bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - sinta.unud.ac.id 1.pdfdi negara-negara berkembang, koperasi...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak dilahirkan, manusia telah menghadapi masalah untuk bisa hidup
dan akan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya dan untuk bisa mempertahankan
kelangsungan hidupnya manusia harus selalu berusaha. Hal ini disebabkan
karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan
dengan jumlah kebutuhan manusia. Manusia tidak pernah merasa puas
dengan apa yang mereka peroleh dan dengan apa yang telah mereka capai.
Berbagai cara telah digunakan manusia untuk memecahkan permasalahan
ekonomi yang mereka hadapi. Maka dalam perkembangan cara pemecahan
masalah tentang pemenuhuan kebutuhan hidupnya itu manusia berusaha
melakukannya secara bersama-sama dan dalam perkembangannya lebih
lanjut, cara-cara yang digunakan oleh masyarakat untuk memecahkan
permasalahan ekonomi yang mereka hadapi itu berbeda-beda, seirama dengan
berkembangnya zaman.1
Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memecahkan permasalahan
perekonomian, maka munculah inspirasi mengenai koperasi. Definisi ini
umumnya menekankan bahwa koperasi itu merupakan wadah bagi golongan
1Hendrojogi, 2012, Koperasi Asas-asas, Teori, dan Praktik, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.1-2.
1
2
ekonomi lemah, definisi yang diberikan oleh Dr. Fay (1908), yang
menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan
berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu
dengan semangat tidak memikirkan diri sendri sedemikian rupa, sehingga
masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan
mendapat imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap
organisasi.2
Di negara-negara berkembang, koperasi terutama dipandang sebagai
instrumen bagi perkembangan sosial ekonomi yang dari sudut pandangan
formal dianggap sebagai perhimpunan dalam hukum perdata, yang pada
hakekatnya bekerja seperti suatu perluasan administrasi pemerintahan.3
Koperasi dapat dijadikan salah satu bentuk pembangunan ekonomi nasional
dan merpermudah pelaksanaan rancangan nasional.
Ide koperasi lahir dalam era kejayaan kapitalisme.Jika kapitalisme
berpijak pada paham tentang pentingnya peranan modal dalam kegiatan
ekonomi, maka koperasi lebih mengutamakan peranan manusia dalam
memupuk modal.Dengan demikian, perbedaannya terletak pada penekanan
peranan faktor-faktor produksi dalam kegiatan ekonomi; koperasi pada
manusianya, sedangkan kapitalisme pada kekuatan modal.Dalam hal ini
bukanlah berarti bahwa yang satu tidak memerlukan faktor produksi seperti
yang ditekankan oleh yang lainnya; di dalam kapitalisme, manusia perannya
diperlukan sebagai salah satu faktor produksi sedang di dalam koperasi modal
2Ibid, h.20. 3 Hans H. Munkner,2000, Hukum Koperasi, terjemahan Abdulkadir Muhammad, Penerbit
Alumni, Bandung, h.8.
3
diperlukan untuk menjalankan usahanya dikumpulkan oleh manusia-manusia
yang menjadi anggotanya.4
Gambaran umum semua koperasi adalah struktur organisasi yang
terdiri dari sekelompok orang (kelompok koperasi) dan suatu badan usaha
bersama (koperasi) yang menghubungkan orang yang satu dengan orang yang
lain dengan hubungan pelayanan khusus. Ada bermacam pandangan
mengenai motif untuk bekerja sama dan sifat hubungan antara kelompok
koperasi dan badan usaha koperasi.5
Berdasarkan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 (untuk di selanjutnya disebut UUDNRI 1945)
dimana ditentukan bahwa: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan”. Dan menurut penjelasan tentang Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia ditentukan bahwa: “ dalam Pasal
33 tercanum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk
semua dibawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-
orang.Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
asas kekeluargaan.Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi”.
