laporan kep

72
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan pendidikan, serta berperan penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karenanya, pembangunan kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat termasuk swasta. Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu tentang kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak. Seluruh komponen bangsa (pemerintah, legislatif, swasta dan masyarakat) bertanggung jawab dalam pemenuhan hak-hak tersebut. Untuk memenuhi hak-hak dasar anak tersebut diperlukan upaya-upaya yang menyeluruh yang melibatkan sektor kepemerintahan, dunia usaha/swasta dan masyarakat. Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, telah diatur peranan pemerintah daerah (propinsi kabupaten/kota) dan pusat dalam 1

Upload: finna-dwi-putri

Post on 15-Apr-2016

248 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ccxc

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan KEP

BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar

rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UUD 1945 pasal 28

H ayat (1) dan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pembangunan

kesehatan harus dipandang sebagai investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya

manusia dan sekaligus investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi dan pendidikan,

serta berperan penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Oleh karenanya,

pembangunan kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja namun merupakan

tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.

Undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan

bahwa Pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu tentang kelangsungan hidup,

pertumbuhan dan perkembangannya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak.

Seluruh komponen bangsa (pemerintah, legislatif, swasta dan masyarakat) bertanggung jawab

dalam pemenuhan hak-hak tersebut.

Untuk memenuhi hak-hak dasar anak tersebut diperlukan upaya-upaya yang

menyeluruh yang melibatkan sektor kepemerintahan, dunia usaha/swasta dan masyarakat.

Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan nomor 33

tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, telah diatur

peranan pemerintah daerah (propinsi kabupaten/kota) dan pusat dalam penyelenggaraan

pembangunan nasional termasuk dalam pemenuhan hakhak dasar anak.

Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)

yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa tahun 2015 setiap

negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Dua

dari lima indicator sebagai penjabaran tujuan pertama MDGs adalah menurunnya prevalensi

gizi kurang pada anak balita (indikator keempat) dan menurunnya jumlah penduduk dengan

defisit energi (indikator kelima).

Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi,

kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya

kekurangan gizi menahun. Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat

diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan

(standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar,

anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di

1

Page 2: Laporan KEP

bawah standar dikatakan gizi buruk. Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis

disebut marasmus atau kwashiorkor.

Sementara itu, pengertian di masyarakat tentang ”Busung Lapar” adalah tidak tepat.

Sebutan ”Busung Lapar” yang sebenarnya adalah keadaan yang terjadi akibat kekurangan

pangan dalam kurun waktu tertentu pada satu wilayah, sehingga mengakibatkan kurangnya

asupan zat gizi yang diperlukan, yang pada akhirnya berdampak pada kondisi status gizi

menjadi kurang atau buruk dan keadaan ini terjadi pada semua golongan umur. Tanda-tanda

klinis pada ”Busung Lapar” pada umumnya sama dengan tanda-tanda pada marasmus dan

kwashiorkor. Anak kurang gizi pada tingkat ringan dan atau sedang tidak selalu diikuti

dengan gejala sakit. Dia seperti anak-anak lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi bila

diamati dengan seksama badannya mulai kurus.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kasus gizi kurang termasuk

giri buruk harus diatasi secara total dan komprehensif di tengah-tengah masayarakat, dalam

artian diupayakan untuk menurunkan kasus ini hingga mencapai nol. Namun, penulis

menemukan masih terdapatnya kasus gizi buruk di daerah Kecamatan Kuranji wilayah kerja

Puskesmas Kuranji. Berdasarkan alas an itulah penulis mengangkat kasus gizi buruk ini

untuk dijadikan sebagai proyek program Keluarga Binaan Dokter Muda Rotasi II Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas periode kerja Puskesmas Kuranji.

2

Page 3: Laporan KEP

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kekurangan Energi Protein

2.1.1. Defenisi

Kurang Energi Protein adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh

rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan

penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila berat badannya kurang dari 80% index berat

badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan

protein) yang paling berat dan meluas terutama pada balita. Pada umumnya penderita KEP

berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah.1

2.1.2. Epidemiologi

Menurut Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5

juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak

gizi buruk (8,3%). WHO (1999) mengelompokkan wilayah berdasarkan prevalensi gizi

kurang ke dalam 4 kelompok yaitu: rendah (di bawah 10%), sedang (10-19%), tinggi (20-

29%), sangat tinggi (=> 30%).

2.1.3. Etiologi

Pada tahun 1988, UNICEF, salah satu badan organisasi PBB yang khusus bergerak

dibidang kesejahteraan anak telah mengembangkan kerangka konsep perbaikan gizi. Dalam

kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan sebagai berikut.

A. Penyebab Langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya

gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit.

Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat

menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka

daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

B. Penyebab Tidak Langsung

Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga

diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya

dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

3

Page 4: Laporan KEP

b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat

diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar

dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.

c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan

kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana

pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan

ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin

baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin

banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.

C. Pokok Masalah di Masyarakat

Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya

masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.

D. Akar Masalah

Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber

daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang

disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak

tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat

kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.

4

Page 5: Laporan KEP

Bagan 1. Penyebab kurang gizi

2.1.4. Klasifikasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No:

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak,

kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagai berikut.a

Tabel 1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeksa

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Berat Badan menurut

Umur (BB/U) Anak Umur

0-60 Bulan

Gizi Buruk < -3 SD

Gizi Kurang -3 SD sampai dengan -2 SD

Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih >2 SD

Panjang Badan menurut Sangat Pendek < -3 SD

5

KURANG GIZI

MakanTidak Seimbang Penyakit Infeksi

Tidak CukupPersediaan Pangan

Pola Asuh AnakTidak Memadai

Sanitasi dan AirBersih/PelayananKesehatan DasarTidak Memadai

Kurang Pendidikan, Pengetahuan dan Keterampilan

Kurang pemberdayaan wanitadan keluarga, kurang pemanfaatan

sumberdaya masyarakat

Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan

Krisis Ekonomi, Politik,dan Sosial

Dampak

Penyebablangsung

Penyebab Tidak langsung

Pokok Masalahdi Masyarakat

Akar Masalah(nasional)

Page 6: Laporan KEP

Umur (PB/U) atau Tinggi

Badan menurut Umur

(TB/U) Anak umur 0-60

Bulan

Pendek -3 SD sampai dengan -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi >2 SD

Berat Badan menurut

Panjang Badan (BB/PB)

atau Berat Badan menurut

Tinggi Badan (BB/TB)

Anak umur 0-60 Bulan

Sangat Kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Indeks Massa Tubuh

menurut Umur (IMT/U)

Anak Umur 0-60 Bulan

Sangat Kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Indeks Massa Tubuh

menurut Umur (IMT/U)

Anak Umur 5-18 Tahun

Sangat Kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2

SD

Normal -2 SD sampai dengan 1 SD

Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas >2 SD

Penentuan KEP dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur

dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS

1. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna

kuning

2. KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah Garis

Merah (BGM).

3. KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-NCHS.

Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/Gizi buruk dan KEP sedang, sehingga

untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U Baku Median WHO-

NCHS.2

6

Page 7: Laporan KEP

2.1.5. Patofisiologi

KEP adalah manifestasi dari kurangnya asupan  protein dan energi, dalam makanan

sehari-hari yang tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta

adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi primer bila kejadian

KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial

ekonomi, pendidikan serta rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila

kondisi masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti

kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang

mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat, penyerapan nutrisi yang turun

dan/meningkatnya kehilangan nutrisi. Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan

mobilisasi berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup,

dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein

dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan

protein akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau

kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD), maka terjadilah

kwashiorkor (malnutrisi akut/decompensated malnutrition). Pada kondisi ini penting peranan

radikal bebas dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3

SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat

teradaptasi  sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik

(malnutrisikronik/compensated malnutrition).  Dengan demikian pada KEP dapat terjadi :

gangguan pertumbuhan, atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin,

penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.

