bab i (kp full)

Upload: citra-puput-pertiwi

Post on 22-Jul-2015

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Bank Indonesia merupakan bank sentral Republik Indonesia yang mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah sesuai dengan Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Kestabilan nilai rupiah mengandung dua aspek, yaitu kestablian nilai rupiah terhadap barang dan jasa, dan kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang asing. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga pilar tersebut adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan, Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya dari sisi moneter dan perbankan agar tercapai kondisi ekonomi makro yang stabil dan kondusif. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya pemberdayaan sektor riil, khususnya melalui pengembangan Usaha Mikro, kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini mengingat UMKM merupakan salah satu

pemain penting bagi perekonomian nasional. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang, yang total asetnya maksimal 50 juta dan omset maksimal 300 juta setahun. Usaha Kecil Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

2

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang dengan > 50 juta sampai dengan 500 juta dan omset 300 juta sampai dengan 2,5 miliar pertahun. Sedangkan usaha menengah

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undangundang, dengan aset > 500 juta sampai dengan 10 miliar dan omset > 2,5 miliar sampai dengan 50 miliar (UU Perbankan No. 20 Tahun 2008 Pasal 6 Tentang UKM). Pengembangan UMKM masih berhadapan dengan salah satu kendala dalam mengakses pembiayaan dari perbankan yaitu keterbatasan informasi

perbankan mengenai UMKM yang potensial atau mengenai kelayakan usahanya. Dalam rangka meningkatkan penyaluran kredit UMKM, bank tidak selalu dapat memperoleh informasi keuangan yang memadai dari UMKM yang belum pernah berhubungan dengan bank mengingat keterbatasan atau ketiadaan catatan keuangan UMKM tersebut. Di sisi lain, UMKM memiliki keterbatasan informasi mengenai produk dan jasa bank yang sesuai dengan kebutuhan keuangan mereka. Selain itu, juga terdapat kebutuhan informasi mengenai prosedur dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam upaya mengakses layanan perbankan tersebut.

3

Prioritas pemerintah dalam upaya mengembangkan perekonomian masyarakat salah satunya adalah memberikan dukungan perluasan akses terhadap kredit. Hal itu ditempuh mengingat bahwa permasalahan yang dihadapi di dalam sektor perekonomian adalah upaya pemberdayaan pengembangan usaha dan perekonomian masyarakat terutama usaha sekala menengah dan kecil sehingga bantuan permodalan dan akses kredit dirasakan sangat membantu bagi masyarakat dan pemerintah dalam hal pengembangan perekonomian di indonesia. Namun dalam praktik pemberian kredit kepada UMKM, bank-bank umum tetap berpedoman pada ketetapan dan peraturan yang berlaku dimana hal tersebut dilakukan untuk menghindari kredit macet, penunggakan pembayaran, kesalahan administrasi, dan lain-lain. Penyaluran kredit kepada UMKM masih disamakan dengan usaha besar, baik dari tingkat bunga maupun persyaratan yang telah ditetapkan. Tabel 1.1 Tingkat Suku Bunga KMK dan Kredit Modal Kerja pada Bank Umum di Provinsi Lampung

Suku Bunga KMK 2009 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 15,30% 15,08% 14,99% 14,82% 14,68% 14,52% 14,45%

Kredit Modal Kerja

6.866,15 6.965,00 6.701,38 6.930,07 7.190,45 7.594,15 7.618,92

4

Agustus September Oktober Nopember Desember 2010 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 2011 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli AgustusSumber : Data Primer2009-2011

14,30% 14,17% 14,09% 13,96% 13,69% 13,75% 13,68% 13,54% 13,42% 13,26% 13,17% 13,21% 13,19% 13,00% 13,01% 12,96% 12,83% 12,75% 12,72% 12,69% 12,68% 12,61% 12,60% 12,55% 12,50%

7.666,38 7.731,20 7.659,96 7.862,75 7.814,34 7.334,16 6.783,11 7.773,09 8.012,83 8.042,87 8.290,22 8.262,44 9.227,16 9.235,17 9.263,81 9.252,21 9.419,37 9.135,07 9.325,19 9.847,70 9.509,01 9.803,09 10.173,23 10.363,85 10.208,36

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat dilihat besarnya suku bunga KMK yang dibebankan kepada nasabah. Data diatas menunjukkan tingkat suku bunga

5

KMK periode tahun 2009 sampai dengan 2011. Setiap tahunnya suku bunga mengalami penurunan. Sedangkan untuk Kredit Modal Kerja yang diberikan memiliki kecenderungan meningkat disetiap bulannya. Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga KMK yang menurun akan meningkatkan minat masyarakat untuk mengajukan permohonan kredit kepada perbankan. Suku bunga mempunyai peran penting dalam penyaluran kredit kepada nasabah. Begitupun suku bunga KMK yang memiliki peran penting untuk penyaluran Kredit Modal Kerja kepada nasabah. Semakin tingginya tingkat suku bunga yang dibebankan kepada nasabah, maka akan semakin membebankan nasabah dalam melunasi pinjaman kreditnya. Sehingga minat masyarakat untuk mengajukan permohonan kredit akan menurun. Begitupun sebaliknya apabila suku bunga KMK rendah, akan meningkatkan minat masyarakat untuk mengajukan kredit. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dalam bentuk Laporan Kerja Praktek dengan judul Pengaruh Suku Bunga Terhadap Kredit Modal Kerja Pada Bank Umum di Provinsi Lampung.

