bab i pendahuluan · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru,...

29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi mendorong persaingan industri masuk ke dalam era revolusi industri 4.0 yang mengandalkan penguasaan dan pengelolaan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan. Istilah revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Jerman pada tahun 2011 dalam event pameran industri Hannover (Sniderman et al, 2016). Revolusi industri 4.0 merupakan revolusi industri yang ditandai dengan meningkatnya konektivitas dan interaksi serta adanya peleburan batas antara sumber daya manusia, mesin, dan sumber daya lainnya yang mengandalkan teknologi informasi dan komunikasi (kemenperin.go.id). Revolusi industri 4.0 menuntut perusahaan untuk bisa beradaptasi dengan cepat serta memiliki kemampuan bersaing yang tinggi. Melalui penggunaan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan yang tepat akan membuat perusahaan tumbuh menjadi organisasi yang berbasis pengetahuan serta memberikan keunggulan kompetitif agar perusahaan dapat memenangkan persaingan bisnis (Yusuf dan Sawitri, 2009 dalam Roviko dan Suaryana, 2018). Revolusi industri 4.0 mendorong perubahan arah persaingan perusahaan yang dahulu mengandalkan penguasaan aset fisik menjadi persaingan yang berbasis penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Tarigan (2011) dalam Roviko dan Suaryana (2018) semakin ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menuntut pimpinan perusahaan untuk mengubah pola bisnisnya yang sebelumnya berfokus pada sumber daya fisik menjadi pola bisnis yang berbasis

Upload: others

Post on 01-Sep-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi mendorong persaingan industri masuk ke dalam era revolusi

industri 4.0 yang mengandalkan penguasaan dan pengelolaan teknologi informasi

dan ilmu pengetahuan. Istilah revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan

oleh pemerintah Jerman pada tahun 2011 dalam event pameran industri Hannover

(Sniderman et al, 2016). Revolusi industri 4.0 merupakan revolusi industri yang

ditandai dengan meningkatnya konektivitas dan interaksi serta adanya peleburan

batas antara sumber daya manusia, mesin, dan sumber daya lainnya yang

mengandalkan teknologi informasi dan komunikasi (kemenperin.go.id). Revolusi

industri 4.0 menuntut perusahaan untuk bisa beradaptasi dengan cepat serta

memiliki kemampuan bersaing yang tinggi. Melalui penggunaan teknologi

informasi dan ilmu pengetahuan yang tepat akan membuat perusahaan tumbuh

menjadi organisasi yang berbasis pengetahuan serta memberikan keunggulan

kompetitif agar perusahaan dapat memenangkan persaingan bisnis (Yusuf dan

Sawitri, 2009 dalam Roviko dan Suaryana, 2018).

Revolusi industri 4.0 mendorong perubahan arah persaingan perusahaan

yang dahulu mengandalkan penguasaan aset fisik menjadi persaingan yang

berbasis penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Tarigan (2011)

dalam Roviko dan Suaryana (2018) semakin ketatnya persaingan dalam dunia

bisnis menuntut pimpinan perusahaan untuk mengubah pola bisnisnya yang

sebelumnya berfokus pada sumber daya fisik menjadi pola bisnis yang berbasis

Page 2: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

2

pengetahuan. Menurut Solikha (2010) dalam Roviko dan Suaryana (2018)

pengetahuan telah diakui sebagai komponen bisnis yang penting dan sumber daya

strategis yang lebih berkelanjutan untuk memperoleh dan mempertahankan

keunggulan bersaing. Penguasaan dan pengelolaan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang baik di dalam perusahaan akan membawa pengaruh positif bagi

perusahaan. Perusahaan yang dapat menghasilkan aset tidak berwujud yang baru,

mengembangkan, memelihara, serta memperbaharui aset tersebut maka akan

memiliki kemampuan dalam menghasilkan suatu nilai dalam melakukan

persaingan bisnis (Santosus, 2002 dalam Roviko dan Suaryana, 2018). Contoh

dari sumber daya tidak berwujud yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan dan

teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan

intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika et al,

2014).

Gambar 1.1

Laju Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Sumber: bps.go.id

Page 3: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

3

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)

dapat dilihat bahwa produksi industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan

kedua 2019 mengalami pertumbuhan sebesar 4.01% dibandingkan dengan tahun

2018. Meski peningkatan pada tahun 2019 sebesar 4.01% tidak sebesar

peningkatan pada tahun 2018 (4.07%) namun data tersebut masih menunjukkan

bahwa industri manufaktur bertumbuh dari tahun 2018. Sektor manufaktur

memiliki beberapa subsektor di dalamnya, dua di antaranya adalah subsektor

consumer goods dan basic industry and Chemical. Sektor consumer goods terdiri

dari perusahaan-perusahaan yang melakukan pengolahan bahan baku menjadi

barang jadi yang digunakan dalam keperluan sehari-hari masyarakat, seperti

contohnya pengolahan makanan dan minuman, dan obat-obatan. Sedangkan

sektor basic industry and chemical terdiri dari perusahaan-perusahaan yang

melakukan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi dan bahan-bahan kimia

yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar pengolahan oleh industri

lainnya, seperti contohnya pengolahan bahan kimia, semen dan formalin.

Selanjutnya menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang pada kuartal

I tahun 2020 industri manufaktur memberikan kontribusi yang signifikan terhadap

nilai investasi yang masuk ke dalam negeri sebesar 30,4% atau Rp 64 triliun dari

total Rp 210,7 triliun. Nilai ini meningkat 44,7% dibandingkan dengan periode

yang sama pada tahun 2019. Sektor-sektor yang tergolong ke dalam kelompok

consumer goods dan basic industry and chemical menyumbang nilai investasi

yang signifikan seperti contohnya industri makanan dan minuman (Rp 11,6

triliun), dan Industri kimia dan farmasi (Rp 9,83 triliun) (Setkab.go.id).

