bab hasil dan pembahasan uti
DESCRIPTION
sjhdfbjshdfTRANSCRIPT
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif dengan pendekatan studi potong
lintang pada wanita hamil 22-36 minggu yang mengalami ancaman persalinan
preterm di ruang gawat darurat atau di kamar bersalin Bagian Obstetri dan
Ginekologi RSMH Palembang. Penelitian ini bertujuan menentukan cut off panjang
serviks yang menggunakan USG transvaginal pada persalinan preterm yang telah
dilaksanakan dan dievaluasi sejak Februari sampai dengan Desember 2010. Jumlah
sampel yang memenuhi kriteria penerimaan dan ikut dalam penelitian ini sebanyak 80
subjek. Dari 80 subjek penelitian diperoleh 54 subjek (67,5%) yang berhasil menunda
terjadinya persalinan preterm dan 26 subjek (32,5%) yang mengalami persalinan
preterm (gagal). Secara lengkap dijelaskan sebagai berikut :
A. KARAKTERISTIK UMUM SUBJEK
1. Umur
Rerata umur subjek penelitian secara keseluruhan sebesar 27,08±5,77 tahun.
Distribusi umur terbesar pada kisaran umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 70
subjek (87,5%) yang terdiri dari kelompok berhasil sebanyak 47 subjek
penelitian (58,8%) dan pada kelompok gagal sebanyak 23 subjek penelitian
(28,7%). Distribusi umur subjek penelitian secara lengkap dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Distribusi umur subjek
Umur (tahun)
Status tokolitik TotalBerhasil Gagaln % n % n %
< 20 3 3,7 1 1,3 4 5,020-35 47 58,8 23 28,7 70 87,5> 35 4 5,0 2 2,5 6 7,5Jumlah 54 67,5 26 32,5 80 100,0
2. Pekerjaan
Pada tabel 4 terlihat bahwa sebagian besar subjek penelitian umumnya bekerja
sebagai ibu rumah tangga yakni 47 subjek (58,8%) yang terdiri dari 28 subjek
(35,0%) pada kelompok berhasil dan 19 subjek (23,8%) pada kelompok gagal
tokolitik. Pada kelompok pekerjaan pedagang hanya dimiliki kelompok berhasi
sebanyak 10 subjek (12,5%) sedangkan pegawai swasta terdapat 10 subjek
(12,5%) pada kelompok berhasil dan 3 subjek (3,7%) pada kelompok gagal.
Tabel 2. Distribusi subjek menurut pekerjaan
PekerjaanStatus tokolitik TotalBerhasil Gagal
n % n % n %Ibu rumah tangga 28 35,0 19 23,8 47 58,8
Buruh 6 7,5 4 5,0 10 12,5
Pedagang 10 12,5 0 0,0 10 12,5
Pegawai Swasta 10 12,5 3 3,7 13 15,2Jumlah 54 67,5 26 32,5 80 100,0
37
3. Pendidikan
Distribusi pendidikan subjek penelitian terbanyak terdapat pada tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Atas yaitu 49 subjek (61,3%), terdiri dari 34
subjek (42,5%) kelompok berhasil dan 15 subjek (18,8%) pada kelompok gagal.
Terbanyak kedua terdapat pada pendidikan Sekolah Menengah Pertama dimana
pada kelompok berhasil sebanyak 11 subjek (13,7%) dan kelompok gagal
sebanyak 4 subjek (5,0%). Distribusi pendidikan subjek penelitian secara
lengkap ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi subjek menurut tingkat pendidikan
PendidikanStatus tokolitik TotalBerhasil Gagal l
n % n % n %SD 9 11,3 7 8,7 16 20,0SMP 11 13,7 4 5,0 15 18,7SMA 34 42,5 15 18,8 49 61,3Jumlah 54 67,5 26 32,5 80 100,0
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Sebagian besar IMT subjek penelitian baik kelompok berhasil dan kelompok
gagal terdapat pada IMT 18,5-25 yaitu sebanyak 63 subjek (78,8%). Pada
kelompok berhasil sebanyak 43 subjek (53,8%) sedangkan pada kelompok
gagal sebanyak 20 subjek (25,0%). Sementara itu untuk kelompok IMT > 25
sebanyak 17 subjek (21,2%) yang terdiri dari 11 subjek penelitian (13,7%) pada
kelompok berhasil dan 6 subjek (7,5%) pada kelompok gagal. Distribusi Indeks
Massa Tubuh subjek penelitian secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.
