bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdi negara-negara berkembang, koperasi...

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan, manusia telah menghadapi masalah untuk bisa hidup dan akan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia harus selalu berusaha. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan dengan jumlah kebutuhan manusia. Manusia tidak pernah merasa puas dengan apa yang mereka peroleh dan dengan apa yang telah mereka capai. Berbagai cara telah digunakan manusia untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang mereka hadapi. Maka dalam perkembangan cara pemecahan masalah tentang pemenuhuan kebutuhan hidupnya itu manusia berusaha melakukannya secara bersama-sama dan dalam perkembangannya lebih lanjut, cara-cara yang digunakan oleh masyarakat untuk memecahkan permasalahan ekonomi yang mereka hadapi itu berbeda-beda, seirama dengan berkembangnya zaman. 1 Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memecahkan permasalahan perekonomian, maka munculah inspirasi mengenai koperasi. Definisi ini umumnya menekankan bahwa koperasi itu merupakan wadah bagi golongan 1 Hendrojogi, 2012, Koperasi Asas-asas, Teori, dan Praktik, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.1-2. 1

Upload: lamhanh

Post on 14-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak dilahirkan, manusia telah menghadapi masalah untuk bisa hidup

dan akan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya dan untuk bisa mempertahankan

kelangsungan hidupnya manusia harus selalu berusaha. Hal ini disebabkan

karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan

dengan jumlah kebutuhan manusia. Manusia tidak pernah merasa puas

dengan apa yang mereka peroleh dan dengan apa yang telah mereka capai.

Berbagai cara telah digunakan manusia untuk memecahkan permasalahan

ekonomi yang mereka hadapi. Maka dalam perkembangan cara pemecahan

masalah tentang pemenuhuan kebutuhan hidupnya itu manusia berusaha

melakukannya secara bersama-sama dan dalam perkembangannya lebih

lanjut, cara-cara yang digunakan oleh masyarakat untuk memecahkan

permasalahan ekonomi yang mereka hadapi itu berbeda-beda, seirama dengan

berkembangnya zaman.1

Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memecahkan permasalahan

perekonomian, maka munculah inspirasi mengenai koperasi. Definisi ini

umumnya menekankan bahwa koperasi itu merupakan wadah bagi golongan

1Hendrojogi, 2012, Koperasi Asas-asas, Teori, dan Praktik, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.1-2.

1

2

ekonomi lemah, definisi yang diberikan oleh Dr. Fay (1908), yang

menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan

berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu

dengan semangat tidak memikirkan diri sendri sedemikian rupa, sehingga

masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan

mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap

organisasi.2

Di negara-negara berkembang, koperasi terutama dipandang sebagai

instrumen bagi perkembangan sosial ekonomi yang dari sudut pandangan

formal dianggap sebagai perhimpunan dalam hukum perdata, yang pada

hakekatnya bekerja seperti suatu perluasan administrasi pemerintahan.3

Koperasi dapat dijadikan salah satu bentuk pembangunan ekonomi nasional

dan merpermudah pelaksanaan rancangan nasional.

Ide koperasi lahir dalam era kejayaan kapitalisme.Jika kapitalisme

berpijak pada paham tentang pentingnya peranan modal dalam kegiatan

ekonomi, maka koperasi lebih mengutamakan peranan manusia dalam

memupuk modal.Dengan demikian, perbedaannya terletak pada penekanan

peranan faktor-faktor produksi dalam kegiatan ekonomi; koperasi pada

manusianya, sedangkan kapitalisme pada kekuatan modal.Dalam hal ini

bukanlah berarti bahwa yang satu tidak memerlukan faktor produksi seperti

yang ditekankan oleh yang lainnya; di dalam kapitalisme, manusia perannya

diperlukan sebagai salah satu faktor produksi sedang di dalam koperasi modal

2Ibid, h.20. 3 Hans H. Munkner,2000, Hukum Koperasi, terjemahan Abdulkadir Muhammad, Penerbit

Alumni, Bandung, h.8.

