bab i pendahuluan 1.1 latar...

30
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dan berfungsi sebagai unsur yang paling esensial yang diperlukan oleh semua makhluk hidup, tanpa air maka mustahil akan ada kehidupan di muka bumi ini. Pusat-pusat peradaban manusia juga bermula dekat dengan sumber-sumber air, seperti pinggir sungai. Berbagai kegiatan manusia sangat tergantung pada ketersediaan air, seperti untuk industri, kebutuhan rumah tangga dan pertanian. Berdasarkan World Water Development Report (2004, dalam Arsyad dan Rustiadi, 2008) disebutkan bahwa untuk menjamin tercukupinya kebutuhan dasar akan air, setiap orang memerlukan sedikitnya 20-50 liter air bersih (bebas dari pencemar yang berbahaya) setiap hari. Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km 3 sebagaimana dikemukakan oleh Angel dan Wolseley (1992, dalam Effendi, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara melimpah, namun dengan jumlah yang melimpah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia karena berbagai faktor yang membatasi. Air yang ada di muka bumi lebih dari 97% merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3% air yang tersisa, 2% di antaranya tersimpan sebagai gunung es (glacier) di kutub dan uap air yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62% meliputi air yang terdapat di danau, sungai dan air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari seluruh air yang ada (Effendi, 2003).

Upload: hadien

Post on 03-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dan berfungsi

sebagai unsur yang paling esensial yang diperlukan oleh semua makhluk hidup,

tanpa air maka mustahil akan ada kehidupan di muka bumi ini. Pusat-pusat

peradaban manusia juga bermula dekat dengan sumber-sumber air, seperti

pinggir sungai. Berbagai kegiatan manusia sangat tergantung pada ketersediaan

air, seperti untuk industri, kebutuhan rumah tangga dan pertanian. Berdasarkan

World Water Development Report (2004, dalam Arsyad dan Rustiadi, 2008)

disebutkan bahwa untuk menjamin tercukupinya kebutuhan dasar akan air, setiap

orang memerlukan sedikitnya 20-50 liter air bersih (bebas dari pencemar yang

berbahaya) setiap hari.

Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368

juta km3 sebagaimana dikemukakan oleh Angel dan Wolseley (1992, dalam

Effendi, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa air merupakan salah satu senyawa

kimia yang terdapat di alam secara melimpah, namun dengan jumlah yang

melimpah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan

manusia karena berbagai faktor yang membatasi. Air yang ada di muka bumi

lebih dari 97% merupakan air laut yang tidak dapat digunakan oleh manusia

secara langsung. Dari 3% air yang tersisa, 2% di antaranya tersimpan sebagai

gunung es (glacier) di kutub dan uap air yang juga tidak dapat dimanfaatkan

secara langsung. Air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya

0,62% meliputi air yang terdapat di danau, sungai dan air tanah. Jika ditinjau dari

segi kualitas, air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari

seluruh air yang ada (Effendi, 2003).

2

Dari seluruh air tawar yang ada di bumi, 96% merupakan airtanah. Empat

persen sisanya terdapat dalam waduk, danau, sungai serta uap air di udara.

Menurut Todd (1980), airtanah adalah air yang mengisi rongga/pori-pori dalam

suatu formasi geologi dan terdistribusi lebih luas dibandingkan dengan air

permukaan. Keberadaan airtanah di suatu tempat tergantung dari ada tidaknya

formasi batuan yang dapat mengandung airtanah. Formasi batuan ini disebut

akuifer (Purnama, 2000).

Kota merupakan daerah permukiman yang sifatnya sangat dinamis, baik

ditinjau dari segi sosial, ekonomi, kultural maupun spasialnya. Dua faktor utama

dikenal sebagai determinan sifat dinamika kehidupan kota yang sangat tinggi

tersebut, yaitu faktor kependudukan di satu sisi dan faktor kegiatan penduduk di

sisi yang lain (Hadi Sabari Yunus, 2005). Perkembangan kota-kota di negara

yang sedang berkembang khususnya di Indonesia, perkembangan keruangannya

cenderung secara horisontal. Proses perkembangan spasial sentripetal merupakan

salah satu proses perkembangan spasial utama dari proses perkembangan spasial

secara horisontal. Proses perkembangan spasial sentripetal adalah suatu proses

penambahan bangunan-bangunan kekotaan yang terjadi di bagian dalam kota (the

inner parts of the city). Proses ini terjadi pada lahan-lahan yang masih kosong di

bagian dalam kota, baik berupa lahan yang terletak di antara bangunan-bangunan

yang sudah ada, maupun pada lahan-lahan terbuka lainnya (Hadi Sabari Yunus,

2005). Perkembangan spasial sentripetal bila terus berlanjut tanpa terkendali

karena kurangnya pengawasan dan pengaturan oleh pemerintah terutama instansi

yang berwenang akan menyebabkan terjadinya densifikasi/kepadatan bangunan

di bagian dalam kota yang selanjutnya mengakibatkan deteriorisasi lingkungan

kekotaan (Hadi Sabari Yunus, 2005).

Kepadatan bangunan berasosiasi dengan kepadatan penduduk. Padatnya

bangunan telah mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan dan menurunnya

habitabilitas lingkungan. Begitu padatnya bangunan akan menyulitkan

pembuatan dan pembangunan sarana permukiman seperti saluran drainase,

3

saluran pembuangan limbah, pelebaran jalur jalan lingkungan, pemasangan

jaringan perpipaan air minum (Hadi Sabari Yunus, 2005).

Kondisi penduduk perkotaan yang semakin padat dan aktivitasnya yang

semakin meningkat dari waktu-kewaktu dan disertai kemajuan teknologi, selain

semakin membutuhkan banyak air bersih sekitar 150 liter per orang per hari juga

akan menghasilkan limbah terutama limbah domestik yang ikut meningkat pula

baik dalam hal kuantitas maupun jenis zat pencemarnya yang semakin beragam.