Adanya semangat kebersamaan inilah koperasi hadir dan diperlukan
guna mendorong tumbuhnya usaha-usaha kecil di masyarakat.Untuk
memenuhi kebutuhan usaha dan lainnya, para anggota koperasi dapat
4 Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay, 2005, Hukum Koperasi Indoenesia Pemahaman, Regulasi, Pendidikan, dan Modal Usaha, Kencana, Jakarta, h. 14.
5 Hans H. Munkner,loc.cit.
4
menggunakan jasa pinjaman koperasi, tanpa agunan dan tidak dikenakan
bunga pengembalian yang tinggi.Sehingga usaha-usaha kecil yang ada
diharapkan tetap tumbuh tanpa harus terjerat dan terlilit hutang. Selain itu,
semakin membaiknya tingkat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya
koperasi, serta proses dan prosedur yang mudah dalam pendirian sebuah
koperasi. Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian(untuk di selanjutnya disebut UU Perkoperasian),
Koperasi adalah :“Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
asas kekeluargaan”.
Koperasi sebagai suatu badan usaha yang berbadan hukum dapat
melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam sebagai salah satu usaha atau
satu-satunya kegiatan usaha koperasi. Koperasi simpan pinjam secara khusus
dalam kegiatan usahanya menerima tabungan (penghimpunan dana) dan
menyalurkannya, yang berasal dari dan untuk para anggotanya atau koperasi
lain dan/atau anggotanya, ini tercantum dalamPasal 44 UU
Perkoperasian.Selain itu terdapat pada Pasal 2 ayat (1) PP RI No. 9 Th. 1995
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi, yang
menyebutkan bahwa: “kegiatan usaha simpan pinjam hanya dilaksanakan
oleh Koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam”. Koperasi juga
mempunyai fungsi yang sama seperti fumgsi lembaga perbankan yaitu untuk
menghimpun dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota koperasi.
5
Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang
Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, kegiatan usaha koperasi
simpan pinjam dan unit simpan pinjam adalahmenghimpun simpanan
koperasi berjangka dan tabungan koperasi dari anggota dan calon anggotanya,
koperasi lain, dan atau anggotanya serta memberikan pinjaman kepada
anggota, calon anggotanya, koperasi lain dan atau anggotanya.
Sehubungan dengan kegiatan usaha koperasi simpan pinjam tersebut,
maka koperasi dapat memberikan pinjaman atau kredit kepada anggotanya
maupun kepada calon anggotanya dengan kesepakatan antara kedua belah
pihak. Dalam pemberian kredit tersebut dapat disertakan dengan jaminan.
Kalau dikaji secara empiris, bahwa koperasi simpan pinjam saat ini
dalam hal pemberian kredit tersebut disertakan dengan jaminan. Untuk
meminimalkan timbunya berbagai resiko.Menurut Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, diberi arti lain, yaitu “keyakinan atas itikad dan kemampuan
serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan”.
Terkait dengan permohonan kredit oleh anggota koperasi simpan
pinjam yang disertakan dengan jaminan, ada baiknya melihat beberapa syarat
jaminan utang menjadi jaminan utang yang baik, yaitu:
1. Mudah dan cepat dalam proses pengikatan jaminan.
2. Jaminan utang jangan menempatkan kreditornya untuk bersengketa.
3. Gampang dinilai harga barang jaminan tersebut.
6
4. Nilai jaminan tersebut dapat meningkat terus, atau setidak-tidaknya stabil.
5. Jaminan barang tidak membebankan kewajiban-kewajiban tertentu bagi
kreditor. Misalnya kewajiban untuk merwat dan memperbaiki barang,
bayar pajak, dan sebagainya.
