sejarah intelektual

61
PENGANTAR I hear and I forget I see and I remember I do then I understand. Di berbagai surat kabar dan media, kita temukan akhir-akhir ini berbagai tulisan tentang gejala menurunnya mutu pendidikan, menurunnya mutu “intelektual” anak-anak kita. Sehubungan dengan itu para pakar pendidikan kita telah berupaya dengan pelbagai cara meningkatkan mutu pendidikan agar dapat menghasilkan kaum intelektual yang berkualitas mondial. Meningkat atau tidaknya kualitas pendidikan sangat tergantung pada pelbagai unsur yakni keluarga sebagai pendidik utama, sekolah sebagai perpanjangan tangan dari pendidikan di rumah dan lingkungan masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar maka setiap guru perlu memiliki pemahaman yang holistik tentang peserta didik. Sebenarnya belajar adalah masalah setiap orang karena hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan,kegemaran dan sikap manusia terbentuk, termodifikasi dan berkembang karena belajar. Kegiatan yang disebut belajar itu terjadi dimana-mana seperti di rumah, di kantor, di pabrik, di stasiun dan tentu saja di lembaga2 pendidikan formal. Di dalam lembaga2 pendidikan formal, usaha2 dilakukan untuk menyajikan pengalaman belajar bagi peserta didik agar mereka belajar hal2 yang relevan yang digunakan dalam hidupnya kelak. Oleh karena belajar itu adalah masalah dari setiap orang, maka tidak aneh kalau banyak pihak yang berusaha mempelajari dan menerangkan hal yang disebut “belajar”. Yang menjadi masalah pokok dalam belajar yakni bila ada perubahan tertentu dalam diri seseorang, misalnya dari tidak dapat menggunakan komputer lalu menjadi mahir menggunakannya, dari tidak mampu berbahasa Inggris lalu menjadi mahir dalam bahasa tersebut. Namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang karena hasil belajar. Beberapa perubahan yang terjadi pada bayi terjadi bukan karena belajar tetapi karena “kematangannya”, misalnya bayi yang tadinya tidak dapat tengkurap, lalu dapat tengkurap, yang tadinya tidak dapat berdiri lalu dapat berdiri. Disamping itu masih ada satu jenis perubahan yang terdapat pada seseorang yang tidak dapat digolongkan sebagai “perubahan” yang terjadi karena belajar ialah bila perubahan yang terjadi pada diri seseorang itu berlangsung “sangat singkat” dan kemudian segera “hilang” lagi. Misalnya seseorang yang kebetulan dapat memperbaiki radio, tetapi ketika harus mengerjakan sekali lagi sudah tidak mampu. 0rang tsb sebenarnya belum belajar. Satu hal lagi yang perlu diketahui bahwa perubahan sebagai “hasil belajar” diperoleh karena individu berusaha keras & tekun untuk menguasai sesuatu. Ciri-ciri kegiatan yang disebut BELAJAR ialah: a. aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti behavioral changes) baik aktual maupun potensial b. perubahan itu pada hakekatnya adalah diperolehnya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama c. perubahan itu terjadi karena usaha yang sungguh-sungguh. Yang dimaksudkan dengan “Perubahan” disini ialah dalam hal: a.Aspek pengetahuan manusia yakni dari tidak tahu menjadi tahu atau lebih berpengetahuan yang dikaitkan dengan proses perolehan, penafsiran pengelolaan dan penerapan pengetahuan b.Aspek Sikap atau Kemauan yakni dari tidak mau menjadi mau, dari kurang serius menjadi serius, dari tidak percaya menjadi percaya. c.Aspek Perilaku , Praktek & Ketrampilan manusia, dari perilaku yang satu ke perilaku yang lain menuju kebaikan, dari tidak bisa menjadi bisa melakukan sesuatu. d.Aspek Kinerja atau Performance dimana pengertian ini lebih terfokus pada hasil atau dampak proses belajar atau dampak proses belajar. 1

Upload: yoseph-f-buga

Post on 01-Jan-2016

144 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Intelektual

PENGANTARI hear and I forgetI see and I rememberI do then I understand.

Di berbagai surat kabar dan media, kita temukan akhir-akhir ini berbagai tulisan tentang gejala menurunnya mutu pendidikan, menurunnya mutu “intelektual” anak-anak kita. Sehubungan dengan itu para pakar pendidikan kita telah berupaya dengan pelbagai cara meningkatkan mutu pendidikan agar dapat menghasilkan kaum intelektual yang berkualitas mondial. Meningkat atau tidaknya kualitas pendidikan sangat tergantung pada pelbagai unsur yakni keluarga sebagai pendidik utama, sekolah sebagai perpanjangan tangan dari pendidikan di rumah dan lingkungan masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar maka setiap guru perlu memiliki pemahaman yang holistik tentang peserta didik.

Sebenarnya belajar adalah masalah setiap orang karena hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan,kegemaran dan sikap manusia terbentuk, termodifikasi dan berkembang karena belajar.Kegiatan yang disebut belajar itu terjadi dimana-mana seperti di rumah, di kantor, di pabrik, di stasiun dan tentu saja di lembaga2 pendidikan formal. Di dalam lembaga2 pendidikan formal, usaha2 dilakukan untuk menyajikan pengalaman belajar bagi peserta didik agar mereka belajar hal2 yang relevan yang digunakan dalam hidupnya kelak. Oleh karena belajar itu adalah masalah dari setiap orang, maka tidak aneh kalau banyak pihak yang berusaha mempelajari dan menerangkan hal yang disebut “belajar”.

Yang menjadi masalah pokok dalam belajar yakni bila ada perubahan tertentu dalam diri seseorang, misalnya dari tidak dapat menggunakan komputer lalu menjadi mahir menggunakannya, dari tidak mampu berbahasa Inggris lalu menjadi mahir dalam bahasa tersebut. Namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang karena hasil belajar. Beberapa perubahan yang terjadi pada bayi terjadi bukan karena belajar tetapi karena “kematangannya”, misalnya bayi yang tadinya tidak dapat tengkurap, lalu dapat tengkurap, yang tadinya tidak dapat berdiri lalu dapat berdiri. Disamping itu masih ada satu jenis perubahan yang terdapat pada seseorang yang tidak dapat digolongkan sebagai “perubahan” yang terjadi karena belajar ialah bila perubahan yang terjadi pada diri seseorang itu berlangsung “sangat singkat” dan kemudian segera “hilang” lagi. Misalnya seseorang yang kebetulan dapat memperbaiki radio, tetapi ketika harus mengerjakan sekali lagi sudah tidak mampu. 0rang tsb sebenarnya belum belajar. Satu hal lagi yang perlu diketahui bahwa perubahan sebagai “hasil belajar” diperoleh karena individu berusaha keras & tekun untuk menguasai sesuatu. Ciri-ciri kegiatan yang disebut BELAJAR ialah:

a. aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti behavioral changes) baik aktual maupun potensial

b. perubahan itu pada hakekatnya adalah diperolehnya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama

c. perubahan itu terjadi karena usaha yang sungguh-sungguh.Yang dimaksudkan dengan “Perubahan” disini ialah dalam hal:a.Aspek pengetahuan manusia yakni dari tidak tahu menjadi tahu atau lebih berpengetahuan yang dikaitkan dengan proses perolehan, penafsiran pengelolaan dan penerapan pengetahuanb.Aspek Sikap atau Kemauan yakni dari tidak mau menjadi mau, dari kurang serius menjadi serius, dari tidak percaya menjadi percaya.c.Aspek Perilaku , Praktek & Ketrampilan manusia, dari perilaku yang satu ke perilaku yang lain menuju kebaikan, dari tidak bisa menjadi bisa melakukan sesuatu.d.Aspek Kinerja atau Performance dimana pengertian ini lebih terfokus pada hasil atau dampak proses belajar atau dampak proses belajar.Jika orang menjadi lebih berpengetahuan, lebih berkemauan dan lebih terampil mengerjakan sesuatu, maka tentulah ia menunjukkan performance yang lebih baik.

Menghadapi peserta didik yang memiliki intelektual yang tinggi atau anak berbakat maka perlu penanganan dan pemanfaatan yang sebaik-baiknya. Anak berbakat ini memiliki kemampuan “diatas rata-rata, kreatif & bertanggungjawab terhadap tugas”. Menurut Balitbang Depdikbud, secara rinci mengidentifikasi ciri2 peserta didik yang berbakat sbb:1.Memiliki ciri-ciri belajar a.l. mudah menangkap pelajaran, mempunyai ingatan yang baik, perbendaharaan kata yang luas, penalaran tajam, berpikiran kritis, logis, sering membaca buku bermutu, dan mempunyai rasa ingin tahu yang bersifat intelektual.2.Memiliki ciri-ciri tanggung jawab terhadap tugas, a.l. tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, mampu bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain, ingin berprestasi sebaik mungkin, senang dan rajin belajar, penuh semangat dan bosan dengan tugas2 yang rutin.3.Memiliki kreativitas, a.l.bersifat ingin tahu, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul-saran terhadap sesuatu masalah, mempu menyatakan pendapat secara spontan tanpa malu-malu, tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain, dan mampu mengajukan gagasan pendapat yang berbeda dengan orang lain.4.Memiliki ciri-ciri Kepribadian, a.l.disenangi oleh teman sekolah, dipilih menjadi pimpinan, dapat bekerjasama, dapat mempengaruhi teman2, banyak mempunyai inisiatif, dan percaya pada diri sendiri.

Berdasarkan berbagai hasil penelitian, potensi luar biasa ini tidak akan muncul begitu saja tanpa adanya stimulasi yang sesuai, misalnya lingkungan yang menantang dan cocok dengan bakat serta kemampuan mereka. Salah satu stimulasi yang dinilai sesuai ialah pendidikan yang berdiferensiasi yakni pemberian pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan bakat, minat, dan kemampuan intelektual yang unggul dari peserta didik. Program pembinaan anak yang memiliki kadar intelektuan yang baik ini biasanya menggunakan tiga model yakni “Grouping” (Pengelompokan), “Acceleration” (Percepatan) dan “Enrichment” (Pengayaan).

Selain memahami bakat atau kemampuan intelektual anak, guru juga perlu memperhatikan sifat2 peserta didik sebagai kekayaan kepribadian dalam hidup bersama. Tempramen seseorang berakar dalam jiwanya

1

Page 2: Sejarah Intelektual

serta berpengaruh kuat pada tubuh jasmaninya. Karena itu tempramen menjadi ciri khas dari individu yang paling hakiki yang dibawa sejak lahir. Tempramen terungkap secara otomatis dalam perasaan, sikap, dan tingkah laku individu dan tidak diatur oleh logika, intelek, dan kehendak. Jadi tempramen adalah “reaksi khas jiwa” terhadap lingkungannya. Tempramen juga berarti sikap bathin yang mempengaruhi perbuatan, perasaan, dan pikiran.Ada empat macam tempramen dalam diri manusia yakni:1.Sanguinis (sanguis=darah) yakni tempramen yang aktif, ceria, emosional, sensitif namun mudah berubah. 0rang semacam ini mampu untuk menyelami perasaan dan pikiran orang lain. Ia halus dan simpatik, memiliki potensi untuk hidup gembira selalu. Celakanya, kadangkala ia juga berpikiran dangkal, labil serta kurang tabah dalam menghadapi kesulitan. Tipe individu yang ekstrovert (orientasi keluar diri) yang suka bicara dan mengungkapkan segala-galanya.2.Melankholik (Melankholia=empedu hitam) yakni tempramen individu yang introvert (orientasi kedalam diri), tertutup, pemurung, cenderung perasa, mudah tersinggung, tertekan, suka bergaul, pesimistis dan terkesan angkuh. Dia tidak punya banyak teman akrab, namun setia dan dapat diandalkan. Tempramen melankholik adalah tempramen yang bersifat artistik yang menghargai keindahan. Mampu menganalisa sampai kepada pemecahan yang sebenarnya. Tempramen tipe ini adalah tipe pemikir. 0rang melankholis yang sempurna adalah “jiwa, pikiran, semangat & jantung kemanusiaan”.0rang melankholis yang sempurna adalah tenang, mendalam dan selalu berpikir.3.Kolerik (chole=empedu kuning): yakni tempramen individu yang penuh semangat, memiliki prinsip yang kuat, energik, memiliki akal budi yang tajam, praktis dalam tindakan, berani menghadapi resiko tinggi atas perbuatannya dan hebatnya ialah bahwa keputusannya cenderung tepat atau relevan. Dia dikenal sebagai orang yang keras, tidak mudah diubah, cepat bertindak dan pemarah, sangat percaya diri, karena itu terkesan arogan, licik dan tidak begitu suka dengan kelembutan dan keindahan dan tidak ingin punya saingan.0rang model ini berkeyakinan untuk tetap teguh menghadapi tantangan. Berani menghadapi kesulitan, bergaul secara terbuka dan dia tahu bahwa segalanya akan beres selama ia memagang kendali pimpinan, karena ia memiliki kualitas kepemimpinan bawaan. Ia biasanya menanjak kepuncak dalam karier apa saja yang dipilihnya.4.Flegmatik (plegma=cairan tubuh yang lembab, lamban): yakni tempramen yang membuat individu tsb lamban, kesannya seperti pemalas dan karena itu harus dipaksakan. Selain itu dia bersifat oportunis, seolah-olah tidak peduli dengan orang lain dan lingkungannya dan karenanya terkesan congkak. Meski demikian ia dikenal sebagai orang yang baik dan tidak mudah tersinggung, selalu tenang dalam situasi apa saja, percaya diri dan pragmatis. Tipe flegmatik adalah tipe bagi orang yang suka damai, memiliki bakat bermeditasi dan kemampuan untuk mendengarkan, suka menghibur orang lain.

Dalam seminar “Kehidupan Rumah Tangga” di Denpasar thn 1983 Ron dan Karen Flower memberi dua contoh tentang tempramen.Situasi 1: Seorang diminta untuk membersihkan lantai dalam waktu dua jam. Bagaimanakah lantai tsb dibersihkan?Sanguinis: Ia segera membersihkan lantai tsb dengan cepat tetapi tidak terlalu bersih, namun baru setengah jalan dalam membersihkan lantai tsb, tiba2 ia terhenti dan mengobrol dengan tetangganya yang lewat.Melankholik: Dalam waktu dua jam ia baru dapat menyelesaikan pembersihan lantai.Tetapi bukan hanya bersih tapi lantainya menjadi sangat licin dan mengkilap.Kolerik: Ia segera membersihkan lantai dengan cepat dan menyelesaikan tugasnya dengan bersih & singkat.Flegmatik: Dua jam telah lewat, namun ia masih memikirkan bagaimana caranya untuk membersihkan lantai tsb.Situasi 2: Di sebuah taman, seorang sedang duduk di atas kursi panjang dengan meletakkan topi disampingnya. Tiba2 seorang datang dan langsung duduk di atas topinya tsb. Apakah yang menjadi reaksi dari pemilik topi “tergantung tempramen” yang dimilikinya. Inilah reaksi yang akan timbul sesuai dengan tempramennya masing2Sanguinis: (Dengan memegang topi dan tertawa) “Eh, lucu sekali bentuk topi ini. Sudah penyet sebab diduduki”Melankholik: (Dengan sedih dan menangis):”Aduh, jadi jelek sekali topi saya.Kamu ini bagaimana sih?Kolerik: (Dengan marah dan melotot):”Di mana matamu??Tidakkah kamu lihat ada topi disini?Flegmatik: (Diam seribu bahasa, tidak peduli apa yang telah terjadi).

Sebagai guru, hendaknya menyadari bahwa dalam tugasnya, ia menghadapi orang-orang dengan tempramen yang berbeda-beda dimana segi-segi negatif dari tempramen itu akan dapat muncul dalam interaksi KBM yang dipimpinnya. Dengan melihat tempramen diatas perlu bagi guru, orangtua untuk membimbing emosi anak agar sesuai dengan tempramen yang mereka miliki karena sejak lahir manusia bergerak dalam pengalaman dan tingkah laku emosional. Mengisap ASI bagi seorang bayi misalnya tidak sekedar bertujuan mengisi perut lapar, tapi karena perbuatan tersebut memberi kepadanya “kepuasan emosional” tertentu. Bahwa emosi tampil sebagai kekuatan yang menghidupkan & menggerakkan seseorang sekaligus merupakan gejala dominan dalam kepribadian manusia. Di pihak lain pengalaman emosional seseorang selalu berarti pengalaman dalam relasi dengan dunia sekitarnya, dengan lingkungan, dengan orang lain sebagai suatu pengalaman sosialisasi. Bagi seorang anak keluarga merupakan lembaga sosialisasi pertama dan utama. Karena itu orangtua menduduki posisi penting dan strategis dalam perkembangan emosi anak dimana pengalaman emosional yang berulang dalam lingkup pergaulan dengan orangtua pada akhirnya akan membentuk suatu “set konsep diri” (cara pandang terhadap diri sendiri) yang bakal menjadi pedoman sikap dan tingkahlakunya.

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam perkembangan emosi anak ialah:1.Lingkungan Keluarga: pemeliharaan penuh cinta, perlindungan penuh kehangatan dan sikap penuh pengertian orangtua terhadap kebutuhan pengangkapan diri seorang anak akan sangat membantu penyesuaian emosinys yang dirindukan kemudian. Jika orangtua jadi sumber kegembiraan & kebahagiaan, maka relasi seorang anak dengan orang lain akan memuaskan. Sebalinya jika orangtua jadi sumber frustrasi maka relasi seorang anak dengan orang lain akan mengecewakan.2.Kebutuhan akan kasih sayang adalah kebutuhan fundamental seorang anak, dimana pemenuhan kebutuhan itu akan menjamin perkembangan emosi dan kepribadiannya secara menyeluruh.

2

Page 3: Sejarah Intelektual

3.Kebutuhan akan rasa aman (keamanan emosional) adalah kebutuhan hakiki dimana seorang anak akan mengalami rasa aman ketika orangtua memuaskan kebutuhannya dan memperlakukan dia sebagai anggota keluarga yang dirindukan.4.Dalam menanamkan disiplin, orangtua hendaknya sabar, tidak memojokan anak tertentu, tanpa kekerasan, penuh perhatian dan toleran, lemah lembut serta penuh kasih sayang.5.Harapan orangtua hendaknya seimbang dengan kemampuan dan kesediaan anak untuk memenuhi harapan. Harapan yang berlebihan akan menimbulkan rasa tidak mampu & rasa bersalah pada diri anak. Hal ini akan membuat dia terkurung dalam kecemasan & ketakutan yang berlebihan.6.Dalam banyak situasi, orangtua hendaknya lebih menggunakan pendekatan positif dengan memberi motivasi & kekuatan daripada hanya melarang dan mengoreksinya. Seorang anak ingin dicintai dan dihargai sebagai seorang pribadi sesuai dengan kemampuan dan kemauannya.7.Simpati dan empati yang diterima seorang anak dari orangtua akan sangat membantunya dalam mengadakan relasi interpersonal dengan orang lain.Empati ialah ikut merasakan derita seperti apa yang dirasakan oleh orang lain sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk sosial.Simpati: Kepedulian pada kesulitan atau derita orang lain tanpa ikut merasakan. Dalam simpati, tidak ada emosiKarena orang dipengaruhi oleh kesadaran berpikir.Agar anak berhasil dalam hidup perlu ditanamkan kedisiplinan dalam diri mereka agar mereka memiliki sikap positif dan bertanggung jawab. Disiplin ialah ketaatan pada norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat yang dilaksanakan dengan sadar, ikhlas lahir bathin tanpa diawasi orang lain sehingga timbul rasa malu terkena sanksi dan takut kepada Tuhan.Di negara kita GDN (Gerakan Disiplin Nasional) dicanangkan pada tgl.20 Mei 1995 yang mempunyai tiga ruang lingkup ialah budaya tertib, budaya bersih dan budaya belajar.

Berbicara tentang pengembangan potensi diri, tidak lepas kaitannya dengan beberapa pandangan tentang terbentuknya kepribadian manusia. Pandangan terbentuknya kepribadian manusia tersebut menurut beberapa ahli dalam bidang psikologis adalah sbb:1.Teori NATURE : teori yang beranggapan bahwa kepribadian manusia terbentuk dari bawaan waktu lahir. Dengan kata lain bahwa yang membentuk kepribadian manusia lebih banyak dari faktor bawaan daripada faktor datangnya dari luar atau milieu. Teori ini lebih menekankan pada potensi yang dimiliki karena faktor BAKAT. Beberapa tokoh aliran ini adalah aliran NATIVISME oleh Schoppenhauer, aliran Naturalisme oleh Jean Jacques Rousseau.2.Teori Nurture: teori yang menganggap bahwa kepribadian manusia terbentuk karena faktor yang datangnya dari luar lebih dominan daripada faktor bawaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepribadian manusia terbentuk oleh seberapa jauh lingkungan membentuk kepribadian manusia tsb. Para tokoh aliran ini adalah aliran Empirisme oleh John Locke dan aliran Psikoasosiasi oleh J.F.Herbart.3.Teori Konvergensi atau Kepribadian: teori ini mengemukakan bahwa kepribadian manusia terbentuk sebagai hasil interaksi dari “Nature” dan “Nurture”. Jadi hasil interaksi dari potensi yang dimiliki oleh manusia dan seberapa besar lingkungan mempengaruhi perwujudan potensi yang dimiliki. Tokoh aliran ini ialah W.Stern.Selain itu kita juga mengenal ada tiga tipe yang dapat dipakai untuk mendisiplinkan peserta didik ialah:1.Disiplin 0toriter: penerapan disiplin yang satu ini nampaknya tegas, akan tetapi dengan cara ini orangtua tidak memberi peluang sedikitpun kepada anak. Anak tidak ambil prakarsa sendiri karena peraturan2 yang ketat dan menuntut peraturan2 itu dipatuhi, anak harus berada pada tempat yang telah ditentukan, tidak boleh menyuarakan pendapatnya, sehingga menimbulkan rasa takut pada diri anak. Tipe 0toriter ini banyak memperlihatkan kegagalan pada anak seperti cenderung tidak bahagia, penyendiri dan sulit mempercayai orang lain, kadar harga dirinya paling rendah dibandingkan dengan anak2 yang dibesarkan oleh orangtua yang tidak terlalu mengatur.2.Disiplin gaya Permisif: memberi kebebasan mutlak terhadap anak untuk bertindak. Beberapa kalangan menilai, disiplin yang diterapkan oni hanya dalih orangtua untuk melarikan diri dari rasa tanggung jawab, bukan menumbuhkan kamndirian & kemampuan anak.Prinsip ini praktis bertentangan dengan prinsip kehidupan sosial anak yang butuh campur tangan orangtua dan orang dewasa lainnya. Pada hal kemandirian dan kepribadian anak terbentuk justru dari lingkungan sosial yang dihadapinya. Pada tipe permisif ini, orangtua cenderung pasif ketika sampai pada masalah2 penetapan batas2 atau menanggapi ketidakpastian, tidak menuntut, tidak menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya dan yakin bahwa anak2 akan berkembang sesuai dengan kecenderungan alamiahnya.3.Disiplin 0toritatif merupakan disiplin yang positif sebab berusaha menyeimbangkan antara batas2 yang jelas dan lingkungan yang baik untuk bertumbuh.Ciri-cirinya yakni: memberi bimbingan tetapi tidak mengatur, memboleh anak memberi masukan dalam pengambilan2 keputusan penting, menghargai kemandirian anak2nya namun menuntut anak2 memenuhi standard tanggung jawab yang tinggi pada keluarga, teman dan masyarakat, ketergantungan dan perilaku kekanak-kanakan tidak diberi tempat, upaya untuk berprestasi mendapat dorongan dan pujian, sehingga anak merasa dihargai dan timbul ethos kerja yang tinggi pada anak. Gaya disiplin 0toritatif dianggap mempunyai gaya yang lebih mungkin menghasilkan anak2 yang percaya diri, mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi dan disukai banyak orang yakni anak2 dengan kecerdasan emosional berderajat tinggi.

Dalam kaitan dengan tempramen, maka guru dan peserta didik perlu memahami secara garis besar watak dasar masing2 dan dengan memahami watak dasar tsb kita menerima diri kita dan menerima orang lain secara realistis. Mengakui kelemahan sendiri adalah hal yang tidak mudah bagi semua orang. Karena itu tempramen menjadi ciri khas individu yang paling hakiki yang dibawanya sejak lahir. Tempramen terungkap secara otomatis dalam perasaan, sikap, dan tingkah laku individu dan tidak diatur oleh logika, intelek dan kehendak. Jadi tempramen adalah reaksi khas jiwa terhadap lingkungannya dimana tempramen juga berarti sikap bathin yang mempengaruhi perbuatan, perasaan & pikiran. Masing2 tempramen akan tampil dan mengatakan, saya seorang Melankholis yang perasa, namun jiwa saya mudah tertekan. Saya seorang Koleris yang kuat &

3

Page 4: Sejarah Intelektual

dinamis tapi saya selalu sok berkuasa dan tidak sabar, sementara seorang Flegmatik adalah seorang yang suka damai, mudah bergaul namun tidak bersemangat, sedangkan seorang Sanguinis adalah seorang yang populer mempesona namun suka cerewet.

Dari segi gaya belajar, setiap individu belajar dengan gayanya sendiri dan ada empat tipe gaya belajar yakni:1.Tipe Converger yakni belajar melalui konseptualisasi abstrak (berpikir) dan eksperimentasi (berbuat), artinya dengan kecenderungan ini gaya belajar peserta didik lebih didominasi oleh intelek (pemikiran) dan perbuatan untuk mencoba-coba (dengan pengalaman raktis). Hal teoritis dan praktis harus seimbang. Gaya semacam ini umumnya mendominasi hidup para teknokrat.2.Tipe Diverger: tipe ini kentara pada orang yang belajar lewat pengalaman2 konkret atau melalui perasaan dan observasi reflektif atau lewat pengamatan. Dengan tipe ini, peserta didik lebih didominasi oleh intuisi, perasaan & sensitivitas. Dia mengamati contoh yang didemonstrasikan oleh pendidik atau penyuluh dan menyaimak hal2 yang berhubungan erat dengan emosi seperti keindahan gerak dan suasana. Ada banyak seniman memiliki kecenderungan belajar semacam itu3.Tipe Assimilator: dengan tipe ini, orang belajar melalui konseptualisasi abstrak dengan observasi reflektif. Peserta didik dengan gaya belajar ini cenderung bersifat teoritis, enggan berbuat. Ia berorientasi pada buku2 bacaan & contoh2 dan beranjak dari situ, ia membangun keyakinannya. Pada umumnya Teoritisi & para filsuf berkembang dengan tipe belajar demikian.4.Tipe Akomodator: dengan tipe ini, orang belajar lewat pengalaman konkret dan eksperimentasi yang aktif. Peserta didik dengan kecenderungan tipe belajar ini, lebih didominasi oleh situasi dan hal2 praktis. Intuisi dan tindakan2 praktis sangat diutamakan. Baginya pengalaman dan perbuatan aktif di lapangan adalah guru yang terbaik. Tipe belajar ini tidak merasakan perlunya teori yang berorientasi pada buku sumber. Gaya belajar seperti ini umumnya diminati oleh kalangan bisnis.

BAB IPENDAHULUAN

A. Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan.Sebelum kita membahas tentang sejarah intelektual atau sejarah ilmu pengetahuan kita perlu

mengetahui apa itu Intelektual. Kata intelektual berasal dari kata Latin Inteligensia dari akar kata Interlego atau Intelego artinya aku membaca diantaranya atau aku memisah-uraikan, maksudnya memisah-uraikan sambil mengendap lebih spesifik ke dalam bathin . Artinya orang yang intens dan mendalam memikirkan dan menghayati sesuatu. Karena itu Inteligensia harus dipahami sebagai bagian komunitas yang dapat dipandang atau memandang dirinya sebagai intelektual yang mempunyai kemampuan untuk sungguh2 berpikir bebas. Yang membuat seorang intelektual menonjol di tengah kelompok NON intelektual ialah KEMAMPUAN BERPIKIR BEBAS sebagai LAWAN dari kecenderungan mengikuti saja pikiran orang lain.

Konsep berpikir bebas dalam artian ini mencakup: a.Pengamatan yang cermat terhadap gejala2 di suatu lingkungan b.Pemahaman tentang sebab gejala2 itu dan korelasinya dengan gejala lainnya c.Perumusan suatu kesimpulan yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain dalam bahasa yang jelas dan mudah dimengerti.Intelektual ialah kemampuan untuk tumbuh menjadi seorang pembaharu dalam masyarakat karena proses berpikirnya telah terlatih untuk selalu bertanya.

Sarjana dan intelektual, jelas berbeda karena ada banyak jumlah sarjana yang tipis kadar intelektualnya. Ada yang dijuluki kaum intelektual meski bukan sarjana seperti Sutan Syahrir, Soedjatmoko, H.A.Salim (dijuluki The Grand 0ldman), Ki Hajar Dewantara, Gladstone dari Inggris dll. Mereka2 yang disebutkan tadi memiliki kadar intelektual yang tinggi, tidak kalah dengan Prof Dr Soepomo, Prof.Dr Purbotjaroko, Dr.Arif Budiman dan Dr daud Jusuf.Dalam bahasa kita, intelektual disejajarkan dengan kata “cendekiawan”, karena itu Lewis Cosser mendefinisikan cendekiawan adalah orang2 yang kelihatannya tidak pernah puas menerima kenyataan sebagaimana adanya. Mereka mempertanyakan kebenaran yang berlaku pada suatu saat dalam hubungannya dengan kebenaran yang lebih tinggi dan lebih luas.Edward Shills, mendefinisikan intelektual atau cendekiawan adalah orang2 yang mencari KEBENARAN , mencari prinsip2 yang terkandung dalam kejadian2 serta tindakan2.Motif orang2 yang berperanan sebagai cendekiawan atau intelektual adalah “kegairahan” untuk berbakti kepada kebenaran. Mannheim mengemukakan pandangan serupa, ketika beliau menyatakan bahwa intelektual sebagai suatu kelompok merupakan semacam lapisan yang terapung bebas dalam masyarakat, tanpa berhubungan dengan suatu kelas tertentu.

Untuk diketahui bahwa sejarah intelektual telah mempunyai kedudukan yang cukup mapan di Amerika Serikat meskipun istilah yang digunakan adalah “cultural history” atau “Social Ideas”. Di Eropah Barat, istilah yang dipakai adalah Geistesgesichte, atau histoire de la pansee (sejarah pemikiran).Karena itu dapat dikatakan bahwa sejarah Intelektual menekankan pada masalah hakiki tentang masalah apa saja yang ditinggalkan oleh “AKTIVITAS PIKIRAN-PIKIRAN” manusia. Bahan2 yang terpenting adalah karya2 para filsuf, seniman, penulis, ilmuwan yang tercatat dalam karya2 mereka dan dalam pembahasan spesifik seperti karya2: filsafat, sastra, agama, iptek dan kesenian.

Kini kita kembali ke tema (judul) diatas yang perlu kita bahas karena ada sejumlah istilah kunci yang memerlukan penjelasan terlebih dahulu sehingga kita dapat bertolak dari hal yang sama yakni istilah “pengetahuan” (knowledge), “ilmu pengetahuan: (science) dan “kebudayaan” (culture).Pengetahuan (knowledge) ialah hal tahu atau pemahaman tentang sesuatu yang bersifat spontan tanpa mengetahui seluk beluknya secara mendalam. Ciri dari pengetahuan ialah tidak terbuka akan usaha bantahan atas dasar pengamatan dan pemeriksaan.

4

Page 5: Sejarah Intelektual

Ilmu Pengetahuan (Science) ialah pengetahuan yang bersifat metodis, sistematis dan logis. Metodis, maksudnya pengetahuan tersebut diperoleh dengan menggunakan cara kerja yang terperinci, dan telah ditentukan sebelumnya, dan metode itu dapat berupa induktif atau deduktif.Sistematis maksudnya pengetahuan tsb merupakan suatu keseluruhan yang mandiri dari hal-hal yang saling berhubungan sehingga dapat dipertanggungjawabkan karena tersusun secara bulat sehingga tidak mengandung kontradiksi didalamnya. Logis, maksudnya proposisi2 (pernyataan) yang satu dengan yang lain mempunyai hubungan rasional sehingga dapat ditarik keputusan yang rasional pula.

Menurut ahli science Karl R.Popper dalam bukunya The Logic of Scientific Discovery, maka ilmu pengetahuan mempunyai CIRI KHAS yakni “dapat dibantah” (criticable and refutable) atas adasr pengamatan & pemeriksaan, maksudnya “terbuka untuk dibantah” meskipun kemungkinan akan tetap dapat bertahan. Untuk itu baiklah diberi contoh untuk memperjelas perbedaan diatas. Contoh: “Air itu terdiri dari dua molekul H dan satu molekul 0” merupakan pernyataan yang terbuka akan bantahan empiris.,kendati akan tetap bertahan. Dan ungkapan lain yakni: “Air itu zat cair” merupakan pernyataan yang tertutup akan usaha bantahan empiris.

Selanjutnya perlu ditinjau apa yang dimaksudkan dengan kebudayaan. Ada banyak definisi mengenai kebudayaan dari pelbagai disiplin pengetahuan dan ahli. Karena itu kita akan mengambil definisi yang diajukan oleh ilmu antropologi yang merumuskan KEBUDAYAAN ialah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar ( learned behaviour). Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah “kebudayaan” karena hanya amat sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yakni hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks. Sedangkan Ruth Benedict menambahkan bahwa kebudayaan itu tercipta berkat manusia mempunyai akal budi (ratio) dan pengetahuan maupun ilmu pengetahuan yang merupakan bagian terpenting dari kebudayaan umat manusia.

Kata kebudayaan berasal dari kata Sanskrit “buddhayah” yakni bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan AKAL. Apa yang bersangkutan dengan akal, antara lain pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Ada sarjana lain yang mengupas kata BUDAYA sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk BUDIDAYA yakni daya dari budi berupa cipta, karsa, dan rasa. Karena itu mereka membedakan budaya dan kebudayaan, dimana kebudayaan adalah HASIL dari cipta, karsa, dan rasa. Perbedaan itu tidak akan kita pakai dalam tulisan ini.

Adapun kata CULTURE berasal dari kata Latin COLERE yang artinya “mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani”. Dari arti ini berkembanglah arti Culture sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.

Kata Peradaban atau Civilazation, biasanya dipakai untuk menyebutkan bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju dan indah seperti misalnya; kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, organisasi kenegaraan dll. Istilah peradaban, sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni bangun, seni rupa, dan sistem kenegaraan dan masyarakat kota yang maju dan kompleks. Dalam kehidupan sehari-hari, pemakaian istilah peradaban tidak sesering istilah kebudayaan.