Limbah domestik merupakan salah satu penyebab pencemaran airtanah di daerah

perkotaan setelah limbah industri. Pembuangan limbah domestik bila tidak

ditangani dengan baik sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku, dapat

mencemari sumberdaya airtanah yang sangat diperlukan oleh masyarakat sebagai

sumber air bersih. Pencemaran airtanah oleh limbah domestik akan sulit untuk

ditangani karena sifatnya yang tesebar sesuai dengan persebaran permukiman di

suatu wilayah meskipun jenis pencemarnya mudah untuk ditangani dibandingkan

limbah hasil industri. Tercemarnya sumberdaya airtanah tentunya akan

merugikan masyarakat baik dari segi kesehatan maupun ekonomi.

Kecamatan Jetis merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kota

Yogyakarta. Seiring berkembangnya Kota Yogyakarta, Kecamatan Jetis juga ikut

mengalami perkembangan. Semakin banyaknya lahan terbangun, baik untuk

pemukiman, perkantoran maupun pertokoan menyebabkan pembuatan tangki

septik (baik komunal maupun individu) jaraknya semakin dekat dengan sumur

gali yaitu kurang dari 10 meter karena terbatasnya lahan. Padahal menurut

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali

untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran

air tanah atau sumber pengotoran (bidang resapan/tangkiseptictank) harus lebih

dari 11 meter. Berkembangnya kota dan meningkatnya jumlah penduduk, yang

mendorong peningkatan gaya hidup telah menyebabkan semakin berkurangnya

kuantitas airtanah dan meningkatnya limbah domestik yang dihasilkan dan

dibuang ke lingkungan yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas airtanah

bebas terutama di Kecamatan Jetis.

4

Pencemaran airtanah oleh limbah domestik umumnya disebabkan oleh

merembesnya limbah domestik dari saluran pembuangan dan tangki septik yang

mengalami kebocoran masuk ke dalam akuifer mengikuti arah aliran airtanah dan

mencemari sumur-sumur gali milik penduduk. Selain itu ketersediaan sistem

pembuangan air limbah juga ikut mempengaruhi pencemaran airtanah oleh

limbah domestik.

Airtanah merupakan satu-satunya sumberdaya alam yang dimiliki oleh

Kota Yogyakarta yang potensial untuk dimanfaatkan tetapi tidak untuk

dieksploitasi. Kuantitas dan kualitasnya dipengaruhi oleh kondisis lingkungan

dimana proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan tersebut berlangsung pada

suatu wadah yang disebut Cekungan Air Tanah (CAT) (Keputusan Walikota

Yogyakarta Nomor 619 Tahun 2007). Berdasarkan hasil penyelidikan geologi

dan morfologi yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Pengusahaan Panas

Bumi dan Pengelolaan Airtanah tahun 2000, disebutkan bahwa Kota Yogyakarta

termasuk cekungan yang berada pada lintas kabupaten/kota yaitu CAT

Yogyakarta-Sleman. Secara umum, potensi ketersediaan airtanah CAT

Yogyakarta-Sleman relatif tinggi dengan jumlah aliran airtanah bebas sebesar

504 juta m3/tahun dan jumlah airtanah tertekan sebesar 9 juta m

3/tahun (Arsyad

dan Rustiadi, 2008).

Dengan potensi CAT Yogyakarta-Sleman yang begitu besar untuk

dimanfaatkan dalam rangka memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin

meningkat, terutama penduduk di Kecamatan Jetis diiringi juga dengan semakin

meningkatnya limbah terutama limbah domestik yang dihasilkan dari aktivitas

penduduk yang mengakibatkan penurunan kualitas airtanah baik parameter fisik,

kimia maupun biologi. Oleh karena itu dalam rangka melestarikan fungsi air

diperlukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara

bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang

serta keseimbangan ekologis.

5

Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berwenang menetapkan

baku mutu air untuk melestarikan fungsi air. Berdasarkan Peraturan Gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 20 tahun 2008 tentang baku mutu air di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, baku mutu air adalah ukuran batas atau

kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan

atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Tujuan

ditetapkannya peraturan ini adalah untuk memberikan batasan mutu air sesuai

peruntukannya dan untuk mencegah terjadinya pencemaran air.

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian dan permasalah di

Kecamatan Jetis, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

“PENGARUH LIMBAH DOMESTIK TERHADAP KUALITAS

AIRTANAH DI KECAMATAN JETIS, KOTA YOGYAKARTA”

1.2 Perumusan Masalah

Kota dengan segala macam aktivitas warganya, ditandai dengan

kepadatan bangunan di bagian dalam kota baik yang bersifat pelayanan publik,

permukiman maupun kegiatan ekonomi. Kepadatan bangunan berasosiasi dengan

kepadatan penduduk. Berkembangnya kota akan mengakibatkan bertambahnya

jumlah penduduk, bertambahnya lalulintas dan bertambahnya pusat-pusat

pelayanan umum. Secara umum, semakin padat penduduk suatu kota maka

penggunaan air dan jumlah limbah buangan terutama limbah domestik akan

semakin besar pula. Limbah domestik dapat berasal dari air buangan kamar

mandi, air bekas cuci, air seni dan tinja.

Kebutuhan akan air bersih untuk penduduk kota biasanya diatasi dengan

menyediakan sistem air bersih perpipaan bersumber dari mata air dan

pengolahan air sungai yang dilakukan oleh pemerintah kota. Akan tetapi ketika

jumlah penduduk kota meningkat dengan pesat dan kemampuan pemerintah kota

untuk menyediakan air bersih tidak dapat menjangkau kebutuhan seluruh warga

6

kota, maka sebagian warga yang tidak terlayani akan beralih kepada sumber air

lainnya yang mudah diperoleh yaitu airtanah.

Penggunaan airtanah yang berlebihan ditambah sanitasi lingkungan seperti

sistem pengolahan air limbah perpipaan terpusat (sewerage system) yang belum

menjangkau seluruh warga kota untuk pembuangan limbah domestik

menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas airtanah. Airtanah yang telah

tercemar limbah domestik apabila digunakan untuk air minum akan menimbulkan

gangguan kesehatan bahkan kematian karena telah melewati syarat-syarat

kesehatan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas maka dapat disusun

perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah airtanah bebas di daerah penelitian telah tercemar oleh limbah

domestik?

