bab 5 yang terbaru

84
68 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Operasi Penangkapan 5.1.1. Persiapan di Darat CV. Sari Usaha Bitung memiliki beberapa staff tenaga kerja yang mendapat tugas dan tanggung jawabnya masing – masing diantaranya adalah bagian operasional dan logistik. Dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan operasi penangkapan terlebih dahulu bagian operasional dan logistik mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh KM. Sinar Bahari sebelum keberangkatan kapal menuju fishing ground, yaitu diawali terlebih dahulu dengan perencanaan dan persiapan agar dalam pelaksanaan pada saat kapal berlayar dan melakukan operasi penangkapan tidak terjadi kendala teknis seperti terdapatnya kekurangan kebutuhan dalam operasi penangkapan. Adapun persiapan : 1. Mempersiapkan surat – surat kapal dan pengurusan dokumen – dokumen berupa Surat Ijin Berlayar (SIB) dan Sijil Awak Kapal kepada pejabat yang berwenang

Upload: novry-kindangen

Post on 20-Jun-2015

715 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Manajemen Operasi Huhate (Pole and line)

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 5 Yang Terbaru

68

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Operasi Penangkapan

5.1.1. Persiapan di Darat

CV. Sari Usaha Bitung memiliki beberapa staff tenaga kerja yang

mendapat tugas dan tanggung jawabnya masing – masing diantaranya adalah

bagian operasional dan logistik. Dalam rangka mendukung kelancaran

pelaksanaan kegiatan operasi penangkapan terlebih dahulu bagian operasional dan

logistik mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan oleh KM. Sinar Bahari

sebelum keberangkatan kapal menuju fishing ground, yaitu diawali terlebih

dahulu dengan perencanaan dan persiapan agar dalam pelaksanaan pada saat

kapal berlayar dan melakukan operasi penangkapan tidak terjadi kendala teknis

seperti terdapatnya kekurangan kebutuhan dalam operasi penangkapan. Adapun

persiapan :

1. Mempersiapkan surat – surat kapal dan pengurusan dokumen – dokumen

berupa Surat Ijin Berlayar (SIB) dan Sijil Awak Kapal kepada pejabat yang

berwenang atau instansi yang berwenang dalam hal ini dinas kesyahbandaran

Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung,

2. Pengisian bahan bakar, es, air tawar dan perbekalan makanan yang diperlukan

selama satu trip operasi. Bahan bakar solar yang dibutuhkan sekitar 7.000 liter

dengan harga Rp. 4.725/liter, bensin 50 liter dan es yang dibutuhkan setiap

satu trip rata - rata 175 balok dengan harga Rp. 12.000/ kg dengan berat tiap

balok 50 kg.

Page 2: BAB 5 Yang Terbaru

69

3. Pengecekan kelengkapan alat tangkap, mesin, alat bantú penangkapan dan

perlengkapan navigasi.

5.1.2 Persiapan di laut

Sebelum kapal menuju daerah penangkapan telebih dahulu kapal

menyediakan umpan hidup yang merupakan faktor utama keberhasilan

penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis).

5.1.2.1. Pengambilan umpan hidup

Umpan hidup merupakan faktor utama dalam pengoperasian huhate (pole

and line), karena dengan umpan hidup akan memudahkan memancing cakalang

untuk mendekati kapal dan naik ke permukaan laut.

Pengambilan umpan hidup dilakukan dalam dua tahap dan pada umumnya

dilakukan pada malam hari. Tahapan tersebut antara lain :

1. Tahap penanganan umpan dari bagan apung

Pengangkatan umpan hidup dari bagan apung dilakukan oleh dua orang

ABK jaga, pertama kantong jaring bagan yang berisi umpan diperkecil agar

mempermudah pada saat pengambilan umpan untuk dipindahkan ke bak

penampung umpan hidup di atas kapal, berikutnya pengambilan umpan dilakukan

dengan mengunakan ember. Umpan hidup tersebut diperoleh dengan membeli

dari bagan – bagan umpan milik nelayan yang tinggal di pesisir pantai, Sistim

pembeliannya dengan dua cara yaitu sistim borong dan pembelian dalam hitungan

ember sebesar Rp. 50.000 – Rp.100.000 per ember.

Page 3: BAB 5 Yang Terbaru

70

Dalam operasinya KM. Sinar Bahari memerlukan sekitar 190 – 200 ember

umpan hidup atau sekiatar 9.500 – 10.000 liter umpan hidup dimana 1 ember

berisi 50 liter atau 15 – 20 ekor per liter.

Ketika jaring mulai diangkat dari dalam air, kondisi ikan umpan masih

dalam keadaan tenang karena belum sadar akan keberadaanya yang sudah

terkurung oleh jaring. Ketika jaring mulai di angkat maka ruang gerak umpan

akan terbatas sehingga mengakibatkan umpan mengalami shock dan akan

bergerak kesegala arah. Untuk mencegah hal itu, maka diusahakan ruang gerak

umpan tersebut tidak terlalu sempit dan jaring diusahakan oleh ABK jaga agar

tidak terlipat, karena apabila hal itu terjadi maka ikan umpan akan terjepit. Salah

satu cara/usaha para ABK KM. Sinar Bahari untuk menghindari kondisi ini adalah

dengan menarik jaring sesuai dengan banyaknya umpan yang tertangkap. Jika

umpan banyak maka jaring sisa penarikan dibuat lebih besar dan bentuk jaring di

buat sebaik mungkin agar airnya tidak terlalu kering atau terlalu sedikit karena

umpan yang berada dalam jaring sedikit airnya biasanya menyebabkan terjadinya

gesekan antara ikan - ikan tersebut selanjutnya menyebabkan ikan akan

kehilangan sisik atau terluka. Kerusakan fisik sering juga terjadi pada saat

pemindahan umpan dari bagan ke dalam bak penampung umpan, oleh karena itu

saat pemindahan umpan juru umpan (boi – boi) selalu mengontrol proses

pemindahannya jangan sampai pengisian setiap embernya terlalu padat dan

mengakibatkan ikan umpan tersebut berdesak - desakkan dan sisiknya dapat

terkelupas. Apabila penanganan ini tidak diperhatikan, umpan akan cepat mati,

meskipun ada yang masih hidup pada waktu pemancingan, tetapi umpan hidup

Page 4: BAB 5 Yang Terbaru

71

tersebut sudah tidak efektif lagi untuk dipakai sebagai umpan karena tidak mampu

lagi memberikan refleksi cahaya yang menyolok dalam gerakannya.

Proses pemindahan dari bagan apung ke dalam bak penampung umpan di

KM. Sinar Bahari telah dilakukan dengan benar. Pemindahan umpan hidup

kedalam bak penampung umpan dilakukan sangat hati – hati, yakni dengan cara

ditumpahkan secara perlahan - lahan dan bahkan umpan tersebut dibiarkan keluar

dengan sendirinya dari ember ke dalam bak penampung umpan ketika posisi

ember umpan dicelupkan kedalam bak penampung umpan.

Gambar 20. Pengumpulan Umpan Hidup Pada Bagan Umpan

Page 5: BAB 5 Yang Terbaru

72

Gambar 21. Pengangkatan Umpan Hidup dari Bagan Umpan

2. Tahap Penanganan Umpan Hidup Di Atas Kapal

Agar ikan umpan hidup yang telah tersimpan di dalam bak penampung

umpan dapat bertahan hidup lebih lama dan pada saat ditebarkan masih dalam

kondisi hidup normal, untuk itu para ABK selalu memperhatikan hal sebagai

berikut :

1). Kepadatan umpan di dalam bak penampung

Salah satu hal yang harus dilakukan oleh ABK jaga di KM. Sinar Bahari

ialah mengusahakan agar jumlah umpan hidup yang akan dimasukkan ke dalam

bak umpan tidak terlalu padat. Oleh sebab itu jumlah umpan yang dimasukkan

disesuaikan dengan kapasitas bak penampung umpan.

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan kepada nakhoda

KM. Sinar Bahari, bahwa kapasitas pada bak penampung umpan untuk

menampung umpan hidup dapat memuat sekitar 190 – 200 ember/ 9500 – 10.000

liter.

Page 6: BAB 5 Yang Terbaru

73

2). Sirkulasi air

Pengaturan sirkulasi di dalam bak umpan dilakukan agar ikan dapat

membentuk kelompok (schooling) yang baik. Pada KM. Sinar Bahari sirkulasi air

yang dilakukan di dalam bak penampung umpan menggunakan belahan bambu

yang ujungnya sedikit dikeluarkan dari lunas kapal melalui lubang dasar kapal

yang ada pada bak penampung umpan. Dengan kapal bergerak maju, air laut

masuk pada bak penampung melalui belahan bambu dan keluar melalui lubang

yang ditutup dengan saringan (jala – jala) pada bak penampung. Susunan

monofilamen berbentuk seperti jaring yang diikatkan pada besi dengan diameter

lingkaran 10 cm. Untuk mengatur kekuatan sirkulasi air ini dengan cara

memanjangkan atau memendekkan ujung belahan bambu yang berada di luar

lubang dasar kapal, dengan demikian sirkulasi air yang terjadi di dalam bak

penampung umpan tidak terlalu kuat atau terlalu lemah.

Gambar 22. Sirkulasi air di dalam bak penampung umpan hidup

Keterangan : 1. Leper bambu 4. Dinding palkah

2. Lubang pengeluaran air 5. Saringan (jala – jala) 3. Arah gerak kapal 6. Papan dek

Page 7: BAB 5 Yang Terbaru

74

3). Penerangan pada bak penampung umpan

Sumber cahaya yang dipasang pada bak penampung umpan menggunakan

lampu berkekuatan 20 - 25 watt, adapun aliran listrinya diambil dari anjungan

kapal. Penerangan ini diperlukan pada bak penampung umpan untuk penerangan

pada malam hari hingga menjelang pagi hari, kegunaannya agar umpan hidup

dalam bak penampung menjadi tenang sehingga daya tahan hidup umpanpun

lebih lama.

