bab i or diang

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi Impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidakbenar dari gigi tersebut.Insiden impaksi yang paling sering terjadi adalah pada gigi molar tiga. Hal tersebut karena gigi molar ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh, sehingga sering mengalami impaksi karena tidak ada atau kurangnya ruang yang memadai.Menurut Chu dkk yang dikutip oleh Alamsyah daan Situmorang 28.3% dari 7468 pasien mengalami impaksi, dan gigi molar ketiga mandibula yang paling sering mengalami impaksi (82.5%). Menurut Goldberg yang dikutip oleh Tridjaja bahwa pada 3000 rontgen foto yang dibuat pada tahun 1950 dari penderita usia 20 tahun, 17% diantaranya mempunyai paling sedikit satu gigi impaksi. Sedanghasil foto panoramik dari 5600 penderita usia antara 17-24 tahun yang dibuat tahun1971, 65.6% mempunyai paling sedikit satu gigi impaksi. Keluhan penderita bervariasi dari yang paling ringan misalnya hanya terselip sisa makanan sampai yang terberat yaitu rasa sakit yang hebat disertai dengan pembengkakan dan pus.Gigi molar ketiga rahang bawah tumbuh pada usia 18-24 tahun dan 1 | RADIOLOGI ORAL

Upload: seryva-amelia

Post on 21-Jan-2016

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

radiologi kedokteran gigi

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I OR DIANG

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi Impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang seharusnya. Hal

ini dapat terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang untuk tumbuhnya gigi

dan angulasi yang tidakbenar dari gigi tersebut.Insiden impaksi yang paling sering terjadi adalah

pada gigi molar tiga. Hal tersebut karena gigi molar ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh,

sehingga sering mengalami impaksi karena tidak ada atau kurangnya ruang yang

memadai.Menurut Chu dkk yang dikutip oleh Alamsyah daan Situmorang 28.3% dari 7468

pasien mengalami impaksi, dan gigi molar ketiga mandibula yang paling sering mengalami

impaksi (82.5%).

Menurut Goldberg yang dikutip oleh Tridjaja bahwa pada 3000 rontgen foto yang dibuat

pada tahun 1950 dari penderita usia 20 tahun, 17% diantaranya mempunyai paling sedikit satu

gigi impaksi. Sedanghasil foto panoramik dari 5600 penderita usia antara 17-24 tahun yang

dibuat tahun1971, 65.6% mempunyai paling sedikit satu gigi impaksi.

Keluhan penderita bervariasi dari yang paling ringan misalnya hanya terselip sisa

makanan sampai yang terberat yaitu rasa sakit yang hebat disertai dengan pembengkakan dan

pus.Gigi molar ketiga rahang bawah tumbuh pada usia 18-24 tahun dan merupakan gigi yang

terakhir tumbuh, hal itulah yang menyebabkan sering terjadinya impaksi pada gigi tersebut.

Menurut beberapa ahli, frekuensi impaksi gigi molarketiga maksila adalah yang terbanyak

dibandingkan dengan molar ketiga mandibula.

Kenyataannya di Indonesia berbeda, impaksi gigi molar ketiga mandibula ternyata

frekuensinya lebih banyak dari pada gigi molar ketiga maksila. Dampak dari adanya gigi

impaksi molar ketiga rahang bawah adalah gangguan rasa sakit. Keluhan sakit juga dapat timbul

oleh karena adanya karies pada gigi molar tiga rahang bawah dan kemungkinan dapat

disebabkan oleh adanya karies pada gigi molar ketiga rahang bawah.

Adanya komplikasi yang diakibatkan gigi impaksi maka perlu dilakukan tindakan

pencabutan. Pencabutan dianjurkan jika ditemukan akibat yang merusak atau kemungkinan

terjadinya kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika gigi benar-benar tidak berfungsi.

1 | RADIOLOGI ORAL

Page 2: BAB I OR DIANG

Mengingat banyaknya insiden, masalah dan keluhan yang ditimbulkan oleh impaksi gigi molar

tiga mandibula ini, maka dirasakan perlu untuk meneliti prevalensi impaksi gigi molar tiga

mandibula.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah gigi molar 3 itu?

2. Bagaimana proses pertumbuhan molar 3?

3. Apakah impaksi itu?

4. Apakah etiologi terjadinya impaksi?

5. Bagaimanakah pembagian klasifikasi impaksi molar 3 dan gambaran radiologinya?

6. Bagaimana penatalaksanaan impaksi molar 3?

7. Apakah komplikasi yang terjadi pasca pembedahan?

8. Apa instruksi yang diberikan kepada pasien pasca pembedahan?

9. Bagaimana control pasca pembedahan?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui apa itu molar 3.

2. Dapat mengetahui bagaimana proses pertumbuhan molar 3.

3. Dapat mengetahui apa itu impaksi.

4. Dapat mengetahui apa etiologi terjadinya impaksi.

5. Dapat mengetahuui klasifikasi impaksi molar 3 dan gambaran radiologinya.

6. Dapat mengetahui penatalaksanaan impaksi molar 3.

7. Dapat mengetahui komplikasi yang terjadi pasca pembedahan.

8. Dapat mengetahui instruksi yang diberikan ke pasien pasca pembedahan.

9. Dapat mengetahui control.

1.4 Manfaat

Agar mahasiswa mampu mengetahui dan mengerti apa itu impaksi molar 3 dan

bagaimana gambaran radiografinya. Selain itu juga dapat mengetahui bagaimana

penatalaksanaan impaksi molar 3.