6. Gampang dieksekusi ketika pinjaman macet, jelas model pengeksekusian
jaminan tersebut, cepat dan murah biaya pelaksanaan eksekusi tersebut,
dan tanpa perlu bantuan dari debitur. Hal ini berarti bahwa suatu pinjaman
utang haruslah selalu berada alam keadaan “mendekati tunai” (near to
cash).6
Tetapi dalam kenyataannya terdapat kendala-kendala dalam
mengeksekusi jaminan kredit dalam hal terjadinya kredit macet yang
dilakukan oleh anggota koperasi simpan pinjam. Maka harus adanya
penyelesaian terhadap kredit macet tersebut.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, maka penulis akan
mengangkat judul tentang “Penyelesaian Kredit Macet Dengan Jaminan
Pada Koperasi Simpan Pinjam Di Denpasar”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang tersebut, maka
dapat dirumuskan pokok permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana penyelesaian kredit macet dengan jaminan pada Koperasi
Simpan Pinjam di Denpasar?
6Munir Fuady, 2014, Konsep Hukum Perdata, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 63.
7
2. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi oleh koperasi simpan pinjam
dalam melakukan eksekusi terhadap jaminan kredit?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk mendapatkan uraian yang sistematis dan terarah terhadap
pokok bahasan, maka ruang lingkup masalah dibatasi yang secara umum
pembahasan disini adalah untuk mendapatkan jawaban dari
bagaimanakakendala-kendala yang dihadapi oleh koperasi simpan pinjam
dalam melakukan eksekusi terhadap jaminan kreditdanbagaimana upaya
penyelesaian kredit macet pada Koperasi Simpan Pinjam di Denpasar.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan skripsi ini
merupakan hasil karya asli dari penulis, merupakan suatu buah pemikiran
penulis yang dikembangkan sendiri oleh penulis. Untuk sebagai bukti
mendukung pelaksanaan semangat anti plagiat di dalam bidang pendidikan di
Indonesia, maka penulis tunjukkan orisinalitas dari penelitian yang tengan di
buat dengan menampilkan beberapa judul penelitian terdahulu sebagai
pembanding:
No. Judul Nama Penulis Rumusan Masalah
1. Skripsi:
Penyelesaian
Kredit Macet Di
Koperasi Bank
Perkreditan Rakyat
(KBPR) VII Koto
Agusra Rahmat.
(Fakultas Hukum
Reguler Mandiri
Universitas
1. Apa sajakah faktor-faktor
yang menyebabkan kredit
macet pada Koperasi
Bank Prekrditan Rakyat
8
Pariaman. Andalas Padang
2011).
(KBPR) VII Koto
Pariaman ?
2. Bagaimana penyelesaian
masalah kredit macet dan
hambatan-hambatan yang
ditemui dalam
penyelesaian kredit macet
di Koperasi Bank
Perkreditan Rakyat
(KBPR) VII Koto
Pariaman ?
2. Skripsi:
Implementasi
Kesepakatan Rapat
Anggota Dalam
Perjanjian Pinjam
Meminjam Uang
Pada Koperasi
Simpan Pinjam
Wisuda Guna
Raharja di
Denpasar.
Christina
Rismawati.
(Fakultas Hukum
Universitas
Udayana
Denpasar 2010).
1. Bagaimanakah
implementasi kesepakatan
rapat anggota dalam
perjanjian pinjam
meminjam uang di
Koperasi Simpan Pinjam
Wisuda Guna Raharja ?
2. Bagaimanakah
penyelesaian hukum yang
ditetapkan dalam rapat
anggota yang
9
dilaksanakan oleh pengurs
jika anggota koperasi
yang melakukan pinjaman
tidak dapat melunasi
pinjamannya?
3. Skripsi:
Penyelesaian Kedit
Macet Atas Kredit
Tanpa Agunan
Yang Diberikan
Kepada Usaha
Kecil Dan
Menengah.
Made Gede
Dwidya Santhika.
(Program
Ekstensi Fakultas
Hukum
Universitas
Udayana 2010).
1. Apa dasar hukum
perjanjian krdit tanpa
agunan atas kredit yang
diberikan kepada usha
kecil dan menengah?
2. Bagaimana penyelesaian
kredit macet tanpa agunan
atas kredit yang diberikan
kepada usaha kecil dan
menengah?