Pada saat menjelang siang hari lampu pada bak penampung dikeluarkan

oleh ABK jaga yang bertugas pada saat itu, kemudian bak ditutup dengan

mengunakan papan untuk menguragi masuknya cahaya matahari dengan tujuan

agar umpan tidak berpencar dan tenang selama kapal berlayar menuju fishing

ground.

\ (a) (b)

Gambar 23. a). Bak penampung pada malam hari, b). Bak penampung pada siang

hari.

Penanganan umpan hidup pada saat pengoperasian dan saat berada dalam

bak penampung umpan hidup adalah :

Page 8: BAB 5 Yang Terbaru

75

3). Penangana umpan hidup saat beroperasi

Penanganan yang dilakukan ABK jaga dalam penanganan umpan hidup

saat pengoperasian antara lain, pemberian umpan hidup ke dalam bak penebar

umpan dilakukan secara bertahap dan tidak terlalu banyak. Apabila umpan hidup

yang sudah dimasukkan ke dalam bak penebar ternyata tidak habis dipakai/ditebar

ke laut, maka umpan tersebut oleh ABK akan dimasukkan kembali ke dalam bak

penampung umpan. Biasanya dalam hal ini akan menyebabkan umpan menjadi

lemah dan tidak dapat menarik perhatian ikan cakalang karena sisiknya yang

sudah rusak. Oleh sebab itu banyaknya pemasukan ikan ke dalam bak penebar

umpan dikontrol oleh juru umpan (boi - boi).

Tabel 6. Daerah pengambilan umpan hidup KM. Sinar Bahari

No. DaerahPosisi

Lintang Bujur1 Kinabahutan 010 50' 00’ LU 1250 05' 00’ BT2 Gangga 010 40' 00’ LU 1250 05' 00’ BT3 Trosik 000 24' 00’ LS 1240 12' 00’ BT4 Jiko Blanga 000 27' 00’ LS 1240 29' 00’ BT5 Ratatotok 000 53' 00’ LS 1240 43' 00’ BT6 Pintu Kota 000 54' 00’ LS 1230 43' 00’ BT

Jenis - jenis ikan yang sering digunakan sebagai umpan hidup pada KM.

Sinar Bahari Lampiran 5 :

1. Ikan Teri (Stolephorus commersonii)

2. Ikan Layang (Decapterus russelli)

3. Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)

Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa ikan layang ( Decapterus russelli )

merupakan jenis ikan yang paling baik untuk dijadikan sebagai umpan hidup. Hal

ini dikarenakan ikan tersebut memiliki daya tahan hidup yang lama dalam

Page 9: BAB 5 Yang Terbaru

76

keadaan berdesak – desakkan dalam bak umpan serta ukuran yang sesuai, tetap

aktif bila dilemparkan ke laut. Ditinjau dari tingakah laku makan ikan cakalang

bahwa ukuran jenis layang merupakan umpan yang sesuai dengan selera ikan

cakalang, warna putih keperak – perakkan bila terkena cahaya matahari.

5.1.2.2. Persiapan alat tangkap (huhate)

Sebelum kapal tiba di lokasi daerah penangkapan para ABK telah

mempersiapkan alat tangkap dan memasangnya pada haluan kapal dengan tujuan

bila setibanya di fishing ground para ABK akan menempati posisinya masing –

masing sesuai kemahirannya dalam memancing.

Pada umumnya untuk pemancing yang telah mahir menempati bagian

depan di haluan kapal dan bagi para pemula posisi yang ditempati adalah pada

bagian barisan belakang haluan kapal.

Gambar 24. Persiapan alat tangkap

5.1.3. Pengoperasian penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)

Page 10: BAB 5 Yang Terbaru

77

Operasi penangkapan ikan dilakukan pada saat menjelang matahari terbit

atau sekitar pukul 05.30 – 11.00 WITA dan menjelang matahari terbenam antara

pukul 14.30 – 17.30 WITA. Hal ini menyesuaikan aktivitas makan cakalang yang

diduga dua kali dalam satu hari yakni pagi hari pada saat matahari mulai terbit

dan sore hari saat matahari mulai terbenam. Pada saat – saat itu terjadi perubahan

cahaya (sinar matahari) yang relatif cepat dan kondisi ikan dalam keadaan lapar

sehingga memudahkan pemancingan cakalang di sekitar rumpon.

Selama dalam pelayaran berlangsung menuju fishing ground. Nakhoda

dibantu lima petugas jaga deck atau juru mudi yang dalam setiap empat jam sekali

saling bergantian memegang kemudi sampai kapal tiba di daerah yang menjadi

tujuan penangkapan.

Tahapan operasi penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) antara

lain :

5.1.3.1. Pengintaian

Juru umpan (boi – boi) yang sekaligus bertugas membantu dalam mencarí

rumpon dan penentuan daerah penangkapan (Gambar 25), mereka mencari

dengan mengunakan teropong untuk melihat adanya gerombolan cakalang yang

biasanya terlihat pada saat tanda – tanda seperti :

1. Sekelompok burung – burung yang menukik dan menyambar ke

permukaan air,

2. Ikan – ikan yang melompat ke atas permukaan air,

3. Terjadinya perubahan warna air akibat gerombolan ikan yang berenang

dekat permukaan air.

Page 11: BAB 5 Yang Terbaru

78

Gambar 25. Pengintaian (Searching)

5.1.3.2. Penebaran umpan hidup

Setelah terlihat tanda – tanda adanya gerombolan ikan maka segera kapal

diarahkan dengan kecepatan konstan, juru umpan (boi – boi), pemancing segera

bersiap pada posisinya masing – masing dan juru minyakpun segera

menghidupkan water pump (pompa air), kemudian pipa penyemprot (sprayer)

dibuka untuk mengaburkan penglihatan ikan. Setelah kapal mendekati

gerombolan cakalang, nakhoda mengambil bagian dalam mengemudi kapal,

kemudian juru umpan memulai menebar umpan hidup ke laut sehingga

gerombolan cakalang mendekati kapal. Sementara itu kapal membuat gerakan

melingkar sambil secara terus - menerus juru umpan menebar umpan hidup

sampai gerombolan ikan cakalang berada di bagian haluan kapal.

Peranan juru umpan dalam hal pelemparan umpan sangatlah penting

diantaranya dalam upaya menjaga gerombolan cakalang agar tidak menghilang

(menjauh). Cara melemparkan umpanpun merupakan keahlian tersendiri, mereka

berupaya menebar umpan hidup dengan tidak terputus - putus sambil

Page 12: BAB 5 Yang Terbaru

79

mengarahkan buangan umpan ke arah haluan kapal di mana terdapat para

pemancing yang handal.

5.1.3.3. Pemancingan

Pada saat cakalang sudah mendekati haluan kapal, maka para ABK yang

bertugas sebagai pemancing mulai melakukan pemancingan. Pancing diturunkan

ke permukaan laut sambil digerak - gerakkan ke kanan dan ke kiri. Bila cakalang

telah menyambar mata kail (umpan buatan), segera ikan diangkat dengan cara

dihentakkan ke atas deck kapal.

Cakalang yang sedang aktif makan biasanya ditandai dengan banyaknya

cakalang yang tertangkap di atas deck. Para pemancing bertugas untuk

memancing cakalang yang berada di laut tersebut sebanyak – banyaknya,

terutama pada saat cakalang sedang terihat lapar. Untuk itu diperlukan kecepatan,

kekuatan, kesabaran dan yang paling penting adalah keterampilan dan keahlian

pemancing. Berdasarkan posisi pemancingan untuk ABK yang telah mahir

menduduki posisi pada bagian depan haluan kapal (A) dan seterusnya untuk yang

masih tergolong masih pemula biasanya mendapat posisi pada bagian bawah atau

belakang haluan kapal (B). Untuk jumlah para pemancing ± 32 pemancing

diantaranya 12 pemancing bagian haluan kiri kanan kapal dan 8 pemancing pada

bagian depan haluan. Adapun posisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 26.

Page 13: BAB 5 Yang Terbaru

80

(A)

(B) (B)

Gambar 26. Kegiatan pemancingan

Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi akan keberhasilan penangkapan

yaitu :

1. Faktor internal

1. Faktor internal ini meliputi kemampuan nakhoda sebagai fishing

master dalam mengemudi kapal dan menentukan daerah penangkapan,

2. jenis dan jumlah umpan yang digunakan pada saat pemancingan,

3. kemahiran juru umpan (boi – boi) pada saat menebarkan umpan,

4. ketangkasan dan kelihaian pemancing pada saat melakukan

pemancingan.

2. Faktor eksternal

Kondisi daerah penangkapan (suhu, salinitas, cuaca, dan kecerahan

permukaan laut).

5.1.4. Hasil Tangkapan

Page 14: BAB 5 Yang Terbaru

81

Jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan huhate pada umumnya

adalah ikan cakalang, namun ada juga jenis ikan lain yang ikut tertangkap, hal ini

disebabkan karena ikan - ikan tersebut berenang secara bergerombol bersamaan

dengan ikan cakalang untuk mencari makan.

