bab i, ii, iii, dapus
TRANSCRIPT
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
1/19
BAB I
PENDAHULUAN
Prolaps organ panggul (POP) merupakan masalah
kesehatan wanita yang umum terjadi dan sangat mengganggu,
serta penanganannya sering kali memerlukan biaya yang sangat
tinggi. Meskipun prolaps organ panggul umumnya tidak
menimbulkan kematian, tetapi biasanya dapat memperburuk
kualitas hidup pasien termasuk menimbulkan kelainan pada
kandung kemih, sistem saluran cerna serta gangguan fungsi
seksual. Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup dan
meningkatnya populasi usia lanjut maka prealensi prolaps organ
panggul pun semakin meningkat.
!nkontinensia urine dide"nisikan oleh International
Continence Society sebagai kehilangan urine secara inolunter
yang mewakili masalah higienis dan sosial pada tiap indiidu.
!nkontinensia urine dapat dianggap sebagai gejala yang
dilaporkan pasien, dapat juga sebagai suatu tanda yang
ditemukan saat dilakukan pemeriksaan dan dapat juga berbentuk
suatu gangguan.
!nkontinensia urine tidak dianggap sebagai suatu penyakit
karena tidak ada etiologi yang spesi"k bagi kondisi ini, dan tiap
kasus bersifat multifaktorial. #tiologi bagi inkontinensia urine ini
dapat beragam dan dalam kebanyakan kasus tidak dapat
difahami sepenuhnya.
1
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
2/19
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN PROLAPS ORGAN PANGGUL
Prolaps organ panggul merupakan turunnya atau herniasi
isi organ panggul melalui saluran agina akibat kelemahan
pada struktur penyokong dasar panggul.
2.2 PENYEBAB PROLAPS ORGAN PANGGUL
$ukungan panggul berasal dari otot%otot dasar panggul,
menghubungkan jaringan (fascia), dan potongan menebal
fasia yang berfungsi sebagai ligamen. &etika otot%otot dasar
panggul melemah, fasia dan ligamen harus menanggung
beban berat. 'khirnya, mereka dapat meregangkan dan
gagal, memungkinkan organ panggul untuk drop dan tekan ke
dalam dinding agina.
anita yang memiliki kelahiran agina multipel memiliki
risiko terbesar untuk prolaps organ panggul, terutama setelah
menopause. aktor risiko lain termasuk operasi ke lantai
panggul, gangguan jaringan ikat, dan obesitas.
2.3 GEJALA PROLAPS ORGAN PANGGUL
anita dengan prolaps ringan ditemukan selama
pemeriksaan rutin panggul mungkin tidak memiliki gejala
2
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
3/19
sama sekali. *etapi yang lain merasa sangat tidak nyaman dan
berbagai gejala, termasuk+
1. Tekanan dan nyeri. &eluhan yang paling umum adalah
perasaan tekanan panggul, atau bantalan bawah,
kelelahan kaki, dan nyeri pinggang.
2. Gejala kencing. Sistokel, urethrocele, dan prolaps uterus
dapat menyebabkan inkontinensia stres dan kesulitan
dalam memulai untuk buang air kecil.
3. Gejala usus. ectocele mungkin menyebabkan masalah
dengan buang air besar dengan membentuk saku tepat diatas s"ngter anal. eses bisa menjadi terperangkap,
menyebabkan nyeri, tekanan, dan sembelit.
4. Masalah seksual. Prolaps ' dapat menyebabkan jaringan
agina teriritasi atau nyeri selama hubungan seksual, serta
stres psikologis.
2.4 KLASIFIKASI PROLAPS ORGAN PANGGUL
Prolaps organ panggul mulanya diklasi"kasikan
berdasarkan derajat kerusakan anatomi yang dialami
pasien, yakni tergantung pada lokasi defek dan perkiraan
organ panggul yang mengalami gangguan. $alam
perkembangannya, sejumlah sistem penentuan derajat
prolaps telah diajukan. -al ini menunjukkan bahwa
penentuan derajat prolaps yang memiliki keterulangan
atau reprodusibilitas yang baik sulit dilakukan. Sehingga,
kita sulit membandingkan berbagai pemeriksaan pada
suatu waktu dengan pemeriksaan yang diakukan di
kemudian hari pada wanita yang sama maupun pada
wanita yang berbeda.
