bab imisterhusni.com/wp-content/uploads/2019/08/modul... · dengan kata lain, realisasi perintah...
TRANSCRIPT
BAB I
MENUMBUHKAN MOTIVASI MENULIS
Bab 1 akan mengupas hal paling mendasar dalam dunia penulisan yakni menumbuhkan
motivasi menulis. Menumbuhkan motivasi menulis sengaja di tempatkan pada bagian
paling awal karena peranannya sangat vital dalam keberlanjutan menulis seseorang.
Seseorang akan dapat dan terus menulis jika dia memiliki motivasi (ruh) dalam
menulis. Tanpa sebuah motivasi, seseorang bahkan dapat dipastikan tidak akan dapat
menulis apa lagi terus menulis. Bab ini akan diawali dengan menelusuri “Perintah
Menulis”, lalu yakinlah bahwa semua orang punya bakat menulis. Bab ini akan di
akhiri dengan kiat bagaimana menjadi penulis produktif dan menjadi kaya dengan
menulis.
Perintah Menulis
Allah mengajarkan manusia untuk membaca dan menulis. Perintah ini secara
eksplisit dapat di simak dalam Q.S. 96:1-5 sebagai berikut:
Perintah membaca ini tidak hanya ditunjukan kepada pribadi Nabi Muhammad
SAW semata-mata, tetapi juga untuk umat manusia sepanjang sejarah kemanusiaan.
Dengan kata lain, realisasi perintah tersebut merupakan kunci pembuka jalan
kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. ‘”Siapa saja yang ingin mengingikan sukses
di dunia, maka raihlah dengan ilmu. Siapa saja yang menginginkan sukses di akhirat,
maka raihlah dengan ilmu.dan siapa saja yang menginginkan sukses di dunia dan di
akhirat,maka raihlah keduanya dengan ilmu,” Demikian sabda rasulullah SAW.
Singkatnya, membaca dan menulis ibarat dua sisi mata uang. Satu dan lainnya
saling menunjang peran dan fungsi masing-masing. Jika ada pendapat orang yang
menyatakan bahwa membaca dan menulis membuang-buang waktu, hal itu merupakan
kekeliruan yang sangat besar. Membaca dan menulis adalah pekerjaan besar bagi orang-
orang berperadaban.
Pernyataan dari Gordon Smith, politikus inggris abad ke-18, menarik untuk disimak
(Romli, 2009):
“Membaca tanpa menulis, ibarat memiiki harta dibiarkan menumpuk tanpa
dimanfaatkan. Menulis tanpa membaca, ibarat mengeduk air dari sumber
kering. Tidak membaca dan juga tidak menulis, ibarat perang takberharta jatuh
kedalam sumur penuh air.”
Kesimpulannya, perintah membaca dan menulis dengan pena ini merupakan
perintah yang paling berharga yang diberikan kepada umat manusia sebab membaca
merupakan jalan yang akan mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaan yang
sempurna.
Semua Orang Punya Bakat Menulis
Bagi seorang pemula, memulai untuk menulis merupakan hal yang sulit. Namun,
kalau menulis surat atau chatting dengan pacar, suami,istri, atau sahabat, mengapa bisa
kita lakukan dengan lancar bahkan hasilnya bisa sampai berlembar-lembar? Artinya
sebenarnya semua orang memiliki bakat menulis, hanya perlu berlatih dan
meningkatkan keterampilan menulis untuk berbagai kebutuhan.
Kegiatan menulis ibarat menciptakan suatu kebiasaan baru. Bagi anda tidak biasa
merokok, apabila anda tiap hari menghisap satu batang rokok, dapat dipastikan dalam
tempo satu bulan anda sudah menjadi perokok.
Demikian juga menulis. Orang jawa bilang, “Witing bisa jalaran saka kulina.”
Artinya Anda aka bisa menulis apabila Anda sudah membiasakan diri (atau
memaksakan diri bagi pemula) untuk menulis. Disinilah letak pentingnya
menumbuhkan motivasi menulis yang tinggi.
Ada beberapa hal yang dapat memupuk motivas dalam menulis (Solihin, 2007):
Pertama, memosisikan bahwa menulis merupakan bagian dari ibadah. Dengan
memosisikan kegiatan menulis sebagai ibadah, ketika kegiatan menulis tersebut tidak
dijalankan, sama artinya tidak beribadah kepada Tuhan. Kedua, menulis adalah bagian
dari perjuangan. Perjuangan tidak selalu identik dengan mengangkat senjata. Menyadari
kegiatan menulis sebagai bagian dari oerjuangan akan memberikan tenaga tambahan
bagi Anda untuk menulis dan tetap menulis.
Menjadi Penulis Produktif
Di dalam otak kita belum terbentuk “sistem menulis”. Otak kita belum menjadi
writing oriented. Oleh karena itulah, kita harus melatih otak kita menjadi writing
oriented agar di dalamnya terbentuk sebuah “sistem menulis”. Cara yang dianjurkan
adalah: pertama, jadikan kegiatan menulis sebagai pilihan hidup, bukan hobi semata
yang dikerjakan hanya ketika ada mood, atau hanya ketika ada sisa waktu.
Dengan kata lain, jadikanlah kegiatan menulis menjadi bagian dari gaya hidup
Anda. Kedua, menumbuhkan kebiasaan menulis. Menurut Setiaji (2008a), kebiasaan
menulis bisa ditumbuhkan dengan cara:
• Pertama, membaca. Dengan semakin sering membaca juga dapat semakin
meningkatkan pengetahuan, menemukan inspirasi/ide menulis dan rasa
percaya diri untuk menulis.
• Kedua, berdiskusi dengan teman atau oang lain untuk mendapatkan masukan
atau kritik sehingga semakin terasah pula kemampuan berpikir dan
kesanggupan untuk memahami pendapat lain.
• Ketiga, mengikuti seminar, talk show atau workshop untuk menambah
wawasan menulis kita,
• keempat, mengamati peristiwa kejadian dan peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan kita setiap harinya. Dengan sedikit fokus, konsentrasi, dan
merenung, semua yang kita alami atau lihat sendiri dapat didokumentasikan
dalam bentuk tulisan dengan cara yang pasti lebih mudah.
Keinginan yang kuat untuk menulis membutuhkan motivasi yang tinggi untuk
menulis (Wardhana dan Ardianto 2007). Motivasi dari dalam diri tersebut harus
dibangkitkan. Membangkitkan motivasi diri akan menjadi mudah apabila bisa dikaitkan
dengan kehidupan spiritual seseorang. Pertama, agama menngajarkan bahwa ilmu
pengetahuan yang bermanfaat harus disebarkan kepada orang lain karena hal tersebut
merupakan sebuah ibadah. Ilmu yang anda sebarkan kepada orang lain tersebut akan
menjadikan prang lain menjadi pandai sehingga anda akan mendapat pahala. Kedua,
menyembunyikan ilmu dengan tidak mengsjarkannya apalagi disertai dengan niat untuk
merahasiakannya adalah dosa. Sudah tentu kitatidak ingin menjadi orang malas menulis
sehingga ilmu yang kita punya tidak bermanfaat bagi orang lain. Ketiga, menyebarkan
ilmu yang bermanfaat dapat menjadi perwujudan rasa syukur atas ilmu yang telah
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengan bersyukur maka Tuhan akan menambah
nikmat bagi orang yang mau bersyukur tersebut.
Bagi seseorang, untuk memulai menulis tentunya akan mengalami beberapa
hambatan. Hambatan yang dialami tiap orang untuk memulai menulis tersebut berbeda-
beda. Menurut Wardhana dan Ardianto (2007), ada dua penyebab utama yang menjadi
fakor penghambatan kegiatan menulis. Perama, faktor internal, yaitu faktor penghambat
yang berasal dari dalam diri sendiri. Kedua, faktor eksternal, yaitu faktor penghambat
yang berasal dari luar pribadi tiap-tiap individu.
Faktor internal yang pertama adalah seorang individu tersebut belum memiliki
kebiasaan membaca buku. Kebiasaan membaca akan berdampak pada kemajuan suatu
bangsa. Kebiasaan membaca buku seharusnya dimulai sejak usia dini, atau paling tidak
sejak duduk dibangku SMA. Kegiatan membaca buku mempunyai hubungan yang erat
dengan kemampuan menulis karya ilmiah.
Faktor ekaternal yang menghambat seseorang untuk menulis adalah: pertama,
sulitnya mendapat bahan acuan dan refrensi untuk menulis. Alasan ini tidak selalu benar
karena buku acuan dapat ditemukan diperpustakaan-perpustakaan di setiap Universitas
atau perpustakaan umum. Apalagi saat ini jaringan internet rata-rata sudah banyak
menjangkau tiap-tiap kota sehingga hal tersebut akan memudahkan untuk mencari
bahan refrensi untuk menulis. Semuanya ini kembali kepada kemauan yang kuat dari
masing-masing individu untuk mencari bahan acuan yang diperlukan.
Kedua, sulit mencari topik ataupun tema untuk bahan tulisan. Orang yang sulit
mendapakan tema biasanya adalah orang yang malas dan belum ada kemauan untuk
membaca. Kebiasaan membaca sangat penting artinya bagi kemudahan atau
menentukan topik atau tema bahan tulisan karena pada umumnya orang yang banyak
membaca akan lebih banayak memiliki gagasan yag dapat dituangkan menjadi suatu
tema penulisan.
Ketiga, kesulitan dalam menyusun kalimat baku. Membuat kalimat baku atau
kalimat efektif memiliki arti yang sangat penting karena dengan kalimat efektif,
penyampaian suatu gagasan atau opini secara tetulis akan lebih mudah dipahami.
Kalimat efektif cukup kalimat tunggal bukan kalimat kompleks. Upayakan satu kalimat
maksimum terdiri atas tujuh belas kata agar efektif.
BAB II
MENGELOLA WAKTU ANDA UNTUK MENULIS
Bab ini secara gamblang akan menunjukkan cara-cara konkret mengelola waktu
sehingga dengan waktu yang tersedia, kita dapat melakukan berbagai hal, termasuk
menulis. Salah satu rahasia orang sukses adalah kemampuan mereka dalam mengelola
waktu. Orang sukses adalah orang yang disiplin dan cerdas dalam mengelola waktu.
Tujuan Kehadiran Waktu
Proses mengingat berkaitan dengan mas lampau menuntut introspeksi dan
kesadaran menyangkut semua hal yang telah terjadi sehingga mengantarkan manusia
untuk melakukan perbaikan dan peningkatan. Sementara itu, bersyukur dalam definisi
agama, adalah “menggunakan segala potensi yang dianugerahkan Tuhan sesuai dengan
tujuan penganugrahannya,” dan ini menuntut upaya dan kerja keras.
Mengisi Waktu
• Menghargai Waktu
Pada bagian sebelumnya telah kita bahas beberapa hal terkait engan waktu dan
mengertilah kita betapa beruntungnya apabila kita telah dapat menghargai waktu.
Menghargai waktu merupakan kuci rahasia keberhasilan orang-orang yang telah sukses.
