bab i pendahuluan 1.1 latar...

14
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas telah muncul sebagai masalah kesehatan umum dunia pada abad ini dan sekarang dikenal sebagai “pandemik yang benar-benar diabaikan”. Masalah ini sangat serius, sehingga pada tahun 2020 diperkirakan kecelakaan lalu lintas yang semula menjadi penyebab kecacatan ke-9 dunia akan bergerak menjadi penyebab ke-3 dunia, dan akan menjadi penyebab ke-2 pada negara berkembang (Singh et.al, 2011 : 53; Reddy et.al, 2012 :28). Selain itu, World Health Statistic juga memperkirakan lebih dari 25 tahun mendatang kecelakaan lalu lintas akan menjadi salah satu masalah kesehatan dunia yang berkembang paling pesat (Delavar et.al, 2012 : 218). Hal ini membutuhkan penanganan serius mengingat besarnya kerugian yang diakibatkannya dan agar korban kecelakaan tidak semakin memuncak ( Utama, 2008 : 16; Fitriah, 2012 : 253). Kecelakaan lalu lintas didefinisikan sebagai kecelakaan kendaraan dijalan umum atau jalan raya yang tempatnya tidak ditentukan (Singh et.al, 2011 : 53). Kejadian ini tidak disengaja, tidak diduga-duga dan merupakan kemalangan yang tidak diharapkan yang menyebabkan kerusakan dan kerugian (Gulzar et.al, 2012 : 365). Kadang kecelakaan ini dapat mengakibatkan korban luka ringan ( slight injury), korban luka berat (serious injury) dan korban mati ( fatal) ( Pamungkas, 2014: 14).

Upload: hoangnhi

Post on 10-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas telah muncul sebagai masalah kesehatan umum

dunia pada abad ini dan sekarang dikenal sebagai “pandemik yang benar-benar

diabaikan”. Masalah ini sangat serius, sehingga pada tahun 2020 diperkirakan

kecelakaan lalu lintas yang semula menjadi penyebab kecacatan ke-9 dunia akan

bergerak menjadi penyebab ke-3 dunia, dan akan menjadi penyebab ke-2 pada

negara berkembang (Singh et.al, 2011 : 53; Reddy et.al, 2012 :28). Selain itu,

World Health Statistic juga memperkirakan lebih dari 25 tahun mendatang

kecelakaan lalu lintas akan menjadi salah satu masalah kesehatan dunia yang

berkembang paling pesat (Delavar et.al, 2012 : 218). Hal ini membutuhkan

penanganan serius mengingat besarnya kerugian yang diakibatkannya dan agar

korban kecelakaan tidak semakin memuncak ( Utama, 2008 : 16; Fitriah, 2012 :

253).

Kecelakaan lalu lintas didefinisikan sebagai kecelakaan kendaraan dijalan

umum atau jalan raya yang tempatnya tidak ditentukan (Singh et.al, 2011 : 53).

Kejadian ini tidak disengaja, tidak diduga-duga dan merupakan kemalangan yang

tidak diharapkan yang menyebabkan kerusakan dan kerugian (Gulzar et.al, 2012 :

365). Kadang kecelakaan ini dapat mengakibatkan korban luka ringan (slight

injury), korban luka berat (serious injury) dan korban mati ( fatal) ( Pamungkas,

2014: 14).

2

Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu faktor

kelalaian manusia (host ), faktor kendaraan (agent) dan faktor lingkungan (

environment ) yang saling berkaitan antara satu faktor dengan faktor yang lain.

Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap tingkat keparahan cedera yang

dialami oleh korban kecelakaan disamping beberapa faktor yang lain seperti

faktor penanganan cedera baik di pra rumah sakit dan di rumah sakit ( Riyadina

& Subik, 2007 : 66).

Pada tahun 2002 salah satu jenis penyebab kecelakaan yang banyak

menimbulkan kematian di dunia adalah kecelakaan lalu lintas (22.8%), disusul

nomor dua dengan kecelakaan yang tidak disengaja (18,1%) dan nomor tiga

akibat bunuh diri (16,9%) (WHO, 2004 dalam Utama, 2008 : 16). Menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang disebutkan dalam pencegahan

kerusakan kecelakaan lalu lintas, menyebutkan secara umum setiap tahunnya 1,2

juta orang meninggal pada kecelakaan lalu lintas dan sebanyak 50 juta orang

mengalami luka. Angka ini diperkirakan akan meningkat sekitar 65% pada 20

tahun mendatang jika tidak dilakukan pencegahan (WHO 2004, dalam Gulzar

et.al, 2012 : 366).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kecelakaan yang

cukup tinggi. Menurut Dinas Perhubungan dan Badan Intelijen Negara,

kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian nomor tiga di Indonesia

setelah serangan jantung dan stroke (Media Indonesia, 2011 dalam Fitriah,2012 :