1.2 Batasan Kerja Praktek Agar penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada laporan ini yaitu suku bunga kredit yang dibahas adalah suku bunga untuk kredit modal kerja.

6

1.3 Tujuan

Tujuan dari dibuatnya laporan kerja praktek ini adalah untuk mengetahui pengaruh suku bunga kredit modal kerja terhadap kredit modal kerja pada Bank Umum di provinsi Lampung.

1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan Laporan Kerja Praktek ini adalah : 1. Manfaat bagi Penulis Menambah pengetahuan tentang peranan Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan moneter khususnya dalam hal pengembangan UMKM di provinsi Lampung. Juga menambah pengetahuan mengenai Kredit Modal Kerja yang diberikan pada Bank Umum khususnya di Provinsi Lampung. Dan melihat pengaruh dari suku bunga terhadap KMK. 2. Manfaat bagi Akademis Mengembangkan ilmu yang telah diterima khususnya dalam kaitannya dengan ekonomi makro mengenai kebijakan moneter. Adapun

penyusunan laporan ini juga bermanfaat sebagai referensi untuk penyusunan laporan selanjutnya. 3. Manfaat bagi Bank Indonesia Penelitian ini bermanfaat bagi Bank Indonesia dalam menjalankan perannya sebagai pendamping bagi pelaku usaha kecil, dan melihat pengaruh tingkat suku bunga terhadap Kredit Modal Kerja.

7

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan . Kerja praktek dilaksanakan di Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung

yang berlokasi di Jalan Hasanuddin No. 38 Teluk Betung Bandar Lampung 35211. Waktu pelaksanaan kerja praktek ini berlangsung selama 1 bulan 15 hari. Terhitung sejak tanggal 18 Agustus 2011 sampai dengan 30 September 2011, dari pukul 07.10 WIB sampai dengan pukul 16.15 WIB.

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Laporan Kerja Praktek ini terdiri dari beberapa bab yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar masalah, batasan kerja praktek, tujuan dan manfaat, tempat pelaksanaan kerja praktek, dan sistematika penulisan laporan Kerja Praktek. BAB II TEMPAT KERJA PRAKTEK Bab ini membahas tentang gambaran umum tempat kerja praktek. Yang berisi sejarah tempat kerja prkatek di laksanakan, visi dan misi, kegiatan utama organisasi, lokasi organisasi, dan struktur organisasi. BAB III PERMASALAHAN ORGANISASI Dalam bab ini akan dikemukakan permasahan organisasi dan teori-teori sebagai hasil dari studi pustaka. Teori-teori ini akan menjadi landasan bagi penulisan untuk melakukan pembahasan dan pengambilan kesimpulan mengenai judul yang penulis pilih.

8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan dari permasalahan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab terakhir ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran sebagai jawaban dari masalah yang diuraikan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9

BAB II TEMPAT KERJA PRAKTEK

2.1 Gambaran Umum Organisasi 2.1.1 Sejarah Gedung utama Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung yang dahulu disebut Bank Indonesia Cabang Teluk Betung, didirikan pada bulan Juli tahun 1959 dan selesai pada bulan Juli tahun 1961 di atas sebidang lahan bekas kantor Pendidikan Agama, Pengadilan Agama, dan Kantor Agraria. Teluk Betung dipilih sebagai letak gedung Bank Indonesia dikarenakan kota Teluk Betung merupakan daerah pusat pemerintahan Provinsi Lampung yang saat itu masih berupa Karesidenan dibawah Provinsi Sumatera Selatan. Operasional dan Gedung Bank Indonesia Bandar Lampung secara bersamaan diresmikan pada tanggal 2 Desember 1961 oleh I Nyoman Moena sekaligus menjabat sebagai Pemimpin Cabang yang pertama. Sebutan Bank Indonesia pada saat itu disebut dengan Kantor Cabang (KC) Teluk Betung yang merupakan kantor cabang kelas IV. Pertama kali beroperasi, Kantor Cabang Bank Indonesia Teluk Betung memiliki 1 (satu) orang Pemimpin Cabang dan 8 (delapan) orang pegawai dengan tugas di bidang sistem pembayaran, antara lain melayani transaksi keuangan pemerintah. Pada tahun 1964 ketika Provinsi Lampung diresmikan, Bank Indonesia juga turut berperan dalam melayani transaksi aliran dana untuk pembangunan di provinsi Lampung. Status Kantor Cabang telah beberapa kali mengalami perubahan yaitu : a. Pada tanggal 2 Desember 1961 merupakan KC kelas IV.