Orang-orang sukses berhasil bukan karena faktor hoki atau keberuntungan. Memang
faktor hoki atau keberuntungan tidak bisa dilupakan begitu saja. “There is no such a
thing as a free lunch as afree lunch.” Ungkapan itu mungkin ditunjukan kepada orang-
orang sukses. Tidak ada yang gratis didunia ini. Orang-orang sukses telah membayar
keberhasilan mereka dengan menghargai waktu mereka. Mereka pintar dan disiplin
dalam mengelola waktu.
Jika kita telah sadar begitu penting dan bisa urgentnya menghargai waktu, lantas
pertanyaan berikutnya bagaimana cara kita menghargai waktu? Menghargai waktu
dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengisi waktu yang kita miliki
dengan kegiatan-kegiatan positif, yakini kegiatan-kegiatan yang tidak hanya bermanfaat
bagi diri kita, tetapi juga terhadap orang lain.
Iman dari segi bahasa bisa diartikan dengan pembenaran. Peringkat iman dn
kekuatannya berbeda-beda antara seseorang dengan lainnya, bahkan dapat berbeda
antara satu saat dengan saat lainnya pada diri seseorang. Upaya untuk
mempertahannkan dan meningkatkan iman merupakan hal yang amat ditekankan karena
iman inilah yang amat berpengaruh pada hal diterima atau tidaknya suatu amal oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
• Kerja Keras, Kerja Cerdas, dan Kerja Ikhlas
Tidak dapat dipungkiri bahwa ketika kita menginginkan sesuatu, kita cenderung
berharap dengan doa ketimbangdengan jerih payah atau kerja kita sendiri. Yang benar
adalah adanya keseimbangan anatara doa dengan jerih payah atau kerja kita. Suatu doa
terkabul melalui sebab-sebab tertentu dan sebab-sebab tertentu itulah adalah wilayah
kerja atau usaha kita.
Doa tanpa usaha akan menumbuhkan rasa pesimis atau mustahil terkabulnya,
sementara kerja tanpa doa akan menjadi keragu-raguan, tidak pasti bahkan cenderung
bergantung pada keberuntungan. Ada tiga macampekerjaan yang bisa menunjang
terkabulnya doa (Suyadi, 2008): kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.
• Pertama, kerja keras adalah kerjanya anggota fisik atau badan. Orang
jawa menyebutnya peras keringat baning tulang. Kita bekerja untuk
mencapai keinginan kita, sedangkan Allah bekerja untuk memenuhi
keinginan kita. Pekerjaan Allah inilah yang disebut dengan mengabulkan
doa.
• Kedua, kerja cerdas adalah bekerja dengan menggunakan akal dan
biasanya pekerjaan ini didominasi oleh kaum intelektual dan
cendekiawan atau ilmuan. Meskipun kerja cerdas juga bisa dilakukan
oleh orang pada umumnya terutama dalam hal mengatur straregi bekerja.
Jadi, kerja keras harus diimbangi dengan kerja cerdas, yakni harus tahu
bagaimana suatu pekerjaan membuahkan hasil yang maksimal dalam
waktu yang relatif efektif. Demikian juga sebaliknya kerja cerdas
memerlukan kerja keras.
• Ketiga, kerja ikhlas adalah kerja hati. Mereka yang berkarakter kerja
keras dan kerja cerdas belum tentu mampu bekerja secara ikhlas. Ikhlas
adalah perbuatan yang dilakukan tanpa mengharapkan imbalan. Suatu
pekerjaan dikatakan ikhlas jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
penuh strategi cerdas lainnya. Pekerjaan yang dilakukan dengan santai-
santai atau semaunya saja sama artinya dengan tidak mempunyai niat
kerja keras. Jika niat saja tidak punya, kerja ikhlas sudah pasti tidak
dapat dilakukan. Orang yang telah bekerja keras, cerdas, dan ihlas tidak
akan merasa rugi atau menyesal ketika mengalami kegagalan. Bahkan
orang yang telah mencapai keikhlasan dalam bekerja tidak akan pernah
putus asa, meskipun ditempa dengan berbagai kesulitan, rintangan dan
kegagalan.
Mengatur Waktu Menulis
• Waktu Luang
Coba renungkan menurut hati nurani anda yang terdalam. Sudah sesuaikah hasil
yang anda peroleh dengan pencapaian hail yang anda cita-citakan? Jika jawabannya
belum, saya berani jamin bahwa anda masih biasa menghabiskan waktu untuk hal-hal
yang kurang bermakna dan bermanfaat. Mungkin dua contoh ekstrem yang penulis
saksikan langsung dalam kehidupan sehari-harinya bisa membantu kita memahami dan
menyadari lebih jauh tentang makna tidak adanya waktu luang. Dua contoh ekstrem ini
adalah tentang kebiasaan dua karakter berbeda dalam menghabiskan 24 jamnya. Inilah
satu karakter ekstrem yang penulis jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tidak
menutup kemungkinan bahwa anda pun pernah atau barangkali sering menjumpai tipe
ekstrem ini. Tipe ekstrem lainnya adalah tipe pekerja keras. Mereka yang masuk dalam
kategori ini umum memang benar-benar padat dengan berbagai kegiatan penting.
• Komitmen Menulis
Mengetahui seberapa pentingnya menulis merupakan necessary condition (syarat
perlu) yang harus dilalui sebelum memutuskan judul tulisan yang akan anda buat. Telah
terpenuhinya syarat perlu dan syarat cukup saja tidak cukup. Ada beberapa hal yang
harus dilakukan agar keterampilan, karakter, dan produktivitas menulis meningkat
(Rahmawan, 2009; Jonru, 2009), yaitu:
• Pertama, sediakan waktu khusus untuk menulis menjadi syarat utama
dapat-tidaknya Anda menghasilkan sebuah karya tulis. Demikian
pentingnya, jika perlu, Anda kurangi satu jam anda untuk menulis ketika
kegiatan-kegiatan lainnya tidak dapat diubah. Kalau Anda menganggap
bahwa kegiatan menullis itu penting, Anda harus punya komitmen untuk
menyediakan waktu khusus bagi kegiatan menulis.
• Kedua, disiplin dalam mengelola waktu. Mengetahui pentingnya menulis
dan menyediakan waktu khusus untuk menulis serta telah ditetapkannya
program-program tidak akan ada artinya lagi jika tidak disiplin
melaksanakannya. Kegiatan apapun harus ditinggalkan ketika
pelaksanaannya berbarengan dengan rencana program yang telah kita
tetapkan sebelumnya. “Tiada prestasi tanpa disiplin.” Siapa lagi yang
dapat memaksa kita untuk sukses, selain diri kita sendiri?
• Ketiga, menghargai waktu dan tidak menunda-menunda. Selesaikanlah
pekerjaan tepat pada waktunya. Menunda menyelesaikan pekerjaan
karena berfikir masih ada hari esok hanya akan menambah masalah.
Adanya hari esok akan diiringi oleh adanya hari esok berikutnya.
Berhentilah berpikir demikian. Mulailah menerapkan kebiasaan: Jangan
tunda sampai besok apa yang bisa anda selesaikan hari ini.
• Keempat, kenali aktivitas harian. Buatlah jadwal kegiatan harian anda.
Pembuatan jadwal kegiatan harian tersebut memungkinkan kita
mengetahui waktu sibuk dan kosong. Banyak orang tidak menyadari
bahwa ada begitu banyak waktu luang yang sebenarnya dimiliki hanya
karena tidak melakukan langkah sepele ini.
• Kelima, mengerti prioritas. Qardhawi (2009) mengungkapkan urutan
amal yang terpenting diantara yang penting: sangat penting dan sangat
mendesak, tidak penting dan sangat mendesak, sanagta penting dan tidak
mendesak, tidak penting dan tidak mendesak. Sangat penting dan sangat
mendesak ditempatkan pada urutan pertama sehingga yang pertama
dikerjakan. Sementara itu, tidak penting dan tidak mendesak ditempatkan
pada urutan terkhir dan hanya dikerjakan ketika pekerjaa-pekerjaan
lainnya telah selesai dokerjakan.
• Keenam, gunakan waktu perjalanan. Tanpa kita sadari banyak waktu
yang dapat kita manfaaatkan ketika dalam perjalanan. Terlebih lagi bagi
Anda yang punya segudang kegiatan diluar kota. Gunakanlah waktu
untuk menulis saat berada dimobil ditengah kemacetan kota atau ketika
dalam perjalanan naik pesawat minimal satu jam.
• Ketujuh, berani tegas untuk berkata tanda “Tidak” untuk kegiatan-
kegiatan yang bertentangan dengan pemanfaatan waktu secara baik.
Hindari kegiatan-kegiata yang tidak perlu. Seperti bergosip,
membicarakan hal-hal yang tidak jelas arahnya, dan lain sebagainya.
• Kedelapan, tanamkan tekat untuk menjadi penuls sukses. Caranya adalah
mengubah mind set (pola pikir).
Delapan tips penting diatas akan sangat membantu meningkatkan keterampilan,
kualitas dan produktifitas kita dalam menghasilkan karya-karya tulisan, salah satu pihak
yang benar-benar telah merasakan manfaat tersebut adalah kita sendiri. Hal yang perlu
kita sadari juga bahwa menulis merupakan suatu keterampilan. Semakin sering menulis,
maka biasanya semakin cepat kita menyelesaikan suatu tulisan.
BAB III
JENIS TULISAN
Hasil kegiatan menulis adalah suatu tulisan atau karya tulis. Tulisan terdirri dari
bentuk dan isi. Bentuk adalah paparan, uraian, penyampaian gagasan melalui susunan
kata dan kalimat. Isi adalah gagasan, pendapat, keinginan, usul, saran, yang kita
kemukakan lewat tulisan tadi. Dilihat dari bentuk dan isinya, tulisan terdiri atas dua
jenis (Romli, 2008), yakni:
• Pertama, fiksi (fiction), yaitu tulisan berdasarkan imajinasi, khayalan, namun
tetap berpijak kepada gagasan nyata. Tulisin fiksi disampaikan dalam rangkaian
kata dan kalimat yang penuh “bunga” gaya bahasa, metafora, personifikasi,
hiperbola, bombatisme, dan sebagainya yang dikategorikan bahasa “sastra”.
• Kedua, nonfiksi (non-fiction), yaitu tulisan berdasarkan data dan fakta. Tulisan
disampaikan dalam bahasa lugas, tidak menggunakan gaya bahasa sastra,
walaupun mungkin ada sebagian yang menampilkan kesan “sastra”, terutama
pada tulisan berbentuk esai. Tulisan yang termasuk tulisan nonfiksi adalah
reportase, esai, artikel opini, kolom.
Bab ini akan memfokuskan pada tulisan nonfiksi, terutama reportase, esai,
artikel opini dan kolom. Subbab berikutnya akan menjelaskan arti dan contoh dari
masing-masing tulisan nonfiksi atau artikel.
1. Reportase
Reportase adalah laporan lengkap ataupun interpretatif berupa pemberitaan
penyelidikan (investigative reporting) sebagai hasil dari pengkajian fakta-fakta lengkap
dengan latar belakang dan kecenrungan yang mungkin terjadi di masa mendatang
(Taufik, 20070. Reportase mencakup kegiatan meliput, mrengumpulkan kemudian
menuliskannya dalam dalam bentuk berita (produk) jadi.
