bab i pendahuluan 1.1. latar belakang...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam berinteraksi, prinsip kesantunan dalam berbahasa yang sangat memperhatikan perasaan orang lain menjadi hal penting demi keharmonisan sosial. Akan tetapi, prinsip kesantunan tersebut, pada praktiknya bisa dilanggar oleh penutur. Semakin pesatnya penggunaan teknologi komunikasi, internet atau dunia maya menjadi wadah baru yang berisiko bagi aksi untuk mengungkapkan hal-hal yang dapat dinilai tidak santun secara terbuka. Dalam penelitian ini, ketidaksantunan diduga kerap disampaikan oleh kelompok yang menamakan diri haters (pembenci) salah satu artis terkenal di Indonesia. Kebebasan berekspresi, dewasa ini, juga diduga menjadi salah satu latar belakang para pelaku menggungkapkan ketidaksukaannya pada sesuatu, termasuk para haters. Istilah haters dibentuk dari kata berbahasa Inggris hate ditambah dengan akhiran –er. Kata haters mengikuti pola kata player, eater, ataupun walker, di mana dalam bahasa Inggris apabila bentuk dasar dilekatkan dengan imbuhan akhir –er, kata tersebut memiliki arti ‘pelaku’, sehingga kata player berarti ‘pemain’, eater berarti ‘pemakan’, dan walker berarti ‘pejalan kaki’. Dengan begitu kata haters menjadi kata populer di Indonesia untuk memberikan arti ‘pembenci’ dengan akhiran –s yang berarti jamak menjadi ‘pembenci- pembenci’.

Upload: leduong

Post on 03-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dalam berinteraksi, prinsip kesantunan dalam berbahasa yang sangat

memperhatikan perasaan orang lain menjadi hal penting demi keharmonisan

sosial. Akan tetapi, prinsip kesantunan tersebut, pada praktiknya bisa dilanggar

oleh penutur. Semakin pesatnya penggunaan teknologi komunikasi, internet atau

dunia maya menjadi wadah baru yang berisiko bagi aksi untuk mengungkapkan

hal-hal yang dapat dinilai tidak santun secara terbuka.

Dalam penelitian ini, ketidaksantunan diduga kerap disampaikan oleh

kelompok yang menamakan diri haters (pembenci) salah satu artis terkenal di

Indonesia. Kebebasan berekspresi, dewasa ini, juga diduga menjadi salah satu

latar belakang para pelaku menggungkapkan ketidaksukaannya pada sesuatu,

termasuk para haters. Istilah haters dibentuk dari kata berbahasa Inggris hate

ditambah dengan akhiran –er. Kata haters mengikuti pola kata player, eater,

ataupun walker, di mana dalam bahasa Inggris apabila bentuk dasar dilekatkan

dengan imbuhan akhir –er, kata tersebut memiliki arti ‘pelaku’, sehingga kata

player berarti ‘pemain’, eater berarti ‘pemakan’, dan walker berarti ‘pejalan kaki’.

Dengan begitu kata haters menjadi kata populer di Indonesia untuk memberikan

arti ‘pembenci’ dengan akhiran –s yang berarti jamak menjadi ‘pembenci-

pembenci’.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

2

 

Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

banyak, artis-artis itu juga memiliki haters. Salah satu komunitas haters yang

cukup banyak pengikutnya adalah haters Ayu Ting Ting (ATT). ATT dikabarkan

memiliki jumlah haters kedua terbesar di Indonesia setelah Mulan Jameela. Hal

ini tampak dari jumlah pengikut di jejaring sosial Instagram hingga mencapai

puluhan ribu dan telah mencapai lebih dari 500 unggahan, seperti akun Instagram

@ayting_nyablak_nemplok, @komentatorpedas, @dramakuin dan

@ayutingtliciousgresekgrepek.

Salah satu contoh tuturan yang pernah disampaikan oleh salah satu

pengikut akun haters @ayting_nyablak_nemplok sebagai berikut.

(1) Masi anak siji da kendor kek nenek2 #boikotayutingting

(2) Anak satu tapi yg ditetein banyak. Namanya juga pelacur (Datum 1.a)

Tuturan (1) disampaikan untuk mengomentari gambar 1, sementara

tuturan (2) tampak mendukung dan merespons tuturan sebelumnya. Gambar di

Gambar 1: Datum 1

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

3

 

atas merupakan konteks visual yang diunggah untuk menjadi acuan tuturan (1)

dan (2). Pada gambar tersebut terlihat adanya penambahan tanda khusus berupa

tanda panah () berwarna merah yang menunjuk pada payudara Ayu Ting Ting.