2 | RADIOLOGI ORAL

Page 3: BAB I OR DIANG

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gigi Molar 3

Gigi bungsu/wisdom teeth/geraham ketiga/gigi M3 (molar 3) yaitu gigi geraham yang

tumbuhnya paling akhir (KBBI, 2001). Geraham ketiga atau geraham bungsu adalah gigi

geraham keempat yyang terakhir tumbuh dan tumbuh antara umur 16-25 tahun (DEPKES RI,

2004).

Gigi geraham bungsu bawah adalah gigi terakhir pada lengkung mandibula dan gigi

kedelapan dari garis tengah. Ia membantu gigi-geligi molar bawah lain dalam mengelilingi dan

menghancurkan makanannya, walaupunsering ia tidak dapat melakukan fungsinya karena

posisinya yang buruk, misalnya impaksi. Karena alasan ini banyak contoh gigi molar ketiga

praktis tampak tidak terkikis.

Kronologi pertumbuhan gigi molar ketiga yaitu :

a. Tahap inisiasi, terjadi pada umur 3.5 – 4 tahun. Tahap inisiasi adalah permulaan

pembentukan kuntum gigi (bud) dari jaringan epitel mulut.

b. Kalsifikasi dimulai, pada umur 8-10 tahun

c. Pembentukan mahkota, pada umur 12-16 tahun.

d. Tahap erupsi, pada umur 17-21 tahun.

e. Pembentukan akar selesai, terjadi pada umur 18-25 tahun.

Rata-rata gigi molar ketiga bawah mengalami kalsifikasi pada usia 9 tahun dan erupsi

penuh pada usia 20 tahun. Proses pembentukanakar sempurna terjadi pada usia 22 tahun. Dengan

keluarnya gigi molar ketiga, maka selesailah proses erupsi aktif gigi tetap.Puncak tonjol mesial

dan distal dari gigi molar ketiga bawah dapat diidentifikasi pada usia kurang dari 8 tahun.

Kalsifikasi enamel lengkap terjadi pada usia 12 sampai 16 tahun. Erupsi terjadi antara usia 15

sampai 21 tahun atau lebih dan akar terbentuk lengkap antara usia 18 sampai 25 tahun.

Molar ketiga bawah klasik mempunyai bentuk mahkota yang sangat mirip dengan molar

kedua bawah, dengan 4 cuspis dan morfologi molar bawah yang khas seperti yang telahdiuraikan

sebelumnya, tetapi dengan lebih banyak fisura tambahan yang berjalan dari fossa sentral. Seperti

3 | RADIOLOGI ORAL

Page 4: BAB I OR DIANG

pada gigigeraham bungsu atas, bentuk dasarnya menjadi sasaran banyak variasi.Bila dilihat dari

permukaan oklusal, kecembungan permukaan bukal yang jelas mudah dibedakan dari permukaan

lingual yang lebih datar. Bagan oklusal peripheral secara keseluruhan serupa dengan molar

bawah lain yang secara kasar berbentuk bujur atau empat persegi, teteapi sudutnya cenderung

lebih membulat sampai tingkat beberapa molar ketiga bawah mempunyai bagan oklusalhampir

bundar. Lebar bukolingual gigi ini terkecil pada ujung distal.Pada dasarnya dua akar, satu mesial

dan satu distal, mirip dengan molar bawah lain, kecuali bahwa ia lebih pendek dan tidak

berkembang baik atau bisa cenderung saling berfusi menjadi satu massa kerucut dalam beberapa

kasus. Lengkungan akar selalu ke distal, dan biasanya lebih besar daripadamolar kedua bawah.

Dengan cara yang sama, lengkungan akar molar kedua bawah distallebih jelas daripada molar

pertama bawah

2.2 Impaksi M3

2.2.1 Pengertian Impaksi

Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi kedalam lengkung geligi pada saatnya

tumbuh dikarenakan terhalang gigi tetangganya, tulang yang tebal serta jaringan lunak

yang padat. Gig i ini seumur hidup tidak akan erupsi, apabila tidak dilakukan tindakan

pencabutan.(Andreasen,1997, Peterson, 1998; Dym,2001). Kondisi sering dijumpai pada

pasie n yang datang ke tempat praktek dokter gigi dengan keluhan sakit maupun kurang

estetis gigi berupa crowding ataupun diastema.

Gigi impaksi lebih sering terjadi pada molar ketiga baik rahang atas maupun

rahang bawah, diikuti oleh kaninus rahang atas dan incisive 2 kadang-kadang kaninus

rahang bawah serta premolar rahang atas dan bawah (Peterson,1998 Andreasen,1997).

Gigi impaksi merupakan kelainan yang paling sering ditemukandan perawatannya

dilakukan secara pembedahan Gigi yang mengalami kesukaran dalam erupsi baik

seluruhnya maupun sebagian akibat terhalang oleh tulang, jaringan lunakatau gigi

lainnya. Impaksi diperkirakan secara klinis dan dapat dipastikan dengan pemeriksaan

rodiografi. (Pedersen, 1988 ; Andreasen, 1997 ; Dimitroulis, 1997).

4 | RADIOLOGI ORAL

Page 5: BAB I OR DIANG

2.2.2 Etiologi Impaksi

Menurut Peterson 1998, gigi impaksi disebabkan oleh tidak tersedianya lengkung

dan ruang gigi yang cukup untuk erupsi. Dalam hal ini, total lengkung tulang alveolar

lebih kecil daripada total panjang lengkung gigi.