Sejak Lamarck menerbitkan buku teori Evolusi tahun 1809 yang mengatakan bahwa semua makhluk hidup terus menerus memperkembangkan bentuknya untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekitarnya, kemudian dilanjutkan dengan teori EVOLUSI Charles Darwin yang menerbitkan bukunya The 0rigin of Species thn 1859 dan Teilhard de Chardin,SJ dengan Le Phenomene Humain, istilah evolusi bagi makhluk hidup termasuk manusia, tidak asing lagi. Dengan dasar pandangan para Biolog, Geolog maupun Palaeontolog diatas, para Antropolog seperti A.L.Kroeber dan C.Kluckhohn sampai pada kesimpulan bahwa yang mengalami evolusi BUKAN hanya ORGANIKnya tetapi juga kebudayaan manusia. Evolusi 0rganik manusia mencapai tahap makhluk manusia secara penuh, baru setelah makhluk itu mempunyai kebudayaan

Pada mulanya kebudayaan manusia ber-evolusi secara lambat, sejajar dengan evolusi organismenya, dan baru 200.000 taun kemudian tampak sedikit kemajuan. Ketika ditemukan alat2 sekitar fosil2 Homo Neanderthal terlihat bahwa kebudayaan manusia telah bertambah dengan kemampuan “menguasai API” serta menggunakan “energinya”, dan kepandaiannya untuk membuat gambar2 pada dinding gua yang berarti bahwa manusia mulai mengembangkan kesenian, dan berhubungan dengan itu, mungkin juga konsep2 dasar mengenai “religi”. Namun sesudah zaman itu, nampak bahwa “evolusi kebudayaan” manusia mulai agak cepat jika dibandingkan dengan “evolusi organiknya”. Kalau 120.000 tahun kemudian bentuk “organisme manusia” berubah dari bentuk Homo Neanderthal menjadi “Homo Sapiens” seperti manusia sekarang, maka “kebudayaan” juga nampak banyak kemajuannya.

Kemudian hanya 50.000 tahun setelah itu, ketika dalam proses “evolusi 0rganik” hanya nampak perbedaan “aneka warna ras”, maka dalam proses evolusi kebudayaan telah mulai nampak alat2 dengan teknologi rumit seperti busuh panah. Adapun suatu perkembangan yang meloncat cepat adalah ketika dalam waktu hanya 20.000 tahun saja, berkembang kepandaian manusia untuk “bercocok-tanam”.

Setelah revolusi bercocok tanam dan kehidupan sedentair, yang juga menyebabkan meloncatnya pertambahan jumlah manusia, hanya dalam jangka waktu separohnya dari waktu proses perkembangan bercocok tanam, yakni 6.000 tahun kemudian, telah timbul lagi evolusi atau perubahan mendadak yang baru lagi dalam proses perkembangan kebudayaan yakni “revolusi masyarakat kota”. Peristiwa itu pertama-tama terjadi di pulau KRETA sekitar tahun 4.000 BC, daerah bulan sabit yang subur di perairan sungai Tigris & Eufrat, serta lembah sungai Nil.

Proses perubahan kebudayaan kemudian bertambah cepat lagi dan banyak unsur baru dengan suatu aneka warna yang besar di pelbagai tempat di dunia, berkembang dalam jangka waktu hanya 5.500 tahun setelah itu. Hingga kira=kira sekitar tahun 1500, beberapa tokoh warga bangsa2 Eropah Barat mengembangkan Iptek baru. Maka hanya dalam waktu 200 tahun, kebudayaan manusia mengalami suatu “revolusi industri” pada abad ke-18 hingga kini. Dalam proses perubahan mendadak itu, kebudayaan manusia terutama mengenai unsur2 teknologi dan peralatan fisiknya, dan juga mengenai organisasi sosial serta kehidupan rohaniahnya sudah

5

Page 6: Sejarah Intelektual

menjadi sedemikian kompleks sehingga manusia sendiri tidak dapat lagi mengendalikan dan menguasainya. Kecepatan perkembangan kebudayaan itu sudah menjadi beberapa ratus kali lipat.

Apabila proses evolusi & perkembangan kebudayaan manusia itu kita bandingkan dengan evolusi organismenya, dengan cara menggambar dua garis grafik yang sejajar, maka akan tampak bahwa hanya 2 juta tahun kedua garis itu sejajar, artinya sama cepatnya. Tetapi kemudian garis evolusi kebudayaan itu tadi, pada tempat yang menandakan waktu kira2 80.000 tahun yang lalu,waktu terjadinya “Homo Sapiens”, mulaimelepaskan diri dari garis evolusi organisme manusia. Dengan melalui dua peristiwa revolusi kebudayaan, yakni “revolusi pertanian” dan “revolusi perkotaan”, proses perkembangan tampak membubung tinggi dengan kecepatan yang seolah-olah tidak dapat dikendalikan, dalam waktu 200 tshun, melalui peristiwa yang disebut “revolusi industri”. Proses perkembangan kebudayaan yang seolah-olah melepaskan diri dari “evolusi organik” dan terbang sendiri membubung tinggi ini merupakan proses yang oleh ahli antropologi A.L.Kroeber disebut “proses perkembangan SUPERORGANIK” dari kebudayaan

Mengapa terjadi revolusi Kebudayaan??Pertanyaan ini dapat dikembalikan pada kodrat manusia yang selalu “ingin tahu, ingin maju, tidak pernah puas” akan apa yang telah dicapainya sehingga terus mencari dan mencoba menemukan yang lebih maju. Para sarjana sepakat bahwa ada tiga hal pokok yang mendorong manusia untuk selalu menemukan yang baru yakni:

1. Kesadaran dari para individu akan kekurangan dalam kebudayaan2. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan3. Ssistem perangsang bagi aktivits mencipta dalam masyarakat

Di samping itu faktor EVOLUSI kebudayaan juga ditentukan oleh:1.Faktort2 & situasi yang mendukung suatu kebudayaan 2.Kondisi yang memungkinkan penyebaran kebudayaan 3.Soal2 yang timbul akibat kontak atau pertemuan kebudayaan2 sehingga terjadi entah berupa akulturasi dan asimilasi maupun proses difusi.

Suatu penemuan baru oleh manusia biasanya berupa suatu rangkaian panjang yang dimulai dari penemuan2 kecil yang secara akumulatif atau secara bertimbun menjadi banyak, yang diciptakan oleh sederet pencipta. Dengan demikianproses innovasi (yaitu proses pembaharuan teknologi-ekonomi dan Lanjutannya) itu juga merupakan suatu proses evolusi. PERBEDAANnya ialah bahwa dalam proses INOVASI, individu2 bersifat aktif sedangkan dalam proses EVOLUSI, individu2 bersifat pasif bahkan sering bersifat negatif. Karena kegiatan dan usaha individu itulah maka suatu innovasi merupakan suatu perubahan kebudayaan yang lebih cepat (artinya yang lebih cepat kelihatan daripada suatu evolusi kebudayaan).Wujud kebudayaan menurut antropolog A.L.Kroeber dan J.J.Honigmann, mempunyai tiga wujud utama yakni: 1.Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari idée-idee, konsep, gagasan, nilai2, norma2, peraturan dsbnya2.Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.3.Wujud kebudayaan sebagai benda2 hasil karya manusia.

Wujud PERTAMA adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba. Lokasinya ada di dalam kepala, atau dalam “alam pikiran” warga masyarakat dimana kebudayaan itu hidup. Kalau warga masyarakat tadi menyatakan gagasan, idée mereka tadi dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan Ideal sering berada dalam karangan dan buku2 hasil karya para penulis warga masyarakat yang bersangkutan. Kebudayaan ini sebagian besar disebut “ilmu pengetahuan”.

Wujud KEDUA, dari kebudayaan sering disebut “Sistem Sosial” mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivtas manusia2 yang berinteraksi, serta bergaul satu dengan yang lain, selalu menurut pola2 tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian manusia dalam suatu masyarakat, maka sistem sosial itu bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi dan didokumentasi.

Wujud KETIGA dari kebudayaan disebut kebudayaan FISIK sehingga tidak memerlukan banyak penjelasan karena berupa seluruh hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat. Maka sifatnya paling konkret, berupa benda2 atau hal2 yang dapat diraba, dilihat dan difoto. Ada benda2 yang sangat besar seperti candi2, ada pula yang kecil seperti kain batik dan ada benda besar yang bergerak seperti kapal penumpang, kapal tanker, kapal induk dll.

Ketiga wujud dari kebudayaan yang terurai diatas, dalam kenyataan kehidupan masyarakat tentu tak terpisah satu dengan yang lainnya. Kebudayaan IDEAL & adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia. Baik pikiran2 & idee2, maupun tindakan dan karya manusia, menghasilkan benda2 kebudayaan fisik. Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pula pola2 perbuatannya bahkan juga cara berpikirnya.

Sungguhpun ketiga wujud dari kebudayaan tadi erat berkaitan, untuk keperluan analisis perlu diadakan pemisahan yang tajam antara tiap2 wujud. Bahkan tiap wujud pun masih dapat dipisahkan demi kamsud tertentu.Dan memang dalam rangka uraian lebih lanjut dari TULISAN ini akan dipisahkan salah satu bentuk dari wujud pertama kebudayaan yakni “Ilmu Pengetahuan”. Supaya maksud tsb lebih mudah tercapai maka perbedaan antara ILMU dan ILMU PENGETAHUAN perlu diperjelas sekali lagi.

Gejala pengetahuan dapat didekati secara “Fenomenologis”. Semua orang ingin mengetahui sesuatu, dimana “ada pengetahuan dalam orang itu”, atau “orang itu kurang pengetahuannya”. Itu semua adalah ungkapan2 di sekitar gejala pengetahuan pada manusia. Bagaimana proses seseorang sampai “mengetahui”?? Ini lah yang mau kita dekati sekilas.

Pendekatannya disebut “Fenomenologis” karena mau “menggambarkan” proses mengetahui sebagai fenomena (gejala) secara apa adanya. Jadi kita mau menelusuri gejala tentang “mengetahui itu bagaimana”?Pengetahuan bila didekati secara fenomenologis akan nampak sebagai berikut, dimana ada dua macam bentuk pengetahuan pada manusia, dimana: Yang pertama, sekedar ingin mengetahui demi menikmati pengetahuan2 itu saja. Yang kedua, mengetahui demi suatu tujuan tertentu yakni memakainya entah untuk memperbaiki lingkungan, entah untuk menyelidiki sesuatu lebih lanjut. Bila didekati lebih jauh, maka dua bentuk pengetahuan tadi dengan bertitik tolak dari gejala manusia yang bertanya mengenai adanya semua yang ada ini, maka orang

6

Page 7: Sejarah Intelektual

bertanya mengenai akar dari semua yang ada ini. Dalam gejala bertanya ini diandaikan adanya hubungan antara “yang bertanya” dan “yang ditanyakan”. Hubungan yang dimaksudkan adalah hubungan antara “yang bertanya” yakni manusia yang ingin mengenal semua yang ada dan “yang ditanyakan”, bahwa semua yang ada ingin dikenal sebagai sasaran pengenalan manusia.

Bila penyelidikan gejala pengetahuan mau dibedakan, maka “yang mengenal” akan disebut “subyek” sedangkan “yang dikenal” akan disebut “obyek”, walaupun harus disadari bahwa secara konkret yang satu tak pernah ada tanpa yang lain. Memang sebelum terjadi gejala pengetahuan, terdapat perbedaan yang jelas adanya “subyek” yang akan mengenal sesuatu yang disebut “obyek”.

Kesatuan dasar antara yang mengenal dan yang dikenal berada pada kenyataan bahwa melalui “akalnya”, manusia itu selalu bertanya dan mencari terus, mengetahui terus. Bila diselidiki lebih jauh, pengetahuan manusia bersifat sementara, sehingga manusia tidak pernah merasa puas dengan satu pengetahuan, maka dia akan bertanya lagi yang baru, sehingga kesatuan antara “yang mengenal” dan “yang dikenal” selalu merupakan synthesis yang dinamis antara yang “sudah tahu” dan yang “belum tahu”.Pada tahapan yang spontan & konkret, pengetahuan manusia merupakan “pengetahuan indrawi” yakni pengenalan langsung yang dipunyai manusia melalui indra-nya.

Kekhususan manusia ialah mampu mengabstraksikan pengetahuan2 indrawinya yang sontan dan konkret namun persoalannya ialah mana perbedaan antara pengetahuan spontan indrawi dengan pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan??B.Ada dua Cara menuju Ilmu Pengetahuan.

Setelah kita melihat gejala pengetahuan sebagaimana kita lihat di atas, muncul pertanyaan: apakah pengetahuan itu ilmiah?? Atau samakah Pengetahuan dengan Ilmu Pengetahuan? Kekhususan ilmu pengetahuan dibanding dengan pengetahuan terletak pada kemampuan manusia untuk menyadari pengetahuan yang diperolehnya secara spontan dan langsung itu serta membuatnya teratur dalam suatu sistem, sehingga bila orang lain menanyakan, ia bisa menerangkan dan mempertanggungjawabkan. Dengan perkataan lain, pengetahuan2 yang sudah ada, dikumpulkan lalu diatur & disusun sehingga masuk akal dan bisa dimengerti orang lain.

Untuk itu ada METODE menyusun secara sistematis. Terlebih dahulu kita akan membedakan adanya dua metode ilmu yakni Metode Umum dan metode Khusus (spesifik). Metode UMUM berarti metode yang merangkum seluruh penyelidikan dalam fase2 yang mempersatukan metode2 khusus menjadi satu rangkaian penyelidikan. Metode KHUSUS adalah cara penggarapan suatu masalah (persoalan) dalam satu tahap penyelidikan tertentu. Untuk mengenal metode Umum orang harus terlibat dalam seluruh penyelidikan dari tahap awal sampai tahap akhir.

Proses sistematisasi pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, biasanya melalui tahap tahap sbb:1.Tahap perumusan pertanyaan sebaik mungkin2.Merancang hipoteisis yang mendasar dan teruji3.Menarik kesimpulan logis dari pengandaian2.4.Merancang teknik mengetest pengandaian2.5.Menguji teknik itu sendiri, apakah memadai dan dapat diandalkan6.Test itu sendiri dilaksanakan dan hasil2nya ditafsirkan7.Menilai tuntutan kebenaran yang diajukan oleh pengandaian2 itu serta menilai kekuatan teknik tadi.8.Menetapkan luas bidang berlakunya pengandaian2 serta teknik dan Merumuskan pertanyaan baru.

Kendati demikian para ahli ilmu pengetahuan jarang Merumuskan kedelapan tahap di atas secara eksplisit, namun sebenarnya metode ilmiah inilah yang menjadi kekhasan ilmu pengetahuan. Tanpa metode ilmiah tidak ada ilmu pengetahuan. Dengan cara inilah pengetahuan yang langsung indrawi dan spontan dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan yang sistematis, metodis, dan logis.

Ada dua cara pendekatan ilmu pengetahuan berikut ini adalah dua cara (metode) yang biasa kita kenal (bandingkan bab selanjutnya). Ilmu pengetahuan dalam usaha mencapai ISI yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan mengenal dua cara. PERTAMA, berusaha masuk sedalam-dalamnya pada struktur obyek yang sedang diselidiki. Ini dilakukan seperti mau menangkap keseluruhan kerangka kepastian dari obyek yang diselidiki secara apriori. Pendekatan ini mewakili ilmu2 Teoretis seperti matematik (cara DEDUKSI).KEDUA, orang mau mendekati kenyataan sebagai obyek pengetahuan dengan cara membuat model2 mini atau maksi dari kenyataan yang mau diselidiki. Ini dilakukan dengan mementingkan pengamatan & penelitian yang disebut “empiri”. Hasil pengamatan mau dirangkum dalam model2 tadi (cara INDUKSI). Demi semakin jelasnya kedua cara pendekatan itu akan kita lihat lebih jauh.

Yang pertama adalah cara INDUKSI, kita ambil dalam ilmu Kedokteran. Pada thn 1847 Igdaz Philipp Semmelweis, ahli bedah dan kebidanan di rumah sakit Wina menjadi cemas melihat bahwa di bagian bersalin sampai 10% dari wanita & bayi meninggal akibat “demam bersalin” (puerperal fever) menurut ilmu kedokteran pada saat itu. Dalam keinginannya untuj mengatasi keadaan yang menyedihkan itu Semmelweis mula2 mengumpulkan data se-banyak2nya, lalu mengumpulkan hipotesis2 yang sedang beredar tentang sebab “penyakit itu”. Akhirnya hipotesis2 itu diperiksa berlaku-tidaknya satu demi satu.

Jadi cara kerja INDUKSI (secara singkat) sebenarnya mendasarkan diri pada “pengamatan, penelitian & percobaan2”. Contoh paling jelas dalam rangka kerja ilmu alam. Dan disini ILMU berusaha mengemukakan hipotesis2 yang akibat2nya cocok dengan data2 empiris dimana data empiris bisa menjatuhkan suatu hipotesis, bisa pula merupakan titik tolak penyempurnaan. Dari hipotesis yang semakin disempurnakan, ilmuwan ber-cita2 untuk makin menjadikannya sesuatu yang diakui sebagai “hukum alam yang pasti”. Hipotesis yang terus dicoba akan dikembangkan menjadi “hukum” dan “hukum” akan dikembangkan lagi melalui penyelidikan, penelitian sampai menghasilkan suatu TEORI ILMIAH, artinya Induksi selalu mau memeriksa kemungkinan2 dari hukum yang ada. Disini nampak jelas pertautan antara ilmu pengetahuan & penelitian.

Selama suatu teori mempunyai kemampuan menjelaskan kedudukan & keterbatasan hukum2 yang bersangkutan maka teori itu berguna. Inilah cara kerja Induksi dari ilmu2 empiris. Di dalamnya termasuk pula apa yang disebut sebagai “Human Sciences” (Ilmu2 Kemanusiaan) yang mengikuti cara Induksi artinya ikut melalui tahap2 hipotesis, hukum, dan teori juga. Akan tetapi karena sasaran ilmu kemanusiaan seperti sejarah,

7

Page 8: Sejarah Intelektual

bahasa, ilmu agama,kebudayaan dstnya adalah manusia dan masyarakatnya maka peneliti terlibat dalam sasaran itu, ia tak bisa netral seperti bila menyelidiki benda2 atau alam mati.

Yang kedua adalah cara kerja DEDUKSI. Cara kerja ini paling menyolok dalam ilmu pasti. Si ilmuwan se-olah2 mendasarkan pada suatu ILHAM bahwa salah satu rumus (atau gagasannya) dapat dibuktikan kebenarannya atau berlakunya. Dia mencari jalan untuk MENURUNKAN (to DEDUCE) rumus itu sampai berhasil dibuktikan berdasarkan aksioma pokok. Rumus yang sudah berhasil dijadikan dalil, kemudian diberi tempat dalam urutan sistematis-deduktif dari seluruh ilmu Pasti yang bersangkutan. Namun kadangkala terjadi bahwa ilmuwan yang sedang meninjau dalam suatu aksioma tiba2 langsung melihat suatu dalil lagi yang bisa diturunkannya secara deduktif. CARA KERJA Deduksi dari sudut proses pentahapannya adalah sbb:1.Tahap pertama, terdapat sejumlah paham dasar aksioma atau patukan kerja2.Tahap kedua, dengan memakai unsur2 dari aksioma tadi (pertama) ilmuwan menurunkan secara deduktif sejumlah dalil yang banyaknya tak terbatas. Maka dari itu suatu ilham deduktif, misalnya ilmu pasti, bersifat dapat diteruskan “PENURUNAN” (dalil2) sampai tak terhingga. CIRI lian dari ilmu DEDUKTIF yakni sifatnya yang ABSTRAK (berupa dalil2) yang berbeda dengan ilmu Empiris yang konkret.Melalui dua jalan itu, suatu gejala pengetahuan disistematisasi menjadi “ilmu pengetahuan”.C.Penelitian.

Penelitian adalah penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Manusia selalu ingin mencari tahu sebab musabab dari satu atau serentetan akibat. Hasrat ingin tahu manusia yang tidak pernah padam inilah yang mendorong kegiatan penelitian, yang pada gilirannya mendorong pengembangan ilmu pengetahuan.

Secara lebih singkat dapat pula dikatakan bahwa penelitian tidak lain berarti MEMPERTANYAKAN. Memang setiap proyek penelitian selalu berisi dua bagian pokok yakni pertama PERTANYAAN yang diajukan dan kedua, JAWABAN atas pertanyaan itu. Penelitian yang berhasil harus berakhir dengan terjawabnya pertanyaan yang diajukan pada saat dimulainya penelitian. Secara keseluruhan elemen2 dalam setiap penelitian adalah “satu persoalan, berbagai kemungkinan jawaban dan pengumpulan serta penilaian data untuk mengarahkan pada pilihan atau kemungkinan2 jawaban diatas”.

Kemajuan umat manusia dan bahkan eksistensi umat manusia itu sendiri tergantung pada tekad manusia untuk menghadapi tantangan2 masalah yang sangat kompleks yang dihadapinya. Penelitian memegang peranan sangat penting dalam:1.Membantu manusia memperoleh pengetahuan baru. 2.Meperoleh jawaban atas suatu pertanyaan, atau3.Memberikan pemecahan atas suatu masalah.

Dengan perkataan lain FUNGSI penelitian adalah membantu manusia meningkatkan kemampuannya untuk menginterpretasikan fenomena2 masyarakat yang kompleks dan kait mengait sehingga fenomena2 itu mampu membantu memenuhi hasrat ingin tahu manusia.Mengapa ilmuwan perlu tahu dan menguasai metodologi penelitian atau ilmu mengenai metode2 penelitian??? Pertama: sebagai ilmuwan harus terlatih berpikir ilmiah yakni bersikap skeptik, analitik dan kritis. Sikap serta cara berpikir yang demikian dapat dikembangkan dengan penelitian yang merupakan kegiatan yang teratur, terencana dan sistematikKedua: kodrat manusia itu ingin tahu karena manusia memang tidak pernah puas. Ia tidak puas berhenti pada tahap tertentu dari ilmunya, tetapi mau terus mengembangkannya, mencobanya dengan penelitian , melihat apakah ada kemungkinan munculnya ilmu yang baru. Ketiga: teknologi (sebagai aplikasi nyata ilmu pengetahuan) dalam penerapannya memancing adanya penelitian2 baru yang terus menerus. Sebab utamanya adalah penerapan teknologi menghasilkan akibat2 sampingan baru yang sebelumnya tidak atau bahkan belum diperhitungkan manusia. Sebagai contoh: pabrik reaktor nuklir,dulunya sebagai hasil ilmu pengetahuan baru yang menakjubkan dari kaum cendekiawan dan dipandang sebagai sumber energi yang berdaya guna. Namun setelah diterapkan dalam pembuatannya,timbullah masalah baru, bagaimana membuang sampah nuklir yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia itu?? Ini perlu penelitian agar ada solusinya.

Dengan penelitian dihasilkan pengetahuan baru yang memancing penerapan dan penerapan tsb memancing penelitian baru, apakah sudah memuaskan atau belum. Hal ini menghasilkan pengetahuan baru lagi. Begitu seterusnya. Jadi secara singkat: ilmu pengetahuan mendorong penerapannya (teknologi), dimana teknologi mendorong penelitian, penelitian menghasilkan ilmu pengetahuan baru dan ilmu pengetahuan baru mendorong teknologi baru.

Dengan demikian penelitian merupakan MOTOR bagi perkembangan ilmu pengetahuan, justru karena membantu, membuktikan penerapan ilmu pengetahuan sendiri.Dalam penelitian dirumuskan kekurangan2 dan teori lama sehingga dimunculkan kebutuhan baru untuk memperbaiki teori. Proses inilah yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan.

BAB IISEJARAH PERKEMBANGAN

ILMU PENGETAHUAN.

Tidak diragukan lagi bahwa manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia. Usaha mula2 di bidang keilmuan yang tercatat dalam lembaran sejarah dilakukan oleh bangsa Mesir dimana banjir sungai Nil yang terjadi tiap tahun ikut menyebabkan berkembangnya sistem almanak, geometri dan kegiatan penelitian.. Keberhasilan ini kemudian diikuti oleh bangsa Babylonia dan Hindu yang memberikan sumbangan2 yang berharga, meskipun tidak seintensif kegiatan bangsa Mesir. Sesudah itu muncul bangsa Yunani yang menitikberatkan pada pengorganisasian ilmu pengetahuan dimana mereka bukan saja menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan astronomi, kedokteran, dan sistem klasifikasi Aristoteles, namun juga SYLOGISME yang menjadi dasar bagi penjabaran secara DEDUKTIF pengalaman2 manusia. Terlepas dari kecenderungan untuk menitikberatkan teori

8

Page 9: Sejarah Intelektual

dan kurang memperhatikan percobaan sebagai sumber bukti2 keilmuan, bangsa Yunani dapat dianggap sebagai PERINTIS dalam mendekati perkembangan ilmu pengetahuan secara sistematis.

Pendekatan Sylogistik adalah satu2nya metode yang efektif dalam cara berpikir secara sistematis dalam zaman Yunani dan Romawi sampai pada masa Galileo dan Renaisance. Cara berpikir pada Abad Pertengahanberdasarkan Sylogisme ini mencapai puncaknya yang ekstrem, dimana tanpa memperhatikan peringatan Aristoteles, manusia berpikir se-akan2 seperti suatu GYMNASTIK MENTAL tanpa hubungan sama sekali dengan pengamatan dan pengalaman alam nyata. Sebagai contoh:: bagaimana mereka memecahkan masalah mengenai berapa jumlah gigi seekor kuda. Celakanya, masalah ini bukan didekati dengan mengamati dan menghitung gigi kuda namun dipecahkan secara logika. Hal ini tentu saja merupakan kesalahan fatal dan bahkan juga Aristoteles melakukan hal yang sama. Dan pandangan yang demikian ini dianut sampai zaman Renaisance.

Dalam bagian ini kita akan telusuri perkembangan ilmu pengetahuan di Eropah (pada mulanya tentu mencakup daerah sekitar laut Tengah secara umum dari periode yang satu ke yang lain. Supaya tujuan tsb tercapai ada baiknya kalau kita menyemak latar belakang ataupun alam pemikiran tiap2 periode. Baru kemudian kita bahas tiap2 periode dan sedikit kita lihat perkembangan sekolah, perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dengan pelbagai alirannya.A.Periodisasi Sejarah Ilmu Pengetahuan Barat.

Periodisasi sejarah ilmu pengetahuan tidaklah sejajar dengan periodisasi sejarah Eropah pada umumnya. Pada bagian awal ada kesejajaran antara keduanya, sedangkan pada bagian akhir agak berbeda. Pada umumnya periodisasi sejarah ilmu pengetahuan adalah sbb: 1.Zaman Purba: 15.000 – 600 BC. 2.Zaman Yunani-Romawi: 600 BC-200 M 3.Abad Pertengahan 4.Zaman Modern dimana Renaisance dapat dikatakan sebagai awal abad modern dari sejarah ilmu pengetahuan, yang dimulai kira2 abad ke-15-16.1.Zaman Purba.

Sebelum zaman ini muncul, sudah didahului oleh zaman batu yang mempunyai ciri pengetahuan yang disebut know-how, yang diperoleh berdasarkan: a.kemampuan mengamati b.kemampuan mem-beda2kan c.kemampuan memilih d.kemampuan melakukan percobaan tanpa disengaja, yang dilandasi pada proses yang disebut trial & error. Berdasarkan proses tsb lambat laun terjelma kemantapan dalam melakukan pekerjaan yang memberikan hasil2 sbb:

Pembuatan alat2 batu dari yang empuk sampai akhirnya terbuat dari batu yang keras, serta memperbaiki bentuk alat2 itu sendiri sampai sempurna. Pada awalnya orang2 zaman batu hidup sebagai pemburu dan mengumpulkan hasil hutan (food gathering). Pemakaian API, disamping untuk memasak makanan, juga membawa akibat lain yakni lambat laun dapat dipakai untuk membuat periuk dan barang pecah belah dari tanah liat (gerabah), juga dengan bahan perunggu dan besi dalam tahap perkembangan selanjutnya. Lepas dari soal2 langsung berhubungan dengan keperluan kehidupan se-hari2, orang zaman batu juga membuat gambar2 di gua2 dan pemakaman untuk orang mati. Kemampuan membuat alat2, menggambar merupakan “penimbunan pengetahuan & pengalaman” sekalipun tidak mengenal dasar asal atau makna mula semuanya itu. Oleh karena itulah kemampuan mereka ini disebut kemampuan know how.

Zaman batu dilanjutkan masa 15.000-600 BC dimana manusia zaman itu “menerima & meneruskan” warisan manusia zaman batu baik dalam lapangan pertanian & peternakan maupun dalam pembuatan alat2. Dalam hal pembuatan alat2 terjadi kemajuan pesat dalam pengolahan logam (perundagian) seperti perunggu dan besi sehingga batu tidak lagi dipergunakan.

Untuk kehidupan se-hari2 dari sebagian rakyat biasa, dasar kehidupan tetap pada tingkat know-how , demikian pula perbaikan yang terjadi, tetap berada dalam tingkatan ini. Sebagai CONTOH dapat dikemukakan pengolahan logam emas & perak serta batu2 perhiasan yang menghasilkan perhiasan yang sangat artistik.

Kemajuan yang bersifat KHUSUS adalah penemuan kemampuan “menulis & berhitung”. Kedua jenis kemampuan tsb berkembang sedikit demi sedikit dan berlandaskan pada DAYA ABSTRAKSI, khususnya dalam kemampuan menemukan soal yang sama di antara soal2 yang ber-beda2. Dengan dikuasainya kemampuan menulis, maka terjadilah penimbunan pengetahuan secara teratur dan terus menerus. Pada zaman kini kegiatan demikian menjadi kepustakaan.

Berdasarkan pencatatan sistematis dan pengumpulan data, timbul pula penemuan2 baru,misalnya “peta perbintangan dengan konstelasi2” yang seluruhnya kelak menjadi ZODIAC yang sampai kini masih dipakai. Penemuan abstrak lainnya ialah siklus yang terdiri dari siklus mingguan, siklus bulan, dan siklus matahari Yyakni 365 sampai 366 kali terbit-tenggelamnya matahari), dengan demikian tersusunlah KALENDER tahun Surya dan TAHUN BULAN. Kelender ini pun kemudian digunakan untuk mengatur kehidupan, upacara2 dll.

Dengan adanya KALENDER dapat pula ditetapkan siklus gerhana bulan, sehingga dalam zaman purba untuk pertama kalinya dapat dilaksanakan ramalan yang sebenarnya berdasarkan pengamatan astronomis, artinyaBerdasarkan pengalaman yang obyektif nyata dan pada dasarnya dari takhyul. Tetapi tentunya dasar ilmiah ini tidak atau belum disadarinya. Selain itu ramalan tsb tetap merupakan ramalan, bahkan mungkin masih berhubungan dengan takhyul.

Disamping proses abstraksi tsb dalam kehidupan se-hari2 terjelma kemampuan mengukur, baik mengukur luas bidang tanah dan perladangan maupun mengukur hasil panen. Juga ditentukan bentuk segitiga siku-siku dengan sisi tiga, empat dan lima unit. Segi tiga tsb menjadi alat untuk segala keperluan yang membutuhkan segitiga siku-siku, atau sudut siku-siku. Kemampuan mengukur dan berhitung ini dikemudian hari berkembang dan menjelma menjadi arithmatics dan geometri.

Pengetahuan tsb diatas mengandung pokok2 sebagai berikut: a.Kemampuan mengamati b.Kemampuan mengumpulkan dan mencatat peristiwa secara tertib & teratur c.Kemampuan menemukan soal sama, meskipun bahan2nya ber-beda2 melalui proses abstraksi berdasarkan kesamaan atau keteraturan dan kemampuan menemukan semacam “hukum alam”.

Peristiwa2 tsb hingga kini terus merupakan bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan. Sekalipun demikian pengetahuan sebagaimana dikemukakan di atas itu semuanya masih diperoleh secara alamiah, artinya tanpa disadari dan tanpa disengaja. Demikian pula segala peristiwa hanya diterima sebagaimana adabnya dan

9

Page 10: Sejarah Intelektual

tanpa pengalaman lebih lanjut. Dengan kata lain, bangsa manusia purba hanya memiliki a receptive and empirical mentality.

2.Zaman Yunani-Romawi:Berbeda dengan bangsa Mesir, Babylon, Niniveh dan Sumeria, bangsa Yunani kuno memiliki suatu

yang disebut “Inquiring mind”. Mereka tidak mau menerima peristiwa2 begitu saja. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni:a.Mereka tidak mau menerima penampilan yang ber-beda2 sebagaimana dialaminya se-hari2, melainkan secara spekulatif mencoba mencari se-dalam2nya dasar yang menyusun penampilan yang ber-beda2 itu. Berdasarkan sikap demikian maka antara lain timbul pendapat tentang atom & kehampaan dalam rangka pemikiran Demokratos. Hal ini mendasari filsafat MONISME Materialistis hingga sekarang. Sebaliknya Plato mempelopori filsafat monisme SPIRITUALISTIS yang berpendapat bahwa sumber dari segalanya adalah IDEE yang abadi, sempurna, dan berada di alam baka. b.Dalam bidang ilmu Pasti , Pythagoras memulai prinsip analisis, generalisasi, dan pembuktian dalam lapangan ilmu ukur (geometri) serta ilmu pasti murni seperti teori bilangan serta pemeriksaan hubungan antara nada dan panjang dawai.

Pekerjaan Pythagoras dan ahli ilmu pasti Yunani di bidang geometri di kemudian hari disistematisasikan oleh Euclides dalam bentuk yang hingga sekarang ini dapat digunakan di sekolah2 dan dalam kehidupan se-hari2nya. Kemudian Aristoteles menyusun logika berdasarkan Sylogisme yang terdiri dari premise mayor dan premise minor yang sebenarnya sudah tersirat dalam premise mayor. Berdasarkan kedua premise tsb maka melalui proses DEDUKSI ditarik kesimpulan dan dengan demikian apa yang tadinya tersirat menjadi eksplisit (tersurat). Logika Aristoteles ini merupakan Class Ligic dan bertahan sampai pertengahan abad ke-19 ini. Pengertian Logika merupakan jalan pemikiran ABALISTIS yang menjadi pokok, baik dalam kehidupan se-hari2 maupun menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan. Selain itu karya Aristoteles lainnya yakni Metafisika, berusaha menemukan dasar mutlak semua peristiwa, dan karenanya mempunyai hubungan erat dengan agama dan ilmu bahasa.

