bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...
TRANSCRIPT
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Loyalitas digambarkan sebagai sikap positif terhadap pembelian masa
depan, juga tercermin dari komitmen konsumen terhadap suatu merek (Wahyuni &
Fitriani, 2015), serta menunjukkan kesetiaan pelanggan pada objek tertentu, seperti
merek, produk, jasa, atau toko (Tjahyadi, 2006). Pembahasan mengenai loyalitas
yang banyak diteliti terbagi menjadi dua kelompok, yaitu loyalitas pelanggan
(customer loyalty) dan loyalitas merek (brand loyalty). Customer loyalty
merupakan tujuan utama dari perencanaan strategis (Kotler 1984, dalam Dick &
Basu, 1994) serta dasar penting untuk mengembangkan keunggulan kompetitif
yang berkelanjutan sebagai keuntungan yang dapat direalisasikan melalui upaya
pemasaran, dan brand loyalty menjadi salah satu ukuran yang paling umum
digunakan untuk menguji keefektifan strategi perusahaan (Sanchez Torres, Arroyo-
Cañada, & Arroyo, 2017).
Brand loyalty merupakan salah satu konsep bisnis penting dengan anggapan
bahwa biaya mempertahankan konsumen yang ada jauh lebih rendah daripada
memperoleh konsumen baru, dipandang pula sebagai ukuran bagaimana konsumen
tidak mau beralih dari satu merek, layanan, atau produk pada pesaing yang lain (A
Dictionary of Marketing, 2016 dalam Wilson, 2017). Konsumen yang setia pada
satu merek bersedia membayar lebih untuk merek tertentu, karena merasa memiliki
nilai di dalamnya sehingga tidak ada alternatif lain yang dapat dijadikan pilihan
(Wilson, 2017; Chaudhuri & Holbrook, 2001), sedangkan mempertahankan
konsumen yang ada dapat dicapai melalui customer loyalty, maka kedua konsep
tersebut sudah banyak diteliti hingga saat ini. Penerapan konsepnya berisi
subkategori brand loyalty dan penelitian pada customer loyalty yang telah
diterapkan secara luas pada brand loyalty (Bloemer & Kasper, 1995; Chaudhuri &
Holbrook, 2001; Wilson, 2017).
Membangun dan mengelola loyalitas merupakan salah satu tema central
yang banyak diteliti pemasar sejak dahulu (Erdoğmuş & Çiçek, 2012). Konsep
customer loyalty dikembangkan sejak awal tahun 1940 (Afsar, Nasiri, & Zadeh,
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2013), serta banyak diteliti oleh para ahli seperti George Day pada 1969, Jacoby
and Chestnut pada 1978, Richard Oliver pada 1999, dan terus mengalami
perkembangan hingga saat ini (Rai & Srivastava, 2012). Konsep brand loyalty telah
berkembang sekitar 60 tahun terakhir, evolusinyapun telah lama dikenalkan oleh
beberapa ilmuwan (Ha, Swinder, & Muthlay, 2013; Yeboah-ASiamah, Quaye, &
Nimako, 2016). Literatur tertua yang membahas mengenai brand loyalty yaitu
sebuah ulasan bisnis berjudul "Brand Loyalty-What, Where, How Much?" ditulis
oleh Ross. M Cunningham, dimuat dalam Harvard Business Review, volume 34
tahun 1956 halaman 116 (Tucker, 1964), selanjutnya dilakukan pengembangan
teori dan penelitian oleh beberapa ahli (Tucker, 1964; Jacoby & Kyner, 1973;
Bloemer & Kasper, 1995; Oliver, 1999) dan terus berlanjut hingga saat ini.
Perkembangan teknologi membawa pengaruh pada perubahan kegiatan
pemasaran, dari tradisional menjadi berbasis online atau via internet. Konsep
electronic loyalty (e-loyalty) merupakan perluasan dari konsep brand/customer
loyalty tradisional ke perilaku konsumen online, yang berkembang sejak awal tahun
2000. Dasar teoritis yang terdapat dalam e-loyalty dan loyalitas tradisional pada
umumnya digambarkan serupa, namun ada aspek unik dari perilaku pemasaran dan
pembeli berbasis internet (Gommans, Krishnan, & Scheffold, 2001). Pembahasan
awal konsep e-loyalty terdapat pada Harvard Business Review halaman 105-113
Tahun 2000, dengan judul “E-Loyalty, Your Secret Weapon on The Web“ yang
ditulis oleh Frederick F. Reichheld dan Phil Schefter, selanjutnya dilakukan
penelitian oleh beberapa ahli (Gommans et al., 2001; Anderson & Srinivasan, 2003;
Semeijn, Van Riel, Van Birgelen, & Streukens, 2005) dan terus berlanjut hingga
saat ini.
Penelitian mengenai e-loyalty telah dilakukan di beberapa industri, namun
sebagian besar terdapat pada industri pemasaran berbasis internet, seperti e-
commerce (Kim, Ferrin, & Raghav Rao, 2009; Semeijn et al., 2005; Srinivasan,
Anderson, & Ponnavolu, 2002), industri e-retail (Rahman, 2016), industri online
shopping (Zheng, Lee, & Cheung, 2017), industri jasa online banking (Floh &
Treiblmaier, 2006; Goel & Yang, 2015; López-Miguens & Vázquez, 2017), dan
industri e-market (Anderson & Swaminathan, 2011). Perkembangan penelitian e-
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
loyalty di Indonesia juga serupa, mengangkat tema pemasaran berbasis internet
seperti industri e-commerce (Antarwiyati, Nurhakim, & Kusuma, 2010; Surya,
Wijaya, 2015), industri jasa e-ticketing penerbangan (Hendika, Idrus, & Suman,
2011; Komara, 2013, 2015), dan industri e-commerce transportasi (Melinda, 2017).
Saat ini dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan internet,
telah memberi dukungan yang besar terhadap perubahan aktivitas bisnis, mulai dari
cara beriklan, cara jual beli, sampai cara berinteraksi antar manusia, yang dikenal
sebagai e-commerce atau bisnis secara online (Triyono Setyo, 2012). E-commerce
merupakan suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronis yang memfokuskan
diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai
medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua institusi (B-to-B) maupun
antara institusi dan konsumen langsung (B-to-C) (Pujastuti & Winarno, 2014).
Pertumbuhan e-commerce yang pesat telah memberikan kontribusi terhadap
penurunan e-loyalty yang stabil, terutama karena menggantikan keuntungan harga
rendah, seleksi dan kemudahan untuk interaksi tatap muka yang telah membentuk
perdagangan untuk sebagian besar sejarah manusia, namun penelitian yang
dilakukan oleh Malone (2013) mengenai konsep loyalty pada peritel Amerika
Serikat menunjukkan bahwa toko ritel brick-and-click (mempunyai toko fisik dan
virtual) terus memainkan peran penting dalam membangun e-loyalty yang
langgeng, dan seringkali memungkinkan serta mendukung kemajuan usaha e-
commerce bagi pelaku usahanya.
Bulan Juni pada tahun 2016 merupakan periode paling menguntungkan bagi
bisnis dan konsumen berbasis internet dengan jumlah pengguna online di seluruh
dunia melebihi 3,5 miliar (Internet World Statistics (IWS), 2016; dalam López-
Miguens & Vázquez, 2017). Gambar 1.1 tentang Data Statistik Pengguna Internet
Dunia 2018 menunjukan bahwa pada tanggal 30 Juni 2018 pengguna internet pada
tahun 2018 mengalami kenaikan dari tahun 2016 dan 2017, yakni mencapai lebih
dari 4,2 miliar tepatnya 4.208.571.287 pengguna dari sebelumnya 3.885.567.169
pengguna pada tahun 2017, dengan persentase tertinggi di Benua Asia sebesar
49,0% dari pengguna internet di seluruh dunia, disusul Eropa sebesar 16,8%, Afrika
sebesar 11,0%, Amerika Latin (Caribia) sebesar 10,4%, Amerika Utara sebesar
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8,2%, Timur Tengah sebesar 3,9% dan yang terendah di wilayah Oceania
/Austraslia sebesar 0,7% (Internet World Stats, 2018).
