bab i pedahuluan 1.1 latar belakang kinerja suatu portofolio
TRANSCRIPT
1
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kinerja suatu portofolio harus selalu dipantau untuk menjaga kinerja
portofolio agar tetap optimal. Kondisi pasar yang berubah misalnya akan berpotensi
mempengaruhi kinerja portofolio. Jika kinerja portofolio menjadi tidak optimal
karena kondisi pasar berubah, maka portofolio perlu diseimbangkan kembali
(rebalancing).
Evaluasi kinerja portofolio terkait dengan dua isu utama, yaitu: (1)
mengevaluasi apakah return portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan
return melebihi (di atas) return portofolio lainnya yang dijadikan patok duga
(benchmark), dan (2) mengevaluasi apakah return yang diperoleh sesuai dengan
tingkat risiko yang ditanggung. (Tandelilin, 2010).
Kinerja portofolio dapat dihitung berdasarkan return portofolionya saja.
Adanya tukaran (trade-off) antara return dan risiko, pengukuran portofolio
berdasarkan return saja mungkin tidak cukup, tetapi harus dipertimbangkan
keduanya yaitu return dan risiko. Pengukuran yang melibatkan kedua faktor ini
disebut dengan return sesuaian risiko (risk-adjusted return) (Jogiyanto, 2007).
Ukuran kinerja portofolio yang bersifat risk-adjusted berarti bahwa
pengukuran kinerja portofolio tidak hanya dilihat dari besarnya return portofolio,
tetapi juga harus memperhatikan besarnya risiko yang harus ditanggung untuk
memperoleh besarnya return tersebut. Setiap investor mempunyai persepsi yang
2
berbeda mengenai risiko sehingga ada kendala dalam mengukur kinerja portofolio
saham. Investor yang tidak menyukai risiko (risk aversion) mempunyai preferensi
yang berbeda mengenai suatu kinerja portofolio dengan seorang investor yang
menyukai risiko (risk taker). Preferensi ini akan diterima berbeda oleh investor
dalam melihat kinerja portofolio saham, akan tetapi patokan yang pasti adalah
apabila portofolio tersebut berada di atas Capital Market Line atau Security Market
Line (Jensen, 1968) yang diistilahkan sebagai beat the market.
Perkembangan selanjutnya muncul indeks pengukuran kinerja portofolio
berdasarkan risk adjusted return yang dikembangkan oleh Sharpe (1965), Treynor
(1966) dan Jensen (1968). Indeks Sharpe menekankan pada risiko total (deviasi
standar), Indeks Treynor menekankan pada risiko sistematis yang diukur dengan
beta, Indeks Jensen menekankan pada perbedaan antara tingkat return aktual yang
diperoleh portofolio dengan tingkat return yang diharapkan jika portofolio tersebut
berada pada garis pasar modal (Jogiyanto, 2009).
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa diantara hasil perhitungan indeks
akan memberikan informasi peringkat kinerja portofolio yang berbeda. Korelasi
diantara indeks tersebut akan mencerminkan konsistensi diantara indeks dalam
memberikan informasi peringkat kinerja suatu portofolio. Konsistensi risk-adjusted
performance yang diukur dengan menggunakan indeks Sharpe, indeks Treynor dan
indeks Jensen tercermin dari signifikansi nilai korelasi ketiga alat ukur pada
berbagai kelompok portofolio saham. Indeks yang memiliki nilai korelasi tertinggi
pada berbagai kelompok portofolio saham dapat dikatakan sebagai indeks yang
3
memiliki konsistensi lebih baik dibandingkan dengan indeks yang lainnya
(Wiksuana dan Purnawati, 2008).
Uji konsistensi risk-adjusted performance begitu penting bagi investor
mengingat tiap-tiap alat ukur memiliki tujuan dan relevansinya terhadap pemilihan
investor dalam mengalokasikan dananya serta mengukur tingkat keberhasilan
manajer investasi dalam mengelola dana investor. Hasil uji konsistensi risk-adjusted
performance akan memberikan informasi kepada investor mengenai alat ukur yang
mampu memberikan informasi yang sama atau konsisten kepada investor mengenai
kinerja suatu portofolio, sehingga pengambilan keputusan investasi dapat dilakukan
dengan tepat.
Penelitian mengenai pengujian konsistensi indeks Sharpe, indeks Treynor
dan indeks Jensen sudah pernah dilakukan, baik penelitian dalam maupun luar
negeri. Hasil penelitian yang menemukan bahwa indeks Sharpe, indeks Treynor dan
Indeks Jensen memiliki konsistensi diantara ketiga alat ukur tersebut diantaranya
Yasmin dan Lawrence (1996) melakukan pengujian terhadap konsistensi indeks
Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen pada reksa dana di Inggris selama
periode 1975 sampai dengan 1993. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa
korelasi terhadap ketiga indeks Sharpe, indeks Jensen, dan indeks Treynor
menunjukkan derajat yang tinggi, artinya bahwa terjadi konsistensi terhadap
ketiganya. Konsistensi ketiga alat ukur risk adjusted return tersebut juga ditemukan
dalam penelitian Wahyudi (2003) dalam Wiksuana dan Purnawati (2008)
menghasilkan simpulan bahwa tidak ada perbedaan kinerja berdasarkan variabel
4
risiko dan return yang diukur dengan indeks Treynor, indeks Sharpe, dan indeks
Jensen, baik pada investasi insurancelinked saham maupun reksa dana saham.
Hasil penelitian dari Yasmin dan Lawrence (1996) juga didukung oleh hasil
penelitian dari Kurniawan dan Purnama (2001), Tuncer et al. (2001), Fadlul Fitri
(2002), Yusman Suryawan (2003), Jagric et al. (2006), Ferdian dan Dewi (2006),
Dharani and Natrajam (2008) Thanou (2008) dan Agustin Sulistyorini (2009), Nur
Atiqah Abdullah (2009) serta Kuolis et.al (2011) yang menemukan bahwa ketiga
alat ukur tersebut memberikan hasil yang konsisten.
Ketiga alat ukur kinerja tersebut tidak selalu memberikan hasil yang
konsisten. Penelitian Wilson dan Jones (1981) terhadap 34 reksa dana di Amerika
Serikat menemukan bahwa hubungan antara ketiga alat ukur indeks Sharpe, indeks
Jensen, dan indeks Treynor bisa negatif atau positif tergantung pada return pasar
yang digunakan sebagai variabel bebas (independent Variabel). Hasil penelitian ini
juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Debabsish (2007),
Wiksuana dan Purnawati (2008) yang menemukan hasil bahwa tidak selalu ketiga
alat ukur tersebut memberikan hasil yang konsisten.
Hasil penelitian terdahulu yang berbeda tersebut ditemukan juga persamaan
hasil penelitian oleh Wiksuana dan Purnawati (2008) dan Agustin Sulistyorini
(2009) yang menemukan hasil bahwa indeks Treynor merupakan alat ukur yang
memiliki konsistensi lebih baik diantara ketiga alat ukur untuk pasar modal di
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa masih
terdapat kesenjangan penelitian (research gap) yang menyatakan bahwa ada
5
tidaknya konsistensi diantara ketiga alat ukur tersebut, untuk itu menarik untuk
dikaji kembali untuk uji konsistensi kembali terhadap alat ukur kinerja portofolio
saham di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan tiga alat ukur, dalam
penelitian ini akan ditambahkan satu alat ukur yakni M2. Indeks M2 dikembangkan
oleh Franco dan Leah Modigliani (1994). Indeks M2 layak untuk digunakan sebab
penekanan yang digunakan dalam indeks ini yakni adanya penyesuaian return
portofolio dengan tingkat risikonya menjadi sama dengan tingkat risiko pasar,
sehingga perbandingan antara kinerja portofolio dengan kinerja return pasar akan
lebih mudah (Jogiyanto, 2009).
Penelitian ini menggunakan empat model penilaian kinerja portofolio saham
optimal yakni indeks Sharpe indeks Treynor, indeks Jensen’s dan indeks M2 untuk
mengukur kinerja portofolio saham di BEI, untuk itu diangkat judul dalam
penelitian ini yakni “Konsistensi Risk Adjusted Performance Sebagai Pengukur
Kinerja Portofolio Saham Di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat pokok permasalahan dalam
penelitian adalah
1) Apakah risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks
Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 konsisten sebagai pengukur kinerja
portofolio saham di Bursa Efek Indonesia?
6
2) Apakah risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks
Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 memiliki perbedaan hasil yang
signifikan dalam mengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek
Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut
1) Untuk mengetahui konsistensi risk-adjusted performance yang meliputi
indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 dalam
mengukur kinerja portofolio saham-saham di BEI.
2) Untuk mengetahui signifikansi perbedaan hasil perhitungan risk-adjusted
performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen
dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio saham-saham di BEI.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan refrensi
penelitian khusunya mengenai kinerja portofolio saham yang optimal dengan
menggunakan model risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe,
indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio
saham-saham di BEI.
7
2) Manfaat Empiris
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber referensi bagi
calon investor terhadap pertimbangan dalam investasi di pasar modal.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Investasi
Investasi dapat diartikan setiap penggunaan dana dengan memperoleh
penghasilan (Husnan, 2008:46). Investasi adalah penempatan sejumlah dana
pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan
datang. Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di
dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Halim, 2005:56).
Investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama yaitu investasi
dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat berharga
(marketable securities atau financial assets). Aktiva riil adalah aktiva berwujud
seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real assets. Aktiva finansial
berupa surat-surat berharga yang merupakan ”claim” atas aktiva riil (Joyiganto,
2007:34).
Salah satu alternatif investasi di pasar modal adalah saham. Investasi
dalam bentuk saham sebagai investasi jangka pendek dan investasi jangka
panjang tergantung dari tujuan pembeliannya. Investasi dalam bentuk saham
yang dikelompokkan sebagai investasi jangka panjang biasanya dilakukan
dengan berbagai tujuan (Jones, 2000) yaitu (1) untuk mengawasi perusahaan itu,
(2) untuk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode, (3) untuk
9
membentuk suatu dana khusus, (4) untuk menjamin kontinuitas suplai bahan, (5)
untuk menjaga hubungan antar anak perusahaan.
Investasi di pasar modal akan memberikan berbagai keuntungan bagi
pemegang saham yaitu antara lain kemungkinan memperoleh capital gain, memiliki
hak prioritas untuk membeli bukti right yang dikeluarkan perusahaan, kemungkinan
memperoleh hak atas saham bonus, waktu pemilihan tidak terbatas, dan berakhir
pada saat menjual kembali saham, dan memberikan hak suara dalam rapat umum
pemegang saham.
Proses investasi menunjukkan bagaimana seorang investor membuat
keputusan investasi pada efek-efek yang biasa dipasarkan, dan kapan dilakukan.
Untuk mengambil keputusan tersebut dilakukan langkah-langkah;
i. Menentukan kebijakan investasi
Disini pemodal perlu menentukan tujuan investasinya tersebut akan
dilakukan, karena ada hubungan yang positif antara risiko dan keuntungan
investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya
adalah mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya, tetapi menyadari bahwa
ada kemungkinan untuk menderita rugi, jadi tujuan investasi harus
dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
ii. Analisis Sekuritas
Tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk
mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya
10
terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan analisis ini dapat mendeteksi
sekuritas-sekuritas tersebut.
iii. Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut
identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa
proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas
tersebut. Pemilihan banyak sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi
risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain:
preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya.
iv. Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya,
dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan portofolio yang telah
dimiliki. Apabila portofolio sekarang tidak optimal atau tidak sesuai
dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan
perubahan terhadap sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.
v. Evaluasi Kinerja
Tahap ini pemodal atau investor melakukan penilaian terhadap
kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan
yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak benar kalau
portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik
dari portofolio lainnya (Jogiyanto, 2007).
11
2.2 Kinerja Portofolio
Perkembangan konsep pengukuran kinerja portofolio terjadi pada akhir
tahun 1960-an yang dipelopori oleh Wiliam Sharpe, Trenor, dan Michael Jensen.
Konsep ini berdasarkan teori Capital Market. Ketiga ukuran ini dikenal dengan
istilah composite (risk-adjusted) measure of portofolio performance karena
mengkombinasikan antara return dan risk dalam suatu perhitungan, dalam
perkembangannya model pengukuran kinerja portofolio terdiri dari empat model
yakni indeks Sharpe (reward to variability) indeks Treynor (reward to volatility)
indeks Jensen (Jensen’s alpha) dan M2. Penjelasan keempat ukuran kinerja tersebut
adalah sebagai berikut: (Jogiyanto, 2009)
1) Indeks Sharpe (Reward to variability)
Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan
dengan membagi return lebih (excess return) dengan variabilitas
(variability) return portofolio. Pengukur kinerja portofolio ini disebut
dengan pengukur Sharpe (Sharpe Measure) atau disebut dengan nama
reward to variability (RVAR) yang dikenalkan oleh William F. Sharpe pada
tahun 1965 sebagai berikut:
RVAR =TRp − R
σ
Keterangan:
RVAR = reward to variability atau pengukur Sharpe
푇푅푝 = rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu
12
푅 = rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu
휎 = variabilitas yang diukur dengan deviasi standar dari return
portofolio dalam periode tertentu
푇푅푝 − 푅 = excess return portofolio
Nilai RVAR menunjukan kinerja dari portofolio. Semakin besar nilai
RVAR semakin baik kinerja dari portofolionya.
2) Indeks Treynor (Reward to Volatility )
Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan
dengan membagi excess return dengan volatilitas (volatility) portofolio.
Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Treynor (Treynor
Measure) atau disebut dengan nama reward to volatility (RVOL) yang
dikenalkan oleh Jack L. Treynor pada tahun 1966 sebagai berikut.
RVOL =TRp − R
β
Keterangan:
RVOL = reward to volatility atau pengukur Treynor
푇푅푝 = rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu
푅 = rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu
훽 = volatilitas yang diukur dengan beta portofolio periode tertentu
푇푅푝 − 푅 = excess return portofolio
13
Nilai RVOL menunjukan kinerja portofolio. Semakin besar nilai
RVOL semakin baik kinerja portofolionya. Berbeda dengan Sharpe, Treynor
membagi return lebih portofolio (reward) dengan beta portofolio. Treynor
berargumentasi bahwa portofolio yang dibentuk mestinya adalah portofolio
optimal, maka risiko unik (unsystematic risk) dapat diabaikan dan yang
masing tertinggal adalah risiko sistematik (systematic risk) yang diukur
dengan beta.
3) Indeks Jensen (Jensen’s Alpha)
Jika diperhatikan pengukur Sharpe (RVAL) dan pengukur Treynor
(RVOL) sebenarnya adalah mengukur sudut dari portofolio. Semakin besar
sudut atau slope dari portofolio, semakin baik kinerja portofolionya, selain
sudut, kinerja portofolio juga dapat ditentukan juga oleh intersepnya
(intercept). Semakin tinggi intersepnya semakin tinggi return portofolionya.
Pengukuran intersep ini dikenalkan oleh Micheal C. Jensen pada tahun 1968.
Pengukuran ini disebut dengan nama Jensen’s alpha yang dikembangkan
dari CAPM. Persamaan CAPM untuk portofolionya adalah sebagai berikut:
E(R ) = R + β {(E(R )−R )}
Karena digunakan untuk mengukur kinerja historis portofolio, maka,
nilai ekspektasian di persamaan CAPM dan nilai RBR diganti dengan nilai
rata-rata historisnya sebagai berikut:
α = TRp −R + β (R −R )
Atau dapat juga ditulis sebagai berikut:
14
α = TRp −R −β (R −R )
dan selanjutnya dapat ditulis:
α = (TRp −R ) −β (R −R )
Keterangan:
αP = Jensen’s alpha
푇푅푝 = rata-rata return portofolio periode tertentu
푅 = rata-rata return aktiva bebas risiko periode tertentu
푅 = rata-rata return pasar periode tertentu
푇푅푝 −푅 = rata-rata premium risiko portofolio
푅 −푅 = rata-rata premium risiko pasar
4) Pengukur M2
Pengukur yang lebih mudah untuk membandingkan kinerja
portofolio dengan kinerja pasar diusulkan oleh John G. Graham dan
Campbel R. Harvey pada tahun 1994 dan selanjutnya lebih dipopulerkan
oleh Franco Modigliani dengan cucunya yang bernama Leah Modigliani,
sehingga dikenal dengan nama pengukur M2. Nilai M2 adalah sebesar:
M = TR∗ − R
Untuk menentukan nilai TRP*
TR∗ = TR − R + R
Keterangan:
M2 = Rasio Modigliani dan Modigliani
15
푇푅 = total return portofolio
푅 = nilai risk free
휎 = risiko pasar
휎 = risiko portofolio
푇푅∗ = Total return portofolio yang disesuaikan.
Penelitian mengenai pengukuran kinerja portofolio sudah banyak dilakukan.
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Yasmin dan Lawrence (1996) yang berjudul
“The Performance of UK Invesment Trust”. Penelitian ini menilai kinerja portofolio
reksadana di Inggris. Dalam penelitian ini menggunakan tiga metode yakni Sharpe,
Treynor dan Jensen, dengan alat analisis Uji Statistik Durbin Watson. Hasil
penelitiannya menemukan bahwa indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen
memiliki korelasi yang tinggi diantara ketiga alat ukur tersebut.
Penelitian dari Kurniawan dan Purnama (2001) yang berjudul “Analisis
Kinerja Portofolio Saham Berdasarkan Model Indeks Tunggal dan Rasionalitas
Investor Saham (Studi Kasus terhadap Kelompok Saham LQ 45 dan 20 Top
Gainers)”, dalam penelitian ini menguji konsistensi tiga model yakni indeks Sharpe,
indeks Treynor dan indeks Jensen, dengan menggunakan alat analisis uji-t. Hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks
Jensen konsisten dalam mengukur kinerja portofolio LQ 45.
Penelitian lain yang menyimpulkan bahwa terdapat konsistensi diantara
model risk adjusted performance adalah penelitian Tuncer et al. (2001) yang
berjudul “Evaluation of Portfolio Performance Of Turkish Investment Funds”,
16
penelitian ini menguji empat model yakni indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks
Jensen dan indeks Graham dan Harvey. Hasil penelitiannya menemukan bahwa
keempat model tersebut menunjukan hasil korelasi positif dan signifikan.
