bab i pendahuluan 1.1 latar belakang penelitian semakin

48
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya perkembangan perekonomian negara-negara berkembang, termasuk Indonesia juga semakin gencar dan giat membangun di segala bidang. Bukan saja di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang lainnya yang ditujukan untuk kemakmuran rakyatnya. Pembangunan di Indonesia diprioritaskan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan segenap rakyat Indonesia agar lebih maju dan merata. Sebagai suatu perusahaan yang berorientasi laba serta diorganisasikan dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat, pada dasarnya perusahaaan selalu berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan menggunakan segala kemampuan dan sumber daya yang tersedia serta meningkatkan kesejahteraan bagi karyawannya. Dalam menjalankan fungsinya, perusahaan dihadapkan pada bagaimana cara penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas, seperti bahan baku, tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya yang dikoordinasikan dan digunakan dengan baik, efektif dan efisien. Seiring dengan berkembangnya skala usaha perusahaan dan semakin tajamnya persaingan dalam dunia usaha, maka semakin berkembang pula kebutuhan dan tuntutan atas informasi oleh pihak manajemen perusahaan. Hal ini didorong oleh perlunya pertimbangan yang semakin kritis dalam memanfaatkan berbagai dana dan sumber daya lainnya secara optimal. Dana dan sumber daya lainnya pada umumnya jumlahnya terbatas sehingga mengharuskan kita untuk memperolehnya dengan biaya sehemat mungkin dan menggunakannya seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu lingkungan yang berubah dengan cepat membuat perusahaan harus selalu waspada untuk segera menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. 1

Upload: lethuy

Post on 14-Jan-2017

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Semakin pesatnya perkembangan perekonomian negara-negara

berkembang, termasuk Indonesia juga semakin gencar dan giat membangun di

segala bidang. Bukan saja di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang lainnya yang

ditujukan untuk kemakmuran rakyatnya. Pembangunan di Indonesia

diprioritaskan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan segenap rakyat

Indonesia agar lebih maju dan merata.

Sebagai suatu perusahaan yang berorientasi laba serta diorganisasikan dan

dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat, pada dasarnya

perusahaaan selalu berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya

dengan menggunakan segala kemampuan dan sumber daya yang tersedia serta

meningkatkan kesejahteraan bagi karyawannya. Dalam menjalankan fungsinya,

perusahaan dihadapkan pada bagaimana cara penggunaan faktor-faktor produksi

yang terbatas, seperti bahan baku, tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya

yang dikoordinasikan dan digunakan dengan baik, efektif dan efisien.

Seiring dengan berkembangnya skala usaha perusahaan dan semakin

tajamnya persaingan dalam dunia usaha, maka semakin berkembang pula

kebutuhan dan tuntutan atas informasi oleh pihak manajemen perusahaan. Hal ini

didorong oleh perlunya pertimbangan yang semakin kritis dalam memanfaatkan

berbagai dana dan sumber daya lainnya secara optimal. Dana dan sumber daya

lainnya pada umumnya jumlahnya terbatas sehingga mengharuskan kita untuk

memperolehnya dengan biaya sehemat mungkin dan menggunakannya seefisien

mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu lingkungan yang

berubah dengan cepat membuat perusahaan harus selalu waspada untuk segera

menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.

1

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

2

Dalam menghadapi situasi bisnis yang semakin kompetitif, setiap

perusahaan di tuntut untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang dimilikinya

secara optimal untuk meningkatkan kemampuan bersaing, antara lain dapat

berupa harga jual yang kompetitif, yang di dukung oleh kemampuan perusahaan

untuk memenuhi permintaan pasar.

Manajemen harus selalu memperhatikan masalah penggunaan sumber

dayanya karena penggunaan sumber daya ekonomi yang kurang efisien dan

efektif akan merupakan biaya yang akan mengurangi pendapatan perusahaan.

Dalam suatu perusahaan, biaya merupakan suatu komponen penting.

Banyaknya jenis-jenis biaya membuat masalah biaya menjadi semakin rumit, baik

yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi harga jual suatu produk.

Salah satu kelompok biaya yang perlu dikendalikan adalah biaya pemasaran.

Meningkatnya persaingan antar perusahaan semakin tajam dan besarnya

persentase biaya pemasaran yang terkandung pada harga jual suatu produk,

menjadi peranan dan usaha manajemen dalam pengendalian biaya pemasaran

semakin penting. Perusahaan yang berskala besar aktivitas perusahaan sudah

meningkat. Menimbulkan kompleksitas dalam pengendalian biaya aktivitasnya.

Dalam situasi ini, manajemen tidak mungkin lagi dapat melakukan pengawasan

langsung terhadap kegiatan operasi perusahaan. Salah satu alat bantu manajemen

dalam pengendalian perusahaan adalah dengan cara menerapkan akuntansi

pertanggungjawaban (responsibility accounting).

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang di

susun sedemikian rupa sehingga pengumpulan, pelaporan biaya dan penghasilan

yang dilakukan sesuai dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi.

Tujuannya agar dapat diketahui organisasi atau kelompok yang bertanggung

jawab atas penyimpangan biaya dan penghasilan yang dianggarkan.

Setiap pusat pertanggungjawaban di pimpin oleh seorang manajer yang

akan bertanggung jawab atas perencanaan yang di buat. Perencanaan ini disebut

anggaran (budget) dan pada waktu tertentu dilaporkan hasil dari pelaksanaan

pusat biaya kemudian dibandingkan dengan rencana anggaran yang telah

dianggarkan sebelumnya. Dari hasil perbandingan, manajer dapat mengetahui

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

3

berapa besar perbedaan. Hal ini memungkinkan manajer untuk dapat menganalisis

lebih lanjut terjadinya perbedaan dan pengambilan tindakan koreksi. Informasi

semacam ini disebut dengan akuntansi pertanggungjawaban.

Pengendalian biaya melalui akuntansi pertanggungjawaban dapat

dijalankan dengan menyelenggarakan suatu sistem pencatatan atas biaya-biaya

yang dapat dikendalikan.

Dari sini akan dihasilkan laporan biaya yang menunjukkan bagaimana

manajemen memenuhi tanggung jawab pemakaian biaya yang terjadi pada unit

organisasi yang dipimpinnya.

Efektivitas merupakan suatu bauran yang menunjukkan sejauh mana

sasaran atau target yang tercapai. Efektivitas dan efisiensi tidak terlepas dari

akuntansi pertanggungjawaban. Hal ini penting untuk dapat menghindari

pemborosan dan kecurangan akibat pendelegasian wewenang, sehingga tercipta

suatu pengendalian biaya yang tepat. Dengan adanya akuntansi

pertanggungjawaban dalam perusahaan, maka pimpinan dapat menilai tanggung

jawab dan kinerja atau prestasi bawahan atas tugas yang didelegasikan kepadanya

sehingga tujuan perusahaan secara keseluruhan dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai akuntansi pertanggungjawaban dalam menunjang efektifitas

biaya pemasaran dan menuangkannya kedalam skripsi yang berjudul :

“Tinjauan atas peranan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat

Bantu manajemen dalam menunjang efektivitas biaya pemasaran”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah-

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada PT. INTI (Persero)

Bandung sudah memadai.

2. Apakah penerapan akuntansi pertanggungjawaban berperan dalam efektivitas

biaya pemasaran pada PT. INTI (Persero) Bandung.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

4

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah-masalah yang telah diidentifikasikan di atas, maka

penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui memadainya penerapan akuntansi pertanggunjawaban pada

PT. INTI (Persero) Bandung.

2. Untuk mengetahui peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam menunjang

efektivitas biaya pemasaran pada PT. INTI (Persero) Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan.

Hasil kesimpulan penelitian ini diharapkan dapat melengkapi implementasi

konsep akuntansi pertanggungjawaban dan memberikan masukan-masukan

atau rekomendasi yang berguna untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan

yang ada didalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan, sehingga di

masa yang akan datang perusahaan dapat melaksanakan aktivitasnya dengan

baik dan efisien.

2. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah

pengetahuan tentang teori-teori dan konsep-konsep yang diperoleh selama

perkuliahan dibandingkan dengan penerapannya secara nyata dalam

perusahaan, dan juga merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian

Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Widyatama.

3. Bagi pihak lain, khususnya di kalangan perguruan tinggi.

Hasil penelitian yang dituangkan dalam karya ilmiah diharapkan dapat

memberikan tambahan pengetahuan sebagai gambaran praktik di lapangan dan

menjadi bahan referensi bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

5

1.5 Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan, baik yang bertujuan untuk mencari laba maupun tidak,

secara umum pasti berusaha untuk selalu menjaga kelangsungan hidup

perusahaannya. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan

manajemennya untuk merencanakan dan mengendalikan setiap aktivitas yang ada

dalam perusahaan.

Masalah aktivitas pemasaran yang harus senantiasa ditangani dengan

seksama adalah perencanaan dan pengendalian. Pada prinsipnya, manajemen

perusahaan berhubungan dengan semua aktivitas, mulai dari perencanaan awal

perusahaan.sampai dengan tercapainya tujuan perusahaan. Sehubungan dengan

itu, pimpinan memerlukan perencanaan untuk semua kegiatannya dan juga

pengendalian sebagai alat pengawasan apakah hasil yang dicapai sesuai dengan

yang telah direncanakan. Fungsi perencanaan dan pengendalian merupakan dua

aktivitas yang terpisahkan tetapi saling berhubungan. Tanpa ada perencanaan

maka pengendalian yang baik tidaklah dapat dilaksanakan, sebab perencanaan

yang efektif harus didasarkan pada fakta yang dikumpulkan dan dianalisis

kemudian dituangkan dalam suatu rencana yang spesifik, baik itu rencana jangka

pendek maupun jangka panjang.

Pengendalian dipandang sebagai suatu jaringan komunikasi yang

memantau kegiatan dalam organisasi dan menyediakan dasar untuk tindakan

koreksi di masa yang akan datang jika diperlukan. Untuk dapat menjalankan

fungsinya, manajemen dalam rangka pengendalian tersebut membutuhkan

informasi yang selektif, relevan dan tepat waktu. Pimpinan banyak membutuhkan

informasi khususnya informasi biaya yang dapat diperbandingkan serta dibuat

secara sistematik.

Di dalam akuntansi pertanggungjawaban, pengendalian biaya dilakukan

dengan cara menghubungkan biaya dengan unit yang bertanggung jawab terhadap

terjadinya biaya tersebut. Dengan demikian, akuntansi pertanggungjawaban

merupakan suatu sistem akuntansi yang mengakui adanya pusat

pertanggungjawaban didalam organisasi, sehingga dimungkinkan adanya

penelusuran biaya-biaya kepada setiap bagian yang bertanggung jawab untuk

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

6

pengambilan keputusan. Oleh karena itu, akuntansi pertanggungjawaban

diterapkan dalam organisasi yang telah membagi-bagi bidang

pertanggungjawaban secara jelas dan tegas, dengan dibuatnya wewenang bagi

manajer agar dapat diperoleh informasi dari masing-masing manajer tersebut

secara bertingkat. Jadi, dalam suatu organisasi perlu dibuat struktur yang dapat

menggambarkan secara jelas pemberian wewenang dan tanggung jawab dari

setiap jenjang manajemen.