3

diperlukan untuk menjalankan usahanya dikumpulkan oleh manusia-manusia

yang menjadi anggotanya.4

Gambaran umum semua koperasi adalah struktur organisasi yang

terdiri dari sekelompok orang (kelompok koperasi) dan suatu badan usaha

bersama (koperasi) yang menghubungkan orang yang satu dengan orang yang

lain dengan hubungan pelayanan khusus. Ada bermacam pandangan

mengenai motif untuk bekerja sama dan sifat hubungan antara kelompok

koperasi dan badan usaha koperasi.5

Berdasarkan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945 (untuk di selanjutnya disebut UUDNRI 1945)

dimana ditentukan bahwa: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasar atas asas kekeluargaan”. Dan menurut penjelasan tentang Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia ditentukan bahwa: “ dalam Pasal

33 tercanum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk

semua dibawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat.

Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-

orang.Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas

asas kekeluargaan.Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi”.

Adanya semangat kebersamaan inilah koperasi hadir dan diperlukan

guna mendorong tumbuhnya usaha-usaha kecil di masyarakat.Untuk

memenuhi kebutuhan usaha dan lainnya, para anggota koperasi dapat

4 Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay, 2005, Hukum Koperasi Indoenesia Pemahaman, Regulasi, Pendidikan, dan Modal Usaha, Kencana, Jakarta, h. 14.

5 Hans H. Munkner,loc.cit.

4

menggunakan jasa pinjaman koperasi, tanpa agunan dan tidak dikenakan

bunga pengembalian yang tinggi.Sehingga usaha-usaha kecil yang ada

diharapkan tetap tumbuh tanpa harus terjerat dan terlilit hutang. Selain itu,

semakin membaiknya tingkat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya

koperasi, serta proses dan prosedur yang mudah dalam pendirian sebuah

koperasi. Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian(untuk di selanjutnya disebut UU Perkoperasian),

Koperasi adalah :“Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas

asas kekeluargaan”.

Koperasi sebagai suatu badan usaha yang berbadan hukum dapat

melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam sebagai salah satu usaha atau

satu-satunya kegiatan usaha koperasi. Koperasi simpan pinjam secara khusus

dalam kegiatan usahanya menerima tabungan (penghimpunan dana) dan

menyalurkannya, yang berasal dari dan untuk para anggotanya atau koperasi

lain dan/atau anggotanya, ini tercantum dalamPasal 44 UU

Perkoperasian.Selain itu terdapat pada Pasal 2 ayat (1) PP RI No. 9 Th. 1995

tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi, yang

menyebutkan bahwa: “kegiatan usaha simpan pinjam hanya dilaksanakan

oleh Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam”. Koperasi juga

mempunyai fungsi yang sama seperti fumgsi lembaga perbankan yaitu untuk

menghimpun dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota koperasi.

5

Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang

Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, kegiatan usaha koperasi

simpan pinjam dan unit simpan pinjam adalahmenghimpun simpanan

koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari anggota dan calon anggotanya,

koperasi lain, dan atau anggotanya serta memberikan pinjaman kepada

anggota, calon anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya.

Sehubungan dengan kegiatan usaha koperasi simpan pinjam tersebut,

maka koperasi dapat memberikan pinjaman atau kredit kepada anggotanya

maupun kepada calon anggotanya dengan kesepakatan antara kedua belah

pihak. Dalam pemberian kredit tersebut dapat disertakan dengan jaminan.

Kalau dikaji secara empiris, bahwa koperasi simpan pinjam saat ini

dalam hal pemberian kredit tersebut disertakan dengan jaminan. Untuk

meminimalkan timbunya berbagai resiko.Menurut Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998, diberi arti lain, yaitu “keyakinan atas itikad dan kemampuan

serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau

mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan”.

Terkait dengan permohonan kredit oleh anggota koperasi simpan

pinjam yang disertakan dengan jaminan, ada baiknya melihat beberapa syarat

jaminan utang menjadi jaminan utang yang baik, yaitu:

1. Mudah dan cepat dalam proses pengikatan jaminan.

2. Jaminan utang jangan menempatkan kreditornya untuk bersengketa.

3. Gampang dinilai harga barang jaminan tersebut.

6

4. Nilai jaminan tersebut dapat meningkat terus, atau setidak-tidaknya stabil.

5. Jaminan barang tidak membebankan kewajiban-kewajiban tertentu bagi

kreditor. Misalnya kewajiban untuk merwat dan memperbaiki barang,

bayar pajak, dan sebagainya.

