarti adanya penambahan. Keberadaanya memberikan kesan bahwa
kemarahan yang ada, menjadi bertambah dan semakin bertambah. Hubungan
tanda seru dan konjungsi ‗dan‘ adalah, besarnya kemarahan rakyat.
Bait tujuh ini juga terdiri atas banyak kalimat sederhana dan tidak terlalu
panjang. Yang dimaksud sederhana ialah struktur kalimat yang tidak begitu rumit.
Jumlah kalimat-kalimatnya seimbang antara kalimat transitif dan kalimat
intransitif. Meskipun adverbia masih mendominasi keberadaan objek. Hal ini
118
menggambarkan simplisitas bait ini, seperti halnya kemarahan yang biasanya
dikaitkan dengan sebab tidak mampu berfikir panjang dan tergesa-gesa.
Bait 8
Kalimat Pertama
Dans Paris! accourant devant nos vestes sales.
Adv V adv
Kalimat Kedua
Enfin ! Nous nous sentions Hommes ! Nous étions pâles, Sire, nous étions soûls
de terribles espoirs :
Conj S V O S V adj S V
O
Et quand nous fûmes là, devant les donjons noirs, Agitant nos clairons et nos
feuilles de chêne, Les
Conj adv S V adv adv V O conj O
piques à la main ; nous n'eûmes pas de haine, - Nous nous sentions si forts, nous
voulions être doux !
S adv S V O S V adv S
V adj
Bait Delapan terdiri dari 2 kalimat, masing-masing merupakan kalimat
yang sederhana dan pendek dan kalimat lainnya merupakan kalimat yang panjang.
Keduanya menunjukan perbedaan yang sangat jauh atau kontras. Perbedaan ini
sering dikaitkan dengan ketimpangan. Hal ini menggambarkan kehidupan sosial
antara rakyat dan Raja Louis XVI. Adanya ketimpangan sosial yang terjadi yang
119
menjadi faktor penting dari amukan rakyat, dimana rakyat hidup dengan
kemiskinan dan serba kekurangan, sementara Raja hidup di istana yang megah
dan bergelimang harta.
Kalimat pertama atau kalimat yang pendek dapat menggambarkan kaum
rakyat atau kaum kecil dalam ketimpangan sosial tersebut. Hal ini juga didukung
oleh struktur kalimat yang ada pada kalimat ini. Kalimat ini hanya terdiri dari
sebuah kata kerja dan dua adverbia. Pada umumnya, kata kerja tidak dapat berdiri
tanpa subjek. Namun, kalimat ini tidak terdapat subjek. Bila dilihat dari kata
kalimat sebelumnya, kata kerja tersebut merajuk pada ‗nous‘ yang dimaksudkan
sebagai rakyat. Sebagai kalimat baru dalam bait baru, seharusnya subjek tersebut
digunakan kembali. Ketiadaan subjek dalam kalimat memiliki kesan tidak terlihat,
padahal subjek memiliki kedudukan yang penting. Jadi sesuatu yang penting ini
yang justru diabaikan. Seperti halnya petisi rakyat yang diabaikan oleh Raja,
padahal petisi inilah yang menjadi masalah utama dalam kemarahan rakyat pada
hari itu, 20 Juni 1792. Hal ini tergambar dalam salah satu larik di sajak ini yaitu
Avec tes avocats , qui prennent nos requêtes
Pour se les renvoyer comme sur des raquettes yang berarti Dengan pengacara-
pengacaramu, yang mengambil petisi kami Hanya untuk membolak-balikannya
bagaikan bola pada raket.
Bait 9
Kalimat Pertama
120
« Et depuis ce jour-là, nous sommes comme fous !
Adv S V adj
Kalimat Kedua
Le flot des ouvriers a monté dans la rue, Et ces maudits s'en vont, foule toujours
accrue Comme
S V Adv conjS V S adv
V
des revenants, aux portes des richards.
S adv
Kalimat Ketiga
Moi, je cours avec eux assommer les mouchards : Et je vais dans Paris, noir,
marteau sur l'épaule,
S S V adv V O conj S V
adv
Bait Sembilan terdiri dari 3 kalimat yang didominasi oleh kalimat
intransitif, yaitu kalimat yang mampu berdiri tanpa sebuah objek dimana struktur
kalimat ini hanya terdiri dari subjek + kata kerja. Namun sering kali kalimat
tersebut didampingi oleh adverbia sebagai pelengkap atau penjelas. Kalimat kedua
dalam bait ini memiliki perbedaan dari aturan umum tersebut. Pada kalimat
majemuk setara dimana kalimat yang bertindak sebagai penyetara pada umumnya
memiliki kata kerja yang setara dengan kata kerja di kalimat sebelumnya, namun
kalimat tersebut tidak ada atau tidak nampak. Kata kerja tersebut lesap oleh
adverbia. Kata kerja merupakan unsur penting dalam membentuk kalimat, ia
menunjukan aksi atau perbuatan yang dilakukan oleh subjek. Ketiadaan kata
121
kerja, menggambarkan pekerjaan yang diabaikan. Sama halnya dengan usaha
rakyat pada tanggal 14 Juli 1789 yang dikenal sebagai la prise de la bastille,
dimana rakyat berusaha menjatuhkan sistem monarki pasa saat itu, namun usaha
tersebut sia-sia karena Majelis tetap memutuskan untuk tetap memberlakukan
konstitusi monarki dengan Louis Seize sebagai raja. Revolusi yang diharapkan
selesai namun revolusi itu baru dimulai dengan peristiwa 20 Juni 1792. Seperti
yang dikatakan Michelet (Saminadayar dan Perrin, 1963: 40) Le 20 juin et 10
Aôut naissent dans le sang Champ-de-Mars: “à entendre les félicites et les
félicitants (à l‟assemble), la Révolution était terminée. La Révolution
commençait!”. Hal tersebut menjadi faktor kmarahan rakyat.
Bait ini juga memiliki kata kerja majemuk yang terpisah oleh adverbia.
Rimbaud sering menggunakan formula tersebut dalam sajak ini untuk menambah
kesan kerumitan sekaligus kejutan. Biasanya, setelah melihat adverbia setelah
kata kerja, pembaca berhenti berasumsi atau sudah menganggap kalimat itu
selesai, namun dengan adanya kata kerja berikutnya membuat asumsi pembaca
menjadi terbuka dan menghubungkan dengan kata kerja sebelumnya. Kejutan
tersebut sama halnya seperti kemarahan rakyat yang tiba-tiba dan mungkin tidak
pernah terduga oleh Raja bahwa rakyat bisa mengancam hak vetonya. Didukung
oleh konjugasi ‗dan‘ yang berfungsi untuk penambahan, menunjukan bahwa
kemarahan rakyat juga bertambah dan semakin bertambah sampai
mengantarkannya pada pemaksaan pernyetujuan petisi yang diajukan rakyat.
Kalimat kedua di bait kesembilan ini juga memiliki sesuatu yang berbeda.
Pada awal kalimat, bentuk waktu yang digunakan ialah passé composé yang
122
menjelaskan bahwa tindakan tersebut dilakukan di masa lampau, namun setelah
dijeda konjungsi ‗dan‘ kata kerja berikutnya menggunakan bentuk waktu présent
bahkan sampai pada kalimat ketiga yang menerangkan bahwa tindakan tersebut
sedang terjadi. Pada umumnya kesatuan kalimat menggunakan bentuk waktu yang
sama. Kemungkinan berbeda jika ada kata atau konjungsi khusus yang merubah
keadaan, atau kemungkinan bahwa 2 hal tersebut memang terjadi dalam waktu
yang berbeda. Konjugasi ‗dan‘ dalam kalimat ini berfungsi menambahkan hal
atau tindakan, juga kedua tindakan tersebut tidak mungkin dilakukan dalam waktu
yang berbeda, karena kedua kata kerja tersebut sangat berkaitan erat. Hal ini
memberi kesan bahwa Rimbaud merasakan kemarahan Rakyat yang sangat lama
dan semakin bertambah sekan terjadi dari rentang waktu masa lampau hingga
sekarang. Bertambahnya kemarahan tersebut didukung oleh kalimat yang tiba-tiba
menggunakan bentuk waktu présent jika dibahas secara semantik.
Bait 10
Kalimat Pertama
Farouche, à chaque coin balayant quelque drôle, Et, si tu me riais au nez, je te
tuerais !
Adj adv V O conj S O V S O
V
Kalimat Kedua
- Puis, tu peux y compter, tu te feras des frais Avec tes avocats, qui prennent nos
requêtes Pour
123
Conj S V S V adv V
O conj
se les renvoyer comme sur des raquettes Et, tout bas, les malins ! se disent : «
Qu'ils sont sots ! »
V adv conj S V
conj S V adj
Kalimat Ketiga
Pour mitonner des lois, coller de petits pots Pleins de jolis décrets roses et de
droguailles S'amuser à
Conj V O V O Adv
V
couper proprement quelques tailles, Puis se boucher le nez quand nous marchons
près d'eux, - Nos
adv O conj V adv S
V adv
doux représentants qui nous trouvent crasseux ! Pour débiter là-bas des milliers de
sornettes !
S conj O V pel/adj conj V adv O
Kalimat Keempat
Et ne rien redouter sinon les baïonnettes....
V O
Kalimat Kelima
Nous en avons assez, là, de ces cerveaux plats Et de ces ventres-dieux. Ah ! ce
sont là les plats Que tu
S O V adv adv conj adv
S V adv O conj S
nous sers, bourgeois, quand nous sommes féroces, Quand nous brisons déjà les
sceptres et les crosses !.. »
O V conj S V adj adv S
V O
124
Bait Sepuluh, didominasi oleh larik-larik yang diawali dengan konjungsi
seperti ‗dan‘, ‗yang‘ (qui/que), ‗ketika‘, ‗dengan‘, ‗untuk‘ serta ‗kemudian‘.
Konjungsi berfungsi sebagai penghubung antarkalimat, sehingga kalimat-kalimat
tersebut tidak terlalu menjenuhkan untuk dibaca dan tetap memiliki relasi dan
saling berkesinambungan. Dengan adanya konjungsi yang banyak maka hal
tersebut menandakan bahwa kalimat tersebut sangat panjang namun belum ingin
dihentikan. Seperti adanya kesan lelah dimana selalu butuh jeda untuk
melanjutkan sesuatu. Hal itu menggambarkan perjuangan rakyat yang panjang
terutama dalam unjuk rasa yang mengambil energi begitu banyak namun, rasa
marah yang membuat mereka bertahan sampai pada penyerangan Raja Louis XVI.
Hal tersebut didukung oleh tanda seru (!) yang cukup banyak dalam bait
ini, yaitu berjumlah 8. Tanda seru yang memberi kesan penekanan dalam nada,
seakan terdengar lebih keras dan tinggi, menggambarkan semangat yang tak
padam dari rakyat dan penggunaan tanda seru yang biasanya untuk melengkapi
kata-kata ancaman dan makian memberikan kesan bahwa rakyat sudah murka.
Serta masih dengan penggunaan participe présent menambah suasana kemarahan
dari rakyat. Kemurkaan rakyat juga dapat dilihat dari jumlah kata kerja pada
kalimat majemuk. Pada umumnya, kalimat majemuk memiliki 2 sampai 3 kata
kerja, namun pada kalimat-kalimat dalam bait ini, khususnya kalimat 3, Rimbaud
mengeluarkan banyak kata kerja yang memberi kesan berlebihan atau tidak
terkendali. Munculnya kata-kata kerja dalam bentuk indicatif, membuktikan
bahwa Rimbaud menggambarkan hal-hal yang nyata terjadi.
125
Bait 11
Kalimat Pertama
Il le prend par le bras, arrache le velours Des rideaux, et lui montre en bas les
larges cours Où
S O V adv V O conj V O
fourmille, où fourmille, où se lève la foule, La foule épouvantable avec des bruits
de houle, Hurlant
S S V S S
V
comme une chienne, hurlant comme une mer, Avec ses bâtons forts et d[s]es
piques de fer, Ses
adv V adv adv
tambours, ses grands cris de halles et de bouges,
S adv
Seperti pada bait-bait sebelumnya, bait sebelas juga menampakkan
kemurkaan Rimbaud dengan pemberontakan dengan aturan dalam struktur
penulisan kalimat yang memberi kesan semaunya atau tergesa-gesa dan rumit.
Pertama Rimbaud masih konsisten dengan penggunaan participe présent. Kedua,
ada struktur kalimat (subjek + kata kerja aktif) dibalik menjadi (kata kerja aktif +
subjek) yang menimbulkan kejanggalan ketika dibaca. Namun itulah salah satu
gaya pemberontakan Rimbaud. Banyaknya adverbia pada bait ini terutama dalam
setiap kata kerja yang memiliki lebih dari satu adverbia membuat kesan bahwa
kata kerja itu rumit. Didukung dengan adanya rejet, yaitu
Des rideaux, et lui montre en bas les larges cours
126
O conj V O
Pada umumnya objek berasa di akhir kalimat atau larik, namun des
rideaux yang merupakan bagian dari objek pada larik sebelumnya justru
diletakkan di awal larik. Hal ini biasanya disebabkan kalimat yang terlalu
panjang, namun Rimbaud punya alasan lain, yaitu untuk menyamakan rima di
akhir larik. Yang membuat rumit pemenggalan objek ini bukanlah makna yang
terputus namun adanya banyak interpretasi ketika objek ini dipenggal. Hal ini juga
menambah kesan kerumitan kdalam konstitusi politik yang mendorong rakyat
melakukan pemberontakan.
Bait 12
Kalimat Pertama
Tas sombre de haillons saignant de bonnets rouges
adv/ket
: L'Homme, par la fenêtre ouverte, montre tout Au roi pâle et suant qui chancelle
debout, Malade à
S adv V O adv
V
regarder cela !
pel
Kalimat Kedua
« C'est la Crapule, Sire. ça bave aux murs, ça monte, ça pullule : - Puisqu'ils ne
mangent pas, Sire, ce
127
S V O S V adv S V S V
conj S V S
sont des gueux !
V O
Bait Dua Belas tidak jauh berbeda dengan bait sebelas, Rimbaud ingin
memperkuat kesan kemurkaan dengan struktur kalimat yang dibuat tidak
beraturan. Misalnya dengan meletakkan adverbia di antara subjek dan kata kerja.
Tidak hanya itu, bahkan sedikit lebih ekstrim yaitu mengacaukan letak preposisi
yang seharusnya berdampingan dengan objek atau sebelum objek karena
berfungsi untuk merajuk kata kerja kepada objek, namun rimbaud
menyandingkannya dengan adverbia yang akan membuat pembaca akan keliru
untuk menentukan objek atau adverbia. Seperti halnya rakyat yang sangat marah
dan tidak terkendali, berhasil mengacaukan tatanan konstitusi monarki serta
aturan-aturannya. Hal ini juga didukung oleh penempatan adverbia yang melebihi
ketentuan umum pada kata kerja, menunjukan pula keinginan rakyat akan
perubahan-perubahan dari kerja kerasnya. Penggunaan bentuk waktu „présent‟
menambah kesan bahwa perubahan-perubahan itu akan dimulai dari sekarang dan
bersifat pasti.
Bait 13
Kalimat Pertama
Je suis un forgeron : ma femme est avec eux, Folle ! Elle croit trouver du pain aux
Tuileries
128
S V O S V adv int S V O
adv
Kalimat Kedua
- On ne veut pas de nous dans les boulangeries.
S V adv
Kalimat Ketiga
J'ai trois petits
S V O
Kalimat Keempat
Je suis crapule
S V adj
Kalimat Kelima
- Je connais Des vieilles qui s'en vont pleurant sous leurs bonnets Parce qu'on leur
a pris leur garçon
S V S V adv conj S V
O
ou leur fille : C'est la crapule
S V O
Kalimat Keenam
- Un homme était à la bastille, Un autre était forçat : et tous deux, citoyens
Honnêtes.
S V adv S V pel S O
129
Kalimat Ketujuh
Libérés, ils sont comme des chiens : On les insulte !
Adj S V adv S O V
Kalimat Kedelapan
Alors, ils ont là quelque chose Qui leur fait mal, allez !
Conj S V adv O conj O V
Kalimat Kesembilan
C'est terrible, et c'est cause Que se sentant brisés, que, se sentant damnés, Ils sont
là, maintenant,
S V adj conj S V O conj V adv conj V
adv S V adv adv
hurlant sous votre nez !
V adv
Kalimat Kesepuluh
Crapule.
S
Kalimat Kesebelas
- Là-dedans sont des filles, infâmes S[P]arceque, - vous saviez que c'est faible,
les femmes, -
Adv V S adj conj S V conj S V
adj S
Messeigneurs de la cour, - que ça veut toujours bien, - Vous avez sali leur âme,
comme rien !
S conj S V adv S V O adv
130
Kalimat Keduabelas
Vos belles, aujourd'hui, sont là.