1.5 Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
1. Untuk mengetahui penyelesaian kredit macet dengan jaminan pada
Koperasi Simpan Pinjam di Denpasar;
2.Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh koperasi simpan
pinjam dalam melakukan eksekusi terhadap jaminan kredit.
10
b. Tujuan khusus
1. Untuk memahamipenyelesaian kredit macet dengan jaminan pada
Koperasi Simpan Pinjam di Denpasar
2. Untuk memahamikendala-kendala yang dihadapi oleh koperasi simpan
pinjam dalam melakukan eksekusi terhadap jaminan kredit.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Manfaat teoritis
1. Penelitian inidapat berguna dalam memberikan masukan dan
sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang terlibat dalam hal
koperasi.
2. Sebagai sumbangan pemikiran untuk memperoleh pemahaman dan
gambaran mengenai penyelesaian kredit macet pada koperasi simpan
pinjam.
3. Sebagai sumbangan pemikiran untuk dapat dijadikan arah penelitian
yang lebih lanjut pada masa yang akan datang.
b. Manfaat praktis
Dapat dijadikan pedoman bagi siapa pun, baik masyarakat maupun
pemerintahdalam hal menyelesaikan permasalahan sejenisyang berkaitan
dengan kredit macet pada koperasi simpan pinjam dan kendala yang
11
dihadapi dalam mengeksekusi jaminan kredit serta dalam hal melakukan
kredit di Koperasi Simpan Pinjam.
1.7 Landasan Teoritis
Untuk mewujudkan tujuan nasional yaitu tercapainya masyarakat adil
dan makmur seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
salah satu sarananya adalah Koperasi.Sebagai sarana untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur, koperasi tidak lepas pula dari landasan-
landasan hukum sebagai landasan berpijaknya koprasi di Indonesia. Landasan
Koperasi Indonesia adalah Pancasila, seperti tertuang di dalam ketentuan
BabII, Bagian Pertama, Pasal 2 UUPerkoperasian.
Mengenai koperasi simpan pinjam diatur pada Bab I Pasal 1 Peraturan
Pemerintah No.9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam
oleh Koperasi, disebutkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam adalah Koperasi
yang usahanya hanya simpan pinjam. Tujuannya adalah memberikan
kesempatan pada anggota-anggotanya untuk meminjam an menyimpan uang.
Sedangkan kegiatan usha yang dilakukan oleh koperasi simpan pinjam diatur
dalam Pasal 19 yaitu:
(1) Kegiatan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam
adalah:
a. Menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan koperasi
dari anggota dan calon anggotanya, koperasi lain dan atau
anggotanya.
12
b. Memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya,
koperasi lain dan atau anggotanya.
(2) Dalam memberikan pinjaman, koperasi simpan pinjam dan unit
simpan pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian pinjaman
yang sehat dengan mem[erhatikan kelayakan dan kemampuan
pemohon pinjaman;
(3) Koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam dalam melayani
koperasi lain dan atau anggotanya sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan berdasarkan kerjasama antar koperasi.
Pinjaman dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1995 menyebutkan bahwa “ Pinjaman adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan”.
Kegiatan usaha simpan pinjam ini disamakan dengan kegiatan usaha
pemberian kredit. Secara etimologis istilah kredit berasal dari bahasa lain
“credere”, “credo”, dan “creditum”, yang artinya kesemuanya tersbut adalah
kepercayaan, yang dalam bahasa Inggris disebut “faith” atau “trust”.7
Menurut Pasal 1 angka 11Undang-Undang Republik Nomor 10 Tahun
1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indoesia Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan, menyebutkan bahwa: “ Kredit adalah
7Rachmadi Usman, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, (selanjutnya disingkat Rachmadi Usman I), h. 236.
13
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Kesepakatan para pihak yang dituangkan yang dituangkan dalam
suatu perjanjian kredit akan melahirkan suatu perikatan diantara dua subjek
hukum. Perikatan diantara dua subjek hukum dapat lahir dari undang-undang
dan perjanjian. Definisi perikatan tidak diatur dalam Buku III Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (untuk di selanjutnya disebut KUHPerdata) tentang
Perikatan, tetapi definisi perikatan terdapat dalam pengetahuan ilmu hukum.