Penelitian oleh Fadlul Fitri (2002) yang berjudul “Uji Konsistensi antara
Sharpe, Jensen, dan Treynor Indeks sebagai Alat Ukur Kinerja Portofolio (Studi
Empiris pada BEJ Periode Juli 1994 sampai Juli 1997)”. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa ketiga alat ukur tersebut memiliki konsistensi dalam
mengukur kinerja portofolio saham pada BEJ. Penelitian yang dilakukan oleh
Yusman Suryawan (2003) yang berjudul “Evaluasi Kinerja Portofolio Saham di BEJ
(Studi Empiris Saham-Saham LQ 45)”. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
ketiga alat ukur tersebut memiliki konsistensi.
Penelitian oleh Jagric et al., (2006) yang berjudul “Risk-adjusted
performance of mutual funds: Some tests”, penelitian ini menguji konsistensi tiga
metode yakni metode Sharpe, metode Treynor dan metode Jensen. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa penilaian kinerja portofolio selalu menunjukan
hasil yang sama dengan metode Sharpe, metode Treynor dan metode Jensen.
Penelitian dari Ferdian dan Dewi (2006) yang berjudul “The Performance Analysis
of Islamic Mutual Funds–A Comparative Study between Indonesia and Malaysia”,
menguji konsistensi tiga metode yakni metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa penilaian kinerja portofolio menunjukan hasil
yang sama dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen.
17
Penelitian yang dilakukan oleh Debabsih (2007) yang berjudul
“Performance Evalution Mutual Funds.”. Penelitian ini menguji tiga metode yakni
metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Sharpe
dan Treynor menunjukan hasil pengukuran yang sama sedangkan Jensen
menunjukan hasil pengukuran yang berbeda.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Dharani dan Natrajam (2008) yang
berjudul “Equanimity of Risk and Return Relationship between Shariah Index and
General Index in India”. Penelitian ini menggunakan tiga metode yakni metode
Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa metode Sharpe,
Treynor dan Jensen tidak berbeda signifikan dan konsisten. Penelitian oleh Thanou
(2008) yang berjudul “ Mutual Fund Evaluation During Up and Down Market
Conditions: The Case of Greek Equity Mutual Funds”. Penelitian ini menguji tiga
metode yakni metode Sharpe, Treynor dan Jensen dengan metode analisis spearman
rank correlation. Hasil penelitian ini menemukan bahwa metode Sharpe, Treynor
dan Jensen memiliki korelasi yang tinggi dan tidak berbeda secara signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiksuana dan Purnawati (2009) yang
berjudul “Konsistensi Risk-Adjusted Performance Sebagai Pengukur Kinerja
Portofolio Saham di Pasar Modal Indonesia” penelitian ini menggunakan tiga indeks
yakni indeks Sharpe, indeks Treynor dan indeks Jensen. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa ketiga alat ukur tersebut tidak konsisten dalam mengukur kinerja
portofolio saham di pasar modal Indonesia. Konsistensi yang ditemukan diantara
18
indeks Sharpe dengan indeks Treynor, indeks Treynor dengan indeks Jensen, namun
antara indeks Sharpe dan indeks Jensen tidak konsisten.
Penelitian oleh Agustin Sulistyorini (2009) yang berjudul “Analisis kinerja
portofolio saham dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen (Saham LQ 45 di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2003 sampai dengan 2009)”. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan diantara ketiga metode
pengukuran tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Atiqah Abdullah dan Nur
Adiana Abdullah (2009) yang berjudul “The Performance Of Malaysian Unit Trusts
Investing In Domestic Versus International Markets”. Penelitian ini menggunakan
tiga metode yakni metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil penelitiannya
menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan diantara ketiga alat ukur
tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Kuolis et al. (2011) yang berjudul “An
Assessment of the Performance of Greek Mutual Equity Funds Selectivity and
Market Timing”. Penelitian ini menguji dua metode yakni metode Sharpe dan
Treynor. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kedua metode tersebut memiliki
peringkat yang sama dalam menilai kinerja portofolio.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu tersebut terdapat dua hasil
penelitian yang bertolak belakang yakni, penelitian yang menyimpulkan bahwa
diantara model risk adjusted return memiliki konsistensi, adapun penelitian yang
mendukung hasil penelitian ini yakni penelitian oleh Yasmin dan Lawrence (1996),
Kurniawan dan Purnama (2001), Tuncer et al. (2001), Fadlul Fitri (2002), Yusman
Suryawan (2003), Jagric et al. (2006), Ferdian dan Dewi (2006), Dharani dan
19
Natrajam (2008) Thanou (2008), Agustin Sulistyorini (2009), Nur Atiqah Abdullah
dan Nur Adiana Hiau Abdullah (2009) dan Kuolis et. al (2011), sedangkan hasil
penelitian yang menyimpulkan bahwa tidak adanya konsistensi diantara model risk
adjusted performance didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Debabsish (2007) dan Wiksuana dan Purnawati (2008). Secara garis besar
penelitian-penelitian terdahulu dirangkum pada lampiran 1.
2.3 Return dan Risiko
Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return.
Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi
yang sudah terjadi atau return ekspektasi (expected return) yang belum terjadi tetapi
yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Fauzi,2004).
Jorion (2000), menyatakan risiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak
diekspektasi, secara keseluruhan nilai dari aset atau kewajiban dari bunga. Gup (1998)
mengemukakan bahwa risiko adalah penyimpangan dari return yang diharapkan
(expected return), sedangkan menurut Jones (1996) risiko adalah kemungkinan
pendapatan yang akan diterima (actual return) dalam suatu investasi akan berbeda
dengan pendapatan yang diharapkan (expected return). Bringham dan Gapenski
(1999), berpendapat bahwa risiko merupakan kemungkinan keuntungan yang diterima
lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan. Teori portofolio menyatakan bahwa
risiko sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan.
Risiko mempunyai dua dimensi, yaitu menyimpang lebih besar atau lebih kecil
dari return yang diharapkan, maka muncul konsep ukuran penyebaran yang
20
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan nilai yang akan kita
peroleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Ukuran ini dinyatakan dalam standar
deviasi atau variance (bentuk kuadrat dari standar deviasi) yang merupakan ukuran
untuk risiko total.
2.4 Teori Portofolio
Teori Portofolio modern diperkenalkan oleh Markowitz (1952) yang
menggunakan pengukuran statistik dasar untuk menerangkan portofolio, yaitu
expected return, standar deviasi sekuritas atau portofolio dan korelasi antar return.
Markowitz menyatakan bahwa secara umum risiko dapat dikurangi dengan
menggabungkan beberapa sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio dengan syarat
return-return sekuritas tidak berkorelasi positif sempurna. Manajemen portofolio
mengenal adanya konsep pengurangan risiko, sebagai akibat penambahan sekuritas ke
dalam portofolio. Konsep tersebut menyatakan bahwa jika dilakukan penambahan
secara terus-menerus jenis sekuritas ke dalam portofolio, maka manfaat pengurangan
risiko akan semakin besar sampai pada titik tertentu dimana manfaat pengurangan
tersebut mulai berkurang. Semakin banyak jumlah yang dimasukkan ke dalam
portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko.
Menurut Tandelilin (2001), konsep pengurangan risiko tersebut sejalan dengan
law of large number dalam statistik, yang menyatakan semakin besar ukuran sampel,
semakin besar kemungkinan rata-rata sampel mendekati nilai yang diharapkan dari
populasi. Manfaat pengurangan risiko dalam portofolio akan mencapai titik
puncaknya pada saat portofolio asset terdiri dari jumlah tertentu, dan setelah itu
21
manfaat pengurangan risiko tidak terasa lagi. Risiko portofolio dihitung dari
kontribusi risiko asset terhadap risiko portofolio, dengan demikian untuk menurunkan
risiko perlu dilakukan diversifikasi.
Menurut Husnan (2001), risiko dalam investasi saham dibagi dua, yaitu risiko
tidak sistematis (unsystematic risk) dan risiko sistematis (systematic risk). Risiko tidak
sistematis merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor mikro yang terdapat
pada perusahaan atau industri tertentu seperti perubahan struktur permodalan,
perubahan struktur aktiva, kondisi lingkungan kerja, penurunan tingkat penjualan dan
lain-lain, sehingga pengaruhnya hanya terbatas pada perusahaan atau industri tersebut,
dan risiko inilah yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi dalam portofolio,
sedangkan risiko sistematis merupakan risiko yang disebabkan oleh berbagai faktor
makro yang mempengaruhi semua perusahaan dan industri seperti perubahan tingkat
suku bunga, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, resesi ekonomi dan
lain-lain. Risiko ini disebut juga inherent risk atau market risk, yaitu risiko yang tidak
dapat dihilangkan melalui diversifikasi dalam portofolio. Risiko sistematis diukur
dengan koefisien beta, yang mengukur tingkat kepekaan terhadap perubahan pasar.
Kedua jenis risiko tersebut, jika digambarkan akan menjadi risiko total, dapat dilihat
pada Gambar 2.1.
22
Gambar 2.1 Risiko Total, Risiko Tidak Sistematis, dan Risiko Sistematis
Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa semakin banyak jumlah
saham dalam portofolio, maka semakin kecil unsystematic risk, oleh karena
unsystematic risk dapat dihilangkan dengan cara di diversifikasi, maka risiko ini
menjadi tidak relevan dalam portofolio. Sehingga yang relevan bagi investor adalah
risiko dasar (systematic risk) yang diukur dengan beta (β).
Menurut Solnik (1995), risiko dapat dikurangi secara substansial melalui
diversifikasi dalam saham domestik. Studinya memberikan suatu analisis tentang
jumlah saham optimal yang dibutuhkan untuk mencapai diversifikasi yang pantas
dan efektif dengan biaya rendah. Fabozzi (1999) mengartikan diversifikasi
portofolio sebagai pembentukan portofolio sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi risiko portofolio tanpa mengorbankan pengembalian yang dihasilkan.
Para investor yang mengkhususkan diri dalam satu kelompok aktiva misalnya
saham, juga menganggap perlu dilakukan diversifikasi portofolio. Diversifikasi
portofolio dalam hal ini adalah seluruh dana yang ada seharusnya tidak
23
diinvestasikan ke dalam bentuk satu saham perusahaan saja, tapi portofolio harus
terdiri dari saham banyak perusahaan.
Solnik (1995) juga mengatakan bahwa risiko total dari portofolio tidak hanya
bergantung jumlah saham yang terdapat dalam portofolio, tetapi juga pada risiko
dari tiap-tiap saham individu dan tingkat dimana risiko itu independen. Solnik
kembali menyebutkan bahwa saham domestik cenderung naik atau turun bersama-
sama karena dipengaruhi oleh kondisi domestik, seperti pengumuman tentang suplai
uang, pergerakan suku bunga, defisit anggaran dan pertumbuhan nasional.
Jones (1996) mengemukakan bahwa beta adalah ukuran risiko sistematis
sekuritas yang merupakan bagian dari risiko total dan tidak bisa dihilangkan melalui
diversifikasi. Jogiyanto (2009) menyatakan bahwa beta merupakan pengukur
volatilitas return sekuritas atau return portofolio terhadap pasar. Beta portofolio
mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar, sehingga beta
merupakan pengukur risiko sistematis dari sekuritas atau portofolio relatif terhadap
pasar. Jones (1996) mengemukakan bahwa beta adalah ukuran risiko sistematis
sekuritas yang merupakan bagian dari risiko total dan tidak bisa dihilangkan melalui
diversifikasi, sedangkan Jogiyanto (2009) mengemukakan bahwa beta merupakan
pengukur volatilitas return sekuritas atau return portofolio terhadap pasar. Beta
portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar, sehingga beta
merupakan pengukur risiko sistematis dari sekuritas atau portofolio relatif terhadap
pasar.
24
2.5 Penentuan Portofolio
Investor yang rasional akan menginvestasikan dananya dengan memilih
saham yang efisien, yang memberikan return maksimal dengan risiko tertentu, atau
return tertentu dengan risiko minimal. Menghindari atau memperkecil risiko,
investor perlu melakukan strategi diversifikasi atas investasinya dengan membentuk
portofolio yang terdiri atas beberapa saham yang dinilai efisien. Menurut Sharpe,
Alexender dan Bailey (1995), portofolio dikategorikan efisien apabila memiliki
tingkat risiko yang sama, mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi,
atau mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama, tetapi dengan risiko yang
lebih rendah.
Jogiyanto (2009) menyatakan bahwa investor dapat memilih kombinasi dari
aktiva-aktiva untuk membentuk portofolionya. Seluruh set yang memberikan
kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi n-aktiva yang tersedia
disebut dengan opportunity set atau attainable set. Lebih lanjut Jogiyanto
menyatakan bahwa semua titik di attainable set menyediakan semua kemungkinan
portofolio baik yang efisien maupun yang tidak efisien yang dapat dipilih oleh
investor. Investor yang rasional tidak akan memilih portofolio yang tidak efisien.
Rasional investor hanya tertarik dengan portofolio yang efisien. Kumpulan (set) dari
portofolio yang efisien ini disebut dengan efficient set atau efficient frontier.
Portofolio dikategorikan efisien apabila memiliki tingkat risiko yang sama,
mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, atau mampu
menghasilkan tingkat keuntungan yang sama, tetapi dengan risiko yang lebih
25
rendah. Portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari
sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien (Tandelilin,
2001). Investor memilih portofolio yang memberi kepuasan melalui risiko dan
return, dengan memilih sekuritas yang berisiko. Portofolio-portofolio efisen berada
di efficient set.
Portofolio-portofolio efisien merupakan portofolio-portofolio yang baik,
tetapi bukan yang terbaik. Hanya ada satu portofolio yang terbaik, yaitu portofolio
optimal. Portofolio optimal berada di portofolio-portofolio efisien. Suatu portofolio
optimal juga sekaligus merupakan suatu portofolio efisien, tetapi suatu portofolio
efisien belum tentu portofolio optimal. Portofolio efisien hanya mempunyai satu
faktor yang baik, yaitu faktor return ekspektasinya atau faktor risikonya, belum
tentu terbaik keduanya. Portofolio optimal merupakan portofolio dengan kombinasi
return ekspektasi dan risiko terbaik (Jogiyanto, 2009).
Penelitian mengenai kinerja portofolio pasar dan kinerja portofolio saham
banyak dilakukan dengan hasil yang berbeda. Terdapat dua pandangan dari
penelitian-penelitian sebelumnya, dasar teori yang mengasumsikan bahwa pasar
efisien menyimpulkan bahwa kinerja portofolio saham diatas kinerja portofolio
pasar, sedangkan dasar teori yang mengasumsikan bahwa pasar dinamis
menyimpulkan sebaliknya (Ippolito, 1989).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Malkiel (1996) dan Amalia (1999)
berpendapat bahwa kinerja portofolio saham tidak selalu lebih baik dari kinerja
portofolio pasar. Fransiscus (2002) melakukan penelitian yang berpendapat bahwa
26
kinerja portofolio reksadana saham tidak selalu lebih baik dari kinerja portofolio
pasarnya, ada pula yang sebaliknya berpendapat bahwa kinerja portofolio saham
yang dibentuk dapat lebih baik dari kinerja portofolio pasar, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Grinblatt (1993), Modigliani (1997), Nuki (1998) dan Darmawan
(1998) berpendapat bahwa kinerja portofolio reksadana saham selalu lebih baik dari
kinerja portofolio pasarnya.
Penelitian yang dilakukan Yaacob, Mohamad Hasimi dan Noor Azuddin
Yakob (2002) menyatakan bahwa kinerja portofolio optimal mempunyai kinerja
yang lebih baik dari kinerja portofolio pembandingnya. Penelitian tersebut masih
membawa pendapat pro dan kontra. Kondisi ini menarik untuk dilakukan kajian
lebih lanjut untuk menegaskan kondisi tersebut.
27
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Strategi diversifikasi dilakukan dengan portofolio optimal yang berarti
keuntungan diperoleh dengan diversifikasi pada berbagai investasi, dengan jumlah
sekuritas tertentu yang memiliki return yang cukup tinggi. Portofolio optimal
dicapai dengan melakukan simulasi pada beberapa sekuritas yang dinilai efisien
dengan menggunakan prosedur perhitungan tertentu (Tandelilin, 2010).
Membentuk sebuah maupun beberapa portofolio memerlukan saham-saham
pilihan yang akan dikombinasikan ke dalam portofolio tersebut Adapun jumlah
saham yang dipilih untuk membentuk portofolio sangat bervariasi, hal itu tergantung
dari preferensi investor terhadap saham itu sendiri.
Satu proposisi yang sudah diterima umum dalam teori portofolio adalah
apabila terdapat ketidaksempurnaan korelasi antara return untuk sekuritas yang
berbeda, maka risiko portofolio dari kelompok sekuritas tersebut dapat dikurangi.
(Markowitz, 1959, Gruber, 1976 dan Solnik. 1974 dalam Sulistyorini, 2009).
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor penting dalam
diversifikasi portofolio adalah korelasi yang rendah antar return sekuritas. Makin
rendah korelasi antar return makin besar pula potensi manfaat dari diversifikasi
tersebut.
28
Bermanfaat atau tidaknya diversifikasi tersebut sangat tergantung
kategorisitas pasar modal tersebut apakah berada di negara maju atau negara
sedang berkembang. Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini terdiri dari banyak
perusahaan yang masuk menjadi emiten, sehingga memudahkan investor untuk
berinvestasi karena banyaknya pilihan untuk menginvestasikan dananya. Salah satu
pilihan terbaik untuk berinvestasi saham, masalahnya adalah menentukan
portofolio saham yang menghasilkan return yang tinggi dengan risiko yang rendah
berdasarkan sejarah historis. Investor harus jeli dalam memperhitungkan faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja portofolio saham. Pengujian kinerja portofolio
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana portoflio yang dimiliki memberikan hasil
bagi seorang investor.
Terdapat berbagai model yang digunakan untuk menguji kinerja portofolio
salah satunya melalui pendekatan risk adjusted performance yang terdiri dari
indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen’s dan indeks M2 menunjukkan hasil
yang sama atau berbeda. Konsistensi hasil perhitungan diantara alat ukur risk
adjusted performance dalam menilai kinerja portofolio sangat penting bagi investor
untuk memberikan kepastian dalam melakukan evaluasi untuk pencapaian return
dan risk yang diharapkan investor.
3.2 Kerangka Konseptual
Berdasarkan beberapa konsep dasar dan telaah pustaka maka kerangka
konseptual yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1:
29
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual “Konsistensi Risk Adjusted Performance Sebagai Pengukur Kinerja Portofolio Saham Di Bursa Efek Indonesia”
Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa penelitian ini akan
menguji konsistensi risk adjusted performance sebagai pengukur kinerja portofolio
saham di Bursa Efek Indonesia. Sampel saham penelitian ini akan dibagi ke dalam
empat tipe portofolio. Model Indeks Tunggal akan digunakan untuk menghitung
portofolio optimal dari ketiga tipe portofolio tersebut.
