bab i pendahuluan1 1 bab i pendahuluan a. latar belakang pendidikan merupakan salah satu hal yang...

73
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan non-formal (UU No. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1). Salah satu bentuk pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Sekolah merupakan tempat bertemunya siswa dan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran proses yang harus dilakukan adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Winkel (2009: 58) belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar. Menurut Ratumanan, (2004: 1) belajar dapat

Upload: others

Post on 01-May-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam

kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga

jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan

pendidikan non-formal (UU No. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1).

Salah satu bentuk pendidikan formal adalah pendidikan yang

diselenggarakan di sekolah. Sekolah merupakan tempat

bertemunya siswa dan guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran proses yang harus

dilakukan adalah merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi.

Belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli

psikologi termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian

secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Winkel

(2009: 58) belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat

disaksikan dari luar. Menurut Ratumanan, (2004: 1) belajar dapat

Page 2: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

2

didefenisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relative

tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalama. Ratumanan

(2004:2), mendeskripsikan adanya dua defenisi belajar yang berbeda.

Defenisi pertama menyatakan bahwa: belajar merupakan perilaku

yang relative permanen karena pengalaman. Defenisi kedua

menyatakan bahwa: perubahan yang relative permanent karena

pengalaman. Menurut Gagne (Ratumanan, 2004: 70), belajar

merupakan sesuatu yang terjadi didalam benak seseorang, di dalam

otaknya. Belajar juga merupakan proses yang memungkinkan manusia

memodifikasi tingkah laku secara permanent, sehingga modifikasi

yang sama tidak akan terjadi lagi pada situasi yang baru.

Dalam Al-Qur’an mengisyaratkan tentang kewajiban belajar yaitu

sebagai berikut;

Artinya “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq 1-5).

Belajar sudah merupakan kewajiban mutlak harus di dilakukan

oleh semua orang. Namun belajar membutuhkan beberapa indikator

yang harus dicapai.

Perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan proses

pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan supaya siswa

Page 3: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

3

memperoleh pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan

keterampilan, wawasan, dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan

pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.

Menurut Darmodjo dan Kaligis (2002:3), IPA adalah pengetahuan

yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

Dalam hal tesebut, mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan

pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan,

wawasan, dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya

bagi kehidupan sehari-hari.

Dalam proses belajar, khususnya pada mata pelajaran IPA, hal

yang harus diutamakan adalah bagaimana anak dapat menyesuaikan diri

terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada, sehingga terdapat reaksi

yang muncul dari anak. Proses belajar mengajar dalam penelitian ini ada

tiga hal yang perlu menjadi perhatian, yaitu konsep diri, kemampuan

kecerdasan emosional dan karakter yang akan di kemukakan oleh para

ahli.

Djaali (2011) mengemukakan bahwa salah sau faktor yang

mempengaruhi belajar adalah konsep diri. Sementara, Slameto (2010)

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak

jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor

intern dan faktor ekstern. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap

Page 4: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

4

belajar salah satunya yaitu faktor keluarga. Adapun faktor internal yang

mempengaruhi karakteristik afektif siswa salah satunya adalah

kecemasan.

Menurut Slameto (2010: 182) konsep diri adalah persepsi

keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep ini

merupakan suatu kepercayaan mengenai keadaan diri sendiri yang relatif

sulit untuk diubah.

Menurut Slameto (2010: 185) membuktikan bahwa apabila siswa

dibantu menyatakan hal-hal yang positif mengenai dirinya sendiri dan

diberikan penguatan (reinforcement), maka hal ini akan menghasilkan

suatu konsep diri yang lebih positif. Konsep diri yang positif akan

mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki konsep diri yang

baik akan memiliki hasil belajar yang baik pula. Sebaliknya, siswa yang

memiliki konsep diri yang buruk akan berdampak pada hasil belajar yang

diperolehnya.

Didalam al-qur’an pula di terdapat ayat tentang diri manusia

yaitu:

Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebak-baiknya. (QS At Tin : 4)

Allah menciptakan manusia lengkap dengan jasadnya agar

seorang manusia bisa dikatakan sebagai manusia karena tubuh atau

raga tersebut adalah tempat dimana jiwa akan tinggal. Sementara setelah

Page 5: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

5

seseorang mati dan jiwanya meninggalkan tubuh maka jasadnya tidak

lagi berguna bagi dirinya. Manusia adalah mahluk yang sempurna dari

seluruh ciptaan dengan harapan senantiasa berserah diri kepada Allah

tentang kebesarannya. Pada setiap aktifitas di sunnahkan berdoa dan

berusahan salah satunya dalam belajar.

Proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang

tidak dapat meraih hasil belajar yang setara dengan kemampuan

inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi

tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa

yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih

prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan

merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan

seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Pendapat

Galemon (1999: 44) mengatakan bahwa peran kecerdasan akademik

(kognitif) yang akan menyokong kehidupan seseorang sekitar 20%.

Sedangkan yang 80% lainnya berupa faktor-faktor lain yang disebut

kecerdasan emosi.

Menurut Suyanto (2012:33), karakter adalah cara berpikir dan

berprilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan

bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyakat bangsa dan negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang membuat keputusan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

6

dan siap mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan.

Sementara itu, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus

yaitu melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Tanpa

ketiga aspek ini pendidikan berkarakter tidak akan efektif.

Di dalam Al-Qur’an di jelaskan pula tentang karakter yaitu:

Artinya; “Inilah saat orang yang jujur memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” – (Q.S Al-Maidah: 119)

Ternyata karakter baik yang berupa kejujuran di terangkan di dalam

Al-Qur’an yang dimana orang yang jujur akan mendapatkan kebaikan

yang berupa surga yang mengalir air dibawahnya. Dari sinilah di pahami

bahwa jika karakter baik di tanankan siswa sejak dini itu akan membuat

mereka lebih baik dalam mendapatkan prestasi yang di inginkan.

Dari pemaparan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai pengaruh konsep diri, kecerdasan emosional dan karakter

terhadap hasil belajar IPA siswa SD.

B. Rumusan Masalah

Sebagai panduan dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan

masalah sebagai berikut:

Page 7: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

7

1. Bagaimana pengaruh konsep diri berpengaruh positif terhadap hasil

belajar siswa secara langsung maupun tidak langsung melalui

karakter.

2. Seberapa besar pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil

belajar siswa secara langsung maupun tidak langsung melalui

karakter.

3. Bagaimana pengaruh karakter terhadap hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari uraian rumusan masalah tersebut, maka tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar pengaruh

konsep diri terhadap hasil belajar melalui karakter siswa baik secara

langsung maupun tidak langsung siswa.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa besar pengaruh

kecerdasan emosional terhadap hasil belajar melalui karakter siswa

baik secara langsung maupun tidak langsung siswa.

3. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh karakter terhadap

hasil belajar siswa.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

8

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

wawasan yang berharga bagi upaya peningkatan hasil belajar siswa SD

pada umumnya dan siswa kelas VI SD Komplek Sungguminasa,

Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. Secara rinci sumbangan

wawasan yang diharapkan itu adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak guru dan sekolah dapat memberi informasi agar lebih

memperhatikan faktor psikologis yang berupa konsep diri, kecerdasan

emosional dan karakter siswa agar dapat memaksimalkan hasil belajar

IPA yang diraih siswa.

2. Bagi para siswa SD penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

informasi untuk lebih mengenali dan memahami konsep diri,

kecerdasan emosional dan karakter yang dapat menunjang

tercapainya tujuan proses belajar yang dijalani di sekolah.

3. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk meneliti

selanjutnya yang berhubungan dengan variabel pada penulisan ini

demi pengembangan hasil belajar pada masa yang akan datang.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi

termasuk ahli psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara

psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Winkel (2009: 58) belajar merupakan kegiatan mental

yang tidak dapat disaksikan dari luar. Menurut Ratumanan, (2004: 1)

belajar dapat didefenisikan sebagai setiap perubahan tingkah laku

yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalama

Ratumanan (2004:2). mendeskripsikan adanya dua defenisi

belajar yaitu; (1). menyatakan bahwa belajar merupakan perilaku yang

relatif permanen karena pengalaman, (2). menyatakan bahwa

perubahan yang relatif permanen karena pengalaman.

Dalam Al-Qur’an mengisyaratkan tentang kewaiban belajar atau

mencari ilmu yaitu sebagai berikut;

9

Page 10: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

10

Artinya “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq 1-5). Dari ayat di atas mengandung informasi tentang pentingnya

memahami asal usul proses dan kejadian manusia dengan segenap

potensi yang ada dalam diri. Untuk itu kesadaran manusia dapat timbul

dalam diri agar kelak diakhirat dapat dipertanggungjawabkan segala

perbuatan kita didunia.

Menurut Gagne (Ratumanan, 2004: 70), belajar merupakan

sesuatu yang terjadi di dalam benak seseorang, di dalam otaknya.

Belajar juga merupakan proses yang memungkinkan manusia

memodifikasi tingkah laku secara permanen, sehingga modifikasi yang

sama tidak akan terjadi lagi pada situasi yang baru.

Slameto (2010: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan belajar adalah

suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan prilaku dan mental yang

relatif tetap sebagai bentuk respon terhadap suatu situasi atau sebagai

hasil pengalaman dan interaksi dari lingkungan.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

11

2. Pengertian IPA

Pembelajaran IPA di tingkat SD diharapkan ada penekanan

pembelajaran yang saling terkait (IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat) yang diarahkan kepada pengalaman belajar untuk

merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA

dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana, menurut Mulyasa

(2004).

Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA diambil dari kata latin Scientia

yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian

berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA. IPA

merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Ilmu pengetahuan

alam atau Sains merupakan terjemahan kata-kata inggris yaitu natural

science artinya ilmu yang mempelajari tentang alam.Sehubungan

dengan itu, Samatowa (2006:2) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan

Alam atau Sains adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif

tentang alam semesta dengan segala isinya. Selain itu Nash

(Samatowa 2006:2) menyatakan bahwa Sains itu adalah suatu cara

atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa

cara sains mengamati dunia bersifat analisis, lengkap, cermat serta

menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain,

sehingga keseluruhannya membentuk suatu prespektif yang baru

Page 12: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

12

tentang objek yang diamatinya. Jadi penekanan dalam pembelajaran

Sains adalah pengembangan kreativitas anak dalam mengelola

pemikirannya menghubungkan antara satu fenomena dengan

fenomena lain yang ada dilingkungannya, sehingga memperkuat

pemahaman siswa dalam memahami objek yang diamati.