Sumber: Internet World Stats, akses 25 Desember 2018.
Gambar 1.1 Data Jumlah Pengguna Internet Dunia 2018
Pengguna internet di Indonesia juga sangat banyak dan terus mengalami
pertumbuhan. Gambar 1.2 tentang Data Pertumbuhan Pengguna Internet di
Indonesia menunjukan peningkatan jumlah pengguna yang signifikan dari tahun
1998 sampai 2017 (APJII, 2017). Data tahun 2017 menunjukan sebanyak 143,26
juta pengguna atau sekitar 54,68% dari total jumlah penduduk Indonesia yakni 262
juta jiwa, dengan pengguna terbanyak adalah masyarakat di Pulau Jawa (APJII,
2017), dan terus meningkat setiap tahunnya.
Sumber: APJII (2017).
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 1.2 Data Pertumbuhan Pengguna Internet di Indonesia
Tabel 1.1 tentang Indeks Statistik Digital Negara Indonesia menunjukan
bahwa dalam waktu 4 tahun periode 2015-2019, pengguna internet di Indonesia
mengalami kenaikan sebanyak 77,3 juta pengguna atau sebesar 106,33%, diikuti
pula dengan pertambahan populasi (berdasarkan jumlah masyarakat urbanisasi),
pengguna aktif social media, jumlah mobile subscription (dibandingkan dengan
data jumlah populasi), dan pengguna aktif mobile social (We Are Social, 2019).
Berdasarkan data tahun 2018, saat ini Indonesia menempati urutan ke-5 pengguna
internet terbanyak di dunia, dengan urutan pertama China, kedua India, diikuti
Amerika Serikat, dan Brazil (Internet World Statistic, 2018).
Tabel 1.1
Indeks Statistik Digital Negara Indonesia
Analisis
Periode (Nilai dalam Jutaan) Tingkat Penetrasi
Jan
2015
Jan
2016
Jan
2017
Jan
2018
Jan
2019
Jan
2015
Jan
2016
Jan
2017
Jan
2018
Jan
2019
Total
Populasi
(urbanisasi)
255,5 259,1 262,0 265,4 268.2 51% 55% 55% 56% 56%
Pengguna
Internet 72,7 88,1 132,7 132,7 150.0 28% 34% 51% 50% 56%
Pengguna
Aktif Media
Sosial
72,0 79,0 106,0 130,0 150.0 28% 30% 40% 49% 56%
Mobile
Subscription
(vs. populasi)
308,2 326,3 371,4 415,7 355.5 121% 126% 142% 157% 133%
Pengguna
Aktif Mobile
Social
62,0 66,0 92,0 120,0 130.0 24% 25% 35% 45% 48%
Sumber: diolah dari data 5 tahun, Wearesocial.com, akses 21 Juli 2019.
Peningkatan jumlah pengguna internet juga diikuti dengan perkembangan
jumlah penggiat e-commerce di Indonesia. Pada bulan Januari 2017, menurut
lembaga riset We Are Social (2017) Indonesia termasuk dalam negara dengan
tingkat pendapatan e-commerce terbaik di Asia Tenggara, hal ini dapat dilihat dari
semakin tumbuhnya aktivitas perdagangan berbasis online yang memudahkan
pedagang dan pembeli.
Tabel 1.2 mengenai Tingkat Pendapatan E-commerce Indonesia hasil riset
We Are Social bulan Januari 2017 sampai Januari 2019 menunjukan bahwa jumlah
orang Indonesia yang melakukan transaksi via e-commerce tahun 2017 sebanyak
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
24,74 juta jiwa, dengan tingkat penetrasi 9%, total nilai pasar nasional tahun 2016
sebesar US$ 5,6 miliar, dan rata-rata hasil pedapatan seorang pengguna pertahun
sebesar US$ 228 (We Are Social, 2017). Hasil survei pada tahun 2018 menunjukan
peningkatan yang signifikan, yaitu jumlah orang Indonesia yang melakukan
transaksi via e-commerce naik sebesar 13% menjadi 28,07 juta jiwa, dengan tingkat
penetrasi 11%, total nilai pasar nasional naik sebesar 22% menjadi US$ 7,056
miliar, dan rata-rata hasil pedapatan seorang pengguna pertahun naik sebesar 8%
menjadi US$ 251 (We Are Social, 2018). Hasil survei pada tahun 2019 menunjukan
peningkatan yang sangat drastis, yaitu jumlah orang Indonesia yang melakukan
transaksi via e-commerce naik sebesar 5,9% menjadi 107,0 juta jiwa hampir empat
kali lipat dari tahun 2018, dengan tingkat penetrasi 40%, total nilai pasar nasional
naik sebesar 23% menjadi US$ 9,536 miliar, dan rata-rata hasil pedapatan seorang
pengguna pertahun naik sebesar 16% menjadi US$ 89 (We Are Social, 2019).
Meningkatnya pendapatan dan jumlah pengguna dalam kurun waktu dua tahun ini
menggambarkan potensi bisnis yang menggiurkan, maka tidak heran banyak
masyarakat Indonesia tertarik mencoba peruntungan di bidang e-commerce (Hadi,
2017).
Tabel 1.2
Tingkat Pendapatan E-commerce Indonesia
Analisis Periode
2017 2018 2019
Total Number of People Purchasing
Consumer Goods via E-commerce 24,74 Juta 28,07 Juta 107 Juta
Penetration of Consumer Goods E-commerce
(Total Population) 9% 11% 40%
Value of The Consumer Goods E-commerce
Market (Total Annual Sales Revenue)
US$ 5,6
Miliar
US$ 7,056
Miliar
US$ 9,536
Miliar
Average Annual Revenue Per-User of
Consumer Goods E-commerce (ARPU) US$ 228 US$ 251 US$ 89
Sumber: Wearesocial.com, akses 21 Juli 2019.
Pertumbuhan e-commerce yang didapat dari cakupan pasar kelas menengah
telah membuka peluang bisnis bagi pengusaha untuk mendirikan perusahaan
startup online. Data yang dihimpun oleh lembaga survei Startup Ranking pada
bulan Januari tahun 2019, menunjukan bahwa Indonesia menempati urutan ke-5
dengan jumlah startup sebanyak 2,018 buah, yang didahului oleh Amerika Serikat
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada urutan pertama dengan 46,412 startup, diikuti oleh India, Inggris dan Kanada
secara berurutan.
Hasil riset Center for Human Genetic Research (CHGR) menunjukan
setidaknya ada dua ribu startup lokal di Indonesia pada 2016, tercatat sebagai
jumlah tertinggi pula di Asia Tenggara, dan diproyeksikan pertumbuhan jumlah
startup bisa mencapai 6,5 kali lipat atau 13.000 pada tahun 2020 (Hidayat, 2017).
Mengembangkan usaha startup di Indonesia memang tidak mudah, terdapat
peluang dan kendala yang dihadapi oleh perintisnya. Riset yang dilakukan Growth
from Knowledge (GfK) bertajuk "Understanding Mobile Apps Market in
Indonesia" menunjukan analisis dari kedua aspek tersebut. Hasilnya menyatakan
bahwa peluang usaha startup di Indonesia disebabkan oleh tingginya adopsi
aplikasi oleh para pengguna perangkat mobile (smartphone dan tablet) di Indonesia.