Page 4: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

4

Peningkatan nilai investasi pada kuartal pertama tahun 2020 menunjukkan bahwa

investor memiliki keyakinan yang tinggi terhadap kinerja sektor manufaktur pada

subsektor consumer goods dan basic industry and chemical di tengah masa

pandemi covid-19 di awal tahun 2020. Selain itu momentum meningkatnya modal

dari investasi yang lebih besar terhadap perusahaan dapat dimanfaatkan

perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya. Oleh sebab itu penelitian mengenai

faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan produksi industri manufaktur

subsektor consumer goods dan basic industry and chemical menjadi penting, dan

salah satunya adalah kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi dalam

mengelola sumber dayanya.

Gambar 1.2

Indeks Daya Saing 4.0 Indonesia Tahun 2019

Page 5: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

5

Sumber: www.weforum.org

Berdasarkan data Global Competitive Index 4.0 yang dirilis oleh World

Econimics Forum pada gambar 1.2 tahun 2019 menunjukkan bahwa Indonesia

menempati posisi ke – 50 dari 141 negara dalam indeks daya saing 4.0 dunia.

Global Competitive Index merupakan peta terperinci tentang faktor dan atribut

yang mendorong produktivitas, pertumbuhan, dan pengembangan sumber daya

manusia pada era revolusi industri 4.0. Penilaian indeks daya saing yang

dilakukan oleh World Economics Forum didasarkan pada 12 pilar daya saing yang

telah ditetapkan sebagai standar penilaian. Pilar-pilar penilaian daya saing tersebut

antara lain institusi, infrastruktur, adopsi informasi komunikasi dan teknologi,

stabilitas makro ekonomi, kesehatan sumber daya manusia, kemampuan sumber

daya manusia, pasar produk, pasar tenaga kerja, sistem finansial, ukuran pasar,

dinamika bisnis, dan kemampuan inovasi. Poin penelitian pada setiap pilar indeks

memiliki rentang dari nol (0) sampai dengan seratus (100), dan jumlah negara

yang diperingkatkan pada tahun 2019 adalah 141 negara. Indeks daya saing 4.0

menunjukkan kemampuan daya saing dari para pelaku industri yang terdapat di

dalam satu negara secara agregat.

Berdasarkan gambar 1.2 dapat dilihat bahwa pada pilar penilaian human

capital skill Indonesia mendapatkan 64 poin dan menempatkan Indonesia pada

peringkat ke-65 untuk kategori penilaian ini. Poin-poin yang menjadi tolak ukur

penilaian pada pilar kemampuan sumber daya manusia adalah rata-rata tahun

lamanya bersekolah, tingkat pelatihan karyawan yang diberikan oleh perusahaan,

Page 6: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

6

kualitas pelatihan vokasional, tingkat keahlian lulusan sekolah, kemampuan

digitalisasi pada populasi, tingkat kemudahan menemukan karyawan yang handal,

umur harapan sekolah, tingkat pemikiran kritis dalam belajar mengajar, serta

komposisi jumlah pelajar untuk setiap satu orang pengajar.

Kemudian pada pilar penilaian innovation capability Indonesia

mendapatkan 38 poin dan menempati posisi ke-74 pada kategori penilaian ini.

Poin-poin yang menjadi tolak ukur pengukuran pada pilar kategori ini adalah

keberagaman tenaga kerja, persebaran pusat pengembangan, tingkat ko-invensi

internasional, tingkat kolaborasi multi-pihak, jumlah publikasi ilmiah, jumlah

penerapan paten, keunggulan lembaga penelitian, jumlah penerapan trademark.

Selanjutnya pada pilar kategori information communication and

technology (ICT) adoption Indonesia mendapatkan 55 poin dan menempati posisi

ke-72. Poin-poin yang menjadi tolak ukur dalam pilar kategori ini adalah jumlah

pengguna layanan langganan telepon seluler, jumlah penggunaan layanan mobile

broadband, persebaran layanan internet, serta jumlah pengguna internet. Ketiga

pilar penilaian ini menunjukkan bahwa kemampuan sumber daya manusia serta

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi memainkan peran penting dalam

persaingan industri 4.0. Pemerintah bersama dengan pelaku industri Indonesia

dapat menggunakan data penilaian ini sebagai untuk mengambil kebijakan yang

dianggap perlu untuk meningkatkan kemampuan saing industri Indonesia secara

keseluruhan.

Dalam rangka mempersiapkan Indonesia dalam persaingan industri 4.0

Pemerintah melalui Kementrian Perindustrian telah menyiapkan sebuah program

Page 7: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

7

yang bernama Making Indonesia 4.0. Program Making Indonesia merupakan

serangkaian peta strategi pemerintah Indonesia dalam mempersiapkan Indonesia

untuk mampu bersaing dalam era industri 4.0. Program making Indonesia 4.0

dirilis oleh Kemenperin sejak 4 April 2018. Terdapat sepuluh langkah antisipasi

menghadapi revolusi industri 4.0.

Langkah pertama dalam mempersiapkan Indonesia untuk mampu

bersaing di era revolusi industri 4.0 adalah memperbaiki alur aliran barang dan

material dengan memperkuat produksi material pada sektor hulu. Langkah kedua,

mendesain ulang zona industri dengan mendesain peta jalan zona industri

nasional. Langkah ketiga, mengakomodasi standar-standar berkelanjutan seperti

menggunakan sumber daya terbaru dan terbarukan. Langkah keempat,

memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan teknologi.

Langkah kelima, membangun infrastruktur digital nasional dengan membangun

jaringan dan platform digital terkini. Langkah keenam, menarik minat investasi

asing hal ini dapat mendorong transfer teknologi ke perusahaan lokal. Langkah

ketujuh, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Langkah kedelapan,

pembangunan ekosistem inovasi. Langkah kesembilan, insentif untuk investasi

teknologi. Langkah kesepuluh adalah harmonisasi aturan dan kebijakan lintas

kementerian (www.kemenperin.go.id). Dengan sepuluh langkah ini pemerintah

telah menyiapkan suatu paradigma baru dalam persaingan industri untuk

menghadapi revolusi industri 4.0.