3. Pengertian Hasil Belajar IPA

Menurut Purwanto (2016:38-49). Hasil belajar dapat dijelaskan

dengan memahami dua kata yag membentuknya, yaitu “hasil” dan

“belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu

perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang

mengakibatkan perubahanya input secara fungsional. Sedangkan

belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan

lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

Oleh karena itu, hasil belajar merupakan ukuran untuk

mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah

diajarkan. Hasil belajar ataupun perubahan prilaku yang menimbulkan

kemampuan dapat menimbulkan hasil utama pengajaran (Instructur

Effect) maupun hasil sampingan pengiring (Nurturant Effect). Hasil

utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang

direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

13

pembelajaran. Sedangkan hasil pengiring adalah hasil belajar yang

dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, No. 22

tahun 2006 tentang SK dan KD diuraikan bahwa Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) adalah pelajaran berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari.

Sehingga dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar IPA adalah perubahan tingkah laku yang terjadi

sebagai akibat seorang individu mengalami proses belajar IPA.

B. Konsep Diri

Konsep diri menurut Slameto (2010: 182) adalah persepsi

keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. Burns

(dalam Slameto, 2010: 182) mengatakan: “the self concept refers to

the connection of attitudes and beliefs we hold a bout ourselves”,

Page 14: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

14

bahwa konsep diri mengacu pada hubungan antara sikap dan

keyakinan yang kita pegang tentang diri kita sendiri. Konsep ini

merupakan suatu kepercayaan mengenai keadaan diri sendiri yang

relatif sulit diubah. Konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan

orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya, biasanya

orang tua, guru, dan teman-teman.

Menurut Slameto (2010: 182) menyatakan "your self-concept is

your overall attitude about yourself". (Hal tersebut menjelaskan bahwa

konsep diri adalah keseluruhan sikap tentang dirimu sendiri. "self-

concept is your perception of yourself, which may not be the way

others perceive you". Konsep diri adalah persepsi kamu tentang dirimu

sendiri, yang mana tidak ada cara yang lain untuk mempersepsikan

dirimu. Sehingga, individu memikirkan dan merasakan tentang dirinya

sendiri termasuk keyakinan dan sikapnya mengenai individu tersebut.

Konsep diri merupakan bagian penting dalam perkembangan

kepribadian. Seperti dikemukakan oleh Thalib (2010: 121) bahwa

konsep kepribadian yang paling utama adalah diri. Diri (self) berisi ide-

ide, persepsi-persepsi dan nila-nilai yang mencakup kesadaran

tenatng diri sendiri. Menurut Thalib (2010: 121) bahwa konsep diri

Page 15: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

15

merupakan resepresentasi diri yang mencangkup identitas diri yakni

karakteristik personal, pengalaman, peran, dan status sosial.

Menurut Djaali (2007: 129), konsep diri adalah pandangan

seseorang tentang diri nya sendiri yang menyangkut apa yang kita

ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya,

serta bagaimana prilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain.

Sehubungan dengan itu, Djaali (2007:129) menjelaskan kembali

bahwa: konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang

tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan

ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang

disukai oleh individu bersangkutan. Konsep diri berkembang dari

pengalaman seseorang tentang berbagai hal mengenai dirinya sejak ia

kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadap

dirinya.

Konsep diri pada dasarnya terdiri dari dua komponen yang

meliputi citra diri dan harga diri (self-image). Citra diri merupakan

deskripsi sederhana mengenai harga diri (self-esteem) yang

merupakan suatu kesatuan kepercayaan yang selalu kita bawa

kemana-mana yang telah kita terima kebenarannya terlepas dari

apakah itu benar atau tidak.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

16

Citra fisik diri biasanya terbentuk pertama kali dan berkaitan

dengan penampilan fisik, daya tariknya dan kesesuaian atau

ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya, serta pentingnya berbagai

bagian tubuh untuk perilaku dan harga diri seseorang di mata yang

lain. Sedangkan citra psikologis didasarkan atas pikiran, perasaan dan

emosi yang berhubungan dengan kualitas dan kemampuan yang

mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan, sifat-sifat seperti

keberanian, kejujuran, kemandirian dan kepercayaan diri serta

berbagai jenis aspirasi dan kemampuan. Untuk faktor sosial berkaitan

dengan tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, peranan dan

pengalaman masa lalu.

Selanjutnya dalam teori psikoanalisis, proses perkembangan

konsep diri disebut proses pembentukan ego (the process of ego

formation). Menurut aliran ini, ego yang sehat adalah ego yang dapat

mengontrol dan mengarahkan kebutuhan primitif (dorongan libido)

supaya setara dengan dorongan dari super ego serta tuntutan

lingkungan. Untuk mengembangkan ego atau diri (self) yang sehat

dapat dilakukan dengan cara memberikan kasih sayang yang cukup

dan dengan menunjukkan sikap menerima anaknya dengan segala

kelebihan dan kekurangannya, terutama pada tahun-tahun pertama

dari perkembangannya (Djaali, 2007: 130).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

17

Konsep diri menurut Djaali, 2007:130-131 berkembang melalui

lima tahap yaitu sebagai berikut :

1. Perkembangan dari sense of trust vs sense of mistrust, pada anak

usia 1 ½ − 2 tahun. Melalui hubungan dengan orang tuanya anak

akan mendapat kesan dasar apakah orang tuanya merupakan

pihak yang dapat dipercaya atau tidak. Apabila ia yakin dan merasa

bahwa orang tuanya dapat memberikan perlindungan dan rasa

aman bagi dirinya, maka akan timbul rasa percaya terhadap orang

dewasa yang nantinya akan berkembang menjadi berbagai

perasaan yang sifatnya positif.

2. Perkembangan dari sense of anatomy vs shame and doubt pada

anak usia 2- 4 tahun. Yang terutama berkembang pesat pada usia

ini adalah kemampuan motoriknya dan berbahasa, yang keduanya

memungkinkan anak menjadi lebih mandiri(autonomy). Apabila

anak diberi kesempatan untuk melakukan segala sesuatu menurut

kemampuannya, sekalipun kemampuannya terbatas, tanpa terlalu

banyak ditolong apalagi dicela, maka kemandirian pun akan

terbentuk.

3. Perkembangan dari sense of initiative vs sense of guilt, pada anak

usia 4 – 7 tahun. Anak di usia ini selalu menunjukkan perasaan

ingin tahu, begitu juga sikap ingin menjelajah, mencoba-coba.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

18

Apabila anak terlalu sering mendapat hukuman karena perbuatan

tertentu yang didorong oleh perasaan ingin tahu dan menjelajah

tadi, keberaniannya untuk mengambil inisiatif akan berkurang.

4. Perkembangan dari sense of industry vs inferiority, pada usia 7 –

11 atau `12 tahun. Inilah masa anak ingin membuktikan

keberhasilan dari usahanya. Mereka berkompetisi dan berusaha

untuk bisa menunjukkan prestasi. Kegagalan yang berulang-ulang

dapat mematahkan semangat dan menimbulkan perasaan rendah

diri.

5. Perkembangan dari sense of identity diffusion, pada remaja.

Remaja biasanya sangat besar minatnya terhadap diri sendiri.

Biasanya mereka ingin memperoleh jawaban tentang siapa dan

bagaimana dia. Dalam menemukan jawabannya mereka akan

mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungaan dengan

konsep dirinya pada masa lalu. Apabila informasi kenyataan,

perasaan, dan pengalaman yang dimiliki mengenai diri sendiri

tidak dapat diintegrasi hingga membentuk suatu konsep diri yang

utuh, remaja akan terus menerus bimbang dan tidak mengerti

tentang dirinya sendiri.

Manusia tidak disebut manusia jika ia tidak memiliki jiwa

sehingga jiwa tanpa raga tidak berarti. Jiwa seorang manusia adalah

Page 19: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

19

ciptaan Allah SWT untuk mendiami raga dan jiwalah yang

mengendalikan hati dan fikiran manusia. Allah SWT meniupkan ruh

saat seorang manusia masih berada dalam kandungan ibunya

sebagaimana disebutkan dalam firman berikut ini.

Artinya: “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS Al Hijr : 29) Ayat diatas menerangkan secara tidak langsung tentang

Konsep Diri pada manusia yang merujuk pada pemikiran (persepsi)

dan harapan agar manusia menjadi lebih baik. Dengan memiliki

pemikiran bahwa yang menciptakan manusia adalah Allah SWT, maka

harapan kehidupan manusia akan lebih baik.

Sehingga, konsep diri dalam penelitian ini merupakan

pandangan, perasaan dan penilaian yang dimiliki seseorang mengenai

diri sendiri yang didapat dari proses pemikiran (persepsi), pengamatan

terhadap diri sendiri maupun menurut persepsi orang lain berupa

karakteristik fisik, psikologis dan sosial. Konsep diri adalah gagasan

tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan

penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas

bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana

Page 20: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

20

kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri

sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.

C. Kecerdasan Emosional.

Defenisi kecerdasan emosional sebagai “suatu kecerdasan

sosial yang berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam

memantau baik emosi dirinya maupun emosi orang lain, dan juga

kemampuannya dalam membedakan emosi dirinya dengan emosi

orang lain, dimana kemampuan ini digunakannya untuk

mengarahkannya pola pikir dan prilakunya.” Menurut Salovey dan

Mayer (1999).

Berbagai studi berusaha merumuskan secara detail kecerdasan

emosional. Di antara studi-studi itu melakukan penelitian atas orang-

orang yang gemar menonton film mendebarkan. Penonton dengan

tingkat kecerdasan emosional tinggi mampu membedakan suasana

emosional yang disaksikannya dalam tayangan film, dan mampu

menyebut emosi itu dengan tepat. Sebagian yang lain cepat sembuh

dari sekitarnya setelah melihat film ini. Orang yang peka terhadap

perasaan orang lain lebih mampu beradaptasi perubahan sosial

daripada orang yang tidak peka. Lebih dari itu, ia juga mampu

menciptakan hubungan baik dengan lingkungannya, mau saling

menolong, mendukung, dan memotivasi orang lain.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

21

Menurut Goleman (1999:513) mendefinisikan kecerdasan

emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan

perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-

perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan.