Adapun empat kendala utama yang dihadapi para pengembang startup adalah
masalah pendanaan pengembangan produk, pengadaan infrastruktur penunjang
usaha, keterbatasan teknologi, serta ketiadaan riset pasar yang mumpuni untuk
perbaikan produk serta dapat memenuhi kebutuhan konsumen (Bohang, 2015).
Permasalahan lain yang dihadapi berkaitan pula dengan proses branding.
Branding menjadi satu hal yang penting untuk dilakukan, tujuannya jelas, agar
usaha startup dikenal publik, memperoleh lebih banyak pengguna, dan memiliki
konsumen yang loyal atas brand tersebut. Kendala dalam proses branding yaitu:
startup cenderung memiliki cost yang terbatas, memerlukan kematangan dari segi
produk terlebih dahulu alih-alih ingin dikenal banyak orang, dan memiliki kapasitas
yang terbatas dari banyak hal tak hanya modal, tetapi juga manusianya (Lutfi,
2017). Kendala-kendala ini mencerminkan rendahnya tingkat ekuitas merek usaha
startup di Indonesia, dan tentu saja akan mengakibatkan kesulitan mencapai
brand/customer loyalty sebagai cara mempertahankan keberlanjutan usaha.
Kendala yang dialami mengakibatkan kesulitan perusahaan bertahan sehingga
beberapa usaha startup di Indonesia terpaksa gulung tikar (Adi, 2016).
Tingkat persaingan bisnis yang tinggi dianggap sebagai pemicu lain
kegagalan usaha di industri strartup. Sama-sama merintis, dan berjuang di pasar
yang belum stabil membuat para pebisnis startup wajib mempertahankan dan
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meningkatkan brand/customer loyalty yang sudah didapat (Ryza, 2017). Salah satu
cara untuk bertahan adalah membangun merek dan kepercayaan yang kuat agar
pelanggan tidak mudah beralih ke perusahaan yang lain (Xiao, Guo, D’Ambra, &
Fu, 2016), contohnya dengan pembentukan proses transaksi tepercaya dimana
penjual menciptakan lingkungan yang baik agar calon konsumen dapat merasa
santai dan yakin tentang transaksi prospektif (Tan & Sutherland, 2004; Kassim &
Abdullah, 2008).
Saat ini terdapat beberapa startup Indonesia yang telah berhasil melakukan
strategi bertahan, menunjukan keunggulan kompetitif, dan meraih brand/customer
loyalty dari konsumen, contohnya pada Tabel 1.3 berisi informasi Top 5 Traffic
Rank Website Startup E-commerce di Indonesia. Peringkat pada Tabel 1.3 dilihat
berdasarkan tingkat lalu lintas kunjungan pada online channel perusahaan dalam
daftar tabel, selanjutnya diberikan penilaian berupa startup rank score (SR Score)
yang mencerminkan pentingnya startup tersebut di internet. SR Score diperoleh
melalui perhitungan web startup rank serta startup rank social (Startup Ranking,
2018).
Berdasarkan Tabel 1.3 Top 5 Traffic Rank Website Startup E-commerce,
dapat diketahui bahwa lima besar peringkat startup diduduki oleh kategori penyedia
jasa online marketplace atau layanan online yang mempertemukan pembeli dengan
banyak pilihan penjual, dan menyediakan tempat bagi penjual yang ingin berjualan,
dapat diibaratkan seperti pasar (Matius, 2016). Posisi pertama ditempati Bukalapak,
yaitu salah satu stratup marketplace C2C (konsumen ke konsumen) lokal yang
mendapat keuntungan berupa komisi atas transaksi online, dengan cara
menyediakan rekening bersama (escrow) dan program pemasaran premium.
Tabel 1.3
Top 5 Traffic Rank Website Startup E-commerce Indonesia
Startup Regional Rank Global Rank SR Score
Bukalapak 1 23 87,710
Blibli 2 29 87,261
Tokopedia 3 563 87,833
Traveloka 4 38 86,580
Zalora 5 42 86,342
Alodokter 6 115 84,203
Sumber: StartupRanking.com, akses 26 Januari 2019.
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 1.4 menunjukan Posisi beberapa Perusahaan Startup Marketplace
Indonesia dalam kategori situs jual beli online (Satrtup Ranking, 2019). Bukalapak
menempati posisi pertama startup ranking di Indonesia. Bukalapak merupakan
perusahaan startup marketplace dan shopping mall, yang mengatur transaksi
perdangan dengan penyediaan escrow. Startup ini didirikan oleh Achmad Zaky,
Nugroho Herucahyono, dan Fajrin Rasyid, pada 10 Januari 2010 di bawah naungan
PT Bukalapak, dengan pendanaan awal dari Batavia Incubator dan GREE Ventures
kemudian mendapat investasi tambahan dari Aucfan, IREP, dan 500 Startups
(Bukalapak, 2019). Posisi kedua ditempati oleh Blibli yang merupakan marketplace
B2C terkemuka di Indonesia. Posisi ketiga diikuti oleh Tokopedia, marketplace
C2C yang didirikan oleh William Tanuwijaya, resmi diluncurkan pada 17 Agustus
2009 dibawah PT Tokopedia, dengan pendanaan awal dari PT Indonusa Dwitama
tahun 2009, lalu mendapat suntikan dana dari permodalan ventura global seperti
East Ventures, Cyber Agent Ventures, Netprice dan SoftBank Ventures Korea
(Republikpos, 2016).
Tabel 1.4
Posisi Perusahaan Marketplace Indonesia
Startup Regional Rank Global Rank SR Score
Bukalapak 1 23 87,710
Blibli 2 29 87,261
Tokopedia 3 563 87,833
Zalora 5 42 86,342
Blanja.com 7 116 84,187
Elevenia 9 125 84,057
Shopback 34 661 77,587
Berrybenka 66 1.312 71,255
Sumber: StartupRanking.com, akses 26 Januari 2019.
Tabel 1.5 berisi informasi Top Brand Award 2015-2019 Perusahaan Startup
Marketplace Indonesia dalam Kategori Situs Jual Beli Online, dan menunjukan
peringkat merek terbaik pilihan konsumen. Data ini merupakan hasil survei dengan
melihat tiga parameter yakni top of mind share, top of market share dan top of
commitment share konsumen. Merek terpilih adalah merek yang memperoleh Top
Brand Index minimum sebesar 10.0% dan menurut hasil survei berada dalam posisi
top three (Top Brand Award, 2017). Data pada Tabel 1.5 Top Brand Award 2015-
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2019 Perusahaan Startup Marketplace Indonesia dalam Kategori Situs Jual Beli
Online menunjukan perubahan posisi merek dan perubahan Top Brand Index (TBI)
yang cukup signifikan.
Pada tahun 2015 OLX memperoleh posisi pertama dan mendominasi pasar
menjadi satu-satunya merek dalam kategori TOP dengan persentase 21,6%,
sedangkan merek lainnya hanya memperoleh persentase di bawah 2%. Tahun 2016
posisi pertama masih ditempati oleh OLX dengan TBI sebesar 44,5%, menunjukan
bahwa OLX adalah merek yang paling diingat konsumen, memiliki market share
terluas dan komitmen pelanggan yang tinggi. Komitmen pada situs ini
mencerminkan e-loyalty, karena terdapat indikasi perilaku repurchase intention
barang berbeda dalam merek situs yang sama (Farley, 1964; Sheth, 1968). Hasil
TBI perusahaan Tokopedia dan Bukalapak dapat dikatakan cukup baik, namun
hasilnya masih jauh tertinggal dengan TBI OLX yang didirikan oleh Arnold
sebastian Egg dan Remco Lupker pada 9 Juni 2005, dan juga cukup jauh tertinggal
dengan Lazada perusahaan B2C dari Singapura.