Dalam ilmu alam (fisika) muncul tokoh seperti Archimedes, sedangkan dalam lapangan ilmu Ukur dikembangkan Trigonometri oleh Aristarchus, Hipparchus dan Ptolomeus sehingga pembuatan “peta bumi” menjadi lebit tepat dan dengan demikian penting untuk perjalanan di darat dan di laut. Hipparchus dan Ptolomeus juga mengembangkan astronomi dengan sistem EPICYCLE yang menjadi salah satu sistem yang cukup mantap untuk perhitungan se-hari2nya, meski jika dilihat dari zaman kini sangat rumit dan landasannya yang keliru.

Aristarchus sudah mengajukan sistem tata surya yang bersifat Heliocentris, sedangkan Plato menjadikan pelajaran BAHASA dan MATEMATIKA secara tetap dalam akademiknya. Demikianlah sari hasil pemikiran suatu “Inquiring Mind” yang menjadi ciri khas bangsa Yunani.Selama kekuasaan Romawi dan kekuasaan agama Katolik dalam lapangan ilmu pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuan kecuali dalam bidang hukum dan pengembangan ilmu pengetahuan Yunani, terutama ajaran Aristoteles.

Pemikiran dalam abad Pertengahan dalam jangka waktu kira2 1.000 tahun berkuasa dalam masyarakat Eropah adalah pemikiran tentang agama & hukum. Sikap dan perasaan adanya hukum alam mendasari perkembangan ilmu pengetahuan di benua Eropah.3.Abad Pertengahan.

Abad Pertengahan ( Latin: Medium Aevum, Media Tempestas) oleh banyak ilmuwan disebut sebagai (The dark middle age) masa yang gelap gulita, tak berbudaya, amat kolot dsbnya. Abad ini ditandai dengan beberapa peristiwa yang menggoncangkan Eropah yakni : a.Perpindahan bangsa2 (Volker wanderung) sekitar thn 400 yang berakibat kekuatan Romawi mundur b.Berkembangnya Islam (thn 700) yang menggoyahkan kerajaan Romawi dan menghancurkan kebudayaan kuno, terutama daerah Afrika Utara dan Spanyolc.Penyerbuan2 dari suku Viking (thn 900) yang merupakan gelombang ketiga yang mengakibatkan bangsa2 Eropah gemeter. Peristiwa2 tsb menyebabkan bangsa Eropah tidak mendapat kesempatan melanjutkan pencapaian ilmu pengetahuan Yunani kecuali hanya meng-ulang2 saja.

Meskipun dalam bidang matematika, astronomi dan fisika, kekayaan pengetahuan dapat bertambah, begitu juga filsafat dengan aliran Scholastikanya, namun dasarnya tidaklah banyak yang berubah dan tetap seperti pada umumnya telah diletakkan dasar2nya oleh bangsa Yunani. Sebaliknya dalam bidang kedokteran, kimia dan biologi, serta farmasi, kemajuan cukup pesat walaupun penambahan ini semuanya se-mata2 berdasarkan akumulasi hasil pengamatan saja., jadi fakta empiris yang tidak di-analisis lebih lanjut. Percobaan2 dalam bidang kimia merupakan eksperimen yang berdasarkan trial and error sehingga hasilnya tidaklah mantap.4.Zaman Modern.

Abad Pertengahan berakhir dengan lahirnya Renaisance & Humanisme pada abad ke-15 & 16.Renaisance berarti kelahiran kembali yakni usaha manusia untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Kebudayaan klasik itu sangat di-dewa2kan dan diambil sebagai contoh untuk segala bidang cultural. Sudah dalam abad ke-14 Renaisance mulai berkembang dalam kesusasteraan Italia. Tokoh2 pengarang yang terutama ialah Petrarca (1304-1374), Boccacio (1313-1375). Dalam seni rupa masa Renaisance menghasilkan banyak karya yang bermutu tinggi, salah satu tokoh adalah pelukis, arsitek yang bernama Michelangelo (1475-1565). Dalam bidang filsafat, kita melihat minat baru akan hampir semua aliran filsafat dari masa purba, terlebih hasil karya Plato dan madzhab Stoa. Tapi dibandingkan dengan kesenian, filsafat dalam masa itu tidak menghasilkan karya2 penting.

Suatu perkembangan mahapenting pada waktu itu timbulnya ilmu pengetahuan yang dapat dikatakan langsung masuk ke zaman baru, khususnya ilmu pengetahuan alam yang modern berdasarkan metode eksperimental & matematik. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman ini berlangsung berdasarkan tiga sumber, yakni:

10

Page 11: Sejarah Intelektual

a.Karya2 bangsa Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab di semenanjung Iberia (Andalusia) dan juga tokoh2 Islam b.Perang Salib antara thn 1100 –1300 c.Jatuhnya Konstantinopel dalam tangan Turki tgl.29 Mei 1453 yang menyebabkan para sarjana & pastor2 dari Konstantinopel Mengungsi ke Italia dan negara2 Eropah lainnya dengan membawa hasil karya bangsa Yunani dalam bahasa aslinya.

Permulaan perkembangan dicetuskan oleh Roger Bacon (1214-1294) yang menganjurkan agar pengalaman manusia sendiri dijadikan sumber pengetahuan & penelitian. Dengan anjuran tsb maka dasar lama, yakni peninggalan Aristoteles dan yang menurunkan pengetahuan dari ajaran agama, kehilangan fungsinya.Permulaan perkembangan yang didasarkan pada pengalaman manusia, baru mulai mantap dengan karya Copernicus, Tycho Branche, John Keppler, dan Galileo. Dalam tangan merekalah tercipta prinsip heliocentrisme yang menggantikan prinsip Geocentrisme dan Antroposentrisme. Dengan teropongnya Galileo memastikan bahwa planet2 tidaklah bercahaya sendiri, melainkan memantulkan cahaya matahari seperti halnya bulan.Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sangat mantap dengan adanya karya Francis Bacon (1560-1626) yang berjudul NOVUM ORGANUM (0rganum Baru). Dalam tulisan tsb landasan empiris dalam mengembangkan pengetahuan dan ilmu pengetahuan ditugaskan dengan penguraian metode. Adapun Novum 0rganum itu dimaksudkan sebagai pengganti ORGANON (judul karya logika Aristoteles) hasil peninggalan karya Aristoteles

Landasan filsafat baru ini kemudian dijelmakan oleh sejumlah sarjana lainnya, terutama NEWTON yang memberikan landasan untuk teori Gravitasi, perhitungan Diferensial Integral dan 0ptika.Dalamlapangan ilmu Pasti, terjadi innovasi dasar yakni 0rthogonal Coordinate System oleh Descartes sang filsuf dan permulaan statistik oleh PASCAL dan FREMAT. Selain itu dualisme antara materialisme dan spiritualisme menjadi mutlak karena filsafat Descartes yang membedakan sifat2 obyektif yang dapat diukur dari sifat2 subyektif yang tetap tidak dapat diukur. Karena itu sejak Newtonian Science, perkembangan ilmu pengetahuan seperti “anak panah yang lepas dari busurnya”, sangat cepat sehingga se-akan2 tak ada hari tanpa penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan.B.Perkembangan Ilmu Pengetahuan secara Umum dari Masa ke Masa.1.Zaman Purba.

Zaman ini mencakup zaman batu yang meliputi masa antara 4 juta tahun BC sampai kira2 20.000 thn BC dan masa sesudah itu hingga kira2 thn 600 BC. Pada zaman batu ditemukan bahan2 berupa:a.Alat2 dari batu & tulang b.Tulang belulang hewan c.Sisa2 dari beberapa tanaman d.Gambar dalam gua2e.Tempat2 penguburan f.Tulang belulang manusia purba.

Peninggalan2 tsb, kecuali gambar dalam gua dan tempat penguburan, perlu dibuktikan berasal dari manusia atau tidak. Hal ini perlu karena, belum ada tulisan dan olehnya tidak ada sumber keterangan 2 lain. Mengapa alat2 batu tsb disebut “alat” dan bukan batu alam biasa?? Ada sejumlah alasan untuk menunjuk bahwa itu alat buatan manusia, yakni:a.Batu2 yang disebut “alat” itu bentuknya satu sama lain mirip, dan frekuensi kemiripan itu amat tinggi, berbeda dengan frekuensi persamaan yang ditemukan antara batu2 di alam biasa.b.Jika bentuk yang mirip persamaannya itu ditentukan umurnya dan kemudian diukur menurut urutan umurnya maka kelihatan bahwa bentuknya mengalami perubahan menuju ke arah perbaikan, sedang yang terakhir bentuknya jelas berbeda dari batu alamc.Bahan yang dipergunakan juga menunjukkan kemajuan dari bahan yang empuk ke arah bahan yang keras.d.Pada alat terakhir kadang2 ada tanda2 dalam bentuk ukiran, dan itu tidak ada dalam bentuk yang alamiah.

Bukti2 peninggalan tsb mengandung dan menunjukkan tiga sifat berikut yakni:a.Adanya konsep tentang “alat” untuk kegiatan manusia seperti memotong, mengeruk dllb.Konsep tsb menjelma sebagai benda2, dipergunakan oleh sekelompok makhluk dan menunjukkan perubahanc.Perubahan itu mempunyai hubungan dengan perbaikan fungsi & perbaikan bahan.Oleh karena itu, benda2 tsb merupakan bukti adanya kebudayaan, dan bukti kesemuanya dibuat oleh manusia.Peninggalan2 diatas semuanya didasarkan pada pengalaman, pengamatan, dan pemilihan. Penemuan ini semua nya terjadi baik secara kebetulan ataupun sengaja berdasarkan pengamatan primitif, dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan2 yang dilakukan tanpa dasar dan tanpa pengaturan, melainkan menurut proses trial & error. Akhirnya sekalipun tidak diketajui dasar2nya, setelah ratusan ribu tahun semua penemuan menjadi mapan, dan dalam bentuk mapan dapat diulang terus menerus. Dengan demikian tersusunlah “know-how”, sekalipun tidak diketahui sebabnya yakni WHY; dalam bentuk know-how itulah penemuan2 tsb diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Masa 15.000-600 BC merupakan masa lanjutan dari zaman batu dimana pembatasan waktu yang dilakukan tidaklah merupakan pembatasan yang tajam, melainkan hanya kira2 & dimaksudkan untuk memberikan ancar2 dan dasar pemikiran. Dalam sejarah pada umumnya, dan sejarah ilmu pengetahuan pada khususnya, semua menjalar tanpa ada batas yang tegas, segalanya menjalar secara berkesinambungan ke semua arah, dan hanya di sana-sini dalam arus tsb terjelma konsentrasi yang cukup kuat untuk dapat diperlihatkan secara khusus.

Warisan pengetahuan zaman batu bersifat MATERIAL, suatu warisan yang bisu, yang tidak dapat berbicara. Sebaliknya, oleh karena kebudayaan setelah thn 15.000 BC didasarkan atas tulisan zamannya sendiri, maka peninggalannya “berbicara” tentang zamannya sendiri. Berdasarkan bukti2 yang dapat bercerita sendiri, zaman ini disebut masa Sejarah.Dengan adanya kemampuan menulis, peristiwa dapat segera dicatat, sehingga kesalahan dapat diperkecil, sekecil mungkin. Dengan adanya tulisan,ilmu pengetahuan dapat disampaikan oleh generasi ke generasi. Akibat tulisan diketemukan maka kemajuan yang dicapai dalam jangka waktu kurang lebih 10.000 tahun itu besar sekali, jauh lebih besar daripada yang ditunjukan zaman batu yang berlangsung kurang lebih 2 juta tahun. Sebagai bukti dapat disebutkan terjelmanya kerajaan besar Mesir, Sumeria, Babylonia, Niniveh, juga India dan Cina.

Disamping kemampuan menulis, sejajar dengan itu dikenal kemampuan “berhitung”. Seperti halnya dalam rangka penyusunan abjad, dalam hal kemampuan berhitung ini kita menjumpai “proses ABSTRAKSI” terhadap suatu soal yang sama di antara soal2 yang ber-beda2 satu dari yang lainnya. Hasil analisis abstraksi ini adalah bilangan satu-dua-tiga, dstnya, yang kesemuanya disebut “system of natural numbers”.

11

Page 12: Sejarah Intelektual

Kemampuan menulis,apalagi dengan abjad, dan kemampuan menghitung dengan natural system merupakan kemajuan yang sangat besar artinya. Tanpa diketemukan cara menulis & berhitung, kemajuan zaman sekarang tidak mungkin akan tercapai. Dengan adanya kemampuan menulis & berhitung sebagai landasan, timbul berbagai kemungkinan baru. Misalnya, banyak peristiwa dan penemuan lainnya dapat dicatat secara terus menerus, terjadilah proses pengumpulan data dan penambahan pengetahuan yang berlangsung dengan lebih cepat daripada zaman sebelumnya. Diantara catatan tsb yang langsung berhubungan dengan ilmu pengetahuan adalah catatan mengenai perbintangan, yang kemudian berkembang ke arah astrologi dan astronomi.

Disamping itu timbul-tenggelamnya matahari, perubahan bentuk bulan, yakni dari bentuk sabit ke bentuk purnama dan kembali ke bentuk sabit, - serta adanya tahun Surya dan tahun Bulan, merupakan penemuan tentang siklus, periodisasi, dan jangka waktu yakni soal2 yang “abstrak”, seperti halnya abjad & natural numbers. Berdasarkan penemuan2 tsb di atas disusun suatu “kalender” sebagai pedoman waktu untuk mengatur kehidupan ritual, kehidupan biasa pada umumnya dan pekerjaan se-hari2.

Dengan adanya kalendar dan pencatatan gerhana bulan, ditemukan lagi sebuah siklus yakni “gerhana” sehingga manusia dapat meramalkan gerhana yang akan datang. Rupa2nya ramalan berdasarkan pengamatan peristiwa fisik ini merupakan ramalan pertama dalam lingkungan ilmu2 pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya akan nampak, bahwa ramalan memang merupakan salah satu di antara banyak fungsi ilmu pengetahuan lainnya.

Di samping pokok2 tsb dan berdasarkan pokok2 tsb timbul sejumlah penemuan & perkembangan lain. Misalnya: Pythagoras menemukan bahwa segitiga dengan unit tiga, empat, dan lima adalah segi tiga siku-siku. Per-undang2an raja ditulis dan bagian2 tulisan tsb ditemukan di berbagai tempat pada zaman sekarang ini. Juga penemuan logam, dan perniagaan tidak hanya tukar menukar barang, tapi juga dengan perhitungan harga serta uang logam dlsbnya.2.Zaman Yunani & Romawia.Thn 600 Bc-200 AD.

Zaman ini biasanya disebut zaman Yunani, oleh karena bangsa Yunani memberikan corak baru pada ilmu pengetahuan yang mendasarkan “Receptive mind” dan karena dalam masa tsb bangsa Yunani merdeka serta mempunyak kota2 merdeka yang disebut polis (city state).

Sesuda thn 300 BC-200 AD, perkembangan ilmu pengetahuan tetap dipelihara oleh orang2 Yunani. Zaman Alexander Agung dan penggantinya, sering disebut zaman Hellenisme. Bagian terakhir dari zaman Hellenisme ini sejajar dengan runtuhnya kerajaan2 Mesir ke tangan bangsa Romawi, yang ditandai oleh Cleopatra dan Antonius serta Julius Caesar.

Dalam zaman Yunani, proses2 perkembangan “know-how” tetap mendasari kehidupan se-hari2, sekalipun tingkatnya sudah lebih maju dari zaman batu atau zaman purba. Dalam lapangan ilmu pengetahuan empiris yang berdasarkan sikap Receptive Attitude atau Receptive Mind, terjadilah perubahan besar dan perubahan itu dianggap sebagai DASAR ilmu pengetahuan modern. Perubahan tsb dilandaskan pada sikap atau jiwa bangsa Yunani yang tidak dapat menerima pengalaman2 tsb secara pasif reseptif, karena bangsa Yunani memiliki An inquiring attitude, An inquiring Mind.

Untuk menggambarkan perubahan2 yang terjadi itu akan jelas kalau kita menelusuri sejumlah tokoh filsafat Yunani seperti Thales (624-548 BC), Pythagoras (580-500 BC), Socrates (470-339 BC, Plato (427-347 BC), dan Aristoteles (384-322 BC). THALES, dianggap sebagai orang pertama yang mempertanyakan dasar dari alam dan isi alam ini. Dia tidak menggunakan kenyataan begitu saja bahwa di bumi ini ada air, api, udara, awan, kayu, batu adalah hal2 yang dianggap sebagai gejala belaka. Dalam pikirannya timbul pertanyaan; dari apakah hal2 yang berbeda itu dibuat??? Tetapi dalam rangka membicarakan sejarah ilmu pengetahuan, yang penting bukan jawabannya melainkan diajukannya pertanyaan tsb. Pertanyaan itu penting karena dengan pertanyaan itu terkandung pikiran adanya konsep tentang proses perkembangan; pertanyaan itu hanya timbul dalam pemikiran orang yang berpikir selangkah lebih maju dari kehidupan se-hari2. PYTHAGORAS yang menemukan dalil Pythagoras yakni a2 + b2 =c2 yang berlaku bagi segitiga siku-siku dengan sisi a dan b serta hypotenusa c, sedangkan jumlah sudut dari suatu segitiga siku-siku sama dengan 180 derajat. Kemudian semacam teori tentang bilangan a.l. pembagian natara bilangan genap, ganjil serta hubungannya antara kudrat natural numbers dengan jumlah ganjil. Juga pembentukan benda berdasarkan segitiga2, segiempat2, segilima2, dstnya. Dan penemuannya yang terakhir tentang hubungan di mana Pythagoras mencoba mencari kebenaran dengan pemikiran2 logis dan nampak amat konsisten, kendati pemikirannya tidaklah lepas dari pengaruh agama yang dianutnya. Tetapi yang jelas penemuannya merupakan cara pendekatan baru dibandingkan dengan zaman purba.

SOKRATES adalah tokoh yang tidak meninggalkan tulisan karya ilmiah sendiri tapi disusun dan di tulis oleh Plato. Socrates mencari kebenaran dengan metode KEBIDANAN artinya mengadakan dialog atau bertanya pada orang lain sampai orang lain tsb menemukan jawaban atas soal yang diajukannya sendiri. Dengan cara berdiskusi atau berdialog itulah konsep2 bahasa, soal sosial dapat didefenisikan.

Sedangkan PLATO di samping terkenal sebagai filsuf yang melahirkan gagasan tentang “dunia Idee”, juga memperhatikan ilmu pasti. Kepastian Matematis menjadi dasar pemikirannya sehingga dalam Akademi-nya orang yang tidak mempelajari matematika tidak dapat diterima. Sejak Plato pula, matematika menjadi “pelajaran wajib” dalam pendidikan. Keterikatan Plato pada kesempurnaan idée dan kepastian matematis menyebabkan dia lebih MEMUSATKAN penelitian pada cara BERPIKIR, daripada apa yang dapat dialami atau ditangkap oleh pancaindera. Dengan kata lian beliau menjauhi “Empirisme”.

ARISTOTELES, filsuf dan guru dari de Groot Alexander serta murid Plato tidak mengikuti sepenuhnya gagasan Plato.. Dia dapat dikatakan tokoh yang pertama kalinya menuliskan semua karyanya dalam bentuk buku2. Dari sekian banyak bukunya yang penting dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan ialah :”Logika, Biologi, Metafisika”. Dalam buku Logika, beliau mengemukakan analisis bahasa yang didasarkan pada Sylogisme. Pada dasarnya sylogisme terdiri dari tiga kalimat. Kalimat pertama mengutarakan soal yang umum yang disebut premise Mayor, sedangkan kalimat kedua mengenai soal khusus yang disebut premise Minor. Berdasarkan kedua premise tsb ditarik kesimpulan. Contohnya adalah sebagai berikut:Premise Mayor : Semua manusia perlu makan dan minum

12

Page 13: Sejarah Intelektual

Premise Minor : Bung Alo seorang manusiaKesimpulan : Bung Alo perlu makan dan minum.Dengan kata lain, LOGIKA dalam sylogisme merupakan jalan pemikiran yang DEDUKTIF. Jika premise Mayor dan Premise Minor benar, maka kesimpulan pasti benar. Logika Deduktif mengandung sifat PASTI, bahkan kepastian mutlak.

Dengan menyusun logika tsb Aristoteles telah memulai suatu usaha yang sangat penting untuk ilmu pengetahuan. Usaha logika itu merupakan pekerjaan yang seluruhnya dalam bidang abstrak. Tetapi disamping usaha abstrak tsb beliau adalah sarjana yang juga mendasarkan pengetahuannya pada lapangan yang bersifat “eksperimental & empiris” . Hal ini jelas dari hasil2 observasi dalam lapangan empiris yakni BIOLOGI dimana a.l. dijelaskan soal “embrilogi, anatomi atas badan hewan”. Karya lainnya dalam bidang adanya alam beserta isinya adalah METAFISIKA. Buku ini diberi judul oleh sekretarisnya sebab ketika beliau meninggal dunia, buku ini belum diberi nama. Dalam buku ini beliau membahas pokok2 yang berhubungan dengan masalah adanya ber-macam2 hal di dunia ini; dalam bahasa filsafat sekarang ini dikenal sebagai persoalan BEING. Jadi dalam buku itu Aristoteles ingin memberi jawaban atas masalah2 ADA-nya segala sesuatu, sifat2nya, hubungannya satu sama lain.

EUCLIDES, seorang tokoh ilmu pasti dengan sumbangannya yang utama adalah penyusunan Ilmu UKUR bidang Datar, yang sampai kini masih diajarkan di SLP dan SLA. Kemudian Apollonius (265-190 BC), mempelajari potongan kerucut dengan bidang datar dan dengan demikian disusun sistematik antara titik, lingkaran, elips, parabola dan hiperbola. Hukum2 tentang potongan2 itu dapat ditemukan dengan cara Ilmu ukur.Tokoh yang lebih terkenal ialah ARCHIMEDES (287-212 BC), yang mempelajari sial2 matematika, fisika dan mekanika serta menerapkan penemuannya dalam usaha membuat alat2. Sayang hasil karyanya tidak disusun secara sistematis. Archimedes menyusun teori2nya berdasarkan empiris dan kemudian tsb diteliti benar-tidaknya. ARISTARCHUS (310-230 BC) adalah orang pertama yang secara tegas & eksplisit menerangkan bahwa bumi berbentuk bulat, berputar sendiri sambil bergerak mengelilingi matahari. Pendapatnya yang bersifat heliocentric itulah yang menolak pandangan sebelumnya yang bersifat “Geocentris”. Tidak ada keterangan jelas bagaimana Aristarchus sampai pada pendapat tsb. Tetapi bahwa ia adalah orang yang cerdas nampak juga dalam perhitungannya tentang besar-kecilnya bulan dan matahari, walaupun hasil perhitungannya salah, tapi METODEnya cukup benar. Kesalahan perhitungan disebabkan karena alat yang dipakainya sangat primitif.HIPPARCHUS (161-126 BC), menolak pandangan Helicentris dan memperkuat pandangan Geocentris. Pendapatnya memang disertai bukti2 yang meyakinkan saat itu dan semakin kokoh lagi setelah Ptolomeus yang juga ahli astronomi dan geografi menambahkan keterangan2 baru. Sejak Ptolomeus hampir dapat dikatakan bahwa zaman Yunani tidak ditambah tokoh2 ilmuwan baru sampai memasuki masa kekuasaan Romawi.b.Zaman kekuasaan ROMAWI.

Bangsa Romawi mencapai puncak kekuasaan mulai thn 27 BC sampai thn 476 untuk bagian barat san thn 1453 untuk bagian Timur. Dalam masa kekuasaan Romawi itu, ilmu pengetahuan memang tidak terlalu maju pesat meski bangsa Romawi sangat maju dalam bidang politik, militer, perniagaan, pelayaran, sistem irigasi, jalan raya, dan hukum. Ilmu hukum memang sangat dikembangkan, tapi ilmu pengetahuan lainnya hanya berpegang pada karya2 Aristoteles tanpa banyak mengadakan perubahan.

Untuk beberapa abad lamanya ilmu pengetahuan tidak mengalami kemajuan yang berarti hingga thn 1300-an dan karena itu sering dikatakan bahwa Eropah masuk dalam abad KEGELAPAN. Baru ketika perang Salib berkecamuk maka terjadi perubahan dimana banyak sarjana dari Romawi Timur yang melarikan diri ke Eropah Barat karena Istambul direbut Islam. Eropah memasuki Abad Pertengahan.

The Dark Middle Age berlangsung selama 10 abad (thn 500-1500) merupakan abad Kegelapan bagi Eropah karena hampir dalam segala bidang kehidupan mengalami kemacetan atau bahkan kemunduran. Terutama antara abd ke-5 hingga abad ke-12 dalam bidang Ilmu Pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuanMemang masih dapat dikemukakan adanya tokoh2 seperti BOETHIUS (480-524) yang selain mengadakan klasifikasi ilmu, juga terkenal dengan Aritmatika-nya. Beliau juga menterjemahkan karya2 Euclides ke dalam bahasa Latin dengan judul ARS GEOMETRIAE. Sedangkan CASSIODORUS (kira2 thn 477-570) dalam bukunya INSTITUTIONES untuk pertama kalinya menyusun ‘SEPTEM ARTES LIBERALES (Tujuh Kecakapan Manusia Yang Merdeka) sebagai dasar bagi setiap pendidikan. Ketujuah Artes Liberales ini terdiri atas dua bagian yakni TRIVIUM yakni tiga kecakapan yang berkisar pada BAHASA ialah: Tata-Bahasa (Grammatica), Logika (Dialectica) dan Kecakapan Berpidato (Rhetorica). Dan QUADRIUM yakni empat kecakapan yang berkisar pada HITUNGAN yakni “ilmu hitung (arithmatica), ilmu ukur (geometri), musik (music), dan ilmu falak (astronomi).

Bagian kedua dari abad Pertengahan yakni antara abad ke-11 sampai awal abad ke-15 terlihat lebih cerah sedikit daripada bagian pertama. Pada bagian kedua ini, berkat Perang Salib, ilmu pengetahuan dari dunia Islam dibawa masuk ke Eropah dan dikembangkan lebih lanjut di Eropah. Olehnya perlu disinggung perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, yang kemudian disebarkan dan masuk ke Eropah. Dunia Islam banyak mewarisi ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani, tapi tidak hanya mempertahankan melainkan juga mengembangkannya di dunia Arab tanpa pengaruh dunia Yunani. Dalam bidang matematika, orang Islam banyak membuat kemajuan kendati aljabar dan geometri masih digabungkan. Bila AL- KHAWARIZMI thn 825 berhasil menyusun buku aljabar yang menjadi buku standard untuk beberapa abad lamanya di Eropah, maka OMAR KHAYAM (1043-1132) selain ahlo astronomi juga ahli matematika dan berhasil memperluas persoalan2 aljabar menjadi “empat hubungan”(tetranomial) dengan menambah pangkat dua yang sebelumnya tidak diketahui. Dia juga menemukan soal matematika yang sukar dipecahkan yakni “bilangan A pangkat tiga ditambah bilangan B pangkat tiga, yang tidak mungkin sama dengan bilangan C pangkat tiga.

Sedangkan astronomi yang sangat dijunjung tinggi di dunia Islam mengalami kemajuan lebih daripada yang dicapai Ptolomeus. BATTANI (thn 928) dan BIRUNI (973-1048) mengadakan koreksi terhadap sejumlah pandangan Ptolomeus, a.l. tentang garis EDAR matahari, harga tahap2 pergantian siang & malam. Keduanya juga menetapkan garis LINTANG bumi yang membentang UTARA-SELATAN, serta dipastikan jarak antara garis lintang satu ke yang lain selebar 56,75 mil Arab.

13

Page 14: Sejarah Intelektual

Di dunia Islam juga dikembangkan ALKIMIA, meski kebanyakan diantara penemuannya berdasarkan percobaan yang sering mirip dengan percobaan “trial & error”. Percobaan2 tadi didorong oleh keinginan untuk “membuat logam emas” yang sangat berharga pada zaman itu. Ber-macam2 bahan dicampur, dimasuk dsbnya. Percobaan demikian merupakan metode kimia, yang dalam bhs Arab disebut Al Kimia sebagai awal dari ilmu Kimia zaman modern ini. Tokoh yang pantas disebutkan namanya ialah JABIR IBN HAYYAN (thn 760) yang membuat klasifikasi penting yakni: 1) Benda2 yang mudah menguap seperti sulfur, arsenik 2) Kumpulan benda logam 3) Benda2 yang tidak termasuk kelompok pertama dan kedua. Sedangkan AL RAZZI (850-925) banyak mengadakan percobaan kimia yang menghasilkan proses2 penyulingan, pendinginan, pelarutan, kristalisasi, penguapan dan perembesan.

Bidang Kedokteran sangat dikembangkan oleh Al Razzi yang dalam LIBERDEDE PENTITIENCIA (Latin) berhasil membedakan campak dari cacar dan IBNU SINA (AVICENA, 980-1037) mengarang buku berjudul CANON OF MEDICINE yang berpengaruh besar pada ilmu Kedokteran pada zaman Scholastik. Dalam bukunya Commentary of the Anatomy in the Canon of Ibnu Sina yang ditulis oleh IBNU AL NAFIS, dikatakan bahwa darah mengalir dari serambi kanan jantung lewat pembuluh darah ke paru-paru dan setelah bercampur dengan udara lalu ke serambi kiri jantung. Selain ahli kedokteran, Ibnu Sina juga ahli filsafat yang coba menggabungkan ajaran Aristoteles dengan pemikiran Neo Platonisme. IBNU RASHID (AVEROES, 1126-1198)Banyak menulis komentar dan menterjemahkan karya Aristoteles. Dari tulisannya terbukti bahwa dia mengikuti aliran EVOLUSIONALISME yakni aliran yang berkeyakinan semua yang ada di dunia ini tidak tiba2 tercipta dalam keadaan yang selesai atau sempurna melainkan semuanya terjadi melalui perkembangannya masing2 untuk akhirnya menjelma dalam keadaan yang selesai.

Di dunia Islam juga telah dikenal MEKANIKA & OPTIKA. Tokoh mekanika ialah Ibnu KHOSRAW (1003-1089) dan AL KHAZINI yang sudah tahu bagaimana menentukan berat jenis macam2 logam seperti emas, perak, dll. Sedang tokoh Optika adalah IBNU AL HAITHAM (965-1039) yang sudah dapat membuat cermin cembung & cekung untuk mempelajari sifat2 pembiasan cahaya.

Penemuan2 di dunia Islam diatas ternyata dibawa masuk ke Eropah selama dan sesudah Perang Salib, seakan menjadi bahan bakar baru bagi dunia ilmu pengetahuan Barat yang telah kehabisan tenaga selama Abad Pertengahan bagian pertama. Sejak Berakhirnya perang Salib, dunia ilmu pengetahuan Barat memasuki zaman Modern, yang dimulai dengan zaman Renaisance. Pada bagian kedua Abad Pertengahan ini terjadi kemajuan pesat dalam bidang filsafat yang tidak boleh dilupakan, yang kemudian terkenal dengan aliran THOMISME dengan tokohnya Thomas Aquinas 91225-1274) yang banyak mengembangkan filsafat Aristoteles lewat karya2 yang telah dikembangkan IBNU RUSHD disamping itu juga dia seorang ahli Teologi yang terkenal, a.l. dengan buku2nya Summa Contra Centiles (Ikhtisar melawan 0rang2 Kafir), Summa Theologiae (Ikhtisar Teologi), dan De Unitate Intellectus, Contra Averroistas (Tentang Kesatuan Intelek Manusia Melawan Pengikut2 Ibnu Rushd).Disamping Thomas, masih ada sederetan filsuf seperti Albertus Agung (1205-1280), Johanes Scotus (1266-1308) dll. (Baca juga Sejarah kebudayaan Eropah).

3.Zaman MODERN.a.Zaman Renaisance

Sejarah ilmu pengetahuan modern yang dimulai sejak zaman renaissance sebenarnya telah dimulai dengan diketemukannya cara mereproduksi lukisan. Tokoh2 seperti Copernicus, John Keppler dan Galileo yang hidup di abad ke-15-16 merupakan tokoh2 ilmu pengetahuan modern. Menurut filsuf ilmu pengetahuan Charles de Foucault (1926- ),dalam bukunya The 0rder of Things, sejarah ilmu pengetahuan modern dapat dibagi dalam tiga periode yakni zaman Renaisance abad ke-16, abad ke-17-18 (klasik) dan abad ke-19 sampai sekarang yang merupakan zaman modern. Pada zaman Renaisance manusia menyusun benda2 dengan prinsip KEMIRIPAN (Simulitude). Terdapat empat kemiripan yakni: a.CONVENIENTIA yang dimaksudkan adalah kedekatan tempatb.AEMULATIP ialah semacam convenientia yang mudah lepas dari ikatan kedekatan tempat c.ANALOGIA ialah kedekatan tempat dan kedekatan pencerminan d.SYMPHATIA & ANTIPHATIA yakni merupakan hubungan yang lebih halus daripada hubungan ketiga sebelumnya. Kalau ciri2 ilmu pengetahuan pada era Renaisance merupakan pengetahuan yang sama saja, karena hanya merupakan timbunan konfirmasi yang tergantung satu sama lain maka ciri2 pengetahuan pada Abad Klassik adalah pengetahuan yang Universal akan PengUkuran (Measurement) dan susunan (order). Pengetahuan adalah pengetahuan susunan yang terdiri atas kesamaan & perbedaan. Benda2 dideskripsi, dikarakterisasi, diklasifikasi, di-beda2kan satu sama lain. Sedangkan pada abad ke-19 sampai sekarang, benda2 mulai dipandang sebagai sesuatu yang mempunyai aturan, susunan tersendiri yang dikuasai oleh hukum bathin. Jadi bukan lagi dipikirkan bagaimana benda tertentu itu termasuk kelas tertentu, melainkan dicari bagaimana struktur dari benda itu sendiri.

Untuk abad Renaisance kita dapat mulai lebih dahulu dengan Roger Bacon (1214-1294). Ia berpendapat bahwa “Pengalaman menjadi landasan utama” untuk permulaan dan merupakan ujian terakhir bagi semua pengetahuan dan ilmu pengetahuan. MATEMATIKA merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan. Dengan pernyataan demikian beliau meninggalkan pendapat zamannya yang biasanya hanya menganalisis cara pemikiran & pertimbangan2. Namun betapa majunya Bacon, dimana beliau belum sepenuhnya dapat melepaskan diri dari belenggu takhyul yang melanda zamannya dan hal ini masih nampak dalam sejumlah karyanya.

Tokoh yang melangkah lebih maju ialah LEONARDO PISA (1170) seorang Italia yang ahli aljabar, yang terus menerus mengadakan penyelidikan sehingga akhirnya dapat menemukan TIGA AKAR dari Persamaan Pangkat Tiga. Penemuan itu rupanya hanya mengenai persamaan tertentu, jadi bukan metode yang umum. Ia juga memperkembangkan pemakaian ANGKA ARAB dalam sistem DESIMAL serta penggunaan Aljabar dalam perhitungan. Perkembangan ilmu pengetahuan mulai nampak lebih tegas dengan karya orang2 seperti Copernicus, Keppler, Galileo. Karya2 mereka terutama dalam lapangan astronomi, ilmu alam dan matematika.