Perikatan yaitu suatu hubungan hukum dalam lapangan harta kekayaan antara
dua orang atau lebih dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak
yang lain berkewajibanatas sesuatu.
Hubungan hukum antara subjek hukum baru dapat dikatakan apabila
telah dipenuhi syarat berikut:
1. Adanya dasar hukum, yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum itu; dan
2. Timbulnya peristiwa hukum.8
Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka hubungan hukum tersebut
timbul dari perjanjian. Adapun Teori perjanjian (overeenkomst theorie) yang
dikemukakan oleh Thol dalam bukunya ”Das Handsrech” mengatakan; yang
menjadi dasar hukum mengikatnya adalah suatu perjanjian, yang merupakan
8R. Soeroso, 2000, Penghantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 269.
14
perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
dengan satu orang atau lebih.9Dalam Pasal 1313 KUHPerdatadiatur mengenai
perjanjian, yang menyebutkan bahwa: “ Suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih megikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih”. Adapun syarat sahnya suatu perjanjia, terdapat
dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan syarat-syarat:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
Unsur-unsur yang terdapat dalam bank, baik Bank Umum maupun
Bank Perkreditan Rakyat, dalam hal ini koperasi sebagai pemberi kredit dan
pemberi pinjaman (kreditur) kepada masyarakat sebagai penerima kredit
(debitur), yaitu:10
1. Kepercayaan: yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang
diberikannya kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai
dengan yang diperjanjikan pada waktu tertentu;
2. Waktu:yaitu jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan
pelunasannya, jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui
atau disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah peminjam dana;
9Ahmadi Miru, Sakka Pat, 2008, Hukum Perikatan, Penjelasan Makna pasal 1233 sampai 1456 BW, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 78.
10Ibid, h. 238.
15
3. Prestasi: yaitu adanya objek tertentu berupa prestasu dan kontraprestasi
pada saat tercapainya suatu persetujuan atau kesepakatan perjanjian
pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan
bunga atau imbalan;
4. Resiko: yaitu adanya resiko yang mungkin akan terjadi selama jangka
waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk
mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya
wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan
jaminan dan agunan.
Pengertian agunan menurut Pasal 1 angka 23 Undang-Undang
Republik Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Republik Indoesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan (untuk di
selanjutnya disebut UU Perbankan), menyebutkan bahwa: “ Agunan adalah
jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam
rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah”. Agunan ini berkaitan dengan barang. Sedangkan pengertian
jaminan terdapat pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, diberi arti lain,
yaitu “keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah
debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud
sesuai dengan diperjanjikan”.
Adapun perbedaan mengenai jaminan dan agunan yaitu pengertian
“jaminan”lebih luas daripada pengertian “agunan”, dimana agunan berkaitan
16
dengan “barang”, sementara “jaminan” tidak hanya berkaitan dengan barang,
tetapi berkaitan pula dengan character, capacity, capital, dan condition of
economy dari nasabah kreditur yang bersangkutan.11
Tetapi dalam hal pemberian kredit yang terjadi pada koperasi ini,
ditemukan adanya kredit macet yang dilakukan oleh debitur. Timbulnya
kredit macet ini diperlukan adanya proses penyelesaian antara koperasi
dengan pihak debitur.
Secara umum, Proses penyelesaian sengketa yang sudah dikenal sejak
lama adalah melalui proses litigasi di pengadilan. Proses litigasi cenderung
menghasilkan masalah baru karena sifatnya yang win-lose, tidak responsif,
time consuming proses berperkaranya, dan terbuka untuk umum. Seiring
dengan perkembangan zaman, proses penyelesaian sengketa di luar
pengadilan pun ikut berkembang.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan bersifat tertutup untuk
umum (close door session) dan kerahasiaan para pihak terjamin
(confidentiality), proses beracara lebih cepat dan efisien. Proses penyelesaian
sengketa di luar pengadilan ini menghindari kelambatan yang diakibatkan
prosedural dan administratif sebagaimana beracara di pengadilan umum dan
win-win solution. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini dinamakan
Alternatif Penyelesaian sengketa. Alternatif penyelesaian sengketa adalah
pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan berdasarkan kesepakatan
11Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, (selanjutnya disingkat Rachmadi Usman II), h. 67.