Selama dua bulan operasi penangkapan yaitu selama bulan Maret a/d April

2010 total hasil tangkapan yang diperoleh KM. Sinar Bahari adalah sebesar

167.059 Kg, terdiri dari cakalang sebanyak 138.842 kg dan baby tuna sebanyak

28.217 kg. Secara rinci hasil tangkapan KM. Sinar Bahari selama bulan Maret s/d

April 2010 dapat dilihat dalam Tabel 7,8,dan 9 :

Tabel 7. Jumlah hasil tangkapan bulan maret 2010

Operasi Cakalang Baby tuna

Penangkapan Jumlah

tangkapan PresentaseJumlah

tangkapan Presentase/Trip (Kg) (Kg)Maret (A)   (B)  

1 13.855 85,28 2.390 14,182 12.450 88,77 1.575 11,223 12.534 81,32 2.879 18,674 12.627 77,83 3.595 22,165 12.550 82,9 2.588 17,09

6 12.750 88,6 1.640 11,39Jumlah 76.766 83,95 14.667 16,04

Page 15: BAB 5 Yang Terbaru

82

Gambar 27. Persentase hasil tangkapan periode bulan maret 2010 (6 Trip)

Tabel 8. Jumalah hasil tangkapan bulan April 2010

Operasi Cakalang Baby tuna

Penangkapan Jumlah

tangkapan PresentaseJumlah

tangkapan Presentase/Trip (Kg) (Kg)

April (A)   (B)  1 12.622 77,5 3.664 22,492 12.320 83,41 2.450 16,583 12.558 81,73 2.806 18,264 12.404 87,88 1.710 12,115 12.172 80,65 2.920 19,34

Jumalah 62.076 82,08 13.550 17,91

Page 16: BAB 5 Yang Terbaru

83

Gambar 28. Persentase hasil tangkapan periode bulan April 2010 (5 Trip)

Tabel 9. Jumlah hasil tangkapan bulan Maret s/d April 2010

Operasi Cakalang Baby tuna

Penangkapan Jumlah

tangkapan PresentaseJumlah

tangkapan Presentase/Trip (Kg) (Kg)Maret (A)   (B)  

1 13855 85,28 2390 14,182 12450 88,77 1575 11,223 12534 81,32 2879 18,674 12627 77,83 3595 22,165 12550 82,9 2588 17,09

6 12750 88,6 1640 11,39April        

7 12622 77,5 3664 22,498 12320 83,41 2450 16,589 12558 81,73 2806 18,2610 12404 87,88 1710 12,1111 12172 80,65 2920 19,34

         Total 138.842 83,10 28.217 16,89

Page 17: BAB 5 Yang Terbaru

84

Keterangan tabel 9 : Jumlah hasil tangkapan bulan Maret s/d April 2010

a. Jumlah hasil tangkapan bulan Maret (Cakalang + Baby Tuna) : 91.433 Kg

b. Jumlah hasil tangkapan bulan April (Cakalang + Baby Tuna) : 75.626 Kg

c. Total keseluruhan hasil tangkapan bulan Maret s/d April (Cakalang +

April) : 138.842 + 28.217 = 167.059 Kg

Gambar 29. Persentase hasil tangkapan periode bulan Maret s/d April 2010

(11 Trip)

Keterangan :

A : Jumlah tangkapan cakalang (Kg)

B : Jumlah tangkapan baby tuna (Kg)

Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 29 dapat dilihat bahwa jenis ikan yang

dominan tertangkap selama periode bulan Maret s/d April 2010 adalah ikan

APersentase % =

X 100 %A + B

Page 18: BAB 5 Yang Terbaru

85

cakalang dengan jumlah tangkapan sebesar 138.842 kg atau sebesar 83%

sedangkan baby tuna hanya mencapai 17% atau sebesar 28.217 kg.

(a) (b)

Gambar 30. Jenis hasil tangkapan KM. Sainar Bahari

a). Cakalang (Katsuwonus pelamis), b). Baby Tuna (Yellowfin tuna – Thunus

albacares).

5.1.5. Daerah Penangkapan Cakalang

Daerah penangkapan KM. Sinar Bahari umumnya dilakukan dekat rumpon

(ponton) yang telah ditanam atau dipasang oleh para nelayan sekitar maupun

milik CV. Sari Usaha sendiri yang kemudian dimanfaatkan oleh kapal penangkap

ikan. Adapun rumpon (ponton) yang digunakan pada saat penulis mengikuti dan

melaksanakan praktek terletak pada koordinat Lampiran 10.

Page 19: BAB 5 Yang Terbaru

20 L

U

0

.00

20 LS

40 L

S

1160BT 1180BT 1200BT 1220BT 1240BT 1260BT 28.5228.5428.5628.5828.628.6228.6428.6628.6828.728.7228.7428.7628.7828.828.8228.8428.8628.8828.928.9228.9428.9628.982929.02

86

122.5 123 123.5 124 124.5 125 125.5 126 126.5

B u j u r

1

1.5

L i n

t a

n g

Gambar 31. Daerah Penangkapan KM. Sinar Bahari Berdasarkan Suhu dan Hasil

Tangkapan di Daerah Laut Utara Sulawesi (April 2010)

Page 20: BAB 5 Yang Terbaru

20 L

U

0

.00

20 LS

40 L

S

1160BT 1180BT 1200BT 1220BT 1240BT 1260BT

87

122.5 123 123.5 124 124.5 125 125.5

B u j u r

-0.5

0

0.5

L i n

t a

n g

Suhu (0C)

Gamabar 32. Daerah Penangkapan KM. Sinar Bahari Berdasarkan Suhu dan Hasil

Tangkapan di Daerah Laut Teluk Tomini (April 2010)

Berdasarkan Tabel pada Lampiran 11 yang telah diolah dalam program

software surfur versi 09, suhu daerah penangkapan cakalang pada bulan April

2010 dapat dilihat dari Gambar 31dan 32 bahwa pada kisaran suhu 28,90 – 28,940

(280C – 290C) dengan tanda berwarna merah menunjukan hasil tangkapan

Page 21: BAB 5 Yang Terbaru

88

cakalang (Katsuwonus pelamis) lebih banyak dan pada kisaran suhu demikian

banyak terdapat cakalang sehingga dapat dijadikan sebagai daerah penangkapan

dengan posisi 10 LU – 00LS s/d 1260 – 1220 BT.

5.1.5.1. Oseanografi daerah penangkapan di Laut Sulawesi (April 2010)

Daerah penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di daerah Laut

Sulawesi dan sekitarnya (10 LU – 00 LS s/d 1260 – 1220 BT ) diantaranya

dipengaruhi suhu dan konsentrasi klorofil yang terkandung didalamnya.

1. Kisaran sebaran suhu

Sebaran suhu pada bulan April 2010 berdasarkan penginderaan jauh dari

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) (Lampiran 21) yang

telah dimodifikasi menunjukan di daerah Sulawesi dan sekitarnya berkisar antara

290 C – 31,50 C yang dapat dilihat pada Gambar 33 dan 35.

2. Konsentrasi klorofil-a

Sebaran konsentrasi klorofil-a pada bulan April 2010 berdasarkan

penginderaan jauh dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

(Lampiran 22) yang telah dimodifikasi menunjukan di daerah Sulawesi dan

sekitarnya berkisar antara 0 – 0,5 mg/L Gambar 34 dan 36.

Page 22: BAB 5 Yang Terbaru

89

Gambar 33. Sebaran suhu permukaan laut di wilayah perairan Sulawesi pada MT

22 April 2010 Pkl. 09:04 WIB.

Gambar 34. Sebaran konsentrasi klorofil di wilayah perairan Sulawesi pada MT

22 April 2010 Pkl. 09:04 WIB.

0.00

LS

1200 BT 1300 BT

1200 BT 1300 BT 1300 BT

0.00

LS

Page 23: BAB 5 Yang Terbaru

90

Gambar 35. Sebaran suhu permukaan laut di wilayah perairan Sulawesi pada MT

27 April 2010 Pkl. 12:20 WIB.

Gambar 36. Sebaran konsentrasi klorofil di wilayah perairan Sulawesi pada MT

27 April 2010 Pkl. 12:20 WIB.

0.00

LS

1200 BT 1300 BT

0.00

LS

1200 BT 1300 BT

Page 24: BAB 5 Yang Terbaru

91

5.1.6. Penanganan Hasil Tangkapan

Penanganan hasil tangkapan bertujuan untuk menjaga mutu kesegaran

ikan pada saat berada di kapal penangkap hingga di daratkan ke fishing base.

Tahap-tahap penanganan ikan hasil tangkapan adalah sebagai berikut:

5.1.6.1. Penanganan hasil tangkapan di kapal

Ikan yang sudah ditangkap sebelum dimasukkan ke dalam palka, terlebih

dahulu dicuci dengan cara menyemprotkan air laut pada ikan untuk

menghilangkan darah dan lendir yang menempel pada tubuh ikan. Setelah ikan

bersih dari darah, lendir, dan kotoran lainnya lalu ikan disortir kemudian

dimasukkan ke dalam palka dimana palka tersebut sudah berisikan pecahan es

(Lampiran 4). Pengisian ikan kedalam palka diatur oleh bagian pengawetan yang

bertugas sebagai pengatur banyaknya ikan yang dimasukkan ke dalam palka dan

pengunaan banyaknya es balok yang telah dihancurkan dengan perbandingan 2 : 1

dimana 2 Kg ikan dengan 1 Kg es yang dihancurkan.

Dalam perjalanan kembali menuju fishing base untuk melakukan

pembongkaran, juru pengawetan selalu melakukan pengecekan keadaan hasil

tangkpan dan es yang berada dalam palka. Apabila es yang berada dalam palka

telah berkurang atau mencair maka juru pengawetan akan menambah es kembali

dengan tujuan agar ikan tetap dalam kondisi segar.

5.1.6.2. Penanganan hasil tangkapan di darat

Ikan yang sudah dibongkar dari dalam palka dimasukkan ke dalam

keranjang kemudian disortir setelah itu ditimbang berdasarkan ukuran, jenis dan

berat ikan yang dilakukan oleh bagian produksi dari CV. Sari Usaha. Setelah ikan

Page 25: BAB 5 Yang Terbaru

92

hasil tangkapan telah selesai ditimbang, ikan dinaikkan ke atas truk pengangkut

untuk dibawa ke perusahaan pengolahan.