COPERNICUS (1473-1543) terkenal karena mengajukan pendapat bahwa bumi & planet2 semuanya mengelilingi matahari; dimana matahari menjadi PUSAT (prinsip Heliocentrisme). Pendapat ini berlawanan

14

Page 15: Sejarah Intelektual

dengan pendapat Hipparchus & Ptolomeus yang mempertahankan bumi sebagai pusat (prinsip Geocentrisme). Sekalipun Copernicus membuat model, namun alasan utamanya bukanlah sistemnya, melainkan keyakinannya bahwa “prinsip heliocentrisme akan sangat memudahkan perhitungan”. Copernicus sendiri tidak berniat untuk mengumumkan penemuannya, terutama mengingat keadaan zamannya.

Baru pada masa GEORGE JOACHIM menyusun sebuah buku tentang prinsip Heliocentrisme pada thn 1453 dengan judul DE REVOLUTIONIBUS ORBIUM COELESTIUM (Tentang Perputaran Alam Semesta). Buku tsb dimulai dengan beberapa ketentuan dasar yang menyerupai AKSIOMA yakni, pertama: seluruh alam semesta merupakan bola, kedua: semua benda angkasa & bumi juga merupakan bola, ketiga: semua benda angkasa bergerak secara teratur dalam lintasan yang bundar.

Sekalipun sistem baru itu belum mempunyai landasan kokoh pada hasil pengamatan yang cukup banyak, namun dengan model Copernicus tsb beberapa soal astronomi dapat lebih mudah diterangkan. Tetapi karena kurangnya bahan pengamatan dan kurang telitinya pemilihan bahan, maka mau tidak mau Copernicus masih memakai 34 epicycles meskipun sudah agak lebih sederhana dibandingkan dengan 79 epicycles yang digunakan Ptolomeus. Akibat kekurangan2 tsb maka lintasan benda2 angkasa dalam sistem Copernicus tetap berbentuk lingkaran.Penemuan Copernicus mempunyaipengaruh luas di kalangan sarjana, a.l. TYCHO BRAHE (1546-1601) dan John Keppler (1571-1630). Kalau Tycho Brahe sebagai astronom membuat alat2 yang ukurannya besar sekali untuk mengamati bintang2 dengan teliti sehingga memberi sumbangan yang besar bagi pengetahuan astronomi, maka John Keppler adalah ahli Matematika.

Setelah wafatnya Tycho Brahe, karyanya dilanjutkan oleh Keppler. Selain itu dia juga mengembangkan ASTROLOGI disamping mengembangkan ASTRONOMI. Dalam mengembangkan & mengolah bahan peninggalan Brahe, dia sampai pada kesimpulan bahawa lintasan ruang benda angkasa bebrbentuk sebuah Elips.Selain itu dalam perhitungan terbukti bahwa pergerakan benda angkasa tidak beraturan dan tidak sempurna. Pergerakannya mengikuti suatu ketentuan, yaitu bila matahari dihubungkan dengan sebuah planet oleh garis lurus dan planet itu bergerak x jam lamanya, maka luas bidang yang dilintasi garis lurus itu dalam waktu x jam selalu sama. Berdasarkan hukum ini, kalau planet berada paling dekat dengan matahari, kecepatannya pun paling besar, sebaliknya jika planet berda paling kauh dari matahari, maka kecepatannya paling kecil.

Hal ketiga yang diutarakan Keppler adalah perbandingan antara dua buah planet, misalnya A dan B. Bila waktu yang dibutuhkan untuk melintasi 0rbit oleh planet masing2 adalah P & Q, sedang jarak rata2 dari planet A & planet B ke matahari adalah X & Y, maka P2: Q2 adalah sama dengan X3:Y3. Dengan demikian Keppler menemukan tiga buah hukum astronomi yakni: 1.0rbit dari semua planet berbentuk Elips 2.Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama3.Bila jarak rata2 dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi 0rbit masing2 adalah P dan Q maka P2:Q2= X3: Y3.Ketiga hukum alam tentang planet itu sampai kini masih dipergunakan dalam astronomi,meskipun disana-sini diadakan perbaikan seperlunya. Karya Copernicus dan keppler memberikan sumbangan besar bagi bidang astronomi dan penemuannya kemudian dilengkapi serta disempurnakan oleh NEWTON.

GALILEO (1546-1642),seorang Matematikus & Fisikus sekaligus seorang Astronom yang memperkuat pandangan Heliocentrisme dengan bukti2 yang lebih kuat.Galileo dapat pula membuat sebuah teropong bintang yang dapat digunakan untuk melihat beberapa peristiwa angkasa secara langsung.PERTAMA, ia melihat bahwa planet Venus dan mercurius menunjukkan perubahan2 seperti halnya bulan, sehingga jelas bahwa planet2 tidak memancarkan cahaya sendiri, melainkan memantulkan cahaya dari matahari. Benda yang bersinar sendiri tidak akan berubah. KEDUA, dalam teropong terbukti bahwa permukaan bulan sama sekali tidak datar, melainkan penuh dengan gunung2. Dan yang terpenting dan terakhir ditemukannya adalah planet Yupiter yang dikelilingi oleh empat buah bulan.

Disamping penemuan2nya yang terkenal di atas, Galileo masih menemukan banyak hal lain seperti soal lintasan benda jatuh, benda yang dilempar dsbnya; soal kecepatan dan pertambahan kecepatan atau percepatan. Galileo dianggap sebagai pelopor perkembangan ilmu pengetahuan dan PENEMU DASAR ilmu pengetahuan modern karena semua penemuannya didasarkan pada soal2 yang obyektif. Tokoh2 lainnya ialah FRANCIS BACON (1560-1626) yang mempertajam EMPIRISME dengan mendasarkan semua pengetahuan dan ilmu pengetahuan atas dasar PENGALAMAN. Dalam bukunya NOVUM ORGANUM ia menerangkan prinsip Empirisme yang menganjurkan, agar daam menyusun ilmu pengetahuan, para sarjana mengumpulkan sebanyak mungkin fakta pengalaman, setelah terkumpul lalu diadakan analisis mengenai kesamaan yang terdapat di antara fakta2 tsb. Kesamaan itulah yang memungkinkan adanya HUKUM ALAM, kemudian terus dikaji sehingga akhirnya mempunyai “Predictive value”. Metode empirisme Bacon yang mempercayai bahwa apa yang akan datang dapat diramalkan atas penemuan yang lampau, mendasari pengetahuan Inductive Science Philosophy, yang berbeda dengan Deductive Mathematical and Logical Philosophy. Kalau Deductive Science memberikan kepastian mutlak dalam rangka premise2, maka ilmu pengetahuan Empiris tidak dapat memberikan kepastian mutlak, melainkan memberikan kemungkinan2 sampai kemungkinan yang terbesar.RENE DESCARTES (1596-1650) adalah seorang filsuf yang terkenal dengan ucapannya COGITO ERGO SUM( Oleh karena saya tahu, Saya berpikir maka saya ada). Metode filsafatnya adalah me-ragu2kan segala sesuatu. Sampai dimana kebenaran metodenya ini tidaklah sangat penting dalam rangka sejarah ilmu pengetahuan, tetapi LEBIH penting untuk bidang Filsafat. Selain filsuf, beliau juga ahli matematika yang menemukan sistem Koordinat yang terdiri dari dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Garis X letaknya horozontal dan disebut AXIS atau sumbu X, sedangkan garis Y letaknya TEGAK LURUS pada sumbu X. karena sistem tsb didadasrkan pada dua garis yang berpotongan tegak lurus maka sistem Koordinat itu disebut ORTHOGONAL COORDINATE SYSTEM. Kedudukan tiap titik dalam bidang tsb dapat diproyeksikan dengan garis2 lurus pada sumbu X dan sumbu Y. Dengan demikian kedudukan tiap titik potong kedua sumbu menyusuri sumbu2 tadi. Pentingnya sistem ini ialah hubungan yang diciptakan antara Ilmu Ukur Bidang Datar dengan Aljabar. Tiap titik dapat dinyatakan dengan dua koordinat X1 dan Y1. panjangnya garis dapat dinyatakan serupa dengan hukum Pythagoras mengenai Hypothenusa.

15

Page 16: Sejarah Intelektual

DESCARTES(1593-1662),FERMAT (1601-1665),dan PASCAL. Descartes menemukan PROJECTIVE GEOMETRI sedangkan Fermat seperti Descartes memperkembangkan 0rthogonal System.Disamping itu Descartes juga melaksanakan penelitian teori aljabar berkenaan dengan bilangan2 & soal2 yang dalam tangan Newton dan Leibniz kemudian akan menjelma sebagai perhitungan differensial-integral (Calculus). Fermat ber-sama2 Pascal menyusun dasar2 statistik. Perhitungan statistik ini didasarkan pada kemungkinan2 dan berlainan dengan ilmu pasti. Dalam ilmu statistik ini di kemudian hari akan sangat membantu ilmu2 pengetahuan sosial. Dalam abad ke-20 ini statistik bahkan merupakan dasar untuk IPA dalam rangka teori Kenisbian & Quantum.

b.Abad ke 17-18 (Abad Klassik – Aufklarung).Periode ini bukan periode baru setelah Renaisance, sebab dalam hal sejrah ilmu pengetahuan sejak

Renaisance sudah memasuki zaman baru. Pembuatan periode ini se-mata2 demi alasan praktis saja yakni untuk memudahkan pembahasan. Abad ke-18 memang dalam sejarah umum merupakan masa AUFKLARUNG (Pencerahan), karena pada masa itu terjadi tahap baru dalam proses emansipasi manusia Eropah yang sudah dimulainya sejak Renaisance. Kepercayaan akan RASIO telah mendorong perkembangan ilmu pengetahuan secara mengagumkan. Tokoh2 yang tidak dapat dilupakan adalah Isaac Newton (1642-1727), David Hume (1711-1776), Charles Montesquieu (1689-1755), Jean Jacques Rousseau (1712-1778) dll.

Abad ke 17 & 18 memang abad di mana EMPIRISME mendapat tempat penting dalam sejarah ilmu pengetahuan. Para sarjana percaya bahwa pengetahuan itu berasal dari “pengalaman”, sehingga pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas & sempurna. John Locke (1632-1704) dan David Hume adalah tokoh filsafat dan psikologis. John Locke berpendapat bahwa mula2 rasio manusia harus dianggap as a white paper dan seluruh isinya berasal dari pengalaman. Ada dua macam pengalaman yakni pengalaman lahiriah (sensation) dan pengalaman bathiniah (reflexion). Kedua sumber pengalaman ini menghasilkan idee2 tunggal (Simple Ideas). Roh manusia kendati pasip dapat membentuk idée majemuk (complex idea) atas dasar idee2 tunggal. Sedangkan david Hume yang secara radikal menggunakan prinsip2 Empiristis, berbicara banyak tentang substansi & kausalitas. Ia tidak menerima substansi, sebab yang dialami ialah kesan2 saja tentang beberapa ciri yang selalu terdapat ber-sama2. Atas dasar pengalaman, tidak dapat disimpulkan bahwa di belakang ciri2 itu masih ada suatu substansi.

Di Perancis muncul tokoh2 filsuf negarawan seperti Montesquieu dan Rousseau. Montesquieu menjadi terkenal dengan bukunya De L’espirit des Lois thn 1748 yaitu perihal suasana Undang2 dan juga Trias Politica yang membagi kekuasaan menjadi tiga yakni: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Sedangkan J.J.Rousseau selain sebagai pendidik dengan bukunya Emile, ou l”education thn 1762, yang menguraikan pikiran2 tentang pendidikan, juga sebagai ahli politik & sosial yang dengan bukunya Contract Social (1762) yang menguraikan bahwa negara itu merupakan suatu KONTRAK SOSIAL ialah persetujuan yang dilakukan individu2 untuk memungkinkan hidup bersama secara damai.

Pada thn 1687, Isaac Newton telah mendasarkan fisika klasik dengan bukunya Philosophiae Naturalis Prinsipia Mathematica (IPA berdasarkan prinsip2 matematika). Sejak saat itu ilmu pengetahuan berkembang pesat. Masih banyak karya Newton lainnya tetapi untuk keperluan ini hanya akan diajukan beberapa hal yang penting yang dapat digolongkan dalam bidang: 1.Teori Gravitasi 2.Perhitungan Calculus 3.0ptika.1.Teori GRAVITASI: mengenai soal gerakan, Galileo telah mempelajari pergerakan dengan lintas lurus dan Keppler dengan lintas tertutup yakni ELIPS. Dari perhitungan yang ditinggalkan Keppler ada petunjuk bahwa ada penyebab mengapa planet tidak mengikuti pergerakan dengan lintas lurus. Setelah kerja keras, Newton menemukan jawabnya yakni teori Gravitasi. Bahwa planet2 tidak bergerak lurus itu disebabkan adanya pengaruh gravitasi, yakni kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda berdekatan. Pada saat itu Newton memang belum dapat menerangkan apakah gaya tsb, bagaimanakah perkembangan pengaruhnya dan berapa cepat pemancaran gaya itu. Namun berdasarkan teori Gravitasi dan perhitungan yang dilakukan Newton dapat diterangkan dasar dari semua lintasan planet & bulan, pasang surutnya air di samudera dll peristiwa astronomi. Justru dalam lapangan astronomilah, ketepatan teori gravitasi makin meyakinkan, sehingga tidak ada lagi yang tidak percaya tentang adanya gravitasi itu.2.Perhitungan CALCULUS: yang disebut differensial-integral. Cara perhitungan ini terbukti sangat luas gunanya untuk menghitung ber-macam2 hubungan antara dua atau lebih banyak hal yang berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur. Misalnya kecepatan planet mengelilingi matahari yang ber-beda2 sepanjang lintasan, menemukan Tambahnya luas lingkaran maximum dan minimum dari suatu kurve, menemukan Tambahnya luas lingkaran bila radius berubah sedikit sekali dll.3.OPTIKA: dengan banyak penyelidikan Newton menemukan hubungan antara kekuatan pembiasaan dengan besar-kecilnya segi2 prisma, bahwa kalau spektrum yang biasa diperiksa dengan alat tajam seperti mikroskop, maka ada beberapa “garis hitam”. Garis hitam itu ternyata dapat “diisi” dengan sinar dari logam yang pijar serta memancarkan cahaya, dan bahwa ada hubungan yang pasti antara garis hitam dan cahaya logam tertentu. Dengan demikian maka garis hitam tadi merupakan penyerapan dari spektrum yang lengkap dan kontinyu. Spektrum penyerapan ini kemudian dapat digunakan untuk meng “identifikasikan” cahaya logam atau bahan lain yang pijar dan memancarkan cahaya.

GOTTFRIED WILHELM LEIBNIZ (1646-1716): hampir bersamaan waktunya dengan Newton juga menemukan perhitungan Calculus. Perbedaannya dengan penemuan Newton hanya mengenai cara menyusun notasinya; yang dipakai sampai sekarang adalah “notasi Leibniz” dengan df/dx/dy. Sekitar thn 1684, ber-turut2 dipublikasikan berbagai formula mengenai perhitungan differensial, yang kemudian disusul dengan perhitungan integral. Dalam bidang ILMU KIMIA, muncul tokoh Joseph Black (1728-1799) yang menemukan CO2, tetapi tidak dapat memberikan keterangan yang pasti tentang penemuannya itu. Mengapa perkembangan ilmu kimia agak lamban dibandingkan dengan ilmu pengetahuan matematika, astronomi, fisika?? Hal ini disebabkan karena ilmu kimia sepenuhnya berdasarkan empiri, jadi berbeda dengan ketiga ilmu pengetahuan tsb di atas. Sesudah itu muncul Joseph Priestley (1733-1804) yang menemukan sembilan macam hawa NO dan juga 0ksigen, yang a.l.

16

Page 17: Sejarah Intelektual

dapat dihasilkan oleh tanaman. Oksigen ini dapat “menyegarkan” hawa yang tidak dapat lagi menunjang pembakaran.

Tetapi PELETAK DASAR ilmu kimia sebagaimana yang kita kenal sekarang ialah Antoine Laurant Lavoisier (1743-1794). Beliaulah yang pertama kali meninggalkan percobaan yang hanya bersifat kualitatif dan berpindah ke lapangan yang bersifat kuantitatif. Dia pula yang menentukan bahwa “pernafasan” adalah semacam “pembakaran” yang serupa dengan pembakaran arang. Tokoh2 lainya ialah Immanuel kant (1724-1892), W.F.Hegel (1770-1831), yang ahli dalam bidang filsafat, sedangkan Hamilton, Morgan, George Boole yang ahli dalam bidang logika.4.ABAD ke 19 HINGGA SEKARANG.

Perkembangan ilmu pengetahuan se-akan2 tidak lagi dikendalikan oleh manusia karena terlalu cepat. Jika pada abad 17 & 18, perkembangan ilmu2 Eksakta semakin cepat, maka ilmu2 sosial baru mulai muncul secara lebih tegas pada Pertengahan abad ke 19 ketika COMTE (1798-1857) dengan karyanya Cours de philosophie Positive (Kursus tentang Filsafat Positif)-nya menjadi pelopor ilmu2 sosial khususnya Sosiologi. Tokoh2 ilmu sosial kemudian bermunculan seperti Durkheim, Levy Bruhl, Max Weber, Karl Marx,dll. Pada thn 1923 didirikan Institut Penyelidikan Sosial di Frankfurt dengan tokoh2nya Max Horkheimer (1895-1973), T.W.Adorno (1903-1969), Herbert Marcuse (1898-1979). Mereka2 ini memperbaharui serta memperdalam masalah teoritis dan falsafi mengenai cara kerja maupun mengenai kedudukan ilmu2 sosial. Diantara mereka terdapat ahli2 sosiologi, ekonomi, politik, sejarah, psikologis, dan mereka semua sngat peka akan gejala2 yang muncul dalam masyarakat.

Karena alasan praktis dan karena munculnya ilmu2 sosial secara cepat di pertengahan abad ke-10 itu, tidak perlu kita adakan pembahasan tersendiri pada bagian ini. Sebab sejarah pada dasarnya proses yang berkesinambungan, yang sekarang ada karena yang kemarin pernah ada. Karena cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan maka tidak mungkin dapat dipaparkan semua yang terjadi dari sejak abad ke-19 ini akan dilihat beberapa saja yang amat menonjol. Selama abad ke-19 industri maju pesat di Eropah sebagai akibat revolusi Perancis. Kemajuan industri membawa akibat kemajuan dalam bidang2 lain seperti ekonomi, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan dan tentu saja penyelidikan & penelitian ilmu pengetahuan dalam berbagai cabang.Abad ke-19 merupakan ABAD EMAS dalam perkembangan ilmu pengetahuan, dimana ilmu pengetahuan yang sebelumnya belum jelas kini bermunculan , seperti ilmu2 sosial yang a.l. sosiologi, ekonomi, sejarah, jurnalstik dll. Sehingga akhir abad ke 19 diterbitkan Encyclopedia Britanicca yang memuat semua bidang ilmu pengetahuan.

Ada macam2 cara penelitian yang dilakukan oleh bangsa2 di Eropah dalam rangka memandang alam lingkungannya. Pertama: di INGGRIS dimana penelitian dilakukan secara pribadi (amatiran) dalam arti di luar pengawasan pemerintah, atas usaha pribadi para ilmuwan seperti Charles Babbage dalam hal Matematika, James Joul dalam bidang Fisika, Charles Darwin dalam bidang Biologi. Kedua, di JERMAN, perkembangannya agak mirip dengan Inggris, khususnya dalam penerapan penemuan2 kimia. Di Jerman, Universitas memegang peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Universitas menjadi pusat penghasil penemuan2 baru ilmu dan pusat para cendekiawan, sekaligus penyebar-luas ilmu pengetahuan lewat buku2,pengajaran dll. Ada kerjasama yang baik antara penelitian, laboratorium, pengajaran dan pemerintah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.Ketiga: di PERANCIS memang agak mundur dalam pengembangan ilmu pengetahuan akibat revolusi Perancis,tapi tidak berarti tidak ada penemuan baru. Keempat, di RUSIA, dimana universitas2 mulai berperan juga dalam pengembangan ilmu pengetahuan.Kesenjangan aplikasi ilmu dan masyarakat mulai terasa karena cepatnya ilmu pengetahuan di satu pihak dan lambannya penerimaan masyarakat sebagai satu keseluruhan atas hasil2 praktis ilmu pengetahuan & teknologi. Akibat2 teknologi belum sempat dipikirkan sementara penerapan ilmu pengetahuan dengan berbagai industri meluncur amat cepat, itulah yang mengundang para Sosiolog dan tokoh2 ilmu sosial lainnya melancarkan protes2 keras seperti Karl Marx.

Sekalipun landasan lmu pengetahuan yang berdasarkan Empirisme tampaknya sangat kuat, namun dalam perkembangan selanjutnya akan terbukti bahwa landasan itu sendiri perlu diubah lagi. Perubahan itu diakibatkan oleh kemajuan yang dicapai ilmu fisika, yang meruntuhkan beberapa hal dalam lapangannya sendiri. DASAR2 yang perlu diubah itu ialah: 1.Atom tidak kekal-abadi, melainkan dapat berubah 2.Ruang, waktu, dan semua ukuran bersifat nisbi/relatif 3.Pelepasan energi tidak bersifat Kontinyu, melainkan berdasarkan unit2 tertentu, jadi bersifat diskontonyu 4.Apa yang kita anggap hukum sebab-akibat, sebenarnya adalah kemungkinan yang terbesar, sehingga mendekati kepastian, dan kemungkinan terbesar ini tersimpul dalam hukum Statistik.1.Soal ATOM: Sehubungan dengan atom, tokoh2 yang perlu disebut sebagai pelopor adalah J.L.Proust (1754-1826) dan John Dalton (1766-1844), yang berhasil menemukan macam2 berat atom yang ternyata berbeda, dan penemuan dalam bidang atom ini membantu perkembangan ilmu kimia, yang penggunaannya amat pesat di kemudian hari. Kemudian Henry Bacquerel (1852-1908) serta suami-isteri Curie (1859-1906), serta J.J.Thompson (1897) menemukan radium, logam yang dapat berubah menjadi logam lain, sedangkan Thompson menemukan ELEKTRON. Dengan penemuan ini runtuhlah pendapat & aksioma yang menyatakan bahwa atom adalah BAHAN TERKECIL yang tidak dapat berubah & bersifat abadi. Dengan penemuan ini maka mulailah ilmu baru dalam kerangka kimia, fisika yaitu fisika nuklir, yang pada zaman kii dapat mengubah ber-macam2 atom.2.Tentang KENISBIAN Ruang & Waktu: Sekitar thn 1900 –1914 terjadi perubahan berdasarkan teori kenisbian, yang tidak lagi menerima bahwa ruang dan waktu itu terpisah. Teori baru mengatakan bahwa Ruang & Waktu tidak lagi terpisah, tapi merupakan satu kesatuan mutlak. Memang buktinya tidak dapat diketemukan dalam percobaan laboratorium atau di bumi ini tetapi ini akan jelas dalam ruang angkasa di luar bumi ini, di mana teori fisika Newton tidak lagi dapat diterapkan.3.ENERGI: Sampai kira2 thn 1900, anggapan umum ialah bahwa perubahan energi berjalan secara berkesinambungan, tapi Max planck akhirnya berpendapat bahwa energi sinar dilepaskan tidak secara berkesinambungan, melainkan secara ter-putus2 berdasarkan unit2 tertentu. Beliau juga menemukan bahwa

17

Page 18: Sejarah Intelektual

antara kekuatan QUANTUM & FREKUENSI gelombang sinar ada hubungan tertentu, dan hubungan itu dinyatakan dalam rumus E= F x h. (E=kekuatan energi, F=frekuensi, h= konstanta, yang diberi nama Planck’s Constant). Berdasarkan penemuan ini EINSTEIN yang terkenal dengan teori RELATIVITAS-nya, berpendapat bahwa baik terjadinya sinar maupun merambatnya sinar, juga terjadi secara diskontinyu artinya satu unit demi satu unit. Selanjutnya oleh karena berdasarkan unit, maka cahaya mempunyai massa, karena mempunyai massa, maka akan dibelokkan oleh massa lain yang cukup besar. Hal ini dibuktikan dengan pemotretan gugusan HYADES pada gerhana matahari.4.Tentang Hukum SEBAB-AKIBAT: Perubahan adalah apa yang kita anggap “hukum sebab-akibat”, yang sebenarnya merupakan “kemungkinan terbesar”, tersimpul dalam hukum statistik. Sampai awal abad ke 20 masih diterima bahwa kejadian itu terjadi pasti karena suatu sebab. Tetapi dengan kemajuan ilmu kimia, fisika dan matematika dapat dibuktikan bahwa hukum “sebab akibat” tidak dapat dibuktikan berlaku secara universal. AKIBATnya adalah bahwa sekalipun hukum sebab-akibat tidak salah, namun hukum itu tidak perlu lagi, tidak dipakai lagi, dan diganti dengan hukum statistik. Rumus matematika yang menyatakan soal tidak adanya ketentuan mutlak (hukum sebab-akibat) ini disusun oleh HEINSENBERG, sedangkan peristiwa ketidaktentuan ini disebut “The Principle of Indeterminacy”. Dengan demikian ketentuan yang bersifat mutlak mulai runtuh.

Setelah garis besar dan pokok2 perkembangan ilmu digambarkan dalam langkah2 besar, maka dalam abad ke 20 ini terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam hampir semua ilmu pengetahuan. Misalnya, ilmu pasti, fisika, kimia, dan fisika nuklir. Disamping ilmu pengetahuan yang bersifat Kuantitatif maka ternyata berkembang pula ilmu2 pengetahuan lain yang pada awalnya bersifat KUALITATIF, seperti ekonomi, psikologis, sosiologi dll yang pada akhirnya berkembang ke arah kuantitatif pula.

C.Perkembangan FILSAFAT & TEOLOGI Kristen.Dalam sejarah ilmu pengetahuan nampak bahwa pada umumnya para ilmuwan adalah sekaligus

FILSUF, sehingga ilmu pengetahuan yang dikembangkan tidak terlepas dari pandangan filosofisnya. Bahkan sejumlah ilmuwan tidak luput dari rambu2 ajaran agama Kristen (Katolik & Protestan) sehingga maju mundurnya ajaran agama sedikit banyak ikut menentukan pula maju mundurnya perkembangan ilmu itu sendiri.1.Sejarah Singkat Filsafat Barat: Secara kasar sejarah filsafat barat dapat dibedakan dalam empat periode besar yakni:a). Zaman Kuno: thn 600 Bc-400 AD yang mencakup filsafat Pra-Sokratis di Yunani, Zaman keemasan Yunani: Sokrates, Plato, Aristoteles dan zaman Hellenisme. b). Zaman Patristik& Scholastik thn 400-1500, yang mencakup pemikiran para Bapa Gereja yang mencapai puncaknya di Abad Pertengahan dalam Scholastik.c). Zaman Modern: thn 1500- 1800, mencakup zaman Renaisance, Barok, Fajar Budi dan Romantikd). Zaman Sekarang, thn 1800 sampai sekarang.Ad.1.Zaman Kuno:

Awalnya sejarah filsafat barat mulai di Milete, di Asia Kecil, sekitar thn 600 BC. Pada waktu itu Milete merupakan kota penting, di mana banyak jalur perdagangan bertemu dari Mesir, Italia, Yunani,, dan Asia. Juga banyak idee2 bertemu di sini sehingga Milete juga menjadi suatu pusat INTELEKTUAL. Pemikir2 besar di Milete, lebih2 menyibukkan diri dengan “filsafat alam”. Mereka mencari suatu unsur induk yang mereka sebut dengan istilah ARCHE yang dapat dianggap sebagai “asal segala sesuatu”. Menurut THALES, maka AIR-lah yang merupakan unsur induk ini. Menurut ANAXIMANDER (610-540 BC) segala sesuatu yang berasal dari “yang tak terbatas” dan menurut ANAXIMANDES (585-525 BC), maka UDARA-lah yang merupakan unsur induk segala sesuatu. PYTHAGORAS, yang mengajar di Italia Selatan adalah orang pertama yang menamai diri FILSUF. Ia memimpin suatu sekolah filsafat yang kelihatannya sebagai suatu biara di bawah perlindungan dari dewa Apollo. Sekolah Pythagoras sangat penting untuk perkembangan matematika. Ajaran falsafinya mengatakan a.l. bahwa “segala sesuatu terdiri bilangan2”; struktur dasar kenyataan itu RITME.

Dua nama lain yang penting dari periode ini adalah HERAKLEITOS yang mengajar bahwa segala sesuatu “mengalir” (Panta Rhei), segala sesuatu berubah terus menerus seperti air mengalir dalam sungai. PARMENIDES (515-440 BC) mengatakan bahwa kenyataan justru memang tidak berubah. Segala sesuatu yang betul2 ada itu kesatuan mutlak yang abadi dan tak terbagikan.2.Puncak zaman Klassik.

Puncak filsafat Yunani dicapai pada masa Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates (470-400 BC), guru Plato mengajar bahwa AKAL BUDI harus menjadi norma terpenting untuk tindakan kita.Socrates sendiri tidak menulis apa2. Pikiran2nya hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui tulisan2 dari cukup banyak pemikir Yunani lain, terutama melalui karya Plato. Sedangkan PLATO (420-348 BC) menggambarkan Socrates sebagai seorang alim yang mengajar bagaimana manusia dapat menjadi “berbahagia” berkat pengetahuan tentang apa yang baik (kebajikan). Plato sendiri menentukan, bersama Aristoteles, sebagian besar dari seluruh sejarah filsafat Barat selama lebih dari 2000 tahun. Dunia “yang kelihatan” menurut Plato hanya merupakan bayangan dari dunia yang sungguh2, yaitu dunia idee2 yang abadi. Jiwa manusia berasal dari dunia idee2. Jiwa di dunia ini terkurung dalam tubuh. Keadaan ini berarti keterasingan. Jiwa kita rindu untuk kembali ke “surga idee2. Kalau jiwa mengetahui sesuatu, maka pengetahuan itu memang bersifat “ingatan”. Jiwa pernah berdiam dalam kebenaran dunia idee2 dan karenanya pengetahuan mungkin sebagai “mengingat”.

Filsafat Plato merupakan synthesa ajaran Parmenides dan ajaran Herakleitos dimana dalam dunia idee2 segala sesuatu ABADI, sedangkan dalam “dunia yang kelihatan”, dunia kita yang tidak sempurna maka segala sesuatu mengalami perubahan. Filsafat Plato yang lebih bersifat khayal daripada suatu sistem pengetahuan, karena sangat DALAM & sangat LUAS serta meliputi Logika, epistemology, antropologi, teologi, etika, politik, ontology, filsafat alam dan estetika.

ARISTOTELES (384-322 BC), guru de Groot Alexander, juga beliau adalah murid Plato. Namun dalam banyak hal, ia tidak setuju dengan Plato. Idee2 menurut Aristoteles tidak terletak dalam suatu “surga” di atas dunia ini, melainkan di dalam benda2 itu sendiri. Setiap benda terdiri dari dua unsur yang tak terpisahkan yakni MATERI (HYLE) dan BENTUK (MORFE). Bentuk2 dapat dibandingkan dengan idee2 dari Plato. Tetapi pada Aristoteles idee2 ini tidak dapat dipikirkan lagi, lepas dari materi. Materi tanpa bentuk, tidak ada. Bentuk2

18

Page 19: Sejarah Intelektual

“bertindak” di dalam materi. Bentuk2 memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus merupakan tujuan dari materi. Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Tulisan2 beliau meliputi bidang logika, etika, politik, metafisika, psikologis dan ilmu alam.3.Hellenisme

De Groot Alexander mendirikan kerajaan raksasa & spektakuler dari India Barat sampai Yunani & Mesir. Kebudayaan Yunani yang membanjiri kerajaan2 ini disebut Hellenisme (dari kata “Hellas” artinya Yunani). Hellenisme yang masih berlangsung juga selama kerajaan Romawi, mempunyai pusat intelektual di tiga kota besar yakni Athena, Alexandria di Mesir, dan Antiochia di Syria. Tiga aliran filsafat menonjol dalam zaman Hellenisme yakni STOAISME, EPIKURISME dan NEO PLATONISME.STOAISME, diajarkan a.l. oleh ZENO (333-262 BC) dari Kition terutama terkenal karena ETIKA-nya. Etika Stoaisme mengajar bahwa manusia menjadi berbahagia kalau ia bertindak sesuai dengan akal budinya. Kebahagiaan itu sama dengan keutamaan. Kalau manusia bertindak secara rasional, kalau ia tidak lagi dikuasai oleh perasaan2nya, maka ia bebas, berkat ketenangan bathin yang oleh Stoaisme disebut “APATHEIA”EPIKURISME dari Epikurus (341-270 BC), juga terkenal karena Etika-nya. Beliau mengajarkan bahwa manusia harus mencari kesenangan sedapat mungkin. Kesenangan itu baik, asal selalu sekedarnya. Karena “kita harus memiliki kesenangan, tetapi kesenangan tidak boleh memiliki kita”. Manusia harus bijaksana. Ia harus puas dengan menikmati hal2 yang kecil & sederhana. Dengan cara ini ia akan mencapai kebebasan bathin.NEO PLATONISME. Seorang filsuf Mesir PLOTINOS (205-270 M) mengajar suatu filsafat yang sebagian besar berdasarkan ajaran Plato dan yang kelihatan sebagai suatu agama. Neo Platonisme ini mengatakan bahwa seluruh kenyataan merupakan suatu proses EMANASI yang berasal dari dari yang Esa dan kembali ke yang Esa, berkat EROS, kerinduan untuk kembali ke asal Illahi dari segala sesuatu.

Zaman PATRISTIK & SKOLASTIK.Pada akhir zaman kuno dan selama abad Pertengahan, filsafat barat dikuasai oleh pemikiran Kristiani.

Filsafat kristiani ini mencapai dua kali periode Keemasan yakni zaman Patristik dan zaman skolastik. Juga sejumlah pemikir Islam & Yahudi berperan besar dalam filsafat abad Pertengahan, terutama dalam periode yang mempersiapkan Skolastik yakni antara sekitar thn 900 dan thn 1200.1.Zaman Patristik.