Kata kendor dalam tuturan (1) belum tentu bisa dimengerti apabila pembaca tidak

memberhatikan konteks visual tersebut. Kata tersebut mengacu pada tanda panah

yang sengaja dihadirkan oleh pengunggah. Ada indikasi tidak santun dalam

menyampaikan tidak suka terhadap Ayu Ting Ting. Hal ini dinilai melalui (1)

topik pembicaraan yang sangat intim dan pribadi sengaja diangkat untuk

menghina, serta (2) ejekan pelacur untuk ATT. Pelacur adalah sebutan untuk

Wanita Tuna Susila (WTS).

(3) Nah... sopo mau bisnis ama ubul tukibul... Hati” ntar ujung ujung ne atiit atii.... coZ pan ubul mata uangan... Nyang penting uang uang uang. Sahabat no belakang. #boikotayuayutingting

(Datum 8) Tuturan (3) disampaikan oleh akun @ayting_nyablak_nemplok. Pada

tuturan tersebut terdapat variasi bahasa, yaitu kata tukibul yang merupakan

kependekan dari bahasa gaul “tukang kibul” artinya “tukang bohong”.

Penggunaan kata ini sekaligus menunjukkan adanya indikasi penghinaan juga

disampaikan untuk memengaruhi pembaca agar memiliki pikiran yang sama

tentang Ayu Ting Ting.

Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan teori ketidaksantunan

dengan perspektif Jonathan Culpeper. Culpeper memiliki konsep praktik-praktik

ketidaksantunan yang mengancam muka (harga diri) sasaran. Hal ini sejalan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

4

 

dengan dugaan bahwa keempat akun haters tersebut memang sengaja dibuat

untuk menyerang harga diri Ayu Ting Ting.

Dengan demikian, tuturan ketidaksantunan ini akan dianalisis secara

menyeluruh untuk melihat peran linguistik dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal

yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah struktur wacana yang membentuk

ketidaksantunan, variasi bentuk kebahasaan yang dipakai oleh empat akun

Instagram kelompok haters ATT, strategi ketidaksantunan dalam mengungkapkan

ujaran, dan faktor-faktor yang mendukung kemunculan ketidaksantunan itu.

Struktur wacana dideskripsikan untuk melihat konteks visual yang

memicu ketidaksantunan dalam bertutur. Aspek-aspek kebahasaan berperan untuk

melihat adanya dinamika pemilihan kata, proses pembentukan kata, pengaruh

satuan lingual, penggunaan gaya bahasa, dan juga perubahan nilai rasa semantis

sebagai implikasi dari berkembangnya kreativitas penutur. Selain itu, untuk

melihat daya pragmatisnya, strategi ketidaksantunan berperan untuk melihat

variasi ekspresi berbahasa oleh para haters di media sosial melalui teori

ketidaksantunan dari Jonathan Culpeper. Faktor-faktor yang menyebabkan

kemunculan tuturan kebencian oleh haters Ayu Ting Ting akan dideskripsikan

dengan memperhatikan sejumlah aspek situasi tutur.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

5

 

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, dapat

dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

a. Bagimana struktur wacana yang menjadi pemicu ketidaksantunan dalam

bertutur oleh akun haters Ayu Ting Ting di Instagram?

b. Bagaimana bentuk-bentuk kebahasaan yang dipakai dalam tindak

ketidaksantunan berbahasa oleh haters Ayu Ting Ting (ATT) dalam akun

Instagram?

c. Bagaimana strategi ketidaksantunan yang dipakai oleh haters ATT dalam

akun Instagram?

d. Apa faktor-faktor pendorong terjadinya ketidaksantunan bertutur yang

dilakukan oleh haters ATT itu bisa terjadi?

1.3. Tujuan Penelitian

Ada dua tujuan penelitian ini, yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis.

