bab i gea baru

Upload: whira-cahbali

Post on 31-Oct-2015

77 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Mansjoer (1999) diare adalah sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Gastroenteritis akut adalah infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan yaitu di daerah lambung atau perut. Diare akut adalah diare yang gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Faktor pencetus yang dapat menyebabkan gastroenteritis akut antara lain Virus (Rotavirus, Adenovirus enterik, Virus Norwalk,dll), bakteri atau toksinnya (Campylobacter, Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia, dll), parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium, Tamoeba histolytica). Tanda-tanda yang didapat pada gastroenteritis akut yaitu: konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat, muntah (umumnya tidak lama), demam (mungkin ada atau tidak), kram abdomen, membran mukosa kering, berat badan turun. (Sartika, 2011)Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden gastroenteritis tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita gastroenteritis setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita gastroenteritis kronis. Pada tahun 2005, di negara berkembang, gastroenteritis kronis menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika dewasa terserang gastroenteritis 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. Berdasarkan analisa Depkes pada tahun 1995-2001 di Indonesia didapatkan 2.812 pasien gastroenteritis. Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan pada bulan Juli 2012 sampai Agustus 2012 di ruangan penyakit dalam (PETRI) RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan penderita gastroenteritis akut sebanyak 48 orang. Berdasarkan data-data diatas kelompok tertarik untuk mengambil topik pada seminar ini dengan judul Asuhan Keperawatan pada klien dengan Penyakit Gastroenteritis Akut (GEA).1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Supaya mampu memahami tentang konsep dan teori tentang penyakit Gastroenteritis dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Gastroenteritis Akut.1.2.2 Tujuan khusus

1. Agar mampu memahami konsep dasar penyakit Gastroenteritis Akut, meliputi pengertian, antomi fisiologi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan medis serta penatalaksanaan keperawatan.2. Agar mampu melakukan pengkajian pada klien dengan penyakit Gastroenteritis Akut3. Agar mampu menegakkan diagnose keperawatan pada klien dengan penyakit Gastroenteritis Akut4. Agar mampu menetapkan intervensi keperawatan pada klien dengan penyakit Gastroenteritis Akut5. Agar mampu melakukan implementasi pada klien dengan penyakit Gastroenteritis Akut6. Agar mampu membuat evaluasi keperawatan pada klien dengan penyakit Gastroenteritis Akut7. Agar mampu membuat dokumentasi keperawatan pada klien dengan penyakit Gastroenteritis AkutTINJAUAN TEORI2.1 Definisi

Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah. (Hidayat A, 2006)Gastroenteritis akut (GEA) adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus. (Cecily & Linda, 2009)2.2 Etiologi

Penyebab utama Gastroenteritis akut adalah :

1. Virus (Rotavirus, Adenovirus enterik, Virus Norwalk,dll)

2. Bakteri atau toksinnya (Campylobacter, Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia, dll)

3. Parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium, Tamoeba histolytica).

4. Gastroenteritis dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (antibiotik, antasida)5. Faktor MalabsorbsiMisalnya mal absrobsi karbohidrat seperti disakarida, (Intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa): monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorbsi lemak, mal absorbsi protein.

6. Faktor makanan, misalnya makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.7. Gangguan imunologiDaya tahan tubuh yang menurun dapat mengakibatkan mudahnya terserang infeksi. 8. MalnutrisiMakanan yang tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik pada usus.2.3 Patofisiologi (WOC terlampir)

Penyebab utama Gastroenteritis akut adalah virus, bakteri atau toksinnya serta parasit. Patogen-patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel, menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel, atau melekat pada dinding usus. Pada Gastroenteritis akut, usus halus adalah alat pencernaan yang paling sering terkena. Gastroenteritis akut ditularkan melalui fekal oral dari orang ke orang melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Enteropatogen yang masuk ke dalam mulut dapat merusak dapat merusak mekanisme pertahanan dan melalui proses mekanisme yang berlangsung berurutan sehingga menyebabkan terjadinya diare. Proses tersebut meliputi adhesi, menginvasi epitalium, kemudian berpoliferasi, memproduksi toksin, sel absorpsi mengalami kerusakan, merangsang proses sekretoris, mengadakan interferensi dengan air, elektrolit dan transport, atraksi khemotaktik lekosit dan pembebasan sitokin, merangsang respon inflamatoris lokal dan sistemik, merusak pembuluh darah dan terjadi perdarahan.

Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medula oblongata otak. Implus-implus aferen berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Implus-implus aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respons terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons terhadap rangsangan kimiawi oleh emetik (bahaya yang menyebabkan muntah). Misalnya ipekak. Hipioksia dan nyeri juga dapat merangsang muntah melalui pengaktifan pusat muntah. Muntah juga dapat terjadi melalui perangsangan langsung bagian-bagian otak yang terletak dekat dengan pusat muntah di otak. Obat-obat tertentu mencetuskan muntah dengan mengaktifkan pusat ini, yang disebut Chemoreseptor trigger zone, yang terletak di dasar ventrikel ke empat. Muntah yang timbul akibat perubahan gerak yang cepat diperkirakan berlangsung melalui perangsangan Trigger zone ini. Pengaktifan chemoreceptor trigger zone dapat secara langsung mencetuskan muntah, atau secara tidak langsung melalui pengaktifan pusat muntah. Input dari pusat-pusat otak nyang lebih tinggi di korteks dan peningkatan tekanan intrakranium (TIK) juga dapat merangsang muntah, mungkin dengan secara langsung merangsang pusat muntah. Muntah proyektil terjadi apabila pusat muntah dirangsang secara langsung dan sering oleh peningkatan TIK. Apabila refluks muntah telah diawali oleh refluks muntah, maka muntah tersebut terjadi melalui peningkatan beberapa saraf kranialis ke wajah dan kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot abdomen dan diagfragma. Eksitasi jaras-jaras ini menyebabkan timbulnya respons muntah yang terkoordinasi. Gejala-gejala tertentu biasanya mendahului muntah, termasuk mual, takikardia, dan berkeringat.

Virus-virus yang menyebabkan diare pada manusia secara efektik menginfeksi dan menghancurkan sel-sel ujung villus pada usus halus. Biopsy usus halus menunjukkan berbagai tingkat penumpulan villus dan infiltrate sel bundar pada lamina propria. Perubahan-perubahan patologis yang diamati tidak berkolerasi dengan keparahan gejala-gejala klinis dan biasanya sembuh sebelum penyembuhan diare. Mukosa lambung tidak terkena walaupun biasanya digunakan istilah Gastroenteritis, walaupun pengosongan lambung tertunda telah didokumentasi selama infeksi virus.(Sartika, 2011)2.4 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala Gastroenteritis adalah :

a. Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkatInflamasi yang ditimbulkan pada usus mengakibatkan sistem mekanisme usus (reabsorbsi makanan) terganggu, sehingga konsistensi feces menjadi lebih encer dan frekuensi meningkat.b. Muntah (umumnya tidak lama)Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medula oblongata otak. Implus-implus aferen berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Implus-implus aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respons terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons terhadap distensi berlebihan atau iritasi, sebagai respons terhadap rangsangan kimiawi oleh emetik (bahaya yang menyebabkan muntah).

c. Demam (mungkin ada atau tidak)Demam diakibatkan karena adanya inflamasi yang timbul pada lambung dan usus. Sistem pertahan tubuh berusaha untuk menyerang mikroorganisme yang masuk sehinga terjadi peningkatan suhu tubuh.d. Membran mukosa keringPengeluaran cairan yang berlebihan akibat diare dan pemasukan cairan yang inadekuat mengakibatkan mukosa kering.e. Berat badan turunPengeluaran cairan intraseluler dan ekstraseluler dari jaringan yang berlebihan dari tubuh menyebabkan penurunan berat badan.f. MalaiseAkibat kurangnya nafsu makan dan inadekuat cairan menyebabkan kurangnya energi dalam beraktivitas.Macam dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan derajatnya :

a. Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 liter

b. Dehidrasi sedang

Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB, Serum natrium mencapai 152-1558 mEq/lt Mata cekung

c. Dehidrasi berat

Pengeluaran atau kehilangan cairan sebanyak 4-6 lt, serum natrium mencapai 159-166 mEq/lt, Hipotensi, turgor kulit buruk, oliguria, nadi & pernapasan meningkat, kehilangan cairan mencapai >10% BB

(Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).2.5 Komplikasi

Akibat dari Gastroenteritis yang tidak di tangani degan segera adalah sebagai berikut :

a. Dehidrsi berat

Akibat muntah, diare, dan pendarahan berkempanjangan mengakibatkan penurunan berat badan yang mencapai >10%.b. Shock hipovolemik