Beberapa bentuk kualitas emosional yang dinilai penting bagi

keberhasilan, yaitu:

1. Empati

2. Mengungkap dan memahami

3. Mengendalikan amarah

4. Kemandirian

5. Kemampuan menyesuaikan diri

6. Disukai

7. Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi

8. Ketekunan

9. Kesetiakawanan

10. Keramahan

11. Sikap hormat

Tingkat kecerdasan tidak terikat oleh faktor genetis, tidak juga

hanya dapat berkembang pada masa kanak-kanak. Tidak seperti IQ

yang berubah hanya sedikit setelah melewati usia remaja, kecerdasan

emosi lebih banyak diperoleh melalui belajar dari pengalaman sendiri.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

22

Salovey dan Meyer (1999) mula-mula mendefenisikan

kecerdasan emosional sebagai “himpunan bagian dari kecerdasan

sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi

baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah

semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran

dan tindakannya”.

Goleman (1999: 45) menggambarkan beberapa ciri kecerdasan

emosional yang terdapat pada diri seseorang berupa

1. Kemampuan memotivasi diri sendiri

2. Ketahanan menghadapi frustasi

3. Kemampuan menggendalikan dorongan hati dan tidak melebih-

lebihkan kesenangan

4. Kemampuan menjaga suasana hati dan menjaga agar beban

stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan

berdo’a.

Sehingga, kecerdasan emosional dalam penelitian ini adalah

kemampuan mengendalikan perasaan emosi diri sendiri dan orang lain

serta kemampuan seseorang dalam mengelolah emosinya.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali

emosi diri, mengelolah emosi diri (empati), dan kemampuan untuk

membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain (Samsi, 2011: 26).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

23

D. Karakter

Karakter diartikan sama dengan budi pekerti, akhlak mulia dan

moral (Maksudin, 2013:3. Menurut Hudiyono, (2012:24), Pendidikan

karakter merupakan upaya yang terencana untuk menjadikan peserta

didik mengenal, peduli dan mengintegrasikan nilai-nilai sehingga

peserta didik berprilaku sebagai insan kamil.

Menurut Lickona (2012:32) karakter merupakan sifat alami

seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami itu

dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik,

jujur, bertanggungjawab, menghormati orang lain dan karakter mulia

lainnya. Menurut Suyanto (2012:33), Karakter adalah cara berfikir dan

berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan

bekerjasama, baik dilingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara. Sedangkan Menurut Kemendiknas (Haryati, 2010: 5), Karakter

adalah sebagai nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau

berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap

lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam

perilaku (Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter yaitu sifat

seseorang untuk berprilaku yang terbentuk dari hasil internalisasi baik

itu berupa watak, tabiat, akhlak, cara pandang, berfikir, bertindak,

Page 24: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

24

bekerjasama, jujur, bertanggungjawab, menghormati, peduli dan

bermoral.

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan judul penelitian yang telah

dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh konsep diri, kecerdasan

emosional, dan karakter dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Penelitian pada anak-anak, remaja, dan dewasa yang dilakukan oleh

Endang Mulyaningsih dengan judul “Analisis Model-model Pendidikan

Karakter untuk Usia Anak-anak, remaja, dan Dewasa”. Berdasarkan

penelitian tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa model

pendidikan karakter yang efektif dibangun dari iklim sekolah yang

kondusif untuk berkembangnya karakter yang positif pada anak-anak,

remaja, dan dewasa.

2. Penelitian pada murid kelas V di SD Jamblangan, SD Baturetno, dan

SD Jaranan pada tahun 2014 yang dilakukan oleh Jumarudin, dkk

dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Humanis Religius

dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar”. Berdasarkan penelitian

tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai

karakter dalam diri peserta didik pada saat penilaian awal, periode 1,

dan periode 2. Nilai karakter yang mengalami peningkatan pada

Page 25: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

25

periode II. Pada periode I, SD Jomblangan memiliki 3 nilai membudaya

dan 2 nilai mulai berkembang. Pada periode II, meningkat menjadi 5

nilai membudaya. Sedikit berbeda, pada periode I SD Jaranan sudah

memiliki 5 nilai membudaya. Pada periode II, SD Jaranan juga me-

miliki 5 nilai membudaya. Selanjutnya pada pengujian implementasi di

SD Jomblangan, hasil pengujian pada periode I menunjukkan bahwa

nilai thitung > ttabel, yaitu 12,693 > 1,721 dan nilai p < 0,05,

sedangkan pada periode II menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel,

yaitu 4,183 > 1,721 dan nilai p < 0,05. Sementara itu, di SD Jaranan,

hasil pengujian pada periode I menunjukkan bahwa nilai thasil > ttabel,

yaitu 14,223 > 1,721 dan nilai p < 0,05 dan pada periode II

menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel, yaitu 3,813 > 1,721 dan nilai

p < 0,05. Dengan demikian, hasil ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh model pembelajaran humanis religius dalam pendidikan

karakter di sekolah dasar terhadap penanaman karakter dalam diri

peserta didik.

3. Penelitian pada murid kelas IV sekolah dasar pada tahun 2017 yang

dilakukan oleh Pity Asriani, dkk dengan judul “Bahan Ajar Berbasis

Pendidikan Karakter untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.

Berdasarkan penelitian tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa

bahan ajar berbasis pendidikan karakter untuk kelas IV sekolah dasar

Page 26: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

26

tersebut telah memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam

pembelajaran karena telah memenuhi kriteria menurut penilaian ahli

materi, ahli bahasa, ahli desain, guru, dan siswa.

4. Penelitian pada siswa SMA Negeri I Malangke pada tahun 2016 yang

dilakukan oleh Sukarni dengan judul “Tapak Suci dan Pendidikan

Karakter”. Berdasarkan penelitian tersebut, hasil penelitian

menunjukkan bahwa siswa SMA Negeri I Malangke dapat

mengaplikasikan nilai-nilai karakter seperti kedisiplinan, religius, cinta

tanah air, kreatif, komunikatif, dan menghargai prestasi pada kegiatan

ekstrakurikuler tapak suci. Nilai-nilai tersebut dapat terlihat dari sikap

siswa baik selama kegiatan latihan berlangsung maupun di luar

kegiatan latihan.

5. Penelitian pada siswa sekolah menengah pada tahun 2014 yang

dilakukan oleh Oznur Tulunay Ates dengan judul “A Different

Perspective to Fine Art High School Students in Emotional

Intelligence”. Berdasarkan penelitian tersebut, diperolehbahwa , rata-

rata total score kecerdasan emosi yang menunjukkan perbedaan yang

signifikan dalam hal sekolah variabel mana siswa belajar. Dalam studi,

EQ T, EQ 1, EQ 2 dan EQ 3 nilai siswa yang belajar seni dan sekolah

tinggi olahraga ditemukan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa

yang belajar di sekolah tinggi lainnya.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

27

6. Penelitian pada siswa SD pada tahun 2013 yang dilakukan oleh

Kantun Toni, dkk dengan judul “Determinasi Konsep Diri, Motivasi

Berprestasi, dan Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar IPA SD Se-

Kecamatan Buleleng”. Berdasarkan penelitian tersebut, hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara konsep diri, motivasi berprestasi, dan disiplin belajar secara

bersama-sama terhadap hasil belajar IPA dengan kontribusi sebesar

24%.

Beberapa hasil penelitian tersebut memiliki persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Adapun

persamaan dari keenam penelitian tersebut dengan penelitian yang

saya lakukan adalah peneliti melakukan penelitian terhadap karakter

yang terbentuk pada diri setiap individu serta bagaimana kecerdasan

emosional yang dimiliki seseorang. Sedangkan perbedaannya yaitu,

(1) pada penelitian yang pertama, peneliti menggunakan metode

kualitatif dengan jenis penelitian meta analisis, dimana peneliti

mengambil usia anak-anak, remaja, dan dewasa sebagai subjek

penelitiannya. Dalam hal ini, peneliti menggunakan instrumen yang

berbeda untuk setiap subjek. (2) pada penelitian yang kedua, peneliti

menggunakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research &

Development (R & D). Dalam penelitiannya, peneliti mengembangkan

Page 28: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

28

model pembelajaran untuk pembentukan karakter siswa kelas V di tiga

sekolah dasar. (3) pada penelitian yang ketiga, peneliti menggunakan

metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian dan

pengembangan Research & Development (R & D) dengan model 4D.

Dalam hal ini, peneliti mengembangkan bahan ajar berbasis

pendidikan karakter dengan murid kelas IV sekolah dasar sebagai

subjek penelitiannya. (4) pada penelitian yang keempat, peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana peneliti

menggunakan kegiatan ektrakurikuler tapak suci untuk mengetahui

pengembangan karakter pada siswa SMA Negeri I Malangke. (5) pada

penelitian yang kelima, peneliti menggunakan metode kajian sampling

berlapis untuk meneliti perbedaan kecerdasan emosional pada siswa

sekolah menengah. (6) pada penelitian yang keenam, peneliti

menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan ex-

post facto. Dalam penelitian ini, terdapat empat variabel penelitian

yaitu; (a). konsep diri (x1), (b). Kecerdasan emosional (x2), (c).

Karakter (x3) dan, (d). Hasil belajar (y). Adapun instrumen yang

digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner dan tes hasil

belajar IPA.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

29

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa secara teoritis, pembentukan karakter, kecerdasan emosional, dan

konsep diri sangat penting dalam diri tiap individu.

F. Kerangka Pikir

Kerangka pikir disusun untuk menjelaskan variabel-variabel

mana yang berkedudukan sebagai variabel eksogen, variabel

intervening, dan variabel endogen. Dengan preposisi yang didasarkan

pada kajian pustaka dan teori yang mendukung akan diketahui berapa

banyak hipotesis yang harus disusun dan bagaimana hubungan antar

variabelnya. Berikut ini dapat disusun kerangka pikir yang

menggambarkan keterkaitan variabel-variabel yang akan diteliti yakni

konsep diri, kecerdasan emosional dan karakter padahasil belajar IPA.