Secara teoretis, penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan struktur wacana yang

membentuk ketidaksantunan yang disampaikan oleh haters Ayu Ting Ting dalam

akun Instagram, menguraikan bentuk-bentuk kebahasaan yang dipakai dalam

ketidaksantunan oleh para haters Ayu Ting Ting, mendeskripsikan strategi

ketidaksantunan dalam tuturan oleh haters Ayu Ting Ting dalam akun Instagram,

dan menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya tuturan

ketidaksantunan oleh haters Ayu Ting Ting di Instagram.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

6

 

Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan

mengenai studi linguistik dengan memperhatikan kajian pragmatik juga mencakup

struktural bahasa agar penelitian ini menjadi menyeluruh. Selain itu, diharapkan

pula dapat memembantu memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-sehari, khususnya ketidaksantunan dalam berbahasa. Hasil penelitian yang

berupa ulasan tentang strategi ketidaksantunan sebagai variasi ekspresi

kebahasaan ini diharapkan dapat digunakan untuk membantu para ahli bahasa saat

memberi kesaksian di pengadilan bila ujaran kebencian berkembang menjadi

kasus hukum. Hasil penelitian berupa faktor-faktor yang mendorong munculnya

ketidaksantunan diharapkan dapat menerangjelaskan tentang komponen tutur

yang berperan dalam penciptaan tuturan kebencian di media sosial.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik ketidaksantunan berbahasa

Indonesia oleh masyarakat di dunia maya, khususnya pada kelompok anti ATT

yang ditunjukkan di media sosial Instagram, dengan cara mendeskripsikan

struktur wacana, aspek-aspek kebahasaan, strategi ketidaksantunan, dan faktor-

faktor yang mendukung lahirnya tuturan tersebut. Adapun empat akun kelompok

haters Ayu Ting Ting di media sosial Instagram yang menjadi objek dalam

penelitian ini adalah @ayting_nyablak_nemplok, @komentatorpedas,

@dramakuin dan @aytingliciousgresekgrepe.  Keempat akun tersebut dipilih

untuk karena memiliki jumlah pengikut yang banyak dan aktif mengirim

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

7

 

unggahan ke dalam akunnya. Selain itu, dipilih empat akun untuk menjamin

tersediaan data bila terjadi retas di salah satu akun Instagram.

Dalam penelitian ini, data berasal dari tuturan-tuturan dalam bentuk

tulisan, baik tuturan di kolom keterangan unggahan maupun komentar-komentar

yang ditulis oleh para pengikutnya.

1.5. Tinjauan Pustaka

Sebelum penelitian ini dilakukan, beberapa kepustakaan berhasil

dikumpulkan untuk melihat perkembangan penelitian terkait ujaran kebencian

dalam bidang ilmu linguistik.

Sebuah tesis yang berjudul “Ungkapan Kebencian yang Muncul pada

Fenomena Islamophobia di United Kingdom” telah ditulis oleh Dwi Puji Lestari

pada 2016 silam. Tesis dari Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada tersebut dilakukan untuk

mengetahui bagaimana orang-orang non-muslim yang tinggal di Inggris

menggungkapkan kebenciannya terhadap umat muslim di Inggris. Penelitian ini

menjawab dua masalah, yaitu menjelaskan strategi ketidasantunan dalam

ungkapan kebencian pada fenomena Islamophobia di United Kingdom dan

mendeskripsikan penerapan ilokusi yang ditunjukkan dalam ungkapan-ungkapan

kebencian pada koran elektronik yang memuat berita mengenai Islamophobia di

United Kingdom. Adapaun data diambil dari laporan-laporan insiden kejahatan

kebencian (hate crime) di selutruh koran-koran elektronik di Inggris pada 2014

dan 2015, baik berupa kata, frasa, maupun kalimat. Kemudian, untuk menjawab

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

8

 

masalah, data tersebut dianalisis dengan dua teori, yaitu teori ketidaksantunan

Jonathan Culpeper dan teori tindak tutur Austin.

Adapun tesis berjudul “Tuturan Penghinaan dan Pencemaran Nama Baik

dalam Bahasa Indonesia” ditulis oleh Ratna Muthia (2015) dari program studi

Ilmu Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Penelitian

tersebut menjawab tiga masalah, yaitu mendeskripsikan bentuk-bentuk tuturan,

variasi ekspresi tuturan, dan menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan

munculnya tuturan penghinaan dan pencemaran nama baik dalam Bahasa

Indonesia di media sosial. Pada tesis ini, untuk menentukan jenis-jenis kalimat

dalam tuturan penghinaan dan pencemaran nama baik, data dianalisis dengan

metode padan refrensial. Untuk menentukan makna dan gaya bahasa digunakan

teknik bagi unsur langsung pada metode agih dan metode padan pragmatis.