Kegiatan manajer pemasaran ini pada dasarnya adalah perencanaan dan

pengendalian, dan ini merupakan bagian dari Responsibility Accounting. Sistem

akuntansi yang disusun agar dapat mengumpulkan biaya-biaya yang

sesungguhnya dikeluarkan, untuk dilaporkan kepada orang atau orang yang

bertanggung jawab.

Dari sudut teknis akuntansi, Robert N Anthony (1993;54) mengemukakan

pengertian

responsibility accounting yaitu :

“Responsibility accounting collect, report planned and actual

accounting information about the inputs and outputs of responsibility

centers”.

Dari definisi tersebut dapat dikatakan, responsibility accounting merupakan

aktivitas pengumpulan dan pelaporan informasi, khususnya informasi akuntansi

baik yang direncanakan maupun yang sesungguhnya tentang input dan output dari

pusat pertanggungjawaban.

Selanjutnya, Mulyadi (2001;214) mengatakan bahwa :

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa, sehingga pengumpulan dan pelaporan penghasilan dan biaya dilakukan sesuai dengan pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau sekelompok orang yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan dari penghasilan dan biaya yang dianggarkan”.

Terjadinya biaya-biaya dalam suatu pusat pertanggungjawaban tidak selalu

akibat dari keputusan yang di ambil oleh kepala bidang yang bersangkutan. Oleh

karena itu, tidak semua biaya-biaya dalam suatu bidang pertanggungjawaban

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

7

dapat dikendalikan oleh kepala bagian yang bersangkutan. Maka perlu adanya

pemisahan antara biaya terkendali (controllable cost) dengan biaya tidak

terkendali (uncontrollable cost). Biaya yang dapat dipertanggungjawabkan hanya

biaya yang dapat dikendalikan.

Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pemasaran tidak terlepas dari

masalah biaya pemasaran. Masalah biaya ini perlu diperhatikan secara serius,

karena besarnya biaya pemasaran mempengaruhi besarnya pendapatan dan laba.

Apabila kegiatan ini dikelola dengan baik akan dapat menghasilkan harga jual

yang kompetitif, sehingga tujuan perusahaan yang direncanakan dan ditetapkan

akan dapat tercapai.

Pengendalian sebaiknya di dukung oleh perencanaan yang memadai dan

sistem pelaporan yang menyeluruh. Dalam akuntansi pertanggungjawaban

diperlukan anggaran. Anggaran merupakan alat untuk menilai pelaksanaan yang

telah ditetapkan, apakah telah sesuai dengan tujuan dari proses perencanaan dan

pengendalian dalam struktur organisasi perusahaan di setiap bagian

pertanggungjawaban. Anggaran yang telah di susun digunakan sebagai alat

pengukuran pelaksanaan aktivitas masing-masing bagian tersebut.

Untuk melaksanakan sistem akuntansi pertanggungjawaban, maka terdapat

hal-hal yang merupakan persyaratan yaitu :

1. Terdapatnya struktur organisasi dengan job description yang jelas serta adanya

identifikasi pusat pertanggungjawaban yang dipimpin oleh seorang manajer.

2. Adanya anggaran yang di susun oleh setiap pusat pertanggungjawaban.

3. Adanya pemisahan antara biaya terkendali dan biaya tidak terkendali.

4. Adanya pengklasifikasian kode-kode rekening perusahaan yang dikaitkan

dengan kewenangan pusat pertanggungjawaban.

5. Adanya laporan pertanggungjawaban.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis dapat menarik sebuah hipotesis

sebagai berikut:“Apabila akuntansi pertanggungjawaban diterapkan secara

memadai dalam aktifitas perusahaan maka akan menunjang efektifitas biaya

pemasaran”.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

8

1.6 Metodologi Penelitian

Merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan dengan

menggunakan teknik-teknik dan alat tertentu dalam menguji serangkaian

hipotesis. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif

analitis dengan pendekatan studi kasus, yaitu mengolah data yang diperoleh

melalui penelitian, kemudian di analitis dan di proses lebih lanjut berdasarkan

teori-teori yang telah diajarkan.

Definisi metode deskriptif menurut Whitney (1960) seperti yang dikutip

oleh Moh.Nazir, Ph.D dalam bukunya “Metode Penelitian” (1988;63) yaitu:

“Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat.Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, dan proses-proses yang sedang berlangsung serta pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena”.

Untuk melengkapi data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik

pengumpulan data:

1. Penelitian Kepustakaan (Literature Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat

teori yang bermanfaat sebagai acuan dan pembanding dengan penelitian

yang diperoleh, yaitu dengan cara baca, mempelajari dan memahami

literatur dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang di teliti.

Penelitian kepustakaan bermanfaat sebagai landasan teoritis dalam

penyusunan skripsi ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan dengan cara mengadakan :

a. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara

langsung terhadap objek penelitian yang bersangkutan.

b. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan

Tanya jawab pejabat yang berwenang atau bagian lain yang

berhubungan dengan permasalahan.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

9

c. Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengedarkan

daftar-daftar pertanyaan yang kemudian akan diisi oleh responden atau

pejabat yang berkaitan dengan peranan akuntansi pertanggunjawaban

dalam menunjang efektifitas biaya pemasaran.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. INTI (Persero) yang berlokasi di jalan

Moh. Toha No. 77 Bandung dan waktu penelitian dilakukan mulai bulan

September 2005 sampai dengan bulan November 2005.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peranan

Peranan berasal dari kata peran yaitu perilaku yang patut bagi pemegang

jabatan

tertentu dalam suatu organisasi, khususnya menyangkut fungsi yang dilaksanakan

(role). Dimana fungsi itu merupakan bagian utama dari cabang kerja yang

selanjutnya terbagi menjadi aktifitas. Peranan (role) menurut Prof.Komaruddin

(1994;768) adalah sebagai berikut :

“1. Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan seseorang dalam manajemen.

2. Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai suatu status. 3. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata. 4. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi

karakteristik yang ada padanya 5. Fungsi setiap variable dalam hubungan sebab-akibat.”

Sedangkan fungsi (function) menurut Prof.Komaruddin (1994;328) adalah

sebagai berikut :

“1. Dalam statistik, suatu kuantitas yang berubah dengan cara tertentu dengan kualitas lainnya; besaran yang berhubungan, artinya apabila suatu besaran berubah, besaran yang juga akan berubah.

2. Kegunaan. 3. Pekerjaan atau jabatan yang dilaksanakan. 4. Kegiatan suatu organ atau organisme. 5. Tindakan atau kegiatan perilaku. 6. Tujuan atau hasil akhir dari suatu organ.

7. Kategori bagi suatu aktifitas”.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan peranan merupakan fungsi yang

terdapat dalam manajemen yang menimbulkan hubungan sebab-akibat. Tujuan

atau hasil akhir dari suatu bagian yang akan mempengaruhi perubahan terhadap

suatu entitas.

10

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

11

2.2 Akuntansi Pertanggungjawaban

2.2.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban merupakan kewajiban untuk berbuat sesuatu.

Pertanggungjawaban berhubungan erat dengan wewenang dan kekuasaan, karena

pelaksanaannya berdasarkan fungsi, tugas, pengangkatan, atau pekerjaannya.

Dalam organisasi, pertanggungjawaban merupakan kewajiban yang harus

dilaksanakan atas dasar wewenang yang dimiliki.

Organisasi adalah sistem terencana mengenai usaha kerjasama, yang mana

setiap peserta mempunyai peranan dan kewajiban atau tugas yang harus

dilaksanakan. Organisasi dibentuk oleh pimpinan tertinggi dengan membagi

kegiatan dan menetapkan suatu hirarki bagi para manajer. Setiap manajer

mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalm mengatur lingkup kegiatan dan

memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan dalam ruang lingkup tersebut.

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian dari akuntansi

manajemen yang menitik beratkan pada masalah pertanggungjawaban dalam unit-

unit organisasi. Pendapat mengenai pengertian akuntansi pertanggungjawaban

yang dikemukakan oleh Slamet Sugiri (1994;195) sebagai berikut:

“Akuntansi Pertanggungjawaban adalah penyusunan laporan-laporan prestasi yang dikaitkan kepada individu atau anggota-anggota kelompok sebuah organisasi dengan suatu cara yang menekankan pada faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh individu atau anggota-anggota kelompok tersebut.” Dari teknis controllership, Anthony and Govindarajan (1998;6)

mendefinisikan akuntansi pertanggungjawaban sebagai berikut :

“Management control (also called responsibility accounting) is the

process by which manager is influence other members of organization to

implement the organization’ strategies.”

Dari definisi tersebut, akuntansi pertanggungjawaban merupakan proses

dimana seorang manajer mempengaruhi anggota organisasi lain untuk

mengimplementasikan strategi-strategi organisasi.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

12

Sedangkan menurut Charles T. Horngren (2000;194), akuntansi

pertanggungjawaban adalah :

“Responsibility accounting is a system thet measures the plans by budget

and actions by actual result of each responsibility center.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi

pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi yang mengakui adanya berbagai

pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan organisasi yang mencerminkan

rencana dan tindakan setiap pusat pertanggungjawaban dengan menetapkan

penghasilan dan biaya tertentu bagi pusat yang memiliki tanggung jawab yang

bersangkutan.

Setiap manajer yang mengepalai suatu pusat pertanggungjawaban

mempunyai tanggung jawab terhadap kegiatan yang didelegasikan kepadanya.

Meskipun manajer pusat pertanggungjawaban memiliki tanggung jawab hanya

pada kegiatan pusat pertanggungjawabannya, keputusan yang dibuat oleh manajer

tersebut mungkin akan mempengaruhi pusat pertanggungjawaban lainnya.

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan bagian dari akuntansi

manajemen yang dirancang secara spesifik untuk proses pengendalian manajemen

yang membandingkan apa yang direncanakan dengan realisasinya. Pada dasarnya,

suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban akan mengukur hasil kerjanya, yang

diukur adalah biaya-biaya yang dapat dikendalikan (controllable cost). Jadi

akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang menerapkan

pengumpulan biaya dan penghasilan dari tiap pusat pertanggungjawaban yang ada

dalam suatu perusahaan agar penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam

anggaran yang telah ditentukan dapat ditelusuri.

2.2.2 Pusat Pertanggungjawaban

Akuntansi pertanggungjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang

membagi

struktur organisasi atas bagian-bagian pertanggungjawaban, yang pada bagian

masing-masing orang memiliki otoritas dan tanggung jawab yang jelas. Dari

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

13

bagian-bagian tersebut dikumpulkan dan dilaporkan hasil-hasil dari prestasi yang

telah dicapai.

Pengumpulan dan pelaporan biaya didasarkan pada masing-masing bidang

pertanggungjawaban yang ada dalam tingkatan organisasi. Untuk itu harus

ditetapkan bidang pertanggungjawaban dari tiap tingkatan manajemen yang

disebut pusat pertanggungjawaban.

Charles t. Horngren (2000;194) mengemukakan pengertian pusat

pertanggungjawaban sebagai berikut :

“Responsibility center is a part, segment, or sub unit of an organization

whose manager is accountable for a specified set of activities.”

Menurut Supriyono (1991;15), pusat pertanggungjawaban adalah :

“Suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang

bertanggung jawab atas unitnya.”