1. Pengaruh Langsung Konsep Diri terhadap Hasil Belajar IPA Siswa.

Konsep diri merupakan pandangan, perasaan dan penilaian

yang dimiliki oleh seseorang mengenai diri sendiri yang diperoleh dari

proses pengamatan terhadap diri sendiri maupun menurut persepsi

orang lain. Biasanya hasil pengamatan tersebut berupa karakteristik

fisik, psikologis dan sosial. Seseorang yang memiliki konsep diri yang

baik, tentunya akan menghargai setiap bagian hidupnya, mulai dari

Page 30: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

30

fisik, karakter psikologis bahkan sosial. Dan pada akhirnya, mereka

yang mampu menghargai dirinya akan mampu memberikan nilai

tambah yang besar bagi masa depannya.

Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa

konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor

( dalam Desmita, 2011: 171) mengemukakan bahwa banyak penelitian

yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri

dengan prestasi belajar di sekolah. Siswa yang memiliki konsep diri

yang positif, memperlihatkan hasil yang baik di sekolah, atau siswa

yang berprestasi tinggi di sekolah memiliki penilaian diri yang tinggi,

serta menunjukkan hubungan antar pribadi yang positif pula.

Hasil belajar IPA yang baik tidak diperoleh begitu saja,

semuanya butuh perjuangan, bukan hanya perjuangan fisik, tetapi juga

psikologis dan sosial. Faktanya, hanya mereka yang mampu

mempertahankan eksistensinya, dalam arti memiliki kepercayaan diri

yang kuat, yang mampu memiliki hasil belajar yang baik.

Sehingga diduga terdapat pengaruh langsung yang positif

antara konsep diri terhadap prestasi belajar IPA. Dengan kata lain,

hasil belajar IPA akan tinggi jika seseorang memiliki konsep diri yang

baik dan sebaliknya, hasil belajar IPA akan rendah jika seseorang

memiliki konsep diri yang buruk.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

31

2. Pengaruh Tidak Langsung Konsep Diri terhadap Hasil Belajar IPA melalui Karakter

Konsep diri merupakan gambaran tentang diri sendiri

dipengaruhi oleh hubungan atau interaksi individu dengan lingkungan

sekitar. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri secara deskriptif

dikemukakan bahwa konsep diri berhubungan dengan perilaku

antisosial, termasuk prilaku kekerasan. Siswa yang memiliki konsep

diri positif akan memandang dirinya secara positif, penuh percaya diri

dan tidak mudah melakukan tindakan-tindakan deskriptif terhadap

dirinya sendiri maupun orang lain. Sebaliknya siswa yang memiliki

konsep diri negatif akan me mandang dirinya sebagai orang yang tidak

berhasil, mudah mengganggu orang lain dan melakukan tindakan

destruktif. Kepercayaan yang timbul dalam diri siswa ini dapat melatih

perkembangan karakter siswa. Karakter sebagai “Himpunan yang

melibatkan kemampuan memantau prilaku baik atau buruk seseorang.

Baik itu diri sendiri maupun pada orang lain. Berdasarkan uraian di

atas, dapat diasumsikan bahwa konsep diri yang positif akan

berpengaruh terhadap karakter siswa.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

32

3. Pengaruh langsung kecerdasan emosional terhadap hasil belajar IPA siswa.

Berbagai usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih

hasil belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan

belajar. Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain

yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain

kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah

kecerdasan emosional. Kecerdasan intelektual saja tidak memberikan

persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan

ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan. Dengan kecerdasan

emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan

mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi

perasaan-perasaan orang lain dengan efektif.

Menurut Sardiman (Purnama, 2000:143), anak yang mencapai

suatu prestasi, sebenarnya merupakan hasil kecerdasan dan minat.

Seorang siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang berkembang

baik akan lebih terampil dalam menenangkan diri, lebih baik dalam

memusatkan perhatian dan memotivasi diri untuk meningkatkan minat

belajar, serta lebih cakap dalam memahami orang lain.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

33

Dari uraian di atas, diduga bahwa kecerdasan emosional

berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA. Artinya EQ yang baik

dapat menentukan keberhasilan individu dalam hasil belajar.

4. Pengaruh tidak langsung kecerdasan emosional belajar siswa terhadap hasil belajar IPA siswa melalui karakter.

Secara umum, kecemasan adalah suatu keadaan psikologis

dan fisiologis yang dicirikan oleh komponen-komponen somantik,

emosi, dan perilaku. Komponen-komponen ini berpadu untuk

menciptakan suatu perasaan tidak enak yang biasanya terkaitkan

dengan kegelisahan, kekhawatiran, atau ketakutan. Rasa cemas besar

pengaruhnya terhadap tingkah laku siswa. Bilamana pengenalan diri

dapat dilakukan dengan baik, maka akan sangat membantu seseorang

untuk dapat menguasai diri, yakni kemampuan untuk menghadapi

badai emosi terutama berupa nafsu seperti amarah yang meluap-luap,

cemas yang berlebihan, depresi berat dan gangguan emosional yang

berlebihan.

5. Pengaruh langsung antara karakter terhadap hasil belajar IPA siswa.

Berbagai cara yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih

hasil belajar yang maksimal. Tapi masih ada faktor lain yang tidak

kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain intelektual,

faktor tersebut yaitu karakter. Karena pembentukan karakter yang

Page 34: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

34

dimiliki siswa mampu menghadapi gejolak sosial dan kesulitan diri

yang di alami dalam kehidupan. Dengan karakter yang baik dimiliki

seseorang dapat meningkatkan keterampilan, kemampuan, kejujuran

dan akan peduli terhadap orang lain. Hal itu dapat menjadi faktor yang

untuk mendapatkan prestasi yang baik.

Berdasarkan beberapa uraian di atas mengenai konsep diri,

kecerdasan emosional dan karakter pada hasil belajar IPA siswa

jelaslah bahwa konsep diri, kecerdasan emosional mempengaruhi

karakter siswa, yaitu makin baik konsep diri, dan kecerdasan

emosional seorang siswa, maka makin baik pula karakter dan hasil

belajar yang dicapai.

Berikut skema kerangka pikir keterkaitan pengaruh antara

variabel dalam rangka perumusan hipotesis adalah sebagai berikut:

2 3 1 5 4

Konsep Diri

Indikator :

Persepsi

Harapan

KecerdasanEmosional

Indikator:

Motivasi diri

Empati

Karakter

Indikator:

Baik

Jujur

Bertanggungjawab

Peduli

Hasil Belajar Siswa

Page 35: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

35

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Keterangan:

: Pengaruh

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori yang telah

dikemukakan, maka dirumuskan hipotesis yang merupakan dugaan

sementara terhadap masalah penelitian dan selanjutnya akan dibuktikan

berdasarkan hasil pengolahan data.

Berikut ini adalah hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini,

adalah sebagai berikut:

1. Konsep diri berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa baik

secara langsung maupun tidak langsung (melalui karakter).

2. Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap hasil belajar

siswa baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui karakter).

3. Karakter berpengaruh positif terhadap hasil belajar.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian ex-post facto yang bersifat

kausalitas. Penelitian ex-post facto disini dirancang untuk menerangkan

adanya hubungan sebab akibat, dan menguji hipotesis yang telah

dirumuskan sebelumnya antara konsep diri, kecerdasan emosional dan

karakter terhadap hasil belajar.

B. Variabel Penelitian dan Devenisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdiri dari variabel eksogen, variabel intervening

dan variabel endogen. Variabel eksogen terdiri atas konsep diri, dan

kecerdasan emosional. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah

karakter. Dan variabel endogen dalam penelitian ini adalah hasil belajar

IPA.

Berdasarkan kajian pustaka di atas, diperoleh definisi

operasional tiap variabel sebagai berikut:

1. Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri

yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang

36

Page 37: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

37

perilakunya, isi pikiran dan perasaan, serta bagaimana perilakunya

tersebut berpengaruh terhadap orang lain.

2. Kecerdasan emosional (KE) atau emotional intelligence merujuk

kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan

perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan

kemampuan mengelolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan

dalam hubungan dengan orang lain.

3. Karakter (KR) karakter yaitu sifat seseorang untuk berprilaku yang

terbentuk dari hasil internalisasi baik itu berupa watak, tabiat,

akhlak, cara pandang, berfikir, bertindak, bekerjasama, jujur,

bertanggungjawab, menghormati, peduli dan bermoral. Indikator-

indikator yang terkait dengan karakter yaitu baik, jujur, peduli dan

bertanggungjawab.

4. Hasil belajar (HB) adalah pencapaian atau penguasaan siswa

terhadap materi pelajaran dapat di ukur dalam bentuk soal tes

hasil belajar yang telah diajarkan dalam kurun waktu tertentu

sebagai hasil kegiatan belajar semester genap tahun pelajaran

2018/2019.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

38

C. Paradigma Hubungan Antar Variabel

Gambar 3.1. Model Struktural Hubungan Antar Variabel

Berdasarkan gambar 3.1. maka dapat dibuat persamaan

strukturnya sebagai berikut :

1.

2.

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI di

Sekolah Dasar Komplek Sungguminasa, Jl. Pendidikan No. 04

Sungguminasa, Kecamatan Sumba Opu, Kabupaten Gowa.Tahun ajaran

2018. Berdasarkan data yang diperoleh dari Data Pokok Pendidikan

𝑃𝑥 𝑥

Hasil

Belajar

(HB)

Konsep Diri

(KD)

Kecerdasan

Emosional

(KE)

Karakter

(KR)

𝑃𝑥 𝑥

𝑃𝑦𝑥

𝑃𝑦𝑥 𝑃𝑦𝑥

1

2 𝑃𝑥 𝜀

𝑃𝑦𝜀

Page 39: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

39

Dasar dan Menengah, diperoleh jumlah Sekolah Dasar yang ada di

Komplek Sungguminasa Kabupatean Gowa sebanyak 4 sekolah dengan

jumlah keseluruhan siswa dari masing-masing sekolah tersebut adalah

1.103 siswa. Adapun karakteristik ke empat sekolah tersebut khususnya

pada penyebaran siswanya. Penyebaran siswa disetiap sekolah tersebut

bersifat heterogen karena tidak terdapatnya kelas unggulan.

Tabel. 3.1 Daftar Nama Sekolah di Komplek Sungguminasa,

Kecamatan Sumba Opu, Kabupaten Gowa.

No Nama Sekolah Negeri Rombel JumlahSiswa

1 2 3 4

SD Inpres Sungguminasa SD Inpres Sungguminasa I SD Negeri Sungguminasa I SD Negeri Sungguminasa V

6 6

12 12

163 83 434 423

Total Populasi 36 1.103

Sumber: http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/rombel/3/190304

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2017:81), sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh pupulasi tersebut. besaran atau

ukuran sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau

kesalahan yang diinginkan peneliti. Semakin besar jumlah sampel

(semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan

Page 40: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

40

generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi

populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.

Tabel. 3.2 Daftar Nama Sekolah di Komplek Sungguminasa,

Kecamatan Sumba Opu, Kabupaten Gowa.

No Nama Sekolah Negeri Robel Jumlah Siswa

1 2 3 4

SD Inpres Sungguminasa SD Inpres Sungguminasa I SD Negeri Sungguminasa I SD Negeri Sungguminasa V

1 1 2 2

22 14 86 74

Total Sampel 6 196

Jumlah sampel 196 siswa. Maka dalam penentuan sampel

hanya mengunakan kelompok, tanpa kelompok kontrol (perbandingan),

subjek di pilih menggunakan claster sampling.

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah semua siswa

kelas VI SD komplek Sungguminasa, Kecamatan Sungguminasa

Kabupaten Gowa.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen yang sudah di validasi

oleh tiga pihak yaitu; 1. Orang evaluasi dibidang Sains, 2. Dosen Sains

dan, 3. Guru kelas yang merupakan tenaga pengajar sains atau IPA SD.

Jenis instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa angket

yang akan diberikan langsung kepada responden penelitian untuk dimintai

Page 41: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

41

pendapat, keyakinan, atau menceritakan dirinya. Alternatif jawaban pada

angket konsep diri, kecerdasan emosional dan karakter dari Sangat

Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai

(STS). Pemberian skoruntuk item yang (favorable) jawaban SS=4, S=3,

TS=2, STS=1. Untuk item yang (unfavorable) jawaban STS=4, TS=3,

S=2, dan SS=1.

Instrumen soal yang di gunakan berasal dari kisi-kisi soal IPA

yaitu Konsep Dasar (KD) yang di buatkan indikator dan kemudian di

buatkan soal-soal dengan sumber materi Haryanto (2004). Untuk

mengukur variabel hasil belajar IPA siswa, metode pengumpulan data

yang digunakan adalah tes hasil belajar IPA. Sekumpulan data tersebut

berisikan tentang aspek-aspek atau atribut tertentu yang akan digunakan

sebagai bahan kajian pokok dalam penelitian.

1. Tes hasil belajar IPA

Tes Hasil Belajar IPA (PBM) ditujukan untuk memperoleh

informasi langsung mengenai hasil belajar IPA siswa dalam hal ini

hasil belajar kognitif dalam bentuk pilihan ganda yang mencakup

materi IPA semester dua (genap).

Metode ini dilaksanakan dengan cara memberikan tes hasil

belajar IPA siswa semester dua (genap) yang sudah valid, untuk

Page 42: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

42

mengukur valid atau tidaknya suatu data maka digunakan SPSS 20

for windos. Kemudian diolah sehingga menghasilkan suatu nilai dan

mencatat nilai IPA siswa yang menjadi responden dalam penelitian

ini.

2. Angket konsep diri

Angket konsep diri yang digunakan merupakan angket konsep

diri yang ditandai dengan indikator: persepsi dan harapan.

Indikator mengenai persepsi merupakan tanggapan

(penerimaan) langsung siswa terhadap kegiatannya dalam belajar.

Harapan adalah sesuatu yang dapat diharapkan/keinginan siswa dari

kegiatan belajarnya supaya menjadi kenyataan.

3. Angket kecerdasan emosional

Angket kecerdasan emosional yang digunakan merupakan

angket kecerdasan emosional yang dikaitkan dengan konteks belajar

siswa, yang ditandai dengan indikator: motivasi diri dan empati.

4. Karakter

Angket karakter yang digunakan yaitu angket karakter yang

dikaitkan dengan konteks belajar siswa, yang ditandai dengan

indikator: baik, jujur, bertangungjawab dan peduli.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

43

F. Validitas (Kesahihan) dan Realibilitas (Keandalan)

Purwanto (2011) menjelaskan bahwa instrumen merupakan alat

ukur yang sangat berhubungan dengan variabel yang akan diukur. Alat

ukur yang akan digunakan untuk mengumpulkan data harus memenuhi

syarat sebagai alat ukur yang baik. Menurut Purwanto (2011) bahwa dua

syarat psikometris yang harus dimiliki oleh sebuah instrumen yaitu

kesahihan dan keandalan. Suatu instrumen dikatakan representatif,

fungsional dan akurat bila instrumen tersebut memiliki kesahihan dan

keandalan yang tinggi.

1. Validitas (Kesahihan)

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti

sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur

dalam melakukan fungsi ukurnya. Alat ukur dikatakan valid jika

mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur

yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud diadakan pengukuran

tersebut (Azwar, 2012:8). Sedangkan menurut Suherman (1993:148)

ditinjau dari cara menentukan validitas suatu alat evaluasi dibedakan

menjadi dua macam validitas, yaitu validitas teoritis dan validitas

empiris. Validitas teoritik atau validitas logik adalah validitas alat

evaluasi yang dilakukan berdasarkan pertimbangan teoritik atau

Page 44: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

44

logika yang bersifat prakiraan, yaitu berkenaan dengan validitas isi,

validitas muka, dan validitas konstruksi. Validitas empiris dilakukan

dengan menganalisis mata evaluasi hasil uji-coba, yaitu validitas

banding dan validitas ramal.

Validitas pada umumnya digolongkan dalam tiga kategori,

yaitu content validity (validitas isi), contruct validity (validitas

konstruk), dan criterion related validity (validitas berdasar kriteria).

Haynes et al (Azwar, 2012:111) mengatakan bahwa makna validitas

isi adalah sejauhmana elemen-elemen dalam suatu instrument ukur

benar-benar relevan dan merupakan representasi dari konstrak yang

sesuai dengan tujuan pengukuran. Makna lain dikatakan Ley (Azwar,

2012:111) bahwa validitas isi adalah sejauhmana kelayakan suatu

tes sebagai sampel dari domain item yang hendak diukur. Validitas

konstruk merupakan tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana

alat ukur mengungkap suatu konstruk teoritik yang hendak diukurnya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas konstruk,

validitas isi dan validitas kriteria.

Azwar (2012:93) mengemukakan bahwa item yang ditulis

dengan benar dan sesuai dengan indikator yang telah dirumuskan

dengan benar adalah item yang sahih. Dari cakupan isi, mulai dari

pengembangan instrumen, relevansi item dengan tujuan ukur sudah

Page 45: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

45

dapat dievaluasi lewat nalar dan akal sehat tentang kelayakan isi

instrumen yang digunakan untuk mengukur atribut yang dikehendaki.

Cara menentukan tingkat validitas kriterium ini adalah dengan

menghitung koefesien korelasi antara alat evaluasi yang telah

dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi

(baik), sehingga hasil evaluasi yang digunakan sebagai kriteria itu

telah mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya.

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan mencari

koefesien korelasi antara nilai tiap butir skala variabel dengan skor

total butir skala variabel, dengan menggunakan rumus korelasi

Product Moment:

( )( )

√* ( ) +* ( ) +

Keterangan: N = Banyaknya Responden

X = nilai tiap butir skala variabel

Y = nilai total butir skala variabel

Prinsip pengujian konsistensi item total atau daya beda

itemnya sama saja dengan cara yang digunakan pada prosedur yang

telah diuraikan di atas akan tetapi formula komputasi yang digunakan

berbeda. Dalam hal ini koefesien korelasi item total akan dihitung

Page 46: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

46

dengan menggunakan formula komputasi karelasi point-bisereal (rpbis)

atau formula bisereal (rbis)

Formula koefesien korelasi point-bisereal (Azwar: 155)

adalah:

,( )

-√

Keterangan: Mi = Mean skor tes (X) dari seluruh subjek yang dapat

angka 1 pada item yang bersangkutan

Mx = Mean skor tes dari seluruh subjek

sx = Deviasi standar skor tes

p = proporsi subjek yang mendapatkan skor angka 1 pada

item yang bersangkutan

2. Reliabilitas (Keandalan)

Keandalan (reliabilitas) berasal dari kata rely yang artinya

percaya dan reliable yang artinya dapat dipercaya (Purwanto,

2011:53). Reliabilitas (keandalan) diterjemahkan dari kata reliabity.

Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti

keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan, dan

sebagainya namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh

mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran

dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

Page 47: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

47

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil

yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek

memang belum berubah (Azwar, 2002).

Secara empirik, tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan dengan

angka yang disebut dengan koefisien reliabilitas (rxx). Koefisien

reliabilitas dianalisis dengan menggunakan rumus alpha Cronbach.

Semakin tinggi koefisien reliabilitas berarti semakin tinggi reliabilitas

suatu alat tes. Besar koefisisen reliabilitas berkisar antara 0,00 sampai

1,00. Bila koefisisen reliabilitas semakin mendekati 1,00 maka hal ini

berarti terdapat konsistensi hasil ukur yang semakin sempurna (Azwar

2007).

Analisis butir yang dilakukan setelah pelaksanaan uji coba

instrumen menurut Tiro & Sukarna (2010) adalah sebagai berikut:

a. Uji kekonsistenan internal (internal consistency) setiap item/butir

yang dilakukan dengan cara analisis korelasi antara skor butir

dan skor total.

b. Uji validitas/kesahihan konstrak (construct validity) yang

dilakukan dengan cara analisis faktor konfirmasi (confirmatory

factor analysis) berdasarkan kisi-kisi instrumen.

c. Menghitung koefisien reliabilitas (keandalan). Keandalan

(reliability) memberikan informasi mengenai kekonsistenan

Page 48: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

48

instrumen dalam memberikan skor pada responden, dalam artian

responden yang memperoleh skor tinggi atau rendah sesuai

dengan kondisi atau keadaannya.

