bab 7 teorema mekanika kuantum

Upload: anis-wahyu-fadhilah

Post on 14-Apr-2018

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    1/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    BAB VII

    TEOREMA MEKANIKA KUANTUM

    7.1 Pengantar

    Persamaan Schrodinger untuk atom yang hanya mepunyai satu elektron dapat kita

    selesaikan secara pasti, tetapi tidak demikian halnya untuk atom yang berelektron banyak

    dan juga molekul, karena dalam kedua sistem yang terakhir terjadi repulsi antara satu

    elektron dengan elektron lain. Untuk itu kita butuhkan metode lain untuk menyelesaikan

    persamaan Schrodinger untuk atom berelektron banyak dan molekul. Ada dua metode

    yang akan kita bicarakan pada Bab VIII dan Bab IX, yaitu metode variasi dan teori

    perturbasi. Untuk dapat memahami kedua metode tersebut kita harus mengembangkan

    lebih lanjut pemahaman kita terhadap mekanika kuantum, yang secara garis besar telah

    kita pelajari. Jadi target bab ini adalah membahas secara lebih mendalam mengenai

    teorema mekanika kuantum.

    Sebelum mulai, marilah kita mengenal beberapa notasi integral yang akan

    dipergunakan. Definit integral seluruh ruang atas operator sembarang yang terletak di

    antara dua buahfungsi yaitufm danfn biasanya ditulis:

    n*

    A ffm d = nA ffm = ( )nA ffm = nm A (7-1)

    Notasi (7-1) di atas diperkenalkan oleh Dirac, dan disebut notasi kurung. Bentuk integral

    di atas juga sering ditulis:

    n* A ffm d = Am n (7-2)

    Notasi untuk integral seluruh ruang atas dua buahfungsifm danfn ditulis:

    nm ff * d = nm ff = ( )nm ff = m n (7-3)

    Karena [ ]** ff nm = nm ff * d, maka:

    m n * = m n (7-4)

    dan dalam kasus khusus yaitufm =fn maka (7-4) dapat ditulis : m m *= m m .

    Hal-hal lain yang perlu diingat adalah:

    1) nm ff * d = 1 jikafm =fn danfungsinya disebut ternormalisasi. (7-5)

    nm ff * d = 0 jikafm fn danfungsinya disebut ortogonal (7-6)

    114

    d

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    2/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Catatan:

    nm ff * d juga boleh ditulis m n (Kronikle Delta) yang harganya = 0 jika fm

    fn dan berharga 1 jikafm = fn

    2) Jika : A = a dengan a bilangan konstan, maka disebutfungsi eigen sedang adisebut nilai eigen atau: jika adalah fungsi eigen terhadap operator A , maka

    berlaku hubungan:

    A = a dengan a adalah nilai eigen. (7-7)

    7.2 Operator Hermit

    Untuk memahami operator ini, kita harus mengingat kembali pengertian operator

    linear dan pengertian nilai rata-rata. Operator linear adalah operator yang mewakilibesaran fisik, misal operator energi, operator energi kinetik, operator momentum angular

    dan lain-lain. Selanjutnya telah kita ketahui pula bahwa jika A adalah operator linear

    yang mewakili besaran fisik A, maka nilai rata-rata A dinyatakan dengan:

    A = *A d (7-8)

    dengan adalahfungsi keadaan sistem. Karena nilai rata-rata selalu merupakan bilangan

    real, maka:

    A = A *

    atau:

    *A d = ( ) *A d (7-9)

    Persamaan (7-9) harus berlaku bagi setiapfungsi yang mewakili keadaan tertentu suatu

    sistem atau persamaan (7-9) harus berlaku bagi setiap fungsi berkelakuan baik (well

    behaved function). Operator linear yang memenuhi persamaan (7-9) itulah yang disebut

    operator Hermit.

    Beberapa buku teks menulis operator Hermit sebagai operator yang mengikuti persamaan:

    gAf* d = *)A( fg d (7-10)

    untukfungsi fdan g yang berkelakuan baik. Perlu dicatat secara khusus bahwa pada ruas

    kiri persamaan (7-10), operator A bekerja padafungsi g sedang di ruas kanan, operator

    115

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    3/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    bekerja pada fungsi f. Dalam kasus khusus yaitu jika f = g maka bentuk (7-10) akan

    tereduksi menjadi bentuk (7-9).

    Teorema yang berhubungan dengan Operator Hermit

    Ada beberapa teorema penting sehubungan dengan operator Hermit, yaitu:

    Teorema 1:Nilai eigen untuk operator Hermit pasti merupakan bilangan real.

    Teorema 2: Dua buah function 1 dan 2 berhubungan dengan operator Hermit A dan

    baik1 maupun 2 adalah fungsi eigen terhadap operator A dengan nilai

    eigen yang berbeda, maka 1 dan 2 adalah ortogonal. Jika kedua fungsi

    tersebut mempunyai nilai eigen yang sama atau degenerate (jadi tidak

    ortogonal), maka selalu ada cara agar dijadikan ortogonal.

    Pembuktian Teorema I:

    Ada dua hal penting yang termuat dalam pernyataan teorema I yaitu bahwa

    operator yang dipergunakan adalah operator Hermit jadi harus mengikuti (7-9) dan ada

    pernyataan eigen value, ini berarti bahwafungsi yang dibicarakan adalahfungsi eigen, jadi

    hubungan (7-7) berlaku. Untuk ini kita misalkan fungsinya adalah , dan karena A

    adalah operator hermit, maka menurut (7-9):

    *A d =

    ( ) *A d

    atau:

    *A d = **A d (7-11)

    Menurut (7-7) :

    A = a dengan a adalah nilai eigen untuk

    **A = a* dengan a* adalah nilai eigen untuk

    sehingga (7-11) dapat ditulis:

    a * d = a* d*

    Menurut (7-5) nilai *

    d = d* = 1, jadi:

    a = a*

    Harga a = a* hanya mungkin jika a bilangan real.

    116

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    4/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Pembuktian Teorema II:

    Karena 1 dan 2 adalahfungsi eigen terhadap operator misal operatorA , maka berlaku:

    A 1 = a11 dan A 2 = a22 (7-12)

    Karena A adalah operator Hermit terhadap 1 dan 2 maka menurut (7-10) berlaku:

    2*1 A d = ( ) *12 A d

    atau:

    2*1 A d = *1*2 A d (7-13)

    Substitusikan (7-12) ke dalam (7-13), menghasilkan:

    a2 1 2*

    d = a1* 2 1*

    d

    Menurut teorema I, harga a*

    = a, jadi:a2 1 2

    *d = a1 2 1* d (7-14)

    Menurut (7-4), 1 2*

    d = 2 1* d , jadi persamaan (7-14) boleh ditulis:

    a2 1 2*

    d = a1 1 2* d

    atau:

    a2 1 2*

    d a1 1 2* d = 0

    atau:(a2 a1 ) 1 2

    *d = 0 (7-15)

    Jika a1 tidak sama dengan a2 maka dari (7-15) tersebut (a2a1) tidak mungkin nol,

    sehingga:

    1 2*

    d = 0 (7-16)

    Karena 1 2*

    d = 0, maka 1 dan 2 ortogonal.

    Jadi terbukti, jika dua buah fungsi eigen mempunyai nilai eigen berbeda terhadap

    operator tertentu, maka kedua fungsi tersebut ortogonal. Yang menjadi pertanyaan

    sekarang adalah, mungkinkah dua buah fungsi eigen yang independen, mempunyai nilai

    eigen yang sama ? Jawabnya adalah ya. Ini terjadi pada kasus degenerasi. Pada kasus ini,

    beberapa fungsi eigen yang independen, mempunyai nilai eigen yang sama. Untuk dua

    fungsi eigen yang degenerate atau yang nilai eigen-nya sama, maka kedua fungsi tersebut

    117

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    5/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    tidak ortogonal. Dengan demikian, maka kita hanya boleh mengatakan bahwa duafungsi

    eigen yang berhubungan dengan operator Hermit adalah ortogonal jika kedua fungsi eigen

    itu tidak degenerate.

    Apakah Degenerate itu ?