Menurut Ogden,2001 dan A ndreasen, 1997, gigi gagal erupsi kedalam posisi

yang normal memiliki beberapa alasan yaitu folikel gigi mungkin berubah letaknya, gigi

crowding, gigi terdekat hilang, pencabutan gigi molar pertama dan kedua pada masa

kanak-kanak. (Andreasen,1997 ; Peterson, 1998 ; Ogden, 2001. Disamping itu juga

dipengaruhi faktor sistemik dan faktor kurangnya stimulasi otot.

Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan ruang, kista,

gigi supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan kondisi sistemik.

Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah ukuran gigi.

Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi adalah bentuk gigi.

Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang perlu diperhatikan dan perlu

diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak berubah.

Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta letaknya

terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal tidak terjadi

celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi permanen

penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan salah satu

penyebab terjadinya impaksi.

Penyebab meningkatnya impaksi gigi geraham rahang bawah disebabkan oleh

karena faktor kekurangan ruang untuk erupsi. Hal ini dapat dijelaskan antara lain jenis

makanan yang dikonsumsi umumnya bersifat lunak, sehingga untuk mencerna tidak

5 | RADIOLOGI ORAL

Page 6: BAB I OR DIANG

memerlukan kerja yang kuat dari otot-otot pengunyah, khususnya rahang bawah menjadi

kurang berkembang.

Istilah impaksi biasanya diartikan untuk gigi yang erupsi oleh sesuatu sebab

terhalang, sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang

normal di dalam deretan susunan gigi geligi. Hambatan halangan ini biasanya berupa

hambatan dari sekitar gigi atau hambatan dari gigi itu sendiri. Hambatan dari sekitar gigi

dapat terjadi karena :

1. Tulang yang tebal serta padat

2. Tempat untuk gigi tersebut kurang

3. Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut

4. Adanya gigi desidui yang persistensi

5. Jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat

Hambatan dari gigi itu sendiri dapat terjadi oleh karena :

1. Letak benih abnormal, horizontal, vertikal, distaldan lain-lain.

2. Daya erupsi gigi tersebut kurang.

2.2.2.1 Berdasarkan Teori Filogenik

Berdasarkan teori filogenik, gigi impaksi terjadi karena proses evolusi

mengecilnya ukuran rahang sebagai akibat dari perubahan perilaku dan pola

makan pada manusia. Beberapa faktor yang diduga juga menyebabkan impaksi

antara lain perubahan patologis gigi, kista, hiperplasi jaringan atau infeksi lokal.

Ada suatu teori yang menyatakan berdasarkan evolusimanusia dari zaman

dahulu sampai sekarang bahwa manusia itu makin lamamakin kecil dan ini

menimbulkan teori bahwa rahang itu makin lama makinkecil, sehingga tidak

dapat menerima semua gigi yang ada. Tetapi teori ini tidak dapat diterima, karena

tidak dapat menerangkan bagaimana halnya bila tempat untuk gigi tersebut cukup,

tetapi gigi tersebut tidak dapat tumbuh secara normal misalnya letak gen

abnormal dan mengapa ada bangsa yang sama sekali tidak mempunyai gigi

terpendam misalnya Bangsa Eskimo, Bangsa Indian, Bangsa Maori dan

sebagainya.

6 | RADIOLOGI ORAL

Page 7: BAB I OR DIANG

Kemudian seorang ahli yang bernama Nodine, mengatakan bahwa

sivilisasi mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan rahang. Makin maju suatu

bangsa maka stimulan untuk pertumbuhan rahangnya makin berkurang.

Kemajuan bangsa mempunyai hubungan dengan pertumbuhan rahang, karena

bangsa yang maju diet makanannya berbeda dalam tingkatan kekerasan

dibandingkan dengan bangsa yang kurang maju. Misalnya bangsa-bangsa primitif

lebih sering memakan makanan yang lebih keras sedangkan bangsa modern lebih

sering makan malanan yang lunak, sehingga tidak atau kurang memerlukan daya

untuk mengunyah, sedangkan mengunyah merupakan stimulasi untuk

pertumbuhan rahang.

2.2.2.2 Berdasarkan teori Mendel

Ada beberapa faktor yang menyebabkan gigi mangalamiimpaksi, antara

lain jaringan sekitar gigi yang terlalu padat, persistensi gigi susu, tanggalnya gigi

susu yang terlalu dini, tidak adanya tempat bagi gigi untuk erupsi, rahang terlalu

sempit oleh karena pertumbuhan tulang rahang kurangsempurna, dan menurut

teori Mendel, jika salah satu orang tua mempunyai rahang kecil, dan salah satu

orang tua lainnya bergigi besar, maka kemungkinan salah seorang anaknya

berahang kecil dan bergigi besar. Sebagai akibat dari kondisi tersebut, dapat

terjadi kekurangan tempat erupsi gigi permanen sehingga terjadi impaksi.

2.2.2.3 Etiologi Gigi Terpendam Menurut Berger

Kausa lokal

1. Posisi gigi yang abnormal

2. Tekanan terhadap gigi tersebut dari gigi tetangga

3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut

4. Kurangnya tempat untuk gigi tersebut

5. Gigi desidui persintensi (tidak mau tanggal)

6. Pencabutan gigi yang prematur

7. Inflamasi yang kronis yang menyebabkan penebalan mukosa sekeliling

gigi

8. Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose tulang karena

inflamasi atau abses yang ditimbulkannya

7 | RADIOLOGI ORAL

Page 8: BAB I OR DIANG

9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak-

anak.