Untuk reportase perlu juga kita memperhatikan kelayakan sebuah berita.
Mulyadi (2003) menunjukkan adanya tujuh kriteria kelayakan berita, yaitu sebagai
berikut
1. Penting, Pengesahan RUU Sisdiknas bersifat penting karena menyangkut
kepentingan rakyat banyak yang menjadi pembaca media bersangkutan.
2. Baru terjadi, bukan peristiwa lama. Peristiwa yang telah terjadi pada
sepuluh tahun yang lalu jelas tidak bisa jadi berita
3. Unik, bukan sesuatu yang biasa. Seorang mahasiswa yang kuliah tiap hari
adalah peristiwa biasa. Akan tetapi, jika mahasiswa berkelahi dengan dosen
di dalam ruang kuliah, itu luar biasa.
4. Asas keterkenalan. Kalau mobil Anda ditabrak mobil lain, hal itu tidak
pantas jadi berita. Namun, kalau mobil yanf ditumpangi Sri Sultan ditabrak
mobil lain. Itu jadi berita dunia.
5. Asas kedekatan. Asas kedekatan ini bisa diukur secara geografis maupun
kedekatan emosional. Banjir di Cina yang telah menghanyutkan ratusan
orang masih kalah nilai beritanya dibandingkan banjir yang melanda Jakarta
karena lebih dekat dengan kita.
6. Magnitude (dampak suatu peristiwa). Demonstrasi yang dilakukan oleh
sepuluh ribu mahasiswa tentu lebih besar dampaknya dibanding demonstrasi
oleh seratus mahasiswa.
7. Tren, Sesuatu bisa menjadi verita ketika menjadi kecendrungan yang nekuas
di masyarakat, Misalnya, sekarang orang mudah marah dan membunuh
pelaku kejahatan kecil (pencuri, pencopet) dengan cara dibakar hidup-hidup.
2. Esai
Esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengeskpresikan opini penulis
tentang subjek tertentu. Esai dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (a) pendahuluan
yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subjek bahasan dan
pengantar tentang subjek; (b) tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang
subjek yang; dan (c) konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan
kembali ide pokok, ringkasan tubuh esai, atau menambahkan beberapa obsservasi
tenang subjek. Ada beberapa pendapat mengenai ukuran esai, yaitum bebas, sedang, dan
dapat dibaca sambil duduk. Mengenai penalaran, penalaran esai dapat dibagi menjadi
dua model: pertama, model penalaran vertikal, yaitu memutuskan perhatian dan
mengesampingkan sesuatu yang tidak relevan, dan yang kedua adalah model penalaran
lateral, yaitu membukakan perhatian dan menerima semua kemungkinan dan pengaruh
(dunia esai, 2099).
Menurut catatan sejarah, esai mulai dikenal pada tahun 1500-an dimana seorang
filsuf Prancis, Montaigne, menulis sebuah buku yang mencatumkan beberapa anegdot
dan observasinya. Dalam esai terlihat keinginan, sikap terhadap soal yang dibicarakan,
kadang-kadang terhadap kehidupan seluruhnya. Esai tdapat dibedakan menjadi
(Duniaesai, 2009) sebagai berikut:
• Esai deskriptif. Esai deskriptif bertujuan menciptakan kesan tentang
seseorang, tempat, atau benda, bentuk esai ini mencakp rincian nyata
untuk membawa pembaca pada visualisasi sebuah objek. Rincian
disajikan dalam urutan tertentu misalnya kiri ke kanan, atau atas ke
bawah, dekat ke jauh, dan sebagainya. Pola penyajiannya mencerminkan
urutan rincian yang dirasakan melalui penginderaan.
• Esai Ekspositori: esai ini menjelaskan subjek ke pembaca. Biasanya
dilengkapi dengan penjelasan tentang proses, membandingkan dua hal,
identifikasi hubungan sebab akibat, menjelaskan dengan contoh,
membagi dan mengklasifikasikan, atau mendefinisikan. Urutan
penjelasannya sangat bervariasi, tergantung dari tipe esai ekspositori
yang dibuat. Esia ekspositori akan menyajikan urutan yang bersifat
kronologis (berdasarkan waktu); esai yang membandingkan akan
menjelaskan dengan contoh-contoh; esai perbandingan atau klasifikasi
akan menggunakan urutan kepentingan (terpenting sampai yang tak
penting, atau sebaliknya); esai sebab akibat munkin mengidentifikasi
suatu sebab dan meramalkan akibat, atau sebaliknya, mulai dengan
akibat dan mencari sebabnya.
• Esai Naratif: menggambarkan suatu ide dengan cara bertutur, kejadian
yang diceritakan biasanya disajikan sesauai urutan waktu. Esai persuasif
berusaha mengubah perilaku pembaca atau motivasi pembaca untuk ikut
serta dalam sautu aksi atau tindakan. Esai ini dapat menyatakan suatu
emosi atau tampak semosional. Rincian pendukung biasanya disajikan
berdasarkan urutan kepentingannya.
3. Artikel Opini
Artikel opini adalah tulisan lepas yang berisi opini seseorang mengupas tuntas
suatu masalah tertentu yang sifatnya aktual dan atau kontroversi dengan tujuan untuk
memberitahu ( informatif, memengaruhi dan meyakinkan atau juga bisa menghibur bagi
pembacanya (bersifat recreative). Artikel opini berbeda dengan berita. Berita
berlandaksan pada fakta, sefangkan opini merupakan hasil ide, gagasan, dan pendapat
penulis ( sagia, 2018).
4. Kolom
Kolom sering kita jumpai di koran, atau majalah, atau medai masa lainnya
seperti blog dan internet, kolom adalah sebuah rubrik khusus di media masa cetak yang
berisikan karangna atau tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya
tentang suatu masalah (Samsul, 2003). Si kolom sebenarnya bisa dikatakan mirip
dengan artikel opini dan esai, hanya saja tulisaanya jauh lebih pendek. Menurut hakim
(2008), panjangnya sebuah kolom mungkin hanya separuh artikel opini atau esai yang
dimuat di surat kabar atau majalah hanya saja kalau kita cermati gaya penulisannya
kolom biasanya khas dan berbeda dengan artikel dan esai.tuliasn kolom tidak
mempunyai struktur tertenu, misalnya ada pendahuluan atau lead, isi atau tubuh tulisan,
dan penutup. Kolom langsung berisi tubuh tulisan, yakni berupa pengungkapan pokok
bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya
dingkat saja, bahkan, dapat hanya satu kata saja (Komaidi 2007).
5. Tajuk Rencana
Tajuk rencana merupakan artikel utama dalam surat kabar yang berisi
pandangan atau pendapat redaksi terhadap periwtiwa atau isu yang sedang hangat
dibicarakan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya
diungkapkan adanya masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi
tentang masalah tersebut, kritik, dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan
peran serta pembaca (Ari Wibowo, 2009). Tajuk rencana akan sering disebut editorial
adalah opini berisi pendapat atau sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan
terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di
masyarakat (Pujanarko, 2008).
Ciri-ciri tajuk rencana biasanya berisi: pertama, opini redaksi tentang peristiwa
yang sedang hangat dibicarakan, baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan,
hukum, pemerintahan, atau olahraga bahkan intertainment, tergantung jenis liputan
medianya. Kedua, ulasan tentang suatu masalah yang dimuat. Ketiga, topik yang ditulis
dalam tajuk rencananya berskala nasional maupun internasional. Keempat, tertuang
pikiran sunjektif redaksi, yang terkait erat dengan kebijakan media yang bersangkutan.
Kelima, ditulis secara berkala atau tergantung dari jenis terbitan medianya bisa harian
(Daily),atau mingguan (weekly), atau 2 mingguan (big weekly) dan bulanan (monthly).
Karena tajuk rencana merupakan opini sebuah media, biasanya tidak dicantumkan nama
penulisnya, seperti halnya penulis berita atau features. Idealnya takjuk rencana adalah
pekerjaan dan hasil pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi sebelum proses
penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh
pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana, serta segenap jajaran redaktur yang
berkompeten, untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial
yang sedang berkembang dalam masyarakat atau kebijakan pemerintah.
6. Resensi Buku (Book Review)
Resensi buku acap kali kita temukan dalam berbagai medai cetak. Menulis
resensi sebenarnya mudah. Namun, sebelum resensi, semestinya seseorang harus
memahami dasar-dasar menulis resensi seperti yang dianjurkan oleh Samsul (2003),
yaitu: pertama, memahami atau menangkap tujuan (maksud) pengarang yang
dibuatnya.berhasil atau tidaknya kita menangkap tujuan dari sang penulis akan
menentukan bagus atau tidaknya resensi kita. Kedua, memiliki tujuab dalam membuat
resensi buku. Seperti dasar menulis artikel pada umunya, sebuah tulisan harus
didasarkan pada sebuah tujuan.
Begitu juga dengan resensi. Tujuan itu bisa berupa mengajak orang-orang untuk
ikut membaca buku itu, ataupun bisa sebagai kritik dan masukan bagi sang penulis.
Ketiga, harus mengenal atau mengetahui selera dan tingakat pemahaman dan dari para
pembaca. Sebuah resensi buku Daskapitalnya Karlmax tidak akan sesuai untuk pembaca
koran lokal. Keempat, mempunyai pengetahuan dan menguasai berbagai disiplin ilmu
pengetahuan sebagai tolak ukur ketika mengemukanan keunggulan dan kelemahan
buku. Menguasai berbagai pengetahuan akan mempermudah kita menulis resensi yang
memadai sesuai dengan kategori buku tersebut. Kelima, jadila pengamat buku sekaligus
kolektor buku. Bagus atau tidaknya sebuah buku akan relatif bagi tiap orang.
BAB IV
MENCARI INSPIRASI DAN MEMILIH TOPIK
Bab ini secara khusus akan menyajikan berbagai macam sumber inspirasi yang dapat
menjadi penggerak hati dan mengawali aktifitas menulis.
Bagi pemula, problem pertama yang muncul ketika mau menulis adalah mencari sumber
inspirasi. Penulis sejati adalah penulis yang ketika tidak ada gagasan, ia terus mencari
dan menggali sumber inspirasi yang ada, sedangkan orang-orang yang termasuk penulis
pemula akan menyerah, berdiam diri, dan lari dari kenyataan yang ia hadapi dan
mengurungkan niat untuk menulis saat inspirasi tak kunjung ada (Majdi, 2009).