    Telah disinggung di atas bahwa jika dua atau lebihfungsi eigen yang independen

    mempunyai nilai eigen sama, maka kasus seperti itu disebut degenerate. Untuk lebih

    memahami masalah degenerate ini, marilah kita ingat kembali fungsi gelombang partikel

    dalam kotak yang telah kita pelajari. Fungsi gelombang partikel dalam kotak 3 dimensi

    dinyatakan sebagai:

    = xyz dengan :

    x = 2 21 2

    LxnLx

    x

    /

    sin x ; y = 22

    1 2

    Ly

    n

    Lyy

    /

    sin y dan y =

    2 21 2

    Ly

    n

    Ly

    y

    /

    sin

    y

    jadi:

    = 8 21 2

    Lx Ly Lz

    n

    Lx

    x

    . .sin

    /

    x sin

    2n

    Ly

    yy sin

    2n

    Ly

    yy (7-17)

    Jika operator Hermit, misal operator Hamilton dikenakan padafungsi gelombang tersebutmaka nilai eigennya adalah energi yang besarnya:

    E = Ex + Ey + Ez

    dengan :

    Ex =h n

    mL

    x

    x

    2 2

    28

    ; Ey =h n

    mL

    y

    y

    2 2

    28

    dan Ez =h n

    mL

    z

    z

    2 2

    28

    (7-18)

    sehingga:

    E = hm

    n

    L

    n

    L

    n

    L

    x

    x

    y

    y

    z

    z

    2 2

    2

    2

    2

    2

    28+ +

    Jika kotaknya kubus dengan rusuk L:

    E =h

    m

    n

    L

    x y z2 2 2 2

    28

    + n + n

    (7-19)

    118

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    6/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Jika kotaknya berbentuk kubus, maka menurut (7-19) harga nilai eigen E1-1-2 = E1-2-1 = E2-1-

    1 =h

    m L

    2

    28

    6

    meskipun eigen function-nya 1-1-2 1-2-1 2-1-1. Keadaan seperti itulah

    contoh kasus degenerate. Untuk kasus degenerate tersebut, biasanya dikatakan bahwaderajad degenerasinya = 3, karena ada 3 fungsi gelombang berbeda yang nilai eigen-nya

    sama yaitu 1-1-2; 1-2-1 dan 2-1-1. Sudah barang masih tak terhingga banyak kasus

    degenerate untukfungsi gelombang partikel dalam kotak berbentuk kubus misal pasangan

    1-1-3; 1-3-1 dan 3-1-1 dan masih banyak lagi.

    Satu hal yang penting dari keadaan degenerate itu ialah, bahwa jikafungsi-fungsi

    eigen yang degenerate itu dikombinasi linearkan, maka akan terbentukfungsi eigen yang

    baru. Contoh:

    Jika fungsi adalah kombinasi linear dari 1-1-2, 1-2-1 dan 2-1-1 yang dinyatakan dalam

    bentuk:

    = c11-1-2 + c21-2-1 + 2-1-1 (7-20)

    Karena 1-1-2, 1-2-1 dan 2-1-1 adalah degenerate, maka pasti merupakan fungsi eigen

    yang nilai eigennya sama dengan nilai eigenfungsi-fungsi penyusunnya.

    Yang harus diingat adalah bahwa jika adalah kombinasi linear dari 1-1-2 dan 1-3-1 sehingga dapat ditulis:

    = c11-1-2 + c21-3-1 (7-21)

    maka bukan fungsi eigen karena nilai eigen 1-1-2 dan c21-3-1 pasti tidak sama.

    Relasi (7-20) disebut degenerasi karenafungsi eigen penyusunnya degenerate sedang (7-

    21) bukan degenerasi.

    Jika kepada kita ditanyakan berapa energi pada (7-20) maka jawabnya adalah E

    =h

    m L

    2

    28

    6

    .

    Ortogonalisasi

    119

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    7/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Misal kita mempunyai dua buah fungsi eigen yang degenerate, jadi nilai eigennya

    sama maka menurut teorema 2 kedua fungsi tersebut tidak ortogonal. Pertanyaannya

    adalah dapatkah kita membuatnya menjadi ortogonal ? Jawabnya adalah, dapat.

    Sekarang kita akan menunjukkan bahwa dalam kasus degenerasi (yang fungsi-

    fungsinya tidak ortogonal), dapat kita buat menjadi ortogonal. Kita misalkan kita

    mempunyai operator Hermit A dan dua buahfungsi eigen independen yaitufungsi fdan

    fungsi G yang mempunyai nilai eigen yang sama yaitu s, maka berarti:

    Af = s f; A G = s G

    Karena nilai eigen keduanya sama, maka fdan G pasti tidak ortogonal. Agar diperoleh dua

    fungsi baru yang ortogonal, ditempuh langkah sebagai berikut:

    Kita buatfungsi eigen baru yaitu g1 dan g2 yang merupakan kombinasi linearfdan

    G sehingga membentuk misalnya:

    g1 = f dan g2 = G + c f dengan c adalah konstanta.

    Kita harus menentukan harga c tertentu agar g1 dan g2 ortogonal. Agar ortogonal harus

    dipenuhi syarat:

    2*1 gg d = 0 atau:

    )c+(* fGf d= 0 atau :

    Gf * d + ff*c d = 0 atau :

    Gf * d + c ff* d = 0 atau :

    Jadi agar g1 dan g2 ortogonal, maka harga c harus:

    c =

    *

    *

    ff

    Gf

    Sekarang kita telah mempunyai duafungsi ortogonal yaitu g1 dan g2 yaitu:

    g1 = f dan g2 = G + c f dengan c = **

    ff

    Gf

    Prosedur yang telah kita tempuh ini disebut Ortogonalisasi Schmidt.

    7.3 Ekspansi Sembarang Fungsi Menjadi Kombinasi Linear Fungsi Eigen

    120

    d

    d

    d

    d

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    8/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Setelah kita membicarakan ortogonalitas fungsi eigen dari operator Hermit,

    sekarang akan kita bicarakan sifat penting lain darifungsi tersebut; sifat ini mengijinkan

    kita untuk mengubah bentuk sembarangfungsi F(x) menjadi kombinasi linearfungsi -fungsi

    eigen. Jika kombinasi linear fungsi eigen itu adalah a11 + a22 + a33..... + ann, atau

    agar lebih singkat kita tulis saja dengan bentuk an n1

    ~

    , maka ekspansi fungsi yang

    dimaksud adalah:

    F(x) = an n1

    ~

    (7-22)

    dengan :

    an = n xall x

    *( )F dx (7-23)

    Bagaimana mendapat (7-23) di atas ? Marilah kita ikuti langkah-langkah berikut:

    Kedua ruas (7-22) kita kalikan dengan m* sehingga diperoleh:

    m* F(x) = an nm *

    ~

    1

    (7-24)

    Jika kedua ruas (7-24) diintegralkan maka diperoleh:

    m* F(x) dx = an nm *~

    1

    dx (7-25)

    Telah kita ketahui bahwa :

    m* dxn = m n (7-26)

    sehingga (7-25) dapat ditulis:

    m* F(x) dx = an . m n1

    ~

    (7-27)

    Ruas kanan (7-27) adalah:

    an . m n1

    ~

    = a1. m 1 + a2 m 2 + ....a m m m + a m +1 m (m+1) +...

    = a1. 0 + a2 0 + ....a m 1 + a m +1 . 0 +...

    = am

    121

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    9/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Sehingga (7-27) dapat ditulis:

    m* F(x) dx = am atau am = m* F(x) dx (7-28)

    Jika indek m pada (7-28) diganti n maka persamaan (7-23) yang dicari diperoleh yaitu:

    an = n xall x

    *( )F dx

    Contoh:

    Diketahui: F(x) = x untuk 0 < x < a/2

    F(x) = 1 x untuk a/2 < x < a

    Ekspansilah F(x) ke dalam fungsi eigen untuk partikel dalam kotak satu dimensi yang

    panjang kotaknya = a.

