bab i pendahuluan 1.1 latar belakang...

29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan bisnis yang semakin pesat di Indonesia, membuat banyak perusahaan sangat membutuhkan tambahan dana untuk dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Investasi adalah upaya yang dilakukan perusahaan berupa penempatan dana pada aset tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Dalam berinvestasi, ada dua hal yang sering menjadi perhatian dan pertimbangan bagi para investor dalam memilih jenis investasi yaitu return dan risiko. Hubungan return harapan dan risiko dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya jika semakin besar return yang diharapkan, maka semakin besar pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan oleh investor. Pasar modal dinilai memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi di Indonesia. Pasar modal adalah suatu tempat yang mempertemukan antara pihak pencari dana (emiten) dan pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) untuk saling melakukan transaksi dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Adanya pasar modal membuat para investor dapat memilih berbagai jenis efek yang diinginkan, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat keuntungan yang diinginkan dengan risiko yang diterima. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan cara menjual saham perusahaannya kepada publik dipasar modal atau dikenal dengan go public.

Upload: others

Post on 20-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan bisnis yang semakin pesat di Indonesia,

membuat banyak perusahaan sangat membutuhkan tambahan dana untuk dapat

mengembangkan dan memperluas usahanya. Investasi adalah upaya yang

dilakukan perusahaan berupa penempatan dana pada aset tertentu dengan tujuan

untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Dalam berinvestasi,

ada dua hal yang sering menjadi perhatian dan pertimbangan bagi para investor

dalam memilih jenis investasi yaitu return dan risiko. Hubungan return harapan

dan risiko dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linier.

Artinya jika semakin besar return yang diharapkan, maka semakin besar pula

tingkat risiko yang harus dipertimbangkan oleh investor.

Pasar modal dinilai memiliki peranan yang sangat penting bagi

perkembangan ekonomi di Indonesia. Pasar modal adalah suatu tempat yang

mempertemukan antara pihak pencari dana (emiten) dan pihak yang mempunyai

kelebihan dana (investor) untuk saling melakukan transaksi dengan cara

memperjualbelikan sekuritas. Adanya pasar modal membuat para investor dapat

memilih berbagai jenis efek yang diinginkan, yaitu dengan mempertimbangkan

tingkat keuntungan yang diinginkan dengan risiko yang diterima. Perusahaan

dapat memperoleh dana dengan cara menjual saham perusahaannya kepada publik

dipasar modal atau dikenal dengan go public.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

2

Perusahaan yang melakukan go public akan memperdagangkan sahamnya

terlebih dahulu di pasar primer atau sering disebut juga pasar perdana. Di pasar

perdana perusahaan bisa mendapatkan sejumlah dana yang diharapkan sehingga

dapat digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaannya. Penawaran saham

perdana kepada masyarakat luas melalui pasar perdana ini dikenal dengan istilah

Initial Public Offering (IPO). Harga saham pada pasar perdana ditentukan oleh

kesepakatan antara emiten (perusahaan penerbit) dengan underwriter (penjamin

emisi), sedangkan harga saham pada pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme

pasar, yaitu permintaan dan penawaran yang dilakukan oleh penjual dan pembeli.

Semakin banyak perusahaan yang melakukan IPO berarti menggambarkan

semakin meningkatnya persaingan bisnis di Indonesia. Berikut adalah gambar

pertumbuhan perusahaan yang melakukan IPO Jumlah perusahaan yang

melakukan IPO periode 2010-2016 :

Gambar 1.1 Pertumbuhan Perusahaan yang Melakukan IPO

Sumber : www.idx.co.id, diolah (2017)

Dari Gambar 1.1, dapat diketahui bahwa perusahaan yang melakukan IPO

terbanyak adalah pada tahun 2013 yaitu sebanyak 30 perusahaan yang melakukan

IPO dan pada tahun 2016 perusahaan yang melakukan IPO yaitu sebanyak 14

0

10

20

30

40

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

3

perusahaan, jumlah ini merupakan jumlah perusahaan yang paling sedikit

melakukan IPO dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penurunan tingkat

perusahaan yang melakukan IPO dapat disebabkan oleh faktor-faktor tertentu.

Permasalahan penting yang dihadapi oleh perusahaan yang melakukan

IPO, yaitu ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah

penutupan besarnya harga penawaran saham perdana. Jika penentuan harga saham

pada saat IPO lebih rendah dibandingkan dengan harga saham yang terjadi dipasar

sekunder di hari pertama maka akan terjadi underpricing. Sedangkan jika

penentuan harga saham perdana lebih tinggi dari harga saham dipasar sekunder

maka akan terjadi overpricing.