38
Tabel 4. Distribusi Indeks Massa Tubuh subjek penelitian
Indeks Massa Tubuh
Status tokolitik TotalBerhasil Gagaln % n % n %
18,5-25 43 53,8 20 25,0 63 78,8> 25 11 13,7 6 7,5 17 21,2Jumlah 54 67,5 26 32,5 80 100,0
5. Paritas
Distribusi paritas terbesar terdapat pada paritas 0 yakni sebanyak 48 subjek
(60,0%) yang terdiri dari 34 subjek (42,5%) pada kelompok berhasil dan
kelompok gagal sebanyak 14 subjek (17,5%). Pada paritas 1 yakni 11 subjek
(13,8%) dimana pada kelompok berhasil sebanyak 5 subjek (6,3%) dan
kelompok gagal sebanyak 6 subjek (7,5%). Pada paritas 4, hanya dimiliki
kelompok berhasil yaitu sebanyak 3 subjek (3,8%). Distribusi paritas subjek
penelitian secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5 di bawah.
Tabel 5. Distribusi paritas subjek
ParitasStatus tokolitik TotalBerhasil Gagal
n % n % n %0 34 42,5 14 17,5 48 60,01 5 6,3 6 7,5 11 13,82 8 10,0 3 3,8 11 13,83 3 3,8 2 2,5 5 6,34 3 3,8 0 0,0 3 3,85 1 1,3 1 1,3 2 2,5Jumlah 54 67,5 26 32,5 80 100,0
39
B. KARAKTERISTIK KLINIS SUBJEK PENELITIAN
1. Riwayat abortus sebelumnya
Sebagian besar subjek penelitian tidak memiliki riwayat abortus. Riwayat
abortus hanya dialami 3 subjek (3,8%)pada masing-masing kelompok berhasil
dan gagal. Distribusi riwayat abortus sebelumnya secara lengkap ditampilkan
pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi subjek menurut tingkat pendidikan
Riwayat abortus
Status tokolitik TotalBerhasil Gagal ln % n % n %
Ada 3 3,8 3 3,8 6 7,5Tidak ada 51 63,7 23 28,7 74 92,5Jumlah 54 67,5 26 32,5 80 100,0
2. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
Riwayat persalinan preterm sebelumnya tidak dimiliki oleh subjek penelitian
baik pada kelompok berhasil tokolitik maupun pada kelompok gagal tokolitik.
C. PANJANG SERVIKS PADA PERSALINAN PRETERM YANG BERHASIL
DAN GAGAL TERHADAP PEMBERIAN TOKOLITIK
Berdasarkan pemeriksaan USG transvaginal pada serviks didapatkan, panjang
serviks kelompok berhasil lebih panjang dibandingkan dengan kelompok gagal.
Rerata panjang serviks pada kelompok berhasil adalah 3,92 ± 0,76 cm sedangkan
pada kelompok gagal adalah 2,81 0,31. Secara statistik terdapat perbedaan
40
bermakna panjang serviks antara kedua kelompok tersebut (p= 0,001). Rerata
panjang serviks kedua kelompok penelitian secara lengkap dapat dilihat pada
tabel 7
Tabel 7. Panjang serviks pada kelompok berhasil dan gagal terhadap pemberian tokolitik
Variabel Berhasil (rerata ± SB);n=54
Gagal (rerata ± SB);n=26 p
Panjang serviks (cm) 3,92±0,76 2,810,31 0,001Rentang (cm) 2,60 - 5,50 2,50 – 3,60
Uji t; SB = simpangan baku
D. CUT OFF POINT PANJANG SERVIKS BERDASARKAN PERSALINAN
PRETERM
Penentuan cut off point panjang servik berdasarkan persalinan preterm
menggunakan kurva ROC. Didapatkan cut off point panjang serviks dengan
keberhasilan tokolitik sebesar 2,65 cm dengan sensitivitas sebesar 94,4% dan
spesifisitas sebesar 65,4%. Kurva ROC dan cut off point panjang serviks
berdasarkan keberhasilan tokolitik secara jelas dipelihatkan pada gambar 1 dan 2.