Selain mempersiapkan Indonesia dengan 10 langkah prioritas nasional,

Pemerintah melalui Kementrian Perindustrian juga menyiapkan program skill for

Page 8: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

8

competitiveness. Program skill for competitiveness merupakan program kerja sama

Kemenristekdikti, Kemenperin, dan Pemerintah Federal Swiss yang bertujuan

untuk menciptakan pekerja yang berkompetensi (Kemenperin.go.id). Program ini

memiliki 5 sebagai berikut:

1. Memberikan pendidikan vokasi industri menuju dual system model Jerman.

2. Melakukan pembangunan politeknik / akademi komunitas di kawasan industri.

3. Melakukan pembangunan link dan match antara lembaga pendidikan dengan

kebutuhan industri.

4. Memberikan pendidikan dan pelatihan kerja

5. Serta menerbitkan sertifikasi kompetensi.

Terdapat hal yang menarik karena kemampuan dan pengetahuan sumber daya

manusia menjadi salah satu faktor yang memiliki peranan yang sangat penting dan

mendapatkan perhatian dalam menghadapi persaingan revolusi industri 4.0.

Untuk dapat bersaing dalam revolusi industri 4.0 perusahaan diharuskan

untuk dapat mengelola sumber daya perusahaan yang berwujud maupun tidak

berwujud dengan mengandalkan pengembangan pengetahuan dan teknologi di

dalam proses bisnis perusahaan. Barney (1991) dalam Ulum (2017) menyatakan

bahwa dalam sudut pandang resource-based theory sumber daya perusahaan

meliputi seluruh aset, kapabilitas, proses organisasional, atribut-atribut

perusahaan, informasi, pengetahuan, dan lain-lain yang dikendalikan oleh

perusahaan yang memungkinkan perusahaan untuk memahami dan

mengimplementasikan strategi guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas

perusahaan. Sumber daya yang baik bagi perusahaan adalah sumber daya yang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

9

bersifat unik dan sulit untuk ditiru sehingga dapat menimbulkan keunggulan

kompetitif dari para pesaingnya. Salah satu sumber daya yang sulit untuk ditiru

oleh pesaing adalah kemampuan dan kompetensi yang dimiliki perusahaan.

Menurut Absah (2008) dalam Ulum (2017) semakin tidak terlihat suatu

kompetensi, semakin sulit bagi perusahaan untuk mencari penggantinya dan

semakin besar tantangan bagi para pesaing untuk meniru strategi penciptaan nilai

perusahaan.

Perubahan perhatian perusahaan yang tidak lagi hanya berfokus pada

sumber daya berwujud melainkan juga memerhatikan pengelolaan sumber daya

tidak berwujud melahirkan konsep modal intelektual. Modal intelektual adalah

seluruh pengetahuan, informasi, dan properti intelektual yang mampu mengontrol

ancaman dan menemukan kesempatan sehingga perusahaan dapat meningkatkan

kemampuan kompetitifnya (Pradita dan Solikha, 2017). Brooking (1996) dalam

Ulum (2017) menjelaskan bahwa intellectual capital adalah istilah yang diberikan

kepada kombinasi dari aset tak berwujud, properti intelektual, karyawan, dan

infrastruktur yang memungkinkan perusahaan untuk dapat berfungsi. Selanjutnya

menurut Stewart (1997) dalam Ulum (2017) modal intelektual adalah jumlah dari

segala sesuatu yang ada di perusahaan yang dapat membantu perusahaan untuk

berkompetisi di pasar yang meliputi intellectual material seperti pengetahuan,

informasi, pengalaman, dan intellectual property yang dapat digunakan untuk

menciptakan kesejahteraan. Selanjutnya pengukuran kinerja modal intelektual

menjadi hal yang penting karena para stakeholder perlu suatu alat ukur dalam

Page 10: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

10

menilai kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan modal intelektual sebagai

salah satu sumber daya fisik dan non-fisiknya.

Pada tahun 1998 Pulic mengembangkan suatu metode pengukuran

kinerja modal intelektual yang disebut dengan Value Added Intellectual

Coefficient (VAIC™). Kinerja modal intelektual diukur dengan nilai VAIC™.

Nilai VAIC™ mempresentasikan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan

modal intelektual dalam menghasilkan nilai tambah berdasarkan efisiensi modal

intelektual atau sumber daya intelektual. Perhitungan VAIC™ berfokus pada

kemampuan perusahaan menghasilkan Value Added (VA) yang didasarkan pada:

1. Efisiensi Human Capital (HC) atau modal sumber daya manusia yang

diekspresikan oleh biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk

karyawan seperti contohnya gaji, upah, dan biaya pelatihan dalam

melakukan penciptaan Value Added (VA). Hubungan Human capital

dengan Value Added di ekspresikan dengan nilai Value Added Human

Capital (VAHU).

2. Efisiensi capital employed (CE) yang diekspresikan oleh nilai buku dari

aset perusahaan dalam melakukan penciptaan Value Added (VA),

hubungan Capital Employed dan Value Added diekspresikan oleh nilai

Value Added Capital Employed (VACA).

3. Efisiensi structural capital (SC) / modal struktural dalam melakukan

penciptaan Value Added. Hubungan Structural Capital (SC) dan Value

Added (VA) diekspresikan dengan nilai Structural Capital Value Added

(STVA).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

11

Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan saham yang

dimiliki oleh pihak manajerial perusahaan dengan seluruh saham perusahaan yang

beredar. Purwanto (2011) dalam Ningsih et al (2017) mendefinisikan contoh

kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang mempunyai

kedudukan di manajemen perusahaan baik sebagai direktur maupun sebagai

dewan komisaris. Kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa pihak manajemen

memiliki kepemilikan atas perusahaan yang dikelola yang kemudian akan

memunculkan rasa ikut memiliki yang baik terhadap perusahaan yang

dikelolanya. Oleh karena itu pihak manajemen akan lebih berusaha untuk menjaga

pengelolaan yang optimal atas seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan

termasuk salah satunya adalah modal intelektual. Semakin tinggi proporsi

kepemilikan pihak manajerial mendorong pihak manajerial untuk turut serta

dalam proses penciptaan nilai yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif

jangka panjang (Saleh et al, 2009 dalam Oktavian dan Ahmar, 2019).