Pada tahun 2017 tidak terjadi perubahan peringkat di antara kelima
perusahaan pemenang Top Brand Award tahun 2016, namun dapat terlihat bahwa
terjadi penurunan persentase TBI yang sangat signifikan. Satu-satunya perusahaan
yang mengalami kenaikan persentase adalah Tokopedia sebesar 1,3%, hal ini
menunjukan bahwa terdapat masalah pada tingkat e-loyalty pelanggan di industri
marketplace e-commerce Indonesia.
Pada tahun 2018, OLX yang pada tiga tahun sebelumnya selalu menempati
peringkat pertama, tahun ini tersingkir dari hasil survei bersama dengan Elevenia.
Posisi OLX digeser oleh Lazada, diikuti Tokopedia, Bukalapak serta pendatang
baru yaitu Shopee perusahaan asal Singapura, dan Blibli dari Indonesia yang sedang
gencar melakukan promosi. Bukalapak sedikit mengalami kenaikan TBI, namun
masih jauh tertinggal oleh persentase TBI Shopee sebesar 14,7% yang langsung
masuk dalam kategori Top Brand. Hal ini menunjukan permasalahan loyalitas
pelanggan Bukalapak masih sama dengan tahun 2017. Persentase TBI secara
industri mengalami kenaikan dari tahun 2017, namun persentase tahun ini masih
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jauh tertinggal dengan persentase tahun 2016 maka permasalahan e-loyalty industri
e-commerce masih terjadi pada tahun 2018.
Pada tahun 2019, terjadi penurunan persentase yang cukup signifikan dari
tahun-tahun sebelumnya. Peringkat satu dan dua ditempati oleh dua merek e-
commerce asal Singapura, yaitu Lazada pada peringkat pertama yang meminpin
jauh dengan 44,3% dan Shopee pada posisi kedua memperoleh 17,2%. Hanya satu
merek e-commerce Indonesia yang memperoleh kategori TOP yaitu Blibli dengan
persentase 13,5%.
Tokopedia mengalami penurunan persentase drastis dari 18,5% pada 2018
menjadi 7,6% pada tahun 2019. Pada tiga tahun sebelumnya Tokopedia masuk ke
dalam kategori TOP, tahun 2019 posisinya jauh tergeser jauh oleh pesaing dari luar
negeri yaitu Lazada dan Shopee. Bukalapak pada tahun sebelumnya memperoleh
8,7%, di tahun 2019 mengalami penurunan yang cukup signifikan, bahkan sampai
tersingkir dari daftar survei. OLX mengalami kenaikan persentase, dari tahun
sebelumnya dan kembali masuk dalam daftar survei, namun berada pada posisi
paling bawah daftar survei dengan persentase sebesar 5,0%. Berdasarkan hasil
survei ini, dapat diketahui bahwa masih terdapatnya permasalahan e-loyalty dalam
e-commerce Indonesia pada tahun 2019, khususnya yang dialami oleh Tokopedia,
Bukalapak dan OLX.
Tabel 1.5
Top Brand Award 2015-2019 Startup Marketplace Indonesia
Kategori Situs Jual Beli Online
Merek TBI
2015
Kateg
ori
TOP
TBI
2016
Kateg
ori
TOP
TBI
2017
Kateg
ori
TOP
TBI
2018
Kateg
ori
TOP
TBI
2019
Kateg
ori
TOP
OLX.co.id 21.6% TOP 44,5% TOP 28,9% TOP - 5,0%
Lazada.co.id - 19,9% TOP 18,0% TOP 31,8% TOP 44,3% TOP
Tokopedia.com 1.2% 12,1% TOP 13,4% TOP 18,5% TOP 7,6%
Bukalapak.com 0,7% 11,8% 6,8% 8,7% -
Elevenia.co.id - 1,6% 1,2% - -
Shopee.co.id - - - 14,7% TOP 17,2% TOP
Blibli.com - - - 8,0% 13,5% TOP
Berniaga.com 1,2% - - - -
Kaskus.co.id 0,9% - - - -
Sumber: Topbrandaward.com, 2015-2019 Fase ke 2, akses 21 Juli 2019.
Beberapa startup dapat mengetahui tingkat brand loyalty atau customer
loyalty perusahaannya menggunakan Net Promoter Score (NPS) dan Net Emotional
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Value (NEV). NPS merupakan survei loyalitas yang sangat disegani hasil
penemuan Fred Reichheld, hasilnya membentuk sebuah metrik loyalitas dimana
perusahaan akan menggunakannya untuk mengumpulkan feedback pelanggan yang
dibutuhkan untuk mengembangkan strategi bisnisnya, dapat dilihat oleh banyak
orang sebagai indikator tingkat loyalitas yang lebih baik (SurveyMonkey, 2017),
mengukur kesediaan pelanggan tidak hanya melakukan pembelian produk atau
layanan ulang, tetapi juga memberikan rekomendasi kepada keluarga, teman atau
kolega mereka (peran promoters), sebagai bagian dari indikator konsep e-loyalty
(Aaker, 1991; dalam Jang, Olfman, Ko, Koh, & Kim, 2008). NEV merupakan
survei tambahan turunan dari NPS untuk lebih memperkuat hasil survei, bertujuan
mendeteksi pengalaman mana yang paling mengesankan (menyentuh emosi)
sehingga mempengaruhi tingkat kepuasan dan loyalitas pelanggan (SWA, 2017).
Tabel 1.6 merupakan laporan Indonesia NPS dan NEV Tahun 2015 sampai
2017 Kategori Marketplace, hasil penelitian lembaga riset Hachiko yang
bekerjasama dengan Majalah SWA. Survei ini dilakukan setiap Bulan Agsustus
sampai September, melibatkan lebih dari 4.000 responden setiap tahunnya yang
tersebar di tujuh kota besar Indonesia, dengan Margin of Eror 1,55% pada tingkat
kepercayaan 95%. NPS diformulasikan dari hasil pengurangan nilai Promoters oleh
nilai Detractors dalam skala 0-10. Detractors merupakan persentase dari responden
yang memberikan respon 0-6, Passive 7-8, dan Promoters 9-10 dalam setiap
kategori. Nilai NEV ditentukan dari pengalaman konsumen yang diukur
berdasarkan 20 elemen emosional pada setiap moment of truth, perhitungannya
diperoleh dari Average Positive Emotions dikurangi Average Negative Emotions
(SWA, 2017).
Data pada Tabel 1.6 Indonesia NPS dan NEV Tahun 2015 sampai 2017
Kategori Marketplace, menunjukan bahwa terjadi penurunan drastis nilai NPS dan
NEV industri marketplace dari tahun 2015 ke 2016, lalu stagnan pada Tahun 2017.
Nilai dimensi Detractors yang tinggi menjadi pemicu rendahnya NPS, hal ini
disebabkan pelanggan yang kurang puas dengan pelayanan marketplace, atau
kecenderungan pelanggan beralih ke marketplace serupa karena merasa bosan
(SWA, 2017). Masalah penurunan nilai ini juga terjadi pada Tokopedia. Tokopedia
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
selama tiga tahun selalu menjadi peringkat tiga teratas dalam survei NPS dan NEV,
namun nilai NPS-nya turun sangat jauh dari 22,18% pada tahun 2017 sampai 6,59%
pada 2016 dan 6,00% pada 2017, begitupun dengan nilai NEV yang mengalami
penurunan namun tidak sedrastis NPS-nya.
