siswanto masruri, ma. jong islamieten bond

12
ARTIKEL Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond dan Cendekiawan Muslim di Indonesia I Perkembangan pemikiran Islam di Indonesia dewasa ini tidak terlepas dari kontribusi para ulama dan cend^ kiawan muslim. Ulama, dengan basis pendidikan model pesantren - untuk mengikuti kategori Karel Adrian Steenbrink - lebih dikenal dengan pemikiran Islamnya yang teologis- doktrinal, dan cendekiawan muslim, dengan basis pendidikan model, sekolah, di samping organisasi-' organisasi kader seperti Jong Islamieten Bond (JIB) dengan Studenten Islam Studie Club (SISC), lebih dikenal dengan pemikiran Islamnya yang empiris-rasional.' Organisasi kader tersebut tampak- nya cukup menarik untuk diketahui karena, di tingkat intelektual, ia telah muncul sebagai wadah dan pabrik yang memproduksi - baik langsung maupun tidak langsung - hampir semua tokoh cendekiawan muslim di Indonesia. Tulisan yang sederhana ini tidak akan membahas isi dan corak pemikiran Islam yang dikembangkan, tetapi, karena ternyata sangat berbeda dengan organisasi-organisasi kader Islam sekarang, ia akan menelusuri 46 organisasi yang berdiri pada tahun 1925 tersebut, baik latar belakang, asas dan tujuan maupun pengaruhnya dalam melahirkan tokoh-tokoh nasionalis dan modernis Islam di negeri tercinta ini.^ II Sebenarnya pergerakan pemuda yang pertama didirikan adalah Budi Utomo (20 Mei 1908). Tetapi sungguh- pun perkumpulan ini akan segera menjadi perkumpulan kaum tua, sebagian dari perintisnya ketika itu adalah para pemuda, murid beberapa sekolah menengah semisal R. Sutomo dan R. Gunawan Mangunkusumo. Sementara itu, cita-cita melangsung- kan Pergerakan Nasional untuk tanah Jawa itu muncul dari M. W^idin Sudiro Husodo, seorang dokter pen- siunan yang merasa tidak puas dengan ' Terlepas dari kelemahan dan kelebihan yang dimiliki, baik kontribusi ulama maupun cendekiawan muslim beserta pendekatan masing-masing tampaknya akan selalu diharap- kan oleh masyarakat Islam Indonesia, dan untuk itu perlu meningkatkan kerjasama dan dialog secara integral. ^ Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984 (Jakarta : CV. Rajawali, 1984), hal. 26-27 UNISIA 9.XI.111.1991

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

ARTIKEL

Siswanto Masruri, MA.

Jong Islamieten Bonddan Cendekiawan Muslim

di Indonesia

I

Perkembangan pemikiran Islam diIndonesia dewasa ini tidak terlepasdari kontribusi para ulama dan cend^kiawan muslim. Ulama, dengan basispendidikan model pesantren - untukmengikuti kategori Karel AdrianSteenbrink - lebih dikenal denganpemikiran Islamnya yang teologis-doktrinal, dan cendekiawan muslim,dengan basis pendidikan model,sekolah, di samping organisasi-'organisasi kader seperti JongIslamieten Bond (JIB) denganStudenten Islam Studie Club (SISC),lebih dikenal dengan pemikiranIslamnya yang empiris-rasional.'

Organisasi kader tersebut tampak-nya cukup menarik untuk diketahuikarena, di tingkat intelektual, ia telahmuncul sebagai wadah dan pabrikyang memproduksi - baik langsungmaupun tidak langsung - hampirsemua tokoh cendekiawan muslim di

Indonesia.

Tulisan yang sederhana ini tidakakan membahas isi dan corak

pemikiran Islam yang dikembangkan,tetapi, karena ternyata sangat berbedadengan organisasi-organisasi kaderIslam sekarang, ia akan menelusuri

46

organisasi yang berdiri pada tahun1925 tersebut, baik latar belakang,asas dan tujuan maupun pengaruhnyadalam melahirkan tokoh-tokoh

nasionalis dan modernis Islam di

negeri tercinta ini.^

II

Sebenarnya pergerakan pemudayang pertama didirikan adalah BudiUtomo (20 Mei 1908). Tetapi sungguh-pun perkumpulan ini akan segeramenjadi perkumpulan kaum tua,sebagian dari perintisnya ketika ituadalah para pemuda, murid beberapasekolah menengah semisal R. Sutomodan R. Gunawan Mangunkusumo.Sementara itu, cita-cita melangsung-kan Pergerakan Nasional untuk tanahJawa itu muncul dari M. W^idin

Sudiro Husodo, seorang dokter pen-siunan yang merasa tidak puas dengan

' Terlepas dari kelemahan dan kelebihanyang dimiliki, baik kontribusi ulama maupuncendekiawan muslim beserta pendekatanmasing-masing tampaknya akan selalu diharap-kan oleh masyarakat Islam Indonesia, dan untukitu perlu meningkatkan kerjasama dan dialogsecara integral.

^ Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalamDinamika Politik Bangsa 1925-1984 (Jakarta :CV. Rajawali, 1984), hal. 26-27

UNISIA 9.XI.111.1991

Page 2: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

bangsa dan tanah airnya. Maka dariitu, konggres Budi Utomo pertama (5Oktober 1908) menunjukkan bahwaperkumpulan tersebut tampaknyabukan merupakan perkumpulanpemuda, tetapi merupakan perkumpulan kaumtua.^

Dalam perkembangan selanjutnya,para pemuda tidak merasa puasdengan Budi Utomo yang cenderungmenjadi perkumpulan kaum tua. Parapemuda semakin sadar bahwa merekaharus memiliki perkumpulan sendiridemi masa depan mereka. Itulahsebabnya, pada tanggal 7 Maret 1915,Dr. R. Satiman Wiryosanjoyo,Kadarman dan Sunardi serta beberapapem^a lainnya di Jakarta ber-mufakat untuk mendirikan perkumpulan pemuda dengan anggota yangterdiri dari aiiak-anak sekolah me-

nengah di Pulau Jawa dan' Madura.Perkumpulan ini 4iberi nama "TiiKoro Dharmo" dan ia merupakan perkumpulan pemuda pertama yangsesungguhnya.

Tujuan perkumpulan ini adalah untukmencapai Jawa Raya dengan jalanmemperkokoh rasa persatuan antarpemuda Jawa, Madura, Sunda, Balidan Lombok. Perkumpulan Jawi inimemiliki semboyan : sakti, budi danbakti, dan dengan semboyan sebagaiberikut :

1. Menimbulkan pertalian antaramurid-murid Bumi Putra padaSekolah Menengah, dan kursiisperguruan kejuruan dan sekolahvak.

2. Menambah pengetahuan umumbag! anggota-anggotanya.

3. Membangkitkan dan mempertajam

UNISIA 9.XI.1II.1991

perasaan buat segala bahasa dan•budaya Indonesia.'*

Namun demikian, karena perkumpulan ini bersifat Jawasentris, makapara pemuda yang bukan Jawa(Madura, Sunda, Bali daii Lombok)merasa kurang senang; dan untukmenghindari' perpecahan, konggresyang diselenggarakan di Solo (12 Juni1918) menetapkan dan merubahnamianya menjadi Jong Java. Parapemuda muslim ketika itu banyakyang menjadi anggotanya dan bahkanpada konggres Jong Java yangkeenam, R. Syamsurijal telah terpilihsebagai ketuanya.^

pi samping perkumpulan pemudatersebut di atas, di sini perlu di-kemukakan pula bahwa di tahun dua-puluhan, pandangan kaum .miidaterpelajar bangsa Indonesia tentang'agama Islani, dapat dikat^an sebagaitidak diwamai oleh suatu pengertiandan penghargaan yang wajar karenamei^eka itu mehdapatkan pendidikandan pelajaran jnelalui lembaga-lembaga pendidikan model B^at.Sejak zaman dahulu di, Indonesiasebenarnya sudah ada lembaga-.lembaga pendidikan tradisional.^

Karena terbawa oleh keadaah padasaat itu, maka tidak saja ada pan-

^ Yxismar Basri (Editor), Sejarah NasionalIndonesia, Jilid V (Jakarta : Balai Pustaka,1977), hal. 194.

'* Ibid., hal. 195.

^ Ibid. - -

^ Mohammad Roem "Jong IslamietenBond Yang Saya Aland", Panji Masyarakat,-.!Januari 1982, hal. 20.

47

Page 3: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

dangan, tetapi juga paksaan keadaanbahwa seseorang yang ingin majuharus mengikuti pendidikan danpelajaran yang diselenggarakan olehpihak penjajah atau yang setaradengan model itu.

Sekolah atau lembaga pendidikanyang harus ditempuh ketika itu adalahHIS (Hollandsche Inlandsche School)yang merupakan pendidikan terendahdan memakan waktij 7 tahun.

Tamatan sekolah ini sudah bisamemperoleh jalan guna mencaripenghidupan yang layak. Sekolahterendah itu kemudian dapat dilanjut-kan dengan sekolah Meer UltgebreidLager Onderwijs (MULO) yangsetingkat dengan SMP dan memakanwaktu selama 3 tahun. Adapun tingkatpendidikan yang di atasnya adalahAlgemene Middelbare School (AMS)yang setingkat dengan SMA sertamemakan waktu pendidikan selama 3tahun pula.'

Di setiap kabupaten ketika itu ter-dapat HIS yang mempunyai muridkurang lebih 250 orang. Sementara itusekolah-sekolah MULO dan AMS

memang sangat sedikit jumlahnya.Bahkan untuk jenis perguruan tinggipada tahun dua-puluhan itu hanya adasebuah yakni Technische Hoge School(THS) yang untuk kemudian padatahun 1924 disusul dengan berdirinyaRechts Hoge School (RHS). Sedangsekolah dokter yang sudah ada ter-lebih dahulu, meskipun lebih tinggidari AMS, tetapi secara teknis belummerupakan fakultas dalam pengertiansekarang; dan Medische Hoge Schoolbaru didirikan pada tahun 1927.

