bab i, ii, iii, dapus

Upload: alifiyanfithriyana

Post on 08-Jul-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    1/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Prolaps organ panggul (POP) merupakan masalah

    kesehatan wanita yang umum terjadi dan sangat mengganggu,

    serta penanganannya sering kali memerlukan biaya yang sangat

    tinggi. Meskipun prolaps organ panggul umumnya tidak

    menimbulkan kematian, tetapi biasanya dapat memperburuk

    kualitas hidup pasien termasuk menimbulkan kelainan pada

    kandung kemih, sistem saluran cerna serta gangguan fungsi

    seksual. Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup dan

    meningkatnya populasi usia lanjut maka prealensi prolaps organ

    panggul pun semakin meningkat.

    !nkontinensia urine dide"nisikan oleh International

    Continence Society   sebagai kehilangan urine secara inolunter

    yang mewakili masalah higienis dan sosial pada tiap indiidu.

    !nkontinensia urine dapat dianggap sebagai gejala yang

    dilaporkan pasien, dapat juga sebagai suatu tanda yang

    ditemukan saat dilakukan pemeriksaan dan dapat juga berbentuk

    suatu gangguan.

    !nkontinensia urine tidak dianggap sebagai suatu penyakit

    karena tidak ada etiologi yang spesi"k bagi kondisi ini, dan tiap

    kasus bersifat multifaktorial. #tiologi bagi inkontinensia urine ini

    dapat beragam dan dalam kebanyakan kasus tidak dapat

    difahami sepenuhnya.

    1

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    2/19

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    2.1 PENGERTIAN PROLAPS ORGAN PANGGUL

    Prolaps organ panggul merupakan turunnya atau herniasi

    isi organ panggul melalui saluran agina akibat kelemahan

    pada struktur penyokong dasar panggul.

    2.2 PENYEBAB PROLAPS ORGAN PANGGUL

    $ukungan panggul berasal dari otot%otot dasar panggul,

    menghubungkan jaringan (fascia), dan potongan menebal

    fasia yang berfungsi sebagai ligamen. &etika otot%otot dasar

    panggul melemah, fasia dan ligamen harus menanggung

    beban berat. 'khirnya, mereka dapat meregangkan dan

    gagal, memungkinkan organ panggul untuk drop dan tekan ke

    dalam dinding agina.

    anita yang memiliki kelahiran agina multipel memiliki

    risiko terbesar untuk prolaps organ panggul, terutama setelah

    menopause. aktor risiko lain termasuk operasi ke lantai

    panggul, gangguan jaringan ikat, dan obesitas.

    2.3 GEJALA PROLAPS ORGAN PANGGUL

    anita  dengan prolaps ringan ditemukan selama

    pemeriksaan rutin panggul mungkin tidak memiliki gejala

    2

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    3/19

    sama sekali. *etapi yang lain merasa sangat tidak nyaman dan

    berbagai gejala, termasuk+

    1. Tekanan dan nyeri. &eluhan yang paling umum adalah

    perasaan tekanan panggul, atau bantalan bawah,

    kelelahan kaki, dan nyeri pinggang.

    2. Gejala kencing. Sistokel, urethrocele, dan prolaps uterus

    dapat menyebabkan inkontinensia stres dan kesulitan

    dalam memulai untuk buang air kecil.

    3. Gejala usus.  ectocele mungkin menyebabkan masalah

    dengan buang air besar dengan membentuk saku tepat diatas s"ngter anal. eses bisa menjadi terperangkap,

    menyebabkan nyeri, tekanan, dan sembelit.

    4. Masalah seksual. Prolaps ' dapat menyebabkan jaringan

    agina teriritasi atau nyeri selama hubungan seksual, serta

    stres psikologis.

    2.4 KLASIFIKASI PROLAPS ORGAN PANGGUL

    Prolaps organ panggul mulanya diklasi"kasikan

    berdasarkan derajat kerusakan anatomi yang dialami

    pasien, yakni tergantung pada lokasi defek dan perkiraan

    organ panggul yang mengalami gangguan. $alam

    perkembangannya, sejumlah sistem penentuan derajat

    prolaps telah diajukan. -al ini menunjukkan bahwa

    penentuan derajat prolaps yang memiliki keterulangan

    atau reprodusibilitas yang baik sulit dilakukan. Sehingga,

    kita sulit membandingkan berbagai pemeriksaan pada

    suatu waktu dengan pemeriksaan yang diakukan di

    kemudian hari pada wanita yang sama maupun pada

    wanita yang berbeda.