    Jawab:

    Fungsi gelombang partikel dalam kotak satu dimensi dengan panjang kotak = a adalah:

    n =2

    1 2

    a

    n

    a

    /

    sin

    x (7-29)

    Jadi bentuk ekspansinya menurut (7-22):

    F(x) = an n1

    ~

    = 21 2

    1a

    an

    / ~

    sinn

    ax

    (7-30)

    Menurut (7-23) :

    an = n xall x

    *( )F dx

    =2

    1 2

    a

    n

    ax F x

    /

    ( )sin

    dx

    = 21 2

    a

    n

    ax F x

    /

    ( )sin

    dx

    =2

    1 2

    0

    2

    ax .

    a

    / /

    sinn

    ax dx

    +

    21

    1 2

    2a

    a

    a

    /

    /

    ( )x . sinn

    ax dx

    =( )2

    2

    3 2

    2 2

    a

    n

    n/

    sin

    (7-31)

    Jadi:

    122

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    10/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    a1 =( )2

    3 2

    2

    a/

    ; a2 = 0 ; a3 =

    ( )2

    3

    3 2

    2 2

    a/

    ; a4 = 0 ; a5 =

    ( )2

    5

    3 2

    2 2

    a/

    ; a6 = 0 dan

    seterusnya.

    Kita masukkan (7-31) ke dalam (7-30), maka:

    F(x) =2

    1 2

    1a

    an

    / ~

    sinn

    ax

    =( ) ( ) ( )2

    3

    3

    5

    51 2 3 2

    2

    3 2

    2 2

    3 2

    2 2ax x x

    +

    / ' ' '

    2a

    sina

    2a

    sina

    2a

    sina

    . . . .

    =( )2 3 51 2

    3 2

    2ax x x

    +

    / '2a

    1

    1sin

    a

    1

    3sin

    a

    1

    5sin

    a. . . .

    2 2 2

    =

    4 3 5

    2

    a

    x x x

    1

    1 sin a

    1

    3 sin a

    1

    5 sin a . . . .2 2 2 +

    Pengertian Complete Set

    Pada contoh ekspansi fungsi diatas, fungsi F(x) dapat diekspansi ke dalam bentuk

    kombinasi linearfungsi gelombang partikel dalam kotak n dan dalam hal ini himpunan

    fungsi disebut himpunan lengkap atau Complete Set. Apakah semua n dapat

    digunakan untuk mengekspansifungsi F, jawabnya ternyata tidak, hanya himpunanfungsi

    yang merupakan himpunan lengkap saja yang dapat digunakan untuk mengekspansifungsi

    F. Selanjutnya mengenai himpunan lengkap, dibuat definisi sebagai berikut:

    Himpunan fungsi dapat disebut sebagai Himpunan Lengkap jikahimpunanfungsi tersebut dapat digunakan untuk mengekspansi sembarangfungsi F menjadi kombinasi linear dengan mengikuti persamaan F(x) =

    an n1

    ~

    dengan an adalah tetapan sembarang.

    Contoh himpunan fungsi gelombang yang bukan himpunan lengkap adalah himpunan

    fungsi gelombang elektron atom hidrogen yang sudah pernah kita pelajari. Meskipun kita

    tahu bahwa fungsi gelombang elektron atom hidrogen yaitu (n, l, m ) adalah fungsi r,,,

    namun jika seandainya kita mempunyai sembarang fungsi F(r,,) maka fungsi tersebut

    tidak dapat diekspansi menjadi kombinasi linear , karena seperti kita ketahui bahwa

    hidrogen hanya berhubungan dengan energi diskrit saja padahal energi elektron bisa saja

    123

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    11/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    kontinum, yaitu ketika elektron dalam proses lepas dari sistem atom menjelang terjadinya

    ionisasi. Jadi n atom Hidrogen bukan merupakan himpunan lengkap sehingga tidak

    mungkin kita mengekspansi F(r,,) menjadi himpunan linear(n, l, m). Fungsi gelombang

    hidrogen baru disebut himpunan fungsi lengkap jika menyertakan himpunan fungsigelombang yang berkorelasi dengan energi kontinum yang biasanya ditulis (E, l, m). Jika

    fungsi gelombang hidrogen sudah dinyatakan secara lengkap seperti itu makafungsi F(r,,)

    dapat diekspan, yaitu menjadi kombinasi linearfungsi diskrit dan kombinasi linearfungsi

    kontinum.

    Teorema 3:

    Jika g1, g2... adalah himpunan lengkap fungsi eigen dari operator A dan jika

    fungsi Fjugafungsi eigen dari operatorA dengan nilai eigen k (jadi A F = k F) sedang F

    diekspansi dalam bentukF = i

    iiga , maka gi yang a i nya tidak nol mempunyai nilai

    eigen k juga.

    Jadi ekspansi terhadap F, hanya melibatkan fungsi-fungsi eigen yang mempunyai

    nilai eigen yang sama dengannilai eigen F.

    Selanjutnya sebagai rangkuman dari sub-bab 7.2 dan 7.3 dapat dinyatakan bahwa

    Fungsi-fungsi eigen dari operator Hermite, membentuk himpunan lengkap ortonormaldan nilai eigennya adalah real.

    7.4 Eigen Fungsi Dari Operator Commute

    Jikafungsi secara simultan adalahfungsi eigen dari dua buah operator A dan

    B dengan nilai eigen aj dan bj, maka pengukuran properti A menghasilkan aj dan

    pengukuran B menghasilkan bj. Jadi kedua properti A dan B mempunyai nilai definit jika

    merupakanfungsi eigen baik terhadap A maupun B .

    Pada bab V sub bab 5.1 kita telah menyatakan bahwa suatu fungsi adalah eigen

    terhadap A dan B jika kedua operator tersebut commute atau:

    A = ai dan B = bi Jika : (7-32)

    [ A ,B ] = 0 (7-33)

    124

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    12/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Sekarang pernyataan pada bab V tersebut akan kita buktikan. Yang harus kita buktikan

    adalah:

    [ A ,B ] = 0

    Kita tahu:

    [ A ,B ] = A B B A (7-34)

    Jika dioperasikan pada i :

    [ A ,B ]i = A B iB A i

    = A (B i ) B ( A i )

    = Abi B ai i

    = biA aiB i

    = bi ai aibii

    [ A ,B ] = bi ai aibi = 0 (terbukti) (7-35)

    Pembuktian di atas adalah pembuktian untuk teorema 4 yang bunyinya

    Teorema 4: Jika Operator linearA dan B mempunyai himpunanfungsi eigen yang

    sama maka A dan B adalah commute.

    Perlu diingat A dan B yang dimaksud oleh teorema 4 hanya A dan B yang

    masing-masing merupakan operator linear. Jika A dan B bukan operator linear makakeduanya bisa tidak commute meskipun seandainya keduanya mempunyai fungsi eigen

    yang sama. Sebagai contoh (,) yang kita bahas di bab V, adalah fungsi eigen dari

    operator xL dan operator yL tetapi kedua operator tersebut non commute.

    Teorema 5 : Jika operator Hermite A dan B adalah commute, maka kita dapat memilih

    himpunan lengkapfungsi eigen untuk kedua operator itu.

    Pembuktiannya adalah sebagai berikut:

    Anggap sajafungsi g i adalahfungsi eigen dari operator A dengan nilai eigen a i

    maka kita dapat menulis:

    A gi = ai gi (7-36)

    Jika operatorB dioperasikan pada kedua ruas (7-36) di atas, maka:

    B ( A gi ) =B (ai gi ) (7-37)

    125

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    13/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Karena A dan B commute dan karena B linear maka:

    A (B g i) = ai (B g i) (7-38)

    Persamaan (7-38) di atas menyatakan bahwa fungsi B g i adalah fungsi eigen terhadap

    operator A dengan nilai eigen a i, persis sama dengan fungsi g i yang juga fungsi eigen

    terhadap operator A dengan nilai eigen a i. Marilah kita untuk sementara menganggap

    bahwa nilai eigen dari operator A tersebut non degenerate, hingga untuk sembarang

    harga nilai eigen a i yang diberikan berasal dari satu dan hanya satu fungsi eigen yang

    linearly independent. Jika ini benar, maka kedua fungsi eigen g i dan B g i yang

    mempunyai nilai eigen sama yaitu a i harus linearly dependent, yaitu,fungsi yang satu harus

    merupakan kelipatan sederhana dari yang lain,

    B g i = ki g i (7-39)

    dengan ki adalah konstan. Persamaan (7-39) itu menyatakan bahwafungsi g i merupakan

    fungsi eigen dari operatorB sebagaimana yang hendak kita buktikan.