6. Gampang dieksekusi ketika pinjaman macet, jelas model pengeksekusian

jaminan tersebut, cepat dan murah biaya pelaksanaan eksekusi tersebut,

dan tanpa perlu bantuan dari debitur. Hal ini berarti bahwa suatu pinjaman

utang haruslah selalu berada alam keadaan “mendekati tunai” (near to

cash).6

Tetapi dalam kenyataannya terdapat kendala-kendala dalam

mengeksekusi jaminan kredit dalam hal terjadinya kredit macet yang

dilakukan oleh anggota koperasi simpan pinjam. Maka harus adanya

penyelesaian terhadap kredit macet tersebut.

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, maka penulis akan

mengangkat judul tentang “Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan

Pada Koperasi Simpan Pinjam Di Denpasar”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang tersebut, maka

dapat dirumuskan pokok permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana penyelesaian kredit macet dengan jaminan pada Koperasi

Simpan Pinjam di Denpasar?

6Munir Fuady, 2014, Konsep Hukum Perdata, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 63.

7

2. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi oleh koperasi simpan pinjam

dalam melakukan eksekusi terhadap jaminan kredit?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Untuk mendapatkan uraian yang sistematis dan terarah terhadap

pokok bahasan, maka ruang lingkup masalah dibatasi yang secara umum

pembahasan disini adalah untuk mendapatkan jawaban dari

bagaimanakakendala-kendala yang dihadapi oleh koperasi simpan pinjam

dalam melakukan eksekusi terhadap jaminan kreditdanbagaimana upaya

penyelesaian kredit macet pada Koperasi Simpan Pinjam di Denpasar.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan skripsi ini

merupakan hasil karya asli dari penulis, merupakan suatu buah pemikiran

penulis yang dikembangkan sendiri oleh penulis. Untuk sebagai bukti

mendukung pelaksanaan semangat anti plagiat di dalam bidang pendidikan di

Indonesia, maka penulis tunjukkan orisinalitas dari penelitian yang tengan di

buat dengan menampilkan beberapa judul penelitian terdahulu sebagai

pembanding:

No. Judul Nama Penulis Rumusan Masalah

1. Skripsi:

Penyelesaian

Kredit Macet Di

Koperasi Bank

Perkreditan Rakyat

(KBPR) VII Koto

Agusra Rahmat.

(Fakultas Hukum

Reguler Mandiri

Universitas

1. Apa sajakah faktor-faktor

yang menyebabkan kredit

macet pada Koperasi

Bank Prekrditan Rakyat

8

Pariaman. Andalas Padang

2011).

(KBPR) VII Koto

Pariaman ?

2. Bagaimana penyelesaian

masalah kredit macet dan

hambatan-hambatan yang

ditemui dalam

penyelesaian kredit macet

di Koperasi Bank

Perkreditan Rakyat

(KBPR) VII Koto

Pariaman ?

2. Skripsi:

Implementasi

Kesepakatan Rapat

Anggota Dalam

Perjanjian Pinjam

Meminjam Uang

Pada Koperasi

Simpan Pinjam

Wisuda Guna

Raharja di

Denpasar.

Christina

Rismawati.

(Fakultas Hukum

Universitas

Udayana

Denpasar 2010).

1. Bagaimanakah

implementasi kesepakatan

rapat anggota dalam

perjanjian pinjam

meminjam uang di

Koperasi Simpan Pinjam

Wisuda Guna Raharja ?

2. Bagaimanakah

penyelesaian hukum yang

ditetapkan dalam rapat

anggota yang

9

dilaksanakan oleh pengurs

jika anggota koperasi

yang melakukan pinjaman

tidak dapat melunasi

pinjamannya?

3. Skripsi:

Penyelesaian Kedit

Macet Atas Kredit

Tanpa Agunan

Yang Diberikan

Kepada Usaha

Kecil Dan

Menengah.

