bab 5 yang terbaru
DESCRIPTION
Manajemen Operasi Huhate (Pole and line)TRANSCRIPT
68
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Operasi Penangkapan
5.1.1. Persiapan di Darat
CV. Sari Usaha Bitung memiliki beberapa staff tenaga kerja yang
mendapat tugas dan tanggung jawabnya masing – masing diantaranya adalah
bagian operasional dan logistik. Dalam rangka mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan operasi penangkapan terlebih dahulu bagian operasional dan
logistik mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh KM. Sinar Bahari
sebelum keberangkatan kapal menuju fishing ground, yaitu diawali terlebih
dahulu dengan perencanaan dan persiapan agar dalam pelaksanaan pada saat
kapal berlayar dan melakukan operasi penangkapan tidak terjadi kendala teknis
seperti terdapatnya kekurangan kebutuhan dalam operasi penangkapan. Adapun
persiapan :
1. Mempersiapkan surat – surat kapal dan pengurusan dokumen – dokumen
berupa Surat Ijin Berlayar (SIB) dan Sijil Awak Kapal kepada pejabat yang
berwenang atau instansi yang berwenang dalam hal ini dinas kesyahbandaran
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung,
2. Pengisian bahan bakar, es, air tawar dan perbekalan makanan yang diperlukan
selama satu trip operasi. Bahan bakar solar yang dibutuhkan sekitar 7.000 liter
dengan harga Rp. 4.725/liter, bensin 50 liter dan es yang dibutuhkan setiap
satu trip rata - rata 175 balok dengan harga Rp. 12.000/ kg dengan berat tiap
balok 50 kg.
69
3. Pengecekan kelengkapan alat tangkap, mesin, alat bantú penangkapan dan
perlengkapan navigasi.
5.1.2 Persiapan di laut
Sebelum kapal menuju daerah penangkapan telebih dahulu kapal
menyediakan umpan hidup yang merupakan faktor utama keberhasilan
penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis).
5.1.2.1. Pengambilan umpan hidup
Umpan hidup merupakan faktor utama dalam pengoperasian huhate (pole
and line), karena dengan umpan hidup akan memudahkan memancing cakalang
untuk mendekati kapal dan naik ke permukaan laut.
Pengambilan umpan hidup dilakukan dalam dua tahap dan pada umumnya
dilakukan pada malam hari. Tahapan tersebut antara lain :
1. Tahap penanganan umpan dari bagan apung
Pengangkatan umpan hidup dari bagan apung dilakukan oleh dua orang
ABK jaga, pertama kantong jaring bagan yang berisi umpan diperkecil agar
mempermudah pada saat pengambilan umpan untuk dipindahkan ke bak
penampung umpan hidup di atas kapal, berikutnya pengambilan umpan dilakukan
dengan mengunakan ember. Umpan hidup tersebut diperoleh dengan membeli
dari bagan – bagan umpan milik nelayan yang tinggal di pesisir pantai, Sistim
pembeliannya dengan dua cara yaitu sistim borong dan pembelian dalam hitungan
ember sebesar Rp. 50.000 – Rp.100.000 per ember.
70
Dalam operasinya KM. Sinar Bahari memerlukan sekitar 190 – 200 ember
umpan hidup atau sekiatar 9.500 – 10.000 liter umpan hidup dimana 1 ember
berisi 50 liter atau 15 – 20 ekor per liter.
Ketika jaring mulai diangkat dari dalam air, kondisi ikan umpan masih
dalam keadaan tenang karena belum sadar akan keberadaanya yang sudah
terkurung oleh jaring. Ketika jaring mulai di angkat maka ruang gerak umpan
akan terbatas sehingga mengakibatkan umpan mengalami shock dan akan
bergerak kesegala arah. Untuk mencegah hal itu, maka diusahakan ruang gerak
umpan tersebut tidak terlalu sempit dan jaring diusahakan oleh ABK jaga agar
tidak terlipat, karena apabila hal itu terjadi maka ikan umpan akan terjepit. Salah
satu cara/usaha para ABK KM. Sinar Bahari untuk menghindari kondisi ini adalah
dengan menarik jaring sesuai dengan banyaknya umpan yang tertangkap. Jika
umpan banyak maka jaring sisa penarikan dibuat lebih besar dan bentuk jaring di
buat sebaik mungkin agar airnya tidak terlalu kering atau terlalu sedikit karena
umpan yang berada dalam jaring sedikit airnya biasanya menyebabkan terjadinya
gesekan antara ikan - ikan tersebut selanjutnya menyebabkan ikan akan
kehilangan sisik atau terluka. Kerusakan fisik sering juga terjadi pada saat
pemindahan umpan dari bagan ke dalam bak penampung umpan, oleh karena itu
saat pemindahan umpan juru umpan (boi – boi) selalu mengontrol proses
pemindahannya jangan sampai pengisian setiap embernya terlalu padat dan
mengakibatkan ikan umpan tersebut berdesak - desakkan dan sisiknya dapat
terkelupas. Apabila penanganan ini tidak diperhatikan, umpan akan cepat mati,
meskipun ada yang masih hidup pada waktu pemancingan, tetapi umpan hidup
71
tersebut sudah tidak efektif lagi untuk dipakai sebagai umpan karena tidak mampu
lagi memberikan refleksi cahaya yang menyolok dalam gerakannya.
Proses pemindahan dari bagan apung ke dalam bak penampung umpan di
KM. Sinar Bahari telah dilakukan dengan benar. Pemindahan umpan hidup
kedalam bak penampung umpan dilakukan sangat hati – hati, yakni dengan cara
ditumpahkan secara perlahan - lahan dan bahkan umpan tersebut dibiarkan keluar
dengan sendirinya dari ember ke dalam bak penampung umpan ketika posisi
ember umpan dicelupkan kedalam bak penampung umpan.
Gambar 20. Pengumpulan Umpan Hidup Pada Bagan Umpan
72
Gambar 21. Pengangkatan Umpan Hidup dari Bagan Umpan
2. Tahap Penanganan Umpan Hidup Di Atas Kapal
Agar ikan umpan hidup yang telah tersimpan di dalam bak penampung
umpan dapat bertahan hidup lebih lama dan pada saat ditebarkan masih dalam
kondisi hidup normal, untuk itu para ABK selalu memperhatikan hal sebagai
berikut :
1). Kepadatan umpan di dalam bak penampung
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh ABK jaga di KM. Sinar Bahari
ialah mengusahakan agar jumlah umpan hidup yang akan dimasukkan ke dalam
bak umpan tidak terlalu padat. Oleh sebab itu jumlah umpan yang dimasukkan
disesuaikan dengan kapasitas bak penampung umpan.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan kepada nakhoda
KM. Sinar Bahari, bahwa kapasitas pada bak penampung umpan untuk
menampung umpan hidup dapat memuat sekitar 190 – 200 ember/ 9500 – 10.000
liter.
73
2). Sirkulasi air
Pengaturan sirkulasi di dalam bak umpan dilakukan agar ikan dapat
membentuk kelompok (schooling) yang baik. Pada KM. Sinar Bahari sirkulasi air
yang dilakukan di dalam bak penampung umpan menggunakan belahan bambu
yang ujungnya sedikit dikeluarkan dari lunas kapal melalui lubang dasar kapal
yang ada pada bak penampung umpan. Dengan kapal bergerak maju, air laut
masuk pada bak penampung melalui belahan bambu dan keluar melalui lubang
yang ditutup dengan saringan (jala – jala) pada bak penampung. Susunan
monofilamen berbentuk seperti jaring yang diikatkan pada besi dengan diameter
lingkaran 10 cm. Untuk mengatur kekuatan sirkulasi air ini dengan cara
memanjangkan atau memendekkan ujung belahan bambu yang berada di luar
lubang dasar kapal, dengan demikian sirkulasi air yang terjadi di dalam bak
penampung umpan tidak terlalu kuat atau terlalu lemah.
Gambar 22. Sirkulasi air di dalam bak penampung umpan hidup
Keterangan : 1. Leper bambu 4. Dinding palkah
2. Lubang pengeluaran air 5. Saringan (jala – jala) 3. Arah gerak kapal 6. Papan dek
74
3). Penerangan pada bak penampung umpan
Sumber cahaya yang dipasang pada bak penampung umpan menggunakan
lampu berkekuatan 20 - 25 watt, adapun aliran listrinya diambil dari anjungan
kapal. Penerangan ini diperlukan pada bak penampung umpan untuk penerangan
pada malam hari hingga menjelang pagi hari, kegunaannya agar umpan hidup
dalam bak penampung menjadi tenang sehingga daya tahan hidup umpanpun
lebih lama.
Pada saat menjelang siang hari lampu pada bak penampung dikeluarkan
oleh ABK jaga yang bertugas pada saat itu, kemudian bak ditutup dengan
mengunakan papan untuk menguragi masuknya cahaya matahari dengan tujuan
agar umpan tidak berpencar dan tenang selama kapal berlayar menuju fishing
ground.
\ (a) (b)
Gambar 23. a). Bak penampung pada malam hari, b). Bak penampung pada siang
hari.