Nilai Indeks Sharpe Portofolio Periode 1 Bulan
Nilai Indeks Treynor Portofolio
Periode 1 Bulan
Nilai Indeks M2 Portofolio
Periode 1 Bulan
Nilai Indeks Jensen Portofolio Periode 1 Bulan
Uji Statistik Pearson Product
Moment
Uji Beda Kruskal-Wallish
Portofolio Tipe 1 Periode 1 Bulan
Portofolio Tipe 2 Periode 1 Bulan
Portofolio Tipe 3 Periode 1 Bulan
Portofolio Tipe 4 Periode 1 Bulan
Portofolio Optimal Model Indeks
Tunggal
Portofolio Optimal Model Indeks
Tunggal
Portofolio Optimal Model Indeks
Tunggal
Portofolio Optimal Model Indeks
Tunggal
Sampel Penelitian
30
Portofolio optimal pada keempat tipe portofolio saham tersebut kemudian
di evaluasi dengan empat indeks yang digunakan dalam penelitian ini yakni indeks
Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2. Periode penentuan dan
evaluasi portofolio optimal dalam penelitian ini dilakukan setiap 1 bulan selama
periode bulan Januari 2009-Desember 2010.
Perhitungan masing-masing indeks tersebut akan diperoleh nilai indeks
portofolio periode 1 bulan dari ke empat tipe portofolio optimal tersebut. Tingkat
konsistensi diantara indeks portofolio saham tersebut dapat diketahui dengan
melakukan uji statistik dengan pearson product moment terhadap nilai indeks
portofolio periode 1 bulan dari ke empat tipe portofolio optimal. Apabila tingkat
korelasi diantara ke empat indeks tersebut tinggi dan signifikansi dibawah 5%
maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi konsistensi diantara ke empat indeks.
Apabila korelasi rendah dan signifikansi diatas 5%, maka dapat dinyatakan bahwa
telah terjadi inkonsistensi diantara ke empat indeks dalam penelitian ini.
Pengujian korelasi empat model indeks melalui uji statistik dengan pearson
product moment juga akan memberikan informasi tentang kuat lemahnya hubungan
antar ke empat indeks melalui pengujian empat tipe portofolio yang berbeda.
Model indeks yang memiliki korelasi yang kuat diantara indeks lainnya dapat
dinyatakan sebagai model indeks yang memiliki konsistensi lebih baik diantara
model indeks lainnya.
Pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji beda dengan menggunakan
uji Kruskal Wallish. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
31
perbedaan yang signifikan antara ke empat indeks. Jika probabilitas pengujian ≥
0,05 maka ke empat metode pengukuran kinerja portofolio adalah tidak berbeda
atau sama dan sebaliknya jika probabilitas pengujian < 0,05 maka keempat metode
pengukuran kinerja portofolio adalah memiliki perbedaan yang bermakna.
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian landasan teori dan hasil penelitian-penelitian terdahulu
maka hipotesis penelitian yang diajukan untuk rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1) Bahwa terdapat korelasi atau konsistensi diantara risk-adjusted performance
yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2
dalam mengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia.
2) Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara risk-adjusted
performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen
dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek
Indonesia.
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah komparatif yakni menguji perbandingan korelasi
diantara alat ukur risk adjusted performance yang terdiri indeks Sharpe, indeks
Treynor, indeks Jensen dan indeks M2. Jika tingkat hubungan tinggi dan signifikan
diantara alat ukur risk adjusted performance, kemungkinan sifat hubungan antara
alat ukur ini kuat serta memiliki persamaan dalam mengevaluasi kinerja portofolio
saham.
Ruang lingkup penelitian ini pada saham-saham yang terdaftar di BEI
periode tahun 2009 sampai dengan 2010. Untuk dapat membandingkan korelasi alat
ukur risk adjusted performance dalam penelitian ini akan ditentukan periode waktu
evaluasi portofolio tiap 1 bulan. Dasar pertimbangannya bahwa apabila evaluasi
kinerja portofolio saham dilakukan dalam tiap bulan akan memudahkan investor
dalam melakukan antisipasi terhadap perubahan kondisi makro ekonomi yang
mempengaruhi kinerja portofolio sehingga mampu dilakukan evaluasi dan perbaikan
strategi portofolio.
4.2 Variabel Penelitian
4.2.1 Identifikasi Variabel
Variabel-variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Expected Return Portofolio
33
2) Risiko Pasar portofolio (βP).
3) Risiko Total Portofolio (σP).
4) Risk Adjusted Performance
5) Konsistensi Risk Adjusted Performance.
4.2.2 Definisi Operasional
Adapun definisi operasional untuk masing-masing variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Expected return portofolio merupakan hasil perhitungan dari rata-rata
tertimbang dari return harapan dari masing-masing saham (R ) yang
ada dalam portofolio dengan persentase nilai portofolio yang
diinvestasikan dalam setiap saham individual dalam portofolio yang
dilambangkan dengan W periode tahun 2009-2010 di Bursa Efek
Indonesia. Jika seluruh bobot portofolio dijumlahkan akan berjumlah
100% atau 1.0. Rumus yang digunakan dalam menghitung expected
return portofolio adalah sebagai berikut:
E(Rp) = ∑ 푊 .퐸(Ri)
2) Risiko Pasar Portofolio (βP) merupakan hasil perkalian antara
proporsi atas tiap-tiap saham (Wi) dengan risiko pasar masing-masing
saham (βi) yang ada dalam portofolio periode tahun 2009-2010 di
Bursa Efek Indonesia. Rumus yang digunakan untuk menghitung
risiko pasar adalah sebagai berikut:
34
훽 = 푊푖.훽푖
3) Risiko Total Portofolio (σP) merupakan tingkat penyimpangan return
yang diperoleh dari tingkat return rata-rata saham di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2009-2010. Rumus yang digunakan dalam
menghitung risiko total adalah sebagai berikut:
휎 = 휎
4) Risk Adjusted Performance merupakan ukuran kinerja portofolio
saham di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2010 yang telah
memasukan faktor return dan risiko dalam perhitungganya. Ukuran
kinerja portofolio yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Indeks Sharpe portofolio saham merupakan rata-rata
kumulatif indeks Sharpe portofolio saham yang dibentuk
untuk periode satu bulan di Bursa Efek Indonesia selama
tahun 2009-2010. Rumus yang digunanakan untuk
menghitung indeks Sharpe adalah sebagai berikut:
SP= RP-Rf
σP
b. Indeks Treynor portofolio saham merupakan rata-rata
kumulatif indeks Treynor portofolio saham yang dibentuk
untuk periode satu bulan di Bursa Efek Indonesia selama
35
tahun 2009-2010. rumus yang digunakan untuk menghitung
indeks Treynor adalah sebagai berikut:
TP= RP-Rf
βP
c. Indeks Jensen portofolio saham merupakan rata-rata
kumulatif indeks Jensen portofolio saham yang dibentuk
untuk periode satu bulan di Bursa Efek Indonesia selama
tahun 2009-2010. Rumus yang digunakan dalam menghitung
indeks Jensen adalah sebagai berikut:
JP=RP- RP+(Rm-RF)βP
d. Indeks M2 portofolio saham merupakan rata-rata kumulatif
indeks M2 portofolio saham yang dibentuk untuk periode satu
bulan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2010.
Rumus yang digunakan dalam menghitung indeks M2 adalah
sebagai berikut:
TRP*=(RP- Rf).
σM
σP+ Rm
MP2=TRP
*-Rm
5) Konsistensi Risk Adjusted Performance merupakan hubungan
korelasi yang signifikan diantara indeks Sharpe, indeks Treynor,
indeks Jensen, dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio
saham di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2010. Rumus
36
yang digunakan dalam mengukur korelasi antar indeks risk adjusted
performance adalah sebagai berikut:
a. KonsistensiantaraindeksSharpedanTreynor: r = ∑∑
b. KonsistensiantaraindeksSharpedanJensen: r = ∑∑
c. KonsistensiantaraindeksSharpedanM2:rsm = ∑∑
d. KonsistensiantaraindeksTreynordanJensen: r = ∑∑
e. KonsistensiantaraindeksTreynordanM2: r = ∑∑
f. KonsistensiantaraindeksJensedanM2: r = ∑∑
4.3 Prosedur Pengumpulan Data
4.3.1 Jenis Data
Data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau merupakan
data keuangan yang telah dipublikasikan. Data yang yang dikumpulkan untuk
penelitian ini terdiri atas :
1) Data harga saham harian di BEI selama Januari 2008-Desember
2010.
2) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harian bulan Januari 2008-
Desember 2010.
37
3) Tingkat Suku Bunga dari laporan dari SBI Bank Indonesia sebagai
indikator risk free periode tahun 2009-2010.
4.3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 dan 2010. Perusahaan yang
termasuk dalam populasi adalah perusahaan memiliki data harga saham harian
selama periode penelitian. Perusahaan yang masuk dalam populasi merupakan
perusahaan aktif diperdagangkan sehingga untuk perusahaan yang memiliki saham
tidur akan dikeluarkan dari populasi.
Dibawah ini akan dijelaskan metode pengambilan sampel:
Tabel 4.1
Penentuan Jumlah Populasi Penelitian
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2009 dan 2010 serta memiliki harga saham harian selama periode penelitian
425
Jumlah perusahaan yang mengalami pergerakan saham tidur selama periode penelitian
120
Jumlah Populasi 305
Sumber: Hasil Olahan Data Primer 2011
Penelitian ini tidak akan meneliti seluruh populasi, namun akan mengambil
sejumlah perusahaan untuk dijadikan sampel penelitian berdasarkan metode
pengambilan sampel berdasarkan kriteria (purposive sampling) sebagai berikut:
1) Saham-saham populasi dikelompokkan ke dalam unit sampel primer
berdasarkan tingkat return yakni saham-saham yang memiliki return di atas
return rata-rata.
38
2) Menentukan unit sampel sekunder berdasarkan koefisien korelasi antar return
saham yakni saham-saham yang memiliki korelasi antar return saham rendah.
3) Memilih saham-saham yang dijadikan sampel untuk dimasukkan ke dalam
portofolio yang mempresentasikan 20, 15, 10 dan 8 saham dengan return tinggi
dan korelasi rendah.
Berdasarkan kriteria, maka sampel penelitian dapat ditentukan
(terlampir).
Penentuan jumlah sampel didasarkan atas rekomendasi beberapa bukti
empiris tentang jumlah saham minimal dalam portofolio. Pratomo dan Nugraha
(2006) mengemukakan bahwa manajer investasi di Indonesia umumnya memiliki
paling tidak delapan saham perusahaan di dalam portofolio reksa dana saham yang
dikelolanya. Moskowitz dan Grinblatt (1999) dalam kajiannya menemukan bahwa
risiko tidak sistematis akan relatif lebih kecil setelah sepuluh saham dimasukkan
ke dalam portofolio dan manfaat diversifikasi yang lebih baik dapat dicapai
dengan memasukkan saham-saham dari beragam industri ke dalam portofolio.
Penelitian Tandelilin di pasar modal Indonesia menghasilkan rekomendasi bahwa
untuk meminimalkan risiko portofolio sedikitnya diperlukan lima belas saham,
sedangkan French (1989), Sharpe dan Alexander (1990), Brealy dan Myers (1991)
dalam Tandelilin (2001) merekomendasikan untuk memasukkan minimal dua
puluh saham ke dalam portofolio.
39
4.3.3 Metode Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan adalah data sekunder, time series dan cross
section dan dilakukan dengan observasi atau pengamatan dari saham-saham Bursa
Efek Indonesia (BEI). Sumber data mengenai data harga saham harian dan IHSG
diperoleh dari website www.yahoofinanceindonesia.com. Sumber data mengenai
tingkat suku bunga SBI diperoleh melalui website www.bi.co.id.
4.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif, yang digunakan untuk menganalisis ukuran kinerja portofolio yang
terdiri dari saham-saham. Langkah-langkah dalam menganalisis data untuk
mengukur kinerja portofolio tersebut adalah sebagai berikut:
4.4.1 Pembentukan Portofolio Optimal.
Pembentukan portofolio optimal dalam penelitian ini akan menggunakan
model indeks tunggal. Tahapan-tahapan perhitungan dalam model indeks
tunggal adalah sebagai berikut:
1) Menghitung return masing-masing saham (Ri) selama periode bulan
Januari 2009-Desember 2010.
Return saham (Ri) merupakan selisih harga saham sekarang (Pit)
dengan harga saham periode yang lalu (Pit-1) dibagi dengan harga saham
periode yang lalu (Pit-1). Dengan demikian return saham dapat juga
dinyakan sebagai berikut:
40
푅푖 =푃 − 푃푃 … … … … … … … … … … … (1)
2) Menghitung return pasar (Rm) dengan menggunakan proksi IHSG
selama periode bulan Januari 2009-Desember 2010.
Return market (Rm) merupakan selisih Indeks Harga Saham
Gabungan sekarang (퐼퐻푆퐺 ) dengan Indeks Harga Saham Gabungan
periode yang lalu (퐼퐻푆퐺 )dibagi dengan harga Indeks Harga Saham
Gabungan yang lalu (퐼퐻푆퐺 ).Secara matematis, tingkat keuntungan
pasar adalah sebagai berikut:
푅푚 =퐼퐻푆퐺 − 퐼퐻푆퐺
퐼퐻푆퐺 … … … … … … … … … … (2)
3) Menghitung return harapan (expected return) masing-masing
saham/E(Ri).
Expected return saham merupakan hasil perhitungan return rata-
rata saham (R ). Perhitungan dilakukan dengan cara arithmetic mean
yakni menghitung jumlah return masing-masing saham (∑푅푖) selama
periode tertentu (n), dalam penelitian ini menggunakan periode satu
bulanan selama tahun 2009-2010. Secara matematis, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
퐸(푅푖) =∑푅푖푛 … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3)
41
4) Menghitung beta masing-masing saham (βi).
Beta Saham (βi) merupakan risiko pasar atau risiko sistematik
yang dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
훽푖 =∑ (푅 − 푅 )(푅 − 푅 )
∑ (푅 − 푅 ) … … … … … … … … … . . (4)
5) Menghitung alpha masing-masing saham (αi)
Alpha saham (αi) merupakan selisih antara return harapan saham
dengan hasil perkalian beta saham dan return pasar. Secara sistematis
dapat dirumuskan sebagai berikut:
훼푖 = 퐸(푅 )− (훽푖.푅 ) … … … … … … … … … … … … … … … … . (5)
6) Menghitung kesalahan residual masing-masing saham (ei)
Kesalahan residu saham (ei) dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
푒푖 = 퐸(푅 ) − 훼 − (훽 × 푅 ) … … … … … … … … … … … … . … … . . (6)
7) Menghitung variance pasar (σ2m)
휎푚 = ∑ ( ) …………………………………. (7)
8) Menghitung variance kesalahan residu (σ2ei)
휎푒푖 = 휎푖 − 훽푖 . 휎푚 ………………………………………….. (8)
9) Menghitung Excess Return to Beta (ERB)
퐸푅퐵 =퐸(푅푚) − 푅푓
훽푖 … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (9)
42
10) Menghitung Cut of Rate (C*)
n
2m Ai
i =1 CI = _________________________ .................................................... (10) n
1 + 2m Bi
i =1 Dimana : (Ri - Rf) i Ai = __________________ ............................................................... (11)
2ei
i2
Bi = _______ .............................................................................. (12) 2ei
Setelah nilai Cut of Rate masing-masing saham diketahui,
kemudian dibandingkan dengan Excess Return to Beta saham
bersangkutan untuk menentukan kandidat portofolio optimal dengan
ketentuan nilai Excess Return to Beta > nilai Cut of Rate. Nilai Cut of
Rate terbesar disebut Cut of Point (C*), kemudian nilai Cut of Point
dibandingkan dengan nilai Excess Return to Beta masing-masing saham
untuk menentukan portofolio optimal dengan ketentuan Excess Return to
Beta > Cut of Point. Saham dengan nilai Excess Return to Beta < Cut of
Point tidak dimasukkan dalam portofolio optimal.
43
11) Menghitung proporsi alokasi dana masing-masing saham (Wi).
Bobot masing-masing saham (Wi) merupakan persentase atau
proporsi alokasi investasi pada masing-masing saham terpilih. Secara
sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
푊푖 =푍
∑ 푍… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (13)
Dimana:
푍 =훽휎
푅 − 푅훽푖푡 − 퐶∗ … … … … … … … … … … … … … … (14)
12) Menghitung expected return portofolio/E(Rp)
Expected return portofolio merupakan hasil perhitungan dari rata-
rata tertimbang dari return harapan dari masing-masing saham (R ) yang
ada dalam portofolio dengan persentase nilai portofolio yang
diinvestasikan dalam setiap saham individual dalam portofolio yang
dilambangkan dengan W. Jika seluruh bobot portofolio dijumlahkan,
akan berjumlah 100% atau 1,0. Rumus untuk menghitung return harapan
portofolio adalah sebagai beirkut:
E(Rp) = 푊 .퐸(Ri) … … … … … … … … … … … … … … . . (15)
13) Menghitung variance portofolio (σ2P)
휎푝 = 훽푝 . 휎푚 + 푋푖 . 휎푒푖 … … … … … … … … … … … … … . . (16)
44
14) Menghitung standar deviasi protofolio (σP)
Standar deviasi portofolio (σP) dihitung dengan akar kuadrat
varians. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:
휎 = 휎 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (17)
Penetuan portofolio optimal menggunakan bantuan program SPSS
versi 17.0 for windows dan Microsoft Excel dengan cepat dapat diperoleh
nilai alpha saham i (i), beta saham i (i), deviasi standar saham i (i) dan
kesalahan residu saham i (ei ).
4.4.2 Pengukuran Kinerja Portofolio Saham.
Pengukuran kinerja portofolio saham dalam penelitian ini akan
menggunakan pengukuran Risk Adjusted Performance dengan empat indeks
yakni indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2. Secara
sistematis keempat indeks dirumuskan sebagai berikut:
1) Indeks Sharpe portofolio (S ) saham dihitung dengan perbandingan
excess return atau abnormal return (R − R ) dengan risiko total
portofolio (σ ). Secara sistematis rumus indeks Sharpe portofolio
sebagai berikut:
SP= RP-Rf
σP………………………………………..(18)
Keterangan:
SP=Indeks Sharpe portofolio saham periode 1 bulan
RP=rata-rata return portofolio saham periode 1 bulan
45
Rf=rata-rata return bebas risiko periode 1 bulan
σP=standar deviasi return portofolio saham 1 bulan
2) Indeks Treynor portofolio saham dihitung dengan perbandingan
excess return atau abnormal return (R − R ) dengan risiko
sistematis portofolio (β ). Secara sistematis rumus indeks Treynor
portofolio sebagai berikut:
TP= RP-Rf
βP………………………………………..(19)
Keterangan:
TP=Indeks Treynor portofolio saham periode 1 bulan
RP=rata-rata return portofolio saham periode 1 bulan
Rf=rata-rata return bebas risiko periode 1 bulan
βP=standar deviasi return portofolio saham 1 bulan
3) Indeks Jensen portofolio saham dihitung berdasarkan selisih return
rata-rata portofolio dengan pasar garis sekuritas. Secara sistematis
akan dirumuskan sebagai berikut:
JP=RP- RP+(Rm-RF)βP …………………………(20)
Keterangan:
TP=IndeksJensenportofoliosahamperiode1bulan
RP=rata-rata return portofolio saham periode 1 bulan
Rm =rata-rata return pasar periode 1 bulan
46
Rf=rata-rata return bebas risiko periode 1 bulan
βP=standar deviasi return portofolio saham 1 bulan
4) Indeks M2 portofolio saham merupakan rata-rata kumulatif indeks M2
portofolio saham yang dibentuk untuk periode 1 bulan di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2009-2010.
MP2=TRP
*-Rm………………………………………(21)
TRP*=(RP- Rf).
σM
σP+ Rm…………………………(22)
Keterangan:
MP=Indeks M2 portofolio saham periode 1 bulan
RP=rata-rata return portofolio saham periode 1 bulan
Rm =rata-rata return pasar periode 1 bulan
Rf=rata-rata return bebas risiko periode 1 bulan
TRP* =Total return portofolio saham disesuaikan 1 bulan
4.4.3 Menguji Konsistensi Alat Ukur Keempat Model Indeks.
Menguji konsistensi indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen
sebagai pengukur kinerja portofolio saham menggunakan statistik uji korelasi
Pearson Product Moment, dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for windows.
Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:
Formulasi pengujian hipotesis sebagai berikut.
1) Konsistensi indeks Sharpe dengan indeks Treynor
H0 : ρab = 0
47
Ha : ρab ≠ 0
Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρab ≠ 0 dan Sig < 0,05.
2) Konsistensi indeks Sharpe dengan indeks Jensen
H0 : ρac = 0
Ha : ρac ≠ 0
Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρac ≠ 0 dan Sig < 0,05.
3) Konsistensi indeks Sharpe dengan indeks M2
H0 : ρad = 0
Ha : ρad ≠ 0
Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρad ≠ 0 dan Sig < 0,05.
4) Konsistensi indeks Treynor dengan indeks Jensen
H0 : ρbc = 0
Ha : ρbc ≠ 0
Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρbc ≠ 0 dan Sig < 0,05.
5) Konsistensi indeks Treynor dengan indeks M2
H0 : ρbd = 0
Ha : ρbd ≠ 0
Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρbd ≠ 0 dan Sig < 0,05.
6) Konsistensi indeks Jensen dengan indeks M2
H0 : ρcd = 0
Ha : ρcd ≠ 0
Kriteria pengujian: Tolak H0 apabila ρcd ≠ 0 dan Sig < 0,05.
48
Keterangan:
ρab = korelasi antara indeks Sharpe dengan indeks Treynor portofolio saham.
ρac = korelasi antara indeks Sharpe dengan indeks Jensen portofolio saham.
ρad = korelasi antara indeks Sharpe dengan indeks M2 portofolio saham.
ρbc = korelasi antara indeks Treynor dengan indeks Jensen portofolio saham.
ρbd = korelasi antara indeks Treynor dengan indeks M2 portofolio saham.
ρcd = korelasi antara indeks Jensen dengan indeks M2 portofolio saham.
4.4.4 Menguji Perbedaan Hasil Perhitungan Alat Ukur Keempat Model
Mengingat ukuran kinerja untuk masing-masing metode memiliki
karakteristik yang berbeda, dalam hal ini masing-masing metode tidak memiliki
batas maksimal kinerja yang sama, maka perlu dilakukan transformasi untuk
menstandarkan ukuran kinerja tersebut yaitu dengan menggunakan transformasi Z-
score (standardized). Z-score adalah cara mengkonversikan nilai data ke dalam
skor standardized yang memiliki nilai means (rata-rata) sama dengan nol dan
standar deviasinya sama dengan satu.
Setelah semua data dalam bentuk Z-score maka data tersebut dapat
dilakukan uji beda dengan menggunakan One Way of Variance by Rank atau
dengan Kruskal-Wallish menggunakan uji non-parametric karena dalam penelitian
ini telah distandarisasi dengan transformasi Z-score akan lebih tepat menggunakan
uji non-parametric (Sugiyono, 2008).
Rumus yang digunakan dalam pengujian adalah sebagai berikut (Sugiyono,
2008):
49
퐾푊 =12
푁(푁 + 1)푅푛 − 3(푁 + 1)
Dimana:
KW = nilai uji Kruskal Wallish
N = jumlah seluruh data
nj = jumlah data perlakuan j
Rj = mean rank perlakuan j
Ada atau tidaknya perbedaan dalam pengujian akan ditunjukkan dengan
hasil probabilitas pengujian.
Keputusan pengujian:
1) Jika probabilitas pengujian ≥ 0,05 maka ke empat metode pengukuran
kinerja portofolio adalah tidak berbeda atau sama
2) Jika probabilitas pengujian < 0,05 maka ke empat metode pengukuran
kinerja portofolio adalah memiliki perbedaan yang bermakna.
Harapan dari hasil pengujian adalah tidak adanya perbedaan antara yang
diharapkan dari hasil pengujian adalah tidak adanya perbedaan antara ke empat
metode.
4.4.5 Menghitung Tingkat Diversifikasi Masing-masing Portofolio
Tingkat diversifikasi suatu portofolio dapat diketahui dengan melakukan
analisis regresi antara return portofolio dengan return pasar. Hasil regresi tersebut
akan didapatkan besarnya nilai kuadrat dari koefisien korelasi yang sering disebut
dengan koefisien determinasi (R2). Nilai R2 dapat digunakan untuk menunjukkan
50
tingkat diversifikasi dari suatu portofolio karena R2 menunjukkan persentase dari
varian return portofolio (variabel independen). Semakin terdiversifikasi suatu
portofolio maka nilai R2 portofolio tersebut akan semakin mendekati 1,0. Nilai R2
sebesar 1,0 menunjukkan bahwa return portofolio tersebut sepenuhnya dapat
dijelaskan oleh return pasar.
Suatu portofolio dianggap telah terdiversifikasi dengan baik, berarti return
portofolio tersebut hampir semuanya dipengaruhi oleh return pasar. Portofolio
tersebut tentu saja lebih tepat menggunakan indeks Treynor atau indeks Jensen,
namun jika return suatu portofolio hanya sebagian kecil yang dipengaruhi return
pasar, lebih tepat menggunakan indeks Sharpe atau indeks M2.
51
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal Indonesia
5.1.1.1 Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Bursa Efek terus berkembang seiring dengan perkembangan perekonomian
Indonesia, keadaan pun semakin menunjukkan bahwa bursa efek semakin banyak
peminatnya. Ramainya tanggapan publik dan selalu bertambahnya perusahaan
yang go public adalah wujud dari kemajuan bursa efek. Perkembangan bursa efek
yang terjadi kini adalah berkat perjuangan Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM), perusahaan yang memasyarakatkan sahamnya, Pemerintah,
lembaga penunjang dan masyarakat yang turut meramaikan perdagangan saham
dan turut berpartisipasi menginvestasikan kelebihan dananya. Dibandingkan
dengan situasi bursa efek pada sekitar 10 tahun yang lalu, keadaan saat ini
memang telah jauh berbeda. Perkembangan yang terjadi cukup pesat dan diluar
dugaan, tetapi bukan berarti bursa efek berjalan terus dengan mulus tanpa
rintangan. Banyak hal yang terjadi yang mewarnai pasang surut kehidupan bursa
efek di Indonesia. Jika keadaan sosial, politik atau ekonomi bangsa sedang
terganggu dan tidak stabil, tentu saja kondisi bursa efek amat terpengaruh.
Bangsa Indonesia sedang membangun, jelas bahwa berbagai tantangan
untuk membenahi kondisi masyarakat akan turut membawa dampak terhadap
pasar uang. Dahulu situasi intern di bursa-bursa di Indonesia dinilai masih sangat
52
lemah, kapitalisasi bursa-bursa di Indoensia termasuk kecil karena terbatasnya
mobilisasi dana domestik yang dilakukan manajer investasi, jika diukur dari
perbandingannya dengan bursa-bursa lain di kawasan Asia Pasifik. Kondisi
demikian terjadi akibat sistem kerja yang kurang mendukung, juga tujuan yang
belum jelas terlebih dukungan publik sendiri yang kelihatan masih setengah-
setengah akibat informasi yang tidak akurat dan pengetahuan tentang bursa efek
belum memasyarakat. Semua itu akhirnya terus dibenahi sehingga terciptalah
bursa efek dengan perkembangan yang pesat. Di masa perjalanan pesatnya pasar
saham, terkadang diwarnai oleh keadaan bullish dan bearish. Kondisi bursa
disebut bullish yaitu indeks harga saham naik terus dalam jangka waktu tertentu,
dan ini dapat timbul seiring dengan situasi perekonomian yang sehat, pendapatan
meningkat, industri dan perdagangan tumbuh dengan baik, sedangkan kondisi
bursa disebut bearish jika indeks harga saham terus menerus mengalami
penurunan. Semua ini juga akibat dari situasi perekonomian yang lesu dan
kebijakan moneter yang mengakibatkan adanya krisis moneter, peredaran uang
menjadi tersendat-sendat.
Pada tahun 2010, menurut laporan tahunan Badan Pengawas Pasar Modal
(2010) menyatakan bahwa BEI menoreh pretasi sebagai bursa efek terbaik di
kawasan Asia Tenggara dan merupakan salah satu bursa efek terbaik yang kedua
di wilayah Asia Pasifik setelah Bursa Efek China yang diwakili oleh Bursa
Shenzen dan Shanghai. Tabel berikut ini akan menampilkan perkembangan pasar
modal di Indonesia periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2010.
53
Tabel 5.1
Kinerja BEI Tahun 2009-2010
Keterangan Akhir Tahun 2010 Akhir Tahun 2009 IHSG Rp. 3.531.21 Rp. 2.534.36 Kapitalisasi Pasar Rp. 2.019 triliun Rp. 3.064 triliun Kapitalisasi Terhadap PDB Rp. 6.422 triliun Rp. 5.613 triliun Nilai rata-rata transaksi harian Rp. 7.083 triliun Rp. 4.046 triliun Frekuensi transaksi 117 kali 87 kali Volume transaksi 5.5 miliar 6.1 miliar
Sumber: Bappepam-LK (2011)
5.1.1.2 Struktur Pasar Modal
Struktur Pasar Modal Indonesia telah diatur oleh Undang-Undang No.8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Berdasarkan Undang-Undang ini, kebijakan
dibidang pasar modal ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Secara umum, struktur
pasar modal Indonesia dapat dicermati dari diagram Gambar 5.1. di bawah.
5.1.1.3 Instrumen Pasar Modal
Menteri Keuangan
Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM
Bursa Efek Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Lembaga Kliring dan Penjamin
Perusahaan Efek
1. Penjamin Emisi 2. Perantara
Pedagang Efek 3. Manajer
Investasi
Lembaga Penunjang
1. Biro Administrasi
2. Bank Kustodian 3. Wali Amanat 4. Penasihat
Investasi 5. Pemeringkat
Efek
Profesi Penunjang
1. Akuntan 2. Konsultan 3. Hukum Penilai 4. Notaris
Pemodal
1. Domestik 2. Asing
Emiten, Perusahaan publik dan reksa dana
Gambar 5.1 Diagram Struktur Pasar Modal
54
Instrumen atau surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal
sering disebut efek. Pengertian efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan
Berikut ini adalah penjelasan dari instrumen-instrumen Pasar Modal.
1) Saham Biasa
Surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal salah satu
saham biasa (common stock) adalah yang paling dikenal masyarakat. Di antara
emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga
merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat.
Saham biasa paling menarik bagi pemodal maupun bagi emiten. Secara
sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Hasil yang dapat diperoleh dari
investasi saham bisa berasal dari dua sumber, yaitu:
a. Dividen, yaitu bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang
sahamnya.
b. Capital gain, yaitu pendapatan yang timbul dari penjualan saham dengan
harga jual diatas harga beli.
2) Right Issue
Right issue diterjemahkan sebagai bukti right. Alat investasi ini
merupakan produk turunan dari saham. Kebijakasanaan right issue merupakan
upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal
perusahaan. Pengeluaran saham baru itu, berarti pemodal harus mengeluarkan
uang untuk membeli right issue. Modal ini akan masuk ke modal perusahaan.
55
Bagi pemodal, right issue berdampak positif kalau tidak berpengaruh terhadap
harga saham dan sebaliknya akan berdampak negatif kalau menyebabkan
menurunnya harga. Secara umum dampak right issue bisa dirasakan oleh semua
pemodal. Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang
dikeluarkan emiten, karena merupakan hak maka investor tidak terikat harus
membelinya, ini berbeda dengan saham bonus atau dividen saham, yang
otomatis diterima oleh pemegang saham.
3) Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara
pemberi pinjaman (dalam hal ini adalah pemodal) dengan yang diberi pinjaman
(emiten), jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa
pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang
menerbitkan surat obligasi. Obligasi digolongkan sebagai efek yang memberikan
penghasilan tetap karena penerbit (issuer) menjanjikan kepada pemegang
obligasi untuk:
a. Membayar bunga periodik tetap
b. Membayar jumlah prinsipal tetap pada atau sebelum jatuh waktu
Bunga obligasi umumnya dibayarkan setiap jumlah waktu yang tetap,
misalnya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun. Besarnya bunga tergantung dari
kupon, selain itu seperti halnya saham biasa, obligasi juga mengenal penghasilan
dari capital gain yang bisa terjadi apabila saat pemegang obligasi melakukan
56
penjualan obligasinya, mendapatkan harga yang lebih tinggi dari harga ketika
saat membelinya.
4) Obligasi Konversi
Obligasi Konversi (convertible bond), sudah dikenal di pasar modal
Indonesia. Kalangan emiten swasta, sebenarnya obligasi konversi lebih dulu
populer dari pada obligasi. Obligasi konversi sekilas tidak ada bedanya dengan
obligasi biasa, misalnya memberikan kupon tetap, memiliki jatuh tempo, dan
memiliki nilai pari, hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan yaitu bisa
ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan
untuk melakukan konversi.
5) Warrant
Warrant diterbitkan dengan tujuan agar pemodal tertarik membeli
obligasi atau saham yang diterbitkan emiten. Warrant adalah hak untuk membeli
saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya warrant
dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi atau saham.
Penerbit saham harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang
warrant, namun setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki
pasar, baik obligasi, saham maupun warrant dapat diperdagangkan secara
terpisah.
5.1.1.4 Penawaran Umum (Go Public)
Penawaran umum adalah kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual
efek kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur oleh undang-undang dan
57
peraturan pelaksanaannya. Kegiatan ini lebih populer disebut dengan go public.
Emiten adalah pihak (perusahaan) yang melakukan penawaran umum dengan tujuan
untuk memperoleh dana melalui pasar modal, sedangkan masyarakat yang
memberikan dana kepada perusahaan dengan membeli saham atau obligasi yang
diterbitkan dan dijual oleh perusahaan disebut sebagai pemodal (investor).
Tujuan penggunaan dana dari hasil go public pada umumnya digunakan
untuk:
1) Ekspansi
Dalam kehidupan suatu perusahaan akan diusahakan untuk melakukan
perluasan dalam kegiatan operasinya. Perluasan ini dapat berupa peningkatan
kapasitas produksi maupun diversifikasi jenis produk. Terkadang perusahaan
tidak mungkin untuk memperoleh modal dari para pemegang saham yang berupa
modal disetor, sehingga diputuskan untuk memperoleh modal dari luar
perusahaan, yang dapat berupa pinjaman dari pihak lain atau dapat berupa
penjualan saham baru kepada pihak lain di luar para pemegang saham yang
sudah ada.
2) Memperbaiki struktur permodalan
Modal suatu perusahaan terdiri dari modal sendiri (equity) dan modal
pinjaman. Setiap pinjaman tentu saja harus membayar bunga. Terkadang
perusahaan mengalami kerugian hanya karena beban pinjaman terutama
pinjaman dari mata uang asing di masa-masa nilai rupiah terdepresiasi tajam.
Dengan demikian perusahaan akan dibebani pembayaran bunga yang meningkat.
58
Bila hal ini berlangsung dalam jangka waktu lama, perusahaan dapat mengalami
kebangkrutan. Salah satu tindakan penyelamatan adalah dengan mengurangi
jumlah hutang, yaitu dengan menggantikannya menjadi modal saham, yang
berarti perusahaan akan menjual saham baru untuk membayar hutang yang
sangat membebani. Tindakan ini dikenal sebagai restrukturisasi modal.
3) Untuk Melakukan Pengalihan Pemegang Saham
Perusahaan yang melakukan go public adalah perusahaan yang secara
hukum dan nyata sudah beroperasi atau menjalankan usahanya, yang sudah tentu
telah ada pemilik dan pemegang sahamnya, dengan pertimbangan tertentu
terkadang pemegang saham ingin melepaskan atau mengalihkan saham yang
dimiliki ke pihak lain, hal ini mudah dilakukan jika memang telah ada pula
pihak yang bersedia membelinya, akan tetapi jika tidak maka pemilik saham
dapat memilih pasar modal sebagai tempat untuk menawarkan sahamnya secara
umum (public offering). Pengalihan saham dari pemegang saham lama kepada
pemegang saham baru disebut sebagai divestasi (dinvesment).
5.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian
5.1.2.1 Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Sharpe
Pengukuran menggunakan Indeks Sharpe atau juga disebut sebagai
Reward to Variability Ratio (RVAR) menekankan pada Risiko total atau deviasi
standar.
Untuk menganalisis kinerja menggunakan Indeks Sharpe dibutuhkan
data seperti expected return portofolio, deviasi standar, dan risk free rate. Hasil
59
dari perhitungan kinerja portofolio saham dari ke empat jenis portofolio saham
dengan indeks Sharpe untuk masing-masing periode dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 5.2
Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Sharpe Periode Tahun 2009-2010
Periode Portofolio 20 Saham
Portofolio 15 Saham
Portofolio 10 Saham
Portofolio 8 Saham
1 0.166 0.124 0.081 0.0639 2 0.019 0.014 0.007 0.0050 3 0.161 0.133 0.097 0.0809 4 0.247 0.212 0.017 0.1449 5 0.201 0.160 0.012 0.1057 6 0.013 0.017 0.012 0.0308 7 0.089 0.071 0.262 0.0699 8 0.036 0.018 0.003 0.0017 9 0.093 0.079 0.058 0.0485 10 0.054 0.042 0.033 0.0294 11 0.053 0.005 0.006 0.0044 12 0.058 0.026 0.015 0.0157 13 0.014 0.003 0.001 0.0027 14 0.009 0.001 0.014 0.0005 15 0.018 0.149 0.057 0.0448 16 0.005 0.037 0.028 0.0210 17 0.119 0.065 0.072 0.0713 18 0.105 0.057 0.006 0.0530 19 0.086 0.007 0.043 0.0353 20 0.130 0.027 0.018 0.0223 21 0.374 0.200 0.144 0.1155 22 0.026 0.021 0.014 0.0112 23 0.065 0.042 0.031 0.0268 24 0.018 0.017 0.130 0.0101
Sumber: Lampiran 3 halaman 99
Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa indeks Sharpe dari periode tahun 2009
sampai dengan tahun 2010 berada pada kisaran minimal 0.000494 hingga
kisaran maksimal yaitu sebesar 0.374. Jika nilai indeks kinerja Sharpe (RVAR)
60
postitif dan semakin besar maka kinerja portofolio semakin baik. Periode tahun
2009 sampai dengan tahun 2010, indeks Sharpe dari hasil perhitungan secara
merata di setiap bulannya bernilai positif, artinya bahwa portofolio yang
terbentuk secara umum memiliki kinerja yang baik selama periode penelitian ini.
5.1.2.2 Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Treynor
Proses mengevaluasi kinerja portofolio saham dengan indeks Treynor atau
sering disebut sebagai Reward to Valatility Ratio (RVOR) menggunakan return
rata-rata masa lalu sebagai expected return dan juga beta sebagai tolak ukur risiko.
Beta menunjukkan besar kecilnya perubahan return suatu portofolio saham terhadap
perubahan market return. Indeks Treynor portofolio saham dihitung dengan
perbandingan excess return atau abnormal return (R − R ) dengan risiko
sistematis portofolio (β ).
Return dianggap sebagai ukuran terbaik untuk pedoman prediksi,
sepanjang asumsi pasar adalah efisien. Perbandingan return dan risiko
menunjukkan kepada investor bahwa semakin tinggi risiko semakin tinggi pula
return yang diharapkan, untuk menganalisis kinerja menggunakan Indeks
Treynor dibutuhkan data seperti expected return, beta saham, dan risk free rate.
Hasil perhitungan kinerja portofolio saham dari ke empat kelompok saham
dengan Indeks Treynor dalam tabel dibawah ini:
61
Tabel 5.3
Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Treynor Periode Tahun 2009-2010
Periode Portofolio 20 Saham
Portofolio 15 Saham
Portofolio 10 Saham
Portofolio 8 Saham
1 0.095 0.155 0.402 0.3660 2 0.019 0.031 0.038 0.0432 3 0.143 0.423 0.624 0.8230 4 0.185 0.153 0.304 0.3557 5 0.029 0.052 0.149 0.1350 6 0.004 0.006 0.074 0.0233 7 0.066 0.162 0.205 0.2164 8 0.009 0.016 0.013 0.0081 9 0.043 0.082 0.111 0.1354 10 0.005 0.037 0.023 0.3219 11 0.001 0.016 0.006 0.0568 12 0.046 0.051 0.062 0.0781 13 0.013 0.005 0.004 0.0131 14 0.006 0.002 0.011 0.0056 15 0.188 0.421 0.029 0.3509 16 0.033 0.054 0.015 0.1547 17 0.060 0.148 0.025 0.2930 18 0.034 0.072 0.009 0.1408 19 0.013 0.028 0.401 0.5797 20 0.021 0.043 0.071 0.0851 21 0.144 0.270 0.801 0.9915 22 0.021 0.042 0.082 0.1449 23 0.029 0.046 0.604 0.0865 24 0.012 0.032 0.825 0.1025
Sumber: Lampiran 3 halaman 99
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa indeks Treynor dari periode tahun
2003 sampai dengan tahun 2007 berada pada kisaran minimal 0.001 hingga
kisaran maksimal yaitu sebesar 0992. Nilai Treynor (RVOL) postitif dan
semakin besar maka kinerja portofolio saham semakin baik. Periode tahun 2009
sampai dengan tahun 2010, indeks Treynor dari hasil perhitungan secara merata
62
di setiap bulannya bernilai positif. Hal ini berarti bahwa portofolio yang
terbentuk memiliki kinerja yang baik selama periode penelitian.
5.1.2.3 Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Jensen
Indeks Jensen hanya menerima investasi yang return melebihi expected
return atau minimum rate of return. Return yang dimaksud adalah return rata-
rata masa lalu, sedangkan minimum rate of return adalah expected return yang
dihitung dengan Capital Aset Pricing Model (CAPM). Selisih antara expected
return dengan minimum rate of return disebut sebagai alpha. Jensen alpha
merupakan sebuah ukuran absolut yang mengestimasikan tingkat pengembalian
konstan selama periode investasi dimana memperoleh tingkat Jensen alpha
pengembalian di atas (di bawah) dari buy-hold strategy dengan risiko sistematik
yang sama.
Jika diperhatikan pengukur Sharpe (RVAL) dan pengukur Treynor
(RVOL) sebenarnya adalah mengukur sudut dari portofolio. Semakin besar
sudut atau slope dari portofolio, semakin baik kinerja portofolionya, selain sudut
kinerja portofolio juga dapat ditentukan juga oleh intersepnya (intercept).
Semakin tinggi intersepnya semakin tinggi return portofolionya, untuk
menganalisis indeks Jensen membutuhkan data seperti expected return, beta
saham, minimum rate, dan risk free rate. Hasil perhitungan kinerja saham dari
ke empat kelompok saham dengan indeks Jensen dalam tabel dibawah ini:
63
Tabel 5.4
Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Jensen Periode Tahun 2009-2010
Periode Portofolio 20 Saham
Portofolio 15 Saham
Portofolio 10 Saham
Portofolio 8 Saham
1 0.004 0.004 0.004 0.0035 2 0.001 0.001 0.000 0.0004 3 0.006 0.006 0.006 0.0062 4 0.006 0.006 0.007 0.0069 5 0.003 0.004 0.005 0.0044 6 0.000 0.000 0.000 0.0017 7 0.004 0.005 0.005 0.0051 8 0.001 0.001 0.000 0.0001 9 0.002 0.003 0.003 0.0028 10 0.002 0.001 0.002 0.0016 11 0.000 0.000 0.000 0.0004 12 0.001 0.001 0.001 0.0009 13 0.000 0.000 0.000 0.0002 14 0.000 0.000 0.001 0.0000 15 0.005 0.006 0.003 0.0030 16 0.002 0.002 0.002 0.0015 17 0.005 0.005 0.005 0.0058 18 0.002 0.002 0.002 0.0027 19 0.000 0.000 0.003 0.0025 20 0.001 0.001 0.001 0.0011 21 0.010 0.007 0.007 0.0070 22 0.001 0.001 0.001 0.0007 23 0.001 0.001 0.001 0.0013 24 0.001 0.001 0.009 0.0009
Sumber: Lampiran 3 halaman 100
Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa indeks Jensen dari periode tahun 2009
sampai dengan tahun 2010 berada pada kisaran minimal 0,00001 hingga kisaran
maksimal yaitu sebesar 0,010. Jika nilai Jensen alpha yang tertinggi dan
siginifikan merupakan portofolio yang terbaik dari portofolio yang ada. Alpha
bernilai positif, berarti manajer keuangan menghasilkan kinerja yang lebih baik
daripada indeks pasar, sedangkan nilai negatif, berarti manajer keuangan
64
memiliki kinerja yang lebih rendah daripada indeks pasar. Periode tahun 2009
sampai dengan tahun 2010, indeks Jensen dari hasil perhitungan secara merata di
setiap bulannya bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa dalam portofolio
yang terbentuk tersebut lebih baik daripada indeks pasar.
5.1.2.4 Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks M2
Indeks M2 menggunakan pendekatan penyesuaian antara risiko pasar dan
risiko portofolio. Kinerja portofolio akan dibandingkan secara langsung dengan
kinerja return pasar. Apabila hasil perhitungan Indeks ini positif maka dapat
dikatakan bahwa kinerja portofolio diatas kinerja pasar, demikian sebaliknya,
apabila hasil perhitungan indeks ini negatif dapat diakatakan bahwa kinerja
portofolio berada dibawah kinerja pasar.
Analisis indeks M2 membutuhkan data seperti expected return, standar
deviasi portofolio, risk free rate. Hasil perhitungan kinerja saham dari ke empat
kelompok saham dengan indeks M2 dalam tabel dibawah ini:
Tabel 5.5
Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks M2 Periode Tahun 2009-2010
Periode Portofolio 20 Saham
Portofolio 15 Saham
Portofolio 10 Saham
Portofolio 8 Saham
1 0.002 0.001 0.001 0.0008 2 0.000 0.000 0.000 0.0001 3 0.002 0.002 0.014 0.0012 4 0.005 0.004 0.004 0.0030 5 0.004 0.003 0.003 0.0022 6 0.000 0.000 0.000 0.0006 7 0.001 0.001 0.040 0.0011 8 0.001 0.000 0.000 0.0000 9 0.001 0.001 0.007 0.0006 10 0.000 0.000 0.002 0.0001
65
11 0.000 0.000 0.000 0.0001 12 0.000 0.000 0.002 0.0002 13 0.000 0.000 0.000 0.0000 14 0.000 0.000 0.002 0.0000 15 0.002 0.002 0.006 0.0005 16 0.000 0.000 0.000 0.0002 17 0.003 0.002 0.002 0.0021 18 0.001 0.001 0.001 0.0006 19 0.001 0.000 0.003 0.0002 20 0.010 0.001 0.002 0.0002 21 0.015 0.024 0.018 0.0014 22 0.000 0.000 0.000 0.0000 23 0.001 0.000 0.003 0.0003 24 0.000 0.000 0.015 0.0001
Sumber: Lampiran 3 halaman 101
Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa indeks M2 dari periode tahun 2009
sampai dengan tahun 2010 berada pada kisaran minimal 0,000006 hingga
kisaran maksimal yaitu sebesar 0,040. Periode tahun 2009 sampai dengan tahun
2010, indeks M2 dari hasil perhitungan secara merata di setiap bulannya bernilai
positif, hal ini menunjukkan bahwa dalam portofolio yang terbentuk tersebut
lebih baik daripada indeks pasar.
5.1.3 Pengujian Hipotesis
5.1.3.1 Konsistensi Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan M2 sebagai Pengukur
Kinerja Portofolio
Kinerja portofolio akan diukur dengan menggunakan empat indeks
yang berbeda yaitu indeks Sharpe, Treynor, Jensen maupun M2. Pengukuran
kinerja portofolio untuk ke empat indeks yang berbeda tersebut memerlukan
Lanjutan Tabel 5.5
66
data-data berupa return portofolio, standar deviasi, return pasar dan risk free
rate.
Mengingat formulasi dan karakteristik pengukuran kinerja dari masing-
masing adalah berbeda, maka nilai indeks kinerja yang diperoleh dari hasil
perhitungan angka indeks juga berbeda. Masing-masing metode kinerja
portofolio saham memiliki dasar angka relatif yang tidak dapat dibandingkan
secara langsung satu dengan yang lainnya mengingat metode pengukurannya
adalah berbeda-beda.
Penelitian ini akan mencoba menstandarisasi nilai angka indeks dari
keempat indeks pengukuran tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah keempat indeks pengukuran kinerja tersebut adalah berbeda
atau tidak ada beda, maka terlebih dahulu mencari nilai standar dari masing-
masing pengukuran kinerja. Nilai standar akan dihitung dengan menggunakan
masing-masing angka relatif dengan metode standardized (transformasi Z-
score). Z-score adalah cara mengkonversikan nilai data ke dalam skor
standardized yang memiliki nilai means (rata-rata) sama dengan nol dan standar
deviasinya sama dengan satu. Hasil perhitungan Z-score masing-masing indeks
pada berbagai tipe portofolio dapat dilihat pada lampiran 3.
Hasil perhitungan Z-score masing-masing keempat indeks tersebut
kemudian dilakukan analisis korelasi Pearson Product Moment untuk
mengetahui konsistensi diantara keempat indek tersebut dalam mengukur kinerja
portofolio saham. Pengujian dilakukan terhadap masing-masing keempat indeks
67
tersebut pada berbagai kelompok portofolio saham dengan bantuan program
SPSS for windows versi 17.0. Hasil uji korelasi risk adjusted performance
portofolio saham periode satu bulan tampak pada tabel berikut ini:
Tabel 5.6
Hasil Uji Korelasi Risk-Adjusted Performance
Portofolio Saham Periode 1 Bulan tahun 2009-2010
No Kelompok Portofolio
Saham
Risk Adjusted Performance
Indeks Sharpe
Indeks Treynor
Indeks Jensen
Indeks M2
Indeks Sharpe 1 0,001 0,232 0,977* 1 20 Saham Indeks Treynor 0,001 1 0,790* 0,013
Indeks Jensen 0,232 0,790* 1 0,228 Indeks M2 0,977* 0,013 0,228 1 Indeks Sharpe 1 0,006 0,089 0,904* 2 15 Saham Indeks Treynor 0,006 1 0,803* 0,057
Indeks Jensen 0,089 0,803* 1 0,036 Indeks M2 0,904* 0,057 0,036 1 Indeks Sharpe 1 0,075 0,307 0,997*
3 10 Saham Indeks Treynor 0,075 1 0,811* 0,075 Indeks Jensen 0,307 0,811* 1 0,341 Indeks M2 0,997* 0,075 0,341 1 Indeks Sharpe 1 0,036 0,093 0,878*
4 8 Saham Indeks Treynor 0,036 1 0,755* 0,289 Indeks Jensen 0,093 0,755* 1 0.080 Indeks M2 0,878* 0,289 0,080 1
Keterangan: *Signifikan 0,05 Sumber: Lampiran 4 halaman 104
Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukan bahwa ke empat indeks risk adjusted
performance memiliki korelasi secara statistik namun tidak signifikan untuk ke
empat jenis tipe portofolio dalam penelitian ini. Hasil korelasi diantara ke empat
indeks tersebut memberikan penjelasan bahwa terdapat dua kelompok, yaitu
kelompok pertama antara indeks Sharpe dan indeks M2 memiliki korelasi yang
68
kuat dan signifikan untuk keseluruhan tipe portofolio, ini berarti bahwa terdapat
kesamaan atau konsistensi antara kedua indeks dalam menilai kinerja portofolio
saham. Kelompok kedua yakni antara indeks Treynor dan indeks Jensen
memiliki korelasi yang kuat dan signifikan untuk keseluruhan tipe portofolio, ini
berarti bahwa terdapat kesamaan atau konsistensi antara kedua indeks dalam
menilai kinerja portofolio saham.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka pengujian hipotesis pertama
yang diajukan dalam penelitian ini yakni terdapat korelasi atau konsistensi
diantara risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe, indeks
Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio saham
di Bursa Efek Indonesia ditolak.
5.1.3.1 Uji Beda Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan M2 sebagai Pengukur
Kinerja Portofolio.
Hasil pengolahan data dari nilai indeks yang telah ditranformasikan ke
dalam bentuk Z-score tersebut dapat dilakukan uji beda dengan menggunakan
uji Kruskal-Wallis. Hasil dari uji statistik non-parametric menggunakan uji
Kruskal-Wallis dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 5.7
Hasil Uji Beda Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan M2
Jenis Portofolio Saham Signifikan 20 saham 0,000 15 saham 0,000 10 saham 0,036 8 saham 0,000
Sumber: Lampiran 4
69
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa ke empat jenis portofolio
dalam penelitian ini memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 sehingga
berdasarkan kriteria pengujian jika nilai probabilitas pengujian lebih kecil
dengan 0,05 (< 0,05), maka ke empat model pengukuran kinerja portofolio
adalah memiliki perbedaan yang bermakna. Hasil uji beda ini menunjukan
bahwa secara umum terdapat perbedaan yang signifikan diantara hasil
perhitungan ke empat indeks risk adjusted performance dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik ini menunjukan bahwa hipotesis
kedua yang diajukan dalam penelitian ini yakni terdapat perbedaan yang
signifikan diantara risk-adjusted performance yang meliputi indeks Sharpe,
indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 dalam mengukur kinerja portofolio
saham di Bursa Efek Indonesia diterima.
5.2 Pembahasan
Hasil uji korelasi alat ukur risk adjusted performance yang ditunjukan pada
Tabel 5.6 penelitian ini menunjukkan bahwa diantara indeks Sharpe, indeks
Treynor, indeks Jensen dan indeks M2 tidak konsisten sebagai pengukur kinerja
portofolio saham periode satu bulan di Bursa Efek Indonesia.
Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa ke empat alat ukur risk-adjusted
return memberikan hasil yang tidak konsisten sebagai pengukur kinerja portofolio
saham. Temuan ini mendukung hasil penelitian dari Wilson dan Jones (1981)
terhadap 34 reksa dana di Amerika Serikat, yang menunjukkan bahwa hubungan
antara ketiga alat ukur risk-adjusted return tersebut bisa negatif atau positif
70
tergantung pada return pasar yang digunakan sebagai variabel bebas (independent
Variabel). Temuan ini juga mendukung hasil penelitian dari Wiksuana dan
Purnawati (2008) yang menunjukan bahwa tidak terdapat konsistensi antara ketiga
alat ukur risk adjusted performance yang terdiri dari indeks Sharpe, indeks Treynor
dan indeks Jensen.
Temuan ini tidak mendukung hasil penelitian dari Yasmin dan Lawrence
dalam Jones (2002) yang menyimpulkan adanya konsistensi ketiga alat ukur tersebut
pada reksa dana di Inggris selama periode 1975-1993. Hasil penelitian ini juga tidak
mendukung hasil penelitian Wahyudi (2003) dalam Wiksuana dan Purnawati (2008)
menemukan konsistensi indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen pada
investasi insurance-linked saham dan reksa dana saham di Indonesia serta
penelitian-penelitian lainnya seperti penelitian Tuncer et al. (2001), Fadlul Fitri
(2002), Jagric et al. (2006), Ferdian dan Dewi (2006), Dharani dan Natrajam (2008)
Thanou (2008) dan Agustin Sulistyorini (2009) yang menemukan bahwa ketiga alat
ukur tersebut memberikan hasil yang konsisten.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa antara indeks Sharpe dan indeks
Treynor tidak memiliki konsistensi. Menurut Tandelilin (2010) menyatakan bahwa
perbedaan antara indeks Sharpe dan indeks Treynor disebabkan karena perbedaan
penggunaan garis pasar sebagai patok duga, indeks Sharpe mendasarkan
perhitungan pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga,
yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasi. Indeks
Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack
71
Treynor, dan Indeks ini ini sering disebut juga dengan reward to volatility ratio.
Kinerja portofolio pada indeks Treynor dilihat dengan cara menghubungkan tingkat
return portfolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaan indeks
Treynor dengan indeks Sharpe terletak pada penggunaan garis pasar sekuritas
(security market line) sebagai patok duga, dan bukan dengan garis pasar modal
seperti pada indeks Sharpe, sehingga antara indeks Sharpe dan indeks Treynor akan
memberikan informasi peringkat kinerja yang berbeda.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Novi Sulistiani (2006)
yang menemukan bahwa tidak adanya konsistensi antara indeks Sharpe dan indeks
Treynor, namun, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian dari Bel dan
Leger (1996) dalam Jones (2002) serta penelitian Timotej Jagric, Boris Podobnik,
Sebastjan Strasek, and Vita Jagric (2006), Debabsih (2006), Wiksuana dan
Purnawati (2008) serta penelitian Kuolis et. al (2011). Hasil penelitian mereka
menggambarkan bahwa terdapat konsistensi antara indeks Sharpe dengan indeks
Treynor.
Konsistensi antar indeks risk adjusted performance pada penelitian ini
ditemukan antara indeks Treynor dengan indeks Jensen. Konsistensi antara kedua
indeks ini terjadi sebagai akibat adanya persamaan dalam mengukur kinerja
portofolio dengan menggunakan garis pasar sekuritas sebagai dasar untuk membuat
persamaan. Menurut Tandelilin (2010) menyatakan bahwa persamaan antara indeks
Jensen dengan indeks Treynor adalah bahwa kedua indeks ukuran kinerja portofolio
tersebut menggunakan garis pasar sekuritas sebagai dasar untuk membuat
72
persamaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Wiksuana dan
Purnawati (2008) serta penelitian Agustin Sulityorini (2009) yang menemukan
konsistensi antara indeks Treynor dan indeks Jensen namun penelitian ini ini tidak
mendukung hasil penelitian dari Debabsish (2006) yang menemukan bahwa indeks
Treynor dan indeks Jensen tidak konsisten
Penelitian ini juga menunjukan temuan baru yaitu terdapat konsistensi antara
indeks Sharpe dengan indeks M2. Konsistensi yang terjadi diantara indeks Sharpe
dan indeks M2 terjadi akibat penggunaan total risiko di kedua indeks tersebut.
Indeks M2 memfokuskan pada volatilitas total sebagai ukuran risiko. Indeks M2
menyamakan ketidakstabilan portofolio teratur dengan pasar dengan menciptakan
portofolio hipotesis yang dibuat dari sekuritas bebas risiko dan portofolio teratur.
Jumlah yang diinvestasikan dalam portofolio teratur sama dengan rasio standar
deviasi portofolio pasar terhadap standar deviasi portofolio teratur, dan sisanya
diinvestasikan di sekuritas bebas risiko (Jogiyanto, 2009).
Diversifikasi merupakan metode dalam menurunkan risiko investasi, untuk
mengetahui seberapa besar suatu portofolio terdiversifikasi, maka perlu dilakukan
analisis regresi. Analisis tingkat diversifikasi terhadap empat jenis portofolio yang
dibentuk dalam penelitian ini dilakukan analisis regresi antara return portofolio
dengan return pasar. Hasil regresi tersebut akan didapatkan besarnya nilai kuadrat
dari koefisien korelasi yang sering disebut dengan koefisien determinasi (R2). Tabel
berikut ini menunjukkan hasil perhitungan R2 portofolio saham.
73
Tabel 5.8
Nilai R2 Portofolio Saham Periode 1 Bulan tahun 2009-2010
Jenis Portofolio Saham R2 20 saham 0.442 15 saham 0.803 10 saham 0.838 8 saham 0.855
Sumber: Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui bahwa nilai R2 dapat dijelaskan bahwa
pembentukan portofolio saham periode satu bulan cukup terdiversifikasi dengan
baik karena return portofolio tersebut hampir semua dipengaruhi oleh return pasar.
Temuan hasil penelitian ini menunjukan bahwa portofolio dengan jumlah 8 saham
memiliki nilai R2 sebesar 0,855 (85,5%) artinya bahwa return portofolio 8 saham
dipengaruhi oleh return pasar sebesar 85,5% yang dengan demikian portofolio 8
saham memiliki tingkat diversifikasi yang terbaik bila dibandingkan dengan
portofolio 20, 15 dan 10 saham.
Penelitian ini menunjukan bahwa semakin sedikit jumlah saham yang
membentuk portofolio, semakin terdiversifikasi dengan baik atau mendekati angka
1. Temuan ini menunjukan bahwa portofolio yang dibentuk oleh sekuritas-sekuritas
yang memiliki nilai ekses return dengan beta (excess return to beta ratio) tinggi
akan menunjukan kinerja return-risiko yang lebih baik dibandingkan dengan
portofolio lainnya. Excess Return Beta (ERB) sendiri merupakan sebagai selisih
return ekspektasian dengan return aktiva bebas risiko. Rasio ERB juga menunjukan
hubungan antara dua faktor penentu investasi, yaitu return dan risiko.
74
Penentuan sekuritas-sekuritas yang merupakan kandidat untuk dimasukan ke
dalam masing-masing portofolio diurutkan berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai
ERB terkecil. Sekuritas-sekuritas yang membentuk masing-masing tipe portofolio
dalam penelitian ini merupakan sekuritas-sekuritas yang dipilih berdasarkan
besarnya nilai ERB dibandingkan dengan cut-off point, selanjutnya ditentukan
jumlah sekuritasnya yang disesuaikan dengan tipe portofolio dalam penelitian,
sehingga portofolio yang dibentuk dalam penelitian ini termasuk dalam portofolio
optimal.
Temuan ini juga menegaskan hasil penelitian Pratomo dan Nugraha (2006)
yang mengemukakan bahwa manajer investasi di Indonesia umumnya memiliki
paling tidak delapan saham perusahaan di dalam portofolio reksa dana saham yang
dikelolanya.
5.3 Implikasi Penelitian
Berdasarkan nilai R2 tersebut dapat dijelaskan bahwa pembentukan
portofolio saham periode tiga bulan cukup terdiversifikasi dengan baik karena
mencerminkan risiko sistematis (risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan
melakukan diversifikasi). Indeks Treynor dan indeks Jensen lebih tepat digunakan
apabila suatu portofolio telah terdiversifikasi dengan baik, sedangkan indeks Sharpe
dan indeks M2 lebih tepat digunakan jika portofolio tersebut kurang terdiversifikasi
dengan baik.
Implikasi praktis dari temuan ini bagi pelaku pasar modal khususnya adalah
investor dan pelaku pasar modal dapat menggunakan indeks Treynor dan indeks
75
Jensen sebagai pengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek Indonesia karena
terbukti paling tepat sebagai pengukur kinerja portofolio saham untuk berbagai
kelompok portofolio saham dan relatif lebih baik dibandingkan dengan alat ukur
yang lain terutama indeks Sharpe dan indeks M2 dilihat dari tingkat diversifikasi
portofolio (nilai R2).
76
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1) Berdasarkan pengujian korelasi yang telah dilakukan menunjukkan hasil
bahwa diantara indeks Sharpe, indeks Treynor, indeks Jensen dan indeks M2
tidak konsisten sebagai pengukur kinerja portofolio saham di Bursa Efek
Indonesia. Terdapat dua kelompok, kelompok pertama menunjukan
konsistensi antara indeks Sharpe dengan indeks M2, dan kelompok kedua
menunjukan konsistensi antara indeks Treynor dengan indeks Jensen.
Inkonsistensi diantara ke empat indeks disebabkan perbedaan penggunaan
garis pasar sebagai patok duga. Indeks Sharpe dan indeks M2 menggunakan
garis pasar modal sebagai patok duga sehingga resiko yang dianggap relevan
adalah risiko total, sedangkan indeks Treynor dan indeks Jensen
menggunakan garis pasar sekuritas sebagai patok duga sehingga resiko yang
dianggap relevan adalah risiko sistematis.
2) Hasil uji beda menunjukan hasil perhitungan bahwa secara keseluruhan, ke
empat indeks dalam mengukur kinerja keempat jenis portofolio saham
berbeda signifikan. Hasil uji beda menegaskan bahwa inkonsistensi diantara
ke empat indeks disebabkan perbedaan penggunaan garis pasar sebagai patok
duga.
76
77
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan
saran-saran sehubungan dengan penelitian ini sebagai berikut:
1) Investor dan manajer investasi di Indonesia seyogyanya menggunakan
indeks Treynor dan indeks Jensen. Indeks Treynor dan indeks Jensen lebih
tepat digunakan karena pembentukan portofolio saham periode satu bulan
dalam penelitian ini cukup terdiversifikasi dengan baik karena
mencerminkan risiko sistematis (risiko yang tidak bisa dihilangkan dengan
melakukan diversifikasi), sedangkan indeks Sharpe dan indeks M2 lebih tepat
digunakan jika portofolio tersebut kurang terdiversifikasi dengan baik.
2) Penelitian ini di masa yang akan datang dapat menggunakan indeks lain
seperti Reward to Market Risk, Reward to Diversification dan Rasio
Informasi.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Nur Atiqah and Abdulah, Nur Adiana Hiau. 2009. The Performance Of
Malaysian Unit Trusts Investing In Domestic Versus International Markets, Asian Academy of Management Journal Of Accounting And Finance, Vol. 5, No. 2. pp. 77-100.
Amalia, Dewi dan Zaenal Arifin. 1999. Perbandingan Kinerja Portofolio Saham:
Periode Sebelum Krisis dan Periode Krisis, Sinergi UII, vol. 2 & No.1, Yogyakarta.
Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi
Kedelapan, Jilid 1 dan 2, Jakarta: Erlangga. (terjemahan). Darmawan, Hayu. 1998. Pengukuran Kinerja Portofolio Reksadana Sebagai Dasar
Pemilihan Investasi, Tesis, MM UGM, tidak dipublikasikan. Dharani, M., and Natrajam, P. 2008. Equanimity of Risk and Return Relationship
between Shariah Index and General Index in India, Journal of Economics and Behavioral Studies, Vol. 2, No. 5. pp. 213-222.
Debasish, Satya Swaroop. 2007. Performance Evaluation Choice Mutual Fund. SCMS
Journal of Indian Management, January-March. pp. 82-89. Elton, E.J, and Grubber. 1995. Modern Portfolio Theory and Invesment Analysis 5thed,
New York: John Wiley & Sons Inc. Fabbozi, Frank J. 1999. Manajemen Investasi, Jakarta: Salemba Empat. Fadlu, Fitri. 2002. Uji Konsistensi antara Sharpe, Jensen, dan Treynor Indeks sebagai
Alat Ukur Kinerja Portofolio (Studi Empiris pada BEJ Periode Juli 1994 sampai Juli 1997), Tesis, Universitas Gajah Mada (tidak dipublikasikan), Yogyakarta.
Fahmi, Irham dan Hadi, Yovi Lavianti. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi,
Bandung: Alfabeta. Ferdian, Reza Ilham and Dewi, Miranti Kartika. 2007. The Performance Analysis of
Islamic Mutual Funds–A Comparative Study between Indonesia and Malaysia. International Islamic Univerisity. pp. 1-16.
Fransiscus, Nanang Triana. 2002. Evaluasi Kinerja Reksadana Dengan Model
Multifaktor, Tesis, MM UNDIP, Tidak dipublikasikan, Semarang.
78
79
Grinblatt, Mark dan Sheridan Titman. 1993. Performance Measurement Without
Benchmarks; An Examination of Mutual Fund Return, Journal of Business vol 66, no. 1. pp. 47-68.
Gürsoy, Cudi Tuncer and Erzurumlu, Y. Ömer. 2001. Evaluation of Portfolio
performance Of Turkish Investment Funds, Doğuş Üniversitesi Dergisi. pp.43-57.
Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat. ----------------. 2008. Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi 2. Yogyakarta: AMP
YKPN Husnan, Suad. 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Yogyakarta:
UPP AMP YKPN Ippolito, Richard A. 1989. Efficiency With Costly Information: A Study of Mutual
Fund Performance, 1965-1984, The Quarterly Journal of Economics, Vol. 104, No. 1. pp. 1-23
Jagric, Timotej., Podobnik, Boris., Strasek, Sebastjan., and Jagric, Vita. 2006. Risk-
adjusted performance of mutual funds: Some tests, South-Eastern Europe Journal of Economics 2. pp. 233- 244.
Jensen, Michael C. 1968. The Performance of Mutual Funds in the Period 1945-1964.
Journal of Finance. Vol. 23, May. pp. 389- 416. Jogiyanto. 2003. Analisis Investasi dan Teori Portofolio, Yogyakarta: Gajah Mada
Press. ------------. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Yogyakarta: Gajah Mada
Press. Jones, Charles P, 2000, Investment Analysis and Management 7th ed, USA: John Wiley
& Sons Inc. ---------------------, 2002, Investment: Analysis and Management 8th Ed, New York:
John Willey & Sons Inc.
80
Kurniawan, Purnama. 2001. Analisis Kinerja Portafolio Saham Berdasarkan Model Indeks Tunggal dan Rasionalitas Investor Saham (Studi Kasus terhadap Kelompok Saham LQ 45 dan 20 Top Gainers), Tesis, Program Pasca Sarjana Magíster Manajemen Universitas Diponegoro ( tidak dipublikasikan ).
Koetin, E.A. 1993. Analisis Pasar Modal., Cetakan Kedua, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta. Krugman, Paul L., and Obstfeld, Maurice. 1999. Ekonomi Internasinal: Teori dan
Kebijakan, edisi kedua, PT Raja Grafindo Persada Jakarta, (terjemahan). Kuo, Tzu-Wei., and Mateus, Cesario. 2006. The Performance and Persistence of
Exchange-Traded Funds: Evidence for iShares MSCI country-specific ETFs. pp. 1-59.
Kuolis, Alexandros., Beneki, Christina., Adam, Maria., Botsaris Charalampos., 2011.
An Assessment of the Performance of Greek Mutual Equity Funds Selectivity and Market Timing, Applied Mathematical Sciences, Vol. 5, No. 4. pp. 159-171.
Markowitz, H. M., 1952. Portofolio Selection. Journal of Finance. pp. 77-91. Malkiel, Burton G. 1995. Return from Investing in Equity Mutual Fund 1971 to 1991,
The Journal of Finance, Vol. L, No. 2, Juni. pp. 549-572. Modigliani, Franco and Leah Modigliani. 1997. Risk- Adjusted Performance How to
Measure It and Why. Reprinted with permission from The Journal of Portofolio Management 23, pp. 45-54.
Outlook Ekonomi Indonesia 2008-2012. Biro Riset Ekonomi. Bank Indonesia Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. 2004. Reksa Dana: Solusi Perencanaan
Investasi di Era Modern. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Reilly, FR and KC Brown. 1997. Investment Analysis & Portfolio Management,
Thomson South-Western Robert Ang. 1997. Pasar Modal Indonesia, Indonesia: Mediasoft. Sartono, Agus R dan Sri Zulaihati. 1998. Rasionalitas Investor Terhadap Pemilihan
Saham dan Penentuan Portofolio Optimal dengan Model Indeks Tunggal di BEJ. Kelola, Gajah Mada.
Sharpe, W. F. 1966. Mutual Fund Performance, Journal of Bussines 39. pp. 119-138
81
Sharpe, W. F. 1964. Capital Assets Prices: A Theory of Market Equilibrium Under
Conditions of Risk, Journal of Financial 19, September. pp. 425-442. Sharpe, W.F. 1995. Risk, Market Sensitivy and Diversification, Financial Analysist
Journal, Januari-Februari. pp. 84-88. Solnik, Bruno, H. 1995. “Why not Diversify Internationally rather than Domestically”,
Financial Analysist Journal, Januari-Februari. pp.89-94. Statman, Meir. 1987. “How Many Stocks Make a Diversified Portofolio”, Journal of
Financial and Quantitative Analysis, Vol.22 no.2 September. pp. 353-363. Sugiyono, 2008, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketiga Belas, Alfabeta, Bandung Sulistyorini, Agustin. 2009. Analisis Kinerja Portofolio Saham Dengan Metode Sharpe,
Treynor Dan Jensen (Saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003 sampai 2007, Tesis, Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Sumariyah. 1997. Teori Portofolio: Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta:
UPP AMPN YKPN. Tandelilin, Eduardus. 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, BPFE,
Yogyakarta. Thanou, Eleni. 2008. Mutual Fund Evaluation During Up and Down Market Conditions:
The Case of Greek Equity Mutual Funds, International Research Journal of Finance and Economics. pp.80-93.
Treynor, Jack L., and Ferguson, Robert., 1985. In Defense of Technical Analysis, The
Journal of Finance, Vol. XL, No. 3. pp. 757-773. Yasmin and Lawrence. 1996. The Performance of UK Invesment Trust. The Service
Industries Journal, Vol 16 No.1. Yaacob, Mohd Hasimi and Noor Azuddin Yakob, 2002, A Study on Portofolio
Diversification Using Islamic –Approved Stocks in Malaysia, Proceedings for The Fourth Annual Malaysian Finance Association Symposium.
Yuswan Suryawan. 2003. Evaluasi Kinerja Portofolio Saham di BEJ (Studi Empiris
Saham-Saham LQ 45), Tesis, Program Pasca Sarjana Magíster Manajemen Universitas Diponegoro ( tidak dipublikasikan).
82
Wiksuana, IGB dan Purnawati, Ni Luh. 2008. Konsistensi Risk-Adjusted Performance
Sebagai Pengukur Kinerja Portofolio Saham Di Pasar Modal Indonesia. Buletin Studi Ekonomi, Vol. 13, No. 2. pp. 172-183.
www.idx.co.id
www.yahoofinanceindonesia.com
www.britama.co.id
www.bi.go.id
84
Lampiran 1: Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Penelitian Metode dan Alat
Analisis Hasil Penelitian
1. Yasmin dan Lawrence,1996
The Performance of UK Invesment Trust.
Sharpe, Treynor dan Jensen, CAPM dan Uji statistic Durbin Watson
Adanya korelasi terhadap ketiga alat ukur yaitu Sharpe,Jensen, dan Treynor Menunjukkan derajat yang tinggi pada reksadana.