Petristik (dari kata Latin “patres” artinya bapa2 Gereja), dibagi atas Patristik Yunani (Patristik Timur) dan Patristik latin (Patristik barat). Tokoh2 dari Patristik Yunani a.l. Clemens dari Alexandria (150-215), 0rigenes (185-254), Gregorius dari Nazianze (330-390), Basilius (330-379), Gregorius dari Nizza (335-394), dan Dyonisius Areopagita (kira2 thn 500). Tokoh2 dari Patristik Latin ialah Hillarius (315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus (347-420), dan Agustinus (354-430).Ajaran falsafi-teologis dari Bapa2 Gereja menunjukkan Pengaruh PLOTINOS. Mereka berusaha untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran2 paling dalam dari manusia. Mereka berhasil membela ajaran kristiani terhadap tuduhan2 dari pemikir2 kafir. Tulisan2 dari Bapak2 Gereja merupakan suatu sumber yang kaya dan luas yang kini masih tetap memberi inspirasi baru.2.Zaman Skolastik.

Sekitar thn 1000 peranan PLOTINOS diambil alih oleh ajaran Ariatoteles dimana ajaran Aristoteles menjadi terkenal kembali melalui beberapa filsuf Islam & Yahudi ( vide: Sejarah kebudayaan Eropah), terutama melalui Avicenna (Ibnu SINA,980-1037), Averroes (Ibnu Rushd = Ibnu Rasyid, 1126-1304), dan maimonides (1135-1304). Pengaruh ajaran Aristoteles lama kelamaan begitu besar sehingga ia disebut “ Sang FILSUF”, sedangkan Averroes yang terkenal sebagai filsuf yang menafsirkan ajaran Ariatoteles disebut “SANG KOMENTATOR”. Pertemuan pemikiran Ariatoteles dengan iman Krisatiani menghasilkan banyak filsuf penting. Mereka sebagian besar berasal dari kedua 0rdo baru yang lahir dalam Abad Pertengahan, yaitu para Dominikan dan Fransiskan.

Filsafat mereka disebut SKOLASTIK (dari kata Latin SCHOLASTICUS artinya “guru”). Karena dalam periode ini filsafat diajarkan dalam “sekolah2 biara” dan universitas2 menurut suatu kurikulum yang tetap dan yang bersifat Internasional. Tokoh2 dari Skolastik yang terkenal ialah Albertus Magnus O.P.(1200-1280), Thomas Aquino O.P.(1225-1274), Bonaventura O.F.M.(1217-1274), Johanes D.Scotus O.F.M.(1266-1308). Tema2 pokok dari ajaran mereka itu ialah “hubungan iman –akal budi (fides quaerens intellectum dan Inellectus quaerens fidem), adanya & hakekat Tuhan, antropologi, etika dan politik”. Ajaran Skolastik dengan sangat bagus diungkapkan dalam puisi Dante Alighieri 91265-1321).

ZAMAN MODERN.1.Renaisance:

Jembatan antara Abad Pertengahan dan Zaman Modern (1400-1600), disebut Renaisance yakni zaman kelahiran kembali. Pada zaman tsb kebudayaan klasik dihidupkan kembali. Kesusasteraan, seni dan filsafat mencari inspirasi mereka dalam warisan Yunani-Romawi. Filsuf2 terpenting dari zaman itu ialah Michiavelli (1469-1527), Tomas Hobbes (1588-1679), Thomas Moore (1478-1535), Francis Bacon (1561-1626).

Pembaharuan yang terpenting yang kelihatan dalam filsafat Renaisance ialah ANTROPOSENTRISME. Pusat pe hatian pemikiran tidak lagi pada KOSMOS seperti pada zaman Kuno atau pada Tuhan seperti abad Pertengahan, melainkan pada manusia. Mulai sekarang, manusialah yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan.2.Zaman Barok

Filsuf2 dari zaman Barok ialah Rene Descartes (1596-1650), B.Spinoza (1632-1677), dan G.Leibniz (1646-1710). Filsuf2 ini menekankan kemungkinan RATIO (akal budi) manusia. Mereka semua juga ahli dalam bidang matematika, dan mereka semua menyusun suatu sistem filsafat dengan menggunakan metode matematika3.Fajar Budi (Aufklarung)

Abad ke-18 memperlihatkan perkembangan baru lagi. Setelah Reformasi, setelah Renaisance dan setelah Rationalisme dari zaman Barok, manusia sekarang dianggap “dewasa”. Periode ini dari sejarah barat

19

Page 20: Sejarah Intelektual

disebut ZAMAN PENCERAHAN atau FAJAR BUDI (dalam bhs Inggris disebut Enlightenment, dalam bhs Jerman disebut Aufklarung). Filsuf2 besar dari zaman ini di Inggris berupa EMPIRIKUS2 seperti John Locke (1632-1704) G.Berkeley (1684-1753), David Hume (1711-1776). Di Perancis seperti J.J.Rousseau (1712-1778), dan di Jerman Immanel Kant (1724-1804) yang menciptakan suatu SINTESIS dari rationalisme & empirisme dan yang dianggap sebagai filsuf terpenting dari zaman modern.4.Romantik.

Filsuf2 besar dari zaman ini, lebih2 berasal dari Jerman yakni J.Fichte (1762- 1814), F.Schelling (1775-1854), dan G.Hegel (1770-1831). Aliran yng diwakili oleh ketiga filsuf ini disebut IDEALISME, disini dimaksudkan bahwa mereka memprioritaskan ide2, yang berlawanan dengan MATERIALISME yang mengutamakan “dunia Material”. Tokoh penting dari para Idealis tsb ialah Hegel. Banyak aliran filsafat dari abad ke-19 dan ke-20 harus dianggap sebagai lanjutan dari filsafat Hegel atau justru sebagai reaksi terhadap filsafat Hegel.

MASA KINI (Sesudah thn 1800).Dalam abad ke-17 & 18, sejarah filsafat barat memperlihatkan aliran2 yang besar yang

mempertahankan diri lama dalam wilayah2 yang luas yakni Rationalisme, Empirisme dan Idealisme. Dibandingkan dengan itu, filsafat barat dalam abad ke-19 & 20 kelihatan ter-pecah2. Macam2 aliran baru muncul, dan aliran2 ini sering terikat pada hanya satu negara atau satu lingkungan bahasa.

Dibawah ini hanya disebut aliran2 yang paling berpengaruh yakni Positivisme, Marxisme, Existensialisme, Pragmatisme, Neokantianisme, Neo Tomisme dan Fenomenologi.1.Positivisme.

Aliran ini dimulai oleh A.Comte (1798-1857). Beliau (sosiologi pertama) mengatakan bahwa pemikiran setiap manusia, pemikiran setiap ilmu dan pemikiran suku bangsa manusia pada umumnya melewati tiga tahap yakni: Tahap Teologis, dimana manusia2 primitif tenggelam dalam kepercayaan pada dewa2 berupa fetisyme, politheisme untuk menerangkan gejala2. Tahap Metafisika dimulai sejak masa Skolastik dimana perkembangan inteligensi & pengetahuan dipakai untuk menerangkan gejala2 yang terjadi..Tahap Positivisme ialah tahap dimana terwujudnya ilmu yang positif & eksak dari masyarakat manusia dengan memakai metode2 positif-ilmiah.

Positivisme (lawan dari khayalan Metafisis) menjadi populer di Inggris pada filsuf2 J.Stuart Mill (1806-1873), dan H.Spencer (1820-1903). Dalam abad ke-20, Positivisme diperbaharui dalam Neo-Positivisme, suatu aliran yang mempunyai asalnya di Wina. Oleh karena itu, filsuf2 dari aliran ini disebut anggota2 dari “Lingkaran Wina”.2.Marxisme

Marxisme mengajarkan sebagai “materialisme dialektis” bahwa kenyataan kita akhirnya ahnya terdiri dari materi, yang berkembang melalui suatu proses dialektis (yakni “ritme” tesis-antitesis-sintesis). Tokoh2 dari materialisme dialektis ialah Karl Marx (1818-1883), F.Engels (1820-1895). Marxisme lebih daripada suatu sistem falsafah dimana filsafat menurut Marx, hanya memberi interpretasi2 dari dunia dan sejarah. Yang dibutuhkan itu bukan interpretasi, melainkan “perubahan”. Filsafat harus menjadi praksis, Merumuskan suatu ideologi, suatu strategi untuk mengubah dunia.

3.Eksistensialisme.Aliran ini dipersiapkan dalam abad ke-19 oleh S.Kierkegaard (1813-1855), dan F.Nietzche (1844-1900)

Dalam abad ke-20, Eksistensialisme menjadi aliran filsafat yang sangat penting. Filsuf2 paling besar dari Eksistensialisme dalam abad ini ialah K.Jaspers (1883-1969), M.Heidegger (1889-1976), J.P.Satre (1905-1980), G.Marcel (1889-1973), dan M.Morleau Ponty (1908-1961).

Eksistensialisme merupakan nama untuk macam2 jenis filsafat dimana semua jenis ini mempunyai INTI yang sama yakni keyakinan bahwa filsafat harus berpangkal pada adanya (eksistensi) manusia yang konkret, dan tidak pada “hakekat” (essensi) “manusia pada umumnya”. Menurut Eksistensialisme, “Manusia pada umumnya” sama sekali tidak ada. Yang ada itu hanya orang ini & itu. “Essensi” seseorang ditentukan selama eksistensinya di dunia ini. Nama Eksistensialisme ini memang hanya disenangi oleh J.P.Satre sementara filsuf2 lain dari aliran ini lebih senang disebut “Filsuf eksistensialis”

4.Fenomenologi.Eksistensialisme berhubungan erat dengan Fenomenologi dimana fenomenologi merupakan suatu

metode falsafi daripada suatu ajaran. Metode tsb berasal dari E.Husserl (1859-1938) dan kemudian dikembangkan oleh a.l. M.Scheller (1874-1928), dan M.Merleau-Ponty. Fenomenologi mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala2 dengan menggunakan intuisi. Kenyataan tidak harus didekati dengan argumen2, konsep2 dan teori2 umum. Setiap benda mempunyai “hakekatnya” dan “hakekat” ini berbicara kepada kita kalau kita membuka diri untuknya. Kita harus “mengabstrakhir” dari semua hal yang tidak hakiki. Kalau segala sesuatu yang tidak hakiki sudah dilepaskan, lalu gejala sendiri yang ingin kita selidiki mulai berbicara, dan “bahan” ini dimengerti berkat “intuisi” kita.

Metode Fenomenologi telah membuktikan manfaatnya untuk epistemology, psikologis, antropologi, studi teologi dan etika.

5.Pragmatisme.Aliran ini merupakan aliran filsafat yang lahir di USA sekitar thn 1900.Tokoh2 pentingnya ialah

Ch.S.Peirce (1839-1914), W.James (1842-1920), dan J.Dewey (1859-1914). Aliran ini mengajarkan bahwa ide2 tidak “benar” atau “salah”, melainkan bahwa ide2 dijadikan benar oleh suatu tindakan tertentu. Seperti kita mengenal sebatang pohon dari buah2nya, demikian juga kita mengenal suatu TEORI atau KONSEP dari konsekuensi2nya. Kalau semua akibat dari suatu teori itu baik, lalu kita boleh menarik kesimpulan bahwa teori

20

Page 21: Sejarah Intelektual

itu baik, karena teori itu berguna. Menurut Pragmatisme tidak harus ditanyakan: “Apa itu?” melainkan “Apa gunanya”? atau “Untuk apa”?6.Neo-Kantianisme dan neo Tomisme.

Sejumlah aliran filsafat dari periode2 lebih dahulu mengalami suatu kelahiran kembali dalam masa sekarang yaitu Skolastik, filsafat kant dan filsafat hegel. Yang terpenting dari filsafat2 NEO ini adalah Neo Kantianisme, dan neo Tomisme. Neo-kantianisme terutama berkembang di Jerman. Filsafat dalam aliran ini dianggap sebagai “epistemology & kritik ilmu pengetahuan. Tokoh2 terkenal aliran ini ialah E.Cassirer (1874-1945), H.Rickert (1863-1936), dan H.Vaihinger (1852-1933).

Neo-tomisme berkembang di dunia Katolik di banyak negara di Eropah dan Amerika. Aliran ini mula2 agak “konservatif”, namun berkat dialognya dengan filsafat kant, dengan Eksistensialisme dan Ilmu pengetahuan modern, menjadi suatu aliran yang penting dan berpengaruh. Tokoh2nya a.l. J.Marechal SJ (1878-1944), A.Sertillangers,OP (1863-1948), Maritain (1882-1973).7. Aliran2 Paling Baru.

Pada masa kini ada dua aliran filsafat yang mempunyai peranan besar, tapi belum dapat dianggap sebagai aliran yang “membuat sejarah”, karena mereka masih terlalu baru. Kedua aliran ini adalah filsafat ANALITIK dan STRUKTURALISME.

Filsafat Analitik merupakan aliran terpenting di Inggris & AS sejak sekitar thn 1950. Filsafat ANALITIK yang juga disebut “Analitic philosophy” dan “Lingustic Philosophy” menyibukkan diri dengan “analisis BAHASA & analisis KONSEP2. Analisis ini dianggap sebagai TERAPI. Menurut filsuf2 Analitik banyak soal falsafi (dan juga soal teologi & ilmiah) dapat “sembuh” kalau digunakan analisis “bahasa”, bisa ditunjukan bahwa soal2 ini hanya diciptakan oleh pemakaian yang tidak sehat dari bahasa. Filsafat analitik sangat dipengaruhi oleh L.Wittgenstein (1889-1952).

Strukturalisme berkembang di Perancis, lebih2 sejak tahun 1960. Strukturalisme merupakan suatu sekolah dalam filsafat, linguistik, psikiatri, fenomenologi dan psikologis. Strukturalisme menyelidiki “patterns” (pola2 dasar yang tetap) dalam bahasa2, agama2, sistem2 ekonomi & politik, dan dalam karya2 kesusasteraan. Tokoh2 terkenal a.l. Cl.Levi Strauss, J.Lacan dan M.Focault.

D. PERKEMBANGAN TEOLOGI.1.Teologi Sebagai Ilmu.

Hubungan dengan iman, yang konkret, dengan sendirinya menimbulkan pertanyaan mengenai sifat ilmiah teologi. Hal ini terjadi sangat jelas dalam pertanyaan M.GATZEMEIER. Ilmu-iman,bukan ilmu!! Adapun dasar untuk pertanyaan ini ialah fakta bahwa iman bukan hanya obyek refleksi teologis, tetapi juga dasarnya. TITIK TOLAK Teologi ialah IMAN AKAN SABDA ALLAH, entah sebagaimana dirumuskan dalam Kitab Suci, entah sejauh disampaikan oleh gereja. Tetapi Allah dan sabda Allah bukanlah obyek yang dapat dibuktikan dengan ratio. Itulah sebabnya bahwa menurut Gatzemeier, teologi yang memandang diri sebagai ilmu-iman sebenarnya suatu kontradiksi. Yang mungkin hanya refleksi atas pandangan, pendapat, dan perhatian yang ada di bawah ungkapan2 iman. Jadi bukan pembicaraan mengenai ALLAH, melainkan refleksi atas alasan2 yang membuat orang berbicara mengenai Allah. Teologi menjadi suatu teori sistematis tentang pengandaian & perhatian dasariah dari manusia beriman. Disamping itu teologi juga dipandang sebagai semacam teori bahasa & cara berbicara dalam agama, khususnya suatu teori tentang kemungkinan pemakaian kata “Allah”. Juga sekaligus sebagai suatu teori KRITIS mengenai apa yang biasanya disebut Teologi dan pengangkapan iman. Khususnya yang terakhir ini adalah tugas teologi Kristiani menurut Gatzemeier yakni menjalankan refleksi ilmiah atas rumusan & ungkapan iman tradisi Kristiani. Pendek kata, teologi adalah suatu refleksi atas diri manusia, khususnya atas kemungkinan2 imannya untuk berbicara mengenai Allah & agama.2.Teologi diantara Ilmu2:

Dengan penjelasan di atas belum ditentukan tempat teologi di antara ilmu2 lain. Yang jelas ialah bahwa teologi sebagai ilmu merefleksikan manusia dalam hidupnya di dunia ini, artinya: dalam komunikasi dengan manusia2 lain. Menurut PEUKERT segala ilmu pengetahuan mengandaikan suatu teori mengenai subyek pengetahuan, mengenai masyarakat sebagai dunia subyek itu dan mengenai sejarah sebagai dasat dan titik pangkal masyarakat. Dan jika diakui bahwa ilmu selalu terarahkan kepada manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, maka sudah diandaikan suatu pengakuan dari manusia2 lain sebagai partner komunikasi yang setingkat.

PEUKERT mengembangkan pandangan ini menurut pandangan2 sosiologis dan akhirnya menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan selalu mengandaikan suatu masyarakat yang adil, teratur, dimana manusia dapat berkomunikasi dengan bebas. Dan disini mulai kelihatan tempat Teologi. Sebab suatu masyarakat yang adil adalah cita2 belaka. Atau setidaknya perlu banyak pengorbanan, sehingga Peukert berani berkata bahwa: “Kebahagiaan orang hidup adalah rampasan dari mereka yang telah meninggal”. Ilmu pengetahuan mengandaikan masyarakat yang memungkinkan ilmu itu, dan untuk itu perlu banyak korban. Untuk itu perlu banyak orang yang mati tak bersalah. Apakah kematian mereka sebagai mati konyol? Ataukah mempunyai arti? Sampai di sini ilmu pengetahuan tidak mempunyai jawaban lagi. Menurut Peukert, jawaban datang dari JESUS dari Nazareth yang mati untuk orang lain dan yang memperlihatkan dalam kebangkitanNYA bahwa kematian itu mempunyai arti. Dengan kata lain, refleksi atau tuntutan ilmu2 pengetahuan sendiri akhirnya membawa kepada permasalahan di mana manusia harus menerima jawaban dalam IMAN.

Serupa dengan itu adalah pandangan SCHAEFFLER. Ia pun berpangkal dari fakta bahwa ilmu2 pengetahuan sendiri telah meninggalkan cita2 mengenai kedaulatan penuh dari subyek pengetahuan. Manusia yang berilmu hanya berarti sejauh membantunya untuk hidup dalam masyarakat itu. Tapi kenyataan ini oleh Schaeffler tidak dikembangkan menurut ilmu2 sosial, melainkan menurut tuntutan ilmu BAHASA. Ditegaskan bahwa hubungan antara TEORI & PRAKSIS bagi Teologi buka sesuatu yang diambil dari luar, artinya dari ilmu2 pengetahuan lain, melainkan merupakan INTI Teologi itu sendiri. Sebab sabda kepercayaan selalu tertuju kepada perwujudan praktis dalam hidup. Secara HAKIKI, iman & teologi ditentukan oleh relasi antara “perbuatan” dan “sabda”.

21

Page 22: Sejarah Intelektual

Hubungan itu tidak merupakan suatu bagian khusus dari teologi, melainkan mendasari segala bidang kegiatan teologis..

Tetapi teologi tidak hanya serupa dengan ilmu2 pengetahuan lain, sebab hubungan antara teori & praksis itu mempunyai arti yang khas. Ilmu2 bahasa menekankan bahwa pembicaraan ditentukan oleh situasi dan struktur masyarakat. Teologi tidak menyangkal hal itu, tetapi menekankan bahwa yang paling asasi adalah panggilan pribadi. Manusia memang berbicara menurut ketetapan bahasa. Tetapi yang melibatkannya dalam pembicaraan adalah hubungan pribadi. Manusia tidak berdiri secara anonim dalam masyarakat, tetapi mempunyai NAMA. Bahasa tidak menjadi jelas hanya dengan menerangkan intuisi2 yang menentukan pemakaiannya, melainkan karena pembentukan pribadi2 yang memakainya. Berbicara tidak berarti melaporkan, melainkan bertindak dengan kata. Justru dalam aspek “sebutan nama” teologi mempunyai tempatnya. Manusia menjadi pribadi yang unik oleh karena panggilan Tuhan.3.Perkembangan Teologi dari masa ke masa.

Perkembangan teologi, lain dengan perkembangan filsafat dan ilmu2 pengetahuan lainnya. Jika filsafat mempunyai begitu banyak aliran, tidaklah demikian dengan teologi. Periode perkembangannya dapat dikatakan mengikuti periodisasi sejarah Umum Eropah. Karena perkembangan teologi Gereja tidak lepas dari perkembangan zamannya. Dalam bagian ini tidak dibicarakan semua aliran & perkembangan teologi yang pernah & masih ada, tapi hanya “benang merah” saja yang akan ditunjukan. Sejarah Teologi secara sederhana dapat disamakan dengan sejarah Dogma Gereja. Namun harus diingat pula bahwa sejarah Teologi merupakan bagian dari sejarah Gereja sehingga periodisasi sejarah Teologi tidak lepas dari periodisasi sejarah Gereja.a.Di Zaman gereja Muda:

pada abad pertama dan kedua belum ada sekolah Teologi dalam arti sempit. Teologi pada zaman Apostolik (zaman pengganti/murid Jesus Kristus) dikembangkan oleh tokoh2 perseorangan dalam perspektif Kitab Suci, seperti Paulus, Johanes. Baru pada akhir abad ke-dua di Alexandria didirikan sekolah Kitab Suci (thn 180) yang akan berkembang sebagai sekolah Teologi, dengan tokoh2nya seperti ORIGENES, KLEMENS, dalam suasana filsafat Neo-Platonisme. Hampir bersamaan di Antiokhia (Syria) juga didirikan sekolah Teologi yang sering berselisih dengan aliran Iskandariah. Perpedaan PERSPEKTIF antara sekolah Iskandariah dan sekolah Antiokhia terutama mengenai KRISTOLOGI. Antiokhia terutama memperhatikan bahwa dalam diri Jesus ada DUA KODRAT yakni KEALLAHAN dan KEMANUSIAAN yang tetap terbedakan. Sebaliknya sekolah Iskandariah menekankan kesatuan Jesus Kristus. Masing2 dengan tokohnya CYRILLUS di Iskandariah dan NESTORIUS di Antiokhia.b. Zaman Patristik (Bapa2 Gereja).

Zaman ini mulai sejak para pengganti Rasul tidak ada lagi, kira2 awal abad ke-3. Pada zaman inilah Teologi ALLAH TRITUNGGAL dan Kristus diperdebatkan dan dirumuskan dalam berbagai Konsili sejak di Nisea (thn 325), Konstantinopel I (thn 381), Efesus (thn 431), Khalsedon (thn 451), Konstantinopel II (thn 553), dan Konstantinopel III (thn 680), yang terjadi pada masa Abad Pertengahan. Pertentangan terutama terjadi antara sekolah Iskandariah dan Antiokhia.

Dalam zaman Patristik sudah beberapa tema diperdalam dengan lebih tepat, misalnya teologi TRINITAS & KRISTOLOGI, Mariologi, dll. Ajaran Patristis ini bertahan dalam iman gereja sampai sekarang ini tanpa menjadi masalah besar lagi; bidaah yang disebarkan ke dalamumat seperti pada waktu Patristik sudah tidak ada lagi. Kadang2 terdapat kesesatan2 yang berbahaya. Kebanyakan kesesatan itu sebagai suatu konsekuensi dari konsepsi filsafat. Terhadap pendapat2 itu gereja mempertahankan dogma yang lama. Aliran kuat pada zaman ini adalah teologi St Agustinus, Uskup Hippo di Afrika Utara.

Ajaran Gereja yang berasal dari zaman Patristik diteruskan ke zaman Pertengahan melalui:a.Keputusan Konsili2 (sidang para Uskup yang dipimpin/direstui Paus) yang kemudian dipelajari oleh para Teolog Abad Pertengahan; b)Melalui karangan2 para Pujangga Gereja, khususnya Augustinus (Gereja Barat, kini gereja Roma Katolik) dan Yohanes dari Damaskus (gereja Timur, kini gereja 0rthodox), dan juga pujangga2 lainnya seperti Athanasius, Basilius dll.Beberapa Pengantar yang terpenting:a)”Sententiae Petri Lombardi” ialah kumpulan kalimat Patristik karangan Petrus Lombardus yang dipakai pada Abad Pertengahan sebagai buku sekolah yang harus dipelajari dan ditafsirkan para mahasiswa.b)Ajaran resmi Konsili2 diikhtiarkan dalam suatu KREDO yang menjadi terkenal dengan nama “SYMBOLUM QUICUMQUE”. Symbolum ini mulai dengan kata Quicumque atau Athanasianus, meskipun sebenarnya pengarangnya seorang Barat yang tidak diketahui namanya.c) pada akhir zaman Patristik juga “Symbolum Synodi Toletani XI” dapat dianggap sebagai suatu ikhtisar yang baik dan terkenal dari ajaran resmi. Kredo ini berisi ajaran Patristik lengkap dengan kata2 yang artinya ditentukan secara cermat.c.Abad Pertengahan (abad ke-7 – 15).

Pada masa ini sering muncul tokoh2 yang ajarannya tidak cocok dengan ajaran Gereja. Maka Gereja mempertahankan dogma (ajaran resmi Gereja tentang Iman), dan menentukan lagi dengan lebih tepat. Tokoh2 yang muncul dan ditentang Gereja seperti Roscellinus (abad 11-12), yang juga dilawan St Porretanus (abad ke-12) yang ajarannya tentang TRINITAS menyimpang, maka ditolak Konsili Reims (thn.1148), Joachim (abad ke-12) yang ajarannya mirip dengan Porretanus, maka Konsili Lateran IV (thn 1215) menolaknya.

Pada bagian kedua Abad Pertengahan ini muncul aliran Teologi yang amat besar pengikutnya yakni St Thomas Aquinas yang terkenal dengan “Summa Theologiae”, yang terdiri dari tiga bagian merupakan puncak keemasan Teologi dari Abad Pertengahan. Pengaruhnya menembus sampai zaman Vatikan I. Di samping Thomas, pada zamannya juga tampil tokoh besar lainnya yakni St Bonaventura, namun aliran Thomisme mendominir teologi Gereja Katolik selama beberapa abad, yang kemudian dikenal dengan Teologi Tradisional (oleh zaman modern ini!!). Aliran ini bahkan tetap bertahan ketika Luther & Calvin melancarkan Reformasi pada thn 1517 dan 1534 di Jerman dan Perancis, Swiss dan akhirnya seluruh Eropah. Meskipun Gereja Katolik dapat mempertahankan ajaranya namun Gereja sejak Reformasi terpecah menjadi Gereja Katolik sebagai INDUKnya disusul oleh Lutheran, Calvinis dan Anglikan di Inggris thn 1532, maka mulai ada PERBEDAAN

22

Page 23: Sejarah Intelektual

Teologi diantara mereka. Lutheran dan Calvinis yang kemudian lebih dikenal dengan nama Protestan mengembangkan teologinya sendiri yang tidak selalu sama dengan Teologi Katolik. Gereja Katolik yang lebih SENTRALISTIS memang lebih mudah mempertahankan KESATUAN ajaran Teologinya daripada Protestan yang lebih DESENTRALISTIS. Paham MAGISTERIUM (kuasa Gereja untuk mengajar dalam hal iman) amat kuat di lingkungan Gereja Katolik, lain halnya dengan Protestan. Hal ini mempengaruhi oerkembangan Teologi di mana dalam lingkungan Gereja Katolik berkembang “Teologi Hierarkis” (karena harus disetujui Pusat) sebaliknya dalam lingkungan Protestan berkembang “Teologi Rakyat” (karena masing2 orang bebas mengembangkannya sendiri).d.Zaman Modern

Dengan munculnya Reformasi abad ke 16, Gereja Katolik dalam hal Teologi semakin tegas & jelas rumusannya, sebab dengan Konsili TRENTE (1545-1563) ajaran Gereja digariskan secara jelas & tegas sebagai reaksi terhadap kekaburan Teologi hingga masa Reformasi. Pandangan Teologis dari Trente ini terus bertahan dan banyak yang diulang dalam Konsili Vatikan I. Abad ke-18-19 memang secara umum mengulang Teologi yang sudah ada. Memang dengan majunya filsafat para Teolog Katolik seperti Gunther (abad ke-19) mengikuti perspektif Hegel, tetapi yang mulai mengadakan pembedaan macam Teologi adalah Friedrich Schleiermacher (1768-1834). Dia membedakan teologi Historis, Sistematis & Praktis. Teologi Historis meletakkan dasar bagi teologi Sistematis, sedangkan teologi Praktis menerapkan hasil refleksi itu pada kebutuhan Gereja. Dengan demikian teologi Praktis dilihat sebagai pedoman untuk karya pastoral praktis, kendati sungguh dipandang sebagai bagian integral dari teologi.

Konsili Vatikan I (1869) yang a.l. menghasilkan INFALLIBILITAS Paus (Paus tak dapat sesat dalam mengajarkan iman & kesusilaan) dan dogma2 baru diperbaharui kembali dalam Konsili Vatikan II (1961-1964). Baru sejak Konsili vatikan II itulah dilihat bahwa pembangunan gereja sebagai tanggung jawab dan kompetensi seluruh anggota Gereja, maka Gereja menyadari menghadapi proses SEKULARISASI dunia, maka Gereja tidak hanya menaruh perhatian pada pembangunan hidup rohani, tapi juga kehidupan di dunia ini. Gereja menjadi pembela Keadilan, kebenaran & pembela kaum miskin. Pada masa modern ini muncul Teolog2 besar Katolik seperti Karl Rahner SJ, Congar, Schillebeecx, hans Kung, Paul Tillich, dan dari kaum Protestan muncul tokohnya seperti Bultmann, Karl Barth dll.

Dengan menyebut beberapa tokoh Teologi Modern di atas kiranya cukup memberi gambaran singkat tentang perkembangan Teologi.

BAB IIITERPISAHNYA ILMU-ILMU

DAN TEMPAT SENTRAL BAGI BAHASA, LOGIKA, DAN MATEMATIKA.

Setelah kita lihat secara singkat perkembangan ilmu pengetahuan (pada umumnya) dari waktu ke waktu, kini kita akan melihat pembagian dan perkembangan secara singkat tiap2 ilmu, sehingga terpisah dari induknya semula yakni filsafat. Di dunia Barat, filsafat pada mulanya lahir sebagai reaksi terhadap mithos. Pada waktu itu filsafat menjawab semua persoalan, karena persoalan yang ada belum kompleks seperti sekarang ini. Filsafat menjawab soal2 yang bersangkutan dengan manusia, masyarakat, negara, ekonomi dll. Sehingga tidak mengherankan bila pada mulanya filsafat merupakan satu2nya ilmu pengetahuan dan darinya kemudian timbul pelbagai cabang ilmu pengetahuan.

PECAHNYA ilmu2 dari induknya itu terjadi karena persoalan yang dihadapi manusia semakin kompleks sehingga filsafat tidak lagi mampu menjawab segalanya secara memuaskan. Maka timbul ilmu2 pengetahuan sebagai cabang dari filsafat yang kemudian berdiri sendiri. Sedemikian kompleksnya sehingga antara satu disiplin dengan disiplin lain tidak saling mengenal, apalagi dengan induknya. Namun demikian ilmu pengetahuan yang makin terspesialisasi tsb jika terus memperdalam dirinya akhirnya sampai pada filsafat lagi.

0leh karena itu dewasa ini, filsafat masih berfungsi sebagai disiplin yang menghubungkan antara disiplin yang satu dengan yang lain. Mereka dapat saling berjumpa dalam bahasa filsafat. Dengan filsafat diharapkan kita dapat menyelidiki & mengambil kesimpulan secara UTUH & MENDALAM.

Sebelum melangkah lebih lanjut perlu dilihat perbedaan metode2 ilmu pengetahuan dan perbedaan ilmu pengetahuan, filsafat, dan teologi. Seperti dipaparkan di depan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren (bertalian) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan. Sedang filsafat (salah satu rumusan saja) adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan. Dan filsafat mencari keterangan serta jawaban atas persoalan2 sampai se-dalam2nya. Karena itu baik filsafat maupun lmu pengetahuan dicapai manusia dengan mengandalkan kemampuan rasionya. PERBEDAAN POKOK antara keduanya lebih pada LUAS-SEMPITNYA OBYEK FORMAL & MATERIALNYA serta KEDALAMAN DALAM MENCARI KEJELASAN. Ini lain dengan teologi yang merupakan PENGETAHUAN tentang hubungan manusia Allahnya berlandaskan pada Wahyu Allah. Dalam Teologi (lain dengan filsafat Ketuhanan) landasan utamanya adalah WAHYU dan BUKAN pada kemampuan rasio manusia. Jadi berbeda dengan filsafat dan ilmu pengetahuan.A.METODE2 Ilmu Pengetahuan.

Metode amat penting dalam pengembangan suatu ilmu pengetahuan, bahkan sudah kita lihat di depan bahwa salah satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah METODE. Ini berarti CARA (Metode) mencapai pengetahuan amat menentukan berhasil-tidaknya usaha tsb. Oleh karena itu di bagian ini akan dilihat beberapa metode ilmu pengetahuan yang lazim dipakai. Pada dasarnya hanya ada dua metode utama dalam ilmu pengetahuan yakni cara kerja APOSTERIORI ilmu2 empiris yang sering diberi nama INDUKSI (cara kerja induktif), dan cara kerja APRIORI ilmu2 pasti yang biasa diberi nama DEDUKSI (cara kerja deduktif). Dalam Logika, DEDUKSI diberi batasan sebagai penalaran dengan kesimpulan yang wilayahnya lebih sempit daripada

23

Page 24: Sejarah Intelektual

wilayah premise-nya, sedangkan INDUKSI ialah penalaran dengan kesimpulan yang wilayahnya lebih luas daripada wilayah premise-nya.1.Metode DEDUKTIF.

Ketika bangsa Yunani tampil sebagai pemuka ilmu pengetahuan, khususnya Plato dan Aritoteles, maka SYLOGISME menjadi dasar bagi penjabaran secara deduktif pengalaman2 manusia. Dengan cara itu bangsa Yunani dapat dianggap sebagai PERINTIS dalam mendekati perkembangan ilmu pengetahuan secara sistematis. Metode DEDUKTIF adalah satu2nya metode yang efektif dalam cara berpikir secara sistematis dalam zaman Yunani-Romawi sampai pada masa Galileo dan renaissance. Cara berpikir Deduktif ini mencapai puncaknya pada Abad Pertengahan dimana manusia berpikir se-akan2 seperti GYMNASTIK MENTAL tanpa hubungan sama sekali dengan pengamatan & pengalaman alam nyata.2.Metode INDUKTIF.

Awal abad ke-17 Francis Bacon, memimpin suatu pemberontakan terhadap cara berpikir Deduktif. Ia berpendapat bahwa terdapat tendensi diantara para ahli filsafat untuk mula2 setuju pada suatu kesimpulan dan baru dari sana dimulai usaha untuk mengumpulkan berbagai fakta yang mendukung kesimpulan tsb. Hal yang serupa dilakukan orang dalam berdebat dimana dikemukakan argumentasi yang meyakinkan dalam rangka menyongsong suatu pendapat sehingga se-akan2 hal yang utama jauh lebih penting daripada menemukan kebenaran itu sendiri. Bacon merasa yakin bahwa logika tidaklah cukup untuk menemukan kebenaran, karena menurut dia “kepelikan alam jauh lebih besar daripada kepelikan argumen”; dimana dalam hal ini logika dimulai dengan suatu anggapan yang sudah jadi, yang menyebabkan terjadinya suatu kesimpulan yang menyimpang dari keadaan yang sebenarnya.