Penurunan nilai NPS yang signifikan juga terjadi pada Bukalapak di setiap
tahunnya namun dikuatkan dengan nilai NEV yang meningkat, sedangkan OLX
mengalami kenaikan NPS namun dengan penurunan NEV yang signifikan setiap
tahunnya. Masalah penurunan nilai ini menunjukan bahwa ketiga marketplace
tersebut belum mampu mempertahankan pelanggan untuk tetap loyal, dan belum
bisa menciptakan program penggerak emosi yang lebih inovatif sehingga membuat
pelanggan bosan menggunakan layanan yang diberikan (SWA, 2017).
Perusahaan harus memahami bahwa loyalitas bukan sesuatu yang mutlak.
Loyalitas tidak sekadar kesediaan menggunakan produk/jasa berulang kali.
Melainkan ketikan konsumen bersedia tumbuh bersama dengan merek/produk
tersebut. Alasan apapun yang diberikan, konsumen merasa mendapat dukungan dan
energi positif dari produk/meren itu, sehingga persinggungan dengan merek atau
produk tersebut menjadi sebuah pengalaman yang layak disebar-luaskan kepada
sekelilingnya. Sebagai makhluk sosial dan dengan adanya teknologi sekarang,
konsumen yang mendapatkan pengalaman baru yang positif dipastikan akan
menyebarkan kepada lingkungan dan komunitasnya. Hal inilah yang harus disadari
perusahaan dengan belajar memahami dinamika loyalitas (SWA, 2017).
Tabel 1.6
Indonesia NPS dan NEV Tahun 2015 sampai 2017 Kategori Marketplace Nama
Perusaha
an
Detractor (%) Passive (%) Promoter (%) NPS (%) NEV
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017
OLX 16,45 10,20 11,43 44,06 79,48 72,86 39,48 10,32 15,71 23,03 0,12 4,29 6,346 3,908 3,567
Tokopedia 14,88 16,19 14,00 48,06 61,04 66,00 37,06 22,78 20,00 22,18 6,59 6,00 6,316 5,214 5,224
Berniaga 16,25 - - 57,09 - - 26,66 - - 10,41 - - 5,703 - -
Kaskus 18,29 18,25 - 53,35 64,25 - 28,35 17,50 - 10,06 -0,75 - 5,488 4,388 -
Buka
Lapak 11,11 14,43 11,03 68,89 64,88 71,72 20,00 20,69 17,24 8,89 6,26 6,21 4,990 5,185 5,221
Lamido
Indonesia 7,59 6,26 - 78,62 88,76 - 13,79 4,98 - 6,21 -1,27 - 3,142 2,129 -
Sumber: SWA EDISI 03/XXXI/5-17 FEBRUARI 2015
SWA EDISI 03/XXXII/4-17 FEBRUARI 2016
SWA EDISI 01/XXXIII/5-178 JANUARI 2017.
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada tahun 2018 Majalah SWA berhenti melakukan kerja sama dengan
lembaga riset Hachiko, sehingga survei Indonesia NPS dan NEV yang telah
dilaksanakan selama delapan tahun ini tidak diterbitkan kembali. Tahun ketujuh
pelaksanaan survei NPS dan NEV Indonesia menandakan bagaimana buruknya
kemampuan perusahaan melakukan inovasi pengalaman pelanggan. Banyak
perusahaan yang gagal menghasilkan promoter justru menghasilkan pelanggan
yang kecewa (dectractor) dan merasa bosan dengan yang biasa (passive). Hal ini
menunjukan perusahaan gagal memberikan pengalaman yang sesuai dengan
standar industri atau tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Pada survei ini juga
ditemukan sindrom kebosanan pelanggan pada layanan perusahaan besar dan
tergoda dengan tawaran pendatang yang lebih segar (SWA, 2017).
Hal yang sama juga terjadi pada industri e-commerce Indonesia. Datangnya
pesaing yang baru dapat membuat pelanggan tergiur untuk beralih pada merek
lainnya. Hal yang harus dilakukan perusahaan adalah terus melakukan inovasi dan
pembaharuan program-program yang telah ada, bukan hanya terus mengganti cerita
pada iklannya (SWA, 2017). Pada tahun 2018 terdapat banyak program e-
commerce yang merupakan repetisi atau pengulangan dari tahun-tahun sebelumnya
seperti pesta belanja, gratis ongkir, kuis harian di media sosial, dan lainnya.
Program-program tersebut hampir dilakukan oleh semua merek. Kesamaan
pengalaman dalam belanja online dapat menimbulkan kejenuhan bagi konsumen,
jika tidak menemukan inovasi pengalaman belanja terbaru dapat diperkirakan
adanya penurunan persentase NPS dan NEV pada tahun 2018 untuk beberapa
perusahaan e-commerce Indonesia.
Tabel 1.7 merupakan laporan beberapa indikator dari Indonesia Customer
Satisfaction Award (ICSA) Tahun 2015 sampai Tahun 2017 Kategori Online Shop,
hasil penelitian lembaga riset Frontier Consulting Group yang bekerjasama dengan
Majalah SWA. Survei ini melibatkan 5.700 responden setiap tahunnya yang
tersebar di tujuh kota besar Indonesia, dengan kriteria usia 15-65 tahun, tingkat
penghasilan keluarga mulai dari golongan D (mulai dari Rp.1.200.000) sampai
golongan A (lebih dari Rp.4.800.000) (SWA, 2017).
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indeks ICSA diperoleh dari 4 pengukuran parameter, dua paramater pertama
yaitu Quality Satisfaction Score (QSS) dan Value Satisfaction Score (VSS) adalah
pengukuran yang ditujukan kepada kepuasan pelanggan. Parameter Perceived Best
Score (PBS) yaitu pengukuran terhadap keyakinan dari konsumen bahwa merek
yang dikonsumsi atau digunakan adalah yang terbaik dalam hal kualitas pelayanan,
mengandung dimensi citra merek dan loyalitas dari merek tersebut relatif terhadap
merek-merek lain, yang terdapat dalam unsur loyalitas. Parameter Expectation
Score (ES) merupakan pengukuran terhadap keyakinan konsumen bahwa sebuah
merek akan tetap memberikan kepuasan di masa mendatang, terdapat dimensi
waktu dalam pengukuran ini yaitu kepuasan masa lalu dan keyakinan akan
kepuasan di masa mendatang, yang mencerminkan potensi terhadap loyalitas dari
suatu merek. ES adalah paramater yang memasukkan unsur loyalitas dalam
pengukuran dari suatu merek (SWA, 2017).
Data pada Tabel 1.7 Indonesia Customer Satisfaction Award (ICSA) Tahun
2015 sampai Tahun 2017 Kategori Online Shop menunjukan dari segi brand share
Tokopedia dan Bukalapak mengalami hal yang sama, yaitu mengalami kenaikan
pada tahun 2016 lalu mengalami penurunan yang sangat signifikan pada tahun
2017, sedangkan OLX terus mengalami penurunan yang sangat signifikan sejak
tahun 2015 sampai 2017.
Pada tahun 2017 Tokopedia memimpin perolehan brand share dengan 9,3%
mengalahkan Lazada yang selalu menempati peringkat pertama dari tahun 2015 dan
2016. Pada tahun 2017 distribusi brand share cukup merata dengan persentase di
bawah 10%, beberapa tahun kebelakang Lazada dan OLX selalu memperoleh
persentase yang sangat besar sampai di atas 30%. Hal ini disebkan semakin
banyaknya pesaing yang datang dari dalam dan luar negeri, sehingga perusahaan e-
commerce asal Indonesia seperti OLX (sebelumnya bernama Tokobagus) kesulitan
untuk mempertahankan brand share yang seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
Tokopedia memperoleh persentase PBS yang fluktuatif setiap tahunnya dan
naik pada tahun 2017, juga memperoleh nilai EV yang terus naik. Bukalapak
memperoleh persentase PBS yang menurun setiap tahunnya, namun memperoleh
nilai ES yang fluktuatif dan turun pada tahun 2017. OLX mengalami penurunan
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
nilai PBS setiap tahunnya, tapi memperoleh kenaikan nilai EV pada 2017. Ketiga
e-commerce tersebut dapat dikatakan memperoleh persentase PBS dan ES yang
cukup baik, namun ketiganya masih dikalahkan oleh Lazada yang selalu memimpin
perolehan persentase, terus mengalami kenaikan baik PBS maupun ES setiap
tahunnya, juga memperoleh persentase yang lebih tinggi dari merek e-commerce
lainnya terutama pada tahun 2017 (SWA, 2017). Hal ini mendukung temuan data-
data sebelumnya yang mengindikasikan masih terdapatnya masalah e-loyalty pada
perusahaan e-commerce Indonesia.