S adv V adv
Kalimat Ketigabelas
C'est la crapule.
S V O
Bait Tiga Belas memiliki jumlah kalimat terbanyak dari semua bait, yaitu
13 kalimat, sesuai dengan urutan baitnya. Bait ini didominasi oleh kalimat
majemuk yang menggunakan konjungsi que yang berarti ‗yang‘ juga merujuk
pada objek atau memperjelas objek. Que juga dapat berarti ‗bahwa‘ yang biasanya
berfungsi untuk memperjelas kata kerja, serta dapat digunakan untuk
membandingkan sesuatu atau berarti ‗daripada‘. Secara umum, dapat disimpulkan
bahwa konjungsi ini berfungsi untuk memperjelas. Bukan memperjelas dengan
memberikan arti lain namun mengarahkan atau menghubungkan objek atau kata
kerja pada kalimat penjelas. Hal tersebut juga mengandung makna bahwa
konjungsi tersebut dapat mengantarkan sesuatu yang kurang jelas pada sesuatu
yang lebih jelas atau pasti. Seperti halnya pemberontakan rakyat yang
mengantarkan rakyat pada titik kejelasan dari perubahan-perubahan yang mereka
harapkan, untuk masa depan yang lebih pasti. Harapan akan perubahan tersebut
didukung dengan konjungsi lain yaitu ‗karena‘ dimana fungsi konjungsi ini untuk
memberikan atau mengantarkan pada kalimat penjelasan atau konfirmasi yang
131
bersifat pasti. Seperti halnya rakyat yang butuh hal-hal pasti untuk menjawab
pertanyaan tentang berakhirnya konstitusi monarki.
Seperti bait-bait sebelumnya, bait ini menggunakan bentuk waktu yang
didominasi présent namun juga ada beberapa yang menggunakan passé composé.
Kedua bentuk waktu yang memperjelas bahwa faktor- faktor pemicu kemarahan
dimulai dari masa lampau yang mengakibatkan kemarahan dan perubahan di masa
sekarang. Banyaknya faktor tersebut dapat juga dijelaskan dengan sintaksis, yaitu
dengan banyaknya tanda titik dua (:) yang biasanya berfungsi untuk menyebutkan
hal yang lebih detil dan berjumlah lebih dari satu. Didukung juga dengan
keberadaan kata kerja majemuk yang menggambarkan penderitaan rakyat yang
harus bekerja lebih keras untuk kehidupannya.
Bait ini memiliki contre-rejet, dimana subjek berada diakrir kalimat atau
larik, yaitu
Parceque, - vous saviez que c'est faible, les femmes
Conj S V conj S V adj S
Pada umumnya subjek diletakkan di awal kalimat sebagai pondasi kalimat, namun
subjek tersebut justru diletakkan setelah kata kerja dan kata sifat sudah jelas.
Sesuatu yang penting justru diletakkan di belakang, memberi kesan bahwa sesuatu
itu diabaikan atau tidak begitu dianggap. Keberadaan subjek disini mendapat
kesan sangat direndahkan dan dianggap tidak penting. Hal ini didukung oleh arti
wanita-wanita yang dimaksud dengan pembahasan secara semantik.
132
Bait 14
Kalimat Pertama
« Oh ! tous les Malheureux, tous ceux dont le dos brûle Sous le soleil féroce, et
qui vont, et qui vont,
Adv S S adv conj V
conj V
Qui dans ce travail-là sentent crever leur front Chapeau bas, mes bourgeois ! Oh !
ceux-là, sont les
Conj adv V O V S S
V
Hommes ! Nous sommes Ouvriers, Sire ! Ouvriers ! Nous sommes Pour les
grands temps nouveaux où
O S V O S V
O conj
l'on voudra savoir, Où l'Homme forgera du matin jusqu'au soir, Où, lentement
vainqueur, Il Chassera
S V S V adv S
S V
la chose, Poursuivant les grands buts, cherchant les grandes causes,
O V O V O
Et montera surtout[sur Tout],
V O
comme sur un cheval !
adv
Kalimat Kedua
Oh ! nous sommes contents, nous aurons bien du mal! -
S V adj S V O
Tout ce qu'on ne sait pas, c'est peut-être terrible : Nous pendrons nos marteaux ;
Nous passons
133
O S V adj S V O S
V
Au crible
adv
Bait Empat Belas, diawali dengan interjeksi ‗oh‘ dan terdapat
pengulangan interjeksi tersebut sebanyak 2 kali dalam bait ini. Tidak seperti pada
bait sebelumnya dimana interjeksi ini memberi kesan lelah, namun kali ini
memberi kesan kesenangan dan kebanggaan. Hal tersebut dapat dilihat dari
kalimat berikutnya jika dibahas secara semantik. Pengulangan tersebut sama
halnya seperti seseorang yang yang mengalami kesenangan, tentu seseorang
tersebut akan berseru berulang kali. Seperti halnya rakyat yang senang karena
dapat mengekspresikan kemarahannya yang berujung pada penyetujuan petisi
rakyat.
Bait ini sedikit berbeda dengan bait lainnya karena memiliki kalimat
dalam bentuk futur simple. Bentuk waktu ini digunakan untuk menyatakan bahwa
sesuatu akan terjadi di masa yang akan datang, dengan jangka waktu yang sangat
panjang dan kemungkinan terjadinya masih diragukan. Futur simple biasa
digunakan untuk menggambarkan atau menyatakan angan-angan. Sama halnya
dengan harapan-harapan rakyat tentang perubahan-perubahan yang akan
membawa kebahagiaan untuk rakyat. Penjelasan secara rinci akan dijabarkan
secara semantik.
Bait ini juga memiliki contre-rejet yaitu
Oh ! tous les Malheureux, tous ceux dont le dos brûle
134
S S
Pada kalimat ini, alasan subjek berasa di akhir larik karena subjek tersebut cukup
panjang. Kalimat ini pun hanya terdiri dari subjek. Hal ini menggambarkan bahwa
subjek tersebut menjadi sesuatu yang yang penting sehingga harus dijabarkan
lebih panjang sampai menempati satu larik penuh. Sama halnya dengan rakyat
yang berperan penting dalam aksi pemberontakan sebagai wujud kemarahan.
Bait 15
Kalimat Pertama
Tout ce que nous savons : puis, Frères, en avant ! Nous faisons quelquefois ce
grand rêve émouvant
O S V adv
O
De vivre simplement, ardemment, sans rien dire De mauvais, travaillant sous
l'auguste sourire D'une
Adv V adv
V adv
femme qu'on aime avec un noble amour : Et l'on travaillerait fièrement tout le
jour, Et l'on se sentirait
O conj S V adv conj S V adv conj
S V
très he Ecoutant le devoir comme un clairon qui sonne : Et l'on se sentirait très
heureux ; et personne
adv V adv conj S V adj
conj S
Oh ! personne, surtout, ne vous ferait plier ! On aurait un fusil au-dessus du
foyer....
S adv O V S V O adv
135
Bait Lima Belas hanya terdiri dari satu kalimat majemuk yang panjang.
Kalimat majemuk ini memiliki banyak kata kerja dengan jumlah yang melebihi
batas normal. Hal ini memberi kesan tidak terkendali seperti kemarahan rakyat
yang sudah tidak bisa dikendalikan atau murka. Tanda titik dua (:) yang cukup
banyak menandakan banyak sesuatu yang detil yang perlu dijelaskan. Hal ini
mendukung faktor-faktor kemarahan yang memicu kemurkaan tersebut.
Bait ini juga memiliki tanda koma (,) yang cukup banyak. Hal ini
menandakan kelelahan penulis dalam menjabarkan sesuatu. Seperti halnya
kelelahan rakyat yang menghadapi ketidakjelasan dari revolusi. Kelelahan ini
didukung oleh penggunaan titik yang sangat banyak pada akhir kalimat. Tanda
titik berfungsi untuk menandakan berhentinya sebuah kalimat. Hal tersebut
menggambarkan bahwa penulis ingin berhenti dalam waktu yang sedikit lebih
lama untuk melanjutkan ke bait selanjutnya.
Dalam bait ini, terdapat contre-rejet, yaitu
Et l'on se sentirait très heureux ; et personne
conj S V adj conj S
Keberadaan subjek di akhir larik memberi kesan gantung atau terputus, dan perlu
penjelasan. Hal tersebut menggambarkan pemberontakan rakyat ini yang butuh
penjelasan yaitu perubahan yang pasti yaitu dengan pengajuan petisi langsung
kepada Raja Louis XVI yang mengantarkannya pada penghapusan hak veto,
bukan hanya sebatas protes-protes akan ketidakinginan tentang sebuah konstitusi.
Bait 16
136
Kalimat Pertama
« Oh ! mais l'air est tout plein d'une odeur de bataille Que te disais-je donc ? Je
suis de la canaille ! Il
conj S V adv conj O V S S
V adv S
reste des mouchards et des accapareurs.
V adv
Kalimat Kedua
Nous sommes libres, nous ! nous avons des terreurs Où nous
S V adj S S V O conj S
nous sentons grands, oh ! si grands ! Tout à l'heure Je parlais de devoir calme,
d'une demeure....
V adj adj adv S V O O
Kalimat Ketiga
Regarde donc le ciel ! - C'est trop petit pour nous, Nous crèverions de chaud, nous
serions à genoux !
V O S V adj S V adv S
V
Regarde donc le ciel ! - Je rentre dans la foule Dans la grande canaille effroyable,
qui roule, Sire, tes
V O S V adv adv V
vieux canons sur les sales pavés : - Oh ! quand nous serons morts, nous les aurons
lavés - Et si, devant
S adv adv S V S pel V
conj
nos cris, devant notre? vengeance, Les pattes des vieux rois mordorés, vers[sur]
la France Poussaient
137
adv adv S adv
V
leurs régiments en habits de gala Eh bien, n'est-ce pas, Vous tous Merde à ces
chiens-là ! »
O adv adj V S
Bait Enam Belas disusun oleh kalimat-kalimat dengan struktur yang
sederhana atau tidak memiliki kerumitan yang cukup berarti. Bait ini
menggunakan bentuk waktu yang lengkap dalam menggambarkan 3 waktu
terpenting, yaitu ‗imparfait‘ sebagai indikasi adanya masa lampau, ‗présent‘
sebagai masa sekarang, dan ‗futur simple‘ sebagai masa yang akan datang. Hal
tersebut menggambarkan proses kemarahan. Pada umumnya, kemarahan yang
diawali dengan hal-hal yang menjengkelkan yang menumpuk dimasa lampau, lalu
dipicu sampai kemarahan itu diekspresikan di masa sekarang, sampai pada
akhirnya kemarahan itu dikendalikan dan memiliki harapan-harapan yang lebih
baik. Seperti yang digambarkan pula Rimbaud pada sajak ini dimana rakyat telah
merasakan penderitaan yang begitu panjang dan berharap akan perubahan di masa
yang akan datang membuat mereka memilih untuk mengekspresikan
kemarahannya.
Sajak ini tidak terlepas dari preposisi, khususnya dalam bait ini yang
memilikinya cukup banyak, seperti ‗di dalam‘, ‗di atas‘ dan ‗di depan‘. Preposisi
merupakan salah satu bagian dari adverbia yang menyatakan tempat atau
keberadaan sesuatu atau seseorang, maka ia berfungsi untuk mendampingi kata
kerja yang membutuhkan keterangan tersebut. Preposisi juga dikenal dengan
segala sesuatu yang berlawanan, seperti depan >< belakang, atas >< bawah,
138
dalam>< luar dan kanan >< kiri. Perbedaan yang kontras tersebut
menggambarkan sesuatu yang timpang. Ketimpangan merpakan hal yang identik
dengan kehidupan rakyat dengan Raja, yang menjadi salah satu pemicu dalam
pemberontakan rakyat.
Kemarahan yang diekspresikan, dapat dilihat dari tataran sintaksis berupa
tanda seru. Bait ini memiliki tanda tersebut yang paling banyak diantara baik
lainnya, yaitu 10 tanda. Hal itu menunjukan bahwa semakin Rimbaud
menjabarkan penderitaan rakyat, semakin marah pula ia pada Raja Louis XVI,
sama seperti rakyat, semakin banyak penderitaannya, semakin besar pula
kemarahannya.
Bait 17
Kalimat Pertama
- Il reprit son marteau sur l'épaule. La foule Près de cet homme-là se sentait l'âme
soûle, Et, dans la
S V O adv S prép S V
O conj
grande cour, dans les appartements, Où Paris haletait avec des hurlements, Un
frisson secoua
adv S V adv S
V
l'immense populace Alors, de sa main large et superbe de crasse
O conj adv
Kalimat Kedua
139
Bien que le roi ventru suât, le
Conj S V
Forgeron, Terrible, lui jeta le bonnet rouge au front !
S adj V O adv
Bait Tujuh Belas terdiri dari 2 kalimat yang didominasi dengan bentuk
waktu ‗passé simple‘. Bentuk waktu yang digunakan untuk menjelaskan suatu
kejadian yang terjadi di masa yang sangat lampau. Masa yang biasanya tidak
dapat ditentukan dengan pasti jangka waktunya apabila dihitung mundur dari
zaman sekarang. Rimbaud memberikan kesan bahwa kejadian ini sudah sangat
lama namun pernah terjadi, bahwa ada sejarah penting yang menjadikan negara
Prancis seperti sekarang ini.
Bait ini pun memiliki karakteristik kemarahan dengan struktur kalimat
yang tidak beraturan, yaitu dengan preposisi yang diletakkan di antara 2 subjek
yang sebenarnya subjek tersebut merupakan satu kesatuan. Karena keberadaanya
dipisah oleh preposisi kalimat tersebut terkesan memiliki 2 subjek. Juga preposisi
tersebut seharusnya berada dibelakang kata kerja lalu dilanjutkan dengan objek,
namun Rimbaud mengacaukannya seakan objek tersebut bertindak sebagai
adverbia. Kekacauan ini sebagai bentuk pemberontakan Rimbaud dalam hal
penulisan. Hal ini menggambarkan pemberontakan rakyat yang pernah terjadi di
masa lampau yang didukung oleh penjelasan sebelumnya.
Dalam bait ini terdapat contre-rejet, yaitu
Il reprit son marteau sur l'épaule. La foule
S V O adv S
140
Subjek yang pada umumnya diletakkan di depan, dalam kalimat ini justru
diletakkan di akhir larik. Subjek yang memiliki peran penting dalam membangun
presepsi dalam sebuah kalimat atau larik, justru diletakkan di akhir sehingga
menimbulkan kesan belum terselesaikan, atau masih ada kata kerja sebagai
tindakan yang dilakukan oleh subjek tersebut. Hal ini menggambarkan kemarahan
rakyat yang butuh penyelesaian. Tidak hanya penyetujuan petisi yang ditujukan
pada Raja Louis XVI, melainkan perubahan-perubahan yang nyata di
kepemimpinan berikutnya.
Namun dengan menutup sajak ini dengan tanda seru (!) yang memberi
kesan marah, menandakan bahwa rakyat bangga akan kemarahannya karena
mereka berhasil menutup atau mengakhiri kebingungannya melalui kemarahan
yang diekspresikan yang disebutkan oleh Spielberger sebagai salah satu jenis
ekspresi kemarahan, yaitu Anger Out.
4.3 ANALISIS TATARAN SEMANTIK
Pada bagian ini, akan dijelaskan aspek-aspek yang menunjukan ekspresi
kemarahan yaitu, ekspresi kemarahan yang ditunjukan (anger out), ekspresi
kemarahan yang tidak ditunjukan (anger in), serta faktor-faktor kemarahan yang
terdapat dalam puisi Le Forgeron. Jika dalam tataran fonologi dan sintaksis telah
menjelaskan karakteristik dan faktor kemarahan secara umum, maka tataran
semantis ini akan diperdalam dengan mengungkap makna pada setiap aspek dan
dilanjutkan dengan pembahasan majas-majas untuk memperkuat nuansa
kemarahan. Berikut penjelasan aspek dari setiap ekspresi kemarahan.
141
4.3.1 Ekspresi Marah Yang Ditunjukan (Anger Out)
Dalam sajak ini, ditemukan banyak kata/ ungkapan atau kalimat
yang menggambarkan situasi kemarahan terutama kemarahan yang
ditunjukan langsung. Ekspresi ini sangat umum dan beragam. Berikut
tabel kata dan makna aspek - aspek kemarahan.
