bab i pendahuluan 1.1 gambaran umum objek penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. merek rokok ini pertama kali...

19
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung. (https://id.wikipedia.org/wiki/Rokok/ diakses pada April 2017) 1.1.2 Profil PT. HM Sampoerna Tbk PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Atau yang lebih dikenal “Sampoerna” merupakan perusahaan rokok terkemuka Indonesia yang memproduksi sejumlah kelompok merek rokok kretek yang dikenal luas, di antaranya Sampoerna A Sampoerna Kretek, Sampoerna U, serta “Raja Kretekyang legendaris Dji Sam Soe. Sampoerna adalah anak perusahaan dari PT Philip Morris Indonesia (PMID) dan afiliasi dari Philip Morris Internasional Inc. Perusahaan rokok tembakau internasional terkemuka di dunia. Tahun 2017 merupakan tahun yang istimewa bagi Sampoerna, ditandai dengan HUT perusahaan yang ke-104. Dalam dua tahun terakhir, beberapa tonggak penting tercapai, termasuk ekspansi kapasitas produksi di Karawang, Jawa Barat yang ditujukan untuk ekspor ke berbagai negara di Asia Pasifik dan Eropa. Perusahaan berkomitmen untuk menghadirkan praktik terbaik secara efektif sekaligus mengembangkan warisan sejarah Sampoerna selama lebih dari 100 tahun di Indonesia. (http://www.sampoerna.com diakses pada April 2017)

Upload: others

Post on 25-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1 Definisi Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga

120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang

berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu

ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada

ujung lainnya. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau

kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak

beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai

pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang

dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan

jantung. (https://id.wikipedia.org/wiki/Rokok/ diakses pada April 2017)

1.1.2 Profil PT. HM Sampoerna Tbk

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Atau yang lebih dikenal

“Sampoerna” merupakan perusahaan rokok terkemuka Indonesia yang

memproduksi sejumlah kelompok merek rokok kretek yang dikenal luas, di

antaranya Sampoerna A Sampoerna Kretek, Sampoerna U, serta “Raja Kretek”

yang legendaris Dji Sam Soe. Sampoerna adalah anak perusahaan dari PT Philip

Morris Indonesia (PMID) dan afiliasi dari Philip Morris Internasional Inc.

Perusahaan rokok tembakau internasional terkemuka di dunia.

Tahun 2017 merupakan tahun yang istimewa bagi Sampoerna, ditandai

dengan HUT perusahaan yang ke-104. Dalam dua tahun terakhir, beberapa

tonggak penting tercapai, termasuk ekspansi kapasitas produksi di Karawang,

Jawa Barat yang ditujukan untuk ekspor ke berbagai negara di Asia Pasifik dan

Eropa. Perusahaan berkomitmen untuk menghadirkan praktik terbaik secara

efektif sekaligus mengembangkan warisan sejarah Sampoerna selama lebih dari

100 tahun di Indonesia. (http://www.sampoerna.com diakses pada April 2017)

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

2

Gambar 1.1 Logo PT HM Sampoerna Tbk

Sumber: (http://www.sampoerna.com diakses pada April 2017)

Visi dan Misi PT HM Sampoerna Tbk

Visi PT HM Sampoerna Tbk terkandung dalam “Falsafah Tiga

Tangan”.Falsafah tersebut mencerminkan lingkungan usaha dan peranan

Sampoerna di dalamnya. Masing-masing dari ketiga ”Tangan” tersebut mewakili

perokok dewasa, karyawan dan mitra bisnis, serta masyarakat luas. Ketiganya

merupakan pemangku kepentingan Sampoerna dalam mencapai visi sebagai

perusahaan paling terkemuka di Indonesia. Perusahaan menjangkau ketiga pihak

ini dengan Misi sebagai berikut:

1. Menyediakan produk-produk berkualitas tinggi bagi perokok dewasa

dengan kategori harga pilihan mereka, hal ini dicapai melalui penawaran

produk yang relevan dan inovasi untuk memenuhi selera perokok dewasa

yang dinamis.

2. Memberikan kompensasi yang kompetitif dan lingkungan kerja yang baik

bagi karyawan dan membina hubungan baik dengan mitra usaha.