Kausa umum

1. Kausa prenatal

a. Keturunan

b. Miscegenation

2. Kausa postnatal

Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan pada

anak-anak seperti :

a. Ricketsia

b. Anemi

c. Syphilis kongenital

d. TBC

e. Gangguan kelenjar endokrin

f. Malnutrisi

3. Kelainan pertumbuhan

a. Cleido cranial dysostosis

Terjadi pada masa kongenital dimana terjadi kerusakan atau

ketidakberesan dari pada tulang cranial. Hal ini biasanya diikuti dengan

persistensi gigi susu dan tidak erupsinya atau tidak terdapat gigi

permanen, juga ada kemungkinan dijumpai gigi supernumeri yang

rudimeter.

b. Oxycephali

Suatu kelainan dimana terdapat kepala yang lonjong diameter muka

belakang sama dengan dua kali kakan atau kiri. Hal ini mempengaruhi

pertumbuhan rahang.

2.2.3 Klasifikasi Impaksi M3

Klasifikasi impaksi gigi molarketiga rahang bawah (Archer, 1975)

Klasifikasi didasarkan pada pemeriksaan radiologis yaitu dengan

menggunakan photo periapikal , panoramik, oklusal dan Water’s.

Menurut Pell dan gregory :

8 | RADIOLOGI ORAL

Page 9: BAB I OR DIANG

A. Berdasarkan hubungan ukuran antara lebar gigi molar tiga bawah

terhadap jarak antara ramus mandibula dan bagian distal gigi molar kedua

bawah

Kelas I : Ruangan antara ramus mandibula dan permukaan distal

gigi molar kedua cukup bagi ukuran mesio distal gigi molar tiga.

Kelas II : Ruangan antara ramus mandibula dan permukaan distal

gigi molar kedua kurang dari ukuranmesiodistal gigi molar tiga

Kelas III : Seluruh atau sebagian besar gigi molar tiga berada

dalam ramus mandibula

B. Berdasarkan letak gigi molar tiga dalam tulang

Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar tiga terletak setinggi atau

diatas garis oklusal gigi molar dua

Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar tiga terletak dibawah bidang

oklusal, tetapi diatas garis servikal gigi molar dua

Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar tiga terletak dibawahservikal

gigi molar Dua

9 | RADIOLOGI ORAL

Page 10: BAB I OR DIANG

C.Klasifikasi lain menurut Winter berdasarkan perbandingan sumbu

panjang molar tiga terhadap molar dua, yaitu :

Mesioangular

Horizontal

Vertikal

Distoangular

Bukoangular

Linguoangular

inverted

10 | RADIOLOGI ORAL

Page 11: BAB I OR DIANG

11 | RADIOLOGI ORAL

Page 12: BAB I OR DIANG

D. Hubungan Molar Tiga dan Kanalis Mandibularis

Analisa hubungan merupakan halpenting sebelum menentukan

pengambilan molar tiga bawah. Pada bidang frontal kanalis mandibularis

mempunyai posisi lebih ke bukal dari posisi normal molar tig a pada ½

sampai 2/3 kasus dan 6-7% kasus posisinya lebih kelingual dibawah akar

gigi. Pada bidang sagital jarak antara akar molar tiga dan kanalis rata-rata

3 mm. Hampir mendekati 10% kasus, lokasi kanalis pada atau di atas akar

molar tiga (Andreasen, 1997)

12 | RADIOLOGI ORAL

Page 13: BAB I OR DIANG

Berdasarkan penelitian klinis dan radiologis, dapat ditentukan

adanya indikasi hubungan sebenarnya antara akar gigi molar tiga dengan

kanalis mandibula sebagai berikut : (Andreasen, 1997)

Kehilangan lamina dura (superior dan atau inferior) dimana

kanalis melewati impaksi gigi molar tiga

Garis radiolusen yang melewatiakar gigi molar tiga

Kanalis mandibula yang menyempit, ketika melewati akar gigi

molar tiga

Sudut dari kanalis mandibula dalam regio/daerah yang dekat

dengan akar gigi molar tiga

Akar gigi molar tiga yang membelok pada kanalis mandibula

Klasifikasi impaksi gigi M3 atas didasari pada posisi anatomi, menurut Pell

and Gregory terbagi atas :

A. Berdasarkan kedalaman relatif impaksi gigi M3 atas dalam tulang, yaitu:

Klas A : Bagian terbawah dari mahkota gigi impaksi M3 atas

berada segaris dengan oklusal gigi M2 disebelahnya.

Klas B : Bagian terbawah mahkota gigi impaksi M3 atas berada

diantara dataran oklusal dan garis servikal gigi M2 disebelahnya.

Klas C : Bagian terbawah dari mahkota gigi impaksi M3 atas

berada pada atau terletak diatas servikal gigi M2 disebelahnya.

B. Berdasarkan posisi dari sumbu panjang gigi impaksi M3 atas terhadap

sumbu panjang gigi M2disebelahnya yaitu :

vertikal,

Horizontal

Mesioangular

Distoangular

Inverted

Bukoangular

Palatoangular

13 | RADIOLOGI ORAL

Page 14: BAB I OR DIANG

Posisi gigi impaksi M3 atas yang paling sering ditemukan adalah

vertikal sebanyak 63%, distoangular 25%, mesioangular 12%, serta posisi

lainnya sekitar 1% (Peterson,2003).

C. Hubungan gigi impaksi M3 atas dengan sinus maksilaris, yaitu:“Sinus

Maxillaris Apporoximation” yaitu antara gigi impaksi M3 atas dengan sinus

maksilaris terdapat hubungan langsung atau hanya dibatasi oleh selapis tipis

jaringan tulang.“No Sinus Maxillaris Apporoximation” yaitu antara gigi

impaksi M3 atas dengan sinus maksilaris dibatasi oleh sekitar 2 mm atau

lebih jaringan tulang.

