bab 7 - model pembelajaran berkarakter

12
BAB 7 MODEL PEMBELAJARAN BERKARAKTER A. Pembiasaan Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Pembiasaan menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan. Membiasakan anak shalat, lebih-lebih dilakukan secara berjamaah itu penting. Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang sangat penting, karena banyak di jumpai orang berbuat dan berperilaku hanya karena kebiasaan semata-mata. Pembiasaan dapat mendorong mempercepat perilaku, dan tanpa pembiasaan hidup seseorang akan berjalan lamban, sebab sebelum melakukan sesuatu harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukanya. Dalam bidang psikologi pendidikan, metode pembiasaan dikenal dengan istilah operan conditioning, mengajarkan peserta didik untuk membiasakan perilaku terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja keras,ikhlas,jujur, dan bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan. Metode pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan karakter, untuk membiasakan peserta didik dengan sifat-sifat baik dan terpuji, impuls-impuls positif menuju neokortek agar 70

Upload: raga-sampela

Post on 28-Sep-2015

351 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

pengembangan pendidikan karakter

TRANSCRIPT

BAB 7MODEL PEMBELAJARAN BERKARAKTER

A. Pembiasaan Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Pembiasaan menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan. Membiasakan anak shalat, lebih-lebih dilakukan secara berjamaah itu penting. Dalam kehidupan sehari-hari pembiasaan itu merupakan hal yang sangat penting, karena banyak di jumpai orang berbuat dan berperilaku hanya karena kebiasaan semata-mata. Pembiasaan dapat mendorong mempercepat perilaku, dan tanpa pembiasaan hidup seseorang akan berjalan lamban, sebab sebelum melakukan sesuatu harus memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukanya.Dalam bidang psikologi pendidikan, metode pembiasaan dikenal dengan istilah operan conditioning, mengajarkan peserta didik untuk membiasakan perilaku terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja keras,ikhlas,jujur, dan bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan. Metode pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses pembentukan karakter, untuk membiasakan peserta didik dengan sifat-sifat baik dan terpuji, impuls-impuls positif menuju neokortek agar tersimpan dalam sistem otak, sehingga aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik terekam secara positif. Pendidikan melalui pembiasaan dapat dilaksanakan secara terprogram dalam pembelajaran, dan secara tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari.1. Kegiatan pembiasaan terprogram dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal sebagai berikut.a. Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahua,keterampilan,dan sikap baru dalam setiap pembelajaran.b. Biasakan melakukan kegiatan inquiri dalam setiap pembelajaran.c. Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap pembelajaran.d. Biasakan belajar secara kelompok untuk menciptakan masyarakat belajar e. Guru harus membiasakan diri menjadi model dalam setiap pembelajaranf. Biasakan melakukan refleksi pada setiap ahkir pembelajaran. g. Biasakan melakukan penilaian yang sebenarnya, adil, dan transparan dengan berbagai cara.h. Biasakan peserta didik untuk bekerja sama, dan saling menunjang.i. Biasakan untuk belajar dari berbagai sumberj. Biasakan peserta didik untuk sharing dengan temanya.k. Biasakan peserta didik untk berpikir kritis.l. Biasakan peserta didik untuk bekerja sama dan memberikan laporan kepada orang tua peserta didik terhadap perkembangan perilakunya.m. Biasakan peserta didik untuk berani menanggung risiko.n. Biasakan peserta didik tidak mencari kambing hitam.o. Biasakan peserta didik terbuka terhadap kririkan.p. Biasakan peserta didik mencari perubahan yang lebih baik.q. Biasakan peserta didik terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya.

2. Kegiatan pembiasaan secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut.a. Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara bendera, senam, shalat berjamaah, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.b. Spontan, adalah pembiasaan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti: pembentukan perilaku member salam, membuang sampah pada tempatnya, antre, mengatasi silang pengdapat ( pertengkaran)c. Keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, dating tepat waktu.

B. KeteladananPribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, terutama dalam pendidikan karaker; yang sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Hal ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk peserta didik mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya. Oleh karena itu wajar, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke suatu sekolah akan mencari tahu dulu siapa guru-guru yang akan membimbing anaknya. Dalam pendidikan karakter pribadi guru akan menjadi teladan, diteladani, atau keteladanan bagi para peserta didik. Keteladanan guru sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Keteladanan ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), serta menyejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa pada umumnya. Oleh karena itu,dalam mengefektifkan dan menyukseskan pendidikan karakter disekolah, setiap guru dituntut untuk dimiliki kompetensi kepribadian yang memadai, bahkan kompetensi ini akan melandasi atau menjadi landasan menjadi landasan bagi kompetensi-kompetensi lainya. Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi dan paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan karakter dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.Dalam keteladanan ini, guru harus berani tampil beda, harus berbeda dari penampilan-penampilan orang lain yang bukan guru, beda dan unggul (different and distingtif). Sebab penampilan guru, bisa membuat peserta didik senang belajar, bisa membuat peserta didik betah di kelas, tetapi bisa juga membuat peserta didik malas belajar bahkan malas masuk kelas seandainya penampilan gurunya acak-acakan tidak karuan. Di sinilah guru harus menjadi teladan agar bisa ditiru dan diteladani oleh peserta didiknya.Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang sektar lingkunganya yang mengangap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan dalam from MGMP dan KKG.1. Sikap dasar, postur psikolgis yang akan Nampak dalam masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan,pembelajaran, kebenran, hubungan antarmanusia, agama, pekerjaa,permainan, dan diri.2. Bicara dan gaya bicara, penggunaan bahasa sebagai alat berpikir.3. Kebiasaan bekerja, gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupanya.4. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tida mungkinnya mengelak dari kesalahan.5. Pakaian, merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.6. Hubungan kemanusiaan, diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku.7. Proses berpikir, cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.8. Perilaku neurotis, suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.9. Selera, pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang di miliki oleh pribadi yang bersangkutan.10. Keputusan, keterampilan rasional dan intutif yang dipergunakan untuk menilai setiap situasi.11. Kesehatan, kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan kekuatan, prespektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup.12. Gaya hidup secara umum, apa yang di percaya oleh seseorang tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu.

C. Pembinaan Disiplin Peserta DidikDalam rangka menyukseskan pendidikan karakter, guru harus mampu menumbuhkan disiplin peserta didik. Terutama disiplin (self-consciousness). Guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya. Meningkatkan standar perilakunya, dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegaskan disiplin. Untuk mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yakni sikap demokratis, sehingga peraturan disiplin perlu berpedoman pada hal tersebut, yakni dari, peserta didik. Sedangkan guru tut wuri handayani. Soelaeman (1985;77) mengemukakan bahwa guru berfungsi sebagai pengemban keterbitan, yang patut digugu dan ditiru, tapi tidak diharapkan sikap otoriter.Membina disiplin peserta didik harus mempertimbangkan berbagai situasi, dan memahami faktor-faktor yang memengaruhinya. Oleh karena itu, di sarankan kepada guru untuk melakukan hal-hal sebagai berikut.1. Memulai seluruh kegiatan dengan disiplin waktu, dan patuh/ taat aturan.2. Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu catatan kumulatif.3. Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya melalui daftar hadir di kelas.4. Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta didik.5. Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele.6. Menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan.7. Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran, agar dijadikan teladan oleh peserta didik.8. Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton, sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peserta didik.9. Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau megukur peserta didik dari kemampuan gurunya.10. Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkunganya.