253). Data POLRI pada tahun 2011, tercatat jika kematian akibat kecelakaan lalu

3

lintas pada tahun 2010 mencapai 31.186 jiwa. Rata-rata 84 orang meninggal

setiap harinya atau 3-4 orang meninggal setiap jamnya akibat kecelakaan lalu

lintas. Korban dari kecelakaan tersebut sebesar 67% berada pada usia produktif

(22-50) (Pikiran Rakyat, 2011 dalam Fitriah, 2012 : 253).

Berdasarkan laporan kepolisian, tahun 2012 tercatat angka kecelakaan lalu

lintas yang terjadi diseluruh wilayah Indonesia sejumlah 109.038 kasus. Dari

angka kecelakaan yang terjadi tahun 2012, tercatat sebanyak 25.131 orang

meninggal dunia, jumlah korban yang mengalami luka berat tercatat mencapai

36.710 orang dan jumlah korban luka ringan mencapai 118.158 orang. Untuk

kerugian material yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas pada tahun 2012

mencapai Rp222.185.078.333 ( Yuliadi, 2014 : 18).

Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan kejadiannya selalu mendadak.

Kekagetan yang ditimbulkan dan rasa takut melihat kejadian membuat orang

yang menemuinya sering mengalami kepanikan yang justru malah menambah

penderitaan korban (TBM Panacea, 2014 : 1). Penelitian menunjukkan bahwa

luka-luka dan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas bisa dikurangi

jika teknik manajemen pasca kecelakaan diberikan dengan tepat dan digabungkan

dengan pelayanan pre-hospital. Masyarakat atau bystanders ( orang yang berada

ditempat kejadian) juga memiliki peran penting dalam memberikan perawatan

ditempat kejadian ( Hadigal & Rao, 2011 : 9). Akan tetapi banyak orang yang

tidak mau memberikan pertolongan pertama karena takut salah dan tidak

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang pertolongan pertama (

4

Bollig et.al, 2011 : 1; Arbon, 2007 : 45). Padahal keterlambatan semenit saja

dalam memberikan pertolongan bisa berakibat fatal dan bisa memperparah

cedera atau bahkan kematian ( Thygerson, 2009 : 2). Inilah yang menjadi dasar

perlunya dilakukan pendidikan atau pelatihan tentang pertolongan pertama

(Bollig et.l, 2011: 1).

Pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama perlu diberikan

kepada semua level baik itu pelajar, guru, ataupun komunitas masyarakat.

Organisasi atau pelayanan kesehatan juga harus mulai memberikan pendidikan

ataupun pelatihan tentang pertolongan pertama ( Rao, 2011 : 4). Setiap orang

harus mampu melakukan pertolongan pertama, karena sebagian besar orang pada

akhirnya akan berada dalam situasi yang memerlukan pertolongan pertama untuk

orang lain atau diri mereka sendiri ( Thygerson, 2009: 2).

Pertolongan pertama diartikan sebagai pemberian pertolongan segera

atau secepatnya kepada korban( sakit, cedera, luka, kecelakaan) yang

membutuhkan pertolongan medis dasar. Pertolongan medis dasar adalah

tindakan pertolongan berdasarkan ilmu kedokteran sederhana yang dapat dimiliki

orang awam. Pertolongan medis dasar dilakukan oleh orang pada jarak terdekat

dengan korban. Pelaku pertolongan pertama harus memiliki keterampilan dan

dasar-dasar pengetahuan dalam penanganan medis dasar (Swasanti & Putra,

2014). Pertolongan pertama tidak menggantikan perawatan medis yang tepat.

Pertolongan pertama hanya memberi bantuan sementara sampai mendapatkan

perawatan medis yang kompeten, jika perlu, atau sampai kesempatan pulih tanpa

5

perawatan medis terpenuhi. Pertolongan pertama yang diterapkan secara tepat

dapat mempercepat pemulihan, menurunkan resiko kecacatan atau bahkan

kematian (Thygerson, 2009 : 3).

Dalam Pasal 531 KUH Pidana dinyatakan: “Barang siapa menyaksikan

sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau

mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya

atau diadakannya dengan tidak membahayakan dirinya sendiri atau orang lain

diancam, jika orang yang perlu ditolong itu meninggal, diancam dengan hukuman

pidana kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima

ratus rupiah” (Solahuddin, 2008 : 128).