3. Memberikan sumbangsih kepada masyarakat luas yaitu dengan

memfokuskan pada kegiatan akses terhadap Pendidikan, Peluang

Ekonomi, Pemberdayaan Perempuan, serta Tanggap Bencana dan

Kesiapsiagaan.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

3

Pada akhir tahun 2016, Sampoerna memiliki pangsa pasar sebesar 34,5%

di pasar rokok Indonesia, angka tersebut naik 0,4 % dari perhitungan sebelumnya

(Sampoerna.com). Selain itu, Sampoerna juga berkerja sama dengan 38 unit Mitra

Produksi Sigaret (MPS) yang berada di berbagai lokasi di Pulau Jawa dalam

memproduksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang secara keseluruhan memiliki

sekitar 41.900 karyawan. Perusahaan menjual dan mendistribusikan rokok melalui

106 kantor area penjualan di seluruh Indonesia.

Sebagai salah satu produsen rokok terkemuka di Indonesia, Sampoerna

bangga pada tradisi dan filosofi yang menjadi dasar kesuksesan perusahaan yang

didukung dengan merek-merek yang kuat serta karyawan-karyawan terbaik,

sambil terus berinovasi untuk masa depan yang lebih gemilang.

(http://www.sampoerna.com diakses pada April 2017)

1.1.3 Gambaran Umum Sampoerna A Mild

Sampoerna A Mild merupakan rokok Mild kretek rendah tar dan nikotin

(Low Tar Low Nicotine) pertama diIndonesia dengan komposisi tar/nikotin 14

mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk

ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap kemasannya, dengan harga Rp

19.000-21.000 untuk kemasan 16 batang. A Mild untuk saat ini merupakan

pemimpin pasar untuk sektor rokok Mild Kretek dalam persaingan antar rokok

Mild yang diantaranya diisi oleh: Djarum Super MLD (Djarum), Dunhill Fine Cut

Mild (Bentoel Group), GG Mild (Gudang Garam),dll.

(https://id.wikipedia.org/wiki/A_Milddiakses pada April 2017)

Gambar 1.2 Logo Rokok Sampoerna A Mild

Sumber: http://www.sampoerna.com diakses pada April 2017

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

4

1.1.4 Profil PT. Bentoel Internasional Investama Tbk

PT Bentoel Internasional Investama Tbk atau yang lebih dikenal “Bentoel”

merupakan perusahaan rokok asal Indonesia yang berdiri pada tahun 1930 ketika

bapak Ong Hok Liong menjalani industri rokok rumahan miliknya yang bernama

Strootjes Fabriek Ong Hok Liong. Bentoel Group menjadi perusahaan pertama di

Indonesia yang memproduksi rokok kretek filter buatan mesin dan membungkus

kotak rokoknya dengan plastik pada akhir tahun 1960-an. Kini Bentoel beserta

seluruh anak perusahaannyamerupakan anggota dari British American Tobacco

Group, kelompok perusahaan tembakau kedua terbesar di dunia menurut pangsa

pasar global dengan brand yang diperjualbelikan di lebih dari 200 negara.

Bentoel adalah produsen rokok terbesar keempat di Indonesia dengan

pangsa pasar sebesar 7%. Bentoel memproduksi dan memasarkan berbagai jenis

produk tembakau seperti rokok kretek mesin, rokok kretek tangan, dan rokok

putih. Portofolio utama Bentoel mencakup Dunhill Filter, Dunhill Mild, Club

Mild dan Lucky Strike Mild. Perusahaan juga memproduksi dan memasarkan

brand lokal, seperti Neo Mild, Tali Jagat, Bintang Buana, Sejati, Star Mild dan

Uno Mild, serta brand global seperti Lucky Strike dan Dunhill.

Bentoel mempekerjakan lebih dari 6.000 orang karyawan, dari mulai

membangun kemitraan dengan petani-petani tembakau, pembelian dan

pemrosesan daun tembakau dan cengkeh, hingga produksi, pemasaran dan

distribusi rokok. (www.BentoelGrup.com diakses pada April 2017)

Gambar 1.3 Logo Perusahaan Bentoel

Sumber: www.Google.com diakses pada April 2017

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

5

Visi dan Misi PT Bentoel Internasional Investama Tbk

Visi: Dapat menjadi perusahaan tembakau dengan pertumbuhan tercepat di

Indonesia.

Misi: Dengan empat pilar strategi dari Pertumbuhan, Produktifitas,

Membangun Organisasi Juara, dan Keberlanjutan, perusahaan yakin dapat

mewujudkan visi yang dibentuk.