Penanganan umpan hidup pada saat pengoperasian dan saat berada dalam
bak penampung umpan hidup adalah :
75
3). Penangana umpan hidup saat beroperasi
Penanganan yang dilakukan ABK jaga dalam penanganan umpan hidup
saat pengoperasian antara lain, pemberian umpan hidup ke dalam bak penebar
umpan dilakukan secara bertahap dan tidak terlalu banyak. Apabila umpan hidup
yang sudah dimasukkan ke dalam bak penebar ternyata tidak habis dipakai/ditebar
ke laut, maka umpan tersebut oleh ABK akan dimasukkan kembali ke dalam bak
penampung umpan. Biasanya dalam hal ini akan menyebabkan umpan menjadi
lemah dan tidak dapat menarik perhatian ikan cakalang karena sisiknya yang
sudah rusak. Oleh sebab itu banyaknya pemasukan ikan ke dalam bak penebar
umpan dikontrol oleh juru umpan (boi - boi).
Tabel 6. Daerah pengambilan umpan hidup KM. Sinar Bahari
No. DaerahPosisi
Lintang Bujur1 Kinabahutan 010 50' 00’ LU 1250 05' 00’ BT2 Gangga 010 40' 00’ LU 1250 05' 00’ BT3 Trosik 000 24' 00’ LS 1240 12' 00’ BT4 Jiko Blanga 000 27' 00’ LS 1240 29' 00’ BT5 Ratatotok 000 53' 00’ LS 1240 43' 00’ BT6 Pintu Kota 000 54' 00’ LS 1230 43' 00’ BT
Jenis - jenis ikan yang sering digunakan sebagai umpan hidup pada KM.
Sinar Bahari Lampiran 5 :
1. Ikan Teri (Stolephorus commersonii)
2. Ikan Layang (Decapterus russelli)
3. Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa ikan layang ( Decapterus russelli )
merupakan jenis ikan yang paling baik untuk dijadikan sebagai umpan hidup. Hal
ini dikarenakan ikan tersebut memiliki daya tahan hidup yang lama dalam
76
keadaan berdesak – desakkan dalam bak umpan serta ukuran yang sesuai, tetap
aktif bila dilemparkan ke laut. Ditinjau dari tingakah laku makan ikan cakalang
bahwa ukuran jenis layang merupakan umpan yang sesuai dengan selera ikan
cakalang, warna putih keperak – perakkan bila terkena cahaya matahari.
5.1.2.2. Persiapan alat tangkap (huhate)
Sebelum kapal tiba di lokasi daerah penangkapan para ABK telah
mempersiapkan alat tangkap dan memasangnya pada haluan kapal dengan tujuan
bila setibanya di fishing ground para ABK akan menempati posisinya masing –
masing sesuai kemahirannya dalam memancing.
Pada umumnya untuk pemancing yang telah mahir menempati bagian
depan di haluan kapal dan bagi para pemula posisi yang ditempati adalah pada
bagian barisan belakang haluan kapal.
Gambar 24. Persiapan alat tangkap
5.1.3. Pengoperasian penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
77
Operasi penangkapan ikan dilakukan pada saat menjelang matahari terbit
atau sekitar pukul 05.30 – 11.00 WITA dan menjelang matahari terbenam antara
pukul 14.30 – 17.30 WITA. Hal ini menyesuaikan aktivitas makan cakalang yang
diduga dua kali dalam satu hari yakni pagi hari pada saat matahari mulai terbit
dan sore hari saat matahari mulai terbenam. Pada saat – saat itu terjadi perubahan
cahaya (sinar matahari) yang relatif cepat dan kondisi ikan dalam keadaan lapar
sehingga memudahkan pemancingan cakalang di sekitar rumpon.
Selama dalam pelayaran berlangsung menuju fishing ground. Nakhoda
dibantu lima petugas jaga deck atau juru mudi yang dalam setiap empat jam sekali
saling bergantian memegang kemudi sampai kapal tiba di daerah yang menjadi
tujuan penangkapan.
Tahapan operasi penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) antara
lain :
5.1.3.1. Pengintaian
Juru umpan (boi – boi) yang sekaligus bertugas membantu dalam mencarí
rumpon dan penentuan daerah penangkapan (Gambar 25), mereka mencari
dengan mengunakan teropong untuk melihat adanya gerombolan cakalang yang
biasanya terlihat pada saat tanda – tanda seperti :
1. Sekelompok burung – burung yang menukik dan menyambar ke
permukaan air,
2. Ikan – ikan yang melompat ke atas permukaan air,
3. Terjadinya perubahan warna air akibat gerombolan ikan yang berenang
dekat permukaan air.
78
Gambar 25. Pengintaian (Searching)
5.1.3.2. Penebaran umpan hidup
Setelah terlihat tanda – tanda adanya gerombolan ikan maka segera kapal
diarahkan dengan kecepatan konstan, juru umpan (boi – boi), pemancing segera
bersiap pada posisinya masing – masing dan juru minyakpun segera
menghidupkan water pump (pompa air), kemudian pipa penyemprot (sprayer)
dibuka untuk mengaburkan penglihatan ikan. Setelah kapal mendekati
gerombolan cakalang, nakhoda mengambil bagian dalam mengemudi kapal,
kemudian juru umpan memulai menebar umpan hidup ke laut sehingga
gerombolan cakalang mendekati kapal. Sementara itu kapal membuat gerakan
melingkar sambil secara terus - menerus juru umpan menebar umpan hidup
sampai gerombolan ikan cakalang berada di bagian haluan kapal.
Peranan juru umpan dalam hal pelemparan umpan sangatlah penting
diantaranya dalam upaya menjaga gerombolan cakalang agar tidak menghilang
(menjauh). Cara melemparkan umpanpun merupakan keahlian tersendiri, mereka
berupaya menebar umpan hidup dengan tidak terputus - putus sambil
79
mengarahkan buangan umpan ke arah haluan kapal di mana terdapat para
pemancing yang handal.
5.1.3.3. Pemancingan
Pada saat cakalang sudah mendekati haluan kapal, maka para ABK yang
bertugas sebagai pemancing mulai melakukan pemancingan. Pancing diturunkan
ke permukaan laut sambil digerak - gerakkan ke kanan dan ke kiri. Bila cakalang
telah menyambar mata kail (umpan buatan), segera ikan diangkat dengan cara
dihentakkan ke atas deck kapal.
Cakalang yang sedang aktif makan biasanya ditandai dengan banyaknya
cakalang yang tertangkap di atas deck. Para pemancing bertugas untuk
memancing cakalang yang berada di laut tersebut sebanyak – banyaknya,
terutama pada saat cakalang sedang terihat lapar. Untuk itu diperlukan kecepatan,
kekuatan, kesabaran dan yang paling penting adalah keterampilan dan keahlian
pemancing. Berdasarkan posisi pemancingan untuk ABK yang telah mahir
menduduki posisi pada bagian depan haluan kapal (A) dan seterusnya untuk yang
masih tergolong masih pemula biasanya mendapat posisi pada bagian bawah atau
belakang haluan kapal (B). Untuk jumlah para pemancing ± 32 pemancing
diantaranya 12 pemancing bagian haluan kiri kanan kapal dan 8 pemancing pada
bagian depan haluan. Adapun posisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 26.
80
(A)
(B) (B)
Gambar 26. Kegiatan pemancingan
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi akan keberhasilan penangkapan
yaitu :
1. Faktor internal
1. Faktor internal ini meliputi kemampuan nakhoda sebagai fishing
master dalam mengemudi kapal dan menentukan daerah penangkapan,
2. jenis dan jumlah umpan yang digunakan pada saat pemancingan,
3. kemahiran juru umpan (boi – boi) pada saat menebarkan umpan,
4. ketangkasan dan kelihaian pemancing pada saat melakukan
pemancingan.
2. Faktor eksternal
Kondisi daerah penangkapan (suhu, salinitas, cuaca, dan kecerahan
permukaan laut).
5.1.4. Hasil Tangkapan
81
Jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan huhate pada umumnya
adalah ikan cakalang, namun ada juga jenis ikan lain yang ikut tertangkap, hal ini
disebabkan karena ikan - ikan tersebut berenang secara bergerombol bersamaan
dengan ikan cakalang untuk mencari makan.