Fenomena underpricing akan dapat merugikan pihak emiten karena dana

yang diperoleh dari publik tidak maksimal, tetapi fenomena ini menguntungkan

pihak investor karena mendapatkan initial return yang diharapkan. Fenomena

overpricing ini adalah fenomena sebaliknya dimana pihak emiten akan

diuntungkan karena mendapat modal yang maksimal sesuai dengan yang

diharapkan oleh emiten saat akan melakukan IPO, tetapi ini justru akan merugikan

investor karena tidak mendapatkan initial return. Bila harga saham terlalu tinggi

dan minat investor rendah maka akan membuat saham yang ditawarkan menjadi

kurang menarik (Puspaningsih dan Mujib,2011).

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

4

Berikut adalah gambar untuk memperjelas kondisi perusahaan yang

melakukan Initial Public Offering (IPO) periode 2010-2016:

Gambar 1.2 Kondisi Perusahaan yang Melakukan IPO

Sumber : www.idx.co.id, diolah (2017)

Berdasarkan gambar 1.2 dapat disimpulkan bahwa dalam perusahaan-

perusahaan yang listing di BEI pada tahun 2010-2016 ditemukan adanya gap

yakni tingkat underpricing yang relatif tinggi. Perusahaan-perusahaan yang

mengalami underpricing mayoritas lebih tinggi sebesar 83.44%. Sementara

perusahaan yang mengalami overpricing sebesar 13.91%. Sedangkan perusahaan

yang tidak mengalami underpricing dan overpricing (Initial Return = 0) sebesar

2.65%. Perusahaan yang banyak mengalami underpricing tertinggi yaitu pada

tahun 2010 sebanyak 22 perusahaan. Fenomena underpricing pada perusahaan

yang melakukan IPO periode 2010-2016 yang tinggi sebesar 83.44%. Secara

teoritis tingkat underpricing dapat diminimalisir dengan dilakukannya penerbitan

propektus atau informasi perusahaan yang harus dilakukan pada semua

perusahaan baik perusahaan keuangan maupun perusahaan non keuangan yang

0

5

10

15

20

25

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Underpricing

Overpricing

IR = 0

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

5

melakukan IPO agar tidak terjadi asimetris informasi yang menyebabkan

underpricing.

Fenomena underpricing terjadi karena adanya asimetri informasi

dikarenakan terdapat perbedaan informasi antara pihak-pihak yang terlibat

diantaranya yaitu pihak emiten, masyarakat dan investor. Untuk mengurangi

adanya asimetri informasi maka dilakukanlah penerbitan propektus oleh

perusahaan yang bersangkutan. Propektus perusahaan merupakan salah satu

sumber informasi yang akan go public dan untuk mengurangi kesenjangan

informasi (Saputra dan Suaryana, 2016).

Perusahaan banyak yang memiliki ekspetasi tinggi mengenai IPO karena

pelaksanaan IPO merupakan salah satu bagian penting dari perkembangan

perusahaan dan menciptakan berbagai peluang baru untuk perusahaan (Kartika

dan Putra, 2017). Berikut adalah gambar peristiwa underpricing yang terjadi di

Indonesia, rata-rata perusahaan mengalami peristiwa underpricing pada saat IPO

di BEI periode 2010-2016 :

Gambar 1.3. Presentase Rata-Rata Underpricing Perusahaan yang IPO

Sumber : www.idx.co.id, diolah (2017)

21.26%

30.54%

20.14%

29.00%

24.31%

30.00% 29.81% 28.92%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

6

Dari gambar 1.3, dapat diketahui bahwa rata-rata perusahaan yang

melakukan IPO di BEI periode 2010-2016 mengalami peristiwa underpricing.

Rata-rata underpricing tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebanyak 30.54%.

Sedangkan rata-rata underpricing terendah terjadi pada tahun 2011 yakni hanya

20.14%. Dalam Kurun waktu 7 tahun, diketahui bahwa rata-rata sebesar 27.53%

underpricing yang terjadi pada perusahaan yang melakukan IPO di BEI. Hal ini

menjadi indikasi yang kuat bahwa sebagian besar perusahaan yang melakukan

IPO di BEI mengalami underpricing. Sehingga menimbulkan ketertarikan untuk

meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor apa saja yang menyebabkan

underpricing.

Penelitian tentang tingkat underpricing merupakan hal yang menarik bagi

peneliti keuangan untuk mengevaluasi secara empiris perilaku investor dalam

pembuatan keputusan investasi di pasar modal, dimana dihubungkan dengan

informasi pada propektus (Saputra dan Suaryana, 2016). Faktor-faktor yang

diduga mempengaruhi underpricing diantaranya adalah ukuran perusahaan,

return on assets dan finanancial leverage.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi underpricing bisa dilihat dan

dianalisis oleh calon investor melalui laporan keuangan perusahaan tertentu.

Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan bentuk informasi yang yang

dipublikasikan perusahaan. Informasi yang terdapat di laporan keuangan

diantaranya mengenai entitas yang meliputi aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan

dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi

kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

7

Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan

suatu perusahaan yang mengindikasi kemampuan dan tingkat risiko dalam

mengelola investasi yang diberikan stockholder dalam meningkatkan

kemakmuran mereka (Pangemanan dan Mawikere, 2011). Ukuran Perusahaan

dapat menjadi pertimbangan bagi pihak investor untuk menentukan keputusannya

memberikan dana atau tidak kepada suatu perusahaan tertentu. Dalam hal ukuran

perusahaan dapat dilihat dari total aktiva yang dimiliki perusahaan yang dapat

dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Ukuran perusahaan dapat di

ukur dengan menggunakan proksi size.

Alasan dipilihnya variabel ukuran perusahaan sebagai variabel independen

karena ukuran perusahaan turut meningkatkan kepercayaan invenstor untuk

memberikan dananya kepada perusahaan tertentu, karena semakin besar ukuran

perusahaan maka semakin mudah pula perusahaan mendapatkan dana.

Disebabkan pula dengan adanya beberapa penelitian terdahulu yang memberikan

hasil tidak konsisten tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap underpricing.

Menurut Saputra dan Suaryana (2016) dalam hasil penelitiannya mengatakan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Hasil ini

didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh, Kartika dan Putra (2017),

Pahlevi (2014) serta Lisnawati dan Munaroh (2015) yang mengatakan hasil

yang sama. Menurut Purwanto dan Mahyani (2016) dalam penelitiannya

mengatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh negatif terhadap

underpricing. Menurut Hermuningsih (2014) mengatakan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap underpricing.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

8

Rasio profitabilitas yang dianggap mempunyai pengaruh terhadap

underpricing yaitu Return on Asset. Alasan dipilihnya variabel Return on Assets

(ROA) sebagai variabel independen dikarenakan rasio ROA ini dapat mengukur

efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi ROA maka

semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Disebabkan

pula dengan adanya beberapa penelitian terdahulu yang memberikan hasil tidak

konsisten tentang pengaruh ROA terhadap underpricing. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Saputra dan Suaryana (2016) mengatakan bahwa ROA

berpengaruh negatif terhadap underpricing. Hasil ini juga didukung dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2014) serta isnawati dan Munaroh

(2015). Menurut Prastica (2012) mengatakan bahwa ROA berpengaruh postif

signifikan terhadap underpricing. Sedangkan menurut Purwanto dan Mahyani

(2016) ROA tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hasil ini juga didukung

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Isynuwardhana (2015).

Financial leverage dipilih sebagai variabel independen. Untuk menghitung

rasio leverage dipilihlah indikator Debt to Equity Ratio (DER) dengan alasan

karena rasio ini menggambarkan sumber pendanaan perusahaan. Dengan

pertimbangan bahwa semakin besar total hutang maka akan mempertinggi resiko

perusahaan untuk menghadapi kebangkrutan. Dan hal tersebut akan direspon

negatif oleh investor sehingga akan menekan harga saham.

Disebabkan pula dengan adanya beberapa penelitian terdahulu yang

memberikan hasil tidak konsisten tentang pengaruh financial leverage terhadap

underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra dan Suryana (2016)

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

9

mengatakan bahwa financial leverage berpengaruh positif terhadap underpricing.

Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Pahlevi (2014) serta

Lisnawati dan Munawaroh (2015). Menurut hasil penelitian Kartika dan Putra

(2017) mengatakan bahwa financial leverage berpengaruh negatif terhadap

underpricing. Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanto

dan Mahyani (2016) serta Sari dan Isynuwardhana (2015) mengatakan bahwa

financial leverage tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Pemilihan periode tahun dalam penelitian ini yaitu dari tahun 2010-2016

juga menjadi hal yang diperhatikan. Alasan memilih periode tahun yang dimulai

dari tahun 2010-2016 dapat dilihat pada gambar 1.3, dikarenakan pada tahun 2010

adalah tahun dengan rata-rata underpricing tertinggi yaitu sebesar 30.54%.

Sedangkan untuk tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2016 rata-rata

underpricing cukup fluktuasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin menelaah kembali

faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing saham pada penawaran umum

perdana di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan data penelitian periode

2010-2016. Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka dari itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH UKURAN

PERUSAHAAN, RETURN ON ASSETS DAN FINANCIAL LEVERAGE

PADA UNDERPRICING PENAWARAN UMUM PERDANA DI BURSA

EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2016”

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

10

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat

diidentifikasikan permasalahan yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi ukuran perusahaan, return on assets, financial

leverage dan underpricing penawaran umum perdana pada perusahaan

IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengalami underpricing periode

2010-2016?