1. Berdasarkan kerusakan ana!"#
Prolaps organ panggul dapat diklasi"kasikan berdasarkan
kerusakan struktur anatomi
a. retrokel
3
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
4/19
Prolaps dinding agina anterior bagian bawah, dan hanya
meliputi uretra
b. Sistokel
Prolaps dinding agina anterior bagian atas meliputi
kandung kemih. mumnya, juga terkait dengan prolaps
uretra, sehingga disebut juga sebagai sistouretrokel
c. Prolaps uterus
!stilah ini dipakai untuk menggambarkan prolaps uterus,
seriks dan agina bagian atas
d. #nterokel
Prolaps dinding agina posterior bagian atas, yang
biasanya juga meliputi sebagian kecil usus halus
e. ektokel
$inding agina posterior bagian bawah berupa
penonjolan rektum ke dalam agina
2. Berdasarkan s#se" sk!r#n$ POP%
/ejala prolaps seringkali sulit dihubungkan dengan
lokasi anatomisnya dan derajat keparahannya umumnya
tidak spesi"k.0 /ejala umumnya meliputi terasa adanya
1tonjolan1 atau agina terasa 1berat1, gejala iritasi kandung
kemih berulang, sulit berkemih, inkontinensia urin atau
ali, kesulitan saat buang air besar serta nyeri punggung
dan nyeri panggul. Semua gejala prolaps tersebut dinilai
berdasarkan derajat keparahannya berdasarkan suatu
metode ealuasi standar yang disebut sistem kuanti"kasi
prolaps organ panggul atau pelic organ prolapse
2uanti"cation (POP%3). *he !nternational 4ontinence Society (!4S)
mengajukan sistem POP%3 sebagai sistem skoring prolaps
terstandarisasi untuk menilai derajat prolaps dengan lebih
obyektif. Sistem ini mempunyai derajat keterulangan yang
baik.
Sistem skoring POP%3 melibatkan pengukuran
sejumlah titik di dinding agina anterior, posterior, seriks
4
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
5/19
dan badan perineum terhadap suatu titik rujukan yang
tetap, yakni himen atau selaput dara.
Penentuan derajat beratnya prolaps organ panggul
berdasarkan sistem POP3 adalah sebagai berikut+
a. $erajat O+ *idak tampak prolaps
b. $erajat 5+ jung prolaps paling distal berada 6 5 cm dari
atas hymen
c. $erajat 0+ jung prolaps paling distal berada 7 5 cm dari
hymen
d. $erajat 8+ jung prolaps paling distal berada 5 cm di
bawah himen, tetapi panjang tonjolan 70cm dari
panjang total agina
e. $erajat 9+ *ampak prolaps lengkap
5
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
6/19
2.&ETIOLOGI PROLAPS ORGAN PANGGUL
aktor predisposisi meliputi jenis kelamin, ras, tulang
panggul, ketebalan jaringan, kekuatan jaringan, suplai
pembuluh darah, persarafan, dan serat kolagen. Promotor
meliputi kondisi%kondisi yang diperkirakan dapat
meningkatkan risiko POP melalui mekanisme peningkatan
tekanan intraabdomen kronik, yakni kehamilan, obesitas,
konstipasi, pekerjaan, rekreasi, penyakit paru dan batuk.
aktor inisiasi meliputi trauma akut akibat kecelakaan,
trauma persalinan, terapi radiasi, dan pembedahan,
khususnya histerektomi. Sedangkan dekompensator
meliputi atro" jaringan dan kelemahan jaringan yang
berhubungan dengan proses penuaan, penyakit, dan obat%
obatan.
&emudian, faktor predisposisi dan dekompensator
digolongkan lagi menjadi faktor intrinsik yang sulit
dimodi"kasi: sedangkan faktor inisiasi dan promotor dapat
digolongkan menjadi faktor ekstrinsik yang dapat
dimodi"kasi yang diharapkan dapat mencegah terjadinya
POP.
2.'PEN(EGAHAN
1. 4ukup melakukan senam kegel sebanyak 5; kali dan
dilakukan setiap hari. Selain mudah, senam ini juga
terhitung murah dan bisa dilakukan di mana saja. senam
kegel itu sendiri adalah suatu gerakan senam yang
berguna untuk memperkuat otot%otot dasar panggul
terutama otot pubococcugeal, sehingga bisa memperkuat
otot%otot saluran kandung kemih yang bisa mencegah
inkontinensia urine serta menguatkan otot%otot agina.
6
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
7/19
2. Melakukan gaya hidup sehat dan menghindari
terjadinya obesitas dan melatih otot kandung kemih juga
bisa dilakukan oleh para wanita untuk melakukan
pencegahan terhadap sebab%sebab lainnya.
2.)PENANGANAN
ntuk menangani keluhan disfungsi dasar panggul
prolaps (peranakan turun) bisa menggunakan cincin agina
yang dapat bertahan selama 9 tahun, cincin ini biasanya
memiliki diameter
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
8/19
!nkontinensia urine tidak dianggap sebagai suatu
penyakit karena tidak ada etiologi yang spesi"k bagi
kondisi ini, dan tiap kasus bersifat multifaktorial. #tiologi
bagi inkontinensia urine ini dapat beragam dan dalam
kebanyakan kasus tidak dapat difahami sepenuhnya.
*erdapat empat jenis inkontinensia urine yang
dide"niskan dalam Clinical Practice Guideline yang
dikeluarkan oleh Agency for Health Care Policy and
Research, yaitu: stress, urge, mixed dan overow
!nkontinensia urine tipe stress ditandai dengan kebocoran
urine yang terjadi saat adanya peningkatan tekanan intra%
abdominal, pada saat tertawa, bersin, batuk, menaiki
tangga atau stres "sik lainnya. !nkontinensia tipe urge
adalah kebocoran urine inolunter yang disertai dengan
urgensi. !nkontinensia urine tipe mixed adalah kombinasi
dari stress dan urge yang ditandai dengan kebocoran
terkait urgensi dan peningkatan tekanan intra%abdominal.
2.+EPIDE,IOLOGI
Prealensi kejadian inkontinensia urine yang tepat
sukar untuk ditentukan. 'ntara kesulitan yang ditemukan
adalah dalam menentukan derajat, kuantitas dan frekuensi
kehilangan urine yang esensial dalam menentukan suatukondisi patologis.
Sebanyak >;%?;@ wanita dengan kondisi
inkontinensia urine gagal untuk mendapatkan ealuasi dan
rawatan akibat stigma sosial. -anya 0%>@ indiidu dengan
inkontinensia yang mendapat perawatan yang sesuai.
ata%rata indiidu dengan kondisi inkontinensia urine ini
8
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
9/19
menunggu
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
10/19
/ambar 5+ 'natomi kandung kemih+ $inding kandung
kemih mengandung lapisan mukosa, submukosa, muskuler
dan adentisia. (5)
/ambar 0+ /ambar mikrograf dari dinding kandung
kemih. Mukosa kandung kemih yang kosong membentuk
lipatan rugae.
Capisan otot kandung kemih dikenal sebagai otot
detrusor, yang terdiri atas tiga lapisan otot yang diatur dalam
anyaman pleksiform. Susunan pleksiform ini dapat
berekspansi dengan cepat pada saat kandung kemih terisi
dengan urine dan menjadi komponen utama dalam
kemampuan kandung kemih untuk mengakodomasi olume
urine yang besar.
