bab i kdk hipertensi

3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hipertensi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga setelah stoke dan tuberkulosis. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Badan Penealitian dan Pengembangan Kemenkes RI menunjukkan prevalensi hipertensi nasional sebesar 31,7%. 1 Profil kesehatan Indonesia tahun 2011 menunjukkan bahwa hipertensi menduduki urutan ketujuh dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2010. 2 Berdasarkan profil kesehatan Kota Semarang tahun 2011 dalam distribusi kasus penyakit tidak menular di Kota Semarang tahun 2007-2011 cenderung meningkat. Dalam data 10 besar penyakit di RS dan Puskesmas Tahun 2011 di Kota Semarang hipertensi essensial menduduki urutan ketiga dengan jumlah kasus sebanyak 106.977. 3 Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, maka jumlah penderita hipertensi kemungkinan besar juga akan meningkat. Selain itu, laju 1

Upload: astrirahma

Post on 18-Nov-2015

2 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Hipertensi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga setelah stoke dan tuberkulosis. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Badan Penealitian dan Pengembangan Kemenkes RI menunjukkan prevalensi hipertensi nasional sebesar 31,7%.1 Profil kesehatan Indonesia tahun 2011 menunjukkan bahwa hipertensi menduduki urutan ketujuh dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2010.2 Berdasarkan profil kesehatan Kota Semarang tahun 2011 dalam distribusi kasus penyakit tidak menular di Kota Semarang tahun 2007-2011 cenderung meningkat. Dalam data 10 besar penyakit di RS dan Puskesmas Tahun 2011 di Kota Semarang hipertensi essensial menduduki urutan ketiga dengan jumlah kasus sebanyak 106.977.3Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, maka jumlah penderita hipertensi kemungkinan besar juga akan meningkat. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu pernah terus meningkat, sekarang tidak menunjukkan kemajuan lagi. Pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari jumlah seluruh pasien hipertensi. 4

TRANSCRIPT

2

BAB IPENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga setelah stoke dan tuberkulosis. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Badan Penealitian dan Pengembangan Kemenkes RI menunjukkan prevalensi hipertensi nasional sebesar 31,7%.1 Profil kesehatan Indonesia tahun 2011 menunjukkan bahwa hipertensi menduduki urutan ketujuh dalam 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2010.2 Berdasarkan profil kesehatan Kota Semarang tahun 2011 dalam distribusi kasus penyakit tidak menular di Kota Semarang tahun 2007-2011 cenderung meningkat. Dalam data 10 besar penyakit di RS dan Puskesmas Tahun 2011 di Kota Semarang hipertensi essensial menduduki urutan ketiga dengan jumlah kasus sebanyak 106.977.3Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, maka jumlah penderita hipertensi kemungkinan besar juga akan meningkat. Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu pernah terus meningkat, sekarang tidak menunjukkan kemajuan lagi. Pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari jumlah seluruh pasien hipertensi. 4Usia adalah salah satu dari banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya hipertensi. Beberapa diantara faktor risiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita hipertensi, pola makan dengan asupan tinggi garam, dan stress.4 Pengendalian faktor-faktor risiko ini penting kaitannya dengan usaha untuk menurunkan tingkat kematian akibat hipertensi maupun dalam menaikkan laju pengendalian tekanan darah. Selain itu edukasi mengenai hipertensi maupun peran keluarga dalam memberikan support minum obat ke pasien juga penting dalam hal ini. Hal tersebut dikarenakan oleh pengobatan hipertensi yang diberikan seumur hidup.4 Kedokteran keluarga adalah disiplin akademik yang diimplementasikan pada komunitas keluarga.5 Dalam kedokteran keluarga, bukan hanya fungsi biologis individu yang sakit saja yang mendapat penanganan, namun seluruh fungsi keluarga. Pelayanan yang dilakukan di kedokteran keluarga bukan hanya kuratif dan rehabilitatif saja, tetapi juga promotif dan preventif. Dengan diterapkannya kedokteran keluarga dalam penanganan pasien hipertensi, diharapkan selain dengan adanya penanganan kepada pasien tersebut, keluarga pasien juga dapat terhindar dari hipertensi tersebut. Selain itu, dengan mengidentifikasi fungsi keluarga, keluarga dapat terhindar dari penyakit lain yang dapat terjadi pada keluarga tersebut.1.2. TUJUAN

Tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan hipertensi kepada seorang kepala keluarga berusia 83 tahun dengan pendekatan kedokteran keluarga.

1.3. MANFAATPenyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi mahasiswa agar dapat melaksanakan praktik kedokteran keluarga secara langsung kepada seorang kepala keluarga berusia 83 tahun.

1