Tabel 1.7
Indonesia Customer Satisfaction Award (ICSA) Tahun 2015 sampai Tahun 2017
Kategori Online Shop
Sumber: SWA EDISI 24/XXXI/12-25 NOVEMBER 2015
SWA EDISI 27/XXXII/27 OKTOBER – 9 NOVEMBER 2016
SWA EDISI 24/XXXIII/16-29 NOVEMBER 2017.
Pada tahun 2018 Majalah SWA juga berhenti melakukan kerja sama dengan
lembaga riset Frontier Consulting Group, sehingga survei Indonesia Customer
Satisfaction Award (ICSA) yang telah dilaksanakan selama sembilan belas tahun
ini tidak diterbitkan kembali. Banyaknya pesaing yang datang dari dalam dan luar
negeri membuat pelanggan sulit bersikap loyal dan tergoda pada perusahaan lain,
hal ini dapat dibuktikan dengan semakin turunnya indikator brand share, serta nilai
PBS dan ES beberapa e-commerce, jika tidak melakukan inovasi dan pembaharuan
program, dapat memungkinkan terjadinya penurunan nilai PBS dan ES beberapa
perusahaan e-commerce Indonesia tahun 2018.
Pengembangan dan pengelolaan customer/brand loyalty sudah menjadi
jantung bagi perencanaan pemasaran perusahaan, khusunya dalam menghadapi
pasar kompetitif dengan pertumbuhan tak terduga dan berkurangnya perbedaan
Merek Brand Share (%)
Index
PBS (%) ES (%)
2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017
Lazada 38,8 44,8 5,71 4,080 4,232 4,366 3,957 4,287 4,300
OLX 33,5 14,8 8,5 4,032 3,960 3,949 3,916 3,886 3,937
BliBli 3,8 - 3,6 3,642 - 3,961 3,986 - 3,909
Bukalapak 5,9 16,9 5,2 3,828 3,826 3,802 3,912 4,046 3,717
Tokopedia 4,6 11,4 9,3 3,875 3,765 4,017 3,594 3,765 3,935
Shopee - - 5,5 - - 3,844 - - 3,708
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
produk atau jasa (Fournier & Yao, 1997). Pentingnya e-loyalty diilustrasikan dalam
pergeseran disiplin pemasaran dari pertukaran sebagai transaksi dengan pertukaran
sebagai hubungan yang perlu dipupuk, dipelihara, dan dibudidayakan (Suhartanto,
Clemes, & Dean, 2013). Minat untuk mengadopsi pendekatan strategi ini berasal
dari nilai atau keuntungan yang e-loyalty berikan pada perusahaan, seperti entry
barrier yang substansial bagi pesaing, meningkatkan kemampuan perusahaan
untuk merespon ancaman persaingan, meningkatkan penjualan dan pendapatan,
serta menjadikan pelanggan, kurang sensitif terhadap usaha-usaha yang dilakukan
oleh pesaing (Delgado‐Ballester & Luis Munuera‐Alemán, 2001), juga dapat
memainkan peran penting dalam memperluas e-commerce (Jang et al., 2008a).
Dampak yang diberikan bila perusahaan memiliki tingkat e-loyalty yang rendah
adalah kebalikan dari manfaatnya, seperti kalah dalam persaingan, tidak mampu
merespon persaingan, pendapatan yang berkurang, berkurangnya konsumen karena
melakukan switching atau pindah ke brand yang lain, dan rendahnya komunikasi
pemasaran (Al-msallam, 2015).
Konsep e-loyalty yang berasal dari customer loyalty terdapat dalam teori
consumer behavior, sedangkan jika berasal dari brand loyalty maka terdapat dalam
teori strategic brand management. Pada awal perkembangannya terjadi perdebatan
mengenai teori yang mendasari brand loyalty, yaitu dari orientasi psikologi dan
sosiologi (Fournier & Yao, 1997). Sejak muncul kajian pertama sampai tahun
1970, berbagai teori secara dominan mengonseptualisasikan customer/brand
loyalty dalam hal hasil, seperti perilaku pembelian ulang (repurchase intention)
lebih dari alasannya (Sheth, 1968; Farley, 1964). Day (1969) (dalam Yeboah-
ASiamah, Quaye, & Nimako, 2016) memperkenalkan konsep brand loyalty dengan
dua sudut pandang dan berpendapat bahwa loyalitas merek harus dievaluasi
berdasarkan kriteria sikap dan perilaku, sedangkan Oliver (1999) mengembangkan
konsep brand loyalty tiga sudut pandang yang terdiri dari tiga komponen, yaitu,
kognitif, afektif dan perilaku. Oliver (1999) (dalam Yeboah-ASiamah, Quaye, &
Nimako, 2016) juga membentuk kerangka loyalitas empat langkah yang
menekankan proses loyalitas dan menunjukkan bahwa customer-brand-loyalty
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terbentuk secara bertahap dan berurutan dari loyalitas kognitif dengan loyalitas
afektif terhadap loyalitas konatif, dan akhirnya tindakan (perilaku) loyal.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa customer/brand loyalty dapat
dipengaruhi oleh customer/brand satisfaction (Veloutsou, 2015; Persson & Wilson,
2017), brand image (Rizan, Saidani, & Sari, 2012), brand awareness, brand trust
(Veloutsou, 2015; Chaudhuri & Holbrook, 2001; Rizan et al., 2012), consumer
brand relationship (Veloutsou, 2015; Hui & W. Y. Yee, 2015), consumer’s
peceived (Ismail, 2017), brand evaluation (Veloutsou, 2015), brand performance,
brand association (Maderer, Holtbruegge, & Woodland, 2016), brand personality
(Lin, 2010), dan ofline/online brand community (Jang, Olfman, Ko, Koh, & Kim,
2008; Hsieh & Wei, 2017; Laroche, Habibi, Richard, & Sankaranarayanan, 2012).
Sedangkan saat ini, e-loyalty dapat dipengaruhi oleh e-trust (Kim et al., 2009; Afsar
et al., 2013; Surya & Wijaya, 2015), e-satisfaction (Anderson & Srinivasan, 2003;
Kim et al., 2009; Hendika et al., 2011; Afsar et al., 2013; Surya & Wijaya, 2015),
e-services quality (Semeijn et al.,2005; Hendika et al.,2011), customer
characteristic (Floh & Treiblmaier, 2006), e-tail brand experience (Rahman, 2016),
dan virtual/online community (Gommans et al., 2001; Srinivasan et al., 2002).
