bab 6 skenario 3

6
12/8/13 8:52 PM Pengertian Disentri Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah. Gejala-gejala disentri antara lain adalah Buang air besar dengan tinja berdarah , diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus), nyeri saat buang air besar (tenesmus). Disentri Amoeba infeksi usus (usus) yang disebabkan oleh amoeba Entamoeba histolytica yang dapat menyebabkan diarebercampur dengan darah. Ada beberapa spesies yang berbeda amoeba, tapi yang paling berbahaya salah satunya seperti Entamoeba histolytica (penyebab penyakit disentri amoeba) yang hidup terutama di daerah tropis. Spesies ini mampu melalui dinding usus dan menyebar melalui aliran darah untuk menginfeksi organ lain, seperti hati, paru-paru dan otak. Gejala Klinis - Diare disertai darah dan lendir dalam tinja. - Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari) - Sakit perut hebat (kolik) - Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus). Penangannannya a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit. b. Diet

Upload: dwikamaswari

Post on 31-Jan-2016

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 6 Skenario 3

12/8/13 8:52 PM

Pengertian Disentri

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti

radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah. Gejala-gejala

disentri antara lain adalah Buang air besar dengan tinja berdarah , diare encer dengan volume

sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus), nyeri saat buang air besar

(tenesmus).

Disentri Amoeba

infeksi usus (usus) yang disebabkan oleh amoeba Entamoeba histolytica yang dapat

menyebabkan diarebercampur dengan darah. Ada beberapa spesies yang berbeda amoeba,

tapi yang paling berbahaya salah satunya seperti Entamoeba histolytica (penyebab

penyakit disentri amoeba) yang hidup terutama di daerah tropis. Spesies ini mampu melalui

dinding usus dan menyebar melalui aliran darah untuk menginfeksi organ lain, seperti hati,

paru-paru dan otak.

Gejala Klinis

- Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.

- Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)

- Sakit perut hebat (kolik)

- Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

Penangannannya

a. Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit

Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam

penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status

hidrasi dan keseimbangan elektrolit.

b. Diet

Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi

kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU)

dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang

diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan

sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa

obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko

untuk memperpanjang masa sakit.

c. Antibiotika

Page 2: BAB 6 Skenario 3

Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang

sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan

menurunkan risiko komplikasi dan kematian. • Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut

anjuran WHO) : Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol

50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari. • Dari hasil penelitian, tidak

didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan plasebo10. •

Alternatif yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o

Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal

IV atau IM o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. • Perbaikan seharusnya

tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi

BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan

diganti dengan alternatif lain. • Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan

trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. o Tinja berdarah

menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2

hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler. • Terapi yang dipilih sebagai antiamebik

intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10

hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3

hari terapi.

d. Sanitasi

Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih sehabis

membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Tinja

Page 3: BAB 6 Skenario 3

Pemeriksaan tinja ini merupakan pemeriksaan laboratorium yang sangat penting.

Biasanya tinja berbau busuk, bercampur darah dan lendir. Untuk  pemeriksaan mikroskopik d

iperlukan tinja yang segar. Kadang diperlukan pemeriksaan berulang-ulang, minimal 3 kali

seminggu dan sebaiknya dilakukansebelum pasien mendapat pengobatan.Pada pemeriksaan

tinja yang berbentuk (pasien tidak diare), perlu dicari bentuk kista karena bentuk trofozoit

tidak akan dapat ditemukan. Dengan sediaanlangsung tampak kista berbentuk bulat dan

berkilau seperti mutiara. Di dalamnyaterdapat badan-badan kromatoid yang berbentuk batang

dengan ujung tumpul, sedangkan inti tidak tampak. Untuk dapat melihat intinya, dapat

digunakan larutan lugol. Akan tetapi dengan larutan lugol ini badan-badan kromatoid tidak

tampak. Bila  jumlah kista sedikit, dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan metode

konsentrasi dengan larutan seng sulfat dan eterformalin. Dengan larutan seng sulfat kista

akan terapung di permukaan sedangkan dengan larutan eterformalin kista akan mengendap.