2. Bagaimana ukuran perusahaan berpengaruh pada underpricing penawaran

umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2016?

3. Bagaimana return on assets berpengaruh pada underpricing penawaran

umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2016?

4. Bagaimana financial leverage berpengaruh pada underpricing penawaran

umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2016?

5. Bagaimana ukuran perusahaan, return on assets dan financial leverage

berpengaruh secara simultan pada underpricing penawaran umum perdana

di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2016?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari penyelesaian atas

permasalahan yang telah diuraikan dalam identifikasi masalah sehingga tujuan

dari penelitian ini dapat terjawab melalui pengumpulan data dan pengelolahan

data tersebut.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

11

Berikut tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kondisi ukuran perusahaan, return on assets, financial

leverage dan underpricing penawaran umum perdana pada perusahaan

IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengalami underpricing periode

2010-2016.

2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan pada underpricing

penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-

2016.

3. Untuk mengetahui pengaruh return on assets pada underpricing

penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-

2016.

4. Untuk mengetahui pengaruh financial leverage pada underpricing

penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-

2016.

5. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, return on assets dan

financial leverage secara simultan pada underpricing penawaran umum

perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2016.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

akademis maupun praktis bagi pihak-pihak yang diharapkan dapat memanfaatkan

penelitian tersebut, sebagai berikut:

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

12

4.1 Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh pengetahuan tentang ilmu

manajemen keuangan, khususnya mengenai pengaruh ukuran perusahaan,

return on assets dan financial leverage pada underpricing penawaran

umum perdana di Bursa Efek Indonesia.

4.2 Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

penelitian selanjutnya yang terkait dan sejenis melakukan penelitian yang

lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruh underpricing

pada penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia.

4.3 Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi

perusahaan yang sudah melakukan initial public offering (IPO), agar

saham yang ditawarkan ke publik atau masyarakat dapat terjual dengan

harga yang optimal.

4.4 Bagi Investor

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi investor

dalam mengambil keputusan investasi dengan cara membandingkan

faktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh investor dalam memberikan

dananya kepada perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana

(IPO), dengan harapan investor mampu memperoleh return awal (initial

return) yang besar.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

13

1.5 Kerangka Pemikiran

Investasi bisa berkaitan dengan berbagai aktivitas seperti

menginvestasikan sejumlah dana pada aset real (tanah, emas, mesin atau

bangunan) mapun aset financial (deposito, saham ataupun obligasi) merupakan

aktivitas investasi yang umumnya dilakukan.

Menurut Tandelilin (2010:2), “Investasi adalah komitmen atas

sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini,

dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang”.

Menurut Martalena dan Maya (2011 : 2),

“Investasi merupakan bentuk penundaan konsumsi masa sekarang

untuk memperoleh konsumsi di masa yang akan datang, di mana di

dalamnya terkandung unsur risiko ketidakpastian sehingga

dibutuhkan kompensasi atau penundaan tersebut”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi adalah

suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnnya yang di lakukan

pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang,

dimana di dalamnya terdapat risiko ketidakpastian sehingga dibutuhkan

kompensasi atau penundaan tersebut.

Pasar modal merupakan pilihan yang tepat bagi investor, emiten serta

pihak lain untuk melakakukan transaksi dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

Menurut Martalena dan Maya (2011 : 2),

“Pasar modal merupakan pasar untuk berbagi instrument keuangan

jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang

(obligasi), ekuitas (saham), reksadana, instrument derative maupun

instrument lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi

perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai

sarana bagi kegiatan berinvestasi, dengan demikian pasar modal

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

14

memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual-beli dan

kegiatan terkait lainnya”.

Menurut Undang-undang Pasar Modal No 8 Tahun 1995,

“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran

umum perdana dan perdagangan efek, perusahaan publik yang

berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi

yang berkaitan dengan efek”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut pasar modal merupakan sarana

yang terorganisir untuk memperjualbelikan berbagai instrument keuangan jangka

panjang. Pasar modal telah memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana untuk

melakukan kegiatan jual-beli dengan kegiatan lainnya yang mendukung terjadinya

transaksi tersebut.

Jenis pasar modal diantaranya yaitu pasar perdana (primary market) dan

pasar sekunder (secondary market).

Menurut Sunariyah (2011 : 12),

“Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang

menerbitkan saham kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan

oleh pihak penerbit sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar

sekunder”.