41
Coordinates of the Curve
Test Result Variable(s): Serviks
1,5000 1,000 1,0002,5500 1,000 ,6922,6500 ,944 ,6542,7500 ,907 ,5002,8500 ,907 ,3462,9500 ,870 ,2693,0500 ,852 ,1923,1500 ,796 ,1923,2500 ,722 ,1153,3500 ,685 ,0773,4500 ,630 ,0383,5500 ,556 ,0383,6500 ,500 ,0003,7500 ,463 ,0003,9000 ,426 ,0004,0500 ,370 ,0004,1500 ,333 ,0004,2500 ,315 ,0004,4500 ,296 ,0004,7500 ,278 ,0004,9500 ,259 ,0005,1000 ,204 ,0005,2500 ,074 ,0005,3500 ,056 ,0005,4500 ,019 ,0006,5000 ,000 ,000
Positive ifGreater Thanor Equal Toa Sensitivity 1 - Specificity
The test result variable(s): Serviks has at least one tiebetween the positive actual state group and the negativeactual state group.
The smallest cutoff value is the minimumobserved test value minus 1, and the largest cutoffvalue is the maximum observed test value plus 1.All the other cutoff values are the averages of twoconsecutive ordered observed test values.
a.
42
Gambar 1. Kurva ROC dengan keberhasilan tokolitik
Gambar 2. Cut of point panjang serviks dengan ROC
Nilai penentu (cut off point) panjang serviks dalam menentukan
keberhasilan pemberian tokolitik pada persalinan preterm adalah 2,65 cm.
Terdapat 69 subjek yang panjang serviks-nya lebih dari 2,65 cm dan 11 subjek
kurang dari atau sama dengan 2,65 cm. Berdasarkan nilai penentu panjang serviks
2,5 cm, didapatkan 52 subjek (75,4%) berhasil menunda persalinan preterm
dengan panjang serviks > 2,65 cm, sementara itu 17 subjek (24,6%) gagal
tokolitik. Pada panjang serviks ≤ 2,65 cm, didapatkan 2 subjek (18,2%) berhasil
tokolitik dan 9 subjek (81,8%) gagal tokolitik.
Berdasarkan uji statistik Fishers didapatkan hubungan yang bermakna antara
panjang serviks subjek penelitian dengan kejadian persalinan preterm (p=0,001)
dengan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 13,76. Nilai penentu (cut off point)
panjang serviks dalam menentukan keberhasilan pemberian tokolitik pada
persalinan preterm secara lengkap ditampilkan pada tabel 8.
Tabel 8. Nilai penentu (cut off point) panjang serviks dalam menentukan keberhasilan pemberian tokolitik pada persalinan preterm
Cut off Point
Panjang serviks (cm)
Status tokolitik JumlahSSV(%)
SPF(%)
NRP(%)
NRN(%) p OR
berhasil Gagal
n % n % n %
> 2,65 52 75,4 17 24,6 69 100,0 94,4 65,4 75,4 81,8 0,001 13,76 ≤ 2,65 2 18,2 9 81,8 11 100,0
SSV=Sensitivitas, SPF=Spesifitas, NRP=Nilai ramal positif, NRN=Nilai ramal negatif.
43
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian ini diikuti 80 subjek dengan 54 subjek (67,5%) yang berhasil
menunda terjadinya persalinan preterm dan 26 subjek (32,5%) yang mengalami
persalinan preterm (gagal). Rerata umur subjek penelitian secara keseluruhan sebesar
27,08 ± 5,77 tahun dengan distribusi umur terbesar pada kisaran umur 20-35 tahun
(87,5%). Sebagian besar subjek penelitian umumnya bekerja sebagai ibu rumah
tangga (58,8%) dengan pendidikan subjek penelitian terbanyak terdapat pada tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Atas (61,3%). Sebagian besar IMT subjek penelitian
baik kelompok berhasil dan kelompok gagal terdapat pada IMT 18,5-25 (78,8%)
dengan distribusi paritas terbesar terdapat pada paritas 0 (60,0%).
Karakteristik umum subjek penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
karakteristik subjek pada penelitian yang dilakukan Rozenberg P dkk, dilaporkan
rerata umur persalinan preterm sebesar 28,2±5,5 tahun dengan paritas terbanyak
adalah nullipara (40,8%).38
Riwayat persalinan preterm sebelumnya tidak dimiliki oleh subjek penelitian
baik pada kelompok berhasil tokolitik maupun pada kelompok gagal tokolitik. Dari
kepustakaan yang ada sebelumnya dikatakan bahwa riwayat persalinan preterm
merupakan penanda risiko terjadinya persalinan preterm yang sangat kuat.