Sumber Inspirasi
Penulis harus aktif mencari inspirasi karena inspirasi bukanlah sebuah wahyu
yang diturunkan oleh Tuhan kepada Nabi dan Rassul yang datang begitu saja. Inspirasi
adalah sesuatu yang datang dengan niat dan usaha kita, walau terkadang datang dengan
sendirinya alias dengan keberuntungan, namun anda pun tahu bahwa kita tidak
seberuntung itu. Inspirasi dalam bahasa arab disebut Ilham. Seorang yang berprofesi
penulis tidak lagi menulis berdasarkan inspirasi kebetulan. Tidak hanya kebutuhan
mengalami sendiri atau kebetulan mengamati lingkungan sekitarnya. Namun, bentuk
tulisannya benar-benar terlahir dari inspirasi yang dicari. Mereka betul-betul mendalami
topik dan menjiwai topik sehingga tulisannya, mereka melibatkan imajinasi dan emosi
penuh.dengan kata lain, inspirasi ada dimana-mana. Dunia di sekeliling kita adalah
“Samudera” inspirasi yang terus bertambah jumlahnya seiring dengan berjalannya
waktu. Setiap hari selalu ada yang baru. Betapa melimpahnya inspirasi itu disekitar kita.
Keseharian kita sesungguhnya bertaburan imajinasi: Film, Berita, Buku, Musik, Gempa,
Bom Meletus, Mode Pakaian, Koran, Majalah, TV, terlalu banyak untuk disebutkan.
Berikut akan diuraikan beberapa sumber inspirasi yang dapat kita gali lebih jauh.
Al-Qur’an
Salah satu alasan yang diungkapkan orang-orang atas ketidakmampuannya
menulis adalah tidak adanya inspirasi alias kehilangan ide. Hal tersebut wajar karena hal
itulah yang membedakan antara penulis sejati dengan penulis pemula. Masalahnya,
dimanakah kita bisa menemukan sumber inspirasi itu? Sumber pertama inspirasi adalah
Al-Qur’an.
Habiburrahman El Shirazy juga mendapat inspirasi tulisannya dari surah Az-
Zukhruf ayat 67 dan surah Yusuf, dan juga didalamnya terdapat kisah cinta yang
universal dan sangat indah. Tidak hanya itu, ayat Al-Qur’an lainnya seperti surah Ar-
Rahman juga telah mengilhami beberapa tulisannya. Al-Qur’an juga memang sumber
inspirasi terbesar bagi karya-karya novelis yang akrab disapa Kang Abik tersebut.
Hasil Dari Membaca
Setelah membaca, langkah bijaknya adalah mencatat ide dan pemikiran tokoh
tersebut agar tidak lupa, seperti kata pepatah “The palest ink is better than the best
memory” (Tinta yang kabur sekalipun akan lebih baik daripada memori yang tajam).
Dalam menulis artikel, ide dan pemikiran orang lain memang bukan yang utama.
Sifatnya hanyalah mendukung argumentasi kita. Nah, mau tak mau kecintaan membaca
ini seantiasa menjadi sebuah kebiasaan yang perlu selalu dipupuk dan dilakukan dengan
rutin layaknya orang makan tigal kali dalam sehari.
Beberapa Tips Menggali Inspirasi
Kita pasti bisa sebab kita semua telah diperlengkapi dengan indera ciptaan Allah
yang sangat canggih untuk menangkapnya. Jadi, apapun aktifitas keseharian atau
kegiatan favorit kita, jangan biarkan inspirasi berlalu begitu saja tanpa arti. Jangan
biarkan film yang kita tonton, musik yang kita nikmati, buku yang kita temui, lewat dan
sirna tanpa kita sempat menangkap inspirasi yang bertebaran merenungkan apa yang
anda alami atau anda saksikan dalam keseharian anda. Tangkaplah inspirasi itu, lalu
catat dalam sebaris atau dua baris kalimat agar tidak hilang begitu saja.
Menurut Setiaji (2008 B), setidaknya ada 10 cara menemukan inspirasi dalam
menulis:
1) Pertama melakukan Blog Walking.
Blog walking dilakukan dengan cara mengunjungi blog-blog yang
menarik diinternet. Pada blog-blog tersebut biasanya yang terdapat artikel-
artikel si penulis blog. Dari blog tersebut kita dapat mengambil sebuah sudut
pandang lain dari sebuah gagasan atau opini terhadap seuatu hal, kemudian
menuliskannya pada tulisan kita.
2) Kedua, majalah.
Banyak sekali ide sangat menarik didalam majalah. Dalam majalah, ulasan suatu
topik yang dengan bahasa jurnalisme yang baik sehingga enak untuk dibaca.
3) Ketiga, film.
Ini termasuk cara yang mudah dan tidak membosankan. Dari film kita bisa
mendapat gagasan tentang topik yang akan kita tulis. Setelah melihat sebuah
film, kita bisa menulis resensi film tersebut dan bahkan mengkritiknya.
4) Keempat, peristiwa.
Dimanapun kita berada pasti tak bisa lepas dari peristiw atau –kejadian-kejadian
yang terjadi di sekeliling kita. Dari peristiwa yang kita lihat atau bahkan kita
alami sendiri kita pilah-pilah peristiwa yang kita-kira menarik untuk kita jadikan
tema tulisan.
5) Kelima, teman.
Sebenarnya teman bisa dijadikan sumber inspirasi yang menarik. Coba
perhatikan dari sekian banyak teman kita, pastinya ada beberapa yang memiliki
kebiasaan sehari-hari yang unik.
6) Keenam, seni.
Baik seni lukis atau lainnya, seni merupakan salah satu sumber inspirasi yang
kaya makna. Seperti misalnya kalau kita melihat sebuah karya seni yang unik
dan mudah, dari situ kita dapat menulis yang berisi penggambaran maksud
goresan lukisan itu atau menulis resensi tentang aliran seni dari seniman yang
membuatnya.
7) Ketujuh, tamasya atau berkunjung ke suatu tempat.
Saat ide menulis tidak kunjung juga muncul, berwisata ke tempat yang bagus
dan menarik dapat menjadi sebuah inspirasi bagi kita. Mengenai apa dan
bagaimana tempat wisata tersebut, mengapa tempat itu layak dikunjungi, sejarah
tempat tersebut, mengapa meskipun objek itu indah turis yang datang relatif
minimal. Semua merupakan bahan yang menarik untuk dapat ditulis.
8) Kedelapan, ibadah.
Bahkan hal-hal yang menyangkut ibadahpun bisa dijadikan tema sebuah tulisan,
bagaimana perasaan, harapan, dan syukur kita pada saat melakukan ibadah. Saat
beribadah biasanya justru kita mendapatkan inspirasi yang tulus.
9) Kesembilan, jalan-jalan.
Cobalah sejenak berjalan-jalan bila perasaan kita sudah suntuk atau jenuh dan
inspirasi untuk menulis tidak juga munul. Dengan berjalan-jalan sejenak untuk
melihat sekeliling, diharapkan kita akan melihat sebuah keadaan realitas dijalan-
jalan.
10) Kesepuluh, kumpul bareng.
Nah, ini yang paling mudah. Istilah gaulnya “Nongkrong”. Kita cukup jadi
pendengar yang baik. Biarkan teman-teman kita berbicara satu sama lain atau
simak, dan dengarkan dengan santai, kemudian diskusikan pendapat mereka
dengan pendapat kita. Cara ini sangat manjur untuk memunculkan tema tulisan
karena kita dapat melihat banyak sudut pandang dari sebuah masalah.
BAB 5
MEMBUAT GBHN (GARIS BESAR HALUAN NULIS)
Bab ini secara khusus akan mengenalkan pembaca tentang bagaimana menyusun
GBHN, memilih judul yang menarik bagi pembaca, mulai menulis dari pendahuluan
(Lead), tubuh artikel, hingga penutup.
Untuk pemula biasanya diperlukan menulis outline atau GBHN mengenai apa yang mau
kita tulis. GBHN diibaratkan seperti rutemap atau peta jalan, yang menentukan kita
menuju tujuan dan tidak tersesat. GBHN akan sangat membantu dalam membuat tulisan
kita menjadi sistematis. Sistematika akan memudahkan pembaca memahami ide-ide
yang kita tulis.
GBHN
Dalam membuat suatu artikel, masalah GBHN harus diperhatikan. GBHN ini
adalah pola urutan seluruh karya tulis yang akan kita buat. Tujuan GBHN adalah
membuat hasil karya tulis yang kita hasilkan tersaji dengan rapih, ramping, enak
dipandang, dan enak dibaca. GBHN pada dasarnya terdiri atas 4 bagian (Iqbal, 2009).
Keempat bagian itu meliputi: (satu) judul atau wajah yang mencerminkan tema; (dua)
lead (sapaan atau pendahuluan) yang memancing minat dan gairah; (tiga) tubuh yang
ramping dan dinamis; (empat) penutup yang bergaya pamit.
Judul Yang Mencerminkan Tema atau Isi
Selain harus mencerminkan isi, judul yang dianalogikan sebagai wajah mesti
mampu menarik perhatian bakal konsumen atau pembaca sebab siapapun yang akan
membaca pasti akan membaca judu lebih dulu. Intinya adalah kita harus mampu
mengiklankan naskah ketika lewat judul itu. Oleh karena itu, berfikirlah tiga kali lebih
keras dari sebelumnya saat bener-benar memilih dan menentukan judul bagi artikel kita.
Untuk menciptakan judul yang saleable (laku jual), carilah dari seluruh isi
tulisan kita itu beberapa keyword atau kunci, lalu kalian rancanglah sedikit tiga ide
judul, untuk dipilih salah satu yang paling jelas mencerminkan isi sekaligus paling
“Laku”. Pada dasarnya judul memang harus dibuat sependek-pendeknya (dalam arti
ringkas), namun tetap harus jelas maknanya. Akan tetapi sebaliknya, judul yang terlalu
pendek juga tidak akan mampu mencerminkan tema atau sinopsis isinya.
Kiat Menulis Lead
Lead, yang diterjemahkan menjadi “pendahuluan”, memegang peran yang
penting dalam penulisan artikel karena lead berada pada bagian (alinea) awal karya tulis
kita. Karena posisinya yang berada di awal, lead berfungsi menyapa para pembaca.
Tergugah setidaknya minat pembaca tergantung pada kualitas sapaan bagian
pendahuluan ini. Itulah wajah atau daerah paling depan yang akan membuat pembaca
tertarik membaca dan mulai berusaha memahami maksud artikel kita.
Kapan sebaiknya menulis lead? Apakah saat awal menulis? Terkait dengan
pertanyaan-pertanyaan tersebut, penulis memiliki beberapa saran. Lupakan dulu teori
lead yang sudah anda pelajari saat menulis. Ketika kadang menulis teruskan saja. Hal
yang terpenting pada tahapan ini adalah sebuah gagasan dan fakta yang akan diungkap
sudah tersampaikan. Ketika sudah selesai menulis, barulah kita memikirkan lead.
Apabila sudah ketemu, ambilah bagian atau paragraf tersebut.
Jadikan paragraf tersebut sebagai lead. Tentu saja kalimat pada paragraf lead ini
adalah hasil poles ulang dari paragraf menarik yang telah kita temukan tadi. Jangan
pernah hanya meng-copy paste.