Sedangkan menurut Tandelilin (2010 : 1),

“Dalam pasar perdana inilah untuk pertama kali perusahaan menjual

sekuritasnya, dan proses itu disebut dengan istilah Initial Public

Offering (IPO) atau penawaran umum, atau dapat juga dikatakan

pasar perdana terjadi pada perusahaan emiten menjual sekuritasnya

kepada investor umum untuk pertama kalinya”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut pasar perdana (primary

market) merupakan pasar yang digunakan untuk pertama kalinya perusahaan

menjual saham kepada pemodal atau investor yang akan memberikan dananya

kepada suatu perusahaan tertentu.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

15

Menurut Sunariyah (2011 : 12),

”Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah

melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder

dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas,

setelah melalui masa penjualan dari pasar perdana. Harga saham di

pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara

pembeli dan penjual”.

Sedangkan menurut Tandelilin (2010 : 1),

“Setelelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, selanjutnya

sekuritas emiten tersebut kemudian biasa diperjualbelikan oleh dan

antara investor di pasar sekunder. Dengan adanya pasar sekunder,

investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk

mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder

memberikan likuiditas kepada investor, bukan kepada perusahaan”.

Berdasarkan pengertian tersebut pasar sekunder (secondary market)

merupakan perdagangan saham setelah sekuritas diperjualbelikan di pasar

perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan

penawaran antara pembeli dan penjual. Dengan begitu, adanya pasar sekunder ini

dapat memberikan kemudahan kepada calon investor untuk mengambil keputusan

dalam memberikan dananya kepada perusahaan. .

Saham merupakan salah satu bentuk investasi yang dapat digunakan oleh

para investor, salah satu tujuan investor membeli saham yaitu untuk mendapatkan

keuntungan lebih dari saham yang dimiliki di suatu perusahaan tertentu.

Menurut Fahmi (2012 : 81),

“Saham merupakan salah satau instrument pasar modal yang paling

banyak diminati oleh investor, karena mampu memberikan tingkat

pengembalian yang menarik. Saham adalah kertas yang tercantum

dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan diikuti dengan hak

dan kewajiban yang telah dijelaskan pada setiap pemegangnya”.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

16

Sedangkan pengertian saham menurut Hermuningsih (2012 : 78)

“Saham merupakan salah satu surat berharga yang diperdagangkan di

pasar modal yang bersifat kepemilikan”.

Menurut Tjiptono Darmaji dan Hendy M, Fakhruddin (2011 :5),

“Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau

pemilikan seseorang atau badan suatu perusahaan atau perseroan

terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa

pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan

surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa

besar pernyataan yang ditanamkan di perusahaan tersebut”.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa saham

merupakan bukti kepemilikan sesorang atau badan suatu perusahaan atau

perseroan terbatas sebagai pemegang saham dan memiliki hak atas penghasilan

perusahaan dalam bentuk deviden yang nantinya akan dibagikan oleh perusahaan

dengan hasil yang tidak menentu atau bahkan tetap sesuai dengan kesepakatan

yang disepakati dengan pihak perusahaan tertentu.

Perusahaan yang ingin menjual sahamnya di pasar perdana maka

perusahaan tersebut harus melakukan go public atau initial public offering (IPO)

dengan mendaftarkan perusahaannya di Bursa Efek Indonesia dengan harapan

perusahaan yang melakukan IPO dapat mendapatkan dana dari pihak investor

secara optimal.

Menurut Tandelilin (2010 : 27),

“Initial public offering (IPO) adalah penawaran saham perdana ke

publik atau masyarakat melalui pasar perdana. Perusahaan hanya

akan mendapatkan dana dari penjualan sahamnya di pasar perdana

dan tidak akan mendapat tambahan dana melalui transaksi yang

terjadi di pasar sekunder”.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

17

Sedangkan menurut UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal,

“Yang dimaksud dengan penawaran umum adalah kegiatan yang

dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat,

berdasarkan tata cara yang diatur oleh undang-undang dan

peraturan pelaksanaanya”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

initial public offering (IPO) merupakan penawaran umum harga saham yang

dijual di pasar perdana dan hanya akan mendapatkan dana dari hasil penjualan di

pasar perdana tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Setelah perusahaan melakukan initial public offering (IPO) perusahaan

mengharapakan harga saham mereka lebih tinggi di pasar perdana dibandingkan

harga yang ada di pasar sekunder dengan begitu perusahaan tidak akan mengalami

fenomena underpricing atau harga rendah, sehingga perusahaan tersebut dapat

mendapatkan kebutuhan dana sesuai dengan yang diharapkan dan dapat

mengumpulkan dana secara maksimal.

