bab i gea

Upload: aya-gabrie-ebonk-ii

Post on 10-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gea

TRANSCRIPT

10

BAB ITINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Gastroenteritis Akut (GEA)1.1.1 PengertianGastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam) yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang pathogen (Sodikin. 2011).Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Nursalam. 2005).1.1.2 Etiologi1. Faktor infeksiInfeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:a. Infeksi bakteriVibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas dan sebagainya.b. Infeksi virusEntrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astovirus dan lain-lain.c. Infeksi parasitCacing, protozoa, dan jamur.2. Faktor malabsorbsiMalabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.3. Faktor makanan

1Makanan basi beracun dan alergi makanan.4. Faktor kebersihanPenggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum mengkonsumsi makanan (Hendrayanto. 2004).5. Faktor psikologiRasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang peningkatan peristaltik usus.1.1.3 KlasifikasiDiare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan:a. Diare infeksi spesifik: tifus dan para tifus, staphilococcus disentri basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.b. Diare non spesifik: diare dietetis.2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus, misalnya: diare karena bronkhitis.3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:a. Diare akut: diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.b. Diare kronik, dalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih.1.1.4 Manifestasi KlinisSebagai manifestasi klinis dari diare (Sodikin. 2011) adalah sebagai berikut:a.Mula-mula bayi cengeng, rewel, gelisahb. Suhu tubuh biasanya meningkatc.Nafsu makan berkurang atau tidak ada.d.Feses cair biasa disertai lendir atau darah, warna tinja mungkin berubah hijau karena bercampur dengan empedu.e.Anus mungkin lecet karena tinja makin asam akibat asam laktat dari laktosa yang tidak diabsorbsi usus dan sering defikasi.f.Mumpah disebabkan lambung yang turut meradang atau gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.g. Bila kehilangan banyak cairan muncul dehidrasi (berat badan turun, turgor kulit kurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, selaput lendir bibir dan mulut kering). Tabel 1.1 Penilaian Derajat Dehidrasi (Mansjoer, Arif dkk. 2000).PenilaianRinganSedangBerat

Keadaan umumbaik, sadargelisah, rewellesu, lunglai atau tidak sadar

MataNormalCekungsangat cekung

Air mataada tidak adaKering

Mulut dan lidahBasahKeringtidak ada, sangat kering

Rasa hausminum biasa, tidak haushaus, ingin minum banyakmalas/tidak bisa minum

Turgor kulitKembalikembali lambatkembali sangat lambat

Hasil pemeriksaantanpa dehidrasiDehidrasi ringan, sedang, bila ada tanda ditambah satu atau lebih tanda lain.Bila ada satu tanda ditambah satu atau lebih tanda lain.