Perusahaan berkomitmen untuk memberi lingkungan yang aman bagi

semua karyawan dan kontraktor hingga sebagai bisnis memiliki misi Zero

Accident. Upaya untuk melindungi dan menjaga kesehatan kerja karyawan

merupakan bagian dari komitmen terhadap kesehatan fisik, mental dan sosial

karyawan pada perusahaan.

PT Bentoel bangga dengan karya yang sudah diciptakan dan berkeinginan

untuk meningkatkan pertumbuhan dari brand-brand perusahaan serta nilai dari

bisnis sebagaimana yang diharapkan dari sebuah perusahaan tembakau yang

bertanggung jawab. (www.BentoelGrup.com diakses pada April 2017)

1.1.5 Gambaran Umum Dunhill Fine Cut Mild

Dunhill Fine Cut Mild atau “Dunhill Mild” merupakan rokok mild kretek

rendah tar dan nikotin dari British American Tobacco Group yang di Indonesia

diproduksi dan dipasarkan oleh PT. BentoelInternasional Investama Tbk dengan

komposisi tar/nikotin 13mg/1.0 mg. Produk rokok ini memiliki isi 20 batang

rokok disetiap kemasannya, dijual dengan harga Rp 20.000-22.000. Dunhill Mild

merupakan salah satu produk unguulan Bentoel Grup selain Dunhill Filter dan

telah menjadi pesaing kuat antar rokok mild lainnya.

Gambar 1.4 Logo Rokok Dunhill Fine Cut Mild

Sumber: www.Google.com diakses pada April 2017

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

6

1.2 Latar Belakang Penelitian

Masalah merokok memang merupakan isu yang sulit untuk dicapai

penyelesaiannya dan hingga saat ini masih menjadi pro dan kontra di kalangan

masyarakat. Rokok dibutuhkan oleh sebagian besar orang, namun menyimpan

bahaya penderitaan bagi para penggunanya dan orang disekitarnya, akan tetapi

industri rokok di Indonesia telah menjadi pegangan hidup dari ribuan petani

tembakau dan pekerja pabrik rokok di Indonesia. Oleh karena hal itu pemerintah

tidak bisa melarang peredaran dan penggunaan rokok dan hanya bisa membatasi

yaitu dengan caramenetapkan peraturan yang menyebutkan gambar peringatan

bahaya merokok harus dicantumkan di bagian atas kemasan sisi lebar bagian

depan dan belakang. Gambar itu harus menutupi 40 persen permukaan. Tulisan

"peringatan" juga harus dicantumkan dengan cetakan jelas dan mencolok. Adapun

gambar dengan tema bahaya merokok diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 28 Tahun 2013, aturan itu memuat lima varian gambar yang bisa

ditampilkan, yaitu risiko kanker mulut, kanker tenggorokan, kanker paru-paru,

bahaya merokok dekat anak, dan merokok membunuhmu.

Namun hal tersebut tidak serta merta menurunkan minat perokok, terlihat

dari meningkatnya jumlah perokok dewasa di Indonesia sebanyak 4,9% dari tahun

2001-2016. Berikut data statistik perokok dewasa di Indonesia.

Gambar 1.5 Presentase Perokok di Indonesia

Sumber: www.depkes.go.id diakses pada April 2017

Persentase Perokok di Indonesia

80.0%

60.0%

31.5% 34.3% 36.4%

0.0%

2001 2010 2016

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

7

Data tersebut menunjukan bahwa terdapat 36,4% perokok pada tahun

2016. (https://nasional.tempo.co diakses pada April 2017). Hal ini relatif tetap

namun mengalami peningkatan jika dibanding data tahun 2010 yaitu 34,3% atau

bahkan pada tahun 2001 yaitu sebanyak 31,5%. (http://www.depkes.go.id diakses

pada April 2017)

Selain itu pemerintah juga menerapkan bea cukai rokok yang besar,

tujuannya untuk membatasi peredaran rokok dengan menaikkan harga. Walaupun

jumlah perokok relatif tetap, namun cukai yang diperoleh dari rokok menunjukkan

jumlah yang terus meningkat. Namun sepertinya strategi tersebut tidak begitu

relevan dalam usaha membatasi peredaran rokok, melainkan malah berjasa pada

tingginya pendapatan Negara seperti yang terlihat pada data berikut ini:

Tabel 1.1

Pendapatan Cukai dari Rokok

Tahun Pendapatan dalam triliun rupiah

2010 Rp 63,3

2011 Rp 73,3

2012 Rp 84,4

2013 Rp 101,2

2015 Rp 139,5

Sumber: (www.kompas.com dan www.rokokindonesia.com) diakses pada April

2017

Data tersebut menunjukan bahwa pada 2015, rokok merupakan

penyumbang terbesar pendapatan cukai dengan kontribusi sebesar 96%, dengan

nilai Rp 139,5 triliun dari total pendapatan cukai negara sebesar Rp 144,6 triliun

(www.kompas.com diakses pada April 2017). Angka tersebut juga meningkat

dibanding tahun 2013 dengan Rp 101,2 triliun dan Rp 84,4 triliun pada tahun

2012, serta Rp 73,3 triliun pada 2011 dan Rp 63,3 triliun pada tahun 2010.

(www.rokokindonesia.com diakses pada April 2017)

Namun kini seiring dengan perkembangan inovasi dan kreatifitas

perusahaan rokok, munculnya rokok mild (rendah tar dan nikotin) yang dipelopori

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

8

Pangsa Pasar Rokok Berdasarkan Varian

Jenisnya

5% 1% Mild

11% 46%

37%

SKM

SKT

SPM

Lain-lain

pertama kali oleh perusahaan Sampoerna, bertujuan untuk mengurangi dampak

kesehatan dari merokok karna rendahnya tar dan nikotin. Hal tersebut menjadikan

industri rokok di Indonesia cukup berkembang pesat dengan banyaknya muncul

merk rokok SKM Mild terbaru seperti yang terjadi pada tahun 1997, secara

hampir bersamaan PT Djarum dan PT Bentoel Prima (BP), ikut mencari

peruntungan di kategori ini. Djarum mengusung merek LA Lights, sedangkan BP

mengibarkan Star Mild. Masuknya PT Djarum dan PT Bentoel Prima (BP)

kedalam persaingan pasar Sigaret Kretek Mesin (SKM) mild yang potenti pasar

setiap tahun terus berkembang, membuat perusahaan PT Gudang Garam akhirnya

ikut meramaikan rokok mild dengan meluncurkan produk Pro Mild pada tahun

2009. Berikut ini data pangsa pasar rokok berdasarkan varian jenisnya:

Gambar 1.6 Pangsa Pasar Varian Rokok di Indonesia

Sumber: Data sekunder olahan penulis, 2017

Dari hasil tersebut dapat terlihat bahwa varian rokok kretek Mild

menguasai pangsa pasar dengan angka 46% dan mengungguli jenis kretek mesin

di urutan kedua dengan pangsa pasar sebesar 37% dan sigaret kretek tangan angka

11% serta sigaret putih mesin yang hanya memperoleh pangsa pasar 5%, selain itu

terdapat pula jenis rokok lainnya seperti rokok klobot, kelembak, cerutu, dan lain-

lain sebesar 1%.

Dalam beberapa tahun terakhir semakin banyak bermunculan merek-

merek baru dalam kategori rokok SKM mild, akibatnya rokok jenis ini memasuki

pasar yang crowded, semakin banyak pula konsep dan eksekusi IMC untuk

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

9

mendukung aktivitas marketing dari merek-merek tersebut yang selalu terlihat

pada seluruh media di tanah air. Karena jenis produk rokok SKM mild yang

memiliki produk karakteristik yang tidak terlalu berbeda secara signifikan, dan

juga target yang di tujukan juga kurang lebih sama yaitu kaum muda, menjadikan

produsen-produsen rokok tersebut berlomba-lomba mempromosikan produk

mereka. Berikut ini data pangsa pasar rokok mild :

Gambar 1.7 Pangsa Pasar Rokok Mild di Indonesia

Sumber: Data sekunder olahan penulis, 2017

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pangsa pasar rokok mild

dikuasai oleh merek Sampoerna A Mild dengan presentase sebesar 34%

mengungguli rokok merek Clas Mlid yang berada diurutan kedua terbesar dengan

presentase sebesar 21%, sementara rokok merek Dunhill Fine Cut Mild yang baru

muncul pada tahun 2011 berada pada posisi ketiga dengan presentase 16%

mengungguli LA Lights yang telah ada sejak 1997 dengan presentase 13% dan

merek rokok Pro Mild dengan presentase 10%, adapun merek lain-lain seperti GG

Mild, MLD dengan presentase 6%.