Selama dua bulan operasi penangkapan yaitu selama bulan Maret a/d April
2010 total hasil tangkapan yang diperoleh KM. Sinar Bahari adalah sebesar
167.059 Kg, terdiri dari cakalang sebanyak 138.842 kg dan baby tuna sebanyak
28.217 kg. Secara rinci hasil tangkapan KM. Sinar Bahari selama bulan Maret s/d
April 2010 dapat dilihat dalam Tabel 7,8,dan 9 :
Tabel 7. Jumlah hasil tangkapan bulan maret 2010
Operasi Cakalang Baby tuna
Penangkapan Jumlah
tangkapan PresentaseJumlah
tangkapan Presentase/Trip (Kg) (Kg)Maret (A) (B)
1 13.855 85,28 2.390 14,182 12.450 88,77 1.575 11,223 12.534 81,32 2.879 18,674 12.627 77,83 3.595 22,165 12.550 82,9 2.588 17,09
6 12.750 88,6 1.640 11,39Jumlah 76.766 83,95 14.667 16,04
82
Gambar 27. Persentase hasil tangkapan periode bulan maret 2010 (6 Trip)
Tabel 8. Jumalah hasil tangkapan bulan April 2010
Operasi Cakalang Baby tuna
Penangkapan Jumlah
tangkapan PresentaseJumlah
tangkapan Presentase/Trip (Kg) (Kg)
April (A) (B) 1 12.622 77,5 3.664 22,492 12.320 83,41 2.450 16,583 12.558 81,73 2.806 18,264 12.404 87,88 1.710 12,115 12.172 80,65 2.920 19,34
Jumalah 62.076 82,08 13.550 17,91
83
Gambar 28. Persentase hasil tangkapan periode bulan April 2010 (5 Trip)
Tabel 9. Jumlah hasil tangkapan bulan Maret s/d April 2010
Operasi Cakalang Baby tuna
Penangkapan Jumlah
tangkapan PresentaseJumlah
tangkapan Presentase/Trip (Kg) (Kg)Maret (A) (B)
1 13855 85,28 2390 14,182 12450 88,77 1575 11,223 12534 81,32 2879 18,674 12627 77,83 3595 22,165 12550 82,9 2588 17,09
6 12750 88,6 1640 11,39April
7 12622 77,5 3664 22,498 12320 83,41 2450 16,589 12558 81,73 2806 18,2610 12404 87,88 1710 12,1111 12172 80,65 2920 19,34
Total 138.842 83,10 28.217 16,89
84
Keterangan tabel 9 : Jumlah hasil tangkapan bulan Maret s/d April 2010
a. Jumlah hasil tangkapan bulan Maret (Cakalang + Baby Tuna) : 91.433 Kg
b. Jumlah hasil tangkapan bulan April (Cakalang + Baby Tuna) : 75.626 Kg
c. Total keseluruhan hasil tangkapan bulan Maret s/d April (Cakalang +
April) : 138.842 + 28.217 = 167.059 Kg
Gambar 29. Persentase hasil tangkapan periode bulan Maret s/d April 2010
(11 Trip)
Keterangan :
A : Jumlah tangkapan cakalang (Kg)
B : Jumlah tangkapan baby tuna (Kg)
Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 29 dapat dilihat bahwa jenis ikan yang
dominan tertangkap selama periode bulan Maret s/d April 2010 adalah ikan
APersentase % =
X 100 %A + B
85
cakalang dengan jumlah tangkapan sebesar 138.842 kg atau sebesar 83%
sedangkan baby tuna hanya mencapai 17% atau sebesar 28.217 kg.
(a) (b)
Gambar 30. Jenis hasil tangkapan KM. Sainar Bahari
a). Cakalang (Katsuwonus pelamis), b). Baby Tuna (Yellowfin tuna – Thunus
albacares).
5.1.5. Daerah Penangkapan Cakalang
Daerah penangkapan KM. Sinar Bahari umumnya dilakukan dekat rumpon
(ponton) yang telah ditanam atau dipasang oleh para nelayan sekitar maupun
milik CV. Sari Usaha sendiri yang kemudian dimanfaatkan oleh kapal penangkap
ikan. Adapun rumpon (ponton) yang digunakan pada saat penulis mengikuti dan
melaksanakan praktek terletak pada koordinat Lampiran 10.
20 L
U
0
.00
20 LS
40 L
S
1160BT 1180BT 1200BT 1220BT 1240BT 1260BT 28.5228.5428.5628.5828.628.6228.6428.6628.6828.728.7228.7428.7628.7828.828.8228.8428.8628.8828.928.9228.9428.9628.982929.02
86
122.5 123 123.5 124 124.5 125 125.5 126 126.5
B u j u r
1
1.5
L i n
t a
n g
Gambar 31. Daerah Penangkapan KM. Sinar Bahari Berdasarkan Suhu dan Hasil
Tangkapan di Daerah Laut Utara Sulawesi (April 2010)
20 L
U
0
.00
20 LS
40 L
S
1160BT 1180BT 1200BT 1220BT 1240BT 1260BT
87
122.5 123 123.5 124 124.5 125 125.5
B u j u r
-0.5
0
0.5
L i n
t a
n g
Suhu (0C)
Gamabar 32. Daerah Penangkapan KM. Sinar Bahari Berdasarkan Suhu dan Hasil
Tangkapan di Daerah Laut Teluk Tomini (April 2010)
Berdasarkan Tabel pada Lampiran 11 yang telah diolah dalam program
software surfur versi 09, suhu daerah penangkapan cakalang pada bulan April
2010 dapat dilihat dari Gambar 31dan 32 bahwa pada kisaran suhu 28,90 – 28,940
(280C – 290C) dengan tanda berwarna merah menunjukan hasil tangkapan
88
cakalang (Katsuwonus pelamis) lebih banyak dan pada kisaran suhu demikian
banyak terdapat cakalang sehingga dapat dijadikan sebagai daerah penangkapan
dengan posisi 10 LU – 00LS s/d 1260 – 1220 BT.
5.1.5.1. Oseanografi daerah penangkapan di Laut Sulawesi (April 2010)
Daerah penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di daerah Laut
Sulawesi dan sekitarnya (10 LU – 00 LS s/d 1260 – 1220 BT ) diantaranya
dipengaruhi suhu dan konsentrasi klorofil yang terkandung didalamnya.
1. Kisaran sebaran suhu
Sebaran suhu pada bulan April 2010 berdasarkan penginderaan jauh dari
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) (Lampiran 21) yang
telah dimodifikasi menunjukan di daerah Sulawesi dan sekitarnya berkisar antara
290 C – 31,50 C yang dapat dilihat pada Gambar 33 dan 35.
2. Konsentrasi klorofil-a
Sebaran konsentrasi klorofil-a pada bulan April 2010 berdasarkan
penginderaan jauh dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
(Lampiran 22) yang telah dimodifikasi menunjukan di daerah Sulawesi dan
sekitarnya berkisar antara 0 – 0,5 mg/L Gambar 34 dan 36.
89
Gambar 33. Sebaran suhu permukaan laut di wilayah perairan Sulawesi pada MT
22 April 2010 Pkl. 09:04 WIB.
Gambar 34. Sebaran konsentrasi klorofil di wilayah perairan Sulawesi pada MT
22 April 2010 Pkl. 09:04 WIB.
0.00
LS
1200 BT 1300 BT
1200 BT 1300 BT 1300 BT
0.00
LS
90
Gambar 35. Sebaran suhu permukaan laut di wilayah perairan Sulawesi pada MT
27 April 2010 Pkl. 12:20 WIB.
Gambar 36. Sebaran konsentrasi klorofil di wilayah perairan Sulawesi pada MT
27 April 2010 Pkl. 12:20 WIB.
0.00
LS
1200 BT 1300 BT
0.00
LS
1200 BT 1300 BT
91
5.1.6. Penanganan Hasil Tangkapan
Penanganan hasil tangkapan bertujuan untuk menjaga mutu kesegaran
ikan pada saat berada di kapal penangkap hingga di daratkan ke fishing base.
Tahap-tahap penanganan ikan hasil tangkapan adalah sebagai berikut:
5.1.6.1. Penanganan hasil tangkapan di kapal
Ikan yang sudah ditangkap sebelum dimasukkan ke dalam palka, terlebih
dahulu dicuci dengan cara menyemprotkan air laut pada ikan untuk
menghilangkan darah dan lendir yang menempel pada tubuh ikan. Setelah ikan
bersih dari darah, lendir, dan kotoran lainnya lalu ikan disortir kemudian
dimasukkan ke dalam palka dimana palka tersebut sudah berisikan pecahan es
(Lampiran 4). Pengisian ikan kedalam palka diatur oleh bagian pengawetan yang
bertugas sebagai pengatur banyaknya ikan yang dimasukkan ke dalam palka dan
pengunaan banyaknya es balok yang telah dihancurkan dengan perbandingan 2 : 1
dimana 2 Kg ikan dengan 1 Kg es yang dihancurkan.
Dalam perjalanan kembali menuju fishing base untuk melakukan
pembongkaran, juru pengawetan selalu melakukan pengecekan keadaan hasil
tangkpan dan es yang berada dalam palka. Apabila es yang berada dalam palka
telah berkurang atau mencair maka juru pengawetan akan menambah es kembali
dengan tujuan agar ikan tetap dalam kondisi segar.
5.1.6.2. Penanganan hasil tangkapan di darat
Ikan yang sudah dibongkar dari dalam palka dimasukkan ke dalam
keranjang kemudian disortir setelah itu ditimbang berdasarkan ukuran, jenis dan
berat ikan yang dilakukan oleh bagian produksi dari CV. Sari Usaha. Setelah ikan
92
hasil tangkapan telah selesai ditimbang, ikan dinaikkan ke atas truk pengangkut
untuk dibawa ke perusahaan pengolahan.
Gambar 37. Penimbangan hasil tangkapan di darat
5.1.7. Komposisi Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh selama bulan Maret s/d April
2010 adalah sebagai gerikut :
Tabel 10. Komposisi hasil tangkapan bulan Maret 2010 (6 Trip)
ProduksiJumlah Produksi Jumlah Produksi
(Kg) (Rp)Cakalang 76.766 498.979.000Baby Tuna 14.667 117.336.000Jumlah 91.433 616.315.000
93
Gambar 38. Komposisi hasil tangkapan periode bulan Maret 2010 (6 Trip)
Tabel 11. Komposisi Hasil Tangkapan Bulan April 2010 (6 Trip)
ProduksiJumlah Produksi Jumlah Produksi
(Kg) (Rp)Cakalang 62.076 403.494.000Baby Tuna 13.550 108.400.000Jumlah 75.626 511.894.000
Gambar 39. Komposisi hasil tangkapan periode bulan April 2010 (5 Trip)
94
Tabel 12. Komposisi Hasil Tangkapan Bulan Maret s/d April 2010 (11 Trip)
ProduksiJumlah Produksi Jumlah Produksi
(Kg) (Rp)Cakalang 138.842 902.473.000Baby Tuna 28.217 225.736.000Jumlah 167.059 1.128.209.000
Gambar 40. Komposisi hasil tangkapan periode bulan Maret s/d April 2010
(11 Trip)
Berdasarkan Tabel 12 dan Gambar 40 dapat dilihat bahwa jenis ikan yang
dominan tertangkap sepanjang bulan Maret s/d April 2010 adalah ikan cakalang
dengan jumlah tangkapan sebesar 138.842 kg sedangkan baby tuna sebanyak
28.217 kg.