Tabel 4.39
Interpretasi data kata/ ungkapan Anger Out
No Aspek Kata/ ungkapan/ kalimat Bait
1. Menggarang Le bras sur un marteau gigantesque, effrayant 1
2. D'ivresse et de grandeur, le front large , riant 1
3. Et prenant ce gros-là dans son regard farouche 1
4. Menyerang
(seseorang)
Et sur les lambris d'or traînait sa veste sale. 1
5. Que cela l'empoignait au front, comme cela ! 1
6. Moi, je cours avec eux assommer les mouchards 7
7. Puis il le prend au bras, arrache le velours 9
8. Merusak (benda) Quand nous cassons déjà les sceptres et les crosses !.. 8
9. Puis il le prend au bras, arrache le velours 9
10. Berkata
sarkastik
Tu crois que j'aime à voir ta baraque splendide, 5
11. Tes officiers dorés, tes mille chenapans, 5
12. Ils ont rempli ton nid de l'odeur de nos filles 5
13. Et, tout bas, les malins ! Nous traitant de gros sots ! 7
14. Ils embêtent le peuple . Ah ! ce sont là les plats 8
142
15. Berkata
Keji/Kotor
Tes palsembleu bâtards tournant comme des paons 5
16. Crapule. - Là-dedans sont des filles, infâmes 10
17. Eh bien, n'est-ce pas, vous tous? Merde à ces chiens-là! 13
18. Murka « Et depuis ce jour-là, nous sommes comme fous ! 7
19. Que tu nous sers, bourgeois, quand nous sommes
féroces,
8
20. La foule épouvantable avec des bruits de houle, 9
21. Hurlant comme une chienne, hurlant comme une mer, 9
22. Ses clameurs , ses grands cris de halles et de bouges, 9
23 Ses clameurs , ses grands cris de halles et de bouges, 9
24. Mengancam Et, si tu me riais au nez, je te tuerais ! 7
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 7 Aspek yang menjadi
karakteristik kemarahan Anger Out. Aspek tersebut terdapat dalam 24 kata
dan ungkapan. Berikut tabel komponen makna yang mengarahkan setiap
kata atau ungkapan kepada aspek-aspek tersebut.
Tabel 4.40
Komponen makna Anger Out
No. Kata/
Ungkapan
Komponen
Makna
Makna
1. Effrayant Menakuti Terlihat
Mengerikan
Terlihat
menyeram
kan
Luar biasa Menggarang
2. Riant Menertawak Mengejek Menyering Sengit
143
an ai
3. regard
farouche
Sorotan
Liar
Tidak
ramah
galak Sengit
4. Traînait Menyeret Menarik
seseorang
Membawa
seseorang
Memaksa
Seseorang
Menyerang
(seseorang)
5. l'empoignait
au front
Menggengg
am
Memegang Mencengk
ram
6. Assommer Memukul
sampai
pingsan,
mati
Melukai
Seseorang
7. prend au
bras
mengambil Menarik
seseorang
Membawa
seseorang
Menyeret
seseorang
8. arrache le
velours
mencabut Merenggut Merobek Menarik memb
etot
Merusak
(benda)
9. Cassons Mematahka
n
Memecahka
n
Menggepr
ak
Menyerka
h
10. baraque
splendide
Bangsal Los Bedeng Gubuk Pondo
k
sarkastik
11. Chenapans Berandal Bandit
12. Nid Sarang Kotor Kumuh Tempat
berkumpul
13. les malins Banyak akal Licik Lihai Penipu Jahat
14. Les plats Pikiran
rendah
Pikiran
datar
Bodoh Licik Jahat
15. palsembleu
bâtards
Bajingan Sialan Rendahan Berandal Pesur
uh
Berkata
Keji/Kotor
(memaki) 16. Crapule Bajingan Bangsat Bandit Keji
17. Merde à ces
chiens-là
Kotoran Sialan brengsek
144
18. Fous Orang gila Tidak waras Melebihi
batas
normal
Tidak
terkendali
Tidak
jernih
Bertindak
murka
19. Féroces Ganas Bengis kejam Buas Tidak
terken
dali
20. des bruits
de houle
kegaduhan Tidak
karuan
Teriakan Tidak
terkendali
21. Hurlant Lolongan Keributan Teriakan
22. Clameurs Teriakan Jeritan Protes Ribut
23. grands cris Teriakan Jeritan Protes Ribut
24. Tuerais Akan
membunuh
Akan
menghabisk
an
Akan
melenyapk
an
Akan
memusnah
kan
Mengancam
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 7 aspek yang menunjukan
ekspresi kemarahan tipe Anger Out. Aspek pertama adalah menggarang.
Menggarang merupakan ekspresi yang ditunjukan melalui mimik wajah
maupun gestur tubuh. Dalam sajak ini, aspek ini dapat ditunjukan melalui
kata effrayant yang dapat berarti terlihat mengerikan. Jika dari keutuhan
kalimatnya yang menyebutkan ‗Palu raksasa di tangan, menakuti‘,
efffrayant berarti menakuti. Subjek yang berperan untuk kata menakuti ini
adalah marteau gigantesque atau palu raksasa yang disandarkan di lengan.
Dalam hal ini, si pandai besi, dimana palu menjadi simbol yang dikaitkan
dengan pekerjaannya, menunjukan hal yang mengerikan dan menimbulkan
kesan menakuti kepada siapapun yang melihatnya.
145
Seperti yang dikatan Hammoudi (2014: 90) Le forgeron est dépeint
muni d‟un marteau gigantesque : symbole de son métier, de sa force brute
yang artinya si pandai besi digambarkan dengan sebuah palu raksasa:
simbol dari pekerjaannya, dari kekuatannya yang kasar. Kekuatan kasar
yang dimaksud Hammoudi ini adalah kekuatan palu yang dikerahkan di
atas api. Hal ini menunjukan rakyat yang kuat dan kasar mampu melawan
Raja yang berkuasa. Dengan kata lain, rakyat yang mengerikan mampu
menakuti Raja. Menakuti dengan kemarahannya yang mungkin akan
memicu hal buruk. Sejalan dengan yang dikatakan Ternaux (1864: 117)
toute la foule disséminée dans le jardin des Tuileries s‟empressa de se
rallier, qui pouvait se changer à tous moments en une effroyable tragédie,
commença. Semua kerumunan yang bertebaran di taman Tuileries
mempercepat demonstrasi, yang bisa berubah sewaktu-waktu menjadi
tragedi yang mengerikan, dimulai.
Ungkapan riant, juga menjadi salah satu ekspresi kemarahan yang
ditunjukan melalui mimik wajah. Dalam kalimat D'ivresse et de grandeur,
le front large , riant, tentunya kata riant disini bukanlah tertawa karena
sesuatu hal yang lucu, melainkan menunjukan sebuah tawa yang mengejek
atau lebih dikenal dengan menyeringai. Dahi lebar di kalimat sebelumnya
menjadi subjek untuk kata ini. Dahi itu tentu dahi si pandai besi yang ingin
menunjukan hal yang seakan mengejek karena bentuknya yang lebar, dan
tak ada yang ditakuti. Le front dalam larik ini juga menjadi simbol tempat
sebuah pemikiran, emosi, juga kecenderungan munculnya pemikiran akhir
146
dari perbudakan rakyat. Maka, dahi yang menjadi subjek itu merupakan
sumber dari ide-ide pemberontakan rakyat yang sedang tertawa dengan
apa yang dilakukan oleh rakyat itu sendiri, yaitu pemberontakan. Hal ini
juga didukung oleh Ternaux (1864: 117) bahwa La majeure partie de la
foule, celle qui avait accompagné l‟émeute par pure curiosité,
désœuvrement ou même entraînement, se répandit dans le jardin, heureuse
de pouvoir se reposer de ses fatigues yang berarti sebagian besar
kerumunan, adalah mereka yang membuat kerusuhan karena
keingintahuan murni, ketidakberdayaan, atau bahkan pelatihan, menyebar
di halaman (Tuileries), senang bisa mengistirahatkan kelelahannya.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa mereka merasa senang hati
melakukan unjuk rasa.
Regarde Farouche yang berarti sorotan liar tentu sangat
menunjukan kemarahan yang diekspresikan melalui mata. Sorotan liar
yang dapat juga berarti tatapan ganas menggambarkan bahwa ada sesuatu
yang berapi-api. Biasanya, juga dapat menandakan sebuah sinyal bahwa
akan ada sebuah serangan. Yang menjadi subjek atau yang memiliki
sorotan liar ini adalah si pandai besi yang dijelaskan dalam kalimat
utuhnya yaitu, Et prenant ce gros-là dans son regard farouche yang berati
‗Dan menggenggam palu besar itu dengan sorotan liar‘ yang menjelaskan
bahwa yang menggenggam palu itulah yang memiliki tatapan ganas, dan
palu yang dimaksud adalah palu milik si pandai besi dimana palu yang
147
menjadi alat utama dalam pekerjaanya. Situasi kemarahan ini digambarkan
oleh Ternaux
Le peuple, qu'on a toujours voulu égorger et enchaîner, las de
parer les coups, à son tour est près d'en porter; las de déjouer les
conspirations, il a jeté un regard terrible sur les conspirateurs,,. Le lion
généreux, mais aujourd'hui trop courroucé va sortir de son repos pour
s‟élancer contre la meute de ses ennemis. Ternaux (1864: 81)
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa rakyat, yang selalu putus
asa untuk disembelih dan terjerat, lelah menangkis pukulan, pada giliran
memakainya (kesempatan): lelah menggagalkan konspirasi, ia
melayangkan sorotan mengerikan kepada para konspirator, tapi hari ini ia
kemarahannya yang besar akan keluar dari tempat perhentiannya untuk
melompati para musuh-musuhnya. Penjelasan tersebut menunjukkan
bahwa rakyat sudah sangat marah, dan hal itu ditandai dengan tatapan liar
dan mengerikan yang menjadi isyarat.
Jadi, effrayant, riant dan regard farouche merupakan kata-kata
yang dapat mewakili kemarahan dalan aspek menggarang, yaitu
kemarahan yang ditunjukan melalui mimik wajah atau bahasa tubuh.
Menggarang juga merupakan reaksi awal dari kemarahan yang bertujuan
untuk membuat orang lain takut atau merasa lemah, juga untuk memberi
tahu kepada orang lain bahwa seseorang tersebut sedang marah. Sejalan
dengan yang dikatakan Hammoudi (2014: 91) bahwa le marteau
gigantesque, effrayant, mais surtout ce front vaste et ce rire quasi
démoniaque amènent le lecteur à se sentir inquiet face à cet être dont le
regard farouche a déjà réussi à imprisonner, à enfermer, l‟intégralité
148
corporelle et peut-être spirituelle de Louis XVI. Pernyataan tersebut
memiliki arti bahwa palu raksasa, menakuti, terutama dahi lebar itu dan
tawa tersebut hampir menyerupai iblis yang membawa pembaca
merasakan cemas menghadapi keberadaannya dimana tatapan liarnya
berhasil memenjarakan, mengunci, keseluluran tubuh dan bahkan jiwa
Louis XVI.
Aspek kedua adalah menyerang. Menyerang dalam hal ini yaitu,
melalukan penyerangan terhadap seseorang untuk menunjukan
kemarahannya. Menyerang merupakan aksi nyata yang dilakukan
seseorang terhadap orang lain yang dapat merugikan orang tersebut. Kata
pertama yang menunjukan aksi tersebut adalah Traînait yang berarti
‗menyeret‘. Dalam kalimat Et sur les lambris d'or traînait sa veste sale,
yang berarti ‗dan menyeret jubah kotornya dari dinding emas istana yang
megah‘ menandakan adanya unsur pemaksaan yang dilakukan oleh rakyat
yang di katakan dalam kalimat sebelumya yaitu Que le Peuple était là, se
tordant tout autour dan dalam hal ini yang diseret paksa oleh rakyat adalah
Raja Louis XVI yang dijelaskan pada kalimat kelima dalam bait pertama,
yaitu Le Forgeron parlait à Louis Seize, un jour. Ketiga kalimat itu
menjelaskan bahwa le forgeron yang digunakan sebagai simbol rakyat
melakukan pemaksaan dengan menyeret Raja Louis XVI untuk keluar dari
kediamannya yang mewah, yaitu istana.
Pemaksaan menandakan adanya aksi penyerangan langsung yang
dilakukan tanpa adanya persetujuan sang raja sebagai bentuk ekspresi
149
kemarahan. Hal ini didukung oleh pernyataan Hammoudi (2014: 90) cette
aura surhumaine, et presque quelque part inhumaine, est accentuée parce
peuple qui ne se tient pas à ses côtés, mais „tout autour‟, donnant à ce
forgeron, portant représentant de la foule, un aspect unique et solitaire,
nécessaire à ce duel qu‟il lance au roi yang berarti Aura manusia luar
biasa ini, hampir menjadi bagian yang tidak manusiawi, ditekankan oleh
rakyat yang tidak berpihak pada mereka, tapi ‗di sekitarnya‘ ditujukan
pada pandai besi tersebut, meskipun mewakili kerumunan, sebuah aspek
unik dan soliter, diperlukan untuk duel yang ia tujukkan kepada raja.
Dengan kata lain, rakyat yang digambarkan menjadi satu kesatuan (soliter)
ingin melakukan duel dengan raja. Duel merupakan tindakan saling
menyerang. Makna ini untuk larik sebelum larik Traînait , hal tersebut
menunjukkan bahwa situasi menyerang sudah digambarkan sebelum
tindakan tersebut ditunjukan dengan pemaksaan dalam kata Traînait.
Selanjutnya, dalam ungkapan l'empoignait au front yang berarti
‗mencengkram kepala‘ menunjukan aksi yang disengaja untuk melukai
seseorang. Dalam kalimat Que cela l'empoignait au front, comme cela,
yang didahulukan dengan kalimat ce maraud de forge aux énormes
épaules yang berarti ‗itu penempa bajingan yang berbahu besar itu‘
menunjukan bahwa si pandai besi itu atau salah satu rakyat melakukan
pengcengkraman dengan lengannya kepada Raja Louis VXI. Aksi tersebut
jelas menunjukan sikap penyerangan secara langsung sebagai wujud
ekspresi kemarahan rakyat.
150
Kata assommer memiliki arti memukul sampai pingsan atau
bahkan mati. Aksi tersebut jelas menunjukan sebuah tindakan berbahaya
yang dilakukan seseorang yang menyebabkan orang lain tidak sadarkan
diri atau bahkan meninggal. Aksi penyerangan langsung ini juga dilakukan
oleh rakyat terhadap polisi yang bertindak sebagai mata-mata seperti yang
dijelaskan pada kalimat Moi, je cours avec eux assommer les mouchards
yang berarti ‗Aku, aku berlari dengan mereka, memukul mata-mata polisi‘.
Hal ini menunjukan bahwa rakyat mampu melakukan penyerangan
terhadap polisi sekalipun yang pada saat itu polisi-polisi tersebut berlaku
sebagai kaki tangan Sang Raja yang turun untuk mengawasi rakyat yang
pada saat itu melakukan protes dalam bentuk unjuk rasa. Rakyat yang
tidak perduli dengan apa yang dilakukannya bahkan jika itu harus melukai
atau membunuh sekalipun karena kemarahannya.
Berikutnya, ungkapan prend au bras berarti memegang atau
menggenggam lengan. Dalam hal ini, menggenggam lengan dapat
diartikan dengan menerkam lengan dengan kasar untuk dibawa atau
diseret menuju kerumunan rakyat. Hal tersebut dapat dijelaskan jika
melihat kalimat-kalimat berikutnya yaitu Puis il le prend au bras, arrache
le velours, Des rideaux, et lui montre en bas les larges cours, Où
fourmille, où fourmille, où se lève la foule yang berarti ‗Lalu ia memegang
lengan Raja, merobek beludru, Dari tirai-tirai, dan menunjukannya jalan
ke bawah ke halaman yang luas, Dimana kerumunan, dimana kerumunan,
dimana orang banyak bangkit‘. Seperti pada penjabaran sebelumnya,
151
penggiringan Raja ini menimbulkan kesan pemaksaan yang dilakukan oleh
rakyat. Oleh sebeb itu aksi ini termasuk dalam aksi peyerangan langsung
terhadap seseorang.
Aspek ketiga adalah merusak benda. Merusak benda dapat
diartikan sebagai mengubah bentuk atau fungsi dari sesuatu (benda) yang
menyebabkan benda tersebut tidak berfungsi sebagai mestinya. Selain
penyerangan terhadap orang lain, seseorang juga dapat mengekspresikan
kemarahannya dengan merusak benda disekitarnya sebagai
pelampiasannya. Kata pertama yang merupakan wujud dari aspek ini
adalah Cassons yang berasal dari kata casser, berarti mematahkan atau
memecahkan. Namun dalam kalimat Quand nous cassons déjà les sceptres
et les crosses, yang berarti ‗Ketika kami mematahkan tongkat kerajaan dan
tongkat uskup‘, menjelaskan bahwa rakyat melakukan tindakan perusakan
benda yang sangat dianggap penting dan sakral, yaitu tongkat kerajaan dan
tongkat uskup yang menandakan lambang kekuasaan seseorang. Dengan
mematahkan benda tersebut, berarti rakyat ingin menunjukan bahwa
mereka memiliki kesanggupan untuk mematahkan atau menurunkan
kekuasaan Raja juga kekuasaan para pendeta. Hal ini dipicu karena
kemarahan rakyat yang didukung oleh kalimat sebelumnya yaitu quand
nous sommes féroces, yang berarti ‗ketika kami ganas‘. Kata ganas
menunjukan bahwa keadaan marah yang sedang dirasakan oleh rakyat.