Persaingan bisnis yang sangat ketat menuntut setiap produsen untuk

senantiasa melakukan upaya agar dapat tetap mempertahankan pasar, terlebih

didukung oleh teknologi yang terus menerus berkembang. Peningkatan kualitas

atribut produk yang ditawarkan menjadi perhatian khusus bagi perusahaan, hal ini

karena salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencapai keunggulan

Pangsa Pasar Rokok Mild

10% 6% 21%

16%

13% 34%

Clas Mild

Sampoerna A Mild

LA Lights

Dunhill Mild

Pro mild

Lain-lain

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

10

kompetitif bagi perusahaan adalah kualitas atribut produk (Kotler dan Keller,

2012: 153).

Keadaan ini mengakibatkan perusahaan harus terus berinovasi dalam

pengembangan produknya karena tingginya pangsa pasar rokok mild seperti yang

terlihat pada data diatas. Ada banyak cara yang bisa dilakukan perusahaan dalam

mengembangkan produk, salah satunya dengan berinovasi pada atribut produk

agar terus dapat bersaing dan mendapatkan pangsa pasar sesuai target perusahaan.

Pengembangan atribut produk menjadi salah saru kunci keberhasilan

pemasaran dari sebuah produk. Menurut Kotler dan Armstrong (2012:254),

“Atribut produk merupakan pengembangan suatu produk atau jasa yang

melibatkan pendefinisian manfaat yang akan ditawarkan produk atau jasa

tersebut”. Dimana atribut produk meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi),

pelayanan, kualitas, dan sebagainya. Atribut-atribut produk di pandang sebagai

faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, yang mana semakin

lengkap dan komplit atribut sebuah produk maka semakin besar peluang produk

tersebut untuk di minati konsumen. Sedangkan menurut Philip Kotler dan Gary

Amstrong (2012:272) ”atribut produk adalah pengembangan suatu produk atau

jasa melibatkan manfaat yang akan di tawarkan produk atau jasa tersebut”. Atribut

produk yang di sebutkan seperti merek, kualitas, kemasan, kelengkapan fungsi

(fitur), desain serta layanan purna jual. Apabila suatu produk memiliki atribut atau

sifat-sifat yang sesuai dengan apa yang di harapkan oleh konsumen, maka produk

tersebut akan di anggap cocok oleh konsumen . Produk yang sesuai dengan

harapan tentu saja akan lebih memungkinkan akan di beli oleh konsumen.

Berdasarkan penelitian terdahulu Galih Saputra (2009) menyatakan

bahwa terdapat kemiripan atribut produk berupa, merk, harga, kualitas, dan

kemasan pada perbandingan atribut produk rokok merek Clas Mild dengan Star

Mild.

Dalam hal ini penulis juga melakukan observasi awal berupa kuesioner

kepada konsumen pengguna rokok Sampoerna A Mild dan Dunhill Fine Cut Mild

dengan jumlah masing-masing 30 responden.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

11

Berikut hasil kuesioner penulisdengan konsumen pengguna atau yang

pernah mengonsumsi rokok Sampoerna A Mild :

Tabel 1.2

Hasil Kuesioner Konsumen Produk Sampoerna A Mild

Variabel Dimensi Indikator Presentase

Atribut

Produk

Jaminan

(Kualitas

Produk)

-Kualitas rasa, dan aroma,

terhadap produk yang

ditawarkan.

70%

73,3%

-Kemudahan mendapatkan

produk. 76,7%

Kemasan

-Memiliki desain yang

menarik. 63,3%

63,3%

-Memiliki ciri khas

tersendiri. 46,7%

- Memiliki bentuk kemasan

yang mudah disimpan atau

digenggam.

80%

Harga -Kesesuaian harga dengan

produk yang ditawarkan. 60% 60%

Merek

-Merek yang terkenal. 90%

83,3% -Tingkat kepercayaan diri

saat menggunakan produk

dibanding produk lain.