10

b. Pada tahun 1964 menjadi KC Kelas III. c. Pada tahun 1990 berubah menjadi dan dengan sebutan KBI Kelas II Pada tahun 1996, Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung berada di bawah Koordinator Kantor Bank Indonesia Bandung sebagai koordinator hingga tahun 2007, dan pada tahun 2007 hingga saat ini berada di bawah koordinasi Kantor Bank Indonesia Palembang (KBI Kelas I). Sejalan dengan meningkatnya aktivitas KBI Bandar Lampung dan daya tampung gedung kantor yang sudah dirasakan kurang memadai lagi serta usia yang sudah sangat lama, maka sejak tahun 2010 dimulailah pembangunan gedung baru Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung yang menggunakan lahan kosong di lingkungan gedung lama dengan luas lahan total 13.819 meter persegi. Pembangunan gedung berlantai 4 seluas 11.700 meter persegi ini ditandai

dengan Peresmian Pelaksanaan Pembangunan Gedung pada tanggal 19 Februari 2010 oleh Gubernur Lampung, Sjahroedin ZP dan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ardhayadi Mitroatmodjo. 2.1.2 Visi dan Misi Adapun Visi dan Misi Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung adalah sebaga berikut; Visi KBI Bandar Lampung adalah menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugastugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi KBI Bandar Lampung adalah mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

11

2.1.3 Kegiatan Utama Organisasi Kegiatan utama Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan bidang usahanya. Ketiga bidang tugas tersebut adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. 2.1.4 Lokasi Organisasi Tempat Kerja Praktek KBI Bandar Lampung berlokasi di Jl. Hasanuddin No. 38 Teluk Betung Bandar Lampung 35211.

2.2 Struktur Organisasi 2.2.1 Bagan Struktur Organisasi

12

13

2.2.2 Uraian Tanggung Jawab Setiap Bagian/Unit 2.2.2.1 Seksi Operasional Kas Seksi Operasional Kas mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: a. Melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atau monitoring kebutuhan uang untuk kebutuhan Kantor Bank Indonesia setempat. b. Melakukan pengelolaan khazanah yaitu penyiapan dan pengembalian modal kerja, pengelilaan persediaan kas (termasuk kas besar titipan DPU), pemeriksaan fisik uang, pengelolaan barang/surat-surat beharga serta penguncian dan pengamanan khazanah. c. Mensosialisasikan ciri-ciri keaslian uang dan cara memperlakukan uang. d. Melakukan administrasi kegiatan operasional kas, pengaturan tugas kasir dan anggaran operasional kas. 2.2.2.2 Seksi Layanan Nasabah dan Penyelenggara Kliring Seksi Layanan Nasabah dan Penyelenggaraan Kliring mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: a. Penyelenggaraan kliring lokal (warkat debet). b. Pengolaan Data Keuangan Elektronik (DKE). c. Pengelolaan dan penatausahaan data penarik cek/BG kosong. d. Penerbitan daftar hitam lokal. e. Monitoring penyelenggaraan kliring lokal non BI. f. Perhitungan dan pembebanan biaya proses pilah.

2.2.2.3 Tim Pengawas Bank Tim Pengawas Bank mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: a. Melakukan pembinaan terhadap Bank Umum, BPR yang menjadi obyek

14

pengawasan. b. Menyelesaikan permohonan izin yang berkaitan dengan kelembagaan dan kegiatan operasional Bank Umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya. c. Menyediakan informasi tentang kondisi dan permasalahan Bank umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya. 2.2.2.4 Seksi Sumber Daya dan Logistik Seksi Sumber Daya Logistik mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: a. Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan penerimaan, penempatan, pengembangan, pembinaan dan pemutus hubungan kerja dengan pegawai termasuk THOS sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Mengelola data kepegawaian. c. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan pegawai sesuai dengan kewenangannya. d. Melakukan kegiatan yang terkait dengan sistem pemeliharaan pegawai (gaji, insentif, dan fasilitas lainnya). e. Melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi terhadap realisasi program kerja dan anggaran KBI. f. Menatausahakan dan melaksanakan pengadaan barang dan jasa.

g. Melaksanakan pemeliharaan gedung, inventaris kantor, rumah dinas, rumah istirahat dan perabotnya serta sarana lainnya. h. Melaksanakan penghapusan barang-barang inventaris dan kendaraan. i. Menyelesaikan tagihan sumber daya energi, jasa dan lainnya kepada pihak ketiga.

15

j.

Membuat laporan berkala yang berkaitan dengan kegiatan kelogistikan.

2.2.2.5 Seksi Pengaman dan Protokol Seksi Pengamanan dan Protokol mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: a. Menatausahakan surat, warkat masuk maupun keluar dan dokumen lainnya termasuk mengelola sentral khasanah arsip. Melaksanakan dan menatausahakan kegiatan pengawasan gedung kantor, tata tertib kantor, pengiriman dan penjemputan uang, kas keliling, rumah dinas, dan rumah peristirahatan serta sarana lainnya. b. Melaksanakan pengamanan dan tindakan penanggulan ancaman serta gangguan kamtib terhadap personil, materil, acara kedinasan, sosial kepegawaian dalam keadaan normal dan darurat, termasuk karena dampak bencana alam. c. Merencanakan dan melaksanakan pelatihan yang berkaitan dengan tuugas pengamanan. d. Melaksanakan kegiatan protokoler sesuai dengan ketentuan keprotokolan yang berlaku. 2.2.2.6 Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: a. Melakukan indetifikasi hasil-hasil kajian penelitian/kesepakatan/program yang potensial dalam pengembangan sektor riil dan atau melaksanakan identifikasi dalam pengembangan secara spesifik yang terjadi pada komoditi/industri/bidang usaha tertentu.