2.2.4 Penatalaksanaan Impaksi M3 Odontektomi.

2.2.4.1 Definisi Odontektomi

Definisi Odontektomi menurut Archer (1975).

Pengeluaran satu atau beberapa gigi secara bedah dengan cara membuka flap

mukoperiosteal,kemudian dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi dengan

tatah atau bur.

Definisi Odontektomi menurut Pederson (1996).

Tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi yang tidak dapat dilakukan dengan

cara ekstraksi biasa atau dapat dilakukan pada gigi yang impaksi atau tertanam di

bawah tulang atau mukosa.

2.2.4.2 Indikasi dan Kontra Indikasi Odontektomi

Semua gigi impaksi sebaiknya segera dipertimbangkan untuk

dilakukan penatalaksanaannya (Andreasen,1997 ; Peterson,1998)

Indikasi pengambilang gigi impaksi, diantaranya :

a. Pencegahan penyakit periodontal Daerah terdekat dari gigi

impaksi merupakan tempat predisposisi terjadinya penyakit

periodontal

b. Pencegahan karies dan perikoronitis

c. Pencegahan resorpsi akar Gigi impaksi dapat menyebabkan

tekanan pada akar gigi sebelahnya sehingga mengalami

14 | RADIOLOGI ORAL

Page 15: BAB I OR DIANG

resorpsi akar. Pencabutan gigi impaksi dapat menyelamatkan

gigi terdekat dengan adanya perbaikan pada sementumnya

d. Pencegahan kista dan tumor odontogen Gigi impaksi yang

berada didalam tulang alveolar mengakibatkan follicular sacc

tertahan. Folikel gigi ini akan mengalami degenerasi kistik

sehingga menyebabkan terjadinya kista dentigerus dan

keratokis. Tumor odontogen dapat terjadi disekitar gigi

impaksi, yang terbentuk dari folikel gigi

e. Pencegahan rasa sakit karena penekanan saraf oleh gigi yang

impaksi

f. Untuk keperluan perawatan orthodonti dan prostodonti

Kontra indikasi pengambilan gigi impaksi :

a. Peradangan akut

Peradangan akut merupakan hal yang harus diperhatikan

pada pembedahan untuk mencegah terjadinya komplikasi

infeksi.

b. Pasien-pasien dengan compromised medis

Bila pasien memiliki riwayat medis yaitu gangguan fungsi

kardiovaskular, pernafasan atau gangguan pertahanan tubuh,

memiliki congenital koagulopati maka operator sebaiknya

mempertimbangkan gigi impaksi untuk dilakukan tindakan

pencabutan. Tetapi sebaliknya,bila gigi impaksi tersebut

bermasalah maka tindakan pencebutan dilakukan dengan

ekstra hati-hati setelah dilakukannya konsultasi medis terlebih

dahulu.

c. Kerusakan dari jaringan terdekatnya

Bila pencabutan gigi impaksi akan menimbulkan kerusakan

saraf, gigi, jaringan disekitarnya yang sig nifikan, maka

tindakan pencabutan sebaiknya tidak dilakukan

d. Sebelum akar gigi mencapai panjang 1/3 atau 2/3

15 | RADIOLOGI ORAL

Page 16: BAB I OR DIANG

e. Pasien menolak untuk dilakukan tindakan pencabutan gigi

impaksinya (Pedersen, 1988 ; Peterson, 1998)

2.3.4.3 Persiapan Tindakan Odontektomi.

Dalam mempersiapkan tindakan odontektomi perlu diperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

a. Dilakukan pemeriksaan foto Ro berupa foto periapikal, foto bitewing,

foto oklusal, foto panoramic dan foto lateral view of mandibula. Jenis

foto yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan pada tindakan

odontektomi. Dengan adanya foto Ro maka akan didapatkan informasi

tentang :

1. Bentuk gigi, jumlah, ukuran serta kurvatur akar.

2. Posisi akar atau mahkota dengan gigi sebelahnya atau struktur

lainnya.

3. Klasifikasi impaksi.

4. Posisi bukal atau lingual gigi impaksi.

5. Hubungan akar gigi impaksi dengan struktur anatomis penting

didekatnya.

b. Mengetahui dari klasifikasi gigi impaksi. Hal ini penting karena dengan

mengetahui klsifikasi maka operator dapat memperkirakan tingkat

kesulitan yang akan dihadapi dalam tindakan odontektomi sehingga

operator dapat mempersiapkan prosedur operasi dengan lebih baik.

c. Desain flap. Hal yang harus diperhatikan dalam membuat desain atau

outline flap adalah:

1. Suplai darah ke flap harus terpelihara. Dasar flap harus lebih

panjang / lebar dari tepi bebasnya, insisi sejajar dengan

pembuluh darah untuk memberikan vaskularisasi

2. Flap harus cukup luas, sehingga lapangan operasi dapat terlihat

dengan jelas.

3. Desain diusahakan menghindari saraf (n. mentalis) dan

pembuluh darah yang berada didalam

16 | RADIOLOGI ORAL

Page 17: BAB I OR DIANG

4. Jika tulang diangkat, flap harus merupakan suatu flap yang

tebal. Untuk flap mukoperiosteal, periosteum diambil secara

menyeluruh, tidak sobek , tidak lubang dan tidak terkoyak.