Kepemilikan manajerial mendorong pihak manajemen perusahaan untuk

mengurangi sifat oportunis yang berfokus pada keuntungan jangka pendek. Agar

dapat memelihara keuntungan jangka panjang pihak manajerial yang turut

memiliki kepemilikan atas perusahaan yang dikelolanya akan lebih berhati-hati

ketika memilih suatu kebijakan. Pihak manajerial yang juga bertindak sebagai

pemilik perusahaan akan memerhatikan strategi yang akan diambilnya dalam

melakukan penciptaan nilai. Sebagai contoh pihak manajerial perusahaan dapat

menerapkan kebijakan yang mengatur bahwa untuk posisi dan jabatan strategis di

dalam perusahaan memerlukan rekrutan yang memiliki kompetensi, dan sertifikasi

Page 12: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

12

yang tepat dalam rangka melakukan efisiensi sumber daya manusia untuk

meningkatkan nilai VAHU. Kebijakan syarat kompetensi ini dapat membantu

perusahaan dalam melakukan penciptaan nilai karena karyawan yang memiliki

kompetensi tertentu dinilai lebih kreatif dalam melakukan penciptaan nilai dan

lebih mampu meningkatkan output perusahaan sehingga nilai VA perusahaan

akan meningkat. Dengan syarat kompetensi yang ditetapkan maka dapat

menghemat pengeluaran perusahaan karena perusahaan tidak perlu lagi

mengeluarkan biaya pelatihan tertentu bagi pegawai untuk dapat menguasai jenis

kompetensi yang dibutuhkan perusahaan, hal ini dapat menghemat jumlah input

perusahaan.

Sebagai contoh selanjutnya pihak manajerial dapat menerapkan

kebijakan bahwa aset-aset produksi perusahaan harus dibeli memenuhi standar

kelayakan yang diinginkan manajerial. Kebijakan ini dapat memungkinkan

perusahaan untuk meningkatkan output perusahaan karena mesin-mesin yang

diperoleh ditujukan untuk meningkatkan output perusahaan. Ketika ouput

perusahaan meningkat dan disertai dengan efisiensi input, atau ketika peningkatan

output perusahaan lebih besar daripada peningkatan input perusahaan maka nilai

VA perusahaan akan meningkat. Jika peningkatan nilai VA diikuti dengan

efisiensi sumber daya aset fisik perusahaan, maka nilai VACA perusahaan akan

meningkat.

Selanjutnya pihak manajerial juga dapat menerapkan kebijakan bahwa

perusahaan harus menggunakan sistem informasi dengan standar kriteria tertentu

sebagai penunjang proses produksi perusahaan. Sistem informasi perusahaan yang

Page 13: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

13

digunakan merupakan salah satu modal struktural perusahaan. Modal struktural

yang efisien akan mendorong peningkatan produktivitas perusahaan. Selain itu

ketika manajemen perusahaan mampu melakukan efisiensi human capital dalam

proses penciptaan nilai, maka kontribusi modal struktural perusahaan dalam

menciptakan value added juga akan meningkat. Tingginya nilai structural capital

perusahaan yang diandalkan akan meningkatkan nilai SC dalam proses penciptaan

nilai. Peningkatan kontribusi SC dalam penciptaan value added akan

meningkatkan nilai STVA perusahaan. Sehingga jika perusahaan mampu

meningkatkan nilai VAHU, VACA, dan STVA yang dimilikinya maka kinerja

modal intelektual yang ditunjukkan dengan nilai VAIC™ juga akan meningkat.

Perusahaan mengharapkan nilai VAIC™ yang semakin tinggi karena berarti

perusahaan berhasil melakukan efisiensi sumber daya human capital, capital

employed, dan structural capital dalam proses penciptaan nilai. Penelitian

Oktavian dan Ahmar (2019) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial

memiliki pengaruh terhadap kinerja modal intelektual. Sedangkan penelitian

Supradnya dan Ulupui (2016) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak

memiliki pengaruh terhadap kinerja modal intelektual.

Kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan saham suatu

perusahaan yang dimiliki oleh institusi lokal lain terhadap seluruh jumlah saham

yang beredar. Kepemilikan saham oleh perusahaan efek, perusahaan asuransi,

perusahaan investasi, perbankan, perusahaan pengelola dana pensiun dan

kepemilikan institusi lain merupakan contoh dari kepemilikan institusional (Tarjo,

2008 dalam Supradnya dan Ulupui, 2016). Proporsi kepemilikan saham

Page 14: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

14

institusional yang tinggi dapat menjadi alat kontrol yang baik dalam mengawasi

kinerja perusahaan sehingga hal tersebut akan meningkatkan kinerja modal

intelektual (Roviko dan Suaryana, 2018). Dengan adanya dukungan dan

pengawasan yang optimal dari kepemilikan institusional maka efisiensi

pengelolaan dan pemanfaatan modal intelektual akan semakin meningkat

sehingga kinerja modal intelektual juga akan meningkat (Oktavian dan Ahmar,

2019). Kepemilikan institusional perusahaan dapat memberikan pengawasan atas

kebijakan yang dilakukan pihak manajerial dalam mengelola sumber daya yang

dimilikinya. Pihak kepemilikan institusi dapat menempatkan perwakilannya di

dalam perusahaan pada posisi jabatan strategis, hal ini dilakukan guna

mempermudah pengawasan yang dilakukan pihak kepemilikan institusi terhadap

perusahaan dalam melakukan pengelolaan modal intelektual. Selain itu

penempatan perwakilan kepemilikan institusi dalam perusahaan juga

dimaksudkan agar pihak kepemilikan institusi memiliki kuasa dan wewenang

dalam pengambilan putusan strategis perusahaan terkait dengan pengelolaan aset

dan sumber daya perusahaan. Dengan pengawasan yang tepat maka pelatihan

sumber daya manusia yang dilakukan oleh perusahaan akan tepat sasaran dan

efisien. Seperti contohnya dalam hal kualitas dan intensitas pelatihan yang

diberikan kepada pegawai perusahaan sehingga akan meningkatkan produktivitas

sumber daya manusia. Program pelatihan yang tepat akan meningkatkan

kemampuan sumber daya manusia perusahaan untuk menghasilkan output yang

nantinya akan meningkatkan nilai value added yang perusahaan hasilkan. Selain

itu pemberian pelatihan yang tepat akan mengakibatkan biaya yang perusahaan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

15

keluarkan terkait pengelolaan sumber daya manusia akan menjadi lebih efisien.