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pusat

pertanggungjawaban adalah suatu bagian dari organisasi yang dikepalai seorang

manajer yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan dalam unitnya. Selain itu,

manajer tersebut harus dapat memperhitungkan serangkaian kegiatan dan

mendelegasikan tugas, wewenang dan tanggung jawab kepada staf dibawahnya.

Karakteristik dari pusat pertanggungjawaban adalah adanya input sebagai

sumber yang dapat digunakan untuk diolah dalam suatu pekerjaan dan dalam

mengolahnya digunakan sistem atau benda lain termasuk sumber daya manusia.

Sebagai hasilnya berupa barang atau jasa yang akan dialihkan ke pusat-pusat

pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang sama atau kepada konsumen di

luar perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001;426), pusat pertanggungjawaban dapat

diklasifikasikan dalam empat (4) kelompok yaitu :

“1. Pusat biaya Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur atas dasar biayanya (nilai masukan). Dalam pusat biaya, keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam wujud pendapatan. Hal ini disebabkan karena kemungkinan keluaran pusat biaya tersebut tidak dapat diukur secara kuantitatif, atau kemungkinan manajer pusat biaya

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

14

tersebut tidak dapat bertanggung jawab atas keluaran pusat biaya tersebut.

2. Pusat pendapatan Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban tersebut. Manajer pusat pertanggungjawaban diukur kinerjanya dari pendapatan yang diperoleh pusat pertanggungjawabannya dan tidak dimintai pertanggungjawaban mengenai masukannya, karena dia tidak dapat mempengaruhi pemakaian masukan tersebut.

3. Pusat laba Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertanggungjawaban tersebut.

4. Pusat investasi Pusat investasi adalah pusat laba yang prestasi manajernya diukur dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa rasio antara laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.

Berdasarkan karakteristik hubungan antara masukan dengan keluarannya,

Mulyadi (2001;426) membagi lebih lanjut pusat biaya menjadi :

“1. Pusat biaya teknik (engineered expense center) Pusat biaya teknik adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya mempunyai hubungan yang nyata dan erat dengan keluarannya.

2. Pusat biaya kebijakan (discretionary expense center) Pusat biaya kebijakan adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya tidak mempunyai hubungan dengan keluarannya.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pusat pertanggungjawaban

dapat diklasifikasikan dalam empat (4) kelompok antara lain pusat biaya, pusat

pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi. Pusat biaya dapat dibagi lagi atas

dasar hubungan input dan outputnya, yaitu pusat biaya teknik yang mempunyai

hubungan yang erat dan nyata dan pusat biaya kebijakan tidak mempunyai

hubungan dengan keluarannya.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

15

2.2.3 Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban

Sistem akuntansi pertanggungjawaban mempunyai empat karakteristik

yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001;191), yaitu :

“1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban. 2. Standar ditetapkan sebagai tolak ukur kinerja manajer yang

bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu. 3. Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan

anggaran. 4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman

berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi.” Sistem pertanggungjawaban mengidentifikasi pusat pertanggungjawaban

sebagai unit organisasi seperti departemen, keluarga produk, tim kerja atau

individu. Apapun satuan pusat pertanggungjawaban yang dibentuk, sistem

akuntansi pertanggungjawaban membebankan tanggung jawab kepada individu

yang diberi wewenang. Tanggung jawab dibatasi pada satuan keuangan (seperti

biaya).

Setelah pusat pertanggungjawaban diidentifikasi dan ditetapkan, sistem

akuntansi pertanggungjawaban akan menetapkan biaya standar sebagai dasar

untuk menyusun anggaran. Anggaran berisi biaya standar yang diperlukan untuk

mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Biaya standar dan anggaran merupakan

ukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam mewujudkan sasaran

yang ditetapkan dalam anggaran yang bersangkutan.

Pada pelaksanaan anggaran, manajer pusat pertanggungjawaban

menggunakan sumber daya yang ada untuk mewujudkan sasaran yang ditetapkan

dalam anggaran. Penggunaan sumber daya ini diukur dengan informasi akuntansi

pertanggungjawaban, untuk pengukuran kinerja manajer pusat

pertanggungjawaban dalam mencapai sasaran anggaran.

Sistem penghargaan dan sanksi dirancang untuk memacu atau memotivasi

para manajer dalam mengelola biaya untuk mencapai target biaya standar yang

dicantumkan dalam anggaran. Atas dasar evaluasi penyebab terjadinya

penyimpangan biaya yang direalisasikan dari biaya yang dianggarkan, para

manajer secara individual diberi penghargaan atau sanksi menurut sistem

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

16

penghargaan dan sanksi yang ditetapkan berdasarkan kebijakan manajemen yang

lebih tinggi.

2.2.4 Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban

Berdasarkan definisi akuntansi pertanggunjawaban yang dikemukakan

oleh Slamet Sugiri (1994;195), tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah

menghasilkan laporan-laporan untuk setiap tingkat manajemen pada setiap pusat

pertanggungjawaban (responsibility center). Laporan yang dibuat harus

disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menggunakan laporan

tersebut, yang merupakan hasil kegiatan suatu unit yang berada dibawah

wewenangnya. Laporan yang dibuat dan ditujukan kepada tiap tingkatan

manajemen akan memberikan umpan balik bagi manajemen, sehingga dapat

diambil suatu tindakan korektif atau pencegahan dalam pelaksanaan kegiatan

perusahaan.

Selain menghasilkan laporan, akuntansi pertanggungjawaban juga

bertujuan memotivasi manajemen pusat pertanggungjawaban untuk menampilkan

kinerja yang efektif dan efisien. Selain itu, umpan balik berupa informasi

membuat keputusan untuk mengestimasi hasil-hasil kegiatan perusahaan dimasa

yang akan datang dan melakukan perencanaan selanjutnya.

Menurut Mulyadi (2001;174), manfaat informasi akuntansi

pertanggungjawaban

yaitu sebagai berikut :

“1. Penyusunan anggaran (jika informasi akuntansi pertanggungjawaban tersebut berupa informasi yang akan datang).

2. Penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban (jika informasi akuntansi pertanggungjawaban berupa informasi masa lalu).

3. Pemotivasian manajer pusat perrtanggungjawaban (jika informasi akuntansi pertanggunjawaban tersebut berupa informasi masa lalu)”.

Dengan menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban yang

diharapkan dari suatu perusahaan adalah sebagai berikut :

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

17

1. Organisasi akan lebih mudah dikendalikan karena organisasi dibagi menjadi

unit-unit kecil pengendalian yang berupa pusat-pusat pertanggungjawaban.

2. Keputusan-keputusan operasional akan lebih baik karena dilakukan oleh

manajemen pada pusat pertanggungjawaban yang mengetahui permasalahan

dan informasi untuk pemecahan masalah.

3. Para manajer pusat pertanggungjawaban dapat mengembangkan kemampuan

manajerialnya dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

4. Meningkatkan rasa tanggung jawab dan keputusan kerja para manajer pusat

pertanggungjawaban.

Akuntansi pertanggungjawaban bermanfaat terhadap jalannya perusahaan

yaitu berupa keputusan yang diambil tepat pada waktunya serta sesuai dengan

tingkat manajemen yang ada dalam organisasi, dimana terdapat unit-unit yang

dapat dikendalikan. Bagi para manajer manfaat yang didapat adalah meningkatkan

keahlian manajerialnya serta dapat berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan,

sehingga kepuasan kerja dan moralnya dapat lebih ditingkatkan.

2.2.5 Syarat-syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban

Agar akuntansi pertanggungjawaban dapat diterapkan dengan baik,

diperlukan

syarat-syarat seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (1992;142) yaitu :

“1. Struktur organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab tiap tingkatan manajemen.

2. Anggaran biaya yang disusun untuk tiap tingkatan manajemen (controllability).

3. Penggolongan biaya sesuai dengan yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan oleh manajemen tertentu dalam organisasi.

4. Terdapat susunan kode rekening perusahaan yang dikaitkan dengan kewenangan pengendalian pusat pertanggungjawaban dan sistem akuntansi yang disesuaikan dengan struktur organisasi.

5. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab (responsibility reporting).”

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

18

Mulyadi (2001;179) juga mengemukakan bahwa sistem akuntansi

pertanggungjawaban dirancang berdasarkan atas beberapa asumsi tentang perilaku

manusia, yaitu :

“1. Pengelolaan berdasarkan penyimpangan (management by exception). Merupakan pengendalian operasi secara efektif dan memadai.

2. Pengelolaan berdasarkan tujuan (management by objective) akan menghasilkan anggaran yang disepakati, biaya standar, sasaran organisasi, dan rencana yang dapat dilaksanakan.

3. Struktur pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur hirarki organisasi.

4. Manajer dan bawahannya bersedia untuk menerima tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka melalui hirarki organisasi.

5. Sistem akuntansi pertanggungjawaban mendorong kerjasama, bukan kompetisi.”

Pengelolaan berdasarkan penyimpangan menggunakan anggaran agar

manajer secara efektif mengelola dan mengendalikan aktivitas organisasi, mereka

harus memusatkan perhatian terhadap bidang dimana terjadi penyimpangan hasil

sesungguhnya dari sasaran yang dianggarkan atau sasaran standar. Pengelolaan

berdasarkan tujuan merupakan serangkaian prosedur formal atau setengah formal

yang dimulai dengan penetapan sasaran dan dilanjutkan melalui penelaahan

kinerja. Dalam pengelolaan berdasarkan tujuan, manajer atas dan manajer bawah

bersama-sama menetapkan sasaran yang dinyatakan dalam hasil atau sasaran

terukur yang diharapkan dan secara bersama-sama memantau kemajuan dalam

pencapaian sasaran tersebut.

2.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan salah satu syarat dalam penerapan

akuntansi

pertanggungjawaban. Dalam struktur organisasi, ruang lingkup wewenang setiap

individu ditetapkan sehingga individu tersebut hanya mempertanggungjawabkan

apa yang menjadi wewenangnya dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

19

Menurut Luther Gulick (1957;118), pengertian organisasi adalah :

“Organizations is the means of the interrelating the subdivisions of work by allotting them to men who are placed in a structure of authority, so that the work may be coordinated by orders of superiors to sub-ordinates, reaching from the top to the bottom of the entire enterprise.”

Dari definisi di atas, organisasi adalah alat untuk saling berhubungan antara

satuan-satuan kerja yang diberikan dan siapa orang-orang yang akan ditempatkan

dalam struktur wewenang, sehingga pekerjaan dapat dikoordinasikan oleh

perintah para atasan kepada para bawahan, yang menjangkau dari puncak sampai

ke bawah dari seluruh badan usaha.

John Pfiffner & Owen Lane (1951;18),mengemukakan definisi struktur

organisasi sebagai berikut :

“Organization structure is the relationship of worker and their activities to be one another and the whole, the parts being the tasks, jobs, or functions and the respective members of the personnel who perform them.”

Sedangkan Slamet Sugiri (1994;3) mendefinisikan organisasi dan struktur

organisasi sebagai berikut :

“Organisasi merupakan sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Struktur organisasi merupakan kerangka hubungan antar satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang yang masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh.”