2. Bagaimana agihan keruangan unsur detergen, nitrat (NO3), nitrit (NO2),

ammonia (NH3), BOD, COD dan bakteri coli sebagai indikator limbah

domestik terhadap arah aliran airtanah pada masing-masing kelas

kepadatan penduduk di daerah penelitian?

3. Bagaimana pengaruh limbah domestik terhadap kualitas airtanah bebas

di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kualitas air tanah di Kecamatan Jetis.

2. Mengetahui agihan keruangan unsur detergen, nitrat (NO3), nitrit (NO2),

ammonia (NH3), BOD, COD dan bakteri coli sebagai indikator limbah

domestik yang mencemari airtanah pada masing-masing kelas

kepadatan penduduk di daerah penelitian.

7

3. Mengetahui pengaruh limbah domestik terhadap kualitas airtanah bebas

di daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang kondisi kualitas air tanah terkait dengan

pembuangan limbah domestik di Kecamatan Jetis.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan terhadap

kegiatan pengelolaan dan penyaluran limbah domestik di Kecamatan

Jetis.

1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1 Airtanah

Menurut Todd (1980), airtanah adalah air yang mengisi rongga/pori-pori

dalam suatu formasi geologi dan terdistribusi lebih luas dibandingkan dengan air

permukaan. Airtanah merupakan satu bagian dari sistem peredaran air bumi yang

dikenal sebagai daur hidrologi. Dalam daur hidrologi, air hujan yang jatuh di

bumi sebagian akan tertahan diintersepsi oleh tumbuhan, dan air hujan yang

jatuh di permukaan tanah akan dialirkan sebagai limpasan yang kemudian

mengalir kembali ke laut. Sebagian lagi akan berinfiltrasi ke dalam tanah dan

bergerak menurun sebagai perkolasi ke dalam mintakat jenuh (saturation zone)

yang mengisi rongga/pori-pori dalam suatu formasi geologi yang disebut dengan

air tanah (groundwater).

Selain berasal dari air hujan, sumber airtanah dapat pula berasal dari air

yang tidak mengikuti daur hidrologi. Berikut ini 4 tipe airtanah seperti yang

dikemukakan oleh Todd dan Dam (1959, 1966, dalam Seyhan 1990):

8

1. Air meteorik adalah air yang berasal dari atmosfir dan mencapai mintakat

kejenuhan baik secara langsung (melalui infiltrasi) maupun tidak langsung

(perembesan influen dari danau, sungai, saluran buatan dan lautan).

2. Air juvenil adalah air baru yang ditambahkan pada mintakat kejenuhan dari

kerak bumi yang dalam. Air ini dibagi menjadi 2 menurut sumber spesifiknya

ke dalam:

a. air magmatik

b. air gunung api dan air kosmik (yang dibawa oleh meteor)

3. Air diremajakan (rejuvenated) adalah air yang untuk sementara waktu telah

dikeluarkan dari daur hidrologi oleh pelapukan, maupun oleh sebab-sebab lain,

kembali ke daur lagi dengan proses-proses metamorfisme, pemadatan atau

proses-proses yang serupa.

4. Air konat adalah air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau gunung

pada saat asal mulanya. Air tersebut biasanya sangat termineralisasi dan

mempunyai salinitas yang lebih tinggi daripada air laut.

Keterdapatan airtanah tergantung dari ada tidaknya lapisan batuan yang

dapat mengandung airtanah yang disebut akuifer. Akuifer ini meliputi wilayah

luas dan dapat dilihat sebagai waduk air di bawah tanah (underground storage

reservoir). Air masuk ke akuifer baik secara alami maupun melalui pengisian

buatan, dan mengalir keluar karena gaya gravitasi atau pengambilan melalui

sumur. Pada umumnya akuifer airtanah dikelompokkan menjadi dua berdasarkan

muka airtanahnya, yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer) dan akuifer tertekan

(confined aquifer) (Todd, 1980).

Airtanah yang berasal dari akuifer bebas umumnya ditemukan pada

kedalaman yang relatif dangkal yaitu kurang dari 40 meter. Tinggi permukaan

airtanah bervariasi, demikian pula dengan kemiringannya (gradien hidroliknya),

tergantung pada luas daerah imbuhan dan luah, laju pemompaan sumur dangkal

9

dan kelulusan akuifernya. Naik dan turunnya muka airtanah berhubungan erat

dengan volume air dalam akuifer (Purnama, 2000).

Pergerakan airtanah sangat lambat; kecepatan arus berkisar antara 10-10

-

10-3

m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan

pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang membedakan airtanah

dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal

(residence time) yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan

tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama

tersebut, airtanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran

(Effendi, 2003).

1.5.2 Pencemaran Airtanah

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat

meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh

manusia sendiri sebagian besar terdiri dari air.Tubuh orang dewasa, sekitar 55-

60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi

sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat beragam dan kompleks.

Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju setiap orang memerlukan air

antara 60-120 liter perhari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk

Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter perhari (Notoatmodjo,

2007).

Dalam pemanfaatan airtanah yang sering menjadi permasalahan selain

penurunan kuantitas adalah terjadinya penurunan kualitas airtanah akibat

aktivitas manusia. Kualitas airtanah yang memenuhi syarat untuk penggunaan

tertentu seperti untuk air minum disuatu tempat tidak selalu tetap akan tetapi

dapat berubah oleh adanya pencemar. Air adalah pelarut yang baik untuk

mencuci segala macam kotoran yang sekaligus sebagai alat pengangkutan untuk

membuang bermacam-macam kotoran sampah, ampas dari rumah penduduk,

rumah sakit, dari pabrik berbagai industri dan perusahaan, sampai kotoran dari

reaktor nuklir (Karmono dan Joko Cahyono, 1978).