Menurut Jogiyanto (2016 : 36),

“Fenomena yang menarik yang terjadi di penawaran perdana ke

publik adalah fenomena harga rendah (underpricing). Fenomena

harga rendah terjadi karena penawaran perdana ke publik yang

secara rerata murah. Secara rerata membeli saham di penawaran

perdana dapat mendapatkan return awal (initial return) yang tinggi.

Secara rerata disini maksudnya adalah tidak semua penawaran

perdana murah, tetapi dapat juga mahal dan secara rerata masih

dapat dikatakan murah (underpricing)”.

Menurut Purwanto dkk (2015 : 92), Underpricing adalah suatu

keadaan dimana harga saham pada penawaran perdana lebih rendah

dibandingkan ketika diperdagangkan dipasar sekunder.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

18

Sedangkan menurut Risqi dan Harto (2013:1), Apabila harga saham

pada saat IPO lebih rendah dibandingkan dengan harga saham di pasar

sekunder hari pertama, maka akan terjadi fenomena yang disebut

underpricing”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpukan bahwa

underpricing adalah suatu fenomena yang terjadi pada penawaran umum perdana.

Underpricing merupakan suatu keadaan dimana harga saham yang dijual kepada

investor di pasar perdana lebih murah dibandingkan dengan harga saham yang

dijual di pasar sekunder. Keadaan ini membuat para emiten merasa rugi atas

penjualan saham tersebut, tetapi pihak lain yaitu investor merasa diuntungkan

dengan adanya fenomena underpricing tersebut.

Ukuran yang digunakan dalam mengukur tingkatan underpricing dalam

suatu perusahaan dapat diukur dengan initial return saham. Underpricing diukur

dengan initial return saham, yaitu selisih harga penutupan hari pertama saham

diperdagangan di pasar sekunder dengan harga penawaran perdana dan hasilnya

dibagi dengan harga penawaran perdana (Junaeni dan Agustian 2013 : 53).

Dapat dirumuskan menjadi :

Dimana : CP = Closing Price

OP = Opening Price

𝑖𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 =𝐶𝑃 − 𝑂𝑃

𝑂𝑃 𝑋 100%

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

19

Fenomena underpricing merupakan sinyal positif bagi investor yang

menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemungkinan memberikan

keuntungan dimasa mendatang. Investor yang membeli saham saat penawaran

perdana berharap agar harga sahamnya meningkat di pasar sekunder. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan kondisi underpricing, keuntungan berupa initial

return akan didapat oleh investor. Initial return merupakan tingkat pengembalian

yang diperoleh investor selama periode saham yang dibeli pada pasar perdana

dengan penutupan pada hari pertama (Adam, et al,. 2008). Bagi emiten fenomena

underpricing dianggap sebagai suatu kondisi yang merugikan karena kemampuan

untuk mendapatkan dana yang maksimal tidak dapat diraih. Meskipun demikian

murahnya harga saham dipasar perdana dibandingkan dengan harga di pasar

sekunder juga menguntungkan bagi emiten karena perusahaan yang mengalami

undepricing berarti menandakan perusahaan akan memberikan keuntungan pada

investor. Sehingga saat emiten melakukan penawaran saham kembali

kemungkinan besar saham tersebut akan laku terjual (Puspaningsih dan Mujib,

2011).

Sebagai salah satu pertimbangan investor untuk membeli saham suatu

perusahaan. Investor dapat mengetahui informasi tentang perusahaan tersebut

dengan melihat laporan keuangannya. Laporan keuangan tersebut nantinya akan

mempermudah investor untuk mengambil keputusan dalam melakukan pembelian

saham.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

20

Menurut Fahmi (2012 :2 ),

“Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang

menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh

informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja

keuangan perusahaan tersebut”.

Sedangkan menurut Munawir (2012 : 2),

“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akhir

akuntansi yang dapat digunkan sebagai alat untuk berkomunikasi

antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak

yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan

tersebut”.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan

keuangan merupakan suatu proses pada proses akhir akuntansi yang bertujuan

untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur laporan keuangan seperti neraca

dan laporan laba rugi, dan laporan keuangan juga yang akan membantu investor

sebagai dasar pengambilan keputusan untuk berinvestasi.

Dalam laporan keuangan, investor dapat mendapatkan informasi tentang

bagaimana kinerja keuangan suatu perusahaan tertentu dan kemudian dapat dilihat

dengan mengunakan rasio-rasio yang sudah tertera melalui laporan keuangan yang

dipublikasikan perusahaan, dan kemudian investor dapat menganalisis sendiri

hasil kinerja keuangannya.