5.2. Manajemen Operasi Penangkapan Cakalang pada KM. Sinar Bahari
Manajemen operasi penangkapan yang diterapkan pihak CV. Sari Usaha
dapat dijelaskan berdasarkan fungsi - fungsi manajemen, antara lain:
95
5.2.1. Perencanaan (Planning)
Rencana operasi penangkapan yang dilakukan pihak manajemen CV. Sari
Usaha bersifat mikro dan makro. Bersifat mikro terbatas pada kegiatan
penangkapan, permasalahan di fishing ground, persiapan operasi penangkapan
dan sebagainya. Sedangkan rencana yang bersifat makro mencakup seluruh
kegiatan perusahaan antara lain : penentuan pasar, target hasil tangkapan yang
ingin dicapai, besarnya biaya yang dibutuhkan dan sebagainya.
Perencanaan yang bersifat makro yang diterapkan pihak CV. Sari Usaha
antara lain :
1. Pasar (Market)
Pertama – tama melakukan perencanaan terhadap perusahaan yang akan
menjadi rekan kerja dalam pengelolaan hasil produksi yang akan dihasilkan dalam
hal ini adalah produksi cakalang sebagai hasil tangkapan utama dan tuna yang
dapat langsung dijual ketika KM. Sinar Bahari tiba di fishing base untuk
melakukan pembongkaran hasil tangkapan. Perusahaan yang menjadi rekan kerja
adalah perusahaan pengolahan yang beroperasi di daerah Sulawesi Utara yaitu PT.
Celebes, Manado Mina dan Etmico.
2. Anggaran / biaya (Money)
Perencanaan berikutnya adalah anggaran/biaya operasional yang akan
dikeluarkan pihak perusahaan untuk perbekalan KM. Sinar Bahari dalam operasi
penangkapan selama 1 bulan dengan 5 – 6 trip (1 trip = ± 5 hari). Anggaran yang
dikeluarkan antara lain bahan bakar solar dalam 1 trip dibutuhkan sekitar 7.000
liter, minyak tanah 20 liter, oli 10 liter, es 175 balok dengan ukuran 50 kg/balok,
96
perbekalan makanan dan obat – obatan, serta pengurusan dukumen (SIB dan Sijil
Awak Kapal) dan administrasi lainnya.
3. Umpan hidup dan rumpon (ponton)
Selain perencanaan terhadap anggaran perbekalan perencanaan
selanjutnya perencanaan penyediakan umpan hidup yang dibutuhkan ketika
operasi penangkapan akan dilakukan KM. Sinar Bahari. Umpan hidup merupakan
hal penentu dari keberhasilan penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis).
Selanjutnya adapun perencanaan yang merupakan perencanaan yang
mendukung agar hasil tangkapan (cakalang) yang menjadi target tangkapan dapat
diperoleh secara optimal adalah pemasangan rumpon (ponton) pada titik koordinat
yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan yang terletak di wilayah Laut Utara
Sulawesi dan sekitarnya dengan posisi antara 10 LU – 00 LS s/d 1260 BT – 1220 BT.
5. Target hasil tangkapan (produksi)
Selain perencanaan mengenai anggaran, penyediaan umpan, maupu
pemasangan rumpon (ponton), dari pihak perusahaan juga memberikan target
kepada KM. Sinar Bahari terhadap hasil tangkapannya (cakalang) harus minimal
mampu menghasilkan produksi hasil tangkapan sebanyak 5.000 kg atau ± 5 ton
dalam 1 trip, tujuannya untuk menutupi anggaran yang sudah dikeluarkan untuk
pembiayaan operasi penangkapan pada KM. Sinar Bahari.
Perencanaan operasi penangkapan diatur oleh bagian operasional dengan
pertimbangan melihat situasi yang kondusif di laut (cuaca baik dan ikan umpan
banyak), serta melakukan konsultasi dengan pimpinan. Apabila pimpinan
mengijinkan, maka setiap kapal dapat melakukan kegiatan operasi penangkapan.
Semua ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh keberhasilan dalam operasi
97
penangkapan ikan dalam hal ini cakalang. Kembali lagi kegiatan operasi
penangkapan KM. Sinar Bahari telah direncanakan selama 5 - 6 trip dalam satu
bulan (1 trip = ± 5 hari).
Perencanaan perawatan kapal/doking oleh CV. Sari Usaha telah
direncanakan secara periodik setiap tahun sekali. Jadwal doking tersebut disusun
oleh pihak pimpinan perusahaan yang dibantu oleh bagian operasional.
Perencanaan yang bersifat mikro antara lain :
1. Operasi penangkapan cakalang
Perencanaan dalam penentuan daerah penangkapan yang akan menjadi
tempat tujuan penangkapan, salah satu tujuannya adalah wilayah yang dimana
sebelumnya telah dipasang rumpon (ponton) untuk mengifisiensi kegiatan operasi
penangkapan baik dari segi lamanya perjalanan yang akan ditempuh dan jumlah
hasil tangkapan (cakalang) yang optimal dengan tentu saja tidak
mengesampingkan akan kelestarian sumber daya cakalang itu sendiri.
Adapun bagan alur (flow of chart) untuk standarisasi kegiatan
pegoperasian penangkapan yang dapat dilihat pada Lampiran 19.
Flow of chart atau bagan alur kerja operasi huhate dimulai dari
perencanaan operasi, persiapan di darat yaitu meliputi persiapan kapal dan alat
tangkap, awak kapal, perbekalan, kesiapan dokumen dan surat – surat kapal,
selanjutnya persiapan di laut meliputi penyediaan umpan hidup, alat tangkap
(huhate) yang telah dipasang pada bagian haluan kapal sesuai posisi para
pemancing pada saat akan melakukan pemancingan, tenaga kerja yaitu kesiapan
ABK pada saat penoperasian penangkapan, alat bantu (bak penebar umpan, pipa
penyemprot (sprayer), sibu – sibu (palo) dan lainnya)), selanjutnya menuju
98
fishing ground, tibanya di fishing ground pengoperasian penangkapan dilakukan
hingga selesai dan kembali ke fishing base.
Identefikasi tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13, di
buatnya tabel akan mempermudah dalam mengidentifikasi proses kegiatan yang
akan dijalankan dan dapat memperoleh gambaran tentang keseluruhan kegiatan
produksi hingga selesai.
Tabel 13. Identifikasi dan standarisasi kegiatan operasi huhate
Proses Input Output
Pengamatan Standarisasi Pengamatan Standarisasi
1.Persiapan di darat
Kapal berada di pelabuhan
Perbaikan dan perawatan
Kapal siap berangkat
Kapal bersih, mesin bagus, alat tangkap dan alat
bantu penangkapan baik
Pengisian perbekalan dan
pengurusan dokumen kapal
Pengisian supply, bahan bakar dan
material, dokumen lengkap
Solar, oli, bekal makanan dan lainnya cukup
satu trip
Dokumen lengkap, awak
sesuai sijil, kondisi kapal siap
operasi
2.Perjalanan menuju fishing ground
Informasi fishing ground
1 hari menuju fishing ground
Pembagian tugas jaga, Kecepatan kapal 8 – 9 knot
Kapal dan ABK selamat
3.Pengintaian (searching)
Adanya burung – burung, percikan
– percikan air, perubahan warna
air
Kecepatan kapal stabil dan terarah
Alat tangkap tersusun di haluan
kapal
Kondisi daerah penangkapan mendukung (cerah) tidak
bergelombang
4.Tiba di fishing ground
Persiapan operasi penangkapan, karakteristik
daerah penangkapan
Mesin, pompa penyemprot, pipa
penyemprot (sprayer), alat
bantu siap
Alat tangkap tersusun di haluan
kapal
Kondisi daerah penangkapan mendukung (cerah) tidak
bergelombang
5.Penebaran umpan
kesiapan alat tangkap (huhate)
Gerombolan cakalang
mendekati kapal
Pemancing berada pada posisinya
masing - masing
Kecepatan kapal berkurang
menjadi 4 -3 knot
99
Lanjutan Tabel 13. Identifikasi dan standarisasi kegiatan operasi huhate
6.Pemancingan Penebaran umpan terus menerus
Cakalang memakan mata
pancing
Cakalang yang tertangkap segera
diangkat dan disentakan keatas
deck
Cakalang yang tertangkap tidak
terlepas dan berada diatas deck
7.Penanganan Hasil Tangkapan
ABK berada di posisi masing –
masing
Mengukur, menimbang dan
memisahkan ikan berdasarkan
ukuran
Ikan di siram dengan air laut, pengisian es ke dalam palka dan pengisian ikan dan es kembali
Cepat, higienis, mutu dan
kesegaran ikan terjaga
8.Kembali ke fishing base
Navigasi ke fishing base,
Alat tangkap dirapikan dan
disimpan. Kapal di bersihkan.
