bab i kep

4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan tertinggi didunia, terutama dinegara – negara berkembang. Penelitian yang dilakukan, menyatakan bahwa sebanyak 19 provinsi diindonesia mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe, Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua ( Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional, 2007). Menurut data World Health Organization (WHO), terdapat empat masalah kekurangan gizi utama dan berpengaruh pada golongan berpendapatan rendah dinegara berkembang. Masalah gizi utama tersebut adalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) (World Health Organization, 2009). Masalah malnutrisi terutama terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun dan dapat mengganggu proses tumbuh kembang secara fisikal maupun mental. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai paa balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%.

Upload: ari-andriyanto

Post on 15-Jan-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kep makalah bab 1

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I KEP

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan tertinggi didunia,

terutama dinegara – negara berkembang. Penelitian yang dilakukan, menyatakan

bahwa sebanyak 19 provinsi diindonesia mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi

kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe, Aceh Darussalam, Sumatera Barat,

Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,

Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat

dan Papua ( Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional, 2007).

Menurut data World Health Organization (WHO), terdapat empat masalah

kekurangan gizi utama dan berpengaruh pada golongan berpendapatan rendah

dinegara berkembang. Masalah gizi utama tersebut adalah Kurang Energi Protein

(KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

Kekurangan Yodium (GAKY) (World Health Organization, 2009). Masalah

malnutrisi terutama terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun dan dapat mengganggu

proses tumbuh kembang secara fisikal maupun mental.

Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang

banyak dijumpai paa balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan

masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun

saat ini di Indonesia sedang di landa krisis ekonomi yang berdampak juga pada status

gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah.

Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa presentase anak dengan konsumsi

energi dan protein kurang dari 70% AKG adalah 33,4%, dari jumlah tersebut 24,8%

berada pada kelompok umur 4-6 tahun. Sebagian besar kasus konsumsi energi protein

yang berada di bawah kebutuhan minimal terjadi di daerah pedesaan dan cenderung

lebih besar pada kelompok anak laki-laki (Riskesdas, 2010). Berdasarkan data

Riskesdas 2007 diperkirakan 7% anak balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa)

meninggal setiap tahun dan 170.000 anak (60%) di antaranya akibat gizi buruk

(Kementerian Kesehatan RI, 2007).

Page 2: BAB I KEP

Telah diketahui bersama besaran masalah gizi di Indonesia, dimana masalah

gizi makro berupa KEP dapat memperbesar peluang terjadinya masalah gizi mikro

seperti defisiensi mineral penting seperti Fe dan Zn, terutama terkait dengan salah

satu fungsi protein sebagai alat pengangkut di dalam tubuh (Mahan dan Stump, 2004),

oleh karena itu diupayakan suatu penanggulangan masalah KEP pada kelompok

rentan yaitu anak. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan kesiapan dan

pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi

buruk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan

kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai

pengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).

1.2 Rumusan Masalah

Dengan latar belakang yang telah terurai di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah

yang melandasi penulis untuk mengkaji lebih lanjut, yaitu :

a. Bagaimana menjelaskan penyebab meningkatnya angka KEP Balita ?

b. Bagaimana rencana program yang tepat untuk menanggulangi kejadian KEP ?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah adalah :

Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya peningkatan angka

kekurangan energi protein (KEP) pada balita.

Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh asupan makanan tambahan pada balita terhadap

peningkatan angka kekurangan energi protein (KEP) pada balita.

b. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu balita terhadap peningkatan

angka kekurangan energi protein (KEP) pada balita.

c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan ibu balita peningkatan angka

kekurangan energi protein (KEP) pada balita.

d. Untuk mengetahui pengaruh penghasilan ibu balita peningkatan angka

kekurangan energi protein (KEP) pada balita.

Page 3: BAB I KEP