Gambar 37. Penimbangan hasil tangkapan di darat

5.1.7. Komposisi Hasil Tangkapan

Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh selama bulan Maret s/d April

2010 adalah sebagai gerikut :

Tabel 10. Komposisi hasil tangkapan bulan Maret 2010 (6 Trip)

ProduksiJumlah Produksi Jumlah Produksi

(Kg) (Rp)Cakalang 76.766 498.979.000Baby Tuna 14.667 117.336.000Jumlah 91.433 616.315.000

Page 26: BAB 5 Yang Terbaru

93

Gambar 38. Komposisi hasil tangkapan periode bulan Maret 2010 (6 Trip)

Tabel 11. Komposisi Hasil Tangkapan Bulan April 2010 (6 Trip)

ProduksiJumlah Produksi Jumlah Produksi

(Kg) (Rp)Cakalang 62.076 403.494.000Baby Tuna 13.550 108.400.000Jumlah 75.626 511.894.000

Gambar 39. Komposisi hasil tangkapan periode bulan April 2010 (5 Trip)

Page 27: BAB 5 Yang Terbaru

94

Tabel 12. Komposisi Hasil Tangkapan Bulan Maret s/d April 2010 (11 Trip)

ProduksiJumlah Produksi Jumlah Produksi

(Kg) (Rp)Cakalang 138.842 902.473.000Baby Tuna 28.217 225.736.000Jumlah 167.059 1.128.209.000

Gambar 40. Komposisi hasil tangkapan periode bulan Maret s/d April 2010

(11 Trip)

Berdasarkan Tabel 12 dan Gambar 40 dapat dilihat bahwa jenis ikan yang

dominan tertangkap sepanjang bulan Maret s/d April 2010 adalah ikan cakalang

dengan jumlah tangkapan sebesar 138.842 kg sedangkan baby tuna sebanyak

28.217 kg.

5.2. Manajemen Operasi Penangkapan Cakalang pada KM. Sinar Bahari

Manajemen operasi penangkapan yang diterapkan pihak CV. Sari Usaha

dapat dijelaskan berdasarkan fungsi - fungsi manajemen, antara lain:

Page 28: BAB 5 Yang Terbaru

95

5.2.1. Perencanaan (Planning)

Rencana operasi penangkapan yang dilakukan pihak manajemen CV. Sari

Usaha bersifat mikro dan makro. Bersifat mikro terbatas pada kegiatan

penangkapan, permasalahan di fishing ground, persiapan operasi penangkapan

dan sebagainya. Sedangkan rencana yang bersifat makro mencakup seluruh

kegiatan perusahaan antara lain : penentuan pasar, target hasil tangkapan yang

ingin dicapai, besarnya biaya yang dibutuhkan dan sebagainya.

Perencanaan yang bersifat makro yang diterapkan pihak CV. Sari Usaha

antara lain :

1. Pasar (Market)

Pertama – tama melakukan perencanaan terhadap perusahaan yang akan

menjadi rekan kerja dalam pengelolaan hasil produksi yang akan dihasilkan dalam

hal ini adalah produksi cakalang sebagai hasil tangkapan utama dan tuna yang

dapat langsung dijual ketika KM. Sinar Bahari tiba di fishing base untuk

melakukan pembongkaran hasil tangkapan. Perusahaan yang menjadi rekan kerja

adalah perusahaan pengolahan yang beroperasi di daerah Sulawesi Utara yaitu PT.

Celebes, Manado Mina dan Etmico.

2. Anggaran / biaya (Money)

Perencanaan berikutnya adalah anggaran/biaya operasional yang akan

dikeluarkan pihak perusahaan untuk perbekalan KM. Sinar Bahari dalam operasi

penangkapan selama 1 bulan dengan 5 – 6 trip (1 trip = ± 5 hari). Anggaran yang

dikeluarkan antara lain bahan bakar solar dalam 1 trip dibutuhkan sekitar 7.000

liter, minyak tanah 20 liter, oli 10 liter, es 175 balok dengan ukuran 50 kg/balok,

Page 29: BAB 5 Yang Terbaru

96

perbekalan makanan dan obat – obatan, serta pengurusan dukumen (SIB dan Sijil

Awak Kapal) dan administrasi lainnya.

3. Umpan hidup dan rumpon (ponton)

Selain perencanaan terhadap anggaran perbekalan perencanaan

selanjutnya perencanaan penyediakan umpan hidup yang dibutuhkan ketika

operasi penangkapan akan dilakukan KM. Sinar Bahari. Umpan hidup merupakan

hal penentu dari keberhasilan penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis).

Selanjutnya adapun perencanaan yang merupakan perencanaan yang

mendukung agar hasil tangkapan (cakalang) yang menjadi target tangkapan dapat

diperoleh secara optimal adalah pemasangan rumpon (ponton) pada titik koordinat

yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan yang terletak di wilayah Laut Utara

Sulawesi dan sekitarnya dengan posisi antara 10 LU – 00 LS s/d 1260 BT – 1220 BT.

5. Target hasil tangkapan (produksi)

Selain perencanaan mengenai anggaran, penyediaan umpan, maupu

pemasangan rumpon (ponton), dari pihak perusahaan juga memberikan target

kepada KM. Sinar Bahari terhadap hasil tangkapannya (cakalang) harus minimal

mampu menghasilkan produksi hasil tangkapan sebanyak 5.000 kg atau ± 5 ton

dalam 1 trip, tujuannya untuk menutupi anggaran yang sudah dikeluarkan untuk

pembiayaan operasi penangkapan pada KM. Sinar Bahari.

Perencanaan operasi penangkapan diatur oleh bagian operasional dengan

pertimbangan melihat situasi yang kondusif di laut (cuaca baik dan ikan umpan

banyak), serta melakukan konsultasi dengan pimpinan. Apabila pimpinan

mengijinkan, maka setiap kapal dapat melakukan kegiatan operasi penangkapan.

Semua ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh keberhasilan dalam operasi

Page 30: BAB 5 Yang Terbaru

97

penangkapan ikan dalam hal ini cakalang. Kembali lagi kegiatan operasi

penangkapan KM. Sinar Bahari telah direncanakan selama 5 - 6 trip dalam satu

bulan (1 trip = ± 5 hari).

Perencanaan perawatan kapal/doking oleh CV. Sari Usaha telah

direncanakan secara periodik setiap tahun sekali. Jadwal doking tersebut disusun

oleh pihak pimpinan perusahaan yang dibantu oleh bagian operasional.

Perencanaan yang bersifat mikro antara lain :

1. Operasi penangkapan cakalang

Perencanaan dalam penentuan daerah penangkapan yang akan menjadi

tempat tujuan penangkapan, salah satu tujuannya adalah wilayah yang dimana

sebelumnya telah dipasang rumpon (ponton) untuk mengifisiensi kegiatan operasi

penangkapan baik dari segi lamanya perjalanan yang akan ditempuh dan jumlah

hasil tangkapan (cakalang) yang optimal dengan tentu saja tidak

mengesampingkan akan kelestarian sumber daya cakalang itu sendiri.

Adapun bagan alur (flow of chart) untuk standarisasi kegiatan

pegoperasian penangkapan yang dapat dilihat pada Lampiran 19.

Flow of chart atau bagan alur kerja operasi huhate dimulai dari

perencanaan operasi, persiapan di darat yaitu meliputi persiapan kapal dan alat

tangkap, awak kapal, perbekalan, kesiapan dokumen dan surat – surat kapal,

selanjutnya persiapan di laut meliputi penyediaan umpan hidup, alat tangkap

(huhate) yang telah dipasang pada bagian haluan kapal sesuai posisi para

pemancing pada saat akan melakukan pemancingan, tenaga kerja yaitu kesiapan

ABK pada saat penoperasian penangkapan, alat bantu (bak penebar umpan, pipa

penyemprot (sprayer), sibu – sibu (palo) dan lainnya)), selanjutnya menuju

Page 31: BAB 5 Yang Terbaru

98

fishing ground, tibanya di fishing ground pengoperasian penangkapan dilakukan

hingga selesai dan kembali ke fishing base.

Identefikasi tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13, di

buatnya tabel akan mempermudah dalam mengidentifikasi proses kegiatan yang

akan dijalankan dan dapat memperoleh gambaran tentang keseluruhan kegiatan

produksi hingga selesai.

Tabel 13. Identifikasi dan standarisasi kegiatan operasi huhate

Proses Input Output

Pengamatan Standarisasi Pengamatan Standarisasi

1.Persiapan di darat

Kapal berada di pelabuhan

Perbaikan dan perawatan

Kapal siap berangkat

Kapal bersih, mesin bagus, alat tangkap dan alat

bantu penangkapan baik

Pengisian perbekalan dan

pengurusan dokumen kapal

Pengisian supply, bahan bakar dan

material, dokumen lengkap

Solar, oli, bekal makanan dan lainnya cukup

satu trip

Dokumen lengkap, awak

sesuai sijil, kondisi kapal siap

operasi

2.Perjalanan menuju fishing ground

Informasi fishing ground

1 hari menuju fishing ground

Pembagian tugas jaga, Kecepatan kapal 8 – 9 knot

Kapal dan ABK selamat

3.Pengintaian (searching)

Adanya burung – burung, percikan

– percikan air, perubahan warna

air

Kecepatan kapal stabil dan terarah

Alat tangkap tersusun di haluan

kapal

Kondisi daerah penangkapan mendukung (cerah) tidak

bergelombang

4.Tiba di fishing ground

Persiapan operasi penangkapan, karakteristik

daerah penangkapan

Mesin, pompa penyemprot, pipa

penyemprot (sprayer), alat

bantu siap

Alat tangkap tersusun di haluan

kapal

Kondisi daerah penangkapan mendukung (cerah) tidak

bergelombang

5.Penebaran umpan

kesiapan alat tangkap (huhate)

Gerombolan cakalang

mendekati kapal

Pemancing berada pada posisinya

masing - masing

Kecepatan kapal berkurang

menjadi 4 -3 knot

Page 32: BAB 5 Yang Terbaru

99

Lanjutan Tabel 13. Identifikasi dan standarisasi kegiatan operasi huhate

6.Pemancingan Penebaran umpan terus menerus

Cakalang memakan mata

pancing

Cakalang yang tertangkap segera

diangkat dan disentakan keatas

deck

Cakalang yang tertangkap tidak

terlepas dan berada diatas deck

7.Penanganan Hasil Tangkapan

ABK berada di posisi masing –

masing

Mengukur, menimbang dan

memisahkan ikan berdasarkan

ukuran

Ikan di siram dengan air laut, pengisian es ke dalam palka dan pengisian ikan dan es kembali

Cepat, higienis, mutu dan

kesegaran ikan terjaga

8.Kembali ke fishing base

Navigasi ke fishing base,

Alat tangkap dirapikan dan

disimpan. Kapal di bersihkan.