Berdasarkan data Kepolisian Satuan Kecelakaan Lalu Lintas Resort

Malang Kota tercatat bahwa kecelakaan lalu lintas di kota Malang sepanjang

tahun 2014 berjumlah 199 kasus. Dari kasus kecelakaan yang terjadi sepanjang

tahun 2014 tersebut tercatat korban meninggal dunia berjumlah 59 orang, korban

luka berat berjumlah 4 orang dan korban luka ringan berjumlah 251 orang.

Kerugian material yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas pada tahun 2014

mencapai Rp291.350.000,00. Blackspot (area rawan terjadi kecelakaan lalu lintas)

yaitu berada di kelurahan Sukun tepatnya di jalan Sudanco Supriadi. Sepanjang

tahun 2014 tercatat 13 kasus kecelakaan di jalan Sudanco Supriadi, sebanyak 5

orang meninggal dunia, dan korban luka ringan sebanyak 24 orang.

6

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dikelurahan

Sukun Kota Malang didapatkan informasi bahwa area yang sering terjadi

kecelakaan lalu lintas yaitu berada di RW 04. Selain itu, RW 04 merupakan

kawasan terluas di jalan Sudanco Supriyadi. Terbukti dua hari berturut-turut

selama studi pendahuluan terjadi kecelakaan lalu lintas. Faktor penyebab

seringnya terjadi kecelakaan di RW 04 yaitu karena arus lalu lintas yang padat dan

ruas jalan yang sempit, terdapat pusat keramaian seperti pasar/pertokoan dan

sekolah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti disepanjang jalan

Sudanco Supriyadi terkait sikap masyarakat dalam penangan korban kecelakaan

lalu lintas, rata-rata menjawab akan menolong jika korban sadar tetapi jika

keadaannya parah maka mereka tidak mau memberikan pertolongan karena takut

salah padahal keterlambatan menolong bisa memperparah cedera. Mayoritas

masyarakat yang diwawancara juga tidak memiliki pengetahuan tentang

pertolongan pertama.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Efektivitas Pendidikan Kesehatan Tentang Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan Terhadap Sikap Masyarakat Dalam Penanganan

Korban Kecelakaan Lalu Lintas”

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “ bagaimanakah efektivitas pendidikan kesehatan tentang pertolongan

pertama pada kecelakaan terhadap sikap masyarakat dalam penanganan korban

kecelakaan lalu lintas di RT 05/ RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan tentang pertolongan

pertama pada kecelakaan terhadap sikap masyarakat dalam penanganan korban

kecelakaan lalu lintas di RT 05/ RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui sikap masyarakat dalam penanganan korban kecelakaan lalu

lintas, sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama

pada kecelakaan

2. Mengetahui sikap masyarakat dalam penanganan korban kecelakaan lalu

lintas, setelah diberi pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama pada

kecelakaan

3. Menganalisa efektivitas pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama

pada kecelakaan terhadap sikap masyarakat dalam penanganan korban

kecelakaan lalu lintas

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Memberikan pemahaman tentang pendidikan kesehatan penanganan korban

kecelakaan lalu lintas sehingga masyarakat dapat mengetahui sikap yang benar

dalam memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas.

1.4.2 Bagi Peneliti

Diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lanjut untuk melaksanakan penelitian

dengan topik yang sama, agar memberikan kontribusi untuk pelaksanaan

program pendidikan kesehatan dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas

1.4.3 Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi institusi pendidikan,

khususnya Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Kesehatan sebagai

bahan referensi tentang efektivitas pendidikan kesehatan tentang pertolongan

pertama pada kecelakaan terhadap sikap masyarakat dalam penanganan korban

kecelakaan lalu lintas. Dan sebagai pembelajaran untuk membekali mahasiswa

keperawatan dalam perannya sebagai educator agar dapat berkomunikasi dengan

baik sehingga pesan dari pendidikan kesehatan dapat tersampaikan.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi masukan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian dalam skala yang

lebih luas yang berkaitan dengan penanganan korban kecelakaan lalu lintas

berdasarkan metode pertolongan pertama pada kecelakaan

9

1.5.1 Keaslian Penelitian

1.5.1 Penelitian yang dilakukan Sumardino (2014) meneliti tentang Kompetensi

Guru UKS Dalam Memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan kompetensi Guru SMA dan SMK

se-Kota Surakarta dalam Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Desain

yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data diperoleh

dengan cara memberikan kuesioner yang meliputi tiga ranah kompetensi yaitu

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diberikan kepada seluruh guru