Diperkirakan bahwa insiden persalinan preterm dengan riwayat satu persalinan
preterm sebelumnya mencapai 14,3% dan mencapai 28% dengan adanya dua riwayat
44
persalinan preterm.39 Hal ini juga dilaporkan oleh Guzman ER dkk bahwa adanya
riwayat persalinan preterm pada usia 24-37 minggu dan adanya riwayat keluarnya
hasil konsepsi pada trimester kedua kehamilan merupakan dua faktor risiko utama
terjadinya persalinan preterm.40
Panjang serviks merupakan suatu indikator risiko terjadinya persalinan preterm.
Pemendekan serviks dapat terjadi secara biologis dan dapat pula menjadi pendek
karena hasil dari beberapa proses yang terjadi sebelum atau selama kehamilan.5 Salah
satu penunjunag pemeriksaan panjang serviks adalah USG transvaginal yang
memiliki resolusi image yang lebih tajam daripada USG abdominal karena kualitas
gambar. Pemeriksaan USG transvaginal merupakan suatu metode pemeriksaan yang
aman untuk mengukur panjang serviks secara objektif dibandingkan dengan
pemeriksaan digital atau ultrasonografi transabdominal atau ultrasonografi
transperineal.9,10,12
Hasil pemeriksaan USG transvaginal didapatkan panjang serviks kelompok
berhasil lebih panjang dibandingkan dengan kelompok gagal (3,92 ± 0,76cm vs 2,81
0,31cm) dan terdapat perbedaan bermakna (p= 0,001). Nilai penentu (cut off point)
panjang serviks dengan keberhasilan tokolitik sebesar 2,65 cm yang memberikan
sensitivitas sebesar 94,4% dan spesifisitas sebesar 65,4%. Terdapat hubungan yang
bermakna antara panjang serviks subjek penelitian dengan kejadian persalinan
preterm (p=0,001) dengan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 13,76. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu hamil dengan ancaman preterm yang memiliki panjang
serviks lebih dari 2,65 cm akan berhasil menunda persalinan dengan tokolitik sebesar
45
13,76 kali dibandingkan ibu hamil dengan ancaman preterm yang memiliki panjang
serviks kurang dari atau sama dengan 2,65 cm.
Hasil penelitian kami ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gomez dkk
bahwa dilaporkan adanya hubungan yang bermakna antara panjang serviks yang
diperoleh dari pemeriksaan USG transvaginal terhadap terjadinya kelahiran preterm.
Begitu pula yang dilaporkan Berghella dkk dalam menilai panjang serviks dan ostium
uteri internum.11 Pada penelitian yang dilakukan Iams dkk didapatkan nilai penentu
keberhasilan menunda persalinan berdasarkan panjang serviks pada perempuan hamil
ancaman preterm adalah 2,5cm. Didapatkan hubungan terbalik antara panjang servik
dengan risiko kelahiran preterm. Iam dkk menyebutkan bahwa wanita dengan
panjang serviks ≥ 2,5 cm dapat mempertahankan kehamilannya hingga usia
kehamilan 37 minggu.41
Rozenberg dkk melaporkan didapatkan nilai panjang serviks > 2,6 cm
memberikan keberhasilan penundaan kelahiran dengan sensitivitas sebesar 75% dan
spesivisitas sebesar 73%. Carey AJ dan van de Hoff dkk melaporkan bahwa Panjang
serviks yang kurang atau sama dengan 30 mm atau dilatasi serviks 70% hingga 100%
diperkirakan akan mengalami persalinan preterm.9,10
Dari nilai cut off point > 2,6 cm didapatkan 52 subjek (75,4%) berhasil
menunda persalinan preterm dan pada panjang serviks ≤ 2,65 cm, didapatkan 2
subjek (18,2%) berhasil menunda persalinan preterm. Keberhasilan ini juga tidak
lepas dari peran serta jenis tokolitik magnesium sulfat yang diberikan, seperti yang
dijelaskan pada penelitian Steer dkk bahwa sebanyak 77% pasien dengan ancaman
46
persalinan preterm berhasil mempertahankan kehamilannya selama 24 jam dengan
obat tokolitik magnesium Sulfat.42 Yaseer dkk juga mengemukakan keberhasilan
penundaan persalinan preterm sebanyak 93% dengan menggunakan magnesium
sulfat.43 Tetapi pada sebuah penelitian RCT dikatakan bahwa tidak ada satupun agen
tokolitik yang lebih superior dalam menunda persalinan preterm.44
BAB VI
47
IKHTISAR, KESIMPULAN DAN SARAN
A. IKHTISAR
1. Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif dengan pendekatan studi
potong lintang pada wanita hamil 22-36 minggu yang mengalami ancaman
persalinan preterm. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria penerimaan dan
ikut dalam penelitian ini sebanyak 80 subjek. Dari 80 subjek penelitian
diperoleh 54 subjek (67,5%) yang berhasil menunda terjadinya persalinan
preterm dan 26 subjek (32,5%) yang mengalami persalinan preterm (gagal).