Made Gede

Dwidya Santhika.

(Program

Ekstensi Fakultas

Hukum

Universitas

Udayana 2010).

1. Apa dasar hukum

perjanjian krdit tanpa

agunan atas kredit yang

diberikan kepada usha

kecil dan menengah?

2. Bagaimana penyelesaian

kredit macet tanpa agunan

atas kredit yang diberikan

kepada usaha kecil dan

menengah?

1.5 Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

1. Untuk mengetahui penyelesaian kredit macet dengan jaminan pada

Koperasi Simpan Pinjam di Denpasar;

2.Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh koperasi simpan

pinjam dalam melakukan eksekusi terhadap jaminan kredit.

10

b. Tujuan khusus

1. Untuk memahamipenyelesaian kredit macet dengan jaminan pada

Koperasi Simpan Pinjam di Denpasar

2. Untuk memahamikendala-kendala yang dihadapi oleh koperasi simpan

pinjam dalam melakukan eksekusi terhadap jaminan kredit.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis

1. Penelitian inidapat berguna dalam memberikan masukan dan

sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat dalam hal

koperasi.

2. Sebagai sumbangan pemikiran untuk memperoleh pemahaman dan

gambaran mengenai penyelesaian kredit macet pada koperasi simpan

pinjam.

3. Sebagai sumbangan pemikiran untuk dapat dijadikan arah penelitian

yang lebih lanjut pada masa yang akan datang.

b. Manfaat praktis

Dapat dijadikan pedoman bagi siapa pun, baik masyarakat maupun

pemerintahdalam hal menyelesaikan permasalahan sejenisyang berkaitan

dengan kredit macet pada koperasi simpan pinjam dan kendala yang

11

dihadapi dalam mengeksekusi jaminan kredit serta dalam hal melakukan

kredit di Koperasi Simpan Pinjam.

1.7 Landasan Teoritis

Untuk mewujudkan tujuan nasional yaitu tercapainya masyarakat adil

dan makmur seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,

salah satu sarananya adalah Koperasi.Sebagai sarana untuk mencapai

masyarakat adil dan makmur, koperasi tidak lepas pula dari landasan-

landasan hukum sebagai landasan berpijaknya koprasi di Indonesia. Landasan

Koperasi Indonesia adalah Pancasila, seperti tertuang di dalam ketentuan

BabII, Bagian Pertama, Pasal 2 UUPerkoperasian.

Mengenai koperasi simpan pinjam diatur pada Bab I Pasal 1 Peraturan

Pemerintah No.9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam

oleh Koperasi, disebutkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam adalah Koperasi

yang usahanya hanya simpan pinjam. Tujuannya adalah memberikan

kesempatan pada anggota-anggotanya untuk meminjam an menyimpan uang.

Sedangkan kegiatan usha yang dilakukan oleh koperasi simpan pinjam diatur

dalam Pasal 19 yaitu:

(1) Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam

adalah:

a. Menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi

dari anggota dan calon anggotanya, koperasi lain dan atau

anggotanya.

12

b. Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya,

koperasi lain dan atau anggotanya.

(2) Dalam memberikan pinjaman, koperasi simpan pinjam dan unit

simpan pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian pinjaman

yang sehat dengan mem[erhatikan kelayakan dan kemampuan

pemohon pinjaman;

(3) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam dalam melayani

koperasi lain dan atau anggotanya sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan berdasarkan kerjasama antar koperasi.

Pinjaman dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1995 menyebutkan bahwa “ Pinjaman adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu

tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan”.

Kegiatan usaha simpan pinjam ini disamakan dengan kegiatan usaha

pemberian kredit. Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa lain

“credere”, “credo”, dan “creditum”, yang artinya kesemuanya tersbut adalah

kepercayaan, yang dalam bahasa Inggris disebut “faith” atau “trust”.7

Menurut Pasal 1 angka 11Undang-Undang Republik Nomor 10 Tahun

1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indoesia Nomor 7

Tahun 1992 Tentang Perbankan, menyebutkan bahwa: “ Kredit adalah

7Rachmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, (selanjutnya disingkat Rachmadi Usman I), h. 236.