76,7%

-Reputasi merek. 83,3%

Label -Kelengkapan keterangan

label pada kemasan. 73,3% 73,3%

Layanan

Pelengkap -Informasi kontak costumer 30% 30%

Sumber: Hasil olahan penulis

Berdasarkan hasil kuesioner dengan 30 responden konsumen pengguna

atau yang pernah mengonsumsirokok Sampoerna A Mild maka didapatkan

hasilsebagai berikut:

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

12

1. Jaminan (Kualitas Produk)

Dari dua indikator jaminan berupa kualitas produk yaitu kualitas rasa dan

aroma, serta kemudahan mendapatkan produk maka didapatkan hasil

presentase sebesar 73,3%. Dan berdasarkan hasil wawancara penulis

dengan konsumen pengguna rokok Sampoerna A Mild yang menyatakan

bahwa kualitas rasa dan aroma sudah cocok atau pas dengan keinginan

penggunanya, hal ini didasarkan pada konsistensi rasa meskipun sebagian

pengguna beranggapan tidak terlalu sesuai dengan rasa yang ditawarkan,

serta cukup mudah mencari tempat yang menjual produk tersebut.

2. Kemasan

Dari tiga indikator kemasan yaitu desain yang menarik, ciri khas kemasan,

serta kemudahan menyimpan atau menggenggam kemasan maka

didapatkan hasil presentase sebesar 63,3%.Dan berdasarkan hasil

wawancara penulis dengan konsumen pengguna rokok Sampoerna A Mild

yang menyatakan bahwa kemasan rokok tersebut tidak menarik dan

tergolong tidak memiliki keunikan atau ciri tersendiri.Meski begitu

sebagian konsumen mengatakan kemasan nyaman dan mudah disimpan

karna bentuknya yang tipis.

3. Harga

Dari indikator harga yaitu kesesuaian harga maka didapatkan hasil

presentase sebesar 60%.Dan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan

konsumen pengguna rokok Sampoerna A Mild menyatakan bahwa harga

rokok tersebut tergolong mahal jika dibanding produk rokok mild lain

dengan jumlah produk yang ditawarkan yaitu 16 batang perbungkus.Hal

tersebut berdasarkan perbandingan harga dengan rokok mild lain seperti U

Mild ataupun Surya Pro Mild yang mencapai selisihRp 5.000, namun

sebagian konsumen beranggapan hal tersebut biasasaja karna kualitas

produk yang ditawarkan seperti rasa dan aroma, serta merek yang dinilai

baik.

4. Merek

Dari tiga indikator merek yaitu merek yang terkenal, kebanggaan terhadap

produk, serta reputasi pada merek maka didapatkan hasil presentase

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

13

sebesar 83,3%. Dan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan

konsumen pengguna rokok Sampoerna A Mild menyatakan merek rokok

tersebut sudah banyak diketahui oleh perokok dan memiliki reputasi yang

baik, namun sebagian konsumen mengatakan tidak terdapat tingkat

kepercayaan saat menggunakan produk tersebut dibanding produk lain.

5. Label

Dari indikator label yaitu kelengkapan keterangan label pada kemasan

maka didapatkan hasil presentase sebesar 73,3%. Dan berdasarkan hasil

wawancara penulis dengan konsumen pengguna rokok Sampoerna A Mild

menyatakan bahwa label atau keterangan yang tertera pada kemasan rokok

tersebut dianggap sudah cukup mewakili dari produk tersebut meski

sebagian konsumen lainnya beranggapan perlu ditambahkan keterangan

lain seperti jumlah batang rokok yang tidak dicantumkan pada kemasan.

Hal tersebut berdasarkan perbandingan label dengan kemasan rokok mild

lain seperti Djarum Super MLD ataupun Surya Pro Mild yang sudah

mencantumkan jumlah batang rokok pada bagian kemasan.

6. Layanan Pelengkap

Dari indikator layanan pelengkap yaitu Informasi kontak costumer maka

didapatkan hasil presentase sebesar 30%, hal ini berdasarkan tidak

terdapatnya layanan informasi kontak costumer. Dan berdasarkan hasil

wawancara penulis dengan konsumen pengguna rokok Sampoerna A Mild

menyatakan bahwa tidak terdapatnya pelayanan seperti informasi kontak

costumer pada bagian kemasan cukup menyulitkan konsumennya untuk

dapat menanyakan atau bahkan melaporkan jika kemasan dan produk

rokok tersebut terjadi kerusakan, kesalahan produksi, atau bahkan

kecurigaan pemalsuan produk dari pihak yang tidak bertanggungjawab.