48

Angka-angka di atas menurutMohammad Roem bukan merupakanangka-angka yang eksak melainkanhanya sebagai taksiran pribadi.Taksiran demikian menggambarkanbetapa kecilnya jumlah bangsaIndonesia yang mendapat pendidikanrendah, menengah dan tinggi menurutsistem Barat. Jumlah di atas ber-

tambah sedikit di tahun tiga-puluhandengan usaha bangsa sendiri yangmendirikan sekolah-sekolah swasta ala

Barat.®

Sejak di sekolah rendah sampaisekolah yang lebih tinggi, bahasaBelanda selalu menjadi bahasapengantar. Bahasa Belanda merupakan pelajaran pokok untuk menuntutilmu pengetahuan. Bahkan kemam-puan seseorang dalam bahasa tersebutdipergunakan sebagai ukuran untukdiberi pekerjaan dan kedudukandalam masyarakat. Bahasa Belandadan beberapa cabang ilmu pengetahuan umum menjadi perhatianpemerintah. Sementara itu, masalahpendidikan agama Islam tidak mendapat perhatian sama sekali dari pihakpemerintah tersebut. Oleh karena itu,bagi murid-murid MULO dan AMSyang beragama Islam tentu meng-hadapi persoalan yang cukup seriusmengenai pendidikan agama mereka.Sebagai murid MULO dan AMS,mereka tidak memiliki waktu yangcukup guna belajar di Madrasah,sementara itu para murid MULO danAMS tersebut tidak diberi pelajaran

'' Ibid.

®Ibid.

UNISIA 9.XI.III.1991

Page 4: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

agama Islam, bahkan para gurukolonial kadang-kadang suka melon-tarkan kata-kata sinis terhadap agamaIslam dan ajarannya.^

Syamsurrijal, yang telah terpilihsebagai ketua Jong Java di atas rupa-nya menghayati benar persoalan ter-sebut. Itulah sebabnya, pada kong-gresnya ketujuh di penghujung tahun1924, Syam mencoba melontarkangagasannya agar Jong Java melak-sanakan kegiatan membuka kursusagama Islam bagi para anggota yangmuslim, dan tidak kebe'ratan untukmembuka kursus agama lain bagianggota yang memeluk agama ter-sebut.^0 la mengusulkan agama Islam,karena Islam merupakan agamamayoritas rakyat, yang di kemudianhari mereka akan dipimpin oleh bekas-bekas anggota Jong Java tersebut.Demikian pula, karena Syam

mengakui bahwa mempelajari agamaIslam bagi kaum muda terpelajaradalah sangat penting sekali. Namundemikian, usul Syam itu ditolak danbahkan Syam dituduh akan menye-lewengkan Jong Java dan akan ber-main politik di dalamnya.^^

Menurut Mohammad Roem,'penolakan atas usul Syam itu dapatdianggap sebagai blessing in disguise,karena kalau usul tersebut diterima

sudah barang tentu Jong IsiamietenBond tidak akan lahir.

Konggres-konggres para pemudaketika itu mendapat perhatian kaumtua. Tetapi, disamping itu Syamsendiri mencoba meminta nasehat

kepada mereka tentang masalahsekitar perlunya pembentukan organi-sasi pemuda yang beragama Islam.

UNISIA 9.X1.ill.1991

Ada tiga orang yang dihubungi Syam,yakni K.H. Ahmad Dahlan, H.O.S.Tjokroaminoto dan H. Agus Salim.Mereka itu semuanya merestui danmemang tidak sulit untuk menyebutayat al-Qur'an serta Hadis bahwamempelajari agama Islam itu suatukewajiban.12

Akhirnya sejumlah pemuda Islam(200 orang), baik mereka itu muridMULO, AMS maupun tamatansekolah-sekolah tersebut yang sudahbekerja,'^ atau yang berumur antara14 sampai 35 tahun bersepakatuntuk mendirikan Ikatan Pemuda

Islam yang lebih dikenal dengan namaJong Isiamieten Bond (untuk selanjut-nya akan disingkat saja menjadi JIB).Meskipun tanggal berdiri JIB itu1 Januari 1925,tetapi secara resmiia diproklamirkan pada tanggal1 Maret 1925 di Jakarta^® dengan R.Syamsurijal sebagai ketuapertamanya.

Latar belakang berdirinya JIBseperti diuraikan di atas ternyatasangat berbeda dengan apa yang di-tuturkan oleh dua buah buku sejarahyang masing-masing berjudul, SejarahPerjuangan Pemuda Indonesia, yang

^ Ridwan Saidi, op.cit., hal. 28.

Ibid.

" Mohammad Roem, op.cit., hal. 21.

•2 Ibid.

Ridwan Saidi, loc.cit.

Mohammad Roem, op.cit., hal. 24.

Ridwan Saidi, loc.cit.

Mohammad Roem, op.cit., hal. 21.

49

Page 5: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

disusun oleh sebuah team bernama"Panitia Penyusun Biro PemudaDepartemen P & K" yang dibentukoleh menteri P & K Prof. Priyono danSejarah Nasional Indonesia, yangdisusun oleh Sartono Kartodirdjo,Marwati P. Pusponegoro danNugroho Notosusanto dengan YusmarBasri sebagai editornya. Dalam bukupertama halaman 47 (yang dikutipoleh Ridwan Saidi) dikatakan sebagaiberikut :

"Dalam perkembangan organisasipemuda pada tingkat pertama ini,juga berlangsung proses penggo-longan berdasarkan aliran agama.Pemuda yang beragama Islam yangsemula bergabung dalam Jong Javamerasa dirinya lebih tepat kalaumendirikan organisasinya sendiri.Pemisahan ini antara lain disebab-kan karena usul Raden Syam, ketuaJong Java pada waktu itu, untukmembagi anggota menjadi duagolongan (anggota muda dananggota biasa) tidak dapat diterima.Sementara dari pemuda-pemuda ituberusaha mendirikan organisasiyang berdasarkan kepercayaanIslam".