10

Notodarmojo (2005) menyebutkan bahwa pencemaran airtanah telah

terjadi di beberapa tempat, baik dalam skala kecil maupun regional. Degradasi

kualitas airtanah terjadi karena berbagai hal. Perkolasi dari efluen tangki septik,

rembesan aliran air permukaan yang telah tercemar, tempat pembuangan akhir

sampah, ataupun tumpahan (spilling) dari zat pencemar yang tidak disengaja,

merupakan penyebab yang sering ditemui. Jenis sumber pencemaran dapat

berupa sumber tersebar (diffuse sources), terpusat (point sources) ataupun dalam

bentuk memanjang (line sources).

Menurut Todd (1980), pencemaran airtanah merupakan penurunan

kualitas airtanah secara alami. Pencemaran dapat menggangu penggunaan air dan

dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan masyarakat seperti keracunan atau

penyebaran penyakit. Sumber dan penyebab pencemaran sangat berkaitan dengan

penggunaan/pemanfaatan air oleh manusia. Pencemaran airtanah sulit untuk

dideteksi bahkan lebih sulit untuk dikendalikan dan dapat bertahan sangat lama.

Sumber dan penyebab dari pemcemaran airtanah sangat dekat hubungannya

dengan penggunaan air oleh manusia.

1.5.3 Kualitas Airtanah

Kualitas air merupakan besaran-besaran yang menunjukkan secara spesifik

karakteristik suatu jenis air (Karmono dan Joko Cahyono, 1978). Air yang tidak

tercemar/terpolusi tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang tidak

mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang

ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan

tertentu, misalnya untuk air minum, mandi, pengairan dan keperluan industri

(Fardiaz, 1992). Kualitas airtanah menjadi sangat penting karena sebagian besar

pengguna airtanah menggunakan air tersebut secara langsung. Kalaupun

melakukan pengolahan, hanya terbatas pada pengolahan fisik atau kimia yang

sederhana. Beragamnya zat pencemar dengan tingkat bahaya (toksisitas) yang

bervariasi dan mahalnya biaya untuk pemulihan kualitas (remediasi), maka

menjaga kualitas airtanah akan lebih baik daripada mencemari kemudian

11

memperbaikinya. Zat pencemar dapat didefinisikan sebagai zat kimia (cair, padat

maupun gas), baik yang berasal dari alam yang kehadirannya dipicu oleh manusia

(tidak langsung) ataupun dari kegiatan manusia (anthropogenic origin) yang telah

diidentifikasi mengakibatkan efek yang buruk bagi kehidupan manusia atau

lingkungannya. Semua itu dipicu oleh aktivitas manusia. Suatu zat pencemar

mempengaruhi kesehatan atau berdampak buruk bagi manusia selain tergantung

dari jenis dan konsentrasi, juga tergantung dari intensitas paparan (Notodarmojo,

2005).

Karakteristik kualitas airtanah kadang-kadang sangat berbeda dengan

kualitas air permukaan. Perbedaan ini disebabkan pada saat infiltrasi ke dalam

tanah, air permukaan mengalami kontak dengan mineral-mineral yang terdapat di

dalam dan melarutkannya. Hal ini yang menyebabkan kualitas air mengalami

perubahan karena terjadinya reaksi kimia (Effendi, 2003). Kualitas airtanah

tidaklah selalu sama antara satu tempat dengan tempat lain, tergantung pada

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas air di daerah yang

bersangkutan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa ada dua faktor utama yang

berpengaruh terhadap kualitas air di suatu daerah, yaitu faktor alami dan faktor

buatan. Faktor alami meliputi batuan dan tanah, vegetasi serta iklim, sedangkan

faktor buatan meliputi pupuk dan limbah pertanian, insektisida, limbah domestik

serta limbah industri (Purnama, 2010) Kandungan bahan-bahan terlarut dalam air

tanah ditunjukkan dalam Tabel 1.1

Tabel 1.1 Kandungan Bahan-Bahan Terlarut dalam Airtanah

Ion Utama

atau Major Constituents

(1,0 – 1000 mg/liter)

Ion Sekunder atau

Secondary Constituents

(0,01 – 10,0 mg/liter)

Ion Minor atau

Minor Constituents (0,0001 –

0,1 mg/liter)

Sodium (Natrium)

Kalsium

Magnesium

Sulfat

Besi

Aluminium

Kalium

Karbonat

Arsen

Barium

Bromida

Kadmium

Lead/Timbal

Litium

Mangan

Nikel

12

Klorida

Silika

Nitrat

Flourida

Boron

Selenium

Kromium

Kobalt

Copper

Iodida

Fosfat

Strontium

Uranium

Zinc

Airtanah secara umum merupakan sumber air minum yang sangat bagus

karena sifat pemurnian dari tanah dan batuan, selain itu juga digunakan untuk

pengairan dan penyemprotan, dan ketika air permukaan menjadi langka untuk

kegunaan industri (Fried, 1975). Salah satu penggunaan airtanah yang sangat

penting bagi manusia adalah untuk air minum. Agar air minum tidak

menimbulkan penyakit maka air tersebut setidaknya harus memenuhi persyaratan

kesehatan. Notoatmodjo (1997) menyampaikan bahwa air yang sehat harus

mempunyai persyaratan sebagai berikut:

1. Syarat fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna),

tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya. Cara mengenal air yang

memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

2. Syarat bakteriologis

Air untuk keperluan air minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri,

terutama bakteri pathogen. Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang

dari 4 bakteri E. Coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.

3. Syarat kimia

Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang

tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan

menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal dapat

dilihat pada Tabel 1.2

13

Tabel 1.2 Zat kimia yang Terdapat dalam Air yang Ideal

Jenis bahan Kadar yang dibenarkan (mg/l)

Flour (F) 1 – 1,5

Chlor (Cl) 250

Arsen (As) 0,05

Tembaga (Cu) 1

Besi (Fe) 0,3

Zat organik 10

pH (keasaman) 6,5 – 9,0

CO2 0

Sumber : Notoatmodjo, 1997

1.5.4 Limbah Domestik

Menurut Kristanto (2004), limbah adalah buangan yang kehadirannya

suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak

memiliki nilai ekonomis. Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang

diukur dari jumlah kandungan bahan pencemar di dalam limbah. Kandungan

pencemar di dalam limbah terdiri dari beberapa parameter. Semakin kecil jumlah

parameter dan semakin kecil konsentrasinya, menunjukkan semakin kecil

peluang untuk terjadinya pencemaran lingkungan.