Sumbangan Bacon pada ilmu pengetahuan adalah sebagai PERINTIS yang menembus kubu pemikiran Deduktif yang penggunaannya secara berlebihan, menyebabkan dunia keilmuan mengalami kemacetan. Bacon, Darwin, Galileo, dll tidaklah menolak logika, namun mereka menggunakan logika sebagai HIPOTESIS dan bukan sebagai bukti atas kebenaran dimana mereka berpegang pada bukti2 empiris sebagai batu uji kebenaran.3.Pendekatan INDUKTIF-DEDUKTIF Modern.

Metode Induktif dari Bacon kemudian digantikan oleh metode Induktif-deduktif (Charles Darwin dipandang sebagai pelopornya) yang menggabungkan metode Deduktif dengan metode Induktif. Metode gabungan ini merupakan kegiatan beranting antara Induski dan Deduksi. Mula2 seorang penyelidik menggunakan metode Induksi dalam menghubungkan antara pengamatan dengan hipotesis. Kemudian secara Deduktif, hipoteisis ini dihubungkan dengan pengetahuan yang ada untuk melihat kecocokan dan implikasinya. Setelah lewat berbagai perubahan yang dirasa perlu maka hipotesis ini diuji melalui serangkaian data yang dikumpulkan untuk mengetahui syah tidaknya hipotesis tsb secara empiris.

Pendekatan ini merupakan esensi dari metode keilmuan modern dan menandai kemajuan terakhir manusia dalam menjabarkan ilmu yang bersifat empiris. Dalam perjalanan ke arah ini manusia telah mengembangkan cerita2 rakyat, dogma dan tradisi, pengamatan yang tidak sistematis, dan akhirnya sampai pada pengamatan yang sistematis. Meskipun pada dasarnya proses metode keilmuan ini merupakan kegiaan beranting antara Induksi dan Deduksi. Namun secara sederhana biasanya seseorang secara Induktif langsung mengembangkan hipotesis dari pengalaman dan hipotesis inikemudian dikaji lebih lanjut secara terperinci untuk mengetahui aspek2nya yang dapat diuji. Seorang ilmuwan modern tidaklah se-mata2 menggantungkan diri [ada metode Induksi, namun juga mempergunakan secara Deduktif pengetahuan yang telah ada dalam mengkaji hipotesis. Ia mempergunakan fakta & teori selaku alat yang memperkuat satu sama lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas masalah yang dihadapinya. Pendekatan yang bersifat ganda ini perlu, sebab meskipun seorang ilmuwan ingin suatu kesimpulan yang bersifat umum, namun dalam penyelidikannya ia tidak mungkin mengamati secara keseluruhan. Hal ini mengharuskan dia untuk mengamati hanya jumlah terbatas. Dari sini dia mengambil kesimpulan yang bersifat umum.B.PEMBAGIAN Ilmu Pengetahuan (Science).

Sebelum pembagian cabang2 ilmu pengetahuan yang kita lihat, perlulah dilihat apa yang menjadi dasar mengadakan pembedaan ilmu pengetahuan yang satu dari yang lain. Ada beberapa prinsip pembedaan yaitu perbedaan dalam hal OBYEK, TUJUAN & METODE. Pembedaan ini tidak dapat diterapkan secara mutlak sebab kadang kala beberapa disiplin mempunyai tujuan yang sama tetapi obyek & metodenya berbeda.

Perbedaan OBYEK. Setiap ilmu pengetahuan mempunyai obyek material maupun obyek formal sendiri2. Obyek Material memang dapat sama yakni materi yang akan digumuli, dibicarakan, tetapi obyek formalnya yaitu cara pendekatan pada obyek material oleh sutu ilmu pengetahuan selalu berbeda satu dengan yang lain. Atas dasar OBYEK FORMAL itulah suatu ilmu pengetahuan dapat dibedakan dari ilmu pengetahuan yang lain.

Perbedaan TUJUAN. Sejumlah ilmu pengetahuan pada dirinya sendiri tidak punya tujuan lebih lanjut kecuali “mencari kebenaran pengetahuan”; dipihak lain ada sejumlah ilmu yang mempunyai tujuan lebih lanjut, lebih dari sekedar tahu kebenaran. Jenis pertama sering disebut ilmu pengetahuan teoritis atau murni (Pure science) atau sering juga disebut ilmu pengetahuan SPEKULATIF. Sedangkan jenis yang kedua disebut ilmu pengetahuan praktis (praxis science). Sebagai contoh, metafisika merupakan ilmu pengetahuan yang berbicara tentang “adanya sesuatu”, tetapi ilmu kedokteran berbicara, bagaimana menjaga kesehatan tubuh.

Perbedaan METODE. Ilmu2 pengetahuan dapat juga dibedakan atas dasar perbedaan metode yang digunakannya. Tentang macam2 metode sudah kita lihat di depan. Sebagai contoh Teologi: akan memecahkan masalah2 yang dihadapi dan menarik kesimpulan2 berdasarkan kebenaran wahyu Tuhan. Kriteria tertinggi menurut Teologi adaah dapat-tidaknya dibenarkan atas dasar 0toritas Wahyu Tuhan. Tidak ada ilmu pengetahuan lain yang menggantungkan diri pada wahyu sebagai alat pengukur benar-tidaknya pengetahuan kecuali Teologi.

Atas dasar perbedaan2 diatas itu sejumlah ahli Barat mencoba mengadakan pembagian ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan zamannya. Di antara tokoh2 itu adalah Aristoteles, Boethius, Thomas Aquinas, Francis Bacon, Christian Wolff, August Comte (kaum Positivis), dan Mercier. Tokoh2 itu diurutkan

24

Page 25: Sejarah Intelektual

secara kronologis dalam pembahasan supaya lebih mudah melihat evolusi pembagian ilmu pengetahuan. Namun yang diambil hanya beberapanya saja.A.ARISTOTELES (384-322 BC). Ia membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga kelompok besar yang meliputi:1.Ilmu Pengetahuan TEORETIS yakni pengetahuan yang hanya mempunyai tujuan demi pengetahuan itu sendiri Dalam kelompok ini masih dibagi lagi menjadi: a).Fisika; yang mempunyai obyek yang tak terpisahkan tetapi tidak diam, b).Matematika: yang mempunyai 0byek Diam tetapi tidak terpisahkan c).Teologi; Metafisika atau Filsafat yang obyeknya terpisahkan dan diam.2.Ilmu Pengetahuan PRAKTIS, yakni pengetahuan yang bertujuan demi “tingkah laku”3.Ilmu Pengetahuan PRODUKTIF, yakni pengetahuan yang bertujuan demi “kegunaan, keindahan, atau kebenda an.

Disamping ketiga kelompok tsb, Aristoteles masih menyebut LOGIKA yang menurut beliau termasuk ilmu pengetahuan, tapi diperlukan sebagai pemahaman atau prasyarat bagi pendalaman ilmu2 pengetahuan yang lain. Dengan kata lain, seseorang harus belajar Logika lebih dahulu sebelum mempelajari ilmu2 pengetahuan yang lain.B. BOETHIUS (480-542): Beliau membagi ilmu pengetahuan menjadi dua macam saja yakni:1.Ilmu pengetahuan TEORETIS yakni pengetahuan demi dirinya sendiri. Yang dimaksudkan disini adalah: a.IPA b.Matematika c.Teologi.2.Ilmu Pengetahuan PRAKTIS yakni pengetahuan yang mendorong aktivitas.Beliau membedakan adanya tiga macam ilmu pengetahuan dalam kelompok teoritis atas dasar perbedaan 0byeknya, sejauh mana obyeknya tergantung pada/dari materinya.C. St.THOMAS AQUINAS (1225-1274):Beliau dalam komentarnya terhadap buku BOETHIUS berjudul De Trinitate, menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan praktis adalah ilmu pengetahuan yang obyek & tujuannya operasional, sementara ilmu pengetahuan Spekulatif merupakan ilmu pengetahuan yang obyeknya tidak 0perasional dan tujuannya adalah pengetahuan itu sendiri. 0byek ilmu pengetahuan Spekulatif itu dapat di-duga2 (dispekulasikan) sejauh itu menyangkut yang tidak maeterial, bila obyeknya berupa materi maka itu obyek ilmu fisika atau obyek IPA. Jadi materinya diketahui ADANYA maupun APANYA. Sedangkan matematika tergantung pada adanya bahan tetapi yang tidak diketahui; lain lagi Metafisika yang mempunyai adanya atau tidak adanya 0byek serta tidak diketahui.

Tokoh dari zaman Scholastik ini mengelompokan ilmu pengetahuan secara lebih teliti, tetapi juga cukup berbelit. Menurut dia ilmu pengetahuan dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar yakni:I.Logika, merupakan ilmu yang mengantar kepada ilmu2 yang lain, maka harus dikuasai seseorang sebelum mulai mempelajari sesuatu ilmu. Pikiran harus dilatih terlebih dahulu, berpikir logis, rasional.II.Ilmu Pengetahuan Spekulatif:1.Ilmu Murni: 1.1.IPA mencakup a.Umum yakni Fisika seperti terjadinya alam semesta, meteorologi, b.Beberapa Pemabahasan Khusus: seperti roh, rasa dan perasaan 1.2.Matematika: meliputi Aritmatik, Geometri 1.3.Metafisika: a.l. Teologi.2.Campuran: meliputi astronomi, perspektif, musik dll.III.Ilmu Pengetahuan Praktis: 3.1.Tentang Kegiatan Manusiswi: meliputi: Etika, Ekonomi, Politik dll. 3.2.Tentang kebendaan yakni Seni.D.CHRISTIAN WOLFF (1679-1754).Beliau seorang “rasionalis” tetapi tidak memberi alasan banyak mengenai pembagian ilmu pengetahuan. Salah satu kriteria yang ia pakai ialah Metode yang digunakan oleh tiap2 ilmu pengetahuan itu sendiri, apakah itu EMPIRIS (INDUKTIF) atau TEORETIS (DEDUKTIF). Disamping itu ia masih memandang bahwa filsafat merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Atas dasar alasan2 itu, ia menggolongkan ilmu pengetahuan sbb:I.Ilmu Pengetahuan Epiris terdiri dari: a.Tentang Alam semesta: seperti kosmologi empiris b.Tentang Jiwa Manusia seperti Psikologi Empiris.I2.Matematika, terdiri atas: a.Murni: seperti aritmatik, geometri, aljabar b.Campuran seperti: mekanika 3.Filsafat meliputi: a.Spekulatif Metafisika: a.Umum: 0ntologi b.Yang Khusus: Psikologi Rasional dan Teologi (Ilmu ke-Allah-an) b.Praktis: -.tentang Intelek : Logika -.tentang Kehendak: etika, ekonomi, politik -.tentang pekerjaan Lahiriah: teknologi.

C.TUMBUHNYA PERGURUAN TINGGI DI EROPAH1.Universitas-Universitas.

Kebangkitan dalam bidang ilmu pengetahuan ditandai oleh beberapa KOLESE, biara2 tempat ilmu pengetahuan diajarkan oleh para biarawan Katolik. Sebenarnya sudah sejak abad ke-9 di-mana2 di Eropah Barat didirikan sekolah2 oleh para biarawan. Dalam paruh abad ke-12 sekolah2 di Paris jauh melampaui semua sekolah lain. Sekitar thn 1200 semua sekolah di paris memutuskan untuk ber-sama2 membentuk “Universitas Magistrorum et Scholarium” (Keseluruhan yang meliputi guru2 & mahasiswa2). Keputusan ini berarti berdirinya Universitas pertama. Mula2 universitas tidak lain daripada semacam cara kerja sama antara sekolah2 yang sudah ada. Tidak lama sesudah pendirian universitas Paris, ditegakkan universitas2 lain juga oleh para biarawan, misalnya di 0xford, Bolougne, Cambridge, Padua, dan banyak kota lain. Dalam abad Pertengahan universitas umumnya terdiri dari empat Fakultas yakni kedokteran, hukum, sastra dan teologi. Karya2 filsafat yang diterbit kan hampir semua mempunyai hubungan dengan pengajaran di universitas, berupa bahan kuliah atau diskusi.

25

Page 26: Sejarah Intelektual

2.Cara Mengajar.Cara mengajar yang sudah mulai dipergunakan dalam rangka studi teologi ternyata dipergunakan untuk

pengajaran pada ilmu2 pengetahuan yang kemudian timbul dalam universitas. Cara mengajar itu terdiri atas LECTIO yang diadakan oleh guru sebagai LECTOR, sambil mengemukakan catatan2, ulasan2 dan tafsiran2. Dalam rangka pembacaan itu sering timbul masalah2, peristilahan2 yang sulit, maka guru memberikan penjelasan yang lebih luas. Segala penjelasan itu diterbitkan sebagai buku pegangan. Pada gilirannya buku pegangan itu diuraikan oleh Lektor2 Muda.

Cara di atas mengalami perkembangan sebab pada abad ke-13 tidak hanya LECTIO (hanya guru yang berbicara), tetapi juga diadakan pertemuan guru-mahasiswa yang disebut DISPUTATIO yakni suatu pembicaraan atau pembahasan bersama yang dipimpin oleh guru atau wakilnya. Yang dibicarakan salah satu pokok yang sudah ditentukan sebelumnya dan dipersiapkan oleh para hadirin. Hasil pembahasan bersama itu di laporkan untuk diperiksa oleh guru lalu diterbitkan sebagai QUAESTIO DISPUTATA.3.Kurikulum Studi Universitas.

Anak2 yang sudah dapat membaca, menulis dan menghitung diterima untuk masuk universitas pada usia 13-14 tahun. Masuk langsung “Facultas Artium”, pengajarannya ialah “Septem Artes Liberales” (jauh lebih berat daripada beberapa abad sebelumnya, sebab a.l. seluruh filsafat Aristoteles dimasukkan dalam Artes Liberales itu), selama4-6 tahun, lalu dapat mencapai gelar BACCALAUREUS ARTIUM (BA) dan boleh mengajar di bawah bimbingan guru, dua tahun lagi dapat memperoleh gelar “Magister Artium” (MA). Kurikulum “Facultas Artium” itu memuat Philosophia Rationalis (trivium), Philosophia Realis atau Naturalis (memuat Metaphisica, Matematika (quadrivium) dan Phisica), Philosophia Practica Sive Moralis. Dengan MA seseorang boleh sebagai guru dan 2-3 tahun kemudian dapat memperoleh gelar DOCTOR PHILOSOPHIAE (Ph.D).D.Logika, Matematika dan Ilmu Pengetahuan1.Logika.

Logika (dari kata Yunani, “logikos” berhubungan dengan pengetahuan, berhubungan dengan bahasa) merupakan cabang filsafat yang menyelidiki kesehatan “cara berpikir”, aturan2 mana yang harus dihormati supaya pernyataan2 kita syah. Jadi Logika dapat didefenisikan (ini salah satu definisi karena ada banyak pendapat tentang hal ini) sebagai Ilmu pengetahuan yang memberikan aturan2 berpikir valid. Artinya ilmu pengetahuan yang memberikan prinsip2 yang harus diikuti supaya dapat berpikir valid (menurut aturan yang syah). Logika hanya merupakan teknik atau SENI yang mementingkan segi Formal, bentuk dari ilmu pengetahuan.

Suatu argumentasi betul kalau semua langkah dari argumentasi itu betul. Langkah2 ini terdiri dari kalimat2 (proposisi2) dan setiap kalimat sendiri terdiri dari suatu subyek dan sebuah predikat. Contohnya sbb:“Kalau semua orang Ende senang makan ikan (A), dan kalau sdra Abdulah Kepu seorang penduduk dari Ende (B)maka sdra Abdullah Kepu senang makan ikan (C).Argumen ini terdiri dari tiga kalimat. Kalimat A dan B disebut “premise2”, kalimat C disebut “konklusi”. Setiap kalimat terdiri dari Subyek (yaitu “semua orang Ende” dan “ sdra Abdulah Kepu”) dan Predikat (yakni “senang makan ikan” dan “penduduk dari Ende”). Nah…dalam Logika diselidiki syarat2 yang harus dipenuhi supaya kesimpulan yang ditarik dari premise2 dapat disebut “SAH”. Usaha ini kelihatannya sederhana, tapi soal2 yang dibicarakan dalam logika memang sangat kompleks.

Logika dalam bentuk seperti di atas disebut LOGIKA KLASSIK, dimana logika klasik berkembang pada masa Aristoteles dan pada banyak filsuf dari Abad Pertengahan. Kini dibedakan suatu jenis logika baru yakni LOGIKA MATEMATIS yang juga disebut LOGIKA FORMAL atau LOGISTIK. Logika matematis dikembangkan a.l. oleh Frege, Whitehead dan Russel.2. Hubungan Logika dan Matematika.

Dalam logika Aristoteles dipakai kata2 yang dikenal dengan bentuk SYLOGISME, tetapi dalam logika modern dipakai simbol2 sebagai ganti kata2 atau kalimat2. Lambang2 digunakan dalam “logika simbolis” dan logika makin lama bersifat matematis. Apakah sebenarnya PERBEDAAN antara Logika dan matematika? Untuk menjawab pertanyaan tsb baiklah kita kutip pernyataan Bertrand Russell bahwa: “mereka berbeda seperti anak kecil dan orang dewasa; dimana Logika adalah masa kecil dari matematika dan matematika adalah masa dewasa dari logika”

Ber-sama2 dengan Whitehead kemudian, ia menerbitkan sebuah buku yang berjudul “Principia Mathematica”, sebuah buku yang sangat sering dibicarakan orang karena pentingnya, namun sangat jarang dibaca orang karena sukarnya. Dalam buku tsb mereka menyimpulkan bahwa hukum2 matematika pada dasarnya adalah “pernyataan2 logika”. Atau dengan kata lain bahwa semua 0perasi matematika dapat direduksikan menjadi beberapa kaidah logika. Belakangan ini kita melihat perkembangan matematika modern yang lebih menekankan segi logika dalam operasi2nya. Perkembangan ini tentu saja sangat menggembirakan kita terutama kalau dikaitkan dengan pemahaman yang lebih mantap dari cara berpikir keilmuan.

Selaku logika deduktif, matematika dapat menurunkan ilmu pengetahuan baru dari ilmu2 pengetahuan yang sebelumnya sudah diketahui. Umpamanya saja kita mempunyai dua buah pernyataan mengenai X dan Y sbb: 1) 2x = 3y –5 2) 4x = 2y+ 2Secara terpisah kedua pernyataan itu tidak memungkinkan kita untuk mengetahui harga x dan y, namun dengan operasi matematika yang sederhana dan dengan mempergunakan kedua persyaratan itu sebagai premise logika, maka dengan mudah kita dapat menemukan bahwa harga x adalah 2 dan y adalah 3. Contoh ini kelihatannya sederhana namun implikasinya luar biasa. Berbagai rumus dalam ilmu diturunkan secara deduktif dari ilmu2 pengetahuan sebelumnya.3.Fungsi Matematika.

Matematika mempunyai keunikan sendiri dalam fungsinya sebagai lambang yang dipakai dalam komunikasi ilmu pengetahuan. Seperti diketahui, manusia berkomunikasi satu sama lain lewat lambang2.

26

Page 27: Sejarah Intelektual

Bahasa adalah lambang dan matematika demikian juga. Matematika sebagai alat komunikasi keilmuan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahasa. Per-tama2, perkataan yang dipakai dalam bahasa seringkali mempunyai arti yang samar2. Cobalah defenisikan persis apa yang dimaksudkan dengan CINTA, sebuah perkataan yang mungkin paling terkenal dalam perbendaharaan bahasa kita. Belum lagi bahwa perkataan “cinta” ini bisa digunakan untuk pengertian lainnya.

Keadaan seperti ini sering membawa kita kepada situasi yang disebut “kekacauan Semantik” yakni bila dua orang atau lebih yang berkomunikasi satu sama lain lalu terlibat dalam suatu ketidaksesuaian. Hal ini mungkin terjadi karena mereka mempergunakan istilah yang berbeda untuk pengertian yang sama atau mempergunakan istilah yang sama untuk pengertian yang berbeda. Tentu saja hal ini tidak usah mengurangi penghargaan kita terhadap bahasa sebagai alat komunikasi.

Dalam abad ke-20 ini, seluruh kehidupan manusia sudah mempergunakan matematika, baik matematika yang sangat sederhana saja hanya untuk menghitung satu, dua, tiga atau untuk pakem2, maupun sampai yang sangat rumit, misalnya untuk perhitungan untuk penerbangan antariksa. Demikian pula ilmu2 pengetahuan semuanya sudah mempergunakan matematika, baik matematika sebagai perkembangan aljabar maupun statistik. Filsafat modern juga tidak akan tepat bila pengetahuan tentang matematika tidak mencukupi. Banyak sekali ilmu sosial sudah sampai menggunakan matematika sebagai Sosiometri, Psikometri, Ekonometri, dstnya. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Dan sebaliknya bahasa yang mempunyai hubungan dengan puisi, prosa, dan retorika dapat berjalan tanpa matematika.

Langkah perubahan kualitatif menjadi kuantitatif adalah langkah yang sangat fundamental untuk ilmu pengetahuan yang jelas, tepat, dan teliti serta langkah demikian itu biasanya ditempuh dalam perkembangan semua ilmu pengetahuan baik yang eksak maupun yang sosial. Disini matematika memberi sumbangan yang sangat besar, misalnya, kalau kita jalan sepanjang selokan, maka kita bisa melihat apakah apakah air mengalir cepat atau lambat. Pengalaman ini kualitatif, dan pengalaman demikian bisa dihayati semua manusia setiap hari. Tapi kalau pengalaman ini disertai pengukuran (matematis tentunya), maka terjadi kuantitatif seperti:a) kita mengukur luasnya penampang selokan rata2 b) kita mengukur tingginya air rata2 c) kita mengukur kecepatan mengalirnya. Dengan point b & c kita bisa mengetahui debit air rata2. Kalau disertai point a, maka kita tahu berapa M3 air dapat ditampung oleh selokan tadi. Pengetahuan ini semuanya dapat dipergunakan dalam rangka irigasi di desa, atau untuk menggerakkan suatu mesin pompa atau listrik.

Contoh tsb merupakan analisis kalimat dengan matematika dan dengan analisis maka arti kalimat2 yang masih agak kabur menjadi explicit, jelas, tepat, dan tegas. Pemikiran ungkapan yang sebelum dianalisis masih ragu2, dengan analisis matematika menjadi jelas. Oleh karena itu maka matematika merupakan salah satu jalan untuk menyusun pemikiran yang jelas, tepat, dan teliti; pemikiran mana melandasi semua ilmu pengetahuan & falsafah. Dan peran matematika dalam menentukan perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah besar dari sejak semula adanya ilmu pengetahuan.

Jikalau penyusunan bahasa yang deskriptif dan proporsional, matematika serta logika dapat diberikan dalam semua lapisan pendidikan, maka seluruh pendidikan itu telah diusahakan “clear and accurate thinking”.Dan sepanjang kombinasi tsb telah diletakkan dasar2 untuk logika. Sebab sebenarnya dua dasar dan kombinasi itu memang hanya dapat disusun atas dasar pemikiran logis, tapi logika yang eksplisit. Sebenarnya soal implicit adalah sama dengan soal yang di-selip2kan, tidak kelihatan.

Sebaliknya dalam soal2 masih “implicit”, di-selip2kan maka soal tadi tidak dikuasai, dipergunakan hanya secara kebetulan saja. Dan kalau statusnya diselipkan saja maka kita mungkin masih sedikit atau banyak melakukan kesalahan. Misalnya, di kota ini hanya ada seorang barber. Barber tsb berkata:”Semua orang di kota ini potong rambut pada saya. Tidak ada seorang pun yang memotong Rambutnya sendiri”. Sekalipun kalimat ini dimengerti dan secara tatabahasa tidak ada kesalahannya, nberdasarkan logika ada kontradiksi. Contoh tsb diajukan sebagai petunjuk bahwa sebenarnya pelajaran logika, dari status implicit perlu dilaksanakan secara eksplisit, dengan tujuan lebih lanjut memperkecil lagi kemungkinan2 membuat kesalahan. Pelajaran ini kira2 pada tingkat Universitas atau Perguruan Tinggi.

Tiga soal tsb, bahasa, matematika, logika merupakan alat utama dan alat fundamental untuk menyusun dan mendisiplinir pemikiran sehingga memiliki sifat yang jelas, tepat, singkat, teratur. Oleh karena pemikiran ini menguasai perbuatan manusia, maka supaya perbuatan manusia menjadi baik dan berhasil, penyusunan pemikiran ini adalah primer & fundamental. Akhirnya semua juga tahu bahwa bahasa, logika, matematika berjasa besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

BAB IVMASALAH IPTEK

DAN DIMENSI MORAL.

Setelah kita lihat secara singkat perkembangan ilmu pengetahuan, pemisahannya, bahkan peranan sejumlah ilmu, maka nampak kepada kita bahwa perkembangan tsb menimbulkan berbagai persoalan. Namun untuk menunjukkan masalahnya secara gamblang tidaklah mudah sebagaimana kita duga.A.Keserbamajemukan Ilmu Pengetahuan dan Persoalannya.

Salah satu kesukaran yang terbesar yang dihadapi manusia dewasa ini adalah keserba-majemukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan tidak lagi satu, maksudnya kita tidak bisa mengatakan inilah satu2nya ilmu pengetahuan. Bagaimana keadaannya di masa lampau tidak akan kita lihat dalam bagian ini, sebab sekalipun tidak sangat jelas pada bagian depan dari tulisan ini sudah menunjuk kepada situasi ilmu pengetahuan di zaman dahulu. Yang pasti di masa lalu ilmu pengetahuan itu lebih menunjukkan ke-eka-annya daripada kebhinekaannya seperti dewasa ini.

Proses perkembangan ini sungguh menarik perhatian karena justru bertentangan dengan inspirasi tempat pengetahuan itu bersumber yakni keinginan manusia untuk mengadakan kesatuan di dalam

27

Page 28: Sejarah Intelektual

keserbamajemukan gejala2 di dunia kita ini. Karena yakin akan kemungkinannya maka timbullah ilmu pengetahuan. Secara “metode & sistematis” manusia mencari azas2 sebagai dasar untuk memehami hubungan antara gejala yang satu dengan yang lain sehingga bisa ditentukan adanya ke-eka-an di dalam kebhinekaannya. Proses ini telah dimulai oleh filsuf2 Yunani kuno, misalnya THALES dari Milete (kira2 thn 600 BC). Ia mencari suatu azas atau prinsip yang tetap tinggal sama di belakang perubahan2 yang tidak henti2nya itu. Gagasan adanya satu azas untuk semuanya terus dikembangkan oleh filsuf Alam Yunani terutama Parmenides dari Elea (awal abad ke-5 BC), selalu peletak dasar “metafisika”. Ia berpendapat bahwa “ yang ada itu ada dan yang tidak ada itu tidak ada”. Kalimat kecil ini nampaknya sudah jelas bagi semua orang namun mengandung konsekuensi2 besar. Dari pendapat tadi harus disimpulkan bahwa yang ada (=se-gala2nya) tidak dapat dipertentangkan dengan sesuatu yang lain. Akibatnya harus dikatakan juga bahwa yang ada itu sama sekali satu, sempurna dan tidak dapat di-bagi2. Dengan kata lain, menurut Parmenides, adanya banyak hal tidak mungkin, tidak ada pluralitas.

Dalam ajaran yang lebih terurai, misalnya ajarn Aristoteles ditjelaskan, bahwa kita merasa mempunyai pengetahuan tentang sesuatu bilamana kita merasa mengetahui KAUSA-nya (sebab2nya) yang menyebabkan adanya sesuatu itu. Selanjutnya memang sebab2nyalah yang berlainan dan bukannya sesuatu. Dengan kata lain, gejala2 yang mula2 tampak aneh dan tidak dimengerti karena diketahui sebab2nya maka biasa ditentukan keekaannya dan itulah yang disebut benar. Bila kta ingat bahwa ilmu pengetahuan Yunani itu menekankan pentingnya metode aksioma, misalnya yang dipakai oleh Eukleides untuk ilmu2 pasti dan Aristoteles untuk ilmu2 lainnya, maka jelaslah bahwa pikiran untuk menentukan keekaannya dalam kebhinekaan itu azas yang terpenting dari pandangan orang Yunani tentang ilmu pengetahuan.

Namun dalam perjalanan waktu nampak pada kita bahwa sejarah perkembangan ilmu pengetahuan berkembang ke arah kebhinekaan atau keserbamajemukan ilmu. Bila dulu hanya ada satu ilmu pengetahuan (yakni filsafat) maka pengetahuan yang satu itu telah terbagi dalam macam2 disiplin pengetahuan tersendiri yang banyak jumlahnya. Sesungguhnya kebhinekaan ilmu pengetahuan itu sendiri seharusnya tidak usah menjadi soal. Bagaimanapun juga kebhinekaan itu tidak bertentangan dengan tendensi azasi ilmu pengetahuan itu sendiri, yakni menuju keekaan. Seandainya tiap2 ilmu pengetahuan itu bisa menggambarkan dalam peta supaya sekaligus kita bisa mempunyai pengetahuan menyeluruh dari semua kenyataan di alam semesta ini. Dan para sarjana ilmu pengetahuan tidak perlu bersusah payah mengadakan spesialisasi. Meskipun tiap2 sarjana hanya mempunyai satu petanya sendiri dan dengan demikian hanya menguasai sebagian kecil saja dari seluruh kenyataan, mereka itu semuanya secara ber-sama2 akan memiliki pengetahuan yang lengkap dari keseluruhan.Tetapi keadaan yang demikian itu ternyata tidaklah terjadi dewasa ini.

Pada dasarnya berspesialisasi dalam ilmu pengetahuan itu tidaklah sama dengan hanya membatasi diri pada bidang materi yang khusus, terpisah sama sekali dari yang lain. Tetapi mempunyai pengetahuan yang menyeluruh akan suatu hal yang dengan pengkhususan diri pada bagian tertentu dari sesuatu itu. Ilmu2 pengetahuan itu memang berlainan satu sama lain, karena METODE-nya yang ber-beda2, OBYEK yang diselidikinya dan TUJUAN dari ilmu itu sendiri.Tiap2 ilmu pengetahuan mempunyai cara sendiri untuk mengamati, mengadakan eksperimen, mempunyai hipotesis & teorinya sendiri, mempunyai bahasanya sendiri . Karena itu banyak ilmu pengetahuan yang berdampingan, yang masing2 mempunyai CARA-nya sendiri untuk mem-meta-kan kenyataan, tetapi peta2 itu tidak bisa dihubungkan satu sama lain untuk memperoleh ikhtisar tentang kenyataan. Amatlah berbahaya membicarakan ilmu pengetahuan secara mandiri. Mungkin ada alasa n untuk itu karena memang ada suatu kesamaan antara semua ilmu pengetahuan tetapi kesamaan ini tidak terdapat dalam persamaan metode ilmu pengetahuan sehingga perbedaan2 antara ilmu2 pengetahuan itu timbul dari “perbedaan obyek penyelidikannya”. Biokimia dan psikologi manusia, keduanya mempelajari manusia, tapi alangkah bedanya antara keduanya.1.Mengapa Timbul Spesialisasi.

Mengapa ada spesialisasi yang makin meluas, bahkan di dalam satu tubuh ilmu pengetahuan saja, misalnya kedokteran, alam dll? Makin meluasnya spesialisasi itu tidak akan didapat keterangannya jika sekiranya ilmu pengetahuan tidak mengembangkan macam metode, obyek & tujuan di kemudian hari. Perbedaan METODE & OBYEK itu memang perlu demi kemajuan tiap2 ilmu, sebab tidak mungkin metode yang dipakai ilmu alam dapat dipakai dan memajukan psikologi misalnya. Kalau ilmu psikologi mau maju dan berkembang memang harus mengembangkan metodenya sendiri pula, obyek, dan mungkin juga tujuan dari ilmu itu juga perlu berbeda. Contoh tsb mungkin terlalu ekstrem, kita dapat mencari contoh yang lebih berdekatan satu sama lain sebagai ilmu, misalnya biokimia dan kimia umum dimana keduanya memakai “hukum” yang dapat dikatakan sama, tapi seorang sarjana biokimia perlu pengetahuan susunan dan bekerjanya organisme2 yang tidak dituntut bagi seorang ahli kimia anorganik misalnya. Itu perlu supaya biokimia semakin maju dan mendalam, tidak diingkari bahwa antara keduanya masih mempunyai dasar2 yang sama juga.

Maka bisa dimengerti bahwa spesialisasi itu mau tidak mau sudah harus ada di dalam suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu. Kesatuan dasar asas2 universal memang harus diingat dalam rangka spesialisasi. Hal itu perlu diketahui sebab spesialisasi memang membawa persoalan2 yang tidak sedikit bagi ilmuwan sendiri dan bagi dunia tempat ilmu pengetahuan itu dipraktekkan “demi kepentingan manusia”. Demi kepentingan manusia kami beri tanda petik karena ilmu pengetahuan tidak seluruhnya setelah diterapkan bermanfaat bagi manusia bahkan ada yang sebaliknya mengancam manusia (misalnya nuklir). Spesialisasi memang perlu demi perkembangan ilmu itu sendiri dan demi ringannya beban manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan. Rasanya memang tidak mungkin seseorang yang super genius sekali pun untuk memahami dan menguasai semua ilmu pengetahuan yang tumbuh dewasa ini.2.Persoalan yang Timbul Akibat Kebhinekaan & Spesialisasi Ilmu Pengetahuan.

Adanya spesialisasi memang mengandung segi2 yang positif, juga seperti nampak di atas. Namun segi negatif yang ditimbulkannya tidaklah sedikit. Per-tama2 pada orang yang mempelajari ilmu pengetahuan, dia akan merasa hanya mempunyai ilmu yang sedikit sekali, amat terbatas sesudah berjuang mati2an untuk menguasai satu bidang sempit tertentu. Dia akan terasing dari pengetahuan lainnya dan akibat yang lebih buruk bahwa dia tidak mau bekerja sama dan tidak mau menghargai orang atau ilmu pengetahuan lain. Seorang spesialis dapat dalam bahaya mencabut ilmu pengetahuan dari “peta” ilmu pengetahuan dan anggap “peta” ilmu

28

Page 29: Sejarah Intelektual

nya sebagai peta yang lengkap serta mandiri. Begitu mandiri sehingga tidak tahu lagi dari mana asal-usulnya, sumbangan apa yang diberikan oleh ilmunya bagi manusia dan ilmu2 pengetahuan yang lain dan sumbangan apa yang perlu diperoleh dari ilmu pengetahuan lain demi kemajuan dan kesempurnaan ilmu yang digelutinya. Dengan kata lain, spesialisasi dapat membawa manusia terasing dari peta umum ilmu pengetahuan dan menganggap secuail peta-nya sebagai peta ilmu pengetahuan yang paling lengkap dan benar.