1.1.5 PatofisiologiSebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.1.1.6 WOC (Web Of Caution) GEA (lihat lampiran 1)1.1.7 Komplikasi1. Dehidrasi2. Renjatan (syok) hipovolemik3. Kejang4. Bakterimia5. Malnutrisi6. Hipoglikemia7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus1.1.8 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium pada diare adalah:1. Fesesa. Makroskopis dan Mikroskopisb. pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.2. Biakan dan uji resisten.a. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas darah.b. Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.c. Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.d. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit.1.1.9 Penatalaksanaan Medis1. Cairan per oralPada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.2. Cairan parentralDiberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:a. Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg1) 1 jam pertama: 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).2) 7 jam berikutnya: 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).3) 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.b. Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).c. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg1) 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).2) 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).3) 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.d. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kgKebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %.Kecepatan: 4 jam pertama: 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).e. Untuk bayi berat badan lahir rendahKebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 %).3. Pengobatan dietetikUntuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh.b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.4. Obat-obatanPrinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan1.2.1 Pengkajian1. Pengkajiana. Keluhan UtamaBiasanya klien sering mengeluhkan Feces semakin cair, muntah, terjadinya dehidrasi, dan berat badan menurun.b. Riwayat Kesehatan SekarangBiasanya klien masuk rumah sakit dengan keluhan berat badan menurun dari biasanya, nafas cepat, mudah letih dan sakit kepala. Klien juga tidak mau makan, nyeri dada, cepat kenyang, nyeri abdomen, mual dan muntah, serta feses yang encer.c. Riwayat Kesehatan TerdahuluBiasanaya klien mengatakan pernah mengkonsumsi alkohol dan obat obatan seperti OAINS/NSAID, Kortikosteroid, Aspirin. Sering jajan disembarang tempat sehingga kebersihannya tidak terjaga.d. Riwayat Kesehatan KeluargaAda keluarga klien yang menderita penyakit yang sama.2. Pengkajian 11 Pola Fungsional a. Pola Persepsi Manajemen KesehatanBiasanya klien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, Kebersihan klien sehari-sehari kurang baik.b. Pola Nutrisi MetabolikBiasanya klien tidak mau makan, dan klien mengalami penurunan berat badan.c. Pola EliminasiBiasanya klien BAB lebih dari 4 kali sehari, dan BAK jarang.d. Pola Latihan dan AktivitasBiasanya klien mengalami gangguan aktivitas karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen, aktivitas klien dibantu keluarga/ orang lain.e. Pola Istirahat dan TidurBiasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.f. Pola Persepsi dan KognitifBiasanya klien masih dapat menerima informasi namun kurang berkonsentrasi karena nyeri pada abdomennya.g. Pola Persepsi dan Konsep DiriBiasanya klien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.h. Pola Peran dan HubunganBiasanya klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran klien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan (ex: tidak dapat menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga).i. Pola Seksual ReproduksiBiasanya klien mengalami gangguan seksual- reproduksi (ex: tidak teraturnya siklus menstruasi).j. Pola Koping Toleransi StressBiasanya klien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress.k. Pola Nilai & KepercayaanBiasanya klien tidak dapat melaksanakan sholat seperti biasanya Karena posisi klien dalam keadaan tirah baring.l. Pemerikasaan fisik.Pemeriksaan psikologis :keadaan umum tampak lemah, kesadarancomposmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepatPemeriksaan sistematik:Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.Perkusi: adanya distensi abdomen.Palpasi: Turgor kulit kurang elastis.Auskultasi : terdengarnya bising usus.m. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.n. Pemeriksaan penunjang.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.1.2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal.Kriteria hasil :a. Tanda vital dalam batas normal (N: 60-120 x/mnt, S: 36-37,50 c, RR: < 40 x/mnt )b. Turgor elastik, membran mukosa bibir basah, mata tidak terlihat cekung.c. Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari.Intervensi :1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit.R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit2. Pantau intake dan output.R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.3. Timbang berat badan setiap hari.R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 liter.4. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr.R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oralKolaborasi:5. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN).R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).6. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur.R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.7. Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake.Tujuan: setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi terpenuhi.Kriteria hasil: a. Nafsu makan meningkatb. BB meningkat atau normal sesuai umurIntervensi :1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin).R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.2. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat.R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.3. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan.R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan.4. Monitor intake dan out put dalam 24 jam.R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain:5. Terapi gizi: Diet TKTP rendah serat, susu, obat-obatan atau vitamin ( A).R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan.Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.Kriteria hasil:a. Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,50C).b. Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa).Intervensi :1. Monitor suhu tubuh setiap 2 jam.R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi).2. Berikan kompres hangat R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh.3. Kolaborasi pemberian antipirektikR/ Merangsang pusat pengatur panas di otak Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare).Tujuan: Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu.Kriteria hasil:a. Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjagab. Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benarIntervensi :1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur.R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman.2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya).R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces.3. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jamR/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi.1.2.3 Implementasi KeperawatanTahap awal tindakan keperawatan menuntut perawat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan: Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan,menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan, mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul,menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang konduktif sesuai dengan yang akan dilaksanankan mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dari potensial tindakan.1.2.4 EvaluasiEvaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannyasudah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.