D. CTL (Contextual Teaching and Learning)CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakanuntuk mengefektifkan dan menyukseskan pendidikan karakter si sekolah. Terdapat 5 elemen penting yang harus diperatikan dalam pembelajaran kontekstual, sebagai berikut :1. Pembelajaran harus memerhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik2. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagian yang lebih khusus (dari umum ke khusus)3. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman dan pembentukan karakter tertentu, dengan cara :a. Menyusun konsep sementarab. Melakukan sharing c. Merevisi dan mengembangkan konsep4. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikkan secara langsung apa-apa yang dipelajari5. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan terhadap strategi pembelajaran

E. Bermain PeranTerdapat 3 hal yang menetukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pendidikan karakter yakni,kualitas pemeranan,analisis dalam diskusi,pandangan peserta didik terhadap peran ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.a. Tahap Pembelajaran Shaftel dan Shaftel mengemukakan Sembilan tahap bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran: 1) Menghangatkan suasana dan motivasi peserta didikMenghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap masalah pembelajaran yang perlu dipelajari,hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi masalah,menjelaskan masalah,menafsirkan cerita dan mengeksplorasi isu-isu,serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.pada tahap ini guru mengemukakan masalah,masalah dapat diangkat dari kehidupan peserta didik,agar dapat merasakan masalah itu hadir dihadapan mereka,dan memiliki hasrat untuk mengetahui bagaimana masalah itu sebaiknya dipecahkan,masalah yang dipilih sebaiknya masalah yang hangat dan aktual. 2) Memilih peran dalam pembelajaranPada tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter apa yang mereka suka bagaimana mereka merasakan dan apa yang harus mereka kerjakan kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara suka rela untuk menjadi pemeran. 3) Menyusun tahap- tahap peranPada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan dimainkan.dalam hal ini tidak perlua ada dialog khusus karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.Guru membantu peserta didik untuk menyiapkan adegan-adegan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. 4) Menyiapkan pengamatSebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikanya. 5) Tahap pemerananPada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan,sesuai dengan peran masing-masing.Mereka berusaha memainkan setiap peran seperti benar-benar dialaminya. Shaftel dan Shaftel mengemukakan bahwa pemeran cukup dilakukan secara singkat,sesuai tingkat kesulitan dan kompleksitas masalah yang diperankan,serta jumlah peserta didik yang dilibatkan,tak perlu memakan waktu yang terlalu lama. 6) Diskusi dan evaluasi pembelajaranDiskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat terlibat dalam bermain peran,baik secara emosional maupun secara intelektual.dengan melontarkan sebuah pertanyaan ,para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi. 7) Pemeran ulangPemeran ulang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternate-alternatif pemeranan.Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut,demikain halnya dengan para pelakunya.Perubahan ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah.setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran-peran yang lainya. 8) Diskusi dan evaluasi tahap duaDiskusi dan evaluasi pada tahap ini sama dengan tahap enam,hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang,dan pemecahan maslah pada tahap ini mungkin sudah jelas.pada peserta didik menyetujui cara tertentu untuk memecahkan masalah,meskipun demikian adanya peserta didik yang belum menyetujuinya.kesepakatan kehidupan. 9) Membagi pengalaman dan pengambilan kesimpulanTahap ini tidak harus menghasilkan generalisasi secara langsung karena tujuan utama bermain peran ialah membantu para peserta didik untuk memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dalam hidupnya melalui kegiatan internasional dengan teman-temannya.Mereka bercermin kepada orang lain untuk lebih memahami dirinya.Hal ini mengandung implikasi bahwa yang paling penting dalam bermain peran ialah terjadinya saling tukar pengalaman.b. Sistem sosial Sistem sosial dari model ini disusun secara sederhana,guru bertanggung jawab minimal pada tahap permulaan.selanjutnya guru membimbing peserta didik untuk melanjutkan kegiatan sesuai langkah-langkah yang telah ditetapkan.intervensi guru perlu dikurangi ketika bermain peran telah memasuki tahap pemeran dan diskusi dalam kedua tahap ini peserta didiklah yang harus lebih aktif..pertanyaan dan komentar guru harus lebih mendorong peserta didik untuk mengekspresikan perasaan dan gagasanya secara bebas dan jujur.Guru juga harus menumbuhkan rasa percaya antar dirinya dengan para peserta didik agar peserta didik dapat melibatkan diri secara aktif dalam pembelajaran.Meskipun ada pembatasan terhadap peran guru dalam bermain peran guru dalam bermain peran,tetapi dialah sesungguhnya yang menjadi penggerak utama.Guru yang mula-mula melontarkan masalah,memimpin disksusi,memilih peran,memutuskan kapan bermain peran harus dimulai dan diakhiri,membantu merancang pemeran,serta yang lebih penting,guru menentukan aspek-aspek masalah yang diperankan yang akan dieksplorasikan lebih jauh.c. Prinsip reaksiSedikitnya terdapat 5 prinsip reaksi pembelajaran bermain peran1. Guru selayaknya menerima respon para peserta didik terutama yang berkaitan dengan pendapat dan perasaanya,tanpa penilaian terhadap baik atau buruk reaksi yang diberikanya.2. Guru seyokgianya membatu peserta didik mengeksplorasi situasi masalah dari berbagai segi,berusaha membantu mencari titik temu dan perbedan dari pandangan-pandangan yang dikemukakan para peserta didik.3. Dengan cara merefleksikan ,menganalisasi dan menangkap respon-respon peserta didik,guru berupaya meningkatkan kesadaran peserta didik akan pandangan pandangan dan perasaannya sendiri.4. Guru perlu menekankan pada peserta didik bahwa terdapat banyaknya cara untuk memainkan suatu peran;setiap cara memiliki konsekuensi yang berbeda dan beraneka ragam.Konsekuensi itulah yang harus dieksplorasi oleh para peserta didik.5. Guru perlu menekankan kepada peserta didik bahwa terdapat berbagai cara untuk memecahkan suatu masalah;tidak ada satu cara pun yang paling tepat.peserta didik perlu mengkaji hasil dari suatu pemecahan yang ditawarkan untuk mengetahui tepat atau tidaknya pemecahan yang dilakukan.