16

b. Menyusun program pemberdayaan sektor riil (korporasi, BUMN, dan UMKM) berdasarkan hasil identifikasi. c. Melaksanakan program pemberdayaan sektor riil yang ditetapkan. d. Melakukan koordinasi dengan stakeholders daerah untuk memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan kepada perbankan dan BDSP dalam rangka pemberdayaan sektor riil/UMKM. e. Memberikan bantuan teknis dalam bentuk penyediaan informasi berbasis penelitian serta menfasilitasi proses intermediasi perbankan dalam rangka pemberdayaan sektor riil/UMKM. 2.2.2.7 Kelompok Kajian Ekonomi Kelompok Kajian Ekonomi mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: a. Melakukan kajian/riset ptensi ekonomi dan bisnis di daerah dalam rangka memberikan saran dan masukan yang dibutuhkan oleh stakeholders untuk mendukung pengembangan ekonomi daerah. b. Menyusun Kajian Ekonomi Regional (KER) dan kajian-kajian terkait lainnya yang pengaturannya dilakukan oleh satuan kerja di kantor pusat. c. Diseminasi informasi dan kehumasan, yaitu menyampaian hasil kajian dan kebijkan Bank Indonesia kepada stakeholder di daerah. 2.2.2.8 Kelompok Statistik dan Survei Kelompok Statistik dan Survei mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: a. Menerima, memverifikasi, mengirim ke kantor pusat, menatausahakan dan memberikan bantuan teknis laporan bank dan non bank. b. Mengumpulkan dan menyusun data/informasi ekonomi, keuangan,

17

perbankan dan demografi di wilayah kerja. c. Melakukan kegiatan liasion dalam rangka pengumpulan data dan informasi dari pelaku ekonomi (perusahaan, lembaga riset, pemerintah, perbankan dan asosiasi). d. Mengelola dan mengembangkan database informasi perekonomian daerah.

18

BAB III PERMASALAHAN ORGANISASI

3. 1 Landasan Teori 3.1.1 Kredit 3.1.1.1 Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu Credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin Creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Oleh karena itu dasar dari kredit ialah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditum) percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan baik itu berupa uang, barang ataupun jasa (Kohler, 1964:273). Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan (UU Perbankan No. 14 Tahun 1998 Bab 1 pasal 1,2). Sedangkan pengertian kredit menurut Undang-undang No. 7 tahun 1992 pasal 1 butir 12 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Pemberian kredit adalah tulang punggung kegiatan perbankan. didominasi oleh besarnya jumlah kredit. Demikian juga bila diamati dari sisi pendapatan bank, pendapatan terbesar bank adalah dari pendapatan bunga dan proporsi kredit.

19

Aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan. Melalui pemberian kredit, akan banyak usaha pembayaran nasabah melalui rekeningnya, dan juga penyetoran-penyetoran nasabah (Arief, 2007:50). Kesimpulan yang dapat ditarik dari perumusan kredit diatas adalah 1. Adanya suatu penyerahan uang atau tagihan dapat juga barang yang menimbulkan tagihan tersebut pada pihak lain, dengan harapan memberi pinjaman ini bank akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi bank yang bersangkutan. 2. Dari proses kredit itu telah didasarkan pada suatu perjanjian yang saling mempercayai kedua belah pihak akan mematuhi kewajibannya masingmasing. 3. Dalam pemberian kredit ini terkandung kesepakatan pelunasan hutang dan bunga yang akan diselessaikan dalam jangka waktu tertentu seperti yang telah disepakati bersama. 3.1.1.2 Unsur-unsur Kredit Dalam pemberian kredit kepada nasabah, bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, proyek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benarbenar aman. Karena dalam hal ini, nasabah akan dengan mudah memberikan data fiktif kepada bank. Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet (Kasmir, 2010:97).

20

Dari penjelasan dapat diuraikan unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benarditerima kembali dimasa tertentu dimasa mendatang. 2. Kesepakatan, yang dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dimasa yang akan datang. Artinya, setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencangkup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut terdiri dari jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. 4. Resiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebakan suatu resiko tidak tertagihnya/macetnya pemberian kredit. Karena semakin panjang suatu kredit, maka semakin besar pula resikonya demikian pula sebaliknya. 5. Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang dikenal dengan sebutan bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit merupakan keuntungan untuk bank. 6. Prestasi, yaitu suatu objek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan modern sekarang ini didasarkan kepada uang. Maka transaksi-transaksi

21

kredit yang menyangkut uanglah yang sering kita jumpai dalam peraktek perkreditan. 3.1.1.3 Tujuan Kredit Pemberian kredit oleh bank memiliki beberapa tujuan. Salah satu tujuan pemberian kredit adalah mencari keuntungan, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa, dan berupa biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Membantu usaha nasabah juga merupakan salah satu tujuan dari pemberian kredit. Bank membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam pengembangan di beberapa sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit antara lain (Kasmir, 2010:101) : a. Penerimaan pajak dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank. b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru. c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat. d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapt diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan menghemat devisa negara. e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor.