Dalam ungkapan arrache le velours, kata arrache berarti
mencabut. Mencabut dapat diartikan mengambil benda dari suatu tempat
152
dengan memerlukan tenaga. Kalimat selanjutnya, yaitu Des rideaux atau
‗dari tirai-tirai‘ menunjukan bahwa benda yang dicabut atau ditarik adalah
tirai-tirai yang terbuat dari bahan beludru, dimana beludru merupakan
bahan yang mewah dan mahal pada zaman itu. Hal itu berarti rakyat ingin
menujukan bahwa meraka merusak salah satu bentuk kemewahan yang
dinikmati oleh Sang Raja. Dan menarik tirai dengan paksa yang berbahan
beludru merupakan aksi yang sangat memerlukan tenaga, namun hal ini
dapat dilakukan oleh rakyat yang sedang dikuasai oleh kemarahan.
Aspek keempat dalam ekspresi kemarahan ini yaitu berkata
sarkastik sarkastik merupakan kata sindiran yang jahat/ kasar dan sengaja
ditujukan langsung untuk orang lain. Kata pertama yang menunjukan kata
sarkastik yaitu baraque splendide yang berarti barak yang megah. Barak
menunjukan tempat, yang terkadang dijadikan tempat tinggal, namun
dikenal dengan tidak layak. Karena hanya berupa tenda yang hanya dapat
melindungi dari keadaan pana atau hujan. Kata tersebut dipasangkan
dengan kata megah yang memiliki arti bersebrangan dengan barak. Megah
dapat diartikan mewah dan luas. Dengan perpaduan kata tersebut,
Rimbaud ingin menunjukan bahwa barak adalah tempat tinggal Raja yaitu
istana. Hal ini merupakan kata sindiran yang ingin dijelaskan bahwa
sebuah istana yang sebenarnya buruk dan jelek seperti sebuah barak.
Ungkapan chenapans berarti ‗ para bandit‘. Bandit merupakan
orang-orang yang dikenal kasar, tidak berakal dan berbudi, juga jahat.
Dalam hal ini, Rimbaud menggambarkan para bawahan/ pesuruhnya
153
dengan menggunakan kata bandit, meskipun biasanya, yang terlihat adalah
para penjaga istana yang menggunakan seragam rapih, lengkap dengan
senjata-senjatanya. Hal tersebut menunjukan bahwa dibalik penampilan
para bawahannya yang bersahaja, mereka tidak lebih dari para bandit yang
berkelakuan kasar, dan hanya tunduk pada perintah Raja, sekalipun
perintah tersebut untuk menindas para rakyat miskin.
Lalu, kata Nid yang berarti sarang juga digunakan oleh Rimbaud
untuk menunjukan istana Sang Raja. Sarang dikenal sebagai tempat
tinggal para hewan atau binatang. Sarang juga berarti tempat berkumpul
atau tempat persembunyian bagi segala sesuatu yang kurang baik, dalam
arti sarang selalu memiliki nilai negatif jika itu berkaitan dengan
kehidupan manusia, seperti sarang penjahat, sarang narkoba, dan lain-lain.
Maka, Rimbaud memakai kata sarang untuk menjelaskan bahwa orang-
orang yang tinggal di dalamnya tak berbeda seperti para binatang, atau
manusia yang bertingkah laku seperti binatang. Hal ini didukung dengan
makna utuh dari kalimatnya, yaitu Ils ont rempli ton nid de l'odeur de nos
filles yang berarti ‗Mereka telah mengisi sarangmu dengan aroma gadis-
gadis kami‘. Kalimat ini menjelaskan bahwa ada para gadis yang tinggal
dalam istana Raja, tentunya para gadis itu adalah anak- anak perempuan
para rakyat yang ditawan atau dijadikan pelayan istana.
Kata les malins juga menjadi salah satu kata yang menunjukan
sarkastik. Les malins berarti ‗banyak akal‘. Banyak akal dapat bernilai
positif dan negatif. Positif, apabila seseorang memiliki banyak akal atau
154
banyak cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Namun, dapat bernilai
negatif, apabila akal-akal tersebut digunakan untuk melakukan suatu
kecurangan. Les malins dalam kalimat ini tentu bernilai negatif yang
memiliki arti ‗para orang licik‘. Hal ini dapat dilihat dari keutuhan
kalimatnya, yaitu Et, tout bas, les malins ! Nous traitant de gros sots !
yang berarti ‘Dan, dibawah sana, para manusia licik ! memperlakukan
kami seperti orang bodoh‘. Kalimat tersebut menunjukan bahwa para
penguasa itu telah memperlakukan rakyat seperti orang bodoh atau dengan
sengaja para penguasa itu membodohi para rakyat demi kepentingannya
sendiri.
Ungkapan Les plats memiliki arti dalam konteks ini, yaitu ‗para
rendahan‘. Kata rendahan dikenal dengan arti orang yang bertingkah laku
seperti tidak memiliki adab atau moral. Kata ini ditujukan untuk para
kaum borjuis, seperti yang dijelaskan pada kalimat setelahnya yaitu, Que
tu nous sers, bourgeois, quand nous sommes féroces yang berarti Apa
yang kau suguhkan kepada kami, borjuis, ketika kami menjadi ganas.
Kaum borjuis dikenal sebagai kaum intelektual pada zaman itu, karena
kaum itu adalah kaum yang mampu mengenyam pendidikan tinggi.
Namun Rimbaud menyebutnya dengan makna yang sebaliknya yaitu kaum
rendahan sebagai bentuk kemarahan yang ditunjukan dengan sangat
sarkastik.
Aspek kelima yaitu kata makian yang keji/ kotor. Kata pertama
yang menunjukan aspek ini adalah palsembleu bâtards yang berarti ‗para
155
bajingan sialan‘. Bajingan berasal dari tupai. Tupai dikenal sebagai
binatang yang suka mencuri, maka kata tupai si anggap sejenis dengan
bajing, lalu terbentuklah kata bajingan yang juga memiliki makna
pencopet atau penjahat. Kata tersebut dipasangkan dengan kata batard
yang memiliki arti blasteran atau setengah-setengah. Kata ini memiliki
komponen makna tidak asli atau palsu. Maka dalam ungkapan ini,
palsembleu batard dapat dikatakan para bajingan palsu atau para bajingan
sialan. Kata makian ini ditujukan untuk orang-orang yang tinggal di
dalam istana sebagai pelindung Sang Raja, seperti yang dijelaskan dalam
kalimatnya secara utuh, yaitu Tes palsembleu bâtards tournant comme des
paons, yang berarti Para bajingan sialanmu mengelilingi seperti burung
merak. Hal ini menjelaskan bahwa orang-orang tersebut adalah penjahat
yang berada disekitar Sang Raja, terlihat bersahaja namun palsu alias
jahat.
Begitupun dengan kata crapule yang memiliki arti sama dengan
palsembleu, yaitu bajingan. Sesuatu atau seseorang yang kotor, busuk dan
keji. Kata makian ini ditujukan untuk Raja Louis XVI atas kekejiannya.
Salah satunya dijelaskan dalam kalimat utuhnya, yaitu Là-dedans sont des
filles, infâmes, Parce que, vous saviez que c'est faible, les femmes,
Messeigneurs de la cour, - que sa veut toujours bien,-
Vous avez sali leur âme, comme rien yang berarti ‗Di dalam sana anak-
anak perempuan , nista Karena, and a tau mereka lemah, wanita-wanita
itu, Bagi para penguasa keadilan, bahwa mereka selalu bersedia, Anda
156
telah menodai jiwa mereka, seperti bukan apa-apa‘. Kalimat ini
menjelaskan bahwa di dalam Istana para wanita yang dijadikan pelayan
seksual Raja dan ada makna ketidakberdayaan para wanita tersebut di
hadapan para petinggi keadilanpun, karena mereka dianggap bersedia
untuk melayani Raja dengan senang hati. Maka dari itu rakyat
menyebutnya bajingan karena mereka marah dengan apa yang terjadi.
Selanjutnya, ungkapan Merde à ces chiens-là merupakan dua kata
makian yang terdiri dari merde yang berarti ‗kotoran‘ dan chiens yang
berarti ‗para anjing‘. Kotoran merupakan sesuatu yang sangat menjijikan
atau sesuatu yang dianggap seperti sampah yang harus disingkirkan. Kata
anjing merupakan kata makian untuk orang-orang yang beringkah laku
seperti binatang, atau tidak memiliki akal dan nurani seperti manusia pada
umumnya. Jika dilihat dari kalimat utuhnya yaitu leurs régiments en habits
de gala, Eh bien, n'est-ce pas, vous tous? Merde à ces chiens-là ! yang
berarti ‗tentara mereka berpakaian gala, Baik, ya kan, anda semua ? Tailah
para anjing disana !‘, kata makian ini ditujukan untuk para tentara yang
melindungi istana dari serbuan rakyat pada saat itu. Rakyat merasa muak
melihat penampilan para tentara itu. Karena pakaian yang bersahaja itu
hanya menandakan mereka tidak lebih dari bawahan raja yang selalu patuh
terhadap perintah raja dan hal itu dianggap bodoh dan menjijikan.
Kebodohan yang dianggap seperti kotoran hewan juga dijelaskan dalam
larik-larik sebelumnya yaitu Et si, devant nos cris, devant notre
vengeance, Les pattes des vieux rois mordorés, sur la France
157
Poussent leurs régiments en habits de gala, yang artinya Dan jika, di
depan jeritan kami, di depan dendam kami Tangan perunggu tua sang raja,
di prancis Memaksa tentara mereka berpakaian gala. Hal tersebut
menunjukkan bahwa mereka merupakan kaki tangan raja. Dalam
pemberontakan 20 Juni pun mereka melakukan penjagaan terhadap raja
yang membuat rakyat semakin muak dengan kesombongan raja saat itu.
Situasi tersebut digambarkan oleh Ternaux,
Rien n‟eût été plus facile cependant que d'empêcher la foule
d'entrer au Carrousel, et de là dans le Château. Le commandant général
avait en ce moment des forces considérables : dix bataillons dans le
jardin, deux autres sur la terrasse du bord de l'eau, quatre à la place
Louis XVI, cinq sur la place du Carrousel, et enfin, à l‟intérieur des
Tuileries, un bataillon, les deux gardes, montante et descendante, et cent
gendarmes à cheval. Ternaux (1864: 128)
Dijelaskan bahwa tidak ada yang lebih mudah daripada mencegah
kerumunan memasuki korsel dan kemudian ke kastil. Panglima saat ini
memiliki kekuatan yang cukup besar : sepuluh batalion di halaman kebun,
dua lainnya di teras tepi air, empat di tempat Louis XVI, lima di alun-alun
korsel, dan terakhir di dalam Tuileries, seorang batalion, dua penjaga, naik
dan turun dan seratus gendarm berkuda.
Aspek berikutnya adalah aspek keenam, yaitu bertindak murka.
Murka merupakan sesuatu ekspresi yang ditunjukan dengan sangat
berlebihan atau sesuatu yang diluar batas normal atau tidak terkendali.
Kata pertama yang menunjukan tindakan murka adalah Fous yang berarti
gila. Melihat dari kalimat utuhnya, yaitu Et depuis ce jour-là, nous
sommes comme fous ! yang berarti ‗Dan sejak hari itu, kami seperti orang
158
gila!‘ menjelaskan bahwa rakyat menggambarkan diri mereka seperti
orang gila, dimana orang gila dikenal segai orang yang tidak normal, kerap
kali melakukan hal-hal yang diluar kebiasaan manusia pada umumnya.
Tindakan-tindakan tersebut digambarkan oleh kalimat-kalimat selanjutnya
yaitu Le flot des ouvriers a monté dans la rue, Et ces maudits s'en vont,
foule toujours accrue yang memiliki arti ‗Para buruh membanjiri jalan,
Dan para terkutuk ini terus berjalan, orang gila semakin meningkat‘.
Kalimat tersebut menunjukan bahwa jumlah para buruh di jalan sangat
banyak , dengan kata membanjiri, menunjukan bahwa seakan-akan jumlah
para buruh itu tidak terhitung. Juga setiap harinya jumlah itu semakin
meningkat. Hal tersebut menunjukan sesuatu yang tidak terkendali.
Mereka ingin menunjukan kemarahan mereka yang juga sudah tidak bisa
dikendalikan.
Situasi yang tak terkendali ini digambarkan oleh Ternaux,
Cependant la foule grossissait à chaque instant dans le Château
et autour du Château. Paris ne s'était pas beaucoup ému le matin, durant
le défilé du cortège; il était resté généralement tranquille. Mais
l'envahissement des Tuileries avait été bientôt connu de proche en
proche, tout le monde voulait voir, tout le monde accourait. Le
Carrousel, les cours, le jardin, les rues adjacentes regorgeaient d'une
population immense. Ternaux (1864: 147)
Pernyataan itu berarti bahwa meskipun rakyat bertambah setiap
saat dalam istana dan sekitarnya, Paris tidak banyak bergerak di pagi hari,
selama prosesi parade: pada umumnya tetap tenang. Tapi invasi Tuileries
segera diketahui oleh sekitarnya, semua orang ingin melihat, semua orang
berlari. Korsel, lapangan, jalan-jalan yang berdekatan penuh dengan
159
populasi yang besar. Hal tersebut didukung oleh Hammoudi (2014: 92) Si
la plèbe est devenue folle, c‟est parce qu‟elle a été poussé à le devenir
yang berarti jika rakyat menjadi gila, itu karena ia didorong untuk menjadi
satu.
Kata Féroces berarti liar atau ganas. Liar dikenal sebagai sesuatu
diluar batas normal. Begitupun dengan ganas yang identik dengan sesuatu
yang mengerikan, semacam sebuah amukan, menyebabkan kekacauan, dan
sebagainya. Dalam kalimat Que tu nous sers, bourgeois, quand nous
sommes féroces yang berarti ‗Apa yang kau suguhkani kepada kami,
borjuis, ketika kami menjadi ganas‘ , menunjukan bahwa rakyat berubah
menjadi ganas dan tidak satu orangpun dapat mengendalikannya, terutama
para boujuis tersebut. Keganasan yang menjadi ekspresi kemarahan ini
mampu memicu kekacauan atau tindakan tindakan penyerangan seperti
dalam kalimat selanjutnya yaitu Quand nous cassons déjà les sceptres et
les crosses yang telah dijabarkan dalam aspek penyerangan diatas.
Ungkapan des bruits de houle berarti ‗kegaduhan yang
menggema‘. Kegaduhan mencerminkan suatu kebisingan, suara yang
mengganggu, kekacauan dan sebagainya. Ditambah dengan kata
menggema, yang memiliki arti sangat besar, menggelegar, dan dapat
didengar dari jarak yang sangat jauh. Padanan kata kegaduhan dan
menggema membuat sesuatu menjadi sangat berlebihan, tak terkendali,
dan sangat besar. Dalam hal ini, kegaduhan yang dimaksud adalah suara-
suara yang berasal dari rakyat yang protes turun ke jalan. Dengan jumlah
160
rakyat yang sangat banyak membuat suara mereka terdengar gaduh yang
menggema. Hal ini tergambar dari kalimat utuhnya dan kalimat
sebelumnya, yaitu Où fourmille, où fourmille, où se lève la foule. La foule
épouvantable avec des bruits de houle, yang berarti ‗Dimana kerumunan,
dimana kerumunan, dimana orang banyak bangkit. Kerumunan
mengerikan dengan kegaduhan yang menggema‘, Kalimat tersebut
menunjukan suatu kemarahan yang tidak dapat ditahan oleh rakyat
sehingga mereka bangkit, seakan-akan telah mati atau diam dengan waktu
yang sangat lama, dan mereka protes membuat kegaduhan yang besar agar
didengar oleh Sang Raja. Ternaux (1864: 135) menjelaskan situasinya
secara rinci yang membuktikan kegaduhan tersebut, Madame Élisabeth,
qui n'a point quitté son frère, écoute en frémissant les bruits terribles par
lesquels s'annonce l'invasion populaire, et, tout en larmes, adjure les
gardes nationaux de défendre le roi. En ce moment on frappe à une autre
porte que celle derrière laquelle hurle la populace. Madam Élisabeth,
yang tidak sedikitpun meninggalkan saudaranya (Raja), mendengar
dengan gemetar desas-desus mengerikan dimana invasi populasi yang
mengumumkan keberadaan mereka, dan dengan menangis meminta Garda
Nasional untuk membela Raja. Disaat yang sama, mereka mengetuk pintu
lain di belakang dimana populasi menjerit.
