bab i - copy

4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sampai saat ini penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia, terutama di negara tropis dan sedang berkembang, termasuk di Indonesia. Diperkirakan 51% kematian akibat penyakit infeksi di dunia disebabkan oleh tiga penyakit utama yang dikenal sebagai the big three, yaitu tuberkulosis, HIV/AIDS dan malaria. Walaupun termasuk salah satu dari the big three, malaria relatif kurang mendapat perhatian dibandingkan HIV/ AIDS dan tuberkulosis. Di seluruh dunia, setiap tahun lebih dari 500 juta penderita malaria dan lebih dari satu juta diantaranya meninggal dunia. Menurut WHO (World Health Organization) malaria menyebabkan 1,5-2,7 juta orang meninggal setiap tahun (Sipe dan Dale, 2003). Malaria juga adalah suatu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (Mosquito Borner Diseases). Penyakit infeksi ini banyak dijumpai di daerah tropis, disertai gejala-gejala seperti demam dengan fluktuasi suhu secara teratur, kurang darah, pembesaran limpa dan adanya pigmen dalam jaringan. Malaria diidentifikasi oleh parasit bersel satu dari kelas sporozoa, suku haemosporida, keluarga plasmodium. Di Indonesia sendiri malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Malaria di Indonesia juga telah mempengaruhi Human Development Index, merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian, gangguan kesehatan ibu dan anak, produktivitas angkatan kerja serta merugikan kegiatan pariwisata (Achmadi, 2005). Tercatat ada 6 juta kasus klinis dan 700 kematian setiap tahun (Laihad, 2000). Kasus malaria banyak dijumpai di luar Pulau Jawa dan Bali, terutama di daerah Indonesia bagian timur (Depkes, 2003). Sekitar 45% penduduk di Indonesia mempunyai risiko tertular malaria karena dari 576

Upload: reinaldy-basra

Post on 24-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

proposal

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangSampai saat ini penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia, terutama di negara tropis dan sedang berkembang, termasuk di Indonesia. Diperkirakan 51% kematian akibat penyakit infeksi di dunia disebabkan oleh tiga penyakit utama yang dikenal sebagai the big three, yaitu tuberkulosis, HIV/AIDS dan malaria. Walaupun termasuk salah satu dari the big three, malaria relatif kurang mendapat perhatian dibandingkan HIV/ AIDS dan tuberkulosis. Di seluruh dunia, setiap tahun lebih dari 500 juta penderita malaria dan lebih dari satu juta diantaranya meninggal dunia. Menurut WHO (World Health Organization) malaria menyebabkan 1,5-2,7 juta orang meninggal setiap tahun (Sipe dan Dale, 2003). Malaria juga adalah suatu penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (Mosquito Borner Diseases). Penyakit infeksi ini banyak dijumpai di daerah tropis, disertai gejala-gejala seperti demam dengan fluktuasi suhu secara teratur, kurang darah, pembesaran limpa dan adanya pigmen dalam jaringan. Malaria diidentifikasi oleh parasit bersel satu dari kelas sporozoa, suku haemosporida, keluarga plasmodium.

Di Indonesia sendiri malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Malaria di Indonesia juga telah mempengaruhi Human Development Index, merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian, gangguan kesehatan ibu dan anak, produktivitas angkatan kerja serta merugikan kegiatan pariwisata (Achmadi, 2005). Tercatat ada 6 juta kasus klinis dan 700 kematian setiap tahun (Laihad, 2000). Kasus malaria banyak dijumpai di luar Pulau Jawa dan Bali, terutama di daerah Indonesia bagian timur (Depkes, 2003). Sekitar 45% penduduk di Indonesia mempunyai risiko tertular malaria karena dari 576 kabupaten/kota, 424 (73,6%) di antaranya termasuk daerah endemis malaria. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001, penderita malaria di Indonesia sekitar 15 juta orang dengan kematian rata-rata 38 000 orang per tahun. (Supari : 2008)

Diperkirakan, pada lima tahun terakhir ini penduduk Indonesia yang tinggal di daerah beresiko malaria sebesar 49,6 %, yaitu Kabupaten endemis malaria sebesar 309 (70 %). Selain itu, pemanasan global turut memberikan dampak terhadap persebaran nyamuk. Kenaikan temperatur udara menyebabkan masa inkubasi vektor semakin pendek sehingga nyamuk dapat berkembang biak lebih cepat. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan nyamuk yang telah mencapai lima kali lipat jumlah populasi Indonesia (Bhayu, 2008).

Mengingat bahaya yang disebarkan dan bahaya yang ditimbulkan oleh nyamuk, perlu dilakukan penanganan terhadap nyamuk. Penurunan angka kesakitan malaria dapat dilakukan dengan pengendalian vektor. Salah satu metode pengendalian vektor adalah modifikasi atau manipulasi faktor lingkungan dengan penekanan pada upaya mencegah kontak antara manusia, vektor dan Plasmodium. Nyamuk tertarik pada benda dan pakaian berwarna gelap, manusia serta hewan. Hal ini disebabkan oleh rangsangan bau zat-zat yang dikeluarkan hewan, terutama CO2 dan beberapa asam amino. Saat ini ada kebutuhan yang mendesak terhadap perangkap yang mampu secara efektif memutus siklus hidup nyamuk dengan biaya murah, efektif dan ramah lingkungan. Oleh karena itu, peneliti akan mencoba untuk memanfaatkan limbah kulit telur yang diketahui dapat menghasilkan CO2 sebagai bahan pembuatan alat perangkap nyamuk alternatif.

1.2 Rumusan masalahBerdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu:1. Bagaimana efektifitas penggunaan perangkap nyamuk dengan umpan CO2 dari hasil reaksi senyawa kulit telur ?2. Bagaimana perbandingan tingkat keberhasilan penggunaan perangkap nyamuk di siang atau malam hari ?1.3 TujuanAdapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain:1. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan perangkap nyamuk dengan umpan CO2 dari hasil reaksi senyawa kulit telur.2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penggunaan perangkap nyamuk di siang atau malam hari

1.4 Luaran yang diharapkanAdapun luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah ditemukannya suatu alat perangkap nyamuk dengan biaya murah, efektif dan ramah lingkungan yang dapat digunakan dalam mengurangi prevalensi kejadian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (Mosquito Borner Diseases) di masa mendatang.

1.5 ManfaatAdapun manfaat dari penelitian ini antara lain:1. Bagi peneliti dan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai model perangkap nyamuk dengan biaya murah, efektif dan ramah lingkungan yang dapat digunakan dalam mengurangi prevalensi kejadian penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (Mosquito Borner Diseases) di masa mendatang.2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alat perangkap nyamuk dengan biaya murah, efektif dan ramah lingkungan.