Cepat kembali ke fishing base, Suhu

palka dikontrol

Kapal, alat tangkap, hasil tangkapan, dan

awak kapal selamat

9.Pelabuhan tolak Bongkar hasil tangkapan

Cakalang di timbang dan di angkut dengan

mobil truk

Bongkar, perbaikan alat tangkap dan

persiapan trip berikutnya

Pemasaran berjalan lancar

5.2.2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan keseluruhan aktivitas manajemen dalam

menempatkan orang - orang sesuai dengan tugas, fungsi, wewenang serta

tanggung jawab sehingga terciptanya aktivitas yang berdaya guna dan berhasil

guna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

CV. Sari Usaha sangat menyadari arti pentingnya pengorganisasian dalam

operasi penangkapan karena pada saat operasi dibutuhkan kerja sama yang

harmonis, terstruktur, terorganisir agar semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan

baik. Dalam struktur organisasi pada CV. Sari Usaha terdapat 2 struktur

organisasi yaitu 1. Struktur organisasi di darat yaitu organisasi perusahaan

Page 33: BAB 5 Yang Terbaru

100

(Gambar 41) dan 2. Struktur organisasi di laut yaitu organisasi pada KM. Sinar

Bahari (Gambar 42).

1. Struktur organisasi di darat

Gambar 41. Struktur organisasi CV. Sari Usaha

Adapun susunan tugas dan tanggung jawab setiap orang yang ditempatkan

pada struktur organisasi CV. Sari Usaha adalah sebagai berikut:

1. Pimpinan perusahaan

a. Sebagai pendiri perusahaan/pemegang saham

b. Yang bertanggung jawab penuh terhadap segala sesuatunya yang

berkaitan dengan aktivitas di CV. Sari Usaha, Bitung.

2. Bagian Personalia.

a. Penempatan / mutasi seluruh ABK dan karyawan darat

b. Pengaturan cuti seluruh karyawan

c. Pelaporan ketenaga kerjaan Asing dan Lokal kepada Instansi terkait

Keterangan : : Garis komando

PIMPINANCV. SARI USAHA

PERSONALIA OPERASIONAL KASIR

LOGISTIK DECK & MESIN

PEMASARAN

Page 34: BAB 5 Yang Terbaru

101

d. Pengurusan pesangon, kematian dan kecelakaan kerja

3. Bagian Operasional

a. Pengawas di darat sebagai wakil dari pimpinan

b. Pelaporan kedatangan dan keberangkatan kapal

c. Pengurusan dokumen kapal guna kelaikan operasional seluruh kapal

4. Bagian Keuangan (kasir)

a. Pendataan pengeluaran keuangan harian dan bulanan

b. Mempersiapkan penggunaan uang pada bulan sebelumnya

c. Pelaporan pemakaian keuangan per bulan

d. Melaksanakan pembayaran tagihan dari semua relasi kerja

e. Pembayaran gaji dan premi hasil tangkapan semua kapal

5. Bagian Logistik Deck dan Mesin

a. Menyediakan perbekalan dan bahan bakar untuk kebutuhan operasional

semua kapal

b. Mempersiapkan pembelian spare part untuk kebutuhan semua kapal

c. Perencanaan perbaikan tahunan dan per trip

d. Pelaporan bulanan dan tahunan

e. Penyediaan kebutuhan part dan material untuk semua kapal

f. Mendata pemakaian part dan material untuk docking dan keberangkatan

kapal

g. Melaksanakan perbaikan, penggantian spare part dan material kapal

6. Produksi (pemasaran)

a. Mendata seluruh hasil penangkapan harian, baik ukuran (size) maupun

jumlah

Page 35: BAB 5 Yang Terbaru

102

b. Pengawasan terhadap produk hasil tangkapan yang tiba di pelabuhan

Berdasarkan data kepegawaian CV. Sari Usaha Bitung dapat dikatakan

bahwa orang - orang yang ditempatkan di setiap bagian telah sesuai dengan latar

belakang pendidikan/keahliannya.

2. Struktur organisasi di laut

Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian pada

struktur organisasi di KM. Sinar Bahari, telah dibuat secara rinci dan dapat

penulis uraikan sebagai berikut :

Keterangan : : Garis komando

Gambar 42. Struktur organisasi KM. Sinar Bahari

NAKHODA

MUALIM I

MUALIM II

JURU MUDI

SERANG

JURU UMPAN

KLASI

KKM

MASINIS I & II

JURU MINYAK

I,II,IIIJURU MASAK

Page 36: BAB 5 Yang Terbaru

103

1. Nakhoda

a. Sebagai pimpinan tertinggi di atas kapal,

b. Bertanggung jawab terhadap kapal baik di darat maupun di laut,

c. Bertanggung jawab terhadap keselamatan kapal selama berlayar,

d. Mengkoordinir semua kegiatan di atas kapal khususnya operasi

penangkapan dan penanganan hasil tangkap.

e. Merangkap sebagai fishing master pada saat operasi penangkapan.

2. Mualim

a. Sebagai pembantu nakhoda pada saat kapal berlayar,

b. Membuat jadwal jaga deck,

c. Membuat pendataan hasil tangkapan,

d. Pendataan biaya pembelian umpan hidup dan kebutuhan lainnya di atas

kapal

3. Juru Mudi

a. Membantu nakhoda dalam mengemudi kapal selama pelayaran menuju

daerah penangkapan dan kembali ke fishing base.

4. Serang

a. Sebagai kepala kerja yang mengatur mengenai kebersihan kapal

pengisian air tawar pengaturan tata letak perlengkapan kapal dan alat

tangkap

5. Juru umpan (boi – boi)

a. Mengkoordinir ABK dalam pemindahan umpan hidup dari bagan ke bak

penampung umpan,

b. Penebar umpan pada saat pengoperasian penangkapan.

Page 37: BAB 5 Yang Terbaru

104

6. Pengawetan

a. Koordinator pengisi es pada saat penanganan hasil tangkapan ke dalam

palka,

b. Menentukan susunan banyaknya ikan dan pengunaan es pada saat

penanganan ke dalam palka,

c. Pengontrol keadaan es pada saat setelah hasil tangkapan telah berada di

dalam palka.

7. Klasi

a. Melaksanakan kegiatan di atas kapal sesuai perintah nakhoda,

b. Melaksanakan jaga kapal apabila kapal pada saat akan memuat umpan

hidup dari bagan ke dalam bak penampung umpan dan pada saat kapal

berlabuh,

c. Pemancing.

8. Kepala Kamar Mesin (KKM)

a. Pimpinan tertinggi dalam ruang kamar mesin.

c. Sebagai penanggung jawab kamar mesin.

9. Masinis

a. Membantu KKM dalam kelancaran kegiatan di ruang mesin,

b. Koordinator perbaikan perawatan mesin sesuai perintah KKM,

c. Membuat daftar jaga ruang,

10. Juru minyak

a. Melakukan dinas jaga ruang mesin,

b. Melaksanakan pengisian bahan bakar dan oli,

c. Melaksanakan perbaikan dan perawatan mesin sesuai perintah masinis.

Page 38: BAB 5 Yang Terbaru

105

11. Koki

a. Juru masak di atas kapal,

b. Mengangkat umpan hidup dari bak penampung umpan ke bak penebar

umpan,

c. Membantu juru umpan dalam pengisian umpan hidup ke dalam bak

penebar pada saat pelaksanaan kegiatan penangkapan.

5.3.3. Pelaksanaan (Actuating)

5.3.3.1. Pelaksanaan di darat CV. Sari Usaha

Dalam pelaksanaan pemasaran produksi (cakalang) sebagai hasil tangkapan

utama dari perusahaan memiliki staf tenaga kerja yang bertanggung jawab dalam

hal tersebut yaitu bagian produksi. Adapun tahapan yang dilakukan oleh bagian

produksi untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak menurun pada saat

pembongkaran dari kapal ke darat adalah cakalang yang telah

dibongkar/dikeluarkan dari palka penyimpanan, dituang kedalam keranjang

kemudian segera ditimbang (Gambar 37) dan setelah itu cakalang yang telah

ditimbang dimuat keatas truk pengangkut yang terlebi dahulu pada bagian bak

truk telah dilapisi terpal dengan berisikan es dan air dengan tujuan agar suhu

tubuh ikan tetap terjaga dan tetap segar.

Kerjasama yang dilakukan oleh pihak perusahaan di laut yaitu kerjasama

dalam pengadaan umpan hidup yang dibutuhkan pada pengoperasian

penangkapan, dimana perusahaan telah terlebih dahulu melakukan negosiasi

dengan para pemilik bagan apung umpan hidup yang masi berada di wilayah

sekitar perairan Bitung dengan tujuan mengoptimalkan dan mengefisiensikan

Page 39: BAB 5 Yang Terbaru

106

dalam pengumpulan umpan hidup untuk mendukung operasi penangkapan

nantinya.

Pemasangan rumpon (ponton), dari pihak perusahaan selain memiliki kapal

huhate (pole and line) juga memiliki kapal mini purse saine selain untuk kapal

penangkap ikan juga sebagai kapal yang bertugas memasang rumpon (ponton) di

wilayah laut utara sulawesi dan sekitarnya dengan tujuan mengefisiensi dan

mengoptimalkan hasil tangkapan pada setiap kapal penangkap dalam hal ini kapal

pole and line.