    Jadi, jika A dan B commute dan fungsi g i adalah fungsi eigen terhadap A

    maka g i juga merupakan fungsi eigen dari B (Jadi Teorema 5 adalah kebalikan dari

    Teorema 4)

    Teorema 6: Jika g i dan gj adalah fungsi eigen dari operator Hermite A dengan nilai

    eigen berbeda (misal A g i = a i g i dan A gj = ajgj dengan a i aj), dan jika

    B adalah operator linear yang commute terhadap A , maka:

    < gjB g i > = 0 atau rsj Bg ig d = 0 (7-40)

    dengan s-r adalah seluruh ruang. Pembuktiannya adalah sebagai berikut:

    Karena A dan B commute, makafungsi eigen terhadap A adalah juga fungsi

    eigen terhadap B , meski dengan nilai eigen berbeda. Jadi gi juga fungsi eigen terhadap

    B , yang jika nilai eigennya dimisalkan ki maka:

    B gi = ki gi (7-41)dengan demikian (7-40) boleh ditulis:

    rs

    iij gkg d = rs

    iji ggk = ik . 0 = 0 (terbukti)

    126

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    14/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    7.5 Paritas

    Ada operator mekanika kuantum yang tidak dikenal dalam mekanika klasik,

    contohnya adalah operator paritas. Marilah kita ingat kembali bahwa dalam osilator

    harmonis, kita mengenal adanyafungsi genap dan ganjil. Akan kita lihat bagaimana sifat ini

    dikaitkan dengan operator paritas.

    Operator paritas, dapat dilihat dari efeknya apabila ia bekerja pada

    sembarang fungsi. Operator ini akan mengubah tanda semua koordinat Cartessius,

    sehingga kita boleh mendefinisikan:

    f( x, y, z ) = f(x, y, z)

    Contohnya: ( x2 2 x. e2y + 3 z3 ) = { (x)22 (-x). e2y + 3 (z)3 }

    = x2 + 2 x e2y 3z3

    Jika seandainya g i adalahfungsi eigen dari operator paritas dengan nilai eigen a i

    maka kita dapat menulis:

    g i = a i g i (7-42)

    Sifat paling penting dari operator ini adalah kuadratnya:

    2 f( x, y, z ) = f( x, y, z ) = f(x, y, z) = f( x, y, z )

    Karena fnyafungsi sembarang maka 2 adalah operator satuan (unit Operator), jadi:

    2 = 1 (7-43)

    Sekarang, bagaimana jika kita gunakan 2 untuk (7-42) ? Hasilnya adalah:

    2 g i = g i = a i g i = a i g i = 2ia g i (7-44)

    Karena adalah unit operator, maka (7-44) menjadi:

    g i =2i

    a g i (7-45)

    atau:

    127

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    15/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    ai = + 1 (7-46)

    Karena ai adalah nilai eigen untuk 2 , maka nilai eigen untuk 2 adalah 1 dan 1.

    Perlu dicatat bahwa hal ini berlaku untuk semua operator yang kuadratnya merupakan

    operator satuan.

    Bagaimana fungsi eigen dari operator Paritas ? Kita lihat kembali persamaan (7-42)

    g i = a i g i

    Karena nilai eigen operator ini + 1, maka persamaan di atas dapat ditulis:

    g i = + 1 g i (7-47)

    Jika gi adalah g(x, y, z), maka:

    g (x, y, z) = + 1 g(x, y, z ) atau (7-48)

    g (x, y, z) = + 1 g(x, y, z ) (7-49)

    Jika nilai eigennya +1, maka:

    g (x, y, z) = g(x, y, z ) (7-50)

    jadi gfungsi genap. Jika nilai eigen = 1, maka:

    g ( x , y , z ) = g ( x , y , z ) (7-51)

    jadi g adalahfungsi ganjil.. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:

    fungsi eigen dari operator paritas adalah semua

    fungsi well behaved yang mungkin baik genap

    maupun ganjil.

    Bagaimana jika Operator Paritas Commute dengan operator Hamilton ?

    Manakala operator paritas commute dengan operator Hamilton maka semuafungsi

    yang eigen terhadap operator Hamilton pasti eigen juga dengan operator paritas. Kita

    ambil saja himpunanfungsi i adalahfungsi eigen terhadap operatorH. Kemudian, jika

    operator paritas dan Hamilton commute, kita boleh menulis:

    128

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    16/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    [ ,H] = 0 (7-52)

    dan juga boleh menyatakan bahwa i adalahfungsi eigen bagi operator paritas tidak peduli

    fungsi tersebut ganjil atau genap. Untuk sistem partikel tunggal,

    [H, ] = [ ( Vxm2 2

    22

    +

    ), ] = [

    xm22

    22

    , ] + [ V, ]

    = m2

    2 [ x

    2

    2

    , ] + [ V, ] (7-53)

    Harga [ x2

    2

    , ] adalah 0, ini dengan mudah dapat dibuktikan sebagai berikut:

    [ x2

    2

    , ] F(x) =

    x2

    2

    F(x)

    x 2

    2

    F(x)

    =x

    2

    2

    F(x) ( )x

    ( )x

    F(x)

    =x2

    2

    F(x)

    x2

    2

    F(x) = 0

    Dengan demikian (7-53) dapat ditulis:

    [H, ] = [ V, ] (7-54)

    Sekarang kita evaluasi ruas kanan (7-54):[ V(x), ] F(x) = V(x) F(x) V(x)F(x)

    = V(x) F(x) V(x)F(x) (7-55)

    Nilai (7-55) ditentukan olehfungsi energi potensial. Jikafungsi energi potensial adalah

    fungsi genap, maka V(x) = V(x), maka (7-55) menjadi:

    [ V(x), ] = 0 sehingga (7-54) menjadi:

    [H, ] = 0 (7-56)

    Ini berarti:

    129

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    17/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Teorema 7: Jika fungsi V adalah fungsi genap, maka H dan adalah commute,

    sehingga kita dapat memilih sembarang fungsi gelombang stasioner baik genap

    maupun ganjil sebagaifungsi eigen dari kedua operator tersebut.

    Fungsi genap atau ganjil yang merupakanfungsi eigen bagi kedua operator Hamilton dan

    paritas itu disebutfungsi definit paritas.

    Jika semua energi levelnya adalah non degenerate ( umumnya memang benar untuk

    sistem partikel tunggal) berarti hanya ada satu fungsi gelombang independen yang

    berhubungan dengan masing-masing energi level. Jadi untuk kasus non degenerate, maka

    fungsi gelombang stasioner yang fungsi energi potensialnya fungsi genap adalah definit

    paritas. Sebagai contoh fungsi gelombang osilator harmonis adalah definit paritas karena

    fungsi energi potensialnya kx2 (fungsi energi potensial genap).Jika energi level degenerate, itu berarti tidak cuma satu fungsi gelombang

    independen yang memiliki energi nilai eigen tersebut. Dengan demikian kita mempunyai

    banyak sekali pilihan fungsi gelombang sebagai akibat dari kombinasi linear dari fungsi-

    fungsi degenerasi itu.

    7.6 Pengukuran Dan Keadaan Superposisi

    Mekanika kuantum dapat dipandang sebagai suatu cara untuk menghitung

    probabilitas dari berbagai kemungkinan hasil pengukuran. Sebagai contoh, jika kita

    mempunyai fungsi (x,t) maka probabilitas hasil pengukuran posisi partikel pada saat t

    berada antara x dan x + dx dinyatakan oleh (x,t)2 dx

    Sekarang kita akan memperhatikan pengukuran properti secara umum, misal

    besaran A. Untuk ini yang dipertanyakan adalah bagaimana menggunakan untuk

    menghitung probabilitas masing-masing hasil pengukuran A yang mungkin. Kita akan

    mengupas informasi apa saja yang dikandung oleh yang merupakan jantungnyamekanika kuantum. Subyek pembahasan kita adalah sistem n partikel dan menggunakan q

    sebagai simbol dari koordinat 3n. Telah kita postulatkan bahwa hanya nilai eigen a i dari

    operator lah yang merupakan kemungkinan hasil pengukuran besaran A.