5. Jika dilakukan penutupan bone defect maka tepi flap harus

didukung diatas dasar tulang.

d. Menentukan arah jalan keluar/pengambilan dengan trauma minimal

yaitu :

1. Approach IO atau EO.

2. Searah dng arah erupsi.

e. Menentukan metode odontektomi yang dipilih dengan memperhatikan

faktor intrinsik (gigi) dan faktor extrinsik ( jaringan sekitar gigi). Ada 3

metode / cara yaitu:

1. Pengambilan tulang sekitar gigi yang cukup banyak.

2. Gigi impaksi dipotong-potong (tooth div. tech) = split =

odontotomi.

3. Kombinasi cara keduanya.

f. Menentukan apakah memungkinkan pembedahan dilakukan dengan

anestesi lokal atau membutuhkan anestesi umum.

2.2.4.4 Penatalaksanaan Tindakan Odontektomi Pada Gigi Impaksi M3 Rahang

Bawah.

Langkah-langkah pembedahan dilakukan sebagai berikut:

1. Mempersiapkan instrumentarium steril untuk tindakan

odontektomi.

2. Pembedahan dilakukan dengan teknik asepsis. Sangat

dianjurkan untuk memberikan antibiotika dan antiflogistik

sehari sebelum dilakukan odontektomi.

3. Selanjutnya dilakukan mandibular blok anestesi.

4. Dibuat garis insisi yang dimulai dari pertengahan bagian

distal gigi molar kedua ke arah posterior membelok ke

lateral agar insisi tetap berada di atas tulang untuk

17 | RADIOLOGI ORAL

Page 18: BAB I OR DIANG

menghindari trauma iris jaringan lunak, pembuluh darah di

daerah lingual dan saraf lingualis. Insisi ke arah anterior

dibuat tepat pada gingiva dan pada bagian distal gigi molar

kedua turun ke arah kaudal dan kembali ke arah anterior

sejajar garis oklusal untuk menghindari kerusakan pada

gingival attachment gigi molar kedua. Insisi dengan

menggunakan teknik ini mempunyai keuntungan, yaitu flap

dapat dibuka dengan luas sesuai dengan kebutuhannnya,

dengan cara memperpanjang garis insisi ke arah anterior.

5. Pengambilan tulang yang menutupi gigi impaksi dan

pemotongan gigi dilakukan dengan menggunakan round bur

putaran rendah dengan pendingin air garam fisiologis 0,09

% atau air steril. Dilakukan dengan cara memotong tulang

lapis demi lapis sehingga bagian gigi yang tertutup tulang

terlihat. Selanjutnya pembukaan tulang dapat diperluas

dengan mengambil tulang di sekeliling gigi impaksi dan

berpedoman pada bentuk gigi yang impaksi. P ada tahapan

ini pemakaian fissure bur sangat tidak dianjurkan untuk

menghindari trauma pada jaringan yang lebih dalam.

Dalam melakukan pengambilan tulang yang

meliputi gigi impaksi perlu dipertimbangkan beberapa hal:

Pengambilan tulang harus cukup dan awal

pengeboran dimulai dengan menyesuaikan letak gigi

sesuai dengan jenis klasifikasi gigi impaksinya.

Tidak melakukan pengambilan tulang secara

berlebihan karena akan menyebabkan trauma yang

besar.

Tidak dianjurkan untuk menggunakan bur putaran

tinggi (high speed) dikarenakan akan sukar dalam

mencapai akses yang jauh dan dalam serta tidak

mungkin untuk dapat mencapai teknik asepsis.

18 | RADIOLOGI ORAL

Page 19: BAB I OR DIANG

2.2.4.5 Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah Metode Split Technique

Pada semua kasus gigi molar ketiga impaksi dengan posisi miring,

tindakan pembedahan untuk mengeluarkan gigi tersebut sangat dianjurkan untuk

melakukan pemotongan pada gigi yang impaksi (split technique) dikarenakan:

Menghindari trauma pada gigi molar kedua dan trauma karena tekanan

pada jaringan tulang sekitar pada saat gigi diungkit dan menghindari

trauma pada kanalis mandibula.

Menghindari terjadinya fraktur tulang mandibula akibat tekanan

berlebihan

Memudahkan pengambilan gigi karena telah terbebas dari retensi j

aringan sekitarnya

Adapun tahapan odontektomi dengan metode split technique adalah sebagai

berikut :

1. Dilakukan disinfeksi jaringan di luar dan di dalam rongga mulut

sebelum odontektomi, dapat digunakan obat kumur antiseptik

selanjutnya dilakukan blok anestesi. 

2. Dibuat insisi dengan memperhitungkan garis insisi tetap akan berada di

atas tulang rahang setelah pengambilan jaringan tulang pasca

odontektomi, dan selanjutnya dibuat flap.

3. Tulang yang menutup gigi diambil seminimal mungkin dengan

perkiraan besar setengah dari besar gigi yang akan dikeluarkan.

4. Selanjutnya dilakukan pemotongan gigi yang biasanya dimulai dengan

memotong pertengahan mahkota gigi molar ketiga impaksi ke arah

bifurkasi atau melakukan pemotongan pada regio servikal untuk

memisahkan bagian mahkota dan akar gigi. Selanjutnya dilakukan

pemotongan menjadi bagian-bagian lebih kecil sesuai dengan

kebutuhan. Mahkota gigi dapat dipotong menjadi dua sampai empat

bagian, demikian pula pada bagian akarnya, kemudian bagian-bagian

tersebut dikeluarkan satu per satu.