    1. Berdasarkan kerusakan ana!"#

    Prolaps organ panggul dapat diklasi"kasikan berdasarkan

    kerusakan struktur anatomi

    a. retrokel

    3

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    4/19

    Prolaps dinding agina anterior bagian bawah, dan hanya

    meliputi uretra

    b. Sistokel

    Prolaps dinding agina anterior bagian atas meliputi

    kandung kemih. mumnya, juga terkait dengan prolaps

    uretra, sehingga disebut juga sebagai sistouretrokel

    c. Prolaps uterus

    !stilah ini dipakai untuk menggambarkan prolaps uterus,

    seriks dan agina bagian atas

    d. #nterokel

    Prolaps dinding agina posterior bagian atas, yang

    biasanya juga meliputi sebagian kecil usus halus

    e. ektokel

    $inding agina posterior bagian bawah berupa

    penonjolan rektum ke dalam agina

    2. Berdasarkan s#se" sk!r#n$ POP%

    /ejala prolaps seringkali sulit dihubungkan dengan

    lokasi anatomisnya dan derajat keparahannya umumnya

    tidak spesi"k.0 /ejala umumnya meliputi terasa adanya

    1tonjolan1 atau agina terasa 1berat1, gejala iritasi kandung

    kemih berulang, sulit berkemih, inkontinensia urin atau

    ali, kesulitan saat buang air besar serta nyeri punggung

    dan nyeri panggul. Semua gejala prolaps tersebut dinilai

    berdasarkan derajat keparahannya berdasarkan suatu

    metode ealuasi standar yang disebut sistem kuanti"kasi

    prolaps organ panggul atau pelic organ prolapse

    2uanti"cation (POP%3). *he !nternational 4ontinence Society (!4S)

    mengajukan sistem POP%3 sebagai sistem skoring prolaps

    terstandarisasi untuk menilai derajat prolaps dengan lebih

    obyektif. Sistem ini mempunyai derajat keterulangan yang

    baik.

    Sistem skoring POP%3 melibatkan pengukuran

    sejumlah titik di dinding agina anterior, posterior, seriks

    4

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    5/19

    dan badan perineum terhadap suatu titik rujukan yang

    tetap, yakni himen atau selaput dara.

    Penentuan derajat beratnya prolaps organ panggul

    berdasarkan sistem POP3 adalah sebagai berikut+

    a. $erajat O+ *idak tampak prolaps

    b. $erajat 5+ jung prolaps paling distal berada 6 5 cm dari

    atas hymen

    c. $erajat 0+ jung prolaps paling distal berada 7 5 cm dari

    hymen

    d. $erajat 8+ jung prolaps paling distal berada 5 cm di

    bawah himen, tetapi panjang tonjolan 70cm dari

    panjang total agina

    e. $erajat 9+ *ampak prolaps lengkap

    5

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    6/19

    2.&ETIOLOGI PROLAPS ORGAN PANGGUL

    aktor predisposisi meliputi jenis kelamin, ras, tulang

    panggul, ketebalan jaringan, kekuatan jaringan, suplai

    pembuluh darah, persarafan, dan serat kolagen. Promotor

    meliputi kondisi%kondisi yang diperkirakan dapat

    meningkatkan risiko POP melalui mekanisme peningkatan

    tekanan intraabdomen kronik, yakni kehamilan, obesitas,

    konstipasi, pekerjaan, rekreasi, penyakit paru dan batuk.

    aktor inisiasi meliputi trauma akut akibat kecelakaan,

    trauma persalinan, terapi radiasi, dan pembedahan,

    khususnya histerektomi. Sedangkan dekompensator

    meliputi atro" jaringan dan kelemahan jaringan yang

    berhubungan dengan proses penuaan, penyakit, dan obat%

    obatan.