Sama halnya dengan ungkapan Hurlant yang berarti melolong.
Kata melolong atau lolongan memiliki makna teriakan dengan suara yang
sangat besar. Istilah melolong juga lekat dengan binatang yang
161
memberikan tanda jika ada sesuatu atau keadaan yang bermasalah.
Misalnya seperti seekor anjing yang melolong karena melihat musuh.
Dalam kalimat Hurlant comme une chienne, hurlant comme une mer, yang
berarti ‗Melolong bagaikan seorang penggerutu, melolong bagaikan
lautan‘ menjelaskan bahwa rakyat pada saat itu menggerutu atau mengeluh
dan marah akan sesuatu dan diekspresikan dengan suara yang meluas atau
situasi yang penuh dengan lolongan seperti yang disimbolkan oleh kata
lautan. Seperti pada penjelasan di paragraf sebelumnya, bahwa rakyat
melolong ingin masuk ke istana menemui Raja.
Cependant la populace s‟entassait aux abords de la porte
Royale, frappait, hurlait: « Nous entrerons quand même ! » Et Mouchet ,
l‟officier municipal que l‟on retrouve toujours juste à la porte par où la
foule va entrer, disait très-gravement aux soldats et gardes nationaux : «
Après tout, le droit de pétition est sacré. » Ternaux (1864: 131)
Ternaux menjelaskan bahwa rakyat itu sedang menumpuk di depan
gerbang istana, menyerang, berteriak: ―kami akan masuk !‖ perwira kota
yang selalu ada di pintu tempat kerumuna akan masuk, mengatakan
dengan serius kepada tentara dan garda nasional: ―lagipula, hak pertisi itu
suci.‖
Ungkapan Clameurs yang berarti teriakan, menjadi salah satu
aspek tindakan murka. Teriakan, merupakan suara yang bernada keras atau
tinggi, yang biasanya terlontar untuk membuat orang lain mendengar
dengan jelas. Teriakan juga sering dikaitkan dengan luapan emosi
seseorang karena memiliki amarah yang besar dan tak bisa diredam,
sehingga mengeluarkan suara yang melebihi normal atau ketika sedang
162
berbicara. Hal ini menunjukan bahwa rakyat sedang dalam keadaan marah
dan mengekspresikannya dengan teriakan yang ingin terdengar oleh Raja
Louis XVI pada saat itu. Teriakan rakyat saat itu merupakan
kemarahannya yang membawa petisi dimana salah satu petisi itu berisi hak
istimewa raja. Sejalan yang dijelaskan Ternaux (1864: 137) Mais sa voix
se perd au milieu des hurlements. De toutes parts éclatent les cris de : “A
bas monsieur Veto! au diable le Veto!” proférés avec d'injurieuses
menaces par des individus armés de fusils et de pistolets. Tapi suaranya
(suara raja) hilang ditengah keriuhan. Di semua sisi meledakan teriakan:
―tunduklah tuan veto! Ke nerakalah bersama hak veto!‖.
Begitupun dengan ungkapan grands cris yang berarti ‗jeritan
keras‘. Jeritan sering terlontar karena adanya tekanan, rasa sakit, rasa
takut, marah atau kesal yang tak tertahankan. Jeritan juga dikenal sebagai
suara yang melengking, tinggi, juga kadang histeris. Hal tersebut
menunjukan suatu keadaan yang mendesak dan tak mampu dikendalikan
sehingga terlontar sangat ekspresif. Dalam kalimat Ses clameurs , ses
grands cris de halles et de bouges yang artinya ‗Terikan-teriakannya,
jeritan kerasnya dari pasar induk dan gubuk-gubuk yang kotor,
menjelaskan bahwa rakyat kecil yang berasal atau biasa tinggal dan hidup
di gubuk dan kehidupannya yang kotor seperti yang digambarkan oleh
lingkungan pasar induk yang dikenal kumuh, mereka memiliki tekanan
hidup yang besar sehingga menjerit keras menandakan bahwa mereka
sudah tidak tahan dengan keadaan yang selama ini menghimpitnya.
163
Aspek terakhir dalam ekspresi kemarahan yang ditunjukan adalah
ancaman. Mengancam adala sebuah tindakan yang bertujuan untuk
menakuti, dan melemahkan musuh juga dilakukan sebagi tanda bahwa
yang mengancam adalah orang yang hebat dan berani dan nekat untuk
melakukan hal-hal yang berbahaya. Tindakan mengancam biasanya
dilakukan oleh seseorang ketika orang tersebut merasa sangat marah dan
sangat kuat dalam waktu yang bersamaan. Kata yang menunjukan
tindakan mengancam adalah Tuerais yang berarti ‗akan membunuh‘. Kata
akan menjelaskan bahwa tindakan membunuh belum dilakukan dan segera
dilakukan. Membunuh merupakan suatu tindakan yang paling berbahaya.
Seseorang yang melakukan tindakan tersebut biasanya dalam keadaan
yang sangat marah sampai tidak ada sedikitpun toleransi sehingga
menginginkan orang lain mati. Ancaman membunuh ini merupakan
ekspresi kemarahan yang paling berbahaya dan menunjukan tingkat
kemarahan yang klimaks.
Dalam larik utuhnya Et, si tu me riais au nez, je te tuerais ! , rakyat
mengancam raja bahwa mereka akan membunuhnya apabila raja
menghina mereka. Menghina dalam konteks merendahkan dan
mengabaikan apa yang dilakukan rakyat saat itu. Hal ini didukung oleh
larik-larik selanjutnya yaitu Avec tes avocats, qui prennent nos requêtes
Pour se les renvoyer comme sur des raquettes yang artinya Dengan
pengacara-pengacaramu, yang mengambil petisi kami Hanya untuk
membolak-balikannya bagaikan bola pada raket. Digambarkan bahwa
164
rakyat menunggu jawaban petisi yang mereka bawa dan mereka
mengancam raja apabila ia mempermainkan rakyat. Situasi tersebut juga
menandakan bahwa ada ketidaksabaran dari rakyat, juga rakyat menjadi
semakin marah karena mereka belum mendapat tanggapan. Keadaan ini
dapat didukung oleh penggambarah Ternaux (1864: 133) A l'instant même
où les masses vont commencer le siège de la porte Royale, contre laquelle
les canons des faubourgs sont braqués, on entend un cri qui part de
l‟intérieur de la cour : « Ne tirez pas, on ouvre ! » yang berarti Pada saat
massa akan mulai pengepungan gerbang istana, senjata canon ditunjukkan
dengan mereka, mereka mendengar teriakan dari dalam halaman: ―jangan
tembak, kita buka!‖.
4.3.2 Ekspresi Marah Yang Tidak Ditunjukan (Anger In)
Selain ekspresi marah yang ditunjukan, sajak ini juga
memunculkan beberapa ekspresi marah yang tidak ditunjukan. Ekspresi-
ekspresi ini mendukung suasana kemarahan dan memicu faktor-faktor
kemarahan. Berikut penjabaran aspek eskpresi Anger In.
Tabel 4.41
Interpretasi data kata/ ungkapan Anger In
No. Aspek Kata/ Ungkapan/ Kalimat Bait
1. Menyimpan Hal « Oh ! je ne me plains pas. Je te dis mes bêtises, 3
165
2. (Yang
Menjengkelkan)
C'est entre nous. J'admets que tu me contredises. 3
3. Nous dorerions ton Louvre en donnant nos gros
sous !
5
4. Menunjukan
ketenangan
Nos yeux ne pleuraient pas ; nous allions, nous
allions,
2
5. Et nous dirions : C'est bien : les pauvres à genoux ! 5
Berdasarkan tabel tersebut, terdapat aspek-aspek dari kemarahan
Anger In, karena kemarahan ini tidak di ekspresikan, maka kemarahan itu
dapat dilihat dari sikap dan situasi. Oleh sebab itu aspek di atas berkaitan
dengan perasaan yang tidak dapat dijabarkan dengan kata yang spesifik.
Berikut tabel komponen makna untuk mengarahkan kata pada setiap
aspeknya yang terdapat dalam lima kata/ungkapan.
Tabel 4.42
Komponen makna Anger In
No. Kata/
Ungkapan
Komponen
Makna
Makna
1. je ne me
plains pas
Tidak
mengeluh
Tidak
mengadu
Menahan diri Sabar Menyimpan hal
(yang
menjengkelkan) 2. J'admets Menerima Membiarka
n
Menahan diri Sabar
3. en
donnant
nos gros
sous !
Memberikan Merelakan
hak
mencurahkan
tenaga
Terpaksa
166
4. ne
pleuraient
pas
Tidak
meratapi
Tidak
merengek
Tidak
mengeluh
Menahan
diri
Kuat Menunjukan
ketenangan
5. à genoux Berlutut Tunduk Merendahkan
diri
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 2 aspek kemarahan yang tidak
diekspresikan secara langsung (Anger In) dalam sajak Le Forgeron. Aspek
pertama yaitu Menyimpan Hal (Yang Menjengkelkan). Maksudnya adalah
sesuatu hal yang membuat marah atau kondisi yang tidak mengenakkan
disimpan dalam hati. Untuk mengetahui apakah seseorang itu memendam
hal atau tidak, dapat dilihat dari kondisi-kondisi atau keadaan yang telah
dijelaskan.
Ungkapan pertama yang menunjukan kemarahan (anger in) dalam
aspek ini adalah je ne me plains pas yang berarti ‗Aku tidak mengeluh‘.
Kata mengeluh berarti menyatakan kesusahan, kepedihan, penderitaan,
kemarahan dan sebagainya. Hal itu menunjukan di dalam kata mengeluh
ada sesuatu yang dirasakan seperti emosi- emosi tersebut. Jika melihat
kata sebelumnya, yaitu Nous venions voir flamber nos taudis dans la nuit,
Nos enfants y faisaient un gâteau fort bien cuit yang berarti ‗Kami melihat
api melahap gubuk kami di malam hari, Anak- anak kami membuat kue
gosong disana‘. Kedua kalimat tersebut menjelaskan bahwa rumah mereka
telah dibakar saat malam hari dimana mereka sedang terlelap, dan itu
mengakibatkan anak- anak mereka tidak terselamatkan dari kebakaran dan
167
mati mengenaskan disana. Melihat keadaan tersebut, sebagai manusia,
tentu akan merasa marah sekaligus sedih menyaksikan anaknya terbakar
hidup-hidup. Dengan alasan ini, si pandai besi mengatakan ‗aku tidak
mengeluh‘ yang artinya mereka tidak mengakui bahwa mereka marah.
Jelas terlihat bahwa rakyat menyimpan kemarahan itu dalam dirinya.
Selanjutnya, ungkapan J'admets yang artinya ‗aku membiarkan‘.
Kata membiarkan mengandung makna menahan diri atau bersabar. Juga
menunjukan bahwa di dalam membiarkan, ada faktor pemicu yang
membuat marah atau jengkel. Didukung oleh kalimat utuhnya yaitu
J'admets que tu me contredises yang artinya ‗Kubiarkan kau bertentangan
denganku‘. Juga kalimat sebelumnya, Je te dis mes bêtises yang artinya
‗kukatakan padamu kebodohan-kebodohanku‘. Kedua kalimat ini
menjelaskan bahwa rakyat memilih untuk tetap seakan menjadi bodoh
dengan membiarkan Raja yang selalu bertentangan. Bertentangan disini
memiliki arti kesenjangan, jika rakyat selalu merasakan kemiskinan,
sedangkan Raja merasakan kemewahan. Kesenjangan ini menjadi salah
satu faktor kemarahan rakyat, namun, rakyat masih memilih menahan hal
tersebut dengan membiarkannya. Situasi seperti ini memang lazim terjadi,
sejalan dengan yang dikatakan oleh Spielberger,
Such people suppress their anger as much as most people in
response to anger-provoking situations. This person suppresses anger in
some situations and not in others, and she may be aware of the types of
situations where the expression of anger is appropriate or will have
fewer negative consequences. (Spielberger, 2013: 11)
168
Pernyataan tersebut berarti orang-orang seperti itu menekan
kemarahan mereka sama seperti orang-orang yang menanggapi situasi
yang memprovokasi kemarahan. Orang ini menekan kemarahan dalam
beberapa situasi dan tidak pada orang lain, dan mungkin dia menyadari
jenis situasi dimana ekspresi kemarahan itu sesuai atau akan memiliki
konsekuensi negatif yang lebih sedikit.
En donnant nos gros sous merupakan ungkapan yang berarti
‗dengan memberikan uang kami‘. Memberikan berarti menyerahkan,
mencurahkan juga merelakan. Rakyat yang sudah miskin, harus merelakan
uangnya. Dengan makna utuh dari kalimatnya yaitu Nous dorerions ton
Louvre en donnant nos gros sous yang berarti ‗ Kami akan melapisi emas
louvre mu dengan memberikan duit kami‘ menjelaskan bahwa emas- emas
yang melapisi bangunan Louvre sang Raja didapat dari hasil pemerasan
rakyat dengan pajak-pajaknya yang besar. Hal ini menunjukan
ketidakadilan dan kesemana-menaan Raja terhadap Rakyat yang
memperkaya diri dengan hidup mewah tanpa memikirkan rakyat miskin.
Dan rakyat menyimpan kemarahannya tersebut dengan menggunakan kata
memberikan atau merelakan yang mengandung unsur pemaksaan.
Aspek kedua ialah Menunjukan ketenangan. Aspek ini berarti
seseorang mampu menahan pengekspresian kemarahannya. Aspek ini
berasal dari poin yang menyatakan bahwa seseorang merasa darahnya
mendidih, namun tidak ditunjukan oleh orang itu. Hal tersebut
menunjukan bahwa aspek ini menggambarkan dimana seseorang mampu
169
menahan diri dari bentuk perkataan atau perbuatan yang buruk yan
disebabkan oleh kemarahannya. Dalam aspek ini, terdapat dua ungkapan
yang menggambarkan kondisi tersebut, yaitu ne pleuraient pas yang
berarti ‗tidak mengangis‘ atau ‗tidak meratapi‘. Menangis merupakan
salah satu aksi seseorang ketika marah, ketika seseorang tidak mampu
melontarkan perkataan namun rasa kesal sangat meradang. Dengan tidak
menangis, itu menunjukan bahwa seseorang mampu menahan rasa amarah
yang ada dalam dirinya. Keadaan marah disini, dapat dilihat dari kalimat-
kalimat sebelumnya yaitu Le Seigneur, à cheval, passait, sonnant du cor ,
Et l'un avec la hart, l'autre avec la cravache, Nous fouaillaient - Hébétés
comme des yeux de vache yang berarti ‗yang Mulia, menunggang kuda,
lewat, sambil meniup terompet tanduk, Dan satu orang dengan tali jerat,
yang lainnya dengan tali cambuk, Mencari kami – linglung seperti mata
sapi. Ketiga kalimat ini menjelaskan adanya sistem kerja paksa dimana
pemilik tanah memaksa rakyat untuk bekerja dengan membawa tali jerat
dan tali cambuk untuk menghukum bagi mereka yang tidak bekerja. Dan
dengan kondisi ini, rakyat tatp memilih bersabar dengan tidak menangis
disaat keadaanya tentu kesal.
Ungkapan kedua dalam Aspek kedua ini menunjukan
ketenangannya dengan mengalah. Mengalah berarti mengganggap diri
sendiri kalah atau membiarkan orang lain merasa menang, meskipun
keadaaan sebenarnya menunjukan sebaliknya. Ungkapan pertama yang
menggambarkan aspek ini adalah à genoux yang berarti ‗berlutut‘.
170
Berlutut merupakan tindakan merendahkan diri, sebagai wujud kepatuhan
dan penghormatan terhadap sesuatu yang dihadapkan (Tuhan atau
manusia). Namun dalam kalimat Et nous dirions : C'est bien : les pauvres
à genoux ! yang berarti ‗Dan kami akan berkata : tidak apa-apa : orang-
orang miskin berlututlah !‘ menjelaskan bahwa rakyat bersedia berlutut
bukan sebagai kepatuhan atau penghormatan, melainkan mengalah. Hal ini
terlihat dari kalimat sebelumnya yaitu Ils ont rempli ton nid de l'odeur de
nos filles, Et de petits billets pour nous mettre aux Bastilles yang artinya
Mereka telah mengisi sarangmu dengan aroma gadis-gadis kami, Dan
dengan jaminan kecil untuk membawa kami menuju bastil‘. Kedua kalimat
ini menjelaskan faktor yang membuat rakyat marah namun memilih
mengalah, bahwasannya anak-anak perempuan mereka yang ditawan
untuk dijadikan pelayan di istana Raja, bukan hanya untuk melayani Raja
namun untuk para bawahan Raja. Dan kondisi ini membuat rakyat geram
namun terpaksa harus mengalah karena rakyat mengkhawatirkan
kelangsungan hidup anak-anak perempuan mereka jika mereka tidak
menuruti apa yang dikehendaki Raja.