Notoatmodjo (2007) dalam bukunya yang berjudul “Kesehatan

Masyarakat” menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat 3 karakteristik air

limbah:

1. Karakteristik fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan

padat dan suspensi. Pada air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram

seperti larutan sabun, sedikit berbau.

14

2. Karakteristik kimiawi

Biasanya air limbah mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang

berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari

penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah lainnya. Substansi organik dalam

air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni:

a. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya: urea, protein, amine, dan

asam amino.

b. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya: lemak, sabun, dan

karbohidrat, termasuk selulosa.

3. Karakteristik bakteriologis

Kandungan bakteri patogen serta organism golongan coli terkandung dalam air

limbah.

Air limbah (wastewater) adalah kotoran dari masyarakat dan rumahtangga

dan juga yang berasal dari industri, airtanah, air permukaan serta buangan

lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran

umum. Sedangkan air limbah rumahtangga disebut juga sebagai kotoran

rumahtangga (domestic sewage) adalah air yang telah dipergunakan yang berasal

dari rumahtangga atau pemukiman termasuk di dalamnya adalah yang berasal

dari kamar mandi tempat cuci, WC, serta tempat memasak. (Salvato, 1958 dalam

Sugiharto, 2008). Sumber air limbah rumahtangga dari masyarakat adalah berasal

dari perumahan dan daerah perdagangan. Adapun sumber lainnya yang tidak

kalah pentingnya adalah daerah perkantoran atau lembaga serta daerah fasilitas

rekreasi.

Air limbah rumahtangga bila tidak dikelola dengan baik dapat

menimbulkan gangguan baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan

yang ada. Bagi kesehatan manusia, air limbah sangat berbahaya mengingat

bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Selain sebagai

15

pembawa penyakit di dalam air air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri

patogen penyebab penyakit. Selain gangguan kesehatan, air limbah juga

mengganggu kehidupan biotik. Dengan banyaknya zat pencemar dalam air akan

menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut dalam air limbah. Dengan

demikian kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu.

Kematian kehidupan dalam air selain disebabkan kurangnya kadar oksigen, juga

disebabkan karena adanya zat beracun yang berada dalam air limbah tersebut.

Gangguan yang lain yang ditimbulkan dari air limbah rumahtangga adalah

timbulnya bau sebagai hasil dari pembusukan dan penguraian zat organik. Selain

bau, warna air limbah yang kotor dapat menimbulkan gangguan pemandangan

(Sugiharto, 2008).

Air limbah rumah tangga dan perkotaan yang normal terdiri dari 99% air

dan 0,1% bahan padat terapung, berupa koloid dan yang terlarut- senyawa

organik dan organik, termasuk unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor dan

kalium, serta unsur mikro yang sangat penting. Air limbah rumah tangga

dihasilkan oleh rumah tangga yang memperoleh penyediaan air ledeng dalam

rumah dan mempunyai jamban banjur yang dihubungkan dengan sistem saluran

riol yang menampung semua air limbah (buangan) rumah tangga lainnya. Secara

keseluruhan, di Dunia Ketiga, hanya sedikit rumah tangga yang menghasil

limbah riol, karena sistem riol merupakan teknologi penyehatan yang sangat

mahal; kebanyakan rumah tangga membuang ekskreta (tinja-tampung) dan

limbah secara terpisah (Mara dan Cairncross, 1994).

1.6 Telaah Penelitian Sebelumnya

Setiobudi (2005) melakukan penelitian yang berjudul “Distribusi

amoniak, nitrat dan nitrit dalam airtanah bebas di Kecamatan Muntilan,

Kabupaten Magelang, Jawa Tengah” dengan tujuan analisis distribusi amoniak,

nitrat, nitrit dalam airtanah bebas pada berbagai tingkat kepadatan penduduk dan

mengetahui pengaruh letak septik tank terhadap konsentrasi unsur tersebut.

16

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kaitan antara jarak septik tank

terhadap konsentrasi amoniak, nitrat dan nitrit. Pengambilan sampel airtanah

dilakukan dengan teknik Stratified Random Sampling berdasarkan klassifikasi

kepadatan penduduk.

Perbedaan tingkat kepadatan penduduk tidak diikuti oleh perbedaan yang

berarti untuk konsentrasi amoniak, nitrit dan nitrat. Selain itu pengaruh faktor

jarak dan letak septik tank terhadap penambahan konsentrasi amoniak, nitrat dan

nitrit tidak terlihat secara nyata. Pesebaran data yang tidak merata baik pada

tingkat kepadatan penduduk maupun pada letak dan jarak septic tank menjadi

penyebab tidak terlihatnya kecenderungan tersebut.

Yananto (2009) meneliti pengaruh limbah domestik terhadap kualitas

airtanah bebas di Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Penelitian ini juga bertujuan mengetahui persebaran kadar nitrit, nitrat, ammonia,

BOD, COD dan bakteri coli sebagai indikator pencemaran limbah domestik

kaitannya dengan kepadatan penduduk. Metode yang digunakan adalah

mengambil sampel air pada beberapa sampel sumur dan sampel limbah domestik

yang ditentukan secara stratified random sampling yang didasarkan pada

tingkatan kepadatan penduduk.

Hasil penelitian menunjukkan air tanah bebas di daerah penelitian telah

tercemar oleh limbah domestik terutama unsur ammonia, nitrat, nitrit, BOD,

COD dan bakteri coli. Kandungan ammonia, nitrat, nitrit, BOD, COD dan bakteri

coli dalam limbah domestik telah melebihi ambang batas yang telah ditentukan

dalam baku mutu air limbah. Persebaran kadar ammonia, nitrat, nitrit, BOD,

COD dan bakteri coli menunjukkan adanya variasi, tetapi kepadatan penduduk

tidak selalu berpengaruh terhadap besarnya konsentrasi unsur pencemar. Faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap persebaran kandungan ammonia, nitrat, nitrit,

BOD, COD dan bakteri coli di Kecamatan Cilacap Selatan adalah pengaruh dari

aktivitas manusia yaitu pembuangan air limbah rumah tangga yang kurang

mematuhi peraturan pemerintah daerah, kedalam muka airtanah yang relatif

17

dangkal, kondisi fisik yaitu kondisi sanitasi atau saluran air pembuangan limbah

yang masih kurang memenuhi persyaratan kesehatan.