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur adalah

hubungan antar fungsi atau aktivitas. Struktur organisasi adalah hubungan antar

pegawai dan aktivitas mereka, susunan antar hubungan, antar

pertanggungjawaban dan antar wewenang melalui tujuan perusahaan pada

pencapaian sasarannya.

Struktur organisasi yang akan dibentuk adalah struktur organisasi yang

baik. Oleh karena itu, Sutarto (1995;43) menyatakan :

“Struktur yang baik harus memenuhi syarat sehat dan efisien. Struktur yang sehat berarti setiap satuan organisasi yang ada dapat menjalankan peranannya dengan tertib, struktur organisasi efisien berarti dalam menjalankan peranannya tersebut masing-masing

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

20

satuan organisasi dapat mencapai perbandingan terbaik antara usaha dan hasil kerja.”

Struktur organisasi akan lebih jelas dan tegas apabila dituangkan dalam

suatu bagan yang merupakan arus dari suatu kesatuan. Organisasi harus disusun

agar wewenang dan tanggung jawab tiap pimpinan menjadi lebih jelas. Tanggung

jawab timbul dari pemberian wewenang. Jadi wewenang mengalir dari atas ke

bawah sedangkan tanggung jawab mengalir dari bawah ke atas.

Tujuan pembentukan organisasi meliputi :

1. Struktur organisasi memudahkan pelaksanaan tugas dengan membagi suatu

kegiatan besar menjadi kegiatan kecil, kemudian masing-masing kegiatan

tersebut ditugaskan kepada orang-orang ahli yang telah ditentukan.

2. Mempermudah pelaksanaan tugas kepada bawahan sehingga atasan dapat

mengetahui dengan mudah dan dapat meminta tanggung jawabnya.

3. Mempermudah penetapan karyawan sesuai dengan keahliannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian

wewenang dan tanggung jawab sangat diperlukan dalam akuntansi

pertanggungjawaban suatu perusahaan. Setiap jabatan akan dimintai tanggung

jawab atas kegiatan yang berada di bawah pengawasannya.

Struktur organisasi pada setiap perusahaan berbeda-beda tergantung pada :

1. Luas perusahaan

2. Metode yang dipakai dalam pendelegasian wewenang

3. Departementasi yaitu membagi suatu organisasi menjadi unit-unit yang

disebut departemen, sub unit, seksi, dan sebagainya.

2.4 Anggaran

Setiap perusahaan yang bertujuan mencari laba atau tidak, secara umum

pasti berusaha menjaga kelangsungan hidup perusahaannya. Keberhasilan suatu

perusahaan dapat dilihat dari kemampuan manajemennya untuk merencanakan

dan mengendalikan setiap aktivitas yang ada dalam perusahaan. Salah satu alat

yang penting untuk perencanaan dan pengendalian tersebut adalah anggaran.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

21

2.4.1 Pengertian Anggaran

Business budget sering diterjemahkan menjadi anggaran perusahaan yaitu

rencana tentang kegiatan keuangan perusahaan. Rencana ini mencakup berbagai

kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama

lainnya.

M. Munandar (1991;1) mengemukakan pengertian anggaran adalah

sebagai berikut :

“Budget (anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi susunan kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tahun yang akan datang”.

Dari definisi di atas, Budget mempunyai empat unsur yaitu :

1. Rencana, di mana budget merupakan penentuan terlabih dahulu tentang

kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.

2. Kegiatan perusahaan, yaitu mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan

oleh semua bagian yang ada dalam perusahaan.

3. Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit yang dapat diterapkan pada

berbagai kegiatan perusahaan.

4. Jangka waktu yang akan datang, di mana budget berlaku untuk waktu tertentu

dimasa yang akan datang yang berarti apapun yang ada dalam anggaran adalah

berupa taksiran-taksiran (forecast) tentang apa yang akan terjadi.

Horngren (2000;178) menyatakan anggaran adalah :

“A budget is the quantitative expression of proposed plan of action by

management for a future time periode and is an aid the coordination

and implementation of the plan.”

Sedangkan menurut Agus Ahyari (1996;8), pengertian anggaran dijelaskan

sebagai berikut :

“Anggaran perusahaan merupakan perencanaan secara termal

diseluruh kegiatan perusahaan di dalam jangka waktu tertentu yang

dinyatakan dalam unit kuantitatif (moneter).”

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

22

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran

merupakan suatu alat yang digunakan untuk melaksanakan proses perencanaan

dan pengendalian manajemen serta komitmen dari pihak manajemen yang

dinyatakan dalam satuan moneter. Umumnya anggaran selalu dinyatakan dalam

nilai uang atau secara kuantitatif yang diproyeksikan untuk jangka waktu satu

tahun atau satu periode operasi perusahaan.

2.4.2 Karakteristik Anggaran

Menurut Robert N. Anthony, et al (1993;44), yang di alih bahasakan oleh

Agus Maulana MSM., karakteristik anggaran adalah sebagai berikut :

“1. Dinyatakan dalam satuan keuangan, meskipun angka-angka ini

tidak didukung dengan satuan keuangan seperti unit terjual produksi

2. Umumnya mencakup kurun waktu satu tahun 3. Mendukung komitmen manajemen, yaitu para manajer setuju

untuk menerima tanggung jawab pencapaian sasaran yang telah dianggarkan

4. Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari pejabat pelaksana anggaran

5. Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam keadaan khusus

6. Secara berkala untuk kerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran dan varian (penyimpangan) yang dianalisis dan dijelaskan.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan

komitmen manajemen yang disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi, yang

biasanya dinyatakan dalam satuan keuangan untuk waktu satu tahun, yang secara

berkala dibandingkan dengan aktual, dan hanya dapat diubah dalam keadaan

khusus.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

23

2.4.3 Fungsi Anggaran

Fungsi anggaran menurut M. Munandar (1991;10) adalah sebagai

berikut:

“1. Sebagai pedoman kerja. Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberikan target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.

2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja. Anggaran berfungsi sebagai alat pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik, untuk menuju sasaran yang telah ditetapkan.

3. Sebagai alat pengawasan kerja. Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur yang dipakai sebagai pembanding hasil operasi sesungguhnya. Dari perbandingan tersebut dapat diketahui sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dengan realisasinya, sehingga dapat diketahui pula kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.”

Berdasarkan fungsi anggaran yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa anggaran yang baik sangat berguna bagi kelancaran

pelaksanaan operasi perusahaan. Untuk mencapai efektifitas perusahaan, anggaran

berfungsi sebagai program kerja dan alat pengkoordinasian kerja serta alat

pengawasan kerja.

Anggaran merupakan program kerja yang berfungsi memberikan arah dan

target yang harus dicapai oleh perusahaan. Anggaran sebagai alat

pengkoordinasian kerja, mengkoordinasikan individu-individu dalam

melaksanakan tugas untuk mencapai sasaran perusahaan. Dan sebagai alat

pengawasan kerja, berfungsi mengawasi pelaksanaan aktivitas dalam perusahaan

dan mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang dapat mengganggu

kelancaran operasi perusahaan.

2.4.4 Manfaat dan Keterbatasan Anggaran

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa budget (anggaran)

mempunyai kaitan erat dengan fungsi perencanaan dan pengendalian, dengan

demikian budget merupakan alat bantu bagi manajemen. Meskipun anggaran

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

24

disusun dengan baik dan sempurna namun bila tidak dikelola oleh manajemen

yang baik maka realisasinya tidak akan terwujud seperti yang diharapkan.

Hal yang paling penting dari anggaran adalah anggaran merupakan

rencana yang harus selalu ditinjau dan direvisi dari waktu ke waktu. Anggaran

memiliki beberapa keterbatasan menurut Ellen Christina, dkk (2001;19) yaitu :

“1. Dalam penyusunan anggaran, penaksiran yang dipakai belum tentu tepat dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Seringkali keadaan yang digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran mengalami perkembangan jauh berbeda dari pada yang direncanakan. Hal ini berarti diperlukan pemikiran untuk penyesuaian agar data dan informasi yang diperoleh akurat.

3. Penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, maka secara potensial dapat menimbulkan persoalan-persoalan hubungan kerja (human relation) yang dapat menghambat proses pelaksanaan anggaran.

4. Penganggaran tidak dapat terlepas dari penilaian subjektif pembuat kebijakan (decision maker) terutama pada saat data dan informasi tidak lengkap atau akurat.

Walaupun anggaran mempunyai beberapa keterbatasan, tetapi anggaran

memberikan sumbangan yang besar dalam perencanaan terutama anggaran

memberikan arah agar pelaksanaannya sesuai dengan yang direncanakan. Manfaat

anggaran menurut Ellen Christina, dkk (2001;2) meliputi :

“1. Terdapatnya rencana terpadu. Dengan menggunakan anggaran, perusahaan akan dapat menyusun perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu.

2. Terdapatnya pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan. Dengan adanya anggaran perusahaan, maka pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan dapat dilaksanakan dengan pasti, karena mendasarkan diri pada anggaran yang telah ada. Anggaran yang disusun dengan baik akan membuat bawahan menyadari bahwa manajemen memiliki pemahaman yang baik tentang operasi perusahaan dan bawahan akan mendapatkan pedoman yang jelas dalam melaksanakan tugasnya.

3. Terdapatnya alat koordinasi dalam perusahaan. Penyusunan anggaran akan meliputi seluruh kegiatan yang ada, dengan demikian akan melibatkan seluruh kegiatan dalam perusahaan. Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan anggaran sebagai pedoman berarti dalam melakukan kegiatan perusahaan dibawah koordinasi yang baik.

4. Terdapatnya alat pengawasan yang baik.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

25

Perusahaan dapat membandingkan hasil penyelesaian suatu kegiatan dengan anggaran, sehingga anggaran disini digunakan sebagai alat pengawasan terhadap kegiatan yang dilaksanakan.

5. Terdapatnya alat evaluasi kegiatan perusahaan. Seberapa jauh penyimpangan pelaksanaan kerja dari rencana yang telah disusun, apa penyebab terjadi penyimpangan, yang semua itu sulit dijawab apabila tidak ada anggaran dalam perusahaan.”

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita ketahui manfaat anggaran

antara lain memberikan perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu, memberikan

pedoman pada pelaksanaan tugas, pengkoordinasian kerja, dan pengawasan kerja

serta pengevaluasi seluruh kegiatan perusahaan.

2.4.5 Hubungan Anggaran dan Akuntansi Pertanggungjawaban

Menurut Mulyadi (2001;488), proses penyusunan anggaran pada dasarnya

merupakan proses penetapan peran (role setting) dalam usahanya mencapai

sasaran perusahaan. Sumber daya yang tersedia memungkinkan manajer untuk

berperan penting dalam usaha pencapaian sasaran perusahaan tersebut yang

diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi.

Karenanya penyusunan anggaran hanya bisa dilakukan jika akuntansi

pertanggungjawaban tersedia, yang digunakan untuk mengukur berbagai nilai

sumber daya yang tersedia untuk setiap manajer yang berperan penting dalam

usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran.Informasi

akuntansi pertanggungjawaban dalam proses penyusunan anggaran berfungsi

sebagai alat pengirim pesan (role sending device).

Menurut Horngren & Horrison (2000;921), penyusunan anggaran yang

baik harus memenuhi ketentuan berikut ini :

“1. Bersifat formal, artinya anggaran tersebut sengaja disusun dan dalam bentuk tertulis.