Selanjutnya dalam buku kedua di atas

disebutkan bahwa :

"Perkembangan gerakan politikternyata juga menyeret Jong Java,sehingga masalah ini menjadihangat dalam konggres ke-7 tahun1924. Ada usul supaya Jong Javatetap tidak dijadikan perkumpulanpolitik, tetapi kepada para anggotayang sudah cukup dewasa diberikebebasan berpolitik. Sikap inidisokong oleh H. Agus Salim yangmencoba memasukkan soal agama

50

dalam Jong Java dengan pendapatbahwa soal agama ini adalah sangatbesar pengaruhnya dalam mencapaicita-cita. Usul ini ditolak; yangsetuju berpolitik kemudian mendirikan JIB dengan agama Islamsebagai dasar perjuangan."^®

MenurUl Ridwan Saidi, yangmenggunakan sumber kepustakaanberupa majalah sekitar tahun 30-andan wawancara dengan tokoh-tokohJIB yang masih hidup, kutipan darikedua buku tersebut mengandungkepalsuan dan pertentangan.^^ Di satupihak dikatakan bahwa pendirinyaJIB oleh karena usul Syam mengenaiklasifikasi keanggotaannya, yaituanggota muda dan anggota biasa(dimana hanya anggota biasa yangdibenarkan secara pribadi dalamaktivitas politik) telah ditolak.^®Sedang di lain pihak, mereka yangditolak itu mendirikan organisasi berdasarkan Islam. Bahwa Syamkemudian mendirikan organisasi yangbermaksud memajukan Islam adalahbenar. Tetapi halitu tidak disebabkankarena penolakan usulnya mengenaiklasifikasi keanggotaannya yang samasekali tidak ada kaitannya dengan per-soalan keislaman. Dalam hal ini perluditambahkan pula bahwa kendatipunJIB berdiri, tetapi para pemuda Jawayang fnuslim itu tidak meninggalkankeanggotaannya dalam Jong Java.^i

Ridwan Saidi, op.cil., hal. 29.

18 Yusmar Basri, loc.cU.

Ridwan Saidi, loc.dt.

20 Ibid.

. Ibid., hal. 30.

UNISIA 9.XI.III.1991

Page 6: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

Demikian pula, yang diusulkan olehSyam adalah soal kursus agama danbukan soal klasiHkasi keanggotaan.

Selanjutnya, mengenai kehadiranH. Agus Salim pada konggres JongJava ke-7 juga tidak benar, karenabeliau itu adalah orang Minang. KalauJIB dikatakan sebagai organisasipolitik, maka pernyataan demikiantidak benar pula karena dalam kenya-taannya JIB tidak pernah melakukankegiatan politik. Bahkan dalam per-soalan yang terakhir ini, pada konggres JIB pertama, Syam dengan tegasmengatakan :

"Allah SWT mewajibkan kamitidak hanya berjuang untuk bangsadan negera kita, tetapi juga untukumat Islam di seluruh dunia.

Hanya, hendaknya, di sampingaliran-aliran Islam, kita selalumemberi tempat kepada aliran-aliran nasionalis. Selain kewajibanyang utama ini, kami wajib berjuang untuk umat Islam seluruhnya,sebab, kami, orang Islam, adalahhamba Allah SWT dan kamimengabdi hanya kepadaNya, YangMaha Kuasa, Maha Arif, MahaTahu, Raja Alam Semesta. Inilahprinsip Islam yang menjiwai JIB".

"Dan terakhir pertanyaan :

Bagaimana sikap JIB terhadappolitik ? Saya akui, bahwa iniadalah pertanyaan yang pelik,seperti halnya dengan banyak per-tanyaan-pertanyaan lain yang sulitpula bagi penduduk suatu koloniyang belum dapat menanamkandirinya sebagai satu bangsa dalamarti yang sebenarnya".

"Pada kursus-kursus, ceramah-ceramah dan debat-debat yang kamiselenggarakan, akan diusahakan

UNISIA 9.XI.III.1991

sejauh mungkin meningkatkanpengertian tentang politik, terutamadari sudut Islam. Tetapi JIB tidakakan ikut aksi politik. Pun anggota-anggota kami tidak akan terjundalam politik atas nama organisasi.Tetapi tidak melarang para anggota-anggotanya yang secara sah dapatikut dalam gelanggang politik,dengan harapan mereka ini tidakberniat berlebih-Iebihan atau

menonjolkan sebelum waktunya".^^

Informasi-informasi mengenai latarbelakang berdirinya JIB yang salingberbeda ini perlu dikemukakandengan harapan agar kesalahan-kesalahan dalam penulisan SejarahIslam pada umumnya dan SejarahPemuda Islam (Indonesia) padakhususnya, semakin bisa dikurangidan bukan dihilangkan-sama sekali.

Ill

Setelah membahas latar belakangberdirinya JIB, uraian berikut ini akanmengemukakan asas dan tujuan sertakegiatan organisasi tersebut. MenurutAnggaran Dasar JIB yang dikutipkembali oleh Ridwan Saidi atau

Mohammad Roem, asas dan tujuanJIB adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari agama Islam danmenganjurkan agar ajaran-ajaran-nya diamalkan.