Dewi Patriana (2009) meneliti tentang kualitas airtanah bebas di

Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta. Tujuan dari penelitian yang dilakukan

Dewi Patriana adalah untuk mengetahui kualitas airtanah bebas khususnya unsur-

unsur indikator pencemaran oleh limbah domestik (nitrat, nitrit, ammonia, BOD,

COD dan E. Coli) pada masing-masing kelas kepadatan penduduk di daerah

penelitian dan mengevaluasi kualitas airtanah bebas di daerah penelitian ditinjau

dari persyaratan air minum. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah stratified random sampling berdasarkan kepadatan

penduduk dengan satuan wilayah rukun kampung (RK). Hasil analisis

laboratorium menunjukkan airtanah di daerah penelitian masih layak untuk

digunakan kecuali pada unsur nitrat yang telah melebihi batas maksimum air

untuk keperluan air minum. Untuk sifat biologis airtanah di daerah penelitian

sebagian besar layak untuk air minum kecuali airtanah yang mendapat influent

dari air sungai karena airtanahnya telah tercemar oleh pencemar yang ada di

sungai. Kualitas airtanah di daerah penelitian lebih dipengaruhi oleh arah aliran

airtanahnya. Kadar pencemar airtanah semakin tinggi berada pada daerah yang

merupakan daerah tujuan dari aliran airtanah dan daerah dekat sungai. Faktor lain

yang mempengaruhi kualitas airtanah di daerah penelitian adalah kedalaman

muka airtanah, permeabilitas tanah dan batuan daerah penelitian.

Arum Susila Istika (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian

Kualitaas Airtanah Bebas di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul” bertujuan

menganalisa kualitas airtanah bebas, mengkaji pengaruh kepadatan penduduk

terhadap kualitas airtanah bebas dan yang terakhir mengkaji kualitas airtanah

bebas pada perumahan dan bukan perumahan di Kecamatan Kasihan Kabupaten

Bantul. Pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling

berdasarkan kelas kepadatan penduduk dan metode purposive sampling dengan

mempertimbangkan faktor fisik, penggunaan lahan dan tipe pemukiman

(perumahan dan bukan perumahan).

18

Hasil dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa airtanah bebas di

daerah penelitian sebagian besar telah tercemar oleh nitrat dan bakteri coliform.

Kandungan ammonia, BOD, dan bakteri coliform dalam air limbah domestik

telah melebihi ambang batas yang ditentukan dalam baku mutu air limbah. Faktor

kelas kepadatan penduduk di daerah penelitian berpengaruh lemah terhadap

tingginya kadar nitrat dan BOD. Kualitas airtanah bebas pada daerah perumahan

dan non perumahan di daerah penelitian memiliki perbedaan dimana pada daerah

perumahan secara umum memiliki kualitas airtanah yang lebih baik dibandingkan

dengan daerah non perumahan. Hal ini ditunjukan oleh kadar kadar nitrat,

ammonia, dan BOD yang lebih tinggi di daerah non perumahan.

Penelitian yang akan penulis lakukan hampir sama dengan penelitian yang

sudah dilakukan pada empat penelitian sebelumnya yang telah penulis bahas

yaitu ingin mengetahui kualitas airtanah bebas dengan unsur-unsur pencemarnya

berdasarkan limbah domestik. Hanya saja ada beberapa perbedaan yaitu dari segi

metode pengambilan sampel dan lokasi penelitian. Metode pengambilan sampel,

penulis tidak hanya menggunakan metode stratified random sampling

berdasarkan kelas nilai DHL (dari peta iso-DHL) tetapi juga menggunakan sistem

grid yaitu membuat kotak-kotak berukuran 200 x 200 m pada peta daerah

penelitian. Metode grid digunakan karena penulis pertama kali belum mengetahui

keberadaan sumur di daerah penelitian. Setelah keberadaan sumur di daerah

penelitian diketahui barulah digunakan metode stratified random sampling untuk

menentukan sampel yang akan diteliti sifat fisik, kimia dan biologinya

berdasarkan parameter limbah domestik. Hal lain yang membedakan antara

penelitian penulis dengan penelitian yang lainnya adalah lokasi penelitian penulis

terletak di Kecamatan Jetis.

19

Tabel 1.4 Telaah Penelitian Sebelumnya

No Nama

Peneliti

(Tahun)

Judul Tujuan Metode Hasil

1

Novi

Setiobudi

(2005)

Distribusi Amoniak, Nitrit

dan Nitrat dalam airtanah

bebas di Kecamatan

Muntilan, Kabupaten

Magelang, Jawa Tengah.

- Menganalisis distribusi

Amoniak, Nitrat dan

Nitrit dalam airtanah

bebas pada berbagai

kepadatan penduduk

untuk mengetahui

pengaruh letak septic

tank terhadap

konsentrasi unsur

tersebut.

- Pengambilan sampel

menggunakan metode

stratified random

sampling berdasarkan

klasifikasi kepadatan

penduduk

Perbedaan tingkat kepadatan

penduduk tidak diikuti oleh

perbedaan yang berarti untuk

konsentrasi Amoniak, Nitrat dan

Nitrit.

2 Handiko Dri

Yananto

Pengaruh Limbah

Domestik Terhadap

- Mengetahui

persebaran kandungan

- Metode yang digunakan

adalah mengambil

- Air tanah bebas di daerah

penelitian telah tercemar oleh

20

(2009) Kualitas Airtanah Bebas

di Kecamatan Cilacap

Selatan, Kabupaten

Cilacap, Jawa Tengah.

kadar nitrat (NO3),

nitrit (NO2), ammonia

(NH3), BOD, COD

dan bakteri coli di

daerah penelitian.