&etika kandung kemih terisi, kontraksi s"ngter
urogenital merupakan bagian integral dari kontinensia.
&omponen s"ngter ini meliputi s"ngter uretra, s"ngter
urethroaginal (DS) dan kompresor uretra (4). S"ngter
uretra adalah otot lurik yang membungkus urethra secara
10
http://var/www/apps/conversion/tmp/scratch_5/HYPERLINK%23_ENREF_1http://var/www/apps/conversion/tmp/scratch_5/HYPERLINK%23_ENREF_1
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
11/19
sirkumferential. Sebagai perbandingan, DS dan 4 adalah
pita otot lurik yang melengkungkan entral uretra dan masuk
ke dalam jaringan "bromuskular dari dinding agina anterior.
/ambar 8+ 'natomi s"ngter urogenital.
&etiga otot ini berfungsi sebagai suatu kesatuan dan
berkontraksi dengan efektif untuk menutup uretra. S"ngter
uretra ini terdiri atas slow twitch muscle !"er dan tetap
berkontraksi secara tonik, yang memberi kontribusi pada
kontinensia pada saat istirehat. Sebaliknya DS dan 4
terdiri atas fast twitch muscle !"er yang memungkinkan
kontraksi cepat dan menutup lumen uretra pada saat
kontinensia ditantang oleh peningkatan mendadak dari
tekanan intra%abdomen.Otot lurik s"ngter urogenital menerima persarafan
motorik melalui saraf pudendal. Serabut saraf somatik ini
mengontrol otot lurik s"ngter urogenital secara olunter.
$engan demikian, neuropati pudendal yang dapat terjadi
setelah persalinan lama dapat mempengaruhi fungsi
normal dari otot%otot ini. Selain itu, operasi panggul
sebelumnya atau radioterapi panggul juga dapat merusak
11
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
12/19
saraf, pembuluh darah dan jaringan lunak sekitarnya. -al
ini dapat menyebabkan fungsi s"ngter urogenital yang
tidak efektif dan selanjutnya menyebabkan inkontinensia.
/ambar 9+ !nnerasi kandung kemih dan uretra.
Pada saat kandung kemih terisi, sinyal aferen
sensorik akan diteruskan ke medulla spinalis melalui saraf
pelis dan hipogastrikus, yang kemudian akan diteruskan
ke pusat berkemih di pons melalui traktus spinotalamikus
lateral dan kolum dorsal. Stimulasi simpatis yang
ditransmisikan melalui nerus hipogastrikus berperan
mempertahankan aktiitas otot polos dari s"ngter uretra
dan membantu dalam relaksasi otot detrusor untuk
penyimpanan urine. Pada waktu yang sama, sinyal somatik
eferen ke otot lurik di dasar panggul yang ditransfer
melalui saraf pudendal menyediakan aktiitas s"ngter
uretra secara olunter dan augmentasi pada resistensi
urethra pada saat terjadinya peningkatan tekanan dalam
kandung kemih. &etika intensitas sinyal aferen meningkat
pada saat pengisian kandung kemih, ambang batas
kesadaran dicapai, dimana akan timbul sensasi untuk
12
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
13/19
berkemih. Pada saat itu, sinyal dari pusat berkemih di pons
akan dibawa ke bagian sakral medulla spinalis melalui
traktus retikulospinal dan kortikospinal. Setelah itu akan
terjadi stimulasi kolinergik parasimpatis pada detrusor dan
reEeks relaksasi otot lurik dasar panggul dan proses
berkemih akan terjadi.
Serabut saraf simpatis akan melewati saraf pleksus
hipogastrikus dan berkomunikasi dengan reseptor alfa dan
beta yang terdapat didalam kandung kemih dan uretra.
Stimulasi pada reseptor beta adrenergik akan
menyebabkan relaksasi otot polos dalam kandung kemih
dan membantu dalam penyimpanan urine. Sebaliknya
reseptor adrenergik alfa terstimulasi oleh norepinefrin dan
menyebabkan kontraksi urethra, akan membantu dalam
penyimpanan urine dan kontinensia.