Selain melakukan kerjasama pimpinan perusahaan berusaha menjalin

hubungan kerja yang baik dengan cara membuat suasana yang kondusif, nyaman

dan memberikan motivasi kepada seluruh karyawannya. Sehingga setiap kegiatan

dapat dilaksanankan dengan baik dan selesai pada waktu yang sudah ditentukan.

Demikian juga di KM. Sinar Bahari, sebagai seorang nakhoda yang

memegang jabatan tertinggi di atas kapal melakukan hal yang sama kepada

seluruh bawahannya pada saat bekerja di atas kapal.

Sistem pembagian upah atau penghasilan dari pada CV. Sari Usaha

berbeda antara karyawan yang bekerja di darat dengan para ABK yang bekerja di

laut. Untuk karyawan yang bekerja di darat mendapatkan gaji pokok serta insentif

berupa tunjangan hari raya. Sedangkan untuk para ABK menggunakan sistem

bagi hasil. Jadi, para ABK tidak memperoleh pendapatan apabila tidak melaut.

Adapun dari pihak perusahaan memberikan uang bongkar muat ikan dari hasil

penangkapan kepada seluruh ABK.

Di samping itu, apabila hasil tangkapan yang diperoleh para ABK tidak

mampu menutupi biaya operasional, maka para ABK tetap memperoleh

Page 40: BAB 5 Yang Terbaru

107

pendapatan tetapi tidak dari hasil tangkapan tersebut, melainkan dalam bentuk

pinjaman yang diberikan dari pihak perusahaan. Hal ini secara tidak langsung

dapat menurunkan gairah kerja para ABK karena dibebankan utang dari pihak

perusahaan. Sehingga dari hasil pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi

dengan biaya operasional, akan dikurangi lagi untuk membayar utang kepada

perusahaan. Pembayaran utang ini dilakukan secara bertahap/mencicil dan jumlah

yang harus dibayar sesuai ketentuan yang telah disepakati antara pihak

perusahaan dengan para ABK.

Besarnya pendapatan yang diterima oleh masing-masing ABK ditentukan

oleh nakhoda. Pembagian hasil yang dilakukan oleh nakhoda tidak berdasarkan

keahlian/keterampilan masing-masing pemancing, tetapi berdasarkan jenjang

jabatan di atas kapal serta dilihat juga dari rajin tidaknya setiap ABK saat bekerja

di atas kapal. Jadi, besarnya pendapatan yang diterima oleh masing-masing

jabatan dapat bertambah ataupun berkurang tergantung dari pengamatan nakhoda

kepada ABK pada saat bekerja di atas kapal.

Hal ini sangat baik untuk diterapkan karena dapat merangsang kinerja para

ABK untuk bekerja lebih giat. Pihak perusahaan tidak membuat atau menentukan

standar kriteria kinerja ABK, sehingga dalam pembagian hasil cenderung bersifat

subyektif yang dapat menimbulkan kecemburuan sosial antar ABK.

Selama penulis melaksanakan praktek pada KM. Sinar Bahari, jaminan

perusahaan memberikan adalah perbekalan makanan meskipun dirasakan masih

kurang memadai karena belum memiliki standar 4 sehat 5 sempurna. Sehingga

untuk melengkapi lauk terkadang ABK harus memanfaatkan ikan cakalang untuk

dimakan.

Page 41: BAB 5 Yang Terbaru

108

Sistem perekrutan nakhoda yang dilakukan oleh CV. Sari Usaha sesuai

dengan yang memiliki ijasah maupun sertifikat (ANKAPIN I/II/III) disamping itu

seleksi terhadap ABK berdasarkan pengamatan dan pertimbangan terhadap

mereka yang mempunyai pengalaman kerja dan dedikasi serta loyalitas mereka

selama bekerja di atas kapal. Mereka yang diangkat sebagai nakhoda adalah yang

sudah memiliki minimal sertifikat ANKAPIN III. Sedangkan untuk pemilihan

sebagi kepala kamar mesin (KKM) harus minimal memiliki sertifikat ATKAPIN

III atau yang setara, sedangkan kelasi dilakukan oleh nakhoda sendiri yang

dianggap mampu dan mempunyai keterampilan yang baik.

5.3.3.2. Pelaksanaan di laut KM. Sinar Bahari

Selama aktifitas diatas kapal dilakukan pembagian kerja yang terdiri dari

dua group yaitu pada bagian deck dan pada bagian mesin, pada bagian deck terdiri

dari 5 orang bagian kemudi mengantikan nakhoda pada saat pelayaran menuju

fishing groud berlangsung dengan pembagian jam kerja 4 jam sekali dilakukan

pergantian jaga yaitu dimulai pada saat kapal mulai berlayar pada pukul 16.00 –

20.00 dan berganti lagi pukul 20.00 – 00.00 selanjutnya 00.00 – 04.00 dan

seterusnya pengantian dilakukan setiap 4 jam terus menerus, 2 orang bagian

pengintai yg dilakukan oleh juru umpan (boi – boi) pada saat pencarian dan

membantu penentuan fishing ground, 2 orang bagian jaga umpan pada bak

penampung dengan tugasnya adalah mengontrol keadaan umpan hidup pada saat

pelayaran menuju fishing ground sampai pada saat kegiatan pongoperasian

penangkapan, selesai, dan berlanjut menuju daerah penangkapan lainnya, 1 orang

bagian mengatur dan mengontrol kesiapan alat tangkap dan perlengkapan lain

yang dibutuhkan pada saat pengoperasian penangkapan akan berlangsung seperti

Page 42: BAB 5 Yang Terbaru

109

kesiapan alat bantu (bak penebar umpan, sibu – sibu besar, pipa penyemprot

(sprayer)), 2 orang bagian penyedia makanan (koki), dan untuk bagian mesin 1

orang sebagai kepala kamar mesin yang bertangung jawab dan mengontrol

keadaan ruang mesin yang dibantu 2 orang masinis sebagai wakil dari KKM

untuk memberi perintah kepada juru minyak yang terbagi dari 3 orang dengan

tugas mengontrol dan mengisi pelumas pada mesin.

Selanjutnya setelah daerah penangkapan telat ditemukan, selain nakhoda

semuanya bertindak sebagai pemancing. Untuk pemancing yang ahli/terampil,

mengambil posisi memancingan di bagian depan, sudut kiri dan kanan haluan

kapal, dan untuk yang kurang terampil mengambil posisi pada bagian belakang

haluan kapal. Hal ini bertujuan agar pada saat pengoperasian antara pemancing

terampil dan pemula tidak terganggu karena terbelitnya tali pancing.

Pembagian tugas yang dilakukan oleh nakhoda kepada ABK dilakukan

berdasarkan keahlian masing - masing. Dengan demikian, setiap pekerjaan di atas

kapal dapat dilakukan dengan baik dan lancar karena ditangani oleh orang-orang

yang sesuai dengan keahliannya masing-masing.

Adapun hambatan – hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan

pengoperasian baik di darat maupun di laut antara lain :

1. Tenaga kerja

Salah satu penentu keberhasilan operasi penangkapan cakalang dengan

huhate adalah tenaga kerja atau pemancing, dengan jumlah pemancing yang

sedikit akan mempegaruhi banyaknya hasil tangkapan dan selain itu sulitnya

memperoleh tenaga kerja pemancing yang handal,

Page 43: BAB 5 Yang Terbaru

110

2. Surat dan dokument kapal

Habisnya masa berlaku SIPI, SIUP dan keterlambatannya pengurusan sijil

awak kapal yang disebabkan ketidak pastian kehadiran awak kapal yang akan

mengikuti operasi penangkapan,

3. Umpan hidup

Faktor kesuksesannya operasi penangkapan cakalang dengan huhate

adalah umpan hidup, memperoleh umpan hidup yang sulit dikarenakan faktor

musim yang mempengaruhi ketersediaan umpan pada bagan – bagan apung yang

menyediakan umpan.

Ketersediaan umpan yang sedikit ataupun tidak ada sama sekali (kosong)

sehingga umpan yang dibutuhkan untuk operasi penangkapan tidak mencukupi

target akan mempengaruhi dan menghambat kelancaran keberangkatan menuju

fishing ground yang pada perencanaan awalnya hanya 1 hari perjalanan untuk

menuju fishing ground dapat terhambat menjadi 2 hari untuk tiba di fishing

ground.

4. Hasil tangkapan

Sedikitnya hasil tangkapan yang tidak mencapai target akan

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan pada saaat penjualan hasil tangkapan

tidak dapat menutupi biaya operasional sehingga pihak perusahaan harus

mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar tenaga awak kapal pada saat

melakukan pembongkaran hasil tangkapan dari kapal dipindahkan kedarat dan

dimuat dalam truk milik perusahaan pengolahan yang bekerja sama dengan CV.

Sari Usaha.

Page 44: BAB 5 Yang Terbaru

111

5.3.4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan di laut dilakukan langsung oleh nakhoda sebagai pemimpin

tertinggi di atas kapal, bertindak sebagai wakil dari perusahaan untuk memastikan

bahwa semua kegiatan telah dilakukan dengan baik.

Selama operasi penangkapan berlangsung nakhoda dapat mengawasi hal -

hal mengenai persiapan operasi, mulai dari kesiapan para ABK pada saat kapal

akan berangkat melakukan operasi penangkapan, pengambilan umpan hidup dari

bagan apung yang menyediakan umpan hidup, hingga kegiata operasi

penangkapan berlangsung sampai kembali ke fishing base. Dari hasil pengamatan

dan pengawasan tersebut akan dilaporkan ke perusahaan untuk dievaluasi dan

sebagai pertimbangan pimpinan untuk menilai kinerja ABK. Apabila ditemukan

kendala pada saat di laut, maka nakhoda dapat berkomunikasi dengan perusahaan

melalui radio. Dengan demikian kegiatan pengawasan merupakan kegiatan yang

sangat penting dalam suatu operasi penangkapan di laut sehingga lebih mudah

untuk perusahaan menila kinerja ABK.