Peningkatan kompetensi sumber daya manusia perusahaan akan meningkatkan

kemampuan inovasi dan kreativitas sumber daya manusia sehingga internal dan

external failure dapat berkurang. Efisiensi human capital dalam proses penciptaan

nilai yang selanjutnya akan meningkatkan nilai VAHU. Pengawasan pihak

kepemilikan institusi dalam optimalisasi kapasitas produksi aset fisik perusahaan

akan meningkatkan efisiensi capital employed dalam proses penciptaan nilai.

Meningkatnya kemampuan produksi aset perusahaan akan meningkatkan output

yang perusahaan hasilkan. Meningkatnya output perusahaan yang disertai dengan

efisiensi input dan pengelolaan aset yang efisien akan meningkatkan nilai VACA

perusahaan. Pengawasan dan usulan pihak kepemilikan institusi dalam hal

pengembangan sumber daya teknologi dalam perusahaan akan meningkatkan nilai

structural capital. Selain itu ketika human capital perusahaan efisien dalam

melakukan penciptaan nilai, maka kontribusi modal struktural perusahaan dalam

penciptaan nilai akan meningkat selanjutnya maka nilai STVA juga akan semakin

besar. Peningkatan nilai VAHU, VACA, dan STVA perusahaan akan

meningkatkan kinerja modal intelektual yang ditunjukkan dengan peningkatan

nilai VAIC™. Perusahaan mengharapkan nilai VAIC™ yang semakin tinggi

karena berarti perusahaan berhasil melakukan efisiensi sumber daya human

capital, capital employed, dan structural capital dalam proses penciptaan nilai.

Penelitian Roviko dan Suaryana (2018) menunjukkan bahwa kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja modal intelektual.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

16

Kepemilikan asing merupakan proporsi kepemilikan saham atas suatu

perusahaan yang dimiliki oleh investor asing baik individu maupun institusi

dengan seluruh jumlah saham yang beredar. Kepemilikan asing dapat bertindak

sebagai agen pengawas terhadap kinerja suatu perusahaan. Investor asing

cenderung memilih kebijakan yang akan berdampak meningkatkan keuntungan

jangka panjang. Salah satu cara meningkatkan keuntungan jangka panjang adalah

dengan mendukung kebijakan-kebijakan pengelolaan modal intelektual yang

tepat. Hadirnya investor asing dapat meningkatkan good corporate governance

karena investor asing dianggap sebagai pihak yang concern terhadap hal tersebut

(Supradnya dan Ulupui, 2016). Hadirnya kepemilikan asing perusahaan dapat

mendorong adanya pertukaran informasi pengetahuan ke dalam perusahaan.

Kepemilikan asing bertindak mengawasi kinerja pihak manajerial. Kehadiran

kepemilikan asing dapat mendorong pihak manajemen untuk mengelola sumber

daya perusahaan dengan sebaik-baiknya dalam tujuannya mencapai keuntungan

jangka panjang termasuk di dalamnya pengelolaan modal intelektual. Investor

asing cenderung memilih kebijakan yang akan berdampak meningkatkan

keuntungan jangka panjang. Salah satu cara meningkatkan keuntungan jangka

panjang adalah dengan mendukung kebijakan-kebijakan pengelolaan modal

intelektual yang baik. Selain itu kepemilikan asing dapat membuka pertukaran

informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam perusahaan di mana hal ini

baik untuk pertumbuhan modal intelektual perusahaan. Pihak kepemilikan asing

yang memiliki kepemilikan atas entitas dapat menempatkan perwakilannya dalam

posisi strategis perusahaan untuk membantu membuat kebijakan strategis

Page 17: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

17

perusahaan terkait dengan pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh

pengawasan kepemilikan asing terkait pengelolaan sumber daya manusia adalah

pemberian pelatihan berstandar internasional agar kompetensi sumber daya

manusia perusahaan lebih tinggi. Ketika kompetensi sumber daya manusia

perusahaan lebih tinggi, maka produktivitasnya juga akan meningkat.

Meningkatnya produktivitas sumber daya manusia akan meningkatkan output

perusahaan. Ketika output perusahaan meningkat dan input perusahaan efisien

maka nilai value added perusahaan akan meningkat. Meningkatnya nilai value

added yang disertai pengelolaan sumber daya manusia yang efisien akan

meningkatkan nilai VAHU perusahaan. Kemudian pihak kepemilikan asing dapat

memberikan masukan mengenai pengelolaan atau pemberdayaan aset-aset fisik

dimiliki perusahaan untuk mendorong peningkatan produktivitas. Dengan

menggunakan aset-aset yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan dan

melakukan optimalisasi kapasitas produksi. Ketika kapasitas produksi aset

perusahaan meningkat, maka nilai output perusahaan akan meningkat. Ketika

peningkatan output meningkat dan disertai dengan efisiensi input, nilai value

added perusahaan akan meningkat. Meningkatnya nilai value added perusahaan

yang disertai dengan pengelolaan capital employed perusahaan yang efisien akan

meningkatkan nilai VACA perusahaan. Pihak kepemilikan asing juga dapat

membantu memberikan masukan dan melakukan pengawasan terkait

pengembangan sistem informasi teknologi, prosedur, dan proses manajemen yang

lebih efisien untuk meningkatkan kemampuan produksi perusahaan. Semakin

besar dan efisien sistem informasi teknologi yang diandalkan perusahaan dalam

Page 18: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

18

melakukan penciptaan nilai akan meningkatkan nilai STVA perusahaan. Selain itu

ketika perusahaan mampu melakukan efisiensi human capital perusahaan dalam

proses penciptaan nilai, maka nilai kontribusi modal struktural perusahaan akan

meningkat. Meningkatnya nilai kontribusi modal struktural perusahaan atau

structural capital (SC) akan meningkatkan nilai STVA perusahaan.