- Mengetahui faktor-

faktor yang

berpengaruh terhadap

persebaran kandungan

kadar nitrat (NO3),

nitrit (NO2), ammonia

(NH3), BOD, COD

dan bakteri coli di

daerah penelitian.

- Mengevaluasi

persebaran kandungan

kadar nitrat (NO3),

nitrit (NO2), ammonia

sampel air pada

beberapa sampel sumur

dan sampel limbah

domestik yang

ditentukan secara

stratified random

sampling yang

didasarkan pada

tingkatan kepadatan

penduduk.

limbah domestik terutama

unsur ammonia, nitrat, nitrit,

BOD, COD dan bakteri coli.

Kandungan ammonia, nitrat,

nitrit, BOD, COD dan

bakteri coli dalam limbah

domestik telah melebihi

ambang batas yang telah

ditentukan dalam baku mutu

air limbah.

- Persebaran kadar ammonia,

nitrat, nitrit, BOD, COD dan

bakteri coli menunjukkan

adanya variasi, tetapi

kepadatan penduduk tidak

selalu berpengaruh terhadap

besarnya konsentrasi unsur

pencemar.

21

(NH3), BOD, COD

dan bakteri coli di

daerah penelitian

dengan Baku Mutu Air

Minum (PP. Nomor 82

Tahun 2001)

- Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap

persebaran kandungan

ammonia, nitrat, nitrit, BOD,

COD dan bakteri coli di

Kecamatan Cilacap Selatan

adalah pengaruh dari

aktivitas manusia yaitu

pembuangan air limbah

rumah tangga yang kurang

mematuhi peraturan

pemerintah daerah, kedalam

muka airtanah yang relatif

dangkal, kondisi fisik yaitu

kondisi sanitasi atau saluran

air pembuangan limbah yang

masih kurang memenuhi

persyaratan kesehatan, dan

22

arah aliran airtanah di daerah

penelitian.

3. Dewi Patriana

(2009)

Kualitas Airtanah Bebas

di Kecamatan Ngampilan,

Kota Yogyakarta.

Mengetahui kualitas

airtanah bebas

khususnya unsur-unsur

indikator pencemaran

oleh limbah domestik

(nitrat, nitrit, ammonia,

BOD, COD dan E.

Coli) pada masing-

masing kelas kepadatan

penduduk di daerah

penelitian.

Mengevaluasi kualitas

airtanah bebas di

daerah penelitian

ditinjau dari

persyaratan air minum.

Pengambilan sampel

menggunakan metode

stratified random

sampling berdasarkan

kepadatan penduduk

dengan satuan wilayah

rukun kampung (RK).

Airtanah di daerah penelitian

masih layak untuk digunakan

kecuali pada unsur nitrat

yang telah melebihi batas

maksimum air untuk

keperluan air minum. Untuk

sifat biologis airtanah di

daerah penelitian sebagian

besar layak untuk air minum

kecuali airtanah yang

mendapat influent dari air

sungai karena airtanahnya

telah tercemar oleh pencemar

yang ada di sungai.

Kadar pencemar airtanah

semakin tinggi berada pada

23

daerah yang merupakan

daerah tujuan dari aliran

airtanah dan daerah dekat

sungai. Faktor lain yang

mempengaruhi kualitas

airtanah di daerah penelitian

adalah kedalaman muka

airtanah, permeabilitas tanah

dan batuan daerah penelitian.

4. Arum Susila

Istika (2010)

Kajian Kualitaas Airtanah

Bebas di Kecamatan

Kasihan, Kabupaten

Bantul

Menganalisa kualitas

airtanah bebas.

Mengkaji pengaruh

kepadatan penduduk

terhadap kualitas

airtanah bebas.

Mengkaji kualitas

airtanah bebas pada

perumahan dan bukan

Metode yang digunakan

yaitu stratified random

sampling berdasarkan

kelas kepadatan

penduduk.

Metode purposive

sampling dengan

mempertimbangkan

faktor fisik, penggunaan

Airtanah bebas di daerah

penelitian sebagian besar

telah tercemar oleh nitrat dan

bakteri coliform. Kandungan

ammonia, BOD, dan bakteri

coliform dalam air limbah

domestik telah melebihi

ambang batas yang

ditentukan dalam baku mutu

24

perumahan di

Kecamatan Kasihan

Kabupaten Bantul

lahan dan tipe

pemukiman (perumahan

dan bukan perumahan)

air limbah.

Faktor kelas kepadatan

penduduk di daerah

penelitian berpengaruh

lemah terhadap tingginya

kadar nitrat dan BOD.

Kualitas airtanah bebas pada

daerah perumahan secara

umum memiliki kualitas

airtanah yang lebih baik

dibandingkan dengan daerah

non perumahan. Hal ini

ditunjukan oleh kadar kadar

nitrat, ammonia, dan BOD

yang lebih tinggi di daerah

non perumahan.

5. Erland Yoga

Nugraha

Pengaruh Limbah

Domestik Terhadap

- Mengetahui kualitas

air tanah di Kecamatan

- Pengambilan sampel

menggunakan stratified

- Kualitas airtanah oleh

limbah domestik.

25

(2013) Kualitas Airtanah Bebas

di Kecamatan Jetis, Kota

Yogyakarta.

Jetis.

- Mengetahui agihan

keruangan unsur

detergen, nitrat (NO3),

nitrit (NO2), ammonia

(NH3), BOD, COD

dan bakteri coli

sebagai indikator

limbah domestik yang

mencemari airtanah

pada masing-masing

kelas kepadatan

penduduk di daerah

penelitian.

- Mengetahui pengaruh

limbah domestik

terhadap kualitas

airtanah bebas di

random sampling

berdasarkan peta iso-

DHL.

- Sistem grid yaitu

membuat kotak-kotak

berukuran 200 x 200 m

pada peta daerah

penelitian untuk mencari

sumur.

- Peta agihan keruangan

pencemaran airtanah oleh

limbah domestik berdasarkan

arah aliran airtanah.