Adapun unsur – unsur produksi (6 M) yang mendukung dalam penerapan

fungsi – fungsi manajemen pada CV. Sari Usaha agar dalam pelaksanaan fungsi –

fungsi tersebut dapat terlaksanan secara optimal antara lain :

1. Pasar (Markets)

Hasil tangkapan (produksi) akan memiliki nilai apabila produksi laku

terjual, oleh karena itu dari pihak CV. Sari Usaha melakukan kerjasama dengan

beberapa perusahaan pengolahan yang berada di daerah Sulawesi Utara

diantaranya PT. Celebes, Manado Mina dan Etmico. Dengan demikian melalui

Page 45: BAB 5 Yang Terbaru

112

kerjasama dengan perusahaan pengolahan, hasil produksi (cakalang) yang didapat

KM. Sinar Bahari dapat langsung terjual.

2. Manusia (Man)

Suksenya sebuah manajemen dapat terlaksana sesuai tujuan apabila ada

manusia yang melaksanakan apa yang menjadi tujuan dari sebuah perencanaan.

Tanpa adanya manusia, manajemen tidak akan mungkin mencapai tujuannya,

harus diingat kembali bahwa manajemen adalah orang yang mencapai hasil

melalui orang – orang lain.

CV. Sari Usaha dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan

memerlukan tenaga kerja yang dapat melaksanakan apa yang menjadi tujuan, oleh

karena itu adanya struktur organisasi baik di darat (perusahaan) dan struktur

organisasi di laut (KM. Sinar Bahari) adalah bertujuan agar dalam pelaksanaan

apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dan terarah sesuai tujuan dari

perusahaan.

Adapun struktur organisasi tersebut antara lain :

1). Struktur organisasi di darat (CV. Sari Usaha)

Struktur organisasi pada CV. Sari Usaha terdiri dari pimpinan, kemudian

dibantu oleh beberapa staff kerja (Bagian personalia, Operasional, Accounting

(kasir), Bagian logistik deck dan mesin dan Bagian produksi (pemasaran)) dengan

perincian tugas dan tanggung jawabnya dapat dilihat pada Gambar 41 beserta

penjelasannya.

Page 46: BAB 5 Yang Terbaru

113

2). Struktur organisasi di laut (KM. Sinar Bahari)

Struktur organisasi pada KM. Sinar Bahari terdiri dari Nakhoda, kemudian

dibantu oleh awak kapal yang lain dengan perincian susunan organisasi dan

tanggung jawab dapat dilihat pada Gambar 42 beserta penjelasannya.

3. Uang (Money)

Untuk melaksanakan berbagai aktivitas diperlukan uang, seperti upah dan

gaji bagi orang – orang yang membuat perencanaan, mengadakan pengawasan,

bekerja dalam proses produksi, membeli bahan – bahan, peralatan – peralatan, dan

lain sebagainya. Ditinjau dari segi manajemen, pihak CV. Sari Usaha sangat

berhati – hati dalam pengunaan uang antara lain dari segi anggaran yang harus

dikeluarkan untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dari kapal penangkap

ikan (KM. Sinar Bahari) yang akan melakukan operasi penangkapan cakalang

yang ditargetkan dalam 1 trip ± 5 hari. Kegagalan atau ketidak lencaran proses

manajemen sedikit banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh perhitungan atau

ketelitian dalam penggunaan uang.

4. Bahan – bahan (Materials)

Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia mengunakan material atau

bahan – bahan, karenanya dianggap pula sebagai alat sarana manajemen untuk

mencapai tujuan. Adapun material tersebut antara lain untuk mendukung agar

kegiatan operasi penangkapan cakalang dapat terlaksana maka diperlukan alat

tangkap (huhate) dan alat bantu lainnya.

5. Mesin (Machine)

KM. Sinar Bahari merupakan kapal penangkapan ikan cakalang (pole and

line) yang merupakan hal pendukung dalam pelaksanaan operasi penangkapan

Page 47: BAB 5 Yang Terbaru

114

cakalang, karena tanpa adanya kapal tentu saja kegiatan operasi penangkapan

tidak dapat berjalan sesuai tujuan dari manjemen.

6. Cara (Metode)

Metode atau cara dianggap pula sebagai sarana atau alat manajemen untuk

mencapai tujuan. CV. Sari Usaha. Dalam pemanfaatan sumberdaya cakalang yang

cukup melimpah khususnya di laut Utara Sulawesi dan sekitarnya (laut Utara

Maluku, Samudera Pasifik dan Teluk Tomini). CV. Sari Usaha mengunakan kapal

pole and line (KM. Sinar Bahari) dalam kegiatan operasi penangkapan cakalang

(Katsuwonus pelamis) dengan penangkapannya mengunakan umpan hidup, selain

itu untuk mendukung agar operasi penangkapan dapat berlangsung optimal CV.

Sari Usaha memiliki rumpon (ponton) yang telah dipasang di setiap daerah yang

menjadi target penangkapan cakalang.

5.4. Pengelolaan Sumber Daya Cakalang (Katsuwonus pelamis)

Pengelolaan sumber daya perikanan merupakan suatu sistem yang terdiri

dari 3 subsistem, yaitu :

1. Subsistem eksplorasi sumber daya perikanan :

Dengan adanya informasi dari data – data operasi penangkapan baik

berupa jurnal penangkapan dengan dilengkapi data posisi daerah penangkapan

dan bentuk fisik daerah penangkapan setidaknya akan membantu dalam

penambahan informasi bahwasanya pada daerah penangkapan tersebut memiliki

potensi sumber daya ikan dalam hal ini cakalang (Katsuwonus pelamis) cukup

besar.

Berdasarkan data hasil tangkapan KM. Sinar Bahari yang diperoleh

selama periode bulan Maret s/d April 2010 menunjukan potensi sumber daya

Page 48: BAB 5 Yang Terbaru

115

cakalang banyak terdapat pada kisaran suhu 280C – 290C yang dapat terlihat pada

Gambar

32 dengan titik koordinat 10 LU – 00 LS s/d 1230 – 1220 BT. Dengan demikian

pada kisaran suhu tersebut dapat dijadikan sebagai daerah pemanfaatan

penangkapan selanjutnya.

2. Subsistem pemanfaatan sumber daya dan pembinaan usaha :

Dengan pemanfaatan sumber daya cakalang yang optimal dapat

mendukung kelangsungan usaha pemanfaatan sumber daya yang produktif dan

memberi nilai jaminan bagi para pelaku (perusahaan dan awak kapal).

Untuk mengoptimalkan hasil tangkapan dari pihak perusahaan CV. Sari

Usaha menggunakan rumpon yang telah dipasang dan disebarkan diwilayah laut

utara sulawesi dengan tujuan sebagai alat bantu dalam mendukung keberhasilan

penangkapan yang optimal.

3. Subsistem pengawasan dan pengendalian

Operasi penangkapan dengan huhate merupakan alat tangkap yang efisien

karena cakalang yang tertangkap rata – rata berukuran 40 – 50 cm (Lampiran 18)

dimana dapat dikatakan sudah matanggonat dan sesuai dengan ketentuan yang ada

yaitu alat tangkap ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat nelayan.

Dengan penerapan pengelolaan sumber daya perikanan berdasarkan

subsistem ini, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan pemanfaatan sumber daya

yang optimal dengan memperhatikan pemanfaatan yang bertanggung jawab baik

dalam pengoperasian alat tangkap dapat mencegah dan meminimalkan kerusakan

sumber daya itu sendiri.

5.3. Analisis Finansial

Page 49: BAB 5 Yang Terbaru

116

5.3.1. Biaya investasi

Investasi kapal penangkap KM. Sinar Bahari dapat diperinci sebagai

berikut yaitu pada Tabel 14 :

Tabel 14. Rincian Jenis dan Harga Barang Investasi

No. Unit InvestasiJumlah

Umur Ekonomis Harga/Unit Nilai Total

Unit (Tahun) (Rp) (Rp)1 Kapal Pole and line 1 10 700.000.000 700.000.0002 Mesin 1 10 150.000.000 150.000.0003 Generator 2 10 3.000.000 6.000.0004 Motor pompa 2 5 1.500.000 3.000.0005 GPS 1 5 12.500.000 12.500.0006 Radio SSB 1 5 1.000.000 1.000.0007 Kompas 1 10 1.100.000 1.100.0008 Teropong 2 2 1.100.000 2.200.0009 Alat tangkap (Huhate) 1 1 500000 500.000

Jumlah 12   870.050.000 876.300.000

Berdasarkan Tabel 14 di atas total investasi untuk satu unit KM. Sinar

Bahari, CV. Sari Usaha telah mengeluarkan dana investasi sebesar Rp.

873.900.000,- (Delapan ratus tuju puluh tiga juta sembilan ratus ribu rupiah).

5.3.2. Pendapatan hasil usaha

Pendapatan hasil perusahaan diperoleh dari besarnya hasil tangkapan yang

diperoleh dan yang laku terjual. Yang diperoleh KM. Sinar Bahari selama periode

Maret s/d April 2010 dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :

Tabel 15. Hasil Produksi Ikan KM. Sinar Bahari Untuk Bulan Maret s/d April 2010

Page 50: BAB 5 Yang Terbaru

117

ProduksiJumlah Produksi Jumlah Produksi

(Kg) (Rp)Cakalang 138.842 902.473.000Baby Tuna 28.217 225.736.000Jumlah 167.059 1.128.209.000

Dari data Tabel 15 pendapatan hasil perusahaan yang diperoleh dari

penjualan hasil tangkapan KM. Sinar Bahari selama periode bulan Maret s/d April

2010 adalah sebesar Rp. 1.128.209.000,-

5.3.3. Biaya tetap (Fixed Cost)

1. Biaya Penyusutan (Depresiasi)

Perhitungan yang digunakan untuk menghitung nilai penyusutan adalah

dengan berdasarkan metode garis lurus (Straight Line Method) yaitu perhitungan

biaya pembelin kapal, mesin, generator, motor pompa, GPS, radio SSB, kompas,

dan alat tangkap (Huhate) dikurangi dengan nilai sisa dibagi umur ekonomis jenis

investasi. Perhitungan penyusutan metode garis lurus (Straight Line Method) :

Keterangan :

NB : Harga perolehan

NS : Nilai sisa (10% dari NB)

T : Umur ekonomis

t : Jumlah trip operasi dalam setahun

Tabel 16. Biaya penyusutan

NB – NS (% NB)Penyusutan = T x t

Page 51: BAB 5 Yang Terbaru

118

No. Unit InvestasiJumlah

NBNS

T tPenyusutan

Unit 10 % x NB NB - NS  T x t

1 Kapal Pole and line 1 700.000.000 70.000.000 10 60 63.000.0002 Mesin 1 150.000.000 15.000.000 10 60 13.500.0003 Generator 2 6.000.000 600.000 10 60 540.0004 Motor pompa 2 3.000.000 300.000 5 60 2.700.0005 GPS 1 12.500.000 1.250.000 5 60 11.250.0006 Radio SSB 1 1.000.000 100.000 5 60 900.0007 Kompas 1 1.100.000 110.000 10 60 990.0008 Teropong 2 1.100.000 110.000 2 60 495.000

9Alat tangkap (Huhate) 1 500.000 50.000 1 60 450.000

Jumlah 93.825.000

Dari Tabel 16 diketahui total biaya penyusutan untuk KM. Sinar Bahari

adalah Rp. 93.825.000,-/ Tahun. Perinciannya dapat dilihat pada Lampiran 2.

2. Biaya pemeliharaan

Biaya pemeliharaan kapal terdiri dari biaya perbaikan, perawatan, dan

docking :

Tabel 17. Biaya pemeliharaan dalam periode bulan Maret s/d April 2010

N0. Jenis Biaya Total Biaya1 Perbaikan, perawatan 3.000.0002 Docking 15.000.000

Total 18.000.000

Total biaya pemeliharaan untuk KM. Sinar Bahari periode bulan Maret s/d

April 2010 sebesar Rp. 18.000.000,-. (Tabel 17)

3. Biaya tenaga kerja

CV. Sari Usaha tidak memberikan gaji kepada awak kapal penangkap ikan

melainkan dengan memberikan bagi hasil, sehingga besarnya pendapatan awak

kapal tergantung pada besarnya hasil tangkapan. Bagi hasil dihitung dari jumlah

Page 52: BAB 5 Yang Terbaru

119

pendapatan satu trip dikurangi biaya operasional 20 % kemudian laba di bagi 50%

untuk perusahaan dan 30% dibagi untuk seluruh awak kapal. Sistem bagi hasil

dapat dijelaskan dengan bagan berikut :

.

Gambar 43. Skema Sistem Bagi Hasil Antara Perusahaan Dengan Awak Kapal.

Biaya tenaga kerja pada KM. Sinar Bahari Rp. 150.000.000,- untuk

periode bulan Maret s/d April 2010.

4. Biaya umum dan administrasi

Adapun biaya – biaya umum dan administrasi yang dikeluarkan untuk

KM. Sinar Bahari per tahunnya adalah Rp. 30.000.000,-.

Pungutan Hasil Perikanan (PHP) sejak 29 September 2009 s/d 29

September 2010 sebesar Rp. 9.709.900,- (Lampiran 16).

Tabel 18. Biaya tetap (Fixed Cost) pada KM. Sinar Bahari bulan Maret s/d April 2010.

Laba

30%Awak Kapal

50%Perusahaan

15%Nakhoda & Boi - boi

10%KKM & Mualim

75%Dibagi jumlah ABK

20%Operasional

Page 53: BAB 5 Yang Terbaru

120

No. Jenis Biaya Biaya (Rp)1 Penyusutan 3.127.5002 Pemeliharaan 18.000.0003 Tenaga kerja 150.000.0004 Umum & Administrasi 3.000.000

Total 174.127.500

Jumlah total biaya tetap (Fixed Cost) operasional untuk KM. Sinar Bahari

dalam periode bulan Maret s/d April 2010 adalah Rp. 174.127.500,-

5.3.4. Biaya tidak tetap (Variable Cost)

Variable Cost adalah biaya yang bervariasi mengikuti alur secara

proporsional dengan lamanya hari operasi yang dilakukan oleh suatu kapal.

Adapun biaya tidak tetap pada KM. Sinar Bahari untuk periode bulan Maret s/d

April 2010 dengan 11 trip adalah sebagai berikut :

Tabel 19. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Periode Bulan Maret s/d April 2010

No. Jenis BiayaNilai

Harga (Rp)Harga Keseluruhan

(Rp)Satuan

1 Bahan bakar solar 13.000 liter 4,725 61.425.0002 Bahan bakar bensin 200 liter 4,500 9.000.0003 Oli 100 liter 25,000 2.500.0004 Es 1925 balok 12,000 23.100.0005 Perbekalan makanan 1 unit   4.500.0006 Obat - obatan 1 unit   100.0007 Pengurusan dokumen 1 unit   500.0008 Umpan 1800 ember 50,000 95.000.0009 Uang bongkar     22.000.000

Jumlah     218.125.000

Berdasarkan total nilai variabel cost dari Tabel 19 diketahui bahwa jumlah

total biaya tidak tetap periode bulan Maret s/d April 2010 selama 11 trip adalah

sebesar Rp. 218.125.000,-

Page 54: BAB 5 Yang Terbaru

121

5.3.5. Perhitungan laba rugi usaha

Hasil produksi KM. Sinar Bahari untuk periode Maret s/d April 2010

selama 11 trip total produksi hasil tangkapan 167.059 kg dengan total nilai jual

produksi sebesar Rp. 1.128.209.000,-.

Tabel 20. Perhitungan Laba Rugi 11 trip periode bulan Maret s/d April 2010.

UraianBiaya (Rp)

Total (Rp)Tetap Variabel

A. Pendapatan     1.128.209.000

JUMLAH PENDAPATAN (A)     1.128.209.000

B. Biaya Operasi      Solar   61.425.000  Bensin   900.000  Oli   2.500.000  Es   23.100.000  Bahan makanan   4.500.000  Obat – obatan   100.000  Pengurusan dokumen   500.000  Umpan   90.000.000  Premi   33.750.000  C. Jumlah biaya operasi (B)     218.125.000D. Laba operasi (A-B)     910.084.000E. Biaya umum      Biaya umum & administrasi 3.000.000    Upah awak kapal 150.000.000    Perbaikan & perawatan 18.000.000    Biaya penyusutan 3.127.500    PHP 9.709.900F. Jumlah biaya umum (E)     183.837.400G. Jumlah biaya usaha (C+F)     401.962.400H. Laba usaha (D-F)     726.246.600I. LABA BERSIH (H-G)     324.284.200

Berdasarkan hasil analisa laba rugi periode Maret s/d April 2010 pada

Tabel 20, selama 11 trip operasi penangkapan dengan hasil tangkapan sebanyak

167.059 kg dengan pendapatan penjualan produksi Rp. 1.128.209.000, maka

untuk KM. Sinar Bahari diperoleh laba bersih senilai Rp. 324.284.200,-

Page 55: BAB 5 Yang Terbaru

122

Laba rugi usaha :

П = TR – TC

Keterangan :

П = Keuntungan

TR = Total penerimaan

TC = Total Biaya

Jadi :

Keuntungan = Rp. 726.246.600 – Rp. 401.962.400

= Rp. 324.284.200,-

Ditinjau dari segi layak atau tidaknya sebuah usaha apakah usaha tersebut

layak dan dapat terus berlanjut maka dapat dikatakan untuk usaha penangkapan

cakalang dengan mengunakan kapal huhate pada perusahaan CV. Sari Usaha

dapat terus berlanjut dan dapat dikatakan layak dimana jumlah penerimaan (TR) >

dari jumlah biaya (TC) maka usaha itu dapat dikatakan layak dan dapat terus

berlanjut.

5.3.6. Analisis titik impas (BEP)

Perhitungan Break Event Point dimaksudkan untuk mengetahui nilai

standar. Hasil tangkapan ini adalah jumlah kuantitas produk yang harus dihasilkan

oleh KM. Sinar Bahari untuk dapat menutupi biaya – biaya yang yang digunakan

dalam operasi penangkapan tiap trip, sehingga mendapatkan laba.

Perhitungan atas dasar penjualan dalam (Kg) :

atau BEP (Dalam Kg) =

= 183.837.400

Page 56: BAB 5 Yang Terbaru

123

6753,3 - 1297,5

= Rp. 183.837.400

5455,8

BEP(Kg) = 33.695,7 kg.

Di mana :

P = Penjualan (Kg)

V = biaya variabel per Kg

FC = biaya tetap

Perhitungan atas dasar penjualan dalam (Rp) :

atau BEP (dalam Rp) =

= Rp. 183.837.400

1 – Rp. 218.125.000

Rp.1.128.209.000

= Rp. 183.837.400

0.806

BEP(Rp) = Rp. 228.086.107,-

Di mana :

FC = biaya tetap

V = biaya variabel (Rp)

P = Penjualan (Rp)

Melihat dari perhitungan titik impas maka dapat disimpulkan KM. Sinar

Bahari mengalami keuntungan karena hasil pendapatan tiap trip melebihi titik

impas. Untuk lebih jelasnya terdapat pada grafik Break Even Point (Gambar 44).

Page 57: BAB 5 Yang Terbaru

124

1.128.209.000

228.086.107

33.695,7 167.059

Gambar 44. Grafik Break Even Point