d. Sistem PenunjangSistem penunjang dalam pembelajaran bermain peran cukup sederhana tetapi sangat penting.Hal ini sangat penting dalam bermain peran dalam situasi masalah,yang biasanya disampaikan secara lisan,tetapi juga dapat dikemukakan melalui lembaran-lembaran yang dibagi kepada peserta didik,dalam lembaran tersebut dikemukakan rincian-rincian langkah-langkah yang akan diperankan lengkap dengan watak pemeran masing-masing. Faktor-faktor tersebut adalah:1. Usia peserta didik.2. Latar belakang sosial budaya3. Kerumitan masalah. 4. Kepekaan topik yang diangkat sebagai masalah5. Pengalaman peserta didik dalam bermain peran

F. Pembelajaran PartisipatifPembelajaran partisipasi sering diartikan sebagai keterlibatan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan,dan evaluasi pembelajaran.Indikator pembelajaran partisipatif,sebagai dikemukakan Knowles (1970) adalah sebagai berikut 1)adanya keterlibatan emotional dan mental peserta didik. 2)adanya kesediaaan peserta didik untuk memberikan konteribusi dala mencapai tujuan, 3)dalam kegiatan belajar terdapat hal yang ,menguntungkan peserta didik .Pembelajaran partisipatif dapat dikembangkan dengan prosedur sebagai berikut:1. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar 2. Membantu peserta didik menyusun kelompok,agara saling dapat belajar dan membelajarkan.3. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis menemukan kebutuhan belajarnya.4. Membantu peserta didik menyusun karakter,kompetensi,dan tujuan belajar.5. Membantu peserta didik merancang pola-pola karakter yang sesuai dengan pengalaman belajar6. Membantu pesertadidik melakukan kegiatan belajar berkarakter .7. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasilbelajar pendidikan karakter.

77