2. Menumbuhkan simpati terhadapIslam dan pengikutnya, disampingtoleransi yang positif terhadaporang-orang yang berlainanagamanya.23

Ibid., hal. 32.

Ibid., hal. 31; Mohammad Roem, op.cit., hal. 21.

51

Page 7: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

Asas dan tujuan di atas direalisasi-kan melalui kegiatan-kegiatan antaraIain: penerbitan, kursus dan ceramah,kepanduan dan kewanitaan.

Sehubungan dengan kegiatan penerbitan, JIB telah mengeluarkanmajalah yang juga diedarkan kepadamasyarakat umum. Majalah yangsudah terbit sejak bulan Maret 1925itu diberi nama An-Nur atau Het

Licht. Pada halaman kulit luar

majalah tersebut terdapat sebuahmotto dari al-Qur'an (at Taubah :32)24 yang terjemahannya adalahsebagai berikut :

Mereka berkehendak memadamkan

cahaya (agama) Allah dengan mulut(ucapan-ucapan) mereka, dan Allahtidak menghendaki selainmenyempurnakan cahayaNya,walaupun orang-orang kafir tidakmenyukai.25

Meskipun majalah itu tidak terbitsecara teratur, tetapi ia berumur cukuplama dan bertahan sampai tahun1940/1941 (tahun ke-16). Ia memuatartikel-artikel yang hampir semuanyaberbahasa Belanda dan sebagian besarberkenaan dengan masalah-masalahkeagamaan, perjuangan dan organi-sasi. Dengan demikian, ia memangmerupakan media untuk intelectualexercising, tSrutama bagi paraanggotanya.

Meskipun sebagian majalah tersebutmasih disimpan di beberapa perpus-takaan (mis^ya Perpustakaan IslamYogyakarta), tetapi karena bahasayang dipergunakan adalah Bahasa

52

Belanda, maka dalam tulisan ini hanyaakan disinggung beberapa nomor sajasebagaimana yang pemah dikemuka-kan oleh Yusuf Abdullah Puar,seorang bekas ketua JIB cabangMedan. Ia pernah menulis bahwamajalah bulanan nomor pertama yangterbit di Jakarta dengan pimpinanredaksi Wiwoho Purbohadijoyo, telahmemuat kata pengantar dan karanganutama H. Agus Salim tentang "Islam,Het Licht van Allah". Nomor itu jugamemuat penjelasan tujuan perjuanganJIB yang mencoba mengambil tempaidi samping organisasi-organisasi lain,dan berusaha mencapai sentuhan per-saudaraan serta sebanyak mungkinuntuk mengadakan kerja-sama.Demikian pula, JIB akan menempat-kan politik di luar organisasi, tetapidalam kursus-kursus dan sidang-sidang muzakarahnya akan sebanyakmungkin melaksanakan pertumbuhanpandangan politik dari kacamataIslam.

Selanjutnya, nomor kedua majalahtersebut berisi penjelasan tentang ber-dirinya cabang-cabang JIB yang ter-nyata banyak mendapatkan ulurantangan dari beberapa tokoh Muham-madiyah. Mungkin, karena organisasiitu saling bersentuhan dalam hal dasarreformasi dan modernisasi Islam.

24 Sebagai contoh, lihat : halaman kulitluar majalah " No. 11/12, Januari/Pebruari 1927.

2^ R.H.A. Soenarjo (Ketua YayasanPenyelenggara Penterjemah), Al-Qur'an danTerjemahannya (Jakarta : Proyek PengadaanKitab Suci Al-Qur'an, Departemen AgamaRepublik Indonesia, 1978), hal. 283.

UNISIA 9.XI.III.1991

Page 8: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

Bahkan dengan tegas pula dinyatakanbahwa JIB tidak dilahirkan dariMuhammadiyah tetapi di samping

Muhammadiyah.2^

Berbeda dengan Het Licht nomorpertama, maka Het Licht tahun ke-I6(Maret 1940) diterbitkan di Semarangdan memuat soal-soal kepanduan sertakewanitaan, sebagian besar sudahditulis dalam bahasa Indonesia.

Sementara itu, majalah Het Licht(Mei 1941) yang juga terbit diSemarang telah memuat pidato ketuaPB JIB, Sunaryo Mangunpuspito(Ketua JIB terakhir) yang mengata-kan : "JIB waktu dipegang Wiwoho(Ketua JIB kedua) selaras dengannamanya : JIB mendapat danmenemukan kewibawaan dan kewi-

wahaannya : dan JIB sewaktudipimpin oleh Kasman Singodimejo(Ketua JIB ketiga) tampak sebagaiSingo.^"^ Kutipan dari sebagian isipidato itu barangkali dipakai untukmenunjukkan betapa potensialnya JIBketika dipimpin oleh kedua tokohtersebut.