    Dengan menggunakan g i sebagaifungsi eigen dari , maka kita boleh menulis:

    130

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    18/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    g i ( q ) = a i g i ( q ) (7-57)

    Telah kita postulatkan pada sub bab 7.3 bahwa fungsi eigen dari sembarang operator

    Hermite yang mewakili besaran fisik teramati, membentuk himpunan lengkap. Karena g i

    adalah himpunan lengkap kita dapat mengekspansifungsi dalam suatu deret yang suku-

    sukunya adalah g i jadi:

    (q,t) = i

    qiigc )( (7-58a)

    Agar dapat menggambarkan bahwa adalahfungsi waktu, maka koefisien ci harus

    merupakanfungsi waktu sehingga (7-58a) lebih baik ditulis:

    (q,t) = i

    qitigc )()( (7-58b)

    Karena 2 adalah rapat peluang (probability density) maka:

    * d = 1 (7-59)

    Substitusi (7-58a) ke dalam (7-59) menghasilkan:

    i i

    itiiti gcgc )(**

    )( d = i j

    jtjitigcgc

    )(**

    )( d = 1 (7-60)

    Karena pengintegralan hanya terhadap koordinat, maka:j i

    titj cc )(*

    )( )q(i*jgg d = 1 (7-61)

    Jika i = j, maka:i i

    )t(i*

    )t(i cc = 1 atau:

    2

    i

    ic = 1 (7-62)

    Kita akan menguji signifikansi (7-62) secara singkat:

    Ingat bahwa jika fungsi ternormalisasi, maka nilai rata besaran A adalah:

    < A > = * d

    Dengan menggunakan (7-58), maka:

    < A > = j i

    jtj gc**

    )( )q(i)t(i gc d = j i

    )t(i*

    )t(j cc ij gAg * d

    atau:

    < A > = j i

    )t(i*

    )t(j cc ij gag i* d =

    j i)t(i

    *)t(j cc a i ij gg

    * d

    131

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    19/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    < A > =2

    i

    ic a i (7-63)

    Bagaimana menginterpretasi (7-63) ? Perlu diketahui, bahwa nilai eigen suatu operator

    adalah kemungkinan dari bilangan-bilangan yang diperoleh jika kita melakukan

    pengukuran terhadap besaran yang diwakili oleh operator tersebut. Dalam sembarang

    pengukuran terhadap besaran A, kita akan memperoleh salah satu harga a i. Kemudian

    marilah kita ingat kembali teori mengenai rata-rata yang kita pelajari dalam matematika.

    Jika kita mempunyai n buah data X dengan rincian X 1 sebanyak n1, X2 sebanyak n2 dan

    seterusnya maka, rata-rata X adalah :

    < X > =n

    .Xn...........XnXn ii2211 + = 11 X

    n

    n+ 2

    2 Xn

    n..... i

    i Xn

    n

    = P1 X1 + P2 X2...... Pi Xi Jadi:

    < X > = i

    ii XP (7-64)

    Sekarang jika dari pengukuran terhadap besaran A diperoleh nilai-nilai eigen a1, a2... ai

    maka rata-rata A adalah:

    < A > = i

    ii aP (7-65)

    dengan Pi adalah probabilitas mendapatkan nilai a i pada pengukuran besaran A. Jika hanya

    ada sebuah fungsi eigen independen untuk setiap nilai eigen (non degenerate) makabanyaknya eigen fungsi sama dengan banyaknya nilai eigen. Selanjutnya dengan

    membandingkan (7-65) terhadap (7-63) maka dapat dipastikan bahwa

    c i2 = Pi (7-66)

    yaitu probabilitas memperoleh harga a i ketika dilakukan pengukuran terhadap besaran A.

    Teorema 8: Jika a i adalah nilai eigen non degenerate dari operator dan g i adalahfungsi

    eigen ternormalisasi ( g i = a i g i ) maka, manakala besaran A diukur dalamsistem mekanika kuantum yang fungsi statenya pada waktu diadakan

    pengukuran adalah , probabilitas mendapatkan hasil a i adalah c i2, dengan

    ci adalah koefisien g i pada ekspansi = i c i g i. Jika nilai eigen a i

    132

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    20/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    degenerate, probabilitas mendapatkan a i pada saat A diukur adalah jumlah

    dari c i2fungsi-fungsi eigen yang nilai eigennya a i .

    Kapankah hasil pengukuran besaran A dapat diprediksi secara tepat ?. Kita dapat

    melakukan itu jika semua koefisien pada ekspansi = i c i g i adalah nol kecuali satukoefisien saja yaitu misalnya c k. Untuk kasus ini maka (7-66) menjadi ck2 = Pk = 1.

    Artinya peluang untuk mendapatkan nilai eigen seharga a k = 1, artinya, nilai eigennya

    pasti ak.

    Kemudian, untuk selanjutnya kita dapat memandang ekspansi deret = i c i g i

    sebagai ekspresi bentuk umumfungsi yang merupakan superposisi darifungsi eigen g i

    dari operator . Masing-masingfungsi eigen g i berhubungan dengan nilai eigen a i milik

    besaran A.

    Selanjutnya bagaimana cara menghitung koefisien ci sehingga pada akhirnya kita

    dapat menghitung ci2 ? Caranya kita kalikan = i c i g i dengan g*j kemudian

    integralkan ke seluruh ruang, sehingga diperoleh:

    g*j d = g*ji c i g i d = i c ig*j g i.d = c i ig*j g id

    Jika ortonormal:

    g*j d = c i

    atau:

    c i = . g *j d = < g*j > (7-67)

    Kuantitas < g*j > disebut amplitudo probabilitas. Selanjutnya probabilitas

    mendapatkan nilai eigen non degenerate a i pada pengukuran A adalah [lihat (7-66)]:

    Pi = c i2 = . g *j d2 = < g*j >2 (7-68)

    Jadi jika kita mengetahui state sistem sebagaimana ditentukan oleh fungsi maka kita

    dapat menggunakan (7-68) untuk memprediksi probabilitas dari berbagai kemungkinan

    hasil pengukuran besaran A.

    Teorema 9: Jika besaran B diukur dalam sistem mekanika kuantum yangfungsi statenya

    pada saat pengukuran adalah , maka probabilitas dari pengamatan nilai

    133

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    21/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    eigen aj dari operator adalah 2, dengan gj adalah fungsi eigen

    ternormalisasi yang mempunyai nilai eigen aj.

    Integral = g*jd akan mempunyai nilai absolut substansial jika fungsi

    ternormalisasi gj dan berada pada daerah yang saling berdekatan dan dengan demikian

    harganya di daerah tertentu dalam ruangan hampir sama. Jika tidak demikian maka bisa

    terjadi gj terlalu besar sedang terlalu kecil (atau sebaliknya) sehingga hasil kali

    gj. selalu terlalu kecil. Akibatnya absolut kuadratnya juga terlalu kecil sehingga

    probabilitas untuk mendapatkan nilai eigen ai juga sangat kecil.

    Contoh: Dilakukan pengukuran terhadap Lz elektron atom hidrogen yangfungsinya pada

    saat diadakan pengukuran adalah fungsi 2px. Tentukan hasil-hasil pengukuranyang mungkin dan tentukan pula probabilitas masing-masing hasil pengukuran.

    Jawab: a) 2px adalah kombinasi linear dari 2p(+1) dan 2p(1). Jadi harga Lz yang mungkin

    adalah dan karena Lz adalah m .

    b) Untuk menentukan probabilitas masing-masing, kita ekspansi 2px atas fungsi-fungsi

    penyusunnya:

    2px = 21/22p(+1) + 21/22p(1). Persamaan diatas adalah bentuk ekspansi 2px atas

    2p(+1) dan 2p(1) dengan koefisien c1 = c2 = 21/2. Menurut teorema 8,

    probabilitasnya adalah:

    P1 = 21/22 = = P2

    P1 adalah probabilitas mendapatkan Lz = sedang P2 adalah probabilitas

    mendapatkan Lz =

    Contoh: Akan dilakukan pengukuran terhadap energi (E) bagi partikel dalam box yang

    panjangnya a dan pada saat pengukuran dilakukan partikel berada pada keadaannon stasioner = 301/2a5/2x (ax) untuk 0 < x < a. Tentukan hasil-hasil

    pengukuran yang mungkin dan tentukan pula probabilitas masing-masing hasil

    pengukuran

    Jawab: Untuk partikel dalam box:

    134

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    22/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    E = n2h2 /(8ma2)dengan n = 1, 2, 3,..... dan non degenerate (karena 1 dimensi)

    sedangfungsi eigennya adalah n = (2/a)1/2 sin (n/a) x. Untuk menghitung probabilitasnya

    maka kita ekspansi saat itu atas n, jadi:

    = n cnnMenurut (7-67)

    c i = . g *j d

    jadi:

    cn = . n d = 301/2a5/2 (2/a)1/2{x (ax)}sin (n/a) x dx

    =33

    2/1

    n

    240

    [ 1 (1)n ] (Buktikan) (7-69)

    Pn = cn2 = 66n240

    [ 1 (1)n ]2.