26

daerah penelitian.

27

1.7 Kerangka Pemikiran

Airtanah merupakan salah satu sumberdaya air yang banyak digunakan

sebagai sumber air tawar. Keberadaan airtanah sangat tergantung pada ada

tidaknya akifer atau lapisan yang dapat menampung dan meloloskan air. Airtanah

memiliki beberapa kelebihan baik dari segi kuantitas maupun kualitas

dibandingkan air permukaan, sehingga banyak dipakai sebagai sumber air bersih.

Kualitas airtanah dipengaruhi oleh faktor alami dan faktor buatan. Faktor buatan

adalah aktivitas manusia yang menggunakan air dan menghasilkan limbah baik

itu limbah yang berasal dari kegiatan pertanian, pertambangan, industri dan

rumah tangga.

Faktor alami yang mempengaruhi kualitas airtanah meliputi 1). Kondisi

iklim seperti di daerah penelitian yang termasuk dalam iklim tropis dengan salah

satu cirinya adalah curah hujan intensitas tinggi ketika terjadi hujan tentunya

akan membawa zat-zat yang alami terdapat di udara/atmosfer seperti nitrogen

turun dan masuk kedalam tanah dan bila kadar zat-zat tersebut berlebihan akan

menimbulkan perubahan kualitas airtanah. 2). Batuan dan tanah memiliki

kandungan mineral dan ketika air hujan masuk ke dalam tanah melalui proses

infiltrasi dan perkolasi, akan terjadi reaksi kimia yang melarutkan mineral dan

semakin lamanya kontak batuan dengan airtanah akan semakin besar pula

kandungan mineral batuan yang terlarut dalam airtanah tersebut. Tanah dapat

berfungsi sebagai penyaring zat pencemar melalui reaksi pertukaran ion. Dalam

kondisi tertentu, ion akan tertarik dan menempel pada permukaan butir atau

partikel tanah dan mengganti ion lain yang telah menempel atau berada pada

permukaan partikel tanah. Proses pertukaran ion terjadi karena kehadiran liat, silt

(lanau), dan zat organik. 3). Vegetasi yang mati maupun tumpukan daun yang

jatuh membentuk seresah bila terdekomposisi oleh aktivitas biologis dalam tanah

pucuk (top soil) akan mengakibatkan menurunnya kadar oksigen dalam air yang

masuk ke dalam tanah digantikan oleh kadar karbondioksida.

28

Perkembangan kota yang semakin meningkat memiliki andil dalam hal

penurunan kualitas airtanah. Kota yang semakin berkembang ditandai dengan

semakin banyak fasilitas pelayanan umum, kawasan industri, kawasan

perkantoran, kawasan permukiman, fasilitas pendidikan, kesehatan dan lain-lain

yang menarik semakin banyak penduduk dari desa atau kota lain disekitarnya

untuk datang mencari penghidupan yang lebih baik. Bertambahnya jumlah

penduduk sementara luas lahan di kota tidak mengalami peningkatan

menyebabkan kepadatan penduduk semakin tinggi dan banyaknya bangunan

yang terbangun sehingga syarat sanitasi yang baik terutama jarak antara septick

tank atau saluran pembuangan dengan sumur gali kurang terpenuhi. Jumlah

penduduk yang semakin meningkat tidak hanya meningkatkan kebutuhan akan

air bersih tetapi juga jumlah air buangan/limbah yang dihasilkan dari berbagai

aktivitasnya. Limbah domestik merupakan salah satu penyebab menurunnya

kualitas airtanah, selain limbah industri di daerah perkotaan.

Air yang tercemar merupakan air yang mengandung bahan-bahan asing

tertentu yang telah melebihi batas yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga air

tersebut tidak dapat digunakan secara normal untuk keperluan tertentu, misalnya

untuk air minum. Pencemaran airtanah sebagai sumber air bersih oleh limbah

domestik akan menimbulkan gangguan kesehatan baik yang menyebabkan

kematian maupun yang tidak dan juga kerugian ekonomi bagi masyarakat yang

menggunakannya. Air limbah rumahtangga berasal dari rumahtangga atau

permukiman termasuk di dalamnya adalah yang berasal dari kamar mandi tempat

cuci, WC, serta tempat memasak. Sumber air limbah rumahtangga dari

masyarakat adalah berasal dari perumahan dan daerah perdagangan. Adapun

sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah daerah perkantoran atau

lembaga serta daerah fasilitas rekreasi.

Dalam pengukuran pencemaran airtanah bebas oleh limbah domestik,

parameter yang digunakan adalah parameter fisik, kimia dan biologi. Dari

parameter fisik, indikator yang dipergunakan adalah warna, rasa, bau, pH dan

konduktivitas (DHL). Untuk parameter kimia menggunakan indikator ammonia,

29

nitrat, nitrit, BOD dan COD. Sedangkan parameter biologis yang digunakan

sebagai indikator pencemaran airtanah bebas oleh limbah domestik adalah

bakteri e. coli.

Pada akifer bebas, airtanah akan bergerak dari daerah muka air yang

tinggi ke yang lebih rendah (di atas permukaan laut rata-rata). Berdasarkan

pergerakan airtanah bebas, maka suatu pencemar tidak akan diam di satu titik

tetapi ikut bergerak bersama airtanah bebas. Tingkat pencemaran airtanah bebas

oleh limbah domestik akan bervariasi berdasarkan jumlah penduduk, kepadatan

penduduk dan kondisi lingkungan di daerah penelitian.

30

Sumberdaya Air

Sumberdaya

Airtanah

Limbah Domestik

yang Dihasilkan

Faktor Alami:

Batuan

Tanah

Vegetasi

Iklim

Waktu

-

Perkembangan

Kota

Pertambahan

Jumlah Penduduk

Pemanfaatan

Airtanah

Kualitas Airtanah

Pencemaran

Airtanah

Baku Mutu Air

Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta

Penggunaan Lahan

Peningkatan

Kepadatan

Bangunan

Jarak Septic Tank dan Saluran

Pembuangan dengan sumur

semakin dekat

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran