kep bab i - ii

19
BAB I PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. 1,2 Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi pada anak yang disebabkan oleh kurangnya asupan energi dan protein dan defisiensi mikronutrien/nutrisi lainnya. Disebut juga malnutrisi energi protein (MEP). 1,4 KEP merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita. 1 Selain ibu hamil, anak-anak dari segala usia sebenarnya rentan terhadap gizi yang tidak adekuat. Namun, dari berbagai penelitian yang dilakukan dikatakan bahwa balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan terhadap gizi buruk, karena pada kelompok usia tersebut terjadi siklus pertumbuhan dan perkembangan yang sangat membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok usia lain. 1,2 1

Upload: norman-abuar-abutwaman-angwarmase

Post on 09-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

aaaaaaaaaa

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan.1,2Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi pada anak yang disebabkan oleh kurangnya asupan energi dan protein dan defisiensi mikronutrien/nutrisi lainnya. Disebut juga malnutrisi energi protein (MEP).1,4 KEP merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita.1 Selain ibu hamil, anak-anak dari segala usia sebenarnya rentan terhadap gizi yang tidak adekuat. Namun, dari berbagai penelitian yang dilakukan dikatakan bahwa balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan terhadap gizi buruk, karena pada kelompok usia tersebut terjadi siklus pertumbuhan dan perkembangan yang sangat membutuhkan zat-zat gizi yang lebih besar dari kelompok usia lain.1,2 Menurut data yang diperoleh dari Departemen Kesehatan yang dikeluarkan tahun 2010 memperlihatkan prevalensi gizi buruk di Indonesia terus menurun dari 9,7% di tahun 2005 menjadi 4,9% di tahun 2010.3 Penurunan kasus gizi buruk ini diduga karena disebabkan oleh adanya kasus yang tidak terlaporkan (under reported). Masih adanya balita dengan gizi buruk atau KEP secara tidak sengaja atau saat masuk rumah sakit dengan keluhan lain (seperti keluhan pada penyakit infeksi) menunjukkan bahwa banyak kasus yang terlewatkan dari pengawasan sistem surveilans dan penanggulangan dari berbagai instansi terkait.1Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kejadian KEP pada anak, antara lain asupan makanan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu, penyakit yang menyertai, bayi berat lahir rendah (BBLR), kelengkapan imunisasi dan riwayat pemberian air susu ibu (ASI).2Pasien anak, terutama balita, yang sakit dan perlu rawat inap di rumah sakit disertai dengan kondisi status gizi buruk juga tidak sedikit. Salah satu tandanya adalah berat badan yang tidak sesuai dengan usia. Anak dengan gizi buruk lebih rentan pada penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan yang kurang optimal, sampai pada kematian dan penurunan kualitas sumber daya manusia.1 Karena rendahnya daya tahan tubuh, maka anak dengan gizi buruk atau KEP juga rentan terhadap penyakit yang makin memperburuk status gizi anak yang sudah buruk. Penyakit-penyakit penyerta yang sering terjadi adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), tuberkulosis, malaria, diare persisten, cacingan hingga HIV/AIDS.1,2,5Seperti yang disebutkan di atas, gizi buruk atau KEP biasanya diketahui secara tidak sengaja dalam pemeriksaan fisik umum karena penetapan diagnosis gizi buruk atau KEP diketahui melalui gejala klinis, pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk atau KEP tidak menentu, tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur pasien. Hal ini disebabkan oleh adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya.1

BAB IILAPORAN KASUS

A. Identitas PasienNo. Rekam Medik: 09.29.24Nama: An. N. ATempat, tanggal lahir: Parepare, 26 Januari 2014Umur: 1 tahun 1 bulanJenis kelamin: PerempuanAgama: Islam Anak ke: 1 dari 1 saudaraAlamat orang tua: Jl. Andi Abdurrahman RT 004/ RW 005 Tiro Sompe, ParepareBangsa/suku: Indonesia/ BugisOrang tua: Ayah : Tn. JUmur: 22 tahunPekerjaan: SwastaPendidikan: SMPIbu: Ny. FUmur: 21 tahunPekerjaan: Karyawan tokoPendidikan: SMARuang perawatan: Ruang Melati (Bangsal Anak) Kelas 3 Bed 6Lama perawatan: 4 hari (22 Februari 25 Februari 2015)Tanggal pemeriksaan: 24 Februari 2015Jam pemeriksaan: 18.00 WIT

B. Status UmumPembuatan status didasarkan aloanamnesis dari keluarga pasien (ibu dan nenek pasien) dan dari status pasien selama perawatan di ruang Melati RSUD A. Makkasau yang dibuat pada tanggal 24 25 Februari 2015.a) Keluhan utama: Demamb) Keluhan tambahan: Batuk, pilekc) Riwayat penyakit sekarang: Dialami sejak siang 2 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Demam tinggi, mendadak, dan dialami terus-menerus. Tidak ada kejang. Selain itu, pasien juga mengalami batuk sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk awalnya kering kemudian menjadi produktif berdahak sedikit, berwarna putih, tidak ada darah. Batuk hanya sesekali, tidak menentu waktu munculnya. Serta tidak ada sesak napas. Sebelumnya, didahului dengan pilek pada malam harinya. Sejak demam meninggi, pasien tampak lemas, malas makan dan hanya minum susu saja. Muntah, sakit perut tidak ada. Buang air besar (BAB) baik, kotoran lunak padat, kekuningan, lendir atau darah tidak ada. Terakhir BAB 1 hari yang lalu. Buang air kecil (BAK) baik, lancar, tidak ada keluhan berkemih tersendat/ terputus, tidak ada nyeri saat berkemih, urine kuning jernih, tidak berbuih, tidak berdarah.

Riwayat pengobatan sebelumnya:Pasien dibawa ke Puskesmas Cempae dengan keluhan utama yang sama 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Diberi obat penurun panas (Parasetamol sirup) dan sempat diminum 3 kali, keluhan tidak membaik.

Riwayat penyakit sebelumnya/ lain:Pasien mengalami sarampak (campak/ morbilli) kurang lebih 4 bulan yang lalu. Sakit selama 2 minggu. Tidak ada riwayat batuk lama/ kronik. Tetapi pasien sering mengalami batuk pilek berulang.

Riwayat keluarga - sosial: Sebelum sakit, pasien tinggal di rumah kedua orang tuanya, ayah dan ibu. Tidak ada anggota keluarga lain yang tinggal bersama pasien selain kedua orang tua. Ayah pasien saat ini tidak berada di rumah karena bekerja di luar kota. Selama di rumah pasien dijaga oleh ibu kandung, dan terkadang (1-2 kali dalam seminggu) dititipkan di rumah neneknya untuk dijaga saat ibunya bekerja. Riwayat kontak antara pasien dengan orang dengan batuk lama disangkal, di keluarga inti maupun keluarga nenek pasien tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan kesehatan tertentu (seperti, demam, batuk lama, atau riwayat penyakit kronik lain).

C. Status Neonatologi dan Tumbuh KembangPasien lahir di rumah sakit ditolong oleh bidan dilahirkan secara spontan dan air ketuban berwarna jernih. Berat badan lahir (BBL) 2300 gram, panjang badan lahir (PBL) orang tua tidak ingat. Diagnosis lahir Bayi Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan (BCB-KMK). Riwayat pemberian vitamin K positif (+), riwayat ibu keguguran tidak ada. Riwayat berbalik saat 3 bulan, duduk saat 7 bulan, belum dapat berdiri sendiri, gigi pertama pasien muncul saat berumur 12 bulan, dan mulai berbicara satu suku kata saat 12 bulan.

D. Status Gizi a) MakananMulai makan makanan lunak pada usia 6 bulan. Sebelum sakit/ keluhan utama yang dialami saat ini, kebiasaan/ pola makan pasien menurut orang tua baik, nafsu makan baik. Dalam sehari pasien dapat makan 4 kali sehari, dengan menu makan bervariasi serta porsi makan sepiring (kurang lebih 1/3 porsi orang dewasa) nasi atau bubur disertai dengan lauk (satu atau dua dari: sayur-sayuran (sering), ikan (sering), daging ayam (kadang)). Selain itu, ditambah dengan air putih atau susu formula. Pasien tidak nafsu makan saat muncul demam (keluhan utama), tetapi tetap minum susu formula. b) ASIStatus ASI mulai dari umur 0 hingga 4 bulan. Alasan berhenti ASI sebelum umur 6 bulan menurut ibu pasien adalah produksi ASI yang kurang. c) AntropometriBB: 6 Kg

LK: 42,5 Cm (Terletak tepat pada garis -2 SD)

PB: 69 CmLD: 43,5Cm

LLA: 12,5CmLP: 40,5Cm

BB/ PB: Terletak di bawah garis -3 SD IMT: BB/TB (Kg/m2) = 6 Kg/(0,69)2 = 12,6

BB/ U: Terletak di bawah garis -3 SDIMT/ U: Terletak di bawah garis -3 SD

TB/ U: Terletak di antara garis -3 SD dan -2 SD Status Gizi: Gizi buruk

BB/PB

BB/U TB/U

IMT/ U

Lingkar kepala (LK)

E. Status Imunisasi : ImunisasiBelum Pernah1234Booster 18 bln 2 thn

BCG+ (0 bln)

Hep B+ (0 bln)+ (1 bln)+ (6 bln)

Polio+ (0 bln)+ (2 bln)+ (6 bln)

DPT+ (2 bln)+ (4 bln)+ (6 bln)

Campak+ (9 bln)

Hib+

PCV+

Rotavirus+

Influenza+

MMR+

Varisela+

Hep A+

Tifoid+

HPV+

Setiap bulan pasien selalu dibawa ke Posyandu. Dilakukan imunisasi dan penimbangan berat badan. Namun, ibu pasien tidak tahu/ tidak terlalu memperhatikan bagaimana perkembangan berat badan anaknya.

F. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum: Sakit sedang, tampak kecil dan kurus Kesadaran: Kompos Mentis (GCS E4V54M6)Tanda Vital: Tekanan darah: 100/ 60 mmHg Nadi: 111 x/menit; reguler, isi cukup, kuat angkatPernapasan: 25 x/menit; regulerSuhu: 36,60C; per axillaKulit: Pucat, petekhie, ikterus tidak ada; Turgor baik (kembali < 2 detik); Capillary Refill Time (CRT) cepat (< 2 detik); Scar BCG (+) ada pada lengan atas dextra1) KepalaRambut: Hitam, ikal, tipis, distribusi merata, mudah dicabutBentuk: NormocephalUbun-ubun: MenutupUkuran: 42,5 cm2) WajahSimetrisMata:Cekung ada, palpebra edema tidak ada, konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada, refleks pupil positif/ positif, isokor 3mm/3mm.Telinga: Otorea tidak adaHidung: Napas cuping hidung tidak ada, rhinorea tidak adaBibir:Mukosa kering tidak adaPucat: Tidak adaSianosis : Tidak adaLain-lain: Tidak adaMulut:Gigi: I I

Sel mulut: Stomatitis tidak adaTenggorok: Hiperemis tidak ada, tonsil T1/T1 tidak hiperemisLeher: Kaku kuduk tidak adaKel. Limfe: Tidak teraba 3) ThoraxBentuk : NormochestPayudara: Tidak ada kelainanLingkar dada : 43,5 cmParuInspeksi: Gerak simetris dextra sama dengan sinistra, pelebaran selaiga tidak ada, retraksi dinding dada tidak ada Palpasi: Vokal fremitus simetris dextra sama dengan sinistra, nyeri tekan kesan tidak adaPerkusi: Sonor pada kedua lapang paru Batas paru hepar interkostal (ICS) VI dextraAuskultasi: Bronkovesikuler pada kedua lapang paru; rhonki ada pada kedua lapang paru, wheezing tidak ada. JantungInspeksi: Iktus kordis tampak pada ICS V midklavikula sinistraPalpasi: Thrill tidak ada Perkusi: Batas kiri linea midklavikularis sinistra; batas kanan parasternalis dextra; batas atas ICS III sinistraAuskultasi: Bunyi jantung I/II murni, reguler; bising tidak ada4) Abdomen Inspeksi: DatarPalpasi: Supel, nyeri tekan tidak ada Hepar: Tidak terabaLien: Tidak terabaPerkusi: Timpani, pekak radier tidak adaAuskultasi: Peristaltik ada, 5 x/ menitLingkar perut : 40,5 cm5) Genitalia Tidak ada kelainan6) EkstremitasTeraba hangatEdema : edema dorsum pedis tidak ada, edema pretibial tidak adaLingkar lengan atas : 12,5 cm7) NeurologisCol. Vertebralis : Skoliosis, kifosis, lordosis, gibus tidak adaRefleks Fisiologis : ++/++ NormalKPR : ++/++ NormalAPR : ++/++ NormalKekuatan : 5555Tonus : Kesan normalRefleks Patologis : Babinski, Chaddok, Oppenheim, Gordon tidak ada.

G. ResumeSeorang anak perempuan, usia 1 tahun 1 bulan, BB 6 kg, mengalami demam sejak siang 2 hari SMRS. Demam tinggi, terus-menerus. Batuk (+) 2 hari SMRS, berdahak (+), berwarna putih, darah (-). Pilek (+) semalam sebelumnya. Lemas (+), penurunan nafsu makan (+), minum susu (+). Pengobatan (+) ke Puskesmas Cempae, keluhan sama 1 hari SMRS, minum obat penurun panas (Parasetamol) (+). Riwayat morbilli (+) 4 bulan yang lalu, selama 2 minggu. Tinggal di rumah kedua orang tuanya, ayah, ibu dan pasien. Dirawat oleh ibu kandung, kadang dirawat nenek. Riwayat BBLR (+), ASI tidak eksklusif (+), riwayat imunisasi wajib (+) lengkap. Pemeriksaan fisik didapatkan, KU: tampak kurus, kompos mentis, TD: 100/60 mmHg, N : 111 x/ menit, P : 25x/ menit, S: 36,6C. Mata cekung, gigi tumbuh (+) insisivus sentral atas, bunyi pernapasan bronkovesikuler pada kedua lapang paru, rhonki ada pada kedua lapang paru. Pemeriksaan antropometrik termasuk gizi buruk.

H. Diagnosis kerja ISPA Diagnosa banding: bronkopneumonia, rhinitis Gizi buruk

I. Rencana pemeriksaan penunjang Laboratorium darah rutin tanggal 22 Februari 2015Nilai rujukanHasil

WBC3,8 10,6103/L16,2 . 103/L

NEU-4,23%

LYM-10,5%

MONO-1,27%

EOS-0,041%

BASO-0,233%

RBC4,06 4,69 .106/L5,39 .106/L

HGB12,9 14,2 g/dL12,3 g/dL

HCT37,7 53,7%38,7%

MCV81,1 96,0 fL71,8 fL

MCH27,0 31,2 pg22,8 pg

MCHC31,8 35,4 g/dL31,7 g/dL

RDW11,5 14,5 %13,9%

PLT155,0 - 366,0 . 103/L279,0 .103/L

LED 15 mm/jam19/ mm/ jam

J. Tatalaksana IVFD Dextrose 5% 12 tetes per menit Cefotaxime 150 mg/12 jam/ IV Parasetamol sirup 120 mg 3 x 1 cth Rencana terapi diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) dari Instalasi Gizi RS, dengan pelaksanaan sebagai berikut: TanggalHari 24/2/15Selasa

DietTKTP-kosong--kosong-

BentukLunak-kosong--kosong-

Energi980 kkal-kosong--kosong-

Protein20 gram-kosong--kosong-

113