    Catatan: Jika anda akan membuktikan (7-69) yang perlu dicatat adalah bahwa cos n =

    (1)n

    7.7 Postulat-Postulat Mekanika Kuantum

    Sepanjang perjalanan kita dalam mempelajari mekanika kuantum, kita telah

    mengenal postulat-postulat mekanika kuantum. Sekarang ini, kita akan merangkumnya:

    Postulat I. Keadaan (state) sistem dideskripsi oleh fungsi yang merupakan fungsi

    koordinat dan waktu. Fungsi ini disebutfungsi keadaan ataufungsi gelombang

    yang memuat semua informasi mengenai sistem. Selanjutnya juga

    dipostulatkan bahwa harus bernilai tunggal, continous, ternormalisasi dan

    quadratically integrable.

    Postulat II. Setiap besaran fisik teramati, berhubungan dengan operator Hermite linear.

    Untuk menurunkan operator ini, tulislah ekspresinya secara mekanika klasik

    dalam koordinat Cartessius, dan hubungkanlah dengan komponen momentum

    linearnya, kemudian gantilah setiap koordinat x dengan x dan setiap

    komponen px denganx

    i

    135

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    23/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Postulat III.Nilai yang mungkin, yang dapat diperoleh dari besaran fisik A hanyalah nilai

    eigen a i dalam persamaan g i = a i g i dengan adalah operator yang

    berhubungan besaran fisik A dan g i adalahfungsi eigen yang well behaved.

    Postulat IV. Jika adalah operator Hermite linear yang mewakili besaran fisik teramati

    tertentu, makafungsi g i dari operator membentuk himpunan lengkap.

    Catatan:

    Postulat IV di atas lebih bersifat sebagai postulat matematik artinya kurang bersifat

    postulat fisik, karena tidak ada pembuktian matematik sama sekali terhadap postulat ini.

    Karena tidak ada pembuktian matematik terhadap kelengkapan himpunan, maka kita harus

    berasumsi terhadap kelengkapannya. Postulat IV mengijinkan kita untuk mengekspansi

    fungsi gelombang untuk sembarang keadaan sebagai superposisi dari fungsi-fungsi eigen

    ortonormal dari sembarang operator mekanika kuantum. Ekspansinya adalah dalam

    bentuk:

    = i c i g i (7-70)

    Postulat V. Jika (q,t) adalahfungsi ternormalisasi yang mewakili suatu sistem pada saat

    t, maka nilai rata-rata besaran fisik A pada saat t, adalah:

    < A > = * d (7-71)

    Postulat VI. Keadaan bergantung waktu dalam sistem mekanika kuantum dinyatakan

    dengan menggunakan persamaan Schrodinger bergantung waktu:

    ti

    = H (7-

    72)

    dengan H adalah operator Hamilton (Energi) sistem itu

    7.8 Pengukuran dan Interpretasi Mekanika Kuantum

    Dalam mekanika kuantum perubahan suatu sistem terjadi melalui dua macam cara.

    Yang pertama perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur dari waktu ke waktu

    136

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    24/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    (reversibel). Perubahan jenis ini ditunjukkan oleh persamaan Schrodinger bergantung

    waktu (7-72). Cara kedua adalah perubahan yang terjadi secara spontan (irreversibel),

    diskontinyu (tidak terus menerus) dan probabilitas kejadiannya sangat fluktuatif dan

    ditentukan oleh sistem itu sendiri. Jenis perubahan spontan ini tidak dapat diprediksi secara

    pasti karena hasil pengukurannya juga tidak dapat diprediksi secara pasti; hanya

    probabilitas kejadiannya saja yang dapat diprediksi. Perubahan spontan dalam

    disebabkan oleh pengukuran yang disebut reduksi fungsi gelombang. Pengukuran

    terhadap besaran A yang menghasilkan a k berakibat mengubah fungsi menjadi gk yaitu

    fungsi eigen operator yang nilai eigennya a k. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai

    berikut: Misal kita melakukan dua kali pengukuran terhadap Lz elektron dalam atom

    hidrogen. Pada pengukuran pertama dihasilkan Lz = 2 . Pada saat ini fungsi

    gelombangnya tentu fungsi gelombang dengan m = 2, sehingga secara umum fungsi

    gelombangnya adalah ( n, , 2) dengan > 2 dan n > +1. Selanjutnya misal pada

    pengukuran kedua diperoleh Lz = . Pada pengukuran kedua ini, hasil pengukuran

    pasti berasal darifungsi gelombang hidrogen yang m = 1, sehinggafungsi gelombangnya

    adalah (n, ,1) dengan > 1 dan n > +1. Jadi tampak adanya perubahan fungsi

    gelombang secara mendadak akibat adalah pengulangan pengukuran. Inilah penjelasan dari

    reduksi fungsi gelombang.

    Hal penting lain yang perlu mendapat perhatian mengenai pengukuran adalah

    bahwa dalam mekanika kuantum, pengukuran merupakan sesuatu yang sangat

    kontroversial. Bagaimana dan kegiatan apa yang terjadi dalam kaitannya dengan reduksi

    pada saat terjadi pengukuran sungguh sesuatu yang sangat-sangat tidak jelas. Ada

    fisikawan yang berpendapat reduksi merupakan postulat tambahan bagi mekanika

    kuantum, sementara fisikawan lain menyatakan bahwa reduksi merupakan teorema yangditurunkan dari postulat lain. Para ahli saling berbeda pendapat mengenai reduksi ini

    (L.E Balentine, 2004). Balentine mendukung interpretasi ansemble statistika pada

    mekanika kuantum, yang dikemukakan oleh Einstein, yang menyatakan bahwa fungsi

    gelombang tidak mendeskripsi keadaan sistem tunggal (sebagaimana dalam interpretasi

    137

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    25/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    ortodok) tetapi memberikan deskripsi statistikal terhadap sekelompok sistem (dalam

    jumlah besar/ ansemble); dengan interpretasi seperti ini maka silang pendapat mengenai

    reduksifungsi gelombang tidak terjadi.

    "Bagi sebagian besar fisikawan, problema untuk mendapatkan teori mekanika

    kuantum yang berhubungan dengan pengukuran masih merupakan suatu persoalan yang

    belum ada penyelesaiannya. Adanya perbedaan pendapat.... ketidakpastian dalam

    pengukuran kuantum... dan lain-lain.... semua itu merefleksikan adanya ketaksepahaman

    dalam meng-interpretasi mekanika kuantum secara global " (M. Jammer, 2003)

    Sifat probabilistik dalam mekanika kuantum telah membuat para fisikawan

    bingung, termasuk di antaranya Einstein, de Broglie dan Schrodinger. Sampai-sampai

    mereka menyatakan bahwa mekanika kuantum belum memberikan deskripsi yang

    memuaskan bagi realitas fisik. Selanjutnya, hukum probabilistik mekanika kuantum, secara

    sederhana dapat dipandang sebagai refleksi dari hukum deterministik yang beroperasi pada

    level sub mekanika kuantum dan yang melibatkan variabel tersembunyi (hidden variables).

    Sebuah analogi bagi kasus ini diberikan oleh fisikawan Bohm, yaitu kasus gerak Brown

    partikel debu di udara. Partikel-partikel bergerak di bawah kondisi fluktuasi random,

    sehingga posisi dan geraknya tidak dapat ditentukan secara pasti oleh posisi dan

    kecepatannya. Secara analogis pula, gerak elektron dapat ditentukan oleh variabel

    tersembunyi yang ada dalam level sub mekanika kuantum. Interpretasi ortodok (sering

    disebut interpretasi Copenhagen) yang dikembangkan oleh Heissenberg dan Bohr,

    menafikan adanya variabel tersembunyi dan menyatakan bahwa hukum mekanika kuantum

    memberikan deskripsi lengkap bagi realitas fisik.