17
para pihak dengan mengesampingkan penyelesaian sengketa melalui proses
litigasi di pengadilan.
1.8 Metode Penelitian
a. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis
empiris yaitu penelitian di lapangan, guna meneliti pelaksanaan undang-
undang dalam prakteknya di masyarakat. Penelitian hukum empiris (non-
doktrinal) adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau
implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang,
kontrak) secara in-action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi
dalam masyarakat. Jadi penelitian hukum empiris memfokuskan pada
penelitian penerapan atau implementasi ketentuan hukum normatif (in-
abstracto) pada peristiwa hukum tertentu (in-concreto) dan hasilnya. 12
b. Jenis pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis empiris dengan menggunakan
pendekatan:
a. Pendekatan Fakta
Pendekatan fakta dengan melihat dan meneliti fakta-fakta yang ada di
lapangan mengenai kendala-kendala yang dihadapi koperasi simpan
pinjam dalam mengeksekusi jaminan kredit serta upaya penyelesaian
kredit macet pada koperasi simpan pinjam di Denpasar kemudian
dikaitkan dengan penerapan hukum yang berlaku.
12Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad I),h. 134.
18
b. Pendekatan Perundang-undangan
Pendekatan yang berdasarkan dengan menelaah semua undang-
undang.Yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang
ditangani.13 Maka undang-undang dikaitkan dengan permasalahan
kredit macet pada koperasi simpan pinjam.
c. Pendekatan Analisis Konsep Hukum(Analitical& Conseptual
Approach)
Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan
doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan
mempelajari pandangan-pandangan dan doktrim-doktrin di dalam ilmu
hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian
hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan
dengan isu yang dihadapi.14 Isu yang dihadapi yaitu terkait dengan
kendala-kendala yang dihadapi koperasi simpan pinjam dalam
mengeksekusi jaminan krdit serta upaya penyelesaian kredit macet pada
koperasi simpan pinjam
c.Sifat penelitian
Penelitian inibersifat deskriptif. Penelitian deskriptif pada penelitian
secara umum, termasuk pula di dalamnya penelitian ilmu hukum,
bertujuan menggambarkan secra tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan,
gejala, atau kelompok tertentu atau untuk menentukan ada tidaknya
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyrakat. Dalam
13Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 93.
14Ibid, h.95.
19
peneltian ini teori-teori, ketentuan peraturan, norma-norma hukum, karya
tulis, yang dimuat baik dalam literatur maupun jurnal, doktrin, serta
laporan penelitian terdahulu sudah mulai ada dan bahkan jumlahnya cukup
memadai, sehingga dalam penelitian ini hipotesis boleh ada atau boleh
juga tidak.
d. Sumber data
Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu
data primer dan data sekunder.
1. Sumber Data Primeradalah data yang bersumber dari penelitian
lapangan yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber utama
di lapangan yaitu baik dari responden maupun informan.:
a. Responden
Responden adalah orang-orang yang terkait langsung dengan
masalah penelitian. Maka Sumber data responden dalam peneltian
ini merupakan pihak koperasi yang dalam hal ini pihak Koperasi
Simpan Pinjam Sadguna, Denpasar Bali;
b. Informan
Informan adalah orang-orang yang dimafaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
2. Sumber Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian
kepustakaan (library reseach). Data sekunder antara lain mencakup
dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang
20
berwujud laporan dan sebagainya.15 Bahan hukum yang digunakan
untuk menunjang pembahasan permasalahan di atas, adalah bahan
hukum yang diperoleh dengan penelitian kepustakaan (library
research). Bahan hukum ini dibagi atas 3 (tiga) macam yaitu:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai
kekuata mengikat secara umum (perundang-undangan) atau
mempunyai kekuatan mengikat bagi berkepentingan (kontrak,
konvensi, dokumen hukum dan putusan hakim). Dalam hal ini bahn
hukum primer yang akan digunakan adalah:
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
- Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
- Undang-Undang Republik Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indoesia Nomor 7
Tahun 1992.