Sementara itu, variasi ekspresi dalam tuturan dianalisis dengan strategi heuristic.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan munculnya tuturan penghinaan dan

pencemaran nama baik dianalisis dengan menggunakan teori SPEAKING. Hasil

analisis disajikan dengan metode informal. Data penelitian ini berasal dari tuturan

penghinaan dan pencemaran nama baik yang penuturnya dilaporkan ke pihak

kepolisian dengan tuduhan melanggar pasal 27 ayat (3) UU no. 11 tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Tesis tentang ketidaksantunan juga pernah ditulis oleh Moh. Al. Qorror

Al-Khasy, yakni berjudul “Kekerasan Verbal dalam Debat Sunni-Syi’ah: Studi

Ketidaksantunan Berbahasa dalam al-Munazarat baina Fuqaha as-Sunnah wa

Fuqaha asy-Syi’ah”. Ada tiga masalah dalam tesis tersebut, yaitu bagaimana

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

9

 

bentuk strategi ketidaksantunan dalam debat Sunni-Syi’ah, bagaimana fungsi

ketidaksantunan berbahasa yang mengarah pada terjadinya kekerasan verbal

dalam debat Sunni-Syi’ah, dan mengapa bisa terjadi kekerasan verbal dalam debat

Sunni-Syi’ah.

Dari pemaparan tentang penelitian-penelitian di atas, kajian ujaran

kebencian sebagai ketidaksantunan berbahasa dalam bahasa Indonesia, khususnya

di media sosial, masih perlu untuk dikaji. Berbeda dengan penelitian-penelitian

sebelumnya, penelitian ini berfokus kepada perilaku berbahasa yang tidak santun

di media sosial dalam studi kasus haters Ayu Ting Ting di situs jejaring sosial

Instagram.

1.6. Landasan Teori

1.6.1 Teori Ketidaksantunan Jonathan Culpeper

Ketidaksantunan dalam bertutur milik Culperper tercetus dari teori

kesantunan milik Brown-Levinson. Kesantunan berbahasa tersebut berorientasi

pada tindak penyelamatan muka (face). Kata “muka” (face) tidak mengaju pada

bentuk rupa fisik, tetapi muka dalam arti public image, atau masyarakat Indonesia

memandangnya sebagai “harga diri” ataupun “nama baik”. Sebagai istilah teknis,

muka merupakan wujud pribadi seseorang dalam masyarakat. Muka mengacu

pada makna sosial dan emosional yang setiap orang harus memiliki dan

mengharapkan orang lain untuk mengetahui.

Kesantunan dalam suatu interaksi dapat didefinisikan sebagai alat yang

digunakan untuk menunjukkan kesadaran tentang muka orang lain (Yule,

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

10

 

1996:104). Jika sebuah tuturan akan digambarkan sebagai ancaman terhadap

muka orang lain, penutur dapat mengatakan sesuatu untuk mengurangi

kemungkinan ancaman itu, tindakan itu disebut sebagai tindak penyelamatan

muka. Kemungkinan lain, jika seorang penutur menyatakan sesuatu yang

mengandung suatu ancaman terhadap harapan-harapan individu lain, berkenaan

dengan nama baik, pernyataan ini dideskripsikan sebagai tindak pengancaman

muka (face threatening act/FTA). Tindak pengancaman muka (FTA), bagi

Brown-Levinson, disebut sebagai pelanggaran terhadap kesantunan. Culpeper lalu

menamai FTA sebagai ketidaksantunan (impoliteness).

Ada dua macam muka yang bisa ditunjukkan ketika melakukan tindak

penyelamatan muka, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka positif seseorang

adalah kebutuhan untuk dapat diterima, jika mungkin disukai oleh orang lain,

diperlakukan sebagai anggota dari kelompok yang sama, dan mengetahui bahwa

keinginannya dimiliki bersama dengan yang lainnya. Sementara itu, muka negatif

adalah kebutuhan untuk merdeka, memiliki kebebasan bertindak, dan tidak

tertekan oleh orang lain. Dengan kata lain, muka negatif ialah keinginan citra diri

yang berorientasi pada tuntutan individu akan kebebasan bersikap serta aman dari

paksaan atau gangguan. Kata ‘negatif’ di sini bukan berarti buruk, melainkan

untuk menunjukkan bentuk lain dari muka positif (Yule, 1996:107.