    &emudian, faktor predisposisi dan dekompensator

    digolongkan lagi menjadi faktor intrinsik yang sulit

    dimodi"kasi: sedangkan faktor inisiasi dan promotor dapat

    digolongkan menjadi faktor ekstrinsik yang dapat

    dimodi"kasi yang diharapkan dapat mencegah terjadinya

    POP.

    2.'PEN(EGAHAN

    1. 4ukup melakukan senam kegel sebanyak 5; kali dan

    dilakukan setiap hari. Selain mudah, senam ini juga

    terhitung murah dan bisa dilakukan di mana saja. senam

    kegel itu sendiri adalah suatu gerakan senam yang

    berguna untuk memperkuat otot%otot dasar panggul

    terutama otot pubococcugeal, sehingga bisa memperkuat

    otot%otot saluran kandung kemih yang bisa mencegah

    inkontinensia urine serta menguatkan otot%otot agina.

    6

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    7/19

    2. Melakukan gaya hidup sehat dan menghindari

    terjadinya obesitas dan melatih otot kandung kemih juga

    bisa dilakukan oleh para wanita untuk melakukan

    pencegahan terhadap sebab%sebab lainnya.

    2.)PENANGANAN

    ntuk menangani keluhan disfungsi dasar panggul

    prolaps (peranakan turun) bisa menggunakan cincin agina

    yang dapat bertahan selama 9 tahun, cincin ini biasanya

    memiliki diameter

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    8/19

    !nkontinensia urine tidak dianggap sebagai suatu

    penyakit karena tidak ada etiologi yang spesi"k bagi

    kondisi ini, dan tiap kasus bersifat multifaktorial. #tiologi

    bagi inkontinensia urine ini dapat beragam dan dalam

    kebanyakan kasus tidak dapat difahami sepenuhnya.

     *erdapat empat jenis inkontinensia urine yang

    dide"niskan dalam Clinical Practice Guideline  yang

    dikeluarkan oleh  Agency for Health Care Policy and

    Research, yaitu: stress, urge, mixed dan  overow

    !nkontinensia urine tipe stress ditandai dengan kebocoran

    urine yang terjadi saat adanya peningkatan tekanan intra%

    abdominal, pada saat tertawa, bersin, batuk, menaiki

    tangga atau stres "sik lainnya. !nkontinensia tipe urge

    adalah kebocoran urine inolunter yang disertai dengan

    urgensi. !nkontinensia urine tipe mixed  adalah kombinasi

    dari stress  dan urge  yang ditandai dengan kebocoran

    terkait urgensi dan peningkatan tekanan intra%abdominal.

     

    2.+EPIDE,IOLOGI

    Prealensi kejadian inkontinensia urine yang tepat

    sukar untuk ditentukan. 'ntara kesulitan yang ditemukan

    adalah dalam menentukan derajat, kuantitas dan frekuensi

    kehilangan urine yang esensial dalam menentukan suatukondisi patologis.

    Sebanyak >;%?;@ wanita dengan kondisi

    inkontinensia urine gagal untuk mendapatkan ealuasi dan

    rawatan akibat stigma sosial. -anya 0%>@ indiidu dengan

    inkontinensia yang mendapat perawatan yang sesuai.

    ata%rata indiidu dengan kondisi inkontinensia urine ini

    8

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    9/19

    menunggu

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    10/19

    /ambar 5+ 'natomi kandung kemih+ $inding kandung

    kemih mengandung lapisan mukosa, submukosa, muskuler

    dan adentisia. (5) 

    /ambar 0+ /ambar mikrograf dari dinding kandung

    kemih. Mukosa kandung kemih yang kosong membentuk

    lipatan rugae.

    Capisan otot kandung kemih dikenal sebagai otot

    detrusor, yang terdiri atas tiga lapisan otot yang diatur dalam

    anyaman pleksiform. Susunan pleksiform ini dapat

    berekspansi dengan cepat pada saat kandung kemih terisi

    dengan urine dan menjadi komponen utama dalam

    kemampuan kandung kemih untuk mengakodomasi olume

    urine yang besar.

    &etika kandung kemih terisi, kontraksi s"ngter

    urogenital merupakan bagian integral dari kontinensia.