2. Sistematis, artinya anggaran tersebut disusun secara berurutan logis.

3. Merupakan suatu hasil pengambilan keputusan bersama karena itu setiap tingkatan manajemen dihadapkam pada tanggung jawab masing-masing.

4. Bersifat sebagai alat perencanaan, koordinasi dan pengendalian.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

26

Setiap manajer pusat pertanggungjawaban bertanggung jawab terhadap

kegiatan atau elemen-elemen yang secara langsung berada di bawah wewenang

pengendaliannya. Salah satunya adalah tanggung jawab manajer terhadap biaya.

Agar manfaat akuntansi pertanggungjawaban ini tercapai, organisasi harus

mengamati dan menggolongkan biaya sesuai dengan tingkat manajemen yang

bertanggung jawab. Anggaran setiap pusat pertanggungjawaban dibandingkan

dengan realisasinya agar dapat diketahui dan ditentukan prestasi manajer pusat

pertanggungjawaban yang dapat diketahui melalui laporan prestasi.

2.5 Biaya Terkendali dan Biaya Tidak Terkendali

Setiap departemen akan meminta tanggung jawab atas apa yang dapat

manajer

yang bersangkutan kendalikan secara langsung. Setiap manajer pusat

pertanggungjawaban diharuskan untuk dapat mengidentifikasikan biaya yang

berada di bawah pengawasannya (controllable) dan yang tidak berada di bawah

pengawasannya (uncontrollable).

Dalam hal ini (akuntansi pertanggungjawaban), hanya biaya yang dapat

dikendalikan yang harus dipertanggungjawabkan oleh manajer pusat

pertanggungjawaban. Horngren, dkk (2000;340) mengemukakan pengertian

biaya terkendali dan biaya tidak terkendali sebagai berikut :

“Controllable cost is any cost that is influenced by a manager’s

decisions and actions. Uncontrollable cost is any cost cannot be affected

by management of responsibility center within a given span”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa biaya terkendali merupakan

biaya yang secara langsung dipengaruhi oleh manajer suatu pusat

pertanggungjawaban dalam periode tertentu. Sedangkan biaya tidak terkendali

merupakan biaya yang tidak secara langsung dipengaruhi oleh manajer suatu

pusat pertanggungjawaban dalam suatu periode.

Kenyataan yang ada sekarang seringkali kesulitan untuk memisahkan

biaya terkendali dan biaya tidak terkendali, tetapi adanya pedoman untuk

menetapkan apakah suatu biaya dapat dibebankan sebagai tanggung jawab

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

27

seorang manajer pusat pertanggungjawaban atau tidak menurut Mulyadi

(2001;168) adalah :

“1. Seseorang memiliki wewenang dalam perolehan dan penggunaan jasa, akan dibebani dengan biaya tersebut.

2. Seseorang yang dapat mempengaruhi jumlah biaya tertentu, dibebani dengan biaya tersebut.

3. Seseorang yang tidak dapat mempengaruhi, dapat menaruh perhatian dan dapat membantu orang-orang yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi.”

Dari pedoman tersebut, dapat dikatakan bahwa pertanggungjawaban dapat

diminta dari seorang manajer bila manajer tersebut memiliki wewenang dalam

mengadakan dan menggunakan jasa tertentu. Biaya terkendali harus dipisahkan

secara tegas dan jelas, karena tidak semua biaya yang terjadi dalam pusat

pertanggungjawaban dapat dikendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban,

maka dalam pengumpulan dan pelaporan biaya antara biaya terkendali dan biaya

tidak terkendali harus dipisahkan pada setiap pusat pertanggungjawaban.

2.6 Klasifikasi dan Kode Rekening Untuk Akuntansi Pertanggungjawaban

Sistem biaya yang ada pada perusahaan disesuaikan dengan struktur

organisasi untuk penerapan akuntansi pertanggungjawaban. Dalam pengendalian

biaya, setiap biaya yang dikeluarkan dikelompokkan sesuai dengan pusat

pertanggungjawaban yang bersangkutan dengan tujuan agar manajemen dapat

mempertanggungjawabkan biaya yang dikeluarkan tersebut.

Untuk dapat memudahkan pengelompokkan setiap perkiraan diperlukan

bagan perkiraan yang memuat perkiraan-perkiraan tersebut baik yang ada di

dalam neraca maupun perhitungan laba rugi. Perkiraan tersebut diberi kode

tertentu sesuai dengan tingkat manajemen atau bagian pusat-pusat

pertanggungjawaban yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan dimana akan

dibebani dengan biaya yang terjadi di dalamnya dan biaya yang dibebankan

tersebut harus dipisahkan antara biaya terkendali dengan yang tidak terkendali.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

28

Tujuan pemberian kode menurut Mulyadi (1993;130) adalah sebagai

berikut :

“1. Mengidentifikasi data akuntansi secara unik. 2. Meringkas data. 3. Mengklasifikasikan rekening atau transaksi. 4. Menyampaikan makna tertentu.” Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa data akuntansi harus

diidentifikasi agar dapat dilakukan pencatatan, klasifikasi, penyimpanan, dan

pengambilan data yang benar. Selain itu data akuntansi harus lebih ringkas agar

dapat menunjukkan ke dalam klasifikasi apa suatu rekening dan agar dapat

menyampaikan informasi yang mempunyai makna tertentu.

Pengklasifikasian dan pengkodean rekening harus disusun sedemikian

rupa agar memungkinkan pengumpulan biaya yang terkendali dari setiap

tingkatan manajemen. Dengan adanya pengklasifikasian dan pengkodean rekening

ini akan mempermudah dalam pencarian rekening yang diinginkan, proses

pencatatan, pengklasifikasian dan pelaporan tentang data akuntansi yang

diperlukan. Menurut Mulyadi (1993;132), klasifikasi perkiraan dalam bagan

perkiraan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

“1. Aktiva Lancar 2. Investasi Jangka Panjang 3. Aktiva Tetap Berwujud 4. Aktiva Tetap Tidak Berwujud 5. Aktiva Lain-lain 6. Hutang Lancar 7. Hutang Jangka Panjang 8. Modal 9. Pendapatan Penjualan 10. Harga Pokok Penjualan 11. Biaya Produksi 12. Biaya Administrasi dan Umum 13. Biaya Pemasaran 14. Penghasilan di Luar Usaha 15. Biaya di Luar Usaha 16. Rugi-Laba”.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

29

Kode-kode tersebut harus disusun dengan konsisten agar perkiraan-

perkiraan tersebut dapat diketahui dan dibedakan. Cara-cara yang dapat digunakan

untuk pemberian kode yaitu dengan angka, huruf atau kombinasi antara keduanya.

Menurut Mulyadi (1993;131), ada lima metode pemberian kode yaitu :

“1. Kode Angka atau Alfabet Urut (numerical-or alphabetic-sequence

code) 2. Kode Angka Blok (block numeric code) 3. Kode Angka Kelompok (group numeric code)

4. Kode Angka Desimal (decimal code) 5. Kode Angka Urut Didahului dengan Huruf (numerical sequence

preceded by an alphabetic reference)” Dengan keterangan sebagai berikut :

1. Kode Angka atau Alfabet Urut (numerical-or alphabetic-sequence code)

Dalam metode ini rekening buku besar diberi kode angka atau huruf yang

berurutan.

Sifat khusus kode ini yaitu :

a. Rekening diberi angka urut dari kecil ke besar.

b. Jumlah angka dalam kode tidak sama.

c. Perluasan klasifikasi rekening menyebabkan perluasan semua kode

rekening yang kodenya lebih besar dari kode yang mengalami perluasan.

2. Kode Angka Blok (block numeric code)

Kode yang diberikan pada tiap klasifikasi tidak menggunakan urutan digit,

tapi diberi satu blok nomor pada tiap kelompok. Penggunaan kode ini

mengatasi kelemahan pada kode angka urut dimana jika ada perluasan

klasifikasi pada rekening tidak menyebabkan perubahan kode rekening yang

lebih besar.

Seperti :

a. Kelompok Aktiva kodenya 100-199

b. Kelompok Hutang kodenya 200-249

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

30

Sifat khusus kode ini yaitu :

a. Rekening diberi kode blok angka yang berurutan, dari kecil ke besar.

b. Jumlah angka yang ada dalam kode tidak sama.

c. Perluasan klasifikasi pada rekening ditampung dengan menyediakan angka

cadangan dalam tiap blok yang diperkirakan akan mengalami perluasan

klasifikasi.

3. Kode Angka Kelompok (group numeric code)

Kode ini terbentuk dari dua atau lebih sub kode yang dikombinasikan menjadi

satu kode.

Sifat khusus kode ini yaitu :

a. Rekening diberi kode angka atau kombinasi angka dan huruf.

b. Jumlah angka dan/atau huruf kode tetap.

c. Posisi angka dan/atau huruf dalam kode punya arti tertentu.

d. Perluasan klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka dan/atau

huruf ke kanan.

4. Kode Angka Desimal (decimal code)

Kode ini memberikan kode angka terhadap klasifikasi yang membagi

kelompok menjadi maksimum 10 subkelompok dan membagi subkelompok

menjadi maksimum10 golongan yang lebih kecil dari subkelompok tersebut.

Karakteristik kode ini yaitu :

a. Rekening diberi kode dengan angka yang berurutan, dari kecil ke besar.

b. Jumlah angka kode tidak sama.

c. Klasifikasi besar memiliki jumlah angka yang lebih sedikit bila

dibandingkan dengan klasifikasi rinciannya.

d. Pemberian kode perluasan dilakukan dengan menambah 1 angka di sebelah

kanannya.

5. Kode Angka Urut Didahului dengan Huruf (numerical sequence preceded by

an alphabetic reference)

Metode ini menggunakan kode yang berupa kombinasi angka dengan huruf.

Tiap rekening diberi kode angka yang didepannya dicantumkan huruf.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

31

Singkatan kelompok rekening tersebut. Contohnya :

AL 101

ATL 112

AL adalah Aktiva Lancar dan ATL adalah Aktiva Tidak Lancar

Untuk lebih jelasnya, penulis akan memberikan ilustrasi mengenai klasifikasi dan

kode rekening untuk akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi

(1993;137) sebagai berikut :

1

2

3

4 5

Direktorat Departemen Bagian Jenis Biaya

Pusat Pertanggungjawaban

Dengan pemberian kode ini akan mempermudah mencari rekening yang

dibutuhkan, mempermudah proses pencatatan, pengklasifikasian dan pelaporan

data akuntansi.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam merancang kode rekening

ini,menurut Mulyadi (1993;141), yaitu :

“1. Kerangka kode harus secara logis memenuhi kebutuhan pemakai pengolahan data yang digunakan.

2. Setiap kode rekening harus mewakili secara unik unsur yang diberi kode.

3. Desain kode harus mudah disesuaikan dengan tuntutan perubahan.”

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian kode rekening ini

harus mempertimbangkan kebutuhan pemakai dan tidak membingungkan pemakai

kode rekening itu sendiri.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

32

2.7 Laporan Pertanggungjawaban

Pada perusahaan, laporan intern dibuat untuk kepentingan manajemen

yaitu mengevaluasi hasil kerja yang akan datang. Bentuk atau banyaknya laporan

tiap perusahaan berbeda, disebabkan oleh misalnya skala perusahaan yang

berbeda. Namun terdapat kesamaan dalam hal tertentu yang harus diperhatikan

saat menyusun laporan intern.