Tindak penyelamatan muka yang diwujudkan dengan muka negatif akan

cenderung menunjukkan rasa hormat, menekankan pentingnya minat dan waktu

orang lain, dan bahkan termasuk permintaan maaf atas pemaksaan atau penyelaan.

Tindak tutur seperti ini disebut kesopanan negatif. Sedangkan tindak

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

11

 

penyelamatan muka yang diwujudkan dengan muka positif akan cenderung

memperlihatkan arasa kesetiakawanan, kesepakatan kedua penutur menginginkan

sesuatu yang sama dan mereka memiliki suatu tujuan yang sama. Tindakan

semacam ini dinamakan kesopanan positif.

Pada perkembangannya, Culpeper (1995:356—358) merumuskan

berbagai strategi ketika melakukan tindak penyerangan terhadap muka, yang

dikenal dengan strategi ketidaksantunan. Istilah “strategi” dipahami sebagai cara

untuk mencapai tujuan dalam sebuah interaksi pada suatu konteks tertentu.

a) Bald on Record

Bald on record adalah tindakan menyerang harga diri dengan cara

mengutarakannya secara langsung, jelas, tidak ambigu, dan ringkas dalam

keadaan pengancaman harga diri yang tidak diminimalkan.

b) Positive Impoliteness

Tindak tutur ini merupakan strategi pengancaman muka yang digunakan

untuk merusak harga diri/muka. Bentuk-bentuk dari strategi ketidaksantunan

positif ini (output of positive impoliteness), misalnya (1) mengabaikan, menghina,

dan tidak mengakui keberadaan orang lain; (2) mengeluarkan lawan tutur dari

aktivitas tertentu; (3) tidak menyatu dengan yang lain, misalnya menolak

bersepakat atau enggan duduk bersama; (4) menunjukkan ketidakpedulian dan

ketidaktertarikan; (5) menggunakan julukan yang tidak pantas pada lawan tutur;

(6) menggunakan bahasa atau julukan yang tidak diketahui oleh pihak “lain”

sehingga ia merasa kebingungan; (7) mencari-cari ketidaksetujuan misalnya

dalam topik yang sensitif; (8) membuat lawan tutur tidak nyaman, misalnya

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

12

 

dengan membuat keributan, bercanda yang berlebihan, atau bahkan sedikit

berbicara; (9) menggunakan bahasa tabu seperti bahasa yang kasar dan jorok; (10)

memanggil lawan bicara dengan nama lain yang menunjukkan penghinaan. Pada

perkembangannya, tindak tutur (11) mengkritik tajam atau komplain, serta (12)

mengajukan pertanyaan yang tidak mengenakan dan mengandung prasangka juga

masuk ke dalam ketidaksantunan ini.

c) Negative impoliteness

Negative impoliteness atau ketidaksantunan negatif adalah strategi tindak

pengancaman harga diri dengan dapat dilakukan dengan cara (1) menakut-nakuti

lawan tutur dengan cara menanamkan kepercayaan bahwa perbuatan lawan tutur

yang merusak orang lain akan terjadi; (2) merendahkan dan mencemooh, yaitu

mengecilkan mitra tutur, memberi tekanan, dan tidak menganggap serius; (3)

melanggar jarak hubungan dengan mitra tutur seperti melebih-lebihkan jarak yang

semestinya (atau sok kenal, sok dekat) dan berbicara topik yang sangat intim; (4)

mengungkapkan secara langsung bahwa mitra tutur emiliki hutang atau berhutang

budi pada penutur; dan (5) melanggar struktur percakapan, misalnya memberikan

instruksi dengan tujuan merusak percakapan. Selain itu, dengan (6) memaksa

penerima untuk mengikuti maksud penutur (message enforce), (7) mengancam

dan memperingatkan, serta (8) menunjukkan ekspresi negatif (negative

expressive) berupa kutukan sumpah, dan harapan buruk juga merupakan bentuk-

bentuk dari ketidaksantunan ini.

d) Sarcasm or mock politeness

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

13

 