Online Brand Community merupakan faktor yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan e-loyalty pada penelitian kali ini, karena terdapat
beberapa literatur yang menyatakan bahwa community atau online community
merupakan bagian dari faktor yang dapat mendorong pertumbuhan e-loyalty
(Gommans et al., 2001; Srinivasan et al., 2002). Penelitian yang dilakukan oleh
Srini S. Srinivasana, Rolph Andersona, dan Kishore Ponnavolu pada tahun 2002,
dengan metode wawancara berhasil mengidentifikasi delapan faktor e-business
yang memberi dampak bagi e-loyalty, yaitu : 1) customization, 2) contact
interactivity, 3) cultivation, 4) care, 5) community, 6) choice, 7) convenience, dan
8) character, dari delapan faktor tersebut dapat diketahui bahwa online (brand)
community merupakan bagian dari anteseden konsep e-loyalty (Srinivasan et al.,
2002).
Online brand community termasuk ke dalam salah satu bagian dari proses
marketing communication atau relationship marketing sebagai upaya mencapai
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ekuitas merek dan customer/brand loyalty di tengah persaingan produk.
Relationship marketing melibatkan pendirian, pengembangan, dan pemeliharaan
jaringan hubungan antara pemasok, petugas layanan, pelanggan, dan pemangku
kepentingan lainnya, yang mencakup masalah dengan kemitraan, aliansi, saling
mempengaruhi, dan pemasaran internal (Morgan & Hunt, 1994; Hsieh & Wei,
2017). Studi empiris tentang Online Brand Community biasanya mengadopsi sudut
pandang berbasis perusahaan, dengan fokus utama pada aktivitas perusahaan,
upacara, tradisi, sistem, kualitas komunikasi, sponsor, penghargaan, dan bonus
(Jang, Olfman, Ko, Koh, & Kim, 2008; Hsieh & Wei, 2017; Laroche, Habibi,
Richard, & Sankaranarayanan, 2012).
Beberapa peneliti telah mencatat bahwa e-loyalty dapat ditingkatkan dengan
partisipasi dan komitmen masyarakat atau konsumen secara online dan dalam
online brand community, e-loyalty diharapkan tidak hanya dipengaruhi oleh
partisipasi sukarela pelanggan di masyarakat, namun juga oleh pengelolaan situs
web secara otonom. Pada online brand community yang diprakarsai oleh konsumen,
terdapat informasi dan pengalaman yang disajikan dan dapat dipercaya, pelanggan
cenderung membangun komitmen yang kuat kepada masyarakat, sehingga
membangun e-loyalty yang terus-menerus atau produk bermerek yang relevan (Jang
et al., 2008a).
Proses transaksi atau core business dari Tokopedia, Bukalapak dan OLX
dapat dilakukan menggunakan mobile application atau website resmi yang
terintegrasi untuk melayani konsumennya. Selain website jual beli, dalam rangka
membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan pelangan ketiga
perusahaan tersebut membuka laman komunitas (fan page) pada media sosial,
seperti Facebook, Instagram dan Twitter. Beberapa kegiatan dalam akun Instagram-
nya berisi konten-konten grafis yang bertujuan untuk melakukan komunikasi baik
satu arah ataupun dua arah dengan konsumen. Tabel 1.8 mengenai Implementasi
Online Brand Community melalui Akun Instagram Resmi Tokopedia, Bukalapak
dan OLX menunjukan contoh aktivitas yang dilaksanakan perusahaan berhubungan
dengan dimensi online brand community menurut Schau, Muniz, & Arnould
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(2009), yaitu : 1) social networking, 2) impression management, 3) brand use, dan
4) community engagement.
Tabel 1.8
Implementasi Online Brand Community melalui Akun Instagram Resmi
Tokopedia, Bukalapak dan OLX
Dimensi Pelaksanaan
Tokopedia Bukalapak OLX Social
Networking
1) Membuat konten
hiburan/komedi informatif
mengangkat isu sehari-hari guna
menyapa anggota komunitas
yang lama atau baru di media
sosial, diperkuat dengan
#MulaiAjaDulu.
2) Adanya interaksi yang
ramah dua arah antara
administrator media sosial resmi
dengan pelanggan, dan antara
pelanggan dengan pelanggan
lainnya. Aktivitas dapat berupa
berbagi tips/informasi, menulis
dan menjawab komentar keluhan,
dan pemberian dukungan
emosional.
3) Penyampaian program
terbaru Tokopedia dengan konten
video dan foto yang menarik.
1) Membuat konten
hiburan/komedi informatif
mengangkat isu sehari-hari guna
menyapa anggota komunitas yang
lama atau baru di media sosial,
diperkuat dengan
#BukalapakUntukIndonesia.
2) Adanya interaksi yang ramah
dua arah antara administrator
media sosial resmi dengan
pelanggan, dan antara pelanggan
dengan pelanggan lainnya.
Aktivitas dapat berupa berbagi
tips/informasi, menulis dan
menjawab komentar, dan
pemberian dukungan emosional.
3) Penyampaian program
terbaru Bukalapak dengan konten
video dan foto yang menarik.
1) Membuat konten
hiburan/komedi informatif
mengangkat isu seputar
otomotif dan property guna
menyapa anggota komunitas
yang lama atau baru di media
sosial.
2) Adanya interaksi yang
ramah dua arah antara
administrator media sosial
resmi dengan pelanggan, dan
antara pelanggan dengan
pelanggan lainnya. Aktivitas
dapat berupa berbagi
tips/informasi, menulis dan
menjawab komentar, dan
pemberian dukungan
emosional.
3) Penyampaian program
terbaru OLX dengan konten
video dan foto yang menarik.
Impression
Management
1) Melakukan aktivitas
penyebaran keunggulan merek
Tokopedia oleh perusahaan dan
pelanggan dengan mengadakan
kontes kreatif yaitu
#reviewalatoppers, dimana
pelanggan membuat konten
berupa testimoni, lalu difasilitasi
oleh Tokopedia di media
sosialnya, dan mendapat hadiah
sebagai apresiasi bagi konten
yang paling menarik.
2) Membuat konten-konten
inspirasi pelanggan Tokopedia
yang telah berhasil guna memberi
semangat pelanggan lainnya.
3) Melakukan upaya
mempertahankan pelanggan
untuk loyal dengan membuat
kuis-kuis interaktif di media
sosial.
1) Melakukan aktivitas
penyebaran keunggulan merek
Bukalapak oleh perusahaan dan
pelanggan dengan membuat
konten tentang pelanggan yang
telah sukses bermitra dengan
Bukalapak, pelanggan juga
membuat konten testimoni,
contohnya dengan
#SerbuSeruBukalapak dan
#BukalapakUntukIndonesia.
2) Membuat konten-konten
inspirasi pelanggan Bukalapak
yang memenangkan hadiah
“SerbuSeru” sehingga membuat
pelanggan terinspirasi
menggunakan Bukalapak juga.
3) Melakukan upaya
mempertahankan pelanggan
untuk loyal dengan membuat
kuis-kuis interaktif di media
sosial.
1) Melakukan aktivitas
penyebaran keunggulan merek
OLX oleh perusahaan dan
pelanggan dengan membuat
konten testimoni, di kolom
komentar media sosial OLX
dan media sosial pelanggan
pribadi.
2) Membuat konten-konten
inspirasi berkaitan dengan
otomotif dan property yang
memancing cerita dan respon
dari anggota komunitas.
3) Melakukan upaya
mempertahankan pelanggan
untuk loyal dengan membuat
kuis-kuis interaktif di media
sosial berhadiah uang tuani
dan voucher belanja.
Community
Engagement
1) Tokopedia berupaya
menghimpun pelanggan
berkarakteristik sama yaitu
1) Bukalapak berupaya
menghimpun pelanggan
berkarakteristik sama yaitu
1) OLX berupaya
menghimpun pelanggan
berkarakteristik sama yaitu
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dimensi Pelaksanaan
Tokopedia Bukalapak OLX program #beautydealight,
#playwithtokopedia.
Kegiatannya seperti bertemu
dengan pelanggan, berdiskusi
yang disiarankan live di medis
sosial.