Meningkatnya nilai VAHU, VACA, dan STVA akan meningkatkan kinerja modal

intelektual yang ditunjukkan oleh nilai VAIC™. Perusahaan mengharapkan nilai

VAIC™ yang semakin tinggi karena berarti perusahaan berhasil melakukan

efisiensi sumber daya human capital, capital employed, dan structural capital

dalam proses penciptaan nilai. Hasil penelitian Mahardika et al (2014)

menunjukkan bahwa kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja

modal intelektual.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

suatu perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya

yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang

dan sebagainya (Astuti, dalam Ningsih dan Marta D, 2017). Dalam penelitian ini

tingkat profitabilitas diukur menggunakan rasio return on equity (ROE). Rasio

ROE menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dari total

nilai ekuitas yang diinvestaikan oleh investor. Tingkat rasio ROE yang semakin

tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang lebih

besar dari nilai total ekuitas yang dimilikinya. Peningkatan laba bersih perusahaan

dapat berasal dari peningkatan jumlah output perusahaan yang disertai efisiensi

input perusahaan. Ketika perusahaan berhasil meningkatkan jumlah produksi

Page 19: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

19

output dan melakukan efisiensi input maka nilai value added (VA) perusahaan

akan meningkat. Meningkatnya laba dapat digunakan perusahaan untuk

meningkatkan kualitas pengembangan dan pelatihan kompetensi sumber daya

manusia. Ketika pengembangan sumber daya manusia perusahaan ditingkatkan

maka kompetensi sumber daya manusia perusahaan akan meningkat.

Meningkatnya kompetensi sumber daya manusia perusahaan akan meningkatkan

efisiensi sumber daya manusia dalam memproduksi output dan melakukan

penciptaan nilai. Meningkatnya efisiensi sumber daya manusia akan

meningkatkan nilai VAHU. Selanjutnya nilai keuntungan yang meningkat dari

laba dapat digunakan perusahaan untuk memperoleh aset-aset produksi dengan

teknologi yang lebih canggih dan memiliki kemampuan produksi yang lebih

tinggi. Pengoptimalan kapasitas produksi dari mesin-mesin yang lebih canggih

dapat meningkatkan efisiensi capital employed perusahaan dalam proses

penciptaan nilai. Meningkatnya efisiensi capital employed perusahaan dalam

proses penciptaan nilai yang akan meningkatkan VACA perusahaan.

Meningkatnya nilai return on equity menunjukkan meningkatnya nilai laba

perusahaan, selanjutnya keuntungan yang meningkat dapat digunakan perusahaan

untuk mengembangkan sistem informasi dan teknologi perusahaan yang lebih

canggih dan terintegrasi yang dapat diandalkan. Pengembangan sistem informasi

dan teknologi perusahaan akan meningkatkan nilai structural capital. Selain itu

meningkatnya efisiensi sumber daya manusia dalam menghasilkan value added

akan meningkatkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan value

added yang kemudian akan meningkatkan nilai STVA. Meningkatnya nilai

Page 20: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

20

VAHU, VACA, dan STVA akan meningkatkan kinerja modal intelektual

perusahaan yang ditunjukkan dengan nilai VAIC™. Hal ini berarti semakin tinggi

tingkat ROE akan mendorong semakin baiknya kinerja modal intelektual

perusahaan. Perusahaan mengharapkan nilai VAIC™ yang semakin tinggi karena

berarti perusahaan berhasil melakukan efisiensi sumber daya human capital,

capital employed, dan structural capital dalam proses penciptaan nilai. Penelitian

Ningsih et al (2017) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

terhadap kinerja modal intelektual.

Ukuran perusahaan juga menjadi salah satu faktor yang diduga

memengaruhi kinerja modal intelektual. Ukuran perusahaan memberikan

gambaran mengenai besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total

aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aset (Roviko

dan Suaryana, 2018). Ukuran perusahaan yang semakin besar menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam menginvestasikan sumber dayanya yang semakin

besar pula. Ketersediaan dana dalam jumlah yang besar akan membuat

pengelolaan dan pemeliharaan modal intelektual menjadi semakin optimal dan

akan menghasilkan kinerja modal intelektual yang lebih tinggi. Semakin besar

ukuran perusahaan maka semakin besar pula sumber pendanaan yang dapat

digunakan dalam memelihara dan mengembangkan sumber daya intelektual yang

dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan

logaritma natural dari total aset perusahaan. Ukuran aset yang semakin besar dan

efisiensi dalam penggunaannya dapat mendorong peningkatan kapasitas produksi

perusahaan. Peningkatan kapasitas produksi perusahaan berarti peningkatan

Page 21: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

21

output perusahaan yang bilamana diikuti dengan efisiensi input maka nilai VA

perusahaan akan meningkat. Perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar

dan melakukan optimalisasi serta efisiensi kapasitas produksi aset-asetnya dalam

proses penciptaan nilai akan meningkatkan nilai VACA. Kemudian semakin besar

ukuran perusahaan berarti perusahaan memiliki sumber daya yang lebih besar.