2.1.6. Diagnosis

Evaluasi status nutrisi yang tepat sukar. Gangguan berat dengan mudah tampak, tetapi

gangguan ringan dapat terlewati, walaupun sesudah pemeriksaan fisik dan laboratorium yang

teliti. Diagnosis malnutrisi berdasar pada riwayat diet yang tepat; pada evaluasi adanya

deviasi berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala rata-rata dan kecepatan pertumbuhan;

pada pengukuran komparatif lingkaran dan ketebalan kulit di tengah-tengah lengan atas; dan

pada uji kimia dan lain-lain. Penurunan ketebalan lipatan kulit memberi kesan malnutrisi

protein kalori; ketebalan yang berlebihan menunnjukkan kegemukan. Massa otot dihitung

dengan mengurangi lingkaran lengan atas dengan ukuran lipatan kulit. Untuk lingkaran otot

lengan atas tengah anak dan orang dewasa (cm) = lingkaran lengan atas tengah (cm) –

(ketebalan lipatan kulit [cm] x 3,14). Berat badan tanpa lemak dapat diperkirakan dari

7

Page 8: Laporan KEP

ekskresi kreatinin 24 jam. Defisiensi beberapa nutrien dapat ditunjukkan dengan kadar

nutrien atau produk-produknya secara klinik, atau dengan memberi penderita sejumlah besar

nutrien yang sesuai dan memperhatikan angka yang diekskresikan. Cadangan protein dinilai

dari albumin serum dan kecepatan penggantian protein. Kadar penggantian protein yang

cepat, transthiretin dengan waktu paruh 12 jam, prealbumin dengan waktu paruh 1,9 hari dan

transferin dengan waktu paruh 8 hari, menurun karena sintesis protein viseral tidak cukup

atau karena pengosongan simpanan protein. Kadar asam amino esensial serum mungkin lebih

rendah daripada kadar serum asam amino nonesensial. Ekskresi hidroksiprolin menurun dan

3-metilhistidin naik, dan rambut dengan mudah dicabut pada anak malnutrisi berat.

Gangguan nutrisi yang paling akut adalah gangguan yang melibatkan air dan

elektrolit, terutama ion natrium, kalium, klorida dan hidrogen. Malnutrisi kronik biasanya

melibatkan defisit lebih daripada satu nutrien. Insufisiensi imunologis sering ada pada

malnutrisi dan ditunjukkan oleh angka limfosit total yang kurang dari 1.500/mm3 dan anergi

terhadap uji antigen kulit, seperti streptokinase-streptodornase, Candida, parotitis, atau

tuberkulin pada orang yang terpajan. Penegakan diagnosis kekurangan energi protein atau

gizi buruk dilakukan dengan melakukan pemeriksaan antropometri gizi yang dibahas pada

bab tersendiri pada tulisan ini.

2.1.7. Mekanisme Pelayanan Gizi Balita KEP Berat/ Gizi Buruk

Mekanisme pelayanan gizi terhadap balita yang mengalami Kekurangan Energi

Protein Berat atau gizi buruk terbagi atas beberapa tingkat seperti berikut.

1. Tingkat Rumah Tangga

Pada tingkat rumah tangga, mekanisme pelayanan adalah sebagai berikut.

a. Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan

untuk mengetahui pertumbuhan berat badannya

b. Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan

c. Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun

d. Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai

anjuran pemberian makanan (lampiran 5)

e. Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggauta keluarga lainnya

f. Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita

mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan

g. Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas

8

Page 9: Laporan KEP

2. Tingakat Posyandu

Pada tingkat posyandu, mekanisme pelayanan adalah sebagai berikut.

a. Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat

hasil penimbangan pada KMS

b. Kader memberikan nasehat pada orang tua balita untuk memberikan hanya ASI

kepada bayi usia 0-4 bulan dan tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun

c. Kader memberikan penyuluhan pemberian MP-ASI sesuai dengan usia anak

dan kondisi anak sesuai kartu nasehat ibu

d. Kader menganjurkan makanan beraneka ragam untuk anggauta keluarga

lainnya

e. Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi

seimbang dan PMT Penyuluhan

f. Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik

3 kali (“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM)

g. Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit

penyerta lain

h. Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan

balita

3. Pusat Pemulihan Gizi (PPG)

PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan

dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada pemberian

makanan tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG dilakukan oleh kelompok

orang tua balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk menyelenggarakan PMT

Pemulihan anak balita.

Layanan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

a. Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat

dilayani di PPG

b. Kader memberikan penyuluhan gizi /kesehatan serta melakukan demonstrasi

cara menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk

c. Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau

perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya

Bila anak berat badan nya tidak naik atau tetap maka berikan penyuluhan

gizi seimbang untuk dilaksanakan di rumah

9

Page 10: Laporan KEP

Bila anak sakit dianjurkan untuk memeriksakan anaknya ke puskesmas

d. Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah

(BGM) pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan

Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan

setiap hari.

Bila makanan tidak memungkinkan untuk dimakan bersama, makanan

tersebut diberikan satu hari dalam bentuk matang selebihnya diberikan

dalam bentuk bahan makanan mentah

Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS

teruskan pemberian PMT pemulihan sampai 90 hari

Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna

hijau pada KMS kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari

kemungkinan penyebab lain

e. Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader

menganjurkan pada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan

dan tetap melaksanakan anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan

f. Ibu memperoleh penyuluhan gizi/kesehatan serta demontrasi cara menyiapkan

makanan untuk anak KEP

g. Kader menganjurkan pada ibu untuk tetap melaksanakan nasehat yang diberikan

tentang gizi dan kesehatan

h. Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan kesehatan

dan gizi anak

4. Puskesmas

Mekanisme pelayanan di tingkat puskesmas adalah sebagai berikut.

a. Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/Gizi buruk dari posyandu dalam

wilayah kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit

b. Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U

Baku Median WHO-NCHS

Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM)

dianjurkan kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan

Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku

Median WHO-NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan

10

Page 11: Laporan KEP

di puskesmas sampai berat badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu

dan mendapat PMT-P dari PPG

Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan

untuk evaluasi mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit

penyerta, rujuk ke rumah sakit untuk mencari penyebab lain

c. Anak KEP berat/Gizi Buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda

kegawatdaruratan segera dirujuk ke rumah sakit umum

d. Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/ gizi buruk

tanpa komplikasi

Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/Gizi buruk

(dilakukan di pojok gizi)

Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu

Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua

minggu sekali

Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/Gizi

buruk

Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan

dan kemajuan asupan makanan

Untuk keperluan data pemantauan gizi buruk di lapangan, posyandu, dan

puskesmas diperlukan laporan segera jumlah balita KEP berat/gizi buruk

ke Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam 24 jam dengan menggunakan

formulir W1 dan laporan mingguan dengan menggunakan formulir W2

e. Apabila berat badan anak mulai naik, anak dapat dipulangkan dan dirujuk ke

posyandu/PPG serta dianjurkan untuk pemantauan kesehatan setiap bulan sekali

f. Petugas kesehatan memberikan bimbingan terhadap kader untuk melakukan

pemantauan keadaan balita pada saat kunjungan rumah

2.1.8. Penatalaksanaan Pelayanan KEP Berat/Gizi Buruk

2.1.11.1.Prinsip Dasar Pelayanan Rutin KEP Berat/Gizi Buruk

Pelayanan rutin yang dilakukan di puskesmas berupa 10 langkah penting yaitu:

1. Atasi/cegah hipoglikemia

2. Atasi/cegah hipotermia

3. Atasi/cegah dehidrasi

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

11

Page 12: Laporan KEP

5. Obati/cegah infeksi

6. Mulai pemberian makanan

7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)

8. Koreksi defisiensi nutrien mikro

9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental

10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh.

Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase

transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang

sesuai untuk setiap fase.