13

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Kesepakatan para pihak yang dituangkan yang dituangkan dalam

suatu perjanjian kredit akan melahirkan suatu perikatan diantara dua subjek

hukum. Perikatan diantara dua subjek hukum dapat lahir dari undang-undang

dan perjanjian. Definisi perikatan tidak diatur dalam Buku III Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (untuk di selanjutnya disebut KUHPerdata) tentang

Perikatan, tetapi definisi perikatan terdapat dalam pengetahuan ilmu hukum.

Perikatan yaitu suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara

dua orang atau lebih dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak

yang lain berkewajibanatas sesuatu.

Hubungan hukum antara subjek hukum baru dapat dikatakan apabila

telah dipenuhi syarat berikut:

1. Adanya dasar hukum, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur

hubungan hukum itu; dan

2. Timbulnya peristiwa hukum.8

Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka hubungan hukum tersebut

timbul dari perjanjian. Adapun Teori perjanjian (overeenkomst theorie) yang

dikemukakan oleh Thol dalam bukunya ”Das Handsrech” mengatakan; yang

menjadi dasar hukum mengikatnya adalah suatu perjanjian, yang merupakan

8R. Soeroso, 2000, Penghantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 269.

14

perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

dengan satu orang atau lebih.9Dalam Pasal 1313 KUHPerdatadiatur mengenai

perjanjian, yang menyebutkan bahwa: “ Suatu perjanjian adalah suatu

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih megikatkan dirinya terhadap

satu orang lain atau lebih”. Adapun syarat sahnya suatu perjanjia, terdapat

dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:

Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan syarat-syarat:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

Unsur-unsur yang terdapat dalam bank, baik Bank Umum maupun

Bank Perkreditan Rakyat, dalam hal ini koperasi sebagai pemberi kredit dan

pemberi pinjaman (kreditur) kepada masyarakat sebagai penerima kredit

(debitur), yaitu:10

1. Kepercayaan: yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang

diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai

dengan yang diperjanjikan pada waktu tertentu;

2. Waktu:yaitu jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan

pelunasannya, jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui

atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana;

9Ahmadi Miru, Sakka Pat, 2008, Hukum Perikatan, Penjelasan Makna pasal 1233 sampai 1456 BW, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 78.

10Ibid, h. 238.

15

3. Prestasi: yaitu adanya objek tertentu berupa prestasu dan kontraprestasi

pada saat tercapainya suatu persetujuan atau kesepakatan perjanjian

pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan

bunga atau imbalan;

4. Resiko: yaitu adanya resiko yang mungkin akan terjadi selama jangka

waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk

mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya

wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan

jaminan dan agunan.

Pengertian agunan menurut Pasal 1 angka 23 Undang-Undang

Republik Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Republik Indoesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (untuk di

selanjutnya disebut UU Perbankan), menyebutkan bahwa: “ Agunan adalah

jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam

rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah”. Agunan ini berkaitan dengan barang. Sedangkan pengertian

jaminan terdapat pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, diberi arti lain,

yaitu “keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah

debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud

sesuai dengan diperjanjikan”.

Adapun perbedaan mengenai jaminan dan agunan yaitu pengertian

“jaminan”lebih luas daripada pengertian “agunan”, dimana agunan berkaitan

16

dengan “barang”, sementara “jaminan” tidak hanya berkaitan dengan barang,

tetapi berkaitan pula dengan character, capacity, capital, dan condition of

economy dari nasabah kreditur yang bersangkutan.11

Tetapi dalam hal pemberian kredit yang terjadi pada koperasi ini,

ditemukan adanya kredit macet yang dilakukan oleh debitur. Timbulnya

kredit macet ini diperlukan adanya proses penyelesaian antara koperasi

dengan pihak debitur.

Secara umum, Proses penyelesaian sengketa yang sudah dikenal sejak

lama adalah melalui proses litigasi di pengadilan. Proses litigasi cenderung

menghasilkan masalah baru karena sifatnya yang win-lose, tidak responsif,

time consuming proses berperkaranya, dan terbuka untuk umum. Seiring

dengan perkembangan zaman, proses penyelesaian sengketa di luar

pengadilan pun ikut berkembang.