Bila keterangan yang timbuk akibat spesialisasi itu hanya mengenai ilmu pengetahuan tidaklah sangat berbahaya. Tetapi bila hal itu terjadi pada manusianya maka akibatnya bisa mengerikan. Yaitu bila manusia sampai terasing dari sesamanya dan bahkan dari dirinya sendiri karena terbelenggu oleh ilmunya yang sempit.Bahaya ini memang tidak harus di-besar2kan sebagaimana ditakutkan oleh HEGEL, Karl Marx, dan sejumlah tokoh pemikiran lainnya, namun sebagai bahaya tetap ada dan dapat melanda siapa saja. Bahaya lain akibat manusia terlalu sempit orientasinya dalam hal ilmu karena spesialisasinya ialah Penerapan dari ilmunya sendiri yang kurang mempertimbangkan akibat2nya. Menyangkut hal ini masih akan kita jumpai pada bagian lain apabila kita nanti membicarakan teknologi sebagai penerapan dari ilmu dan dimensi moral dalam ilmu pengetahuan. Yang ingin kami tunjuk di sini ialah akibat2 buruk dari penerapan ilmu yang disebabkan karena kesalahan manusia yang terlalu terjerat oleh spesialisasi dan kurangnya memahami pengetahuan lain sehingga kurang memberi orientasi yang lebih luas terhadap kenyataan dunia ini, entah dunia ekonomi, politik, moral, kebudayaan, ekologi.

Persoalan di atas bukannya tak terpecahkan. Ada kemungkinan untuk meralatifisirnya sekiranya ada kerjasama di antara ilmu2 pengetahuan dan terutama di antara para ilmuwannya. Hal ini tidak akan mengurangi kekhususan tiap2 ilmu pengetahuan, tetapi akan memudahkan penempatan tiap ilmu pengetahuan dalam “satu peta” ilmu pengetahuan manusia. Keharusan kerjasama it sesuai dengan sifat sosial manusia dan segala kegiatannya. Kerjasama seperti itu akan membuat para ilmuwan memiliki cakrawala pandangan yang lebih luas dalam melihat dan menganalisis sesuatu. Banyak segiakan dipikirkan lebih dulu sebelum mengambil keputusan akhir apalagi bila keputusan itu menyangkut manusia sendiri. Mungkin kita akan lebih mudah memahami maksud di atas dengan melihat contoh ini. Seorang ahli mikrobiologi tak akan mengembangkan bakteri atau virus yang sebenarnya berbahaya bagi manusia sekiranya dia tahu bahwa penemuan seperti itu akan jatuh ke tangan politisi, atau negarawan yang tidak bertanggung jawab menggunakan penemuan tsb untuk maksud jahat.

Albert Einstein (lahir di Ulm,Wurttemberg-Jerman tgl.14-3-1879, wafat 18-4-1955) pernah menyatakan kekecewaan bahwa dia telah menemukan hukum2 fisika modern dan telah melihat bom atom dijatuhkan di Hiroshima. Begitu juga J.Robert Oppenheimer, direktur dari Los Alamos, pusat industri bom atom yang pertama di dunia, mencetuskan ucapannya yang sangat terkenal bahwa “para fisikawan telah mencicipi dosa”. Secara pribadi pula Oppenheimer mengaku kepada presiden TRUMAN, tangannya “telah berdarah” setelah bom atomnya menghancurkan Nagasaki dan Hiroshima dalam sekejap mata.Memang tidak ada hubungan langsung antara jatuhnya bom atom dan penemuannya, namun penemuannya mengambil “peran utama” dalam rangka terciptanya bom maut tsb. Memang dari contoh tadi tidak dapat disimpulkan bahwa ilmuwan seperti Einstein ataupun Oppenheimer kurang luas pandangannya, tapi ada bahaya seorang ilmuwan hanya tergoda mengembangkan ilmunya sepesat mungkin tanpa memperhitungkan akibat2nya yang dahsyat karena kurangnya pandangan yang luas.

Namun ilmu pengetahuan yang dewasa ini telah begitu terspesialisasi mempunyai tujuan untuk semakin memanusiakan manusia untuk semakin menyempurnakan manusia sehingga menjadi manusia seutuhnya. Dalamkenyataan ilmu terapan (teknologi) masing2 hanya sanggup menjawab sebagian kebutuhan atau mengembangkan sebagian bakat manusia. Ternyata tiap2 ilmu pengetahuan ataupun ilmu terapan membutuhkan bantuan disiplin lain supaya dapat ber-sama2 menyempurnakan manusia secara utuh. Tidak ada teknologi yang secara sendirian dapat memecahkan secara memuaskan persoalan2 manusia. Setiap teknik hanya sanggup menjawab salah satu sisi kebutuhan manusia. Untuk dapat menjawab semua kebutuhan dan makin memanusiakan manusia, maka semua cabang IPTEK harus bekerja sama dan maju serentak dari segala penjuru sisi manusia untuk menjawab kebutuhannya. Jadi dalam teknologi, semua ilmu saling membutuhkan dan titik temu terakhir adalah dalam diri manusia, sebab semua itu dikembangkan akhirnya untuk keutuhan diri. Dan kalau menghadapi manusia, maka harus dipandang sebagai SUBYEK yang menentukan dan BUKAN sebagai obyek yang ditentukan, artinya normanya adalah manusia sendiri. Setiap cabang Iptek memang tidak sama eratnya dan dekatnya dengan manusia. Ilmu psikologis, kedokteran, sosiologi, tentu lebih dekat dengan manusia daripada ilmu astronomi, matematika atau fisika. Dan atas dasar jauh dekatnya obyek formal ataupun material suatu ilmu pengetahuan menunjuk kadar etika atau moral yang harus diperhatikan, tetapi tidak berarti ilmu pengetahuan yang paling jauh dengan diri manusia tidak perlu memperhatikan soal moral dimana semua harus mempertimbangkannya. Masalah moral dalam Iptek itulah yang akan kita lihat dalam bagian selanjutnya.B.Dimensi Moral Dalam Pengembangan & Penerapan Ilmu Pengetahuan.

Subjudul di atas sudah langsung membawa kita ke arah pemikiran apakah ada kaitan antara Moral atau Etika dengan ilmu pengetahuan. Jika akhir2 ini banyak disoroti segi Ethis dari penerapan ilmu pengetahuan dalam wujudnya yang paling nyata pada zaman ini yakni “teknologi” maka pertanyaan yang langsung muncul adalah mengapa kita mau mengaitkan soal etika dengan ilmu pengetahuan? Mengapa ilmu pengetahuan yang makin diperkembangkan perlu “sapa-menyapa” dengan Etika? Apakah ada ketegangan antara Iptek dan Moral?

Agar tujuan tsb tercapai maka kita akan menempuhnya dalam tiga tahap. Tahap Pertama, kita mau melihat (data) kompleksitas permasalahan Iptek dalam kaitannya dengan manusia. Tahap Kedua, membicarakan dimensi Ethis serta kriteria Ethis yang diambil. Tahap Ketiga, berusaha menyoroti beberapa pertimbangan sebagai semacam usulan jalan keluar dari permasalahan yang muncul. 1.Permasalahan IPTEK.

Kalau saja perkembangan ilmu pengetahuan sungguh mewujudkan secara sehat janji emasnya 200 tahun yang lalu, pasti orang tidak akan begitu mempermasalahkan akibat perkembangan ilmu pengetahuan. Bila saja penerapan kemajuan ilmu pengetahuan sungguh merupakan sarana pembebasan manusia dari keterbelakangan yang dialami sekitar thn 1800-1900-an dengan menyediakan ketrampilan KNOW -HOW yang memungkinkan manusia untuk mencari nafkahnya sendiri tanpa tergantung pada pemilik modal (bangsawan),

29

Page 30: Sejarah Intelektual

maka pendapat bahwa ilmu pengetahuan harus dikembangkan atas dasar patokan2 ilmu pengetahuan itu sendiri secara murni (pure science) tidak akan mendapatkan kritikan tajam seperti pada abad ini. Sampai pada dekade yang lalu, ilmu pengetahuan berpendapat bahwa kemajuan & perkembangan sebagai sumbangan untuk bangsa manusia, akan optimal kalau pengembangannya berdasarkan kaidah2 ilmu pengetahuan itu sendiri, tanpa campur tangan dari disiplin atau kekuatan lain. Namun dewasa ini menjadi nyata keterbatasan ilmu pengetahuan itu sendiri dalam menghadapi masalah2 yang menyangkut & mengenai hidup serta pribadi manusia. Menghadapi soal transplantasi jantung, pencangkokan genetis, problem yang menyangkut mati-hidupnya seseorang; ilmu pengetahuan menghadapi keterbatasannya. Ia butuh kerangka pertimbangan nilai di luar disiplin ilmunya sendiri.

Kita mau melihat kompleksitas permasalahan pengembangan Iptek dalam rangka agak terbatas yakni asal teknologi, janji & keterbatasannya, serta akibat2nya bagi manusia.1.Munculnya TEKNOLOGI.

Jacob Johann von Mexkill, seorang biolog berkebangsaan Jerman dalam bukunya Umwelt und Innenwelt der Tiere (1909) menegaskan bahwa ada hubungan erat antara binatang dan alam. Maksudnya bahwa setiap binatang mempunyai cara masing2 untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Sebabnya: setiap organisme berusaha membentuk alam sekitar menjadi lingkungan tertutup & terlindung bagi keselamatannya sendiri. Ini penting untuk melindungi dirinya & hidupnya. Dengan demikian sebenarnya tidaklah mungkin membicarakan organisme secara tersendiri atau terpisah dari lingkungannya. Cara penyesuaian diri yang khas dari binatang ini merupakan paduan antara “Merkwelt” (lingkungan tampung sikap pasif macam2 hal yang ada) serta “Wirkwelt” (lingkup reaksi sebagai fungsi aktif binatang). Berkat “kemampuan penyesuaian diri” di mana termasuk pula “seleksi alam” Darwin, maka berkembang dan turun temurunlah binatang2 itu. Demikianlah sekilas pengamatan dunia binatang. Pengamatan ini kita gunakan sejauh perlu buat mengontraskannya dengan manusia.

Sesungguhnya yang paling membedakan manusia dengan binatang adalah “ketidakmampuan manusia” untuk secara langsung menyesuaikan diri pada suatu lingkungan yang sudah jadi. Secara BIOLOGIS, manusialah satu2nya species yang paling kurang mampu atau tidak memeiliki daya penyesuaian lingkungan. Dalam arti ini manusia disebut makhluk yang memiliki “cacat atau bercela” (“Mangelwesen) oleh antropolog Arnold Gehlen. Alasannya karena manusia tidak mempunyai instink2 naluri perlindungan hidup. Lebih lanjut oleh Adolf Portmann dikatakan bahwa secara biologis manusia dipandang sebagai “Premature”. Maksudnya semua species atau binatang dengan kelahirannya sekaligus membawa serta seperangkat naluri atau kemampuan alami buat tetap hidup (“survive”). Sedangkan bagi manusia, tanpa pemeliharaan ibu & keluarganya (sebagai milieu) pasti akan mati.

Konsekuensi dari situasi di atas yakni kekurangan manusia dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan maka lalu diganti oleh “kemampuannya untuk menciptakan” suatu “lingkungan artifisial atau tiruan”.Bentuknya beraneka ragam; dari keluarga sebagai bentuk intim ciptaan manusia sampai ke kebudayaan sebagai wujud universal lingkungan khas manusaiwi hasil jamahan manusia. Pendek kata, manusia dibekali teknik untuk membuat lingkungannya cocok dengan dirinya.

Pengolahan “kebudayaan” sebagai lingkungan hidup buatan bersumber pada kesadaran manusia. Pada manusia tidak terdapat “0tomatisme Nalurial” karena di antara sekian banyak stimulus dan dorongan, berperanlah kesadaran manusia.

Manusia menyadari dirinya, dan ini berarti ia mengambil jarak antara diri sendiri dengan pelbagai rangsangan di luarnya. Jarak ini dimungkinkan lantaran kesadarannya. Karena kemampuan mengambil jarak maka rung-lingkup observasi & lingkup reaksi tidaklah menjadi satu. Yang pertama (lingkup 0bservasi) lebih berperanan daripada yang kedua. Dengan demikian yang dipermasalahkan bukan lagi lingkungan NATURAL (Umwelt) tetapi benar2 “dunia” (Welt), dunia kebudayaan, tempat manusia menciptakan dan mengembangkan dirinya sehingga ia tetap bisa hidup. Inilah dunia kebudayaan hasil jamahan manusia itu: dunia ciptaan manusia, yang secara bebas ini sungguh2 merupakan buah kemampuan luhur manusia. Bila perlu manusia mampu menciptakannya juga di lingkungan yang seharusnya tidak ada kehidupan seperti telah silakukan oleh para astronout di bulan.

Di antara unsur2 pokok dunia kebudayaan, ada satu unsur pokok yang perlu kita perhatikan secara khusus yakni “kemampuan abstraksi manusia” sebagai dasar penciptaan kebudayaan itu sendiri. Berkat ABSTRAKSINYA manusia mampu menenun suatu lingkungan baru bagi dirinya. Wujud2 real kemampuan abstraksi tsb sudah bisa dilihat sejak awal peradaban kita, misalnya: dalam pembuatan alat2 bercocok tanam dari batu demi ke[erluan hidup se-hari2. Contoh lain, bisa dilihat dalam lukisan di gua2 yang merupakan proyeksi dari apa2 yang dilihat manusia di alam. Makin tinggi tingkat kemampuan abstraksi, makin tinggi pula kebudayaan orang atau bangsa tertentu itu.

Akan tetapi kemampuan abstraksi manusia itu ternyata menimbulkan sesuatu masalah yakni bagaimana bisa memasukkan “lingkup budaya baru” hasil abstraksi manusia itu ke dalam alam semesta?? Pun seandainya “penyisipan kebudayaan” itu bisa berjalan lancar, toh manusia masih tetap akan hidup dalam ketegangan. Artinya?? Kebudayaan yang ia cipta sebagai tempat adaptasinya dengan alam sebenarnya “merupakan suatu alam buatan sendiri”, yang berbeda dari alam semesta yang sebenarnya. Ketegangan itu terus ada dan berwajah konkret pada fenomena teknologi sebagai salah satu hasil abstraksi manusia (pengambilan jarak manusia melalui rasio-nya berhadapan dengan alam).2.Teknologi.

Di atas sudah kita lihat bahwa berkat kesadarannya manusia mampu mengambil jarak terhadap alam sekitarnya bahkan berabstraksi mengenai “lingkungannya” sendiri. Berkat kesadaran dan kemampuan abstraksinya telah dihasilkan konsep tersendiri mengenai apa itu “ALAM”. Konsep yang telah disistematisasi dengan otak dan kerangka pemikiran logis dalam wujud ilmu pengetahuan inilah yang nantinya merupakan benih dari teknologi sebagai salah satu penerapan ilmu pengetahuan dalam berhadapan dengan alam.

Pengetahuan mengenai alam hanya muncul pada manusia (berkat kesadarannya). Bagi manusia, alam bukanlah sekedar DATUM yang sekali jadi dan selesai. Bagi binatang memang demikian, namun manusia

30

Page 31: Sejarah Intelektual

mengolah, mengubah alam menjadi “dunia” yakni sebagai lingkup kebudayaan du mana ia bisa hidup. Karena merupakan hasil abstraksi maka dunia itu mempunyai jarak dengan alam asli.

Nah, bila konsep manusia tentang “dunia” bermula pengambilan jarak terhadap alam maka sebenarnya hubungan jarak selalu dibatasi dengan kesadaran. Hubungan berjarak ini paling nampak dalam fenomena2 bahasa, ilmu pengetahuan yang menampilkan salah satu wajahnya dalam teknologi. Dalam bahasa inilah teori2 atau sistematisasi logis mengenai alam berkembang. Alam yang secara linguistik diperkenalkan, dikomunikasikan, bahkan disistematisasikan dalam skema2 abstraksi berupa teori2 ilmu pengetahuan ini dalam perkembangannya menjadi bahan pokok lahirnya teknologi manusia.

Teknik sendiri sebenarnya sudah muncul sejak adanya manusia. Sebagai patukan pembeda yang ditandai dengan proses humanisasi, ditunjuklah dua hal mengenai teknik pembuatan alat2 kerja serta pemakaian api/energi yang dalam perkembangannya nanti menyertakan seluruh organisasi sosial. Dari dua wujud awal teknik tadi, sudah ditunjuk langsung arti ganda dari istilah “teknik” , sedangkan ARS secara harafiah berarti suatu cara membuat sesuatu. Konotasinya ada dua yakni ARS dalam arti baik sebagai cara memproduksi bahan2 maupun pemakaian suatu proses guna mendapatkan hasil yang direncanakan. Teknik memproduksi alat2. Teknik memproses lebih berupa penyimpangan suatu energi tertentu guna suatu tujuan.

Alat2 yang dihasilkan oleh teknik sebenarnya merupakan SUBSTITUSI dari apa2 yang tidak terdapat pada manusia. Dalam substitusi ini terdapat beda antara manusia dan binatang dalam memakainya. Pada manusia, alat tidak hanya sekedar imitasi alam, tetapi berfungsi pengganti dari apa yang tidak bisa dicapai dengan keadaan kodrat manusia. Pakaian misalnya, berfungsi mengganti ketidakmampuan kulit menahan dingin.Begitu juga tempat tinggal dilengkapi pemanas, pendingin atau penerang, namun ini tidak bisa dilakukan oleh binatang. Pada contoh2 tadi terlihat bahwa alat2 sebagai substitusi sesungguhnya bukan sekedar tiruan alam tetapi merupakan usaha menciptakan sesuatu “yang lain” yang punya akibat serupa dengan apa yang ada di alam.Disini letak kreativitas kebudayaan manusia seperti cara panen asal mengambil, diganti dengan sistem cocok tanam, berburu binatang untuk tujuan yang sama. Berkat substitusi2nya manusia berhasil mengatasi masalah2 kelangsungan hidup dalam usaha membentuk lingkungan.

Kini pengertian substitusi di atas mendorong kita untuk membuat beberapa analisis yang lebih mendalam mengenai proses teknik itu sendiri. Pertama, substitusi dilakukan dalam rangka suatu tujuan yang telah pasti.. Kerap merupakan pemenuhan kebutuhan tertentu manusia. Tujuan ini biasanya berada dalam pikiran manusia dengan rencana2nya. Jadi pada manusia ada tujuan2 ideal dalam otaknya. Kedua, tujuan ideal pada pikiran manusia biasanya menyangkut sekaligus kerangka tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan tsb. Tujuan seharusnya sesuai dengan kemungkinan2 perwujudannya berdasar apa yang disediakan oleh alam menurut hukum2nya. Pemerkosaan terhadap apa yang tersedia di alam hanya demi tujuan ideal manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan berakibat tergoncangnya lingkungan. Ketiga, bahan2 dari teknik ternyata masih harus diolah, diwujudkan. Di sini muncul masalah mengenai bagaimananya? 0rang mesti memilih bahan2 serta sumber2 energi alam yang paling menunjang tujuan proses teknik. Ini mengandaikan kemampuan mengotak-atik konstruksi teknik sebagai wadah dicoba-kombinasikannya rencana/tujuan yang mau dicapai serta kemungkinan2 yang terdapat di alam. Ketiga unsur di atas ini ber-sama2 menentukan essensi proses teknik ataupun produksi teknik. Fase2 proses teknik sampai dewasa ini berlangsung sebagai berikut:

1) Fase pertama, kita mengenal apa yang disebut sebagai “teknik destruktif”. Maksudnya bahan teknik langsung diambil dari alam dan tidak ada usaha mengembalikannya lagi ke alam. 0rang2 pada zaman kebudayaan batu, hidup dalam fase teknik macam ini, lebih bersikap mengambil apa saja dari alam, belum ada usaha untuk menanam sendiri

2) Fase kedua, fase kebudayaan “teknik konstruktif” (zaman batu baru sampai pertengahan). Ciri khas fase ini, berupa penciptaan hasil2 kebudayaan baru yang sebelumnya tidak terdapat di alam. Misalnya rumah2, alat2 tembikar buat masak, dan senjata logam, ladang2 persawahan serta peternakan. Dengan penemuan baru ini manusia sedikit demi sedikit mencipta bagi dirinya suatu lingkungan yang baru. Lingkungan baru ini karena selalu bermodalkan alam sekitar maka merupakan THE SECOND NATURE (alam kedua). Ber-ragam2lah wujud alam kedua ini, mulai dari kegiatan ekonomis, struktur kemasyarakatan sampai ke bentuk2 peribadatan/keagamaan.

3) Fase ketiga, tahap puncak perkembangan teknik manusia (zaman teknik modern masa kini). Keanekaragaman bentuk2 alam kedua rupanya menunjang ke tahap perkembangan teknik yang baru yakni teknik mesin modern. Teknik mesin modern sebenarnya bertitik tolak dari analisis matematis alam. Lambat laun timbullah kebutuhan2 serta pemakaian jenis teknik ini sehingga akhirnya mampu membangun peradaban baru yakni peradaban mesin. Ciri2 peradaban mesin ini adalah kesatuan bahasa internasional sebagai pengantar yang sangat mendorong perkembangannya (bahasa teknik Inggris). Selain itu dengan diciptakannya bahasa simbol yang internasional yang satu dan seragam yakni bahasa matematika, maka berkembanglah secara pesat teknologi mesin tsb.

Semua ini tercapai karena manusia yang berpengetahuan, yang mempunyai ilmu pengetahuan, sebab pada dasarnya teknologi adalah “ilmu terapan” (applied science). Sebaliknya teknologi mendorong diciptakan atau ditambahnya ilmu pengetahuan yang lebih maju. Jadi antara teknik dan ilmu pengetahuan itu kait mengait, tak terpisahkan. Teknologi ada karena adanya ilmu pengetahuan dan adanya ilmu pengetahuan mendorong diadakannya teknik.3.MAKNA Teknologi.

Secara longgar, teknologi diartikan sebagai “alat2, perlengkapan2 & metode2 untuk membuat sesuatu”. Lebih pasti lagi, teknologi adalah perincian rasional alat2, metode2 atau cara2 untuk melaksanakan sesuatu atas dasar pemahaman yang matang terhadap kemanjuran alat2 dan aktivitas2 tsb. Tentu saja perlu ditambahkan bahwa pengartian teknologi sebagai “know-how” secara rasional harus tampil dalam wujud simbol atau rumus yang dapat dimengerti orang lain agar bisa dipakai.

Pengertian teknologi merangkum baik sistem raksasa maupun sistem komputer (sebagai dasar perhitungan), berdasar logika instrumental dari produksi, bahwa teknologi berperan untuk menambah (meningkatkan, memperbanyak) kemampuan, kekayaan dan kekuasaan manusia. TUJUANnya memproduksi

31

Page 32: Sejarah Intelektual

barang2 selektif dan pelayanan2 khusus. Sebagian harga teknologi yang semula dibayar dalam bentuk tenaga kerja manusia kini diganti dengan mesin yang telah dirancang dan disistematisasikan terlebih dahulu.

Beberapa definisi teknologi yang sejajar dengan pengertian di atas, yang pantas dicatat adalah definisi SCHON. Menurut beliau, teknologi adalah “suatu cara atau teknik, suatu produk atau proses untuk membuat sesuatu yang mampu lebih mengembangkan ketrampilan manusia” .Sedangkan HARVEY BROOKS mengartikan teknologi sebagai “pemakaian pengetahuan ilmiah untuk memerinci cara2 memproduksi barang2 dengan jalan reproduksi”. Jacques Ellul secara lebih mendalam dan mendasar mengartikan teknologi sebagai “suatu kumpulan prasarana yang mudah dibakukan (distandardisasi) untuk mencapai suatu hasil yang sudah direncanakan terlebih dahulu”.4.Asal-Mula Teknologi.

Teknologi berasal dari istilah TECKNE yang berarti SENI (Art) atau Ketrampilan (skill). Menurut Dictionary of Science, teknologi adalah penerapan pengetahuan teoritis pada masalah2 praktis. Teknologi pada awalnya mempunyai arti yang sangat elementer, yakni segala tindakan bagi manusia untuk mengubah alam, termasuk badannya sendiri atau badan orang lain. Jadi teknologi mencakup kegiatan produksi, pemakaian & pemeliharaan piranti kehidupan. Namun setelah terjadinya proses industrialisasi pada abad ke-18, maka pengertian teknologi mengalami perubahan yang pada dasarnya bertitik tolak dari pengertian “penerapan ilmu bagi kesejahteraan hidup”. Namun akhirnya pengertian teknologi menjadi semakin luas, yakni mencakup bidang sosial yang sering disebut “the social technology development” (teknologi sosial pembangunan). Perkembangan teknologi dalam masyarakat bukan hanya untuk mengembangkan “fisik”, melainkan juga berfungsi “rohani”, karena manusia menyadari dirinya adalah “homo faber” yakni “manusia tukang”.

Mungkin manusia sekarang merupakan “makhluk” teknologis dalam artian tertentu. Penemuan2, cara2 baru dan proses2 teknologis telah merupakan suatu faktor yang mendasar dalam sejarah EVOLUSI manusia. Malahan kebudayaan seperti Romawi Kuno lebih berorientasi teknologis ketimbang kebudayaan lain seperti Yunani. Maka agaknya, masuk akallah mempercayai bahwa semua bangsa dan tiap periode kebudayaan menunjukkan minatnya pada perkembangan teknologi dan ini terus berkembang sampai kini.

Teknologi lebih dalam artinya sekarang ini (dalam kaitannya dengan industri modern, bukan hanya dalam arti antropo-budaya) dibanding ketika mulai berkembang segera sesudah kelahiran ilmu pengetahuan modern mulai thn 1600-1650 dan teknologi mulai sekitar thn 1700-1750. Pada thn 1650 percobaan ilmiah sudah merupakan kegiatan yang diakui dan dihormati oleh masyarakat. Istilah teknologi sendiri untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh PHILLIPS pada thn 1706 dalam sebuah buku berjudul: Technology: A Description of the Arts, Especially the Mechanical.

Thn 1750 merupakan awal revolusi Industri di mana Josiah Wedgewood menemukan karya “tembikar ilmiahnya”. John Smeaton memperdalam penemuan ledakan dalam tungku perapian. Thn 1769 James watt menemukan mesin uap, thn 1776 Adam Smith menerbitkan buku The Wealth of Nations, thn 1785 Cartwright berhasil menemukan alat tenun untuk pabrik tekstil. Abad ini merupakan abad dengan tokoh2 terkenal seperti Newton, Watt, Hargrove, Whitney, Dalton, Priestley, Volta, Amoere, Hume, Voltaire, Benyamin Franklin, Thomas Jefferson. Suatu masa yang biasa disebut dengan “masa Emas” atau “masa Pencerahan”. Sikap terhadap teknologi saat itu sangat optimistis, sebab teknologi dipandang sebagai yang mampu memakmurkan & meningkatkan taraf hidup manusia.

Arah khusus teknologi pada periode 1750-1800 dicirikhaskan oleh usaha kelompok ahli Ensiklopedi Perancis terutama Denis Diderot. Antara thn 1751 dan 1772 para ahli Ensiklopedi tsb bekerja keras untuk mengumpulkan dan menyebarkan kembali (dalam 35 volume) seluruh pengetahuan yang muncul mengenai teknologi (sebagai karya seni dan ketrampilan produktif). Motif yang melatarbelakanginya untuk membebaskan kemanusiaan (saat itu) dari tirani politis dan perbudakan raja2/para bangsawan. Tujuan luhur ini mau dicapai dengan merangkum secara sistematis pengetahuan atau pengertian semi praktis dan ketrampilan (teknologi) dan kemudian menyebarkannya dalam terbitan sistematis ilmiah. Karena menurut mereka kebahagiaan & kemajuan manusia tergantung pada sirkulasi teknologi yang muncul saat itu (sebagai ketrampilan yang membebaskan).

Dengan demikian Ensiklopedi merupakan usaha revolusioner. Ia bertujuan untuk mengusahakan agar penerangan teknologi diterima menjadi bahasa se-hari2. Secara gemilang Ensiklopedi berhasil memenuhi sasaran yang ditetapkan untuk merobah cara berpikir umum dan berpengaruh besar dalam mengubah kebudayaan kontemporer masa itu. Karya itu sendiri secara resmi dibekukan thn 1759 dan kemudian hanya boleh diterbitkan sesudah banyak sensor. Pengertian teknologi yang tampil dalam Ensiklopedi sebenarnya bertitik tolak pada pertimbangan rasio, pada Empirisme John Locke, pada materialisme praktis dan pada pengalaman manusia yang langsung. Dapat ditambahkan bahwa Ensiklopedi sangat bernada Humanistis dan Sosial. Rasio dan teknologi disimpulkan sebagai sarana2 pembaharuan masyarakat.

Penonjolan pemaparan peran Ensiklopedi Perancis untuk menelusuri teknologi di atas dimaksudkan untuk menunjukkan permasalahan kontras yang tajam antara sikap orang mula2 terhadap teknologi (dipuja pada awalnya sebagai penyelamat masyarakat) dan sikap orang kini terhadapnya; teknologi sebagai ancaman bagi kelestarian masyarakat. Dalam jangka 200 tahun sejal penemuannya, dalam kesadaran kita , teknologi telah berubah dari suatu kekuatan yang menyelamatkan dan memanusiakan, menjadi kekuatan yang mempermesin dan represif.5.Perubahan: dari Teknik Kerajinan & Ketrampilan menuju Sistem Teknokrasi.

Para ahli Ensiklopedi 200 tahun yang lalu telah mamaparkan dan menyebarluaskan janji awal teknologi. Dengan menyebarluaskan pengetahuan teknis dan memberi latihan tentang “know-how” dari berbagai ketrampilan dan kerajinan tangan, orang dimungkinkan untuk mampu secara pribadi mencari nafkah secara ekonomis dengan menguasai lingkungannya. Secara ringkas pada tahun 1700-an teknologi memberi pada manusia sarana2 untuk mempertanggungjawakan masa depannya.

Dalam arti tertentu janji awal teknologi thn 1750-1770 bagi manusia terlaksana secara pelan dan seimbang. Namun dalam perkembangan selanjutnya terwujudlah suatu sistem SOSIAL (kemasyarakatan) yang menelurkan akibat2 yang sangat tidak dikehendaki.

32

Page 33: Sejarah Intelektual

Perubahan dan sistem kemasyarakatan dari sistem kerajinan tangan (para pengrajin tangan) menuju unit2 ekonomi raksasa (multi nasional corporation seperti As, Eropah, Jepang) mengungkap fenomena menarik dalam sejarah manusia. Fenomena ini telah didokumentasikan dan ditulis. Darinya kita mudah menemukan sumber yang kaya untuk memahami awal organisasi sosial dan hubungannya dengan evolusi teknologi. Akhir2 ini analisis yang paling lengkap & tajam, muncul dari tokoh2 seperti Toffler, Schumacher, dan Ivan Illich dll. Pengarang2 ini (tanpa melihat orientasi khusus) rupanya sama2 berpendapat bahwa:a),akibat2 kumulatif Iptek pada proses produksi mempengaruhi secara khusus perubahan masyarakat abad ke-19 dan 20 b)perubahan ini sedang mencapai momentum yang gawat karena lepas dari keinginan2 kolektif kita.c)sesuatu yang radikal dibutuhkan untuk mengubah peranan dan fungsi teknologi.

Telah dimulai kerajinan tangan & ketrampilan manusia 200 tahun lalu yang menumbuhkan cara berpikir produktif disertai pandangan dan sikap hidup teknokratis. Tapi cara berpikir tsb kini berkembang menjadi suatu yang tidak kita kehendaki. Karena mengandung beberapa segi pokok yang negatif yakni:1)menjadi nyata bahwa cara berpikir teknokratis dalam penerapannya tidak mengenal batas yang pasti 2) cara berpikir yang dikuasai oleh teknologi memadamkan cara berpikir lain serta mengesampingkan sejumlah nilai kemanusiaan 3) sifat otonomi teknologi makin lama makin tidak berkuasa.

Masyarakat industri modern rupanya sudah berkembang dalam arah teknokrasi versi Thomas Hobbes dalam bukunya “Leviathan” suatu masyarakat mekanis (sebagai mesin raksasa) di mana manusia direduksikan dalam dua reaksi naluri dasar yakni mau lebih berkuasa terus dan ketakutan terhadap maut. Dalam sistem ekonomi semacam ini kesadaran real manusia dikuasai secara ber-tubi2 oleh sikap mekanis yakni mau berusaha terus memuaskan hasrat (nafsu) kekuasaan dengan mengurangi ketakutan/kecemasan terhadap kematian. Akibatnya tak ada tempat lagi bagi nilai2 manusiawi yang lain seperti cinta, simpati, kesetiaan, kerja sama, pengorbanan, keadilan. Singkatnya suatu penolakan terhadap hidup.

Cara berpikir teknokratis yang didukung oleh penemuan2 baru dalam bidang energi seperti uap, listrik, gas, nuklir serta penemuan sistem pengaturan dan pengukuran yang menghasilkan revolusi industri seperti pabrik, kerja sama industri, semuanya menunjuk pada suatu masyarakat teknokratis. Bayangan HOBBES dalam bukunya Leviathan agaknya terwujud dalam teknologi. Di satu pihak teknologi membebaskan orang dari beban fisik & ekonomis. Di lain pihak ia memberi orang sarana2 pula untuk memperoleh/ menghasilkan kekayaan, dominasi, kekebalan dari ancaman sekitar. Sistem teknokrasi yang memberi kepada manusia kemungkinan untuk memiliki kekuasaan dan yang puluhan tahun masih menjanjikan keamanan bagi semua, kini tengah menanti ongkos2 kemanusiaan yang siap dikorbankan sebagai bayarannya. Apa yang dilihat sebagai IDEAL dan anugerah pada dekade yang lalu, kini dilihat sebagai malapetaka.