4.3.3 Majas
Majas merupakan salah satu komposisi terpenting dalam sebuah
sajak. Meskipun sajak ini bernuansa kemarahan dimana ekspresi-
ekspresinya identik dengan kata yang spesifik, sajak ini banyak
171
menggunakan majas-majas seperti personifikasi, hiperbola, perrbandingan,
metonimi, metafora, sinekdot dan sinisme. Berikut tabel dan penjelasan
setiap majas.
1. Hiperbola
Majas pertama yang terdapat dalam sajak ini adalah hiperbola. Majas
hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan. Majas ini tersebar
dalam 9 larik. Berikut tabel klasifikasi majas hiperbola dalam sajak.
Tabel 4.43
Majas hiperbola
Majas Larik
Hiperbola Non. Ces saletés-là datent de nos papas !
Et, tous, nous avons mis ta Bastille en poussière
Sire, nous étions soûls de terribles espoirs
Les piques à la main ; nous n'eûmes pas de haine,
Nous nous sentions si forts, nous voulions être doux !
Le flot des ouvriers a monté dans la rue,
Et ces maudits s'en vont, foule toujours accrue
Comme des revenants, aux portes des richards.
Et je vais dans Paris le marteau sur l'épaule,
Farouche, à chaque coin balayant quelque drôle,
172
Ungkapan ces saletés sangat berlebihan. Kata yang berarti kotoran
ini atau sesuatu yang menjijikan atau tidak enak dimaksudkan untuk
menggambarkan kesenjangan. Ces saletés de nos papas berarti kotoran
atau hal yang tidak enak itu dimulai dari ayah - ayah kami, maksudnya
adalah kesenjangan tersebut dimulai sudah sejak lama. Inilah salah satu
alasan yang mendorong rakyat untuk mengekspresikan kemarahannya.
Kemudian kalimat mis ta bastille en poussière yang berarti ‗menjadikan
bastilmu menjadi debu‘ terdengan sangat berlebihan. Bastil merupakan
bangunan yang tinggi dan besar, sedangkan debu merupakan partikel
terkecil yang bahkan belum menjadi sebuah batu. Kalimat tersebut
dimaksudkan agar rakyat bersikeras untuk menghancurkan bastil. Hal ini
menunjukan kemarahan rakyat yang sangat ekspresif dengan membuat
kerusakan dengan sengaja. Lalu ungkapan soûls de terrible espoirs yang
berarti ‗jiwa dengan harapan yang mengerikan‘ dimaksudkan bahwa
adanya desakan rakyat yang mendambakan bahwa revolusi ini akan
membawa perubahan-perubahan.
Kalimat Les piques à la main ; nous n'eûmes pas de haine dan
nous voulions être doux sangat berlebihan untuk menggambarkan sosok si
pandai besi yang identik dengan kasar dan menyeramkan. Kedua kalimat
tersebut menekankan keinginan rakyat yang berharap banyak perubahan
tanpa adanya kekerasan. Hal ini tergambar dalam situasi yang dijelaskan
oleh Ternaux (1864: 136 ) Des piques, des bâtons, des baïonnettes
menacent les poitrines des braves grenadiers qui se sont précipités devant
173
le souverain. « Sire, s'écrie l‟un d'eux, n'ayez pas peur! Yang berarti
tombak-tombak, tongkat-tongkat, bayonet-bayonet mengancam dada para
pemberani yang bergegas menghadap penguasa. ―Tuan, salah satu dari
mereka berteriak, jangan takut!‖. Kemudian kalimat Le flot des ouvriers a
monté dans la rue, Et ces maudits s'en vont, foule toujours accrue, dan
Comme des revenants, aux portes des richards yang berarti ‗gelombang
para buruh di jalan, dan para sampah masyarakat berjalan, rakyat yang
semakin bertambah banyak, bagaikan hantu di depan rumah orang berduit‘
dimaksudkan untuk menggambarkan aksi-aksi protes dan para rakyat yang
tampak seperti tidak beraturan sebagai wujud dari kemarahannya.
Selanjutnya Kalimat Et je vais dans Paris le marteau sur l'épaule
dan Farouche, à chaque coin balayant quelque drôle yang berarti ‗Dan
aku pergi ke paris dengan palu di bahu, Liar, di setiap sudut
membinasakan hal-hal lucu‘ menggambarkan kemarahan rakyat yang
ingin meniadakan ketidakadilan dan hak-hak istimewa.
2. Personifikasi
Majas berikutnya adalah personifikasi. Majas ini merupakan gaya
bahasa dimana benda mati yang bertindak seperti makhluk hidup
(manusia/ hewan). Majas ini tersebar dalam 4 larik. Berikut tabel majas
personifikasi.
Tabel 4.44
Majas personifikasi
174
Majas Larik
Personifikasi Cette bête suait du sang à chaque pierre
Avec ses murs lépreux qui nous rappelaient tout
Et, toujours, nous tenaient enfermés dans leur ombre !
Qui croulait, qui râlait
Kalimat Cette bête suait du sang à chaque pierre yang artinya
‗setiap batu berkeringan darah binatang‘. Berkeringat merupakan hal yang
hanya dihasilkan oleh manusia atau hewan, dan batu disini seolah-olah
seperti manusia yang mampu menghasilkan keringat. Maksud dari kalimat
tersebut adalah bastil tersebut tampak seperti seekor binatang yang terluka
atau sekarat, yang akan hancur sedikit demi sedikit seperti binatang yang
akan mati perlahan. Kemudian ungkapan ses murs lépreux yang artinya
‗dinding-dinding yang menderita kusta‘. Kusta merupakan penyakit yang
hanya diderita oleh manusia. Penggunaan penyakit kusta berkaitan dengan
kehidupan para rakyat miskin yang tidak jauh dengan penyakit kulit akibat
lingkungan yang kotor, sangat berlawanan dengan kehidupan Sang Raja
yang tinggal di istana dengan kebersihannya. Kesenjangan inilah yang
juga menjadi salah satu faktor kemarahan rakyat miskin.
Lalu, kalimat , nous tenaient enfermés dans leur ombre yang berati
‗mengunci kami dalam kegelapannya‘. Yang bertindak mengunci dalam
kalimat ini adalah bastil. Kata mengunci atau mengurung merupakan aksi
yang dilakukan oleh manusia. Maksud dari kalimat ini adalah bastil yang
175
merupakan sebuah penjara, sebuah tempat yang gelap dimana manusia
tidak bisa keluar dari sana. Hal tersebut berkaitan dengan salah satu misi
rakyat dalam pembebasan tawanan yang dipenjara dalam bastil tersebut
dan menghancurkannya sebagai bukti kemenangan rakyat. Selanjutnya
kata qui râlait yang artinya ‗yang menggerutu‘. Subjek yang menggerutu
adalah masa lalu yang dijelaskan di kalimat sebelumnya. Masa lalu
bertindak seperti manusia yang menggerutu karena ia akan segera runtuh
(qui croulait). Keruntuhan masa lalu yang gelap tersebut tentu disebabkan
karena kemarahan rakyat yang menginginkan perubahan.
3. Perbandingan
Majas ketiga adalah komparasi atau perbandingan. Seperti namanya,
gaya bahasa ini menyamakan suatu keadaan dengan benda/ keadaan lain.
Majas ini tersebar dalam 5 larik. Berikut tabel klasifikasi majas
perbandingan.
Tabel 4.45
Majas perbandingan
Majas Larik
Perbandingan Et, comme des chevaux, en soufflant des narines
Nous allions au soleil, front haut,-comme cela -,
Dans Paris accourant devant nos vestes sales.
Enfin ! Nous nous sentions Hommes ! Nous étions pâles,
Agitant nos clairons et nos feuilles de chêne,
176
Kalimat comme des chevaux, en soufflant des narines yang berarti
‗bagaikan kuda-kuda, yang mendengus dari lubang hidung‘ merupakan
kalimat yang menggambarkan atau menyamakan dengan kemarahan
rakyat karena kejengkelan yang ditandai kuat dengan nafas dari hidung
seekor kuda. Kemudian kalimat Nous allions au soleil, front haut, -comme
cela -, yang artinya ‗kami berjalan mengikuti matahari, kepala menghadap
ke atas, seperti itu‘ merupakan kalimat yang sama artinya dengan matahari
juga menginginkan pemberontakan rakyat yang berjalan dengan
mendongakkan wajah yang berarti bangga dengan apa yang dilakukan.
Pemberontakan tersebut mencerminkan bentuk kemarahan rakyat, dan
rakyat patut bangga mampu melakukannya.
Selanjutnya, kalimat Dans Paris accourant devant nos vestes sales
artinya ‗Di paris, berlarian dengan jubah kotor kami‘. Yang berlarian
dalam kalimat ini adalah rakyat. Kata berlari diibaratkan dengan
perjuangan atau usaha keras. Maka, kalimat ini bermaksud bahwa usaha
rakyat yang membuat mereka berkeringat yang akhirnya membuat mereka
kotor. Lalu, kalimat Nous étions pâles, dan Agitant nos clairons et nos
feuilles de chêne yang artinya ‗kami pucat saat itu, Melambaikan terompet
kami dan daun oak kami‘. Pucat yang dianggap sebagai keadaan tegang
dan daun oak yang diibaratkan langbang nasional dan terompet yang
melambangkan bentuk suara atau protes rakyat. Maka kedua kalimat
tersebut menggambarkan ketegangan nasional bagaimanapun
kemarahannya.
177
4. Metafora
Majas selanjutnya yang terdapat dalam sajak ini adalah metafora.
Majas ini merupakan gaya bahasa dimana ada kata atau kelompok kata
yang bermakna kiasan, atau bukan maknsa sebenarnya. Majas ini tersebar
dalam 2 larik. Berikut tabel klasifikasi majas metafora.
Tabel 4.46
Majas metafora
Majas Larik
Metafora Citoyen ! citoyen ! c'était le passé sombre
Nous marchions, nous chantions, et ça nous battait là
Kata le passé sombre yang berarti ‗masa lalu yang gelap‘
merupakan ungkapan kiasan yang bermakna masa lalu yang tragis.
Kalimat Citoyen ! citoyen ! c'était le passé sombre yang berarti ‗Rakyat!
Rakyat! Rakyat! Inilah masalalu yang gelap‘ menjelaskan kenyataan
bahwa rakyat berharap mengubah hal-hal dan meninggalkan masa lalu
yang tragis. Masa lalu yang tragis ini yang memicu kemarahan rakyat
sehingga menuntut perubahan-perubahan. Begitupun dengan kalimat nous
marchions, nous chantions, et ça nous battait là yang berarti ‗Kami
berjalan, kami bernyanyi, dan itu membuat jantung kami berdegup disana‘
memiliki arti sebenarnya yaitu kerusuhan yang ditimbulkan oleh rakyat
yang memiliki kemarahan atau amukan yang menginginkan perubahan.
178
5. Sinisme
Tabel 4.47
Majas sinisme
Majas Larik
Sinisme Je te dis mes bêtises
Je suis crapule
Ungkapan Je te dis mes bêtises, menjadi salah satu contoh majas
sinisme dalam sajak ini. Rimbaud secara langsung menggunakan kata
je yang mewakilkan rakyat dan mes bêtises yang berarti kebodohan-
kebodohan rakyat. Larik ini menggambarkan bahwa rakyat seakan
mengakui kebodohan-kebodohannya. Hal ini disebabkan oleh latar
belakang pendidikan rakyat yang rendah. Seseorang yang yang tidak
menempuh pendidikan, terlihat wajar jika dikatakan bodoh, sebaliknya
seseorang yang menempuh pendidikan tinggi, wajar jika dikatakan
pintar. Oleh karena itu, yang sebenarnya ingin disampaikan oleh
Rimbaud dalam ungkapan sindiran yang berarti rakyat yang bodoh
merupakan kewajaran namun menjadi hal yang memalukan jika
seorang Raja yang menempuh pendidikan merupakan orang yang
bodoh.
Ungkapan Je suis crapule yang berarti ‗akulah bajingan‘ juga
merupakan salah satu ungkapan yang termasuk dalam majas sinisme.
Seperti makna majas ini yang sudah dijelaskan sebelumnya, rakyat
memposisikan dirinya sebagai bajingan atau sampah masyarakat
179
karena mereka merasa benar-benar bajingan, tapi karena mereka yang
justru merasa kuat dan liar. Hal ini didukung oleh kondisi yang
dijelaskan pada kalimat-kalimat sebelumnya, yaitu Je suis un
forgeron : ma femme est avec eux, Folle ! Elle vient chercher du pain
aux Tuileries ! - On ne veut pas de nous dans les boulangeries yang
artinya ‗Akulah si pandai besi : istriku bersama mereka, Gila ! ia
datang mencari roti ke tuileries ! -Kami tidak ingin di toko-toko roti‘
Kondisi ini menujukkan bahwa si pandai besi merasa bangga dan kuat
dengan mengakui dirinya sebagai si pandai besi, juga memiliki wanita-
wanita yang tangguh. Mencari roti ke Tuileries merupakan simbol dari
kejadian champ de mars pada tanggal 5 dan 6 Octobre 1791 dimana
para wanita melakukan unjuk rasa membawa isu kelaparan karena
pada saat itu roti menjadi langka. Jadi, kedatangannya ke Paris untuk
meluapkan kemarahannya dengan ikut unjuk rasa, ungkapan yang
merendahkan diri tersebut justru ingin menunjukan bahwa merekalah
pemenangnya.
6. Synecdoque
Tabel 4.48
Majas sinekdok
Majas Larik
Synecdoque Le Forgeron parlait à Louis Seize, un jour
Elle vient chercher du pain aux Tuileries !
180
Kata Le Forgeron memiliki arti si pandai besi. Kata tunggal yang
berarti satu orang. Namun dalam larik tersebut, kata si pandai besi
berarti jamak. Pandai besi merupakan sebuah pekerjaan yang termasuk
dalam golongan kaum buruh, yang pada zaman itu sebagian besar
rakyat miskin merupakan kaum buruh. Jadi pandai besi mewakili kaum
buruh atau rakyat. Majas sinekdok yang dimaksud adalah sebagian
untuk keseluruhan. Sehingga maksud dari larik tersebut adalah rakyat
melakukan protes terhadap Louis Seize.
7. Menonimie
Tabel 4.49
Majas metonimi
Majas Larik
Metonimie Sur des chapelets clairs grenés de pièces d'or
Seperti yang dijelaskan oleh Fromilhague, bahwa majas ini
menggunakan simbol untuk menjelaskan keadaan. Rimbaud dengan aliran
simbolisnya tentu memberikan pesan- pesan dengan simbolnya. Namun
dalam sajak ini hanya satu simbol yang menjelaskan keadaan. des
chapelets clairs grenés de pièces d'or yang berarti rosario berkeping emas,
tidak hanya menggambarkan sebuah benda saja. Rosario merupakan alat
atau perangkat keagamaan bagi umat kristen untuk berdoa. Dalam agama
islam alat ini mirip dengan tasbih, namun yang membedakannya adalah
simbol salib diantara butir-butir batu pada rosario. Dengan rosario yang
berkeping emas, Rimbaud ingin menunjukan bahwa adanya kemewahan
181
pada zaman itu, dan perangkat ibadah tersebut menyimbolkan kaum
agamawan. Hal ini menunjukan bahwa kaum agamawan pada saat itu
hidup dengan kemewahan dan keistimewaan. Adanya aturan-aturan
keagamaan juga hak-hak istimewa menjadi salah satu penyebab
ketidakadilan yang diterima oleh rakyat.
182
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengkaji puisi Le Forgeron secara struktural, diperoleh
karakterikstik kemarahan yang digambarkan oleh Rimbaud. Puisi ini
dilatarbelakangi oleh revolusi prancis, lebih tepatnya pada tahun 1792 yang
dikenal dengan pemberontakan 20 Juni 1792 atau la journée du 20 juin 1792.
Oleh sebab itu, kemarahan yang muncul berkaitan dengan kemarahan antara kaum
buruh yang diwakili oleh le forgeron yang menjadi simbol kaum proletar pada
zaman Ancien Régime dan raja Louis Seize. Puisi ini juga menggunakan sudut
pandang rakyat dan meniadakan sudut pandang raja. Hal ini berkaitan dengan
kondisi politik saat itu, yang pada akhirnya memicu pemberontakan ini.
Berdasarkan analisis tataran fonologis, karakteristik kemarahan yang
muncul yaitu pemberontakan yang digambarkan dengan penyalahan aturan
penghitungan metrik yang cukup mendominasi, lebih dari 50%, populasi massa
yang besar dengan pembacaan synérèse yang lebih banyak dari diérèse.