Cepat kembali ke fishing base, Suhu
palka dikontrol
Kapal, alat tangkap, hasil tangkapan, dan
awak kapal selamat
9.Pelabuhan tolak Bongkar hasil tangkapan
Cakalang di timbang dan di angkut dengan
mobil truk
Bongkar, perbaikan alat tangkap dan
persiapan trip berikutnya
Pemasaran berjalan lancar
5.2.2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan keseluruhan aktivitas manajemen dalam
menempatkan orang - orang sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang serta
tanggung jawab sehingga terciptanya aktivitas yang berdaya guna dan berhasil
guna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
CV. Sari Usaha sangat menyadari arti pentingnya pengorganisasian dalam
operasi penangkapan karena pada saat operasi dibutuhkan kerja sama yang
harmonis, terstruktur, terorganisir agar semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan
baik. Dalam struktur organisasi pada CV. Sari Usaha terdapat 2 struktur
organisasi yaitu 1. Struktur organisasi di darat yaitu organisasi perusahaan
100
(Gambar 41) dan 2. Struktur organisasi di laut yaitu organisasi pada KM. Sinar
Bahari (Gambar 42).
1. Struktur organisasi di darat
Gambar 41. Struktur organisasi CV. Sari Usaha
Adapun susunan tugas dan tanggung jawab setiap orang yang ditempatkan
pada struktur organisasi CV. Sari Usaha adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan perusahaan
a. Sebagai pendiri perusahaan/pemegang saham
b. Yang bertanggung jawab penuh terhadap segala sesuatunya yang
berkaitan dengan aktivitas di CV. Sari Usaha, Bitung.
2. Bagian Personalia.
a. Penempatan / mutasi seluruh ABK dan karyawan darat
b. Pengaturan cuti seluruh karyawan
c. Pelaporan ketenaga kerjaan Asing dan Lokal kepada Instansi terkait
Keterangan : : Garis komando
PIMPINANCV. SARI USAHA
PERSONALIA OPERASIONAL KASIR
LOGISTIK DECK & MESIN
PEMASARAN
101
d. Pengurusan pesangon, kematian dan kecelakaan kerja
3. Bagian Operasional
a. Pengawas di darat sebagai wakil dari pimpinan
b. Pelaporan kedatangan dan keberangkatan kapal
c. Pengurusan dokumen kapal guna kelaikan operasional seluruh kapal
4. Bagian Keuangan (kasir)
a. Pendataan pengeluaran keuangan harian dan bulanan
b. Mempersiapkan penggunaan uang pada bulan sebelumnya
c. Pelaporan pemakaian keuangan per bulan
d. Melaksanakan pembayaran tagihan dari semua relasi kerja
e. Pembayaran gaji dan premi hasil tangkapan semua kapal
5. Bagian Logistik Deck dan Mesin
a. Menyediakan perbekalan dan bahan bakar untuk kebutuhan operasional
semua kapal
b. Mempersiapkan pembelian spare part untuk kebutuhan semua kapal
c. Perencanaan perbaikan tahunan dan per trip
d. Pelaporan bulanan dan tahunan
e. Penyediaan kebutuhan part dan material untuk semua kapal
f. Mendata pemakaian part dan material untuk docking dan keberangkatan
kapal
g. Melaksanakan perbaikan, penggantian spare part dan material kapal
6. Produksi (pemasaran)
a. Mendata seluruh hasil penangkapan harian, baik ukuran (size) maupun
jumlah
102
b. Pengawasan terhadap produk hasil tangkapan yang tiba di pelabuhan
Berdasarkan data kepegawaian CV. Sari Usaha Bitung dapat dikatakan
bahwa orang - orang yang ditempatkan di setiap bagian telah sesuai dengan latar
belakang pendidikan/keahliannya.
2. Struktur organisasi di laut
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian pada
struktur organisasi di KM. Sinar Bahari, telah dibuat secara rinci dan dapat
penulis uraikan sebagai berikut :
Keterangan : : Garis komando
Gambar 42. Struktur organisasi KM. Sinar Bahari
NAKHODA
MUALIM I
MUALIM II
JURU MUDI
SERANG
JURU UMPAN
KLASI
KKM
MASINIS I & II
JURU MINYAK
I,II,IIIJURU MASAK
103
1. Nakhoda
a. Sebagai pimpinan tertinggi di atas kapal,
b. Bertanggung jawab terhadap kapal baik di darat maupun di laut,
c. Bertanggung jawab terhadap keselamatan kapal selama berlayar,
d. Mengkoordinir semua kegiatan di atas kapal khususnya operasi
penangkapan dan penanganan hasil tangkap.
e. Merangkap sebagai fishing master pada saat operasi penangkapan.
2. Mualim
a. Sebagai pembantu nakhoda pada saat kapal berlayar,
b. Membuat jadwal jaga deck,
c. Membuat pendataan hasil tangkapan,
d. Pendataan biaya pembelian umpan hidup dan kebutuhan lainnya di atas
kapal
3. Juru Mudi
a. Membantu nakhoda dalam mengemudi kapal selama pelayaran menuju
daerah penangkapan dan kembali ke fishing base.
4. Serang
a. Sebagai kepala kerja yang mengatur mengenai kebersihan kapal
pengisian air tawar pengaturan tata letak perlengkapan kapal dan alat
tangkap
5. Juru umpan (boi – boi)
a. Mengkoordinir ABK dalam pemindahan umpan hidup dari bagan ke bak
penampung umpan,
b. Penebar umpan pada saat pengoperasian penangkapan.
104
6. Pengawetan
a. Koordinator pengisi es pada saat penanganan hasil tangkapan ke dalam
palka,
b. Menentukan susunan banyaknya ikan dan pengunaan es pada saat
penanganan ke dalam palka,
c. Pengontrol keadaan es pada saat setelah hasil tangkapan telah berada di
dalam palka.
7. Klasi
a. Melaksanakan kegiatan di atas kapal sesuai perintah nakhoda,
b. Melaksanakan jaga kapal apabila kapal pada saat akan memuat umpan
hidup dari bagan ke dalam bak penampung umpan dan pada saat kapal
berlabuh,
c. Pemancing.
8. Kepala Kamar Mesin (KKM)
a. Pimpinan tertinggi dalam ruang kamar mesin.
c. Sebagai penanggung jawab kamar mesin.
9. Masinis
a. Membantu KKM dalam kelancaran kegiatan di ruang mesin,
b. Koordinator perbaikan perawatan mesin sesuai perintah KKM,
c. Membuat daftar jaga ruang,
10. Juru minyak
a. Melakukan dinas jaga ruang mesin,
b. Melaksanakan pengisian bahan bakar dan oli,
c. Melaksanakan perbaikan dan perawatan mesin sesuai perintah masinis.
105
11. Koki
a. Juru masak di atas kapal,
b. Mengangkat umpan hidup dari bak penampung umpan ke bak penebar
umpan,
c. Membantu juru umpan dalam pengisian umpan hidup ke dalam bak
penebar pada saat pelaksanaan kegiatan penangkapan.
5.3.3. Pelaksanaan (Actuating)
5.3.3.1. Pelaksanaan di darat CV. Sari Usaha
Dalam pelaksanaan pemasaran produksi (cakalang) sebagai hasil tangkapan
utama dari perusahaan memiliki staf tenaga kerja yang bertanggung jawab dalam
hal tersebut yaitu bagian produksi. Adapun tahapan yang dilakukan oleh bagian
produksi untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak menurun pada saat
pembongkaran dari kapal ke darat adalah cakalang yang telah
dibongkar/dikeluarkan dari palka penyimpanan, dituang kedalam keranjang
kemudian segera ditimbang (Gambar 37) dan setelah itu cakalang yang telah
ditimbang dimuat keatas truk pengangkut yang terlebi dahulu pada bagian bak
truk telah dilapisi terpal dengan berisikan es dan air dengan tujuan agar suhu
tubuh ikan tetap terjaga dan tetap segar.
Kerjasama yang dilakukan oleh pihak perusahaan di laut yaitu kerjasama
dalam pengadaan umpan hidup yang dibutuhkan pada pengoperasian
penangkapan, dimana perusahaan telah terlebih dahulu melakukan negosiasi
dengan para pemilik bagan apung umpan hidup yang masi berada di wilayah
sekitar perairan Bitung dengan tujuan mengoptimalkan dan mengefisiensikan
106
dalam pengumpulan umpan hidup untuk mendukung operasi penangkapan
nantinya.
Pemasangan rumpon (ponton), dari pihak perusahaan selain memiliki kapal
huhate (pole and line) juga memiliki kapal mini purse saine selain untuk kapal
penangkap ikan juga sebagai kapal yang bertugas memasang rumpon (ponton) di
wilayah laut utara sulawesi dan sekitarnya dengan tujuan mengefisiensi dan
mengoptimalkan hasil tangkapan pada setiap kapal penangkap dalam hal ini kapal
pole and line.
Selain melakukan kerjasama pimpinan perusahaan berusaha menjalin
hubungan kerja yang baik dengan cara membuat suasana yang kondusif, nyaman
dan memberikan motivasi kepada seluruh karyawannya. Sehingga setiap kegiatan
dapat dilaksanankan dengan baik dan selesai pada waktu yang sudah ditentukan.