    Pada tahun 1964 J.S. Bell membuktikan bahwa dalam eksperimen tertentu yang

    melibatkan dua partikel yang terpisah jauh, yang pada awalnya berada pada daerah yang

    sama dalam ruangan, orang harus membuat beberapa kemungkinan teori variabel

    tersembunyi untuk memprediksi adanya perbedaan dengan yang dilakukan oleh mekanika

    kuantum. Dalam teori lokal, dua partikel yang sangat berjauhan akan saling independen.

    Hasil beberapa eksperimen sesuai dengan prediksi mekanika kuantum, dan hal ini

    memperkuat keyakinan mekanika kuantum untuk melawan teori variabel tersembunyi

    lokal.

    138

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    26/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Selanjutnya analisis yang dilakukan oleh Bell dan kawan-kawan menunjukkan

    bahwa hasil eksperimen ini beserta prediksinya terhadap mekanika kuantum adalah tidak

    kompatibel dengan pandangan dunia mengenai realisme dan lokalitas. Realisme (juga

    disebut obyektivitas) adalah doktrin yang menyatakan bahwa realitas eksternal itu eksis

    dan sifat-sifat definitnya adalah independen terhadap benar tidaknya realitas yang kita

    amati. Sedang lokalitas adalah ke-instan-an aksi pada jarak yang memungkinkan sebuah

    sistem berpengaruh terhadap yang lain ketika sistem itu harus melintas dengan kecepatan

    yang tidak melebihi kecepatan cahaya.

    Teori kuantum memprediksi dan eksperimen mengkorfirmasi bahwa manakala

    pengukuran dilakukan pada dua partikel yang pada mulanya berinteraksi dan kemudian

    dipisahkan oleh jarak yang tak terbatas maka hasil pengukuran terhadap partikel yang satu

    dipengaruhi oleh pengukuran partikel yang lain dan juga dipengaruhi oleh sifat kedua

    partikel yang diukur. Hal ini membuat adanya pendapat bahwa mekanika kuantum adalah

    magic (D. Greenberger, 2004).

    Meskipun prediksi-prediksi eksperimen mekanika kuantum tidak arguabel, trtapi

    ternyata interpretasi konseptualnya masih saja menjadi topik debat yang hangat dan

    menarik bagi para ahli, bahkan sampai saat ini.

    7.9 Matrik dan Mekanika Kuantum

    Aljabar Matrik merupakan peralatan yang sangat penting dalam kalkulasi mekanika

    kuantum modern. Matrik juga menjadi salah satu cara dalam memformulasikan beberapa

    teori mekanika kuantum. Sub bab ini akan mereview ingatan kita tentang matrik dan

    hubungannya dengan mekanika kuantum.

    Matrik adalah penataan bilangan-bilangan dalam baris dan kolom. Bilangan-

    bilangan yang menyusun matrik disebut elemen matrik. Seandainya matrik A terdiri atas m

    baris dan n kolom, dan seandainya aij ( i = 1, 2, 3,...... m sedang j = 1, 2, 3,.....n) adalah

    pernyataan untuk elemen baris i kolom j, maka:

    A =

    mv

    n2

    n1

    2m

    22

    12

    1m

    21

    11

    a

    .....

    a

    a

    .....

    .....

    .....

    .....

    a

    .....

    a

    a

    a

    .....

    a

    a

    139

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    27/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    A disebut matrik m x n. Jangan bingung antara matrik dengan determinan, Matrik tidak

    harus bujur sangkar dan tidak sama dengan sebuah bilangan tunggal. Jika sebuah matrik

    hanya terdiri atas sebuah baris saja, maka matrik itu disebut matrik baris atau matrik

    vektor. Sedang jika sebuah matrik hanya terdiri atas sebuah kolom saja, maka matrik itu

    disebut matrik kolom.

    Dua buah matrikA dan B adalah sama jika jumlah baris dan kolomnya sama serta

    elemen-elemen yang seletak nilainya sama.

    Dua buah matrik dapat dijumlahkan jika kedua matrik itu berdimensi sama.

    Penjumlahan dilakukan dengan menggabungkan elemen yang seletak. Jika matrik C = A +

    B maka elemen cij = aij+bij dengan i = 1, 2, 3.... m dan j = 1, 2, 3,.... n atau:

    Jika C = A + B maka cij = aij + bij (7-73)

    Jika sebuah matrik dikalikan dengan sebuah bilangan k yang konstan maka dihasilkan

    matrik baru yang elemen-elemen adalah k kali elemen matrik semula, jadi:

    C = kA maka cij = kaij (7-74)

    Jika Am x n sedang Bn x p, maka perkalian matrik C = A x B adalah matrik

    berdimensi m x p

    Sebagai contoh:

    A = 12/14301 B =

    106

    2

    35

    0

    82

    1

    Jika C = A x B, maka dimensi matrik C adalah 2 x 3, yaitu:

    C =

    34

    25

    23

    2

    116

    0

    1

    Perkalian antar matrik bersifat non commutatif, artinya AB dan BA tidak harus sama.

    bahkan untuk contoh kita di atas BA tak terdefinisi.

    Matrik yang jumlah baris dan kolomnya sama disebut matrik square atau matrik

    bujur sangkar. Matrik bujur sangkar disebut matrik diagonal jika selain elemen diagonal

    utama, nilai elemen lain adalah nol. Dan matrik diagonal yang elemen diagonal utamanya

    1, disebut matrik satuan. Contoh matrik satuan orde 3:

    140

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    28/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    100

    010

    001

    Hubungan matrik dengan Mekanika kuantum

    Pada sub bab 7.1, kita telah menjumpai bentukfi* fj d yang juga boleh ditulis . Bentuk integral tersebut dalam bahasa matrik adalah elemen ij dari matrik A,

    oleh karena itu ia juga boleh ditulis Aij. Jadi jika kita mempunyai matrikA berikut:

    A =

    .....

    .....

    .....

    .....

    .....

    .....

    A

    A

    .....

    .....

    A

    A

    22

    12

    21

    11

    maka elemen-elemen:A11 = ; A12 = < f1*f2>

    A21 = < f2* f1> ; A22 = < f2* f2> dan seterusnya

    Matrik tersebut di atas disebut matrik representatif dari operator linear dengan basis

    {fi}. Karena pada umumnya { fi } terdiri atasfungsi-fungsi yang banyaknya tak terhingga

    maka matrik orderA adalah tak terhingga.

    Jika C = + G maka integral sebagai elemen matrikC adalah:

    Cij = < fi*C fj> = < fi* + G fj> = fi* (+G ) fj d =

    = fi* fj d + fi* G fj d = ij + Gij (7-75)

    Jadi:

    Jika C = + G maka Cij = Aij + Gij (7-76)

    Dengan menggunakan logika dari (7-73) maka Cij = Aij + Gij pasti berasal dari

    penjumlahan matrikC = A + B, sehingga:

    Jika C = + G maka C = A + G (7-77)

    dengan C, A dan G adalah matrik representatif dari operator linear C , dan G .

    Hal yang sama, yaitu :

    jika C = k maka Cij = k Aij (7-78)

    Selanjutnya jika: = C G maka:

    Aij = fi* fj d = fi*C G fj d (7-79)

    141

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    29/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Fungsi G fj dapat diekspansi ke dalam suku-suku himpunan fungsi ortonormal {fk}

    menurut persamaan :

    G fj = kck fk dengan ck = fk G fj d jadi:

    G fj = k fk G fj d. fk= k< fkG fj> fk = k Gkj fk (7-80)dan Aij menjadi:

    ` Aij = fi*C G fj d = fi*CkGkj fkd = k fi*Cfk d Gkj

    = kCij Gij (7-81)

    Jadi:

    Jika = C G maka Aij = kCij Gij (7-82)

    Persamaan Aij = kCij Gij adalah aturan perkalian matrikA = C. G, jadi:

    Jika = C G maka A = C. G (7-83)

    Selanjutnya kombinasi (7-79) dengan (7-82) menghasilkan aturan penjumlahan yang

    sangat bermanfaat, yaitu:

    k Cij Gij = fi*C G fj d atau:

    k < fi*C fj> < fi* G fj> = < fi*C G fj> (7-84)

    Selanjutnya berangkat dari Aij = < fi* fj> kita dapat memperoleh:

    Aij = < fi* fj> = Aij = fi* fj dJika nilai eigen dari fj terhadap adalah aj maka:

    Aij = fi* aj fj d = aj fi* fj d = aj < fi* fj> (7-85)

    Satu hal yang sangat mendasar dari hubungan antara matrik dengan operator mekanika

    kuantum adalah jika kita memahami matrik representatif A berarti kita juga mengenal

    operator

    7. 10 Fungsi Eigen Untuk Operator Posisi

    Kita telah menurunkan fungsi eigen untuk operator momentum linear dan

    momentum angular. Pertanyaan kita sekarang adalah, bagaimana fungsi eigen untuk

    operator posisi ?