Kekerasan, brutalitas, teriakan, keluhan, serta kekuatan menjadi karakteristik yang
muncul dari makna fonem [R], [s], [l], [t], [u], [ᾶ], [e], [ε], [o], [p], [a], [m] dan
[d]. Jumlah l‟hiatus yang lebih banyak daripada l‟élision menunjukkan makna
likuiditas atau sesuatu yang mengalir, dapat digambarkan dengan pergerakan
rakyat menuju Tuileries serta aternansi rima yang juga memunculkan karakteristik
kemarahan berupa kekuatan dengan dominasi maskulin dan kekuasaan sebagai
salah satu faktor kemarahan yang diwakili oleh kualitas rima, yaitu Suffisant dan
183
Riche. Kemarahan yang digambarkan oleh pembacaan fonologi tersebut di
akibatkan oleh ketidakpuasan rakyat oleh konstitusi yang tetap mempertahankan
sistem monarki sehingga mendorong rakyat untuk melakukan kekerasan yang
mendominasi hasil analisis ini. Kekerasan ini juga menjadi salah satu ekspresi
kemarahan yang menyertai aspek-aspek Anger Out yang dilakukan dengan aksi
seperti menggarang, menyerang, merusak dan bertindak murka.
Kemudian, dalam tataran sintaksis, puisi ini banyak memunculkan kalimat
majemuk dengan susunan kalimat yang rumit. Juga tidak jarang Rimbaud
menyalahi aturan tata bahasa atau grammaire dengan penggunaan waktu yang
tidak sesuai dan modalité kata kerja yang tidak tepat. Tanda seru sering kali
muncul sebagai karakteristik kemarahan dengan memberi efek nada tinggi dalam
pembacaan kalimat. Hasil analisis sintaksis ini menunjukan bahwa adanya
pemberontakan Rimbaud yang diungkapkan dengan verbal. Hal tersebut
memperkuat adanya ekspresi Anger Out yang dilakukan dengan kata-kata seperti
yang tergambar dalam aspek berkata sarkastik, berkata keji atau kotor dan
mengancam. Kerumitan yang sering kali muncul juga mendukung ekspresi Anger
In, dimana rakyat terkadang tidak dapat mengekspresikan kemarahannya dan
keinginannya dikarenakan sistem yang rumit dalam konstitusi. Hal ini yang
akhirnya membuat rakyat elakukan pemberontakan.
Analisis tataran semantik, memfokuskan kemarahan dalam dua ekspresi.
Pertama, ekspresi Anger Out. Dalam puisi Le Forgeron ini terdapat 7 aspek yang
menggambarkan ekspresi tersebut, yaitu menggarang dengan 3 kata, menyerang
seseorang dengan 4 kata, merusak benda dengan 2 kata, berkata sarkastik dengan
184
5 kata, 3 kata untuk berkata keji/ kotor, 6 kata untuk bertindak murka, serta 1 kata
untuk mengancam. Hal tersebut menunjukan bahwa Anger Out dilakukan dengan
2 cara yaitu melalui tindakan fisik maupun non fisik atau verbal. Seperti yang
dilakukan rakyat pada pemberontakan tersebut bahwa rakyat melakukan
kekerasan fisik dan kekerasan verbal yang ditujukkan kepada raja maupun para
pengawalnya. Kekerasan tersebut terjadi karena para pengawal raja yang berusaha
melindungi raja.
Kedua, ekspresi Anger In yang mencakup 2 aspek di dalam puisi ini.
Aspek tersebut adalah menyimpan hal dengan 3 kata dan 2 kata untuk
menunjukan ketenangan. Faktor yang menyebabkan rakyat menahan amarahnya
adalah ketidakberdayaan rakyat melawan para penguasa akibat sistem monarki.
Dalam tataran semantik ini, terdapat majas yang mendukung suasana kemarahan.
Majas-majas tersebut adalah hiperbola, personifikasi, perbandingan, sinekdok,
sinisme, metonimie dan metafora.
Jadi, hubungan antara hasil analisis fonologis, sintaksis dan semantik
dalam kaitannya dengan tema kemarahan yaitu karakteristik kemarahan yang
ditandai dengan kekerasan, dan pemberontakan sebagaimana dua hal ini menjadi
ciri dari peristiwa 20 Juni 1792 sekaligus kepribadian Rimbaud.
B. Implikasi
. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang tidak terlepas dari
pembelajaran budaya prancis, yaitu menjadi media yang dipelajari dalam salah
satu mata kuliah bahasa prancis. Oleh sebab itu, penelitian ini memberikan warna
185
baru dan nuansa keunikan yang menumbuhkan minat mahasiswa dalam
mengetahui pesan dari sebuah puisi. Sebagaimana telah diketahui, bahwa pesan
puisi didominasi dengan kesedihan dan kebahagiaan. Dengan mengangkat tema
kemarahan, akan membuat pembaca tertarik dengan bahasa yang digunakan untuk
menggambarkan emosi amarah dalam puisi khususnya pengunaan ekspresi-
ekspresi kemarahan yang dibagi menjadi dua, yaitu Anger Out dan Anger In.
Ditambah dengan pendekatan struktural, akan memberikan pemahaman secara
meluas dan mendalam sebuah pesan yang terkandung dalam puisi.
Pemilihan puisi Le Forgeron juga sangat bermanfaat bagi mahasiswa
bahasa prancis, karena didalamnya mengulas tentang revolusi prancis yang
menjadi salah satu pengetahuan penting dalam mengenal budaya prancis. Terlebih
kejadian-kejadian yang dijabarkan ini merupakan proses revolusi setelah la prise
de la bastille, yang berkaitan erat dengan sistem politik pada saat itu. Sehingga
pembaca mengetahui lebih jauh tentang revolusi prancis secara rinci, khususnya
salah satu proses penghapusan sistem monarki yang sesungguhnya.
Dengan demikian, pembaca dapat termotivasi untuk menjadikan puisi
sebagai salah satu media pembelajaran budaya bahasa prancis. Selain dapat
memberikan pengetahuan tentang isi pesan yang terkandung dalam puisi,
pembaca akan mengenal kosakata baru dan karakteristik penulisan puisi,
khususnya yang dimiliki Rimbaud.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan dalam
penelitian sastra, yang mengangkat tema lain dengan menggunakan penyajian
186
struktural. Ataupun tema kemarahan ini dapat juga dikembangkan dan ditemukan
dalam karya Rimbaud yang lain bahkan penulis lainnya.
C. Saran
Penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Hal itu disebabkan karena
keterbatasan waktu penelitian, pemahaman peneliti yang kurang mendalam dan
sumber informasi yang kurang lengkap. Maka dari itu, peneliti menyarankan di
penelitian berikutnya, tema kemarahan ini dapat dikembangkan dengan aspek-
aspek lain ( 7 aspek Anger Out dan 2 aspek dalam Anger In) yang mungkin
terdapat dalam puisi lain, untuk memperkaya pembahasan dan pengetahuan
tentang ekspresi kemarahan yang diteliti.
Selain itu peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan refensi lain
dalam kajian teori untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan, juga meneliti
karya Rimbaud lainnya untuk memperkuat karakteristik penulisan yang telah
dijabarkan dalam penelitian ini.
187
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, Idris. 2017. Guru Profesional Bukan Guru Abal-Abal. Yogyakarta:
DEEPUBLISH
as Sadr, Sayyid Mahdi. 2005. Mengobati Penyakit Hati, Meningkatkan Kualitas
Diri. Jaakarta: Pustaka Zahra
Bauer, Lydia. 2012. Colere – force destructive et potentiel creatif: l‟emotivite
dans la litterature et le langage. Frank & Timme GmbH
Baylon, Christian dan Xavier Mignot. 1995. Sémantique du Langage. Paris:
Nathan
Boros, D. 2012. Creative Rebellon for The Twenty-Fisrt Century. New York:
Spinger
Bourget, Schott. 1994. Approches de la linguistique. Nathan Université
Bunge, Mario. 1978. La sémantique dans les sciences: colloque de l‟Académia
internationale de philosophie des sciences. Editions Beauchesne
Cahyani, Penny dkk. 1999. JURNAL PSIKOLOGI, No. 2, 65 – 77
Crocker. 2005. Schaums‟s Outlines FRENCH GRAMMAR Edisi 4. Surakarta:
Erlangga
Dahlan, M dan Muhtarrom. 2016. Menjadi Guru Yang Bening Hati: Strategi
Mengelola Hati di Abad Modern. Yogyakarta: Deepublish
Delatour, Y. 2004. La Nouvelle Grammaire du Français. Paris: Hachette
Dessons, Gerard. 1991. Introduction à L‟analyse du Poème. Paris: Bordas
Drory, Diane. 2004. Cris et Châtiments: Du bon usage de l‟aressivité. De Boeck
Supérieur
188
Djurdja Sinko-Depierris, Jean-Louis Depierris. 1978. Choix et adaptation. Paris:
Еditions Saint-Germains-des-Prés
Fillion, Janine dan Lahille. 1970. La colère chez Aristote dalam Revue des Etudes
Anciennes. pp46-79
Fromilhague, Catherine. 2014. Les Figures de Style. Paris: Armand Colin
Guedj, Jean Paul. 2008. 50 fiches de communication: concepts et pratiques,
techniques de management. Editions Bréal
Hammoudi, Rafika. 2014. La Religion de Rimbaud. Université de Rennes
Hude, M.Darwis. 2006. Emosi: Penjelalajahan Religio Psikologis. Surakarta:
Erlangga
Joubert, Jean-Louis. 1988. La Poésie. Paris: Armand Colin
Labeau, Emmanuelle et Pierre Larrivée. 2005. Nouveaux développements de
l‟imparfait. Rodopi
Lamirault, H dan Cie. 1886. La Grande encyclopédie, inventaire raisonné des
sciences, des lettres et des arts: par une société de savants et de gens de lettres,
Volume 4. Cornell University
Lyons, John. 1979. Semantics 2 vols. Cambridge: Cambridge Uneversity Press
Michelet, Jules. 1952. Histoire de la Révolution Française. Paris: Gallimard
Noel, François. 1851. New system of french grammar. Harper & Brothers
Olivier, Catoni. 1992. Rouge Large Deviation Estimated for Simulated Annealing:
Aplication to Exponential Schedules, The Annals of Probability. Vol 20.
Oswald, Yvonne. 2008. Every Word Has Power: Switch on your language and
turn on your life. Simon and Schuster
Pahlow, Heike. 2015. Grammaire Français: simple, claire et compacte.
Lingo4you
189
Paz, Octavia. 2002. Puisi dan Esai Terpilih.Yogyakarta: Bentang
Rifaterre, Michael. 1978. Semiotics of Theory. Bloomington and London: Indiana
University Press
Saminadayar, Corrine et Perrin. Le peuple souverain: le 20 juin 1792
Schmitt, MP. 1982. Savoir-Lire. Paris: Les Éditions Didier
Schmitt dan Viala. 1982. Savoir Lire. Paris: Didier
Scholes, Robert. 1992. In Search of James Joyce. University of Illinois Press
Seelhofer, Liane. 2013. Le diament retrouvé. Xlibris Corporation
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo
Spielberger, Charles D. 2013. State-Trait Anger Expression Inventory-2. Version
1.30
Spielberger, Charles D. 2013. Stress and Emotion: Anxiety, Anger and Curiosity.
Tylor&Francis
Subroto, Edi. 1992. Pengantor Metoda Peneltitan Linguistik Strukiural.
Surakarta: Sebe1as Maret University Press
Sugono, Dendy dan Abdul Rozak Zaidan. (2005). Dari Amerika ke Catatan
Langit. Jakarta: Rosda.
Sujiman, Panudi. 1980. Kamus Istilah Sastra. Pusat Bahasa
Tavris, Carol. 2017. Anger: The Missunderstood Emotion. Simon and Schuster
Ternaux, Mortimer. 1863. Le 20 JUIN 1792. Paris: Michel Levy Frères
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta:Erlangga
Zuchdi, Darmiyati. 1993. Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta:
Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
191
LAMPIRAN 1
TEKS PUISI LE FORGERON
Le forgeron de Rimbaud Palais des Tuileries,
vers le 20 juin 1792
Le bras sur un marteau gigantesque, effrayant
D'ivresse et de grandeur, le front large , riant
Comme un clairon d'airain, avec toute sa bouche,
Et prenant ce gros-là dans son regard farouche,
Le Forgeron parlait à Louis Seize, un jour
Que le Peuple était là, se tordant tout autour,
Et sur les lambris d'or traînait sa veste sale.
Or le bon roi, debout sur son ventre, était pâle
Pâle comme un vaincu qu'on prend pour le gibet,
Et, soumis comme un chien, jamais ne regimbait
Car ce maraud de forge aux énormes épaules
Lui disait de vieux mots et des choses si drôles,
Que cela l'empoignait au front, comme cela !
« Donc, Sire, tu sais bien , nous chantions tra la la
Et nous piquions les bœufs vers les sillons des autres :
Le Chanoine au soleil disait ses patenôtres
Sur des chapelets clairs grenés de pièces d'or
Le Seigneur, à cheval, passait, sonnant du cor
Et l'un avec la hart, l'autre avec la cravache
Nous fouaillaient - Hébétés comme des yeux de vache,
Nos yeux ne pleuraient pas ; nous allions, nous allions,
Et quand nous avions mis le pays en sillons,
Quand nous avions laissé dans cette terre noire
Un peu de notre chair... nous avions un pourboire
Nous venions voir flamber nos taudis dans la nuit
Nos enfants y faisaient un gâteau fort bien cuit.
« Oh ! je ne me plains pas. Je te dis mes bêtises,
C'est entre nous. J'admets que tu me contredises.
Or, n'est-ce pas joyeux de voir, au mois de juin
Dans les granges entrer des voitures de foin
Enormes ? De sentir l'odeur de ce qui pousse,
Des vergers quand il pleut un peu, de l'herbe rousse ?
De voir les champs de blé, les épis pleins de grain,
192
De penser que cela prépare bien du pain ?...
Oui, l'on pourrait, plus fort , au fourneau qui s'allume,
Chanter joyeusement en martelant l'enclume,
Si l'on était certain qu'on pourrait prendre un peu,
Étant homme, à la fin !, de ce que donne Dieu !
- Mais voilà, c'est toujours la même vieille histoire !
« Oh je sais, maintenant ! Moi, je ne peux plus croire,
Quand j'ai deux bonnes mains, mon front et mon marteau
Qu'un homme vienne là, dague sous le manteau,
Et me dise : « Maraud , ensemence ma terre ! »
Que l'on arrive encor, quand ce serait la guerre,
Me prendre mon garçon comme cela, chez moi !
- Moi, je serais un homme, et toi, tu serais roi,
Tu me dirais : Je veux !.. - Tu vois bien, c'est stupide.
Tu crois que j'aime à voir ta baraque splendide,
Tes officiers dorés, tes mille chenapans,
Tes palsembleu bâtards tournant comme des paons :
Ils ont rempli ton nid de l'odeur de nos filles
Et de petits billets pour nous mettre aux Bastilles
Et nous dirions : C'est bien : les pauvres à genoux !
Nous dorerions ton Louvre en donnant nos gros sous !
Et tu te soûlerais, tu ferais belle fête.
- Et ces Messieurs riront, les reins sur notre tête !
« Non. Ces saletés-là datent de nos papas !
Oh ! Le Peuple n'est plus une putain. Trois pas
Et, tous, nous avons mis ta Bastille en poussière
Cette bête suait du sang à chaque pierre
Et c'était dégoûtant, la Bastille debout
Avec ses murs lépreux qui nous rappelaient tout
Et, toujours, nous tenaient enfermés dans leur ombre !
- Citoyen ! citoyen ! c'était le passé sombre
Qui croulait, qui râlait, quand nous prîmes la tour !
Nous avions quelque chose au cœur comme l'amour.
Nous avions embrassé nos fils sur nos poitrines.
Et, comme des chevaux, en soufflant des narines
Nous marchions, nous chantions, et ça nous battait là....
Nous allions au soleil, front haut,-comme cela -,
Dans Paris accourant devant nos vestes sales.
Enfin ! Nous nous sentions Hommes ! Nous étions pâles,
Sire, nous étions soûls de terribles espoirs :
Et quand nous fûmes là, devant les donjons noirs,
Agitant nos clairons et nos feuilles de chêne,
193
Les piques à la main ; nous n'eûmes pas de haine,
- Nous nous sentions si forts, nous voulions être doux !
« Et depuis ce jour-là, nous sommes comme fous !
Le flot des ouvriers a monté dans la rue,
Et ces maudits s'en vont, foule toujours accrue
Comme des revenants, aux portes des richards.
Moi, je cours avec eux assommer les mouchards :
Et je vais dans Paris le marteau sur l'épaule,
Farouche, à chaque coin balayant quelque drôle,
Et, si tu me riais au nez, je te tuerais !
- Puis, tu dois y compter, tu te feras des frais
Avec tes avocats , qui prennent nos requêtes
Pour se les renvoyer comme sur des raquettes
Et, tout bas, les malins ! Nous traitant de gros sots !