22

3.1.1.4 Definisi Kredit Modal Kerja Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. KMK biasanya berjangka pendek dan disesuaikan dengan jangka waktu perputaran modal kerja nasabah. KMK digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasional usaha nasabah (Budisantoso dan Triandaru, 2006:117). Ditinjau dari jangka waktunya, KMK terdiri atas 2 macam, yaitu KMKRevolving dan KMK-Einmaleg. Susilo, dkk (2000:73) menjelaskan, KMKRevolving, yaitu apabila kegiatan usaha debitur dapat diharapkan berlangsung secara berkelanjutan dalam jangka panjang dan pihak bank cukup mempercayai kemampuan dan kemauan nasabah, maka fasillitas KMK nasabah dapat diperpanjang setiap periodenya tanpa harus mengajukan permohonan kredit baru. Sedangkan KMK-Einmaleg, yaitu apabila volume kegiatan usaha debitur sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu dan atau pihak bank kurang mempercayai kemampuan dan kemauan nasabah, dimana fasilitas KMK ini hanya diberikan satu kali perputaran nasabah. Apabila pada periode selanjutnya nasabah menghendaki KMK lagi maka nasabah harus mengajukan permohonan kredit baru (Susilo dkk, 2000:73-74). Kredit Modal Kerja diberikan oleh pihak, baik kepada debitur untuk pembiayaan berbagai kegiatan disektor perekonomian, antara lain sektor perdagangan, Industri, Perkebunan, koperasi dll. Secara lebih spesifik bentuk Kredit Modal Kerja dapat terbagi dalam beberapa sektor yang antara lain adalah (Arief, 2007:36) : 1. Sektor perdagangan terdiri dari :

23

1.1 Kredit Leveransir 1.2 Kredit ekspor 1.3 Kredit untuk pertokoan 2. Sektor industri antara lain : 2.1 Kredit Modal Kerja pabrik makanan 2.2 Kredit Modal Kerja tekstil 2.3 Kredit Modal Kerja minuman 3. Sektor perkebunan 3.1 Kredit pembelian pupuk 3.2 Kredit pembelian obat-obatan hama, dll. Modal kerja menunjukkan sejumlah dana yang tertanam atau terikat pada aktiva lancar yang dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Istilah lain dari modal kerja adalah gross working capital (modal kerja kotor). Modal kerja bila dikurangi dengan kewajiban-kewajiban jangka pendek (utang lancar) sering disebut net working capital (modal kerja bersih). Besarnya modal kerja yang dibutuhkan dipengaruhi dua faktor, yaitu tingkat aktifasi penjualan dan perputaran modal kerja (siklus kerja). Kredit Modal Kerja (KMK) juga merupakan fasilitas kredit yang dipergunakan untuk membiayai sementara kegiatan operasional rutin perusahaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Fasilitas KMK dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan yang merupakan satu kesatuan, misalnya dalam bentuk KMK ekspor, KMK impor maupun KMK lokal. KMKE (Kredit Modal Kerja Ekspor) adalah fasilitas KMK yang diberikan kepada

eksportir/pemasok yang disediakan untuk membiayai kegiatan produksi,

24

pengumpulan dan atau penyimpanan barang dalam rangka ekspor. KMKI (Kredit Modal Kerja Impor) adalah fasilitas KMK untuk membiayai seluruh atau sebagian kegiatan dalam rangka impor barang, khususnya yang berhubungan dengan L/C impor yang dibuka pada opening bank (bank pembuka L/C). KMKL (Kredit Modal Kerja Lokal) adalah fasilitas KMK yang diberikan kepada pemohon sebagai tambahan modal kerja untuk membiayai kegiatan usahanya di luar ekspor dan impor atau fasilitas kredit yang diberikan kepada pengusaha atau perusahaan Kecil Pribumi dengan persyaratan atau prosedur khusus, guna pembiayaan modal yang hanya dipergunakan secara terus menerus untuk kelancaran usaha (Arief, 2007:37).

3.1.2 Tingkat Suku Bunga 3.1.2.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjamannya yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Menurut Karl dan Fair (2001:635) suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Mankiw (2000:157) menjelaskan bahwa tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan. Menurut Lipsey, Ragan, dan Courant (1997:99-100) Suku bunga dibedakan menjadi dua yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga nominal adalah rasio antara jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan

25

jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli uang yang dipinjam. Edward dan Khan (1985:123), mengatakan bahwa faktor penentu suku bunga tcrbagi alas 2 (dua) faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar, dan ekspektasi inflasi. Sedangkan faktor eksternalnya adalah penjumlahan suku bunga luar negeri dan tingkat ekspektasi perubahan nilai tukar valuta asing. Seperti halnya dalam setiap analisis keseimbangan ekonomi, pembicaraan mengenai keseimbangan di pasar uang juga akan melibatkan unsur utamanya, yaitu permintaan dan penawaran uang. Bila mekanisme pasar dapat berjalan tanpa hambatan maka pada prinsipnya keseimbangan di pasar uang dapat terjadi, dan merupakan wujud kekuatan tarik menarik antara permintaan dan penawaran uang.

Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :

a) Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. b) Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan-perusahaan dari industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

26

c) Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.

3.1.2.2 Teori Suku Bunga Kredit Modal Kerja terhadap Kredit Sebagaimana yang kita ketahui suku bunga kredit mempunyai andil yang besar terhadap jumlah alokasi kredit. Semakin tinggi suku bunga kredit maka akan menyebabkan beban masyarakat dalam melunasi pinjaman kreditnya semakin berat, dan cendrung untuk mengurangi pinjaman kredit sehingga jumlah alokasi kredit menurun. Seperti yang telah dijelaskan diatas, definisi Kredit Modal Kerja (KMK) adalah kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Suku bunga Kredit Modal Kerja adalah suku bunga yang diberikan oleh pemberi KMK kepada nasabah. Suku Bunga KMK yang tinggi akan menyebabkan menurunnya minat nasabah untuk mengajukan permohonan kredit.

3.2 Hipotesis Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh suku bunga kredit modal kerja terhadap kredit modal kerja. Hasil dari penelitian ini akan digunakan sebagai referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut : Desy Diah Pitaloka (2002) dalam skripsi Sarjana FE UII dengan mengambil judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi peluang

pengembalian KMK (Studi kasus BPR Binsani Surakarta). Berdasarkan hasil pembahasan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peluang

27

pengembalian Kredit Modal Kerja di BPR Binsani Surakarta menunjukkan terdapat hubungan antara beberapa variabel bebas dengan peluang pengembalian KMK. Variabel-variabel bebas tersebut diantaranya adalah tingkat suku bunga. Arief Wibowo (2007) dalam skripsi Sarjana FE UII yang merupakan acuan dalam penulisan laporan KP ini, dengan judul Pengaruh jumlah penghimpun dana Bank, suku bunga Kredit Modal Kerja, dan tingkat laju inflasi terhadap jumlah alokasi Kredit Modal Kerja pada bank-bank umum di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa variabel suku bunga berpengaruh terhadap variabel Kredit Modal Kerja. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa variabel suku bunga berpengaruh terhadap kredit modal kerja, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah : Ho : Suku Bunga Kredit Modal Kerja tidak berpengaruh terhadap Kredit Modal Kerja Ha : Suku Bunga Kredit Modal Kerja berpengaruh negatif, dan signifikan terhadap Kredit Modal Kerja Penelitian ini menggunakan SPSS 16 dan menggunakan model analisis regresi linear dua variabel karena penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Untuk mengetahui pengaruh dari varibael independen dan dependen makan digunakan rumusan t hitung berikut (Nachrowi dan Usman, 2005:25) : =

28

Daerah Kritis : Jika -t hitung > -t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika -t hitung < -t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima Dengan tingkat signifikansi = 0,05. Jadi apabila -t hitung lebih kecil dari t tabel dan signifikansi lebih kecil dari 0,05 itu berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya suku bunga KMK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit Modal Kerja. Asusmsinya, suku bunga akan memberikan pengaruh negatif terhadap pemberian kredit. Karena semakin tinggi tingkat suku bunga akan menurunkan minat masyarakat untuk meminjam uang di bank. Begitupun sebaliknya.

3.3 Permasalahan Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 tentang kebijakan Bank Indonesia dalam membantu pengembangan UMKM mengalami paradigma yang cukup mendasar karena BI tidak lagi memberikan bantuan keuangan atau Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sehingga peranan Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM menjadi tidak langsung. Kebijakan BI ini lebih difokuskan dalam rangka mendorong peningkatan fungsi intermediasi perbankan serta untuk mendukung sistem perbankan yang sehat. Pemerintah melalui jasa dan peran perbankan dalam hal membantu masyarakat untuk melakukan kegiatan usaha pada khususnya dan kegiatan ekonomi pada umumnya memberikan bantuan berupa kredit atau pinjaman modal bagi para pelaku usaha baik usaha dengan skala besar maupun kecil. Namun dalam praktiknya, penyaluran kredit kepada UMKM oleh

29

perbankan seringkali disamakan dengan usaha besar maupun korporasi. Baik dalam tingkat suku bunga maupun persyaratan yang ditetapkan. Dalam memberikan kredit, Bank dutuntut agar mendapatkan keuntungan yang besar, sehingga cukup menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan. Hal ini dikarenakan, pemberian pinjaman/kredit merupakan tulang punggung untuk mencapai keuntungan bagi Bank. Dari uraian diatas, penulis ingin mengkaji dan menganalisis pengaruh suku bunga, khususnya suku bunga kredit modal kerja terhadap pemberian kredit modal kerja kepada UMKM oleh perbankan, khususnya pada Bank Umum di Provinsi Lampung.

30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data yang telah dikumpulkan, hasil pengolahan data dan pembahasan hasil pengolahan data tersebut. Urutan pembahasan dimulai dari deskripsi umum hasil penelitian, kemudian hasil analisis regresi.