2) Membuat banyak event,
kontes/challenge yang digelar
Tokopedia untuk mempererat
hubungan dengan pelanggan,
seperti share selfie with
Tokopedia, shake-shake,
TokopehadiahX, TiruToped,
screenshot and share
rekomendasi barang Tokopedia
untuk diskusi produk, tebak
harga, dan lainnya.
3) Memberi hadiah discount,
voucher, produk atau uang tunai
untuk pemenang kuis dan
challenge.
dengan event BukaTalks,
BukaEvents, Kopdar Akbar
Tahunan Komunitas Bukalapak
2) Membuat banyak
kontes/challenge seperi
BukaKuis, #SerbuSeru yang
digelar Bukalapak untuk
mempererat hubungan dengan
pelanggan
3) Memberi hadiah discount,
voucher, dan uang tunai untuk
pemenang kuis atau challenge,
produk mahal seperti Rumah,
mobil Minicooper, Motor Vespa,
IphoneX, Samsung Galaxy S9
dengan harga Rp. 12.000 untuk
pemenang kuis Serbu Seru
Bukalapak.
dengan membuat event
hiburan dengan komunitas
OLX, juga menjadi sponsor
atau meliput event pameran
otomotif dan membuka gerai
di sana.
2) Membuat banyak
kontes/challenge interaktif
seperti Tebak Mobil di media
sosial yang berhadiah puluhan
juta rupiah.
3) Memberi hadiah discount
biaya pasang iklan, voucher,
dan uang tunai untuk
pemenang kuis interaktif
media sosial.
Brand Use 1) Membuat konten di media
sosial resmi yang membahas
keamanan bertransaksi atau
penggunaan aplikasi Tokopedia
dengan nama “Tokopediacare”.
Tokopediacare juga dibuat akun
khusus sebagai customer service,
tempat pelanggan mengadukan
keluhan.
2) Adanya interaksi dan
respon dari pelanggan lain jika
mengajukan pertanyaan di media
sosial Tokopedia.
3) Melakukan strategi
pendekatan pasar dengan
memasang iklan di media sosial,
membuat program pemasaran
menarik seperti flash sale,
cashback, discount, dan lainnya.
4) Melakukan perbaikan pada
program dan aplikasi dengan
mendengar saran pelanggan.
1) Membuat konten di media
sosial resmi yang membahas
keamanan bertransaksi atau
penggunaan aplikasi Bukalapak
dengan nama “BukaBantuan”.
BukaBantuan juga dibuat akun
khusus sebagai customer service,
tempat pelanggan mengadukan
keluhan.
2) Adanya interaksi dan respon
dari pelanggan lain jika
mengajukan pertanyaan di media
sosial Bukalapak.
3) Melakukan strategi
pendekatan pasar dengan
memasang iklan di media sosial,
membuat program pemasaran
menarik seperti flash deal, Serbu
Seru, Nego Bukalapak, discount,
dan lainnya.
4) Melakukan perbaikan pada
program dan aplikasi dengan
mendengar saran pelanggan.
1) Membuat konten di media
sosial resmi yang membahas
keamanan bertransaksi atau
penggunaan aplikasi OLX
dengan nama “OLXID Care”.
OLXID Care juga dibuat akun
khusus sebagai customer
service, tempat pelanggan
mengadukan keluhan.
2) Adanya interaksi dan
respon dari pelanggan lain jika
mengajukan pertanyaan di
media sosial OLX.
3) Melakukan strategi
pendekatan pasar dengan
memasang iklan di media
sosial, membuat program
pemasaran menarik lainnya.
4) Melakukan perbaikan
pada program dan aplikasi
dengan mendengar saran
pelanggan melalui survei
evaluasi OLX di media sosial.
Sumber: Media Sosial Tokopedia, Bukalapak dan OLX, diakses 27 Februari 2019.
Berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Online Brand Community terhadap E-Loyalty
pada Industri E-Commerce Indonesia” (Studi terhadap Followers Akun
Instagram Tokopedia, Bukalapak dan OLX).
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, Tokopedia, Bukalapak dan
OLX perlu meningkatkan loyalitas konsumen terhadap merek atau e-loyalty
sehingga mampu bertahan dalam persaingan e-commerce yang ketat, dapat
merespon ancaman persaingan, memperoleh penjualan dan pendapatan yang
meningkat, memperluas marketshare di industri e-commerce, dan mampu mengikat
pelanggan agar tidak beralih pada pesaing, maka yang menjadi masalah dalam
penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut:
Perkembangan internet saat ini menimbulkan peningkatan persaingan
antar perusahaan startup marketplace di Indonesia. Industri e-
commerce Indonesia sedang mengalami permasalahan dan penurunan
nilai loyalitas. Permasalahan mulai dari turun drastisnya nilai TBI e-
commerce Indonesia dari tahun ke tahun, serta nilai yang lebih rendah
dari merek e-commerce yang berasal dari luar negeri. Berkaitan
dengan tingkat brand loyalty atau customer loyalty. Tokopedia,
Bukalapak dan OLX juga masih mengalami permasalahan, dapat
dilihat dari nilai NPS dan NEV yang mengalami penurunan yang
cukup signifikan selama tiga tahun dari 2015 sampai 2017. Setiap
tahun ketiga perusahaan tersebut mengalami permasalahan pada
Brand Share, PBS dan ES yang stagnan dan rendah, juga memperoleh
persentase yang lebih rendah dari merek e-commerce luar negeri yaitu
Lazada, seperti yang terjadi pada survei TBI. Pengelolaan online brand
community yang baik diharapkan mampu menjadi solusi semua
permasalahan tersebut. Jang, Olfman, Ko, Koh & Kim pada tahun
2008 menemukan bahwa komitmen online brand community
berpengaruh secara positif terhadap tingkat brand loyalty (e-loyalty),
serta penelitian Srini S. Srinivasana, Rolph Andersona dan Kishore
Ponnavolu tahun 2002 mengidentifikasikan bahwa online brand
community termasuk ke dalam faktor pendorong dan anteseden dari e-
loyalty.
1.3 Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran mengenai tingkat e-loyalty pada followers akun
Instagram resmi e-commerce Indonesia.
2. Bagaimana gambaran mengenai online brand community pada followers
akun Instagram resmi e-commerce Indonesia.
Charina Ika Yulianti, 2019 PENGARUH ONLINE BRAND COMMUNITY TERHADAP E-LOYALTY PADA INDUSTRI E-COMMERCE INDONESIA (SURVEI TERHADAP FOLLOWERS AKUN INSTAGRAM RESMI TOKOPEDIA, BUKALAPAK DAN OLX) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Seberapa besar pengaruh online brand community terhadap e-loyalty
followers akun Instagram resmi e-commerce Indonesia.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk
memperoleh temuan mengenai:
1. Gambaran tingkat e-loyalty pada followers akun Instagram resmi e-
commerce Indonesia.
2. Gambaran online brand community pada followers akun Instagram resmi
e-commerce Indonesia.
3. Besarnya pengaruh online brand community terhadap e-loyalty pada
followers akun Instagram resmi e-commerce Indonesia.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis
maupun praktis sebagai berikut:
1. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis pada
umumnya yang berkaitan dengan ilmu manajemen khususnya pada bidang
manajemen pemasaran yang berkaitan dengan online brand community
serta pengaruhnya terhadap e-loyalty.
2. Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih dalam aspek praktis yaitu
untuk perusahaan-perusahaan startup e-commerce marketplace Indonesia
untuk memperhatikan pentingnya pelaksanaan relationship marketing yang
lebih baik perihal online brand community.
3. Penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan landasan untuk
melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya mengenai online brand
community yang mempengaruhi e-loyalty pada perusahaan e-commerce
Indonesia.