Demikian juga di KM. Sinar Bahari, sebagai seorang nakhoda yang
memegang jabatan tertinggi di atas kapal melakukan hal yang sama kepada
seluruh bawahannya pada saat bekerja di atas kapal.
Sistem pembagian upah atau penghasilan dari pada CV. Sari Usaha
berbeda antara karyawan yang bekerja di darat dengan para ABK yang bekerja di
laut. Untuk karyawan yang bekerja di darat mendapatkan gaji pokok serta insentif
berupa tunjangan hari raya. Sedangkan untuk para ABK menggunakan sistem
bagi hasil. Jadi, para ABK tidak memperoleh pendapatan apabila tidak melaut.
Adapun dari pihak perusahaan memberikan uang bongkar muat ikan dari hasil
penangkapan kepada seluruh ABK.
Di samping itu, apabila hasil tangkapan yang diperoleh para ABK tidak
mampu menutupi biaya operasional, maka para ABK tetap memperoleh
107
pendapatan tetapi tidak dari hasil tangkapan tersebut, melainkan dalam bentuk
pinjaman yang diberikan dari pihak perusahaan. Hal ini secara tidak langsung
dapat menurunkan gairah kerja para ABK karena dibebankan utang dari pihak
perusahaan. Sehingga dari hasil pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi
dengan biaya operasional, akan dikurangi lagi untuk membayar utang kepada
perusahaan. Pembayaran utang ini dilakukan secara bertahap/mencicil dan jumlah
yang harus dibayar sesuai ketentuan yang telah disepakati antara pihak
perusahaan dengan para ABK.
Besarnya pendapatan yang diterima oleh masing-masing ABK ditentukan
oleh nakhoda. Pembagian hasil yang dilakukan oleh nakhoda tidak berdasarkan
keahlian/keterampilan masing-masing pemancing, tetapi berdasarkan jenjang
jabatan di atas kapal serta dilihat juga dari rajin tidaknya setiap ABK saat bekerja
di atas kapal. Jadi, besarnya pendapatan yang diterima oleh masing-masing
jabatan dapat bertambah ataupun berkurang tergantung dari pengamatan nakhoda
kepada ABK pada saat bekerja di atas kapal.
Hal ini sangat baik untuk diterapkan karena dapat merangsang kinerja para
ABK untuk bekerja lebih giat. Pihak perusahaan tidak membuat atau menentukan
standar kriteria kinerja ABK, sehingga dalam pembagian hasil cenderung bersifat
subyektif yang dapat menimbulkan kecemburuan sosial antar ABK.
Selama penulis melaksanakan praktek pada KM. Sinar Bahari, jaminan
perusahaan memberikan adalah perbekalan makanan meskipun dirasakan masih
kurang memadai karena belum memiliki standar 4 sehat 5 sempurna. Sehingga
untuk melengkapi lauk terkadang ABK harus memanfaatkan ikan cakalang untuk
dimakan.
108
Sistem perekrutan nakhoda yang dilakukan oleh CV. Sari Usaha sesuai
dengan yang memiliki ijasah maupun sertifikat (ANKAPIN I/II/III) disamping itu
seleksi terhadap ABK berdasarkan pengamatan dan pertimbangan terhadap
mereka yang mempunyai pengalaman kerja dan dedikasi serta loyalitas mereka
selama bekerja di atas kapal. Mereka yang diangkat sebagai nakhoda adalah yang
sudah memiliki minimal sertifikat ANKAPIN III. Sedangkan untuk pemilihan
sebagi kepala kamar mesin (KKM) harus minimal memiliki sertifikat ATKAPIN
III atau yang setara, sedangkan kelasi dilakukan oleh nakhoda sendiri yang
dianggap mampu dan mempunyai keterampilan yang baik.
5.3.3.2. Pelaksanaan di laut KM. Sinar Bahari
Selama aktifitas diatas kapal dilakukan pembagian kerja yang terdiri dari
dua group yaitu pada bagian deck dan pada bagian mesin, pada bagian deck terdiri
dari 5 orang bagian kemudi mengantikan nakhoda pada saat pelayaran menuju
fishing groud berlangsung dengan pembagian jam kerja 4 jam sekali dilakukan
pergantian jaga yaitu dimulai pada saat kapal mulai berlayar pada pukul 16.00 –
20.00 dan berganti lagi pukul 20.00 – 00.00 selanjutnya 00.00 – 04.00 dan
seterusnya pengantian dilakukan setiap 4 jam terus menerus, 2 orang bagian
pengintai yg dilakukan oleh juru umpan (boi – boi) pada saat pencarian dan
membantu penentuan fishing ground, 2 orang bagian jaga umpan pada bak
penampung dengan tugasnya adalah mengontrol keadaan umpan hidup pada saat
pelayaran menuju fishing ground sampai pada saat kegiatan pongoperasian
penangkapan, selesai, dan berlanjut menuju daerah penangkapan lainnya, 1 orang
bagian mengatur dan mengontrol kesiapan alat tangkap dan perlengkapan lain
yang dibutuhkan pada saat pengoperasian penangkapan akan berlangsung seperti
109
kesiapan alat bantu (bak penebar umpan, sibu – sibu besar, pipa penyemprot
(sprayer)), 2 orang bagian penyedia makanan (koki), dan untuk bagian mesin 1
orang sebagai kepala kamar mesin yang bertangung jawab dan mengontrol
keadaan ruang mesin yang dibantu 2 orang masinis sebagai wakil dari KKM
untuk memberi perintah kepada juru minyak yang terbagi dari 3 orang dengan
tugas mengontrol dan mengisi pelumas pada mesin.
Selanjutnya setelah daerah penangkapan telat ditemukan, selain nakhoda
semuanya bertindak sebagai pemancing. Untuk pemancing yang ahli/terampil,
mengambil posisi memancingan di bagian depan, sudut kiri dan kanan haluan
kapal, dan untuk yang kurang terampil mengambil posisi pada bagian belakang
haluan kapal. Hal ini bertujuan agar pada saat pengoperasian antara pemancing
terampil dan pemula tidak terganggu karena terbelitnya tali pancing.
Pembagian tugas yang dilakukan oleh nakhoda kepada ABK dilakukan
berdasarkan keahlian masing - masing. Dengan demikian, setiap pekerjaan di atas
kapal dapat dilakukan dengan baik dan lancar karena ditangani oleh orang-orang
yang sesuai dengan keahliannya masing-masing.
Adapun hambatan – hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan
pengoperasian baik di darat maupun di laut antara lain :
1. Tenaga kerja
Salah satu penentu keberhasilan operasi penangkapan cakalang dengan
huhate adalah tenaga kerja atau pemancing, dengan jumlah pemancing yang
sedikit akan mempegaruhi banyaknya hasil tangkapan dan selain itu sulitnya
memperoleh tenaga kerja pemancing yang handal,
110
2. Surat dan dokument kapal
Habisnya masa berlaku SIPI, SIUP dan keterlambatannya pengurusan sijil
awak kapal yang disebabkan ketidak pastian kehadiran awak kapal yang akan
mengikuti operasi penangkapan,
3. Umpan hidup
Faktor kesuksesannya operasi penangkapan cakalang dengan huhate
adalah umpan hidup, memperoleh umpan hidup yang sulit dikarenakan faktor
musim yang mempengaruhi ketersediaan umpan pada bagan – bagan apung yang
menyediakan umpan.
Ketersediaan umpan yang sedikit ataupun tidak ada sama sekali (kosong)
sehingga umpan yang dibutuhkan untuk operasi penangkapan tidak mencukupi
target akan mempengaruhi dan menghambat kelancaran keberangkatan menuju
fishing ground yang pada perencanaan awalnya hanya 1 hari perjalanan untuk
menuju fishing ground dapat terhambat menjadi 2 hari untuk tiba di fishing
ground.
4. Hasil tangkapan
Sedikitnya hasil tangkapan yang tidak mencapai target akan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan pada saaat penjualan hasil tangkapan
tidak dapat menutupi biaya operasional sehingga pihak perusahaan harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar tenaga awak kapal pada saat
melakukan pembongkaran hasil tangkapan dari kapal dipindahkan kedarat dan
dimuat dalam truk milik perusahaan pengolahan yang bekerja sama dengan CV.
Sari Usaha.
111
5.3.4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan di laut dilakukan langsung oleh nakhoda sebagai pemimpin
tertinggi di atas kapal, bertindak sebagai wakil dari perusahaan untuk memastikan
bahwa semua kegiatan telah dilakukan dengan baik.
Selama operasi penangkapan berlangsung nakhoda dapat mengawasi hal -
hal mengenai persiapan operasi, mulai dari kesiapan para ABK pada saat kapal
akan berangkat melakukan operasi penangkapan, pengambilan umpan hidup dari
bagan apung yang menyediakan umpan hidup, hingga kegiata operasi
penangkapan berlangsung sampai kembali ke fishing base. Dari hasil pengamatan
dan pengawasan tersebut akan dilaporkan ke perusahaan untuk dievaluasi dan
sebagai pertimbangan pimpinan untuk menilai kinerja ABK. Apabila ditemukan
kendala pada saat di laut, maka nakhoda dapat berkomunikasi dengan perusahaan
melalui radio. Dengan demikian kegiatan pengawasan merupakan kegiatan yang
sangat penting dalam suatu operasi penangkapan di laut sehingga lebih mudah
untuk perusahaan menila kinerja ABK.