Dalam hal ini laporan pertanggungjawaban merupakan salah satu laporan

intern yang digunakan untuk mengukur prestasi karyawan dalam melaksanakan

tanggung jawabnya pada pusat pertanggungjawaban selama periode tertentu.

Dalam laporan ini dimuat juga penyimpangan biaya yang terjadi antara anggaran

dengan realisasinya, agar dapat diketahui adanya ketidakefisienan dan masalah

yang terjadi dalam perusahaan. Tiap bidang pertanggungjawaban harus

memisahkan biaya-biaya menjadi biaya terkendali dan biaya tidak terkendali saat

melakukan pengumpulan dan pelaporan biaya.

Semua isi dari laporan pertanggungjawaban harus disesuaikan dengan

tingkatan manajemen yang akan menerimanya. Sesuai dengan terjemahan dari

Alfonsus Sirait, tujuan laporan pertanggungjawaban menurut Usry & Hammer

(1997;466) adalah :

“1. Memberikan informasi kepada manajer dan atasan mengenai Pelaksanaan atau prestasi kerja dalam bidang-bidang yang ditanggung jawabkan.

2. Mendorong para manajer dan atasan untuk mengambil tindakan langsung yang diperlukan guna memperbaiki prestasi kerja.”

Secara garis besarnya laporan pertanggungjawaban mempunyai tujuan

untuk memberikan informasi kepada manajer atau atasan tentang pelaksanaan atau

prestasi kerja yang ada atau yang terjadi dalam bidang yang menjadi tanggung

jawabnya. Laporan pertanggungjawaban juga bertujuan untuk mendorong para

manajer atau atasan mengambil tindakan langsung yang diperlukan guna

memperbaiki prestasi kerja.

Ada beberapa prinsip yang dianggap sebagai dasar pelaporan manajemen

yang baik agar laporan mempunyai tujuan yang tepat, seperti yang dikemukakan

oleh Willson and Campbell (1995;550) yang kemudian diterjemahkan oleh

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

33

Tjintjin F. Tjendera bahwa beberapa pedoman dasar yang dimaksud di atas

adalah sebagai berikut :

“1. Harus diterapkan konsep “pertanggungjawaban”. 2. Sedapat mungkin diterapkan prinsip “pengecualian”. 3. Secara umum, angka-angka harus dapat diperbaiki.

4. Sejauh yang dapat dilaksanakan, data harus semakin ringkas untuk jenjang kepemimpinan yang semakin tinggi.

5. Laporan pada umumnya harus mencakup komentar-komentar interpretative atau yang jelas dengan sendirinya.”

Kelima prinsip tersebut menjadi prinsip dasar bagi sistem pelaporan

keuangan yang baik. Selain prinsip tersebut di atas, masih terdapat syarat

tambahan untuk membuat laporan yang baik menurut Willson and Campbell

(1995;552) yang kemudian diterjemahkan oleh Tjintjin F. Tjendera yaitu :

“1. Laporan harus tepat waktu. 2. Laporan harus sederhana dan jelas.

3. Laporan harus dinyatakan dalam bahasa dan istilah yang dikenal oleh pimpinan yang akan memakainya.

4. Laporan harus disajikan dalam urutan yang logis. 5. Laporan harus akurat.

6. Bentuk penyajian harus disesuaikan dengan pimpinan yang akan menggunakannya.

7. Selalu distandarisasi apabila mungkin. 8. Rancangan laporan harus mencerminkan sudut pandang

pimpinan. 9. Laporan harus berguna. 10. Biaya penyiapan laporan harus dipertimbangkan.

11. Perhatian yang diberikan untuk penyiapan laporan harus sebanding dengan manfaatnya.”

Milton F. Usry and Lawrence H. Hammer (1997;467) yang kemudian

diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait juga menambahkan asas-asas dari laporan

yaitu :

“1. Laporan harus sesuai dengan bagan organisasi. 2. Bentuk dan isi laporan harus konsisten setiap kali diterbitkan. 3. Laporan harus cepat dan tepat waktu. 4. Laporan harus diterbitkan secara teratur. 5. Laporan harus mudah dicerna.

6. Laporan harus memberikan rincian yang memadai namun tidak berlebihan.

7. Laporan harus memuat angka-angka yang dapat dibandingkan, yaitu perbandingan antara angka aktual dengan anggaran atau

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

34

antara standar dengan hasil (aktual) dan harus menunjukkan varians-varians yang terjadi.

8. Laporan harus bersifat analitis. 9. Laporan untuk manajemen operasi harus dinyatakan baik dalam

unit fisik atau dalam nilai uang. 10. Laporan dapat cenderung menonjolkan keefisienan dan ketidak

efisienan dalam departemen.” Dari hal-hal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen

harus memperhatikan faktor ketepatan, kecepatan, dan kegunaan laporan untuk

kepentingan manajemen yang bersangkutan. Meskipun penampilan laporan

tersebut lengkap dan baik tetapi kalau laporan tersebut terlambat, maka laporan

tersebut tidak atau kurang mempunyai nilai. Bentuk penyajian laporan juga harus

disesuaikan dengan pimpinan yang akan menggunakannya. Laporan harus disusun

sedemikian rupa agar penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat diketahui

dengan jelas dan dapat perhatian dari manajer yang bertanggung jawab, sehingga

ia tidak perlu terlalu banyak membaca dan mencari dalam laporan tersebut.

2.8 Pengertian Efektifitas

Pengertian efektifitas menurut Horngren (2000;228) adalah :

“Effectiveness is the degree to which a predetermined objective or target

is met”

Pada dasarnya efektifitas merupakan derajat keberhasilan organisasi, sejauh mana

organisasi dinyatakan berhasil dalam usahanya mencapai tujuan organisasi.

Sedangkan menurut Anthony and Govindarajan (1998;131) efektifitas adalah :

“Effectiveness is the relationship between a responsibility center’s

output and it’s objective.”

Dimana efektifitas juga merupakan usaha pencapaian sasaran yang dipilih setelah

mempertimbangkan alternatif yang bersangkutan. Suatu unit akan efektif jika

kontribusi output terhadap tujuan semakin besar. Karena tujuan atau hasil sulit

diukur secara kuantitas maka efektifitas sering diukur dengan pertimbangan lain

atau dinyatakan dalam istilah non-kuantitatif.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

35

2.9 Pemasaran

2.9.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan faktor penting dalam siklus yang berawal dan

berakhir dengan kebutuhan konsumen. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan

yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan pemasaran diharapkan kebutuhan

konsumen dapat tercukupi dan dapat dikombinasikan dengan data pasar misalnya

dengan kesukaan dan jumlah permintaan konsumen.

Menurut Philip Kotler (2001;7), pemasaran adalah :

“Marketing is a social and managerial process where by individuals and

groups obtain what they need and want throught creating and

exchanging products and value with others”.

Dari definisi tersebut di atas jelaslah bahwa pemasaran merupakan proses sosial

dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang

mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik

produk dan nilai dengan orang lain.

Pada pengertian di atas bisa kita lihat penekanannya semua adalah

kebutuhan, keinginan, dan kepuasan konsumen melalui usaha untuk mengetahui

apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen yang kemudian disediakan

dan disampaikan kepada konsumen. Aktifitas pemasaran harus dapat dikelola

dengan efektif oleh suatu perusahaan agar pemasaran yang dilakukan dapat

berhasil dengan baik.

2.9.2 Tujuan Pemasaran

Sesuai dengan terjemahan dari Wilhelmus W. Bakuwantum bahwa

Philip Kotler (1994;6) mengemukakan tujuan pemasaran sebagai berikut :

“Penjualan hanyalah salah satu dari berbagai fungsi pemasaran dan seringkali bukan merupakan bagian yang terpenting. Kalau pemasaran melakukan pekerjaan yang baik untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen, mengembangkan dan menetapkan harga yang tepat, mendistribusikan serta mempromosikannya secara efektif, maka akan sangat mudah menjual barang-barang tersebut.”

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

36

Jadi dapat disimpulkan apabila pemasaran melakukan pekerjaannya dengan baik

maka tujuan perusahaan akan tercapai. Sebelum pemasaran dilakukan ,

perusahaan harus menetapkan tujuan pemasaran terdahulu antara lain

mengidentifikasi kebutuhan konsumen untuk menciptakan kepuasan konsumen,

menetapkan harga yang tepat agar produk yang dijual dapat dijangkau masyarakat

luas, mendistribusikan produk dan mempromosikan produk agar produk yang

dihasilkan perusahaan dapat terjual dengan mudah.

2.9.3 Pengendalian Pemasaran

Pengendalian merupakan usaha perusahaan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Kebutuhan akan pengendalian meningkat sejalan dengan

berkembangnya suatu perusahaan. Manajemen dapat melakukan pengendalian

antara lain dengan cara membandingkan hasil pelaksanaan dengan rencana atau

anggaran yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan.

Pengendalian menurut Usry and Hammer (1997;5) adalah sebagai

berikut :

“Pengendalian (control) merupakan usaha sistematis dari perusahaan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang penting”.

Pengertian lain yang dikemukakan oleh Anthony, dkk (1998;688) adalah :

“Control may be defined simply as the action necessary assure that

objectives, plans, policies and standards are being attained.”

Dari pengertian di atas dapat kita katakan secara umum bahwa

pengendalian merupakan usaha manajemen untuk mencapai tujuan dengan

membandingkan antara hasil pelaksanaan dengan rencana-rencana yang telah

ditetapkan sebelumnya. Salah satu kegiatan perusahaan yang perlu untuk

dikendalikan adalah pemasaran perusahaan.

Pemasaran yang dilakukan suatu perusahaan harus dapat dikendalikan

dimana pengendalian pemasaran merupakan proses pengumpulan dan evaluasi

hasil-hasil strategi dan rencana pemasaran serta pengambilan tindakan perbaikan

untuk menjamin bahwa tujuan pemasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

37

Pengendalian pemasaran terdiri dari empat tahap yaitu :

1. Manajemen menetapkan tujuan pemasaran secara spesifik.

2. Manajemen mengukur kinerjanya di pasar.

3. Manajemen mengevaluasi sebab-sebab terjadinya perbedaan antara kinerja

nyata dengan kinerja yang diharapkan.

4. Manajemen melakukan tindakan perbaikan untuk menutup perbedaan antara

tujuan yang diharapkan dengan kinerja nyatanya.

Dimana bila terdapat perbedaan atau penyimpangan yang bernilai material harus

segera dilakukan tindakan perbaikan atau penyesuaian. Kegiatan pengendalian ini

harus dilakukan terus menerus jika manajemen ingin tetap berada dalam batas-

batas kemampuan yang telah ditetapkan.

2.10 Biaya Pemasaran

2.10.1 Pengertian Biaya Pemasaran

Pelaksanaan kegiatan pemasaran dalam aktivitas pemasaran membutuhkan

sejumlah biaya yang digunakan untuk mendukung biaya pemasaran, biaya-biaya

inilah yang disebut biaya pemasaran.

Menurut Willson and Campbell (1995;292) yang kemudian

diterjemahkan oleh Tjintjin F. Tjendera, biaya pemasaran sama dengan biaya

distribusi, yaitu :

“Biaya distribusi adalah biaya yang berhubungan dengan semua kegiatan, mulai dari saat barang-barang telah dibeli atau diproduksi sampai dengan barang-barang tiba di tempat pelanggan. Ini meliputi bagian dari semua biaya yang dibebankan pada kegiatan penjualan termasuk biaya administrasi umum dan biaya finansial.”

Sedangkan menurut Mulyadi (1999;529), biaya pemasaran memiliki dua

pengertian yaitu :

“1. Dalam arti sempit, biaya pemasaran seringkali dibatasi, artinya sebagai biaya penjualan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menjual dan membawa produk ke pasar.

2. Dalam arti luas, biaya pemasaran meliputi semua biaya yang terjadi sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai produk tersebut diubah kembali dalam bentuk uang tunai.”

Page 38: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

38

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya pemasaran merupakan

pengorbanan terhadap semua kegiatan yang terjadi mulai dari terciptanya produk

sampai dengan produk tersebut dijual atau di ubah kembali menjadi bentuk uang.

Kegiatan-kegiatan tersebut yaitu kegiatan penjualan, administrasi dan finansial.

2.10.2 Penggolongan Biaya Pemasaran

Menurut Willson and Campbell (1995;292) yang kemudian

diterjemahkan oleh Tjintjin F. Tjendera, biaya pemasaran atau biaya distribusi

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

“1. Biaya langsung penjualan. Semua biaya langsung penjualan untuk memperoleh order,

termasuk biaya langsung dari para salesman, pengembalian penjualan, kantor-kantor cabang dan jasa penjualan yaitu semua biaya yang lazim berhubungan dengan pencarian order.

2. Biaya periklanan dan promosi penjualan. Semua pengeluaran media advertensi, biaya-biaya yang

berhubungan dengan berbagai jenis promosi penjualan, pengembangan pasar dan publisitas.

3. Biaya transportasi. Semua beban transportasi untuk mengirim barang kepada para

pelanggan dan atas barang yang dikembalikan, serta biaya untuk mengelola dan memelihara bekerjanya fasilitas-fasilitas transportasi keluar.

4. Biaya pergudangan dan penyimpanan. Semua biaya untuk pergudangan, penyimpanan, penanganan

persediaan, pemenuhan order, dan pembukuan serta penyiapan pengiriman.

5. Biaya distribusi umum. Semua biaya lain yang berhubungan dengan fungsi-fungsi

distribusi di bawah manajemen penjualan yang tidak termasuk pada klasifikasi-klasifikasi satu sampai dengan empat di atas. Ini dapat meliputi biaya umum pengelolaan penjualan, riset pasar, dan fungsi-fungsi staf seperti akuntansi.”

Masih menurut Mulyadi (1999;530) bahwa biaya pemasaran terbagi menjadi dua

kelompok besar :

“1. Biaya mendapatkan pesanan (order getting costs), semua biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan.

Contoh : biaya salesman, advertensi, komisi.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

39

2. Biaya memenuhi pesanan (order filling costs), adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengusahakan agar produk sampai ke tangan pembeli.

Contoh : biaya pembungkusan dan pengiriman, biaya penagihan.”

Mulyadi (1999;530) menggolongkan biaya pemasaran berdasarkan fungsi

atau kegiatan pemasarannya, yaitu sebagai berikut :

“1. Fungsi penjualan. Terdiri dari kagiatan untuk memenuhi pesanan yang diterima

pelanggan. Contoh : gaji salesman, bonus dan komisi serta biaya perjalanan

salesman, biaya telepon. 2. Fungsi advertensi. Terdiri dari kegiatan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan

order melalui kegiatan advertensi dan promosi. Contoh : gaji karyawan bagian advertensi, biaya iklan, biaya

pemasaran, biaya promosi, biaya sampel. 3. Fungsi pergudangan. Terdiri dari kegiatan penyimpanan produk jadi yang siap untuk

dijual. Contoh : gaji karyawan bagian gudang, sewa gudang. 4. Fungsi pembungkusan dan pengiriman. Terdiri dari kegiatan pembungkusan produk dan pengiriman

produk kepada pembeli. Contoh : gaji karyawan bagian pembungkusan dan pengiriman,

biaya bahan untuk pembungkus, biaya eksploitasi truk, biaya pengiriman, biaya angkutan untuk produk yang dikembalikan.

5. Fungsi kredit dan penagihan. Terdiri dari kegiatan pemantauan kemampuan keuangan

pelanggan dan penagihan piutang dari pelanggan. Contoh : gaji karyawan bagian penagihan, kerugian penghapusan

piutang, potongan tunai. 6. Fungsi akuntansi pemasaran. Terdiri dari kegiatan pembuatan faktur dan penyelenggaraan

catatan akuntansi penjualan. Contoh : gaji karyawan bagian administrasi pemasaran.”

Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya dapat

dibagi menjadi dua golongan yaitu biaya untuk mendapatkan pesanan dan biaya

untuk memenuhi pesanan. Selain hal tersebut di atas, biaya juga dapat dibagi

menurut fungsinya yaitu biaya penjualan, biaya advertensi atau promosi, biaya

pengiriman, biaya pembungkusan, biaya penagihan dan biaya distribusi umum

dan akuntansi.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

40

2.10.3 Karakteristik Biaya Pemasaran

Karakteristik biaya pemasaran menurut Mulyadi (1999;531) adalah

sebagai berikut :

“1. Banyak ragam kegiatan pemasaran ditempuh oleh perusahaan dalam memasarkan produknya, sehingga perusahaan yang sejenis produknya belum menempuh cara pemasaran yang sama.

2. Kegiatan pemasaran seringkali mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan perubahan kondisi pasar.

3. Kegiatan pemasaran berhadapan dengan konsumen yang merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.

4. Dalam biaya pemasaran terdapat biaya langsung dan biaya bersama (joint cost) yang lebih sulit pemecahannya bila dibandingkan dengan yang terdapat dalam biaya produksi.”

Jadi jelaslah bahwa biaya pemasaran berbeda dengan biaya produksi yang mana

pemasaran berhubungan dengan konsumen yang merupakan variabel yang sulit

dikendalikan dan mengalami perubahan terhadap tuntutan pasar.

2.10.4 Anggaran Biaya Pemasaran

Penyusunan anggaran biaya pemasaran dipengaruhi oleh besarnya

penjualan yang diharapkan dapat dicapai oleh perusahaan. Penyusunan anggaran

ini dibuat setelah anggaran penjualan disusun. Dimana dalam anggaran penjualan

terdapat rincian lebih lanjut yang didasarkan pada jenis produk yang dijual, daerah

penjualan, golongan pelanggan, saluran distribusi dan lain sebagainya. Anggaran

biaya pemasaran juga akan merinci lebih lanjut sesuai angaran penjualan yang

disusun.

Menurut Supriyono (1992;205), langkah-langkah penyusunan anggaran

biaya pemasaran adalah sebagai berikut :

“1. Menyusun anggaran biaya pemasaran atas dasar jenis biaya pemasaran.

2. Mendistribusikan setiap jenis biaya pemasaran ke dalam setiap fungsi pemasaran.

3. Alokasi biaya pemasaran dari setiap fungsi ke dalam setiap pusat laba.”

Page 41: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

41

Dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Menyusun anggaran biaya pemasaran atas dasar jenis biaya pemasaran.

Pada awal periode disusun anggaran setiap jenis biaya pemasaran yang

digolongkan kepada :

a) Hubungannya dengan kegiatan pemasaran, yaitu :

1) Biaya pemasaran langsung.

Adalah biaya pemasaran yang terjadi atau yang manfaatnya dapat

diidentifikasi kepada objek atau pusat laba tertentu.

2) Biaya pemasaran tidak langsung.

Adalah biaya pemasaran yang terjadi atau yang manfaatnya tidak dapat

diidentifikasi kepada objek atau pusat laba tertentu.

Penggolongan ini mempunyai manfaat untuk mendistribusikan setiap jenis

biaya pemasaran. Dimana biaya langsung dapat didistribusikan secara

langsung kepada objek atau pusat laba tertentu dan biaya tidak langsung

harus didistribusikan dengan dasar tertentu yang relatif adil, tepat dan

praktis.

b) Hubungannya dengan variabilitas biaya terhadap volume atau kegiatan

dalam penggolongan biaya yaitu :

1) Biaya pemasaran tetap.

Adalah biaya pemasaran dimana jumlah totalnya tidak berubah

(konstan) terhadap perubahan kegiatan atau volume pemasaran sampai

dengan tingkat kapasitas tertentu. Misalnya gaji manajer dan staf,

biaya penyusutan, dan sebagainya.

2) Biaya pemasaran variabel.

Adalah biaya pemasaran dimana jumlah totalnya berubah secara

proporsional dengan perubahan kegiatan atau volume pemasaran.

Semakin besar kegiatan atau volume pemasaran maka semakin besar

jumlah biaya pemasaran variabelnya, demikian pula sebaliknya.

Penggolongan ini bermanfaat untuk tujuan pengendalian biaya pemasaran.

Page 42: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

42

c) Penggolongan biaya pemasaran dihubungkan dengan dapat dikendalikan

atau tidaknya suatu biaya yaitu :

1) Biaya pemasaran terkendali.

Adalah biaya yang secara langsung dapat dikendalikan atau

dipengaruhi oleh seorang pimpinan berdasarkan wewenang yang

dimilikinya dalam jangka waktu tertentu.

2) Biaya pemasaran tidak terkendali.

Adalah biaya pemasaran yang tidak dapat dikendalikan atau

dipengaruhi oleh seorang pimpinan berdasarkan wewenang yang

dimilikinya dalam jangka waktu tertentu.

Penggolongan ini mempunyai manfaat untuk tujuan pengendalian biaya

pemasaran. Dalam jangka pendek, biaya terkendali umumnya adalah

elemen biaya variabel dan biaya yang tidak terkendali umumnya adalah

biaya tetap. Sedangkan dalam jangka panjang, kedua konsep ini sangat

berbeda dengan konsep variabilitas biaya karena dalam jangka panjang

biaya tetap dapat dikendalikan oleh tingkatan pimpinan tertentu.

Biaya pemasaran perlu digolongkan ke dalam rekening buku besar dan

pada prakteknya ditetapkan kode rekening untuk setiap biaya tersebut

dengan tujuan agar pencatatan biaya pemasaran dapat terselenggara

dengan baik. Karena perbandingan setiap jenis biaya antara yang

dianggarkan dengan realisasinya dari waktu ke waktu sangat terbatas

manfaatnya menyebabkan penggolongan biaya atas dasar jenis biaya ini

belum dapat dipakai sebagai dasar untuk mengendalikan pemasaran. Dari

uraian tersebut yang diketahui hanya penyimpangan setiap jenis biaya

tetap, namun tidak diketahui penyebabnya dan siapa yang

bertanggungjawab atas penyimpangan tersebut. Karenanya jenis biaya ini

sangat perlu dihubungkan dengan fungsi-fungsi yang ada pada kegiatan

pemasaran.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

43

2. Mendistribusikan setiap jenis biaya pemasaran kedalam fungsi-fungsi

pemasaran.