    &omponen s"ngter ini meliputi s"ngter uretra, s"ngter

    urethroaginal (DS) dan kompresor uretra (4). S"ngter

    uretra adalah otot lurik yang membungkus urethra secara

    10

    http://var/www/apps/conversion/tmp/scratch_5/HYPERLINK%23_ENREF_1http://var/www/apps/conversion/tmp/scratch_5/HYPERLINK%23_ENREF_1

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    11/19

    sirkumferential. Sebagai perbandingan, DS dan 4 adalah

    pita otot lurik yang melengkungkan entral uretra dan masuk

    ke dalam jaringan "bromuskular dari dinding agina anterior.

    /ambar 8+ 'natomi s"ngter urogenital.

    &etiga otot ini berfungsi sebagai suatu kesatuan dan

    berkontraksi dengan efektif untuk menutup uretra. S"ngter

    uretra ini terdiri atas slow twitch muscle !"er   dan tetap

    berkontraksi secara tonik, yang memberi kontribusi pada

    kontinensia pada saat istirehat. Sebaliknya DS dan 4

    terdiri atas  fast   twitch muscle !"er   yang memungkinkan

    kontraksi cepat dan menutup lumen uretra pada saat

    kontinensia ditantang oleh peningkatan mendadak dari

    tekanan intra%abdomen.Otot lurik s"ngter urogenital menerima persarafan

    motorik melalui saraf pudendal. Serabut saraf somatik ini

    mengontrol otot lurik s"ngter urogenital secara olunter.

    $engan demikian, neuropati pudendal yang dapat terjadi

    setelah persalinan lama dapat mempengaruhi fungsi

    normal dari otot%otot ini. Selain itu, operasi panggul

    sebelumnya atau radioterapi panggul juga dapat merusak

    11

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    12/19

    saraf, pembuluh darah dan jaringan lunak sekitarnya. -al

    ini dapat menyebabkan fungsi s"ngter urogenital yang

    tidak efektif dan selanjutnya menyebabkan inkontinensia.

    /ambar 9+ !nnerasi kandung kemih dan uretra.

    Pada saat kandung kemih terisi, sinyal aferen

    sensorik akan diteruskan ke medulla spinalis melalui saraf 

    pelis dan hipogastrikus, yang kemudian akan diteruskan

    ke pusat berkemih di pons melalui traktus spinotalamikus

    lateral dan kolum dorsal. Stimulasi simpatis yang

    ditransmisikan melalui nerus hipogastrikus berperan

    mempertahankan aktiitas otot polos dari s"ngter uretra

    dan membantu dalam relaksasi otot detrusor untuk

    penyimpanan urine. Pada waktu yang sama, sinyal somatik

    eferen ke otot lurik di dasar panggul yang ditransfer

    melalui saraf pudendal menyediakan aktiitas s"ngter

    uretra secara olunter dan augmentasi pada resistensi

    urethra pada saat terjadinya peningkatan tekanan dalam

    kandung kemih. &etika intensitas sinyal aferen meningkat

    pada saat pengisian kandung kemih, ambang batas

    kesadaran dicapai, dimana akan timbul sensasi untuk

    12

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    13/19

    berkemih. Pada saat itu, sinyal dari pusat berkemih di pons

    akan dibawa ke bagian sakral medulla spinalis melalui

    traktus retikulospinal dan kortikospinal. Setelah itu akan

    terjadi stimulasi kolinergik parasimpatis pada detrusor dan

    reEeks relaksasi otot lurik dasar panggul dan proses

    berkemih akan terjadi.

    Serabut saraf simpatis akan melewati saraf pleksus

    hipogastrikus dan berkomunikasi dengan reseptor alfa dan

    beta yang terdapat didalam kandung kemih dan uretra.

    Stimulasi pada reseptor beta adrenergik akan

    menyebabkan relaksasi otot polos dalam kandung kemih

    dan membantu dalam penyimpanan urine. Sebaliknya

    reseptor adrenergik alfa terstimulasi oleh norepinefrin dan

    menyebabkan kontraksi urethra, akan membantu dalam

    penyimpanan urine dan kontinensia.