Yang dimaksud dengan ketidaksantunan ini adalah sarkasme atau

kesantunan yang dibuat-buat. Tindak tutur ini seolah-olah menggunakan

kesantuan padahal tidak demikian maksudnya (bermuka dua). Sarkasme dipahami

sebagai konsep ironi yang dapat merusak keharmonisan sosial. Dengan kata lain,

berpura-pura sopan dalam strategi ini memang dipakai untuk menyerang harga

diri orang lain. Hal tersebut berbeda dengan tindak banter (olok-olok atau

bergurau) yang berkata dengan tidak sopan namun tidak merusak keharmonisan

sosial. Culpeper menyebut tindak tutur ini sebagai meta-strategi karena

penggunaan strategi ini cenderung bermuka dua dan harus dikaji secara

mendalam.

e) Withhold Politeness (Penahanan Kesopanan)

Tindak tutur ini merupakan upaya untuk meniadakan kesopanan yang

diharapkan, misalnya dengan sengaja menghilangkan ucapan ‘terima kasih’

kepada seseorang yang telah membantu. Hal tersebut disebut ketidaksantunan

yang disengaja (deliberate impoltiness).

f) Off-record Impoliteness

Tindak tutur ini disebut juga ketidaksantunan yang tidak langsung. Hal

tersebut merupakan bentuk tuturan implikatif yang menekankan pada maksud

tertentu dibandingkan dengan maksud lainnya.

Culpeper merupakan pengamat kediaksantunan dalam berbahasa. Ia

berpendapat bahwa disebut ketidaksantunan bila (1) penutur memang bermaksud

menyerang harga diri pembaca, pendengar atau mitra tuturnya, dalam hal ini

adalah sasaran kebencian yaitu Ayu Ting Ting, (2) pendengar atau mitra tuturnya,

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

14

 

dalam hal ini Ayu Ting Ting, merasa atau menyadari bahwa tindakan penutur

bertujuan untuk menyerang mukanya, atau (3) kombinasi keduanya.

Ketidaksantunan memiliki dua sandaran, yakni informasi yang tidak

mengenakkan dan menyakiti hati yang diekspresikan lewat tuturan dan informasi

tersebut memang diekspresikan denga tujuan tersebut (Culpeper, 2005:38—39).

1.6.2 Situasi Tutur

Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Dengan demikian

tuturan adalah akibat, sedangkan situasi tutur adalah sebabnya. Di dalam

komunikasi, tidak ada tuturan tanpa situasi tutur. Oleh sebab itu, maksud tuturan

yang sebenarnya dapat diketahui bila mengetahui situasi tutur yang

melatarbelakanginya.

Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan di atas, situasi tutur

menghadirkan bermacam-macam makna yang yang terdapat dalam tuturan.

Sejumlah aspek-aspek dalam situasi tutur penting dikemukakan untuk mengetahui

latar belakang lahirnya sebuah tuturan. Wijana (2011:15—17) mengemukakan

aspek-aspek tersebut adalah.

1. Penutur (n) dan Petutur (t)

Di dalam linguistik, ihwal sopan santun berkenaan dengan dengan

hubungan antarpemeran serta yang dinamakan “diri” dan “lain”. Dalam

percakapan, “diri” biasanya diidentifikan dengan n (penutur), dan “lain” lazimnya

diidentifikasi dengan t. Akan tetapi, penutur juga dapat menunjukkan sopan

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

15

 

santun kepada pihak ketiga yang hadir ataupun tidak hadir dalam situasi ujar yang

bersangkutan (Leech, 1993:206).

Oleh sebab itu, nama “lain” tidak hanya berlaku untuk pemeran serta

yang disapa, tetapi juga untuk mereka yang ditandai dengan kata ganti persona

ketiga. Leech melanjutkan, penting atau tidaknya perilaku sopan santun yang

ditunjukkan kepada pihak ketiga tentunya beragam dan ditentukan oleh beberapa

faktor: faktor kunci adalah apakah pihak ketiga hadir atau tidak. Faktor lainnya

ialah apakah pihak ketiga di bawah pengaruh n atau di bawah pengaruh t.

Misalnya, n harus lebih sopan bila membicarakan istri t daripada membicarakan

istri n sendiri. Namun, hal ini harus memperhatikan faktor-faktor budaya yang

menyertainya.

Dalam penelitian ini, nama “diri” ialah penutur n yakni empat akun

Instagram haters Ayu Ting Ting yang menulis kolom keterangan unggahan

(caption), sementara nama “lain” atau petutur t berkenaan dengan orang-orang

yang berkomentar dan juga pihak ketiga yang dibicarakan, yaitu Ayu Ting Ting.