Biaya pemasaran perlu disusun anggaran fleksibel dan tarif biaya untuk setiap

fungsi agar dapat dilakukan pengendalian dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a) Mendistribusikan setiap jenis biaya yang ada kedalam fungsi-fungsi

pemasaran yang ada. Pada biaya langsung fungsi dapat didistribusikan

secara langsung ke setiap fungsi yang menikmati sedangkan pada biaya

tidak langsung fungsi memerlukan dasar distribusi pada setiap fungsi.

Syarat-syarat dasar distribusi yang dipilih yaitu :

1) Harus mencerminkan manfaat dari biaya yang didistribusikan,

sehingga distribusinya relatif adil dan teliti.

2) Harus dapat digunakan dengan praktis sehingga cepat dilaksanakan.

b) Menetapkan satuan pengukuran jasa yang dihasilkan oleh setiap fungsi.

Satuan pengukuran jasa ini akan dipakai untuk :

1) Menentukan persamaan dari anggaran fleksibel dan tarif biaya setiap

fungsi.

2) Melakukan usaha pemasaran dimana dasar alokasi biaya pemasaran

dari setiap fungsi kedalam setiap pusat laba tertentu, misalnya kesetiap

daerah pemasaran, jenis produk atau pusat laba yang lain secara adil,

teliti dan praktis.

Dari langkah-langkah pendistribusian tersebut dapat diketahui bahwa anggaran

biaya setiap fungsi tersebut dapat juga dikelompokkan ke dalam biaya tetap

dan biaya variabel.

3. Alokasi biaya pemasaran dari setiap fungsi ke dalam setiap pusat laba.

Anggaran biaya yang disusun untuk setiap fungsi pemasaran bermanfaat untuk

tujuan pengendalian biaya pemasaran. Langkah berikutnya yang harus

dilakukan agar mengetahui kemampuan setiap pusat laba di dalam

memberikan kontribusinya kepada laba perusahaan adalah dengan

mengalokasikan biaya yang dianggarkan dari setiap fungsi pemasaran ke

dalam setiap pusat laba.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

44

Analisis biaya pemasaran atas dasar pusat laba, dapat memilih salah satu atau

kombinasi dari cara penggolongan pusat laba yang umum sebagai berikut :

a. Analisis berdasarkan jenis produk.

b. Analisis berdasarkan daerah pemasaran.

c. Analisis berdasarkan kelompok pelanggan.

d. Analisis berdasarkan penjualan.

e. Analisis lain-lain dan kombinasi.

Pemilihan terhadap cara analisis yang akan dilakukan tergantung pada

masalah yang dihadapi perusahaan dan informasi yang diinginkan oleh

manajemen. Misalnya, untuk perusahaan yang menjual berbagai macam produk,

maka diperlukan analisis berdasarkan jenis produk, sedangkan untuk perusahaan

yang menjual produk pada daerah penjualan yang luas diperlukan analisis

berdasarkan daerah pemasaran. Kombinasi berbagai cara analisis akan lebih

bermanfaat kepada manajemen meskipun cara ini lebih sulit untuk dilaksanakan.

Dalam menganalisis biaya pemasaran untuk setiap pusat laba dapat

menggunakan dua konsep biaya yaitu :

1. Konsep harga pokok penuh (full costing)

Dimana setiap pusat laba dihitung besarnya laba bersih dengan menjumlahkan

penghasilan setiap pusat laba dikurangi semua biaya pada pusat laba yang

bersangkutan baik biaya tetap maupun biaya variabel.

2. Konsep harga pokok variabel (variabel costing)

Penggunaan konsep ini didorong oleh pemilihan alternatif di dalam

pengambilan keputusan dengan jalan menyajikan besarnya batas kontribusi

(contribution margin) setiap pusat laba, untuk dapat menutup biaya tetap dan

menghasilkan laba. Untuk tujuan itu, biaya pada setiap pusat laba harus

dikelompokkan ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel.

2.10.5 Pengendalian Biaya Pemasaran

Proses produksi dengan menggunakan kemajuan teknologi dapat membuat

produk yang dihasilkan dalam jumlah besar dan dapat menekan biaya produksi

satuan seminimal mungkin. Hal ini dapat mengakibatkan persaingan antar

Page 45: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

45

perusahaan sejenis semakin tajam. Dalam hal pemasaran, masing-masing

perusahaan akan berusaha memasarkan produknya seefektif mungkin agar sampai

kepada konsumen. Biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produknya harus

sesuai dengan hasil yang diperoleh perusahaan. Agar biaya yang dikeluarkan

efisien, maka perusahaan harus melakukan pengendalian biaya, terutama biaya

pemasaran karena pengendalian terhadap biaya ini merupakan faktor penting

perusahaan agar strategi pemasaran yang laksanakan berhasil dengan baik. Dalam

hal ini bisa terjadi suatu produk perusahaan tidak dapat bersaing dengan produk

sejenis karena biaya untuk menghasilkan produk terlalu tinggi, sehingga

menyebabkan harga jualnya terlalu tinggi. Karena itu setiap perusahaan perlu

mengendalikan semua biaya yang ada termasuk biaya pemasaran.

Proses pengendalian biaya pemasaran yang dapat diterapkan atau

dilakukan saat melaksanakan pengendalian terhadap biaya pemasaran adalah

sebagai berikut :

1. Penyusunan anggaran biaya pemasaran, dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Menyusun anggaran biaya pemasaran atas dasar jenis atau elemen biaya

pemasaran.

b. Mendistribusikan setiap jenis biaya pemasaran ke dalam setiap fungsi

pemasaran.

c. Mengalokasikan biaya pemasaran setiap fungsi ke dalam setiap pusat laba

yang merupakan usaha pemasaran.

2. Pembebanan biaya pemasaran kepada setiap fungsi, artinya pembebanan ke

dalam setiap fungsi pemasaran.

3. Pengumpulan biaya pemasaran yang sesungguhnya terjadi. Dengan klasifikasi

sebagai berikut :

a. Atas dasar dokumen atau bukti asli transaksi biaya pemasaran yang sah.

b. Mendistribusikan biaya pemasaran yang sesungguhnya kepada setiap

fungsi, yaitu:

1) Biaya promosi

2) Biaya iklan

Page 46: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

46

3) Biaya penjualan

4) Biaya pergudangan

5) Biaya pembungkusan

6) Biaya pengiriman

7) Biaya pemberian kredit dan penagihan

8) Biaya administrasi pemasaran

c. Mengalokasikan biaya pemasaran sesungguhnya dari setiap fungsi ke

dalam setiap pusat laba yang digunakan dalam menganalisis efektivitas

usaha pemasaran, dengan demikian manajemen dapat memperoleh

informasi tentang ‘apakah realisasi usaha pemasaran yang dicapai sesuai

dengan yang direncanakan’.

4. Analisis penyimpangan biaya pemasaran, yang dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menggolongkan biaya pemasaran sesuai dengan fungsi kegiatan

pemasaran agar dapat menggambarkan tingkat pertanggungjawaban

manajemen atas biaya pemasaran.

b. Memilih dasar atau satuan pengukur yang relatif adil, teliti dan praktis

untuk kegiatan setiap fungsi. Satuan pengukur tersebut akan dipakai

sebagai dasar penentuan tarif standar dan menganalisis penyimpangan

biaya yang terjadi.

c. Menentukan besarnya tarif yang standar untuk setiap fungsi.

d. Menentukan besarnya biaya yang dibebankan pada setiap fungsi dasar

tarif standar.

e. Mengumpulkan biaya yang sesungguhnya terjadi untuk setiap fungsi.

f. Membandingkan biaya yang dibebankan berdasarkan standar dengan

biaya yang sesungguhnya terjadi untuk setiap fungsi.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

47

2.11 Efektivitas Biaya Pemasaran

Efektivitas adalah hubungan antara keluaran pusat pertanggungjawaban

dengan tujuannya. Semakin besar kontribusi keluaran suatu pusat

pertanggungjawaban terhadap pencapaian tujuan perusahaan, maka akan semakin

efektif kegiatan pertanggungjawaban tersebut.

Efektivitas biaya pemasaran merupakan suatu nilai pencapaian tujuan pada

pengelolaan biaya pemasaran. Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian tujuan

tersebut adalah kemampuan manajemen dalam melaksanakan aktivitas, penerapan

prosedur, kebijaksanaan, dan strategi yang memadai. Aktivitas pemasaran yang

efektif merupakan aktivitas yang mampu memberikan kontribusi yang baik bagi

perusahaan dengan tercapainya efektivitas biaya pemasaran dimana aktivitas

tersebut merupakan salah satu penerapan dari akuntansi pertanggungjawaban.

Beberapa indikator yang harus dicapai agar efektivitas biaya pemasaran

dapat berhasil menurut Mulyadi dan Setyawan (2001;655) adalah :

“1. Tercapainya target biaya pemasaran yang telah direncanakan. 2. Terdapatnya efisiensi biaya pemasaran. 3. Tepat waktu dalam penyerahan. 4. Complain konsumen tidak signifikan.”

Hal-hal tersebut di atas merupakan penunjang tercapainya efektivitas biaya

pemasaran yang erat kaitannya dengan laba optimal yang akan dicapai

perusahaan. Jika dalam suatu perusahaan, manajemen pemasaran berhasil

memusatkan perhatiannya pada target biaya pemasaran yang telah direncanakan,

efisiensi biaya pemasaran, tepat waktu dalam penyerahan dan complain konsumen

yang tidak signifikan, maka akan dapat meningkatkan efektivitas biaya

pemasaran.

2.12 Peranan Akuntansi Pertanggungjawaban dalam Menunjang

Efektivitas Biaya Pemasaran

Bagian pemasaran merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu

perusahaan karena menyangkut kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan

membutuhkan manajer yang dapat merencanakan , mengelola, dan mengendalikan

Page 48: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin

48

pemasaran agar tujuan perusahaan dapat tercapai dan sesuai dengan target yang

dikehendaki.

Agar target pengelolaan biaya pemasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai

seefektif mungkin maka pelaksanaan aktivitas pemasaran harus dapat

dikendalikan.

Penyusunan anggaran pemasaran dapat dilakukan dengan akuntansi

pertanggungjawaban yang mana berfungsi sebagai alat pemotivasi kerja,

pelaporan aktivitas pemasaran yang menggambarkan hasil biaya pemasaran yang

sebenarnya dan juga dilakukan pembandingan antara pelaksanaan dengan

anggarannya. Dari pembandingan tersebut kita dapat mengetahui adanya

penyimpangan-penyimpangan dan sebab-sebab terjadinya hal tersebut agar dapat

diambil tindakan koreksi yang tepat. Perbaikan yang dilakukan diharapkan dapat

mendorong perusahaan untuk beroperasi lebih optimal dan efektif.

Penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam suatu perusahaan

memerlukan syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi. Jika syarat-syarat tersebut

dipenuhi maka pertanggungjawaban terhadap biaya khususnya biaya pemasaran

diharapkan akan menjadi lebih baik. Jadi dapat kita simpulkan bahwa penerapan

akuntansi pertanggungjawaban yang memadai akan menciptakan hubungan dan

dampak yang positif berupa tercapainya efektivitas biaya pemasaran.