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995
tentang PelaksanaanKegiatan Usaha Simpan Pinjam.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer seperti literatur, hasil-hasil penelitian
atau pendapat pakar hukum. Dalam penulisan ini sendiri nantinya
15Amiruddin Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 30.
21
akan digunakan buku literatur yang terkait dengan permasalahan
yang dibahas, yaitu buku literatur mengenai Hukum Koperasi ,
Khususnya yang terkait dalam penyelesaian kredit macet dalam hal
pemberian kredit tanpa agunan pada koperasi.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
(rancangan undang-undang, kamus hukum, dan ensiklopedia).16
e.Teknik pengumpulan data hukum
Dalam suatu penelitian, terdapat beberapa teknik pengumpulan data
yaitu melalui studi dokumen, wawancara, observasi, dan penyebaran
kuisioner/angket. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik Studi Dokumen
Teknik studi dokumen merupakan teknik awal yang digunakan dalam
setiap penelitian ilmu hukum, baik dalam penelitian hukum normatif
maupun dalam penelitian hukum empiris, karena meskipun aspeknya
berbeda namun keduanya adalah penelitian ilmu hukum yang selalu
bertolak dari premis normatif. Studi dokumen dilakukan atas bahan-
bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian.
16Ibid, h.31.
22
2. Teknik Wawancara (interview)
Wawancara merupakan salah satu teknik yang sering dan paling lazim
digunakan dalam penelitian hukum empiris. Dalam kegiatan ilmiah,
wawancara dilakukan bukan sekedar bertanya pada seseorang,
melainkan dilakukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untu
memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian
kepada responden maupun informan.17
f. Teknik penentuan sampel penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Non
Probability Sampling yaitu tidak ada ketentuan yang pasti berupa sampel
yang harus diambil agar dapat dianggap mewakili populasinya. Hasil
penelitian yang menggunakan teknik pengambilan sampel seperti ini tidak
dapat digunakan untuk membuat generslisasi tentang populasinya, karena
tidak semua elemen dalam populasi mendapat kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel. Bentuk Non Probability Sampling yang digunakan
ialah Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah penarikan sampel
dilakukan berdasarkan tujuan tertentu yaitu sampel dipilih atau ditentukan
sendiri oleh si peneliti, yang mana penunjukan dan pemilihan sampel
didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-
sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari
populasinya.
17Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 82.
23
Dapat ditarik 3 sampelsebagai penelitian yaitu:
1. Koperasi Simpan Pinjam Sadguna, Jl. Pralina No.15, Denpasar.
2. Koperasi Simpan Pinjam Dharma Siaga, Jl. Teuku Umar No.347,
Denpasar.
3. Koperasi Simpan Pinjam Arta Pandawa, Jl. Seroja No.32, Denpasar.
g. Teknik pengolahan dan analisis data
Dalam penelitian ini setelah data-data terkumpul, baik data lapangan
maupun data kepustakaan diklarifikasikan secara kualitatif yaitu
keseluruhan data yang terkumpul baik baik dari data primer maupun data
sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara
sistimatis, digolongan dalam pola dan thema, diklasifikasikan,
dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilakukan iterpretasi
untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan
penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas
data. Setelah diolah dan dianalisis kemudian hasilnya disajikan secara
deskriptif analisis yaitu memaparkan secara lengkap dan mendetail aspek-
aspek tertentu yang berkaitan atau yang bersangkut paut dengan masalah,
diberikan uraian-uraian dan disajikan secara berurutan sesuai dengan data
yang pada akhirnya menjadi skripsi.