Ukuran perusahaan dapat menjadi suatu pertimbangan untuk para investor

dalam mengambil keputusan. Menurut Jogiyanto (2015 : 254), ukuran

perusahaan adalah “Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total

aktiva harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai logaritma

total aktiva”.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

21

Sedangkan menurut Riyanto (2011 :59), “Ukuran perusahaan

merupakan besar kecilnya perusahaan di lihat dari nilai equity, nilai

perusahaan, ataupun hasil nilai total aktiva dari suatu perusahaan”.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpukan bahwa ukuran

perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dihitung

dengan nilai equity, nilai perusahaan atau nilai aktiva. Ukuran perusahaan dapat

dilihat melalui total aktiva yang dimiliki perusahaan. Menurut Jogiyanto (2015 :

282), ukuran perusahaan dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

Total aktiva merupakan tolak ukur atau besaran skala suatu perusahaan

karena dianggap dapat menunjukkan ukuran perusahaan karena mewakili

kekayaan perusahaan baik berupa aktiva tetap maupun aktiva lancar (Carter dan

Manaster 1990, dalam Hastuti 2017).

Perusahaan dengan skala usaha yang besar dan tingkat pertumbuhan yang

tinggi diharapkan akan memberikan tingkat keuntungan yang tinggi maka akan

menawarkan saham dengan nilai besar. Demikian pula sebaliknya, perusahaan

kecil yang baru berdiri dengan tingkat pertumbuhan usaha yang relatif kecil, maka

akan menawarkan saham dengan nilai kecil. Dengan demikian semakin besar

presentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat maka tingkat

ketidakpastiannya akan semakin kecil, yang pada akhirnya akan menurunkan

tingkat underpricing saham (Chisty,1996).

Ukuran Perusahaan = Ln (Total Aktiva)

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

22

Memiliki ukuran perusahaan yang besar merupakan salah satu sinyal

bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan usaha dengan

lebih baik (Kartika dan Putra, 2017). Investor mempunyai kecenderungan untuk

menginvestasikan dananya pada perusahaan yang memiliki skala yang lebih tinggi

karena ketidakpastian atas perusahaan dapat dilihat dari suatu ukuran perusahaan.

Ketika investor membaca propektus, menganalisis ukuran perusahaan

menggunakan tolak ukur total aktiva akan memberikan penilaian bahwa total

aktiva dapat dipergunakan untuk menambah penghasilan emiten dan mampu

memenuhi kewajibannya, maka risiko ketidakpastian di masa yang akan datang

dapat diperkecil sehingga dapat mengurangi tingkat keraguan investor dalam

melakukan investasi kepada suatu perusahaan. Pahlevi (2014), Saputra dan

Suaryana (2016), dan Kartika dan Putra (2017), berhasil membuktikan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap underpricing.

Menurut Kasmir (2014 : 201), “Return on asset merupakan rasio yang

menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan”.

Menurut Fahmi (2012:98),

“Return on assets sering disebut sebagai return on investment, karena

ROA ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan

mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang

diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset

perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa return on

assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

23

efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

aktiva yang dimiliki perusahaan.

Dengan kata lain semakin produktif perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan maka menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi pada

perusahaan tertentu. Semakin banyak investor yang menanamkan modalnya di

perusahaan tersebut, maka dapat meningkatkan harga saham. ROA dapat dihitung

dengan menggunakan rumus :

Return on Assets merupakan salah satu ukuran profitabilitas perusahaan,

maka semakin tinggi ROA akan semakin rendah tingkat underpricing karena

investor akan menilai kinerja perusahaan lebih baik dan bersedia membeli saham

perdananya dengan harga yang lebih tinggi. Calon investor akan

mempertimbangkan presentase profitabilitas perusahaan sebelum menentukan

investasinya sehingga nilai ketidakpastiannya semakin rendah yang akan

menurunkan nilai underpricing perusahaan tersebut (Yasa, 2008). Pahlevi (2014),

Lisnawati dan Munaroh (2015), serta Saputra dan Suaryana (2016)

menemukan bahwa ROA berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.

Menurut Sartono (2012 :263),

“Financial Leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki

beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan

keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan

meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham.”

𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 =𝐸𝐴𝑇

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑥 100%

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

24

Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat

mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang akan

dipilih karena sumber dana mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda.

Menurut Sutrisno (2012 : 212) “Leverage Financial digunakan untuk

mengukur kemampuan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang,”

Sedangkan menurut Fahmi (2011 : 127), “Rasio yang mengukur

seberapa besarnya perusahaan dibiayai oleh dengan hutang.”