Schumacher merupakan tokoh tokoh pemikir yang memberi sumbangan pemikiran kritis mengenai pemberontakan alam terhadap dorongan kerakusan manusia akan kekuasaan & kekayaan. Teknologi Walau sesungguhnya buah karya manusia cenderung berkembang menurut hukum & prinsipnya sendiri, yang berlainan dengan prinsip alam kemanusiaan dan kehidupan umumnya. Dunia modern yang dibentuk oleh teknologi itu kini berada dalam tiga krisis sekaligus. Krisis pertama: sifat2 kemanusiaan yang berontak terhadap pola2 politik, teknologi yang tak berperikemanusiaan. Krisis kedua: lingkungan hidup menderita & menjerit. Ketiga: penggunaan besar2an sumber daya alam (SDA) yang tak dipulihkan lagi, mengakibatkan kemungkinan habisnya bahan bakar dalam waktu dekat ini.6.Ciri-ciri Pokok Teknologi:6.a.Teknologi memproduksi segala macam barang.

Di samping kritik2 yang muncul terhadap sistem demokrasi, pada umumnya orang mengakui bahwa teknologi mampu menyediakan berbagai barang yang diperlukan manusia. Bila masyarakat masih merancang penggunaan mobil maka sistem teknokrasi telah sampai memproduksinya dalam jumlah yang cukup bagi pembeli yang mampu membayarnya. Masyarakat teknokrasi mengusahakan sebagian besar makanan, pakaian, perlindungan, pengangkutan dll dalam jumlah yang ber-limpah2. Teknologi menyediakan sebagian terbesar barang2 yang meng-enak=kan & alat2 pemberi kenikmatan material bagi kita serta mengusahakan semua ini dengan makin mengurangi pemakaian tenaga otak & tangan manusia.

Tidak semua yang menjadi kebutuhan masyarakat dapat diproduksi teknologi. Pilihan lebih berdasar pada ada tidaknya keuntungan ekonomis, misalnya negara aman maka PMA tetap jalan terus karena terjamin. Maka dari itu teknologi militer demi kepentingan kemantapan pemerintah lebih mendapat anggaran belanja daripada pembangunan dan pemeliharaan kaum miskin. Bersama dengan proses memproduksi barang2, teknologi meningkatkan service, mass media yang menunjang pemasaran dengan segala macam cara. Inilah yang disebut Hampden & Turner sebagai proses penyebaraluasan manipulasi iklan, mempermesin manusia demi lakunya barang, reklame wanita cantik setengah telanjang di samping Vespa atau di depan mobil. Di samping bahwa teknologi menambah ketrampilan produksi individu, ia juga berusaha meningkatkan terus kemampuan produksi masyarakat. Ini dilakukan terus dalam hampir semua bidang kesehatan, transportasi, industri, computer, komunikasi, sport, perang dan angkasa. Karena cita2 peningkatan kemampuan massa yang berlebihan ini (demi satu tujuan pokok: produksi barang meningkat), maka individu2 dilalaikan.6.b.Teknologi condong ke arah konsentrasi pada golongan terbatas.

Dengan kerja yang mekanis dan karena konsekuensi rasional instrumentalisnya, maka sistem teknokrasi condong ke arah konsentrasi dan peningkatan kekayaan ekonomi, pemusatan kekuasaan politis serta teknologi “know-how” pada golongan tertentu saja. Teknologi dan teknik sebagai mesin pelipat ganda ternyata menderaskan arus tidak meratanya pembagian kekayaan yang ada dalam masyarakat. Pabrik2 yang modalnya besar lebih mudah mendapatkan keuntungan dan pelipat-gandaan uang daripada pabrik (modal) kecil. Malahan rakyat jelata yang paling membutuhkan uang buat hidup tidak kebagian kesempatan nafkah.Situasi tidak seimbang ini makin dipertajam oleh unsur spesialisasi & skala prioritas ekonomi dari teknologi. Spesialisasi mengutamakan pemusatan skill terpilih yang dikumpulkan dalam kelompok terbaik. Sedang prioritas skala ekonomi menekankan penyelidikan produksi massa paling tinggi mutunya dalam jumlah besar dari produksi “gurem” (kecil2an).

33

Page 34: Sejarah Intelektual

Di samping itu teknologi sangat mengandalkan struktur hierarkis, kontrol & dominasi demi keuntungan ekonomi. Ia mengandaikan suatu kontrol yang ketat terhadap sumber alam yang penting demi mencapai tujuan2 yang sudah direncanakan. Ini semua hanya bisa berhasil bila didukung oleh pemusatan kontrol kekuasaan ekonomi, politik dan informasi.

Pembagian tidak merata dalam kekayaan, kekuasaan, serta informasi inilah yang kini paling menjadi sasaran kritik pedas mereka yang sudah mempelajari sungguh2 masyarakat industri modern. Teknologi selalu berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi & pembangunan; ini berarti, makin mau dicapai peningkatan kekayaan & modal. Perencanaan teknokrasi sifatnya “ekonomis-sentris”. Tujuan pokok yang mau dicapai kaum teknokrat adalah pembangunan ekonomi, acap kali tanpa mengindahkan ongkos2 korban bidang non ekonomis seperti penghancuran lingkungan hidup, pembuangan sampah nuklir tanpa perhitungan, pencemaran alam sekitar6.c.Teknologi membuahkan kekerasan

Kaitan tambal-balik antara perkembangan teknologi dan timbulnya berbagaimacam bentuk kekerasan memang mengejutkan kita. Pada dasarnya orang mudah mencurigai teknologi, justru karena erat hubungannya dengan kekuatan militer, senjata, dan perang. Skala berkecamuknya perang dalam arti baik luasnya wilayah yang dilanda, lamanya, maupun jumlah korbannya yang mati meningkat terus, karena perkembangan dan kemajuan teknologi. Dan perlombaan penemuan senjata2 baru seperti “rudal” berkepala nuklir, ICBM, obat2 kimia untuk perang, bom neutron, nuklir, bom hydrogen dll dibarengi oleh prospek pelipatgandaan tenaga nuklir dan terorisme dimana semua ini menjanjikan semakin menganganya kehancuran di masa mendatang.

Juga teknologilah yang telah mengembangkan teknik2 cemerlang dan lihai bagi terorisme internasional, sistem spionase (mata2) dan metode penyiksaan yang kini hangat dipraktekkan tanpa menghiraukan nilai2 kemanusiaan lagi. 0rang bisa membayangkan secara real adanya kemungkinan seorang teroris meledakkan salah satu bom nuklir di-tengah2 kota yang padat penduduknya pada abad ini. Pada daftar ini belum lagi dicantumkan akibat teknologi dalam wujud perkosaan terhadap lingkungan hidup maupun para buruh miskin.6.d.Teknologi merestruktur: menyusun kembali masyarakat.

Umum mengakui bahwa teknologi mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan masyarakat. Jaques Eillul memberi prakata pada karangannya dengan mengatakan:”Tak ada kenyataan sosial manusia atau rohani yang demikian penting seperti kenyataan adanya teknologi dalam dunia modern. Ia memerinci pemakaian teknik dalam tiga bidang yakni: a).Ekonomi: produksi industri b).0rganisasi: sifaynya administratif, manejerial, hukum & militer c).Kemanusiaan, misalnya pengobatan, pendidikan, komunikasi, sport dll.Kita masing2 dipengaruhi oleh perkembangan2 teknik dalam salah satu bidang yang dipaparkan tadi. Kehidupan kita ditentukan oleh kaidah2 yang dibawa oleh mekanisme teknis yang membawahi sebagian besar kegiatan dan pengalaman kita.

Kita masing2 menggunakan juga hasil2 teknologi, memilih salah satu dari hasil teknologi berarti mau tunduk pada aturan main prosesnya. Memilih produk teknologi berarti pula mendukung sebagian proses teknik yang dituntut mulai dari penggunaan bahan baku, sistem produksi padat modal, pembayaran ongkos reklame sampai akibat konsumtifnya. Secara teknik bila tiap2 individu dalam masyarakat terlibat dan hidup di bawah pengaruh realitas teknologi di atas maka seluruh sistem transportasi, pengaturan pemerintahan, pemasaran barang2, dan struktur sosial-ekonomi, praktis disesuaikan dengan penggunaan teknologi tsb. Dengan kata yang paling sederhana maka dasar dari pola hidup kita sebenarnya sudah ditentukan oleh teknologi dan teknik.6.e.Teknologi mempunyai sistem2 nilainya sendiri.

Sistem teknokrasi telah melembaga dan membakukan sejumlah nilainya sendiri. Jaques Ellul membuat semacam perbandingan antara teknik masa lalu dan teknologi masa kini. Teknik zaman dulu, hanya diterapkan pada areal yang terbatas dan sempit. Keterbatasan areal penerapan ini disebabkan karena jumlah teknik sendiri yang memang kecil. Dengan demikian bisa langsung dimengerti bahwa sifatnya pun masih kecil dan terbatas. Dimana orang masih mempunyai kemungkinan buat memilih untuk memakainya atau tidak.

Lain halnya dengan teknologi modern masa kini. Sama sekali berbeda dengan teknik masa lalu. Ciri pokoknya: aa) Teknologi saat ini sangat ditandai oleh Rasionalisasi, artinya to bring mechanic to bear on all that is spontaneous or irrational bb) Unsur artifisial (simbol, buatan) sangat menonjol sebagai kebalikan dari yang alamiah cc)Teknologi saat ini dicirikhaskan pula oleh “otomatisme”. 0tomatisme ini meliputi dua hal pokok yakni, pertama; otomatisme dalam pemilihan metode, organisasi, dan mekanisme. Kedua, teknik mampu menghilangkan kegiatan2 yang bukan bersifat teknik dan menjadikannya teknik. Segala sesuatu dihitung secara matematis sehingga tidak memberi lagi tempat bagi kebebasan dd)Teknologi juga terus akan berkembang dan menuntut penerapan teknologi yang baru, begitu suatu rumusan ditemukan atau diperbaiki ee)Menonjol pula sifat monolit dari teknologi. Artinya; teknik adalah metode yang mendasarkan dirinya pada prinsip yakni pengetahuan secara efisien segala sesuatu. Karena kaitannya dengan bidang2 lain maka teknologi cenderung bersifat monolit demi efisiensi.6.f.Universalisme Teknologi.

Bila dulu teknik merupakan salah satu unsur kebudayaan, kini teknik malah telah menguasai seluruh kebudayaan. Dalam situasi itulah teknik berkembang berdasarkan prinsip2nya sendiri; inilah “0tonomi Teknik”Karena 0tonominya, lama2 nilainya terpisah dari manusia penciptanya. Apa yang sebenarnya menjadi sarana bagi kemajuan dan kesejahteraan manusia, kini telah menjadi tujuan dan dianggap bernilai mutlak pada dirinya sendiri yang semakin otonom. Akibatnya manusia kini berada dalam bahaya menjadi sekedar alat nilai2 material (non manusiawi) dari teknologi. Sistem nilai teknologi itu berkembang sendiri, meluas dalam proses yang terbatas. “Teknologi punya kecenderungan untuk melaksanakan pilihan2 otomatis berdasarkan pada perkembangan lgisnya (cara berpikirnya) sendiri”.

Celakanya sistem nilai teknologi inilah yang paling menerpa nilai2 manusia, menggeser tanggung jawab pribadi, empati, spontanitas manusia. Masa depan manusia amat tergantung dari mampu-tidaknya manusia mengubah laju negatif sistem teknokrasi ini.6.g.Teknologi memberi akibat2 buruk pada kondisi manusia.

Akibat2 sistem teknologi pada hidup manusia makin meluas. Diakui umum bahwa perkembangan teknologi yang makin dipercepat serta birokrasi teknik telah menyebabkan timbulnya gangguan pada kesehatan

34

Page 35: Sejarah Intelektual

psikologis seseorang - Walau barangkali amat berguna bagi masyarakat sebagai yang kolektif.Masyarakat teknologis membuat segalanya lebih enak, mudah, uniform mekanis (diatur komputer,

mesin) dan rasional. Ia menyediakan juga sarana2 untuk mencapai kenikmatan (mental enjoyment) dengan teknik2 yang dikembangkan sebagai pemuas keinginan. ALASANnya karena dirasa baik untuk mengembangkan teknik dan cara sekedar demi mencapai kesenanagan dalam melakukannya. Jalan pemikiran ini dituruti terus lantaran secara ekonomis menguntungkan akibatnya orang jadi tidak tahu lagi kebutuhan manusia yang paling nyata di sekitar kita.

Karena teknologi memperenak hidup, maka kita kehilangan “kepekaan perasaan” untuk “trial and error” yang secara psikologis penting untuk berani menentang hidup sebagai gambling.. Rasionalitas teknologi yang mau mengontrol seluruh proses secara teliti & ketat baik secara psikologis maupun sosial sebenarnya mengatur pula kehidupan psiko-sosial dan merasuki jalan serta proses berpikir kita. Pengaruh ini begitu kuat sehingga tanpa sadar kita mengikutinya dan berkompromi dengannya. Kesadaran kita pun ikut menjadi kesadaran teknokratis. Soal2 ini disoroti tajam oleh Herbert Marcuse. Yang paling “merusak” dari sistem teknokratis bukanlah sistem nilainya yang otonomi atau ekspansinya yang ke sana-sini tapi terutama kemampuannya untuk mengontrol dan menguasai pikiran manusia tanpa si manusia menyadarinya. Inilah yang membuahkan situasi sepihak semacam “one dimensional thought, a happy conciousness”. Ancaman paling besar yang dibawa oleh teknologi adalah mematikan imajinasi manusia; diskusi mengenai alternatif menjadi tidak relevan karena janji2 teknologi selalu berupa suatu kehidupan masa datang yang lebih enak buat penduduk yang semakin bertambah jumlahnya. Janji semacam ini tidak mau menggubris pandangan tindakan alternatif yang kualitasnya lain dan lebih stabil.

Dan bila orang2 seperti Schumacher menegaskan bahwa kodrat inti pemikiran kita sedemikian rupa sehingga tidak dapat berpikir lain, maka dapat disimpulkan bahwa teknologi melalui masyarakat yang sudah dipermesin merusak pemikiran manusia.6.h.Akibat Teknologi pada Perilaku Manusia

Akibat teknologi pada perilaku manusia, muncul dalam fenomenda penerapan kontrol tingkah laku (behaviour control). Kontrol tingkah laku merupakan kemampuan untuk mengatur orang melaksanakan tindakan seperti yang dikehendaki oleh si Pengatur (the ability to get some one to do one’s bidding). Pengembangan teknologi yang mengatur perilaku manusia ini mengakibatkan munculnya masalah2 ETHIS sbb:aa) Penemuan teknologi yang mengatur perilaku ini menyebabkan menyebabkan kemampuan perilaku seseorang diubah dengan operasi dan manipulasi dalam susunan syaraf otak melalui “psychosurgery’s infuse” kimiawi, obat bius tertentu, E.S.B. (Electrical Stimulation on the Brain); shock listrik tertentu seperti yang dapat dilihat dalam film “The Holocoust”. Lagi pula teknologi baru dalam bidang psikologis seperti dynamic psychotherapymampu merangsang secara baru bagian2 penting sehingga kelakuan bisa diatur dan disusun. Kalau begitu otonomi & kebebasan bertindak manusia sebagai suatu nilai diambang kemusnahannya.bb)Makin dipacunya penyelidikan dan pemahaman mendalam tentang kelakuan manusia, memungkinkan adanya lubang manipulasi, entah melalui iklan atau media lain.cc)Pemahaman njelimet tingkah laku manusia demi tujuan ekonomis, rayuan untuk menghirup kebutuhan baru sehingga bisa mendapat untung lebih banyak, menyebabkan penggunaan media (radio, TV) untuk mengatur kelakuan manusia (konsumen)dd)Behaviour control memunculkan masalah Ethis bila kelakukan seseorang dikontrol oleh teknologi dan bukan oleh si subyek itu sendiri. Konflik muncul justru karena si Pengatur memperbudak orang yang dikendalikan, kebebasan bertindaknya dikontrol dan diarahkan menurut kehendak si pengontrol.6.i.Akibat teknologi pada bidang Ekonomi.Sistem teknokratis yang didukung teknologi condong ke pemusatan dan peningkatan kekayaan ekonomiKekuatan kekuasaan politik dan “technological know-how”. Perusahaan denganmodal besar lebih mudah mendapatkan pinjaman dari pemerintah daripada perusahaan yang lebih kecil. Pengusaha kelas teri & kecil2an tanpa punya kawan dagang yang kuat sukar untuk mendapatkan pinjaman. Karena teknologi mau serempak mencapai tujuan besar dan global maka mengimplikasikan kontrol terhadap sumber2 bahan pokok. Adanya spesialisasi meningkatkan pemusatan perhatian para ahli pada satu bidang tertentu dan pencarian keuntungan kelompok tertentu. Tujuan pragmatis global hanya efektif tercapai bila ada pemusatan kontrol yang rapi ekonomis, informasi & politis.6.j.Akibat Teknologi pada Eksistensi manusia.

Sorottan segi ini paling tajam dilontarkan oleh Schumacher (terutama dalam bukunya “Small is Beautiful: A Study of Economics as if People Matterd, London, Abacus 1976). Bagi Schumacher eksistensi sejati manusia adalah bahwa manusia menjadi manusia justru karena ia bekerja. Pekerjaan bernilai tinggi bagi manusia, ia adalah ciri eksistensial manusia, ciri kodrat kemanusiaannya sebagai homo faber.

Pemakaian teknologi super modern condong mengasingkan manusia dari eksistensinya sebagai pekerja, sebab di sana manusia tidak mengalami kepuasan dalam bekerja: pekerjaan tangan & otak manusia diganti dengan tenaga2 mesin. Dengan itu hilanglah kepuasan kreativitas manusia karena pemakaian tangan dan otaknya dalam bekerja telah digeser oleh komputer & mesin.

Lebih jauh Schumacher menegaskan bahwa pemakaian teknologi mengakibatkan pembatasan pada kebebasan manusia. Macam2 teknik perhitungan mengancam kebebasan manusia, justru karena segala sesuatu mau dikomputerisasikan. Pada hal tindakan manusia tidak pernah dapat direncanakan dengan perhitungan matematis yang dilakukan oleh komputer. Yang hakiki pada manusia dalam kebebasanya justru karena ia memiliki kebijaksanaan. Kearifan ini hanya dapat diambil oleh manusia dan bukan oleh perhitungan komputer. Teknologi dengan komputernya mengancam sisi hakiki ini.6.k.Akibat2 teknologi pada bidang Politik.Elit2 baru yang mempunyai spesialisasi tinggi, semakin membengkak jumlahnya, tetapi mereka mempunyai kelemahan; kekurangan pandangan mengenai masalah2 umum.. Untuk melaksanakan tujuan dan kemauan mereka pada khalayak ramai, mereka memilih cara pemaksaan kebijaksanaan dari pusat. Lalu muncul soal: kaum teknokrat memanipulir tokoh2 politik atau para penguasa memperalat kaum teknokrat? Jaques Ellul sendiri

35

Page 36: Sejarah Intelektual

Dalam sebuah bukunya yang mengulas:”Teknik dan Ekonomi serta Teknik dan Negara” menyoroti bagaimana kelompok elit baru menggunakan berbagai ketrampilan & latihan: planning, kriteria pengukuran, kontrol. Semua pihak yang ada dalam posisi kekuasaan harus:-Ketat menguasai ekonomi - Mengaturnya dengan cara matematis yang pasti & tepat - Menyatukannya dalammasyarakat teknologis yang “mengeliminir” unsur kebetulan -Pemusatan ekonomi dalam kerangka bangsa dan negara -Menciptakan suatu demokrasi formal dengan mengekslusifkan demokrasi yang real -Mengeksploitasi semua teknik yang mengendalikan manusia.

Dalam kaitan ini Soedjatmoko mengkonstantir bahwa ternyata sebagian besar penelitian ilmiah yang melahirkan teknologi baru dilakukan dalam kerangka erkembangan senjata, yang pokoknya menambah kemusnahan bagi umat manusia. Di samping itu sifat sebagian teknologi baru adalah “technology of convenience”, tertuju pada golongan umat manusia yang sudah paling tinggi tingkat kehidupan materiilnya.AKIBAT2 lain dari teknologia.Pemindahan teknologi (transfer of technology) tak pernah hanya sekedar pemindahan teknologi belaka, selalu membawa kultur dari mana teknologi itu diolah. Sehingga si penerima harus menerima kebudayaan baru & asingyang dibawa teknologi impor tsb. Memasukkan dalam suatu negara sistem mobil dan lalu lintas udara baru, film2 baru, radio & teknik mass media bahkan pabrik “soft drink” pastilah mengubah kebiasaan2 yang sudah membudaya. Kerap kali soal ini mengakibatkan timbulnya “desintegrasi kultural”.b. Keberhasilan Iptek dalam memecahkan masalah2 tertentu telah membawa sejumlah harapan yang tidak real.2.KRITERIA ETHIS dan PATOKAN KONKRET.a.Kriteria Ethis dalam IPTEK.

Sebelum mencari apa itu kriteria Ethis, lebih dahulu kita perlu memahami dan bersepakat dahulu mengenai apa itu ETIKA. Untuk menjawab pertanyaan ini penulis ingin menarik perhatian anda pada deskripsi mengenai; apa itu Etika? Etika berasal dari bahasa Yunani ETHOS artinya watak, kesusilaan atau adat. Etika identik dengan kata MORAL yang berasal dari kata Latin MOS yang dalam bentuk jamaknya MORES yang juga berarti adat atau cara hidup. Etika dan Moral sama artinya, namun dalam pemakaian se-hari2 ada sedikit perbedaan, dimana moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai2 yang ada. Menurut Frans Magnis Suseno (1993:9) Etis adalah “sesuai dengan tanggung jawab moral”. Istilah Etis digunakan untuk mengambil sikap yang wajar dalam suasana pluralisme moral yang merupakan ciri khas zaman sekarang.

Istilah lain yang identik dengan Etika ialah:a)Susila (Sanskrit) yang lebih menunjuk kepada dasar, prinsip, aturan hidup (atau Sila) yang lebih baik (Su)b)Akhlak (Arab) moral berarti akhlak, etika berarti ilmu akhlak.Etika mencari kebenaran dan etika merupakan cabang filsafat yang menerima keterangan (benar) yang se-dalam2nya. Tugas tertentu bagi Etika yakni mencari ukuran baik-buruknya tingkah laku manusia.

Etika selalu meliputi bidang pilihan dan karenanya selalu mengandaikan adanya kebebasan. Etika selalu bersangkut paut, kait-mengait dengan keputusan menurut kewajiban (hati nurani), norma2, aturan2, petunjuk2 dan ajaran mengenai apa yang dihayati sebagai wajib atau tidak, boleh atau tidak boleh. Etika berkisar dalam ruang yang meliputi baik-buruk, menyangkut motif dan tujuan tindakan yang disadari dan simaui, menyangkut tindkan yang diterima atau ditolak. Jadi bidang Ethis merangkum sikap2 dan sifat pribadi seseorang yang pantas dipuji karena sungguh bertanggung jawab atau sikap yang dicela karena teledor.

Secara ringkas, bisa dikatakan Ethika merupakan bidang tanggung jawab kita sebagai pribadi manusia terhadap yang telah, sedang atau akan kita lakukan sebagai keputusan2 hidup yang pasti menyangkut kepentingan orang lain, justru karena kita hidup dalam jaringan masyarakat.Diterapkan dalam rangka Iptek berarti tanggung jawab kita terhadap ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi. Kita bertanya atas dasar apa/mengapa kita bicara soal Ethika dalam Iptek? Jawabannya ada tiga alasan mengapa?Pertama: Oleh karena ilmu pengetahuan atau kadar keilmiahan seseorang itu merupakan salah satu wujud konkret kekuasaan. Artinya, ilmu pengetahuan itu merupakan salah satu kemungkinan yang bisa dipakai untuk mengemudikan orang lain secara efektif. Dalam bagian pertama (permasalahan Iptek) kita melihat secara jelas sekali bahwa teknologi itu merupakan kekuasaan. Kedua: Kenyataan di depan: masalah2/kompleksitas permasalahan Iptek yang memunculkan situasi konflik nilai. Situasi konflik timbul justru karena setiap pilihan teknologi mempunyai implikasi2 sosial & ethis, mengenai orang2, mengenai hak & pribadi orang yang dikenai oleh pilihan teknologi tsb. Suatu pilihan teknologi X, misalnya, dapat menguntungkan golongan tertentu dan merugikan golongan lain, akan mengurangi masalah pokok kemiskinan atau makin memperlebar jurang yang terjadi? Ketiga: Meningkatnya kesadaran yang semakin mendalam diantara para ilmuwan sendiri bahwa proses penerapan Iptek (apa yang disebut sebagai “pembangunan”) menyangkut INTI manusia: nilainya sebagai pribadi yang merupakan tujuan pada dirinya. Bahwa proses teknologi ini tak dapat ditangani secara sepihak (ekonomi saja atau teknik saja) tapi harus didekati dari banyak ilmu pengetahuan termasuk Ethika.

Oleh karena Iptek merupakan salah satu bentuk konkret kekuasaan (lihat dalam bagian pertama) maka penggunaannya tidak pernah bisa netral. Penggunaannya selalu mengenai atau berakibat pada orang lain. Oleh karena penerapan teknologi dapat melukai hak2 dan martabat manusia maka penggunaannya menuntut tanggung jawab yang sungguh2 dari si pemakai atau si pemilik. Disinilah letak relevansi dari pembicaraan kita:- Hasil ilmu pengetahuan seperti bom atom yang telah terbukti membunuh 300.000 orang tak bersalah karena tindakan dan keputusan manusia.-Karena de facto Iptek bisa disalahgunakan untuk maksud2 jahat yang merugikan orang lain, maka dimensi Ethis serta kriterianya sangat relevan dalam hubungannya dengan ilmu dan teknologi. Yang dimaksudkan dimensi Ethis dalam Iptek di sini adalah Iptek yang lebih manusaiwi, yang memperhatikan nilai2 manusia. Jadi Iptek harus diabdikan demi makin sempurna dan perkembangan manusia.b. Mencari Patokan Konkret:

0leh karena penilaian Ethis mengkhususkan diri pada penilaian tindakan2 konkret manusia maka yang perlu diperhatikan (dalam bicara dimensi Ethis) adalah tindakan2 konkret mana yang nyata2 perlu diambil untuk mempraktekkan Iptek. Dalam hal ini perlu dibedakan antara tujuan dan sarana/alat yang de facto digunakan

36

Page 37: Sejarah Intelektual

untuk melaksanakan tujuan. Tujuan tidak perlu diperhatikan secara khusus karena biasanya pasti sudah dirumus secara indah dan bagus (misalnya tujuan perkembangan sebagai penerapan salah satu bentuk teknologi dalam GBHN bagus sekali, namun soalnya bagaimana tindakan konkret yang diambil?). Untuk menilai kadar Ethis nilai tindakan konkret tadi dan akibat2nya pada orang lain (masyarakat) perlu memperhatikan sarana yang dipilih.

Tanggung jawab kita terhadap Iptek lalu berarti pengerahan seluruh daya upaya agar penggunaan Iptek nyata2 dijalankan demi makin berkembangnya dan dihormatinya martabat manusia. Kriteria Ethis bagi suatu tindakan yang menghargai martabat manusia dapat dirumuskan sbb:Secara Negatif: mutlak tidak membiarkan seorang pun merasa menderita, diperkosa, dilanggar haknya karena penerapan ilmu pengetahuan.Secara Positif: mutlak melaksanakan Iptek demi mengusahakan suatu lingkungan masyarakat (entah secara mikro dalam keluarga atau secara makro dalam negara) di mana tiap anggotanya merasa aman dan mampu menjadi dirinya. Dengan kata lain konteks pelaksanaan/penerapan Iptek seharusnya merupakan tindakan pembebasan manusia dari rasa khawatir akan hari esok. Penerapan Iptek merupakan pula tindakan pembebasan manusia dari kelaparan, kemiskinan dan kebudayaan.

Tanggung jawab Ethis kita terhadap Iptek berarti menilai penerapan Iptek berdasarkan kriteria di atas yakni menghormati martabat manusia atau tidak? Apakah ini tidak sesuatu yang kabur atau khayal? TIDAK. Alasannya: soal Ethis adalah soal2 yang konkret karena berpijak sebagian pada dasar empiris (pengalaman). Sebelum membuat sesuatu pertimbangan/keputusan Ethis, saya harus bertanya: mana kemungkinan2 real-nya? Pilihan2 yang berbeda membawa kemungkinan hasil bagaimana?? Mana bahaya atau resiko yang terkandung di dalamnya?? Ini semua mengandaikan/menuntut lengkapnya data2 obyektif.

Namun keputusan Ethis sebagian tergantung juga pada VISI, MAKSUD & TUJUAN. Mana itu masyarakat yang baik2?? Apa itu arti manusiawi?? Sehingga semua itu berarti: bila penerapan Iptek tidak menghasilkan akibat2 positif dari masyarakat, maka gagallah dia. Bila penerapan Iptek ternyata makin merendahkan martabat manusia, menyebabkan diancamnya segi kemanusiaan, diperkosanya HAM, maka gagallah penerapan itu!!! Bila penerapan Iptek mengakibatkan jatuhnya korban2 manusiawi, perlulah kita pertanyakan penerapan Iptek itu sendiri.

Akan tetapi pasti muncul masalah rumit. 0rang meragukan apa perendahan martabat manusia itu bisa diukur?? Jawabnya tegas!! Bisa!! Perendahan martabat manusia bisa diukur secara empiris nyata melalui apa yang disebut sebagai “situasi negatif”, situasi dimana segi2 kemanusiaan seperti kebebasan HAM, keadilan sosial, direnggut atau diancam. Bukankah ilmu ekonomi bisa mengukur apa itu yang disebut miskin berdasar takaran beras yang dikonsumsi?? Masalah Ethis penerapan Iptek muncul secara tegas bila dihadapkan pada pilihan2 yang mesti diambil. Pilihan ini makin menuntut tanggung jawab terutama bila ada konflik nilai dan kepentingan mana atau siapa yang harus dinomorsatukan saya dan keluargaku atau orang kecil lain yang lebih butuh?? Mengorbankan banyak orang demi menguntungkan segelintir orang itu wajar atau tidak??3.Beberapa Pokok Nilai Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengembangan IPTEK.

Bagian kedua sebenarnya secara singkat bisa diringkas sebagai upaya agar pengembangan Iptek sungguh2 bisa manusaiwi. Ada empat hal pokok agar Iptek dikembangkan secara manusiawi ialah: Pokok a).Penghormatan akan HAM menegaskan secara positif dan secara konkret unsur2 mana yang tidak boleh dilanggar dalam pengembangan Iptek dalam masyarakat agar masyarakat itu tetap manusiawi. Rumusan HAM merupakan sarana hukum untuk menjamin penghormatan terhadap manusia. Individu2 perlu dilindungi dari pengaruh penindasan Iptek. Persoalan ini semakin tajam justru karena keinginan manusia untuk menguasai alam dan mengontrolnya. Namun dewasa ini kenyataannya telah terbalik. Iptek telah memperbudak manusia. Hanya sekelompok kecil manusia yang menguasai dan mengaturnya sehingga orang lain dikuasainya. Kita dapat mengambil contoh penggunaan tenaga nuklir sebagai energi telah menyebabkan konsentrasi uang, kekuasaan, hanya pada negara/pemerintah tertentu. Lalu muncul masalah bila digunakan demi maksud jahat dan hanya menguntungkan elite penguasa dengan akibat kehancuran kelestarian hidup dan nilai manusia. Kita perlu bertanya, siapa yang harus membayar ongkos korban polusi?? Biasanya rakyat kecil dan bukan mereka yang mengelola pabrik atau pemilik saham.Pokok b)Keadilan dalam bidang PolEkSos sebagai hal yang mutlak. Perkembangan teknologi sudah membawa akibat konsentrasi kekuatan ekonomi maupun kekuatan politik. Mau memanusiakan pengembangan Iptek berarti mau mendesentralisasikan monopoli pengambilan keputusan dalam bidang politik, ekonomi. Ini berarti pelaksanaan keadilan harus memberi pada setiap individu kesempatan yang sama menggunakan hak2nya.Pokok c) Soal lingkungan hidup: Tak seorangpun berhak menguras-tandas sumber2 alam dan manusiawi tanpa memperhatikan akibat2nya pada seluruh masyarakat. Ekologi mengajar kita bahwa ada kaitan erat antara benda yang satu dengan benda yang lain di dalam alam ini. Ada hubungan timbal balik antara manusia, alam, dan benda2. Ini berarti pengolahan sepihak terhadap salah satu dari tiga realitas tadi akan membawa akibat dan pengaruh pada bagian2 lain. Ekologi mengajar kita pula mengenai batas2 kritis dari dunia energi, SDA yang terbatas. Pertimbangan soal lingkungan menuntut perhatian pada akibat2 teknologi pada pencemaran alam, penyusutan kehidupan di masa depan bagi umat manusia.

Oleh karena eratnya hubungan antara teknologi & kekuasaan, maka dalam mempertimbangkan ekologi ini dirasa sangat penting adanya sistem organisasi sosial yang harus bertanggung jawab dalam mengatur akibat dan pengaruh teknologi serta kelakuan manusia dalam kaitannya dengan keseimbangan lingkungan. Pertimbangan ini harus real, mungkin dapat diwujudkan dalam dua kemungkinan yakni:Pertama: perlu berdirinya lembaga yang bertanggung jawab dalam mencegah penghancuran lingkungan seperti erosi, polusi, dan penggundulan hutanKedua: keputusan2 yuridis, politis yang berkaitan dengan tujuan terjaganya kesejahteraan umum masyarakat serta kelestarian hubungan antar pribadi dalam masyarakat.Pokok d) Nilai manusia sebagai pribadi. Dalam dunia yang dikuasai teknik, harga manusia dinilai dari tempatnya sebagai salah satu instrumen sistem administrasi kantor tertentu. Akibatnya manusia dinilai bukan sebagai pribadi tapi lebih dari sudut “kegunaannya” atau dilihat hanya sejauh ada manfaat praktisnya bagi suatu sistem.

37

Page 38: Sejarah Intelektual

Nilainya sebagai pribadi berdasar hubungan sosialnya, dasar kerohanian dan penghayatan hidup sebagai manusia dikesampingkan. Bila pengembangan Iptek mau manusiawi, perhatian pada nilai manusia sebagai pribadi tak boleh kalah oleh mesin.

Hal ini penting karena sistem teknokratis cenderung ke arah “de-humanisasi”. Mengapa?? Karena nilai2 sistem teknokratis berdasar pada obyek nyata. Sebagai data serta paham instrumentalisme, teknologi ternyata menggeser nilai2 dasar manusia sebagai pribadi. Maka pengembangan teknologi yang manusaiwi harus secara sadar menempatkan manusia sebagai pribadi, sebagai subyek yang bernilai pada dirinya. Itulah empat hal pokok sebagai usulan bagi jalan keluar masalah kompleksitas pengembangan Iptek.

Yang penting sekali pada diri manusia ialah bagaimana manusia dapat beramal ilmiah dan berilmu amaliah dan ungkapan Romawi yang penting juga ialah Non scholae sed vitae dicimus.

38