Penyelesaian sengketa di luar pengadilan bersifat tertutup untuk

umum (close door session) dan kerahasiaan para pihak terjamin

(confidentiality), proses beracara lebih cepat dan efisien. Proses penyelesaian

sengketa di luar pengadilan ini menghindari kelambatan yang diakibatkan

prosedural dan administratif sebagaimana beracara di pengadilan umum dan

win-win solution. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini dinamakan

Alternatif Penyelesaian sengketa. Alternatif penyelesaian sengketa adalah

pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan berdasarkan kesepakatan

11Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, (selanjutnya disingkat Rachmadi Usman II), h. 67.

17

para pihak dengan mengesampingkan penyelesaian sengketa melalui proses

litigasi di pengadilan.

1.8 Metode Penelitian

a. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis

empiris yaitu penelitian di lapangan, guna meneliti pelaksanaan undang-

undang dalam prakteknya di masyarakat. Penelitian hukum empiris (non-

doktrinal) adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau

implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang,

kontrak) secara in-action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi

dalam masyarakat. Jadi penelitian hukum empiris memfokuskan pada

penelitian penerapan atau implementasi ketentuan hukum normatif (in-

abstracto) pada peristiwa hukum tertentu (in-concreto) dan hasilnya. 12

b. Jenis pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris dengan menggunakan

pendekatan:

a. Pendekatan Fakta

Pendekatan fakta dengan melihat dan meneliti fakta-fakta yang ada di

lapangan mengenai kendala-kendala yang dihadapi koperasi simpan

pinjam dalam mengeksekusi jaminan kredit serta upaya penyelesaian

kredit macet pada koperasi simpan pinjam di Denpasar kemudian

dikaitkan dengan penerapan hukum yang berlaku.

12Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad I),h. 134.

18

b. Pendekatan Perundang-undangan

Pendekatan yang berdasarkan dengan menelaah semua undang-

undang.Yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang

ditangani.13 Maka undang-undang dikaitkan dengan permasalahan

kredit macet pada koperasi simpan pinjam.

c. Pendekatan Analisis Konsep Hukum(Analitical& Conseptual

Approach)

Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan

doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan

mempelajari pandangan-pandangan dan doktrim-doktrin di dalam ilmu

hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian

hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan

dengan isu yang dihadapi.14 Isu yang dihadapi yaitu terkait dengan

kendala-kendala yang dihadapi koperasi simpan pinjam dalam

mengeksekusi jaminan krdit serta upaya penyelesaian kredit macet pada

koperasi simpan pinjam

c.Sifat penelitian

Penelitian inibersifat deskriptif. Penelitian deskriptif pada penelitian

secara umum, termasuk pula di dalamnya penelitian ilmu hukum,

bertujuan menggambarkan secra tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan,

gejala, atau kelompok tertentu atau untuk menentukan ada tidaknya

hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyrakat. Dalam

13Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 93.

14Ibid, h.95.

19

peneltian ini teori-teori, ketentuan peraturan, norma-norma hukum, karya

tulis, yang dimuat baik dalam literatur maupun jurnal, doktrin, serta

laporan penelitian terdahulu sudah mulai ada dan bahkan jumlahnya cukup

memadai, sehingga dalam penelitian ini hipotesis boleh ada atau boleh

juga tidak.

d. Sumber data

Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu

data primer dan data sekunder.

1. Sumber Data Primeradalah data yang bersumber dari penelitian

lapangan yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber utama

di lapangan yaitu baik dari responden maupun informan.:

a. Responden

Responden adalah orang-orang yang terkait langsung dengan

masalah penelitian. Maka Sumber data responden dalam peneltian

ini merupakan pihak koperasi yang dalam hal ini pihak Koperasi

Simpan Pinjam Sadguna, Denpasar Bali;

b. Informan

Informan adalah orang-orang yang dimafaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.