Pada saat pengosongan kandung kemih, stimulasi
simpatis akan berkurang, dan stimulasi parasimpatis akan
dipicu. &hususnya, impuls pada saraf panggul akan
mengstimulasi pengeluaran asetilkolin dan menyebabkan
kontraksi otot detrusor. Fersamaan dengan stimulasi
detrusor, asetilkolin ini merangsang reseptor asetilkolin
dalam uretra dan menyebabkan terjadinya relaksasi untuk
berkemih.
Sel otot polos diantara detrusor bergabung antara
satu sama lain sehingga jalur listrik yang keluar dari satu
sel otot ke yang berikutnya bersifat rendah resistensi.
$engan demikian, aksi potensial dapat menyebar dengan
cepat ke seluruh otot detrusor untuk menyebabkan
kontraksi yang cepat dari seluruh kandung kemih. Selain
itu, susunan pleksiform serabut detrusor kandung kemih
13
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
14/19
memungkinkan kontraksi multiarah dan ideal untuk
kontraksi konsentrik pada saat pengosongan kandung
kemih.
2.-- ETIOLOGI / FAKTOR RESIKO
Pada keadaan normal, tekanan pada esika urinaria
lebih tinggi daripada tekanan di uretra, sehingga urine
akan tertinggal di dalam esika urinaria. Pada saat terjadi
peningkatan tekanan intra%abdominal, maka tekanan iniakan diteruskan ke esika urinaria dan uretra secara
merata sehingga tidak terjadi perbedaan tekanan antara
esika urinaria dan uretra. -al ini menyebabkan terjadinya
inkontinensia.
aktor resiko terjadinya inkontinensia urine adalah
kehamilan, umur lanjut, menopause, bedah pelis, dan
kondisi kesehatan pasien itu sendiri seperti gangguanneurologis dan penggunaan obat%obatan.
*ipe dari inkontinensia urine mungkin berbeda
berdasarkan usia, dengan beberapa studi menunjukkan
prealensi inkontinensia tipe stres yang lebih tinggi pada
wanita dengan usia kurang dari
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
15/19
mengakibatkan kerusakan pada saraf%saraf yang
selanjutnya menyebabkan disfungsi pada otot panggul.
Feberapa studi secara inkonsisten telah
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kejadian disfungsi
urinearia setelah usia post%menopause. Menurut penelitian
dari !osif 5A=5, reseptor estrogen banyak ditemukan di
uretra, otot pubokoksigeus dan trigonum kandung kemih.
$ipercayai terjadinya perubahan pada kolagen akibat dari
hipoestrogenik, berkurangnya askularisasi uretral dan
penurunan olume otot skelet yang secara kolektif
menyebabkan gangguan pada fungsi uretra dengan
mekanisme penurunan tekanan pada uretra pada saat
istirahat.
2.-2 PATOFISIOLOGI
!nkontinensia urine tipe stress disebabkan oleh
tekanan luar dari kandung kemih yang melebihi tekanan
penutupan s"ngter uretra. Otot%otot detrusor esika
menjadi tidak aktif atau tidak berkontraksi. Pada
kebanyakan kasus, relaksasi pelis menyebabkan leher
kandung kemih menjadi hipermobil sehingga pada saat
terjadi peningkatan tekanan intra%abdominal, dalam waktu
yang singkat akan diteruskan ke kandung kemih danuretra. !ni akan meningkatkan tekanan intraesika dan
intrauretra dan selanjutnya menyebabkan terjadinya
inkontinensia urine.
Pada kondisi normal, tekanan intra%abdominal akan
ditransmisi ke kandung kemih dan uretra secara
bersamaan. Bamun pada saat terjadi atoni atau kerusakan
pada saraf pudendal setelah persalinan per aginam, leher
15
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
16/19
kandung kemih akan berada di bawah otot leator ani dan
menyebabkan hilangnya angulus uretroesika. *ekanan
intra%abdominal hanya akan distransmisi ke kandung kemih
dan mengurangi tekanan penutupan uretra sehingga
terjadinya inkontinensia.