Sumber daya aset yang lebih besar akan meningkatkan kemampuan perusahaan

untuk melakukan pengelolaan sumber daya manusia yang tepat. Perusahaan

dengan ukuran yang lebih besar akan lebih mampu untuk memberikan pelatihan

dan pengembangan sumber daya manusia yang dimilikinya. Kemampuan

perusahaan untuk memberikan pelatihan dan pengembangan yang tepat kepada

sumber daya manusianya akan meningkatkan kompetensi dan produktivitas

sumber daya manusia perusahaan. Peningkatan kompetensi dan produktivitas

sumber daya manusia dalam proses penciptaan nilai yang disertai dengan

pengelolaan yang efisien akan meningkatkan nilai VAHU. Selanjutnya

perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar memiliki kemampuan untuk

menggunakan sistem informasi dan prosedur operasi yang terintegrasi dalam

menjalankan proses bisnisnya dengan alasan keperluan koordinasi dan kontrol.

Sistem informasi dan prosedur yang dibangun oleh perusahaan merupakan modal

struktural perusahaan. Selain itu ketika efisiensi human capital dalam

menciptakan value added meningkat, maka nilai kontribusi modal struktural (SC)

dalam penciptaan nilai akan meningkat pula. Semakin besar modal struktural yang

diandalkan oleh perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah (VA) akan

meningkatkan nilai STVA. Peningkatan nilai VAHU, VACA, dan STVA akan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

22

meningkatkan kinerja modal intelektual yang ditunjukkan oleh nilai VAIC™.

Perusahaan mengharapkan nilai VAIC™ yang semakin tinggi karena berarti

perusahaan berhasil melakukan efisiensi sumber daya human capital, capital

employed, dan structural capital dalam proses penciptaan nilai. Penelitian

Mahardika et al (2014) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja modal intelektual.

Umur perusahaan menggambarkan seberapa lama perusahaan tersebut

dapat bertahan dalam dunia persaingan bisnis. Lamanya perusahaan berdiri dan

beroperasi berdampak kepada pengalaman perusahaan terhadap pengelolaan dan

pemeliharaan modal intelektual. (Mahardika et al, 2014 dalam Roviko dan

Suaryana, 2018). Selain berdampak terhadap pengalaman perusahaan, umur

perusahaan juga berdampak pada jumlah informasi yang dimiliki perusahaan

terkait dengan kebutuhan konstituen dari proses bisnis yang dilaksanakannya.

Informasi-informasi terkait proses bisnis yang dikumpulkan perusahaan seiring

dengan bertambahnya umur perusahaan selanjutnya dapat dijadikan pertimbangan

dalam pengambilan kebijakan dan putusan bisnis. Contoh informasi yang dapat

membantu perusahaan dalam mengambil kebijakan adalah daftar supplier yang

dimiliki perusahaan, pengalaman perusahaan dalam memilih pemasok yang dapat

diandalkan dapat berakibat pada penurunan biaya kerusakan barang, dan kerugian

akibat pengiriman bahan baku yang terlambat. Penurunan biaya persediaan yang

dikeluarkan perusahaan jika diikuti dengan optimalisasi kapasitas produksi atau

output perusahaan dapat mendorong meningkatnya value added perusahaan.

Dengan bertambahnya umur perusahaan maka bertambah pula pengalaman

Page 23: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

23

perusahaan dalam memahami kebutuhannya. Salah satu bentuk kebutuhan

perusahaan terkait sumber daya manusia adalah melakukan proses perekrutan.

Pengalaman perusahaan dalam melakukan proses rekrutmen akan membuat

mekanisme perekrutan perusahaan semakin tepat dan disesuaikan dengan

kebutuhan perusahaan. Proses rekrutmen yang tepat akan membantu perusahaan

dalam memilih sumber daya manusia yang berkompetensi sesuai seperti yang

diinginkan perusahaan. Dengan merekrut pegawai yang memiliki kompetensi

yang sesuai dengan yang diinginkan maka kemampuan sumber daya manusia

dalam menghasilkan output akan semakin meningkat. Meningkatnya output yang

dihasilkan perusahaan yang disertai dengan efisiensi input akan berdampak pada

peningkatan nilai value added. Meningkatnya value added yang disertai dengan

efisiensi sumber daya manusia dalam proses penciptaan nilai akan meningkatkan

nilai VAHU perusahaan. Selanjutnya, umur perusahaan juga akan memengaruhi

pengalaman perusahaan dalam memperoleh aset-aset. Perusahaan akan lebih

berpengalaman dalam menentukan kriteria aset yang diinginkannya. Penggunaan

aset-aset produksi yang lebih canggih secara efisien akan meningkatkan kapasitas

produksi perusahaan. Peningkatan kapasitas produksi perusahaan akan

meningkatkan output. Meningkatnya output perusahaan yang disertai dengan

efisiensi input akan membuat nilai value added perusahaan akan meningkat.

Meningkatnya value added perusahaan yang disertai dengan penggunaan aset

yang tepat dan efisien dalam proses penciptaan nilai akan meningkatkan nilai

VACA perusahaan. Selanjutnya perusahaan yang berumur lebih lama memiliki

pengalaman yang lebih banyak dalam mengenali proses bisnisnya. Dengan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

24

mengenali proses bisnisnya dengan tepat perusahaan dimungkinkan untuk

mengembangkan sistem informasi dan teknologi untuk mendukung proses

bisnisnya. Semakin lengkap dan terintegrasi sistem informasi dan teknologi yang

diandalkan perusahaan dalam melakukan penciptaan nilai akan meningkatkan

nilai SC. Selain itu ketika perusahaan berhasil melakukan efisiensi sumber daya

manusia dalam melakukan penciptaan value added maka nilai kontribusi modal

struktural atau structural capital (SC) dalam menciptakan nilai tambah akan

meningkat. Meningkatnya nilai SC perusahaan akan meningkatkan nilai STVA

perusahaan. Ketika nilai VAHU, VACA, dan STVA meningkat maka kinerja

modal intelektual yang ditunjukkan oleh nilai VAIC™ akan meningkat pula.

Perusahaan mengharapkan nilai VAIC™ yang semakin tinggi karena berarti

perusahaan berhasil melakukan efisiensi sumber daya human capital, capital

employed, dan structural capital dalam proses penciptaan nilai. Penelitian

Mahardika et al (2014) menunjukkan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja modal intelektual perusahaan.

Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur subsektor consumer

goods dan basic industry and chemical yang terdaftar di papan utama pencatatan

Bursa Efek Indonesia pada periode 2016-2018. Perusahaan manufaktur adalah

jenis perusahaan yang menerapkan, mesin, peralatan, dan tenaga kerja untuk

mengolah bahan mentah menjadi barang jadi yang layak dijual. Sektor consumer

goods terdiri dari perusahaan-perusahaan yang melakukan pengolahan bahan baku

menjadi barang jadi yang digunakan dalam keperluan sehari-hari masyarakat,

seperti contohnya pengolahan makanan dan minuman, dan obat-obatan.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

25

Sedangkan sektor basic industry and chemical terdiri dari perusahaan-perusahaan

yang melakukan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi dan bahan-bahan

kimia yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar pengolahan oleh

industri lainnya, seperti contohnya pengolahan bahan kimia, semen dan formalin.

Pemilihan objek penelitian sektor Consumer Goods dan Basic Industry and

Chemical yang tercatat dalam papan utama Bursa Efek Indonesia (BEI) dilakukan

karena berdasarkan Panduan Go Public yang dirilis oleh Bursa Efek Indonesia

emiten yang tercatat pada papan utama adalah perusahaan yang memiliki ukuran

besar dan track record serta memiliki jumlah pemegang saham lebih dari 1.000

pihak, sehingga emiten memiliki akuntabilitas publik yang lebih besar daripada

emiten yang tercatat pada papan pengembangan. Penelitian ini mereplikasi

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Roviko dan Suaryana (2018) dengan

perbedaan sebagai berikut:

1. Penelitian ini menambahkan 3 variabel independen yakni kepemilikan

manajerial yang mengacu pada penelitian Supradnya dan Ulupui (2016),

profitabilitas yang mengacu pada penelitian Ningsih et al (2017), dan

kepemilikan asing yang mengacu pada penelitian Pradono dan Widowati

(2016).

2. Penelitian menggunakan periode 2016-2018, sedangkan penelitian Roviko

dan Suaryana (2018) menggunakan periode 2015-2017.

3. Objek penelitian yang digunakan adalah sektor manufaktur dengan

subsektor consumer goods dan basic industry and chemical yang tercatat

Page 26: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

26

pada papan utama Bursa Efek Indonesia sedangkan penelitian Roviko dan

Suaryana (2018) menggunakan sektor industri keuangan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan, ditetapkan judul dari penelitian ini

sebagai berikut: “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institusional, Kepemilikan Asing, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan

Umur Perusahaan Terhadap Kinerja Modal Intelektual”.

1.2 Batasan Masalah

1. Penelitian ini menggunakan faktor-faktor yang diperkirakan memiliki

pengaruh terhadap kinerja modal intelektual, yakni kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, profitabilitas

yang diproksikan dengan return on equity, ukuran perusahaan, dan umur

perusahaan.

2. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang

dimiliki oleh institusi lokal.

3. Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki

oleh individu dan institusi asing.

4. Penelitian ini ditujukan untuk perusahaan manufaktur subsektor consumer

good dan basic industry and chemical yang terdaftar di papan utama

pencatatan Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 27: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

27

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja

modal intelektual kapital ?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja

modal intelektual kapital ?

3. Apakah kepemilikan asing berpengaruh positif terhadap kinerja modal

intelektual kapital ?

4. Apakah Profitabilitas yang diproksikan dengan ROE berpengaruh positif

terhadap kinerja modal intelektual ?

5. Apakah Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan log natural total aset

berpengaruh positif terhadap kinerja modal intelektual ?

6. Apakah Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja modal

intelektual ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai:

1. Pengaruh positif kepemilikan manajerial terhadap kinerja modal

intelektual.

2. Pengaruh positif kepemilikan institusional terhadap kinerja modal

intelektual.

3. Pengaruh positif kepemilikan asing terhadap kinerja modal intelektual.

4. Pengaruh positif profitabilitas yang diproksikan dengan ROE terhadap

kinerja modal intelektual.

5. Pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap kinerja modal intelektual.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

28

6. Pengaruh positif umur perusahaan terhadap kinerja modal intelektual.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat membantu

manajemen perusahaan dalam mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang

perlu diperhatikan dalam melakukan pengelolaan sumber daya modal

intelektual.

2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi investor

dalam kebutuhannya untuk dapat mengukur kinerja modal intelektual

perusahaan sebagai salah satu alat alternatif pengukuran kinerja emiten.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai sumber referensi guna melengkapi studi empiris dalam bidang

akuntansi bagi pengembangan di masa akan datang.

4. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai studi

akademis dan pengetahuan mengenai kinerja modal intelektual,

pengukurannya, serta faktor-faktor yang diperkirakan memengaruhi

kinerja modal intelektual.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari:

BAB I: PENDAHULUAN

Page 29: BAB I PENDAHULUAN · 2020. 12. 3. · teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merk dagang (Mahardika

29

Bab ini berisi latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II: TELAAH LITERATUR

Bab ini membahas teori-teori yang digunakan sebagai dasar

penelitian, uraian mengenai penelitian-penelitian terdahulu,

kerangka berpikir, dan pembuatan hipotesis yang akan diuji

kebenarannya.

BAB III: METODE PENELITIAN

Menggambarkan pendekatan yang dilakukan selama penelitian dan

menjelaskan alasan penggunaan pendekatan tersebut. Penjabaran

variabel-variabel yang digunakan serta mendefinisikannya secara

ringkas. Penjelasan mengenai teknik pengumpulan data dan teknik

pengumpulan sampel.

BAB IV: ANALSISI DAN PEMBAHASAN

Pemaparan hasil dari penelitian serta menjelaskan bagaimana

analisa terhadap data yang ada dan juga mengenai pengolahan data.

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan simpulan, keterbatasan dan saran berdasarkan

penelitian yang dilakukan.