19 | RADIOLOGI ORAL

Page 20: BAB I OR DIANG

5. Selanjutnya dilakukan kuretase untuk mengeluarkan kapsul gigi dan

jaringan granulasi di sekitar mahkota gig1 dan dilanjutkan dengan

melakukan irigasi dengan air steril atau larutan saline 0,09 % steril.

6. Pada saat melakukan pemotongan tulang dan gigi dengan

menggunakan bur, tidak boleh dilakukan secara blind akan tetapi

operator harus dapat melihat secara langsung daerah yang dilakukan

pengeboran. Tindakan pengeboran secara blind akan dapat

menyebabkan terjadinya trauma yang tidak diinginkan dijaringan

sekitarnya.

7. Penjahitan dilakukan mulai dari ujung flap dibagian distal molar kedua

dan dilanjutkan ke arah anterior kemudian ke arah posterior.

2.2.4.6 Odontektomi Pada Gigi Molar Ketiga Impaksi Vertikal

Untuk melakukan odontektomi pada gigi molar ketiga impaksi

pada posisi vertikal seringkali ditemui kesulitan. Hal ini disebabkan oleh

karena beberapa hal berikut:

1. Lebar mesiodistal antara gigi molar kedua dan ramus ascendens yang

sempit, sehingga arah gerakan pencabutan ke distal tidak

memungkinkan.

2. Akar gigi yang bengkok menuju distal sehingga gigi hanya dapat

dikeluarkan dengan arah menuju ke distal, tetapi tidak terdapat ruang

cukup.

3. Gigi impaksi hanya dapat dikeluarkan dengan arah pencabutan

vertikal.

4. Pada kasus posisi gigi yang sulit, misalnya mahkota menghadap ke

lingual atau bukal dengan ruang yang sempit.

5. Pada kasus-kasus yang demikian, penggunaan split technique akan

memudahkan tindakan odontektomi.

Dalam gambaran skematis di bawah ini dapat dilihat secara garis

besar step by step tindakan odontektomi pada kasus impaksi molar ketiga

rahang bawah posisi vertikal, sebagai berikut:

20 | RADIOLOGI ORAL

Page 21: BAB I OR DIANG

1. Rencana garis insisi odontekomi gigi molar ketiga rahang bawah

dengan tetap mempertahankan keutuhan attached gingiva gigi molar

kedua dan gigi-gigi lainnya.

2. Tulang yang menutup gigi molar ketiga impaksi dibuka menggunakan

round bur nomor 23.

3. Setelah gigi terlihat sampai dengan mahkota gigi di lingkar terbesar,

gigi dipotong menjadi dua bagian, mesial dan distal.

4. Selanjutnya gigi dikeluarkan satu per satu, dengan mendahulukan

bagian distal.

5. Flap dikembalikan dan dijahit sesuai dengan prioritas agar flap dapat

kembali ke tempat semula.

6. Dalam melakukan pengeboran tulang di bagian bukal molar ketiga

impaksi, tulang bukal di regio molar kedua harus dijaga keutuhannya,

agar tidak terjadi trauma pada akar molar kedua.

2.2.4.7 Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah posisi Mesioversi

Gigi impaksi molar ketiga rahang bawah dengan posisi mesioversi

dapat ditemukan dengan keadaan mahkota gigi terletak di bawah atau di

atas servikal gigi molar kedua dan akar giginya dapat terletak jauh atau

dekat dengan kanalis mandibula. Faktor lain adalah mahkota bagian distal

tertutup oleh tulang mandibula yang  tebal. Pada keadaan mahkota gigi

terletak dibawah servikal mahkota molar kedua dan akar gigi terletak

dekat dengan kanalis mandibula, split technique sangat dianjurkan karena

dapat mencegah terjadinya trauma pada gigi molar kedua dan kanalis

mandibula.

Tindakan odontektomi pada kasus gigi molar ketiga impaksi (A-C)

1. Gigi molar ketiga impaksi posisi mesioversi.

2. Setelah dibuat flap, dilakukan pengambilan sebagian tulang yang

menutup gigi impaksi dilanjutkan dengan memotong gigi menjadi dua

bagian, mesial dan distal.

21 | RADIOLOGI ORAL

Page 22: BAB I OR DIANG

3. Bagian distal gigi molar ketiga impaksi (nomor 1) dikeluarkan dengan

bein. Akar mesial dipotong menjadi dua bagian (nomor 2 dan 3) dan

dikeluarkan berurutan menurut nomornya                               

                            

2.2.4.7 Odontektomi Molar Ketiga Rahang Bawah Posisi Horizontal

Odontektomi pada gigi molar ketiga impaksi pada posisi

horizontal sering kali lebih sulit dibandingkan posisi mesioversi. Hal ini

disebabkan karena semua bagian mahkota gigi tertanam di dalam tulang,

sehingga akan ditemui kesulitan pada saat melakukan awal pemotongan

gigi. Pemotongan gigi dimulai dengan:

1. Memotong gigi untuk memisahkan mahkota dan akar gigi yang dimulai

pada bagian distal servikal gigi molar kedua impaksi.

2. Selanjutnya mahkota gigi dipotong menjadi dua bagian,  bukal dan

lingual. Setelah mahkota gigi terpotong maka mahkota gigi dapat

dikeluarkan.

3. Berikutnya akar molar ketiga impaksi dipotong menjadi dua dan setelah

bagian distal dan mesial terpisah, akar gigi dikeluarkan satu per satu

yang dimulai pada akar distalnya.

2.2.5 Komplikasi Pembedahan

A. Komplikasi intra operatif

1. Perdarahan masif dapat terjadi. Penanganannya dengan penekanan dan

penjahitan.