    142

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    30/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Operator posisi ditulis x yang operasinya adalah x kali atau

    x = x.

    Jikafungsi eigen posisi kita misalkan g(x) dan nilai eigennya a, maka:

    x g(x) = a g(x) atau:

    x g(x) = a g(x) atau (7-86)

    (x a) g(x) = 0 (7-87)

    Dari (7-87) dapat disimpulkan bahwa :

    untuk x = a g(x) 0 (7-88)

    untuk x a g(x) = 0 (7-89)

    Kesimpulan di atas membawa kita kepada pemikiran mengenai sifat g (x), yaitu bahwa

    seandainya fungsi state = g(x), dan jika dilakukan pengukuran terhadap x, maka

    kemungkinan hasilnya adalah a, dan itu hanya benar jika probabilitas nya 2 adalah nol

    untuk x a agar memenuhi (7-89).Sebelum membahas lebih lanjut mengenai fungsi g(x), akan diperkenalkan fungsi

    Heaviside step H(x) yang definisinya (gambar 7-1)

    Gambar 7.1: Fungsi Heaviside step

    Dari gambar itu tampak bahwa:

    H(x) = 1 untuk x > 0

    H(x) = untuk x = 0 (7-90)

    H(x) = 0 untuk x < 0

    Selanjutnya akan diperkenalkanfungsi Delta Dirac (x) yang merupakan turunan darifungsi

    Heaviside step.

    143

    1/2

    1

    H(x)

    x

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    31/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    (x) = d H(x) / dx (7-91)

    Dari (7-90) dan (7-91) diperoleh:

    (x) = 0 untuk x 0 (7-92)

    Karena pada x = 0 terjadi lompatan mendadak pada harga H(x), maka turunan takterhingga, jadi:

    (x) = ~ untuk x = 0 (7-93)

    Sekarang kita perhatikan (7-90). Jika x diganti x a, maka (7-90) akan menjadi lebih

    umum, yaitu dalam bentuk:

    H(x a) = 1 untuk (x a) > 0

    H(x a) = untuk (x - a) = 0 (7-94)

    H(x a) = 0 untuk (x a )< 0

    atau:

    H(x a) = 1 untuk x > a

    H(x a) = untuk x = a (7-95)

    H(x a) = 0 untuk x < a

    Dengan demikian maka:

    (xa) = 0 untuk x a ; (xa) = ~ untuk x = a (7-96)Sekarang perhatikan integral berikut:

    ~

    ~f(x)(x-a) dx

    Evaluasi terhadap integral tersebut menggunakan metode parsial U dV = UV V dU

    dengan U = f(x) sedang dV = (x-a) dx sehingga dU = f'(x) dx dan mengacu (7-91), maka V =

    H(xa)

    Jadi:

    ~

    ~f(x)(x-a) dx =

    ~

    ~a)-(x)( H

    xf

    ~

    ~H(xa) f'(x) dx

    144

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    32/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    ~

    ~f(x)(x-a) dx = f(~)

    ~

    ~H(xa) f'(x) dx (7-97)

    Karena H(x-a) hilang kalau x < a maka (7-97) menjadi:

    ~

    ~f(x)(x-a) dx = f(~)

    ~

    a

    H(xa) f'(x) dx (7-97)

    Suku ~

    a

    H(xa) f'(x) dx pada (7-97) adalah V dU jadi (7-97) menjadi:

    ~

    ~f(x)(x-a) dx = f(a) (7-98)

    Jika kita bandingkan (7-98) dengan persamaan j Cjij = Ci kita dapat melihat bahwa peran

    fungsi delta Dirac dalam integral sama dengan peran Kronecker delta dalam jumlah atau

    sigma.

    Jadi dapat dipastikan:

    ~

    ~

    (x-a) dx = 1 (7-99)

    Sifat (7-96) darifungsi delta Dirac sama dengan sifat (7-88) dan (7-89), dari fungsi eigen

    posisi g(x). Dengan demikian secara tentatif dapat dinyatakan bahwafungsi eigen posisi

    adalah:

    g(x) = (x-a) (7-100)

    ===000===

    145

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    33/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    Soal-soal Bab 7

    1. Apakah sama dengan ?

    2. Apakah suatu operator Hermite dapat ditunjukkan oleh persamaan = * ?

    3. Diketahui operator dan G adalah Hermitian dan c adalah bilangan konstan real.

    a) buktikan bahwa c adalah Hermitian

    b) Buktikan

    bahwa +G adalah Hermitian

    4. Dengan menggunakan fi = A sin nx dan fj = A' sin mx, buktikan bahwa operator d2/dx2

    adalah operator Hermitian.

    5. Mana di antara operator-operator berikut yang dapat menjadi operator mekanika

    kuantum?

    a) ( )1/2 b) d/dx c) d2/dx2 d) i(d/dx)

    6. Tentukan nilai integral-integral dari sistem atom hidrogen berikut:

    146

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    34/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    a) < 2 1 1 3 1 1 > b) < 31 0 G 3 1 0 > c) < 31 1 C 3 1 1 >

    adalah operator Lz, G adalah operator momentum angular L2 dan C adalah

    operator Hamilton.

    7. Jika F(x) = x (a x ) untuk 0 < x < adalahfungsi gelombang partikel dalam box dan

    n = (2/a)1/2sin(n/a) x adalah himpunan lengkap fungsi gelombang dalam box,

    tentukan:

    a) ekspansi F(x) = n ann

    b) E1, E2 dan E3

    c) probabilitas mendapatkan E1, E2 dan E3

    8. Jika adalah operator paritas, tentukan N jika n bilangan ganjil positif ?

    Bagaimana pula jika n genap positif ? (Note: Terapkan pada sembarang f(x, y, z)

    9. Diketahui adalah operator paritas dan i(x) adalah fungsi gelombang osilator

    harmonik ternormalisasi. Didefinisikan bahwa elemen matrik ij adalah:

    ij =

    i*i

    d

    buktikan bahwa elemen matrik ij = 0 untuk i j dan ij =+ 1

    10. Jika adalah operator linear dimana n = 1. Tentukan nilai eigen dari .

    11. Buktikan bahwa operator paritas adalah linear. Buktikan pula bahwa operator paritas

    adalah hermitian. (Pembuktian cukup dalam satu dimensi)

    12. Karena operator adalah Hermitian, maka duafungsi eigen terhadap yang

    mempunyai nilai eigen berbeda pasti ortogonal. Buktikan !

    147

  • 7/28/2019 Bab 7 Teorema Mekanika Kuantum

    35/35

    Bab VII/Teorema Mekanika Kuantum /

    13. Dengan menggunakan operator L2, sebuah fungsi gelombang mempunyai nilai eigen

    6 . Jika diadakan pengukuran terhadap Lz, tentukan harga-harga yang mungkin

    dan probabilitasnya masing-masing.

    14. Tentukan:

    a)

    ~

    ~(x) dx b)

    1

    ~(x) dx c)

    1

    1

    (x) dx

    15. ) Tentukan:

    a)

    ~

    ~f(x)(x-5) dx Jika f(x) = x2 b)

    ~

    0

    f(x)(x-6) dx jika f(x) = x2 + 5

    16. Untuk matrik:

    A =

    3

    1

    0

    2

    B =

    4

    1

    4

    1

    Tentukan:

    a) AB b) BA c) A + B d) 3A e) A + 4B

    ===000===

    148