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

rasio financial leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa banyak

perusahaan menggunakan dana dari hutang yang dengan harapan akan membawa

tambahan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya sehingga akan

meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham. Semakin tinggi tingkat hutang

yang dimiliki, maka semakin besar beban bunga yang harus dibayarkan

perusahaan. Hal ini nantinya akan menyebabkan keuntungan yang diperoleh

perusahaan semakin sedikit.

Rasio ini pada umumnya disebut juga rasio utang (debt), untuk mengukur

presentasi dana yang disediakan oleh kreditur. Pada analisis rasio keuangan,

financial leverage dihitung melalui perbandingan total hutang dan total equity

perusahaan, dimana dalam laporan keuangan disebut leverage ratio. Dalam

penelitian ini rasio leverage yang digunakan oleh penulis adalah debt to equity

ratio.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

25

Menurut Kasmir (2014: 157), “Debt to equity ratio merupakan rasio

yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan

membandingankan antara seluruh utang lancar dengan seluruh ekuitas”.

Menurut Sutrisno (2012: 218),

“Debt to equity ratio merupakan imbangan antara hutang yang

dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini

berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya.

Bagi perusahaan, sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi

modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi”.

Berdasarkan pegertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa debt to

equity Ratio merupakan rasio imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan

dengan modal sendiri yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.

Debt to equity ratio untuk setiap perusahaan tertentu berbeda-beda,

tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan

arus kas yang stabil memiliki rasio yang lebih tinggi.

Adapun rumus debt to equity ratio yaitu:

Financial Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

membayar hutang-hutangnya yang dimilikinya dengan equity yang dimiliki suatu

perusahaan tersebut. Apabila financial leverage ini tinggi menunjukkan risiko

suatu perusahaan dan akan mengurangi minat calon investor sehingga akan

meningkatkan ketidakpastian suatu perusahaan karena pihak investor takut untuk

menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut. Hal tersebut dapat

𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑥 100%

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

26

mengakibatkan perusahaan untuk menurunkan harga saham saat IPO karena untuk

menarik investor agar mau berinvestasi atau menanamkan dananya di perusahaan

tersebut.

Menurunkan harga saham saat IPO maka akan memperbesar potensi

terjadinya underpricing, Sehingga jika semakin besar financial leverage

perusahaan maka akan dapat berpontensi memperbesar tingkat underpricing yang

akan terjadi. Semakin Financial Leverage perusahaan rendah maka dapat

memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki sedikit risiko sehingga dapat

menarik minat investor untuk berinvestasi atau menanamkan dananya di

perusahaan tersebut. Pahlevi (2014), Saputra dan Suaryana (2016) serta

Lisnawati dan Munawaroh (2015) menemukan bahwa financial leverage

berpengaruh signifikan poisitif terhadap underpricing.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

27

Berdasarkan keterangan yang telah diuraikan tesebut maka dapat

disimpulkan kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1.4 Skema Kerangka Pemikiran

Perusahaan

Underpricing

Pasar Modal

Laporan

Keuangan

Go

Public/IPO

Return On

Asset

Financial

Leverage

Saham

Ukuran

Perusahaan

Closing

Price

Pasar

Perdana

Opening

Price

Pasar

Sekunder

Investasi

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

28

(-)

(-)

Gambar 1.5 Paradigma Penelitian

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

1. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada underpricing penawaran

umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Return on assets berpengaruh negatif pada underpricing penawaran umum

perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Financial leverage berpengaruh posistif pada underpricing penawaran

umum perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).

4. Ukuran perusahaan, return on assets, financial leverage secara simultan

berpengaruh pada underpricing penawaran umum perdana di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

Financial Leverage (X3)

Return on Assets (X2)

Ukuran Perusahaan (X1)

Underpricing (Y) (+)

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.unjani.ac.id/repository/da0920a125e4f8950bef6... · 2019. 3. 1. · 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring

29

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.6.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data laporan

keuangan yang diperlukan dalam penelitian ini di dapat melalui website dari situs

resmi dan diakui Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id,

www.duniainvestasi.com, www.yahoofinance.com dan www.sahamok.com, dan

dari beberapa referensi buku dan jurnal yang mendukung judul penelitian ini.

1.6.2 Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini tahun 2017 sampai dengan

2018. Pada Tabel 1.1 menunjukkan jadwal dan tahap pelaksanaan penelitian.

Tabel 1.1 Jadwal dan Tahap Pelaksanaan Penelitian

NO JENIS

KEGIATAN

WAKTU PENELITIAN

September-

Oktober November Desember Januari Februari

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan

UP

2 Seminar UP

3 Studi

Kepustakaan

4

Pengolahan

dan Analisis

Data

5 Penyusunan

Laporan

6 Sidang