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Data Deskriptif 4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Pengolah data dalam penyusunan laporan kerja praktek ini adalah dengan menggunakan microsoft excel dan SPSS 16. Data yang diolah adalah: Kredit Modal Kerja pada Bank Umum bulanan pada periode 2009 sampai periode 2011, dan Suku Bunga Kredit khususnya Suku Bunga Kredit Modal Kerja pada Bank Umum bulanan pada periode 2009 sampai dengan periode 2011. 4.1.2 Data Statistik Variabel Penelitian Data mentah yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dari Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung. Adapun data pendukung lainnya diperoleh dari website www.bi.go.id. Setelah melalui proses pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh data statistik deskritif Bank Umum yang menjadi obyek penelitian. Dapat dilihat pada tabel 4.1.

31

Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Data

Descriptive Statistics N Statistic Kredit Modal Kerja Suku Bunga Kredit Modal Kerja Valid N (listwise) 32 32 32 Range Statistic 8398.85 2,73 Minimum Maximum Statistic 1965.00 12,50 Statistic Mean Std. Error Std. Deviation Statistic 1585.21942 ,84325

10363.85 2.80230E2 15,23 ,14907

Dari tabel 4.1 diatas, dapat dilhat rentang dari selisih Kredit Modal Kerja adalah 8398,85 juta, sedangkan rentang untuk Suku Bunga Kredit Modal Kerja sebesar 2,73%. Untuk pemberian KMK minimum sebesar 1965 juta, sedangkan pemberian KMK maximum mencapai 10363,85 juta. Suku Bunga Kredit Modal Kerja minimum sebesar 12,50%, sedangkan untuk nilai maximumnya sebesar 15,23%. Untuk rata-rata pemberian KMK dan Suku Bunga KMK masing-masing sebesar 2800 juta dan 14,90%. Standar deviasi dari KMK sebesar 1585,21942 yang menunjukkan bahwa standar deviasi lebih besar dari mean-nya. Yang berarti bahwa KMK tidak bagus. Sedangkan standar deviasi untuk Suku Bunga KMK 8,4325 yang berarti standar deviasi lebih kecil dari mean-nya. Ini menunjukkan bahwa Suku Bunga KMK bagus.

4.2 Analisis Regresi Linier Dua Variabel Secara subtantif analisa regresi adalah analisa mengenai pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Pada penelitian ini digunakan analisa regresi dua variabel karena penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

32

4.2.1 Uji t (Pengujian Hipotesis) Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode regresi dan dihitung dengan menggunakan program SPSS. Berdasarkan output SPSS tersebut pengaruh dari variabel independen yaitu Suku Bunga Kredit Modal Kerja terhadap variabel dependen yaitu Kredit Modal Kerja ditunjukkan pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Regresi Linier

Coefficients

a

Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) Suku Bunga Kredit Modal Kerja B 24793.585 -1210.624 Std. Error 1434.096 105.518 Coefficients Beta t 17.289 -.902 -11.473 Sig. .000 .000

a. Dependent Variable: Kredit Modal Kerja Sumber : data yang diolah dari periode 2009 2011 dengan menggunakan SPSS 16; Regression

Dari tabel diatas dapat dirumuskan persamaan regresi linier pengaruh Suku Bunga Kredit Modal Kerja terhadap Kredit Modal Kerja sebagai berikut: KMK = 24793,585 1210,624 SBKMK + ei Hasil pengujian variabel independen terhadap variabel dependen terlihat bahwa Suku Bunga KMK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit Modal Kerja. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikan 0,000 yang lebih kecil dari = 0,05. Koefisien regresi X atau variabel Suku Bunga KMK adalah sebesar -1210,624. Nilai koefisien yang negatif ini menunjukkan bahwa Suku Bunga KMK memiliki pengaruh negatif terhadap KMK. Sehingga Hipotesis a yang

33

menyatakan bahwa Suku Bunga KMK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap KMK terbukti.

4.3 Pembahasan Hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa Suku Bunga KMK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit Modal Kerja. Dari hasil penelitian, diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel tingkat suku bunga sebesar -1210,624. Sedangkan untuk nilai signifikan dari hasil uji hipotesis tersebut lebih kecil dari = 0,05 yaitu sebesar 0,000. Dengan demikian, Ha terbukti dan diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan suku bunga KMK akan menyebabkan permohonan kredit khususnya KMK menurun begitu pula sebaliknya. Suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya pinjaman yang rendah (Dheny, 2009:85). Sehingga akan meringankan beban masyarakat untuk melunasi kwajibannya tersebut. Suku bunga yang rendah akan merangsang masyarakat untuk mengajukan permohonan kredit. Dapat dilihat pada tabel 1.1 suku bunga KMK mengalami penurunan pada setiap bulannya dari awal tahun 2009 sampai dengan bulan agustus tahun 2011. Seiring dengan penurunan suku bunga KMK, permohonan kredit oleh masyarakat untuk KMK juga cenderung mengalami kenaikan. Perubahan tingkat suku bunga akan berbanding terbalik dengan permohonan kredit. Minat masyarakat dalam mengajukan kredit kepada bank juga tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Namun juga dari persyaratan administrasi yang diberikan oleh bank. Persyaratan untuk mengajukan

34

permohonan kredit yang cukup memberatkan untuk usaha kecil seperti penyediaan agunan oleh debitur yang berupa usaha yang dibiayai. Persyaratan tersebut tentu membuat calon debitur ragu untuk mengajukan permohonan kredit. Sehingga mereka lebih memilih untuk membiayai usahanya sendiri. Ini juga sebagai penyebab bahwa meskipun suku bunga rendah belum tentu pemintaan kredit meningkat. Mengingat persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh bank cukup memberatkan debitur khususnya usaha kecil.