Adapun unsur – unsur produksi (6 M) yang mendukung dalam penerapan
fungsi – fungsi manajemen pada CV. Sari Usaha agar dalam pelaksanaan fungsi –
fungsi tersebut dapat terlaksanan secara optimal antara lain :
1. Pasar (Markets)
Hasil tangkapan (produksi) akan memiliki nilai apabila produksi laku
terjual, oleh karena itu dari pihak CV. Sari Usaha melakukan kerjasama dengan
beberapa perusahaan pengolahan yang berada di daerah Sulawesi Utara
diantaranya PT. Celebes, Manado Mina dan Etmico. Dengan demikian melalui
112
kerjasama dengan perusahaan pengolahan, hasil produksi (cakalang) yang didapat
KM. Sinar Bahari dapat langsung terjual.
2. Manusia (Man)
Suksenya sebuah manajemen dapat terlaksana sesuai tujuan apabila ada
manusia yang melaksanakan apa yang menjadi tujuan dari sebuah perencanaan.
Tanpa adanya manusia, manajemen tidak akan mungkin mencapai tujuannya,
harus diingat kembali bahwa manajemen adalah orang yang mencapai hasil
melalui orang – orang lain.
CV. Sari Usaha dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan
memerlukan tenaga kerja yang dapat melaksanakan apa yang menjadi tujuan, oleh
karena itu adanya struktur organisasi baik di darat (perusahaan) dan struktur
organisasi di laut (KM. Sinar Bahari) adalah bertujuan agar dalam pelaksanaan
apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dan terarah sesuai tujuan dari
perusahaan.
Adapun struktur organisasi tersebut antara lain :
1). Struktur organisasi di darat (CV. Sari Usaha)
Struktur organisasi pada CV. Sari Usaha terdiri dari pimpinan, kemudian
dibantu oleh beberapa staff kerja (Bagian personalia, Operasional, Accounting
(kasir), Bagian logistik deck dan mesin dan Bagian produksi (pemasaran)) dengan
perincian tugas dan tanggung jawabnya dapat dilihat pada Gambar 41 beserta
penjelasannya.
113
2). Struktur organisasi di laut (KM. Sinar Bahari)
Struktur organisasi pada KM. Sinar Bahari terdiri dari Nakhoda, kemudian
dibantu oleh awak kapal yang lain dengan perincian susunan organisasi dan
tanggung jawab dapat dilihat pada Gambar 42 beserta penjelasannya.
3. Uang (Money)
Untuk melaksanakan berbagai aktivitas diperlukan uang, seperti upah dan
gaji bagi orang – orang yang membuat perencanaan, mengadakan pengawasan,
bekerja dalam proses produksi, membeli bahan – bahan, peralatan – peralatan, dan
lain sebagainya. Ditinjau dari segi manajemen, pihak CV. Sari Usaha sangat
berhati – hati dalam pengunaan uang antara lain dari segi anggaran yang harus
dikeluarkan untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dari kapal penangkap
ikan (KM. Sinar Bahari) yang akan melakukan operasi penangkapan cakalang
yang ditargetkan dalam 1 trip ± 5 hari. Kegagalan atau ketidak lencaran proses
manajemen sedikit banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh perhitungan atau
ketelitian dalam penggunaan uang.
4. Bahan – bahan (Materials)
Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia mengunakan material atau
bahan – bahan, karenanya dianggap pula sebagai alat sarana manajemen untuk
mencapai tujuan. Adapun material tersebut antara lain untuk mendukung agar
kegiatan operasi penangkapan cakalang dapat terlaksana maka diperlukan alat
tangkap (huhate) dan alat bantu lainnya.
5. Mesin (Machine)
KM. Sinar Bahari merupakan kapal penangkapan ikan cakalang (pole and
line) yang merupakan hal pendukung dalam pelaksanaan operasi penangkapan
114
cakalang, karena tanpa adanya kapal tentu saja kegiatan operasi penangkapan
tidak dapat berjalan sesuai tujuan dari manjemen.
6. Cara (Metode)
Metode atau cara dianggap pula sebagai sarana atau alat manajemen untuk
mencapai tujuan. CV. Sari Usaha. Dalam pemanfaatan sumberdaya cakalang yang
cukup melimpah khususnya di laut Utara Sulawesi dan sekitarnya (laut Utara
Maluku, Samudera Pasifik dan Teluk Tomini). CV. Sari Usaha mengunakan kapal
pole and line (KM. Sinar Bahari) dalam kegiatan operasi penangkapan cakalang
(Katsuwonus pelamis) dengan penangkapannya mengunakan umpan hidup, selain
itu untuk mendukung agar operasi penangkapan dapat berlangsung optimal CV.
Sari Usaha memiliki rumpon (ponton) yang telah dipasang di setiap daerah yang
menjadi target penangkapan cakalang.
5.4. Pengelolaan Sumber Daya Cakalang (Katsuwonus pelamis)
Pengelolaan sumber daya perikanan merupakan suatu sistem yang terdiri
dari 3 subsistem, yaitu :
1. Subsistem eksplorasi sumber daya perikanan :
Dengan adanya informasi dari data – data operasi penangkapan baik
berupa jurnal penangkapan dengan dilengkapi data posisi daerah penangkapan
dan bentuk fisik daerah penangkapan setidaknya akan membantu dalam
penambahan informasi bahwasanya pada daerah penangkapan tersebut memiliki
potensi sumber daya ikan dalam hal ini cakalang (Katsuwonus pelamis) cukup
besar.
Berdasarkan data hasil tangkapan KM. Sinar Bahari yang diperoleh
selama periode bulan Maret s/d April 2010 menunjukan potensi sumber daya
115
cakalang banyak terdapat pada kisaran suhu 280C – 290C yang dapat terlihat pada
Gambar
32 dengan titik koordinat 10 LU – 00 LS s/d 1230 – 1220 BT. Dengan demikian
pada kisaran suhu tersebut dapat dijadikan sebagai daerah pemanfaatan
penangkapan selanjutnya.
2. Subsistem pemanfaatan sumber daya dan pembinaan usaha :
Dengan pemanfaatan sumber daya cakalang yang optimal dapat
mendukung kelangsungan usaha pemanfaatan sumber daya yang produktif dan
memberi nilai jaminan bagi para pelaku (perusahaan dan awak kapal).
Untuk mengoptimalkan hasil tangkapan dari pihak perusahaan CV. Sari
Usaha menggunakan rumpon yang telah dipasang dan disebarkan diwilayah laut
utara sulawesi dengan tujuan sebagai alat bantu dalam mendukung keberhasilan
penangkapan yang optimal.
3. Subsistem pengawasan dan pengendalian
Operasi penangkapan dengan huhate merupakan alat tangkap yang efisien
karena cakalang yang tertangkap rata – rata berukuran 40 – 50 cm (Lampiran 18)
dimana dapat dikatakan sudah matanggonat dan sesuai dengan ketentuan yang ada
yaitu alat tangkap ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat nelayan.
Dengan penerapan pengelolaan sumber daya perikanan berdasarkan
subsistem ini, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan pemanfaatan sumber daya
yang optimal dengan memperhatikan pemanfaatan yang bertanggung jawab baik
dalam pengoperasian alat tangkap dapat mencegah dan meminimalkan kerusakan
sumber daya itu sendiri.
5.3. Analisis Finansial
116
5.3.1. Biaya investasi
Investasi kapal penangkap KM. Sinar Bahari dapat diperinci sebagai
berikut yaitu pada Tabel 14 :
Tabel 14. Rincian Jenis dan Harga Barang Investasi
No. Unit InvestasiJumlah
Umur Ekonomis Harga/Unit Nilai Total
Unit (Tahun) (Rp) (Rp)1 Kapal Pole and line 1 10 700.000.000 700.000.0002 Mesin 1 10 150.000.000 150.000.0003 Generator 2 10 3.000.000 6.000.0004 Motor pompa 2 5 1.500.000 3.000.0005 GPS 1 5 12.500.000 12.500.0006 Radio SSB 1 5 1.000.000 1.000.0007 Kompas 1 10 1.100.000 1.100.0008 Teropong 2 2 1.100.000 2.200.0009 Alat tangkap (Huhate) 1 1 500000 500.000
Jumlah 12 870.050.000 876.300.000
Berdasarkan Tabel 14 di atas total investasi untuk satu unit KM. Sinar
Bahari, CV. Sari Usaha telah mengeluarkan dana investasi sebesar Rp.
873.900.000,- (Delapan ratus tuju puluh tiga juta sembilan ratus ribu rupiah).