Pendarahan yang terjadi terus menerus menyebabkan cairan intraselular dan ekstraseluler dalam jaringan keluar.c. Kejang demam

Kerja pada usus dan lambung yang meningkat akibat intake nutrisi yang tidak adekuat menyebabkan inflamasi pada usus dan lambung bertambah parah sehingga sistem pertahanan tubuhpun meningkatkan kerjanya, akibatnya suhu tubuh meningkat.

d. Bakterimia

Bakteri yang masuk kedalam peradaran darah akibat inflamasi yang ditimbulkan pada usus dan lambung menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah.

(Sartika, 2011)2.6 Penatalaksanaan MedisAdapun penatalaksanaan yang diberikan medis antara lain :1. Terapi rehidrasiTujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti dengan cara memberikan oralit, cairan infus yaitu Ringer Laktat, Dekstrose 5%. Dekstrosa dalam salin, dll.2. Obat anti diare:a. Obat anti motilitas dan sekresi usus, misalnya Loperamid.b. Oktreotid, misalanya Sondostatinc. Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksik yaitu: Norit 1-2 tablet diulang sesuai kebutuhan.d. Antiemetik, seperti metoclopramid.e. Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu vitamin B1, asam folat.(Sartika, 2011)2.7 Penatalaksanaan keperawatan1. Diet makanan lunak yaitu memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

2. Memberi informasi yang aktual mengenai penyakit yang dialami oleh penderita

3. Menganti cairan dan elektrolit yang hilang dengan cara mengikuti terapi yang telah diindikasikan

4. Monitor tanda dehidrasi dan syok

5. Memenuhi kebutuhan nutrisi, yaitu makanan yang diberikan sedikit-sedikit tetapi sering dan rendah serat, buah-buahan yang diberikan terutama pisang.6. Mengontrol dan mengatasi bila terjadi demam

7. Menghitung balance cairan

(Sartika, 2011)2.8 Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan Diagnostik gastroenteritis akut antara lain :

a. Darah semar feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada Gastorenteritis yang berasal dari bakteri)

b. Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mukus atau pus pada feses

c. Hitung darah lengkap dengan diferensial

d. Uji antigen immunoassay enzim untuk memastikan adanya retrovirus

e. Kultur feses (jika anak dirawat di rumah sakit, pus dalam feses, atau diare yang berkepanjangan) untuk menentukan patogen.

f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit

g. Aspirasi doudenum

h. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi, organisme shigella keluar melalui urine). (Siti Maryam. Dkk, 2008)Diagnosa Banding1. Penyakit Chron2. Malabsorpsi3. Peradangan saluran cerna4. Penyakit keganasan5. Sindrom kolon iritabel6. Diare akibat pasca bedah2.10 Asuhan Keperawatan Teoritis2.10.1 Pengkajian

1. Identitas pasien

Nama, umur, alamat, agama, suku, status perkawinan, pendidikan, tanggal kedatangan, tanggal pengkajian, nomor rekam medis, diagnosa medis.

2. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Biasanya pada pasien gastroenteritis akut mengeluh gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair kadang-kadang berubah warnanya kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu, muntah, tugor kulit jelek, mukosa bibir kering dan BB menurun, serta mengalami kelemahan.b. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)Apakah pasien sering memakan makanan yang kurang bersih atau jajan disembarang tempat dan apakah lingkungan pasien berada ditempat yang kurang bersih

c. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)

Apakah ada diantara keluarga pasien pernah mengalami penyakit diare karena penyakit diare bisa menular melalui lalat. Bagaimana kebiasaan makanan yang dikonsumsi keluarga dan bagaimana lingkungan tempat tinggal keluarga bersih atau tidak.3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum

Kesadaran

: compos mentis - komaTanda-tanda Vital:

Tekanan darah: normal (120/80 mmHg)

Nadi

: normal (60-90 /i)

Suhu : normal-meningkat (36,5C-37,5C)

Pernapasan

: normal (16-24 /i)

b. Kepala

Inspeksi

: bagaimanan kebersihan kulit terjaga atau tidak, bagaimana bentuk kepala, karakteristik rambut apakah rontok atau tidak.

Palpasi

: apakah ada edema di kepala dan

terdapat nyeri tekan dikepala

c. Mata

Konjunctiva

: anemis atau tidak

Sklera

: apakah ikterik kiri dan kanan.