    Pada saat pengosongan kandung kemih, stimulasi

    simpatis akan berkurang, dan stimulasi parasimpatis akan

    dipicu. &hususnya, impuls pada saraf panggul akan

    mengstimulasi pengeluaran asetilkolin dan menyebabkan

    kontraksi otot detrusor. Fersamaan dengan stimulasi

    detrusor, asetilkolin ini merangsang reseptor asetilkolin

    dalam uretra dan menyebabkan terjadinya relaksasi untuk

    berkemih.

    Sel otot polos diantara detrusor bergabung antara

    satu sama lain sehingga jalur listrik yang keluar dari satu

    sel otot ke yang berikutnya bersifat rendah resistensi.

    $engan demikian, aksi potensial dapat menyebar dengan

    cepat ke seluruh otot detrusor untuk menyebabkan

    kontraksi yang cepat dari seluruh kandung kemih. Selain

    itu, susunan pleksiform serabut detrusor kandung kemih

    13

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    14/19

    memungkinkan kontraksi multiarah dan ideal untuk

    kontraksi konsentrik pada saat pengosongan kandung

    kemih.

    2.-- ETIOLOGI / FAKTOR RESIKO

    Pada keadaan normal, tekanan pada esika urinaria

    lebih tinggi daripada tekanan di uretra, sehingga urine

    akan tertinggal di dalam esika urinaria. Pada saat terjadi

    peningkatan tekanan intra%abdominal, maka tekanan iniakan diteruskan ke esika urinaria dan uretra secara

    merata sehingga tidak terjadi perbedaan tekanan antara

    esika urinaria dan uretra. -al ini menyebabkan terjadinya

    inkontinensia.

    aktor resiko terjadinya inkontinensia urine adalah

    kehamilan, umur lanjut, menopause, bedah pelis, dan

    kondisi kesehatan pasien itu sendiri seperti gangguanneurologis dan penggunaan obat%obatan.

     *ipe dari inkontinensia urine mungkin berbeda

    berdasarkan usia, dengan beberapa studi menunjukkan

    prealensi inkontinensia tipe stres yang lebih tinggi pada

    wanita dengan usia kurang dari

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    15/19

    mengakibatkan kerusakan pada saraf%saraf yang

    selanjutnya menyebabkan disfungsi pada otot panggul.

    Feberapa studi secara inkonsisten telah

    menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kejadian disfungsi

    urinearia setelah usia post%menopause. Menurut penelitian

    dari !osif 5A=5, reseptor estrogen banyak ditemukan di

    uretra, otot pubokoksigeus dan trigonum kandung kemih.

    $ipercayai terjadinya perubahan pada kolagen akibat dari

    hipoestrogenik, berkurangnya askularisasi uretral dan

    penurunan olume otot skelet yang secara kolektif 

    menyebabkan gangguan pada fungsi uretra dengan

    mekanisme penurunan tekanan pada uretra pada saat

    istirahat. 

    2.-2 PATOFISIOLOGI

    !nkontinensia urine tipe stress  disebabkan oleh

    tekanan luar dari kandung kemih yang melebihi tekanan

    penutupan s"ngter uretra. Otot%otot detrusor esika

    menjadi tidak aktif atau tidak berkontraksi. Pada

    kebanyakan kasus, relaksasi pelis menyebabkan leher

    kandung kemih menjadi hipermobil sehingga pada saat

    terjadi peningkatan tekanan intra%abdominal, dalam waktu

    yang singkat akan diteruskan ke kandung kemih danuretra. !ni akan meningkatkan tekanan intraesika dan

    intrauretra dan selanjutnya menyebabkan terjadinya

    inkontinensia urine.

    Pada kondisi normal, tekanan intra%abdominal akan

    ditransmisi ke kandung kemih dan uretra secara

    bersamaan. Bamun pada saat terjadi atoni atau kerusakan

    pada saraf pudendal setelah persalinan per aginam, leher

    15

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    16/19

    kandung kemih akan berada di bawah otot leator ani dan

    menyebabkan hilangnya angulus uretroesika. *ekanan

    intra%abdominal hanya akan distransmisi ke kandung kemih

    dan mengurangi tekanan penutupan uretra sehingga

    terjadinya inkontinensia. 