Bagan dan jadwal pengobatan sebagai berikut.

2.1.11.2.Sepuluh Langkah Utama Pada Tatalaksana KEP Berat/Gizi Buruk

12

Page 13: Laporan KEP

Penatalaksanaan Kekurangan Energi Protein (KEP) Berat atau Gizi Buruk dikenal

dengan sepuluh langkah utama yaitu sebagai berikut.

1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)

Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak dengan KEP

berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar

dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali. Jika

anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok. Jika

anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk ke RSU

kabupaten.

2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia (suhu tubuh rendah)

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah dibawah 360 C. Pada keadaan ini

anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain

mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak

tetap dapat bernafas.

Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan

lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak.

Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak)

setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap dibungkus dengan

selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh kembali pada keadaan hipothermia.

3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi buruk dengan

dehidrasi adalah :

a. Ada riwayat diare sebelumnya

b. Anak sangat kehausan

c. Mata cekung

d. Nadi lemah

e. Tangan dan kaki teraba dingin

f. Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa

berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan

memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan

rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut ReSoMal (lampiran 4).

13

Page 14: Laporan KEP

b. Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat menggunakan

oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi

intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan

1:1

4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit

diantaranya sebagai berikut.

a. Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.

b. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)

Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan

keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Makanan tanpa diberi garam/rendah garam

b. Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan

penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita KEP bisa

makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum,

Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan lumat/lunak

Contoh bahan makanan sumber mineral adalah sebagai berikut.

Sumber Zink : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur ayam

Sumber Cuprum : daging, hati.

Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai.

Sumber Magnesium : kacang-kacangan, bayam.

Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang2an, apel, alpukat, bayam, daging

tanpa lemak.

5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi

seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk

secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis sebagai berikut.

UMUR

ATAU

BERAT

BADAN

KOTRIMOKSASOL

(Trimetoprim + Sulfametoksazol)

Beri 2 kali sehari selama 5 hari

AMOKSISILIN

Beri 3 kali

sehari untuk

5 hari

14

Page 15: Laporan KEP

Tablet dewasa

80 mg trimeto

prim + 400 mg

sulfametok

sazol

Tablet Anak

20 mg trimeto

prim + 100 mg

sulfametok

sazol

Sirup/5ml

40 mg trimeto

prim + 200 mg

sulfametok

sazol

Sirup

125 mg

per 5 ml

2 sampai 4

bulan

(4 - < 6 kg)

¼ 1 2,5 ml 2,5 ml

4 sampai

12 bulan

(6 - < 10

Kg)

½ 2 5 ml 5 ml

12 bln s/d 5

thn

(10 - < 19

Kg)

1 3 7,5 ml 10 ml

Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai 9 bulan

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

a. Mengingat pasien KEP berat/Gizi buruk umumnya juga menderita

penyakit infeksi, maka lakukan pengobatan untuk mencegah agar infeksi

tidak menjadi lebih parah. Bila tidak ada perbaikan atau terjadi

komplikasi rujuk ke Rumah Sakit Umum.

b. Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan

berkurang dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati.

Berikan metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare

berlanjut segera rujuk ke rumah sakit

6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk

Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu Fase Stabilisasi, Fase

Transisi dan Fase Rehabilitasi.

Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-hati, karena keadaan faali

anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai

segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein

15

Page 16: Laporan KEP

cukup untuk memenuhi metabolisma basal saja. Formula khusus seperti Formula WHO 75/

modifikasi/ Modisco ½ yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun

sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai

berikut.

Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa

Energi : 100 kkal/kg/hari

Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari

Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)

Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO

75/pengganti/Modisco ½ dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah

berikan dengan sendok/pipet

Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ atau pengganti dan jadwal

pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak

Selain itu, perlu diperhatikan bahwa pada anak dengan selera makan baik dan tidak

edema, maka tahapan pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2

jam). Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco ½ dalam

sehari, maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan ketrampilan

petugas ). Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari.

Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan

pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam. Lanjutkan pemberian makan

sampai hari ke 7 (akhir minggu 1).

Kemudian perlu dilakukan pemantauan dan pencatatan terhadap jumlah yang

diberikan dan sisanya, banyaknya muntah, frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja,

berat badan (harian), selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan

edema, mula-mula berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik.

7. Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)

Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi.

Fase Transisi (minggu ke 2)

Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk

menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan

dalam jumlah banyak secara mendadak.

16

Page 17: Laporan KEP

Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml) dengan

formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka

waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan

kandungan energi dan protein yang sama.

Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa,

biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).

Pada fase transisi perlu dilakukan pemantauan frekwensi nafas dan frekwensi

denyut nadi. Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali

/menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.

Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas. Selain itu juga dilakukan

penimbangan anak setiap pagi sebelum diberi makan.

Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1

dengan jumlah tidak terbatas dan sering. Energi berkisar 150-220 Kkal/kg bb/hari, Protein 4-

6 gram/kg bb/hari. Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO

100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk

tumbuh-kejar.

Fase Rehabilitasi (minggu ke 3-7)

Pada fase rehabilitasi, anak diberikan formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1½

dengan jumlah tidak terbatas dan sering. Kemudian diberikan energy sebanyak 150-220

kkal/kgbb/hari dan protein 4-6 g/kgbb/hari. Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI,

ditambah dengan makanan Formula (lampiran 2) karena energi dan protein ASI tidak akan

mencukupi untuk tumbuh-kejar. Setelah itu, secara perlahan anak diperkenalkan dengan

makanan keluarga.

Selama fase rehabilitasi, pemantauan perlu dilakukan. Kemajuan dinilai berdasarkan

kecepatan pertambahan badan. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.Setiap m

inggu kenaikan bb dihitung. Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu, kurang bila

kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.

TAHAPAN PEMBERIAN DIET

FASE STABILISASI : FORMULA WHO 75 ATAU PENGGANTI

FASE TRANSISI : FORMULA WHO 75 FORMULA WHO

100 ATAU PENGGANTI

FASE REHABILITASI : FORMULA WHO 135 (ATAU PENGGANTI)

17

Page 18: Laporan KEP

MAKANAN KELUARGA

8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro

Semua pasien KEP berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral.

Walaupun anemia biasa terjadi, jangan tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu

sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya pada minggu ke 2).

Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.

Pada anak, berikan setiap hari tambahan multivitamin lain. Bila berat badan mulai

naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau sirup besi dengan dosis sebagai

berikut :

Tabel Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi

UMUR

DAN

BERAT BADAN

TABLET BESI/FOLAT

Sulfas ferosus 200 mg +

0,25 mg Asam Folat

Berikan 3 kali sehari

SIRUP BESI

Sulfas ferosus 150 ml

Berikan 3 kali sehari

6 sampai 12 bulan

(7 - < 10 Kg)

¼ tablet 2,5 ml (1/2 sendok teh)

12 bulan sampai 5

tahun

½ tablet 5 ml (1 sendok teh)

Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis tunggal

sebagai berikut.

UMUR ATAU BERAT BADAN PIRANTEL PAMOAT

(125mg/tablet)

(DOSIS TUNGGAL)

4 bulan sampai 9 bulan (6-<8 Kg) ½ tablet

9 bulan sampai 1 tahun (8-<10 Kg) ¾ tablet

1 tahun sampai 3 tahun (10-<14 Kg) 1 tablet

3 Tahun sampai 5 tahun (14-<19 Kg) 1 ½ tablet

Selain itu Vitamin A oral berikan 1 kali dengan dosis sebagai berikut.

18

Page 19: Laporan KEP

Umur Kapsul Vitamin A Kapsul Vitamin A

200.000 IU 100.000 IU

6 bln sampai 12 bln - 1 kapsul

12 bln sampai 5 Thn 1 kapsul -

Dosis tambahan disesuaikan dengan baku pedoman pemberian kapsul Vitamin A

9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional

Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku.

Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah berikut ini.

- Kasih sayang

- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan

- Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari

- Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh

- Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)

10.Persiapan untuk tindak lanjut di rumah

Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di

rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa. Pola pemberian

makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah pasien dipulangkan

dan ikuti pemberian makanan seperti pada lampiran 5, dan aktifitas bermain.

Selain itu nasehatkan kepada orang tua untuk melakukan hal-hal berikut ini.

Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas

Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-Pemulihan

selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5) dan berat badan

anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di posyandu/puskesmas.

pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat

penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu

Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal

Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI )

sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.

2.1.9. Tatalaksana Diet Pada KEP Berat/Gizi Buruk

19

Page 20: Laporan KEP

Tatalaksana diet pada KEP Berat/gizi buruk dibedakan berdasarkan tingkatan sebagai

berikut.

1. Tingkat Rumah Tangga

Di tingkat rumah tangga, tatalaksana diet pada KEP Berat/Gizi Buruk adalah sebagai

berikut.

a. Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering kepada anak

sesuai dengan kebutuhan

b. Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun

2. Tingkat Posyandu/PPG

Di tingkat rumah tangga, tatalaksana diet pada KEP Berat/Gizi Buruk adalah sebagai

berikut.

1. Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah sesuai usia anak, jenis

makanan yang diberikan mengikuti anjuran makanan

2. Selain butir 1, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak, perlu mendapat

makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan komposisi gizi mencukupi minimal

1/3 dari kebutuhan 1 hari, yaitu :

Energi 350 – 400 kalori

Protein 10 - 15 g

3. Bentuk makanan PMT-P

Makanan yang diberikan berupa :

1) Kudapan (makanan kecil) yang dibuat dari bahan makanan setempat/lokal.

2) bahan makanan mentah berupa tepung beras,atau tepung lainnya, tepung susu,

gula minyak, kacang-kacangan, sayuran, telur dan lauk pauk lainnya

3) Contoh paket bahan makanan tambahan pemulihan (PMT-P) yang dibawa

pulang

Contoh bahan makanan yang dibawa pulang :

Alternative Kebutuhan Paket Bahan Makanan/Anak/Hari

I Beras 60 g Telur 1 butir atau kacang-

kacangan 25 g

gula 15 g

II Beras 70 g Ikan 30 g -

III Ubi/singkong 150

g

Kacang-kacangan 40 g gula 20 g

20

Page 21: Laporan KEP

V Tepung ubi 40 g Kacang-kacangan 40 g gula 20 g

4. Lama PMT-P

Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari kepada anak

selama 3 bulan (90 hari).

5. Cara penyelenggaraan

1) Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau

2) Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan makanan pendamping

ASI/makanan anak, dan membagikan makanan tersebut kepada anak balita KEP,

selanjutnya kader membagikan paket bahan makanan mentah untuk kebutuhan 6

hari.

3. Tingkat Puskesmas

Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan

makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral secara bertahap, guna

mencapai status gizi optimal. Ada 4 (empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu :

pemberian diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.

I. Pemberian diet balita KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi

b. Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari

c. Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari

d. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak tersedia

diberikan bahan makanan sumber mineral tertentu (lihat hal 12)

e. Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi menjadi 100

ml/Kg bb/hari

f. Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastrik

g. Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering

h. Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan rendah serat

i. Terus memberikan ASI

j. Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan,

yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan bb > 7 Kg dapat

langsung diberikan makanan anak secara bertahap

21

Page 22: Laporan KEP

II. Evaluasi Dan Pemantauan Pemberian Diet

a. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik kaji penyebabnya

(asupan gizi tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi, masalah psikologis).

b. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.

c. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah) menunjukkan

bahwa formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka gunakan formula

rendah atau bebas lactosa dan hipoosmolar, misal: susu rendah laktosa, formula

tempe yang ditambah tepung-tepungan.

d. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam

III. Penyuluhan Gizi Di Puskesmas

a. Menggunakan leaflet khusus yang berisi jumlah, jenis, dan frekwensi

pemberian bahan makanan

b. Selalu memberikan contoh menu (lampiran 6)

c. Mempromosikan ASI bila anak kurang dari 2 tahun

d. Memperhatikan riwayat gizi (lampiran 3 dan 4)

e. Mempertimbangkan sosial ekonomi keluarga

f. Memberikan demonstrasi dan praktek memasak makanan balita untuk ibu

IV. Tindak Lanjut

a. Merencanakan kunjungan rumah

b. Merencanakan pemberdayaan keluarga

2.2. Cara Penilaian Status Gizi

2.2.1.Langsung

a. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan

protein dan energi. Ketidakseimbangan itu terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

b. Klinis

22

Page 23: Laporan KEP

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untk menilai status gizi

masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan

dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial

epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang

dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical

surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari

kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat

status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala

(symptom) atau riwayat penyakit.

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara

laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

digunakan antara lain : darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan

otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi

keadaan malnutrisi yang lebih parah. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka

penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang

spesifik.

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari

jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja

epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2.2.2.Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu survey komsumsi

makanan, statistic vital dan factor ekologi.

1. Survei konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung

dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

23

Page 24: Laporan KEP

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi

berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat

mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.

2. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data

beberapa statistik kesehatan seperti angaka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan

kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran

status gizi masyarakat.

3. Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang

tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-

lain.Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab

malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

2.3. Antropometri Gizi

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan

metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri gizi adalah

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh anatara lain : berat

badan, tinggi badan,lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

2.3.1. Jenis Parameter

Jenis-jenis parameter antropometri gizi adalah sebagai berikut.

1. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur

akan mempengaruhi hasil dan menyebabkan stautus gizi menjadi salah.

Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah

1. > 2 thn : Tahun Usia Penuh (completed year)

Contoh : 7tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun.

2. 0-2 tahun : Bulan Usia Penuh (completed month)

Contoh : 4 bulan 5 hari, di hitung 4 bulan.

24

Page 25: Laporan KEP

2. Berat Badan

a. Merupakan parameter terpenting, namun terdapat hambatan pada keadaan adanya

dehidrasi, asites, edema dan tumor

b. Merupakan parameter terbaik karena mudah terlihat bila ada perubahan.

c. Memberikan gambaran status gizi sekarang.

d. Apabila pengukuran dilakukan secara periodik dapat memberikan gambaran yang

baik tentang pertumbuhan.

e. Berat badan juga digunakan sebagai dasar pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat).

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang dapat memenuhi

persyaratan dan kemudian dipilih dan di anjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak

balita adalah dacin. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam menimbang berat badan

anak adalah sebagai berikut.

Pemeriksaan alat timbang

Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada posisi 0,0 kg, jarum

penunjuk berada pada posisi seimbang.

Anak balita yang ditimbang.

Anak balita yang ditimbang sebaiknya memakai pakaian yang seminim dan

seringan mungkin. Sepatu baju dan topi sebaiknya di lepaskan. Apabila tidak

memungkinkan maka hasil di koreksi dengan berat pakaian yang dikenakan.

Keamanan

Perhatikan keamanan penggantungan dacin, lantai dan keadaan disekitarnya.

Pengetahuan petugas

Petugas di anjurkan untuk mengetahui berat badan anak secara umum pada umur-

umur tertentu. Hal ini sangat penting diketahui untuk dapat memperkirakan posisi

bandul geser yang mendekati skala berat pada dacin sesuai dengan umur anak

yang di timbang.

3. Tinggi Badan

a. Dapat mengetahui keadaan lalu & dan sekarang, terutama bila umur tidak diketahui.

b. Merupakan ukuran kedua yang penting.

2.3.2. Indeks Antropometri

25

Page 26: Laporan KEP

Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk

berat badan dan tinggi badan digunakan baku Harvard yang disesuaikan untuk Indonesia

(100% baku Indonesia = 50 presentile baku Harvard ) dan untuk LILA digunakan baku

Wolansky.