Pour mitonner des lois, ranger des de petits pots
Pleins de menus décrets , de méchantes droguailles
S'amuser à couper proprement quelques tailles,
Puis se boucher le nez quand nous passons près d'eux,
- Ces chers avocassiers qui nous trouvent crasseux !
Pour débiter là-bas des milliers de sornettes !
Et ne rien redouter sinon les baïonnettes,
Nous en avons assez, de tous ces cerveaux plats !
Ils embêtent le peuple . Ah ! ce sont là les plats
Que tu nous sers, bourgeois, quand nous sommes féroces,
Quand nous cassons déjà les sceptres et les crosses !.. »
Puis il le prend au bras, arrache le velours
Des rideaux, et lui montre en bas les larges cours
Où fourmille, où fourmille, où se lève la foule,
La foule épouvantable avec des bruits de houle,
Hurlant comme une chienne, hurlant comme une mer,
Avec ses bâtons forts et ses piques de fer,
Ses clameurs , ses grands cris de halles et de bouges,
Tas sombre de haillons taché de bonnets rouges !
L'Homme, par la fenêtre ouverte, montre tout
Au R oi pâle , suant qui chancelle debout,
Malade à regarder cela !
« C'est la Crapule,
Sire. ça bave aux murs, ça roule , ça pullule ...
- Puisqu'ils ne mangent pas, Sire, ce sont les gueux !
Je suis un forgeron : ma femme est avec eux,
194
Folle ! Elle vient chercher du pain aux Tuileries !
- On ne veut pas de nous dans les boulangeries.
J'ai trois petits. Je suis crapule. - Je connais
Des vieilles qui s'en vont pleurant sous leurs bonnets
Parce qu'on leur a pris leur garçon ou leur fille :
C'est la crapule. - Un homme était à la bastille,
D'autres étaient forçats, c'étaient des citoyens
Honnêtes. Libérés, ils sont comme des chiens :
On les insulte ! Alors, ils ont là quelque chose
Qui leur fait mal, allez ! C'est terrible, et c'est cause
Que se sentant brisés, que, se sentant damnés,
Ils viennent maintenant hurler sous votre nez !
Crapule. - Là-dedans sont des filles, infâmes
Parce que, - vous saviez que c'est faible, les femmes,
Messeigneurs de la cour, - que sa veut toujours bien,-
Vous avez sali leur âme, comme rien !
Vos belles, aujourd'hui, sont là. C'est la crapule.
« Oh ! tous les Malheureux, tous ceux dont le dos brûle
Sous le soleil féroce, et qui vont, et qui vont,
Et dans ce travail-là sentent crever leur front
Chapeau bas, mes bourgeois ! Oh ! ceux-là, sont les Hommes !
Nous sommes Ouvriers, Sire ! Ouvriers ! Nous sommes
Pour les grands temps nouveaux où l'on voudra savoir,
Où l'Homme forgera du matin jusqu'au soir,
Où, lentement vainqueur, il chassera la chose
Poursuivant les grands buts, cherchant les grandes causes,
Et montera sur Tout, comme sur un cheval !
Oh ! nous sommes contents, nous aurons bien du mal,
Tout ce qu'on ne sait pas, c'est peut-être terrible :
Nous pendrons nos marteaux, nous passerons au crible
Tout ce que nous savons : puis, Frères, en avant !
Nous faisons quelquefois ce grand rêve émouvant
De vivre simplement, ardemment, sans rien dire
De mauvais, travaillant sous l'auguste sourire
D'une femme qu'on aime avec un noble amour :
Et l'on travaillerait fièrement tout le jour,
Ecoutant le devoir comme un clairon qui sonne :
Et l'on se trouverait fort heureux ; et personne
Oh ! personne, surtout, ne vous ferait plier !...
On aurait un fusil au-dessus du foyer....
....................................................
195
« Oh ! mais l'air est tout plein d'une odeur de bataille
Que te disais-je donc ? Je suis de la canaille ! »
Il reste des mouchards et des accapareurs.
Nous sommes libres, nous ! Nous avons des terreurs
Où nous nous sentons grands, oh ! si grands ! Tout à l'heure
Je parlais de devoir calme, d'une demeure...
Regarde donc le ciel ! C'est trop petit pour nous,
Nous crèverions de chaud, nous serions à genoux !
Regarde donc le ciel ! Je rentre dans la foule,
Dans la grande canaille effroyable, qui roule,
Sire, tes vieux canons sur les sales pavés :
Oh ! quand nous serons morts, nous les aurons lavés
Et si, devant nos cris, devant notre vengeance,
Les pattes des vieux rois mordorés, sur la France
Poussent leurs régiments en habits de gala,
Eh bien, n'est-ce pas, vous tous? Merde à ces chiens-là !
Il reprit son marteau sur l'épaule. La foule
Près de cet homme-là se sentait l'âme saoule,
Et, dans la grande cour, dans les appartements,
Où Paris haletait avec des hurlements,
Un frisson secoua l'immense populace.
Alors, de sa main large et superbe de crasse,
Bien que le roi ventru suat, le Forgeron,
Terrible, lui jeta le bonnet rouge au front !
196
LAMPIRAN 2
TERJEMAHAN PUISI LE FORGERON
Si Pandai Besi
Palais des Tuileries,
sekitar 20 Juni 1792
Palu raksasa di tangan, menakuti
dengan kemabukan dan kemegahan, dahi lebar, menyeringai
Bagaikan terompet perunggu, dengan seluruh mulutnya
Dan menggenggam palu besar itu dengan sorotan liar
Si pandai besi berbicara kepada Louis Seize , suatu hari
Dimana rakyat disana, menggeliat-geliat
Dan menyeret jubah kotornya dari dinding emas istana yang megah
Raja yang baik, dengan perutnya yang tegak, berwajah pucat
Sepucat pengecut yang mereka seret ke tiang gantungan
Dan, tunduk seperti seekor anjing, yang tidak pernah berontak
Untuk itu penempa bajingan yang berbahu besar itu
Mengatakan padanya perkataan lama dan sesuatu yang sangat aneh
saat bahu mencengkram kepalanya, begitu saja !
Dengan begitu, tuan, anda tau bagaimana kami bernyanyi tra la la
Dan kami mendorong sapi untuk membajak yang lain:
Pendeta berkata kepada matahari ttg doa-doanya
Dengan butir-butir rosario berkeping emas
yang Mulia, menunggang kuda, lewat, sambil meniup terompet tanduk
Dan satu orang dengan tali jerat, yang lainnya dengan tali cambuk
Mencari kami – linglung seperti mata sapi
Mata kami tidak menangis ; kami akan pergi, kami akan pergi
Dan ketika kami telah membajak pedesaan
Ketika kami mati dalam tanah hitam ini
197
Sedikit jasad kami... kami meminta bagian
Kami melihat api melahap gubuk kami di malam hari
anak anak kami membuat kue gosong disana
Oh, aku tidak mengeluh, kukatakan padamu kebodohan-kebodohanku
Ini antara kita. Kubiarkan kau bertentangan denganku.
tapi, bukankah itu menyenangkan tuk disaksikan, di bulan juni
dalam perlumbungan masuklah gerobak-gerobak jerami yg besar ?
Untuk mencium bau yang menyengat ,
dari kebun buah-buahan ketika gerimis, dari rumput merah ?
Untuk melihat ladang gandum, permukaan yang dipenuhi bulir-bulir,
mengira bahwa gandum itu akan menghasilkan roti ? ...
Ya, kita bisa, lebih dari itu, menuju perapian yang menyala
Menyanyikan kegembiraan dengan menempa paron
seandainya kita yakin mampu mengambil sedikit,
sebagai manusia, pada akhirnya ! apa yang Tuhan berikan
tapi inilah, ini selalu cerita lama yang sama
Oh aku paham, sekarang ! aku, aku tidak lagi percaya
Ketika aku memiliki kedua tangan yang kuat, dahiku, dan paluku
Seorang laki-laki datang, dengan belati dibalik mantel
Dan mengatakan padaku : bajingan, semai tanahku !
kemudian yang lain datang, ketika akan terjadi perang
Mengambil anak lelakiku begitu saja, dirumahku !
- Aku, aku seorang manusia, dan kau, kau seorang raja
Kau akan berkata padaku : aku menginginkan ini!.. -kau lihat baik-baik, itu
bodoh.
Kau pikir aku menyukai barakmu yang megah
198
Perwira-perwiramu, seribu banditmu
Para bajingan sialanmu mengelilingi seperti burung merak :
Mereka telah mengisi sarangmu dengan aroma gadis-gadis kami
Dan dengan jaminan kecil untuk membawa kami menuju bastil
Dan kami akan berkata : tidak apa-apa : orang-orang miskin berlututlah !
Kami akan melapisi emas louvre mu dengan memberikan duit kami !
Dan kau akan mabuk, kau akan membuat pesta indah
Dan tuan tuan itu tertawa, pinggulnya di kepala kami !
Tidak, kotoran itu berasal dari masa ayah-ayah kami! 5
Oh ! orang tak lagi jalang. Tiga langkah
Dan, kami semua telah menjadikan bastilmu sampai ke debu-debunya
Ada keringat darah si binatang di setiap batu
Betapa menjijikannya, bastil itu berdiri
Dengan dinding - dinding penyakit kusta yang mengingatkan akan kami semua
Dan, selalu, mengunci kami dalam kegelapannya!
Rakyat ! rakyat ! inilah masalalu yang gelap
Yang runtuh, yang menggerutu, ketika kami menguasai menara
Kami memiliki sesuatu dalam hati, semacam cinta
Kami memeluk anak anak kami dalam dekapan kami
Dan, bagaikan kuda-kuda, yang mendengus dari lubang hidung
Kami berjalan, kami bernyanyi, dan jantung kami berdetak disana...
Kita mengikuti matahari, didepan , seperti itu
Di paris datang berlarian dengan jaket kotor kami
Akhirnya! kami merasa manusia ! kami pucat saat itu,
Tuan, kami adalah jiwa dengan harapan yang menakutkan :
Dan ketika kami disana, di depan benteng hitam
Menggoncangkan terompet dan daun oak kami
199
Tombak ditangan; kami tidak memiliki kebencian
Kami merasa sangat begitu kuat, kami ingin menjadi lembut !
Dan sejak hari itu, kami seperti orang gila!
Para buruh membanjiri jalan
Dan kutukan-kutukan terlontar, kegilaan semakin meningkat
Seperti para hantu, di pintu-pintu rumah orang berduit
Aku, aku berlari dengan mereka, memukul mata-mata polisi :
Dan aku pergi ke paris dengan palu di bahu
Liar, di setiap sudut membinasakan hal-hal lucu
Dan, jika kau menghinaku, aku akan membunuhmu !
Lalu, kau harus menghitungnya, kau akan mengeluarkan biaya
Dengan pengacara-pengacaramu, yang mengambil petisi kami
Hanya untuk membolak-balikannya bagaikan bola pada raket
Dan, dibawah sana, para manusia licik ! memperlakukan kami seperti orang
bodoh
Untuk membuat hukum palsu , mengatur keuntungan
Dipenuhi menu dekrit, obat jahat
Bergurau dengan memotong pajak dengan rapih
Lalu menyumbat hidung ketika kami melewati mereka
Pengacara-pengacara baik itu yang menganggap kita kotor !
Untuk mengobral jutaan omongkosong dibawahsana
Dan tak satupun yang ditakuti kecuali bayonet-bayonet
Kami memilikinya cukup, semua otak yang rendah itu !
Mereka yang mengesalkan mayarakat. Ah ! itulah para rendahan
Apa yang kau suguhkani kepada kami, borjuis, ketika kami menjadi ganas
Ketika kami mematahkan tongkat kerajaan dan tongkat uskup
Lalu ia memegang lengan Raja, merobek beludru
200
Dari tirai-tirai, dan menunjukan ke bawah ke halaman yang luas
Dimana kerumunan, dimana kerumunan, dimana orang banyak bangkit
Kerumunan mengerikan dengan kegaduhan yang menggema
Melolong bagaikan seorang penggerutu, melolong bagaikan lautan
Dengan tongkat kuat dan tombak besinya
Terikan-teriakannya, jeritan kerasnya dari pasar induk dan gubuk-gubuk yang
kotor
Setumpuk pakaiannya yang compang-camping bernoda darah merah gelap
Seorang laki-laki, melalui jendela terbuka, menunjukan ke semua
Seorang raja yang pucat, berkeringat, berdiri sempoyongan
kesakitan yang harus disaksikan!
<<Itulah bajingan
Tuan, yang meludah di dinding, berguling naik, bertumpuk ...
Karena mereka tidak makan tuan, mereka pengemis !
Akulah si pandai besi : istriku bersama mereka
Gila ! ia datang mencari roti ke tuileries !
Kami tidak ingin di toko-toko roti
Aku punya 3 anak kecil. Aku bajingan . – aku tau
Orang renta yang menangis dibawah topinya
Karena anak laki-laki dan anak perempuannya telah diambil dari mereka
Si bajingan. Seseorang dipenjara,
Narapidana lainya disana, mereka adalah rakyat
Yang jujur. Yang berkeliaran, mereka seperti anjing-anjing :
Mereka dihina ! jadi, mereka punya sesuatu disana
Yang membuat mereka sakit , ayo ! ini menakutkan, inilah sebab
Yang membuat mereka merasa hancur, merasa terkutuk
Mereka sekarang datang berteriak dibawah hidungmu !
Bajingan. – didalam sana anak-anak perempuan , nista
201
Karena, kau tau mereka lemah, wanita-wanita itu
Bagi para penguasa keadilan, bahwa mereka selalu bersedia
Kau telah menodai jiwa mereka, seperti bukan apa-apa !
Gadis-gadismu, hari ini, ada disini. Bajingan
Oh, semua kemalangan ini , semua yang punggungnya terbakar
Dibawah matahari yang ganas, dan yang pergi, yang pergi
Dan dalam pekerjaan itu mereka merasa kepala mereka meledak
Tundukan topi, borjuis-borjuisku ! oh! yang disana itu, para manusia !
Kamilah para buruh, Tuan ! buruh ! ialah kami
Untuk hari besar yang baru dimana kami segera ingin mengetahui
Dimana manusia akan menempa dari pagi hingga malam
Dimana, pemenang secara perlahan, ia akan berburu sesuatu
Meraih tujuan besar, mencari sebab besar
Dan menaiki semua, seperti diatas kuda!
Oh ! kami senang, kami memiliki banyak keburukan
Semua yang tidak diketahui, mungkin mengerikan : kami akan mengetahuinya !
Kami membawa palu kami, kami memperhatikan dengan seksama
Semua apa yang kami tahu : lalu, saudara-saudara, maju !
Kami membuat beberapa kali mimpi besar yang mengharukan
Dari hidup dengan sederhana, sungguh-sungguh, tanpa mengatakan apa-apa
Dari buruk, bekerja dibawah senyum mulia
Dari seorang wanita yang mereka cintai dengan cinta yang agung :
Dan mereka bekerja dengan tulus setiap harinya
Dengan mendengarkan perintah ketika sebuah terompet yang berbunyi
Dan mereka mendapati kesenangan yang kuat ; dan tak seorangpun
Oh! Tak seorangpun, terutama , tidak mengeluh pada anda !
Kami akan memiliki pistol di atas perapian
202
Oh! Namun udara dipenuhi aroma bastil
Apa yang harus kukatakan padamu ? aku adalah sampah masyarakat!
Oh ! namun udara semua dipenuhi aroma bastil !
Apa yang harus kukatakan padamu ? aku adalah sampah masyarakat !
Tetap ada mata-mata polisi dan penimbun
Kami bebas, kami ! kami merasa ngeri
Dimana kami merasa hebat, oh ! betapa hebat ! sekarang ini
Aku bicara tentang tugas damai, tentang sebuah tempat tinggal
Lihatlah langit ! terlalu kecil untuk kami
Kami akan mati kepanasan, kami akan berlutut !
Lihatlah langit ! kami kembali dalam kerumunan
Dalam sampah masyarakat yang mengerikan, yang berguling
Tuan, pistol tua mu diatas trotoir yang kotor :
Oh ! ketika kami mati, kami ingin dimandikan mereka
Dan jika, di depan jeritan kami, di depan dendam kami
Tangan perunggu tua sang raja, di prancis
Memaksa tentara mereka berpakaian gala
Baik, iya kan, kalian semua ? kotoran anjing-anjing !
Dia kembali dengan palu dibahunya. Seorang gila
yang merasa dekat dengan jiwa yang mabuk
Dan, di halaman luas, dalam kamar
Dimana paris terengah-engah dengan lolongan
Getaran mengguncang populasi yang besar.
Lalu, dengan tangannya yang besar dan luar biasa kotor
Meskipun raja berperut buncit, si pandai besi
mengerikan, melemparkan topi merah ke kepalanya !
203
LAMPIRAN 3
KUISIONER BAKU – ANGER OLEH SPIELBERGER
204
205
206