    /ambar >+ *eori transmisi tekanan.

    Pada wanita dengan sokongan yang normal,

    peningkatan tekanan intra%abdomen akan didistribusikan

    ke sisi kontralateral dari kandung kemih dan uretra. Pada

    mereka dengan sokongan uretra lemah, peningkatan

    tekanan intra%abdomen mengubah sudut urethroesika dan

    hilangnya kontinensia. 

    Sokongan uretra merupakan bagian integral dari

    kontinensia. Sokongan ini berasal dari ligamen sepanjang

    aspek lateral uretra, disebut ligamen pubourethra, agina

    dan kondensasi fasia lateral, fasia tendinous arkus panggul,

    dan leator ani. $engan hilangnya sokongan pada uretra,

    kemampuan untuk menutup uretra berkurang. -al ini

    mengurangi tekanan penutupan uretra dan

    ketidakmampuan untuk mengatasi peningkatan tekanan

    kandung kemih. $engan demikian, kontinensia hilang.

    16

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    17/19

    /ambar ;@

    wanita yang pernah melahirkan normal akan mengalami

    keadaan ini dalam berbagai tingkatan.

    17

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    18/19

     Selama kehamilan, tegangan yang sangat besar terjadi

    pada dasar pelis yang dipengaruhi oleh hormonal pada fasia

    dasar pelis, berat janin yang sedang berkembang, dan

    perubahan postur pelis. Sedangkan selama persalinan otot

    meregang, sehingga mengontraksikan otot ini pada masa

    pasca natal menjadi sulit dilakukan dan menjadi nyeri. Oleh

    karena itu latihan dasar pelis perlu diajarkan kepada ibu

    hamil pada masa antenatal untul mempertahankan tonus otot

    sehingga dapat tetap berfungsi dengan baik.

    !nkotinensia urine, tipe yang paling sering terjadi pada

    wanita hamil ada tipe stress, dihubungkan dengan disfungsi

    dari otot dasar panggul. Secara teori, ini dikaitkan dengan

    wanita yang memang memiliki resiko untuk mendapat

    inkontinensia, terutama pada wanita dengan jaringan ikat atau

    kolagen dasar panggul yang lemah, efek kumulatif dari

    persalinan multipel, usia lanjut, menopause mengatasi

    mekanisme kompensasi dari hilangnya sokongan otot dasar

    panggul hingga menyebabkan timbulnya gejala dari

    inkontinensia. $eteksi dini adalah perlu sebagai suatu langkah

    pencegahan.

    DAFTAR PUSTAKA

    18

  • 8/19/2019 BAB I, II, III, DAPUS

    19/19

    1. Prawirohardjo,Sarwono (2008).  Ilmu Kebidanan, penerbit PT Bina

    Pustaka, jakarta

    2. Prawirohardjo,Sarwono (2008). Ilmu Kandungan, penerbit PT Bina

    Pustaka, jakarta

    3. Nasruddin, (2009). Diktat Kuliah Ginekologi.

    4. Manuaba, da !"u #handranita (2009). Memahami Kesehatan

    Reproduksi Wanita,Penerbit Buku $edokteran, %akarta &'#.

    5. Manuaba,ajar (2008). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi &

    Obstetri Ginekologi Sosial ntuk !ro"esi #idan,  Penerbit Buku

    $edokteran, %akarta &'#.

    6. Thopson,iona (2008). !anduan $engkap Kebidanan, Penerbit

    P!*M!**, +o"akarta.

    7. -iias (2009).  Obstetri Williams, Penerbit Buku $edokteran,

     jakarta &'#.

    8. +uianinsih,!nik Mar"unani (2009).  %suhan Kegawatdaruratan

    Dalam Kebidanan, Penerbit Trans n/o Media, %akarta.

    9. Mauana,Mira (2009). Seluk #eluk Reproduksi Dan Kehamilan,

    Penerbit 'araiu, %ojakarta.

    10. Benson,1aph (2008).#uku Saku Obstetri & Ginekologi, Penerbit

    Buku $edokteran, ed.9, %akarta &'#.

    19