Table 3. Penggolongan Keadaan gizi menurut indeks Antropometri.

Status gizi Ambang batas baku untuk keadan gizi berdasarkan indeks

BB/ U TB/U BB/TB LLA/U LLA/TB

Gizi baik >80% >85% >90% >85% >85%

Gizi kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%

Gizi buruk ≤60% ≤ 70% ≤ 80% ≤ 70% ≤ 75%

a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Parameter gambaran massa tubuh, sensitif terhadap perubahan mendadak → sangat

labil.

Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi saat ini (current nutritional status).

Kelebihan

1. Mudah, baik untuk akut atau kronis.

2. BB berfluktuasi sehinggga sangat sensitif dalam penilaian.

3. Dapat mendeteksi obesitas/over weight.

Kelemahan

1. Interpretasi bisa keliru bila edema / asites.

2. Perlu data umur yang akurat .

3. Bisa terjadi salah pengukuran karena pakaian atau gerakan saat menimbang.

b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Keadaan Normal : TB tumbuh seiring BB.

Kurang sensitif terhadap masalah waktu singkat dan pengaruhnya nampak dalam

waktu lama, sehingga lebih menggambarkan status gizi masa lalu.

Menurut Beaton & Bengoa (1973), TB/U juga erat kaitannya dg sosial-ekonomi.

Kelebihan

26

Page 27: Laporan KEP

1. Baik untuk status gizi masa lampau.

2. Alat ukur murah & mudah.

Kelemahan

1. TB tidak cepat naik dan tidak mungkin turun.

2. Pengukuran relatif sulit, perlu 2 orang.

3. Ketepatan umur sulit didapat.

c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

BB berhubungan linier dengan TB.

Indikator yang baik untuk nilai status gizi sekarang, independen terhadap umur.

Kelebihan

1. Tidak perlu umur.

2. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal & kurus)

Kelemahan

1. Tak dapat memberi gambaran pendek, tinggi / kelebihan TB terhadap umur.

2. Sulit untuk pengukuran pada balita.

3. Perlu 2 macam alat ukur dan butuh waktu lebih lama.

4. Bisa terjadi salah pembacaan hasil ukur, terutama kelompok non profesional .

DAFTAR PUSTAKA

27

Page 28: Laporan KEP

1. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan Dalam Rangka

Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK Cimacan, Oktober 1981.

2. Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997

3. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman

Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk Pelaksanaan PMT

pada Balita, Jakarta 1997.

4. London School of Hygiene and Tropical Medicine. Dietary Management of PEM

(Not Published, 1998)

5. WHO. Guideline for the Inpatient Treatment of Severely Malnourished Children,

WHO Searo, 1998.

6. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Pojok Gizi (POZI) di Puskesmas,

Jakarta 1997

7. Waterlaw JC. Protein Energy Malnutrition, Edward Arnold , London, 1992

BAB III

LAPORAN KASUS

28

Page 29: Laporan KEP

A. STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama : F

b. Jenis Kelamin : Perempuan

c. Umur : 5 Tahun 2 Bulan

d. Pekerjaan : -

e. Alamat : Blok ZZ, Taruko

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga

a. Status Perkawinan : Belum Menikah

b. Jumlah Saudara : 5 orang

c. Status Ekonomi Keluarga :

- Penghasilan orang tua +/- Rp 1.500.000/bulan

d. KB : -

e. Kondisi Rumah :

- Rumah pasien semi permanen, pekarangan cukup luas

- Ventilasi cukup, pencahayaan terutama di bagian kamar dan dapur kurang

dan lembab, jumlah kamar 2 buah

- Loteng rumah tidak ada, bagian atas rumah langsung berhubungan dengan

atap seng, jendela rumah ditutup papan.

- Lantai rumah terbuat dari semen

- Bagian dalam rumah digunakan untuk menggantung pakaian dan tidak

disusun dengan rapi, bagian belakang rumah terdapat barang-barang bekas

yang tidak disusun dengan rapi

- Sumber air minum berasal dari air sumur

- Listrik ada

- Pasien tidak memiliki WC di dalam rumah, buang air besar dilakukan di

WC milik tetangga yang terletak di bagian halaman belakang rumah

Sampah dibuang di halaman belakang rumah, kadang-kadang dibakar

Kesan: hygiene dan sanitasi kurang baik

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Pasien tinggal dengan orang tua dan tiga orang saudaranya

29

Page 30: Laporan KEP

- Pasien anak ke tujuh dari tujuh bersaudara, dua orng kakak perempuan

pasien bekerja sebagai tenaga kerja di malaysia

- Pasien tinggal di daerah yang kepadatan penduduknya tidak terlalu padat.

3. Aspek Psikologis Keluarga

- Hubungan pasien dengan keluarganya baik

4. Riwayat Penyakit Dahulu

- Pasien sering mengalami deman dan pilek

- Pasien sering mengalami diare

- Pasien tidak pernah menderita sakit berat sebelumnya

- Pasien memiliki riwayat berat badan tidak naik sejak 1 tahun terakhir

5. Riwayat Penyakit Keluarga

- Semua saudara pasien memiliki riwayat gizi kurang dan telah dibawa ke

puskesmas untuk mendapat pengobatan dan konsultasi mengenai masalah gizi ,

tetapi ibu pasien tidak menjalankan program gizi dari puskesmas tersebut sampai

selesai.

- Ibu dan paman pasien memiliki riwayat penyakit psikosis, kontrol ke puskesmas

secara tidak teratur.

6. Keluhan Utama

- Demam sejak 2 hari yang lalu

7. Riwayat Penyakit Sekarang

- Demam sejak 2 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak berkeringat.

- Batuk berdahak sejak 2 hari yang lalu, dahak berwarna kuning, tidak ada bercak

darah

- Pilek sejak 2 hari yang lalu

- Sesak nafas tidak ada

- Mencret tidak ada

- Mual muntak tidak ada

- Berat badan anak tidak naik sejak 1 tahun terakhir

30

Page 31: Laporan KEP

- Riwayat lemah, letih lesu tidak ada

- Riwayat keluar cacing tidak ada

- Anak malas makan, setiap makan harus disuapi oleh ibunya, terkadang anak

hanya makan 6-7 sdm/makan, jarang minum susu, makanan selingan adalah

berupa makanan kecil yang di beli di warung

- Anak jarang di bawa ke posyandu untuk menimbang berat badan, ibu tidak suka

orang lain mengatakan anaknya kurang gizi, karena menurutnya berat badan

anaknya ini akan naik dengan sendiri seperti anak anaknya yang sebelumnya.

- Riwayat kehamilan : Selama hamil tidak pernah menderita penyakit berat, tidak

merokok, mengkonsumsi obat-obatan tidak ada, kontrol teratur ke bidan

- Riwayat kelahiran : lahir spontan, cukup bulan, berat badan lahir 3,5 kg, langsung

menangis

- Riwayat imunisasi :

a. Hepatitis B : tidak diketahui

b. BCG : 1 bulan, scar (+)

c. Polio : usia 2, 4, 6 bulan

d. DPT : usia 2, 4, 6 bulan

e. Campak : -

Kesan : imunisasi tidak lengkap

- Riwayat tumbuh kembang :

a. Berdiri : 10 bulan

b. Berjalan : 12 bulan

c. Bicara satu suku kata : 11 bulan

d. Perkembangan : menggompol (+), gigit kuku (-)

- Riwayat makanan dan minuman :

ASI ekslusif : 0-6 bulan

Susu formula : tidak ada

Bubur susu : tidak ada

Makanan tambahan : air nasi mulai diberikan pada usia lebih dari 6 bulan

di samping ASI. Kadang juga diberikan nasi lunak

dicampur.

sayur.

31

Page 32: Laporan KEP

Makanan biasa : Mulai diberikan umur usia 12 bulan, anak makan 2

kali sehari, porsi sedikit, ± 6 sendok/makan. Menu

makan biasanya telur, sayuran, ikan dan daging jarang.

Kesan : Kuantintas dan kualitas makanan dan minuman kurang

8. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis Cooperative

Nadi : 87 kali/menit

Nafas : 20 kali/menit

Tekanan Darah : -

Suhu : 37,90 C

Berat Badan : 9 kg

Data berat badan di puskesmas (selama tahun 2012) :

Januari = 8,6 kg

Mei = 8,3 kg

Juni = 8,7 kg

Tinggi Badan : 90 cm

Status Gizi : IMT = 11,1

IMT/ U = < -3 SD ( Sangat kurus )

Rambut : hitam dan tidak mudah dicabut

Mata : cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

reflek cahaya +/+, pupiln isokor, diameter 2 mm

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Hidung : tidak ditemukan kelainan

Mulut : mukosa mulut dan bibir basah

Tenggorokan : tonsil T1 – T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Thorak

Paru

Inspeksi : simetris kiri dan kanan statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus hemitorak kiri sama dengan kanan

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing -/-

32

Page 33: Laporan KEP

Jantung

Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi : Bunyi jantung murni, bising tidak ada

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (-), defans muskuler (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus normal

Ekstremitas : Edema (-), akral hangat, Refilling kapiler baik

9. Laboratorium Anjuran

- Pemeriksaan darah rutin

- Pemeriksaan feses

10. Diagnosis Kerja

- ISPA

- Gizi buruk ec low intake

11. Diagnosis Banding : -

B. MENETAPKAN MASALAH KESEHATAN DALAM KELUARGA

Masalah kesehatan dalam keluarga adalah sebagai berikut.

1. Berat badan yang tidak naik sejak 1 tahun terakhir

2. Anak malas makan

3. Sering mengalami batuk, pilek dan demam

4. Penghasilan orang tua yang tidak mencukupi untuk kebutuhan gizi anak-anaknya

5. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang masalah gizi

6. Orang tua yang tidak terlalu menerima masukan atau edukasi tentang masalah

kesehatan seperti gizi.

33

Page 34: Laporan KEP

C. REKOMENDASI SOLUSI SESUAI DENGAN MASALAH KESEHATAN

KELUARGA MELALUI PENDEKATAN KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK

1. Preventif

a. Memberikan penyuluhan tentang gizi, gizi kurang dan makanan yang bisa diberikan

kepada anak untuk meningkatkan berat badannya.

b. Rajin membawa anak ke posyandu, timbang berat badan secara teratur minimal 1 kali

sebulan

c. Mengikuti program puskesmas untuk masalah gizi, menjalankan program tersebut

sampai selesai

d. Memakan makanan yang bergizi seperti telur, tahu, tempe, sayur, ikan dan daging

sehingga meningkatkan daya tahan tubuh, dan tidak mudah terserang penyakit

e. Memberi makan dalam porsi kecil tetapi sering

f. Tidak membiasakan anak membeli jajanan sembarangan

g. Membuat sendiri cemilan untuk anak yang bergizi dan dijaga kebersihannya.

h. Mengkonsumsi makanan tambahan yang bisa di dapatkan di puskesmas atau setiap

kunjungan ke posyandu

i. Orang tua harus mulai membuka diri, dan menerima masukan dari berbagai pihak

terkait masalah kesehatan anaknya.

j. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak.

k. Bawa segera ke posyandu atau puskesmas jika anak sakit

l. Minum obat secara teratur jika sakit

m. Membuka usaha dirumah seperti membuat kue, berjualan atau berkebun untuk

menambah pemasukan keluarga.

2. Promotif

a. Menjelaskan kepada orang tua tentang masalah kesehatan anaknya, dimana si anak

mengalami gizi buruk karena berat badannya tidak sesuai dengan tinggi badan dan

umurnya. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena asupan yang kurang.

b. Menjelaskan bahwa gizi seimbang perlu untuk perkembangan dan pertumbuhan si

anak, juga penting untuk mencegah agar tidak tidak terkena penyakit seperti infeksi.

c. Bahan makanan yang bisa diberikan kepada anak berupa :

- Karbohidrat : nasi, nasi tim, bubur, sereal.roti,gandum, jagung, kental,

singkong

34

Page 35: Laporan KEP

- Protein hewani : daging ayam, ikan, telur, kerang, udang, cumi dan sumber

laut lain

- Protein nabati : tempe,tahu, oncom,kacang-kacangan (kacang ijo, kacang

merah, kedele ) dan jamur

- Sayuran : kangkung, bayam, wortel, toge, sawi, selada,

- Buah : jeruk, apel ,papaya, semangka,melon, jambu air

- Susu penuh ( full cream), yogurt, susu kacang, mayonaise

d. Menjelaskan pentiingya pemberian imunisasi secara lengkap bagi anak, karena

imunisasi akan membentuk kekebalan tubuh sehingga anak akan terhindar dari

penyakit-penyakit tertentu seperti campak, polio, hepatitis B, TBC, tetanus,dll

e. Menjelaskan pentingnya memantau berat badan dan tinggi badan anak secara berkala.

3. Kuratif

A. ISPA : Paracetamol 500 mg 3x ¼ tab

GG tab 3x ¼ tab

Vit C 3x ¼ tab

B. Gizi buruk

Rencana program perbaikan gizi :

- Membuat jadwal kunjungan rutin puskesmas ke rumah pasien untuk

melakukan penimbangan berat badan. Kunjungan dilakukan pada hari

senin minggu pertama setiap awal bulan.

- Memberikan makanan tambahan seperti telur, susu Pediasure.

- Memberikan tablet pirantel pamoat setiap 6 bulan

- Pemberian imunisasi ulangan ( booster)

- Pemberian vitamin A setiap 6 bulan ( dosis sesuai umur )

- Target pencapaian berat badan untuk 1 tahun kedepan adalah :

Berdarakan rumus konvensional, dapat ditentukan berat badan yang

seharusnya dimiliki anak sesuai umurnya :

{ Umur (tahun) x 2 } + 8 = { (6adalah 2x2) } + 8

= 12 + 8

= 20 kg

Jadi target pencapaian berat badan yang harus dicapai dalam 1 tahun 11

kg, karena berat badan pasien saat ini adalah 9 kg. Sehingga setidaknya

dalam sebulan berat badan pasien naik 1 kg.

35

Page 36: Laporan KEP

- Memberikan menu harian kepada pasien ( senin- minggu ) yang bisa

diterapkan selama ± 3 bulan

Contoh menu harian :

a. Senin

Pukul : 06.00 Formula WHO ( Formula tempe )

08.00 Tempe kripik

10.00 Kue talam

12.00 Bubur nasi

15.00 Getuk ubi merah

18.00 bubur beras

21.00 Formula WHO ( formula tempe )

b.Selasa

Pukul : 06.00 Formula WHO ( formula ikan )

08.00 Sawut singkong

10.00 Kue talam

12.00 Bubur nasi

15.00 Getuk ubi merah

18.00 bubur beras

21.00 Formula WHO ( formula ikan )

c. Rabu

Pukul : 06.00 Formula WHO ( formula kacang hijau )

08.00 minum manis

10.00 nagasari

12.00 Pisang

15.00 Getuk ubi merah

18.00 tumis ksngkung

21.00 Formula WHO ( formula kacang hijau )

d. Kamis

Pukul : 06.00 Formula WHO ( formula kentang )

08.00 Minum manis

10.00 Kue talam

12.00 Pepaya

15.00 Pisang

18.00 bubur beras

36

Page 37: Laporan KEP

21.00 Formula WHO (formula kentang )

e. Jumat

Pukul : 06.00 Formula WHO ( formula tempe wortel )

08.00 Tempe kritik

10.00 Kue talam

12.00 Pisang

15.00 Getuk ubi merah

18.00 Sup wortel

21.00 Formula WHO ( formula tempe wortel)

f. Sabtu

Pukul : 06.00 Formula WHO ( formula tahu ayam )

08.00 tahu bacem

10.00 Kue talam

12.00 Pepaya

15.00 Cendol

18.0 Bubur beras

21.00 Formula WHO ( formula tahu ayam )

g. Minggu

Pukul : 06.00 Formula WHO ( formula jagung segar dan ikan )

08.00 minum manis

10.00 Kue talam

12.00 Jeruk

15.00 pepaya

18.00 Pergedel jagung

21.00 Formula WHO ( formula jagung segar dan ikan )

Cara pembuatan formula WHO :

a. Makanan formula tempe

Bahan :

- Tempe 100 gr ( 4 potong sedang )

- Terigu 40 gr ( 4 sendok makan penuh )

- Gula 25 gr ( 3 sendok makan rata )

37

Page 38: Laporan KEP

- Minyak goring 5 gr (1/2 sendok makan )

- Garam beryodium dan air secukupnya

Cara pembuatan :

- Siapkan bahan-bahan

- Tempe dipotong dan direbus 10 menit

- Semua bahan dicampur dan dio tambahkan satu gelas air aduk menjadi

satu

- Dimasak diaats api kecil sambil diaduk-aduk selama 10-15 menit

b. Makanan formula ikan

Bahan :

- Tepung beras 45 gr ( 7 sendok makan rata ) atau beras 6 sendok makan

- Daging ikan 60 gr ( 130 gr ikan segar )

- Gula 20 gr ( 2 sendok makan rata )

- Minyak goreng 20 gr ( 2 sendok makan)

- Pisang ambon 100 gr ( 1 buah sedang )

- Garam beryoidum dan air secukupnya

Cara Pembuatan :

- Siapkan masing – masing bahan

- Bersihkan ikan ,lumuri dengan jeruk nipis untuk menghilangkan bau amis.

Ikan direbus dengan satu gelas air hingga matang, lalu ambil bagian

daging putihnya dan hancurkan.

- Pisang direbus/ dikukus agar getahnya hilang, lalu ambil bagian putihnya (

bagian tengahnya dibuang ). Campurkan tepung beras dan pisang.

Kemuadian aduk sambil di tekan dengan menggunakan punggung sendok

sampai membentuk adonan. Campurkan ikan dan kaldunya ke dalam

adonan, tambahkan gula, minyak dan garam

- Lakukan pemanasan sambil diaduk diatas api kecil

c. Makanan formula kacang hijau

Bahan :

- Tepung beras 25 gr ( 4 sendok makan rata ) atau beras 3 sendok makan

- Kacang hijau/ kacang nasi/ kacang merah 60 gr ( 6 sendok makan rata )

- Gula 15 gr ( 1 ½ sendok makan rata )

- Minyak goring 10 gr 10 gr ( 1 sendok makan )

- Garam beryodium dan air secukupnya.

38

Page 39: Laporan KEP

Cara pembuatan :

- Siapkan masing-masing bahan sesuai jumlahnya

- Kacang hijau direbus dengan empat gelas air hingga matang ( 30 menit)

- Hancurkan dengan saringan kawat

- Campurkan tepung beras, gula, minyak , garam dan air dingin sebanyak 50

cc ( ¼ gelas )

- Masukkan kedalam rebusan kacang hijau yang sudah dihancurkan

- Kemudian aduk menjadi satu dan lakukan pengadukan berulang- ulang di

atas api kecil hingga masak ( 5 menit )

d. Makanan formula kentang

Bahan :

- Kentang/ beras 250 gr ( 2 buah besar )

- Gula 10 gr ( 1 sendok makan rata )

- Susu 20 gr ( 2 sendok makan penuh )

- Wortel 50 gr ( 2 ½ telunjuk )

- Minyak goreng 10 gr ( 1 sendok makan )

- Garam beryodium dan air

Cara Pembuatan :

- Kentang dan wortel di potong dan rebus dengan 400 cc air hingga matang

- Haluskan dengan saringan kawat, masukkan susu, garam, gula, minyak

- Masak sambil diaduk selama 15 menit

e. Makana formula tempe wortel

Bahan :

- Tempe 56 gr ( 2 ½ kotak korek api )

- Tepung beras 40 gr ( 6 sendok makan rata ) atau beras 5 sendok makan

- Gula 16 gr ( 2 sendok makan peres )

- Susu 17 ½ gr ( 2 ½ sendok makan sendok makan penuh )

- Minyak goreng 8 gr ( 1 sendok makan )

- Wortel 10 gr ( ½ jari telunjuk )

- Garam beryodium dan air secukupnya

Cara pembuatan :

- Siapakan masing-masing bahan sesuai jumlahnya

- Tempe di potong-potong kemudian direbus 10 menit, lalu dihaluskan

39

Page 40: Laporan KEP

- Wortel di parut. Semua bahan dicampur, tambahkan air 300 cc ( 1 ½ gelas

) aduk menjadi satu. Kemudian dimasak diatas api kecil sambil diaduk

aduk selama kira-kira 5-10 menit.

f. Makanan formula tahu ayam

Bahan :

- Tepang beras 40 gr ( 6 sendok makan rata ) atau beras 5 sendok makan

- Tahu 55 gr ( 1 buah sedang )

- Daging ayam 70 gr

- Minyak goreng 15 gr ( 1 ½ sendok makan )

- Gula 20 gr ( 2 sendok makan )

- Garam beryodium dan air secukupnya

Cara pembuatan :

- Siapkan masing- masing bahan sesuai jumlahnya

- Ayam dan tahu direbus dengan air 500 cc ( 2 ½ gelas ) hingga matang ( 10

menit )

- Hancurkan dengan saringan kawat ( kalau tidak ada saringan kawat, di

ulek / ditumbuk/ dilebutkan )

- Masukkan tepung beras, gula, minyak dan garam

- Lanjutkan pemasakan sambil diaduk- aduk di atas api kecil hingga masak (

5 menit )

g. Makanan formula jagung segar dan ikan

Bahan :

- Jagung 100 gr ( 1 buah sedang )

- Daging ikan 15 gr

- Daun sawi 30 gr

- Gula 10 gr

- Garam beryodium dan air secukupnya

Cara pembuatan :

- Siapakan bahan

- Jagung di parut, rendam dalam air

- Ikan dibersihkanm lumuri dengan jeruk nipis. Rebus dengan satu gelas air

hingga matang, ambil dagingnya dan hancurkan

40

Page 41: Laporan KEP

- Campurkan endapan jagung dengan ikan, tambahkan gula,sawi, aduk

hingga membentuk adonan

- Panaskan dengan api kecil selama 15 menit

4. Rehabilitatiflan

a. Menimbang berat badan tiap bulan hingga mencapai berat badan sesuai umur

b. Upayakan anak selalu menghabiskan makanannya dan mengkonsumsi susu bantu atau

makanan tambahan dari puskesmas

D. FOLLOW UP ( HOME VISITE )

1. Tanggal 22 November 2011

Riwayat penyakit sekarang :

- Demam sejak 4 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak berkeringat.