2. Fraktur tuberositas maksila pada odontektomi molar tiga atas.

Penanganannya penempatan kembali fragmen danikat dengan penjahitan

atau dental wire selama 3-4 minggu, kemudian rencanakan untuk

pencabutan gigi setelah terjadi penyembuhan dari tuberositas atau

pengeluaran fragmen dan penutupan luka dengan penjahitan primer rapat.

3. Pada odontektomi molar tiga atas atau kaninus atas .Gigi menembus dasar

sinus. Penanganannya tempatkan kembali gigi dan splint pada posisi

tersebut, lalu tutup dengan kassa yang dibasahi antiseptik yang akan

22 | RADIOLOGI ORAL

Page 23: BAB I OR DIANG

dikeluarkan 2-3 minggu kemudian. Jika fistula 2-6 mm dilakukan

pengurangan ujung socket tulang dan penjahitan pinggirannya dengan

metode delapan.

4. Pemindahan tempat/displacement. Penanganannya hentikan prose dur

secepatnya untuk mencegah berpindahnya gigi kejaringan yang lebih

dalam. Lakukan rontgen paling sedikitdari dua tempat untuk menentukan

posisi dari gigi yang berpindah. Amati tanda-tanda peradangan yang

berhubungan dengan pindahnya gigi. Pemberian analgesik dan antibiotik.

Penjadwalan kembali untuk pengambilan fragmen.

5. Fraktur akar/mahkota. Penanganannya lakukan rontgen foto untuk melihat

posisi dari fragmen fraktur. Pemberian analgesik dan antibiotik.

Penjadwalan kembali untuk pengambilan fragmen fraktur

6. Fraktura mandibula pada odontektomi molar tiga bawah

7. Empisema karena penggunaan tekanan udara yang berlebihan

8. Kerusakan jaringan lunak.

9. Cedera pada N. Alveolaris inferior atau N. Lingualis.

10. Patahnya alat bedah.

B. Komplikasi pasca bedah.

1. Alveolitis /Dry socket. Penanganannya dengan cara dilakukan irigasi

dengan normalsalin dan diaplikasikan bahan-bahan yang bersifat

analgesik seperti yang mengandung eugenol

2. Perdarahan sekunder

3. Trismus.

4. Edema. Untuk pencegahan dapat diberikan kompres es segera setelah

pembedahan selama 2o menit.

5. Parestesi .Dapat ditanggulangi dengan pemberian neurotropik vitamin.

6. Problema periodontal pada gigisebelahnya .

7. Hematoma.

23 | RADIOLOGI ORAL

Page 24: BAB I OR DIANG

2.2.5 Instruksi Pasca Pembedahan (Pedlar.1996)

Diterangkan pada pasien bahwa proses penyembuhan tergantung pula

pada pasien untuk melaksanakan instruksi setelah pembedahan.Kondisi yang

biasa terjadi : 1) rasa sakit, 2) perdarahan, 3) pembengkakkanTindakan yang

sebaiknya dilakukan :

a. Gunakan obat sesuai yang dianjurkan dalam resep

b. Tempatkan kasa diatas daerah pencabutan bukan didalam soketnya

c. lakukan kompres dingin untuk mengurangi pembengkakkan

d. tidurlah dengan kepala agak dinaikkan, ini dapat mengurangi

pembengkakkan

e. berkumur sehabis makan

f. diet lunak

g. cukup istirahat

yang harus dihindarkan :

a. Hindari makanan yang keras

b. Jangan menghisap-hisap daerah bekas operasi

c. Jangan sering meludah

d. Hindarkan daerah bekas operasidari rangsang panas

e. Tidak melakukan kerja berat .

2.2.6 Kontrol (Peterson, 2003)

Pasien kembali kontrol setiap hari sampai jahitan dibuka. Kontrol

perdarahan. Kontrol rasa sakit dan rasa tidak nyaman, termasuk diet, Oral

Hygiene, Edema, Infeksi, trismus, ekimosis.

24 | RADIOLOGI ORAL

Page 25: BAB I OR DIANG

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gigi geraham bungsu bawah adalah gigi terakhir pada lengkung mandibula dan gigi

kedelapan dari garis tengah. Ia membantu gigi-geligi molar bawah lain dalam mengelilingi dan

menghancurkan makanannya, walaupunsering ia tidak dapat melakukan fungsinya karena

posisinya yang buruk, misalnya impaksi. Karena alasan ini banyak contoh gigi molar ketiga

praktis tampak tidak terkikis.

Menurut Peterson 1998, gigi impaksi disebabkan oleh tidak tersedianya lengkung dan

ruang gigi yang cukup untuk erupsi. Dalam hal ini, total lengkung tulang alveolar lebih kecil

daripada total panjang lengkung gigi.

Klasifikasi impaksi molar 3 didasarkan pada pemeriksaan radiologis yaitu dengan

menggunakan photo periapikal , panoramik, oklusal dan Water’s.

25 | RADIOLOGI ORAL

Page 26: BAB I OR DIANG

DAFTAR PUSTAKA

SKRIPSIKU A4.pdf.diakses juni 2013.

Pustaka_unpad_bedah_dento.pdf. diakses juni 2013-07-17

http://pioledhtacapuccino.blogspot.com/2011/12/impaksi-gigi.html?m=1.diakses juni 2013.

http://www.klikdokter.com/gigimulut/read/2010/09/27/221/tips-setelah-operasi-gigi-bungsu. diakses

juni 2013.

http://vincieta.wordpress.com/2012/05/05/gigi-impaksi/. Di akses juni 2013

26 | RADIOLOGI ORAL