Sebagaimana dikemukakan di atas,di samping menerbitkan majalah, JIBjuga mengadakan kursus-kursus danceramah-ceramah tentang agamaIslam. Tokoh sentral dalam hal ini

adalah H. Agus Salim yang olehMohammad Roem dijuluki sebagai"Bapak Spiritualisme" JIB. Sepertibahasa yang dipergunakan dalammajalah bulannya adalah bahasaBelanda, maka bahasa yang dipergunakan dalam berbagai kesempatan

kursus dan ceramah juga bahasaBelanda. Metode-metode yang dipergunakan tokoh ini cukup menarik dan

UNISIA 9.XI.III.1991

ilmiah. la mencoba memperkenalkanrasionalitas dalam Islam setelah

mengalami sentuhan dengan pikiran-pikiran Barat. Itulah sebabnya tokohini memiliki daya tarik yang luar biasa;28 dan sebagai akibatnya, kesalah-pahaman para anggota tentang Islamdan perasaan rendah diri merekasecara bertahap menjadi hilangkarenanya.29

Kegiatan JIB yang lain adalahdalam bidang kepanduan dan kewanitaan. Informasi mengenai keduakegiatan ini sangat minim sekali,kecuali bahwa dalam.soal kepanduanJIB telah mendirikan "NATIPJ"

(National Indonesisch Panvinderij).Satu hal yang menarik dari pembentu-kan organisasi kepanduan ini adalahbahwa ia telah menggunakan identitaskebangsaan Indonesia pertama yangmendahului organisasi-organisasi lain.Sementara itu dalam hal kewanitaan,JIB juga telah membentuk "JIBDA"(Jong Islamieten Bond DamesAfdeling). JIBDA melakukankegiatan-kegiatan dalam bidangkewanitaan dan ikut aktif memper-juangkan masalah-masalah kewanitaan dalam forum nasional. Tokoh-

tokoh JIBDA ini antara Iain adalah

2^ Yusuf Abdullah -Puar, "WarisanNasional Jong Islamieten Bond" PanjiMasyarakdty 15 Nopember 1980, hal. 14.

2"^ Ibid.

28 NurcholishMadjid, "SerbaPandanganTentang Peranan Cendekiawan", Prisma,Nopember 1976, hal. 45.

2^ Mohammad Roem, op.cit., hal. 24.

53

Page 9: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

Ny. Kasman Singodimejo,Ny. Sukaptinah SunaryoMangunpuspito dan Nn. Supinah.^o

Sebagai tambahan kegiatan JIB, disini perlu dikemukakan pula bahwadalam beberapa kali konggres, JIBsenantiasa memunculkan dan

membahas tema-tema besar saat itu.

Misalnya, konggres JIB tahun 1926dan 1927 telah membahas hai-hal yangbertalian dengan Islam : "Islam danPandangan Dunia", "PerkembanganIslam di Luar Negeri", "Islam danCita-cita Persatuan", "Kebangsaan","Sosialisme" dan "Wanita dalam

Islam". Tema-tema tersebut dibahas

oleh para pemuda yang baru berumursekitar dua puluh lima tahun.

Di samping itu, sebagaiperkembangan dari kegiatan JIB,maka atas prakarsa Yusuf Wibisonodan Mohammad Roem, untuk levelPerguruan Tinggi dibentuklah SISC(Studenten Islam Studie Club) padatahun 1933. Sebagian besar anggota-nya adalah para mahasiswa SekolahTinggi Hukum di Jakarta. Jikadibandingkan dengan JIB, kegiatanSISC lebih beraktuasi kepada pen-dalaman Islam secara kritis dan tidak

menggarap bidang-bidang kegiatansosial kemasyarakatan.Jadi, studi ilmiah tentang Islammemang menjadi bidang garapannya.Itulah sebabnya, ceramah-ceramahyang diselenggarakan senantiasamengundang perdebatan ilmiahtentang Islam dan berpikir secarakritis. Para anggota kelompok mi jugadiperkenalkan dengan rasionalitasdalam Islam setelah mengalamisentuhan dengan pikiran-pikiranBarat.

54

Kemudian, sebagian dari anggotakelompok SISC (yang berpendidikanBarat) menjadi kelompok cendekia-wan muslim dan modernis Islam di

Indonesia. Mereka berusaha

mengakomodir nilai-nilai Barat dalamajaran Islam, seperti demokrasi, hak-hak asasi manusia, rule of law dansebagainya. Karena itulah, ketikakemudian memimpin partai Masyumi,mereka justru lebih dekat dengankelompok intelektual lain yangtergabung dalam grup sosialis, Kristendan Katolik dari pada golongan Islamtradisional. Sebab, dengan grup tersebut, mereka lebih mudah mengada-kan kontak-kontak intelektual. Jarak

dengan kaum tradisional itu lebihkelihatan lagi ketika Nahdatul Ulama'memisahkan diri dari Masyumi.^ ^

IV

Dengan asas dan tujuan sertakegiatan JIB di atas, sejak semulaorang sudah meramalkan bahwa JIBkelak akan melahirkan tokoh-tokoh

intelektual, nasional dan modernisIslam di Indonesia. Muktamar

Muhammadiyah tahun 1931 (enamtahun sesudah berdirinya JIB) dalamKhutbatul 'Arsy-nya dikatakan"mudah-mudahan Jong IslamletenBond hidup dengan teguh, dan tentu-nya di kemudian hari akan mengeluar-kan beberapa orang pemimpin yangakan menjunjung tinggi bangsa danagamanya.32

Itulah sebabnya, selama periodeterakhir dari kekuasaan kolonial, di

Ridwan Saidi, op.cit., hal. 33.

Nurcholish Madjid, loc.cit.