- Batuk berdahak sejak 4 hari yang lalu, dahak berwarna kuning, tidak ada bercak

darah. Batuk sudah mulai berkurang

- Pilek sejak 4 hari yang lalu, pilek sudah berkurang

- Sesak nafas tidak ada

- Mencret tidak ada

- Mual muntak tidak ada

- Berat badan anak tidak naik sejak 1 tahun terakhir

- Anak masih malas untuk makan nasi

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis Cooperative

Nadi : 80 kali/menit

Nafas : 18 kali/menit

Tekanan Darah : -

Suhu : 37,90 C

Berat Badan : 9 kg

Tinggi Badan : 90 cm

Status Gizi : IMT = 11,1

IMT/ U = < -3 SD ( Sangat kurus )

Rambut : hitam dan tidak mudah dicabut

Mata : cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

41

Page 42: Laporan KEP

reflek cahaya +/+, pupiln isokor, diameter 2 mm

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Hidung : tidak ditemukan kelainan

Mulut : mukosa mulut dan bibir basah

Tenggorokan : tonsil T1 – T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Thorak : Paru dan jantung dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Edema (-), akral hangat, Refilling kapiler baik

Diagnosis : ISPA

Gizi buruk et causa low intake

Pada kunjungan pertama ke rumah pasien, kami lebih banyak melakukan anamnesis

kepada ibu pasien, mengenai pasien dan saudaranya, kehidupan ekonomi keluarga, keadaan

lingkungan rumah. Selain kami melakukan kembali pengukuran terhadap berat badan, tinggi

badan, lingkar lengan. Dari hasil pemeriksaan ini kami menjelaskan beberapa hal kepada ibu

pasien :

a. Berat badan si anak tidak sesuai dengan umur dan tinggi badannya

b. Menjelaskan penyebab yang mungkin menyebabkan anak berat badan anak tidak

naik selama 1 tahun ini

c. Menjelaskan mengenai penyakit yang akan mungkin di derita pasien, jika berat

badan nya tidak sesuai dengan umur

d. Pada anak dengan gizi buruk biasanya akan terjadi keterlambatan perkembangan

mental dan prilaku, karenanya harus diberikan :

- Kasih saying

- Lingkungan yang ceria

- Terapi bermain terstrktur selama 15 menit ( permainan ci luk ba )

- Keterlibatan ibu ( member makan, memandikan, bermain, dsb )

2. Tanggal 24 November 2012

Riwayat penyakit sekarang :

- Demam sudah tidak ada

- Batuk berdahak masih ada

- Pilek sejak 6 hari yang lalu, pilek sudah berkurang

- Sesak nafas tidak ada

42

Page 43: Laporan KEP

- Mencret tidak ada

- Mual muntak tidak ada

- Berat badan anak tidak naik sejak 1 tahun terakhir

- Anak masih malas untuk makan nasi

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis Cooperative

Nadi : 84 kali/menit

Nafas : 18 kali/menit

Tekanan Darah : -

Suhu : 36,90 C

Berat Badan : 9 kg

Tinggi Badan : 90 cm

Status Gizi : IMT = 11,1

IMT/ U = < -3 SD ( Sangat kurus )

Rambut : hitam dan tidak mudah dicabut

Mata : cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

reflek cahaya +/+, pupiln isokor, diameter 2 mm

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Hidung : tidak ditemukan kelainan

Mulut : mukosa mulut dan bibir basah

Tenggorokan : tonsil T1 – T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Thorak : Paru dan jantung dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Edema (-), akral hangat, Refilling kapiler baik

Diagnosis : ISPA

Gizi buruk et causa low intake

Pada kali kedua kunjungan ke rumah pasien, kami melakukakn penilaian apakah keluarga

sudah mengikuti saran yang di berikan atau tidak. Di dapatkan dari anamnesis terhadap

ibu pasien, bahwa beliau telah melakukan yang kami sarankan. Kemudian diberikan

beberapa edukasi :

43

Page 44: Laporan KEP

- Memberikan penyuluhan tentang gizi, makanan yang bisa diberikan

kepada anak

- Rajin membawa anak ke posyandu, timbang berat badan secara teratur

minimal 1 kali sebulan

- Memakan makanan yang bergizi seperti telur, tahu, tempe, sayur, ikan dan

daging sehingga meningkatkan daya tahan tubuh, dan tidak udah terserang

penyakit

- Memberi makan dalam porsi kecil tetapi sering

- Tidak membiasakan anak membeli jajanan sembarangan

- Membuat sendiri cemilan untuk anak yang bergizi dan dijaga

kebersihannya.

3. Tanggal 27 November 2012

Riwayat penyakit sekarang :

- Demam sudah tidak ada

- Batuk sudah tidak ada

- Pilek sudah tidak ada

- Sesak nafas tidak ada

- Mencret tidak ada

- Mual muntak tidak ada

- Berat badan anak tidak naik sejak 1 tahun terakhir

- Anak sudah mulai meningkat nafsu makannya, karena si ibu sudah mulai

membuat variasi lauk dan cemilan dirumah

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis Cooperative

Nadi : 86 kali/menit

Nafas : 22 kali/menit

Tekanan Darah : -

Suhu : 37,20 C

Berat Badan : 9 kg

Tinggi Badan : 90 cm

Status Gizi : IMT = 11,1

44

Page 45: Laporan KEP

IMT/ U = < -3 SD ( Sangat kurus )

Rambut : hitam dan tidak mudah dicabut

Mata : cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

reflek cahaya +/+, pupiln isokor, diameter 2 mm

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Hidung : tidak ditemukan kelainan

Mulut : mukosa mulut dan bibir basah

Tenggorokan : tonsil T1 – T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Thorak : Paru dan jantung dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Edema (-), akral hangat, Refilling kapiler baik

Diagnosis :Gizi buruk et causa low intake

Pada kunjungan ke 3, dilakukan diskusi dengan keluarga mengenai tindakan aktif

yang bisa dilakukan untuk meningkatkan berat badan seperti menyusun menu makanan

tertentu. Tetapi hal ini sepertinya sulit dilakukan oleh keluarga, mengingat kondisi ekonomi

keluarga. Pada hari ini kami memberikan beberapa daftar menu yang bisa dimasak ibu

dirumah.

4. Tanggal 30 November 2012

Riwayat penyakit sekarang :

- Demam tidakada

- Batuk, pilek tidak ada

- Sesak nafas tidak ada

- Mencret tidak ada

- Mual muntak tidak ada

- Berat badan anak tidak naik sejak 1 tahun terakhir

- Anak masih malas untuk makan nasi

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis Cooperative

Nadi : 80 kali/menit

45

Page 46: Laporan KEP

Nafas : 20 kali/menit

Tekanan Darah : -

Suhu : 37,00 C

Berat Badan : 9 kg

Tinggi Badan : 90 cm

Status Gizi : IMT = 11,1

IMT/ U = < -3 SD ( Sangat kurus )

Rambut : hitam dan tidak mudah dicabut

Mata : cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,

reflek cahaya +/+, pupiln isokor, diameter 2 mm

Telinga : tidak ditemukan kelainan

Hidung : tidak ditemukan kelainan

Mulut : mukosa mulut dan bibir basah

Tenggorokan : tonsil T1 – T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Thorak : Paru dan jantung dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Edema (-), akral hangat, Refilling kapiler baik

Diagnosis : Gizi buruk et causa low intake

Pada kunjungan ke empat, di dapatkan bahwa keluarga belum dapat memberikan

makanan kepada pasien sesuai menu yang kami sarankan. Oleh sebab itu kami merasa

perlu bekerja sama dengan puskesmas secara langsung agar puskesmas bisa membantu

dalam hal sebagai berikut :

- Membuat jadwal kunjungan rutin puskesmas ke rumah pasien untuk melakukan

penimbangan berat badan. Kunjungan dilakukan pada hari senin minggu pertama

setiap awal bulan.

- Penyediaan makanan tambahan seperti telur, susu pediasure

- Memberikan tablet pirantel pamoat setiap 6 bulan

- Pemberian imunisasi ulangan ( booster)

- Pemberian vitamin A setiap 6 bulan ( dosis sesuai umur )

46

Page 47: Laporan KEP

LAMPIRAN

Ruang belakang rumah pasien Sumber air minum pasien

Dapur rumah pasien Ruang tengah rumah pasien

Tempat pembuangan sampah Selokan di samping rumah

47

Page 48: Laporan KEP

Pasien bersama ibu

48