35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisa yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kredit Modal Kerja. Hal tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat suku bunga KMK akan semakin rendah pula permohonan kredit yang akan diajukan. Karena semakin tinggi tingkat suku bunga itu berarti akan meningkatkan biaya pinjaman, dan akan semakin membebankan masyarakat dalam melunasi pinjamannya. Begitupun sebaliknya, suku bunga yang rendah akan meningkatkan minat masyarakat untuk meminjam uang di bank.

5.2 Saran UMKM masih kesulitan untuk memanfaatkan kredit dari perbankan. Hal ini dikarenakan suku bunga yang tinggi dan prosedur serta persyaratan yang membebankan pelaku usaha kecil. Akibatnya, masih banyak UMKM yang membiayai usahanya dengan dana sendiri ataupun bantuan pihak lain bukan perbankan. Untuk itu perbankan diharapkan dapat meringankan persyaratan dan prosedur yang rumit, serta menurunkan suku bunga kredit agar minat masyarakat untuk meminjam dana di bank meningkat. Selain itu juga kurangnya pengetahuan pelaku usaha kecil mengenai kondisi keuangan dan kurangnya pengetahuan dalam menyusun laporan keuangan juga menjadi kendala. Untuk itu Bank Indonesia yang berperan sebagai intermediasi antara bank dan UMKM diharapkan untuk lebih banyak memberikan

36

pelatihan kepada UMKM. Hal ini bertujuan agar pelaku usaha kecil memliki pengetahuan lebih mengenai penyusunan laporan keuangan dan kondisi keuangan. Serta untuk membimbing usaha kecil agar dapat memperluas usahanya. Sehingga tujuan pemerintah dalam hal mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan dapat tercapai.

37

LAMPIRAN I

Hasil Regresi

Variables Entered/Removedb Model 1 Variables Entered Suku Bunga Kredit Modal Kerjaa Variables Removed Method . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kredit Modal Kerja

Model Summary Model 1 R .902a R Square .814 Adjusted R Square .808 Std. Error of the Estimate 495,12937

a. Predictors: (Constant), Suku Bunga Kredit Modal Kerja

ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 3.227E7 7354592.644 3.962E7 df 1 30 31 Mean Square F Sig. .000a

3.227E7 131.632 245153.088

a. Predictors: (Constant), Suku Bunga Kredit Modal Kerja b. Dependent Variable: Kredit Modal Kerja

38

LAMPIRAN II

Coefisien

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients 95% Confidence Interval for B Lower Model 1 (Constant) Suku Bunga Kredit Modal Kerja B 24793.585 -1210.624 Std. Error 1434.096 105.518 -.902 Beta t 17.289 -11.473 Sig. Bound Upper Bound

.000 21864.771 27722.399 .000 -1426.122 -995.127

a. Dependent Variable: Kredit Modal Kerja

39

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, Undang-undang Perbankan, Berbagai Edisi, Bank Indonesia, Jakarta. Budiono, 1998, Ekonomi Moneter, BPFE UGM, Yogyakarta. Budisantoso, Totok dkk, 2006, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta. Case, Karl E and Fair, Ray C, 2001, Prinsip-Prinsip Ekonomi Jilid I, Erlangga, Jakarta Edward, Sebastian dan Khan, Moshin S, 1985, Interes Rate Determination in Devolving Countries, IMF Staff Paper, 32, September. Fuadi, Dheny Wahyu, 2009, Analisis Pengaruh Suku Bunga, Volume Perdagangan dan Kurs Terhadap Return Saham Sektor Properti yang Listed di BEI, Thesis tidak dipublikasikan, Progam Pascasarjana, Undip, Semarang. Kasmir, 2010, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Rajagrafindo Persada, Jakarta. Lipsey, RG, Courant, PN dkk, 1997, Pengantar Mikroekonomi, Binarupa Aksara, Jakarta. Mankiw, N. Gregory, 2000, Teori Mikroekonomi, Erlangga, Jakarta. Nachrowi, Djalal Nachrowi dkk, 2005, Penggunaan Teknik Ekonometri, Rajagrafindo Persada, Jakarta. Pitaloka, Desy Diah, 2002, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peluang Pengembalian KMK (Studi Kasus BPR Binsani Surakarta), Skripsi tidak dipublikasikan, FE UII, Yogyakarta. Rasul, Agung Abdul dkk, 2010, Praktikum Statistika Ekonomi dan Bisnis, Mitra

40

Wacana Media, Jakarta. Sunariyah, 2004, Pengetahuan Pasar Modal, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Supranto, J, 2009, Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta. Susilo, Y. Sri dkk, 2001, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta. Wibowo, Arief, 2007, Pengaruh Jumlah Penghimpun Dana Bank, Suku Bunga Kredit Modal Kerja, dan Tingkat Laju Inflasi Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja Pada Bank-Bank Umum di Indonesia, Skripsi tidak dipublikasikan, FE UII, Yogyakarta.