/ambar >+ *eori transmisi tekanan.
Pada wanita dengan sokongan yang normal,
peningkatan tekanan intra%abdomen akan didistribusikan
ke sisi kontralateral dari kandung kemih dan uretra. Pada
mereka dengan sokongan uretra lemah, peningkatan
tekanan intra%abdomen mengubah sudut urethroesika dan
hilangnya kontinensia.
Sokongan uretra merupakan bagian integral dari
kontinensia. Sokongan ini berasal dari ligamen sepanjang
aspek lateral uretra, disebut ligamen pubourethra, agina
dan kondensasi fasia lateral, fasia tendinous arkus panggul,
dan leator ani. $engan hilangnya sokongan pada uretra,
kemampuan untuk menutup uretra berkurang. -al ini
mengurangi tekanan penutupan uretra dan
ketidakmampuan untuk mengatasi peningkatan tekanan
kandung kemih. $engan demikian, kontinensia hilang.
16
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
17/19
/ambar ;@
wanita yang pernah melahirkan normal akan mengalami
keadaan ini dalam berbagai tingkatan.
17
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
18/19
Selama kehamilan, tegangan yang sangat besar terjadi
pada dasar pelis yang dipengaruhi oleh hormonal pada fasia
dasar pelis, berat janin yang sedang berkembang, dan
perubahan postur pelis. Sedangkan selama persalinan otot
meregang, sehingga mengontraksikan otot ini pada masa
pasca natal menjadi sulit dilakukan dan menjadi nyeri. Oleh
karena itu latihan dasar pelis perlu diajarkan kepada ibu
hamil pada masa antenatal untul mempertahankan tonus otot
sehingga dapat tetap berfungsi dengan baik.
!nkotinensia urine, tipe yang paling sering terjadi pada
wanita hamil ada tipe stress, dihubungkan dengan disfungsi
dari otot dasar panggul. Secara teori, ini dikaitkan dengan
wanita yang memang memiliki resiko untuk mendapat
inkontinensia, terutama pada wanita dengan jaringan ikat atau
kolagen dasar panggul yang lemah, efek kumulatif dari
persalinan multipel, usia lanjut, menopause mengatasi
mekanisme kompensasi dari hilangnya sokongan otot dasar
panggul hingga menyebabkan timbulnya gejala dari
inkontinensia. $eteksi dini adalah perlu sebagai suatu langkah
pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA
18
-
8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS
19/19
1. Prawirohardjo,Sarwono (2008). Ilmu Kebidanan, penerbit PT Bina
Pustaka, jakarta
2. Prawirohardjo,Sarwono (2008). Ilmu Kandungan, penerbit PT Bina
Pustaka, jakarta
3. Nasruddin, (2009). Diktat Kuliah Ginekologi.
4. Manuaba, da !"u #handranita (2009). Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita,Penerbit Buku $edokteran, %akarta &'#.
5. Manuaba,ajar (2008). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi &
Obstetri Ginekologi Sosial ntuk !ro"esi #idan, Penerbit Buku
$edokteran, %akarta &'#.
6. Thopson,iona (2008). !anduan $engkap Kebidanan, Penerbit
P!*M!**, +o"akarta.
7. -iias (2009). Obstetri Williams, Penerbit Buku $edokteran,
jakarta &'#.
8. +uianinsih,!nik Mar"unani (2009). %suhan Kegawatdaruratan
Dalam Kebidanan, Penerbit Trans n/o Media, %akarta.
9. Mauana,Mira (2009). Seluk #eluk Reproduksi Dan Kehamilan,
Penerbit 'araiu, %ojakarta.
10. Benson,1aph (2008).#uku Saku Obstetri & Ginekologi, Penerbit
Buku $edokteran, ed.9, %akarta &'#.
19