2. Kurniawan dan Purnama, 2001
Analisis Kinerja Portafolio Saham Berdasarkan Model Indeks Tunggal dan Rasionalitas Investor Saham (Studi Kasus terhadap Kelompok Saham LQ 45 dan 20 Top Gainers).
Indeks Sharpe, Treynor, Jensen, dan t-test
Indeks Sharpe,Treynor, dan Jensen selalu konsisten menunjukkan bahwa portofolio dari LQ45 bekerja lebih efisien dibandingkan dengan saham non LQ 45.
85
3.
Cudi Tuncer Gürsoy and Y. Ömer Erzurumlu, 2001
Evaluation of Portfolio performance Of Turkish Investment Funds
Sharpe, Treynor, Jensen, and Graham&Harvey indices, Spearman correlation, Wilcoxon Signed-Rank
Hasil Penelitian menunjukan Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan Graham & Harvey menunjukan hasil kirelasi positif dan signifikan.
4. Fadlul Fitri, 2002
Uji Konsistensi antara Sharpe, Jensen, dan Treynor Indeks sebagai Alat Ukur Kinerja Portofolio (Studi Empiris pada BEJ Periode Juli 1994 sampai Juli 1997).
Metode Sharpe,Jensen,dan Treynor dengan kendall coeficient of concordance “W”
Nilai rata-rata keseluruhan untuk RVAR,RVOL dan ALPHA dari portofolio yang terdiri dari saham-saham beragam industri yang tidak termasuk ke dalam ILQ 45,sehingga saham yang layak untuk diinvestasikan adalah saham-saham ILQ 45. Hasil statistik adalah beta dan uji konsitensi menunjukkan nilai statistik W signifikan.
86
5.
Yusman Suryawan, 2003
Evaluasi Kinerja Portofolio Saham di BEJ (Studi Empiris Saham-Saham LQ 45).
Metode Sharpe, Jensen, dan Treynor dengan transportasi ZScore (standardized).
Pengukuran kinerja portofolio dengan metode Sharpe, Jensen, dan Treyonor akan memiliki karakteristik angka indeks yang berbeda satu sama lain,sehingga tidak dapat dibandingkan satu sama lainnya secara langsung sehingga diperlukan standarisasi ukuran kinerja.
6.
Timotej Jagric, Boris Podobnik, Sebastjan Strasek, and Vita Jagric. 2006
Risk-adjusted performance of mutual funds: Some tests
Metode Sharpe dan Treynor
Hasil penelitian menunjukan bahwa metode Sharpe dan Treynor selalu memperlihatkan hasil yang sama.
7. Ilham Reza Ferdian and Miranti Kartika Dewi, 2006
The Performance Analysis of Islamic Mutual Funds–A Comparative Study between Indonesia and Malaysia
Metode Sharpe, Treynor dan Jensen Index
Hasil penelitian menunjukan bahwa penilaian kienrja portofolio selalu menunjukan hasil yang sama dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen Index.
87
8. Debabsish, 2007
Performance Evalution Mutual Funds.
Metode Sharpe, Treynor dan Jensen serta Alat Analisis t-test
Shape dan Treynor menunjukan hasil pengukuran yang sama sedangkan Jensen menunjukan hasil pengukuran yang berbeda.
9. M. Dharani and P. Natrajam, 2008
Equanimity of Risk and Return Relationship between Shariah Index and General Index in India
Metode Sharpe, Treynor dan Jensen
Hasil penelitian menunjukan bahwa metode Sharpe, Treynor dan Jensen tidak berbeda signifikan dan konsisten
10. I Gusti Bagus Wiksuana dan Ni Ketut Purnawati, 2008
Konsistensi Risk-Adjusted Performance Sebagai Pengukur Kinerja Portofolio Saham di Pasar Modal Indonesia
Rata-rata Kumulatif dan Menguji konsistensi Indeks Sharpe, Indeks Treynor, dan Indeks Jensen, Pearson Product Moment Correlation.
Hasil uji korelasi alat ukur risk-adjusted performance menunjukkan bahwa Indeks Sharpe dan Indeks Treynor konsisten, serta Indeks Treynor dan Indeks Jensen konsisten, namun Indeks Sharpe dan Indeks Jensen inkonsisten pengukur kinerja portofolio saham periode tiga bulan di Bursa Efek Jakarta. Indeks Treynor
88
memiliki konsistensi yang lebih baik untuk segala tipe portofolio.
11.
Eleni Thanou, 2008
Mutual Fund Evaluation During Up and Down Market Conditions: The Case of Greek Equity Mutual Funds
Metode Sharpe, Treynor, Jensen dengan metode Analisis Spearman Rank correlation
Hasil uji korelasi metode Sharpe, Treynor dan Jensen memiliki korelasi yang tinggi dan tidak berbeda secara signifikan.
12. Agustin Sulistyorini, 2009
Analisis kinerja portofolio saham dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen (Saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003sampai dengan 2009
Metode Sharpe, Jensen, dan Treynor dengan transportasi ZScore (standardized)
Hasil menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara pengujian dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Indeks Treynor memiliki konsistensi lebih baik diantara ketiga risk adjusted performance.
12. Nur Atiqah Abdullah and Nur Adiana Hiau Abdullah, 2009
The Performance Of Malaysian Unit Trusts Investing In Domestic Versus International Markets
Metode Sharpe, Treynor dan Jensen
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak adanya perbedaan yang signieifikan antara pengujian dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen.
89
13. Alexandros Kuolis, Christina Beneki, Maria Adam, Charalampos Botsaris, 2011
An Assessment of the Performance of Greek Mutual Equity Funds Selectivity and Market Timing
Metode Sharpe dan Treynor
Hasil penelitian menunjukan bahwa peringkat perhitungan Sharpe dan Treynor sama
90
Lampiran 2: Sampel Penelitian
Unit Sampel Primer Periode Return diatas
rata-rata Return dibawah
rata-rata Januari/09 180 125 Februari/09 176 129 Maret/09 102 203 April/09 109 196 Mei/09 137 168 Juni/09 131 174 Juli/09 68 237 Agustus/09 108 197 September/09 97 208 Oktober/09 121 184 Nopember/09 145 160 Desember/09 95 210 Januari/10 94 211 Februari/10 92 213 Maret/10 118 187 April/10 120 185 Mei/10 55 250 Juni/10 108 197 Juli/10 108 197 Agustus/10 92 213 September/10 109 196 Oktober/10 120 185 Nopember/10 92 213 Desember/10 147 158
91
Unit Sampel Sekunder Periode Return diatas
rata-rata Return dibawah
rata-rata Korelasi antar return
saham rendah Korelasi antar
return saham tinggi Januari/09 46 90 Februari/09 61 77 Maret/09 76 80 April/09 84 90 Mei/09 58 40 Juni/09 43 58 Juli/09 65 86 Agustus/09 88 76 September/09 90 55 Oktober/09 77 61 Nopember/09 76 80 Desember/09 99 87 Januari/10 66 63 Februari/10 87 96 Maret/10 94 83 April/10 66 78 Mei/10 68 51 Juni/10 89 99 Juli/10 87 75 Agustus/10 98 89 September/10 69 91 Oktober/10 57 76 Nopember/10 73 88 Desember/10 79 91
92
Kelompok Saham Return Tinggi Korelasi Rendah Periode Keterangan Jumlah Kode Emiten
Januari/09 Portofolio Tipe I 20 ADRO, CTRA, EKAD, LPCK, SAFE, EXCL MCOR, YPAS, CTRS,SULI, INCO, ASDM, GGRM, SRSN, HOME, HMSP, ASI, PGAS, LION, IGAR.
Portofolio Tipe II 15 ADRO, CTRA, EKAD, LPCK, SAFE, EXCL MCOR, YPAS, CTRS,SULI, INCO, ASDM, SRSN, HOME, HMSP.
Portofolio Tipe III 10 ADRO, EKAD, INDF, SAFE, MCOR, SULI, ASDM, SRSN, HOME, HMSP.
Portofolio Tipe IV 8 ADRO, EKAD, INDF, SAFE, SULI, ASDM, SRSN, HOME.
Februari/09 Portofolio Tipe I 20 PTRO, WOMF, ADES, SDMR, BUMI, PICO,KLBF, CFIN, PWON, RODA, ELTY, UNSP, VOKS, BYAN, ALTA, MEDC, BMSR, INDY, LTLS, BDMN.
Portofolio Tipe II 15 PTRO, WOMF, ADES, SDMR, BUMI, PICO,KLBF, CFIN, PWON, RODA, ELTY, UNSP, VOKS, BYAN, ALTA.
Portofolio Tipe III 10 PTRO, WOMF, ADES, SDMR, BUMI, PICO,KLBF, CFIN, PWON,
Portofolio Tipe IV 8 PTRO, WOMF, ADES, SDMR, BUMI, PICO,KLBF.
Maret/09 Portofolio Tipe I 20 SMMA, MDRN, SCPI,DULA, JPRS, KDSI, IKBI, TURI, KAEF, MIRA, IIKP, ETWA, LTCS, INTA, INAI, KDSI, RAJA, GPRA, BBCA, PLAS.
Portofolio Tipe II 15 SMMA, MDRN, SCPI,DULA, JPRS, KDSI, IKBI, TURI, KAEF, MIRA, IIKP, ETWA, LTCS, INTA, INAI.
Portofolio Tipe III 10 SMMA, MDRN, SCPI,DULA, JPRS, KDSI, IKBI, TURI, KAEF, MIRA.
Portofolio Tipe IV 8 SMMA, MDRN, SCPI,DULA, JPRS, KDSI, IKBI, TURI.
April/09 Portofolio Tipe I 20 ADMF, ANTM, ASIA, ASRM, BBNI, BNBR, BKSL, BTEL, BIYN, CTRP, DEWA, INRG, FPNI, INAI, OKAS, SULI, UNSP, TRUB, WIKA, TPIA.
Portofolio Tipe II 15 ADMF, ANTM, ASIA, ASRM, BBNI, BNBR, BKSL, BTEL, BIYN, CTRP, DEWA, INRG, FPNI, INAI, OKAS
93
Portofolio Tipe III 10 ADMF, ANTM, ASIA, ASRM, BBNI, BNBR, BKSL, BTEL, BIYN, CTRP.
Portofolio Tipe IV 8 ADMF, ANTM, ASIA, ASRM, BBNI, BNBR, BKSL, BTEL.
Mei/09 Portofolio Tipe I 20 RAJA, BAYU, ATPK, HITS, DEWA, TMPO, JIHD, GGRM, POLY, SMAR, SMRA, BBNI, JSMR, ADMG, INDY, AKRA, TRIM, ASII, BUDI, BBLD
Portofolio Tipe II 15 RAJA, BAYU, ATPK, HITS, DEWA, TMPO, JIHD, GGRM, POLY, SMAR, SMRA, BBNI, JSMR, ADMG, INDY.
Portofolio Tipe III 10 RAJA, BAYU, ATPK, HITS, DEWA, TMPO, JIHD, GGRM, POLY, SMAR.
Portofolio Tipe IV 8 RAJA, BAYU, ATPK, HITS, DEWA, TMPO, JIHD, GGRM.
Juni/09 Portofolio Tipe I 20 ATPK, INPS, PRAS, GDYR, CTTH, INTP, JPFA, INCO, JKSW, ADMG, AKRA, IDKM, MAPI, PGAS, CEKA, BMRI, SMAR, ERTX, MBAI, FAST,
Portofolio Tipe II 15 ATPK, INPS, PRAS, GDYR, CTTH, INTP, JPFA, INCO, JKSW, ADMG, AKRA, IDKM, MAPI, PGAS, CEKA.
Portofolio Tipe III 10 ATPK, INPS, PRAS, GDYR, CTTH, INTP, JPFA, INCO, JKSW, ADMG.
Portofolio Tipe IV 8 ATPK, INPS, PRAS, GDYR, CTTH, INTP, JPFA, INCO.
Juli/09 Portofolio Tipe I 20 SIAP, PUDP, AKKU, AHAF, CPIM, CMPP, BUMI, RIGS, RBMS, INDS, IMPC, KICI, PWSI, JIHD, GMTD, MYOR, SMRA, SMCB, STTP, SHID,
Portofolio Tipe II 15 SIAP, PUDP, AKKU, AHAF, CPIM, CMPP, BUMI, RIGS,RBMS, INDS, IMPC, KICI, PWSI, JIHD, GMTD, MYOR
Portofolio Tipe III 10 SIAP, PUDP, AKKU, AHAF, CPIM, CMPP, BUMI, RIGS,RBMS, INDS.
Portofolio Tipe IV 8 SIAP, PUDP, AKKU, AHAF, CPIM, CMPP, BUMI, RIGS.
Agustus/09 Portofolio Tipe I 20 DILD, LPIN, MCOR, SIAP, SDPC, SCPI, MBAI, DOID, DGIK, CPIN, ITMA, KBRI, PTPN, PWON, BMBR, BNLI, ASBI, ADMF, INRU, PLAS
94
Portofolio Tipe II 15 DILD, LPIN, MCOR, SIAP, SDPC, SCPI, MBAI, DOID, DGIK, CPIN, ITMA, KBRI, PTPN, PWON, BMBR.
Portofolio Tipe III 10 DILD, LPIN, MCOR, SIAP, SDPC, SCPI, MBAI, DOID, DGIK, CPIN.
Portofolio Tipe IV 8 DILD, LPIN, MCOR, SIAP, SDPC, SCPI, MBAI, DOID.
September/09 Portofolio Tipe I 20 SDRA, ITTG, PUDP, SAIP, KIAS, MASA, HOME, FORU, GJL, AKKU, AKPI, ADES, ADMG, DILD, BTON, BMRI, INRU, PKPK, TKGA, UNTR.
Portofolio Tipe II 15 SDRA, ITTG, PUDP, SAIP, KIAS, MASA, HOME, FORU, GJL, AKKU, AKPI, ADES, ADMG, DILD, BTON,
Portofolio Tipe III 10 SDRA, ITTG, PUDP, SAIP, KIAS, MASA, HOME, FORU, GJL, AKKU,
Portofolio Tipe IV 8 SDRA, ITTG, PUDP, SAIP, KIAS, MASA, HOME, FORU
Oktober/09 Portofolio Tipe I 20 MCOR, KOIN, MTFN, APIC, PTRO, RIMO, BABP, RINA, SCPI, SMSM, TPIA, UNIT, WOMF, ITMA, INDR, INAI, ACES, ADRO, ANTA, ASRM
Portofolio Tipe II 15 MCOR, KOIN, MTFN, APIC, PTRO, RIMO, BABP, RINA, SCPI, SMSM, TPIA, UNIT, WOMF, ITMA, INDR,
Portofolio Tipe III 10 MCOR, KOIN, MTFN, APIC, PTRO, RIMO, BABP, RINA, SCPI, SMSM,
Portofolio Tipe IV 8 MCOR, KOIN, MTFN, APIC, PTRO, RIMO, BABP, RINA.
Nopember/09 Portofolio Tipe I 20 LPPF, RAJA, TRIL, BAPA, ERTX, BEKS, BVIC, ABDA, ADMF, JPFA, MBAI, MLBI, SDPC, SOBI, SMMA, ULTJ, UNVR, YPAS, WEHA,ACES
Portofolio Tipe II 15 LPPF, RAJA, TRIL, BAPA, ERTX, BEKS, BVIC, ABDA, ADMF, JPFA, MBAI, MLBI, SDPC, SOBI, SMMA.
Portofolio Tipe III 10 LPPF, RAJA, TRIL, BAPA, ERTX, BEKS, BVIC, ABDA, ADMF, JPFA.
Portofolio Tipe IV 8 LPPF, RAJA, TRIL, BAPA, ERTX, BEKS, BVIC, ABDA.
Desember/09 Portofolio Tipe I 20 LPPF, PLIN, TFCO, TRAM, INRU, JKON, BATA, BKDP, AHAP, AKPI, BBLD, FAST,
95
IKBI, LPIN, ASIA, ARTI, KPIG, BNBA, CMPP, LION
Portofolio Tipe II 15 LPPF, PLIN, TFCO, TRAM, INRU, JKON, BATA, BKDP, AHAP, AKPI, BBLD, FAST, IKBI, LPIN, ASIA.
Portofolio Tipe III 10 LPPF, PLIN, TFCO, TRAM, INRU, JKON, BATA, BKDP, AHAP, AKPI
Portofolio Tipe IV 8 LPPF, PLIN, TFCO, TRAM, INRU, JKON, BATA, BKDP.
Januari/10 Portofolio Tipe I 20 LPPF, KIAS, ITTG, CTRA, BMSR, BCAP, GSMF, MPPA, RALS, SCPI, BTPN, ADMF, AUTO, CENT, ELTY, EXCL, STTP, INKP, TFCO, TINS.
Portofolio Tipe II 15 LPPF, KIAS, ITTG, CTRA, BMSR, BCAP, GSMF, MPPA, RALS, SCPI, BTPN, ADMF, AUTO, CENT, ELTY.
Portofolio Tipe III 10 LPPF, KIAS, ITTG, CTRA, BMSR, BCAP, GSMF, MPPA, RALS, SCPI.
Portofolio Tipe IV 8 LPPF, KIAS, ITTG, CTRA, BMSR, BCAP, GSMF, MPPA.
Februari/10 Portofolio Tipe I 20 SAIP, BHIT, DUTI, ERTX, KIAS, LAMI, PLAS, ASDM, AIMS, ANTA, TBMS, SMSM, TGKA, RFCO,ULTJ, UNTX, BEKS, BCAP, ANTA, ASRI.
Portofolio Tipe II 15 SAIP, BHIT, DUTI, ERTX, KIAS, LAMI, PLAS, ASDM, AIMS, ANTA, TBMS, SMSM, TGKA, RFCO,ULTJ.
Portofolio Tipe III 10 SAIP, BHIT, DUTI, ERTX, KIAS, LAMI, PLAS, ASDM, AIMS, ANTA
Portofolio Tipe IV 8 SAIP, BHIT, DUTI, ERTX, KIAS, LAMI, PLAS, ASDM.
Maret/10 Portofolio Tipe I 20 MDRN, RAJA, KOIN, LPIN, ABDA, ARNA, ASDM, BAYU, BNLI, CPIN, BMSR, ELSA, GJTL, GSMF, LAMI, PICO, SDRA, RICY, TBMS, WEHA.
Portofolio Tipe II 15 MDRN, RAJA, KOIN, LPIN, ABDA, ARNA, ASDM, BAYU, BNLI, CPIN, BMSR, ELSA, GJTL, GSMF, LAMI.
Portofolio Tipe III 10 MDRN, RAJA, KOIN, LPIN, ABDA, ARNA, ASDM, BAYU, BNLI, CPIN.