pengelola UKS SMA dan SMK se-kota Surakarta. Sebagian besar responden

mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang cukup baik dalam

memberikan pertolongan P3K, hanya beberapa responden yang memberikan

jawaban yang tidak tepat berkaitan dengan Resusitasi Jantung Paru terbaru yang

direkomendasikan oleh AHA (2010). Sehingga perlu pengenalan Resusitasi

Jantung Paru terbaru (AHA, 2010) dengan segera. Pengetahuan, sikap dan

ketrampilan responden mengenai teknik pembebatan atau pembalutan dan

pembidaian secara umum cukup baik. Hanya beberapa responden yang belum

memahami teknik pembebatan atau pembalutan dan pembidaian. Oleh karena itu

perlu adanya pelatihan atau penyegaran dan evaluasi berkala terhadap kompetensi

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan perlu dilaksanakan untuk

mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan UKS. Perbedaan pada

penelitian ini terletak pada variabel dan tujuan. Pada penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui efektivitas pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama

pada kecelakaan terhadap sikap masyarakat dalam penanganan korban kecelakaan

10

lalu lintas. Sedangkan pada penelitian Sumardino untuk mengetahui kompetensi

guru UKS dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.

1.5.2 Penelitian Islami (2011) meneliti tentang Hubungan Tingkat Pendidikan

Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Anak Di

Rumah Desa Sumber Girang RW I Lasem Rembang. Jenis penelitian ini merupakan

jenis penelitian survey analitik metode Cross Sectional sampling dengan cara

pendekatan observasi point time approach. Bertujuan untuk mengetahui hubungan

tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang pertolongan pertama

pada kecelakaan (P3K). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat

RW 1 di desa Sumbergirang Lasem Rembang sebanyak 89 orang. Adapun hasil

tingkat pendidikan ibu yang tertinggi 44 responden (49,4 %) kategori

sedang,terendah 9 responden (10,1%) kategori tinggi.hasil tingkat pengetahuan

ibu tertinggi 46 responden (51,7%) kategori tinggi, terendah 12 responden

(13,5%) kategori rendah. nilai chi-square tabel pada df : 4 tingkat signifikasi 5 %

(9,488) dilakukan perbandingan chi-square hitung dan chi-square tabel dimana

chi-square hitung (51,090) > chi-square tabel (9,488) dengan taraf signikasi 5 %,

sedangkan berdasarkan probabilitas terlihat bahwa nilai Asymp-Sig = 0,000 atau

probabilitas < 0,05, sehinga ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan

dengan tingkat pengetahuan ibu mengenai Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan anak di rumah.nilai koefisien kontingensi 0,687 > 0.5 sehingga

mempunyai hubungan yang kuat. Penelitian islami jika dibandingkan dengan

penelitian ini memiliki perbedaan pada tujuan penelitian. Jika pada penelitian ini

untuk mengetahui efektifitas maka dalam penelitian islami bertujuan untuk

11

mengetahui hubungan. pada variabel dependen dan variabel independen juga

terdapat perbedaan. Pada penelitian ini variabel independennya adalah

pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan

sikap masyarakat dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas sebagai

variabel dependennya. Sedangkan pada penelitian Islami, variabel independennya

adalah tingkat pendidikan dan variabel dependennya adalah tingkat pengetahuan

ibu tentang pertolongan pertama pada kecelakaan.

1.5.3 Penelitian Khan A (2010) meneliti tentang Knowledge attitude and practices of

undergraduate students regarding first aid measures. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengetahuan,sikap dan keterampilan mahasiswa mengenai tindakan

pertolongan pertama.Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dilakukan

pada enam perguruan tinggi diKarachi, tiga di antaranya adalah perguruan tinggi

medis dan tiga perguruan tinggi non - medis . Pengetahuan dinilai mengenai

berbagai situasi darurat dengan bantuan kuesioner. Dengan sampel sebanyak 446

orang. Hasilnya Sebanyak 446 siswa yang diwawancarai, tujuh puluh delapan

siswa ( 17,5 % ) pernah melakukan pelatihan pertolongan pertama. Jumlah rata-

rata jawaban yang benar dari siswa yang pernah melakukan pelatihan adalah 10,3

( +/- 3,5 ) kebalikannya 8.58 ( +/- 4.0 ) pada siswa yang tidak pernah melakukan

pelatihan ( p < 0,001 , 95 % CI ) dengan perbedaan rata-rata 7.84 % . Jumlah

rata-rata jawaban yang benar oleh mahasiswa kedokteran dengan pelatihan

pertolongan pertama adalah 11,2 ( +/- 2,9 ) sebagai lawan 7.2 ( +/- 3,43 ) oleh

mahasiswa non - medis ( p < 0,001 , 95 % CI ) dengan perbedaan rata-rata 18,14

%. Hasil ini menunjukkan siswa yang menerima pelatihan pertolongan pertama

12

secara formal memiliki nilai yang lebih baik dari pada mereka yang tidak ( p <

0,001 ). Penelitian yang dilakukan Khan A bertujuan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan, sikap dan praktek mahasiswa dalam pertolongan pertama.