5.3.2. Pendapatan hasil usaha
Pendapatan hasil perusahaan diperoleh dari besarnya hasil tangkapan yang
diperoleh dan yang laku terjual. Yang diperoleh KM. Sinar Bahari selama periode
Maret s/d April 2010 dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :
Tabel 15. Hasil Produksi Ikan KM. Sinar Bahari Untuk Bulan Maret s/d April 2010
117
ProduksiJumlah Produksi Jumlah Produksi
(Kg) (Rp)Cakalang 138.842 902.473.000Baby Tuna 28.217 225.736.000Jumlah 167.059 1.128.209.000
Dari data Tabel 15 pendapatan hasil perusahaan yang diperoleh dari
penjualan hasil tangkapan KM. Sinar Bahari selama periode bulan Maret s/d April
2010 adalah sebesar Rp. 1.128.209.000,-
5.3.3. Biaya tetap (Fixed Cost)
1. Biaya Penyusutan (Depresiasi)
Perhitungan yang digunakan untuk menghitung nilai penyusutan adalah
dengan berdasarkan metode garis lurus (Straight Line Method) yaitu perhitungan
biaya pembelin kapal, mesin, generator, motor pompa, GPS, radio SSB, kompas,
dan alat tangkap (Huhate) dikurangi dengan nilai sisa dibagi umur ekonomis jenis
investasi. Perhitungan penyusutan metode garis lurus (Straight Line Method) :
Keterangan :
NB : Harga perolehan
NS : Nilai sisa (10% dari NB)
T : Umur ekonomis
t : Jumlah trip operasi dalam setahun
Tabel 16. Biaya penyusutan
NB – NS (% NB)Penyusutan = T x t
118
No. Unit InvestasiJumlah
NBNS
T tPenyusutan
Unit 10 % x NB NB - NS T x t
1 Kapal Pole and line 1 700.000.000 70.000.000 10 60 63.000.0002 Mesin 1 150.000.000 15.000.000 10 60 13.500.0003 Generator 2 6.000.000 600.000 10 60 540.0004 Motor pompa 2 3.000.000 300.000 5 60 2.700.0005 GPS 1 12.500.000 1.250.000 5 60 11.250.0006 Radio SSB 1 1.000.000 100.000 5 60 900.0007 Kompas 1 1.100.000 110.000 10 60 990.0008 Teropong 2 1.100.000 110.000 2 60 495.000
9Alat tangkap (Huhate) 1 500.000 50.000 1 60 450.000
Jumlah 93.825.000
Dari Tabel 16 diketahui total biaya penyusutan untuk KM. Sinar Bahari
adalah Rp. 93.825.000,-/ Tahun. Perinciannya dapat dilihat pada Lampiran 2.
2. Biaya pemeliharaan
Biaya pemeliharaan kapal terdiri dari biaya perbaikan, perawatan, dan
docking :
Tabel 17. Biaya pemeliharaan dalam periode bulan Maret s/d April 2010
N0. Jenis Biaya Total Biaya1 Perbaikan, perawatan 3.000.0002 Docking 15.000.000
Total 18.000.000
Total biaya pemeliharaan untuk KM. Sinar Bahari periode bulan Maret s/d
April 2010 sebesar Rp. 18.000.000,-. (Tabel 17)
3. Biaya tenaga kerja
CV. Sari Usaha tidak memberikan gaji kepada awak kapal penangkap ikan
melainkan dengan memberikan bagi hasil, sehingga besarnya pendapatan awak
kapal tergantung pada besarnya hasil tangkapan. Bagi hasil dihitung dari jumlah
119
pendapatan satu trip dikurangi biaya operasional 20 % kemudian laba di bagi 50%
untuk perusahaan dan 30% dibagi untuk seluruh awak kapal. Sistem bagi hasil
dapat dijelaskan dengan bagan berikut :
.
Gambar 43. Skema Sistem Bagi Hasil Antara Perusahaan Dengan Awak Kapal.
Biaya tenaga kerja pada KM. Sinar Bahari Rp. 150.000.000,- untuk
periode bulan Maret s/d April 2010.
4. Biaya umum dan administrasi
Adapun biaya – biaya umum dan administrasi yang dikeluarkan untuk
KM. Sinar Bahari per tahunnya adalah Rp. 30.000.000,-.
Pungutan Hasil Perikanan (PHP) sejak 29 September 2009 s/d 29
September 2010 sebesar Rp. 9.709.900,- (Lampiran 16).
Tabel 18. Biaya tetap (Fixed Cost) pada KM. Sinar Bahari bulan Maret s/d April 2010.
Laba
30%Awak Kapal
50%Perusahaan
15%Nakhoda & Boi - boi
10%KKM & Mualim
75%Dibagi jumlah ABK
20%Operasional
120
No. Jenis Biaya Biaya (Rp)1 Penyusutan 3.127.5002 Pemeliharaan 18.000.0003 Tenaga kerja 150.000.0004 Umum & Administrasi 3.000.000
Total 174.127.500
Jumlah total biaya tetap (Fixed Cost) operasional untuk KM. Sinar Bahari
dalam periode bulan Maret s/d April 2010 adalah Rp. 174.127.500,-
5.3.4. Biaya tidak tetap (Variable Cost)
Variable Cost adalah biaya yang bervariasi mengikuti alur secara
proporsional dengan lamanya hari operasi yang dilakukan oleh suatu kapal.
Adapun biaya tidak tetap pada KM. Sinar Bahari untuk periode bulan Maret s/d
April 2010 dengan 11 trip adalah sebagai berikut :
Tabel 19. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Periode Bulan Maret s/d April 2010
No. Jenis BiayaNilai
Harga (Rp)Harga Keseluruhan
(Rp)Satuan
1 Bahan bakar solar 13.000 liter 4,725 61.425.0002 Bahan bakar bensin 200 liter 4,500 9.000.0003 Oli 100 liter 25,000 2.500.0004 Es 1925 balok 12,000 23.100.0005 Perbekalan makanan 1 unit 4.500.0006 Obat - obatan 1 unit 100.0007 Pengurusan dokumen 1 unit 500.0008 Umpan 1800 ember 50,000 95.000.0009 Uang bongkar 22.000.000
Jumlah 218.125.000
Berdasarkan total nilai variabel cost dari Tabel 19 diketahui bahwa jumlah
total biaya tidak tetap periode bulan Maret s/d April 2010 selama 11 trip adalah
sebesar Rp. 218.125.000,-
121
5.3.5. Perhitungan laba rugi usaha
Hasil produksi KM. Sinar Bahari untuk periode Maret s/d April 2010
selama 11 trip total produksi hasil tangkapan 167.059 kg dengan total nilai jual
produksi sebesar Rp. 1.128.209.000,-.
Tabel 20. Perhitungan Laba Rugi 11 trip periode bulan Maret s/d April 2010.
UraianBiaya (Rp)
Total (Rp)Tetap Variabel
A. Pendapatan 1.128.209.000
JUMLAH PENDAPATAN (A) 1.128.209.000
B. Biaya Operasi Solar 61.425.000 Bensin 900.000 Oli 2.500.000 Es 23.100.000 Bahan makanan 4.500.000 Obat – obatan 100.000 Pengurusan dokumen 500.000 Umpan 90.000.000 Premi 33.750.000 C. Jumlah biaya operasi (B) 218.125.000D. Laba operasi (A-B) 910.084.000E. Biaya umum Biaya umum & administrasi 3.000.000 Upah awak kapal 150.000.000 Perbaikan & perawatan 18.000.000 Biaya penyusutan 3.127.500 PHP 9.709.900F. Jumlah biaya umum (E) 183.837.400G. Jumlah biaya usaha (C+F) 401.962.400H. Laba usaha (D-F) 726.246.600I. LABA BERSIH (H-G) 324.284.200
Berdasarkan hasil analisa laba rugi periode Maret s/d April 2010 pada
Tabel 20, selama 11 trip operasi penangkapan dengan hasil tangkapan sebanyak
167.059 kg dengan pendapatan penjualan produksi Rp. 1.128.209.000, maka
untuk KM. Sinar Bahari diperoleh laba bersih senilai Rp. 324.284.200,-
122
Laba rugi usaha :
П = TR – TC
Keterangan :
П = Keuntungan
TR = Total penerimaan
TC = Total Biaya
Jadi :
Keuntungan = Rp. 726.246.600 – Rp. 401.962.400
= Rp. 324.284.200,-
Ditinjau dari segi layak atau tidaknya sebuah usaha apakah usaha tersebut
layak dan dapat terus berlanjut maka dapat dikatakan untuk usaha penangkapan
cakalang dengan mengunakan kapal huhate pada perusahaan CV. Sari Usaha
dapat terus berlanjut dan dapat dikatakan layak dimana jumlah penerimaan (TR) >
dari jumlah biaya (TC) maka usaha itu dapat dikatakan layak dan dapat terus
berlanjut.
5.3.6. Analisis titik impas (BEP)
Perhitungan Break Event Point dimaksudkan untuk mengetahui nilai
standar. Hasil tangkapan ini adalah jumlah kuantitas produk yang harus dihasilkan
oleh KM. Sinar Bahari untuk dapat menutupi biaya – biaya yang yang digunakan
dalam operasi penangkapan tiap trip, sehingga mendapatkan laba.
Perhitungan atas dasar penjualan dalam (Kg) :
atau BEP (Dalam Kg) =
= 183.837.400
123
6753,3 - 1297,5
= Rp. 183.837.400
5455,8
BEP(Kg) = 33.695,7 kg.
Di mana :
P = Penjualan (Kg)
V = biaya variabel per Kg
FC = biaya tetap
Perhitungan atas dasar penjualan dalam (Rp) :
atau BEP (dalam Rp) =
= Rp. 183.837.400
1 – Rp. 218.125.000
Rp.1.128.209.000
= Rp. 183.837.400
0.806
BEP(Rp) = Rp. 228.086.107,-
Di mana :
FC = biaya tetap
V = biaya variabel (Rp)
P = Penjualan (Rp)
Melihat dari perhitungan titik impas maka dapat disimpulkan KM. Sinar
Bahari mengalami keuntungan karena hasil pendapatan tiap trip melebihi titik
impas. Untuk lebih jelasnya terdapat pada grafik Break Even Point (Gambar 44).
124
1.128.209.000
228.086.107
33.695,7 167.059
Gambar 44. Grafik Break Even Point