Contoh penulisan dan gaya lead dalam artikel opini dalam media masa dapat
dilihat pada artikel yang ditulis penulis berikut ini:
• Dalam artikel di harian investor daily tertanggal 18 Mei 2009 yang
berjudul “visi capres: Change We Can Believe In:”
• Dalam kolom majalah Gatra tanggal 31 Januari-6 Februari 2018 yang
berjudul “Antisipasi Resesi dan Gejolak Ekonomi Global:”
• Dalam artikel di harian seputar Indonesia tertanggal 18 Februari 2009
yang berjudul “Akselerasi Infrastruktur:”
• Dalam artikel di harian bisnis Indonesia tertanggal 21 Oktober 2008 yang
berjudul “7 Tantangan UKM Ditengah Krisis Global:”
Tubuh yang Ramping dan Penuh Aksesoris
Tubuh yang ramping dan penuh aksesoris, dalam karya tertulis, terletak setelah
bagian lead atau pendahuluan. Karena hal paling menarik sudah ditulis dalam
pendahuluan, tubuh tulisan sebenarnya hanya kebagian sisa-sisa perihal yang kurang
menarik. Kalmat-kalimat yang membentuk sebuah alinea paragraf harus merupakan satu
kesatuan. Kalimat pertama menegaskan “apa” yang akan diceritakan. Wujudnya berupa
gagasan, gambaran, atau definisi. Kalimat kedua menjelaskan pengertian yang tersirat
dalam kalimat pertama tadi. Upayakan kehadiran kalimat ketiga dapat memberikan A
Clearer Picture (gambaran yang jelas) bagi pembaca terhadap hal yang dituturkan itu.
Kalimat belakangan berfungsi menjelaskan kalimat sebelumnya. Supaya tulisan berasa
lebih ringan, sebaiknya juga dibatasi jangan sampai terlalu panjang melebihi empat
bagian. Memang boleh saja terdiri atas 1 bab yang amat panjang, tetapi tulisan semacam
itu pasti melelahkan pembaca. Usaha yang menggugah minat baca yang sudah berhasil
dilakukan oleh alinea pendahuluan sebelumnya jadi sia-sia karena tubuh tulisan terlalu
melelahkan. Disamping itu, tiap bagian dari tubuh tulisan itu sendiri sebaiknya dibatasi.
Jangan sampai terlalu panjang. Sebuah tulisan akan mengesankan kalau dapat tamat
dibaca dalam waktu 15 menit. Waktu singkat ini tidak dapat melelahkan pikiran untuk
menyerap informasi.
Penutup yang Bergaya Menggugah
Meskipun suatu artikel harus ditutup dengan artikel, lebih enak rasanya kalau
tidak dikatakan terus terang dengan judul “penutup,” melainkan berupa alinea baru yang
bergaya pamit dan berasa sebagai alinea akhir. Atau bisa juga pertanyaan yang bersifat
kontemplatif. Kata akhirnya memberi kesan pamit, asal diikuti dengan nada yang
menurun sehingga kata tersebut pun perlu dipertimbangkan menutup suatu tulisan.
Untuk dapat memahami sub-bahasa ini, beberapa contoh penutup terkait dengan 5 judul
artikel sebelumnya dipaparkan dibawah ini.
• Dalam artikel di harian kedaulatan rakyat tertanggal 12 Mei 2008
yang berjudul “Ayat-ayat Krisis UKM:”
Inilah saatnya berlomba-lomba membantu UKM DIY. Rencana
kenaikan harga BBM dalam waktu dekat ini dapat semakin memukul
bisnis UKM. Ayat-ayat krisis ‘UKM ini perlu segera dicari
solusinya.’
• Dalam artikel di harian investor daily tertanggal 18 Mei 2009 yang
berjudul “Visi Capres: Change We Can Believe In:”
Maslahnya, apa kita akan memilih “sopir baru” ataukah “sopir lama”
bagi negara ini?
Pemilulah yang akan menentukan jawabannya. Inilah saatnya para
capres menjabarkan visi dan grand Strategy yang menunjukkan akan
dibawa kemana Indonesia dalam 5 tahun mendatang. Baik jalan
yang neo-liberal, ekonomi kerakyatan, maupun state capitalism, hal
yang penting adalah rute map yang bakal ditempuh harus jelas.
• Dalam kolom majalah gatra tertangga 31 Januari-6 Februari yang
berjudul “Antisipasi Resesi dan Gejolak Ekonomi Global:”
Koordinasi lintas sektor dan daerah amat dibutuhkan karena pola
perencanaan Indonesia bersifat sektoral dan melibatkan 485
kabupaten atau kota serta 33 propinsi. Apalagi akan diadakan di 15
propinsi dan 85 kabupaten atau kota pada tahun ini. Ibarat lagu, lagu
yang dimainkan berbagai macam. Ada keroncong, rock, jazz,
gamelam dan dangdut, dengan pemain dan penonton yang berbeda
karakter dan perilaku.
• Dalam artikel di harian seputar Indonesi tertanggal 18 Februari 2009
yang berjudul “Akselerasi Infrastruktur:”
Dalam hal ini, pendekatan dalam wilayah dinilai mampu memenuhi
berbagai tuntutan kompabilitas tersebut. Pembangunan infrastruktur
berbasis ruang perlu diprioritaskan untuk kawasan perbatasna,
daerah terisolasi, daerah konfil, daerah bencana, dan daerah rawan
bencana.
• Dalam artike di harian bisnis Indonesia tertanggal 21 Oktober 2008
yang berjudul “7 Tantangan UKM Ditengah Krisis Global:”
Saatnya mencari dan menemukan upaya koordinasi dari para
pengusaha dan pemerintah untuk membuat kebijakan proindustri dan
mencari alternatif tujuan ekspor untuk menghindari terupuruknya
ekonomi Indonesia.
BAB VI
MENULIS ARTIKEL OPINI
Tips Menulis Artikel Opini
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel di defenisikan sebagai karya
tulis lengkap, misal laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar dan sebagainya (
Departemen Pendidikan Nasional, 2009 ).
Artikel opini biasanya diterbitkan oleh koran atau majalah. Karena tempatnya
terbatas, artikel pada umumnya tidak terlalu panjang, hanya sekitar 4-6 halam kuarto
spasi ganda.
Artikel untuk konsumsi sebuah jurnal (ilmiah) biasanya disajikan secara lebih
rinci, berkisar antara 15-30 halaman kuarto spasi ganda.
Artikel opini adalah sebuah tulisan yang menekankan pada pendapat seorang penulis
atas suatu data, fakta, dan kejadian berdasarkan analisis subjektif penulis sendiri.
Artikel opini ini biasa dimuat di media massa seperti koran. Artikel opini ini
biasanya ditulis dengan gaya ilmiah populer karena tulisan ini ditujukkan bagi pembaca
umum dari majalah/koran karena ditujukan bagi pembaca umum dari majalah/koran.
Menurut iqbal ( 2009 ), proses menulis yang disarankan bagi kalangan penulis
pemula adalah free writting dan re-writting. Dengan teknik free writting berarti kita
menulis secara bebas, tanpa memedulikan bagus atau tidaknya tulisan yang sedang
digarap. Apalagi dalam kondisi tertentu , misalnya marah atau gembira atau dalam
pengaruh tekanan tertentu biasanya kita akan menulis dengan teknik free writting.
Cara lain adalah menulis dengan re-writting atau menulis ulang. Ini sangat
cocok dan mudah bagi pemula. Hal yang kita lakukan adalah mengumpulkan bahan-
bahan (refrensi atau hasil wawancara) lalu menulis ulang kembali bahan tersebut
dengan tentu saja memakai gaya bahasa sendiri. Sebut saja hasilnya sebagai naskah-
ramuan.
Pengembangaan Paragraf dan Merangkai Kalimat
Lalu bagaimana membuat artikel itu enak dibaca? Jawabannya ialah pengembangan
paragraf dan keterkaitan antar kalimatnya. Para calon penulis harus mengerti apa yang
disebut dengan pengembangan paragraf.
Saat kita menulis paragraf, pikirkanlah calon pembaca yang dituju. Hal-hal yang
dirasa cukup sulit dipahami diletakkan dalam paragraf pendek, sedangkan hal-hal yang
mudah dipahami diletakkan dalam paragraf yang panjang.
Dalam setiap paragraf terdapat sebuah kalimat topik yang didukung oleh kalimat-
kalimat pendukung. Kalimat – kalimat pendukung ini menyajikan penjelasan terhadap
kalimat topik tersebut. Kalimat topik merupakan kalimat inti dalam suatu paragraf.
Kalimat topik biasanya diletakkan pada awal paragraf atau bisa juga pada akhir
paragraf.
Ada 3 strategi utama dalam mengurutkan informasi dalam sebuah paragraf (
Alwasilah & Alwasilah, 2007).
• Pertama, natural order, yaitu cara penyampaian informasi yang ditentukan sifat
alamiah materi yang disajikan, seperti berdasarkan ruang: kiri ke kanan, bawah
ke atas, utara ke selatan dsb; atau kronologis: dari masa lalu ke saat ini, dari hari
ke tahun dan sebagainya.
• Kedua logical order, yaitu penyajian sebuah paragraf yang ditentukan oleh
logika si penulis misalnya dengan mengikuti logika pro-kontra, sebab-akibat,
umum ke khusus, khusus ke umum, perbandingan dan klasifikasi.
• Ketiga psychological order, yaitu cara penyajian oleh penulis dengan sangat
berpihak pada psikologi pembaca atau untuk menyenangkan pembaca.
Penyampaian informasi secara verbal benar – benar harus dijelaskan lewat kalimat,
konsep dan pemahaman yang harus dijelaskan secara gambalang agar pembaca benar-
benar memahami artikel kita.
Sementara itu penyampaian secara numerik adalah penyampaian informasi
dengan cara menunjukkan angka-angka dalam bentuk tabel, bukan kata-kata.
Penyampaian
informasi secara visual harus dijelaskan secara rinci, misalnya tata letak panggung
dalam sebuah konser pertunjukkan.
Salah satu kriteria artikel yang baik adalah adanya koherensi atau keterpaduan
gagasan. Koherensi terjadi bila dalam tubuh artikel kita terdapat paragraf yang saling
terkait dengan satu sama lain.
Cara mengembangkan paragraf agar tetap menjaga koherensi adalah dengan
menggunakan kata atau frase transisi, yaitu kata atau frase yang menghubungkan ide
dan rincian dalam paragraf.
Berikut adalah kata kata transisi yang lazim di pakai :
• Kualifikasi : sementara itu, daripada itu
• Ilustrasi dan Eksplanasi : misalnya, contoh, jadi
• Komparasi : seperti halnya, sebagai bandingan, demikian
pula, demikian halnya
• Kontras : akan tetapi, tetapi, namun, bila, kendati demikian
• Konsekuensi : jadi, akibatnya, sehingga, maka dari itu, itulah
sebabnya
• Konsesi : namun demikian, asalkan, dengan catatan
• Amplifikasi : lebih dari itu, lebih jauh lagi, juga, selain dari itu,
memang, sudah barang tentu
• Ringkasan atau penyimpulan : akhirnya, kesimpulannya, dengan demikian,
pokoknya, jadi, masalahnya, sebagai simpulan
Langkah Awal Menulis
Untuk mengawali menulis artikel opini, beberapa langkah berikut ini dapat diakukan
( Hermanvarella, 2009).
• Pertama, menggali ide. Ketika menemukan ide, cobalah analisis masalah (tema)
tersebut. Lakukan riset data. Diskusikan dengan banyak orang sehingga analisis
kita terhadap tema tersebut menjadi sebuah analisis kritis dan tajam dengan
problem solving yang brilian.
• Kedua, membuat kerangka tulisan secara rinci. Pastikan kerangka tulisan kita
berstruktur pembukaan, isi, dan penutup. Strutktur yang demikian
memungkinkan hasil tulisan kita mudah dipahami oleh calon pembaca.
• Ketiga, kumpulkan data dan refrensi (buku, majalah, koran, hasil penelitian, dan
lain sebagainya).
• Keempat, mulailah menulis.
• Terakhir adalah editing. Editing diperlukan untuk mengethui apakah tulisan kita
sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan layak-tidaklah tulisan kita
untuk dimuat di media massa
Gaya Penulisan Artikel Opini
• Eksposisi adalah tulisan yang tujuan utamanya adalah mengklarifikasi,
menjelaskan, mendidik atau mengevaluasi sebuah persoalan. Eksposisi
mengandalkan strategi pengembangan paragraf seperti dengan memberikan
contoh, proses, sebab-akibat, klasifikasi, definisi, analisis, komparasi dan
kontras.
• Deskripsi lebih memberi gambaran verbal terhadap sesuatu yang akan ditulis,
baik itu manusia, objek, penampilan, pemandangan atau kejadian. Cara
penulisan ini menggambarkan sesuatu objek atau kejadian sedemikian rupa
sehingga pembaca dibuat seolah-olah melihat sendiri, mengalami dan merasakan
apa yang terjadi sebagaimana dipersepsikan oleh pancaindra.
• Narasi berasal dari kata to narrate, yang berarti bercerita. Cerita adalah
rangkaian peristiwa atau kejadian secara kronologis, baik fakta maupun rekaan
atau fiksi. Walaupun kebanyakan berupa nonfiksi (novel, cerpen, cerbung)
narasi bisa berisi fakta. Contoh narasi yang berbentuk fakta adalah biografi,
otobiografi, atau kisah pengalaman.
• Argumentasi adalah sebuah karangan yang membuktikan kebenaran atau
ketidakbenaran sebuah pernyataan. Tulisan argumen secara tradisional terbagi
dua kategori yaitu induktif dan deduktif.
BAB VII
MENULIS KOLOM
Kiat Menulis Kolom
Berikut ini kiat menulis kolom yang bisa dijadikan pedoman bagi penulis pemula
(Yeoh, 2009)
• Tunjukkan pendirian yang teguh dalam tulisan anda. Tulislah apa yang benar-
benar anda percaya. Berikan argumen pada tulisan kolom anda. Jangan pernah
berada dalam daerah “abu-abu”
• Pertahankan fokus tulisan. Buatlah tulisan kolom anda fokus pada satu masalah.
Fokus pada satu masalah akan memberikan impresi yang kuat pada tulisan anda.
• Pahami pandangan yang berlawanan. Dengan memahami pandangan yang
berlawanan, kita dapat mengantisipasi penolakan terhadap tulisan kita. Hal itu
akan memberikan kekuatan pada argumentasi Anda.
• Mengaculah pada fakta. Sebaik apa pun argumen anda, seberapa pun logikanya,
tidak akan memberikat “robot” jika tidak disertai fakta-fakta yang mendukung.
• Gunakan analogi. Anologi berguna untuk menyerdahanakan penjelasan yang
rumit sekalipun. Menggunakan anologi sesuai kehidupan sehari-hari akan
mempermudah pemahaman pembaca.
• Kritis. Orang-orang suka mengikuti kolom yang berani memberikan kritik
terhadap kehidupan sehari-hari. Sedikit kontroversi mungkin dapat membuat
tulisan anda menarik asal tidak berlebihan.
• Lakukan reportase. Menulis sebuah kolom dibutuhkan reportase sehingga tulisan
yang kita buat membumi dan dekat dengan pembaca.
• Buat tulisan personal dan sesuai dengan selera/masalah lokal setempat. Buatlah
tulisan sesuai dengan keadaan lokal dan kaitkan dengan cerita seseorang ( diri
sendiri atau orang lain) sehingga memberikan kedekatan pada pembaca. Tulisan
akan terasa lebih riil, lebih relevan, dan selalu diingat.
Tujukan hasrat pada tulisan anda. Pada umumnya pembaca kurang tertarik
membaca tulisan yang kurang bergairah. Untuk itu, seorang kolumnis harus menulis
dengan gaya tulisan agresif, bahkan menuju ke arogan. Pembaca ingin
• merasa “diisi kembali” dengan membaca kolom. Tulisan yang tampak tidak
bergairah bagi si penulis juga akan tampak sama bagi pembaca.
• Berikan solusi. Jangan hanya mencuatkan sebuah wacana. Dalam tulisan kolom
seharusnya ada solusi untuk itu. Pembaca pada umumnya membaca kolom
karena ingin menemukan pencerahan dan jawaban.
Contoh Kolom Emha Ainun Najib
Menurut isi yang terkandung di dalamnya, kolom karya Emha Ainun Najib
dapat digolongkan dalam jenis tulisan deskripsi. Deskripsi adalah gambaran verbal
ihwal manusia, objek, penampilan, pemandangan atau kejadian (Alwasilah&Alwasilah,
2007). Komponen-komponen dalam jenis tulisan deskripsi terdiri dari: bagian
pendahuluan, pencitraal visual, pencitraan auditoris, dan lain-lain. Dengan gaya
deskriptif ini, penulis menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehingga pembaca
dibuat mampu (seolah merasakan, melihat, mendengar atau mengalami) sebagaimana
dipersepsi oleh pancaindra.
Contoh Kolom Mohamad Sobari
Berbeda dengan Embha Aiunun Najib yang jenis tulisan kolomnya terkategori
ke dalan jenis deskripsi, tulisan-tulisan kolom dari Mohamad Sobari berjenis narasi
Religius-kontemplatif. Narasi bersalah dari kata to narrate ‘bercerita’. Cerita adalah
rangakaian peristiwa atau kejadian kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi (
Alwasilah&Alwasilah, 2007). Sebagaimana jenis tulisan deskripsi yang dapat
digabungkan dengan narasi, jenis tulisan ini pun sering kali digabungkan dengan
deskripsi yang berfungsi sebagai eksposisi atau persuasi.
Contoh Kolom Umar Kayam
Tulisan kolom Umar Kayam juga berjenis narasi. Dalam penulisan kolom-
kolomnya, Umar Kayam menggunakan beberapa teknik (Siregar & HT, 2005) yaitu:
pertama, kata kata Jawa dapat memberikan “rasa Jawa” kepada bahasa Indonesia lewat
“terjemahan irama,” terutama dengan memasukan kata/suara Jawa yang tidak
mempunyai arti yang jelas tetapi menjadi bumbu ucapan dalam bahasa Jawa dan sangat
mempengaruhi iramanya seperti kok, lho, wong, rak, mbok, jan. Kedua
terjemahan “suara” Jawa juga dapat disampaikan lewat kosa kata Jawa yang kaya
untuk suara dan efek seperti gemelagar, cak-cek-cus, nyas-nyis,nyus, nyet-nyet-
nyet, cempreng, jreng, cengkelang, mak grobyak, dsb. Ketiga pelafalan Jawa dalam
ucapan bahasa Indonesia juga dapat disampaikan lewat ejaan seperti semangkin,
umpama, ngantor, ndang-ndut, mBandung, dsb.
Contoh Kolom Mudrajad Kuncoro
Disamping jenis tulisan deskripsi dan narasi seperti telah disinggung di atas,
sebenernya masih terdapat dua jenis tulisan lagi, yakni eksposisi dan argumentasi.
Tulisan-tulisan kolom yang penulis tulis kebanyakan berjenis argumentasi. Argumentasi
adalah karangan yang membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran suatu pernyataan
(statement). Teks argumen terbagi dua kategori yakni induktif dan deduktif. Tulisan
argumentasi mungkin jenis tulisan yang paling sulit dilakukan karena melibatkan semua
jenis lainnya. Subyek yang dibicarakan merentang dari persoalan yang ringan-ringan
sampai persoalan hidup mati.
BAB VIII
MENULIS RESENSI BUKU
Untuk menulis resensi buku, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
membaca buku tersebut. Simak baik-baik kata pengantar penulis yang umumnya
menjelaskan secara singkat maksud atau latar belakang penulisan buku itu, target
pembaca, komentar para tokoh yang biasanya dimuat di halaman belakang cover buku,
daftar isi, baru kemudia baca buku itu.
Sebagai ilustrasi akan ditampilkan resensi berdasarkan buku yang ditulis oleh
penulis yang berjudul Buku Ekonomika Industri Indonesia: Menuju Negara Industri
Baru 2030? Sinopsis, komentar para tokoh, dan resensi tentang buku ini akan
dipaparkan di bawah ini.
Buku Ekonomika Industri Indonesia: Menuju Negara Industri Baru 2030
Buku ilmu ekonomi karya guru besar UGM ini mencoba membedah
industrialisasi dalam perpektif ekonomi industri, sekaligus memotret bagaimana
dinamika perkembangan industri Indonesia sejak era Presiden Soekarno hingga Susilo
Bambang Yudhoyono. Buku ini pun menggunakan perspektif SCP dan kluster.
Industriliasasi dianggap sebagai strategi sekaligus obat bagi banyak negara.
Sebagai strategi, industrialisasi dianggap suatu proses linier, yang harus dilalui dengan
sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan dalam transformasi struktur
ekonomi di banyak negara. Sebagai “obat”, ia dipandang ampuh dalam mengatasi
masalah keterbelakangan, kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran.
Secara garis besar buku ini terdiri atas 5 bagian yang dituangkan dalam 17 bab.
• Bagian I mengkaji ulang paradigma industrialisasi yang terdiri atas Bab 1-3.
Bab 1 yang menyoroti konstelasi industri dalam perubahan lingkungan global,
pengaruh perdagangan dunia, pergeseran geografis produksi industri dan
globalisasi produksi telah membawa perubahan teknologi dan proses kerja dari
industri tradisional, produksi massal hinga pascafordisme.
Bab 2 mencoba mengkaji ulang strategi industrilisasi dengan bercermin pada
pengalaman industrialisasi Brasil dan Korea Selatan. Studi komparatif pada dua
negara industri ini dilakukan dengan menggunakan perspektif Teori Neo-
Liberalis dan Strukturalis.
Bab 3 akan menulusuri paradigma baru yang muncul dalam analisis ekonomika
industri yaitu mengkombinasikan pendekatan ilmu ekonomi dan geografi atau
disebut geografi ekonomi.
• Bagian II berisi tinjauan atas transformasi dan strategi industri Indonesia dari
masa ke masa, sejak era Presiden Soekarno hingga SBY.
Bab 4 menulusuri fase pembangunan industri Indonesia , sejak era Presiden
Soekarno hingga SBY-JK. Dilanjutkan dengan diskusi tentang struktur dan
konsentrasi industri.
Bab 5 memfokuskan pada pergeseran strategi industrialisasi di Indonesia, dari s
trategi “melihat ke dalam” hingga “melihat ke luar”
• Bagian III secara khusus membedah berbagai kasus industri di Indonesia dengan
paradigma struktur, perilaku, kinerja (SCP) serta kluster industri.
Bab 6 memberikan pengantar teoritis tentang apa dan mengapa SCP demikian
populer digunakan dalam analisis ekonomika industri, bagaimana hubungan
Struktur-Perilaku-Kinerja, melakukan analisis struktur kekuatan persaingan dan
analisis kluster industri.
Bab 7 menyajikan kasus industri rokok Indonesia, yang diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai peta persaingan, dominasi empat pemain
utama, kinerja industri dan lokasi kluster utama industri yang padat karya ini.
Bab 8 membedah bagaimana struktur, kinerja dan kluster industri elektronika,
yang merupakan industri masa depan Indonesia karena berbasis padat teknologi
dan tenaga kerja terampil.
Bab 9 secara khusus mengkaji pola keterkaitan antara sektor pertanian dan
industri, analisis kinerja agroindustri dengan menggunakan data input-output.
Bab 10 akan menjawab pertanyaan berikut: (1) Bagaimanakah struktur pasar
Industri Tekstil dan Produk tekstil (TPT) di Indonesia pada tahun 1996 dan
2001? (2) Bagaimanakah kinerja Industri TPT si indonesia pada tahun 1996 dan
2001 dilihat dari nilai produktivitasnya? (3) Dimanakah lokasi utama kluster
Industri TPT di Indonesia pada tahun 1996 dan 2001? (4) Faktor-faktor apakah
yang mempengaruhi nilai produktivitas rata-rata masing-masing perusahaan
dalam industri TPT pada tahun 1996 dan 2001?
• Bagian IV dalam buku ini akan membahas pola spesial industri dan perusahaan.
Bab 11 menitikberatkan pada seberapa jauh kesenjangan geografis distribusi
kegiatan industri manufaktur di Indonesia. Apakah deregulasi perdagangan
mendorong penyebaran (dispersion) ataukah meningkatkan konsentrasi spasial
industri manufaktur di Indonesia selama periode 1996-2001?
Bab 12 mengidentifikasi pola lokasi pusat-pusat perbelanjaan dengan
mengambil kasus di kota Surabaya. Bab ini tidak hanya menunjukkan lokasi
nilai tanah yang ada di dalam masing-masing kelurahan di Kota Surabaya,
namun juga meneliti seberapa jauh pengaruh jarak ke pusat perbelanjaan,
kepadatan penduduk, dan kepadatan tiap jenis bangunan terhadap nilai tanah di
kota Surabaya.
Bab 13 akan menyajikan hasil studi ekowisata di Provinsi Bali. Bab ini akan
menjawab pertanyaan berikut: (1) Di manakah lokasi utama objek wisata di
Provinsi Bali? (2) Apakah objek wisata di Provinsi Bali dapat diklasifikasikan
ke dalam ekowisata dan nonekowisata dengan sejumlah variabel? (3)
Bagaimanakah daya saing objek ekowisata di Pulau Dewata ini?
Bab 14 titik berat analisis adalah menghubungkan kedua literatur tersebut dan
menyelidiki ada tidaknya industrial district di Indonesia, khusus nya di Jawa.
• Bagian V adalah penutup, yang mencoba mencari skenario terbaik grand
strategy menuju negara industri 2030.
Bab 15 menguraikan profil, masalah, dan strategi pemberdayaan usaha kecil,
yang perlu mendapat porsi khusus dalam pembahasan kebijakan industri
Indonesia. Fakta menunjukkan bahwa sektor manufaktur yang modern hidup
berdampingan dengan sektor pertanian yang tradisional dan kurang produktif.
Dualisme dalam sektor manufaktur juga terjadi antara industri kecil dan rumah
tangga yang berdampingan dengan industri menengah dan besar.
Bab 16 membahas bahwa fenomena deindustrialisasi bagi suatu negara lebih
merupakan masalah daripada sesuatu yang diharapkan. Perlu dicermati benarkah
deindustrialisasi terjadi di Indonesia khususnya di beberapa sektor kunci dan
daerah tertentu?
Buku ini ditutup dengan usulan formulasi grand strategy Industri Indonesia
2030. Tiadanya GBHN dan LOI (Letter of Intent) menurut pemerintah untuk
menjelaskan arah kebijakan industri yang akan ditempuh. Kita perlu belajar dari
kebijakan industri negara lain yang telah sukses melakukan industrialisasi.
Buku ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi para industriawan, mentri, dan
pelaku bisnis, namun juga bagi para dosen, birokrat daerah, mahasiswa, pengambil
kebijakan di tingkat nasional dan daerah, anggota DPR(D), investor, peneliti, politisi,
dan praktisi lainnya yang berminat mengembangkan industri Indonesia.
Komentar Para Tokoh Tentang Buku Yang Diresensi
Tidak banyak ahli ekonomi yang bersedia melakukan kajian tentang
industrialisasi di Indonesia, apalagi jika ditinjau dalam perspektif visi 2030. Buku karya
Prof. Mudrajat termasuk langka dan saya membacanya dengan penuh minat. Pikiran
saya lebih tercerahkan oleh wawasan yang dikembangkan dalam buku ini. Saya
anjurkan jangan berhenti membacanya hingga kalimat terakhir.
Rahmat Gobel, Presiden Komisaris Panasonic Gobel Indonesia dan
Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Industri, Teknologi dan Kelautan
BAB IX
PERLUNYA PENGEDITAN
Apa yang dimaksud dengan Editing?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), editing (mengedit) adalah: (1)
mempersiapkan naskah yang siap cetak atau siap terbit (dengan memperhatikan
terutama segi ejaan, diksi dan struktur kalimat), makna ini sering diterjemahkan menjadi
menyunting; (2) merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); dan
(3) menyusun (film, pita rekaman) dengan memotong dan memadukan kembali. Orang
yang melakukan pengeditan (mengedit) dipanggir dengan sebutan editor.
Secara umum proses editing ada 2 cara ( Jugaguru, 2006 ), yaitu :
• Redaksional
Menurut cara ini, editor memeriksa setiap kata dan kalimat agar logis,
mudah dipahami, dan tidak rancu (memiliki ejaan yang benar, mempunyai
arti dan enak dibaca). Proses editing ini mencakup kegiatan-kegiatan seperti
memperbaiki kesalahan ejaan (tanda baca, tata bahasa, angka, nama, alamat
dsb).
• Substansial
Yakni editor memperhatikan data dan fakta agar tetap akurat dan benar.
Kegiatan-kegiatan yang dicakup dalam proses pengedit jenis ini adalah :
▪ Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual
▪ Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki
▪ Menghindari unsur-unsur seperti penghinaan, ambiguitas dan tulisan
yang memuakkan (bad taste)
▪ Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, misal anak
judul/subjudul
▪ Menulis judul yang menarik
▪ Memberikan penjelasan tambahan untuk gambar/tabel, dan
▪ Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak karena tidak
menutup kemungkinan masih terdapat kesalahan redaksional dn
substansial.
Isi atau Substansi Tulisan
Pada tahap awal penyusunan suatu naskah, penulis tidak perlu pusing
memikirkan ejaan, tata bahasa, salah ketik maupun lay out-nya. Pada tahap ini,
penyuntingan awal sebaiknya difokskan pada isi naskah. Hal tersebut perlu dilakukan
karena dimungkinkan masih terdapat pemikiran yang tercecer atau ada uraian yang
kurang relevan ketika menulis suatu naskah. Lebih lanjut, pada tahap ini perlu
kecermatan tersendiri dalam memahami isi, meskipun naskah itu merupakan tulisan
sendiri.
Koherensi
Hal-hal yang harus diperhatikan pada tahap penyuntingan isi ini adalah
hubungan antarkalimat dan antarparagraf. Inilah yang dimaksud dengan koherensi
(coherence), yaitu bagaimana menyusun ide anda sedemikian rupa sehingga
membuatnya sangat mudah dimengerti oleh para pembaca ( Murray & Hughes,
2008:45-6 ). Penulis yang baik umumnya mengumpulkan idenya secara urut seperti
rantai, yang saling terkait satu sama lain.
Menyusun Kalimat
Dalam menyampaikan gagasan lewat artikel, menyusun kalimat yang efektif dan
mudah dipahami merupakan keharusan. Menurut KBBI 2009, kalimat adalah: (1)
kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan; (2) perkataan;
(3) ling satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final
dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa. Semua definisi tersebut
mengarah kepada pengertian bahwa kalimat adalah kumpulan kata yang disusun
menurut kaidah tertentu. Dikatakan menurut kaidah tertentu karena tiap kata yang
menyusun suatu kalimat memiliki jabatan atau fungtor kalimat. Terdapat 5 fungtor,
yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (Pel).
Subjek (S)
Subjek adalah pokok atau inti pikiran atau sesuatu yang berdiri sendiri dan
tentangnya dijelaskan oleh yang lain. Ciri subjek antara lain:
▪ Berjenis kata benda atau yang dibendakan
▪ Menjadi inti/pokok pikiran
▪ Dijelaskan oleh bagian lainnya
▪ Menjadi jawaban dari pertanyaan siapa atau apa;
▪ Poin d merupakan ciri yang paling mudah untuk mengetahui apakah sebuah kata
berfungtor subjek atau tidak.
Aposisi subjek adalah keterangan subjek, sebagai bagian dari subjek dan dapat
berfungsi menggantikan subjek jika subjek tersebut ditiadakan.
Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang menjelaskan tentang sifat atau perbuatan. Ciri
predikat yakni :
▪ Bertugas menjelaskan subjek
▪ Berjenis kata kerja, kata benda, kata sifat, kata depan, kata bilangan, dan kata
ganti
▪ Menjadi jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
Hal yang perlu diperhatikan terkait dengan fungtor predikat adalah predikat tidaklah
sama dengan kata kerja.
Objek (O)
Objek adalah kata yang dalam kalimat normal terletak setelah kata kerja aktif
transitif. Ciri objek adalah :
▪ Berwujud nominal atau klausa
▪ Menjadi subjek bila dipasifkan
▪ Langsung berada dibelakang kata kerja aktif transitif;
▪ Tidak dapat didahului oleh preposisi (kata depan)
▪ Menjadi jawaban dari pertanyaan “Apa”
Keterangan (K)
Berdasarkan penggolongan kata secara struktural penggolongan kata secara modern,
fungtor keterangan masuk dalam kategori kata tugas. Selain kata keterangan, yang
masuk dalam kategori tersebut adalah kata depan depan dalam tata bahasa tradisional.
Terdapat beberapa ragam kata keterangan yakni sebagai berikut:
▪ Keterangan waktu. Contoh: sekarang, nanti, kemarin, tadi, lusa dan sebagainya
▪ Keterangan mutu. Contoh: Ia membaca keras-keras
▪ Keterangan tempat. Contoh: di, ke, dari dan sebagainya
▪ Keterangan jumlah. Contoh: Ia makan tiga kali sehari.
▪ Keterangan modalitas. Contoh: memang, pasti, sebenarnya, semoga, dan lain-
lain.