Untuk itulah kajian ini akan membicarakan ketidaksantunan dalam berbahasa

ketika para haters menunjukkan rasa tidak suka terhadap Ayu Ting Ting di ruang

publik atau media sosial Instagram.

2. Konteks Tuturan

Konteks tuturan adalah semua aspek fisik atau aspek sosial yang relevan

dari tuturan yang bersangkutan. Di dalam pragmatik konteks pada hakekatnya

adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami

bersama oleh penutur dan mitra tuturnya.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

16

 

3. Tujuan Tuturan

Di dalam pragmatik, berbicara merupakan aktivitas yang berorientasi

pada tujuan (goal oriented activities). Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh

penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan. Bentuk-bentuk tuturan pun

dapat bermacam-macam untuk menyatakan maksud yang sama. Sebaliknya,

berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama.

4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas

Pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih konkret,

tidak abstrak seperti pada studi sintaksis ataupun semantik. Pada tingkat yang

lebih konkret, pragmatik memiliki entitas pentur dan mitra tutur yang lebih jelas,

serta waktu dan tempat pengutaraannya.

5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal

Tuturan yang dipakai dalam rangka pragmatik merupakan bentuk dari

tindak tutur. Tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal.

Penelitian ini menggunakan teori pragmatik sebagai teori dasar.

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara

eksternal, yaitu bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi

(Wijana, 2011:4). Pragmatik mempelajari makna secara eksternal. Artinya, di

dalam pragmatik, makna tentulah terikat oleh konteks (context dependent) dan

kajian pragmatik bertujuan untuk mengkaji maksud penutur (speaker meaning dan

speaker sense).

Serupa dengan hal tersebut, Yule (1996:3—4) menjelaskan empat ruang

lingkup yang tercakup dalam pragmatik. Pertama, pragmatik adalah studi tentang

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

17

 

makna yang disampaikan oleh penutur (penulis). Oleh sebab itu, studi ini lebih

banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan

tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang

digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud

penutur.

Kedua, pragmatik, menurutnya, merupakan studi yang perlu melibatkan

penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus

dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan

suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin

dikatakan dan disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan,

dan dalam keadaan apa. Untuk itulah, Yule mengatakan bahwa pragmatik adalah

studi makna kontekstual.

Ketiga, pendekatan itu juga perlu menyelidiki bagaimana cara pendengar

dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu

interpretasi makna yang dimaksudkan oleh penutur. Tipe studi ini, kata Yule,

menggali betapa banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian

yang disampaikan. Oleh sebab itu, studi pragmatik menggali lebih banyak yang

disampaikan daripada yang dituturkan. Keempat, studi tentang tuturan ini juga

dipakai untuk mengungkapkan jarak hubungan. Keakraban, baik keakraban fisik,

sosial, atau konseptual, menyiratkan adanya pengalaman yang sama.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

18

 

1.7. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode linguistik deskriptif dengan bentuk

kualitatif. Sudaryanto (1998:62) mengatakan, metode linguistik deskriptif adalah

sebuah metode dengan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta dan hubungan kausal dari bahan yang dianalisis. Sementara

itu, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menganalisis data yang ada,

tanpa mengurangi atau menambah sesuai dengan sifat data yang alamiah. Data

yang dianalisis tersebut akan diuraikan dalam bentuk kata-kata ataupun kalimat

berdasarkan data di lapangan. Penelitian ini memerikan data bahasa berdasarkan

jenisnya, bukan berdasarkan jumlah. Metode penelitian ini terdiri atas tiga

tahapan, yaitu metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode

penyajian hasil analisis data.

Data penelitian ini berasal dari tuturan-tuturan yang berasal dari empat

akun Instagram haters Ayu Ting Ting, yakni @ayting_nyablak_nemplok,

@komentatorpedas, @dramakuin dan @aytingliciousgresekgrepe. Untuk

memperoleh data, peneliti harus memiliki akun Instagram terlebih dahulu, baru

bisa mengakses Instagram. Setelah itu, dengan akun Instagram itu, peneliti dapat

mengikuti keempat akun haters Ayu Ting Ting tersebut, sehingga dapat

mengetahui dan mengakses setiap foto, tuturan keterangan, dan tuturan komentar

yang diunggah oleh haters.