2. Sumber Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian

kepustakaan (library reseach). Data sekunder antara lain mencakup

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang

20

berwujud laporan dan sebagainya.15 Bahan hukum yang digunakan

untuk menunjang pembahasan permasalahan di atas, adalah bahan

hukum yang diperoleh dengan penelitian kepustakaan (library

research). Bahan hukum ini dibagi atas 3 (tiga) macam yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai

kekuata mengikat secara umum (perundang-undangan) atau

mempunyai kekuatan mengikat bagi berkepentingan (kontrak,

konvensi, dokumen hukum dan putusan hakim). Dalam hal ini bahn

hukum primer yang akan digunakan adalah:

- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

- Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

- Undang-Undang Republik Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indoesia Nomor 7

Tahun 1992.

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995

tentang PelaksanaanKegiatan Usaha Simpan Pinjam.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti literatur, hasil-hasil penelitian

atau pendapat pakar hukum. Dalam penulisan ini sendiri nantinya

15Amiruddin Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 30.

21

akan digunakan buku literatur yang terkait dengan permasalahan

yang dibahas, yaitu buku literatur mengenai Hukum Koperasi ,

Khususnya yang terkait dalam penyelesaian kredit macet dalam hal

pemberian kredit tanpa agunan pada koperasi.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

(rancangan undang-undang, kamus hukum, dan ensiklopedia).16

e.Teknik pengumpulan data hukum

Dalam suatu penelitian, terdapat beberapa teknik pengumpulan data

yaitu melalui studi dokumen, wawancara, observasi, dan penyebaran

kuisioner/angket. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Studi Dokumen

Teknik studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam

setiap penelitian ilmu hukum, baik dalam penelitian hukum normatif

maupun dalam penelitian hukum empiris, karena meskipun aspeknya

berbeda namun keduanya adalah penelitian ilmu hukum yang selalu

bertolak dari premis normatif. Studi dokumen dilakukan atas bahan-

bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian.

16Ibid, h.31.

22

2. Teknik Wawancara (interview)

Wawancara merupakan salah satu teknik yang sering dan paling lazim

digunakan dalam penelitian hukum empiris. Dalam kegiatan ilmiah,

wawancara dilakukan bukan sekedar bertanya pada seseorang,

melainkan dilakukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untu

memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian

kepada responden maupun informan.17

f. Teknik penentuan sampel penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Non

Probability Sampling yaitu tidak ada ketentuan yang pasti berupa sampel

yang harus diambil agar dapat dianggap mewakili populasinya. Hasil

penelitian yang menggunakan teknik pengambilan sampel seperti ini tidak

dapat digunakan untuk membuat generslisasi tentang populasinya, karena

tidak semua elemen dalam populasi mendapat kesempatan yang sama

untuk menjadi sampel. Bentuk Non Probability Sampling yang digunakan

ialah Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah penarikan sampel

dilakukan berdasarkan tujuan tertentu yaitu sampel dipilih atau ditentukan

sendiri oleh si peneliti, yang mana penunjukan dan pemilihan sampel

didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-

sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari

populasinya.

17Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 82.

23

Dapat ditarik 3 sampelsebagai penelitian yaitu:

1. Koperasi Simpan Pinjam Sadguna, Jl. Pralina No.15, Denpasar.

2. Koperasi Simpan Pinjam Dharma Siaga, Jl. Teuku Umar No.347,

Denpasar.

3. Koperasi Simpan Pinjam Arta Pandawa, Jl. Seroja No.32, Denpasar.

g. Teknik pengolahan dan analisis data

Dalam penelitian ini setelah data-data terkumpul, baik data lapangan

maupun data kepustakaan diklarifikasikan secara kualitatif yaitu

keseluruhan data yang terkumpul baik baik dari data primer maupun data

sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara

sistimatis, digolongan dalam pola dan thema, diklasifikasikan,

dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilakukan iterpretasi

untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan

penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas

data. Setelah diolah dan dianalisis kemudian hasilnya disajikan secara

deskriptif analisis yaitu memaparkan secara lengkap dan mendetail aspek-

aspek tertentu yang berkaitan atau yang bersangkut paut dengan masalah,

diberikan uraian-uraian dan disajikan secara berurutan sesuai dengan data

yang pada akhirnya menjadi skripsi.