Sedangkan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pendidikan

kesehatan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan terhadap sikap

masyarakat dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas.

1.5.4 Penelitian Bollig et.al (2011) meneliti tentang Effects of first aid training in the

kindergarten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari pelatihan

pertolongan pertama pada anak TK. Penelitian ini menggabungkan metode

kuantitatif dan kualitatif untuk menyelidi efek mengajar pertolongan pertama di

TK dalam penelitian ini. 10 anak-anak TK pada usia 4-5 tahun termasuk dalam

studi kelayakan, 5 anak perempuan dan 5 laki-laki. Tiga dari mereka berusia

empat tahun dan tujuh dari mereka berusia lima tahun. Dua bulan setelah kursus

pertolongan pertama selesai anak-anak itu diuji dalam sebuah skenario di mana

mereka harus memberikan pertolongan kepada korban tidak sadar pada

kecelakaan sepeda. setelah 7 bulan anak-anak tersebut ditindak lanjuti oleh

observasi partisipan. Dua bulan setelah kursus selesai 70% dari anak-anak ini

dapat menilai kesadaran dengan benar dan mengetahui nomer telepon gawat

darurat. 60% menunjukkan penilaian yang benar pada pernapasan dan 40% dari

peserta menyelesaikan tugas-tugas lain (memberikan informasi panggilan darurat

yang benar, mengetahui posisi pemulihan yang benar, manajemen jalan nafas

yang benar) dengan benar. Banyak dari anak-anak ini menunjukkan kemampuan

mereka dalam melakukan skenario pertolongan pertama. Meskipun beberapa

13

peserta menunjukkan rasa takut akan kegagalan dalam skenario pengujian. Dalam

kelompok pengujian informal anak-anak ini bisa melakukan langkah-langkah

pertolongan pertama, juga. Mengajar pertolongan pertama juga menyebabkan

perilaku aktif membantu dan meningkatkan empati pada anak-anak. Penelitian

Ini menunjukkan bahwa anak-anak 4-5 tahun dapat belajar dan menerapkan

pertolongan pertama dasar . Penelitian Bollig et.al (2011) jika dibandingkan

dengan penelitian ini memiliki tujuan yang hampir sama. Jika dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari pendidikan kesehatan tentang

pertolongan pertama, maka dalam penelitian Bollig et.al (2011) bertujuan untuk

mengetahui efek dari pelatihan pertolongan pertama pada anak TK.

1.5.5 Penelitian Delavar (2012) meneliti tentang Knowledge, attitude and practices of

relief workers regarding first aid measures. Penelitian ini menggunakan metode

crossectional descriptive melalui cluster ramdom sampling. Pre test, struktur dan validasi

kuesioner telah digunakan untuk menilai pengetahuan dan sikap pekerja bantuan.

219 pekerja bantuan dipilih sebagai sampel penelitian dari tiga belas

penyelamatan Norouz dan penolong utama dari Red Crescent Society di provinsi

Mazandaran yang memiliki 13 kota. Sebuah tes praktek dengan check list

digunakan untuk menilai praktek mereka. Data dianalisis menggunakan uji t dan

analisis varian. Penelitian ini menunjukkan Para pekerja bantuan memiliki skor

pengetahuan rata-rata 56,5% dan skor sikap 52,9% pada pertolongan pertama.

Ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan dan tingkat pendidikan (p

<0,0001). Dari total pekerja bantuan, 83% tahu bagaimana melakukan resusitasi

paru Cardio (CPR) dengan benar, sementara 94% melaporkan bahwa mereka

14

tidak tahu bagaimana melakukan intubasi endotrakeal. Kesimpulan menunjukkan

bahwa pengetahuan, sikap dan praktek pekerja bantuan pada pertolongan

pertama berada pada tingkat sedang. Peningkatan kemampuan pekerja bantuan

pada pertolongan pertama akan membantu mengurangi morbiditas dan

mortalitas khususnya dari kecelakaan lalu lintas. Penelitian yang dilakukan oleh

Delavar jika dibandingkan dengan penelitian ini memiliki perbedaan pada

variabel dan tujuan. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas

dari pendidikan kesehatan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan maka

dalam penelitian Delavar bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap

dan praktek pekerja bantuan kesehatan dalam pertolongan pertama.