Perhitungan koefesien reliabilitas dapat dilakukan dengan

menggunakan metode Alpha Cronbach dengan rumus berikut:

.

/ (

)

Keterangan: n = jumlah butir

Si2 = variansi butir

St2 = variansi total

Perhitungan koefesien reliabilitas untuk prestasi belajar IPA

menggunakan rumus Kunder Richardson (Suherman, 1993/1994 :

160):

.

/( ∑

)

Keterangan : n = banyaknya butir soal

Pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar

pada butir soal ke-i

qi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab salah

pada butir soal ke-I jadi qi =1- p2

st2 = variansi skor total

Page 49: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

49

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan dengan memberikan

instrumen kepada setiap siswa yang merupakan sampel penelitian.

Pengumpulan data ini akan dilakukan oleh penulis. Pengumpulan data ini

dilakukan bertahap sesuai dengan rencana dan jadwal penelitian yang

telah disepakati antara penulis dengan pihak sekolah.

Informasi yang berkaitan dengan tujuan dari kegiatan penelitian

dan indikator yang dimaksudkan sebagai bagian dari variabel yang

dirumuskan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

instrumen yang berupa angket konsep diri, angket kecerdasan emosional

dan, angket karakter.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk melakukan

pengumpulan data dalam kegiatan penelitian ini adalah:

1. Melakukan eksplorasi kepustakaan yang mendukung variabel-

variabel sebagai indikator pengumpul informasi.

2. Melakukan pensahihan (validasi instrumen) terhadap hasil eksplorasi

kepustakaan yang dilakukan, sesuai dengan teknik validitas yang

digunakan.

3. Melakukan pengumpulan informasi berdasarkan instrumen yang telah

diperoleh, diterapkan pada sampel yang dipilih dalam penelitian ini.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

50

4. Melakukan pengumpulan data sebagaimana penggunaan instrumen

dalam kegiatan penelitian ini.

H. Kriteria Pengklasifikasian Skor Variabel-variabel Penelitian

Pemberian skor berkaitan dengan penskalaan, yang mana

penskalaan merupakan proses penentuan letak kategori respon pada

suatu kontinum psikologis. Selain itu proses penskalaan memusatkan

perhatian pada karakteristik angka-angka yang merupakan nilai skala.

Skor pada skala psikologi yang ditentukan melalui prosedur penskalaan

akan menghasilkan angka-angka pada level pengukuran (Azwar, 2012).

Variabel-variabel (konsep diri, kecerdasan emosional, karakter

dan prestasi belajar IPA) dikategorikan berdasarkan kategori skor yang

dikembangkan dalam skala likert (Sugiono, 2011: 95) yang digunakan

dalam penelitian ini. Adapun kriteria yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Variabel Konsep Diri (KD)

Kategori diagnosis tingkat konsep diri (self concept):

18 ≤ KD < 32 Sangat Rendah

32 ≤ KD < 45 Rendah

45 ≤ KD < 59 Tinggi

59 ≤ KD < 72 Sangat Tinggi

Page 51: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

51

Skor total yang diperoleh dari skala konsep diri (self concept)

menunjukkan sejauh mana tingkat konsep diri (self concept) yang dimiliki

siswa. Skor tinggi pada skala ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai

tingkat konsep diri (self concept) yang sangat tinggi, sebaliknya skor

rendah menunjukkan bahwa siswa mempunyai tingkat konsep diri (self

concept) yang sangat rendah.

2. Variabel Kecerdasan Emosional (KE)

Kategori diagnosis tingkatan skala Kecerdasan Emosional:

20 ≤ KE < 45 Sangat Rendah

32 ≤ KE < 50 Rendah

50 ≤ KE < 65 Tinggi

65 ≤ KE < 80 Sangat Tinggi

Skor total yang diperoleh dari skala Kecerdasan Emosional

menunjukkan sejauh mana tingkatan Kecerdasan Emosional yang dimiliki

siswa. Skor tinggi pada skala ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai

tingkatan Kecerdasan Emosional yang sangat tinggi, sebaliknya skor

rendah menunjukkan bahwa siswa mempunyai tingkatan Kecerdasan

Emosional yang sangat rendah.

Page 52: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

52

3. Variabel Karakter

Kategori diagnosis tingkatan skala karakter:

15 ≤ KR < 26 Sangat Rendah

26 ≤ KR < 37 Rendah

37 ≤ KR < 48 Tinggi

48 ≤ KR < 60 Sangat Tinggi

Skor total yang diperoleh dari skala karakter menunjukkan sejauh

mana tingkatan karakter yang dimiliki siswa. Skor tinggi pada skala ini

menunjukkan bahwa siswa mempunyai tingkatan karakter yang sangat

baik, sebaliknya skor rendah menunjukkan bahwa siswa mempunyai

tingkatan karakter yang sangattidak baik.

4. Variabel Hasil Belajar (HB)

Jenis data berupa hasil belajar kognitif siswa selanjutnya

dikategorikan secara kuantitatif, untuk kategori variabel hasil belajar

didasarkan pada skala lima yang dikembangkan oleh Purwanto (2010)

sebagai berikut.

0 HB 65 Sangat Rendah

66 HB 74 Rendah

75 HB 83 Sedang

84 HB 92 Tinggi

93 HB 100 Sangat Tinggi.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

53

Skor total yang diperoleh pada hasil belajar domain kognitif

menunjukkan sejauh mana tingkatan hasil belajar kognitif yang dimiliki

siswa. Skor tinggi menunjukkan bahwa siswa mempunyai tingkatan hasil

belajar kognitif yang sangat tinggi, berarti hasil belajar domain kognitif

yang dimiliki siswa menunjukkan nilai yang tinggi, sebaliknya skor rendah

menunjukkan bahwa siswa mempunyai tingkatan hasil belajar kognitif

yang sangat rendah, berarti hasil belajar domain kognitif yang dimiliki

siswa menunjukkan nilai yang rendah.

I. Teknik Analisis Data.

Mendukung pengujian hipotesis dalam penelitian ini, data yang

telah dikumpulkan dengan angket yang telah dibuat selanjutnya data

diolah dengan teknik analisis jalur (path analysis) untukmenyelidiki

pengaruh langsung (Direct Effect) dan pengaruh tidak langsung (Indirect

effect). Tujuannya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak

langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab (eksogen),

terhadap variabel lain yang merupakan variabel akibat (endogen). Analisis

jalur sebenarnya bukan menemukan sebab akibat suatu kejadian, tapi

analisis jalur hanya menguji hubungan teoritis (Tiro, Sukarna & Aswi,

2010:13). Untuk mempermudah menemukan koefisien jalur pada analisis

ini penulis akan menggunakan software SPPS 20 for Windows.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

54

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis jalur

digunakan dalam rangka mempelajari keterkaitan sejumlah perubah

(variabel), bukan untuk menemukan penyebab-penyebab melainkan

merupakan metode yang digunakan pada model kausal yang telah

dirumuskan peneliti atas dasar pertimbangan-pertimbangan teoritis dan

pengetahuan tertentu. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa

analisis jalur ini digunakan untuk mengecek dan menguji kausal yang

diteorikan dan bukan untuk menurunkan teori kausal tersebut. Untuk

mempermudah menemukan koefisien jalur pada analisis ini penulis akan

menggunakan software Amos for Windows.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini akan di kemukakan hasil analisis statistika,

yaitu hasil analisis jalur (Path Analisis). Di peruntuhkan untuk mengetahui

pengaruh langsung (Direct Effect) dan tidak langsung (indirect Effect) dalam

variabel-variabel penelitian iniserta mengetahui signifikansi hubungan antara

beberapa variabel yang prediksi.

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Konsep Diri (KD)

Hasil penelitian mengenai konsep diri di kelompokkan kedalam empat

kategori, seperti pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Skor Konsep Diri.

No Skor Frekuensi Persentasi (%) Kategori

1 2 3 4

18 KD 32 32 KD 45 45 KD 59

59 KD 72

1 12 99 83

0,51 6,12

50,51 42,34

Sangat tidak Sesuai Tidak Sesuai

Sesuai Sangat Sesuai

Jumlah 196 100%

Mean Std.deviasi Variansi Minimum Maksimum

77.23 14.953 223.593 17 95

Tabel 4.1 Distribusi konsep diri menunjukkan bahwa skor 18 KD

32 Jumlah frekuensinya 1 dengan presentasi 0,51% termasuk kategori

Sangat tidak sesuai (STS). Skor 32 KD 45 jumlah frekuensi 12 dengan

presentasi 6,12% termasuk kategori tidak sesuai. Skor 45 KD 59 jumlah

55

Page 56: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

56

frekuensi 99 dengan presentasi 50,51% termasuk kategori sesuai. Skor 59

KD 72 jumlah frekuensi 83 dengan presentasi 42,34% termasuk kategori

sangat sesuai. Rata-rata skor konsep diri siswa adalah 77,23% dari skor ideal

72, yang berarti konsep diri siswa tersebut berada dalam kategori tinggi.

2. Kecerdasan Emosional (KE)

Hasil penelitian mengenai kecerdasan emosional di kelompokkan

kedalam empat kategori, seperti pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Skor Kecerdasan Emosional.

No Skor Frekuensi Persentasi (%) Kategori

1 2 3 4

20 KE 32 32 KE 50

50 KE 65 65 KE 80

2 144 50 0

1.02 73,46 25,51

0

Sangat tidak Sesuai Tidak Sesuai

Sesuai Sangat Sesuai

Jumlah 196 100%

Mean Std.deviasi Variansi Minimum Maksimum

75,08 13,67 187 20 93

Tabel 4.2 tersebut menunjukkan bahwa skor 20 KE 32 jumlah

frekuensi 2 dengan presentasi 1.02% termasuk kategori sangat tidak sesuai.