Meski sebagian kecil konsumen lainnya beranggapan bahwa hal tersebut

tidak terlalu dibutuhkan karna dapat langsung menanyakan atau melapor

pada toko tempat membelinya.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

14

Berikut hasil kuesioner penulis dengan pengguna atau yang pernah

menggonsumsi rokok Dunhill Fine Cut Mild:

Tabel 1.3

Hasil Kuesioner Konsumen Produk Dunhill Fine Cut Mild

Variabel Dimensi Indikator Presentase

Atribut

Produk

Jaminan

(Kualitas

Produk)

-Kualitas rasa, dan aroma,

terhadap produk yang

ditawarkan.

73,3%

70%

-Kemudahan mendapatkan

produk. 66,7%

Kemasan

-Memiliki desain yang

menarik. 73,3%

80%

-Memiliki ciri khas

tersendiri. 90%

- Memiliki bentuk kemasan

yang mudah disimpan atau

digenggam.

76,7%

Harga -Kesesuaian harga dengan

produk yang ditawarkan. 63,3% 63,3 %

Merek

-Merek yang terkenal. 73,3%

70 % -Tingkat kepercayaan diri

saat menggunakan produk

dibanding produk lain.

70%

-Reputasi merek. 66,7%

Label -Kelengkapan keterangan

label pada kemasan. 76,7% 76,7%

Layanan

Pelengkap -Informasi kontak costumer 86,7% 86,7%

Sumber: Hasil olahan penulis

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

15

Berdasarkan hasil kuesioner dengan 30 responden konsumen pengguna atau

yang pernah mengonsumsirokok Dunhill Fine Cut Mild maka didapatkan hasil

sebagai berikut:

1. Jaminan (Kualitas Produk)

Dari dua indikator jaminan berupa kualitas produk yaitu kualitas rasa dan

aroma, serta kemudahan mendapatkan produk maka didapatkan hasil

presentase sebesar 70%.Dan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan

konsumen pengguna rokok Dunhill Mild bahwa kualitas rasa dan aroma

sudah cocok atau pas dengan keinginan penggunanya, hal ini didasarkan

pada komposisi rokok yang sudah menggunakan cengkeh atau tergolong

pada kategori rokok kretek sesuai dengan rokok khas Indonesia, meskipun

sebagian konsumen lainnya beranggapan hal tersebut tidak sesuai dengan

citra produk yang berasal dari luar negeri. Konsumen juga mengeluhkan

produk tersebut dianggap hanya dijual pada tempat tertentu atau tidak

tersedia pada semua warung ataupun minimarket sehingga tidak

memudahkan pembelian.

2. Kemasan

Dari tiga indikator kemasan yaitu desain yang menarik, ciri khas kemasan,

serta kemudahan menyimpan atau menggenggam kemasan maka

didapatkan hasil presentase sebesar 80%.Dan berdasarkan hasil

wawancara penulis dengan konsumen pengguna rokok Dunhill Mild

bahwa kemasan dan desain rokok tersebut memiliki keunikan atau ciri

tersendiri, hal tersebut didasarkan pada penutup kemasan rokok yang

memiliki perekat atau yang disebut dengan reloc.Namun sebaian pengguna

beranggapan bentuk kemasan Dunhill tergolong tidak nyaman saat

disimpan di saku celana dikarenakan bentuk kemasan yang lebih

kembung.

3. Harga

Dari indikator harga yaitu kesesuaian harga maka didapatkan hasil

presentase sebesar 63,3%. Dan berdasarkan hasil wawancara penulis

dengan konsumen pengguna rokok Dunhill Mild bahwa harga rokok

tersebut tergolong mahal jika dibanding produk rokok mild lain seperti U

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

16

Mild atau GG Mild dengan selisih kurang lebih Rp 5.000, namun sebagian

konsumen beranggapan harga tersebut tergolong murah dengan jumlah

produk yang ditawarkan yaitu 20 batang perbungkus.

4. Merek

Dari tiga indikator merek yaitu merek yang terkenal, kebanggaan terhadap

produk, serta reputasi pada merek maka didapatkan hasil presentase

sebesar 70% Dan berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur penulis

dengan konsumen pengguna rokok Dunhill Mild dikatakan bahwa terdapat

kepercayaan diri saat menggunakan produk tersebut dibandingkan produk

rokok lain, hal ini didasarkan ciri tersendiri pada bentuk kemasan serta

merek yang berasal dari luar negri, namun sebagian konsumen

beranggapan merek tidak terlalu familiar bagi para pengguna rokok

ataupun dikalangan masyarakat.