Palpebra

: apakah ada edema palpebra.

Reaksi thd cahaya: apakah reaksinya positif /negatif

kiri dan kanan

Fungsi penglihatan: apakah fungsi penglihatannya

normal.

Tanda radang

: apakah terdapat tanda-tanda

radang.

d. Hidung

Konka nasalis

: apa warna dari konka.

Sektum nasi

: apakah sektum nasinya tegak lurus.

Polip

: apakah terdapat polip.

Sekret

: apakah terdapat sekret.

Reaksi alergi

: biasanya terdapat reaksi alergi.

Fungsi pernapasan: baik/tidake. Telinga

Bentuk

: apakah simetris kiri dan kanan.

Inspeksi

: apakah ada pendarahan dan

hygiennya.

Palpasi

: apakah ada nyeri tekan dan edema.f. Mulut, tenggorokan

Gigi

: lengkap atau tidak, ada caries atau tidakLidah

: bersih atau kotor

Keadaan mukosa

: lembab atau kering

Sekret

: ada atau tidakg. Leher

Inspeksi

: apakah terlihat kelenjar tiroid dan

kelenjar limfe.

Palpasi

: apakah teraba nyeri dan apakah

terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.h. Paru-paru

Inspeksi

: apakah pergerakan dinding dada

sama kiri dan kanan, apakah pernafasan menggunakan otot bantu pernafasan, apakah frekuensi pernafasan normal / cepat

Palpasi

: tidak terdapat nyeri tekan, fremitus

taktil kiri dan kanan sama

Perkusi

: sonor diseluruh lapang paru

Auskultasi

: apakah terdengar bunyi tambahan

atau tidaki. Jantung

Kapilari revil

: berapa detik (normal < 3 detik)

Inspeksi

: apakah terlihat iktus kordis di RIC

V midklavikula sinistra.

Palpasi

: teraba detak iktus kordis pada

RIC V midklavikula sinistra, apakah ada nyeri tekan atau tidakPerkusi

: pekak pada batas jantung

Batas atas

: RIC II midklavikula sinistra

Batas bawah : RIC V midklavikula sinistra

Batas kiri

: Linea axila anterior

Batas kanan: 1 jari midklavikula dextra

Auskultasi

: biasanya frekuensi jantung tidak

teratur, apakah ada bunyi jantung tambahan atau mur-mur

j. Abdomen

Inspeksi

: bagaimana permukaan abdomen

klien simetris kiri/kanan atau tidak

Auskultasi

: suara bising usus, frekuensi meningkat (5-12 /i) Palpasi

: apakah terdapat nyeri tekan atau

benjolan

Perkusi

: hipertympanik. Ekstremitas atas dan bawah

Inspeksi

: biasanya penggerakan otot lemah

Kekuatan otot

: bagaimana kekuatan ototPalpasi

: apakah ada nyeri di tekan dan

benjolan.Sensorik

: apakah klien dapat membedakan

nyeri, sentuhan, temperatur gerak dan tekanan.l. Genitalia

Inspeksi

: melihat bagaimana hygienenya

melihat apakah ada pembengkakan atau tidak melihat apakah ada iritasi atau tidak

Palpasi

: meraba apakah ada pembengkakan

atau tidakm. Rektum dan anus

Apakah terdapat iritasi dan pembengkakan pada anus atau tidak.

n. Kulit

Inspeksi

: warna kulit, kebersihan kulit.

Palpasi

: ditemukan turgor kulit jelek

(Praticia Gonce Morton, 2005)2.10.2 Masalah keperawatan yang mungkin muncula. Diare

b. Kekurangan volume cairanc. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhd. Gangguan rasa nyaman nyerie. Peningkatan suhu tubuh

f. Intoleransi aktifitas

(Doengoes, 1999)2.10.3 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorpsi, adanya toksin.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak cairan melalui rute normal (diare, muntah)c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrisi.d. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit/jaringan, ekskoriasi fisura perirektal; fistula.e. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasif. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.(Doengoes,1999)

2.10.4 Rencana Asuhan KeperawatanNo.Diagnosa keperawatanRencana Tindakan Keperawatan

TujuanIntervensiRasional

1. Diare b/d inflamasi, iritasi, atau malabsropsi usus, adanya toksinTujuan :Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 324 jam diharapkan diare teratasi.