Skor 32 KE 50 jumlah frekuensi 144 dengan presentasi 73,46%

termasuk kategori tidak sesuai. Skor 50 KE 65 jumlah frekuensi 50

dengan presentasi 25,51% termasuk ketegori sesuai. Skor 65 KE 80

jumlah frekuensi 0 dengan presentasi 0% termasuk kategori sangat sesuai.

Rata-rata skor Kecerdasan Emosional siswa adalah 75,08% dari skor ideal

Page 57: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

57

80, yang berarti Kecerdasan Emosional siswa tersebut berada dalam kategori

tinggi.

3. Karakter (KR)

Hasil penelitian mengenai karakter di kelompokkan kedalam empat

kategori, seperti pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Skor Karakter.

No Skor Frekuensi Persentasi (%) Kategori

1 2 3 4

15 KR 26 26 KR 37 37 KR 48

48 KR 60

3 4

60 129

1,53 2,04

30,61 65,81

Sangat tidak Sesuai Tidak Sesuai

Sesuai Sangat Sesuai

Jumlah 196 100%

Mean Std.deviasi Variansi Minimum Maksimum

80,52 13,951 194.631 22 96

Tabel 4.3 tersebut menunjukkan bahwa skor 15 KR 26 jumlah

frekuensi 3 dengan presentasi 1,53% termasuk kategori sangat tidak sesuai.

Skor 26 KR 37 jumlah frekuensi 4 dengan presentasi 2,04% termasuk

kategori tidak sesuai. Skor 37 KR 48 jumlah frekuensi 60 dengan

presentasi 30,61% termasuk kategori sesuai. Skor 48 KR 60 jumlah

frekuensi 129 dengan presentasi 65,81% termasuk kategori sangat sesuai.

Rata-rata skor karakter siswa adalah 80,52% dari skor ideal 60, yang berarti

karakter siswa tersebut berada dalam kategori tinggi.

Agar lebih mudah di pahami, peneliti menyajikan dalam bentuk diagram

garis.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

58

Garis Distribusi Presentasi (%)

Digram Garis Distribusi Presentasi (%) Skor KD, KE & KR.

Keterangan;

KD= STS 0,51%, TS 6,12%, S 50,51%, SS 42,34%

KE= STS 1,02%, TS 73,46%, S 52,51%, SS 0%

KR= STS 1,53%, TS 2,04%, S 30,61%, SS 65,81%

4. Hasil Belajar

Hasil analisis statistik deskriptif dengan yang berkaitan dengan skor

variabel hasil belajar yang di sajikan pada Tabel 4.4 berikut;

Tabel 4.4 Distribusi Skor Hasil Belajar.

No Skor Frekuensi Persentasi (%) Kategori

1 2 3 4 5

0 - 65 66 – 74 75 – 83 84 – 92 93 - 100

9 32 27 57 71

4,59 16,32 13,77 29,08 36,22

Sangat Rendah Rendah Tinggi

Cukup tinggi Sangat Tinggi

Jumlah 196 100%

Mean Std.deviasi Variansi Minimum Maksimum

80,55 12,580 158,259 25 95

0

50

100

150

200

Sangattidak Sesuai

TidakSesuai

Sesuai SangatSesuai

KR

KE

KD

Page 59: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

59

Tabel 4.4 tersebut menunjukkan bahwa skor 0 – 65 jumlah frekuensi 9

dengan presentasi 4,59% termasuk kategori sangat rendah. Skor 66 – 74

jumlah frekuensi 32 dengan presentasi 16,32% termasuk kategori rendah.

Skor 75 – 83 jumlah frekuensi 27 dengan presentasi 13,77% termasuk

kategori tinggi. Skor 84 – 92 jumlah frekuensi 57 dengan presentasi 29,08%

termasuk kategori cukup tinggi. Dan skor 93 – 100 jumlah frekuensi 71

dengan presentasi 36,22% termasuk kategori sangat tinggi. Rata-rata skor

hasil belajar siswa adalah 80,55% dari skor ideal 100, yang berarti Hasil

siswa tersebut berada dalam kategori tinggi. Agar lebih mudah di pahami

beriku di tampilkan diagram batang hasil belajar siswa sebagai berikut;

1.1 Diagram batang tes hasil belajar.

Keterangan; Sangat Rendah = 4,59% Rendah = 16,32% Tinggi = 13,77% Cukup Tinggi = 29,08 Sangat Tinggi = 36,22

01020304050607080

SangatRendah

Rendah Tinggi CukupTinggi

SangatTinggi

Hasil Belajar

Page 60: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

60

Dari 196 siswa yang di teliti. 9 siswa mendapatkan nilai sangat rendah,

32 siswa mendapatkan nilai rendah, 27 siswa mendapatkan nilai tinggi, 57

siswa mendapatkan nilai cukup tinggi dan 71 siswa mendapatkan nilai sangat

tinggi. Hasil belajar tersebut sesuai dengan hasil pekerjaan siswa yang dapat

di lihat intrumen soal di lampiran.

B. Pengujian Hipotesis

Asumsi Normalitas penting terutama untuk penarikan kesimpulan data

terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan lampiran hasil analisis data dapat

ditarik kesimpulan bahwa setiap variabel dalam analisis ini berasal dari

populasi yang terdistribusi normal dan hubungan kelinearan antar variabel.

Dengan hubungan yang mengikuti garis lurus artinya persamaan regresi

dapat digunakan untuk melakukan prediksi (Prediktion). Dengan terpenuhinya

asumsi normalitas dan linearitas, maka penguji hipotesis penelitian inidengan

menggunakan analisis jalur (path analysis) dapat di lanjutkan.

Pada Bab II telah dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh lansung dan tidak lansung konsep diri terhadap hasil

belajar siswa melalui karakter..

2. Pengaruh langsung dan tidak kecerdasan emosional terhadap

hasil belajar siswa melalui karakter..

3. Pengaruh langsung antara karakter terhadap hasil belajar siswa.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

61

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis

jalur (Path Analysis). Hasil dari analisis jalur dengan Amos for Windows

dapat dilihat pada lampiran hasil analisis dan secara sederhana dapat

dilihat pada Gambar 4.1 berikut:

Keterangan:

= Hubungan kausal

KD = Konsep Diri

KE = Kecerdasan Emosional

KR = Karakter

HB = Hasil Belajar

Gambar 4.1 diperoleh hasil penelitian menunjukkan bahwa semua

koefisien-koefisien jalur signifikan yaitu: Konsep Diri (KD) berpengaruh

terhadap Hasil Belajar (HB) baik secara langsung sebesar 0,23 maupun

tidak langsung melalui Karakter (KR) sebesar 0,54. Kecerdasan

Emosional (KE) berpengaruh terhadap Hasil Belajar (HB) baik secara

langsung sebesar 0,30 maupun tidak langsung melalui Karakter (KR)

sebesar 0,42. Dan pengaruh Karakter (KR) terhadap Hasil Belajar (HB)

sebesar 0,36. Dengan demikian model tersebut layak digunakan.

Koefisien jalur yang signifikan jika koefisien-koefisien jalur yang nilai

Page 62: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

62

probabilitasnya kurang dari 0,05 (p<0,05) atau dapat dilihat tanda (***)

pada tabel (regression weight) berikut:

Tabel 4.5 Regression Weights

Estimate S.E. C.R. P Label

KR <--- KE ,423 ,010 40,448 ***

KR <--- KD ,538 ,010 56,344 ***

HB <--- KR ,355 ,054 6,630 ***

HB <--- KE ,298 ,024 12,466 ***

HB <--- KD ,234 ,030 7,875 ***

Tabel Regression Weights menunjukkan nilai estimasi pengaruh satu

variabel terhadap lainya. Serta probabilitas yang menunjukkan

signifikansi pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lainnya. Tabel

diatas menunjukkan bahwa semua variabel berpengaruh positif terhadap

variabel lainnya. Sehingga taraf signifikannya ( ) Hal ini berakibat

H0 diterima atau dengan kata lain galat taksiran konsep diri, kecerdasan

emosional dan karakter berasal dari populasi berdistribusi normal.

Tabel 4.6 Standardized Regression Weights

Estimate

KR <--- KE ,572

KR <--- KD ,796

HB <--- KR ,399

HB <--- KE ,454

HB <--- KD ,389

Page 63: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

63

Koefisien jalur yang tertera pada Gambar 4.1 merupakan yang

terbakukan (standardized) sehingga dapat membandingkan antara koefisien

yang satu dengan yang lainnya (Tiro, Sukarna & Aswi, 2010:63).

Berdasarkan tabel4.7 dapat disajikan koefisien jalur terbakukan yang dapat

dilihat pada tabel 4.7 (standardized regression), maka dapat dibuat

persamaan struktur sebagai berikut:

Persamaan Struktu 1:

= 0,54 X1 (KD)+ 0,42 X2 (KE) + 3,96 1

Persamaan Struktur 2: Y =

= 0,23 X1 (KD)+ 0,30 X2 (KE) + 0,36 X3 (KR) + 2,22 1

Gambar 4.1 Hasil analisis data hal. 58 menunjukkan koefisien yang

berpengaruh langsung dari KD ke HB sebesar 0,23. Untuk KD ke KR

berpengaruh secara tidak langsung sebesar 0,54. Sedangkan KE ke HB

berpengaruh langsung sebesar 0,30. Untuk KE ke KR berpengaruh secara

tidak langsung sebesar 0,42. Dan pengaruh lansung KR ke HB sebesar 0,36

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsep diri,

kecerdasan emosional dan karakter terhadap hasil belajar IPA siswa sekolah

sekolah dasar. Mengetahui pengaruh konsep diri baik secara langsung

Page 64: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

64

maupun tidak langsung (melalui karakter) terhadap hasil belajar siswa. Dan

pengaruh kecerdasan emosional baik secara langsung maupun tidak lansung

(melalui karakter) terhadap hasil belajar siswa.

1. Konsep Diri berpengaruh Positif terhadap Hasil Belajar Siswa Baik Secara Langsung maupun tidak Langsung (Melalui Karakter).