Yusuf Abdullah Puar, loc.cit.

UNISIA 9.XI.III.1991

Page 10: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

tingkat intelektual, JIB dengan SISC-nya ternyata telah muncul sebagai"pabrik" yang memproduksi hanipirsemua tokoh-tokoh cendekiawan

muslim di Indonesia, sekalipun hanyabeberapa orang diantara mereka yangmenguasai bahasa Arab; dan langkah-nya tokoh-tokoh" JIB yang menguasaibahasa Arab ini rupanya menjadisalah satu sebab mengapa pemikiranmereka tentang Islam, sekalipunpemikiran ini cukup berkembang dandinamis, tetapi tetap belum tuntas.Mereka belum lagi terlibat dalamusaha ijtihad secara serius dankomprehensif bagi kebangkitan Islamyang sebenarnya di bidang inovasi danpemikiran kreatif.33 Namun.demikian, betapapun kekurangannya,JIB dengan seagala kegiatan dan polaperkaderannya tetap memberikanwarisan nasional dan pengaruhnyadalam melahirkan tokoh-tokoh

nasionalis dan modernis Islam serta

cendekiawan muslim Indonesia.

Apalagi setelah pola-polanya diikutioleh organisasi Pelajar Islam Indonesia dan Himpiman Mahasiswa Islamyang didirikan pada tahun 1947, disamping kelompok-kelompok studiIslam di beberapa masjid kampus diIndonesia akhir-akhir ini.

Tokoh-tokoh Islam dan Nasional

Indonesia yang pernah menjadianggota JIB itu antara Iain :Mohammad Natsir, MohammadRoem, Prawoto Mangunpuspito,Yusuf Wibisono, Wiwoho Purbo-hadijoyo, Syamsurrijal, SyahbuddinLatif, Sudewo, TM. Usman EI-Muhammady, Ir. Indra Jaya, Syam-suddin Sutan Mansur, Rustam Sutan

UNiSIA 9.XI.III.1991

Pelindih, Zainul Baharuddin, Dasuki,Ny. Emma Puradirejo, Ny. DatukTumenggung dan Ny. SZ.Gunawan.^'*

Jong Islamieten Bond yangdidirikan oleh Syamsurrijal adalahorganisasi generasi muda Islam yangsekaligus dapat juga dikatakan sebagaiorganisasi dari kelompok cendekiawanmuda Islam pertama dan terkemuka.dalam sejarah gerakan moderen Islamdi Indonesia sampai tahun 1942. JIByang berdiri pada tanggal 1 Januari1925 itu menempati kedudukan yangberarti, baik dalam sejarah moderenIslam di Indonesia- maupun dalamsejarah Indonesia itu sendiri.

Meskipun perkembangan JIB itucukup pesat, tetapi ia sebenarnyabukan merupakan organisasi massa,dan ia lebih merupakan organisasikader. Sebagai organisasi kader sudahbarang tentu orientasinya adalahpeningkatan diri anggota-anggotanyadengan menambah ilmupengetahuan35 melalui beberapakegiatan yang bisa dilaksanakanketika itu.

Pola perkaderan yang ditempuholeh JIB, menurut Mohammad Roemadalah pola kursus dan ceramah.Sebab pola demikian ternyata memangsesuai clengan usul pendirinya pada

Ahmad Syafi'i Ma'arif, Islam danMasalah Kenegaraan (Jakarta : LP3ES, 1985),hal. 93.

Yusuf Abdullah Puar, op.cit., hal. 13.

Deliar Noer, -"KecenderunganEksploitasi Organisasi Mahasiswa", PanjiMasyarakat, 20 Mei 1981, hal. 18.

55

Page 11: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

konggres Jong Java ke-7 tahun 1924.Materi utama dalam kursus danceramah itu adalah hal-hal yangberkaitan dengan agama Islam. Tokohpentingdalam kegiatanini adalah HajiAgus Salim, Bapak Spiritualisme JIB.Karena para anggotanya sebagianbesar sudah pernah mengikuti pen-didikan model Barat, maka polaperkaderannya juga bersifatterbuka.^®

Sebagai organisasi kader, temtama(setelah dibentuk SISC) yang kegiatanutamanya adalah studi ilmiah tentangIslam dan yang pada akhirnya ikutmelahirkan tokoh-tokoh nasionalisdan modemis Islam serta cendekiawanmuslim di Indonesia, maka organisasitersebut sering mempergunakan duabahasa : ke dalam, mereka mencobamengadakan pembaharuan denganpikiran-pikiran Barat, sedangkan keluar mereka membawa bendera Islamuntuk menahan gelombang yangdatang dari Barat.