5. Label

Dari indikator label yaitu kelengkapan keterangan label pada kemasan

maka didapatkan hasil presentase sebesar 76,7%. Dan berdasarkan hasil

wawancara penulis dengan konsumen pengguna rokok Dunhill Fine Cut

Mild menyatakan bahwa label atau keterangan yang tertera pada kemasan

rokok tersebut dianggap sudah cukup mewakili dari produk tersebut,

terlebih ditambahkannya keterangan pada bagian sisi kemasan bahwa

rokok tersebut sudah ditambahkan cengkeh atau kretek pada komposisinya

yang merupakan khas rokok Indonesia.

6. Layanan Pelengkap

Dari indikator layanan pelengkap yaitu Informasi kontak costumer maka

didapatkan hasil presentase sebesar 86,7%. Dan berdasarkan hasil

wawancara penulis dengan konsumen pengguna rokok Dunhill Fine Cut

Mild menyatakan bahwa info layanan pelengkap yang terdapat pada

bagian kemasan rokok cukup membantu bila suatu saat ingin mengadukan

atau bahkan hanya sekedar memberikan informasi tentang produk rusak

dll, meski begitu sebagian kecil konsumen lain beranggapan info pada

produk tersebut tidak terlalu diperlukan karna bisa langsung meminta ganti

rugi kepada warung atau tempat membeli.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

17

Kecenderungan merokok dikota Bandung masih cukup tinggi, terlihat dari

data yang diperoleh dari Tobacco Control Support Center yang menunjukan

sebanyak 30% atau 744.440 orang dari 2.481.469 warga Bandung adalah perokok

aktif. Penelitian Martini dan Muji (2005) yang menyatakan bahwa kecenderungan

perilaku merokok sangat dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap fungsi rokok

itu sendiri dan keinginan individu tersebut untuk mencoba merokok tanpa adanya

paksaan ataupun pengaruh dari lingkungan luar.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Analisis Perbandingan Atribut Produk Rokok Sampoerna

A Mild Dengan Dunhill Fine Cut Mild” (Studi Pada Pengunjung Mall Paris Van

Java Bandung)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana atribut produk rokok Sampoerna A Mild menurut konsumen?

2. Bagaimana atribut produk rokok Dunhill Fine Cut Mild menurut

konsumen?

3. Seberapa besar perbedaan atribut produk rokok antara Sampoerna A Mild

dan Dunhill Fine Cut Mild menurut konsumen?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui atribut produk rokok Sampoerna A Mild menurut

konsumen.

2. Untuk mengetahui atribut produk rokok Dunhill Fine Cut Mild menurut

konsumen.

3. Untuk mengetahui perbedaan atribut produk rokok antara Sampoerna A

mild dan Dunhill Fine Cut Mild menurut konsumen.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

18

1.5 Kegunaan Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil dan kegunaan kepada

pihak-pihak yang membutuhkannya. Beberapa kegunaan yang diharapkan dari

penelitian ini diantaranya:

1. Aspek Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

dimasa yang akan datang dan menambah wawasan untuk menguatkan teori

yang ada dalam bidang pemasaran terutama mengenai perbandingan

tentang Atribut produk.

2. Aspek Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi

bagi kedua perusahaan yaitu Sampoerna dan Dunhill untuk mengetahui

seberapa baik atribut produk yang mereka miliki, dan untuk mengevaluasi

atribut produk masing-masing perusahaan agar mampu mengembangkan

dan mempertahankan kualitas produknya agar sesuai dengan harapan yang

diinginkan oleh konsumen serta memiliki nilai unggul dibandingkan

dengan pesaing.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang gambaran tepat mengenai isi

penelitian. Isi bab ini meliputi: gambaran umum objek penelitian,

latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini mengemukakan tentang hasil kajian kepustakaan yang

terkait dengan topik dan rumusan masalah. Bab ini berisi:

rangkuman teori-teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran,

hipotesis penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1 · mg/1.0 mg. Merek rokok ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1989. Produk ini dijual dalam 12 dan 16 batang rokok setiap

19

Bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang

digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang

dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian. Bab ini

akan menguraikan jenis penelitian, tahapan penelitian, populasi

dan sampel, jenis data dan teknik pengumpulan data, uji validitas

dan reliabilitas, seta teknik analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian

Bagian ini akan menguraikan mengenai karakteristik responden,

hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan keterbatasan dari

penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran yang dapat

diberikan kepada perusahaan dan pihak-pihak lain yang

membutuhkan.