Kriteria Hasil :

1. Melaporkan Penurunan Frekuensi Defekasi2. Konsistensi Kembali Normal.

3. Intake cairan yang adekuat

4. Intake nutrisi yang adekuat

Mandiri :

1. Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah, dan factor pencetus

2. Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur.

3. Buang feses dengan cepat. Berikan pengharum ruangan.

4. Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan minuman jernih tiap jam, hindari minuman dingin.

5. Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas, dan kelesuan.

6. Identivikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare misalnya sayuran segar dan buah, sereal, bumbu, minuman karbonat7. Berikan kesempatan untuk menyatakan frustasi sehubungan dengan proses penyakit.

Kolaborasi :

1. Berikan obat sesuai indikasi, misalnya antikolinergik

2. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K, Ca, dll)

Mandiri :1. Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.2. Istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi. 3. Menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.

4. Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsangan makanan/cairan. Makan kembali secara bertahap cairan mencegah kram dan diare berulang; namun cairan dingin dapat meningkatkan motilitas usus.5. Tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.6. Menghindari iritan, meningkatkan istirhat usus. 7. Adanya penyakit denga penyebab tak diketahui sulit untuk sembuh dan memerlukan intervensi bedah dapat menimbulkan reaksi stres yang dapat memperburuk situasi.Kolaborsi :1. Menurunkan motilitas/ peristaltik GI dan menurunkan sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare.

2. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan banyak cairan melalui rute normal Tujuan :

Setelah dilakuk:an intervensi keperawatan selama 224 jam diharapkan mempertahankan volume cairan adekuat

Kriteia hasil :

a. Membrane mukosa lembabb. Turgor kulit baikc. Pengisian kapiler baikd. Keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlahe. Tanda vital normal

TD = sistolik 110-130 mmHg

Diastolik 60-90 mmHg

Nadi = 60-90 /i

Pernafasan = 16-22 /i

Suhu = 36,5-37,5 Cf. Intake dan output seimbangMandiri :

1. Awasi masukan dan haluaran, karakter, dan jumlah feses. Perkirakan kehilangan yang tak terlihat, misalnya keringat. 2. Kaji tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).3. Ukur berat badan tiap hari.

4. Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring; hindari kerja.5. Observasi pendarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar6. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat.7. Catat kelemahan otot umum Kolaborasi :

1. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan berupa cairan parenteral, transfusi darah sesuai indicator. 2. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K, dll)Mandiri :

1. Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan control penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.2. Hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek kehilangan cairan.3. Indikator cairan dan status nutrisi.4. Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.5. Diet tak adekuat dan penurunan obsorpsi dapat menimbulkan defisiensi vitamin k dan merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan.

6. Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi.

7. Kehilangan energi berlebihan dapat menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit

Kolaborasi :

1. Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/anemia. 2. Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit.

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorpsi nutrienTujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 124 jam diharapkan gangguan nutrisi teratasi.

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan peningkatan BB

b. Tidak mengalami tanda mal nutrisi

c. Menunjukan prilaku / perubahan pola hidup untuk mempertahankan BB

d. Nafsu makan kembali normal

e. Klien dapat beraktivitas seperti biasa

f. Nilai labor Hb dalam batas normal (L= 13-16 gr/dl, P= 12-14 gr/dl)

Mandiri :

1. Awasi vital sign sesuai indikasi.

2. Observasi intake dan output, catat warna urine/ konsentrasi.

3. Ukur berat badan jika dibutuhkan

4. Anjurkan untuk makan sedikt dengan frekuensi yang sering.

5. Berikan kebersihan mulut yang sering.

6. Anjurkan pasien untuk memakan makanan yang diberikan dalam keadaan hangat.

7. Monitor keadaan turgor kulit, kelembapan mukosa.

Kolaborasi :

1. Pemberian cairan intravena.

2. Pemberian obat-obatan mengurangi rasa mualMandiri :

1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

2. Mengawasi masukan kalori.

3. Mengawasi penurunan BB.

4. Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dengan meningkatkan masukan, juga mencegah distensi gaster.

5. Meningkatkan nafsu makan dengan masukan peroral.

6. Air hangat dapat mengurangi mual.

7. Dapat menentukan tindakan intervensi keperawatan lebih lanjut

Kolaborasi :

1. Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.

2. Untuk menghilangkan mual dan muntah.

1