Portofolio Tipe IV 8 MDRN, RAJA, KOIN, LPIN, ABDA, ARNA, ASDM, BAYU.
96
April/10 Portofolio Tipe I 20 IDKM, TMPI, AUTO, BAPA, KICI, BKSL, ADHI, AMFG, BBKP, BSDE, CFIN, INRU, JPRS, LAMI, MDLN, SAIP, SMDM, PNIN, NIPS, TOTL.
Portofolio Tipe II 15 IDKM, TMPI, AUTO, BAPA, KICI, BKSL, ADHI, AMFG, BBKP, BSDE, CFIN, INRU, JPRS, LAMI, MDLN.
Portofolio Tipe III 10 IDKM, TMPI, AUTO, BAPA, KICI, BKSL, ADHI, AMFG, BBKP, BSDE.
Portofolio Tipe IV 8 IDKM, TMPI, AUTO, BAPA, KICI, BKSL, ADHI, AMFG.
Mei/10 Portofolio Tipe I 20 AHAP, BABP, ESTI, RAJA, INRU, LPIN, KICI, BMSR, CMPP, GGRM, UNVR, AIMS, AISA, APIC, ASBI, BATA, INDX, JKON, LAPD, MYOR.
Portofolio Tipe II 15 AHAP, BABP, ESTI, RAJA, INRU, LPIN, KICI, BMSR, CMPP, GGRM, UNVR, AIMS, AISA, APIC, ASBI.
Portofolio Tipe III 10 AHAP, BABP, ESTI, RAJA, INRU, LPIN, KICI, BMSR, CMPP, GGRM.
Portofolio Tipe IV 8 AHAP, BABP, ESTI, RAJA, INRU, LPIN, KICI, BMSR.
Juni/10 Portofolio Tipe I 20 IKBI, IDKM, ADHI, APIC, INTA, ATPK, BRNA, CNKO, DOID, POLY, RAJA, ERTX, INDX, KLBF, LPPF, MEGA, MYOR, RICY, TBMS, TRAM.
Portofolio Tipe II 15 IKBI, IDKM, ADHI, APIC, INTA, ATPK, BRNA, CNKO, DOID, POLY, RAJA, ERTX, INDX, KLBF, LPPF.
Portofolio Tipe III 10 IKBI, IDKM, ADHI, APIC, INTA, ATPK, BRNA, CNKO, DOID, POLY.
Portofolio Tipe IV 8 IKBI, IDKM, ADHI, APIC, INTA, ATPK, BRNA, CNKO.
Juli/10 Portofolio Tipe I 20 ASDM, DUTI, BAYU, CMPP, CPIN, JPFA, BATA, ABDA, ANTA, ERTX, HOME, IMAS, LPLI, MDRN, MDLN, NISP, MYOR, PTRO, PUDP, RMBA.
Portofolio Tipe II 15 ASDM, DUTI, BAYU, CMPP, CPIN, JPFA, BATA, ABDA, ANTA, ERTX, HOME, IMAS, LPLI, MDRN, MDLN.
Portofolio Tipe III 10 ASDM, DUTI, BAYU, CMPP, CPIN, JPFA, BATA, ABDA, ANTA, ERTX
97
Portofolio Tipe IV 8 ASDM, DUTI, BAYU, CMPP, CPIN, JPFA, BATA, ABDA.
Agustus/10 Portofolio Tipe I 20 IMAS, FISH, MAPI, DUTI, AKKU, BAEK, BATA, INDR, BISI, PLAS, PTRO, SAIP, BTPN, CPIN, HITS, INTA, KIJA, PWSI, SIMA, TKIM.
Portofolio Tipe II 15 IMAS, FISH, MAPI, DUTI, AKKU, BAEK, BATA, INDR, BISI, PLAS, PTRO, SAIP, BTPN, CPIN, HITS.
Portofolio Tipe III 10 IMAS, FISH, MAPI, DUTI, AKKU, BAEK, BATA, INDR, BISI, PLAS.
Portofolio Tipe IV 8 IMAS, FISH, MAPI, DUTI, AKKU, BAEK, BATA, INDR.
September/10 Portofolio Tipe I 20 ADES, IMAS, KBRI, LPIN, IDKM, BMSR, BRAM, CPIN, EKAD, FISH, MAPI, INDX, JPRS, GMTD, BACA, BFIN, AIMS, ADHI, ASGR, APIC.
Portofolio Tipe II 15 ADES, IMAS, KBRI, LPIN, IDKM, BMSR, BRAM, CPIN, EKAD, FISH, MAPI, INDX, JPRS, GMTD, BACA.
Portofolio Tipe III 10 ADES, IMAS, KBRI, LPIN, IDKM, BMSR, BRAM, CPIN, EKAD, FISH.
Portofolio Tipe IV 8 ADES, IMAS, KBRI, LPIN, IDKM, BMSR, BRAM, CPIN.
Oktober/10 Portofolio Tipe I 20 JRPT, HOME, INPC, VOKS, PNIN, SHID, SONA, TBMS, TMAS, TRST, SGRO, BEKS, CMNP, BLTA, ACES, APOL, ASRI, BVIC, DUTI, MEDC.
Portofolio Tipe II 15 JRPT, HOME, INPC, VOKS, PNIN, SHID, SONA, TBMS, TMAS, TRST, SGRO, BEKS, CMNP, BLTA, ACES.
Portofolio Tipe III 10 JRPT, HOME, INPC, VOKS, PNIN, SHID, SONA, TBMS, TMAS, TRST.
Portofolio Tipe IV 8 JRPT, HOME, INPC, VOKS, PNIN, SHID, SONA, TBMS.
Nopember/10 Portofolio Tipe I 20 MAIN, INDS, MBAI, POLY, SIPD, TFCO, WOMF, APIC, BBNI, AKKU, ABDA, CFIN, ESTI, HMSP, BRAM, KBLV, BNBR, BSDE, BUMI, BTPN.
Portofolio Tipe II 15 MAIN, INDS, MBAI, POLY, SIPD, TFCO, WOMF, APIC, BBNI, AKKU, ABDA, CFIN, ESTI, HMSP, BRAM.
98
Portofolio Tipe III 10 MAIN, INDS, MBAI, POLY, SIPD, TFCO, WOMF, APIC, BBNI, AKKU.
Portofolio Tipe IV 8 MAIN, INDS, MBAI, POLY, SIPD, TFCO, WOMF, APIC.
Desember/10 Portofolio Tipe I 20 OMRE, ASIA, MREI, IKBI, BMSR, CFIN, ENRG, GEMA, IGAR, ADMG, KOIN, LSIP, TBMS, TFCO, ADMG, ADHI, VOKS, VRNA, WIKA, YPAS
Portofolio Tipe II 15 OMRE, ASIA, MREI, IKBI, BMSR, CFIN, ENRG, GEMA, IGAR, ADMG, KOIN, LSIP, TBMS, TFCO, ADMG.
Portofolio Tipe III 10 OMRE, ASIA, MREI, IKBI, BMSR, CFIN, ENRG, GEMA, IGAR, ADMG.
Portofolio Tipe IV 8 OMRE, ASIA, MREI, IKBI, BMSR, CFIN, ENRG, GEMA.
99
Lampiran 3: Nilai Z-score Indeks Sharpe, Treynor, Jensen dan M2
Tipe Portofolio
Periode Z-score Sharpe
Z-score Treynor
Z-score Jensen
Z-score M2
20 saham
1 0.85165 0.77111 0.62879 -0.01167 2 -0.79472 -0.55453 -0.56260 -0.57207 3 0.79565 1.60837 1.42306 -0.01167 4 1.75884 2.34096 1.42306 0.82891 5 1.24365 -0.38011 0.23166 0.54872 6 -0.86192 -0.81617 -0.95974 -0.57207 7 -0.01073 0.26527 0.62879 -0.29187 8 -0.60432 -0.72896 -0.56260 -0.29187 9 0.03407 -0.13591 -0.16547 -0.29187 10 -0.40273 -0.79873 -0.16547 -0.57207 11 -0.41393 -0.86850 -0.95974 -0.57207 12 -0.35793 -0.08358 -0.56260 -0.57207 13 -0.85072 -0.65919 -0.95974 -0.57207 14 -0.90672 -0.78129 -0.95974 -0.57207 15 -0.80592 2.39329 1.02593 -0.01167 16 -0.95152 -0.31034 -0.16547 -0.57207 17 0.32526 0.16062 1.02593 0.26852 18 0.16846 -0.29289 -0.16547 -0.29187 19 -0.04433 -0.65919 -0.95974 -0.29187 20 0.44846 -0.51965 -0.56260 2.22989 21 3.18121 1.62581 3.01159 3.63087 22 -0.71632 -0.51965 -0.56260 -0.57207 23 -0.27953 -0.38011 -0.56260 -0.29187 24 -0.80592 -0.67663 -0.56260 -0.57207
Tipe Portofolio
Periode Z-score Sharpe
Z-score Treynor
Z-score Jensen
Z-score M2
15 saham
1 0.93776 0.48074 0.68237 -0.15414 2 -0.77079 -0.56127 -0.61054 -0.35967 3 1.07755 2.73282 1.54430 0.05138 4 2.30461 0.46393 1.54430 0.46243 5 1.49693 -0.38480 0.68237 0.25691 6 -0.72419 -0.77135 -1.04151 -0.35967 7 0.11455 0.53956 1.11333 -0.15414 8 -0.70866 -0.68732 -0.61054 -0.35967 9 0.23881 -0.13270 0.25140 -0.15414 10 -0.33589 -0.51085 -0.61054 -0.35967 11 -0.91058 -0.68732 -1.04151 -0.35967 12 -0.58440 -0.39320 -0.61054 -0.35967
100
13 -0.94165 -0.77976 -1.04151 -0.35967 14 -0.97271 -0.80497 -1.04151 -0.35967 15 1.32607 2.71602 1.54430 0.05138 16 -0.41355 -0.36799 -0.17957 -0.35967 17 0.02136 0.42192 1.11333 0.05138 18 -0.10290 -0.21674 -0.17957 -0.15414 19 -0.87952 -0.58648 -1.04151 -0.35967 20 -0.56887 -0.46043 -0.61054 -0.15414 21 2.11822 1.44712 1.97527 4.57293 22 -0.66207 -0.46883 -0.61054 -0.35967 23 -0.33589 -0.43522 -0.61054 -0.35967 24 -0.72419 -0.55287 -0.61054 -0.35967
Tipe Portofolio
Periode Z-score Sharpe
Z-score Treynor
Z-score Jensen
Z-score M2
10 saham
1 0.53916 0.75257 0.44607 -0.47000 2 -0.68376 -0.62862 -1.08331 -0.58168 3 0.80358 1.59495 1.21075 0.98188 4 -0.51850 0.38071 1.59310 -0.13495 5 -0.60113 -0.20743 0.82841 -0.24663 6 -0.60113 -0.49202 -1.08331 -0.58168 7 3.53037 0.00506 0.82841 3.88565 8 -0.74987 -0.72348 -1.08331 -0.58168 9 0.15906 -0.35162 0.06372 0.20010 10 -0.25409 -0.68554 -0.31862 -0.35832 11 -0.70029 -0.75004 -1.08331 -0.58168 12 -0.55156 -0.53755 -0.70096 -0.35832 13 -0.78292 -0.75763 -1.08331 -0.58168 14 -0.56808 -0.73107 -0.70096 -0.35832 15 0.14254 -0.66277 0.06372 0.08842 16 -0.33672 -0.71589 -0.31862 -0.58168 17 0.39043 -0.67795 0.82841 -0.35832 18 -0.70029 -0.73866 -0.31862 -0.47000 19 -0.08883 0.74878 0.06372 -0.24663 20 -0.50198 -0.50340 -0.70096 -0.35832 21 1.58030 2.26657 1.59310 1.42862 22 -0.56808 -0.46166 -0.70096 -0.58168 23 -0.28714 1.51906 -0.70096 -0.24663 24 1.34893 2.35764 2.35778 1.09357
101
Tipe Portofolio
Periode Z-score Sharpe
Z-score Treynor
Z-score Jensen
Z-score M2
8 saham
1 0.54917 0.53589 0.43183 0.18587 2 -0.94862 -0.73264 -0.94706 -0.68151 3 0.98147 2.33179 1.63280 0.68151 4 2.60895 0.49541 1.94416 2.91190 5 1.61212 -0.37189 0.83215 1.92061 6 -0.29254 -0.81084 -0.36882 -0.06196 7 0.70175 -0.05200 1.14352 0.55760 8 -1.03254 -0.87057 -1.08050 -0.80542 9 0.15756 -0.37031 0.12047 -0.06196 10 -0.32815 0.36259 -0.41330 -0.68151 11 -0.96388 -0.67919 -0.94706 -0.68151 12 -0.67653 -0.59549 -0.72466 -0.55760 13 -1.00711 -0.85092 -1.03602 -0.80542 14 -1.06305 -0.88040 -1.12498 -0.80542 15 0.06347 0.47655 0.20943 -0.18587 16 -0.54175 -0.29447 -0.45778 -0.55760 17 0.73735 0.24902 1.45488 1.79670 18 0.27199 -0.34909 0.07599 -0.06196 19 -0.17811 1.37568 -0.01297 -0.55760 20 -0.50869 -0.56798 -0.63570 -0.55760 21 1.86133 2.99395 1.98864 0.92933 22 -0.79096 -0.33298 -0.81362 -0.80542 23 -0.39426 -0.56248 -0.54674 -0.43369 24 -0.81893 -0.49960 -0.72466 -0.68151
102
Lampiran 4: Outpus SPSS Uji Pearson Correlation dan Uji Kruskal Wallish
Correlations
(Portofolio 20 saham)
Zscore (SHARPE)
Zscore (TREYNOR)
Zscore (JENSEN)
Zscore (M2)
Zscore(SHARPE) Pearson Correlation 1 .001 .232 .977** Sig. (2-tailed) .995 .276 .000 N 24 24 24 24
Zscore(TREYNOR) Pearson Correlation .001 1 .790** .013 Sig. (2-tailed) .995 .000 .951 N 24 24 24 24
Zscore(JENSEN) Pearson Correlation .232 .790** 1 .228 Sig. (2-tailed) .276 .000 .283 N 24 24 24 24
Zscore(M2) Pearson Correlation .977** .013 .228 1 Sig. (2-tailed) .000 .951 .283 N 24 24 24 24
103
Correlations
(Portofolio 20 saham)
Zscore (SHARPE)
Zscore (TREYNOR)
Zscore (JENSEN)
Zscore (M2)
Zscore(SHARPE) Pearson Correlation 1 .001 .232 .977** Sig. (2-tailed) .995 .276 .000 N 24 24 24 24
Zscore(TREYNOR) Pearson Correlation .001 1 .790** .013 Sig. (2-tailed) .995 .000 .951 N 24 24 24 24
Zscore(JENSEN) Pearson Correlation .232 .790** 1 .228 Sig. (2-tailed) .276 .000 .283 N 24 24 24 24
Zscore(M2) Pearson Correlation .977** .013 .228 1 Sig. (2-tailed) .000 .951 .283 N 24 24 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Kruskal-Wallish 20 Saham
Ranks
INDEKS N Mean Rank
Zscore(NILAI) SHARPE 25 74.76
TREYNOR 23 67.76
JENSEN 24 29.00
M2 24 22.19
Total 96
Test Statisticsa,b
Zscore(NILAI)
Chi-Square 66.807 Df 3 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variabel: INDEKS
104
Correlations Portofolio 15 saham
Zscore (SHARPE)
Zscore (TREYNOR)
Zscore (JENSEN)
Zscore (M2)
Zscore(SHARPE) Pearson Correlation 1 .006 .089 .904**
Sig. (2-tailed) .993 .873 .000
N 24 24 24 24 Zscore(TREYNOR) Pearson Correlation .006 1 .803** .057
Sig. (2-tailed) .993 .000 .734 N 24 24 24 24
Zscore(JENSEN) Pearson Correlation .089 .803** 1 .036 Sig. (2-tailed) .873 .000 .890 N 24 24 24 24
Zscore(M2) Pearson Correlation .904** .057 .036 1 Sig. (2-tailed) .000 .734 .890 N 24 24 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Uji Kruskal Walli 15 Saham
Ranks
INDEKS N Mean Rank
Zscore(NILAI) SHARPE 24 68.90
TREYNOR 24 73.33
JENSEN 24 32.38
M2 24 19.40
Total 96
105
Test Statisticsa,b
Zscore(NILAI)
Chi-Square 66.867
Df 3
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variabel: INDEKS
Correlations Portofolio 10 Saham
Zscore (SHARPE)
Zscore (TREYNOR)
Zscore (JENSEN)
Zscore (M2)
Zscore(SHARPE) Pearson Correlation 1 .075 .307 .997**
Sig. (2-tailed) .726 .145 .000
N 24 24 24 24 Zscore(TREYNOR) Pearson Correlation .075 1 .811** .080
Sig. (2-tailed) .726 .000 .711 N 24 24 24 24
Zscore(JENSEN) Pearson Correlation .307 .811** 1 .341 Sig. (2-tailed) .145 .000 .103 N 24 24 24 24
Zscore(M2) Pearson Correlation .997** .080 .341 1 Sig. (2-tailed) .000 .711 .103 N 24 24 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Uji Kruskal-Wallis 10 Saham
Ranks
INDEKS N Mean Rank
Zscore(NILAI) SHARPE 24 64.33
TREYNOR 24 77.23
JENSEN 24 31.67
M2 24 20.77
Total 96
106
Test Statisticsa,b
Zscore(NILAI)
Chi-Square 66.582
df 3
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variabel: INDEKS
Correlations Portofolio 8 Saham
Zscore (SHARPE)
Zscore (TREYNOR)
Zscore (JENSEN)
Zscore (M2)
Zscore(SHARPE) Pearson Correlation 1 .036 .093 .878** Sig. (2-tailed) .811 .701 .000
N 24 24 24 24 Zscore(TREYNOR) Pearson Correlation .036 1 .755** .289
Sig. (2-tailed) .811 .000 .171
N 24 24 24 24 Zscore(JENSEN) Pearson Correlation .093 .755** 1 .080
Sig. (2-tailed) .701 .000 .850
N 24 24 24 24 Zscore(M2) Pearson Correlation .878** .289 .080 1
Sig. (2-tailed) .000 .171 .850 N 24 24 24 24
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Uji Kruskal-Wallis 8 Saham
Ranks
INDEKS N Mean Rank
Zscore(NILAI) SHARPE 24 61.73
TREYNOR 24 80.10
JENSEN 24 33.63
M2 24 18.54
Total 96