Dalam tinja pasien juga dapat ditemukan trofozoit. Untuk itu diperlukan

tinja yang masih segar dan sebaiknya diambil bahan dari bagian tinja yang mengandung

darah dan lendir. Pada sediaan langsung dapat dilihat trofozoit yang masih bergerak aktif

seperti keong dengan menggunakan pseudopodinya yang seperti kaca.

Jika tinja berdarah, akan tampak amoeba dengan eritrosit didalamnya. Bentik inti akan

nampak jelas bila dibuat sediaan dengan larutan eosin.

2. Pemeriksaan Sigmoidoskopi dan Kolonoskopi

Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis penderita dengan gejala disentri,

terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan amoeba. Akan tetapi pemeriksaan

ini tidak berguna untuk carrier. Pada pemeriksaan ini

akan didapatkan ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan, mukosa

usus antara ulkus-ulkus tampak normal

3. Foto Rontgen Kolon

Pemeriksaan rontgen kolon tidak banyak membantu karena seringkali ulkus tidak tampak.

Kadang pada kasus amoebiasis kronis, foto rontgen kolon dengan barium enema

tampak ulkus disertai spasme otot. Pada ameboma nampak filling defect yang mirip

karsinoma.

4. Pemeriksaan Uji Serologi

Uji serologi banyak digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati amebik dan

epidemiologis. Uji serologis positif bila amoeba menembus jaringan (invasif). Oleh

karena itu uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentriamoeba dan negatif pada

carrier. Hasil uji serologis positif belum tentu menderitaamebiasis aktif, tetapi bila negatif

pasti bukan amebiasis.

Page 4: BAB 6 Skenario 3

Diferensial Diagnosis

a. Disentri Basiler

Penyakit ini biasanya timbul secara akut, sering disertai adanyatoksemia, tenesmus

akan tetapi sakit biasanya sifatnya umum. Tinja biasanya kecil-kecil, banyak, tak

berbau, alkalis, berlendir, nanah dan berdarah, bila tinja berbentuk dilapisi lendir.

Daerah yang terserang biasanya sigmoid dan dapat juga menyerang ileum. Biasanya

daerah yang terserang akan mengalami hiperemia superfisial ulseratif dan selaput

lendir akan menebal. Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu

keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, diserta

ieksudat inflamasi yang mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah.

Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat

melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan, dan lalat

yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus, kuman

ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak didalamnya. Kolon

merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileumterminalis dapat juga

terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerahsigmoid, sedang pada ilium hanya

hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatalditemukan mukosa usus hiperemik, lebam

dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut

terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput lendir lipatan

transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat

tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei

menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang

mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut

merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel

eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai

warna hijau yang khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang

tebalnya sampai 1,5cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen

usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan dengan peritoneum.

Gejala Klinis

Pengobatan

b. Escheriae coli

Escherichia coli Enteroinvasive (EIEC)

Page 5: BAB 6 Skenario 3

Patogenesisnya seperti Shigelosis yaitu melekat dan menginvasi epitel

usus sehingga menyebabkan kematian seldan respon radang cepat (secara klinis dikenal

sebagai kolitis). Serogroup ini menyebabkan lesi seperti disentri basiller,

ulserasi atau perdarahan dan infiltrasi leukosit polimorfo nuklear dengan khas edem

mukosa dan submukosa.

Manifestasi klinis berupa demam, toksisitas sistemik, nyerikejang abdomen, tenesmus,

dan diare cair atau darah.

Escherichia coli Enterohemoragik (EHEC)

Manifestasi klinis dari EHEC dapat menyebabkan penyakit diare sendiri atau dengan

nyeri abdomen.

Diare padamulanya cair tapi beberapa hari menjadi berdarah (kolitishemoragik).

Meskipun gambarannya sama dengan Shigelosis yang membedakan adalah terjadinya

demam yang merupakan manifestasi yang tidak lazim. Beberapa infeksi disertai dengan

sindrom hemolitik uremik.