Data dikumpulkan dengan metode simak, yakni dengan menyimak

penggunaan bahasa tanpa intervensi dari peneliti. Adapun teknik yang digunakan

adalah teknik sadap, yaitu dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

19

 

beberapa orang. Dalam hal ini penyadapan dilakukan terhadap penggunaan bahasa

secara tertulis. Alat penentunya adalah intuisi kebahasaan peneliti sebagai penutur

asli bahasa yang diteliti, yaitu bahasa Indonesia. Intuisi kebahasaan adalah

kesadaran penuh yang tak terumuskan, tetapi terpercaya, terhadap apa dan

bagaimana kenyataan yang bersifat kebahasaan (Kesuma, 2007:56).

Data-data tersebut terdiri atas objek penelitian dan konteks visualnya.

Objek penelitian ini berupa kata, kalimat, dan wacana, sedangkan konteks tuturan

berisi latar belakang situasi yang terungkap dalam gambar yang diunggahnya.

Selanjutnya, tiap-tiap kasus dari keseluruhan data yang telah terkumpul dicatat

oleh peneliti ke dalam kartu data sehingga siap untuk dideskripsikan dalam

analisis data.

Setelah semua data dirangkum dalam kartu data, tiap-tiap datum

dianalisis bentuk-bentuk aspek kebahasaan dan variasi strateginya, serta faktor-

faktor tuturan ketidaksantunan.

Pada tahap analisis data, metode yang dipakai adalah metode padan

pragmatis dan metode agih. Metode padan pragmatis adalah metode yang alat

penentunya lawan atau mitra wicara (Kesuma, 2007:49). Metode ini digunakan

untuk mengidentifikasi satuan kebahasaan menurut reaksi atau akibat dari sebuah

tuturan. Dalam mempraktikkan metode ini, teknik yang digunakan adalah teknik

daya pilah pragmatis pula, yakni daya pilah yang menggunakan mitra wicara

sebagai alat penentu.

Sementara itu, ada beberapa tuturan yang perlu dianalisis dengan

menggunakan metode agih, yaitu metode yang alat penentunya ada didalam dan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

20

 

merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Dalam metode ini digunakan teknik

bagi unsur langsung, yaitu teknik analisis data dengan cara membagi sutau

kontruksi menjadi beberapa bagian atau unsur sehingga membentuk konstruksi

yang dimaksud (Kesuma, 2007:54—55). Alat penetunya adalah intuisi

kebahasaan peneliti terhadap bahasa yang diteliti. Dengan menggunakan teknik

ini, diharapkan tuturan dapat terbaca dengan baik sehingga maksud penutur pun

dapat diketahui.

Setelah data dianalisis sesuai dengan masalah-masalah yang telah

diungkapkan, hasil penelitian ini akan disajikan dalam kalimat-kalimat biasa.

Teknik keseluruhan yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik catat,

yakni mencatat data yang diperoleh dari sumber data, lalu

mendokumentasikannya dalam kartu data untuk segera diklasifikasi menurut

bentuk-bentuk aspek kebahasaan yang menunjukkan ketidaksantunan, strategi

ketidaksantunan sebagai variasi ekspresi, dan faktor-faktor munculnya

ketidaksantunan oleh haters ATT.

1.8. Sistematika Laporan Penelitian

Penelitian ini disajikan dalam lima bab. Bab I adalah pendahulan yang

berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup

masalah, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika

laporan penelitian. Bab II merupakan penjelasan tentang struktur wacana

ketidaksantunan oleh haters Ayu Ting Ting. Adapaun Bab III berisi uraian

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitianetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/128121/potongan/S2-2017...Sebagai public figure, selain memiliki penggemar (fans) yang sangat

21

 

tentang bentuk-bentuk kebahasaan yang dipakai dalam tindak tutur

ketidaksantunan berbahasa oleh haters Ayu Ting Ting dalam akun Instagram.

Selanjutnya, Bab IV berisi penjrlaskan tentang strategi ketidaksantunan

berbahasa yang ditunjukkan oleh haters Ayu Ting Ting dalam akun Instagram.

Bab V berisi tentang penjelasan mengenai faktor-faktor yang mendorong

ketidaksantunan dalam bertutur oleh haters Ayu Ting Ting di Instagram. Terakhir,

bab VI ialah kesimpulan.