Semangat mendalami Islam secarakritis yang justru dilakukan merekayang berpendidikan Barat, tetapiberorientasi Islam (karena menurutsebuah sumber, anggota JIB itu tidakada yang berasal dari pesantren)^®adalah barangkali karena- organisasitersebut lahir pada zaman "melawan"(fight against) dan bukan pada zaman"membangun" (fight for)^^. Dengandemikian, gairah mereka memangtampak lebih tinggi. Itulah sebabnya,kalau ditatap dari keadaan organisasipemuda Islam sekarang, JIB memanglebih banyak memberikan arti kepadapara anggotanya sendiri dan sekaliguskepada umat Islam. Sebab, organisasi-

56

organisasi Islam sekarang padaumumnya lebih banyak dipergunakansebagai alal eksploitasi bagikepentingan pribadi.'^o

Dalam setiap konggres, organisasiIslam sekarang lebih sering menonjol-kan persoalan calon ketua umum dankurang menghidangkan tema-temabesar sebagaimana yang pernah

ditempuh oleh JIB, enam-puluh limatahun yang lalu. Analisis demikianmemang tidak selamanya menunjuk-kan hasil yang final, sebab, betapapunkelebihan JIB, terhyata ia jugamemiliki kelemahan-kelemahan

mendasar. Misalnya, dalam halmenyiapkan diri menghadapi masa-masa selanjutnya, organisasi ini tidakmendirikan lembaga pendidikan Islam(menekankan kemampuan berbahasaArab) dan lembaga riset bagikepentingan kehidupan Islam danumatnya. Sementara itu, di pihakkelompok Nasionalis sudah banyakdidirikan. Dualisme ini terus berjalanhingga sekarang, dan ini merupakantantangan bagi para cendekiawanmuslim masa kini dan mendatang.Itulah sebabnya, dialog lintas atauvertilisasi silang antar mereka dan paraulama, tampaknya-perlu ditingkatkandalam upaya merumuskan pemikiranIslam yang mendekati kesempurnaan.

Mohammad Roem, op.cit., hal. 2

Nurcholish Madjid, loc.cil.

Ahmad Syafi'i Ma'arif, loc.cit.

Nurcholish Madjid, loc.cil.

Deliar Noer, loc.cit.

UNISIA 9.X1.1I1.1991

Page 12: Siswanto Masruri, MA. Jong Islamieten Bond

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmad Syafi'i Ma'arif1985 Islam dan Masalah Kenegaraan.

Jakarta : LP3ES.

A. Mukti Ali

• 1969 Alqm Pikiran Islam' Moder'en diIndonesia, Yogyakarta : YayasanNida. •

A. Mukti Ali (Ketua Panitia) - •- > ' •'1985 70 Tahun Prof. Dr. HM. Ra^idi.

Jakarta : Harian Umum Pelita.

Benda, Harry J.

1980 Bulan Sabit dan Malahari Terbit,Diterjemahkan oleh Daniel Dhakidae.Jakarta : Pustaka Jaya. '

Bosco Carvalo dan Dasrizal (Penyunting)'-'''1983 Aspirasl Umat Islam Indonesia.

Jakarta : Leppenas.

Deliar Noer •

1982 Gerakan Moderen Islam .Indonesia

. 1900-1942. Jakarta : LP3ES.

Endang Saifuddin Anshari1983 Wawasan/y/om.'Bandung : Pustaka.

Al-Faruqi, Isma'il Raji. 1982' Islamizalion.ofKnowledge : General

Principles and Workplan. Washington : International Institute of Islamic

Thought.Gouldner, Alvin W.

1979 The Future ofIntelectual and the RiseI ,of the New Class. New York :.The

Seabury Press.

Al-Nasyar, Ali Sami1947 Manahij al-Bahs Inda Mufakkir

al-Islam wa Naqd al-Muslimin li' al-• Mantig al-Aristplalisi. Iskandariyah :

Dar al-Fikr al-'Arabi.,Nurcholish Madjid

1984 Khazanah Iritelektual Islam. Jakarta :

Biilan Bintang.Al-Nur, No.' 11/12, th. 11, Januari/Pebruari.

1927 ' M ' ; . •. ..

Panji Masyarakat, no.. 307, th. XXII,15 Nopember. •

UNISIA-9.Xl.lll:1991

Panji Masyarakat, no. 324, th. XXII, 20 Mei.1981

Panji Masyarakat, no. 348, th. XXIII,2 Januari.

' i982 'P r i 5 m a, no. 2, th. V, Maret.

' v ••P ri s rn o,-h6. 7 (Khusus), th. V, Agiistus.

.1976 .P.r i s m o. no. 11 (Khusus), th. V, November.

1976

P r i s m a, no. Ekstra, th. XIII.1984

R.H.A. Soenarjo (Ketua Yayasan PenyelenggaraPenterjemah)

1978 Al-Qur'an dan Terjemahannya.Jakarta :' Proyek Pengadaan KitabSuci al-Qur-an Departemen AgamaRepublik Indonesia.

Ridwan Saidi

1984 Pemuda Islam dalam Dinamika Politik

• Bangsa 1925-1984. Jakarta : CV.' • . Rajawali. r "

Shils, Edward1972 The Intellectuals and the Powers and

Other Essays. Chicago; The UnversityofChicago Press.

Sills, David L. (Editor)1972 -International Encyclopedia of' the

Social Sciences. New York ;

The Macmillan Company and FreePress.

Soedjatmoko1984 Etika Pembebasan. Jakarta : LP3ES.

Syari'ati, Ali1985 Peranan Cendekiawan Muslim,

Disunting oleh Ahmad Fanani danMusthofa W. Hasyim. Yogyakarta ;Shalahuddin Press.

Yusmar Basri (Editor), 1977 SeJarah Nasional Indonesia. Jilid V,

.Jakarta : Balai Pustaka. .

Benda, Julien1982 The Treason of theIntelectuais.' New

' ' York-Williamm Morrow & Company.

I'

57