Hipotesis pertama dalam penelitian ini ialah konsep diri

berpengaruh positif terhadap hasi belajar siswa baik secara lansung

maupun tidak langsung (melalui karakter). Hasil pengujian dengan

menggunakan Amos for Windos yang memaparkan pengaruh secara

langsung konsep diri terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat dari

koefisien jalurnya sebesar 0,23. Sedangkan secara tidak langsung

(melalui Karakter (KR)) sebesar 0,54. Hasil hipotesis di atas

membuktikan bahwa konsep diri berpengaruh positif terhadap hasil

belajar siswa baik secara lansung maupun tidak langsung (melalui

karakter).

Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kantun Toni, dkk (2013). Dengan judul “Determinasi

Konsep Diri, Motivasi Berprestasi, dan Disiplin Belajar terhadap Hasil

Belajar IPA SD Se-Kecamatan Buleleng”. Berdasarkan penelitian

tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

positif dan signifikan antara konsep diri, motivasi berprestasi, dan

Page 65: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

65

disiplin belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar IPA

dengan kontribusi sebesar 24%.

Terkait pengaruh langsung konsep diri terhadap hasil belajar

siswa, hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Thalib (2010) yang

menyatakan bahwa rendahnya konsep diri menjadi predictor problem

prilaku yang berkaitan dengan motivasi belajar yang rendah, sehingga

belajar akan tinggi jika siswa memiliko konsep diri yang baik dan

sebaliknya, jika hasil belajar rendah maka siswa memiliki konsep diri

yang buruk. Seseorang yang memiliki konsep diri yang baik tentunya

akan menghargai setiap bagian hidupnya, mulai dari fisik, karakter dan

tingkat kecerdasannya. Seseorang yang mampu menghargai dirinya

akan memberikan semangat besar bagi masa depannya.

Siswa yang menunjukkan konsep diri yang rendah atau

negatif, akan memandang dunia sekitarnya secara negatif. Sebaliknya

siswa yang mempunyai konsep diri yang tinggi atau positif, cenderung

memandang lingkungan sekitarnya secara positif. Dengan demikian

bahwa konsep diri positif menjadi faktor penting dalam berbagai situasi

psikologi dan pendidikan.

Penelitian ini pula menekankan bahwa secara tidak langsung

melalui karakter, konsep diri yang tinggi mampu meningkatkan

semangat belajar siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

66

Menurut Lickona (2012:32). Karakter merupakan sifat alami seseorang

dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami itu

dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik,

jujur, bertanggungjawab, menghormati orang lain dan karakter mulia

lainnya.

2. Pengaruh Langsung Kecerdasan Emosional terhadap Hasil Belajar Siswa Baik Secara Langsung maupun tidak Langsung melalui Karakter.

Hipotesis kedua dalam penelitian ini ialah kecerdasan

emosional berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa secara baik

secara langsung maupun tidak lansung (melalui Karakter).

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Amos for Windos

yang memaparkan pengaruh secara langsung kecerdasan emosional

terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat dari koefisien jalurnya

sebesar 0,30. Sedangkan tidak langsung melalui Karakter (KR)

sebesar 0,42. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kecerdasan

emosional berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa baik secara

langsung maupun tidak lansung (melalui Karakter).

Hasil penelitian di atas menunjukkan pengaruh positif terhadap

hasil belajar. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Oznur Tulunay

Ates (2014) bahwa “A Different Perspective to Fine Art High School

Students in Emotional Intelligence”. Berdasarkan penelitian tersebut,

Page 67: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

67

diperoleh bahwa, rata-rata total score kecerdasan emosi yang

menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hal sekolah variabel

mana siswa belajar. Dalam studi, EQ T, EQ 1, EQ 2 dan EQ 3 nilai

siswa yang belajar seni dan sekolah tinggi olahraga ditemukan lebih

tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar di sekolah tinggi

lainnya.

Terkait pengaruh langsung kecerdasan emosional terhadap

hasil belajar siswa, hasil penelitian ini di dukung oleh Sardiman

(Purnama, 2000:143), anak yang mencapai suatu prestasi,

sebenarnya merupakan hasil kecerdasan dan minat. Seorang siswa

yang memiliki kecerdasan emosional yang berkembang baik akan

lebih terampil dalam menenangkan diri, lebih baik dalam memusatkan

perhatian dan memotivasi diri untuk meningkatkan minat belajar, serta

lebih cakap dalam memahami orang lain.

Kecerdasan emosional dalam penelitian ini adalah kemampuan

mengendalikan perasaan emosi diri sendiri dan orang lain serta

kemampuan seseorang dalam mengelolah emosinya. Kecerdasan

emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri,

mengelolah emosi diri(empati), dan kemampuan untuk membina

hubungan (kerjasama) dengan orang lain (Samsi, 2011: 26).

Page 68: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

68

3. Pengaruh Karakter terhadap Hasil Belajar Siswa.

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini ialah karakter berpengaruh

positif terhadap hasil belajar siswa secara langsung. Berdasankan

hasil pengujian dengan menggunakan Amos for Windos yang

memaparkan pengaruh secara langsung karakter terhadap hasil

belajar siswa dapat dilihat dari koefisien jalurnya sebesar 0,36.

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa pengaruh dari karakter

terhadap hasil belajar siswa. Sehingga terbukti bahwa karakter

berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa.

Hasil penelitian di atas menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Jumarudin,

dkk (2014). Pada SD Jamblangan, SD Baturetno, dan SD Jaranan

murid kelas V. Dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran

Humanis Religius dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar”.

Berdasarkan penelitian tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan nilai karakter dalam diri peserta didik pada saat

penilaian awal, periode 1, dan periode 2. Nilai karakter yang

mengalami peningkatan pada periode II. Pada periode I, SD

Jomblangan memiliki 3 nilai membudaya dan 2 nilai mulai

berkembang. Pada periode II, meningkat menjadi 5 nilai membudaya.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

69

Sedikit berbeda, pada periode I SD Jaranan sudah memiliki 5 nilai

membudaya. Pada periode II, SD Jaranan juga me-miliki 5 nilai

membudaya. Selanjutnya pada pengujian implementasi di SD

Jomblangan, hasil pengujian pada periode I menunjukkan bahwa nilai

thitung > ttabel, yaitu 12,693 > 1,721 dan nilai p < 0,05, sedangkan

pada periode II menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel, yaitu 4,183 >

1,721 dan nilai p < 0,05. Sementara itu, di SD Jaranan, hasil pengujian

pada periode I menunjukkan bahwa nilai thasil > ttabel, yaitu 14,223 >

1,721 dan nilai p < 0,05 dan pada periode II menunjukkan bahwa nilai

thitung > ttabel, yaitu 3,813 > 1,721 dan nilai p < 0,05. Dengan

demikian, hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh model

pembelajaran humanis religius dalam pendidikan karakter di sekolah

dasar terhadap penanaman karakter dalam diri peserta didik.

Pengaruh karakter terhadap hasil belajar siswa, penelitian ini di

dukung oleh Menurut Suyanto (2012:33), Karakter adalah cara berfikir

dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan

bekerjasama, baik dilingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara. Sedangkan Menurut Kemendiknas (Haryati, 2010: 5), Karakter

adalah sebagai nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai kebaikan, mau

berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap

Page 70: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

70

lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam

perilaku (Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa).

4. Keterbatasan Penelitian.

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan,

antara lain:

a. Instrumen (tes) hasil belajar IPA yang digunakan untuk mengukur

kognitif siswa, masih di ujicobakan sebanyak satu kali, kemudian

bentuk tes berupa Pilihan Ganda (PG) belum menjamin kesalahan

siswa dalam mengisi tes diakibatkan karena ketidaktahuan siswa,

bisa jadi faktor pengecoh yang baik.

b. Instrumen untuk mengukur hasil belajar afektif siswa hanya

menggunakan skala sikap yang diisi sendiri oleh siswa tersebut

sesuai dengan apa yang dipikirkannya.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada bab sebelumnya,

beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Konsep diri (KD) berpengaruh positif terhadap hasil belajar (HB)

baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui Karakter

(KR)). Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa pengaruh

konsep diri terhadap hasil belajar siswa lebih besar jika melalui

karakter dii bandingkan dengan secara langsung. Sehingga terbukti

bahwa berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa, baik

secara langsung maupun tidak langsung melalui karakter yaitu

sebesar 0,54.

2. Kecerdasan emosional (KE) berpengaruh positif terhadap hasil

belajar (HB) baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui

Karakter (KR)). Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa

pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar siswa lebih

besar jika melalui karakter dii bandingkan dengan secara langsung.

Sehingga terbukti bahwa berpengaruh positif terhadap hasil belajar

71

Page 72: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

72

siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

karakter yaitu sebesar 0,42.

3. Pengaruh Karakter terhadap hasil belajar berpengaruh secara

signifikan yaitu 0,36.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan, antara lain:

1. Kepada para siswa sebaiknya memperhatikan faktor-faktor

psikologis siswa diantaranya konsep diri, kecemasan emosional,

dan karakter dalam belajar sehingga dapat berimplikasi pada

peningkatan hasil belajarnya.

2. Bagi guru dalam proses belajar mengajar sebaiknya guru

memandang dirinya secara positif dan mengekspresikan

perasaan-perasaan secara positif sehingga akan berpengaruh

terhadap perkembangan konsep diri siswa. Demikian juga, jika

guru sering memberikan label yang positif kepada siswa seperti

pandai, misalnya, maka pada akhirnya anak akan mempercayai

penilain positif tersebut dan memandang dirinya secara positif

serta menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa.

Tumbuhnya kepercayaan diri siswa dapat mempengaruhi

perkembangan kecerdasan emosional anak sehingga mem

pengaruhi pada hasil belajar anak.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu hal yang pokok dalam kehidupan manusia. Pendidikan di Indonesia terbagi dalam tiga …

73

3. Bagi guru dalam proses belajar mengajar guru diharapkan tidak

melakukan interpensi sehingga membuat anak merasa tertekan

dalam proses pembelajaran yang menyebabkan siswa merasa

cemas dan tidak mampu mengelolah emosinya, sehingga dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa.

4. Bagi penulis lain atau calon peneliti untuk menulis dan melakukan

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan variabel pada

penulisan ini atau mengaitkannya dengan variabel lain demi

pengembangan hasil belajar pada masa yang akan datang.