▪ Keterangan alat (instrumental). Contoh: ia memotong ikan dengan pisau
▪ Keterangan aspek. Contoh: akan, mulai, sedang/tengah, biasanya, sering, dan
sebagainya.
▪ Keterangan syarat. Contoh: jika, jiakalau, kalau dan bila.
▪ Keterangan perlawanan. Contoh: meskipun, biarpun, dan lain-lain.
▪ Keterangan sebab. Contoh: Ia tidak naik karena malas.
▪ Keterangan akibat. Contoh: hingga, dan akhirnya.
▪ Keterangan tujuan. Contoh: agar, dan supaya.
▪ Keterangan perbandingan. Contoh: seperti, dan bagaikan.
▪ Keterangan pewatas. Contoh: kecuali, dan hanya.
Pelengkap (Pel)
Sebagaimana objek, pelengkap (komplemen) juga terletak setelah kata kerja.
Hanya bedanya kata kerja yang mendahului fungtor ini adalah kata kerja intransitif.
Persamaan inilah yang sering mengacaukan objek pelengkap, yang hanya akan terjadi
jika kita tidak begitu bisa membedakan antara kata kerja transitif dengan kata kerja
intransitif.
Ciri ciri pelengkap adalah :
• Dapat berwujud nominal, verbal, atau klausa
• Langsung berada di belakang kata kerja intransitif
• Dapat didahului oleh preposisi dan
• Tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
Sistematikan Penulisan
Bentuk-bentuk tulisan yang beragam berdampak pada sistematika penulisan
yang beragam pula. Sebagai contoh, menulis resensi untuk media cetak bebeda dengan
menulis artikel ilmiah atau menulis berita.
Dalam membuat suatu artikel, masalah kerangka tulisan harus diperhatikan.
Kerangka tulisan ini adalah pola urutan dari seluruh karya tulis yang akan kita buat.
Tujuan kerangka tulisan adalah membuat hasil karya tulis yang kita hasilkan tersaji
dengan rapi, ramping, enak dipandang dan enak dibaca. Kerangka tulisan terdiri atas 4
bagian (1) judul/wajah yang mencerminkan tema, (2) lead sapaan/pendahuluan yang
memancing minat dan gairah, (3) tubuh yang ramping dan dinamis, (4) penutup yang
bergaya pamit.
Perangkat Kebahasaan
Perangkat kebahasaan disiapkan untuk mempermudah penulisan karya tulis apa
pun agar lebih efektif. Perangkat kebahasaan meliputi pemakaian huruf, huruf kapital
dan huruf miring, singkatan dan akronim, penulisan kata, penulisan huruf serapan dan
pemakaian tanda baca.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Penghurufan
Berbeda dengan penggunaaan huruf Jepang, huruf Cina, huruf Jawa atau huruf
Arab, penulisan dalam bahasa Indonesia mengenal adanya huruf tegak atau huruf
Romawi, huruf miring (italic), huruf besar (capital), huruf kecil dan huruf Yunani.
Huruf Kapital, Miring dan Tebal
Huruf kapital biasanya digunakan untuk menulis kata-kata tertentu, terutama (1)
awal kalimat; (2) setiap awal kata dalam juduk buku atau terbitan berkala, kecuali kata-
kata depan seperti dan, yang, untuk, di, ke dan dari yang tidak terletak pada awal
kalimat; (3) nama bangsa, bahasa, agama, orang, hari, bulan, tarikh, peristiwa, sejarah,
lembaga, jabatan, gelar dan pangkat yang diikuti nama orang atau tempat; (4) setiap
unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada judul buku dan nama bangsa seperti
Undang- Undang Dasar 1945, Garis-Garis Besar Haluan Negara, Perserikatan Bangsa-
Bangsa; (5) nama-nama geografi seperti sungai, kota, provinsi, negara atau pulau.
Huruf italic atau miring seperti pada tulisan tangan dan sering disebut dengan
huruf kursif. Huruf miring digunakan dalam penulisan: (1) kata dan ungkapan asing; (2)
tetapan dan unsur yang tidak diketahui dalam rumus matematis; (3) nama kapal, satelit,
dll; (4) kata atau istilah yang baru diperkenalkan untuk diskusi khusus; (5) kata atau
frasa yang diberi penekanan; (6) judul buku atau terbitan berkala yang disebutkan dalam
teks dan dalam daftar pustaka; (7) tiruan bunyi seperti kalimat “ Dari sarang burung iu
terdengar kicau burung tujupulu, tujupulu”; (8) nama ilmiah, marga, jenis, anak jenis,
varietas dan forma makhluk seperti tectona grandis, salaca zalazza var ambooinense
dan lainnya.
Aturan Pemenggalan Contoh
1. Pemenggalan kata pada kata dasar
dilakukan sebagai berikut.
a. Jika ditengah kata ada vokal
yang berurutan, pemenggalan
kata itu dilakukan di antara
kedua huruf vokal tersebut.
Huruf diftong ai, au dan oi
tidak pernah diceraikan
sehingga pemenggalan kata
tidak dilakukan di antara kedua
huruf itu.
Ma-in, sa-at, bu-ah
Au-la bukan a-u-la
Sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
Am-boi bukan am-bo-i
b. Jika di tengah kata ada huruf
konsonan, termasuk gabungan
huruf konsonan, di antara dua
buah huruf vokal, pemenggalan
dilakukan sebelum huruf
konsonan.
Ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan,
ke-nyang, mu-ta-khir
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan
awalan, termasuk awalan yang
mengalami perubahan bentuk serta
partikel yang biasanya biasanya
ditulis serangkai dengan kata
Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu,
pergi-lah
dasarnya, dapat dipenggal pada
pergantian baris.
Singkatan dan Akronim
Singkatan Akronim
a. Singkatan nama orang, nama gelar,
sapaan, jabatan atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
A.S Kramawijaya Muh. Yamin
Sukanto S.A. Bpk: bapak
S.E. sarjana ekonomi
a. akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya: SIM (surat izin mengemudi)
b. Singkatan nama resmi lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama
dokumentasi resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis dengan
huruf kapital dan tidak diikuti
dengan tanda titik. Misalnya:
GBHN (Garis-Garis Besar Haluan
Negara
Akronim nama diri yang berupa gabungan
suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf
awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri ( Akademi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia )
Tanda Baca
Dalam penyuntingan suatu karya tulis, kiranya perlu diperhatikan pula tentang
penggunaan tanda baca. Tanda baca sangat membantu pembaca dalam memahami
naskah. Penggunaan tanda baca yang tepat akan mengurangi kesalahpahaman pembaca.
Tanda Titik
Aturan Penggunaan Contoh
1. Tanda titik di pakai pada akhir
kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Hari ini tanggal 6 April 1973.
2. Tanda titik di pakai dibelakang
angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar, atau daftar.
1. Patokan umum
1.1 Isi karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar tangan
1.2.2 Tabel grafik
3. Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit dan
detik yang menunjukkan waktu.
Pukul 1.35.20 ( pukul 1 lewat 35 menit 20
detik )
4. Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit dan
detik yang menunjukkan jangka
waktu
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik )
BAB X
MENINGKATKAN PELUANG DIMUAT
Menghubungi Media Massa
• Cara Mengirim Artikel
Untuk mengirim tulisan Anda kepada media massa, anda dapat mengirimnya
melalui email, faksimile ataupun pos. Jika anda baru saja akan memulai untuk
mengirim tulisan anda, penulis sarankan untuk mengirim melalui pos atau jika
kantor media massa itu cukup dekat, anda bahkan bisa mengantarnya sendiri ke
kantor tersebut.
• Menunggu “Lampu Hijau” dari Redaksi
Setelah tulisan dikirim, kita tinggal menunggu lampu hijau dari redaksi apakah
memuat tulisan kita atau tidak.
Media Alamat Email Fax
Harian Nasional Kompas Jl.Palmerah Selatam
26-28 Jakarta Pusat
10270
(021) 5466085
Seputar Indonesia Menara Kebon Sirih
Lt. 22, Jl Kebon Sirih
Raya No 17-19 Jakarta
10340
redaksi@seputar-
indonesia.com
(021) 3929758
(021) 3927721
Majalah SWA Jl. Taman Tanah
Abang III/23 Jakarta
Pusat 10160
(021) 3457338
Tempo Gedung Tempo Jl.
Proklamasi No 72
Jakarta 10320
(021) 3916154
Media Daerah Sumatra Waspada
(Medan)
Jl. Letjen
Suprapto/Brigjen
Katamso No 1 Medan,
Sumatra Utara 20151
(061) 510025
(061) 4510025
Media Daerah Jawa Pikiran Rakyat Jl.Soekarno Hatta 147
Bandung 40223
redaksi@pikiran-
rakyat.com
berita@pikiran-
rakyat.com
info@pikiran-
rakyat.com
(022) 631004
Jangan putus asa apabila artikel Anda ditolak redaksi. Anda dapa
menyempurnakannya, kemudian mengirimkannya ke media lain. Akan tetapi ingat,
jangan mengirim ke media lain sebelum ada pernyataan resmi (tertulis) dari redaksi
bahwa mereka menolak artikel kita.
Pertimbangan Redaktur
1. Nama Penulis
Redaksi pada umunya akan cepat memilih penulis yang sudah terkenal
ketimbang penulis baru.
Intinya, jangan ragu untuk mengirim tulisan dengan adanya pertimbangan
seperti ini. Keep fighting! Karena siapa tahu anda akan menjadi penulis besar
kemudian hari.
2. Tulisan Sesuai dengan Bidang Penulis
Redaksi akan senang menerima tulisan dari seseorang dari bidangnya.
3. Bahasa Ilmiah Populer
Karena koran dan majalah dibaca oleh khalayak umum, tulisan yang menggunakan
bahasa ilmiah populer akan menjadi pilihan redaksi.
Tak Kenal Maka Tak Dimuat
Peribahasa “tak kenal maka tak sayang” juga berlaku dalam hubungan antara
penulis dengan media. Jika kita tidak dikenal siapa dan bagaimana karakter sebuah
media, kita tidak akan tahu tulisan seperti apa yang diinginkan media tersebut.
Biodata Penulis
Jangan lupa mengirimkan biodata singkat anda ketika mengirim tulisan kepada
media. Biodata anda merupakan hal yang penting dan merupakan salah satu
pertimbangan bagi redaksi untuk memutuskan tulisan anda pada medianya atau tidak.
Bonus dari Menulis
Apakah tulisan yang dimuat ada honornya? Tentu saja ada. Jadi, jangan lupa
mencantumkan nomor rekening bank anda dalam biodata yang anda kirim.
Hal yang Dilarang
Sebagai catatan penting, jangan pernah mengirim satu tulisan dengan substansi
yang sama pada dua koran nasional atau dua koran yang satu daerah dalam waktu
bersamaan karena kalau ada sama sama dimuat di kedua koran, kita akan mendapat
sanksi, yaitu tidak dimuatnya lagi tulisan kita tidak akan dimuat lagi di kedua koran
tersebut.
Hal lain yang sangat tidak boleh anda lakukan adalah mengirimkannya karya
yang mengandung unsur plagiarisme.plagiat dapat diaanggap sebagai tindak pidana
karena mencuri hak cipta orang lain.