2. Rerata umur subjek penelitian secara keseluruhan sebesar 27,08 ± 5,77
tahun. Sebagian besar subjek penelitian umumnya bekerja sebagai ibu rumah
tangga yakni 47 subjek (58,8%) yang terdiri dari 28 subjek (35,0%) pada
kelompok berhasil dan 19 subjek (23,8%) pada kelompok gagal tokolitik.
3. Distribusi pendidikan terbanyak terdapat pada tingkat pendidikan Sekolah
Menengah Atas yaitu 49 subjek (61,3%), terdiri dari 34 subjek (42,5%)
kelompok berhasil dan 15 subjek (18,8%) pada kelompok gagal.
4. Sebagian besar IMT subjek penelitian baik kelompok berhasil dan
kelompok gagal terdapat pada IMT 18,5-25 yaitu sebanyak 63 subjek
(78,8%). Pada kelompok berhasil sebanyak 43 subjek (53,8%) sedangkan
pada kelompok gagal sebanyak 20 subjek (25,0%).
48
5. Distribusi paritas terbesar terdapat pada paritas 0 yakni sebanyak 48 subjek
(60,0%) yang terdiri dari 34 subjek (42,5%) pada kelompok berhasil dan
kelompok gagal sebanyak 14 subjek (17,5%).
6. Sebagian besar subjek penelitian tidak memiliki riwayat abortus. Riwayat
abortus hanya dialami 3 subjek (3,8%) pada masing-masing kelompok
berhasil dan gagal. Riwayat persalinan preterm sebelumnya tidak dimiliki
oleh subjek penelitian baik pada kelompok berhasil tokolitik maupun pada
kelompok gagal tokolitik.
7. Rerata panjang serviks pada kelompok berhasil adalah 3,92 ± 0,76 cm
sedangkan pada kelompok gagal adalah 2,81 0,31. Secara statistik terdapat
perbedaan bermakna panjang serviks antara kedua kelompok tersebut (p =
0,001).
8. Didapatkan cut off point panjang serviks dengan keberhasilan tokolitik
sebesar 2,65 cm dengan sensitivitas sebesar 94,4% dan spesifisitas sebesar
65,4%.
9. Didapatkan 52 subjek (75,4%) berhasil menunda persalinan preterm dengan
panjang serviks > 2,65 cm, sementara itu 17 subjek (24,6%) gagal tokolitik.
Pada panjang serviks ≤ 2,65 cm, didapatkan 2 subjek (18,2%) berhasil
tokolitik dan 9 subjek (81,8%) gagal tokolitik.
49
B. KESIMPULAN
1. Rerata panjang serviks pada kelompok berhasil tokolitik adalah 3,92 ± 0,76
cm dan kelompok gagal tokolitik adalah 2,81 ± 0,31 dan Terdapat
perbedaan bermakna panjang serviks.
2. Nilai penentu keberhasilan penundaan kelahiran pada perempuan ancaman
preterm berdasarkan panjang serviks sebesar lebih dari 2,6 cm dengan
sensitivitas sebesar 94,4% dan spesifisitas sebesar 65,4%.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara panjang serviks dengan kejadian
persalinan preterm.
C. SARAN
Dengan mengetahui adanya hubungan bermakna antara panjang serviks dengan
kejadian persalinan preterm, maka panjang serviks 2,6 cm dapat dijadikan sebagai
prediktor dalam memprediksi kejadian persalinan preterm dengan menggunakan
USG transvaginal.
.
50